ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY DAN TIMELINEES (Study empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2008) SKRIPSI Oleh: BAYU SASURYO F.1307525 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
AUDIT DELAY DAN TIMELINEES
(Study empiris pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode 2006-2008)
SKRIPSI
Oleh:
BAYU SASURYO
F.1307525
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan akan kebutuhan informasi yang akurat dan tepat waktu ini
telah mempengaruhi permintaan akan audit laporan keuangan. Informasi
keuangan akan mempunyai manfaat jika disampaikan tepat waktu kepada
pemakainya yang erat kaitannya dengan teori keagenan (agency theory). Nilai
dari ketepatan waktu pelaporan keuangan penting bagi tingkat kemanfaatan
laporan tersebut. Sebaliknya, manfaat laporan keuangan akan menjadi
berkurang apabila laporan tersebut tidak disampaikan dengan tepat waktu.
Ketepatan waktu menujukan rentang waktu antara penyajian informasi yang
diinginkan dengan frekuensi pelaporan, apabila informasi tidak disampaikan
dengan tepat waktu maka menyebabkan nilai dari informasi tersebut
berkurang dalam pengambilan keputusan. Tuntutan akan kepatuhan terhadap
ketepatan waktu dalam penyampaian pelaporan keuangan perusahaan publik
di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal dan keputusan ketua BAPEPAM No.80/PM/1996 tentang
kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala. Peraturan tersebut sesuai
dengan teori kepatuhan (compliance theory).
Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak peningkatan
permintaan akan audit laporan keuangan. Setiap perusahaan yang go publik
diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik
yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal. Hasil audit atas perusahaan
publik mempunyai konsekuensi dan tanggungjawab yang besar. Adanya
tanggungjawab yang besar ini memicu audit untuk bekerja secara lebih
professional. Salah satu kriteria profesionalisme dari auditor adalah ketepatan
waktu penyampaian laporan auditnya. Ketepatan waktu perusahaan dalam
mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada
Bapepam juga tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan
pekerjaan auditnya. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan
keuangan itu sendiri. Jika terjadi penundaan yang tidak semestinya dalam
pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan
relevansinya.
Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah diatur dalam
pasar modal. Undang-undang no. 8 tahun 1995 tentang peraturan pasar modal
menyatakan bahwa semua perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib
menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan
mengumumkan kepada masyarakat. Apabila perusahaan-perusahaan tersebut
terlambat menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Bapepam maka dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Peraturan mengenai
penyampaian laporan keuangan ini telah diperbaharui oleh Bapepam pada
tahun 1996 dan mulai berlaku kembali pada tanggal 17 Januari 1996. Dalam
peraturan baru ini disebutkan bahwa perusahaan wajib menyampaikan laporan
keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-lambatnya 120 hari terhitung
sejak tanggal berakhirnya tahun buku.
Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan
waktu informasi tersebut dipublikasikan. Dyer dan McHugh (1975) dalam
(Subekti & Novi, 2004) menyimpulkan bahwa ketepatan waktu pelaporan
keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang
memadai. Para pemakai informasi akuntansi tidak hanya perlu memiliki
informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan pembuatan
keputusannya, tetapi informasi harus bersifat baru. Ketepatan waktu
mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu
interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang
mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan
keputusan.
Ketepatan waktu penyusunan atas pelaporan suatu laporan keuangan
perusahaan bisa berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut.
Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar
modal. Karena laporan keuangan auditan yang didalamnya memuat informasi
laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan dijadikan sebagai
salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual
kepemilikan yang dimiliki oleh investor. Artinya informasi laba dari laporan
keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan
harga saham.
Chambers dan Penman (1984) dalam (Subekti & Novi, 2004)
menunjukkan bahwa pengumuman laba yang terlambat menyebabkan
abnormal returns negatif sedangkan pengumuman laba yang lebih cepat
menyebabkan hal yang sebaliknya. Keterlambatan pelaporan, secara tidak
langsung juga diartikan oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi
perusahaan. Ketepatan waktu pelaporan keuangan dipengaruhi oleh beberapa
hal. Seperti hasil penelitian yang telah dilakukan Dyer dan McHugh (1975)
dalam (Novita, 2004) yang meneliti profil ketepatan waktu pelaporan dan
normalitas keterlambatan dengan menggunakan 120 negara di Australia tahun
1965-1971 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, tanggal berakhirnya
tahun buku berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan,
sedangkan profitabilitas tidak signifikan mempengaruhi ketepatan waktu
pelaporan.
Dalam penelitian Ansah (2000), ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap audit delay, Carslaw dan Kaplan (1991). Ashton (1987), Boyton dan
Kell (2002) menyatakan bahwa hubungan negatif antara ukuran perusahaan
dan audit delay. Berbeda penelitian yang dilakukan oleh Naim (1999),
Henderson dan Kaplan (2000) dan Knechel dan Payne (2001) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara ukuran perusahaan dengan
audit delay. Tingkat profitabilitas banyak digunakan dalam penelitian seperti
Dyer dan McHugh (1975), dan Carslaw dan Kaplan (1991). Dari beberapa
penelitian dinyatakan bahwa hubungan positif antara tingkat profitabilitas dan
audit delay (Dyer dan McHugh), sedangkan Carslaw dan Kaplan (1991)
menemukan adanya hubungan negatif antara tingkat profitabilitas dan audit
delay. Penelitian yang dilakukan oleh Naim (1999) menemukan profitabilitas
yang rendah mendorong penundaan publikasi laporan keuangan. Sedangkan
dalam penelitian Asthon (1987) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara tingkat profitabilitas dan audit delay. Penelitian yang dilakukan Ansah
(2000) membuktikan tingkat profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
Penelitian serupa di Indonesia telah banyak dilakukan dintaranya oleh
Rachmat Saleh (2004) yang meneliti tentang faktor faktor yang
mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada
perusahaan manufaktur di BEJ, yaitu rasio gearing, profitabilitas, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, item item luar biasa dan struktur kepemilikan.
Variabel variabel penelitian ini sama dengan variable variabel yang diteliti
oleh Owusu-Ansah (2000). Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Rachmat
Saleh (2004) menunjukkan bahwa variabel item item luar biasa (EXTRA)
yang diukur dengan skala dummy berpengaruh secara signifikan walaupun
pengaruhnya negative. Hasil ini tidak konsisten dengan dengan hasil
penelitian sebelumnya yaitu Owusu-Ansah (2000) yang menemukan bukti
empiris bahwa item item luar biasa yang diukur dengan skala dummy tidak
signifikan terhadap ketepatan pelaporan keuangan perusahaan. Hasil lainnya
menunjukkan rasio gearing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, hasil ini sejalan dengan hasil
penelitian Owusu-Ansah (2000) yaitu menemukan bukti empiris bahwa rasio
gearing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan. Menurut Rachmat Saleh (2004) variabel
profitabilitas dengan proksi ROA (return on asset) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil ini sekaligus
memperkuat penelitian Dyer dan McHugh (1975) yang menemukan bukti
empiris bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian
Owusu-Ansah (2000) yang menggunakan proksi ROE, menemukan bukti
empiris bahwa profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan
waktu pelaporan keuangan. Hasil penelitian Rachmat Saleh (2004) juga
menemukan bahwa umur perusahaan dan struktur kepemilikan tidak
berpengeruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan
perusahaan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Rachmawati tahun
2008 dengan judul “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
Terhadap Audit Delay dan Timeliness”. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008) terdapat pada beberapa
hal. Perbedaan pertama terletak pada variabel independen yang digunakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008) menggunakan lima
variabel indenpenden. Variabel independennya adalah profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor, ukuran perusahaan dan auditor (ukuran KAP).
Namun dalam penelitian ini penulis menggunakan enam variabel independen,
yaitu profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, ukuran KAP, umur
perusahaan dan likuiditas. Alasan peneliti menggunakan likuiditas sebagai
variabel independent adalah karena dalam penelitian sebelumnya disebutkan
likuiditas akan memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan
penyelesaian penyajian laporan keuangan, berarti semakin besar rasio
likuiditas perusahaan makin kecil keterlambatan penyelesaian yang terjadi.
Sedangkan alasan penggunaan umur perusahaan dikarenakan memiliki
hubungan negatif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan,
dengan kata lain, memiliki hubungan positif terhadap keterlambatan
penyelesaian penyajian laporan keuangan.
Perbedaan kedua terletak pada cara menghitung variabel
independennya. Jika pada penelitian Rachmawati (2008), profitabilitas
dihitung dengan menggunakan return of asset (ROA), maka pada penelitian
ini profitabilitas dihitung dengan menggunakan return of equity (ROE).
Alasan penulis menggunakan alat ukur ROE, dikarenakan ROE lebih
mencerminkan total profitabilitas yang bisa dialokasikan ke pemegang saham.
Dan variabel yang terakhir ukuran perusahaan dihitung menggunakan total
aktiva, maka dalam peneltian ini diukur dengan total penjualan. Karena total
penjualan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Dan perbedaan ketiga terletak pada pemilihan sampel. Jika pada
penelitian Rachmawati (2008) menggunakan sampel perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEJ periode 2003-2005 maka pada penelitian ini sampel
yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode
2006-2008.
B. Rumusan Masalah
Masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur
perusahaan, ukuran perusahaan dan auditor (ukuran KAP) terhadap audit
delay dan Timelines?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh faktor profitabilitas,
solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan ukuran KAP
terhadap audit delay dan Timeliness.
D. Manfaat Penelitian
1. Membantu para auditor dalam mengidentifikasikan faktor faktor yang
mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness, sehingga diharapkan lamanya
Audit Delay dan Timeliness semakin berkurang.
2. Membantu profesi akuntan publik dalam upaya meningkatkan efisiensi
dan efektivitas proses audit dengan mengendalikan faktor-faktor dominan
yang menyebabkan terjadinya Audit Delay dan Timeliness.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Laporan Keuangan
Didalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, yang sering
disebut masyarakat industri maka komunikasi data keuangan dan data
ekonomi lainnya sangat diperlukan. Perekonomian masyarakat tersebut
dicerminkan dalam bentuk organisasi badan usaha yang besar dimana para
pemilik atau penanam modalnya sudah menyebar ke seluruh pelosok daerah
dan operasinya yang sudah menjangkau secara luas bahkan sampai ke luar
negeri.
Para penanam modal tersebut percaya bahwa modal yang ditanam dalam
perusahaan perlu diadakan pengawasan atau pengendalian, sehingga mereka
sangat memerlukan laporan keuangan yang dapat dipercaya dari perusahaan
dimana mereka menanamkan modalnya. Pasar modal sangat memerlukan
laporan keuangan bagi perusahaan yang melaksanakan emisi atau
memasyarakatkan modalnya. Demikian juga pemerintah dalam memungut
pajak bagi wajib pajaknya sangat didasarkan pada laporan keuangan mereka
agar diperoleh penentuan pajak yang lebih objektif. Pihak-pihak lain seperti
calon penanam modal, calon pemberi kredit, serikat buruh, lembaga-lembaga
keuangan serta industri lainnya sangat memerlukan laporan keuangan.
Laporan keuangan yang disajikan tersebut hendaknya dapat memenuhi
keperluan yaitu dapat memberi informasi secara kuantitatif, lengkap dan dapat
dipercaya. Disamping itu laporan keuangan harus mencerminkan keadaanya
secara tepat dan netral sehingga para pengambil kepurusan yang mendasarkan
diri pada laporan keuangan tidak tersesat.
Laporan keuangan yang biasanya terdiri dari posisi keuangan atu neraca
dan laporan laba rugi harus disajikan secara wajar. Neraca dibuat dengan
maksud untuk menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan atau
organisasi pada suatu saat tertentu sedangkan laporan laba rugi
menggambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai dalam suatu periode waktu
tertentu. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan, pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam
periode tertentu kepada berbagai pihak yang berkepentingan (Yusuf, 2001:21).
Oleh Karena itu dibutuhkan suatu bahasa yang sama agar apa yang
dimaksudkan dalam suatu laporan dapat dipahami dalam pengertian yang
sama oleh pihak-pihak tersebut sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi
kesalahpahaman (Wijaya, 2003). Menurut Weggandt (1995:6) dalam
(Indriana, 2005) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut “laporan
keuangan merupakan sarana utama dimana informasi keuangan
dikomunikasikan dengan pihak luar perusahaan, laporan ini memberikan
sejarah kuantitatif perusahaan dalam satuan uang”.
Adapun pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut:
“Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dengan berbagai
cara seperti misalnya: sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut. Misalnya
informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga” (PSAK, KDPPLK No. 7).
Laporan keuangan yang telah disusun dan disajikan kepada semua pihak
yang berkepentingan pada hakekatnya merupakan alat komunikasi. Artinya
laporan keuangan digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan
dari perusahaan dan kegiatan-kegiatan perusahaan tersebut kepada para pihak-
pihak yang berkepentingan, sehingga manajemen mendapat informasi yang
bermanfaat untuk: (Munawir, 2000:3)
a) Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.
b) Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap bagian, proses atau
produksi, serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai.
c) Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah
diserahi wewenang dan tanggungjawab.
d) Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan guna mencapai hasil yang
baik.
Menurut PSAK No. 1 (2002, par 07) “Tujuan laporan keuangan untuk
tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja
dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengunaan
sumber-sumber daya yang dipercayakan mereka”.
2. Audit
Auditing adalah sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataan-
pernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk
menentukan tingkat hubungan antara pernyatan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak-pihak
yang berkepentingan. (Mulyadi, 2002 :9)
Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk
memberikan pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa
tidak menyajikan secara wajar , dalam segala hal yang bersifat materiil, sesuai
dengan prinsip-prinsip akutansi yang lazim. (Asmara, 1996:35). Ada lima tipe
pokok laporan audit yang diterbitkan auditor (Mulyadi, 2002:20):
a) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion report).
b) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelasan (unqualified opinion reportwith explanatory language).
c) Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified
opinion report).
d) Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (adverse opinion report).
e) Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (disclaimer
of opinion report).
Kegiatan yang dilakukan oleh IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) antara lain
meliputi penetapan Standar-standar auditing untuk profesi (Asmara, 1996:8-9)
1. Standar Auditing yang Diterima Umum Standar Auditing yang paling dikenal
adalah Standar-standar auditing yang diterima umum. Di Indonesia, Standar
auditing ini tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik. Standar
auditing ini :
a. Menetapkan kualitas kerja dan seluruh tujuan yang akan dicapai dalam
suatu audit laporan keuangan.
b. Terdiri dari Standar Umum, standar Pekerjaan Lapangan dan Standar
Pelaporan.
2. Standar Umum
Standar umum berhubungan dengan kualifikasi atau seorang auditor dan
kualitas pekerjaan auditor. Standar umu terdiri dari 3 standar, (Mulyadi, 2002:
25) yaitu :
a. Latihan tehnis dan kecakapan yang memadai
b. Independesi sikap mental
c. Kecermatan dan keseksamaan dalam menjalankan pekerjaan
3. Standar Pekerjaan Lapangan
Standar pekerjaan lapangan terutama berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan audit dilapangan. Standar pekerjaan lapangan terdiri dari 3 standar,
yaitu :
a. Perencanaan yang cukup dan pengawasan yang memadai
b. Memahami struktur pengendalian intern
c. Memperoleh bukti kompeten yang cukup
4. Standar Pelaporan Standar pelaporan berhubungan dengan masalah
pengkomunikasian hasil-hasil audit. Standar pelaporan ini terdiri dari 4
standar, yaitu:
a. Laporan keuangan disajikan sesuai Standar Akuntansi Keuangan.
b. Konsisten penerapan Standar Akuntansi Keungan.
c. Pengungkpan yang memadai.
d. Pernyataan pendapat.
3. Audit Delay
Seperti yang dikutip dari Guy, Alderman dan Winters (2002) menurut
American Accounting Assosiation Committe dalam (Basic Accounting
Concept) telah mendefinisikan auditing sebagai suatu proses yang sistematis
dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan
dengan pernyataan-pernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-
kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat hubungan antara pernyataan-
pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomukasikan
hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan. (Asmara, 1996:5).
Dalam pelaksanaan audit perlu adanya perencanaan audit yang salah
satunya penyusunan anggaran waktu (time budget) yang secara sederhana
menetapkan pedoman mengenai jumlah waktu dari masing-masing bagian
audit. Anggaran waktu apabila digunakan secara tepat dapat memiliki
sejumlah manfaat. Anggaran tersebut dapat memberikan metode yang efisien
untuk menjadual staf, memberikan pedoman tentang berbagi bidang audit
memberikan insentif kepada staf audit untuk bekerja secara efisien, dan
bertindak sebagai alat untuk menentukan honor audit. Akan tetapi anggaran
waktu apabila tidak digunakan tepat dapat merugikan, anggaran waktu
merupakan suatu pedoman tetapi tidak absolut. Jika auditor menyimpang dari
program audit apabila terjadi perubahan kondisi, auditor mungkin juga
terpaksa menyimpang dari anggaran waktu. Auditor tekadang merasa
mendapat tekanan.
Menurut Ashton, Willingham dan Elliot (1987) dalam (Novita, 2004)
dikatakan bahwa proses audit sangat memerlukan waktu yang berakibat
adanya audit delay yang nantinya akan sangat berpengaruh pada ketepatan
waktu pelaporan keuangan. Audit delay merupakan lamanya waktu dari
tanggal tutup tahun fiskal perusahaan sampai dengan tanggal laporan auditor
dengan menghitung rata rata jumlah audit delay pada selurah perusahaan. Jika
nilainya dibawah rata rata tidak terjadi audit delay dan jika di atas rata rata
terjadi audit delay (Ettredge, Li Chan dan Sun Lili, 2005).
4. Timeliness
Salah satu pengukuran transparansi dan kualitas pelaporan keuangan
adalah ketepat waktuan. Rentang waktu antara akhir tahun perusahaan dengan
tanggal pelaporan informasi keuangan kepada publik sangat terkait dengan
kualitas informasi yang dilaporkan. Menurut Suwardjono (2002) ketepatan
waktu informasi adalah informasi yang tersedia sebelum kehilangan
kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam
keputusan. Owusu-Ansah (2000), secara konsepsual yang dimaksud dengan
tepat waktu adalah kualitas ketersediaan informasi pada saat yang diperlukan
atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi waktu.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi rentang waktu antara akhir
tahun buku dan pengumuman laporan audit dan pelaporan laporan keuangan.
Ashton, Graul, dan Newton (1989) dalam McGee (2006) menyatakan bahwa
ukuran KAP, klasifikasi industry, item item luar biasa, dan net income adalah
beberapa faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap ketepat waktuan
penyampaian laporan keuangan. Berdasarkan surat Keputusan Ketua
BAPEPAM Nomor : Kep-36/PM/2003 bahwa laporan keuangan disertai
dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus disampaikan
kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari)
setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Ketepatan waktu diukur dengan
menggunakan variabel dummy, dimana kategori 0 untuk perusahaan yang
tidak tepat waktu dan kategori 1 untuk perusahaan yang tepat waktu.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness
1. Profitabilitas
Tingkat profitabilitas diperkirakan mempengaruhi audit delay dan
timeliness. Menurut Givoly & Palmon (1982) bahwa ketepatan waktu dan
keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan
keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik maka pihak
manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu dan jika
pengumuman laba berisi berita buruk, maka pihak manajemen cenderung
melaporkan tidak tepat waktu. Carslaw & Kaplan (1991) yang menyatakan
perusahaan yang mengalami rugi cenderung memerlukan auditor untuk
memulai proses pengauditan lebih lambat dari biasanya. Oleh karena hal
tersebut, maka akan terjadi pula keterlambatan dalam menyampaikan
kabar buruk kepada publik.
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi
membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat
dikarenakan keharusan untuk menyampaikan kabar baik secepatnya
kepada publik. Mereka juga memberikan alasan bahwa auditor yang
menghadapi perusahaan yang mengalami kerugian memiliki respon yang
cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan proses pengauditan.
Return Of Equity (ROE) = BiasaSahamModalRataRata
efernSahamDevidenBersihLaba
Pr
2. Solvabilitas
Analisa solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan menutupi seluruh
kewajiban-kewajibannya. Solvabilitas juga mengindikasikan jumlah modal
yang dikeluarkan oleh investor dalam rangka menghasilkan laba. Menurut
Carslaw & Kaplan (1991) proporsi relatif dari hutang terhadap total aset
mengindikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar
dari hutang terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan
kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian dari auditor terhadap
laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini disebabkan karena tingginya
proporsi dari hutang akan meningkatkan pula resiko kerugiannya. Oleh
karena itu perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat
cenderung biasanya dapat melakukan kesalahan manajemen
(mismanagement) dan kecurangan (fraud). Proporsi yang tinggi dari
hutang terhadap total aset ini, akan mempengaruhi likuiditas yang terkait
dengan masalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern), yang
pada akhirnya memerlukan kecermatan yang lebih dalam pengauditan.
Total Debt to Total Assets (TDTA) = AktivaTotal
KewajibanTotal
3. Likuiditas
Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan)
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh
tempo secara tepat waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan
oleh rasio lancar yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban
lancar. Rasio ini dapat memberikan sebuah ukuran likuiditas yang cepat,
mudah digunakan dan mampu menjadi indikator terbaik dari sampai
sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah ditutupi oleh aktiva
yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat (Brigham
& Houston, 2006).
Penelitian Suharli dan Rachpiliani (2006) memberikan bukti empiris
bahwa likuiditas mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan perusahaan dan memiliki hubungan searah. Apabila
perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin besar, ini berarti
semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka
pendeknya. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang
tinggi dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini merupakan
berita baik (good news) sehingga perusahaan dengan kondisi seperti ini
cenderung untuk tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangannya.
Current Ratio (CR) = LancarKewajiban
LancarAktiva
4. Size Perusahaan
Terkait dengan ketepatwaktuan laporan keuangan tahunan, ukuran
perusahaan juga merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan.
Besar kecilnya ukuran perusahaan juga dipengaruhi oleh kompleksitas
operasional, variabilitas dan intensitas transaksi perusahaan tersebut yang
tentunya akan berpengaruh terhadap kecepatan dalam menyajikan laporan
keuangan kepada publik.
Dyer dan McHugh (1975) menyatakan bahwa manajemen
perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi penundaan audit
(Audit Delay) dan penundaan laporan keuangan yang disebab-kan oleh
karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor,
asoisasi perdagangan dan agen regulator. Di samping itu ukuran
perusahaan juga memiliki alokasi dana yang lebih besar untuk membayar
biaya audit (audit fees), hal ini menyebabkan perusahaan yang memiliki
ukuran perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki Audit Delay dan
Timeliness yang lebih pendek bila dibandingkan dengan perusahaan
yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih kecil.
5. Umur perusahaan
Perusahaan dengan umur yang makin tua, cenderung untuk lebih
terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi
ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang
cukup (Saleh, 2004). Owusu dan Ansah (2000) menyatakan, ketika sebuah
perusahaan berkembang dan para akuntannya belajar lebih banyak
masalah pertumbuhan, menyebabkan penundaan yang luar biasa dapat
diminimalisasikan. Akibatnya perusahaan mapan yang memiliki umur
lebih tua cenderung lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan
menghasilkan informasi ketika diperlukan karena pengalaman belajar.
6. Kantor Akuntan Publik (KAP)
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan
publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam
praktek akuntan publik. Menurut Arens dan Loebbeck mengkategorikan
ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) menjadi empat kategori: (a)
KantorAkuntan Publik Internasional “Big Four”, (b) Kantor Akuntan
Publik Nasional, (c) Kantor Akuntan Publik Lokal dan (d) Regional,
Kantor Akuntan Publik Lokal Kecil
6. Kerangka Teoritis
Di bawah ini merupakan kerangka teoritis yang memperlihatkan model
penelitian yang akan dilakukan.
Variable independent Variabel dependent
7. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
a) Penelitian Courtis (1976) menunjukkan bahwa variabel yang paling
signifikan pengaruhnya terhadap audit delay adalah tingkat profitabilitas
perusahaan. Jika perusahaan menghasilkan tingkat profitabilitas yang lebih
tinggi maka audit delay lebih pendek dibandingkan perusahaan yang
memiliki tingkat profitabilitas yang lebih rendah. Perusahaan tambang dan
eksplorasi lebih lambat pelaporannya daripada kelompok industri tertentu.
Sedangkan ukuran perusahaan (total aktiva), umur perusahaan, jumlah
pemegang saham dan jumlah halamam pelaporan tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Rata-rata audit delay untuk
perusahaan-perusahaan publik di New Zelland adalah 83 hari.
b) Givoly and Palmon (1982) dalam (Rachmawati, 2008) melakukan
penelitian terhadap lima aspek yang mempengaruhi ketepatan waktu
pelaporan keuangan yang meliputi trend keterlambatan laporan keuangan,
bentuk pengumuman dalam industri, hubungan antara keterlambatan
1. Profitabilitas
2. Solvabilitas
3. Likuiditas
4. Size Perusahaan
5. Umur Perusahaan
6. Kantor akuntan
Publik
1.Audit Delay
2.Timeliness
dengan pelaporan dengan isi laporan, hubungan antara keterlambatan
dengan atribut perusahaan dan hubungan antara keterlambatan informasi
yang terkandung dalam laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa rata-rata keterlmbatan yang terjadi antara 41 hari hingga 63 hari.
Tepat waktu dikaitkan dengan isi laporan adalah kelambatan penerbitan
laporan keuangan dikaitkan dengan berita baik (good news) dan berita
buruk (bad news). Berita baik dan buruk erat kaitannya dengan tingkat
profitabilitas perusahaan. Perusahaan yang tingkat labanyan tinggi akan
menerbitkan laporan keuangan lebih cepat daripada perusahaan yang
tingkat profitabilitasnya rendah.
c) Rachmat Saleh (2004), Made Gede dan Wirakusuma (2004), dan Bandi
dan Santoso Tri Hananto (2002). Beberapa faktor tersebut diantaranya
adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan,
dan pelaporan item – item luar biasa dan atau kontinjensi. Hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat faktor spesifik perusahaan yang
mempengaruhi ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, sedangkan
beberapa faktor lainnya tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan
waktu. Tetapi dari beberapa penelitian yang dilakukan, terdapat faktor
yang memiliki jenis hubungan yang bertentangan dengan logika
teorinya,misalnya hasil penelitian oleh Rachmat Saleh (2004). Bahkan ada
kontroversi mengenai jenis hubungan suatu faktor antara hasil peneliti
yang satu dengan yang lainnya, misalnya hasil penelitian Rachmat Saleh
(2004), dan Bandi dan Santoso Tri Hananto (2002). Penelitian ini
dilakukan untuk menguji kembali beberapa faktor – faktor dalam
penelitian terdahulu yang mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan
keuangan, untuk melihat pengaruh dan jenis hubungannya, sekaligus
meneliti apakah ada pengaruh dari faktor lain yang belum diteliti oleh
peneliti terdahulu, yaitu likuiditas, terhadap penyelesaian penyajian
laporan keuangan. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan,
tujuan dari penelitian ini adalahmengetahui pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan, dan pelaporan item
– item luar biasa dan/atau kontinjensi terhadap penyelesaian penyajian
laporan keuangan perusahan.
8. Hipotesis
1. Pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur
perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap Audit
Delay.
Ashton & Elliot (1987) meneliti hubungan antara Audit Delay dengan
beberapa variable independen yang terdiri dari total pendapatan,
kompleksitas perusahaan, jenis industri, status perusahaan publik atau non
publik, bulan penutupan tahun buku, kualitas sistem pengendalian internal,
kompleksitas operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan
keuangan, EDP, campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim
dan akhir tahun, lamanya perusahaan menjadi klien KAP, besarnya laba
rugi, tingkat profitabilitas dan jenis opini. Hasilnya menunjukkan bahwa
rata-rata interval waktu antara tanggal penutupan tahun buku dan tanggal
laporan audit adalah 62.5 hari dengan variabel-variabel signifikan
berpengaruh memperpanjang Audit Delay adalah jenis opini qualified,
jenis perusahaan industri dibandingkan perusahaan finansial, status
perusahaan bukan publik, bulan penutupan tahun buku selain Desember,
SPI & EDP yang lemah, dan perjanjian pemerikasaan relatif lebih banyak
dilakukan setelah berakhirnya penutupan tahun buku. Owusu-Ansah
(2000) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan
pelaporan dengan menggunakan teknik regresi two stage least square
(2SLS) untuk mengetahui bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan
umur perusahaan dapat menjelaskan ketepatwaktuan pelaporan Na’im
(1998) menemukan bahwa ketepatwaktuan penyetoran laporan keuangan
tahunan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat ditunjukkan
sebagai ketaatan terhadap peraturan yang berlaku. Dengan
mengelompokkan sampel ke dalam kategori taat dan tidak taat, hasilnya
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan. Sementara
ukuran perusahaan dan opini akuntan publik tidak berpengaruh terhadap
ketepat waktuan pelaporan laporan keuangan tahunan. Halim (2000)
melakukan penelitian tentang Audit Delay di Indonesia dengan
menggunakan sampel 287 perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun
1997. Variabel independen yang digunakan total revenue, jenis industri,
bulan penutupan buku tahun, lamanya menjadi klien KAP, rugi atau laba
operasi, tingkat profitabilitas dan jenis opini. Dari hasil penelitian
diperoleh Audit Delay cenderung panjang apabila perusahaan
menggunakan tahun buku 31 Desember, perusahaan telah lama menjadi
klien KAP tertentu dan melaporkan kerugian, sedangkan hasil penelitian
multivariate menunjukkan bahwa ketujuh faktor tersebut secara serentak
sangat berpengaruh terhadap Audit Delay adalah tahun buku dan pelaporan
kerugian. Wirakusuma (2004) melakukan penelitian yang bertujuan
menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi rentang waktu penyajian
laporan keuangan ke publik (studi empiris mengenai keberadaan divisi
internal audit pada perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta). Adapun hal yang diuji adalah ukuran perusahaan, profitabilitas,
solvabilitas, jenis industri, imternal audit, reputasi auditor, opini auditor
dan jumlah waktu pelaksanaan audit. Hasil yang diperoleh adalah faktor-
faktor (1) ukuran perusahaan profitabilitas internal, auditor dan opini
auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentang waktu
penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan. Sedangkan
jenis industri dan reputasi auditor tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit lap
keuangan tahunan. Dari uraian diatas maka hipotesa yang diajukan adalah:
Ha1 : Terdapat pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur
perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap Audit Delay
2. Pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur
perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap
Timelines.
Penelitian empiris yang dapat menunjukkan faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku ketepatwaktuan laporan keuangan dilakukan
oleh Dyer & Mc Hugh (1975) yang meneliti faktorfaktor spesifik
perusahaan, yaitu ukuran perusahaan, tanggal akhir tahun tutup buku dan
tingkat profitabilitas. Temuan mereka menghasilkan adanya hubungan
yang signifikan dari ukuran perusahaan dan tanggal akhir tahun tutup buku
dengan ketepatwaktuan laporan keuangan, sementara tingkat profitabilitas
tidak berhubungan signifikan dengan ketepatwaktuan laporan keuangan.
Menurut Courtis (1976) dan Giling (1977), bahwa mereka tidak
menemukan hubungan hubungan yang konsisten antara faktor-faktor
spesifik perusahaan dengan perilaku ketepatwaktuan penyajian laporan
keuangan. Dalam penelitian Whittered (1980) dan Owusu-Ansah (2000)
menemukan bahwa tidak ada pendekatan yang memadai untuk
menjelaskan perilaku pelaporan keuangan dari perusahaan. Sementara itu
Givoly & Palmon (1982) menggunakan ukuran perusahaan dan
kompleksitas operasi untuk dapat menjelaskan ketepatwaktuan
(Timeliness), menemukan bahwa penundaan pelaporan erat kaitannya
dengan pola industri dan tradisi kabar buruk (bad news) cenderung ukuran
perusahaan menunjukkan hubungan negatif dengan ketepatwaktuan
laporan keuangan tahunan. Penelitian yang dilakukan Givoly & Palmon
(1982) juga menguji pengaruh karakteristik perusahaan dengan
ketepatwaktuan waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan berhubungan negatif dengan keterlambatan pelaporan dan
kompleksitas audit secara langsung berhubungan dengan keterlamabatan
pelaporan keuangan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Chambers
& Pennman (1984) di Amerika menemukan bukti empiris bahwa ada
hubungan terbalik antara besarnya perusahaan dan keterlambatan
pelaporan. Dari uraian diatas maka hipotesa yang diajukan adalah:
Ha2: Terdapat pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur
perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap timeliness
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta periode 2006-2008. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian adalah metoda purposive sampling, yaitu
penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan yang
dikehendaki oleh peneliti. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive
dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang representatif berdasarkan
kriteria yang ditentukan. Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk
menghindari timbulnya kesalahan dalam penentuan sampel penelitian,
yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap hasil analisis. Adapun
kriteria-kriteria yang dipilih dalam penentuan sampel adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara berturut-turut
untuk periode 2006-2008
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember untuk
2006-2008
3. Perusahaan yang sahamnya diperdagangkan secara aktif di BEI
B. Pengukuran Variabel
Sekaran (2006) menyatakan bahwa variabel merupakan sesuatu yang
membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai ini dapat berbeda
dalam waktu yang lain untuk objek atau orang yang sama atau dapat juga
berbeda pada waktu yang sama untuk orang atau objek yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan dua variabel utama, yaitu variabel
independen dan dependen. Adapun definisi dan pengukuran masing-
masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Variabel Dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
audit delay dan ketepatan waktu dalam penyampaian laporan
keuangan. Audit delay, diukur berdasarkan lamanya hari yang
dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit
laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku
perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada
laporan auditor independen dengan menggunakan rata rata jumlah total
seluruh perusahaan. Jika nilainya dibawah rata rata tidak terjadi audit
delay dan jika di atas rata rata terjadi audit delay. Sedangkan
Timeliness, diukur dari lamanya hari yang dibutuhkan untuk
mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit ke
publik, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan (31 Desember)
sampai tanggal penyerahan ke Bapepam (paling lambat tanggal 31
Maret tahun berikutnya).
2. Variabel Independen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Profitabilitas. Profitabilitas merupakan indikator keberhasilan
perusahaan (efektifitas manajemen) dalam menghasilkan laba.
Profitabilitas diproksikan dengan Return On Equity (ROE).
b. Solvabilitas (Solvability) adalah kemampuan perusahaan untuk
membayar semua hutangnya (baik hutang jangka pendek maupun
hutang jangka panjang) dari harta perusahaan tersebut (Soemardjo,
1977 : 7). Solvabilitas diproksikan dengan Total Debt To Total
Assets (TDTA).
c. Likuiditas. Variabel ini diproksikan dengan Current Ratio (CR)
yang merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat
jatuh tempo.
d. Ukuran Perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dinilai dari total
nilai aktiva, total penjualan, jumlah tenaga kerja dan sebagainya.
Pada penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan
menggunakan proksi total penjualan.
e. Umur Perusahaan. Umur perusahaan seharusnya diukur
berdasarkan tanggal berdirinya perusahaan tersebut. Namun dalam
penelitian ini, umur perusahaan diukur berdasarkan tanggal
terdaftarnya perusahaan pertama kali di pasar modal (Owusu dan
Ansah, 2000). Variabel ini diukur sejak perusahaan melakukan first
issue ke Bursa Efek Indonesia.
f. Ukuran KAP. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel
dummy. Kategori KAP yang bermitra KAP Big Four diberi nilai
dummy 1 dan kategori KAP yang tidak bermitra KAP Big Four
diberi nilai dummy 0.
C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah
disusun di dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan
(Indriantoro dan Supomo, 1999:147). Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini diambil dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) 2008, annual report dan data tanggal penyampaian laporan
keuangan ke BAPEPAM periode 2006 sampai dengan 2008.
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan statistik deskriptif,
kemudian dilakukan pengujian model, dan terakhir pengujian hipotesis.
Statistik deskriptif memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi
variabel-variabel penelitian, nilai maksimum, minimum, rata-rata dan
standar deviasi. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu
model data diuji dengan menilai kelayakan model regresi, menilai
keseluruhan model (overall model fit), dan menguji koefisien regresi.
D. Metode Analisis Data
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan
menggunakan regresi logistik (logictic regression) karena variabel
bebasnya merupakan kombinasi antara metric dan non metric (nominal).
Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas data pada variabel
bebasnya. Dalam logictic regression selain mengabaikan uji normalitas
juga tidak mensyaratkan uji heterokedastisitas. Logistic regression dipakai
apabila asumsi multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi
(Ghozali, 2005).
Model logistic regression yang akan digunakan dalam penelitian ini
disajikan sebagai berikut ini:
a. Pengujian variabel audit delay
DAUD = β0 + β1 (ROE) + β2 (TDTA) + β3 (CR) + β4 (SALE)
+ β5(AGE) + β6 (KAP) + e
Keterangan:
DAUD = Lamanya penyelesaian audit (audit delay)
ROE = Return on Equity (Profitabilitas)
TDTA = Total Debt to Total Assets (Solvabilitas)
CR = Current Ratio (Likuiditas)
SALE = Total penjualan (ukuran perusahaan)
AGE = Umur perusahaan
KAP = Ukuran KAP
b. Pengujian variabel Timeliness
TIME = α0 + α1 (ROE) + α2 (SLV) + α3 (CR) + α4 (SALE) +
α5 (AGE) + α6 (KAP) + e
Keterangan:
TIME = Ketepatan waktu penyampaian laporan
(Timeliness)
ROE = Return on Equity (Profitabilitas)
TDTA = Total Debt to Total Assets (Solvabilitas)
CR = Current Ratio (Likuiditas)
SALE = Total penjualan (ukuran perusahaan)
AGE = Umur perusahaan
KAP = Ukuran KAP
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan
menggunakan regresi logistik (logictic regression). Sebelum pengujian
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan dilakukan pengujian Kelayakan
model regresi, pengujian keseluruhan model (overall model fit),
pengujian Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square), dan Matrik
Klasifikasi.
Kemudian dilakukan pengujian-pengujian sebagai berikut:
1. Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hipotesis untuk menilai kelayakan
model regresi adalah :
H0: Tidak ada perbedaan antara model dengan data
Ha: Ada perbedaan antara model dengan data
Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih
besar dari pada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti
model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan
model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya
(Ghozali, 2006).
2. Menilai keseluruhan model (overall model fit)
Analisis yang dilakukan adalah menilai overall fit model
terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data maka H0 harus
diterima atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan
pada fungsi Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas
bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk
menguji hipotesis nol dan hipotesis alternatif, L ditransformasikan
menjadi -2LogL. Dengan degree of freedom n – q, dimana q adalah
parameter dalam model, output SPSS akan memberikan dua nilai -
2LogL, yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta dan
yang kedua untuk model dengan konstanta dan variabel bebas. Dengan
alpha 5%, cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut :
a. Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang
berarti bahwa model fit dengan data.
b. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang
berarti bahwa model tidak fit dengan data.
Adanya pengurangan nilai antara - 2LogL awal (initial - 2LL
function) dengan nilai - 2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan
bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Log
Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian "Sum of
Square Error" pada model regresi, sehingga penurunan Log Likelihood
menunjukkan model regresi yang semakin baik.
3. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar variabilitas variabel–variabel independen mampu
memperjelaskan variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi
pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square.
Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R
Square pada regresi berganda (Ghozali, 2006). Nilai ini didapat
dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai
maksimumnya.
4. Matrik Klasifikasi
Matrik klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan perpindahan KAP yang
dilakukan oleh perusahaan. Dalam output regresi logistik, angka ini
dapat dilihat pada Classification Table.
5. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat dilihat melalui koefisien regresi.
Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan
bentuk hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan
tingkat signifikasi (α).
Jika nilai asymtotik signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi
/α ) maka berarti H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa
variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya
variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, bila asymtotik signifikan >
dari 0,05 (tingkat signifikansi / α) maka berarti H0 diterima dan Ha
ditolak yang berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh faktor
profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan size perusahaan
dan ukuran KAP terhadap audit delay dan timeliness pada perusahan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008. Berdasar
pada kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh sampel penelitian
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel IV. 1
Hasil Pengambilan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah
Perusahaan manufaktur sebagai sampel tahun 2006 145
Perusahaan manufaktur sebagai sampel tahun 2007 145
Perusahaan manufaktur sebagai sampel tahun 2008 145
Perusahaan manufaktur yang tidak secara berturut-turut terdaftar di BEI tahun 2006-
2008 (18)
Jumlah observasi tahun 2006-2008 417
Sumber : Hasil Sampling
Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah sampel tahun 2006-2008
sebanyak 145 perusahaan per tahun. Perusahaan manufaktur yang tidak secara
berturut-turut terdaftar di BEI tahun 2006-2008 sebanyak 18 perusahaan.
Jumlah observasi selama perioda penelitian 417 perusahaan. Langkah
selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data. Data dalam penelitian ini
diperoleh dari laporan keuangan. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan regresi logistik dengan menggunakan software SPSS 16.0 for
windows.
B. Statistik Deskriptif
Satistik deskriptif merupakan statistik umum yang mencoba
memberikan gambaran dengan data yang ada dalam penelitian. Berikut ini
statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini.
Tabel IV.2
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CR 417 .01 34.35 2.1335 2.80583
TDTA 417 .05 72.73 .8262 3.57458
ROE 417 -6992.60 2164.37 -7.7712 373.30364
KAP 417 0 1 .43 .496
SALE 417 4401.00
97064000.00
3124268.5707
8192898.60521
AGE 417 1.00 31.00 14.4101 5.33468
TIME 417 0 1 .38 .486
DAUD 417 0 1 .61 .487
Valid N (listwise) 417
Keterangan :
DAUD = Lamanya penyelesaian audit (audit delay)
TIME = Ketepatan waktu penyampaian laporan (Timeliness)
ROE = Return on Equity(Profitabilitas)
TDTA = Total Debt to Total Assets (Solvabilitas)
CR = Current Ratio (Likuiditas)
SALE = Total penjualan (ukuran perusahaan)
AGE = Umur perusahaan
KAP = Ukuran KAP
Sumber: Hasil Olah Data
Variabel current ratio sebagai proksi likuiditas memiliki nilai
minimum sebesar 0.01 dengan nilai maksimum 34.35. Nilai rata-rata current
ratio sebesar 2.13 dengan standar deviasi sebesar 2.80.
Variabel total debt to total assets memiliki nilai minimum sebesar 0.05
dengan nilai maksimum 72.73. Nilai rata-rata total debt to total assets sebesar
0.82 dengan standar deviasi sebesar 3.57.
Variabel return on equity memiliki nilai minimum sebesar -6992.60
dengan nilai maksimum 2164.37. Nilai rata-rata return on equity sebesar -
7.77dengan standar deviasi sebesar 373.30.
Variabel KAP size memiliki nilai minimum sebesar 0 dengan nilai
maksimum 1. Nilai rata-rata KAP size sebesar 0.43 dengan standar deviasi
sebesar 0.49.
Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 4401.00
dengan nilai maksimum 97064000. Nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar
3124268.5 dengan standar deviasi sebesar 8192898.6
Variabel umur perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 1 tahun
dengan nilai maksimum 31 tahun. Nilai rata-rata umur perusahaan sebesar
14.4 tahun dengan standar deviasi sebesar 5.33.
Variabel lamanya penyelesaian audit memiliki nilai minimum sebesar
0 dengan nilai maksimum 1. Nilai rata-rata lamanya penyelesaian audit
sebesar 0.61 dengan standar deviasi sebesar 0.48.
Variabel ketepatan waktu penyampaian laporan memiliki nilai
minimum sebesar 0 dengan nilai maksimum 1. Nilai rata-rata ketepatan waktu
penyampaian laporan sebesar 0.38 dengan standar deviasi sebesar 0.48.
C. Uji Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh faktor
profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan size perusahaan dan
ukuran KAP terhadap audit delay dan timeliness pada perusahan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Uji hipotesis dalam penelitian ini
meliputi beberapa tahap berikut ini.
1. Uji fit Model
Pengujian ini bertujuan untuk menilai tingkat kecocokan model
penelitian dengan data yang digunakan. Hasil uji fit model untuk regresi
persamaan 1 tersaji pada tabel berikut ini.
Tabel IV.3
Uji Fit Model 1
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 10.910 8 .207
Sumber: Hasil Olah Data
Berdasar tabel di atas diketahui bahwa uji Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of fit menunjukkan nilai Chi-square sebesar 10.910 dengan
signifikansi sebesar 0.207. Pengujian memberikan hasil signifikansi di
atas 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi persamaan 1
telah cocok (fit) antara model penelitian dengan data yang digunakan.
Hasil uji fit model untuk regresi persamaan 2 tersaji pada tabel
berikut ini.
Tabel IV.4
Uji Fit Model 2
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 2.898 8 .941
Sumber: Hasil Olah Data
Berdasar tabel di atas diketahui bahwa uji Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of fit untuk regresi persamaan 2 menunjukkan
nilai Chi-square sebesar 2.898 dengan signifikansi sebesar 0.941
Pengujian memberikan hasil signifikansi di atas 0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi persamaaan 2 telah cocok (fit) antara
model penelitian dengan data yang digunakan.
2. Classification Table
Classification Table merupakan pengujian yang digunakan untuk
mengetahui ketepatan klasifikasi model dalam melakukan prediksi. Hasil
uji classification table persamaan 1 tersaji pada tabel berikut ini :
Tabel IV.5
Classification Table 1
Sumber : Hasil Olah Data
Hasil uji classification table menunjukan ketepatan klasifikasi
untuk perusahaan yang memiliki audit delay rendah sebesar sebanyak
17.9% sedangkan untuk perusahaan yang memiliki audit delay tinggi
sebesar 88.4%. Hasil uji ini menunjukkan ketepatan klasifikasi secara
keseluruhan sebesar 60%, sehingga dapat disimpulkan model regresi
persamaan 1 dalam penelitian ini memiliki kemampuan prediksi yang
baik karena memiliki ketepatan klasifikasi tinggi.
Hasil uji classification table untuk regresi persamaan 2 tersaji pada
tabel berikut ini :
Tabel IV.6
Classification Table 2
Sumber : Hasil Olah Data
Hasil uji classification table untuk model regresi ke-2
menunjukan ketepatan klasifikasi untuk perusahaan yang memiliki tidak
tepat waktu dalam penyampain laporan keuangan sebesar sebanyak
96.5% sedangkan untuk perusahaan yang tepat waktusebesar 5.7%. Hasil
ini menunjukkan ketepatan klasifikasi secara keseluruhan sebesar
61.9%, sehingga dapat disimpulkan model regresi persamaan 2 dalam
penelitian memiliki kemampuan predikais yang baik karena memiliki
ketepatan klasifikasi tinggi.
3. Negelkerke R Square
Hasil pengujian untuk Negelkerke R Square untuk regresi
persamaan ke-1 tersaji pada tebel berikut ini.
Tabel IV.7
Uji R Square 1
Step -2 Log
likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 541.709(a) .048 .065
Sumber: Hasil Olah Data
Cox-Snell R2
dan Nagelkerke R memiliki analogi yang sama
dengan nilai R-square pada regresi linier. Berdasarkan tabel di atas
diketahui bahwa nilai Negelkerke R Square sebesar 0.065. Hal tersebut
berati 6.5% perubahan audit delay oleh return on equity, total debt to
total assets, current ratio, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan
ukuran KAP, sisanya 93.5% dijelaskan oleh faktor lain di luar model
penelitian.
Hasil pengujian untuk Negelkerke R Square untuk regresi
persamaan ke-2 tersaji pada tebel berikut ini.
Tabel IV.8
Uji R Square 2
Step -2 Log
likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 534.294(a) .047 .064
Sumber: Hasil Olah Data
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai Negelkerke R
Square untuk regersi persamaam ke-2 sebesar 0.064. Hal tersebut
berati 6.4% ketepatan penyapaian pelaporan keuangan dipengaruhi
oleh return on equity, total debt to total assets, current ratio, ukuran
perusahaan, umur perusahaan dan ukuran kap, sisanya 93.4%
dijelaskan oleh faktor lain di luar model penelitian.
4. Omnibus Test
Omnibus Test merupakan analisis yang digunakan untuk menguji
pengaruh secara simultan antara variabel independen terhadap variabel
dependen. Hasil uji Omnibus Test untuk regresi persamaan 1 tersaji pada
tabel berikut ini.
Tabel IV.9
Omnibus Test 1
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 20.542 6 .002
Block 20.542 6 .002
Model 20.542 6 .002
Sumber: Hasil Olah Data
Omnibus Test dapat dianalogikan seperti nilai F pada pengujian
regresi linier. Hasil Omnibus test diperoleh koefisien Chi-Square sebesar
20.542 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.002. Pengujian
memberikan hasil yang signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa
return on equity (profitabilitas), total debt to total assets (solvabilitas),
current ratio (likuiditas), ukuran perusahaan, umur perusahaan dan
ukuran kap berpengaruh secara simultan terhadap audit delay. Hipotesis
1a diterima.
Hasil uji Omnibus Test untuk regresi persamaan 2 tersaji pada
tabel berikut ini.
Tabel IV.10
Omnibus Test 2
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 20.061 6 .003
Block 20.061 6 .003
Model 20.061 6 .003
Sumber: Hasil Olah Data
Hasil Omnibus test diperoleh koefisien Chi-Square sebesar
20.061 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.003. Pengujian
memberikan hasil yang signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa
return on equity (profitabilitas), total debt to total assets (solvabilitas),
current ratio (likuiditas), ukuran perusahaan, umur perusahaan dan
ukuran kap berpengaruh secara simultan terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan (timeliness). Hipotesis 2a diterima.
5. Nilai t
Nilai t regresi pada logistik regresi tersaji pada tabel variable in
equation. Nilai Wald pada tabel dapat dianalogikan sebagai t hitung,
segangkan kolom B merupakan koefisien regresi dan konstanta. Hasil
pengujian dapat dilihat pada kolom sig (nilai p). Jika nilai p
memberikan hasil di bawah 0.05, hal tersebut menunjukan pengujian
memberikan hasil yang signifikan. Hasil uji t regresi logistik persamaan
ke-1 tersaji pada tabel berikut ini.
Tabel IV.11
Nilai t Regresi 1
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a CR -.028 .039 .523 1 .469 .972
TDTA .942 .317 8.837 1 .003 2.566
ROE . -.00026 .000 .364 1 .546 1.000
KAP -.172 .226 .581 1 .446 .842
SALE -.0000000053 .000 .178 1 .673 1.000
AGE -.001 .021 .004 1 .950 .999
Constant -.010 .360 .001 1 .977 .990
a. Variable(s) entered on step 1: CR, TDTA, ROE, KAP, SALE, AGE.
Sumber: Hasil Olah Data
Hasil pengujian terhadap variabel return on equity sebagai proksi
profitabilitas perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar 0.000
dengan signifikansi sebesar 0.546 Pengujian memberikan hasil yang
tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil ini
sejalan dengan hasil penelitian dari Rachmawati (2008). Akan tetapi
hasil tidak sejalan penelitian Carslaw dan Kaplan (1991) dan Ekowati
(1996) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap audit delay. Seperti yang dikutip dari Carslaw dan Kaplan
(1991) lebih singkatnya audit delay pada perusahaan yang lebih besar
disebabkan karena perusahaan yang lebih besar mempunyai efisiensi
dan sistem pengendalian yang lebih kuat. Selain itu hal tersebut juga
berkaitan dengan pelayanan yang lebih baik untuk klien yang lebih
besar oleh perusahaan untuk memastikan kepuasan klien.
Hasil pengujian terhadap variabel total debt to total assets sebagai
proksi solvabiltas perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar 0.942
dengan signifikansi sebesar 0.003. Pengujian memberikan hasil yang
.signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa solvabilitas perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil ini sejalan dengan
hasil penelitian dari Rachmawati (2008). Akan tetapi penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ekowati (1996) yang
menyatakan bahwa solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
audit delay.
Hasil pengujian terhadap variabel current ratio sebagai proksi
likuiditas perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar -0.028 dengan
signifikansi sebesar 0.469. Pengujian memberikan hasil yang tidak
signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas perusahaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian dari Suharli dan Rachpiliani (2006) yang
menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap audit
delay. Akan tetapi penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari
Made Gede (2004) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak
berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Ini menunjukkan bahwa
dalam perusahaan mungkin terjadi pengelolaan aktiva yang tidak
efektif, karena hanya dengan menggunakan aktiva lancar saja (yang
jumlahnya hanya setengah dari total aktiva) dapat menutup seluruh total
hutang (yang mencakup seluruh komponen hutang lancar dan hutang
jangka panjang). Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa terdapat aktiva
yang menganggur yang tidak digunakan secara efektif oleh manajemen
perusahaan. Dan jika investor melihat hal ini, maka dapat menjadi kabar
buruk bagi manajemen, karena manajemen memiliki kemungkinan
dipandang tidak mampu mengelola aktiva dengan baik. Oleh karena
itulah walaupun jika dipandang dari likuiditas dapat dikatakan terjadi
berita baik, namun jika dilihat dari kemampuan mengelola aktiva, dapat
dikatakan merupakan berita buruk, oleh karena itu hasil penelitian
menunjukkan hasil yang tidak signifikan.
Hasil pengujian terhadap variabel total penjualan sebagai proksi
ukuran perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar 0.000 dengan
signifikansi sebesar 0.673. Pengujian memberikan hasil yang tidak
signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan hasil penelitin sebelumnya yang dilakukan oleh
Rachmawati (2008), akan tetapi hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian dari Givoly & Palmon (1982) yang mengatakan bahwa
ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap audit
delay. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya sistem pengendalian intern
perusahaan yang kuat dan baik, sehingga penyampaian laporan
keuangan auditan sudah ditentukan waktunya.
Hasil pengujian terhadap variabel umur perusahaan diperoleh
koefisien regresi sebesar -0.001 dengan signifikansi sebesar 0.950.
Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat
disimpulkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap audit delay. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian dari
Rachmat Saleh (2004). Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Ansah (2000) dan Almilia Setiady yang menunjukkan bahwa
umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Sebuah
perusahaan berkembang dan para akuntannya belajar lebih banyak
masalah pertumbuhan, menyebabkan penundaan yang luar biasa dapat
diminimalisasikan. Akibatnya perusahaan mapan yang memiliki umur
lebih tua cenderung lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan
dan menghasilkan informasi ketika diperlukan karena pengalaman
belajar. Hal menunjukkan bahwa semakin tinggi umur perusahaan tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap keterlambatan penyampaian
laporan keuangan perusahaan.
Hasil pengujian terhadap variabel ukuran KAP diperoleh
koefisien regresi sebesar -0.172 dengan signifikansi sebesar 0.446.
Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat
disimpulkan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap
audit delay. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
dari Rachmawati (2008) dan Subekti, Widiyanti, dan Novi (2004) yang
menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap audit
delay. Lamanya waktu penundaan disebabkan waktu melengkapi audit
akhir tahun dan adanya waktu negosiasi klien dengan auditor.
Hasil uji t regresi logistik persamaan ke-2 tersaji pada tabel
berikut ini.
Tabel IV.12
Nilai t Regresi 2 Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a CR -.158 .066 5.768 1 .016 .854
TDTA -.353 .218 2.614 1 .106 .703
ROE -.002 .001 1.815 1 .178 .998
KAP -.311 .229 1.840 1 .175 .733
SALE -.00000026 .000 2.078 1 .149 1.000
AGE .001 .021 .001 1 .969 1.001
Constant .259 .357 .525 1 .469 1.295
a. Variable(s) entered on step 1: CR, TDTA, ROE, KAP, SALE, AGE.
Sumber: Hasil Olah Data
Hasil pengujian terhadap variabel return on equity sebagai proksi
profitabilitas perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar -0.002
dengan signifikansi sebesar 0.178. Pengujian memberikan hasil yang
tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan. Hasil ini sejalan dengan hasil
penelitian dari Rachmawati (2008) dan sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Halim (2000), Ansah (2000) yang menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara profitabilitas dengan
Timeliness. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Na’im (1999) dan Wirakusuma (2004) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
profitabilitas dengan Timeliness. Hal ini berarti besar kecil rasio
profitabilitas perusahaan tidak mempengaruhi penyelesaian penyajian
laporan keuangan.
Hasil pengujian terhadap variabel total debt to total assets sebagai
proksi solvabiltas perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar -0.158
dengan signifikansi sebesar 0.106. Pengujian memberikan hasil yang
tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa solvabilitas
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian dari Almilia dan Setiady (2006) yang menyatakan
bahwa solvabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan. Akan tetapi hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Rachmawati (2008) dan Made
Gede (2004) yang menyatakan bahwa solvabilitas mempunyai pengaruh
terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Semakin
tinggi prosentase hutang terhadap total aktiva, maka semakin tinggi pula
resiko bahwa perusahaan mungkin tidak dapat memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva
akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan
kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit.
Hal ini menyebabkan auditor lebih berhati hati .dalam melakukan
proses pengauditan, sehingga mengakibatkan lamanya rentang waktu
penyelesaian pelaksanaan audit aporan keuangan yang mengakibatkan
keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan.
Hasil pengujian terhadap variabel current ratio sebagai proksi
likuiditas perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar -0.028 dengan
signifikansi sebesar 0.016 Pengujian memberikan hasil yang signifikan
sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Michell
dan Awaliawati (2006). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian dari Almilia dan Setiady (2006) yang menyatakan bahwa
likuiditas tidak mempunyai pengaruh terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan. Maka, diperoleh kesimpulan bahwa
perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang tinggi dalam
melunasi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini merupakan berita baik
sehingga perusahaan dengan kondisi seperti ini cenderung tepat waktu
menyampaikan laporan keuangannya.
Hasil pengujian terhadap variabel total penjualan sebagai proksi
ukuran perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar 0.000 dengan
signifikansi sebesar 0.149. Pengujian memberikan hasil yang tidak
signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukakan
oleh Ahmad dan Komarudin (2001) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian dari Rachmawati (2008), Wirakusuma (2004),
Dyer dan McHugh (1975), Carslaw dan Kaplan (1991), Owusu-Ansah
(2000), dimana mereka memperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
Perbedaan hasil ini terjadi, bisa dikarenakan trend yang dihasilkan tetap
atau tidak ada trend dalam penelitian ini, sehingga tidak memiliki
kecendurangan, maka hasilnya tidak ada pengaruh yang terjadi.
Hasil pengujian terhadap variabel umur perusahaan diperoleh
koefisien regresi sebesar 0.001 dengan signifikansi sebesar 0.969.
Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat
disimpulkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan Rachmat Saleh (2004) yang menyatakan
bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Akan tetapi penelitian
ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Setiady (2006) yang
menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Perusahaan dengan
umur yang makin tua, cenderung untuk lebih terampil dalam
pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika
diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang
cukup. Selain itu perusahaan telah memiliki banyak pengalaman
mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan pengolahan
informasi dan cara mengatasinya. Perusahaan juga telah merasakan
perubahan – perubahan yang terjadi selama kegiatan operasinya,
sehingga perusahaan cenderung memiliki fleksibilitas dalam menangani
perubahan yang akan terjadi. Hal tersebut membuat perusahaan mampu
menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu.
Hasil pengujian terhadap variabel ukuran KAP diperoleh
koefisien regresi sebesar -0.331 dengan signifikansi sebesar 0.175.
Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat
disimpulkan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian dari Rachmawati (2008) dan Carslaw
dan Kaplan (1991). Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan
Michell dan Awaliawati (2006) yang menyatakan bahwa ukuran KAP
berpengaruh signifikan terhadap timeliness. DeAngelo (1981)
menyatakakan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan kualitas
audit yang dihasilkan lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil.
Dan menurut Loeb (1971) kantor akuntan besar disebutkan memiliki
akuntan yang berprilaku lebih etikal daripada akuntan di kantor akuntan
kecil.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh faktor
profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan size perusahaan dan
ukuran KAP terhadap audit delay dan timeliness pada perusahan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan regresi logistik dengan software SPSS 16.0 For
Windows. Berdasarkan analisis penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut.
1. return on equity (profitabilitas), total debt to total assets (solvabilitas),
current ratio (likuiditas), ukuran perusahaan, umur perusahaan dan
ukuran KAP berpengaruh secara simultan terhadap audit delay.
2. return on equity (profitabilitas), total debt to total assets (solvabilitas),
current ratio (likuiditas), ukuran perusahaan, umur perusahaan dan
ukuran KAP berpengaruh secara simultan terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan (timeliness).
3. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel solvabiltas
berpengaruh terhadap audit delay. Pengujian terhadap variabel return on
equity (profitabilitas), current ratio (likuiditas), ukuran perusahaan,
umur perusahaan dan ukuran KAP tidak memberikan hasil yang
signifikan.
4. Pengujian secara parsial terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan menunjukkan bahwa variabel likuiditas yang berpengaruh
terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan. Pengujian terhadap
variabel return on equity (profitabilitas), salvabilitas, ukuran
perusahaan, umur perusahaan dan ukuran KAP tidak memberikan hasil
yang signifikan.
B. Implikasi Penelitian
1. Bagi Investor
Hasil ini penelitian ini memberikan gambaran kepada invetor
mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi audit delay dan ketepatan
waktu penyampaian pelaporan keuangan perusahaan yang dapat untuk
membantu investor dalam menilai kinerja manajemen perusahaan.
2. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi berkaitan
dengan penelitian audit delay dan ketepatwaktuan penyampaian laporan
keuangan serta dapat menjadi acuhan dasar dalam mengembangkan
penelitian selanjutnya tentang audit delay dan ketepatwaktuan
penyampaian laporan keuangan.
C. Keterbatasan dan Saran
1. Penelitian ini hanya menggunakan manufaktur sebagai sampel, sehingga
perlu kehati-hatian dalam menggeneralisir hasil penelitian. Penelitian
selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian di luar perusahaan
manufaktur.
2. Perioda penelitian relatif pendek yaitu 2006 sampai dengan tahun 2008.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang perioda
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad dan Kamarudin, 2001. Audit delay and the timeliness of Corporate
reporting: malaysian evidence. Journal of Accounting Research.
Almilia, LS dan Setiady , Lucas. 2006. Faktor Faktor yang mempengaruhi
Penyelesaian Penyajian Laporan Keuangan Pada Perusahaan yang
Terdaftar di BEJ. Seminar Nasional Good Corporate Governance
Universitas Trisakti Jakarta
Arens, Lobbecke. Auditing. 1996 Terjemahan: Amir Abadi Jusuf Auditing
Pendekatan Terpadu. Jakarta. Salemba Empat
Ashton, R.H., Willinghan, J.J, dan Elliot, R.K. 1987. “An Empirical Analysis of
Audit Delay”. Journal of Accounting Research. Vol 25. No 2. (Autumn), pp
275-292.
Asmara, Eka Noor dan Rusmin, 1996, Auditing, Yogyakarta, UPPAMPYKPN.
Badan Pengawas Pasar Modal. 2005. website: http://www.bapepam.go.id
Carslaw, C.A.P.N dan Steven E. Kaplan. 1991. “An Examination of Audit Delay:
Further Evidence from New Zealand”. Acc and Business Research, Vol 22.
Chambers, A.E and S.H. Pennman, 1984. “Timeliness of Reporting and The
Stock PriceReaction Announcement”. Journal of Accounting Research.
Courtis, J.K. 1976. Relationship Between Timeliness of Corporate Reporting
and Corporate Attributes.
Dyer, J.d and A.J. McGough. 1975. “The Timeliness of The Australian Annual
Report”. Journal of Accounting Research. Autumn, pp204-219
Ettredge, Li Chan dan Sun Lili. 2005. Internal Control Quality and Audit Delay
in the SOX Era. Journal of Accounting Research.
Givoly, D., dan Palmon, D., July 1982. “Timeliness of Annual Earnings
Announcements: Some Empirical Evidence”. The Accounting Review. Vol
LVII. No 3.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS
Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Varianada. 2000. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay:
StudiEmpiris pada Perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta”.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 2. No.1. Pp63-75.
Imam, Kamarul. 2008. Logistic Regression. Available, http://www.google.com
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis.
BPFE Yogyakarta
Kurniawan, Deny. 2008. Regresi Logistik. Available,
http://www.ineddeni.wordpress.com
McGee, Robert W. 2006 . Timeliness of Financial Reporting in The Russian
Energy Sector. Andreas School of Business Working Papers Series.
Mulyadi, 2002. Auditing, Universitas Gajah Mada : penerbit Salemba Empat.
Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Revisi. Yogyakarta :
Penerbit Liberty
Na’im, Ainun. 1998. “Nilai Informasi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan
Keuangan: Analisis Empirik Regulasi Informasi di Indonesia”. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia.Vol.15. No. 2. Pp85-100.
Owusu-Ansah, S., 2000. “Timeliness of Corporate Reporting in Emerging
Capital Markets: Empirical Evidence from Zimbabwe Stock Exchange”.
Accounting and Bussiness Research. Summer: pp. 243-254.
Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2008.
www.bapepam.go.id
Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol.10,No.1 (Mei) : pp 1-10.
Saleh, Rachmat. 2004. Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional
Akuntansi VII, Denpasar, Desember 2004.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi Empat, Buku
Satu. Jakarta : Salemba Empat.
Suharli, M., dan Rachpriliani, A. 2006. Studi Empiris Faktor yang Berpengaruh
terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi. Vol.8 No.1 (April): 34-55.
Wirakusuma, Made Gede. 2004. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rentang
Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik (Studi Empiris Mengenai
Keberadaan DivisiInternal Audit pada Perusahaan-Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.Makalah Seminar Nasional Akuntansi
VII, Denpasar.
www.idx.co.id