Top Banner
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532 1 ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA Adeng Hudaya Zainal Arifin H. Masri Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta PGRI Email : [email protected] [email protected] ABSTRAK Indonesia dianugerahi laut yang begitu luas dengan berbagai sumber daya ikan di dalamnya. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar. Ikan kerapu (Groupers) merupakan salah satu jenis ikan laut bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Tujan dari penelitian ini adalah Untuk menganalisis keuangan dari budidaya ikan kerapu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan analisis keuangan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dari narasumber yang diperlukan yaitu Suku Dinas Kelautan dan Perikanan Kel. Pulau Tidung Kec. Kep. Seribu Selatan Kab. Adm. Kep. Seribu, Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi lapangan dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis keuangan untuk ikan kerapu macan nilai BEP = Rp 41.118.421, B/C = 3.1 dan ROI = 1,74 atau 174 %. Sedangkan untuk kerapu bebek nilai BEP = 75,48 Kg, B/C = 2,8, ROI = 1,50 atau 150 %. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan usaha budidaya kerapu memperlihatkan perolehan keuntungan yang sangat baik. Kata Kunci : Indonesia, Sumberdaya Kelautan, Budidaya Ikan Kerapu dan Analisis Keuangan. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 13.000 pulau, sekitar 75% (5,8 mill km persegi) dari total luas ditutupi oleh laut. Memiliki garis pantai terpanjang di dunia berkisar 80.000 km. Diperkirakan area untuk budidaya laut di sekitar 62.629 ha, dengan produksi tahunan sebesar 890.074 MT. Perairan Indonesia terletak di antara dua Samudera, Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik dengan panjang garis pantai lebih dari 80.000 km yang banyak terdiri dari perairan karang sehingga dapat dijumpai berbagai jenis ikan karang, termasuk ikan kerapu (Serranidae). Ikan tersebut bersifat karnifora, rakus dan dapat memangsa berbagai jenis ikan, cephalopoda, crustacea, dan lain-lain (Munro, 1967:651). Indonesia adalah produsen utama kerapu, dimana produksi ikan kerapu budidaya pada tahun 1999 sebesar 759 ton, meningkat menjadi 6.493 ton pada tahun 2005
227

ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

May 13, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

1

ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU

DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Adeng Hudaya

Zainal Arifin H. Masri

Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

Email : [email protected]

[email protected]

ABSTRAK

Indonesia dianugerahi laut yang begitu luas dengan berbagai sumber daya ikan di

dalamnya. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

laut dan jumlah pulau yang besar. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai

negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan

keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar. Ikan kerapu (Groupers)

merupakan salah satu jenis ikan laut bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan

Indonesia. Tujan dari penelitian ini adalah Untuk menganalisis keuangan dari budidaya

ikan kerapu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan

analisis keuangan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder yang diperoleh dari narasumber yang diperlukan yaitu Suku Dinas

Kelautan dan Perikanan Kel. Pulau Tidung Kec. Kep. Seribu Selatan Kab. Adm. Kep.

Seribu, Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi lapangan dan

dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis keuangan untuk ikan kerapu

macan nilai BEP = Rp 41.118.421, B/C = 3.1 dan ROI = 1,74 atau 174 %. Sedangkan

untuk kerapu bebek nilai BEP = 75,48 Kg, B/C = 2,8, ROI = 1,50 atau 150 %. Hasil

penelitian ini dapat disimpulkan usaha budidaya kerapu memperlihatkan perolehan

keuntungan yang sangat baik.

Kata Kunci : Indonesia, Sumberdaya Kelautan, Budidaya Ikan Kerapu dan Analisis

Keuangan.

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 13.000

pulau, sekitar 75% (5,8 mill km persegi) dari total luas ditutupi oleh laut. Memiliki garis

pantai terpanjang di dunia berkisar 80.000 km. Diperkirakan area untuk budidaya laut di

sekitar 62.629 ha, dengan produksi tahunan sebesar 890.074 MT. Perairan Indonesia

terletak di antara dua Samudera, Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik dengan

panjang garis pantai lebih dari 80.000 km yang banyak terdiri dari perairan karang

sehingga dapat dijumpai berbagai jenis ikan karang, termasuk ikan kerapu (Serranidae).

Ikan tersebut bersifat karnifora, rakus dan dapat memangsa berbagai jenis ikan,

cephalopoda, crustacea, dan lain-lain (Munro, 1967:651).

Indonesia adalah produsen utama kerapu, dimana produksi ikan kerapu budidaya

pada tahun 1999 sebesar 759 ton, meningkat menjadi 6.493 ton pada tahun 2005

Page 2: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

2

dengan nilai total sekitar Rp. 116.891.489.000. Budidaya kerapu di Indonesia tersebar

dari Sumatera sampai Papua dan terkonsentrasi di beberapa provinsi seperti Sumatera

Utara, Kepulauan Riau, Lampung, Jawa Timur, Bali, Lombok dan Sulawesi Utara.

Total produksi ikan kerapu di Kepulauan Riau, Lampung, Jawa Timur dan Bali pada

tahun 2005 masing-masing sebesar 4.496 ton, 388 ton 24 ton dan 180 ton (DKP, 2006).

Ketersediaan benih merupakan komponen penting dalam pengembangan budidaya

kerapu. Sejumlah balai benih ikan dibangun baik oleh pemerintah dan swasta untuk

memenuhi permintaan benih kerapu itu.

Biaya produksi adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas

pada budidaya kerapu. Biaya benih, pakan dan tenaga kerja adalah pengeluaran

signifikan pada budidaya kerapu. Pomeroy et al. (2006:111-130) melaporkan bahwa

benih, pakan dan tenaga kerja mencapai 61-74% dari total biaya produksi usaha

budidaya kerapu macan dan kerapu bebek. Harga beli benih kerapu macan dan bebek

masing-masing berkisar Rp. 1.700,-/cm dan Rp.2.200/cm. Pakan merupakan biaya

terbesar kedua dan menyumbang 25% dari total biaya produksi dan ikan rucah sebagai

sumber asupan nutrisi. Biaya benih adalah biaya terbesar dan mencapai 36,5% dan

36,72% dari total biaya produksi untuk budidaya kerapu macan dan kerapu bebek

secara berurutan (DKP, 2001). Tacon et al. (1991: 165:165-182) melaporkan bahwa

ikan rucah yang umum digunakan di Indonesia adalah sarden (Sarden lemuru), kuwe

(Caranx sp.) pepetek (Leiognathus sp.), layang (Decapterus) teri (Engraulis sp.). Biaya

tenaga kerja adalah biaya terbesar ketiga dan mencapai 12,3% dari total biaya produksi

(Manadiyanto et al., 2002).

Di sisi lain laju pertumbuhan ikan kerapu yang dibudidaya sangat lambat, seperti

yang dilaporkan oleh Soni (2002:9) ikan kerapu macan laju pertumbuhannya 0,45

g/hari dan sebesar 0,60 g/hari, sedangkan kerapu lumpur sebesar 0,61 g/hari. Laju

pertumbuhan tersebut dapat menyebabkan biaya operasional menjadi tinggi sehingga

kurang menguntungkan secara ekonomis. Namun demikian sebagian pertumbuhan ikan

kerapu akhir-akhir ini sudah menunjukkan peningkatan. Akbar dan Sudaryanto

(2001:104) melaporkan bahwa ikan kerapu macan laju pertumbuhannya 2,30 g/hari,

sedangkan laju pertumbuhan ikan kerapu lumpur 3,59 g/hari.

Walaupun prospek bisnis ikan kerapu begitu cerah tetapi dalam upaya

pengembanganya masih banyak kendala yang di hadapi menyangkut teknik budidaya,

ketersediaan bibit yang berkualitas. Selain itu di bagian pengolahan, faktor pengetahuan

tentang pentingnya kulitas kerapu menjadi kendala utama.

LANDASAN TEORI

Klasifikasi Ikan Kerapu Macan

Menurut Binohlan (2010) ikan kerapu macan digolongkan pada :

kelas : Chondrichthyes subkelas

: Ellasmobranchii ordo :

Percomorphi

divisi : Perciformes

famili : Serranidae

genus : Epinephelus

spesies : Epinepheus fuscoguttatus (Forsskal, 1775)

sinonim : Brown-marbled grouper, tiger grouper; nama lokal Indonesia:

kerapu macan, balong macan.

Menurut Heemstra dan Randall (1993) tinggi ikan kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus Forsskal, 1775) lebih panjang dari panjang kepalanya. Area

Page 3: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

3

interorbitalnya datar atau sedikit cekung, bagian Preoperculumnya membulat dan

bergerigi halus, ujung bagian atas operculumnya cembung, ujung bagian depan tulang

preorbital menekuk cukup dalam ke arah lubang hidung dan rahang bagian atas

memanjang dari posterior sampai mata.

Morfologi Ikan Kerapu Macan

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai bentuk badan yang

pipih memanjang dan agak membulat (Mucharie, A; et.al. 1991:34).

Gambar 2.1. Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Gambar 2.2 Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)

Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai jari-jari sirip yang keras

pada sirip punggung 11 buah, sirip dubur 3 buah, sirip dada 1 buah dan sirip perut 1

buah. Jari-jari sirip yang lemah pada sirip puggung terdapat 15-16 buah, sirip dubur 8

buah, sirip dada 17 buah dan sirip perut 5 buah. Kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus) memiliki warna seperti sawo matang dengan tubuh bagian verikal agak

putih. Pada permukaan tubuh terdapat 4-6 pita vertical berwarna gelap serta terdapat

noda berwarna merah seperti warna sawo (Mucharie, et.al. 1991:34).

Ikan Kerapu (Epinephelus spp.) tergolong dalam serranidae. Tubuhnya tertutup

oleh sisik-sisik kecil. Kebanyakan tinggal di terumbu karang dan sekitarnya meskipun

adapula yang hidup di pantai sekitar muara sungai. Umumnya kerapu tidak senang pada

air dengan salinitas yang sangat rendah. Kerapu juga tergolong ikan buas (Nontji,

2002).

Ikan Kerapu merupakan ikan asli air laut yang hidup diberbagai habitat tergantung

dari jenisnya. Ada yang hidup di daerah berkarang, daerah berlumpur, daerah berpasir

ataupun daerah yang dasar perairannya merupakan campuran antara patahan karang dan

pasir.

Ikan Kerapu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: berbadan kekar, berkepala besar

dan bermulut lebar. Seluruh tubuhnya ditutupi oleh sisik-sisik kecil. Pada pinggiran

operculum bergerigi dan terdapat duri pada operculum tersebut. Dua sirip punggungnya

yang pertama, berbentuk duri-duri, jarang berpisah. Semua jenis kerapu mempunyai 3

duri pada sirip dubur dan 3 duri pada pinggiran operculum.

Ikan Kerapu dikenal sebagai predator atau piscivorous yaitu pemangsa jenis ikan-

ikan kecil, plankton hewani (zooplankton), udang-udangan, invertebrata dan hewan-

hewan kecil lainnya (Kordi, 2001:111).

Page 4: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

4

Habitat dan Penyebaran Ikan Kerapu Macan

Habitat ikan kerapu hidup diperairan karang pantai dengan kedalam 0,5 – 3 m,

selanjutnya menginjak dewasa baru ke perairan yang lebih dalam antara 7-40 m,

biasanya perpindahan ini berlangsung pada senja dan siang hari. Telur dan larva bersifat

pelagis sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat domersal. Habitat favorit larva dan

kerapu macan muda adalah pantai dekat muara sungai dengan dasar pasir berkarang

yang banyak ditumbuhi padang lamun. Kebanyakan ikan kerapu tinggal diterumbu

karang dan sekitarnya, meskipun ada pula yang hidup dipantai sekitar muara sungai.

Kerapu besar biasanya ditemukan diperairan pantai yang berlumpur di depan muara

sungai (Mucharie, et.al. 1991:34).

Penyebaran ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775).

I kan ker apu terdistribusi secara luas di wilayah Indo-Pasifik, laut Merah,

kepulauan tropis India dan bagian barat-tengah Lautan Pasifik (timur Samoa dan

Kepulauan Phoenix). Ikan kerapu macan tersebar juga di sepanjang pantai timur Afrika

sampai Mozambik, Madagaskar, India, Thailand, Indonesia, ntai tropis Australia,

Jepang, Filipina, New Guinea, dan Kaledonia Baru (Heemstra & Randall 1993).

Budidaya Ikan Dalam Keramba Jaring Apung

Budidaya ikan air laut merupakan salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya

perairan untuk memproduksi komoditas perikanan. Kegiatan memiliki perluang besar

untuk dikembangkan bagi upaya peningkatan produksi perikanan yang berkelanjutan di

masa mendatang (Sudirman dan Yusri, 2008). Tim peneliti Undana (2006) menyatakan

bahwa budidaya ikan kerapu dapat dilakukan dengan menggunakan bak semen atau pun

dengan menggunakan keramba jaring apung (KJA).

Kajian yang dilakukan oleh Pongasapan, dkk (2001) menyatakan bahwa

budidaya ikan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) mempunyai keunggulan

diantaranya: hemat lahan, tingkat produktivitas tinggi yaitu 350 – 400 Kg/M3/musim

tanam, tidak memerlukan pengelolaan air yang khusus sehingga dapat menekan input

biaya produksi, mudah dipantau, unit usaha dapat diatur sesuai kemampuan modal,

pemanenan mudah.

Keberhasilan pengembangan dan sosialisasi tekhnologi budidaya ikan kerapu

oleh pemerintah khususnya untuk jenis macan, bebek dan lumpur serta diperkuat oleh

tinggi dan stabilnya harga jual kerapu hidup dan semakin meningkatnya permintaan

ekspor, telah mengundang para pengusaha untuk masuk dalam bisnis budidaya kerapu,

baik pada kegiatan pembenihan maupun pembesaran.

Pemilihan Benih

Kriteria benih kerapu yang baik, adalah : ukurannya seragam, bebas penyakit,

gerakan berenang tenang serta tidak membuat gerakan yang tidak beraturan atau gelisah

tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap, respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah,

mata terang, sisik dan sirip lengkap serta tidak cacat tubuh.

Penebaran Benih

Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih.

Sebelum ditebarkan, perlu diadaptasikan terlebih dahulu pada kondisi lingkungan

budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam adaptasi ini, adalah : (a) waktu

penebaran (sebaiknya pagi atau sore hari, atau saat cuaca teduh), (b) sifat kanibalisme

yang cenderung meningkat pada kepadatan yang tinggi, dan (c) aklimatisasi, terutama

suhu dan salinitas.

Page 5: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

5

Pendederan

Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun dari

hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon berukuran 1,5x3x3 m

dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan grading (pemilahan ukuran)

dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya kepadatannya 250 ekor per jaring

sampai mencapai ukuran glondongan (20 – 25 cm atau 100 gram). Setelah itu

dipindahkan ke jaring besar ukuran 3x3x3 m dengan kepadatan optimum 500 ekor

untuk kemudian dipindahkan ke dalam keramba pembesaran sampai mencapai ukuran

konsumsi (500 gram).

Pakan dan Pemberiannya

Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan kerapu

dalam KJA. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar tepat dengan

mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Pemberian pakan

diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap ikan memperoleh kesempatan

yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada tahap pendederan, pakan diberikan secara

ad libitum (sampai kenyang). Sedangkan untuk pembesaran adalah 8-10% dari total

berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan alami

dari ikan kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan) dari jenis ikan tanjan, tembang, dan

lemuru. Benih kerapu yang baru ditebar dapat diberi pakan pelet komersial. Untuk

jumlah 1000 ekor ikan dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4 hari, pelet

dapat dicampur dengan ikan rucah.

Hama dan Penyakit

Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu adalah ikan

buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan

kerapu adalah : (a) penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan

flatworm, (b) penyakit akibat protozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis,

(c) penyakit akibat jamur (fungi), seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis, (d)

penyakit akibat serangan bakteri, (e) penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral

Neorotic Nerveus).

Panen dan Penanganan Pasca Panen

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan untuk menjaga kualitas ikan kerapu,

antara lain : penentuan waktu panen,peralatan panen, teknik panen, serta penanganan

pasca panen. Watu panen, biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan pasar. Ukuran

super biasanya berukuran 500 – 1000 gram dan merupakan ukuran yang mempunyai

nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pada padi atau sore hari sehingga dapat

mengurangi stress ikan pada saat panen. Peralatan yang digunakan pada saat panen,

berupa : scoop, kerancang, timbangan, alat tulis, perahu, bak pengangkut dan peralatan

aerasi. Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu dengan

metoda panen selektif dan panen total. Panen selektif adalah pemanenan terhadap ikan

yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai keinginan pasar terutama pada saat harga

tinggi. Sedang panen total adalah pemanenan secara keseluruhan yang biasanya

dilakukan bila permintaan pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah

memenuhi kriteria jual.

Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan sampai di

tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran ikan tetap dalam

kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan terbuka dan

pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak angkut dekat atau

dengan jalan darat yang waktu angkutnya maksimal hanya 7 jam. Wadah angkutnya

berupa drum plastik atau fiberglass yang sudah diisi air laut sebanyak ½ sampai 2/3

bagian wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama perjalanan

Page 6: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

6

yaitu 19-210C. Selama pengangkutan air perlu diberi aerasi. Kepadatan ikan sekitar

50kg/wadah.

Ditjen Perikanan Budidaya in Badri (2008) menyatakan dalam budidaya ikan

ini mempunyai laju pertumbuhan 2,5-3 gram/hari (hasil kajian Balai budidaya

Laut Lampung). Kerapu bebek yang dipelihara dengan berat awal 1,3 gram dan

panjang total 4 cm akan mencapai berat antara 400-500 gram selama 12- bulan,

sedangkan kerapu macan dapat dipanen pada bulan ke tujuh dengan berat 525

gram. Pertambahan berat kerapu bebek relatif lebih lambat dibanding kerapu macan

hal ini dimungkinkan karena secara genetik memang lambat tumbuh. Menurut

Effendie MI (1997:92) bahwa faktor keturunan merupakan salah satu faktor internal

yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, dan faktor tersebut rupakan hal yang sulit

untuk dikontrol.

Pembiayaan

Pembiayaan dalam suatu usaha adalah upaya yang telah dikeluarkan dengan

prediksi nilai uang untuk mencapai tujuan tertentu, baik barang maupun jasa.Secara

umum pembiayaan suatu usaha dapat dikelompokan menjadi suatu pengeluaran pada

biaya tetap (Fixed Cost) dan seluruh pengeluaran pada biaya tidak tetap atau variabel

(Variable Cost).

Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap (Fixed Cost) adalah seluruh jenis biaya yang selama satu periode

kerja/produksi, tetap jumlahnya dan tidak mengalami perubahan. Biaya tetap tidak

berubah meskipun volume produksi berubah, sebagai contoh biaya tetap adalah

penyusutan yang ditetapkan dalam suatu aktiva dalam satu bulan per periode produksi

sebesar Rp. 100.000,- atau yang telah ditetapkan misalnya 200.000,- per bulan. Jadi

biaya tetap tersebut biasanya meliputi penyusutan, gaji, asuransi, sewa, pemeliharaan

dan biaya-biaya tidak langsung lainnya.

Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

Biaya tidak tetap adalah jenis biaya yang naik atau turun bersama-sama dengan

volume kegiatan, produksi bertambah maka biaya variabel pun bertambah demikian

pula sebaliknya apabila produksi turun.

Biaya Total

Biaya total merupakan gabungan dari penambahan seluruh biaya tetap dan biaya

tidak tetap, dimana biaya total ini diperhitungkan setiap periode produksi atau

berdasarkan waktu misalnya ditetapkan setiap tahun.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder

yang diperoleh dari narasumber yang diperlukan yaitu Suku Dinas Kelautan dan

Perikanan Kel. Pulau Tidung Kec. Kep. Seribu Selatan Kab. Adm. Kep. Seribu,

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi lapangan dan

dokumentasi.

Variabel Operasional

Variabel operasional yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Teknik

budidaya yang digunakan, Biaya yang diperlukan dan Hasil yang diperoleh.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis

deskriptif dilakukan dengan menganalisis data yang diperoleh dari hasil observasi dan

wawancara dengan pihak-pihak terkait. Analisis ini diharapkan dapat memberikan

Page 7: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

7

gambaran tentang teknik budidaya kerapu, biaya yang diperlukan dan hasil yang

diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik Budidaya Ikan Kerapu

Keberhasilan pengembangan dan sosialisasi tekhnologi budidaya ikan kerapu oleh

pemerintah khususnya untuk jenis macan, bebek dan lumpur serta diperkuat oleh tinggi

dan stabilnya harga jual kerapu hidup dan semakin meningkatnya permintaan ekspor,

telah mengundang para pengusaha untuk masuk dalam bisnis budidaya kerapu, baik

pada kegiatan pembenihan maupun pembesaran. Jadi pada dasarnya budidaya ikan

kerapu terbagi menjadi 2 (dua) kegiatan, yaitu pembenihan dan pembesaran. Pada

Kelurahan Pulau Tidung Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten Administrasi

Kepulauan Seribu kegiatan pembenihan dilakukan oleh Suku Dinas Perikanan dan

Kelautan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Kegiatan pembesaran dilakukan

oleh nelayan yang berminat untuk menjadi pengusaha ikan kerapu. Proses budidaya

ikan kerapu yang dilakukan oleh Suku Dinas Perikanan dan Kelautan meliputi kegiatan

antara lain :

Pemijahan

Pemijahan merupakan proses mempertemukan sel telur dan sperma indukan untuk

menjadi larva. Pada proses pemijahan diatur suhu air laut antara 29 – 31 0C,

cahaya agak redup/tidak terang. Proses pemijahan berlangsung selama 27 jam.

Bersamaan dengan proses pemijahan disiapkan juga pertumbuhan plankton sebagai

makanan larva kerapu. Kegiatan pemijahan merupakan proses paling sulit dari

keseluruhan kegiatan budidaya ikan kerapu.

Pendederan

Larva setelah berumur 30 hari berukuran kurang lebih 1 cm dipindahkan ke kolam

pendederan. Larva yang telah menjadi benih kerapu ini diberi makanan berupa pelet

yang diimpor dari Jepang. Pertumbuhan dari larva menjadi benih bertambah ukuran 1

cm dalam 30 hari/1 bulan. Benih dijual ke pengusaha/nelayan yang melakukan usaha

pembesaran. Pada umumnya benih yang dijual berukuran antara 2 cm – 10 cm dengan

harga jual benih sebagai berikut :

a. Kerapu Macan Rp 1.700,- /cm per ekor

b. Kerapu Bebek Rp 2.200,- /cm per ekor

Pembesaran

Pembesaran yang dilakukan oleh Suku Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Adminstratif Kepulauan Seribu hanya untuk mendapatkan indukan yang

berkualitas tidak untuk diperjual belikan. Kegiatan usaha pembesaran lebih banyak

dilakukan oleh nelayan atau pengusaha yang berminat melakukan investasi. Setelah 24

bulan ikan kerapu dapat dipanen dan dijual atau diekspor dengan harga sebagai berikut :

a. Kerapu Macan Rp 370.000,- per kg

b. Kerapu Bebek Rp 600.000,- per kg

Nelayan atau pengusaha yang menjual ikan terutama untuk restoran-restoran

internasional atau untuk ekspor hanya bertanggung jawab ikan tetap hidup sampai

pelabuhan muara karang atau dalam waktu 8 (delapan ) jam. Supaya ikan tetap hidup

air laut harus diganti dengan air laut yang baru.

Kendala yang dihadapi oleh Suku Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten

Adminstratif Kepulauan Seribu dalam budidaya ikan kerapu adalah :

a. Sulit mencari indukan yang berkualitas. Baik dari hasil tangkapan di Perairan laut

maupun hasil budidaya pembesaran.

Page 8: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

8

b. Mengkondisikan kolam-kolam pemijahan, pendederan dan perbesaran agar sama

persis dengan kondisi habitat asli ikan kerapu baik suhu air laut, salinitas air laut

maupun pencahayaan air laut.

c. Makanan ikan kerapu yang berupa pelet masih diimpor dari Jepang yang

menyebabkan tingginya biaya produksi.

Biaya dan Pendapatan Penelitian biaya dan pendapatan yang dilakukan adalah biaya dan hasil kegiatan

pembesaran di tingkat nelayan/pengusaha. Biaya-biaya yang dikeluarkan pada usaha

pembesaran dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu : Biaya Investasi dan

Biaya Produsi.

Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli aktiva tetap.

Biaya Investasi hanya dikeluarkan selama usaha yang bersangkutan dijalankan .

Perhitungan investasi dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Biaya Investasi Usaha Budidaya Ikan Kerapu

NO URAIAN JUMLAH

1.

2.

3.

Keramba Jaring Apung (1 unit 6 kurungan)

Peralatan

Perahu

Total Biaya Investasi

Rp 100.000.000,-

Rp 20.000.000,-

Rp 5.000.000,-

Rp 125.000.000,-

Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk 1 (satu) kali proses

produksi. Secara umum biaya produksi suatu usaha dapat dikelompokan menjadi biaya

tetap (Fixed Cost) dan biaya tidak tetap atau variabel (Variable Cost).

Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap (Fixed Cost) adalah seluruh jenis biaya yang selama satu periode

kerja/produksi, tetap jumlahnya dan tidak mengalami perubahan. Biaya tetap tidak

berubah meskipun volume produksi berubah. Biaya tetap untuk usaha budidaya kerapu

di KJA disajikan pada tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2. Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Kerapu

NO URAIAN JUMLAH

1.

2.

Penyusutan 20 %/tahun

Perawatan 5 %

Total Biaya Tetap

Rp 25.000.000,-

Rp 6.250.000,-

Rp 31.250.000,-

Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

Biaya tidak tetap adalah jenis biaya yang naik atau turun bersama-sama dengan

volume produksi, produksi bertambah maka biaya variabel pun bertambah demikian

pula sebaliknya apabila produksi turun. Biaya tidak tetap untuk usaha budidaya kerapu

macan maupun kerapu bebek di KJA disajikan pada table 3 dan table 4 sebagai berikut :

Page 9: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

9

Tabel 3. Biaya Tidak Tetap Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan

NO URAIAN JUMLAH

1.

2.

3.

4.

5.

Benih ukuran 10 cm : 600 ekor X 10 cm X Rp

1.700,-

Pakan : 50 Kg X 10 X Rp 8.000,-

Tenaga Kerja : 2 X Rp 3.125.000,- X 10

Lain-lain

Total Biaya Tidak Tetap

Rp 10.200.000,-

Rp 4.000.000,-

Rp 62.500.000,-

Rp 13.300.000,-

Rp 90.000.000,-

Tabel 4. Biaya Tidak Tetap Usaha Budidaya Ikan Kerapu Bebek

NO URAIAN JUMLAH

1.

2.

3.

4.

5.

Benih ukuran 10 cm : 600 ekor X 10 cm X Rp

2.200,-

Pakan : 50 Kg X 24 X Rp 8.000,-

Tenaga Kerja : 2 X Rp 3.125.000,- X 24

Lain-lain

Total Biaya Tidak Tetap

Rp 13.200.000,-

Rp 9.600.000,-

Rp 150.000.000,-

Rp 13.200.000,-

Rp 186.000.000,-

Biaya Total

Biaya total merupakan gabungan dari penambahan seluruh biaya tetap dan biaya

tidak tetap, dimana biaya total ini diperhitungkan setiap periode produksi. Biaya total

merupakan biaya produksi. Biaya total untuk usaha budidaya kerapu macan maupun

kerapu bebek di KJA disajikan pada table 5 dan table 6 sebagai berikut :

Tabel 5. Biaya Produksi Usaha Budidaya Ikan KerapuMacan

NO URAIAN JUMLAH

1.

2.

Biaya Tetap

Biaya Tidak Tetap

Biaya Total/Biaya Produksi

Rp 31.250.000,-

Rp 90.000.000,-

Rp 121.250.000,-

Tabel 6. Biaya Total/Biaya Produksi Usaha Budidaya Ikan Kerapu Bebek

NO URAIAN JUMLAH

1.

2.

Biaya Tetap

Biaya Tidak Tetap

Biaya Total/Biaya Produksi

Rp 31.250.000,-

Rp 186.000.000,-

Rp 217.250.000,-

Pendapatan

Pendapatan adalah hasil penjualan seluruh hasil produksi dikalikan dengan harga

per unit produksi. Didalam menghitung pendapatan ini terdapat beberapa kriteria yaitu

pendapatan kotor atau pendapatan marginal dan pendapatan bersih atau disebut sebagai

laba. Pendapatan marginal adalah seluruh pendapatan dikurangi biaya produksi (biaya

tetap + biaya variabel). Sedangkan pendapatan bersih adalah pendapatan marginal

dikurangi pajak penghasilan. Pendapatan bersih untuk usaha budidaya ikan kerapu

macan maupun ikan kerapu bebek di KJA disajikan pada table 7 dan tabel 8 sebagai

berikut :

Page 10: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

10

Tabel 7. Pendapatan Bersih Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan

NO URAIAN JUMLAH

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Penerimaan : 1.000 Kg X Rp 370.000,-

Biaya Tetap

Biaya Tidak Tetap/Biaya Variabel

Pendapatan Margin

PPh (15%)

Pendapatan Bersih

Rp 370.000.000,-

Rp 31.250.000,-

Rp 90.000.000,-

Rp 248.750.000,-

Rp 37.312.500,-

Rp 211.437.500,-

Tabel 8. Pendapatan Bersih Usaha Budidaya Ikan Kerapu Bebek

NO URAIAN JUMLAH

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Penerimaan : 1.000 Kg X Rp 600.000,-

Biaya Tetap

Biaya Tidak Tetap/Biaya Variabel

Pendapatan Margin

PPh (15%)

Pendapatan Bersih

Rp 600.000.000,-

Rp 31.250.000,-

Rp 186.000.000,-

Rp 382.750.000,-

Rp 57.412.500,-

Rp 325.337.500,-

Analisis Keuangan

Break Event Poin (BEP)

BEP merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya

produksi, sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan dengan demikian pada saat itu

pengusaha mengalami impas. BEP ikan kerapu macan adalah Rp 41.118.421,- : Rp

370.000,- = 111,13 Kg sedangkan ikan kerapu bebek nilai BEP nya adalah Rp

45.289.855,- : Rp 600.000,- = 75,48 Kg

Benefit Cost Ration (B/C)

Dengan B/C dapat dilihat kelayakan suatu usaha. Bila nilainya satu berarti usaha

tersebut belum mendapatkan keuntungan. Semakin kecil nilai ratio ini, makin besar

kemungkinan perusahaan menderita kerugian. Nilai B/C ikan kerapu macan adalah :

3,1. Dengan nilai tersebut berarti biaya produksi Rp. 121.250.000,- diperoleh hasil

penjualan sebesar 3,1 kali, Dan nilai B/C ikan kerapu bebek : 2,8, Dengan nilai tersebut

berarti biaya produksi Rp. 217.250.000,- diperoleh hasil penjualan sebesar 2,8 kali.

Return Of Invesment (ROI)

ROI adalah nilai keuntungan yang diperoleh pengusaha dari setiap jumlah uang

yang diinvestasikan dalam periode waktu tertentu. Dengan analisis ROI dapat mengukur

sampai seberapa besar kemampuan dalam mengembalikan modal yang telah

ditananamkan. Besar ROI pada ikan kerapu macan : 1,74 atau 174 %. Artinya : dari

modal Rp 100,- yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan sebesar 174 %.

Dan besar ROI ikan kerapu bebek : 1,50 atau 150 %. Artinya : dari modal Rp 100,-

yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan sebesar 150 %.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisa keuangan maka dapat ditarik

suatu kesimpulan sebagai berikut :

a. Usaha budidaya kerapu memperlihatkan perolehan keuntungan yang sangat baik.

b. Usaha budidaya kerapu yang dilakukan oleh nelayan, yaitu usaha pembesaran untuk

kemudian hasilnya dijual sangat mudah untuk dilakukan.

Page 11: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

11

c. Harga benih yang murah yang dapat diperoleh dari Balai Penelitian Laut dan

Perikanan (BPLP) Suku Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Adminstratif

Kepulauan Seribu dengan harga Rp 1.700,- per cm untuk kerapu macan dan Rp

2.200,- per cm untuk kerapu bebek

d. Biaya pemasaran rendah bahkan tidak ada biaya pemasaran. Hal ini disebakan

karena pihak pembeli datang langsung ke lokasi budidaya sehingga biaya pemasaran

ditanggung oleh pihak pembeli. Nelayan hanya bertanggung jawab terhadap

kesegaran atau kehidupan ikan hanya sampai Pelabuhan Muara Karang atau selama

8 (delapan) jam.

Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diberikan beberapa saran

sebagai berikut :

a. Ketersediaan benih kurang, untuk itu BPLP harus meningkatkan volume

ketersedian benih untuk nelayan dan lebih mengutamakan nelayan setempat dalam

penjualan benih ikan kerapu.

b. Kurangnya sumberdaya manusia yang terampil, oleh karena itu frekuensi pelatihan

dan penyuluhan budidaya kerapu yang dilakukan oleh BPLP untuk nelayan setempat

harus lebih ditingkatkan.

c. Mengingat besarnya modal yang harus disediakan oleh nelayan, maka Pemerintah

Daerah Kabupaten Adminstratif Kepulauan Seribu harus berinisiatif

menghubungkan pihak bank atau lembaga keuangan lainnya agar dapat memberikan

pinjaman/kredit dengan bunga yang ringan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. dan Sudaryanto, 2001. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Bebek.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Badri A. 2008. Tehnik Budidaya Kerapu Macan. [terhubung berkala].

http://my.opera.com/indiejeans/blog/tehnik-budidaya-kerapu-macan. [11

Nopember 2014].

Binohlan CB. 2010. Epinephelus fuscoguttatus (Forsskål, 1775)..[terhubung berkala].

http://www.fishbase.org/summary/SpeciesSummary.php?genus

name=Epinephelus&speciesname=fuscoguttatus.[2 Juli 2010].

DKP. 2001. Pembesaran kerapu macan (Epinephelus fuscogutattus) dan kerapu tikus

(Cromileptes altivelis) di karamba jaring apung. Balai Budidaya Laut Lampung,

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan

Indonesia. Jakarta.

DKP. 2006. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia 2005. Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia. Jakarta.

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Heemstra PC, Randall JE. 1993. FAO species catalogue. Vol. 16. Groupers of the

world (Family Serranidae, Subfamily Epinephelinae). An annotated and

Page 12: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

12

illustrated catalogue of the grouper, rockcod, hind, coral grouper and

lyretail species known to date. FAO Fisheries Synopsis. No. 125, Vol. 16.

Rome, FAO.

Kordi, G. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kanisius. Yogyakarta

Manadiyanto, N. Zahri, A.H. Purnomo, S.A. Pranowo, Azizi, A. Tajerin. 2002.

Pengembangan model budidaya kerapu di Batam Riau. Pusat Riset Sosial

Ekonomi dan Produk Olahan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Mucharie, A. Sapriatna. T. Ahmad, dan kohno. 1991. Pepeliharaan Larva Kerapu

Macan,(Ephinepelus fuscoguttatu)s.pen. Perikanan. (terbitan Khusus).

Munro, I. S. R. 1967. The fishes of New Guinea, Departement of Agriculture Stock and

Fisheries Port Moresby.

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta

Pomeroy, R.S., J.E. Parks, C.M. Balboa. 2006. Farming the reef: is aquaculture a

solution for reducing fishing pressure on coral reef? Marine Policy.

Pongasapan,S.D. Rachmansyah dan Mangawe,G.A. 2001. Penelitian Budidaya

Bandeng Intensif dalam Keramba Jaring Apung di Laut. Departemen Kelautan

dan Perikanan.

Soni, A. F. M. 2002. Penggunaan Beberapa Shelter pada Pendederan Ikan Kerapu

Macan di Tambak. Dalam: Budidaya air payau. Departemen Kelautan dan

Perikanan, Dirjen Perik. Budidaya Balai Besar Pengembangan Budidaya Air

Payau Jepara. 9 hal.

Sudirman dan Yursi, 2008. Ikan Kerapu. biologi,eksploitasi,manajemen,dan budiidaya.

Yarsif watampone. Jakarta.

Tacon, A.G.J., N. Rausin, , M. Kadari, P. Cornelis. 1991. The food and feeding of

tropical marine fishes in floating net cages: Asian seabasss, Lates calcarifer

(Bloch), and brown-spotted grouper, Epinephelis tauvina (Forskal). Aquaculture

and Fisheries Management, 22: 165-182.

Tim Peneliti Lembaga penelitian undana, 2009. Analisis Komoditas Unggulan dan

Peluang Usaha (Budidaya Ikan Kerapu). Http://google.com

Page 13: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

13

PERKEMBANGAN INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP PERTUMBUHAN UMKM DI INDONESIA

Ai Annisaa Utami

Dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Indraprasata PGRI Jakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia semakin meningkat dari tahun

ketahun, hal ini dilatarbelakangi dengan pemikiran bahwa aktivitas lembaga keuangan

syariah dapat dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa

mereka kepada dua prinsip utama yaitu prinsip At-Ta’awun, yang berarti saling tolong

menolong diantara anggota masyarakat untuk kebaikan. Kedua, prinsip menghindari Al-

iktinaz, yaitu menahan uang (dana) dan membiarkan menganggur (idle) tidak berputar

untuk transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat. Di sisi lain potret pertumbuhan dan

perkembangan UMKM di Indonesia belum sesuai dengan harapan, terutama dalam

aspek pemberian kredit oleh pihak bank, karena dianggap tidak bankable. Kajian ini

memaparkan bagaimana perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia dan

implikasinya terhadap perkembangan UMKM terutama dalam hal pengucuran dana

untuk modal usaha berdasarkan prinsip syariah, serta peraturan perbankan syariah yang

berhubungan dengan pembiayaan syariah untuk UMKM.

Kata kunci : Perbankan Syariah, UMKM,

PENDAHULUAN

Selama beberapa dekade terakhir, perkembangan keuangan Islam menunjukkan

perubahan dan dinamika dramatis yang cepat. Industri perbankan berkembang sangat

cepat, terkhusus pada perbankan syariah yang perkembangannya dalam sepuluh tahun

terakhir cukup mencengangkan, hal ini dilihat dari jumlah Bank Umum Syariah (BUS)

yang bertambah dari 5 (lima) BUS pada Tahun 2008 menjadi 12 (sebelas) BUS pada

posisi bulan Desember Tahun 2014.

Laba yang berhasil dihimpun juga cukup fantastis, yakni menembus angka Rp

1,11 triliun. Angka itu naik hampir 2 (dua) kali lipat dari Tahun 2009 yang hanya Rp

634 miliar,. Saat ini sudah ada 12 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah

(UUS), dan 149 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dengan Aset, Pembiayaan

dan Simpanan Dana Pihak Ketiga yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 14: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

14

Tabel 1. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 1

Tahunhun 2001 2006 2010 Maret 2011

BUS 2 3 11 11

UUS 3 20 23 23

BPRS 80 105 150 152

Aset Rp. 2,7 triliun Rp.27,6 triliun Rp.100 triliun Rp.104 triliun

DPK Rp. 1,8 triliun Rp.21,2 triliun Rp.77,6 triliun Rp.81 triliun

Pembiayaan Rp 2,0 triliun Rp.21,1 triliun Rp.70,2 triliun Rp.76 triliun

Sumber: SPSI BI

Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, perbankan syariah di Indonesia

pertumbuhan asetnya mencapai 37,9 %, angka ini jauh di atas pertumbuhan perbankan

konvensional pada periode yang sama. Laju pertumbuhan perbankan syariah makin

kencang.

Di sisi lain, perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di

Indonesia semakin mendapat perhatian serius baik dari pemerintah maupun dari

masyarakat luas, terutama terkait dengan akses permodalan ke pihak bank. Seluruh

elemen berupaya untuk mendukung kemajuan UMKM alasannya adalah karena UMKM

menyumbang sangat banyak kesempatan kerja dan secara potensial sangat berperan

sebagai salah satu sumber pendapatan atau pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

dan ekspor non-migas, khususnya ekspor barang-barang manufaktur mengurangn

tingkat kemiskinan, membantu penyerapan tenaga kerja secara nasional (Sri,2005),

Berikut data lengkap terkait dengan informasi tersebut.

Tabel 1.1

Kontribusi UMKM untuk perekonomian Nasional

(Data Tahun 2013)

Kriteria Usaha Besar Menengah Kecil Mikro

Jumlah unit usaha

yang diciptakan

< 0,01% < 0,08% >1% >98,00%

Serapan Tenaga

Kerja Nasional

2,76% 2,72% 3,75% 90,77%

Kontribusi

terhadap PDB

42,06% 13,49% 9,72% 34,73%

Sumber : Kemenkop dan UMKM

Data diatas merupakan sebuah realita, bagaimana UMKM sangat sentral dalam

mengatur keseimbangan perekonomian secara makro. Terutama berkaitan dengan

pengurangan jumlah pengangguran di negara kita. Sebuah ironi yang digambarkan

dalam peta perekonomian negara kita, setiap tahun angka pertumbuhan ekonomi

meningkat, akan tetapi penyerapan tenaga kerja melambat. Hal ini memcerminkan

bahwa pertumbuhan PDB yang semu karena tidak diikuti dengan peningkatan

kemakmuran rakyat.

Page 15: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

15

Tabel 1,2

Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja

Sumber : BPS-Litbang KJ.

Untuk mengatasi hal tersebut, peningkatan daya saing dan pemberdayaan

UMKM menjadi pilihan utama. UMKM perlu dibantu oleh segenap pihak sehingga

optimalisasi dalam penyerapan tenaga kerja dapat terwujud. Jika jumlah pengangguran

menurun yang diserap oleh sektor UMKM maka secara otomatis angka elastisitas

penyerapan tenaga kerja seimbang dengan pertumbuhan ekonomi, bayang-bayang

pertumbuhan PDB yang semu hanya menjadi fatamorgana tanpa harus menjadi momok

yang menakutkan.

Ironi lain dalam data diatas, terkait dengan informasi indeks gini menyadarkan

kita bahwa PDB yang tinggi tidak menjamin meningkatnya kemakmuran rakyat secara

merata. Jumlah pendapatan dan kekayaan yang tinggi hanya tersebar di beberapa

gelintir pelaku ekonomi, tingkat pemerataan tidak terjadi dengan baik. Kesenjangan dari

tahun ketahun terus meningkat, artinya pengembangan sektor UMKM menjadi solusi

alternatif yang tidak dapat dihindarkan. Jika UMKM berperan optimum dalam

penyerapan tenaga kerja maka indeks gini dengan sendirinya akan menurun karena

tingkat kesenjangan pendapatan dan kekayaan antara si kaya dan si miskin ditekan

secara real, dampak dari penyerapan tenaga kerja yang optimum oleh sektor UMKM.

Kebijakan pengembangan UMKM merupakan kebijakan publik yang pro rakyat untuk

pengembangan ekonomi domestik (Brata,2003).

Dibalik prestasi gemilang yang ditunjukkan oleh keberadaan UMKM tersebut,

terdapat seribu permasalahan yang membelenggu UMKM untuk maju dan berkembang

secara optimum, terutama masalah permodalan. Kajian ini mencoba membahas

bagaimana bank-bank syariah yang sedang berkembang pesat membantu mengatasi

masalah permodalan yang dihadapi UMKM dengan pembiayaan syariah mengunakan

prinsip-prinsip syariah tanpa mengesampingkan manajemen resiko untuk

keberlangsungan bank syariah tersebut.

KAJIAN PUSTAKA

Konsep Pembiayaan Syariah

Perbedaan antara prinsip bank syariah dengan bank umum (konvensional) adalah

terletak pada pola pembiayaan dan pemberian balas jasa, baik yang diterima oleh bank

maupun investor. Jika dilihat pada bank umum, pembiayaan disebut loan atau pinjaman,

sementara di bank syariah disebut financing atau pembiayaan (Rivai, 2009). Artinya

pada bank umum pemberian pembiayaan lebih didasarkan pada kerjasama transaksi

(untungrugi), sedangkan pada bank syariah lebih didasarkan pada kerjasama kemitraan.

Sedangkan balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum berupa bunga

(interest loan atau deposit) dalam prosentase pasti. Sementara pada bank syariah dengan

Tahun

PDB

(%)

Inflasi

(%)

Penyerapan Tenaga Kerja

Terhadap PDB

Indeks Gini

(Point)

Jumlah

Elastisitas

2008 6,23% 7,66% 436.000 0,44% 0,3

2009 5,02% 6,98% 501.000 0,49% 0,34

2010 6,51% 3,43% 538.000 0,51% 0,381

2011 6,74% 5,95% 226.000 0,21% 0,385

2012 6,23% 4,30% 181.000 0,17% 0,41

Page 16: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

16

sistem syariah, hanya memberi dan menerima balas jasa berdasarkan perjanjian (akad)

bagi hasil.

Dalam perbankan syariah dikenal istilah mudharabah, murabahah dan

musyarakah untuk program pembiayaan. Mudharabah yaitu jenis pembiayaan dimana

bank dapat menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja hingga 100%,

sedangkan nasabah menyediakan usaha manajemennya, keuntungan dibagi sesuai

kesepakatan bersama dalam bentuk nisbah (prosentase) dari keuntungan. Murabahah

yaitu produk perbankan Islam dalam pembiayaan pembelian barang lokal ataupun

international, keuntungan diperoleh dari harga barang yang dinaikkan (bank melakukan

suatu mark-up sebelum menjual barang tersebut kepada nasabahnya atas dasar cost plus

profit ). Musyarakah adalah pembiayaan sebagian (50%) dari modal usaha keseluruhan,

dalam jenis pembiayaan ini bank dapat dilibatkan dalam proses manajemen. Pembagian

keuntungan berdasarkan perjanjian yang disepakati bersama (Wibowo, dkk., 2005).

Produk perbankan syariah

Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara lain:

1. Titipan atau simpanan

Al-Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat

mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak

berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada nasabah.

Bank Muamalat Indonesia-Shahibul Maal.

Deposito Mudharabah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun waktu

yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang dilakukan

bank akan dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.

2. Bagi hasil

Al-Musyarakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership

atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang

disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang

dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah

dalam konsep ini ada campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan

mudharabah tidak ada campur tangan

Al-Mudharabah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha.

Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang

disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali kerugian

yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan

pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.

Al-Muzara'ah, adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang

bergerak dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil

panen.

Al-Musaqah, adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara'ah, di mana

nasabah hanya bertanggung-jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan

sebagai imbalannya nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.

3. Jual beli

Bai' Al-Murabahah, adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan

membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke

pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan

bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur barang tersebut.

Page 17: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

17

Pengertian dan Kriteria UMKM

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (UMKM) didefinisikan sebagai berikut :

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaiamana di atur

dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha

besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagimana dimaksud dalam Undang-

Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar

yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagimana dimaksud dalam Undang-

Undang ini

Untuk kriteria UMKM Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1

Kriteria UMKM

No Uraian Kriteria

Aset Omzet

1 Usaha Mikro Maks 50 Juta Maks 300 Juta

2 Usaha Kecil 50 juta -500 juta 300 juta- 2,5 Miliar

3 Usaha Menengah 500 juta- 10 Miliar. 2,5 Miliar – 50 Miliar

Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM

PEMBAHASAN

Eksistensi UMKM dalam proses pembangunan ekonomi tidak perlu lagi

diragukan. Alasannya adalah : (1) masih adanya pasar yang tergolong kecil, dan (2)

produk dari usaha mikro, kecil, dan menengah masih dikonsumsi masyarakat. Usaha-

usaha demikian dapat bertahan disebabkan industri tersebut memiliki segmentasi pasar

tersendiri yang melayani kelompok pembeli tertentu (Tambunan, 2003).

Salah satu hal yang dihadapi UMKM yang sampai saat ini dan selalu

diperdebatkan adalah masalah permodalan. Dalam pendanaan kepada nasabah dalam

bentuk pemberian kredit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan

penilaian kredit, oleh karena layak tidaknya kredit yang diberikan akan sangat

mempengaruhi stabilitas keuangan bank. Penilaian kredit harus memenuhi beberapa

kriteria sebagai berikut (Rahardja, 1997) :

1. Keamanan kredit (safety). Harus benar-benar diyakini bahwa kredit tersebut

dapat dilunasi kembali.

2. Terarahnya tujuan penggunaan kredit (suitability). Kredit akan digunakan untuk

tujuan yang sejalan dengan kepentingan masyarakat atau setidaknya tidak

bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

3. Menguntungkan (profitable). Kredit yang diberikan menguntungkan bagi bank

maupun bagi nasabah.

Page 18: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

18

Berdasarkan kriteria diatas, UMKM yang memenuhi syarat (bankable) akan di

proses lebih lanjut untuk mendapatkan kucuran dana, produk yang digunakan untuk

pembiyaan UMKM adalah Mudharabah atau Musyarakah karena keduanya merupakan

pembiyaan yang bersifat produktif. Berikut informasi lengkap terkait dengan

perkembangan kucuran dana untuk sektor produktif yang dilakukan oleh perbankan

syariah mulai tahun 2008 sampai dengan 2014.

Tabel

Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Sumber SPSI BI

Berdasarkan gambaran data diatas, nampak bahwa UMKM dan perbankan

syariah menjadi dua komposisi yang saling membantu satu sama lain. UMKM di

untungkan dengan pembiyaan yang diberikan oleh pihak bank, dan keberlangsungan

usaha bank sebagai lembaga intermediasi semakin maju, karena perputaran modal

mereka semakin berkembang. Bagi beberapa UMKM yang dianggap tidak bankable,

bank-bank syariah membantu melalui program linkage bank syariah melalui BPRS.

Berdasarkan data statistik menunjukan bahwa kucuran dana ke UMKM dari sektor

BPRS mengalami trend kenaikan yang cukup signifikan sejak tahun 2005 sampai

dengan tahun 2014. Berikut data lengkap terkait dengan perkembangan kucuran modal

yang diberikan oleh BPRS untuk UMKM.

Akad 2008 2009 2010 2011 2012 2014

Nov

Akad Mudharabah 6.205 6.597 8.631 10.229 12.023 14.307

Akad Musyarakah 7.411 10.412 14.624 18.960 27.667 50.005

Akad Murabahah 22.486 26.321 37.508 56.365 88.004 115.602

Akad Salam 0 0 0 0 0 0

Akad Istishna 369 423 347 326 376 618

Akad Ijarah 765 1.305 2.341 3.839 7.345 11.464

Akad Qardh 959 1.829 4.731 12.937 12.090 6.380

Lainnya 0 0 0 0 0 0

Total

38.195 46.886

68.181 102.655 147.505

198.376

Page 19: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

19

Tabel Pembiayaan - Bank Pembiayaan Rakyat Syariah berdasarkan Golongan Pembiayaan

(Financing of Islamic Rural Bank based on Type of Financing)

GOLONGAN

PEMBIAYA

AN

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

2013 2014 TYPE

OF

FINA

NCIN

G

Des Nov

Usaha Kecil

dan Menengah

273.

212

380.

079

575.

028

657.

359

833.

076

1.11

5.96

2

1.54

7.20

5

2.08

0.09

4

2.62

0.26

3

3.00

1.52

9

Small

and

Mediu

m

Enterp

rises

Selain Usaha

Kecil dan

Menengah

144.

072

235.

392

315.

044

599.

291

753.

843

944.

475

1.12

8.72

5

1.47

3.42

6

1.81

3.23

0

1.97

8.78

3

Non

Small

and

Mediu

m

Enterp

rises

Total

417.

284

615.

471

890.

072

1.25

6.65

0

1.58

6.91

9

2.06

0.43

7

2.67

5.93

0

3.55

3.52

0

4.43

3.49

2

4.98

0.31

2

Total

Sumber SPSI BI

SIMPULAN

Pengembangan Usaha Mikro kecil dan Menengah (UMKM) biasanya diiringi

dengan kebutuhan modal. Di sinilah pentingnya lembaga pemberi modal memainkan

peranannya, sekaligus melakukan pendampingan. Bank syariah dengan berbagai

produk-produknya membantu UMKM dalam memberikan modal berdasarkan prinsip

syariah, sedangkan BPRS lembaga penunjang linkage bank syariah membantu

menyalurkan dana untuk UMKM yang dianggap tidak bankable. Trend yang muncul

dari data statistik menunjukan bahwa terjadi kenaikan kucuran dana yang dilakukan

oleh BPRS maupun bank-bank syariah untuk UMKM

DAFTAR PUSTAKA

Brata, A. G. 2003. Distribusi SpasiaL UKM di Masa Krisis Ekonomi. Jurnal Ekonomi

Rakyat, Th. I No. 8.

Rivai, Veithzal & Andi Buchari. Islamic Economics (Ekonomi Syariah Bukan Opsi,

tetapi Solusi). Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Sri Adiningsih, 2002. Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah, UGM :

yogyakarta.

Tambunan, Tulus T.H. 2003, Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia : Beberapa Isu

Penting. Jakarta : Salemba Empat.

Tambunan, Tulus T.H., 2005, ‖Perdagangan Internasional, Daya Saing, dan Kegiatan

Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia‖. Makalah dalam Kuliah Umum di

Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen, Medan 19 Agustus 2005.

Page 20: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

20

Wibowo, Edy & Untung Hendy Widodo. Mengapa Memilih Bank Syariah?, Cet. I.

Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

www.depkop.go.id

Laporan Statistik Perbankan‖, Bank Indonesia. www.bi.go.id .

.

Page 21: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM

MENINGKATKAN MINAT MAHASISWA TERHADAP DUNIA WIRAUSAHA

(Studi kasus : Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI)

Achiruddin Akiel

Dosen Bimbingan dan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

ABSTRAK

Mahasiswa merupakan gambaran generasi muda khususnya di Indonesia. Jakarta

sebagai ibu kota negara Indonesia dimana fasilitas pendidikan relatif cukup lengkap

menyebabkan Jakarta memiliki jumlah mahasiswa yang cukup besar. Permasalahan

akan datang saat jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja

yang disediakan di Jakarta. Hal ini yang menyebabkan perlunya setiap kampus untuk

mensosialisasikan dunia wirausaha kepada mahasiswanya. Penelitian ini bertujuan

mengetahui seperti apa persepsi mahasiswa terhadap dunia wirausaha. Sample yang

digunakan adalah sebanyak 30 mahasiswa yang didapatkan secara random.

Instrumenpersonal attitude, subjective norms, perceived behavioral control, dan

entrepreneurial intention.Keempat instrumen tersebut berbentuk checklistdengan

menggunakan skala Likert5-poin.Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan

kewirausahaan di Universitas Indraprasta PGRI cukup dapat meningkatkan minat

mahasiwa terhadap dunia wirausaha.

Kata Kunci : Pendidikan, kewirausahaan, mahasiswa

PENDAHULUAN

Fenomena rendahnya minat dan motivasi pemuda Indonesia untuk berwirausaha

dewasa ini menjadi pemikiran serius berbagai pihak, baik pemerintah, dunia pendidikan,

dunia industri, maupun masyarakat.Berbagai upaya dilakukan untuk menumbuhkan jiwa

kewirausahaan terutama merubah mindsetpara pemuda yang selama ini hanya berminat

sebagai pencari kerja (job seeker)apabila kelak menyelesaikan sekolah atau kuliah

mereka.Hal ini merupakan tantangan bagi pihak sekolah dan perguruan tinggi sebagai

lembaga penghasil lulusan. (Lestari danTrisnadi; 2012).

Wirausaha adalah salah satu jawaban untuk menjawab ketimpangan antara

pertumbuhan penduduk usia produktif dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Disisi

lain pemahaman dan minat berwirausaha di Indonesia masih sangat minim, bahkan

jumlah wirausaha di Indonesia masih dibawah 2%.

Dunia pendidikan berkewajiban untuk dapat mencetak generasi – generasi yang

memiliki kemandirian, termasuk kemandirian secara ekonomi dengan kemampuannya

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya kelak, tetapi dunia pendidikan sendiri tidak dapat

memberikan jaminan bahwa semua anak didiknya akan terserap didunia kerja.

Sekolah, kampus juga media pendidikan informal lainnya bukan hanya berfungsi untuk

berbagi ilmu dengan teori – teorinya maupun ketrampilan dengan praktek –

prakteknya.Tetapi jika dikaitkan dengan masih rendahnya pemahaman dan minat

Page 22: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

22

tentang dunia wirausaha, dunia pendidikan dapat difungsikan juga sebagai media

informasi untuk meningkatakan pemahaman dan minat anak didiknya pada dunia

kewirausahaan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengukur efektifitas pendidikan kewirausahaan yang sudah diterapkan oleh Universitas

Indraprasta PGRI. Hal ini merupakan hal yang penting untuk mengevaluasi pendidikan

kewirausahaan yang sudah diterapkan agar dapat meningkatkan minat mahasiswa

terhadap dunia wirausaha.

KAJIAN PUSTAKA

Angkatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2000) pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan

AngkatanKerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif

yangmemacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berartiakan

menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebihbesar berarti

ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebutmasih dipertanyakan

apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar- benarakan memberikan

dampak positif atau negatif dari pembangunanekonominya.

Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari

pertumbuhanpenduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah

tersebutdalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga

kerjatersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasimodal

dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerialdan

administrasi.

Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada

umumnyapengertian tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat

homogen.Menurut Lewis, angkatan kerja yang homogen dan tidak terampil dianggap

biasbergerak dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern secara lancar

dandalam jumlah terbatas. Dalam keadaan demikian penawaran tenaga

kerjamengandung elastisitas yang tinggi.Meningkatnya permintaan atas tenaga

kerja(dari sectortradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern.

Dengan demikian salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

pertumbuhanekonomi adalah tenaga kerja.Menurut Nicholson W. (1991) bahwa suatu

fungsi produksi suatu barangatau jasa tertentu (q) adalah q = f (K, L) dimana k

merupakan modal dan L adalahtenaga kerja yang memperlihatkan jumlah maksimal

suatu barang/jasa yang dapatdiproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif

antara K dan L makaapabila salah satu masukan ditambah satu unit tambahan dan

masukan lainnyadianggap tetap akan menyebabkan tambahan keluaran yang dapat

diproduksi.Tambahan keluaran yang diproduksi inilah yang disebut dengan produk

fisikmarjinal (Marginal Physcal Product). Selanjutnya dikatakan bahwa apabilajumlah

tenaga kerja ditambah terus menerus sedang faktor produksi laindipertahankan konstan,

maka pada awalnya akan menunjukkan peningkatanproduktivitas namun pada suatu

tingkat tertentu akan memperlihatkan penurunanproduktivitasnya serta setelah mencapai

tingkat keluaran maksimal setiappenambahan tenaga kerja akan mengurangi

pengeluaran.Payaman J. Simanjuntak (1985) menyebutkan bahwa tenaga kerja

adalahmencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari

pekerjaandan melakukan kegiatan lain, seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Menurut BPS penduduk berumur 10 tahun ke atas terbagi sebagai

AngkatanKerja (AK) dan bukan AK.Angkatan Kerja dikatakan bekerja bila

merekamelakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu

Page 23: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

23

memperolehpendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 (satu)

jamsecara kontinu selama seminggu yang lalu.Sedangkan penduduk yang tidakbekerja

tetapi sedang mencari pekerjaan disebut menganggur (Budi Santosa,2001).Jumlah

angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi darilapangan kerja yang

tersedia. Semakin bertambah besar lapangan kerja yangtersedia maka akan

menyebabkan semakin meningkatkan total produksi di suatudaerah.

Penduduk Usia Produktif di Indonesia

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2000 – 2010 mencapai 1,49 secara

umum berpengaruh terhadap jumlah penduduk usia kerja. Penduduk usia kerja

mengalami peningkatan terus menerus bahkan hingga mencapai 175 juta jiwa dari

keseluruhan jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa pada tahun 2012.

Table 1. Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan

Jenis

Kegiatan

Febuari 2012 Agustus 2012 Februari 2013

Penduduk

Berumur 15

Tahun Ke

Atas

172 865 970 173 926 703 175 098 712

Angkatan

Kerja 120 417 046 118 053 110 121 191 712

a. Tingkat

Partisipasi

Angkatan

Kerja (%)

69,66 67,88 69,21

b. Bekerja 112 802 805 110 808 154 114 021 189

c.

Penganguran

Terbuka *)

7 614 241 7 244 956 7 170 523

d. Tingkat

Pengangguran

Terbuka (%)

6,32 6,14 5,92

Bukan

Angkatan

Kerja

52 448 924 55 873 593 53 907 000

a. Sekolah 14 307 802 14 084 633 14 971 720

b. Mengurus

Rumah

Tangga

31 447 888 33 628 814 32 185 937

c. Lainnya 6 693 234 8 160 146 6 749 343

Sumber : BPS (2014)

Sebuah kenyataan bahwa sebanyak 7,1 juta penduduk Indonesia pada februari

tahun 2013 tercatat sebagai pengangguran terbuka atau sebanyak 5,92 persen. Walau

mengalami penurunan secara jumlah dimana tahun sebelumnya pengangguran terbuka

sebanyak 7,6 juta pada februari tahun 2013 dan 7,2 juta pada agustus 2013, tetapi

jumlah pengangguran terbuka yang cukup besar akan memberi dampak baik secara

sosial maupun secara ekonomi baik. (Anata, 2013; Susetyo dan Amanda, 2011).

Diakui memang akan sangat sulit untuk menciptakan kondisi dimana semua penduduk

usia produktif dapat 100 persen terserap di dunia kerja. Dengan demikian

Page 24: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

24

mengembangkan enterpreneurship merupakan sebuah peluang pengembangan diri dan

salah satu solusi dalam pemecahan masalah tersebut (Untari, 2014).

Pengertian UMKM

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun

tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Dan

kriteria asset omzet usaha mikro Max 50 Jt Max 300 jt, usaha kecil > 50 jt - 500 jt > 300

jt - 2,5 M dan usaha menengah > 500 jt - 10 M > 2,5 M - 50 M

UMKM di Indonesia

Pembangunan dan pertumbuhan UMKM merupakan penggerak bagi

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perkembangan UMKM yang

baik maka akan membawa kemajuan bagi perekonomian suatu negara.Pada tahun akhir

tahun 2010 diperkirakan ada sekitar 53.823.732 UMKM (98,85 %) dari seluruh usaha di

Indonesia. Kontribusi UMKM dalam penyerapan tenaga kerja sekitar 97,22% dan

sumbangan UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 57,83%.

Mengingat keberadaan UMKM dan perannya sangat besar dalam perekonomian

Indonesia, maka diperlukan pemerdayaan UMKM (Estiningsih dan Zaenal; 2014)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah wirausaha per Januari 2012

mencapai 3,75 juta orang atau 1,56 persen dari total penduduk Indonesia. Pada 2010,

tercatat masih 0,24 persen. Namun angka ini masih kalah jauh dibanding negara Asia

lain, seperti Cina dan Jepang, yang memiliki wirausaha lebih dari 10 persen jumlah

populasi. Di regional Asia Tenggara, Indonesia masih kalah dibanding Malaysia (5

persen) atau Singapura (7 persen). Minimnya jumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan

menengah (UMKM) dinilai mengancam ketahanan perekonomian nasional. Kondisi

ekonomi menjadi kurang sehat terhadap ancaman krisis

Usaha peningkatan jumlah UMKM dilakukan dengan mendorong program-

program pengembangan wirausaha. Program penciptaan wirausaha yang diusung

Kemenkop dan UKM. Seperti Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). Indonesia pada

tahun 2011, telah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN), dengan

tujuan untuk meningkatkan jumlah wirausaha Indonesia, mengingat jumlah wirausaha

Indonesia baru berkisar 0,24% dari populasi penduduk. Diharapkan dengan GKN dapat

mencapai sekurang-kurangnya 1% dari populasi penduduk Indonesia pada tahun 2014

dan akhirnya mencapai rasio ideal 2% dari populasi penduduk (Clelland,1961).

Untuk itu, pemerintah Indonesia telah menetapkan serangkaian kebijakan dan

rencana aksi untuk mendukung program-program peningkatan kualitas dan kuantitas

kewirausahaan di Indonesia, agar mampu menjadi salah satu pilar ekonomi nasional

yang tangguh menghadapi krisis ekonomi global, sekaligus solusi mengurangi

kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.

Page 25: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

25

GKN merupakan salah bentuk konkrit sebagai wujud kesungguhan Pemerintah

RI untuk memasyarakatkan kewirausahaan kepada masyarakat luas. Presiden RI dalam

berbagai kesempatan telah menekankan pentingnya mengembangkan kewirausahaan,

terutama kalangan kaum muda dan kaum terdidik di Indonesia.

Sebagai sebuah gerakan kinerja, GKN sepanjang 2012 telah menunjukkan

kondisi yang cukup menggembirakan. Pemerintah Indonesia berhasil meningkatkan

jumlah wirausaha baru yang semula 570.339 orang pada 2011 (0,24 %) menjadi

3.707.205 orang (1,56 %) pada akhir 2012.

Peningkatan rasio jumlah wirausaha terhadap jumlah populasi Indonesia sangat

diperlukan untuk meningkatkan daya saing untuk berkompetisi dengan negara lain.

Sebagai perbandingan, Singapura memiliki wirausaha 7,2 %, Malaysia 2,1 %, Thailand

4,1 %, Korea Selatan 4,0 %, dan Amerika Serikat 11,5 % dari seluruh populasi

penduduknya.

GKN juga diharapkan dapat berkontribusi positip terhadap upaya pemerintah

Indonesia dalam mencapai sasaran kinerja KIB II, yang mentargetkan turunnya tingkat

pengangguran dari 7% pada tahun 2011 menjadi 5–6% pada tahun 2014, kemudian

pertumbuhan ekonomi dari 6,5 5 pada tahun 2011 menjadi 7,7 % pada tahun 2014dan

kemiskinan turun dari 12,5 % menjadi 8–10 % pada tahun 2014. Dibutuhkan usaha

yang cukup keras dan kesinergian antar semua pemegang kepentingan untuk

memajukan sektor UMKM di Indonesia.

Perkembangan Dunia Pendidikan Di Indonesia

Pendidikan merupakan hal penting bagi agenda pembangunan Pemerintah

Indonesia.Belanja pendidikan telah meningkat secara signifikan di tahun-tahun terakhir

setelah terjadinya krisis ekonomi.Secara nyata, belanja pendidikan meningkat dua kali

dari tahun 2000 sampai 2006. Di tahun 2007, belanja untuk pendidikan lebih besar

daripada sektor lain, yang mencapai nilai US$14 miliar, atau lebih dari 16 persen dari

total pengeluaran pemerintah. Sebagai bagian dari PDB (3,4 persen), jumlah ini setara

dengan jumlah di negara lain yang sebanding (Kemendiknas).

Table 2. Data pendidikan penduduk 15 tahun ke atas

Sumber : BPS Indonesia (2013)

Membangun keutuhan bangsa melalui pendidikan dilakukan melalui upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa. Esensi mencerdaskan kehidupan bangsa yang

diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan menjadi domain utama pendidikan

adalah membangun bangsa Indonesia yang berakar pada budaya, dengan segala

keragamannya, untuk menjadi manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, demokratis, berkarakter, mandiri, berdaya saing, dan berdaya

tahan kuat di dalam percaturan hidup antar bangsa yang ditopang oleh penguasaan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni yang terarah kepada peningkatan taraf hidup dan

kesejahteraan masyrakat. (Kartadinata, 2009)

Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun

ke Atas

Tahun 2011 Tahun 2013

Tidak/belum sekolah 6,41 5,88

Tidak tamat SD 14,69 13,90

SD/sederajat 28,72 28,09

SMP/sederajat 20,74 21,00

SM +/sederajat 29,44 31,13

Page 26: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

26

Pendidikan Kewirausahaan di Indonesia

Pendidikan memiliki peran penting dalam pengembangan manusia seutuhnya

dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya.Pengembangan manusia harus

dilakukan secara utuh, yang mencakup pengembangan daya pikir, daya qolbu, daya

fisik, dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni serta olahraga (Slamet, 2011).

Selain itu, pengembangan manusia juga diharapkan menghasilkan manusia yang

mampu dan sanggup berperan aktif dalam membangun masyarakat Indonesia

seluruhnya.

Tugas sekor pendidikan baik formal maupun informal bukan hanya mencetak

manusia – manusia yang berpendidikan, tetapi secara lebih luas lagi, sektor pendidikan

harus mampu menciptakan manusia – manusia yang mandiri (Estiningsih dan Zaenal;

2014).Dengan kenyataan bahwa tidak semua penduduk Indonesia usia produkif dan

tergolong sebagai angkatan kerja dapat terserap didunia kerja, maka sektor pendidikan

bertanggungjawab untuk mencari solusi, bagaimana agar output yang dihasilkan tidak

hanya berorientasi untuk menjadi pekerja, disisi peran sektor pendidikan untuk

memperkenalkan dan memotivasi anak didiknya agar memahami bahwa selain menjadi

seorang pekerja ternyata bidang wirausaha juga menjadi bidang yang cukup

menjanjikan untuk didalami.

Sikap, perilaku, dan minat ke arah kewirausahaan seorang mahasiswa

dipengaruhi oleh pertimbangan atas berbagai aspek mengenai pilihan karir sebagai

wirausahawan. Pertimbangan atas pilihan karir tersebut dapat berbeda - beda tergantung

preferensi terhadap risiko yang akan mereka tanggung kemudian. Mahasiswa yang takut

untuk mengambil risiko (risk averter) cenderung untuk memilih menjadi seorang

pegawai swasta, PNS, atau pegawai BUMN sebagai pilihan karir sedangkan bagi

mahasiswa yang berani mengambil risiko (risk taker) untuk meninggalkan comfort

zonecenderung akan memilih menjadi seorang wirausahawan sebagai pilihan karirnya.

Faktor demografis (gender, latarbelakang pendidikan orang tua, dan pengalaman

bekerja) dapat mempengaruhi pilihan karir menjadiwirausahawan.

Kecenderungan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu,

seperti memilih kewirausahaan sebagai pilihan karir, dapat diprediksi oleh Teori

Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior-TPB) yang dikemukakan oleh Hannes

Leroy et all (2009). TPB menggunakan tiga pilar sebagai anteseden dari intensi,

yaitusikap terhadap perilaku, norma subyektif, dan persepsi mengenai kemampuan

mengendalikan segala sesuatu yang mempengaruhi apabila hendak melakukan perilaku

tersebut.

Pendidikan kewirausahaan dapat membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku pada

mahasiswa menjadi seorang wirausahawan (entrepreneur) sejati sehingga mengarahkan

mereka untuk memilih berwirausaha sebagai pilihan karir.Namun, pengaruh tersebut

perlu dikaji lebih lanjut apakah dengan adanya mata kuliah kewirausahaan dapat

melahirkan minat berwirausaha bagi mahasiswa.

Modal Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi

Modal manusia dalam terminologi ekonomi sering digunakan untukbidang

pendidikan, kesehatan dan berbagai kapasitas manusia lainnya yangketika bertambah

dapat meningkatkan produktivitas. Pendidikan memainkanperan kunci dalam hal

kemampuan suatu perekonomian untuk mengadopsiteknologi modern dan dalam

membengun kapasitasnya bagi pembangunan danpertumbuhan yang

berkelanjutan.Kesuksesan dalam pendidikan bergantung jugapada kecukupan

kesehatan.Disamping itu kesehatan merupakan prasayarat bagipeningkatan

produktivitas. Dengan demikian kesehatan dan pendidikan dapatjuga dilihat sebagai

Page 27: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

27

komponen vital dalam pertumbuhan dan pembangunansebagai input bagi fungsi

produksi agregat (Todaro, 2002).

Menurut Mill pembangunan ekonomi sangat tergantung pada dua

jenisperbaikan, yaitu perbaikan dalam tingkat pengetahuan masyarakat dan

perbaikanyang berupa usaha-usaha untuk menghapus penghambat pembangunan

sepertiadat istiadat, kepercayaan dan berpikir tradisional. Perbaikan dalam

pendidikan,kemajuan dalam ilmu pengetahuan, perluasan spesialisasi dan perbaikan

dalamorganisasi produksi merupakan faktor yang penting yang akan memperbaiki

mutudan efisiensi faktor-faktor produksi dan akhirnya menciptakan

pembangunanekonomi. Menurut Mill, faktor pendidikan melaksanakan dua fungsi

yaitu:mempertinggi pengetahuan teknik masyarakat dan mempertinggi ilmu,

pengetahuan umum. Pendidikan dapat menciptakan pandangan-pandangan

dankebiasaan modern dan besar perannya untuk menentukan kemajuan ekonomi

masyarakat.

Menurut Mankiw (2003) modal manusia adalah pengetahuan dankemampuan

yang diperoleh oleh para pekerja melalui pendidikan mulai dariprogram untuk anak-

anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan (on the jobtraining) untuk para pekerja

dewasa.Seperti halnya dengan modal fisik, modalmanusia meningkatkan kemampuan

untuk memproduksi barang dan jasa. Untukmeningkatkan level modal manusia

dibutuhkan investasi dalam bentuk guru,perpustakaan dan waktu belajar.

Sementara itu untuk menyesuaikan dengan tingkat pertumbuhan pendudukyang tinggi,

negara-negara berkembang harus memperhatikan kualitas sumberdaya manusia, dengan

mewujudkan program-program spesifik yakni (Samuelsondan Nordhaus, 2001) :

1. Mengendalikan penyakit serta meningkatkan kesehatan dan nutrisi.Meningkatkan

standar kesehatan penduduk menyebabkan peningkatanproduktivitas mereka sebagai

tenaga kerja. Pusat kesehatan masyarakat danpenyediaan air bersih merupakan

modal sosial yang bermanfaat.

2. Meningkatkan pendidikan, menurunkan angka buta huruf dan melatihtenaga

kerja.Manusia terdidik merupakan tenaga kerja yang lebih produktif karena

mampumenggunakan modal secara lebih efektif, mampu mengadopsi teknologi

danmampu belajar dari kesalahan.

3. Di atas semua itu, tidak boleh mengestimasi secara lebih rendah (underestimate)

terhadap pentingnya sumberdaya manusia.Becker (1993) mengemukakan bahwa

teori modal manusia telah menjadipemikiran banyak pihak sejalan dengan

berhasilnya umat manusiamengendalikan tingkat pertumbuhan penduduk,

menanggapi kekhawatiranMalthus akan adanya bencana bagi umat manusia bila

penduduk terus bertambah.

Teori modal manusia pada dasarnya membahas proses merumuskan bentuk-

bentukinvestasi yang bisa ditanamkan kepada manusia, sebab manusia diakuisebagai

salah satu sumberdaya yang diperlukan dalam kegiatan produksi barangdan jasa dalam

perekonomian.Samuelson dan Nordhaus (2001) menyebutkan bahwa input tenaga

kerjaterdiri dari kuantitas dan keterampilan tenaga kerja. Banyak ekonomi

percayabahwa kualitas input tenaga kerja yakni keterampilan, pengetahuan dan

disiplintenaga kerja merupakan elemen paling penting dalam pertumbuhan

ekonomi.Suatu negara yang mampu membeli berbagai peralatan canggih tapi

tidakmempekerjakan tenaga kerja terampil dan terlatih tidak akan dapat

memanfaatkanbarang-barang modal tersebut secara efektif. Peningkatan melek huruf,

kesehatandan disiplin serta kemampuan menggunakan komputer sangat

Page 28: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

28

meningkatkanproduktivitas tenaga kerja.Kubo dan Kim (1996) mengemukakan bahwa

elemen pokok dari teoripertumbuhan Neo Klasik dapat diringkas sebagai berikut :

1. Bahwa pendapatan perkapita suatu negara tumbuh pada tingkatperkembangan

teknologi yang given dari luar (eksogen)

2. Bahwa pendapatan perkapita negara-negara miskin cenderung tumbuh padatingkat

yang tinggi jika hal-hal lain tetap (konvergen).

Dalam perkembangannnya model Neo Klasik dikritik oleh ModelPertumbuhan

Endogen, yang diawali oleh Romer (1986) dan Lucas (1988) yangmengasumsikan

tingkat pengembalian yang konstan atau meningkat terhadapmodal. Teori Pertumbuhan

Endogen membangun komponen endogenperkembangan teknologi sebagai bagian

integral dari teori pertumbuhan. Teori inijuga berusaha menjelaskan observasi yang

berbeda terhadap pendapatan perkapita berbagai negara dimana model Neo Klasik gagal

ditetapkan. Faktor-faktorseperti modal manusia dan pengeluaran riset dan

pengembangan digabungkansebagai komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi

dalam model itu .Lucas (1988) berargumen bahwa akumulasi modal manusia

melaluiinvestasi (misal meningkatkan waktu belajar) mendorong pertumbuhan

endogen.Argumentasinya menekankan pada keuntungan yang disebabkan

oleheksternalitas dari modal manusia yang cenderung meningkatkan

tingkatpengembalian modal manusia. Romer (1990) menyebutkan bahwa modalmanusia

merupakan input kunci pokok untuk sektor riset karena menyebabkanditemukannya

produk baru/ ide yang disadari sebagai pendorong perkembanganteknologi. Dengan

demikian, negara-negara dengan stok awal modal manusiayang lebih tinggi,

ekonominya tumbuh lebih cepat.Dengan demikian modalmanusia disadari merupakan

sumber pertumbuhan yang penting dalam teoripertumbuhan endogen (Kubo dan Kim,

1996).

METODOLOGI

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, yaitu penelitian yang

mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpul data yang utama. Variabel yangakan dijelaskan adalah program pendidikan

kewirausahaan di Perguruan Tinggi dan minat mahasiswa terhadap dunia wirausaha.

Populasi dan Sample

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa yang sudah

mendapatkan mata kuliah kewirausahaan.Karena jumlah populasi relatif kecil maka

jumlah sampel yang diambil secara random.Sehingga metode pemilihan sampel

menggunakan metodeAccidental Samplingyaitu metode pengambilan sampel dengan

memilih siapa yang kebetulan ada/dijumpai.

Pengumpulan dan Pengolahan Data

Metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Kuesioner, berupa pertanyaan-pertanyaan yang disusun untuk diisi oleh responden.

Maksudnya adalah untuk memperoleh data primer berupa informasi secara tertulis

langsung dari responden mengenai variabel yang ditelti.

2. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan informasi dengan mempelajari sumber data

tertulis untuk memperoleh data sekunder mengenai latar bela-kang dan data tertulis

lainnya yang mendukung penelitian ini.

Page 29: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

29

Skala pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel penelitian ini

yaitu menggunakan skala likert yang menggunakan interval penilaian untuk setiap

jawaban responden adalah 1 sampai 5. Interval jawaban responden akan disesuaikan

dengan pertanyaan yang akan diajukan. Menurut Sugiyono (2008) skala likert ini

berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya

setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik-tidak baik. Berikut ini akan diberikan

contoh alternatif jawaban yang akan digunakan dalam kuesioner penelitian ini serta skor

yang diberikan untuk setiap item pertanyaan:

1. Sangat tidak setuju diberi skor : 1

2. Tidak setuju diberi skor : 2

3. Ragu – ragu diberi skor : 3

4. Setuju diberi skor : 4

5. Sangat setuju diberi skor : 5

Pengolahan data akan dilakukan dengan metode staistik sederhana yaitu

menggunakan distribusi frekuensi.

Oprasionalisasi Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri beberapa aspek antara lain sebagai berikut:

1. Instrumen untuk mengukur personal attitude.

2. Instrumen untuk mengukur subjective norms.

3. Instrumenuntuk mengukur perceived behavioral control

4. Instrumenuntuk mengukur entrepreneurial intention.

Keempat instrumen tersebut berbentuk checklistdengan menggunakan skala

Likert5-poin.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profile Responden

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan beberapa data yaitu sebagai profile responden

sebagai berikut ;

Table 3. Profile Responden

Kat

egori

Jenis Kelamin Status Pekerjaan Status Pernikahan Lokasi Tempat

tinggal

L P

Bek

erja

Tid

ak

Bek

erja

Men

ikah

Tid

ak

men

ikah

Jakar

ta

Dil

uar

Jakar

ta

Jumlah 12 18 5 25 4 15 19 11

Sumber : Data diolah (2014)

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah

perempuan, dana status pekerjaannya saat ini adalah belum atau tidak bekerja.

Mayoritas responden single dan berdomisili di Jakarta.

Table 4. Rekapitulasi Jawaban responden

No Kategori instrumen Rata – rata skor per instrumen penelitian Total

1 2 3 4 5

1 Personal attitude 0 0 3 5 22 30

2 Subjective norms 0 1 3 11 15 30

3 Perceived behavioral control 0 0 1 9 20 30

Page 30: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

30

4 Entrepreneurial intention 0 0 1 4 25 30

Sub Jumlah 0 1 8 29 82

Sumber : Data diolah (2014)

Secara keseluruhan mayoritas responden setuju dan sangat setuju terhadap

semua isi kuestioner terkait keempat instrumen yang ditanyakan. Dengan demikian

dapat dilihat bahwa mahasiswa merespon dengan cukup baik perndidikan

kewirausahaan yang ada di Universitas Indraprasta PGRI.

Respon mahasiswa terhadap instrumen personal attitude dapat dilihat pada grafik

berikut:

Grafik 1. Instrumen personal attitude

Sumber : data diolah (2014)

16,67 % mahasiswa setuju dan 73,33 % mahasiswa sangat setuju bahwa pendidikan

kewirausahaan yang sudah diimplementasikan pada Universitas Indraprasta PGRI sudah

cukup memberikan gambaran tentang sikap dan prilaku yang harus dikembangkan

sebagai seorang wirausaha.

Respon mahasiswa terhadap instrumen personal attitude dapat dilihat pada grafik

berikut:

Grafik 2. Instrumen subjective norms

Sumber : Data diolaah (2014)

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

Page 31: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

31

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa 33,67 % mahasiswa setuju dan 50 %

mahasiswa sangat setuju bahwa pendidikan kewirausahaan di Universitas Indraprasta

PGRI dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap pentingnya pengembangan

jiwa wirausaha pada mahasiswa.

Respon mahasiswa terhadap instrumen perceived behavioral control dapat dilihat pada

grafik berikut,

Grafik 3. Instrumen perceived behavioral control

Sumber : Data diolah (2014)

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa 30 % mahasiswa setuju dan 66,67 %

mahasiswa sangat setuju bahwa praktek kewirausahaan di Universitas Indraprasta PGRI

sangat baik, sehingga mahasiswa dapat merasakan terjun sebagai seorang wirausaha.

Respon mahasiswa terhadap instrumen entrepreneurial intentiondapat dilihat pada grafik

berikut:

Grafik 4. Instrumen entrepreneurial intention

Sumber : Data diolah (2014)

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa 13,33 % mahasiswa setuju dan 83,33 %

mahasiswa sangat setuju bahwa secara keseluruhan isi kurikulum pendidikan

kewirausahaan di Universitas Indraprasta PGRI dapat terserap dengan baik dan

mahasiswa mampu memahami pentingnya pendidikan kewirausahaan bagi mahasiswa.

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

Page 32: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

32

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan respon mahasiswa (sample mahasiswa)

terhadap keempat instrumen yang digunakan dalam penelitian, maka dapat disimpulkan

kegiatan pendidikan kewirausahaan yang selama ini di implementasikan oleh

Universitas Indraprasta PGRI baik kegiatan pembelajaran di kelas maupun praktek

sudah cukup baik. Hanya saja berdasarkan tanyajawab secara personal terhadap

responden akan lebih baik jika kegiatan praktek lebih diintensifkan.

Dengan demikian untuk kebaikan kegiatan pendidikan kewirausahaan di

Universitas Indraprasta PGRI, maka perlu mengintensifkan kegiatan praktek dan perlu

menambah kegiatan studi banding sehingga mahasiswa mendapatkan gambaran yang

lebih luas tentang dunia kewirausahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anata, Firdaus. (2013).Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka, PDRB Perkapita,

Jumlah Penduduk dan Index Williamson Terhadap Tingkat Kriminalitas (Studi

Pada 31 Provinsi di Indonesia tahun 2007 - 2012). Malang:Jurnal Ilmiah

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Brawijaya.

Clelland, David MC. (1961). Entrepreneur Behavior and Characteristics of

Entrepreneurs.The Achieving Society

Dhewanto, Wawan. (2013). Kewirausahaan Berbasis Teknologi Guna Meningkatkan

Daya Saing. ITB: Sidang Terbuka Peresmian Mahasiswa Baru 2013/ 2014).

Heri, Kuswara. (2011).Strategi Perguruan Tinggi Mewujudkan Entrepreneurial

Campus. Terdapat pada situs www.dikti.go.id

Kartadinata, Sunaryo. (2009). Membangun Keutuhan Bangsa Melalui Pendidikan

dalam Bingkai Utuh Sistem Pendidikan Nasional.Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Lestari, Retno Budi dan Trisnadi Wijaya, 2012, Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan

TerhadapMinat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan

STIE MUSI, Jurnal Ilmiah STIE MDP, Vol. 1No. 2Maret 2012, p. 112-119.

Suparno, Ono. Aji Hermawan dan M. Faiz Syuaib.(2008). Technopreneurship.

Recognition and Mentoring Program – Institut Pertanian Bogor (RAMP-IPB)

Susetyo, Heru dan Amanda,Putri Kusuma. (2011).Dampak Kependudukan Terhadap

Kriminalitas dan Keamanan Individu, Ditdamduk BKKBN 2011.

Slamet, PH. (2011). Peran Pendidikan Vokasi dalam Pembangunan Ekonomi,

Cakrawala Pendidikan, Juni 2011, Th. XXX, No. 2.

Soewardi, Biemo W dan Wirahadikusumah, Reini D (2012).Kebutuhan dan Tantangan

Pendidikan Insfrastruktur, Seminar Nasional Pembangunan Infrastruktur Untuk

Semua, Kerjasama Tiga Universitas, UI-UGM-ITB.

Page 33: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

33

Untari, Dhian Tyas. (2014). ECOPRENEURSHIP:Concept

ofResponsibleEntrepreneurship. Malang: Prosiding 11th International Annual

Symposium on Management.

www.Bps.go.id

www.kemennakertrans.go.id

Page 34: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

34

ANALISIS PEMBENTUKAN TINGKAT KEPERCAYAAN KONSUMEN

PADA USAHA PERCETAKAN DIGITAL “CV.ABC”

Ana Rusmardiana

Dosen Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indraprasta PGRI Jakarta

Email : [email protected]

[email protected]

ABSTRACT

The level of consumer confidence in a business interaction is a crucial

prerequisite as the basis for the business person in the conduct of business transactions,

as well as the opinion of some experts (Mentzer and Min,2000; Blumberg,2001; Spector

and Jones, 2004) which in essence claimed business transactions would not have

happened if a trust boundary of the verge is not achieved between the perpetrators of

the business. Given the importance of consumer confidence in the provider, then it is

important to know how the formation of consumer confidence in the digital printing

sector in Jakarta so that the service provider may be chosen by the consumer. Data

obtained from the 22 (twenty-two) of the respondents who meet the criteria as a viable

consumer by using interview techniques in subsequent semi structured dept, ditranskip

in the conversation to be analyzed with reference to the operational variables.

Keywords: Consumer confidence, Small and medium enterprises

ABSTRAK

Tingkat kepercayaan konsumen dalam sebuah interaksi bisnis merupakan

prasyarat penting sebagai dasar bagi para pelaku bisnis dalam melakukan transaksi

bisnis, sebagaimana pendapat dari beberapa pakar (Mentzer and Min, 2000; Blumberg,

2001; Spector and Jones, 2004) yang pada intinya menyatakan transaksi bisnis tidak

akan terjadi jika diambang batas suatu kepercayaan tidak tercapai diantara para pelaku

bisnis tersebut. Mengingat pentingnya kepercayaan konsumen dalam penyedia jasa,

maka sangatlah penting kiranya untuk mengetahui bagaimana terbentuknya kepercayaan

konsumen didalam sektor percetakan digital di Jakarta agar para penyedia jasa tersebut

dapat dipilih oleh konsumen. Data yang diperoleh dari 22 (duapuluh dua) responden

yang memenuhi kriteria sebagai konsumen yang layak dengan menggunakan teknik

wawancara in dept semi terstruktur, selanjutnya ditranskip dalam percakapan untuk

dianalisis dengan mengacu pada variabel operasional.

Kata Kunci: Kepercayaan konsumen, Usaha Kecil dan Menengah

Page 35: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

35

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, kemanapun dan dimanapun kita arahkan pandangan,

akan kita temukan produk atau barang hasil dari percetakan, misalnya: buku-buku,

nota/faktur yang biasa kita peroleh sewaktu belanja di toko atau supermarket, kwitansi,

dus-dus kemasan makanan, kartu nama, kartu undangan, kalender, label, kop surat,

amplop, sticker, poster, ID card, brosur, company profil, majalah, bulletin, tabloid,

spanduk, reklame dan lain lain. Oleh karenanya dengan persaingan bisnis yang semakin

ketat saat ini, hampir semua jenis usaha berusaha untuk memberikan kepercayaan

terhadap konsumennya agar loyal, seperti halnya dalam usaha percetakan.

Penelitian dilakukan pada sebuah usaha UKM penyedia jasa percetakan digital

yang juga menggunakan pasta, untuk nama perusahaannya disamarkan sebagai

―CV.ABC‖ berlokasi didaerah Jakarta. Adapun pengambilan tema didasarkan pada

tingkat sektor ini cukup pesat perkembangannya dan usaha percetakan dengan

menggunakan tinta pasta masih jarang, sehingga menurut pengamat penulis dapat

memungkinkan bagi konsumen untuk loyal

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: bagaimana proses terbentuknya kepercayaan konsumen dalam

sektor usaha kecil menengah yang bergerak dibidang percetakan pada ―CV.ABC‖ di

Jakarta. Dan tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi proses dan pengujian

kepercayaan konsumen yang terdapat pada UKM yang bergerak dibidang percetakan

pada‖CV.ABC‖.

Dalam pengumpulan data menggunakan teknik wawancara in depth semi

terstuktur, dalam hal ini responden diberikan kebebasan dalam memberikan jawaban

dengan teknik panduan pertanyaan yang sama untuk tiap unit analisis. Untuk

selanjutnya dibuatkan dalam bentuk transkip permbicaraan dan dianalisis dengan

mengacu pada variabel operasional guna memetakan jawaban dari setiap responden dan

menemukan model yang menggambarkan bagaimana kepercayaan dari masing-masing

unit analisis terbentuk.

KAJIAN PUSTAKA

Kepercayaan-Loyalitas

Kepercayaan konsumen menurut Mowen (2002:312) adalah semua pengetahuan

yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang

objek, atribut, dan manfaatnya. Kepercayaan ini tidak begitu saja dapat diakui oleh

pihak lain maupun mitra bisnis, melainkan harus dibangun mulai dari awal dan harus

dapat dibuktikan. Sedangkan pengertian loyalitas menurut Kotler (2009:138) merupakan

komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali

produk atau jasa yang disukai di masa depan walaupun pengaruh situasi dan usaha

pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih.

Dalam hal ini dapat diartikan bahwa pelanggan yang loyal tidak diukur dari

berapa banyak dia memesan, tetapi dari berapa sering ia melakukan pemesanan ulang,

termasuk disini merekomendasikan orang lain untuk memesannya. Bila seseorang

merupakan konsumen loyal, ia menunjukkan perilaku pemesanan yang didefinisikan

sebagai pemesanan teratur yang dilakukan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit

pengambilan keputusan. Loyalitas menunjukkan kondisi dari durasi waktu tertentu dan

mensyaratkan bahwa tindakan pemesanan terjadi tidak kurang dari dua kali.

Kepercayaan dianggap sebagai cara yang paling penting untuk membangun dan

memelihara hubungan dengan konsumen/pelanggan dalam jangka panjang. Semakin

Page 36: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

36

tinggi tingkat kepercayaan yang diberikan kepada pelanggan, maka semakin tinggi pula

tingkat loyalitasnya, dengan demikian antara kepercayaan dan loyalitas memiliki kaitan

sebagai tampak dalam gambar sebagai berikut:

Gambar 1: Hubungan kepercayaan dengan loyalitas

Sumber: Sigh and Sirdeshmukh(2000)

Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan merupakan faktor utama

dalam membentuk komitmen dan loyalitas maka proses pembentukannya merupakan

hal yang penting untuk diketahui. Pada dasarnya pembentukan kepercayaan seorang

konsumen sudah dimulai sebelum menerima jasa dimana kadar tingkat kepercayaan

pada fase ini sangatlah kecil. Tinggi rendahnya kepercayaan setelah menerima jasa akan

mempengaruhi tinggi rendahnya loyalitas (Gambar.2)

Gambar 2: Model dasar proses pembentukan kepercayaan

Sumber: Sigh and Sirdeshmukh(2000)

Pembentukan kepercayaan konsumen dalam penelitian ini dielaborasi

berdasarkan beberapa litelatur yang mengungkapkan tentang konsep kepercayaan

berupa model yang menggambarkan perubahan sikap mental seorang konsumen dari

semula tidak mengenal hingga akhirnya menjadi percaya pada sebuah perusahaan,

aktivitas yang mengubah sikap mental, faktor-faktor yang dipertimbangkannya maupun

sumber informasi mengenai faktor-faktor tersebut yang digunakan oleh seorang

konsumen dalam suatu model.

Percetakan Digital

Percetakan digital umumnya digunakan untuk pencetakan dalam volume jumlah

sedikit dengan memerlukan penyelesaian waktu yang sangat cepat daripada

menggunakan cara offset. Dalam percetakan digital tidak memerlukan film dan pelat

cetak (almunium Plate) seperti dalam cetak offset. Dalam cetak offset kedua jenis

tersebut akan dimanfaatkan sebagai media transfer document yang hendak dicetak ke

permukaan media kertas, plastik, dan lain-lain. Satu pelat mewakili satu bidang

dokumen satu warna dan jenis, semakin banyak jenis dokumen dan warna yang

digunakan, jumlah biaya yang harus dibayarpun semakin besar. Selain pelat, harga

percetakan offset juga ditentukan oleh jenis kertas, paduan warna, ukuran kertas dan

kualitas warna. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan dalam tabel dibawah ini.

Kepercayaan

Sikap terhadap

produk

Niat untuk

Menjadi

loyal

Prilaku

loyal

Kepercayaan

Sebelum

menerima

layanan

Kepuasan/

tidak kepuasan

Kepercayaan

Sesudah

menerima

layanan

Loyalitas

Page 37: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

37

Tabe1.1: Varian cetak digital

Karakteristik Cetak digital

Tinta cair Tinta toner Tinta pasta

Luntur jika terkena

air

luntur Tidak Tidak

Ukuran kertas Semua ukuran Maksimal A3 Maksimal A3

Karakteristik

lainnya

Hanya kertas yg

memiliki daya

serap tinggi

Menyebabkan

adanya ketebalan

tertentu dari hasil

cetak

Kurang maksimal

untuk desain

dengan warna

abu-abu

Tabe1.2: Perbedaan cetak offset dengan cetak digital

Karaktristik Cetak Offset Cetak Digital

Jenis tinta Pasta Serbuk cair, pasta

Waktu setup Ada waktu setup Tidak ada waktu

Ketajaman warna Lebih halus dan

tahan lama

Tergantung jenis tinta dan

kertas dan tidak tahan lama

Brightness Relatif Tergantung jenis tinta dan

kertas

PEMBAHASAN

―CV.ABC‖ merupakan salah satu UKM yang bergerak dalam usaha percetakan

digital maupun offset yang berada didaerah Jakarta. Dalam susunan organisasi

―CV.ABC‖ memiliki beberapa 3 devisi yaitu devisi percetakan/ devisi percetakan digital

(divisi X), divisi yang menyediakan jasa percetakan offset (Divisi Y) dan divisi yang

menyediakan jasa percetakan undangan berikut perlengkapannya (divisi Z). Guna

keperluan produksinya ―CV.ABC‖ menggunakan mesin cetak digital yaitu HP indigo

Press 1050 yang memiliki kemampuan mencetak perjam sebanyak 1500 lembar full

color A3 dan hanya 1(satu) lembar dalam mencetak poster, album foto, katalok produk.

Oleh karenanya agak sangat baik mesin digital tersebut untuk order-order pemesanan

dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan offset.

Untuk operasionalisasi dilakukan terhadap fase kepercayaan itu sendiri dalam 4

bentuk yakni:

1. Harapan,yakni pernyataan mengenai harapan yang dapat diperoleh berupa kualitas,

harga dan hal-hal yang dianggap penting oleh konsumen. Pada fase ini masih

terdapat konsumen yang meragukan akan kemampuan salah satu divisi dalam

―CV.ABC‖

2. Keyakinan, diidentifikasikan dalam permasalahan ini dengan hilangnya keraguan dan

keinginan konsumen untuk mencetak. Diprediksi, keraguan yang terjadi pada

beberapa konsumen pada ―CV.ABC‖ dikarenakan pertimbangan waktu, karena

memang ―CV.ABC‖ tidak melayani delivery order.

3. Tindakan dan loyalitas, yakni suatu aksi konsumen kepada salah satu devisi sebagai

bukti kepercayaan dan menyerahkan pekerjaan percetakan kepada salah satu devfisi

ataupun semua devisi hingga akhirnya terbentuk suatu hubungan khusus antara

konsumen dengan penyedia jasa.

Dari hasil random in dept interview dari 30 konsumen diberbagai tempat

percetakan digital di Jakarta, diperoleh informasi bahwa sektor percetakan digital di

Page 38: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

38

Jakarta ditandai dengan perpindahan konsumen yang tinggi, yaitu perpindahan

konsumen dari perusahaan ke perusahaan lainnya. Namum demikian dari hasil random

in dept interview/ studi eksploratif juga ditemukan bahwa peluang untuk membuat

seorang konsumen menjadi loyal cukup terbuka lebar karena alasan utama seorang

konsumen melakukan perpindahan adalah karena keinginan menemukan tempat

percetakan digital yang paling sesuai bagi dirinya

. Tabel.3. Pengetahuan responden tentang mesin pada CV.ABC

Responde

n

Jenis Usaha Mesin cetak HP Indego dan

sejenisnya

1 Perusahaan

percetakan

3 tahun Mengetahui kualitas mesin

berdasarkan pengalaman

2 Perusahaan

percetakan

2 tahun Tahu kecepatan hasil akhir dari mesin

tersebut

3 Desainer

Grafis

6 tahun Tahu kegunaannya

4 Perusahaan

percetakan dan

deain grafis

1.5

tahun

Dapat membedakan hasil cetak

dibandingkan dengan offset

5 Perusahaan

percetakan dan

grafis

11

bulan

Tahu kelemahan maupun kelebihan

mesin tersebut

6 Desain grafis

dan Perantara

1 tahun Tahu kecepatan hasil akhir

7 Desain grafis

dan perantara

6 bulan Tahu kualitas mesin dari pameran

8 Desain grafis

dan perantara

5 bukan Mengerti sedikit tentang mesin

tersebut

9 Perantara 1 tahun Tahu membedakan hasil cetakan

10 Perantara 5 bulan Suka dalam cetakan warna abu-abu

11 Penerbit 3tahun Tahu kelebihan maupun kekurangan

12 Penerbit 1 tahun Puas akan hasil mesin tersebut

13 Karyawan

swasta

2 tahun Pernah bekerja diperusahan percetakan

lain

14 Karyawan

swasta

1 tahun Tahu hasil dengan menggunakan

mesin tersebut

15 Karyawan

swasta

1 tahun Kemampuan mesin menyamai cetak

offset

16 Perusahaan

percetakan

6 bulan Tidak tahu

17 Guru gambar 4 bulan Tidak tahu

18 Perantara 1 tahun Tidak tahu

19 Perantara 7 bulan Tidak tahu

20 Penerbit 9tahun Tidak tahu

21 Karyawan

swasta

1 tahun Tidak tahu

22 Karyawan 8 bulan Tidak tahu

Page 39: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

39

swasta

Tabel.4: Proses perpindahan informasi

Responden Informasi dari Responden Informasi

dari

1 Divisi X,Y dan Z serta dari pengalaman 16 Teman

2 Divisi X,Y dan Z 17 Divisi Z

3 Divisi Y dan Z 18 Divsi X,Y,Z

4 Divisi X dan divisi Y 19 Keluarga

5 Divisi Y 20 Divisi Y

6 Divisi Y dan Z 21 Brosur

7 Divisi Y dan Z 22 Kolegan

8 Teman dan keluarga

9 Divisi, X,Y dan Z serta teman

10 Pameran

11 Divisi X dan divisi Z

12 Divisi X dan divisi Z

13 Teman sejawat

14 Famili yang bekerja di CV.ABC

15 Divisi Y

Dari tabel diatas tingkat kepercayaan konsumen akan hasil output yang diberikan

―CV.ABC‖ memiliki sikap cukup positif yakni diatas 68% atau 15 responden yang

secara umum tahu dan mengerti bagaimana cara kerja mesin cetak HP indego dan

sejenisnya, sementara 32 % atau sebanyak 7 responden hanya mengetahui output yang

dihasilkan oleh CV. ABC bersama divisi-divisinya tanpa mengetahui bahwa semuanya

merupakan hasil dari mesin cetak HP indego dan sejenisnya.

Namum demikian secara keseluruhan 22 responden tersebut masih loyal dan

kondisi tersebut dapat dipahami melalui runtuntan pemesanan dan dapat dilihat dari

lamanya pengalaman dengan ―CV.ABC‖. Konsumen menyadari adanya kebutuhan dan

untuk selanjutnya melakukan proses pencarian informasi (tabel 3), melakukan evaluasi

alternatif berdasarkan informasi yang sudah konsumen miliki dan kemudian

memutuskannya. Semua proses runtutan tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yakni

proses psikologis, faktor lingkungan dan perbedaan individu

Dari hasil wawancara dengan 22 responden yang loyal, tigkat prosentase atas

penilaian ―CV.ABC‖ adalah sebagai berikut:

1. 70% responden menyatakan bahwa mereka tidak hanya menerima brosur ataupun

price list tapi juga memperoleh pendekatan yang cukup ramah dan personal.

2. 75% responden menyatakan bahwa mereka tidak dibohongi yakni tidak hanya

sekedar tip service yang didapat/ dijajikan sesuatu yang tidak bisa dipenuhi.

3. 90 % responden yang puas dan yakin atas produk dan jasa yang ditawarkan dan

bahkan mereka mendapat jaminan dengan memperoleh nomor telpon ataupun akses

email apabila akan komplain.

SIMPULAN

Pada akhirnya ―CV ABC‖ harus tetap berupaya untuk mempertahankan konsumen

sesuai pendapat dari Gaspersz (2005:142) yaitu andal, terpercaya, memikat dan

bertanggungjawab. Namum demikian kuncinya adalah tetap pada kepercayaan, apabila

konsumen/pelanggan telah sangat percaya pada mutu suatu produk atau jasa dan tidak

Page 40: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

40

ragu untuk menggunakannya bahkan ada suatu kebanggaan dalam menggunakan produk

dan jasa tersebut. Dalam permasalahan diatas, cukup besar responden percaya dengan

cara kerja ―CV. ABC‖ bersama para devisinya dalam upaya mempertahankan tingkat

kepercayaan akan hasil percetakan dengan menggunakan mesin cetak HP Indego.

Dalam penelitian ini ditemukan faktor yang memiliki pengaruh kuat terhadap

kepercayaan konsumen yakni proses psikologis, perbedaan pribadi dan faktor

lingkungan.

Guna menarik minat konsumen akan output yang dihasilkan CV. ABC, sebaiknya

CV ABC juga meningkatkan dalam hal promosi, hal ini mutlak diperlukan bagi suatu

perusahaan bila ingin bersaing menarik pelanggan, mengingat bisnis ini tidak pernah

sepi.

DAFTAR PUSTAKA

Bramson, Dr Rabert. (2005), Customer Loyality, Jakarta- Prestasi Pusaka.

Cravens, D.W. and Piercy, N.F. (2006), Strategic Marketing, 8th Edition, McGraw-Hill,

New York

Griffin, Jill. 2003. Customer loyalty: Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan

Pelanggan. Erlangga: Jakarta

Kotler Philip. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jakarta: Prenhallindo.

Mentzer, T.J. and Min, S. (2000), "The nature of interfirm partnering in supply chain

management", Journal of Retailing, Vol. 76, No. 4.

Mowen. John C dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid satu, Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Peter,J.Paul and Jerry C.Olson. 2000. Consumer Behavior, Perilaku Konsumen dan

Strategi pemasaran. Diterjemahkan oleh Damos Sihombing dan Peter Remy. Jakarta:

Erlangga.

Ranchhod, A. (2004), Marketing Strategies: ATwentyfirst Century Approach, Prentice

Hall.

Spector, M.D. and Jones, G.W. (2004), "Trust in the workplace: Factors affecting frust

formation between team members", The Journal of Social Psychology, Vol. 144, No.3.

Walker, O.C., Mullins, J.W. and Boyd, H.W. (2006), Marketing Strategy: A Decision-

Focused Approach, 5th Edition, McGraw-Hill

http://amarhamdani.blogspot.com/2014/12/memulai-bisnis-dengan-modal-kecil-

dan.html

Page 41: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

41

PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN:

STUDI KASUS PADA PT BPR MKS BANDUNG

Arif Yusuf Hamali

Eka Sari Budihastuti

Politeknik PIKSI GANESHA Bandung

Jl. Jend. Gatot Subroto No. 301Bandung 40274

[email protected]

[email protected]

ABSTRACT

This research was conducted at PT BPR MKS Bandung, was aimed to determine how

Compensation and job satisfaction, and also to know the influence of Compensation to

Job Satisfaction at PT BPR MKS Bandung. Respondents of this research are 50, with

census sampling techniques. The method used is descriptive and associative method,

which test the connection using Spearman rank correlation analysis, and also done to

determine the accuracy of measurement of validity and reliability test. The results of

validity and reliability test of variables X and Y are valid and reliable. Calculations

were performed using SPSS software ver. 19.The results of this study showed

compensation is in the category of enough good and Job Satisfaction is in the category

of good, based on criteria of value standard. The results showed the influence of

Compensation to Job Satisfaction at PT BPR MKS Bandung, with a correlation

coefficient = 0.576, based on the criteria Champion, this relationship is in the criteria

fairly strong relationship. The results of this calculation showed the coefficient of

determination = 33.18%, it showed that the hypothesis is proved, there is an influence

of Compensation to job satisfaction at PT BPR MKS Bandung.

Keywords: Compensation; Job Satisfaction.

PENDAHULUAN

Setiap anggota dari suatu organisasi mempunyai kepentingan dan tujuan sendiri

ketika seseorang bergabung pada organisasi tersebut. Bagi sebagian pegawai, harapan

untuk mendapatkan uang adalah satu-satunya alasan untuk bekerja, namun yang lain

berpendapat bahwa uang hanyalah salah satu dari banyaknya kebutuhan yang terpenuhi

melalui kerja. Seseorang yang bekerja akan merasa lebih dihargai oleh masyarakat di

sekitarnya, dibandingkan yang tidak bekerja. Untuk mencapai keselarasan tujuan,

pimpinan organisasi bisa memberikan perhatian dengan memberikan kompensasi,

karena kompensasi merupakan bagian dari hubungan timbal balik antara organisasi

dengan sumber daya manusia.

Kompensasi adalah penghargaan atau ganjaran kepada para pekerja yang telah

memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya, melalui kegiatan yang disebut

bekerja. Kompensasi juga merupakan penghargaan yang diberikan pegawai, baik

langsung maupun tidak langsung, finansial ataupun non-finansial yang adil kepada

Page 42: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

42

pegawai atas sumbangan mereka dalam mencapai tujuan organisasi, sehingga

pemberian kompensasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan manapun guna

meningkatkan kinerja pegawainya. Adapun bentuk kompensasi finansial adalah gaji,

tunjangan, bonus, dan komisi. Wujud dari kompensasi non-finansial adalah pelatihan,

wewenang dan tanggung jawab, penghargaan atas kinerja serta lingkungan kerja yang

mendukung.

Kepuasan kerja pegawai dapat dilihat bahwa pekerjaan tidak hanya sekedar

melakukan pekerjaan, tetapi terkait juga dengan aspek lain seperti melakukan interaksi

dengan teman sekerja, atasan, mengikuti aturan-aturan dan lingkungan kerja tertentu

yang seringkali tidak memadai atau kurang disukai.

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal yang bersifat individual, setiap

individu memiliki tingkat kepuasan kerja berbeda-beda sesuai dengan keinginan dan

sistem nilai yang dianutnya. Semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang sesuai

dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut oleh individu, maka semakin tinggi

tingkat kepuasan yang didapat. Demikian pula sebaliknya, semakin banyak aspek

dalam pekerjaannya yang tidak sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut

oleh individu, maka semakin rendah tingkat kepuasan yang didapat. Kepuasan kerja

adalah keadaan emosional yang menyenangkan dan mencerminkan perasaan seseorang

terhadap pekerjaannya yang dapat terlihat dari sikap pegawai terhadap pekerjaannya dan

segala sesuatu di lingkungan pekerjaannya.

Penelitian-penelitian terdahulu menyatakan bahwa pembayaran kompensasi,

tinggi rendahnya tingkat kompensasi dan kebijaksanaan atas jabatan tertentu berkorelasi

positif terhadap kepuasan kerja (Dubinsky, dkk, 1993). Faktor-faktor utama yang

mempengaruhi kepuasan kerja adalah kompensasi kompetitif, job security, kesempatan

bagi pengembangan, usaha tim dan pengakuan (Krepela, 1993; dan Yusriyati, 2001).

Aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu upah, pekerjaan, promosi,

penyelia, rekan kerja, pengawasan, materi pekerjaan, dan kondisi kerja yang

mendukung (Wexley dan Yukl, 1992; Gibson, dkk, 1996; Robbins, 1996). Faktor-

faktor lain yang juga mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dalam organisasi adalah

pimpinan yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi yang akan berdampak

pada kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya sehingga absensinya menurun, kinerja

karyawan meningkat dan karyawan akan tetap bertahan dalam organisasi (Judge &

Watanabe, 1993; Sopiah, 2008).

Kompensasi finansial dan kompensasi non finansial secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja (Panudju, 2003). Faktor

dari variabel kompensasi yang paling mempengaruhi kepuasan kerja adalah komponen

tunjangan yang berbeda dari gaji bulanan. Hubungan kompensasi yang diterima

karyawan dan iklim organisasi secara bersama-sama menunjukkan hubungan yang

sangat kuat dan positif terhadap kepuasan kerja. Upaya menciptakan kompensasi dan

proses balas jasa yang baik terhadap karyawan lebih mendorong kepuasan kerja

karyawan dibandingkan dengan menciptakan iklim organisasi yang baik (Sari, 2009).

Kompensasi finansial juga berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan motivasi

kerja karyawan, artinya semakin baik persepsi karyawan terhadap kompensasi finansial

akan menyebabkan tingginya kepuasan kerja dan motivasi kerja (Haritsyah, 2013).

PT BPR (Bank Perkreditan Rakyat) MKS Bandung adalah salah satu bank

perkreditan di kota Bandung yang memiliki visi menjadi mitra bisnis utama Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan misinya adalah menjadi BPR yang sesuai

dengan fungsi sebagai lembaga intermediasi UMKM. Perusahaan yang telah eksis dan

berkembang di bidang jasa perbankan ini memiliki pelanggan yang tersebar di wilayah

kota Bandung dan sekitarnya, selain berupaya berupaya memberikan pelayanan terbaik

Page 43: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

43

kepada para pelanggannya, juga berupaya memberikan kepuasan kerja kepada

karyawannya dengan memberikan kompensasi yang memadai. Fenomena tentang

manajemen kompensasi yang terjadi di perusahaan adalah pemberian kompensasi

finansial maupun non finasial dianggap masih belum memadai bagi karyawan.

Fenomena ini dapat dilihat pada tabel 1 berdasarkan survey awal hasil pendapat 25

orang karyawan PT BPR MKS Bandung.

Tabel 1

Fenomena Pemberian Kompensasi berdasarkan Survei Awal Pendapat 25 Orang

Karyawan

No. Indikator Kompensasi Memadai Belum Memadai

1. Gaji Bulanan -- 25 orang

2. Komisi -- 25 orang

3. Bonus -- 25 orang

4. Peluang Promosi Jabatan -- 25 orang

5. Penghargaan Prestasi -- 25 orang

Sumber: Survei Awal di PT BPR MKS Bandung, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 1 di atas menunjukkan bahwa pemberian

kompensasi finansial maupun non finansial pada PT BPR MKS Bandung dianggap

belum memadai bagi karyawan. pemberian kompensasi finansial berupa gaji bulanan,

komisi penjualan, dan bonus dianggap tidak sesuai dengan beban kerja yang diemban

karyawan dan kompensasi finansial tersebut belum cukup memenuhi kebutuhan hidup

karyawan dan keluarganya. Pemberian kompensasi non finansial berupa asuransi

kesehatan dan penghargaan prestasi kerja juga dianggap belum diterapkan sebagai

kebijakan yang menjamin kesejahteraan karyawan dan keluarganya.

Fenomena kepuasan kerja yang ditemui pada PT BPR MKS Bandung disajikan

pada tabel 2 berikut berdasarkan survey awal pendapat 25 orang karyawan.

Tabel 2

Fenomena Kepuasan Kerja berdasarkan Survei Awal Pendapat 25 Orang

Karyawan

No. Indikator Kepuasan Kerja Memuaskan Belum

Memuaskan

1. Peluang kenaikan jabatan -- 25

2. Jumlah gaji yang diterima -- 25

3. Hubungan kerja dengan pimpinan -- 25

4. Hubungan kerja dengan sesama

bawahan

-- 25

5. Beban kerja -- 25

Sumber: Survei Awal di PT BPR MKS Bandung, 2013

Data yang ditunjukkan pada tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa karyawan

merasa tidak puas terhadap peluang kesempatan untuk maju berupa kenaikan jabatan,

jumlah gaji yang diterima belum sesuai dengan tugas pekerjaan yang dijalankan,

hubungan kerja dengan pimpinan, hubungan kerja dengan sesama bawahan, dan beban

kerja yang berlebihan dan tidak sesuai dengan deskripsi kerja yang ditetapkan.

Page 44: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

44

Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan dan data-data di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini yaitu bagaimana kompensasi dan

kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS Bandung, dan bagaimana pengaruh

kompensasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS Bandung.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kompensasi dan kepuasan

kerja karyawan pada PT BPR MKS Bandung dan untuk mengetahui apakah ada

pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS Bandung

secara positif dan signifikan.

KAJIAN PUSTAKA

Kompensasi

Istilah kompensasi merujuk pada pemahaman terhadap manajemen imbalan

(reward management) dan sistem imbalan (reward system). Manajemen imbalan adalah

manajemen yang berkenaan dengan strategi-strategi, kebijakan-kebijakan, dan proses-

proses yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa nilai dan kontribusi diberikan oleh

anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi, departemental dan tim diakui dan

diberikan imbalan (Armstrong, 2010: 266-270). Sistem imbalan adalah proses-proses

dan praktek-praktek yang saling berhubungan dan berkombinasi, untuk meyakinkan

bahwa manajemen imbalan diterapkan secara efektif demi keuntungan organisasi dan

orang-orang yang bekerja di dalamnya. Komponen-komponen sistem imbalan terdiri

dari: a) imbalan stratejik; b) imbalan menyeluruh; c) imbalan finansial dan non

finansial; d) penilaian pekerjaan melalui evaluasi kerja dan harga pasar; e) struktur

peringkat dan pembayaran; f) kemajuan pembayaran melalui skema pembayaran

bergantung yang berhubungan dengan jasa; g) skema-skema pengakuan; dan h)

tunjangan karyawan dan pension. Kerangka kerja manajemen imbalan menurut

Armstrong disajikan dalam bagan 1.

Pengertian kompensasi menurut Veithzal Rivai (2005: 357) adalah setiap bentuk

imbalan yang diterima individu sebagai akibat dari kinerja tugas-tugas organisasional.

Kompensasi juga merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti

kontribusi jasa karyawan kepada perusahaan. Kompensasi yang dikelola dengan baik

akan membantu perusahaan untuk mencapai tujuan dan memperoleh, memelihara, serta

menjaga karyawan dengan baik. Pembayaran kompensasi yang tidak cukup, akan

membuat karyawan untuk meninggalkan perusahaan dan untuk melakukan penempatan

kembali tidaklah mudah.

Dampak dari ketidakpuasan karyawan terhadap pembayaran kompensasi yang

dirasa kurang memadai, akan menurunkan kinerja, meningkatkan keluhan-keluhan,

mogok kerja, dan mengarah pada tindakan-tindakan fisik dan psikologis, seperti

meningkatnya derajat ketidakhadiran dan perputaran karyawan, yang pada gilirannya

akan menurunkan kesehatan jiwa karyawan yang semakin parah. Pembayaran

kompensasi yang berlebih, juga akan menyebabkan perusahaan dan individu berkurang

daya kompetisinya dan menimbulkan kegelisahan, perasaan bersalah, dan suasana yang

tidak nyaman di kalangan karyawan.

Dimensi kompensasi menurut Veithzal Rivai (2005: 357) terdiri dari:

1) Kompensasi finansial, terdiri dari dua, yaitu kompensasi langsung dan tidak

langsung. Yang dimaksud dengan kompensasi langsung adalah pembayaran

karyawan dalam bentuk upah, gaji, bonus, atau komisi. Kompensasi tidak langsung

Page 45: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

45

(benefit) adalah semua pembayaran yang tidak tercakup dalam kompensasi finansial

seperti liburan, berbagai macam asuransi, jasa (perawatan anak, kepedulian

keagamaan).

2) Kompensasi non finansial. Yang dimaksud kompensasi non finansial seperti pujian,

menghargai diri sendiri, pengakuan yang dapat mempengaruhi motivasi kerja

karyawan, produktivitas dan kepuasan.

Dimensi kompensasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah kompensasi

finansial dan kompensasi non finansial. Kompensasi finansial yang terdiri dari gaji,

komisi, bonus, asuransi kesehatan, dan lembur, sedangkan kompensasi non finansial

terdiri dari pelatihan manajerial, fasilitas dinas, peluang promosi jabatan, penghargaan

prestasi, dan rekreasi keluarga.

Bagan 1. Kerangka Kerja Manajemen Imbalan (The Reward Management

Framework)

Sumber: Michael Armstrong, 2010: 269

Page 46: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

46

Kepuasan Kerja

Istilah kepuasan kerja (job satisfaction) berhubungan dengan sikap-sikap dan

perasaan yang dimiliki oleh seseorang yang berkenaan dengan pekerjaannya. Sikap-

sikap positif dan menyenangkan terhadap suatu pekerjaan menunjukkan kepuasan kerja,

sedangkan sikap-skapi negatif dan tidak menyenangkan terhadap suatu pekerjaan

menunjukkan ketidakpuasan kerja (Armstrong, 2006: 264). Kepuasan kerja dipengaruhi

oleh faktor-faktor motivasi intrinsic dan ekstrinsik, kualitas pengawasan, hubungan

sosial dengan kelompok kerja dan derajat keberhasilan atau kegagalan individu di dalam

melaksanakan pekerjaannya. Purcel, dkk (2003) dalam Armstrong (2006: 264)

menyatakan bahwa karyawan yang dimotivasi dengan baik dan memiliki komitmen

terhadap organisasi maka karyawan tersebut akan memberikan tingkat kepuasan yang

tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja berdasarkan penelitian

Purcell, dkk, terdiri dari peluang-peluang karir, pengaruh pekerjaan, kerja tim, dan

tantangan kerja.

Kepuasan kerja memfokuskan pada sikap karyawan terhadap pekerjaannya, yang

memiliki tiga dimensi penting yaitu: a) kepuasan kerja dapat diukur melalui tanggapan

emosional terhadap situasi kerja yang tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat diduga; b)

kepuasan kerja berhubungan dengan sesuatu yang sebenarnya didapat oleh seseorang

dan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang untuk mendapatkannya. Jika perbedaan

antara imbalan aktual dan ekspektasi minimum atau tidak berarti, maka seseorang akan

menunjukkan sikap negative terhadap pekerjaannya dan tingkat kepuasan akan rendah;

dan c) kepuasan kerja berhubungan dengan dimensi pekerjaan, yang dapat diekspresikan

dalam muatan pekerjaan, remunerasi, sikap bawahan peluang untuk maju yang

diberikan lewat promosi (Kondalkar, 2007: 89).

Faktor-faktor penting yang menentukan kepuasan kerja karyawan di dalam

organisasi menurut Kondalkar (2007: 90-91) adalah : a) Muatan kerja; b) Kebijakan

pembayaran dan promosi; c) Kondisi kerja yang mendukung; d) Kelompok-kelompok

kerja; e) Supervisi; dan f) Kecocokan kerja pribadi.

Pengertian kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat

individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan

sistem nilai yang berlaku pada dirinya (Veithzal Rivai, 2005: 475). Kepuasan kerja

merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang

atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja. Dimensi-dimensi kepuasan kerja

menurut Veithzal Rivai (2005: 479) terdiri dari: a) supervisi; b) kesempatan untuk maju;

c) gaji; d) rekan kerja; e) kondisi pekerjaan.

Dimensi kepuasan kerja yang diteliti dalam penelitian ini adalah a) kesempatan

untuk maju terdiri dari peluang promosi jabatan, pendidikan dan pelatihan, dinas luar; b)

supervisi terdiri dari pengawasan pimpinan dan penegakan disiplin kerja; c) gaji terdiri

dari waktu pemberian gaji dan jumlah gaji yang diterima; d) rekan kerja terdiri

hubungan dengan pimpinan dan hubungan dengan sesama bawahan; dan e) kondisi

pekerjaan terdiri dari beban kerja dan fasilitas kerja.

Paradigma Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian pada kajian literatur tentang variabel kompensasi dan

variabel kepuasan kerja yang diteliti dalam penelitian ini, maka paradigma penelitian

dapat disajikan pada bagan 2.

Page 47: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

47

Bagan 2. Paradigma Penelitian

Hipotesis

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat dirumuskan penelitian sebagai

berikut:

―Diduga kompensasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS Bandung.‖

Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dan penelitian asosiatif. Penelitian deskriptif pada dasarnya merupakan

proses generalisasi hasil penelitian yang didasarkan pada satu sampel, dan variabel

penelitiannya bersifat mandiri, sehingga hipotesis penelitiannya tidak berbentuk

perbandingan ataupun hubungan antar dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2006: 91).

Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk meneliti hubungan antar

variabel dalam populasi, melalui data hubungan variabel dalam sampel, dan pengujian

hipotesisnya adalah menguji koefisiensi korelasi yang ada pada sampel untuk

diberlakukan pada seluruh populasi di mana sampel diambil (Sugiyono, 2006: 209).

Populasi dari penelitian ini adalah karyawan PT BPR MKS Bandung sebanyak

50 orang, karena ukuran populasi yang terjangkau oleh peneliti maka semua anggota

populasi dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampelnya adalah sensus atau sampel

jenuh. Teknik sensus atau sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2006: 61).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan data

sekunder. Data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung

terhadap objek yang diteliti untuk memperoleh jawaban dari responden. Data sekunder

adalah data yang diperoleh dari perusahaan, literatur, dan informasi lain yang dianggap

relevan dan menunjang dengan penelitian ini. Metode yang digunakan dalam

pengumpulan data menggunakan metode kuesioner dengan sistem tertutup, artinya

setiap pertanyaan telah disediakan jawabannya. Kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala dibuat dengan gradasi dari sangat tidak

setuju (skor = 1) sampai dengan sangat setuju (skor = 5).

Kompensasi Finansial (X): Gaji

Komisi

Bonus

Asuransi kesehatan

Lembur

Kompensasi Non Finansial (X):

Pelatihan manjerial

Fasilitas dinas

Peluang promosi jabatan

Penghargaan prestasi

Rekreasi keluarga

Kepuasan Kerja (Y):

Kesempatan untuk maju

Pendidikan Keterampilan

Iklim kerja

Jaminan sosial

Page 48: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

48

Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen (bebas)

dan variabel dependen (terikat). Variabel independen atau variabel X adalah

kompensasi dan variabel dependen atau variabel Y adalah kepuasan kerja.

Data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner selanjutnya dilakukan

pengujian validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas menggunakan teknik Korelasi

Pearson Product Moment dan pengujian reliabilitas menggunakan teknik Alpha

Croncbach.

Analisis yang diambil dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis

asosiatif. Analisis deskriptif menggunakan analisis pembobotan, dan untuk mencari

nilai bobot standar dapat dilakukan dengan mencari panjang rentang bobot. Nilai bobot

standar dapat ditentukan dengan mencari panjang rentang bobot kelima klasifikasi, yang

langkahnya adalah sebagai berikut:

………… (1)

Keterangan : R = Rentang klasifikasi

Pembobotan dibagi ke dalam lima tingkatan berdasarkan pengklasifikasian di

atas, dimulai dari tingkatan terendah ke tingkatan tertinggi dengan panjang rentang di

atas yaitu 40. Klasifikasi nilai bobot standar yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Nilai Bobot Standar

Nilai Bobot Kategori

50 – 89 Tidak Baik

90 – 129 Kurang Baik

130 – 169 Cukup

170 – 209 Baik

210 – 250 Sangat Baik

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer 2013

Analisis asosiatif dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh antara variabel

independen dengan variabel dependen, dalam hal ini pengaruh kompensasi (X) terhadap

kepuasan kerja (Y), dengan menggunakan rumus Rank Spearman sebagai berikut:

NN

dr

i

s 3

26

1 (2)

dimana :

di = selisih rangking kedua variabel

N = ukuran populasi

5

)50x(1-)50x5( R 40 R

Page 49: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

49

Analisis data pada penelitian ini perhitungannya menggunakan bantuan

Software SPSS versi 19.

Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji hipotesis atau uji kebermaknaan

koefisien korelasi karena penelitian bersifat sensus. Langkah selanjutnya adalah

melakukan analisis korelasi untuk melihat pengaruh motivasi terhadap produktivitas

kerja karyawan dengan menggunakan analisis Koefisien Determinasi (KD) dengan

rumus :

KD = r 2 x 100% ………………………………….. (3)

Korelasi atau keeratan hubungan antar variabel bebas maupun variabel terikat

diklasifikasikan oleh Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007: 62) sebagai

berikut:

Tabel 4. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000

0,60 – 0,799

0,40 – 0,599

0,20 – 0,399

0,00 – 0,199

Sangat Kuat

Kuat

Cukup Kuat

Rendah

Sangat Rendah

Sumber: Riduwan dan Engkos Ahmad Kuncoro (2007: 62)

HASIL DAN PEMBAHSAN

Hasil uji validitas dan uji reliabilitas instrument variabel X yaitu kompensasi dan

variabel Y yaitu kepuasan kerja, menyatakan semuanya valid dan reliabel. Kriteria

validasi adalah jika koefisien korelasi dengan taraf signifikansi 5% ( = 5 %) dan nilai r

hitung > 0,3 maka butir dinyatakan valid. Kriteria reliabilitas atau penilaian terhadap

koefisien - Cronbach yaitu apabila nilainya > 0,7 dikategorikan reliabel. Hasil uji

validitas dan uji reliabilitas disajikan pada tabel-tabel berikut.

Tabel 5. Uji Validitas untuk Variabel Kompensasi

Item

Pertanya

an

r

hitung Keterangan

X1

X2

X3

X4

X5

X6

X7

X8

X9

X10

0,797

0,707

0.735

0,528

0,623

0,800

0,624

0,640

0.726

0,512

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2013

Page 50: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

50

Tabel 6. Uji Reliabilitas untuk Variabel Kompensasi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.863 10

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2013

Tabel 7. Uji Validitas untuk Variabel Kepuasan kerja

Item

Pertanyaan

r

hitung Keterangan

Y1

Y2

Y3

Y4

Y5

Y6

Y7

Y8

Y9

Y10

Y11

0,783

0,886

0,886

0,881

0,766

0,750

0,810

0,894

0,835

0,725

0,794

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2013

Tabel 8. Uji Reliabilitas untuk Variabel Kepuasan Kerja

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

.949 10

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2013

Hasil analisis statistik menggunakan program software SPSS versi 19 diperoleh

deskripsi rata-rata pembobotan untuk variabel kompensasi sebagai berikut:

Page 51: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

51

Tabel 9. Pendapat Responden tentang Variabel Kompensasi

No Dimensi Indikator

Penilaian Responden

Bobot

Bobot

Rata-

rata 5 4 3 2 1

1

Gaji 4 19 7 20 0 157

160

Finansial Komisi

2 6

2

4 18 0 142

Bonus

2 11

2

5 12 0 153

Asuransi kesehatan 3 26

2

0 1 0 181

Lembur

2 22

1

7 9 0 167

2

Pelatihan manajerial

5 14

2

3 8 0 166

164

Fasilitas dinas 4 19

1

5 12 0 165

Non

Finansial

Peluang promosi

jabatan 4 14

1

0 22 0 150

Penghargaan

prestasi 4 14

1

4 18 0 154

Rekreasi keluarga

8 22

1

6 4 0 184

Rata-rata 162

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2013

Pada tabel 9 di atas, hasil deskripsi rata-rata pembobotan untuk variabel

kompensasi menunjukkan nilai bobot rata-rata sebesar 162, berdasarkan rentang

klasifikasi dalam katagori cukup baik. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa secara

keseluruhan pemberian kompensasi pada PT BPR MKS Bandung adalah cukup baik,

namun dimensi kompensasi finansial memiliki nilai bobot di bawah rata-rata variabel

Kompensasi, yaitu pada indikator gaji sebesar 157, indikator komisi 142, dan indikator

bonus sebesar 153. Dimensi kompensasi non finansial juga memiliki nilai di bawah

rata-rata variabel Kompensasi yaitu pada indikator peluang promosi jabatan sebesar 150

dan indikator penghargaan prestasi sebesar 154.

Pemberian kompensasi finansial berupa gaji, komisi dan bonus dianggap oleh

karyawan belum memadai. Karyawan menganggap bahwa perusahaan belum

memberikan besaran gaji yang sesuai beban pekerjaan. Karyawan yang bekerja dengan

beban kerja dan tanggung jawab yang lebih berat, memperoleh gaji yang sama besarnya

dengan karyawan yang memikul beban kerja dan tanggung jawab yang lebih ringan.

Perusahaan dianggap belum memberikan komisi kepada karyawan yang berhasil

menjual produk perbankan kepada para calon nasabah, sesuai dengan persentase komisi

yang telah dijanjikan. Pemberian bonus dianggap oleh karyawan belum memadai

karena karyawan menginginkan kebijakan pemberian bonus didasarkan pada target-

target kerja yang telah dicapai oleh karyawan, dan tidak hanya diberikan sekali di akhir

tahun.

Pemberian kompensasi finansial yang dianggap belum sesuai dengan harapan

karyawan adalah peluang promosi jabatan dan penghargaan prestasi. Karyawan

Page 52: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

52

menganggap bahwa peluang untuk menduduki posisi jabatan yang lebih tinggi di

perusahaan sangat kecil karena keterbatasan posisi pada level supervisor ke atas.

Karyawan juga menganggap bahwa perusahaan belum memberikan penghargaan

prestasi kepada karyawan yang telah dinilai baik kinerjanya hasil kegiatan evaluasi

kinerja sebagai implementasi dari pemberian kompensasi non finansial.

Hasil analisis statistik menggunakan program software SPSS versi 19 diperoleh

deskripsi rata-rata pembobotan untuk variabel kepuasan kerja sebagai berikut:

Tabel 10. Pendapat Responden tentang Variabel Kepuasan Kerja

No Dimensi Indikator

Penilaian Responden

Bobo

t

Bobo

t

Rata-

rata

5 4 3 2 1

1 Kesempatan

untuk maju

Pe luang promosi

jabatan 6 27 14 3 0 186

197 Pendidikan dan

pelatihan 12 32 3 3 0 203

Dinas luar 12 32 3 3 0 203

2 Supervisi

Pengawasan pimpinan 14 24 9 3 0 199

198 Penegakan disiplin

kerja 13 24 10 3 0 197

3 Gaji

Waktu pemberian gaji 14 18 15 3 0 193

190 Jumlah gaji yang

diterima 11 19 15 5 0 186

4 Rekan Kerja

Hubungan dengan

pimpinan 7 27 13 3 0 188 186

Hubungan dengan

sesama bawahan 7 23 17 3 0 184

5 Kondisi

Pekerjaan

Beban kerja 7 25 15 3 0 186 191 Fasilitas kerja 9 30 8 3 0 195

Rata-rata 192

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2013

Pada tabel 10 di atas, hasil deskripsi rata-rata pembobotan untuk variabel

kepuasan kerja memiliki nilai bobot rata-rata sebesar 192, berdasarkan rentang

klasifikasi dalam katagori baik. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan

kepuasan kerja karyawan pada PT BPR ―MKS‖ Bandung sudah baik, namun ada

dimensi-dimensi yang memiliki nilai di bawah rata-rata variabel Kepuasan Kerja.

Dimensi-dimensi tersebut adalah kesempatan untuk maju pada indikator peluang

promosi jabatan sebesar 186; dimensi gaji pada indikator jumlah gaji yang diterima

sebesar 186; dimensi rekan kerja pada indikator hubungan dengan pimpinan sebesar 188

dan hubungan dengan sesama bawahan sebesar 184; serta dimensi kondisi pekerjaan

pada indikator beban kerja sebesar 186.

Karyawan merasa tidak puas bekerja di perusahaan karena kesempatan untuk

maju di perusahaan masih terbatas, dalam hal ini peluang karyawan untuk dipromosikan

ke jenjang jabatan yang lebih tinggi belum terealisasi dengan baik. Faktor lain yang

menyebabkan karyawan tidak puas bekerja adalah perhitungan gaji yang diberikan oleh

perusahaan belum memuaskan pegawai. Perhitungan gaji yang diterima oleh pegawai

Page 53: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

53

tidak seimbang dengan beratnya jenis pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai.

Ketidakpuasan kerja karyawan juga disebabkan oleh hubungan kerja dengan pimpinan

yang kurang komunikatif. Karyawan menganggap bahwa pimpinan yang ada tidak

menjalankan peran kepemimpinan dengan baik, yaitu memberikan pengarahan dan

bimbingan kerja kepada bawahannya. Ketidakpuasan juga disebabkan oleh hubungan

kerja dengan sesama bawahan yang belum terjalin dengan baik, karena masing-masing

karyawan lebih mengedepankan prestasi individu daripada menciptakan kerjasama tim.

Faktor terakhir yang menimbulkan ketidakpuasan kerja karyawan adalah kondisi

pekerjaan berupa beban kerja yang terlalu berat dibebankan kepada karyawan dan

terkadang tidak sesuai dengan deskripsi tugas pada jabatan yang diduduki oleh

karyawan.

Pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS

Bandung dapat diketahui dengan menggunakan analisis korelasi Spearman Rank. Hasil

analisis korelasi dengan menggunakan Software SPSS versi 19, diperoleh nilai r = 0,576

seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel 11. Analisis Korelasi (Nonparametric Correlations)

Correlations

Motivas

i

Produktivitas

Spearman's

rho

Motivasi

Correlation

Coefficient 1.000 .510

**

Sig. (2-tailed) . .000

N 50 50

Produktivita

s

Correlation

Coefficient .510

** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer 2013

Hasil perhitungan SPSS pada tabel 11 menunjukkan bahwa hasilnya adalah

signifikan pada taraf signifikansi = 5 % (nilai sig. (2-tailed) = 0,000 lebih kecil dari

5%), artinya terdapat pengaruh kompensasi secara positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja karyawan pada PT BPR ―X‖ Bandung. Penelitian ini tidak dilakukan

Uji Hipotesis Statistik karena sampelnya menggunakan teknik sensus atau sampel

jenuh.

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat hubungan, berdasarkan kriteria pada tabel

4, dengan nilai r = 0,576 maka hubungan ini termasuk dalam kriteria hubungan yang

cukup kuat. Dari hasil r = 0,576 ini selanjutnya untuk menyatakan besarnya

sumbangan variabel X (Kompensasi) terhadap variabel Y (Kepuasan Kerja), ditentukan

dengan rumus Koefisien Determinasi (KD) sebagai berikut:

KD = r2 x 100%

= (0,576)2 x 100% = 33,18%

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, nilai 33,18% artinya pada penelitian ini

Kompensasi memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kepuasan kerja

sebesar 33,18% sedangkan sisanya sebesar 66,82% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Page 54: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

54

SIMPULAN

Hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

tanggapan responden terhadap penilaian kompensasi menunjukkan nilai bobot rata-rata

sebesar 162, berdasarkan rentang klasifikasi termasuk dalam katagori cukup baik. Hal

ini berarti bahwa secara keseluruhan pemberian kompensasi pada PT BPR MKS

Bandung cukup baik, namun dimensi kompensasi finansial dan non finansial memiliki

nilai bobot di bawah bobot rata-rata variabel Kompensasi, hal ini disebabkan oleh faktor

ketidaksetujuan responden terhadap indikator-indikator gaji, komisi, bonus, peluang

promosi jabatan, dan penghargaan prestasi.

Hasil tanggapan responden terhadap penilaian kepuasan kerja menunjukkan nilai

bobot sebesar 192, berdasarkan rentang klasifikasi termasuk dalam katagori baik. Hal

ini berarti bahwa secara keseluruhan kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS

Bandung sudah baik, namun dimensi-dimensi kesempatan untuk maju, gaji, rekan kerja,

dan kondisi pekerjaan memiliki nilai bobot di bawah bobot rata-rata variabel Kepuasan

Kerja, hal ini disebabkan oleh faktor ketidaksetujuan responden terhadap indikator-

indikator peluang promosi jabatan, jumlah gaji yang diterima, hubungan dengan

pimpinan, hubungan dengan sesama bawahan, dan beban kerja.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS

Bandung secara positif dan signifikan dengan koefisien korelasi r = 0,576. Berdasarkan

kriteria Champion dengan nilai 0,576 maka hubungan ini termasuk ke dalam kriteria

hubungan yang cukup kuat. Berdasarkan koefisien determinan (KD) diperoleh r2 =

0,3318 artinya pada penelitian ini kompensasi memberikan pengaruh terhadap kepuasan

kerja karyawan sebesar 33,18% sedangkan sisanya 66,82% dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil tersebut membenarkan

hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu terdapat pengaruh kompensasi terhadap

kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS Bandung secara positif dan signifikan.

SARAN

Saran-saran yang dapat diberikan kepada manajemen PT BPR MKS Bandung

sebagai upaya perbaikan manajemen dalam pemberian kompensasi finansial dan non

finansial kepada karyawan, serta upaya untuk memberikan kepuasan kerja kepada

karyawan adalah sebagai berikut: a) manajemen perusahaan sebaiknya menyusun

kembali kebijakan penggajian karyawan yang besarannya disesuaikan dengan berat-

ringannya beban dan tanggung jawab kerja yang diberikan kepada karyawan; b)

manajemen perusahaan sebaiknya merealisasikan pemberian komisi kepada karyawan

yang telah berhasil menjual produk perbankan perusahaan sesuai besaran persentase

yang telah dijanjikan; c) manajemen perusahaan juga sebaiknya memberikan bonus

prestasi kerja kepada karyawan berprestasi yang telah berhasil mencapai target kerja

hasil kegiatan evaluasi kinerja selain pemberian bonus di akhir tahun; d) manajemen

perusahaan sebaiknya memberikan solusi alternatif dalam memberikan kesempatan

untuk maju kepada karyawan, apabila program promosi jabatan sebagai peluang bagi

karyawan untuk mengembangkan karirnya di perusahaan masih terbatas; e) Pimpinan

yang ada sebaiknya mengoptimalkan perannya sebagai seorang pemimpin dengan

menciptakan suasana kerja yang kondusif dan hubungan kerja yang harmonis, baik

antara pimpinan dengan bawahan maupun antara sesama bawahan dalam pelaksanaan

tugas-tugas kerja; dan f) manajemen perusahaan sebaiknya menyusun deskripsi kerja

yang jelas dan dapat dipahami oleh karyawan agar tugas-tugas kerja yang dibebankan

kepada karyawan menjadi jelas batasannya.

Page 55: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

55

Saran-saran yang dapat diberikan kepada peneliti yang akan datang adalah

mengingat hasil penelitian menunjukkan Kompensasi memberikan peranan terhadap

Kepuasan Kerja sebesar 33,18% sedangkan sisanya 66,82% dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, maka kepada peneliti yang akan

datang diharapkan dapat melakukan penelitian dengan variabel bebas (X) yang berbeda,

seperti kepemimpinan, iklim organisasi, atau budaya organisasi.

Pengukuran untuk variabel kompensasi dan kepuasan kerja diukur dengan

persepsi responden terhadap kompensasi yang diterimanya dan kepuasan kerjanya

sendiri, sehingga jawaban bisa saja menjadi bias, karena karyawan tersebut cenderung

untuk menilai dirinya sendiri baik. Penelitian mendatang diharapkan pengukuran

variabel kompensasi dan kepuasan kerja dapat menggunakan kuesioner yang tidak

hanya ditujukan kepada responden sebagai karyawan bawahan dan rekan sekerjanya,

tetapi juga kuesioner yang ditujukan kepada pimpinan atau atasan langsung dari

responden yang bersangkutan. Penelitian mendatang juga diharapkan dapat melakukan

pengujian model yang sama pada kelompok sampel yang lebih besar lagi yang masih

berada di bawah unit kerja PT. BPR MKS Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

Agung Panudju. (2003). ―Pengaruh Kompensasi dan Karakteristik Pekerjaan terhadap

Kepuasan Kerja Karyawan Unit Produksi PT. X Palembang‖, Jurnal

Manajemen & Bisnis Sriwijaya, Vol. 1, No. 2, Oktober, hlm: 4-17.

Armstrong, Michael. (2006). A Handbook of Human Resource Management Practice.

10th edition. London: Kogan Page Limited.

--------------------------. (2010). Armstrong’s Essential Human Resource Management

Practice: A Guide to People Management. Cetakan pertama. London:

Kogan Page Limited.

Dubinsky, A.J., Masaaki K., Chae Un Lim. (1993). ―Effect of Organizational Fairness

on Japanese Sales Personal‖, Journal of International Marketing, Vol. 1,

No. 4, pp: 5-24.

Elviera Sari. (2009). ―Pengaruh Kompensasi dan Iklim Organisasi terhadap Kepuasan

Kerja‖, Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi,

Vol. 16, No. 1, Januari – April, hlm: 18-24.

Gibson, Ivancevich, & Donnelly. (1996). Organisasi, Perilaku, Struktur – Proses.

Edisi kedelapan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Harits Syah. (2013). ―Pengaruh Kompensasi Finansial terhadap Kepuasan Kerja dan

Motivasi Kerja Karyawan pada PT. Graha Raja Empat‖, Jurnal Ilmu

Manajemen, Vol. 1, No. 2, Maret.

Judge, T.A., and Shiniciro Watanabe. (1993). ―Another Look at The Job Satisfaction –

Life Satisfaction‖, Journal of Applied Psychology, Vol. 78, No. 6.

Krepela, Rick. (1993). ―Are your Employees Satisfied?‖, Agency Sales Magazine, Vol.

23.

Kondalkar, V.G. (2007). Organizational Behaviour. New Delhi: New Age International

(P) Limited, Publishers.

Moh. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Cetakan keenam. Bogor: Penerbit Ghalia

Indonesia.

Robbins, Stephen P. (1996). Perilaku Organisasi: Konsep – Kontroversi – Aplikasi.

Jilid II. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Prenhallindo.

Page 56: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

56

Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. (2007). Cara Menggunakan dan Memaknai

Analisis Jalur (Path Analysis). Cetakan pertama. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2006). Statistika untuk Penelitian. Cetakan kesembilan. Bandung:

Alfabeta.

Sopiah. (2008). Perilaku Organisasional. Edisi kesatu. Yogyakarta: CV. ANDI

OFFSET.

Yusriyati Nur Farida. (2001). Pengaruh Job Insecurity dan Kompensasi terhadap

Kepuasan Kerja. Tesis. Semarang: Program Studi magister Akuntansi

Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Veithzal Rivai. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan : Dari

Teori Ke Praktik, Jakarta : Penerbit PT. Rajagrafindo Persada.

Wexley, K.N., & Yukl, G.A. (1992). Perilaku Organisasi dan Psikologi Perusahaan.

Terjemahan Shobarudin. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 57: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

57

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

PADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

DI INDONESIA

Asril Basry1

Essy Malays Sari2

1) Sistem Informasi, Fakulta s Teknik U PI YAI, Jakart a

2) Teknik Informatika Fakultas Teknik UPI YAI Jakarta

Jl Salemba Raya 7/9 Jakarta Pusat

Email : [email protected]),

[email protected]

ABSTRAK

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok pelaku ekonomi

terbesar dalam perekonomian Indonesia serta bisa dikatakan sebagai sumber

utama pendapatan Negara, bisa menciptakan banyak entrepreneur atau wiraswasta

dan membuka banyak kesempatan kerja dimana dapat menjadi sektor usaha yang

paling besar kontribusinya terhadap pembangunan nasional. Dalam usaha

meningkatkan produktifitas dan efisiensi dari UMKM maka dapat memanfaatkan

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK ) secara efektif memberikan pengaruh

langsung kepada UMKM. Pengaruh positif pada UMKM dapat menikmati berbagai

keuntungan dari penggunaan TIK. Dimana UMKM dapat melakukan komunikasi

secara cepat, meningkatkan produktifitas, membangun peluang bisnis baru, dan

mereka juga dapat terhubung ke jaringan global dengan jangkauan secara

internasional. Implementasi dari TIK bisa dilakukan dengan menggunakan websites

dan e-mail untuk meningkatkan kualitas layanan dan memperbanyak jaringan

pelanggan. TIK juga dapat membantu UMKM dalam penghematan pengeluaran biaya

operasional. Adapun pemanfaatan penggunakan TIK pada UMKM di Indonesia saat

ini sudah didukung oleh ketersediaan infrastruktur seperti koneksi internet, jaringan

telekomunikasi, harga yang kompetitif diantara operator dan internet provider serta

keamanan dalam penggunaan TIK dimana tidak hanya menyangkut pengamanan

secara fisik, tetapi juga pengamanan non fisik seperti lalu-lintas atau transaksi

melalui jaringan komunikasi. Menghadapi mekanisme pasar yang makin terbuka

dan kompetitif, penguasaan pasar merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya

saing dimana salah satu yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan TIK

pada Usaha Mikro , Kecil dan Menenah ( UMKM ).

Kata kunci: UMKM, Persaingan Bisnis ,TIK, Infrastruktur.

PENDAHULUAN

Teknologi informasi dan komputer merupakan bentuk teknologi yang digunakan

untuk menciptakan, menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala

bentuknya. Melalui pemanfaatan teknologi informasi ini, perusahaan mikro, kecil

Page 58: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

58

maupun menengah dapat memasuki pasar global. Bnyak perusahaan yang awalnya

kecil menggunakan teknologi informasi saat ini menjadi perusahaan raksasa hanya

dalam waktu singkat karena memanfaatkan teknologi informasi dalam mengembangkan

usahanya teknologi informasi dalam menjalankan bisnis atau sering dikenal dengan

istilah e- commerce bagi perusahaan kecil dapat memberikan fleksibilitas dalam

produksi, memungkinkan pengiriman ke pelanggan secara lebih cepat untuk produk

perangkat lunak, mengirimkan dan menerima penawaran secara cepat dan hemat, serta

mendukung transaksi cepat tanpa kertas. Pemanfaatan TIK dalam hal ini internet

memungkinkan UMKM melakukan pemasaran dengan tujuan pasar global, sehingga

peluang menembus ekspor sangat mungkin. Menurut Internet World States, pada

tahun 2010 pemakai internet dunia mencapai angka 1.245.268.000 pengguna dimana di

Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta orang. Jumlah pemakai terbesar di Tiongkok

dan Amerika Serikat, yaitu mencapai 61,3% dari jumlah penduduknya. Penggunaan

Komputer dalam bidang pemasaran dan penjualan dalam beberapa tahun terakhir

berkembang dengan pesatnya.

Pemanfaatan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, juga

banyak diupayakan untuk meningkatkan daya saing UMKM dengan menekankan

pada pengelolaan informasi sisi hilir (konsumen/pasar), yang disinyalir menjadi salah

satu faktor penyebab lemahnya daya saing UMKM, dan juga pada sisi hulu

(pemasok). Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam implementasi manajemen rantai

pasok adalah adanya kolaborasi antara entitasnya seperti mitra dalam sistem rantai

pasok; UMKM itu sendiri, pemasok, dan penyalur. Oleh karena itu, UMKM perlu

berkolaborasi supaya dapat memecahkan permasalahan bersama tersebut.

Meskipun peran UMKM sangat strategis, namun ketatnya kompetisi, terutama

menghadapi perusahaan besar dan pesaing modern lainnya telah menempatkan UMKM

dalam posisi yang tidak menguntungkan. Di Indonesia, sebagian besar UMKM

menjalankan usahanya dengan cara-cara tradisional, termasuk dalam produksi dan

pemasaran. Namun demikian, masalah yang dihadapi oleh UMKM di negara-negara

berkembang sebenarnya bukanlah karena ukurannya, tetapi lebih karena isolasi yang

menghambat akses UMKM kepada pasar, informasi, modal, keahlian, dan dukungan

institusional. Kurangnya pemahaman peran strategis yang dapat dimainkan oleh TIK

terkait dengan pendekatan baru pemasaran, berinteraksi dengan konsumen, dan

bahkan pengembangan produk dan layanan diduga sebagai sebab rendahnya adopsi

TIK oleh UMKM di Indonesia. Berdasar survei yang dilakukan oleh Indarti (2007)

terhadap UMKM di Yogyakarta, alasan UMKM yang belum menggunakan komputer

adalah karena tidak merasa butuh (82,2%), dukungan finansial yang terbatas (41,1%),

dan karena tidak memiliki keahlian untuk menggunakan (4,1%).

Salah satu kunci keberhasilan usaha mikro, kecil dan menengah adalah adalah

tersedianya pasar yang jelas bagi produk UMKM. Sementara itu kelemahan mendasar

yang dihadapi UMKM dalam bidang pemasaran adalah orientasi pasar rendah, lemah

dalam persaingan yang kompleks dan tajam serta tidak memadainya infrastruktur

pemasaran. Menghadapi mekanisme pasar yang makin terbuka dan kompetitif,

penguasaan pasar merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing. Oleh karena

itu, peran pemerintah diperlukan dalam mendorong keberhasilan UMKM untuk

memperluas akses pasar melalui pemberian fasilitas teknologi informasi berbasis web

yang dapat digunakan sebagai media komunikasi bisnis global. Dengan adanya internet

dan TIK proses pemasaran dan penjualan dapat dilakukan kapan saja tanpa terikat ruang

dan waktu. Salah satu penerapan TIK dan internet dalam bidang bisnis dan

perdagangan adalah electronic commerce (e-commerce)..

Page 59: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

59

KAJIAN PUSTAKA

Pemakaian Teknologi Informasi (IT) dalam memasarkan produk UMKM telah

berhasil dikembangkan oleh sejumlah Negara seperti Cina, Jepang, dan India. Bahkan

Konfederasi Industri India atau Confedration of Indian Industry (CII) merilis hasil

survey yang memperlihatkan bahwa peranan Teknologi Informasi (IT) telah mengubah

peruntungan segmen UMKM di India. Menurut hasil survey tersebut penggunaan IT di

kalangan UMKM telah menghasilkan peningkatan pendapatan yang signifikan, yakni 78

% dari responden mengindekasikan peningkatan pendapatan akibat penggunaan

IT(Nofie, 2007). Sementara itu Cina menerapkan TIK sebagai upaya untuk

meningkatkan daya saing penjualan produk UMKMnya. Dalam banyak literatur istilah

penguasaan teknologi (technological acquisition) didefinisikan sebagai kemampuan

dalam menghasilkan dan mengelola proses perubahan teknologi. Proses penguasaan ini

melalui tahapan memilih, mendapatkan, menerapkan, mengelola, mengadopsi,

mengimitasi, mengakuisisi, meng-up grade dan menguasai teknologi dari luar yang

sudah lebih maju secara efektif dan efisien. UMKM perlu memanfaatkan TIK

untuk meningkatkan daya saing perusahaan, mengingat di era globalisasi ini arena

persaingan menjadi sangat kompetitif, dan bersifat global/ mendunia, usaha kecil dan

menengah (UMKM) harus mampu bersaing di tengah persaingan ini, untuk itu

diperlukan strategi untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Dewasa ini TIK

menjanjikan solusi bagi banyak permasalahan di dunia usaha. Aplikasi TIK dapat

memberikan keuntungan pada proses dan transaksi bisnis baik secara internal maupun

eksternal. Meningkatkan informasi dan pengetahuan di bidang tersebut untuk mengelola

perusahaan dapat mengurangi biaya transaksi, meningkatkan kecepatan transaksi antar

bisnis begitu juga antara bisnis dan pelanggannya. TIK juga merupakan perangkat

efektif untuk meningkatkan komunikasi eksternal dan kualitas pelayanan kepada

pelanggan. Sangat disayangkan penggunaan TIK di kalangan UMKM masih sangat

terbatas. Ada beberapa alasan minimnya aplikasi di bidang ini. Alasan utama adalah

UMKM memiliki modal terbatas sehingga kemampuan untuk membeli juga terbatas.

Lainnya, beberapa UMKM masih ragu berinvestasi karena belum begitu mengerti

tentang teknologi tersebut, disamping juga tidak memiliki sumber daya manusia untuk

mengaplikasikannya.

Berbagai studi menunjukkan bahwa persepsi dan perilaku penggunaan TIK lebih

banyak dipengaruhi ketidaktahuan para pelaku usaha kecil mengenai fungsi dan

manfaatnya. Jika ketidaktahuan atau kekurangan informasi tersebut bisa diatasi maka

masih terbuka peluang pemanfaatan internet oleh pelaku usaha kecil. Disinilah peranan

sosialisasi dan pelatihan TIK terhadap pelaku usaha kecil sangat diperlukan di Indonesia.

Kebijakan penerapan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya TIK harus

bersifat sistematis, integratif, dan menyeluruh. Sistematis dalam artian didukung

dengan kerangka kerja yang menitikberatkan pada proses berorientasi pada kebutuhan

dan karakteristik usaha serta penetapan target keberhasilan kegiatan yang dilakukan.

Internet marketing adalah proses pembentukan dan pemeliharaan hubungan dengan

konsumen melalui kegiatan–kegiatan online dengan memfasilitasi pertukaran ide,

produk dan jasa yang memuaskan kedua pihak Menurut Igbaria dkk (dalam Gautama,

1999), Hambatan bisnis kecil dalam mengimplementasikan IT adalah:

1. Biaya IT

2. Ketiadaan waktu untuk melakukan implementasikan dan pemeliharaan TIK

3. Tidak ada konsultan dan pemasok- pemasok eksternal

4. Perspektif manajemen yang bersifat jangka pendek

5. Kurangnya pemahaman tentang kegunaan TIK dan Bagaimana untuk mengukur

keuntungannya.

Page 60: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

60

6. Kurangnya perencanaan atau kontrol prosedur

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam penggunaan TIK adalah:

1. Keterlibatan pemimpin di dalam implementasi TIK

2. Keterlibatan karyawan di dalam pengembangan TIK

3. Training kepada para pengguna

4. Pemilihan aplikasi-aplikasi komputerisasi

5. Penggunaan metodologi perencanaan dalam aplikasi pemilihan TIK

Hambatan utama yang dihadapi usaha kecil dalam mengembangkan TIK di

negara berkembang adalah kurangnya akses informasi, terutama informasi yang

digunakan di dalam pengambilan keputusan, ketiadaan sumber daya dan untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan. Selain itu lingkungan politik dalam negeri juga

dapat mempengaruhi kemampuan suatu bisnis dalam membuat sistem untuk

mendapatkan informasi eksternal dalam pengambilan keputusan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan TIK di UMKM, diantaranya

adalah (a) banyaknya komputer yang dimiliki oleh UMKM, (b) bidang penggunaan TI

di UMKM, dan (c) level penggunaan internet di UMKM. Berkaitan dengan poin (a),

padadasarnya setiap UMKM telah memiliki computer untuk membantu proses usahanya

dengan komposisi1 s.d. 3 sekitar 69%, 4 s.d.10 sebesar 11%, lebih dari 10 sebesar 18%,

dan hanya 2% UMKM yang tidak memiliki komputer. UMKM yang memiliki komputer

dalam membantu sistem usahanya, berarti mereka telah memahami pentingnya TIM

untuk meningkatkan produktivitas UMKM yang nantinya akan bermuara pada

pembentukan UMKM yang berdaya saing. Persentase tentang hal ini tersaji pada gambar

1di bawah ini:

Daya saing penggunaan TIK Bidang penggunaan TIK cukup bervariasi.

Hampir seluruh UMKM telah menggunakan TIK untuk administrasi. Penggunaan

TIK untuk desain produk dan pemasaran juga cukup banyak dilakukan, sedangkan

penggunaannya untuk proses produksi masih terbilang rendah dibanding bidang

lainnya. Klasifikasi bidang yang menggunakan TIK di UMKM dapat dilihat pada

gambar 3 di bawah ini. Bidang penggunaan TIK di UMKM Dalam hal penggunaan

teknologi internet,banyak menggunakannya untuk melakukan browsing, sedangkan

UMKM subsektor kerajinan dan komponen otomotif lebih banyak menggunakan email.

Sebagian besar UMKM di setiap subsector memakai email terutama dalam

berkomunikasi dengan konsumen. Internet digunakan sebagai media komunikasi

dengan berbagai pihak. Misalnya di sini antara UMKM dengan supplier. Sebagai

contoh UMKM di bidang katering. Pemiliknya bisa menggunakan e-mail kepada

Page 61: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

61

supplier bahan makanan misalnya untuk melakukan order atau sebaliknya pihak

supplier yang melakukan komunikasi dengan UMKM. Komunikasi disini bisa

bermacam- macam, salah satu yang sudah dibahas tadi misalnya penggunaan e-mail.

Internet dapat digunakan sebagai sarana promosi jasa atau produk yang ditawarkan oleh

UMKM. Sebagai contoh misalnya UMKM di bidang rent car (persewaan kendaraan)

bisa mempromosikan produk atau jasanya melalui website atau juga melalui mailing

list. Promosi melalui internet disini bisa dilakukan melalui berbagai cara yaitu:

a. Website, UMKM bisa membuat website bagi jasa atau produk yang akan dijual dan

masukkan

b. website tersebut ke dalam search engine.

c. Mailing list, UMKM bisa mengirimkan promosi jasa atau produk Anda dalam

bentuk e-mail ke mailing list yang relevan dengan yang ditawarkan.

d. Chat, UMKM bisa menggunakan sarana chattinguntuk menawarkan produk atau

jasa

E-COMMERCE UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UMKM Klasifikasi penggunaan TIK di UMKM dapat dilihat Transaksi perniagaan

dengan tanpa bertemu muka atau E-commerce mengacu kepada penggunaan teknologi

digital dan internet untuk menjalankan proses bisnis utama pada perusahaan. E-

commerce termasuk aktivitas untuk pengelolaan internal perusahaan dan untuk

koordinasi dengan pemasok atau rekan kerja lainnya. Hal ini juga termasuk

perniagaan elektronik atau E- commerce dimana berhubungan dengan pembelian dan

penjualan barang dan jasa melalui internet. Hal ini juga meliputi aktivitas yang

menunjang transaksi pasar tersebut, seperti periklanan, pemasaran, dukungan pelanggan,

keamanan, pengiriman, dan pembayaran. ( Laudon. 2007 ). Adapun jenis E-Bisnis yang

digunakan perusahaan jasa penerbangan adalah B2C yaitu Business to Customer. E-

commerce dapat didefinisikan sebagai aplikasi dan penerapan dari e-bisnis (e-business)

yang berkaitan dengan transaksi komersial, seperti: transfer dana secara elektronik,

pemasaran online (online marketing), pemrosesan transaksi online (Transaction Online),

promosi produk dan lain-lain.

Bagan proses dari transaksi E- Commerce seperti terlihat dari gambar 2.

dibawah ini :

Gambar 2. Transaksi E-commerce

Kemajuan Teknologi Informasi (TI) perlu dimanfaatkan para pelaku Usaha Kecil

dan Menengah (UMKM) untuk mengembangkan bisnisnya melalui e- Commerce,

peluangnya terbuka lebar dan secara teknis mudah dijalankan, Teddy Sukardi, Ketua

Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) mengatakan dalam perbincangan

dengan Business News.

Page 62: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

62

Pemanfaatan teknologi informasi untuk perdagangan dan jasa atau yang

dikenal dengan e-Commerce bisa dilakukan baik untuk B2B (business to business)

misalnya antara pabrik dengan pemasok bahan baku atau antara distributor dengan

dealer; maupun untuk B2C (business to consumer) seperti perusahaan transportasi

dengan calon penumpang, antara rumah sakit dengan pasien dan antara pedagang

dengan pembeli. Selain itu ada jenis pemanfaatan untuk e-Marketplace, pasar yang

terbentuk dan secara maya mempertemukan penjual dan penjual.

Dengan memanfaatkan e-Commerce dalam operasional bisnisnya, UMKM akan

mendapatkan akses pasar yang lebih luas dan berpeluang menggaet pelanggan baru. Di

sisi lain, pelanggan akan lebih mudah mendapatkan informasi yang diperlukan secara

on-line. Berbagai penghematan dan efisiensi akan dicapai seperti dalam hal biaya

transportasi, komunikasi telepon atau fax, pengiriman, dokumen, cetakan, waktu dan

tenaga kerja.

Implementasinya banyak, bisa untuk pengembangan produk, promosi, transaksi

secara online, pengiriman dan untuk layanan purna jual. Pelaksanaannya juga bisa

bertahap, misalnya dengan menggunakan computer dalam kegiatan kantor selanjutnya

komputer tersebut terhubung dengan internet dan menggunakan internet tersebut untuk

mencari informasi maupun email. Berikutnya, pelaku UMKM bisa membangun

website untuk mengenalkan usaha dan produk barang atau jasanya. Pada akhirnya,

menggunakan internet untuk transaksi bisnis dengan pelanggan.

Mengembangkan e-Commerce sebenarnya tidak sulit, yaitu mulai dari hal yang

kecil dan mulai sekarang juga, antara lain dengan belajar memakai computer dan

internet, memiliki kartu alamat yang ada emailnya, dan mempromosikan produk

melalui web.

SIMPULAN UMKM perlu memanfaatkan TIK untuk meningkatkan daya saingnya,

mengingat di era globalisasi ini arena persaingan semakin kompetitif,dan bersifat

mendunia. Seperti yang telah dijelaskan di atas, salah satu strategi untuk meningkatkan

dayasaing UMKM adalah dengan melalui pemanfaatan TIK. Dengan pemanfaatan TIK

akan mendorong UMKM untuk mendapatkan peluang ekspor dan peluang bisnis

lainnya.

Dalam konteks bisnis, internet membawa dampak transpormasional yang

menciptakan paradigma baru dalam berbisnis, berupa digital marketing atau internet

marketing . Istilah internetisasi mengacu pada proses sebuah perusahaan terlibat dalam

aktivitas-aktivitas bisnis secara elektronik (e-commerce atau e-bisnis), khususnya dengan

memanfaatkan internet sebagai media, pasar, maupun infrastrukturpenunjang.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, B., 2008, Penerapan TI Memperkuat UMKM India, http://bambangriadi.com

/br/2008/10/penerapan-ti- memperkuat-UMKM-india/,(23 April 2009).

Agung Adiono, Peran E-commerce dalam meningkatkan daya saing UKM

Arief Rahmana., 2009, Penerapan Teknologi Iinformasi dalam peningkatan daya saing

usaha menegah, SNATI 29 Juni 2009.

Angel, T., 2001., Information technology Usage in Canadian Small Businesses,

Thesis, Carleton University, Ontario Canada. http://www.proquest.com/ pqdweb

Page 63: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

63

(27 Desember 2008).

Baldwin, J. R. dan D. Sabourin, 1998, ―Technology Adoption: A Comparison Between

Canada and the United States‖, Research Paper No.

119. Bureau Statistics Canada.

Dwiatmodjo, 2008, Kondisi implementasi E- Business di beberapa daerah di Indonesia,

http://dwiatmodjo.blogspot.com/2008/12/kondisi-implementasi -e-business-

di.html, (12 Maret 2009).

Indrajit, E., 2008, Strategi Pengembangan TIK di Indonesia Menuju

Kemandirian, http://artikelekoindrajit.blogster.com/ strategi-pengem

bangan-tik-di- indonesia-menuju-kemandirian, (12

Maret 2009).

M. Suyanto. 2005. Artikel : Aplikasi IT untuk UMKM Menghadapi Persaingan Global.

Kedaulatan Rakyat. Yogyakarta.

Kementerian Negara Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.

2009.Kliping Digital: UMKM Perlu Memanfaatkan TI untuk mengembangkan

bisnisnya. http://www.mediacenterkopUMKM.c om/detail-

berita.php?bID=3518

Raymond McLeod,Jr.2009 .Sistem Informasi Manajemen edisi 10.Jakarta: Salemba

Empat

Samuel, Eric. 2010. Perkembangan e-commerce, http://ericsamuel.blogspot.com/2010/

06/ad-perkembangan-e- commerce.html

Sholekan. 2009. E-commerce. Telkom PDC. Bandung.

Page 64: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

64

STRATEGI MEMBUMIKAN KONSEP KEWIRAUSAHAAN DI DUNIA

PENDIDIKAN

Deta Muliyani1

Khusnul Khotimah2

Perdana Afif Luthfy3

1 Mahasiswa Program Doktor Pascasarjana UNJ

2 Dosen Unindra

3 Dosen UII

Email: [email protected]

[email protected]

[email protected]

ABSTRAK

Angka pengangguran di Indonesia menempati peringkat ke dua dibandingkan dengan

negara-negara Asean. Masalah pengangguran ini merupakan wajah baru tersendiri bagi

negara-negara berkembang. Pada tahun 2013 angka pengangguran terbuka mencapai

7,28 juta jiwa. Di Indonesia, angka pengangguran terbanyak justru diciptakan oleh

kelompok terdidik. Saat ini Konsep kewirausahaan mulai diimplementasikan dalam

pendidikan melalui pendidikan kewirausahaan. Dengan terintegrasinya subjek

kewirausahaan dalam kurikulum pendidikan, diharapkan dapat meningkatkan minat dan

motivasi siswa dan/atau mahasiswa untuk bisa menciptakan lapangan kerja baru melalui

wirausaha. Selain itu, masuknya elemen kewirausahaan dalam pendidikan diharapkan

mampu membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki

karakter, pemahaman dan keterampilan sebagai wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan

kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan

pendidikan di sekolah. Dalam praktiknya, pendidikan kewirausahaan ini masih sebatas

konsep yang berlaku dalam dunia pendidikan sebagai diskusi kewirausahaan di dalam

kelas. Potensi lokal sebagai sumber daya yang ada di sekitar lembaga pendidikan belum

dapat dikelola dengan baik. Unit-unit bisnis yang bekerjasama dengan lembaga

pendidikan masih sebatas unit koperasi atau unit usaha sejenisnya dan belum

memaksimalkan sumber daya lainnya yang mampu menyerap potensi masyarakat.

Pekerjaan rumah yang besar adalah mensinkronkan antara lembaga pendidikan dengan

sumber daya eksternal disekitarnya agar dapat mengembangkan produk dan

menciptakan pasar sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebijakan pemerintah

dan strategi pengelolaan sumber daya lembaga pendidikan diharapkan mampu

menyelesaikan permasalahan pengangguran ditingkat regional.

Kata Kunci: Strategi Kewiruasahaan, Pendidikan Kewirausahaan

Page 65: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

65

PENDAHULUAN

Tantangan baru bagi pendidikan Indonesia adalah globalisasi di segala bidang

baik industri, ideologi, politik, ekonomi, dan pendidikan. Menciptakan manusia yang

berdayasaing agar dapat mengikuti arus globalisasi merupakan beban baru bagi

pendidikan Indonesia. Pendidikan merupakan kunci pokok untuk menghadirkan

manusia Indonesia yang dapat berkompetisi disegala bidang bersama negara-negara

lainnya. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam

lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus

menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi ―budak‖ di negeri

sendiri.Globalisasi tentunya memiliki dua sisi yang saling berlawanan. Satu sisi menjadi

upaya untuk menuju kualitas yang dapat disamakan dengan negara lain, sisi lain juga

menciptakan penjajahan baru bagi negara yang tidak meningkatkan kualitas sumber

daya manusia yang dimilikinya. Persaingan globalisasi menuntut sumber daya manusia

mampu berdaya saing dengan negara lain di negara sendiri.

Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi,

sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat

membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan

keterampilan daya cipta yang tinggi. Berbekal kurikulum kewirausahaan yang wajib ada

di perguruan tinggi diharapkan mampu menumbuhkan semangat kewirausahaan bagi

lulusannya. Melihat angka pengangguran di Indonesia menempati peringkat ke dua

dibandingkan dengan negara-negara Asean. Masalah pengangguran ini merupakan

wajah baru tersendiri bagi negara-negara berkembang. Pada tahun 2013 angka

pengangguran terbuka mencapai 7,28 juta jiwa. Di Indonesia, angka pengangguran

terbanyak justru diciptakan oleh kelompok terdidik yang seharusnya pendidikan mampu

mengurangi angka pengangguran dengan asumsi pendidikan memberikan lulusan

perguruan tinggi mampu memiliki kompetensi untuk masuk di dunia kerja. Salah satu

cara yang bisa dilakukan adalah perlu dikembangkannya karakter kewirausahaan sedini

mungkin pada semua jenjang pendidikan formal, karena suatu bangsa akan maju

apabila. jumlah wirausahanya paling sedikit 2% dari jumlah penduduk. Maka konsep

kewirausahaan tidak haya cukup dengan adanya kurikulum kewirausahaan di perguruan

tinggi atau menjadi mata kuliah wajib yang harus ditempuh dengan tekstual

pembelajaran. Kewirausahaan membutuhkan lebih dari sekedar konsep tekstual dalam

literatur bacaan atau presentasi makalah yang pada akhirnya menjadi tacit knowledge

yang tidak dapat ditransfer menjadi explicit knowledge.

Kebijakan pemerintah dalam mendukung lahirnya wirausahawan muda mulai

nampak pada program-program UMKM atau Mahasiswa Kewirausahaan. Dalam bidang

pendidikan juga mencoba untuk diintegrasikan konsep kewirusahaan di setiap jenjang

pendidikan bahkan menjadi mata kuliah wajib di level perguruan tinggi. Upaya

pemerintah dengan pendekatan kurikulum ini diharapkan mampu untuk menciptakan

wirausaha-wirausaha muda sedini mungkin. Walaupun pada kenyataannya pendekatan

kurikulum ini masih menghasilkan konteks tekstual yang belum wujud aplikasinya.

Mengingat begitu besar potensi negara ini, jika konsep kewirusahaan tidak hanya

sekedar wacana dalam kelas maka akan menghasilkan usaha-usaha kreatif sesuai

dengan ciri khas daerah masing-masing.

Konsep Kewirausahaan

Kebanyakan orang akan menilai bahwa wirausaha itu sekedar berdagang,

mengikuti trend pasar, menghasilkan kerajinan dan kemudian melakukan perdagangan

di komunitas-komunitas. Sebagian besar lagi akan menyamakan antara entrepreneur

dengan entrepreneurship padahal secara teoritis memiliki makna yang berbeda. Ketika

Page 66: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

66

berbicara kewirusahaan di mata kuliah atau di mata pelajaran sekolah yang akan

ditekankan adalah pola belajar tekstual. Praktik mahasiswa di universitas ataupun di

sekolah masih seputar koperasi dan atau dagang di wilayah kampus. Kewirusahaan

(entrepreneurship) bukan hanya sekedar menghasilkan produk yang untuk di jual.

Mengutip pendapat Jeffery Timmons (1990);

“Entrepreneurship is the ability to create and build a vision from practically

nothing. Fundamentally, it is a human, creative act. It is the application of energy

to initiating and building an enterprise or organization, rather than just watching

or analyzing. This vision requires a willingness to take calculated risks – both

personal and financial, and then to do everything possible to reduce the chances

of failure. Entrepreneurship also includes the ability to build an entrepreneurial

or venture team to complement your (the entrepreneur) own skills and talents. It is

the knack for sensing an opportunity where others see chaos, contradiction, and

confusion. It is possessing the know-how to find, marshal and control resources,

often owned by others.”

Dari padangangan Timmons dapat kita ketahui bahwa kewirausahaan

merupakan kemampuan untuk mencipta dan membangun visi dari sesuatu yang tidak

ada. Maka, melakukan sesuatu yang sudah biasa dilakukan adalah usaha untuk menjadi

pengusaha. Seperti pendapat yang dinyatakan oleh Cantilons (2001) ―entrepreneurs

made production decisions in conditions of uncertainty, thus taking on risk for which, if

successful, a return was earned.”Di masa moderen Joseph Schumpeter (2010)

menyatakan ―is perhaps the most well known exponent of the entrepreneur as the

disequilibrator par excellence, the originator of the gales of “creative destruction” that

propel the economy forward.‖

Kewirusahaan pada hakikatnya memiliki makna yang lebih luas. Konsep kewirausahaan

menurut beberapa ahli seperti yang dikutip dari Misra dan Kumar (2000):

1. Cole (1968), entrepreneurship is puposeful activity to initiate, maintain, and

develop a profit orieanted business.

2. Drucker (1985), entrepreneurship is an act of innovatioan that involves endowing

existing resources with new wealth producing capacity.

3. Gratner (1985), entrepreneurship is the creation.

4. Hisrich and Peters (1989), entrepreneurship is the process of creating something

different with value by devoting the necessary time and effort, assuming the

accompanying financial, psychic and social risk, and receiving the resulting

rewards and monetary and personal satisfaction.

5. Stevenson et. al. (1991), entrepreneurship is the pursuit of an opportunity

irrespective of existing resouces.

6. Kaish and Gilad (1991), entrepreneurship is the process of first, discovering, and

second, acting on disequilibrium opportunity.

7. Heron and Robinson (1993), entrepreneurship is the set of behaviours that initiates

and manages the reallocation of economic resourcess and whose purpose is value

creation through those means.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan memiliki makna

yang lebih luas. Terjadinya inovasi, kreasi, penemuan, profit oriented, perilaku, yang

merupakan sebuah rangkaian proses aktivitas dalam bisnis. Kewirausahaan merupakan

sesuatu yang personal ataukah dalam organisasi bisnis yang melibatkan banyak orang.

Pada dasarnya, kewirausahaan ini bisa dilakukan oleh siapa saja baik personal dan

kelompok yanag tidak membatasi hasil kreasi. Maka kewirausahaan merupakan sebuah

identifikasi dan kreasi dari sebuah organisasi untuk memanfaatkan sumber daya yang

Page 67: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

67

ada sebagai sebuah keuntungan atau kesempatan yang dapat dikembangkan melalui

inovasi produk.

Strategi Kewirausahaan di Dunia Pendidikan

Dalam pendidikan atau pembelajaran, pemerintah telah membuat kebijakan yang

mencoba mengintegrasikan konsep kewirausahaan dalam pembelajaran. Integrasi ini

diharapkan mampu meningkatkan semangat berwirausaha dan menguatkan ekonomi

bangsa malalui inovasi-inovasi produk yang dihasilkan. Untuk menjawab tantangan

sosial yang semakin meningkat, penganguran yang semakin berjubel, maka pendidikan

tinggi diarahkan pada pendidikan entrepreneur namun tidak menghilangkan identitas

lainnya sebagai lembaga yang menitikberatkan pada penelitan dan penemuan.

Mencari potensi dalam diri seorang peserta didik yang beragam merupakan hal

yang utama untuk kemudian dapat memberikan dorongan yang luar biasa terhadap

kreasi wirausaha yang bisa digunakan untuk membangun potensi lokal yang ada di

sekitar sekolah dan/atau lembaga pendidikan tinggi. Potensi yang luar biasa bisa kita

gunakan untuk mensinergiskan pendidikan tinggi dengan sekolah menengah untuk

melakukan karya di bidang kewirausahaan. Usia muda yang masih memiliki semangat

dan kemampuan bertindak cepat merupakan modal yang cukup kuat untuk melihat

prospek pendidikan kewirausahaan di Indonesia. Anak muda merupakan generasi yang

memiliki semangat membara dan energi prima untuk melakukan perubahan. Generasi

muda merupakan investasi bangsa yang akan member kontribusi solusi berbagai

permasalahan bangsa pada masa yang akan datang.

Proses penyiapan generasi ini menjadi penting, sebab mautidak mau yang tua

akan kehilangan kompetensinya dan harus digantikan anak-anak muda. Dalam konteks

inovasi dan kewirausahaan, dengan berbagai stimulus yang diberikan diharapkan lahir

sosok-sosok anak muda kita yang menggeluti wirausaha, karena kehadiran para

pengusaha muda di Indonesia sangat ditunggu untuk menguak rahasia kemajuan bangsa

ini.

Selain itu ribuan hasil penelitian yang dihasilkan oleh perguruan tinggi merupakan

aset yang dapat digunakan untuk membangun lingkungan wirausaha yang dapat

meningkatkan peran masyarakat sekitar. Melalui inovasi, krativitas dan keunikan dapat

dibuat model integrasi dari pendidikan tinggi yang dapat direduksi di pendidikan

menengah. Penguatan basis teknologi industri juga merupakan basis teknologi terapan

yang merupakan solusi untuk membuat produk semakin bernilai. Potensi ini jika

digunakan dan diintegrasikan sebagai sebuah model kerjasama di seluruh Indonesia

akan menguatkan basis wirausaha dengan potensi lokal yang kuat.

1. Menumbuhkan 12 Karakter Entrepeneur

Sekalipun ada yang memiliki paham bahwa kesuksesan seorang wirausaha sebagai

sesuatu yang natural atau bakat, maka dapat dipelajari beberapa karakter yang bisa

dikembangkan di tumbuhkan kepada peserta didik untuk menimbulkan potensi diri

yang belum digali. Beberapa karakteristik yang dapat mendorong kesuksesan sebuah

wirausaha adalah sebagai berikut:

a. Confidence Percaya diri

b. Feels Sense of Owner Rasa memiliki

c. Kemampuan komunikasi

d. Passionate about Learning

e. Team Player

f. System-Oriented

g. Dedicated

h. Grateful

Page 68: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

68

i. Optimistic

j. Gregarious

k. A Leader by Example

l. Not Afraid of Risk or Success

2. Pendekatan Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai: tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu. Dengan demikian

pendekatan paling mungkin untuk meningkatkan minat berwirausaha adalah melalui

kurikulum yang berbasis entrepeneruship. Minat ini bukan sesuatu yang bisa

dipaksakan untuk diikuti oleh seluruh peserta didik. Dengan pendekatan kurikulum

ini merupakan stimulus untuk mencari bibit yang berbakat dalam mengembangkan

wirausaha mandiri sejak dini. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jeff Kee et al,

mencoba untuk mendesain kurikulum kewirausahaan di dunia pendidikan. Korelasi

pendidikan keriwausahaan dengan perkembangan ekonomi menjadi keuntungan

yang diperoleh bagi suatu bangsa. Pendidikan kewirausahaan akan melahirkan

generasi muda yang memberikan kontribusi bagi negaranya. Dengan adanya

simulasi dan fasiltas kegiatan kewirausahaan dapat menghasilkan angka

pengangguran yang rendah. Selain itu dapat menguatkan perusahaan baru dan

banyak lagi keuntungan mengembangkan kosnep kewirausahan dalam pendidikan.

Maka, desain kurikulum dapat diintegrasikan dengan baik terhadap konsep

kewirausahaan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jeff Kee, kurikulum ini menhadapi

empat tantangan; (1) identifikasi dari target grup, (2) mendefiniskan dan mengukur

kewiraushaan atau mengidentifikasi karakter kewirausahaan, (3) memutuskan fakta-

fakta pedagogi dan (4) konten dari kurikulum.

Dalam pedagogi hal-hal yang perlu dilakukan adalah mencoba mereduksi

keterampilan bisnis dan karakteristik entrepreneurial ke dalam pembelajaran. Dua

kata kunci ini merupakan sebuah lingkaran untuk mempelajari perilaku

kewirausahaan.

Pendakatan utama yang digunakan adalah Experiential Learning Cycles (ELCs).

ELCs menggambarkan prinsip pendidikan berdasarkan pengalaman yang dikembangkan

oleh Jhon Dewey. Dengan pendekatan experential learning yang digunakan oleh Kolbe

(1984),

Page 69: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

69

Dengan pendekatan ini, kurikulum yang digunakan merupakan pendekatan yang

di desain oleh guru untuk memebrikan stimulus dan parkek aktivitas di pendidikan

menengah. Maka, pada jenjang pendidikan tinggi pengalaman ini akan memberikan

kemampuan untuk melakukan inovasi dan mengembangkan kreativitas berdasarkan

ilmu terapan yang dapat diaplikasikan untuk menambah nilai produk.

3. Pembasisan

Pembasisan ini merupakan tahapan elaborasi antara potensi sumber daya dengan

pengelolaan yang apik. Kerjasama dilakukan antara universitas dengan sekolah

dalam menerapkan pembelajaran dan laboratorium pengembangan teknologi. Unit

bisnis merupakan unit pengelola yang bersama-sama melakukan riset dan

pengembangan terhadap potensi yang bisa dikembangkan. Unit bisnis ini yang akan

menjadi operator utama bagi berkembanganya produk inovasi dan mekanisme yang

akan dibangun untuk melibatkan masyarakat luas.

Potensi Lokal Masyarakat

Universitas

Sebagai Pengembang Riset

Unit Bisnis

Universitas

Sekolah Kerjasama

Untuk Suply Sumber Daya

lajaran Berbasis

Kewirausahaan

Unit Bisnis

Sekolah

Research and

Development

Page 70: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

70

SIMPULAN

1. Pendekatan kurikulum yang digunakan adalah experential learning cycles untuk

menerapkan pembelajaran kewirausahaan berdasarkan pengelaman yang

dikembangkan oleh Kolbe. Kurikulum ini merupakan desain yang dikembangkan

oleh guru untuk memberikan simulasi atau latihan terhadap praktek kewirausahaan.

2. Model kolaborasi antara unversitas sebagai pusat penelitian dengan sekolah-sekolah

yang mengembangkan konsep kewirasuahaan merupakan model yang dibangun

untuk mensinergikan teori dan aplikasi di bawah unit bisnis yang dikelola secara

profesional.

3. Pendekatan kewirausaan dalam pendidikan ini masih perlu dikembangkan dan diuji

coba untuk penegmbangan model yang lebih baik.

DAFTAR Pustaka

Jeff Kee, et al, 2006, Entrepreneurship Curriculum, Tokyo: JIP Foundation

Sasi Misra and E. Sendil Kumar, 2000, Resourcefulness: A Proximal Conceptualisation

of Entrepreneurial Behaviour, Jounal of Entrepreneurship, vol. 9,

http://joe.sagepub.com

TutikSusilowati, Susantiningrum, 2013, Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan

Dalam Upaya Menumbuhkan Budayawirausaha Pada Siswa Sekolah Menengah Atas

(SMA)Di Kabupaten Karanganyar, JKB No. 12. Th.VII. Januari 2013

http://www.actioncoach.com/_downloads/whitepaper-FranchiseRep5.pdf

http://www.utdallas.edu/~plewin/Entrepreneurial%20Paradoxes%20OS.pdf

Page 71: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

71

KEJIRET (KERIPIK BIJI KARET)

SEBAGAI INOVASI PENINGKATAN PRODUK PANGAN LOKAL

DAERAH LAMPUNG

Dewi Lesatri

Ardi Kurniawan

Universitas Indraprasta PGRI

Email:[email protected]

ABSTRAK

Aktifitas masyarakat Lampung pada umumnya berkebun dan perkebunan yang cukup

luas salah satunya adalah perkebunan karet.Dari pohon karet tersebut dapat diambil biji

karetnya kemudian diolah menjadi keripik bijij karet. Pengolahan biji karet harus

dengan cara yang benar, jika tidak biji karet akan menjadi beracun untuk dikonsumsi.

Dengan adanya keripik biji karet dari daerah lampung, akan menjadi makanan ciri khas

daerah Lampung yang diberi nama Kejiret Lampung. Tujuan dari penulisan ini adalah

untuk menjadikan biji karet yang pada awalnya bisa dikatakan limbah menjadi bahan

pangan olahan dan meningkatkan produk pangan lokal didaerah Lampung.

Kata Kunci: Keripik Biji Karet (Kejiret), inovasi, Produk Pangan Lokal

PENDAHULUAN

Lampung merupakan suatu daerah yang wilayahnya cukup luas. Lampung

memiliki luas wilayah 35.384 Km2 (Badan Pusat Statistik,2012). Aktifitas masyarakat

Lampung pada umumnya berkebun dan perkebunan yang cukup luas salah satunya

adalah perkebunan karet. Menurut data yang didapat dari Badan Pusat Statistik, Luas

perkebunan karet di mencapai 94.619 Ha dan perbulannya dapat memproduksi karet

sebanyak 50.378 Ton. Jika getah karet sudah pasti dapat diproduksi, sama halnya

dengan biji karet. Biji karet juga dapat diproduksi untuk dijadikan makanan yang layak

konsumsi, salah satunya adalah keripik biji karet atau dapat disebut dengan Kejiret

Lampung, yang artinya adalah Keripik Biji Karet yang berasal dari daerah Lampung.

Mendengar kata Kejiret pasti banyak pertanyaan dalam diri kita mengenai arti

dari Kejiret tersebut. Kejiret bukanlah makna dari bahasa jawa atau yang lainnya.

Kejiret yang dimaksud dalam tulisan ini adalah Keripik Biji Karet.Jika mendengar kata

karet sudah tidak asing lagi bagi kita, karet banyak digunakan di kehidupan sehari-hari.

Bahan dasar karet yang digunakan biasanya sudah berbentuk bahan yg siap pakai seperti

karet ban, pembuatan pipa karet, pembungkus kabel dan lain-lain. Namun dalam tulisan

ini bukan membahas mengenai hasil dari karet tersebut. Dalam tulisan ini akan

membahas mengenai biji karet yang layak konsumsi. Banyak anggapan bahwa biji karet

tidak layak konsumsi dan beracun.Namun pada kenyataannya biji karet dapat dijadikan

sebuah makanan yang lezat.Banyak para penyadap karet yang membiarkan biji karet

berjatuhan dan membusuk, padahal jika mereka mau mancari biji karet tersebut banyak

keuntungan yang mereka dapat.Mereka bisa mengambil biji karet diselah-selah waktu

Page 72: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

72

luang untuk menyadap karet. Menurut pernyataan salah satu penyadap karet yang ada di

daerah Lampung bernama Iyon, pagi hari mereka menyadap karet pada pukul 06.00 s.d.

10.00 WIB, setelah selesai menyadap karet mereka berhenti untuk menunggu getah

karet terisi penuh. Biasanya getah karet terisi penuh pada waktu sore hari, sedangkan

siang harinya mereka istirahat.Untuk mengisi waktu istirahatnya, mereka bisa

menggunakan waktunya untuk mengambil biji karet.Namun sayangnya mereka masih

belum mengetahui fungsi dari biji karet yang bisa dijadikan makanan layak konsumsi,

mereka beranggapan bahwa mencari biji karet hanya membuang waktu saja dan

pengolahan biji karetpun tidak mudah.Setelah menyadap karet, mereka lebih suka untuk

pulang kerumah dan istirahat sambil menunggu waktu pengambilan getah karet yang

telah terisi penuh.

Kegunaan biji karet saat ini masih banyak belum diketahui oleh masyarakat

disekitar perkebunan terutama penyadap karet itu sendiri.Saat ini biji karet masih

dianggap tidak penting bahkan bisa dikatakan sebagai limbah. Pemanfaatan dan cara

pengolahannya yang dianggap cukup sulit. Padahal jika dikembangkan, biji karet bisa

diolah menjadi makanan yang unik dan lezat.Bahkan biji karet bisa dijadikan sebagai

produk makanan lokal masyarakat Lampung itu sendiri salah satunya adalah keripik biji

karet. Oleh sebab dalam tulisan ini akan dibahas mengenai keripik biji karet sebagai

inovasi peningkatan produk pangan lokal masyarakat Lampung.

KAJIAN PUSTAKA

Keripik Biji Karet (Kejiret)

Biji karetdidapat dari pohon karet dan diambil dari biji yang sudah terjatuh.Pohon

karet merupakan salah satu pohon yang cukup tinggi dan tidak memiliki banyak ranting.

Karet adalah tumbuhan besar yang tinggnya mencapai 25 meter dan kulit batangnya

menghasilkan getah yang digunakan sebagai bahan pembuat ban, bola dan sebagainya

(KBBI:190). Namun dalam hal ini kaitannya dengan biji karet yang diolah menjadi

makanan siap saji yaitu keripik biji karet

Keripik yaitu olahan makanan yang digoreng kering sehingga teksturnya menjadi

renyah.Sering kita menedengar kata-kata keripik yang identik dengan keripik singkong

dan keripik pisang. Namun tidak hanya itu, biji karetpun bisa dijadikan sebagai keripik

karena teksturnya yang hampir sama dengan singkong ataupun pisang dan biji karet

juga dikatakan lebih mirip dengan kacang. Tekstur biji karet tersebut yaitu tidak

lembek namun tidak terlalu keras dan tidak mengandung banyak air. Oleh sebab itu, biji

karet juga dapat diolah menjadi keripik.

Kandungan Biji Karet

Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa biji karet itu beracun dan tidak

layak konsumsi.Sehingga mereka tidak mau memanfaatkan biji karet tersebut.Didalam

biji karet terdapat beberapa kandungan yang dapat menimbulkan racun.Secara umum

biji mengandung toksid linamarin (C10H17NO6). Minyak biji karet mengandung 7%

palmatik; 9% stearik; 0,3% arachidik; 30% olenik; 30 – 50% linoleik; dan 2 – 23%

asam linolenik. Kandungan ini jelas membuka peluang yang besar untuk pemanfaatan

biji karet pada bidang kesehatan, industri, dan pengolahan. Bungkil biji karet

mengandung bahan berbahaya HCN dengan kadar>50 ppm. Kandungan HCN ini dapat

diturunkan sampai batas aman bagi ternak dengan cara pemanasan atau penyimpanan.

Namun kadar racun dapat dihilangkan dengan proses pengolahan yang baik dan benar.

Page 73: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

73

Inovasi

Setiap manusia memiliki pemikiran yang berbeda-beda.Namun, dari pemikiran

tersebut dapat berkembang dan kemudian dapat menemukan hal-hal yang baru yang

dapat disebut dengan inovasi.Penemuan baru tersebut bisa didapat dari sebuah

pengalaman maupun pengamatan. Inovasi adalah penemuan baru yang berbeda dari

yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode atau alat)

(KBBI:538). Inovasi yang didapatkan seseorang kemudian dikembangkan dan pada

akhirnya dapat menjadi kebermanfaatan.

Produk Pangan Lokal

Pangan lokal merupakan produk yang menjadi suatu cirri khas suatu daerah

tertentu. . Arti dari kata produk adalah barang atau jasa yang dibuat dan ditambah

gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses

produksi itu (KBBI:190). Pangan lokal juga penting untuk memperkenalkan nama suatu

daerah. Biasanya produk pangan lokal ini berkaitan erat dengan budaya masyarakat

setempat. Oleh karena itu, produk-produk ini kerap kali juga menyandang nama daerah,

sebagai misal, dodol garut, jenang kudus, gudek jokya, dan lain-lai. Jika melihat

dideaerah Lampung, sudah tidak asing lagi dengan ciri khasnya adalah kopi Lampung.

Dengan demikian produk pangan local yaitu barang atau jasa yang didapat dari hasil

proses produksi yang berasal dari suatu daerah tertentu.

PEMBAHASAN

Melihat berbagai wilayah di Indonesia, Indonesia memiliki wilayah yang sangat

luas.Dari berbagai wilayah tersebut tentunya memiliki ciri khas yang berbeda-beda di

setiap daerahnya.Baik dari segi adat istiadat, budaya, maupun produk pangan

lokalnya.Berbicara mengenai produk pangan lokalnya, Indonesia memiliki banyak

produk pangan lokal dari masing-masing daerah tersebut. Biasanya produk pangan lokal

membawa nama daerah itu sendiri. Seperti dodol Garut, durian Makasar, empek-empek

Palembang, kopi Lampung dan lain-lain.Banyak wilayah di Indonesia yang memiliki

sesuatu yang berharga namun belum diketahui oleh masyarakat.Contohnya biji karet

yang dapat diolah menjadi makanan yang siap saji.Untuk mendapatkan biji karet

tersebut banyak terdapat didaerah Lampung.Karena selain terkenal dengan tanaman

lada, kopi, Lampung juga terkenal dengan tanaman karet yang yang cukup luas.Dari

pohon karet tersebut, dapat menghasilkan biji karet yang kemudian diolah menjadi

makanan siap saji yaitu keripik biji karet.Biji karet memiliki tekstur yang yang tidak

keras namun juga tidak lembek jika sudah dikeluarkan dari cangkangnya.Karena yang

memiliki tekstur sangat keras itu adalah cangkang biji karet.

Banyak orang yang belum tahu bahwa biji karet itu layak dikonsumsi, mereka

menganggap biji karet itu beracun.Namun, tidak semua masyarakat beranggapan seperti

itu. Di suatu desa tepatnya desa Tanjungsari, Kecamatan Bungamayang, Kabupaten

Lampung Utara terdapat keluarga yag sudah biasa mengkonsumsi biji karet.

Berdasarkan hasil wawancara kepada salah seorang dari keluarga tersebut yang benama

Lucky, beliau memaparkan bahwa beliau sudah sering mengkonsumsi biji karet sejak

kecil.Ibunya biasa mengolah biji karet dan kemudian digoreng juga dimasak menjadi

sambal biji karet untuk lauk makan. Beliau memaparkan bahwa sesungguhnya biji karet

tersebut tidak beracun jika dimasak dengan cara yang benar. Karena didalam biji karet

tersebut terdapat kandungan yang menyebabkan keracunan. Walaupun mereka tidak

mengetahui nama kandungan racun yang terdapat pada biji karet, tetapi mereka tahu

bagaimanacara agar biji karet tersebut tidak beracun ketika dikonsumsi. Mereka

mengetaui cara menghilangkan zat beracun dari biji karet karena sejak ibu dari Lucky

Page 74: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

74

masih kecil-pun sering mengkonsumsi biji karet. Lucky juga memaparkan beberapa

tahapan untuk mengolah biji karet dan menghilangkan racunnya yaitu sebagai berikut:

1. Ambil biji karet yang berjatuhan dan kemudian pecahkan cangkannya, kemudian

ambil biji karet dari cangkangnya

2. Rebus biji karet yang sudah tidak bercangkang

3. Belah bijikaret menjadi dua bagian, kemudian buang bagian tengah yang menempel

didalam biji karet. Bagian tengah tersebut yang dapat menyebabkan adanya racun

4. Rendam biji karet selama 3 hari

5. Selama proses merendam, gantilah air rendaman setiap harinya di pagi hari dan sore

hari. Agar biji karet benar-benar bersih dan juga kandungan racun dapat hilang.

6. Setelah 3 hari direndam, tiriskanlah kemudian langsung digoreng ataupun disambal

sesuai dengan selera.

Sedangkan untuk membuat keripik biji karet, setelah proses menggoreng dapat

langsung membuat bumbu keripik pedas. Caranya yaitu:

1. Tumis bumbu yang sudah dibuat, bumbu dibuat dari cabai, bawang putih, bawang

merah, tomat, penyedap rasa, garam dan gula.

2. Setelah bumbu selasai ditumis kemudian langsung masukkan biji karet yang sudah

digoreng kedalam bumbu.

3. Tambahkan gula putih dan penyedap rasa.

4. Keripik biji karet siap disantap.

Dengan melalui proses tersebut, kandungan racun dapat hilang. Dengan

memanfaatkan biji karet menjadi sebuah makanan siap saji.Bahkan keripik biji karet

dapat dijadikan sebagai produk pangan lokal ciri khas daerah lampung. Keripik biji

karet bias diberi nama Kejiret Lampung.

SIMPULAN

Keripik biji karet merupakan hasil dari olahan biji karet yang dijadikan makanan

ringan yang menjadi ciri khas daerah Lampung. Jika dalam mengolah biji karet dengan

cara yang salah, maka dari biji karet akan menyebabkan racun. Jika keracunan biji karet

biasanya akan merasakan pusing. Namun jika cara pengolahan dilakukan dengan cara

yang benar, maka biji karet aman dikonsumsi. Dengan memaksimalkan hasil olahan biji

karet, akan meningkatkan daya jual dan menambah jenis produk pangan lokal didaerah

lampung.

DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Keempat. 2011. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama

Internet :

http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201120.pdf

https://www.scribd.com/doc/211288627/Paper-Pengertian-Pangan-Lokal-Dan-

Ketahanan-Pangan-K-1 (diakses pada: 8 Februari 2015, 12.20)

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/commodityarea.php?ia=18&ic=4

(diakses pada: 8 Februari 2015, 13.50)

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=153&no

tab=1 (Diakses pada: 9 Februari 2015, 00.43)

Page 75: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

75

http://penebar-swadaya.net/toko-ps3/kegunaan-biji-karet/ (diakses pada: 10 Februari

2015, 14.55)

Santoso, Herry.dkk. Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Biji Karet Menggunakan

Katalis Berbahan dasar Gula.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=169140&val=3913&title=PEMBU

ATAN%20BIODIESEL%20DARI%20MINYAK%20BIJI%20KARET%20ME

NGGUNAKAN%20KATALIS%20BERBAHAN%20DASAR%20GULA

(diakses pada: 10 Februari 2015, 15.15)

Page 76: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

76

STRATEGI SALURAN DISTRIBUSI

KERAJINAN KULIT TELUR UNTUK MENYAMBUT MEA

Dian Annisa

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

ABSTRAK

Masyarakat Ekonomi Asia merupakan jembatan penghubung para penggiat kerajinan di

Indonesia untuk memasarkan hasil karya mereka. Indonesia sebagai Negara yang luas

telah banyak mencetak para pengrajin dalam memanfaatkan SDA Indonesia yang

melimpah dan salah satunya adalah pengrajin kulit telur.Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengungkap strategi distribusi apa yang harus dilakukan para pengrajin untuk

menyambut MEA dan saluran distribusi yang dibutuhkan untuk menyambut MEA di

akhir tahun 2015 ini. Metode yang digunakan adalah metode library research, untuk

mengungkap strategi saluran distribusi yang tepat bagi para pengrajin cangkang/kulit

telur. Sehingga para pengrajin cangkang/kulit telur siap menghadapi MEA.

Keyword : Strategi Kerajinan Kulit Telur, Saluran Distribusi, Kerajinan Kulit Telur dan

MEA.

PENDAHULUAN

Untuk menghadapi MEA, dunia usaha di Tanah Air tentu harus mengambil

langkah-langkah strategis agar dapat menghadapi persaingan dengan negara ASEAN

lainnya, tak terkecuali sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM).

Salah satu contoh UKM yang mulai merintis usaha adalah para penggiat

kerajinan kulit telur. Para pengrajin ini memiliki kemampuan mengolah sampah dapur

rumah tangga berupa cangkang kulit telur menjadi sebuah produk seni recycle dan

bernilai jual tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pembinaan dan pemberdayaan KUKM

yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar produk, agar mampu

meningkatkan kinerja KUKM untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya saing

tinggi. Pembinaan dan pemberdayaan yang dilakukan juga terkait dengan strategi

distribusi dan penetapan saluran distribusi bagi para pelaku KUKM termasuk para

pengrajin kulit telur ini.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap strategi saluran distribusi

yang tepat bagi UMKM kerajinan cangkang/kulit telur di Indonesia, khususnya yang

ada di Jakarta. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pelaku

UMKM kerajinan cangkang/kulit telur Indonesia khususnya di Jakarta.

Page 77: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

77

TINJAUAN PUSTAKA

Kerajinan Kulit Telur

Banyak hal menarik yang bisa didapat dari sampah. Tanpa isi, cangkang/kulit

telur sejatinya adalah sampah, namun bila diberi sentuhan kreativitas dan diolah dengan

imajinasi dan ketekunan, cangkang/kulit telur pun dapat disulap menjadi karya yang

indah dan berharga. Mungkin hanya sedikit orang yang jeli melihat peluang untuk

berkarya seni sekaligus berbisnis menggunakan cangkang/kulit telur. Beberapa kulit

telur hewan yang dapat dijadikan kerajinan kulit telur antara lain: telur ayam, telur

bebek, telur burung puyuh, hingga yang terbesar telur burung onta.

Kerajinan kulit telur memiliki kelebihan tahan terhadap api, tidak akan dimakan

oleh rayap atau hama lainnya, serta tahan terhadap pergantian cuaca. Begitu pula bila

terkena sinar matahari tidak akan memudarkan warnanya. Karena cangkang/kulit telur

mudah pecah, maka proses pengerjaannya harus hati-hati.

Saluran Distribusi

Saluran distribusi adalah suatu set organisasi yang independen yang terlibat pada

proses penyediaan barang dan jasa sehingga dapat dikonsumsi konsumen. Saluran

distribusi merupakan sebuah alur produk atau jasa setelah proses produksi, dijual dan

digunakan oleh pengguna. Saluran distribusi pemasaran merupakan saluran pemasaran

yang dibutuhkan oleh perusahaan.Keputusan mengenai saluran distribusi pemasaran

merupakan salah satu keputusan yang penting yang harus dibuat oleh

manajemen.Saluran distribusi menjadi penting karena sebuah saluran distribusi tidak

hanya melayani pasar tetapi juga membuat pasar. Sehingga saluran distribusi juga

merepresentasikan opportunity cost (biaya kesempatan). Pemilihan saluran distribusi

dapat berimbas pada semua keputusan pemasaran. Memutuskan saluran distribusi apa

yang akan digunakan mungkin bukanlah sebuah masalah yang besar namun meyakinkan

bahwa perantara yang digunakan tepat dan sesuai menjadi sebuah masalah yang penting

untuk dipertimbangkan.

Pada saat ini perusahaan-perusahaan yang sukses menggunakan hybrid channel

atau saluran distribusi hybrid yang memiliki jumlah yang lebih banyak dan berlipat dari

biasanya. Perusahaan yang menggunakan hybrid channel harus yakin bahwa saluran

distribusi yang dipilih berjalan baik dan sesuai dengan target market yang dipilih.

Konsumen berharap saluran distribusi yang terintegrasi akan memungkinkan konsumen

untuk:

a. Memiliki kemampuan untuk memesan barang secara online dan mengambilnya di

toko pengecer di lokasi yang sesuai dengan pemesanan

b. Mengembalikan atau meretur barang dipesan secara online ke toko terdekat

c. Mendapatkan diskon pada pembelian online maupun offline

Menurut Nunes dan Caspede, pembeli terbagi menjadi 4 kelompok utama yakni:

a. Habitual shopper (pembeli yang rutin): pembeli ini akan membeli barang ditempat

dia biasa membeli barang (toko yang sama setiap kali membeli kebutuhannya)

b. High value deal seeker (pembeli yang mencari nilai terbaik) adalah pembeli yang

selalu tahu kebutuhannya dan mencari nilai terbaik sebelum membeli

c. Variety loving shopper adalah pembeli yang suka mendapatkan berbagai macam

informasi dari berbagai saluran pemasaran, mengambil keuntungan dari pelayanan

yang terbaik, dan membeli dari saluran pemasaran favorit mereka tanpa

memperdulikan harga

d. High involvement shopper adalah pembeli yang terlibat secara langsung dalam

mendapatkan semua informasi sehingga dapat membeli dengan harga yang rendah

Page 78: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

78

dari saluran pemasaran yang tersedia tetapi juga mengambil keuntungan dari

pelayanan terbaik saluran pemasaran.

Dalam pandangan rantai penyalur (supply chain) sebuah perusahaan melihat

pasar sebagai beberapa point tujuan dan jalur searah dari berbagai gabungan sebuah

komposisi dan komponen melalui tahapan produksi awal hingga produk akhir yang

dijual kepada konsumen.Sedangkan pandangan umum melihat perusahaan berada

ditengah-tengah sebuah jaringan nilai. Jaringan nilai merupakan sebuah system

kerjasama dan alisansi yang perusahaan ciptakan untuk mencari, menambah dan

menghantarkan apa yang perusahaan tawarkan.

Fungsi Saluran Distribusi dan Alurnya

Beberapa fungsi seperti fisik, title, dan promosi memiliki alur maju ke

konsumen, sedangkan fungsi yang lain seperti pembayaran dan pemesanan memiliki

alur mundur dari konsumen. Untuk informasi, negosiasi dan keuangan dan resiko

memiliki alur dua arah. Setiap fungsi saluran memiliki tiga hal umum yaitu: mereka

menggunakan sumber yang jarang, mereka mampu berkinerja yang baik apabila fokus

pada satu hal tertentu dan mereka dapat berpindah pada anggota saluran distribusi yang

lain.

Integrasi dan Sistem Saluran Distribusi

Selain anggota saluran distribusi, system saluran distribusi juga terus

berkembang. Ada beberapa sistem yang digunakan dalam saluran distribusi yakni:

a. Sistem pemasaran vertical yaitu sistem dimana produsen, pedagang besar dan

pengecer adalah satu kesatuan dalam sebuah sistem. Sistem ini muncul sebagai

pengontrol perilaku saluran dan menghilangkan konflik yang terjadi apabila mereka

mengejar tujuan pribadi mereka. Sistem pemasaran vertical akan mencapai tingkat

ekonomis melalui ukuran, kemampuan daya tawar dan menghapus jasa yang sama.

Terdapat tiga jenis sistem pemasaran vertikal yaitu:

1) Sistem pemasaran vertikal perusahaan

2) Sistem pemasaran administrasi

3) Sistem pemasaran kontraktual

Adanya sistem pemasaran vertikal menciptakan kompetisi baru di bidang

retail, karena kompetisi tidak hanya antara perusahaan-perusahaan secara individu

tetapi kompetisi secara system dengan sistem yang lain untuk meraih biaya

ekonomis yang terbaik dan respon dari konsumen.

b. Sistem pemasaran horizontal adalah sistem dimana dua perusahaan atau lebih yang

tidak berkaitan meletakan bersama sumber-sumber atau program untuk

memanfaatkan peluang pemasaran yang muncul.

c. Sistem pemasaran multi saluran terjadi apabila perusahaan menggunakan dua atau

lebih saluran pemasaran untuk mencapai satu atau lebih segmen pasar yang dituju.

Dengan menambah saluran maka perusahaan mendapat 3 keuntungan yakni:

meningkatkan cakupan pasar, menurunkan biaya saluran dan lebih mengarah pada

penjualan yang disesuaikan dengan pelanggan.

Peran Saluran Distribusi Pemasaran Pada umumnya perusahaan menggunakan perantara dalam menjual produk atau

jasanya kepada konsumen karena beberapa alasan yakni:

a. Banyak produsen kekurangan sumber daya keuangan untuk dapat memasarkan

produknya secara langsung

Page 79: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

79

b. Produsen yang mampu membangun saluran pemasarannya dapat memperoleh

keuntungan yang lebih besar dengan meningkatkan investasi pada bisnis utama

dibandingkan bila membangun saluran distribusinya sendiri

c. Dengan menggunakan perantara, mereka membuat barang tersedia secara luas dan

mudah diperoleh dipasar secara effisien

d. Dalam beberapa situasi, pemasaran langsung tidak memungkinkan

METODOLOGI

Metode yang diambil untuk penelitian ini adalah dengan studi pustaka atau

library research dimana peneliti melakukan kajian melalui literature-literatur yang telah

ada, seperti dari kajian ilmiah, jurnal ekonomi dan bisnis, serta literature lain yang

mendukung penelitian ini.

Adapun data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder yang sudah

dihimpun dari beberapa kajian jurnal ekonomi sehingga dapat mengangkat dan

mengungkap permasalahan yang terkait strategi saluran distribusi UMKM kerajinan

cangkang/kulit telur.

PEMBAHASAN

Teknik pemasaran boleh dikatakan sebagai kunci keberhasilan dari penjualan

produk.Kemampuan yang handal dalam memasarkan produk atau jasa bisa jadi lebih

penting dari produk itu sendiri.Teknik pemasaran yang baik didukung oleh strategi

pemasaran yang efektif. Dengan strategi tersebut, proses marketing dapat

dipertahankan, bahkan cara baru dalam memasarkan produk juga bisa kita temukan dan

membuat pelanggan semakin loyal. Tentu saja, jangan abaikan faktor kualitas produk

yang merupakan poin penting bagi pemasaran itu sendiri.

Maka, setelah dipastikan kualitas produknya, rancanglah strategi pemasaran

yang efektif agar proses pemasaran dapat berjalan secara terkontrol, dinamis, dan

kreatif.

Alternatif Pilihan Saluran Distribusi yang dapat digunakan Untuk Pemasaran

Kerajinan Cangkang/Kulit Telur

a. Distribusi Intensif, distribusi ini dapat dilakukan oleh perusahaan yang menjual

barang konvinien. Strategi yang diterapkan adalah dengan menggunakan penyalur

terutama memperbanyak pengecer untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan

konsumen (cocok untuk perusahaan industry besar).

b. Distribusi Selektif, perusahaan yang menggunakan distribusi selektif ini berusaha

memilih suatu jumlah pedagang besar/pengecer yang terbatas dalam suatu daerah

geografis. Biasanya saluran ini digunakan untuk pemasaran produk baru, barang

shopping/barang special dan jenis accessory equipment.

c. Distribusi Eksklusif, distribusi ini hanya menggunakan satu pedagang besar atau

satu pengecer saja. Saluran distribusi ini biasa digunakan untuk barang-barang

special, apabila penyalur bersedia membuat persediaan dalam jumlah besar, apabila

produk yang dijual memerlukan layanan setelah penjualan.

SIMPULAN

Dikarenakan kerajinan cangkang/kulit telur masih sedikit jumlah pengrajin yang

membuatnya, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa untuk memasarkan produk

kerajinan cangkang/kulit telur para pengrajin dapat memilih :

1. Distribusi Intensif, saluran ini dapat digunakan jika kerajinan cangkang/kulit telur

sudah menjadi barang kerajinan yang mem-booming seperti batu alam. Karena

Page 80: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

80

distribusi jenis ini dapat dilakukan jika hasil produksi melimpah dan konsumen yang

tetap.

2. Distribusi selektif, tepat digunakan untuk pemasaran kerajinan cangkang/kulit telur

karena pemasaran produk dilakukan pada satu sentra wilayah saja. Sehingga produk

yang dipasarkan memiliki cirri dan corak yang khas.

3. Distribusi Eksklusif, jenis saluran distribusi ini dapat dilakukan para pengrajin untuk

memasarkan kerajinan cangkang/kulit telur jika ingin memperkenalkan produk

mereka kepada pasar luar, seperti melalui pameran kerajinan tangan ―Inacraft‖.

Sehingga memiliki pangsa pasar yang jelas, yaitu para pecinta seni craft bbaik dari

dalam maupun luar negeri.

SARAN

Saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pelaku UMKM kerajinan

cangkang kulit telur adalah :

1. Dalam hal pemilihan saluran distribusi harus disesuaikan dengan jumlah produksi

kerajinan cangkang/kulit telur yang telah dihasilkan. Karena untuk distribusi intensif

pengrajin harus meliki stok barang produksi yang banyak dikarenakan jumlah

konsumen yang banyak pula.

2. Distribusi selektif hanya mungkin dilakukan oleh para pengrajin cangkang/kulit

telur yang mau berinovasi dan mengangkat satu corak dan cirri khas tertentu

wilayahnya sebagai identitas produknya.

3. Jika para pengrajin cangkang/kulit telur ingin menggunakan saluran distribusi

eksklusif, maka para pengrajin harus siap mengeluarkan pembiayaan yang cukup

besar untuk ikut serta dalam pameran selain itu juga untuk memperbanyak produksi.

DAFTAR PUSTAKA

Nurfarkhana, Anna dan Endah Widati. Manajemen Pemasaran 2. UNINDRA PRESS.

https://www.maxmanroe.com/6-bisnis-ukm-usaha-kecil-menengah-yang-

menjanjikan.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah

http://news.liputan6.com/read/80066/karya-seni-tinggi-dari-kulit-telur

https://buletinbisnis.wordpress.com/2007/07/13/eksotika-kulit-telur/

https://anisaarahman.wordpress.com/tag/kesiapan-indonesia-menghadapi-mea/

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2014/04/28/200112/UMKM-

Rapatkan-Barisan-Hadapi-MEA-2015

http://slide123.weebly.com/tulisan-4.html

http://www.smartbisnis.co.id/insight/ekspansi-bisnis/6-strategi-pemasaran-yang-efektif-

http://ahzamedia.biz/nilai-ekonomis-dari-kreasi-seni-limbah-cangkang-telur/

Page 81: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

81

MEMBANGUN JIWA KEWIRAUSAHAAN DALAM UPAYA

MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA

UNTUK KEMANDIRIAN HIDUP PESERTA DIDIK

Elin Karlina

Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

Email : [email protected]

ABSTRAK

Peserta didikmerupakan generasi muda yang nantinya menjadi generasi penerus dalam

pembangunan, oleh sebab itu para peserta didik harus memiliki cita-cita untuk menjadi

orang yang sukses. Berwirausaha merupakan salah satu cara untuk dapat meraih

keinginan yang dicita-citakannya. Namun, berdasarkan hasil pra penelitian yang

dilakukan, fenomena yang terjadi adalah setelah para peserta didik lulus nanti, baik itu

dari tingkat Sekolah Menengah Atas ataupun dari tingkat Perguruan Tinggi, mereka

cenderung lebih memilih untuk bekerja daripada menciptakan lapangan pekerjaan

sendiri. Oleh sebab itu, jiwa kewirausahaan, minat dan motivasi berwirausaha perlu

dibangun agar peserta didik memiliki kemandirian hidup sebagai bekal dalam meraih

cita-cita untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk membangun jiwa kewirausahaan dalam upaya meningkatkan minat dan motivasi

berwirausaha terhadap kemandirian hidup peserta didik. Data yang dikumpulkan adalah

data primer yang didapatkan dari penyebaran angket kepada peserta didik. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga variabel yang digunakan sebagai prediktor

kemandirian hidup peserta didik adalah variabel jiwa kewirausahaan teridentifikasi

sebagai variabel terkuat yang mempengaruhi kemandirian hidup peserta didik dibanding

dengan variabel minat dan motivasi berwirausaha, karena variabel jiwa kewirausahaan

berpengaruh langsung dengan kemandirian hidup peserta didik, sedangkan variabel

minat berwirausaha tidak berpengaruh secara langsung dengan kemandirian hidup,

karena dibutuhkan variabel motivasi berwirausaha sebagai variabel interveningnya.

Kata kunci : Jiwa Kewirausahaan, Minat Berwirausaha, Motivasi Berwirausaha,

Kemandirian Hidup.

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dan

cepat, menuntut satiap orang untuk saling berkompetisi dalam menghadapi persaingan

hidup. Oleh karena itulah, orang yang mampu bertahan adalah mereka yang memiliki

kreatifitas dan daya inovasi yang tinggi untuk dapat mengambil semua peluang yang

ada melalui keterampilan yang dimilikinyasehingga dapat mengembangkan segala

Page 82: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

82

potensi yang ada dalam dirinya untuk menciptakan suatu kreasi yang dapat memberikan

manfaat baik untuk diri sendiri maupun bagi orang lain.

Sesorang yang bisa mencipta dan menghasilkan sesuatuberarti orang tersebut

dapat dikatakan memiliki jiwa kewirausahaan, hal itulah yang saat ini sedang

diupayakan tertanam dalam diri peserta didik untuk dapat meraih kehidupan yang lebih

baikdimasa depan yaitu melalui kemandirian hidup. Oleh sebab itu pendidikan

kewirausahaan yang ada di sekolah sangat membantu peserta didik untuk lebih

memahami tentang kewirausahaan.

Pada kurikulum 2013 yang masih dilaksanakan dibeberapa sekolah ini

mencantumkan mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan menjadi salah satu mata

pelajaran wajib yang harus dipelajari salah satunya di tingkat SMA. Mata pelajaran

prakarya dan kewirausahaan di SMA digolongkan sebagai pengetahuan transcience-

knowledge, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan dan melatih keterampilan

kecakapan hidup berbasis seni, teknologi dan ekonomi.

Adapun manfaat dan tujuan mengapa peserta didik harus belajar kewirausahaan

yaitu agar dapat menerapkan perilaku tepat waktu dan tepat janji, membentuk pribadi

yang disiplin, ulet dan mau bekerja keras serta memiliki jiwa toleran dan mau

menolong sesama, mengasah keterampilan peserta didik agar mampu mencipta dan

membuat sesuatu, serta meningkatkan kreatifitas dan daya inovasi peserta didik.

Oleh sebab itu pendidikan kewirausahaan sangat penting guna merubah pola

pikir peserta didik sehingga jiwa kewirausahaan bisa tertanam sehinggadapat

meningkatkan minat dan motivasi berwirausaha untuk kemandirian hiduppeserta didik

nanti setelah mereka lulusdari SMA.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun jiwa kewirausahaan yang ada pada

diri peserta didik dalam upaya meningkatkan minat dan motivasi berwirausaha untuk

kemndirian hidup peserta didik.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Jiwa Kewirausahaan

Wirausaha merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat

dan menilai kesempatan serta mengambil peluang yang ada, mengumpulkan sumber

daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil

keuntungan dalam rangka meraih sukses di masa depan.

Menurut Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Nonformal dan Informal Kementrian Pendidikan Nasional (2010:2),

menyatakan bahwa:

Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata

kewiraswastaan akhir-akhir ini diterjemahkan dengan kata kewirausahaan. Entrepreneur

berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang artinya memulai atau

melaksanakan. Wiraswasta/wirausaha berasal dari kata: Wira: utama, gagah berani,

luhur; swa: sendiri; sta: berdiri; usaha: kegiatan produktif.

Pendidikan kewirausahaan perlu diberikan sejak dini.Untuk menjadi seorang

wirausahawan yang tangguh, seseorang harus memiliki beberapa ciri tertentu antara lain

sebagai berikut: memiliki keberanian untuk mengambil risiko, memiliki daya kreasi,

imajinasi dan kemampuan yang tinggi untuk menyesuaikan diri dengan keadaan,

memiliki semangat dan kemauan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi,

mengutamakan efisiensi, memiliki kemampuan untuk memotivasi, sertamemiliki cara

analisis yang tepat dan sistematis.

Page 83: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

83

Jiwa kewirausahaan tidak muncul secara mendadak, akan tetapi melalui proses

pembelajaran, oleh karena itu pendidikan kewirausahaan penting bagi setiap orang. Jiwa

kewirausahaan dapat dibentuk, dilatih, dididik, dikembangkan dan ditingkatkan

jumlahnya.

Seorang yang berjiwa wirausaha menjadikan dirinya menjadi seorang manusia

yang berkepribadian dan berwatak unggul, memberikan kemampuan untuk

membersihkan sikap mental negatif, serta meningkatkan daya saing dan daya juang

untuk mencapai kemajuan. Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu bekal bagi

seseorang dalam menjalani kehidupan dan jiwa kewirausahaan ini sebenarnya dimiliki

oleh setiap orang, tetapi dalam jumlah dan kadar yang berbeda-beda. Oleh karena

ituperlu dikembangkan serta harus diasah dan dipraktikkan.

Tujuan pendidikan kewirausahaan yaitu untuk menyiapkan lulusan memiliki

kemampuan untuk menyelesaikan masalah, beradaptasi dan mampu mencipta, selain itu

juga mendidik agar peserta didik menjadi generasi baru yang terbuka dan mandiri,

mampu melihat, mencari, dan menciptakan peluang dengan berpikir kritis dan kreatif

yang menghasilkan ide-ide yang inovatif.

Di masa depan, setelah lulus nanti peserta didik akan menghadapi tantangan

berat karena kehidupan dalammasyarakat selalu mengalami perubahan setiap saat.

Menghadapi hal tersebut, peserta didik perlu diberikan bekal kemampuan yang

memadai, keberanian dalam bertindak dan perlu dilatih sedini mungkin agar anak

memiliki ketrampilan yang cukup di masa depan.

Pengertian Minat

Minat merupakan suatu kesukaan, kegemaran, atau kesenangan akan sesuatu.

Menurut Slameto (2003: 180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan

pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Minat seseorang tidak timbul secara tiba-tiba. Minat tersebut ada karena

pengaruh dari beberapa faktor. Menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2003: 151) 1)

Faktor dari dalam:Faktor internal adalah ‖pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi,

dan kebutuhan‖. 2) Faktor dari luar:Faktor eksternal adalah sesuatu yang membuat

siswa berminat yang datangnya dari luar diri, seperti: dorongan dari orang tua, dorongan

dari guru, rekan, tersedianya prasarana dan sarana atau fasilitas, dan keadaan

lingkungan.

Minat peserta didik untuk berwirausaha merupakan kekuatan yang akan

mendorong peserta didik untuk berwirausaha. Peserta didik yang berminat, maka akan

menunjukan sikap senang untuk berwirausaha.

Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap

sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Orang yang

berminat terhadap sesuatu, maka dia akan berusaha untuk mendapatkannya. Demikian

pula peserta didik yang berminat untuk berwirausaha, maka dia akan berusaha dan

berkorban semaksimal mungkin untuk dapat mewujudkannya yaitu memnjadi seorang

wirausaha yang sukses.

Pengertian Motivasi

Seseorang yang mempunyai motivasi maka dia akan bertindak dengan arah dan

tujuan yang jelas.Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2007 : 73), menyatakan bahwa

Motivasi adalah perubahan energi dari dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dalam

kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam

diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari

Page 84: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

84

kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Dari kutipan di atas, jika dikaitkan dengan motivasi berwirausaha, dapat disimpulkan

bahwa motivasi berwirausaha adalah daya energi yang sangat kuat yang datang dari

dalam ataupun luar diri peserta didik untuk belajar mengenai kewirausahaan dengan giat

sehingga tujuan yang akan dicita-citakan dapat tercapai, yaitu menjadi wirausaha

sukses.

Pengertian Kemandirian Hidup

Menurut Lamman (dalam Fatimah, 2006 : 44), menyatakan bahwa kemandirian

merupakan suatu kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak

tergantung kepada orang lain. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Brawer (dalam

Suprijanto, 2007:21), bahwa kemandirian merupakan perilaku yang terdapat pada

seseorang yang timbul karena dorongan dari dalam dirinya sendiri, bukan karena

pengaruh orang lain. Ciri-ciri sikap mandiri menurut Spencer dan Kass (dalam Ali,

2015: 32) adalah:

a. mampu mengambil inisiatif,

b. mampu mengatasi masalah,

c. penuh ketekunan,

d. memperoleh kepuasan dari usahanya,

e. berusaha menjalankan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Sedangkan menurut Antonius (dalam Fatimah, 2006:145) ciri-ciri sikap mandiri

meliputi:

a. selalu berorientasi pada kualitas dan prestasi

b. mewujudkan aktualisasi dirinya dengan kerja keras dan

memfokuskan diri,

c. memberikan sikap dan tindakan terbaik terhadap apa yang

sedang dilakukan,

d. bersinergi untuk berkontribusi dalam mencapai tujuan

e. berorientasi pada tujuan-akhir dengan memperhatikan proses.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan

pendekatanpath analisys,alat pengumpulan datayang digunakan berupa kuesioner yang

diberikan pada peserta didik di SMAN 46 Jakarta yang tetap menggunakan kurikulum

2013 padatahun pelajaran 2014/2015.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .670a .449 .384 7.685

a. Predictors: (Constant), x2, x1

Page 85: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

85

Tabel 2. ANOVAb

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

818.628 2 409.314 6.931 .006a

1003.922 17 59.054

1822.550 19

a. Predictors: (Constant), x2, x1

b. Dependent Variable: x3

Tabel 3. Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 52.750 19.152 2.754 .014

x1 .295 .159 .354 1.848 .082

x2 .261 .109 .460 2.398 .028

a. Dependent Variable: x3

Tabel 4. Model Summary

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

.391 .277 9.779

a. Predictors: (Constant), x1, x2, x3

Tabel 5. ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 982.743 3 327.581 3.425 .043a

Residual 1530.207 16 95.638

Total 2512.950 19

a. Predictors: (Constant), x1, x2, x3

b. Dependent Variable: y

Tabel 6. Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 40.854 29.311 1.394 .182

x2 -.190 .160 -.285 -1.187 .253

x3 .352 .309 .299 1.139 .272

x1 .501 .222 .513 2.251 .039

a. Dependent Variable: y

Page 86: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

86

Penjelasan :

Sub Struktural 1

1. Secara simultan jiwa kewirausahaan dan minat berpengaruh positif dan signifikan

terhadap motivasi berwirausaha, besaran pengaruh simultan adalah sebesar 44,9%

merupakan kontribusi dari variabel jiwa kewirausahaan dan minat terhadap motivasi

berwirausaha sedangkan sisanya 53,1% dipengaruhi faktor lain di luar model.Model

simultan ini terjadi secara signifikan.

2. Pengujian secara individual melalui parameter statistik jiwa kewirausahaan (X1)

tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi berwirausaha (X3), sedangkan minat

(X2) berpengaruh signifkan terhadap motivasi berwirausaha (X3).

3. Lebih lanjut pengaruh kausal empiris antara variabel X1 dan X2 ini dapat

digambarakan melalui persamaan sub struktural 1 yaitu :

X3=0,354X1+0,460X2+0,742e1

X1 berkontribusi terhadap X3 sebesar 35,4% sedangkan sisanya sebesar 64,6%

dipengaruhi oleh faktor lain, sedangkan X2 berkontribusi terhadap X3 sebesar 46%

dan sisanya sebesar 54% depengaruhi oleh faktor lain.

Sub struktural 2

1. Secara simultan pengaruh jiwa kewirausahaan, minat dan motivasi terhadap y

kemandirian hidup sebesar 39,1 dan sisa nya sebesar 60,9

Karena signifikannya lebih kecil dari 0,05, maka X1,X2 dan X3 berpengaruh

terhadap Y

2. Setelah model simultan terbukti signifikan ,maka dilakukan penelusaran jalur

pengaruh parsial.

X1 secara langsung berpengaruh signifikan terhadap Y karena signifikannya lebih

kecil dar1 0,05, X1 menyumbang terhadap Y sebesar 51,3% sisanya sebesar 49,7%

dipengaruhi faktor lain

X3 secara tidak langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap Y

karenasignifikannya lebih besar dari 0,05, X3 menyumbang terhadap Y sebesar

29,9% sisanya sebesar 70,1% dipengaruhi faktor lain.

X2 secara tidak langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap Y, karena

signifikannya lebih besar dari 0,05, X2 menyumbang terhadap Y sebesar - 28,5%

sisanya sebesar 71,5% dipengaruhi faktor lain

3. Dari ketiga variabel yang digunakan sebagai prediktor kemandirian hidup, variabel

jiwa kewirausahaan teridentifikasi sebagai variabel terkuat yang mempengaruhi

kemandirian hidup dibanding dengan minat dan motivasi berwirausaha.

4. Secara keseluruhan, pengaruh yang dibentuk dari sub struktural 2 dapat

digambarkan melalui persamaan struktural 2 yaitu :

Y = 0,513X1 – 0,285X2 + 0,299X3 + 0,780el

Gambar

0,534

0,460

0,513

-0,285

0,299

0,780 0,742 X1

X2

X3

YPe

mbe

Page 87: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

87

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.2005. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Jakarta: Rineka Cipta.

A.M, Sardiman. 2007. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali

.................DirektoratPembinaanKursusdanKelembagaanDirektoratJenderalPendidikanN

onformaldan Informal KementrianPendidikanNasional. 2010 . Konsep Dasar

Kewirausahaan. Jakarta

Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia.

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya.Jakarta: Rineka

Cipta.

Suprijanto, H. 2007. Pendidikan orang dewasa; dari teori hingga aplikasi. Jakarta:

Bumi Aksara.

Page 88: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

88

WANITA DAN BISNIS ONLINE SHOP: PELUANG DALAM

PENGEMBANGAN SEKTOR UMKM

Nur Amega Setiawati

Dosen Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

Email : [email protected]

ABSTRAK

UMKM adalah sektor mikro yang memiliki potensi besar dalam pengembangannya.

Dalam perkembangannya, sektor UMKM banyak menjadi pilihan bagi wanita untuk

menunjukkan eksistensinya di bidang usaha. Banyak alasan mengapa wanita lebih

memilih menggeluti sektor UMKM daripada berkarir di luar rumah. Dan yang paling

banyak menjadi pilihan para wanita adalah onlineshop, karena lebih mudah dijalankan

di rumah. Oleh sebab itu kajian ini bertujuan untuk memberikan gambaran teoritis

tentang peranan sektor UMKM dalam ikut memberdayakan wanita Indonesia. Kajian ini

berupa sebuah conseptual paper dan menggunakan sumber data sekunder berupa tema

kajian. Hasil kajian diharapkan dapat menjadi sebuah referensi bagi kajian tentang

perempuan dan sektor UMKM di Indonesia.

Kata Kunci: wanita, online shop, UMKM

PENDAHULUAN

Internet memilik iperanan yang vital dalam kehidupan saat ini di era tekhnologi

dan informasi, dimana banyak kemudahan yang dapat diperoleh melalui internet.

Banyak kegiatan yang sering dilakukan dengan menggunakan jejaring sosial, seperti

mencari informasi tentang sesuatu maupun menyampaikan informasi yang terupdate

saatini. Penggunaan jaringan internet ini kemudian dimanfaatkan juga dalam dunia

bisnis/perdagangan. Murahnya biaya akses dan kemudahan penggunaan jaringan

membuat banyak orang berlomba-lomba menjual produk barang/ jasa melalui internet

atau secara online. Dengan melakukan jualbeli melalui internet atau secara online, maka

tidak lagi terdapat batasan ruang/jarak antara penjual dan pembeli. Transaksi dapat

dilakukan dengan mudah dan singkat walaupun antara penjual maupun pembeli berbeda

wilayah/negara. Pembayaran bias dilakukan melalui transfer dan kemudahan keuangan

lainnya.

Page 89: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

89

Hal tersebut berlaku pula di Indonesia. Maraknya bisnis online shop di Indonesia

membuat dunia bisnis menjadi semakin ramai, sifatnya yang fleksibel dan mudah

dilakukan dimana saja dan kapan saja menambah banyaknya minat konsumen untuk

menggunakan jasa layanan tersebut. Hasil survey terakhir (December 2011)

menunjukkan bahwa 36% dari seluruh transaksi perdagangan yang terjadi di Indonesia

di lakukan secara online atau online shop. Diperkirakan 80% dari transaksi online

tersebut ternyata dilakukan oleh bisnis online berskala Mikro Kecil (UMK). Omzet dari

bisnis online berskala UMK ini mulai dari 2juta per bulan, hingga puluhan juta per

bulan, namun karena jumlahnya sangat banyak, maka omzet keseluruhan UMK online

mampu mencapai 80% dari keseluruhan transaksi online.(Bonafide Logo, 2012)

Survey yang dapat menjadi tolok ukur untuk mengetahui kecenderungan

konsumen dalam berbelanja melalui online tersebut dilakukan di 25 negara dengan

periode antara 5 Desember 2011 hingga 6 Februari 2012. Laporan untuk kawasan

Asia/Pasifik—Thailand, Cina, Jepang, Korea, Australia, Malaysia, Selandia Baru,

Taiwan, Vietnam, Hong Kong, Indonesia, Singapura, India, Filipina—juga dilengkapi

dengan wawancara mengenai perilaku berbelanja online terhadap 7.373 responden dari

14 negara—catatan: hasil survei dan laporan yang menyertainya tidak mencerminkan

kinerja keuangan MasterCard,(DuniaUKM, 2012).

Online shop di Indonesia lebih banyak dilakukan oleh para wanita usia produktif,

hal ini dikarenakan kegiatannya yang tidak menyita banyak waktu dan mudah dilakukan

di manasaja. Para wanita yang sudah berumah tanggamaupun bekerja di luar rumah juga

bias memanfaatkan online shop untuk menambah penghasilannya tanpa mengganggu

Page 90: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

90

kegiatan utamanya. Dengan berjualan secara online, modal yang dibutuhkan juga tidak

terlalu besar, namun jika dijalankan dengan baik maka akan mendatangkan keuntungan

yang sanga ttinggi. Perlahan namun pasti, dengan adanya online shop maka kegiatan

perekonomian diharapkan dapat meningkat.

Online Shop

Belanja online (online shop) merupakan proses pembelian barang/jasa oleh

konsumen ke penjual realtime, tanpa pelayan dan melalui internet. Toko virtual ini

mengubah paradigma proses membeli barang/jasa dibatasi oleh tembok, pengecer, atau

mall. Sehingga dalam jual beli ini tidak perlu bertemu langsung antara penjual maupun

pembeli namun bisa dilakukan hanya melalui internet. (Didit Agus Irwantoko, 2012).

Nielsen pada tahun 2014 telah melakukan penelitian dengan mensurvey lebih dari

60 responden yang memiliki akses internet di 60 negara untuk mempelajari intensi

belanja online dari konsumen di seluruh dunia. Penelitian ini untuk mengetahui

mengenai intensi konsumen untuk membeli baik barang yang habis digunakan

(consumable) maupun yang tidak habis digunakan (non-consumable) dalam lanskap e-

commerce yang sedang tumbuh. Penemuan hasil survey ini mengungkapkan bahwa jasa

travel adalah yang paling banyak direncanakan oleh konsumen untuk dibeli secara

online, bersama dengan jasa penjualan tiket acara seperti tiket acara seperti tiket

bioskop, pertunjukkan, pameran dan pertandingan olahraga, dimana kategori-kategori

tersebut termasuk kedalam urutan lima teratas yang ingin dibeli konsumen secara

online. Sekitar setengah dari konsumen Indonesia berencana untuk membeli

secara online tiket pesawat (55%) serta melakukan pemesanan hotel dan biro perjalanan

(46%) dalam enam bulan kedepan. Empat dari sepuluh konsumen (40%) berencana

untuk membeli buku elektronik (ebook), hampir empat dari sepuluh konsumen

berencana untuk membeli pakaian/aksesori/sepatu (37%), dan lebih darisepertiga

konsumen merencanakan untuk membeli tiket acara (34%) secara online.

Grafik: Keinginan Untuk Membeli Produk/Jasa Secara Online Dalam Enam Bulan Ke

Depan (Top 5 Teratas)

Source: Nielsen Global Survey of E-Commerce, Q1 2014

Page 91: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

91

Di Indonesia sendiri online shop muncul di awal tahun 2000an dan baru populer di

tahun 2006, kemudian pada tahun 2008 jumlah online shop meningkat hingga puluhan

hingga ratusan persen dari sebelumnya. Meningkatnya penggunaan Internet di Indonesia

menjadi salah satu faktor pemicu menjamurnya online shop yang awalnya pengguna

internet hanya sekitar 2.000.000 orang pada tahun 2000 menjadi 25.000.000 pengguna

pada tahun 2008 (internetworldstats.com). koneksi internet yang murah dan mudah serta

banyaknya pendidikan dan pelatihan pembuatan online shop dengan harga terjangkau

juga menjadi penyebab meningkatnya online shop di Indonesia.

Online shop yang ada di Indonesia saat ini diperkirakan sudah mencapai ratusan

dengan banyaknya jumlah produk yang ditawarkan, mulai dari fashion, makanan,

keperluan rumah tangga, travel sampai gadget dll. Dengan banyaknya online shop yang

berkembang saat ini menyebabkan perubahan pola hidup masyarakat yang menjadi

lebih semakin konsumtif. Dari yang tadinya berbelanja secara konvensional kini lebih

menjadi modern hanya dengan cukup memilih melalui web/blog yang ada. Ditambah

lagi dengan selalu disajikannya informasi yang terupdate dan informasi yang jelas dari

online shop tersebut menambah ketertarikan konsumen/pengguna.

UMKM

Sektor UMKM telah terbukti mampu hidup dan berkembang dalam menghadapi

badai krisis selama lebih dari enam tahun. Keberadaannya telah dapat memberikan

kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dalam penyerapan tenaga kerja dan

peningkatan ekspor. Berdasarkan data Badan Produk Domestik Bruto (PDB)Pusat

Statistik (BPS) pada 2009, jumlah UMKM di Indonesia sebanyak 520.220 unit,

sedangkan jumlah koperasi sampai dengan pertengahan 2009 sebanyak 166.100 unit

yang tersebar di seluruh Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan.

(www.suaramedia.com). Prospek bisnis UMKM dalam era perdagangan bebas dan

otonomi daerah sangat tergantung pada upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam

mengembangkan bisnis UMKM. Untuk mencapai iklim usaha yang kondusif ini,

diperlukan penciptaan lingkungan kebijakan yang kondusif bagi UMKM. Kebijakan

yang kondusif dimaksud dapat diartikan sebagai lingkungan kebijakan yang transparan

dan tidak membebani UMKM secara finansial bicara berlebihan. Ini berarti berbagai

campur tangan pemerintah yang berlebihan, baik pada tingkat pusat maupun daerah

harus dihapuskan, khususnya penghapusan berbagai peraturan dan persyaratan

administratif yang rumit dan menghambat kegiatan UKM. (Firdausy, 2000) Tetapi

permasalahan utama yang dihadapi UMKM adalah kesulitan dalam mengakses kredit

untuk modal usaha. Hal ini disebabkan karena pihak perbankan menganggap UMKM

tidak layak untuk mendapatkan kredit, karena sektor UMKM sulit berkembang dan

adanya kekhawatiran terjadinya kredit macet.

Saat ini perkembangan UMKM jauh lebih besar daripada usaha dengan skala besar

(UB). Sehingga perhatian pemerintah terhadap perkembangan UMKM di dalam negeri

sangatlah besar. Karena UMKM lebih padat tenaga kerja dari pada usaha besar (UB),

UKM dianggap sangat penting sebagai sumber kesempatan kerja atau pendapatan. Oleh

karenanya, kelompok usaha tersebut diharapkan dapat berperan penting dalam upaya-

upaya nasional menanggulangi pengangguran, yang setiap tahunnya terus meningkat.

Online shop sangat identik dengan UMKM, baik dari segi permodalan maupun

manajemennya, perbedaan yang ada hanya di penggunaan media saja. Jika UMKM

Page 92: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

92

menganut media offline, maka online shop menggunakan media online. Namun masih

ada hal yang sangat penting disini bahwa belum adanya lembaga yang mampu

mewadahi dan mampu melindungi onlie shop yang ada di Indonesia. Yang ada saat ini

baru hanyalah komunitas-komunitas online shop.

WANITA

Kontribusi UMKM dalam perekonomian nasional tidak diragukan lagi terutama

dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional,

nilai ekspor nasional, dan investasi nasional. Hasil penelitian Nur Afiah (2009)

menunjukan bahwa sektor UMKM memiliki kontribusi terhadap ekonomi dan

pembangunan Indonesia. Keberhasilan UMKM di Indonesia, di dalamnya tidak terlepas

dari peran serta perempuan. Lebih dari 50% pelaku ekonomi UMKM adalah

perempuan. Tantangan lain yang dihadapi oleh pengusaha perempuan adalah bagaimana

meningkatkan kapabilitas, dan kewirausahaan.

Forum APEC Women And The Economy Forum beberapa waktu yang lalu

mengambil tema ‗Women As Economic Drivers‘. Pasalnya, 96 persen pelaku

kewirausahaan adalah UKM, sementara 60% pelaku UKM adalah perempuan. Dengan

mel;ihat kondisi tersebut, perempuan saat ini menjadi penggerak ekonomi atau ―Women

as Economic Drivers‖demikian pernyataan Linda Amalia Sari Gumelar Menteri Negara

Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. (Suara Karya

Online,2013)

Demikian juga berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM Republik

Indonesia (2010) sekitar 60% UKM dikelola oleh perempuan Indonesia. Hal ini tanpa

disadari bahwa perempuan memiliki peranan penting dalam meningkatkan

perekonomian negara. Peran perempuan dalam aktivitas ekonomi tidak hanya berperan

dalam memperkuat ketahanan ekonomi keluarga dan masyarakat namun juga: -

Mengurangi efek fluktuatif ekonomi ; -Berkontribusi dalam upaya penurunan angka

kemiskinan dan -Menjamin pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Peran

perempuan di sektor UMKM umumnya terkait dengan bidang perdagangan dan industri

pengolahan seperti: warung makan, toko kecil (peracangan), pengolahan makanan dan

industri kerajinan, karena usaha ini dapat dilakukan di rumah sehingga tidak melupakan

peran perempuan sebagai ibu rumah tangga. Meskipun awalnya UMKM yang dilakukan

perempuan lebih banyak sebagai pekerjaan sampingan untuk membantu suami dan

untuk menambah penadapatan rumah tangga, tetapi dapat menjadi sumber pendapatan

rumah tangga utama apabila dikelola secara sungguh-sungguh. (Priminingtyas,2010)

Peran wanita dalam kehidupan rumah tangga bukan hanya untuk mengurus suami

dan anak-anaknya saja. Namun wanita juga bertanggung jawab dalam mengelola

keuangan keluarga. Mulai dari mengatur biaya bulanan atau uang jajan anak.Sebagai

pihak yang menentukan ke arah mana keuangan keluarga dikeluarkan, tentu wanita

harus paham bagaimana menjalankan perannya tersebut. Namun seringkali wanita

dihadapkan pada masalah keuangan, dimana pendapatan yang diterima seringkali

kurang mencukupi kebutuhan rumah tangganya.

Banyak dari para wanita yang akhirnya memilih bekerja di luar rumah, baik sebagai

karyawan sebuah perusahaan, menjalankan bisnis keluarga atau bekerja dengan orang

lain. Namun tidak sedikit juga wanita yang memilih pekerjaan yang dapat dilakukan di

dalam rumah sekaligus dapat mengurus rumah tangga/ keluarganya. Pilihan itu biasanya

jatuh kepada bisnis online shop. Dimana kegiatan ini bisa dilakukan setiap saat tanpa

menggangu kegiatan mereka di rumah. Hanya dengan bermodalkan perangkat seluler

Page 93: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

93

atau computer/laptop mereka dapat menjalankan bisnisnya tanpa harus kelua rrumah

dan bertemu langsung dengan pembeli/konsumen.

Banyak pilihan produk yang akan mereka jual, kemudahan dalam pemasarannya

yang bisa menggunakan media social facebook, twitter, atau instagram, segmentasi

pasar yang jelas dan juga merupakan bisnis yang paling simple dibandingkan bisnis

lainnya menjadi alasan mengapa mereka memilih bisnis ini.

SIMPULAN

Berdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas bisnis yang sering

dilakukan oleh para wanita dalam menunjang kegiatan perekonomian Negara adalah

online shop. Dimana online shop ini juga merupakan bagian dari UMKM. Kegiatannya

yang mudah dilakukan kapan saja dan dimana saja membuat para wanita meras

anyaman dalam menjalankan bisinis ini. Segi permodalan yang cukup kecil juga

mendukung alas an untuk melakukan bisnis ini, dan keuntungan yang lumayan besar

juga menarik para penggiat bisnis ini. Tanpa harus keluar rumah dan bekerja sepanjang

hari wanita membuktikan bahwa mereka juga bisa berperan dalam meningkatkan

perekonomian rumah tangga dan Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Tambunan, Tulus. 2009. Perekonomian Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia

(2012,June18). Retrieved July 2, 2012, from DuniaUKM:

Linda Amalia S.G, 2013, TingkatkanPeranPerempuandalamSektor UKM. SuaraKarya

Online, 9 Sepember 2013. Di unduh 15 Januari 2014

Priminingtyas,D.N, 2010. PeranPerempuanDalamPengembanganSektor Usaha mikro

Kecil Menengah (UMKM).Artikel

Afiah, N. Nunuy ,2009. Beberapaperankewirausahaandalammengatasitantangan di

UMKM.

KementerianKoperasidan UKM RepublikIndonesia ,2010. .Data UKM yang

dikelolaolehperempuanIndonesia . Jakarta

Bonafide Logo. (2012, June 6). Apakahbisnis online jugamembutuhkan logo?

Retrieved July2012,fromhttp://bonafidelogo.blogspot.com/2012/06/apakah-bisnis-

online-juga-membutuhkan.html

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-nahiyah-jaidi-mpd/peran-serta-

perempuan-dalam-umkm.pdf

DiditAgusIrwantoko. (n.d.).Online shopping, belanja online, amankah? Retrieved July

2, 2012,fromhttp://nevafarrell.blogspot.com/2011/07/online-shopping-belanja-

online-amankah.html

Page 94: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

94

Adila Ashari Partono, MAKALAH TEKNOLOGI INFORMASI BISNIS

‗MENJAMURNYA ONLINE SHOP‘(2012,Juli) from: http ://tibbersama.

blogspot.com/2012/07/makalah-tib-menjamurnya-online-shop.html

MiladinneLubis, konsumen Indonesia mulai menyukai berbelanja online.(2014, maret).

From:http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2014/konsumen-indonesia-

mulai-menyukai-belanja-online.html

Firdausy, CM. 2010.ProspekBisnis UKM dalam Era PerdaganganBebasdanOtonomi

Daerah.

Available online with up dates at http:// www.duniaesai.com/ekonomi/eko5.html

(Verified 20 April 2010).

Page 95: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

95

KESIAPAN UKM DI INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING

DAN KUALITAS DIRI DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC

COMMUNITY (AEC) 2015

Heri Susilo

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

ABSTRAK

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi salah satu factor pendorong memajukan

sektor perekonomian di Indonesia, hal ini dapat terlihat pada peran UKM yang banyak

membantu mengurangi pengangguran, menekan angka kemiskinan, membantu

menyuplai dana untuk Negara, meningkatkan pendapatan masyarakat dan lain

sebagainya.Peran UKM sangatlah besar pada tahun 2007 (KOMPAS, 14 Desember

2007) disebutkan bahwa UKM membantu penyerapan kerja hampir 85 juta orang dan

membantu menambah pendapatan domestic sebesar 52,28 persen.Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui kesiapan UKM dalam daya saing dan kualitas diri

berdasarkan pengukuran Human Developmant Index (HDI).Metode penelitian yang

digunakan adalah metode deskriptif. Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah

bahwa daya saing Indonesia terhadap Negara ASEAN dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan, dan hendaknya disertai peningkatan dalam HDI Indonesia.

Keyword: UKM, HDI, Daya Saing dan Kualitas Diri, AEC.

PENDAHULUAN

Usaha Kecil dan Menengah merupakan bentuk usaha yang saat ini mengalami

globalisasi dalam perekonomian Indonesia, UKM menjadi salah satu factor pendorong

memajukan sector perekonomian di Indonesia, hal ini dapat terlihat pada peran UKM

yang banyak membantu mengurangi pengangguran, menekan angka kemiskinan,

membantu menyuplai dana untuk Negara, meningkatkan pendapatan masyarakat dan

lain sebagainya. Peran UKM sangatlah besar pada tahun 2007 (KOMPAS, 14 Desember

2007) disebutkan bahwa UKM membantu penyerapan kerja hamper 85 juta orang dan

membantu menambah pendapatan domestic sebesar 52,28 persen.

Dengan segera diberlakukannya kesepakatan ASEAN Economic Community pada

tahun 2015 ini membuat seluruh sector industry perlu bersiap untuk menghadapi

prsaingan tinggi yang bakal tercipta. Oleh sebab itu pelaku usaha di Indonesia harus

segera bersiap dan meningkatkan kualitas diri, termasuk kalangan Usaha Kecil dan

Menengah yang perlu mengetahui seluk beluk dan mempelajari kondisi pasar di Negara-

negara lain dan Negara ASEAN. Ketahanan dan daya saing UKM di Indonesia menjadi

poin penting yang harus diprioritaskan dalam pelaksanaan ASEAN Economic

Community 2015. Keadaan tersebut karena UKM selama ini menjadi tulang punggung

yang banyak membantu penyerapan tenaga kerja, mengurangi pengangguran dan

kemiskinan serta meningkatkan pendapatan domestic Negara.

Page 96: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

96

Tujuan dari penelitian tentang UKM dalam mempersiapkan kualitas diri untuk

menghadapi Asean Economic Community adalah agar para pelaku UKM yang ada di

Indonesia mempersiapkan diri dengan meningkatkan kualitas dari usaha yang sudah

dibangun sehingga para wirausahawan dapat mencermati melihat dan mendalami cara

berbisnis Negara-negara lain dalam meningkatkan kualitas diri mereka melalui cara

mereka memasarkan produk, menata manajemen perusahaan yang baik dan lain

sebagainya.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pelaku UKM

daalam hal peningkatan kualitas diri melalui upaya daya saing ekonomi dari Negara-

negara lain.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi ASEAN Economic Community

ASEAN Economic Community adalah suatu komunitas Negara-negara ASEAN

dalam bidang perekonomian. Pada tahun 1997 para kepala Negara yang tergabung

didalam ASEAN menyepakati sebuah visi yang di bicarakan bersama yaitu visi untuk

mewujudkan kawasan yang stabil dan berdaya saing tinggi dengan pertumbuhan

ekonomi yang merata (ASEAN Vision 2020). Komunitas tersebut sebenarnya akan

diterapkan pada tahun 2020 namun dipercepat menjadi tahun 2015 yang disesuiakan

dengan keadaan globalisasi dan melalui persetujuan Negara-negara ASEAN. (Triansah

Djani 2007:32 dalam Sholeh).

Dengan segera diberlakukan nya kesepakatan ASEAN Economic Community pada

tahun 2015 ini membuat seluruh sector industry perlu bersiap untuk menghadapi

prsaingan tinggi yang bakal tercipta. Oleh karena adanya aturan baru dari masyarakat

ekonomi ASEAN (MEA) yang menyebutkan bahwa dengan dibentuknya komunitas ini

akan semakin memudahkan kerja sama dalam peredaran barang dan jasa di seluruh

kawasan ASEAN tanpa adanya system bea masuk dan barrier lainnya. Oleh sebab itu

pelaku usaha di Indonesia harus segera bersiap dan meningkatkan kualitas diri,

termasuk kalangan UKM yang perlu mengetahui seluk beluk dan mempelajari kondisi

pasar yang di Negara-negara lain dan Negara ASEAN. Ketahanan dan daya saing UKM

di Indonesia menjadi poin penting yang harus diprioritaskan dalam pelaksanaan

ASEAN Economic Community 2015. Keadaan tersebut karena UKM selama ini

menjadi tulang punggung yang banyak membantu penyerapan tenaga kerja, mengurangi

pengangguran dan kemiskinan serta meningkatkan pendapatan domestic Negara.

Definisi Daya Saing

Pengertian daya saing sendiri menurut World Economic Forum (WEF) adalah

sebagai kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi

yang tinggi dan berkelanjutan. Indikator daya saing secara global diukur dari kondisi

ekonomi makro, birokrasi, serta teknologi suatu negara. Sedangkan daya saing menurut

Michael Porter adalah produktivitas yang didefinisikan sebagai output yang dihasilkan

oleh tenaga kerja.Pengertian dari Porter mengenai daya saing lebih merujuk pada daya

saing perusahaan dalam industri.

Negara ASEAN

Negara-negara anggota ASEAN adalah negara-negara yang ada di Asia Tenggara.

ASEAN adalah kepanjangan dari Association of South East Asia Nation, atau dalam

bahasa Indonesia disebut juga PERBARA yaitu singkatan dari Perhimpunan Bangsa-

bangsa Asia Tenggara. Sekretariat ASEAN berada di Kemayoran Baru, Jakarta Selatan.

ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand.

Pada 2010 ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) memiliki 10 negara

anggota, satu negara kandidat anggota, dan satu negara pengamat. Negara anggota

Page 97: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

97

ASEAN saat ini adalah Brunai, Filippina, Indonesia, Kamboja, Laos, Myanmar,

Malaysia, Singapure, Thailand, Vietnam.

METODOLOGI

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik

pengumpulan data dalam penyusunan penelitian ini melalui studi literatur atau studi

pustaka. Studi pustaka merupakan kegiatan pengumpulan data yang berasal dari karya

ilmiah, text book, pelaporan, peraturan perundang-undangan dan tulisan-tulisan yang

berhubungan dengan penelitian. Studi pustaka atau studi literatur dimaksudkan untuk

mendapatkan gambaran mengenai permasalahan UKM Indonesia dalam hal daya saing

dan kualitas diri.

Data skunder yang digunakan dalam pengolahan data adalah datatime series daya

saing negara – negara anggota ASEAN. Dan data tersebut adalah data perbulan dari

tahun 2010 – 2012.

PEMBAHASAN

Gambaran Umum Peringkat Daya Saing Negara-negara ASEAN

Berdasarkan IMD World Competitivenes year book 2007, pada tahun 2003 daya

saing perusahaan Indonesia menempati posisi ke 49 dari 55 negara yang disurvei

kondisi ini terus turun ditahun tahun berikutnya menjadi peringkat 50 pada tahun 2005,

52 ditahun 2006, 54 ditahun 2007. Sedangkan menurut World Economic Forum laporan

daya saing global forum telah menerbitkan laporan daya saing Negara-negara ASEAN

pada tahun 2012-2013, sebagai berikut :

NAMA NEGARA PERINGKAT DAYA SAING

Indonesia 50

Malaysia 25

Singapura 2

Thailand 38

Philipina 65

Brunei 28

Cambodia 85

Laos -

Myanmar -

Vietnam 75

Table daya saing Negara-negara ASEAN 2012-2013

Pada tahun 2013 World Economic Forum kembali menerbitkan rangking daya saing

untuk tahun 2013, Indonesia berada pada posisi ke 38 dari 148 negara yang ikut serta

dan berada pada posisi ke 5 di kawasan Negara ASEAN dan Asia Selatan. sedangkan

untuk negara-negara ASEAN yang lain seperti Singapura yang berada di posisi ke-2,

Malaysia di posisi ke-24, Brunei di posisi ke-26, dan Thailand di posisi ke-37.

Page 98: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

98

Table HDI tahun 2010 – 2012, sebagai berikut :

NEGARA TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012

Indonesia 0,620 0,624 0,629

Malaysia 0,673 0,676 0,679

Singapura 0,892 0,894 0,895

Thailand 0,686 0,686 0,690

Philipina 0,649 0,651 0,654

Brunei 0,854 0,854 0,855

Cambodia 0,532 0,538 0,543

Laos 0,534 0,538 0,543

Myanmar 0,490 0,494 0,498

Vietnam 0,611 0,614 0,617

Sumber : jurnal kajian LEMHANAS RI : 2013

Interpretasi Hasil

Dilihat dari table dan data diatas, Indonesia mengalami kemajuan dari tahun ke

tahun yang tidak bisa diremehkan namun Indonesia tetap harus lebih giat meningkatkan

kualitas diri dalam seluruh sector ekonomi, meningkatkan daya saing yang tinggi

dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin

maju seperti saat ini. Sedangkan untuk table HDI diatas Indonesia menempati urutan

menengah dibawah Negara ASEAN yang lain yang mempunyai HDI tinggi seperti

singapura, Malaysia, Filiphina, dan Thailand. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

hal tersebut adalah masalah pemberian upah dimana Negara Indonesia termasuk

kedalam Negara yang berada pada urutan ke-3 dalam pemberian upah yang rendah. Hal

ini akan mengakibatkan tantangan bagi negar Indonesia dimana sebagian besar

masyarakatnya bergantung pada kesesuaian dari upah yang diberikan untuk mencukupi

hidup mereka.

Mengacu pada table diatas Indonesia memiliki peluang untuk terjun meramaikan

persaingan global di pasaran internasional maupun ASEAN apabila Indonesia tetap

mempertahankan dan terus meningkatkan kualitas diri dari tahun ke tahun dan terus

meningkatkan daya saing yang tinggi, pemerintah harus terus meningkatkan kinerja

seluruh sector industry perekonomian yang dapat membantu Indonesia unggul didalam

persaingan bisnis.

Meskipun banyak yang beranggapan bahwa Indonesia belum siap menghadapi pasar

persaingan ASEAN karena banyak para pelaku usaha yang sebagian besar masih gagap

teknologi dan kurang memiliki akses serta tidak dapat menguasai bahasa internasional

untuk membuat kerjasama dengan usaha lain yang ada di luar negri. Sebagai salah satu

sector industry yang banyak berkembang ditengah masyarakat dan banyak menyumbang

pendapatan Negara serta penyerapan tenaga kerja yang besar, Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) dirasa dapat membantu Negara ini untuk bersaing dengan Negara

ASEAN yang lain.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan interpretasi hasil penelitian di atas maka, secara garis besar Indonesia

harus melakukan perubahan dan pengembangan strategi-strategi dalam memajukan

seluruh sector industry ekonomi terutama UKM Indonesia agar mampu bersaing di

dalam ASEAN Economic Community (AEC). Strategi-strategi yang dapat

dikembangkan adalah :

a. peningkatan daya saing ekonomi

b. peningkatan laju ekspor

c. reformasi regulasi

Page 99: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

99

d. perbaikan infrastruktur

e. meningkatkan mutu pendidikan

f. pemberdayaan UKM

g. memanfaatkan teknologi internet

h. penguatan ketahanan ekonomi

i. peningkatan partisipasi semua unsur Negara

Saran

Dari strategi-strategi diatas yang dapat diterapkan untuk menhadapi ASEAN

Economic Community (AEC) bagi Indonesia, maka saran yang dapat peneliti

sampaikan adalah sebagai berikut :

a. Penguatan daya saing ekonomi

Penguatan daya saing ekonomi ini mengguanakan system MP3EI (Masterplan

percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia, yang mampu

meningkatkan investasi sector riil sebesar 499,5 trilliun hasilnya perekonomian

Indonesia tumbuh 65% (2011).

b. Program ACI (Aku Cinta Indonesia)

Program ini dijalankan untuk kampanye agar masyarakat mencintai produk buatan

dalam negri dan mengurangi penggunaan produk dari luar negri agar membantu

sector industry dalam mengahadapi AEC.

c. Penguatan sector UMKM

Sector UMKM yang memberikan banyak keuntungan Negara karena banyak

memberi pendapatan Negara dan mengurangi angka kemiskinan serta

pengangguran yang mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dari sector

industry ekonomi yang lain.

d. Perbaikan infrastruktur

Perbaikan jalan, penggunaan alat transportasi yang lebih modern dan lain

sebagainya.

e. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

Peningkatan ini dilakukan dengan menetapkan minimal 9 tahun pendidikan, melalui

pendidikan gratis yang digalangkan pemerintah Indonesia. Diharapkan seluruh

masyarakat Indonesia menyelesaikan pendidikan minimal 9 tahun agar sumber daya

manusia meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Barmana, M,A. 2011. Peningkatan MSS (Market Share Of Sharia) dalam Menghadapi

Mea (Masyarakat Ekonomi Asean) 2015 Melalui IM (Islamic Microfinance ) dan IB

(Islamic Banking) di Indonesia. Yogyakarta.

Darwanto. 2012. Kesiapan Bank Pembangunan Daerah (Bpd) dalam Menghadapi Asean

Economic Community. Semarang.

Harjito, D, A. 2010. Perubahan Musiman (Seasonality) Pasar Modal dan Efek

Kontagion di Negara-Negara Asean. Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 14, No. 1, Hal: 1–18.

Koesrianti. 2013. Pembentukan Asean Economic Community (Aec) 2015: Integrasi

Ekonomi Berdasar Komitmen Tanpa Sanksi. Jurnal Law Review, Volume XIII, No.

2.

Maryati, W. 2008. Peran Perguruan Tinggi dalam Pemberdayaan Entrepreneurship

untuk Mengembangkan Wirausahawan Kecil Menghadapi Persaingan Global.

Jombang.

Page 100: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

100

Nagel, F & Julius, P. 2012. Peluang dan Tantangan UKM Indonesia Menghadapi

Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Surabaya.

Peningkatan Peran Indonesia dalam ASEAN Framework On Equitable Economic

Development (EED) dalam rangka Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian Lemhannas

RI, Edisi 16, November 2013.

Ramadhani, F & Arifin, Y. 2013. Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi

Komunikasi Berbasis E-Commerce Sebagai Media Pemasaran Usaha Kecil

Menengah Guna Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi Masyarakat

Ekonomi Asean 2015. Economics Development Analysis Journal, Vol. 2, No.2.

Roida, H, Y. et all. 2010. Internasionalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) Ditinjau Dari Tipe Kepemilikan: Studi Empiris Di Jawa Timur. Jurnal

Manajemen Teori dan Terapan, Tahun 3, No. 2.

Sholeh. 2013. Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi Aec (Asean Economic

Community) 2015. Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, hal :

509-522.

Suparyadi. 2003. Membangun Keunggulan Bersaing Industri Kecil Gula Merah Tebu

(IKGMT) : Kiat Bersaing Di Pasar Ekspor. Jurnal Siasat Bisnis. Vol 8, No. 2.

Umar, S. 2008. Implementasi Knowledge Management pada UMKM Indonesia untuk

Meningkatkan Daya Saing UMKM dalam Dunia Internasional. Jurnal Siasat Bisnis,

Vol. 12, No. 2, Hal: 149–160.

Wahyudin, D. -. Peluang atau Tantangan Indonesia Menuju Asean Economic

Community (Aec) 2015.

Wiyadi. 2009. Pengukuran Indeks Daya Saing Industri Kecil Menengah (Ikm) Di Jawa

Tengah. Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 13, No. 1, Hal: 77–92.

Wiyadi & Shahadan, F. 2009. Kinerja dan Kesiapan Industri Kecil dan Menengah

(IKM) Pemrosesan Makanan Di Indonesia dan Malaysia Menghadapi Tantangan

Globalisasi. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, Vol. 10, No. 2.

Page 101: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

101

TARGET PASAR POTENSIAL PEMASARAN WISATA KULINER BETAWI DI

SETU BABAKAN

1Maria A. Wikantari 2Dhian Tyas Untari

1Mahasiswa Program Doktor Universitas Pancasila, Jakarta

2Mahasiswa Program Doktor Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Wisata berbasis budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan

kebudayaan sebagai objeknya dimana terdapat 12 unsur didalamnya, termasuk unsur

makan dan kebiasaan makan. Makanan lebih dari sekedar makan, makanan berkaitan

dengan identitas, budaya, produksi, konsumsi dan lebih luas lagi merupakan isu dari

sebuah keberlanjutan. Terkait dengan pengembangan bisnis, sistem pemasaran yang

matang merupakan suatu hal yang mutlak untuk diperhatikan. Hal yang perlu

diidentifikasikan dalam menentukan strategi pemasaran adalah segmen dan target pasar

yang potensial. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan target pasar

potensial dalam pemasaran wisata kuliner di Setu Babakan. Penelitian ini bersifat field

research dengan menggunakan sampel responden sebanyak 66 orang yang didapatkan

dengan metode accidental sampling pada hari Sabtu dan Minggu. Adapun aspek yang

digunakan dalam penelitian adalah aspek sosial budaya, aspek geografis, aspek

demografis dan aspek psikologis. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan

bahwa target potensial pemasaran wisata kuliner di Setu babakan adalah wisatawan

remaja sampai remaja akhir dan dewasa yaitu usia 12 – 45 tahun, dimana mayoritas dari

mereka berstatus ekonomi menengah, status pendidikan juga menengah bahkan banyak

diantara mereka yang masih berstatus sebagai pelajar ataupun mahasiswa.

Kata kunci: Target, Pemasaran, Wisata, Kuliner, Setu Babakan

PENDAHULUAN

Jakarta sebagai tempat cikal bakal tumbuhnya budaya Betawi, memiliki

beberapa pemukiman komunitas warga Betawi. Kelompok komunitas warga asli ini

telah terbentuk dari sejak penguasaan Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sejak

tahun 1800 terjadi pemekaran pusat pemerintahan yang menyebabkan warga asli banyak

bergeser ke selatan dan beberapa membentuk konsentrat pemukiman warga asli di

tengah perkotaan. Pemukiman komunitas warga Betawi asli di Jakarta, oleh pemerintah

Daerah Khusus Ibukota Jakarta ditetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi dan

dikembangkan ke arah pelestarian budaya Betawi. Pemukiman Betawi terbesar di

masing-masing kotamadya antara lain: Condet - Jakarta Timur, Srengseng Sawah -

Jakarta Selatan, Kemayoran - Jakarta Pusat, Marunda - Jakarta Utara dan Srengseng -

Jakarta Barat. Diharapkan dengan dipertahankannya komunitas Betawi di lingkungan

cagar budaya, pelestarian budaya bisa berjalan dengan baik.

Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang menjadi kebutuhan hampir

seluruh manusia. Prospek pariwisata ke depan pun sangat menjanjikan bahkan sangat

memberikan peluang besar, terutama apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah

Page 102: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

102

wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan World Trade

Organization (WTO) yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan 1,602 milyar orang

(tahun 2020), diantaranya masing-masing 231 juta dan 438 juta orang berada di

kawasan Asia Timur dan Pasifik. Perkiraan jumlah wisatawan internasional tersebut

akan mampu menciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020.

Sektor pariwisata juga merupakan salah satu sektor pembangunan yang

mempunyai manfaat ganda atau multiplier effect secara ekonomi bagi pemerintah

daerah melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ekonomi masyarakat

melalui perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan (Untari, 2012; Siregar,

2004). Di Indonesia sektor wisata merupakan salah satu penyumbang devisa yang

signifikan bagi Indonesia. Secara keseluruhan, sektor pariwisata menjadi penyumbang

nomor 5 pada tahun 2008, nomor 4 pada tahun 2009 dan nomor 5 pada tahun 2010. Jika

dilihat sumbangan sektor non migas, sektor pariwisata menempati urutan 2 dan 3 (Dewi,

2011:4). Sektor pariwisata mampu memberikan nilai tambah baik secara langsung

maupun tidak langsung sebesar 8,7 persen untuk Produk Domestik Bruto (PDB),

bahkan PDB kegiatan wisata dan rekreasi meningkatkan PDB sebesar 15 persen (Franz,

2001 dalam Vanhove, 2005:1). Penerapan otonomi daerah memberikan konsekuensi

logis bagi pemerintah daerah untuk mengurus rumahtangga sendiri, dan memiliki

tanggung jawab penuh dalam meningkatkan kemakmuran rakyatnya melalui kegiatan

pembangunan pariwisata.

Sebagai ibu kota, Jakarta juga merupakan pusat bisnis, politik, dan pemerintahan

dengan demikian posisioning Jakarta sebagai kota metropolitan mempunyai magnet

tersendiri untuk mengundang masyarakat dari luar Jakarta untuk berkunjung atau

bahkan tinggal di Kota Jakarta. Jakarta sebagai salah satu destinasi wisata utama di

Indonesia memiliki beragam produk wisata. Daya Tarik Jakarta sebagai salah satu

destinasi wisata utama di Indonesia dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara (wisman) ke Jakarta. Wisman yang berkunjung ke kota Jakarta terus

meningkat dalam kurun waktu empat tahun terakhir dengan rata-rata kenaikan 85.782

wisman pertahun pada bulan desember dan 149.504 wisman pada bulan Januari (Berita

Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2013).

Wisata berbasis budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata yang

menggunakan kebudayaan sebagai objeknya dimana terdapat 12 unsur didalamnya,

termasuk unsur makan dan kebiasaan makan. Makanan lebih dari sekedar makan,

makanan berkaitan dengan identitas, budaya, produksi, konsumsi dan lebih luas lagi

merupakan issu dari sebuah keberlanjutan (Hall dan Mitchell dalam Frochot, 2003:81).

Seiring dengan perubahan global, paradigma pariwisata Indonesia sudah

memperlihatkan perubahahan yang signifikan. Pada masa lalu spektrum pembangunan

pariwisata lebih diorientasikan hanya pada beberapa kawasan penting saja, sementara

dilihat dari kecenderungan perubahan pasar global yang lebih mengutamakan sumber

daya lokal sebagai destinasi pariwisata (Kardigantara dan Goeltom, 2007). Sehubungan

dengan tren wisata tersebut pengembangkan ekowisata kuliner dapat dikembangkan

sebagai salah satu produk wisata, dimana makanan dengan perspektif kelokalan menjadi

mind product dapat meningkatkan perekonomian masyarakat baik sebagai petani bahan

baku makanan, pengrajin makanan, sampai dengan mendukung program diversifikasi

pangan.

Salah satu aspek yang penting dalam pembangunan wisata adalah aspek

pemasaran. Keberhasilan pemasaran dan promosi memberikan peranan penting dalam

pengembangan sektor pariwisata (Sari, 2009; Purnama, 2008; Aprilia, 2008). Dalam

program kerja pemerintah DKI Jakarta menempatkan pemasaran dan promosi menjadi

salah satu fokus dalam program pengembangan wisata dengan menitik beratkan pada

Page 103: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

103

indikator jumlah kunjungan wisman dan wisatawan nusantara (wisnus) serta rata-rata

lama tinggal. Dengan Strategi pemasaran yang baik dan dapat memaksimalkan potensi-

potensi pengembangan ekowisata kuliner yang ada di DKI Jakarta, sektor pariwisata

diharapkan dapat memberi manfaat yang baik secara ekologis, sosial dan ekonomi bagi

masyarakat DKI pada khususnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian

ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasikan profil Setu Babakan sebagai objek wisata budaya Betawi

2. Mengidentifikasikan profil wisatawan ekowisata kuliner Betawi di Setu Babakan

sehingga dapat teridentifikasi target pasar yang potensial.

Dengan teridentifikasikan profil wisatawan ekowisata kuliner Betawi di Setu

Babakan, maka dapat memudahkan strategi pemasaran terkait wisata dan kuliner

Betawi, karena segmentasi wisatawan sudah terbentuk sehingga target pasar potensial

dapat teridentifikasi.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data

Survei Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari survei primer, yaitu melakukan studi

terhadap permasalahan yang ada dengan mengamati secara langsung kondisi eksisting

sehingga dapat diketahui kondisi yang ada pada wilayah studi. Adapun jenis data yang

diperoleh melalui survei primer pada wilayah studi yaitu pada Setu Babakan. Untuk

memperoleh data primer itu dapat dilakukan beberapa teknik pengambilan data, yaitu

sebagai berikut:

1. Observasi lapangan.

Observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2002:133). Metode pengamatan/ observasi

dilakukan dengan mengamati langsung objek studi untuk mendapatkan informasi-

informasi yang akurat mengenai kondisi eksisting obyek penelitian. Metode ini

dipergunakan untuk memperoleh data dan informasi, yaitu dengan melakukan

pengamatan secara langsung dilapangan serta menyelaraskan antara informasi yang

diperoleh dari survei sekunder dengan kondisi di lapangan.

Pelaksanan observasi dilakukan pada tempat-tempat yang menjadi lokasi-lokasi objek

wisata. Pada observasi ditunjang dengan menggunakan teknik dokumentasi dalam usaha

untuk menggambil gambar dan merekam semua aktivitas yang ada di dalam objek

ekowisata kuliner Setu Babakan.

2. Kuisioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan

daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. Responden dalam penelitian merupakan

sampel wisatawan yang berkunjung ke objek-objek ekowisata kuliner di Setu Babakan.

Berdasarkan bentuk pertanyaan atau pernyataan yang ada dalam kuisioner.

Penyebaran kuisioner ini dilakukan dengan teknik pendampingan dimana surveyor

mendampingi dan menunggu responden untuk mengisi kuisioner tersebut. Hal ini

dilakukan untuk menghindari terjadinya salah persepsi dari responden, dan apabila

terdapat pertanyaan-pertanyaan yang tidak dimengerti, maka responden dapat langsung

menanyakannya kepada surveyor.

Survei sekunder

Survei sekunder yang dilakukan merupakan studi kepustakaan dari buku-buku yang

berhubungan dengan pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian serta

Page 104: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

104

penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Mencari data melalui

instansi-instansi yang berhubungan dengan penyelengaraan kegiatan pariwisata di DKI

Jakarta. Data yang dibutuhkan misalnya jumlah wisatawan, kondisi objek wisata, dan

lain sebagainya.

Populasi dan Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga

memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi

(Hasan, 2002). Sedangkan populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang

memiliki karakteristik tertentu, lengkap, dan jelas yang akan diteliti. Penentuan sampel

dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sampel wisatawan

Pengambilan sampel wisatawan yang berkunjung pada objek ekowisata kuliner Setu

Babakan menggunakan metode teknik accidential sampling, yaitu pengambilan sampel

secara acak dimana setiap elemen dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk

menjadi sampel dengan jumlah 66 orang.

Untuk penentuan jumlah sampel wisatawan, peneliti menggunakan Sample Linear Time

Function, hal ini dikarenakan jumlah wisatawan yang berkunjung ke setiap tahunnya

tidak tetap. Sample Linear Time Function adalah penentuan jumlah sampel berdasarkan

estimasi kendala waktu (Sari, 2012:58). Besarnya jumlahnya sampel (n) yang diambil

menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

1

0

t

tTn

Keterangan :

n = Banyaknya sampel yang terpilih

T = Waktu yang tersedia untuk penelitian (20 hari x 24 jam = 480 jam/bulan)

t0 = Waktu tetap (5 jam/hari x 30 hari = 150 jam/bulan)

t1 = Waktu yang digunakan untuk sampling unit (1/6 jam/hari x 30 hari = 5

jam/bulan)

2. Sample instansi dan akademisi

Pengambilan sampel instansi dan akademis dilakukan dengan menggunakan metode

teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan tipe pemilihan sampel

secara langsung yang informasinya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian

(Indriantoro & Supomo, 2002:131).

Sampel yang diambil pada penelitian didasarkan pada subjek yang benar-benar

mengetahui tentang kondisi lapangan maupun kebijakan terkait pengembangan

ekowisata di Setu Babakan. Adapun sampel yang dipilih adalah sebagai berikut:

- Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.

- Kepala Kepala Bagian Pengembangan Potensi Pariwisata DKI Jakarta.

Metode Analisis Data Metode analisis merupakan suatu alat untuk membahas sasaran yang ingin diwujudkan

dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan berdasarkan hasil kompilasi dari data

primer dan data sekunder. Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif.

Page 105: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

105

Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian profil wisatawan akan dibagi menjadi bebarapa variabel, dan untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel

Variable Definisi Indikator

Segmentasi

Geografis

Pada segmentasi

geografis, pasar dibagi

menurut tempat. Teori

dalam strategi ini adalah

bahwa orang yang tinggal

di daerah yang sama

memiliki kebutuhan dan

keinginan yang serupa,

dan bahwa kebutuhan dan

keinginan ini berbeda dari

kebutuhan dan keinginan

orang-orang yang tinggal

di daerah-daerah lain.

1. DKI Jakarta

2. Depok

3. Bekasi

4. Bogor

5. Banten

6. Luar Kota (........)

Segmentasi

Demografis

Karakteristik demografis

yang paling sering

digunakan sebagai dasar

untuk segmentasi pasar.

1. Usia,

2. Gender (jenis kelamin),

3. Status perkawinan,

4. Pendapatan

5. Pendidikan

6. Pekerjaan

Segmentasi

Psikologis

Karakteristik psikologis

merujuk ke sifat-sifat diri

atau hakiki konsumen

perorangan. Strategi

segmentasi konsumen

sering didasarkan pada

berbagai variabel

psikologis khusus

Motivasi

1. Berwisata bersama keluarga

2. Berwisata bersama teman

3. Berwisata sendiri

Pengetahuan

1. Tahu dan pernah mencoba

kuliner Betawi

2. Hanya tau kuliner Betawi

3. Tidak tau kuliner Betawi

sebelumnya

Segmentasi Sosial

Budaya

Berbagai variabel

sosiologis (kelompok) dan

antropologis (budaya)

yaitu variabel sosial

budaya menjadi dasar-

dasar lebih lanjut bagi

segmentasi pasar

Suku wisatawan

1. Betawi asli

2. Betawi keturunan

3. Non Betawi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Profil Setu Babakan

Page 106: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

106

Setu Babakan atau Danau Babakan terletak di Srengseng Sawah, kecamatan

Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, Indonesia dekat Depok yang berfungsi sebagai

pusat Perkampungan Budaya Betawi, suatu area yang diperuntukkan untuk pelestarian

warisan budaya Jakarta, yaitu budaya asli Betawi.

Situ Babakan merupakan danau buatan dengan area 30 hektare (79 akre) dengan

kedalaman 1-5 meter dimana airnya berasal dari Sungai Ciliwung dan saat ini

digunakan sebagai tempat wisata alternatif, bagi warga dan para pengunjung. Taman

disekitarnya ditanami dengan beragam pohon buah-buahan yaitu Mangga, Palem,

Melinjo, Rambutan, Jambu, Pandan, Kecapi, Jamblang, Krendang, Guni, Nangka

Cimpedak, Nam-nam, dan Jengkol (www.wikipedia.org).

Banyak kuliner khas Betawi terdapat disini, antara lain Kerak Telor, Toge

Goreng, Arum Manis, Rujak Bebek, Soto Betawi, Es Potong, Es Duren, Bir Pletok, Nasi

Uduk, Nasi Ulam, dan lain-lain. Wisata budaya yang disajikan antara lain rumah-rumah

khas Betawi yang dibagi menjadi 3 macam, pertama rumah Betawi gudang atau

kandang, kedua rumah Betawi Kebaya atau Bapang, dan yang ketiga adalah rumah

Joglo, hampir serupa dengan rumah khas Yogyakarta. Keseniannya berupa Lenong, Tari

Topeng, Tanjidor, Marawis, Gambang Kromong, Tari Lenggang Nyai, dan Tari

Narojeng. Upacara Adat yang ada di perkampungan Betawi Setu Babakan adalah

Penganten Sunat, Pindah Rumah, Khatam Qur'an, dan Nujuh Bulan.

Mayoritas penduduk di Setu Babakan adalah Betawi, dengan program dari

pemda DKI untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang ada untuk mengakomodasi

kebutuhan ruang terbuka hijau, serta area untuk resapan air, Setu Babakan berbenah diri

dengan dukungan penuh dari pemda DKI. Fungsi dari Setu ini bukan hanya untuk

tempat melestarikan kebudayaan betawi yang makin tergerus oleh zaman, tapi

digunakan juga sebagai tempat alternatif rekreasi yang berlokasi di selatan Jakarta.

selain fungsi utamanya sebagai penampung air resapan untuk selatan Jakarta.

Perkampungan Budaya Betawi adalah satu kawasan di Jakarta Selatan dengan

Komunitas yang ditumbuhkan kembangkan budaya yang meliputi seluruh hasil gagasan

dan karya baik fisik maupun non fisik yaitu: Kesenian, Adat istiadat, Foklor, Kesastraan

dan Kebahasaan, Kesejahteraan serta bangunan yang bercirikan kebetawian

(www.lembagakebudayaanbetawi.com). Tujuan Perkampungan Budaya Betawi adalah

membina dan melindungi secara sungguh-sungguh dan terus menerus tata kehidupan

serta nilai-nilai Budaya Betawi, menciptakan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai

Budaya Betawi sesuai dengan akar budayanya, menata dan memanfaatkan potensi

lingkungan fisik, baik alami maupun buatan yang bernuansa Betawi, mengendalikan

pemanfaatan lingkungan fisik dan non fisik sehingga saling bersinergi untuk

mempertahankan ciri khas Betawi.

Fungsi Perkampungan Budaya Betawi adalah sebagai sarana pemukiman, saran

ibadah, sarana informasi, sarana seni budaya, sarana penelitian, sarana pelestarian dan

pengembangan, serta saran pariwisata. Kawasan Perkampungan Budaya Betawi terletak

di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kota Administrasi Jakarta Selatan

dengan luas ±289 Ha. Dengan batas fisik ; sebelah utara Jl. Mochamad Kahfi II sampai

dengan Jl. Desa Putra (Jl. H. Pangkat), sebelah timur Jl. Desa Putra (H. Pangkat) Jl.

Pratama (Wika, Mangga Bolong Timur) Jl. Lapangan Merah, sebelah selatan batas

wilayah Provinsi DKI Jakarta dengan Kota Depok, sebelah barat Jl. Mohammad Kahfi

II

Sebagai kawasan wisata budaya, wisata agro dan wisata air, Perkampungan

Budaya Betawi, memiliki potensi lingkungan alam yang asri dan sangat menarik, yang

sulit ditemukan ditengah hiruk pikuknya kota Jakarta. Dua buah setu alam yakni: Setu

Babakan dan Setu Mangga Bolong yang dikelilingi hijau dan rindangnya pohon-pohon

Page 107: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

107

buah khas Betawi (kecapi, belimbing, rambutan, sawo, melinjo, pepaya, pisang, jambu,

nangka, namnam) yang tumbuh sehat membumi dihalaman depan samping dan diantara

rumah-rumah penduduk Betawi menjadikan Perkampungan Budaya Betawi sebagai

obyek wisata yang paling lengkap dan menarik, serta menjadi pilihan utama bagi para

wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Profil Wisatawan Ekowisata Kuliner Di Setu Babakan

Berdasarkan kuestioner yang disebarkan kepada responden yang sejumlah 66 orang,

didapatkan hasil sebagaimana dijelaskan pada tabel-tabel berikut, dipisahkan menurut

aspek-aspek yang menjadi fokus dalam penelitian yaitu suku, geografis, demografis dan

psikologis wisatawan ekowisata kuliner di Setu Babakan.

Tabel 2. Suku asal wisatawan

Sub total

Suku Betawi Non Betawi

20 46

Pesentae 30% 70%

Sumber: Hasil diolah (2014)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pengunjung ekowisata kuliner

di Setu Babakan adalah masyarakat non Betawi dengan jumlah 46 orang, lebih besar

dibanding masyarakat Betawi yang sebanyak 20 orang.

Secara georgafis, wisatawan akan diklaifikasikan menjadi tujuh klompok yaitu, DKI

Jakarta, Depok, Bekasi, Bogor, Banten, Kota lain di Indonesia dan Wisatawan asing.

Hasil dari penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Geografis wisatawan

No. Indikator Jumlah Persentase

1 DKI Jakarta 23 34,8%

2 Depok 21 31,8%

3 Bekasi 10 15,2%

4 Bogor 5 7,58%

5 Banten 2 3,03%

6 Kota Lain di Indonesia 5 7,58%

Wisatawan asing 0 0

Sumber: Hasil diolah (2014)

Sebagaimana dapat dilihat pada tabel di atas, wisatawan didominasi oleh wisatawan

berasal dari DKI Jakarta sebanyak 34,8% dan Depok 31,8%. Hal ini dikarenakan posisi

atau letak Setu Babakan yang memang terletak di Jakarta Selatan dan tidak jauh dari

Depok. Sedangkan wisatawan berasal dari Bogor juga cukup banyak yaitu 15,2%.

Sedangkan wisatawan yang berasal dari kota lain di Jakarta sangat sedikit yaitu hanya

3,03%, hal ini dikarenakan Setu Babakan sebagai pusat budaya Betawi dan

menyediakan keanekaragaman kuliner Betawi masih kurang dikenal secara luas, atau

dapat dikatakan Setu Babakan bukan menjadi tapak unggulan di DKI Jakarta.

Aspek demografi wisatawan, peneliti membagi dalam beberapa bagian yaitu usia,

gender, status perkawinan, pendapatan, pendidikan dan pekerjaan. Hasil dari

pengolahan data penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 108: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

108

Tabel 4. Demografi wisatawan

Demografi

Usia

Gende

r

\

Status

Perkawin

an

Pendapatan

per bulan

Pendidika

n

Pekerjaan <

11

12 -

25

26 -

45

46 -

65

> 6

5

P

L

Men

ikah

Tid

ak M

enik

ah

< 2

juta

2 j

t -

5 j

t

5 j

t -

10 j

t

> 1

0 j

t

SM

A

Dip

lom

a -

S1

S2 -

S3

Pel

ajar

/ M

ahas

isw

a

Kar

yaw

an

Wir

asw

asta

PN

S/

AB

RI

Lai

nnya

8

4

6

0

7

9

1

5

6

7

9

1

4

0

Sumber: Hasil diolah (2014)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa mayoritas wisatawan ekowisata kuliner di Setu

Babakan berusia 12 – 25 tahun. Sedangkan menurut jenis kelamin mayoritas adalah

perempuan. Menurut status perkawinan mayoritas tidak menikah atau belum menikah,

dengan pendapatan lebih kecil dari dua juta dan antara dua juta sampai lima juta,

pendidikan terakhir adalah SMA dan status pekerjaannya saat ini mayoritas adalah

karyawan dan kemudian pelajar atau mahasiswa.

Untuk aspek psikologis, peneliti membagi dalam dua klasifikasi yaitu motivasi dan

pengetahuan. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Psikologis wisatawan

Aspek Indikator Jumlah Persentase

Motivasi Unsur kenangan 15 22,27%

Unsur eksplorasi 12 18,18%

Unsur ekonomi 39 59,09%

Pengetahuan Tahu dan pernah mencoba kuliner Betawi 61 92.42%

Hanya tau kuliner Betawi 5 7,58%

Tidak tahu 0 0

Sumber: Hasil diolah (2014)

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa mayoritas wisatawan membeli atau

mengkonsumsi kuliner Betawi karena pertimbangan ekonomis. Hal itu terlihat dengan

jumlah responden yang memilih unsur ekonomis sebanyak 92,42%, jauh lebih tinggi

dibanding unsur kenangan dan unsur eksplorasi. Sedangkan pengetahuan wisatawan

terhadap kuliner Betawi mayoritas wisatawan sudah cukup familier dengan kuliner

Betawi.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa target potensial pasar dari ekowisata kuliner

yang ada di Setu Babakan adalah wisatawan remaja sampai remaja akhir dan dewasa

yaitu usia 12 – 45 tahun, dimana mayoritas dari mereka berstatus ekonomi menengah,

Page 109: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

109

status pendidikan juga menengah bahkan banyak diantara mereka yang masih berstatus

sebagai pelajar ataupun mahasiswa.

Hanya saja dari hasil penelitian terlihat bahwa promosi Setu Babakan sebagai salah satu

tapak wisata di DKI Jakarta yang mencerminkan budaya Betawi masih dirasa sangat

kurang sehingga masyarakat di luar Jakarta khususnya Jakarta Selatan, Depok dan

Bogor dapat mengetahui keberadaan Setu Babakan tersebut, dengan demikian

diharapkan Setu Babakan akan lebih dikenal dan dapat meningkatkan jumlah

pengunjung di Setu Babakan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Allan, Derek. 2009. Art and the Human Adventure. Rodopi B.V. Amsterdam - New

York, NY.

Avenzora, Ricky. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktek. BRR NAD dan Nias. Banda

Aceh.

Barkun, Scott. 2005. The Art of Project Management. O‘Reilly Media Inc. USA.

Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.15/03/31/Th.XV, 1 Maret 2013.

Dewi, Ike Juwita. 2011. Implementasi dan Implikasi Kelembagaan Pemasaana

Pariwisata yang Bertanggungjawab (Responsible Tourism Marketing),

Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.

Dittmer, Paul R dan Keefe, J. Desmond, 2009. Principles Of Food, Beverage And Labor

Cost Control, Ninth Edition, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.

Frochot, Isabelle, 2003. An Analysis of Regional Positioning and Its Associated Food

Images in French Tourism Regional Brochures, Journal of Travel & Tourism

Marketing, Volume 14.

Frewer, Lynn dan Trijp, Hans van, 2007. Understanding Consumers of Food Product.

Woodhead Publishing Limited. Abington Hall, Cambridge.

Fintay, Robert. 2010. The Pilgrim Art: Cultures of Porcelain in World History.

University of California Press, ltd, London, England.

Gunn, Clare A. 1994. Tourism Planning, Basic, Concepts, Case. Third Edition. Taylor

& Francis, Washington.

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metode Penelitian Bisnis: Untuk

Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Janianton, Damanik dan Helmut, F Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke

Aplikasi, Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) UGM dan Penerbit ANDI

Yogyakarta.

Page 110: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

110

Kardigantara, Suseno dan Goeltom, Andar Danova. 2007. Pengembangan Potensi

Wisata Kuliner di Kota Bandung. Warta Pariwisata, ISSN 1410-7112, Maret 2007

Vol. 9 No. 1

Kartajaya, Hermawan. 2010. Hermawan Kartajaya on Marketing, Jakarta, Mark Plus &

Co, PT Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. 1996. Tourism and Heritage Management, Proceeding of the

International Conference on Tourism and Heritage Management (ICCT 1996),

Yokjakarta, Indonesia.

_____________. 1985. Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Djambatan, Jakarta.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jakarta: PT Perihallindo.

Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2006. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi Ketujuh.

Jakarta: Salemba Empat Prentice-Hall.

McKercher, Bob and Cros, Hilary du. 2002. Cultural Tourism: the Partnership between

Tourism andCulture Heritage Management. The Haworth Hospitality Press,

NewYork.

Nugroho, Iwa. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka

Pelajar.Yogyakarta.

Purnamasari, Ika Kusuma. 2008. Industri Kreatif Salah Satu Aspek Pendukung

Kepariwisataan Nasional. Jurnal Kepariwisataan Indonesia, ISSN; 1907-9419,

Vol.3 No.3

Rais, Sri Astuti. 2004. Eksplorasi Plasma Nutfah Tanaman Pangan di Provinsi

Kalimantan Barat. Buletin Plasma Nutfah Vol.10 No.1 Th.2004

Siregar, Muhammad Arifin. 2004, Pengembangan Pariwisata Dalam Kontribusinya

Untuk Penanggulangan Kemiskinan. Warta Pariwisata, ISSN; 1410-7112, Vol. 7,

No.4.

Sumaryati, Enny. 2013. Wisata Kuliner Makanan Tradisional Sebagai Penunjang Desa

Ekowisata, Buku Panduan Seminar Nasional Ekowisata, Universitas Widyagama

Malang, 12 Nopember 2013.

Saleh, Ismail. 2012. Thesis, Sustainable Culinary Tourism in Puncak Bogor. IPB,

Bogor.

Sabudi, I Nyoman, Sukana. 2011. Klasifikasi Makanan Tradisional Bali di Perhotelan,

Jurnal Kepariwisataan Indonesia, ISSN: 1412-5498, Vol.10. No.2

Sexton, Don. 2006. Marketing 101. PT Bhuana Ilmu. Jakarta.

Page 111: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

111

Tonfoni, Graziella dan Jain, Lakhmi, 2003. The Art and Science of Documentation

Management. Paperback, UK.

Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian. Salemba, Jakarta.

Untari. Dhian Tyas, 2012. ―Peningkatan Sektor Pertanian Melalui Kegiatan Wisata‖.

Prosiding Lokakarya dan Seminar Nasional FKPTPI, Bogor.

Wahab, Salah. 1989. Manajemen Kepariwisataan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Waller, Kaith. 1996. Improving Food and Beverage Performance. Butterworth-

Heinemann. Jordan Hill, Oxford.

Vanhove, Norbert. 2005. The Economics of Tourism Destinations. Elsevier

Butterworth-Heinemann, Oxford.

Page 112: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

112

PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, BIAYA YANG DIKELUARKAN

UNTUK TENAGA KERJA TERHADAP NILAI OUTPUT PADA INDUSTRI

MIKRO DAN INDUSTRI KECIL (STUDY CASE; SUBSEKTOR INDUSTRI

FURNITURE)

Siti Marti’ah 1

Budi Satria 2

1Teknik Informatika UNINDRA, Jakarta

2Teknik Industri UNINDRA, Jakarta

Jl Nangka no 58Tanjung Barat, Jagakarsa- Jakarta Selatan

Email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Industri Furnitur adalah industri yang mengolah bahan baku atau bahan setengah

jadi dari kayu, rotan, dan bahan baku alami lainnya menjadi produk barang jadi furnitur

yang mempunyai nilai tambah dan manfaat yang lebih tinggi. Industri furnitur di

Indonesia tersebar hampir di seluruh propinsi, dengan sentra-sentra yang cukup besar

terletak di Jepara, Cirebon, Sukoharjo, Surakarta, Klaten, Pasuruan, Gresik, Sidoarjo,

Jabodetabek, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan metode

asosiatif dengan hubungan kausal, karena tujuan penelitian ini adalah untuk

menjelaskan hubungan sebab akibat dalam bentuk pengaruh antar variabel melalui

pengujian hipotesis. Uji yg digunakan Uji Normalitas. Dari hasil output SPSS pada

kolom Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa nilai signifikasi untuk setiap

variable lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variable

berdistribusi normal.Uji Multikolonearitas. Dari hasil analisis dapat diketahui nilai

variance inflation factor (VIF) kedua variable jumlah tenaga kerja dan biaya adalah

1,116 dan lebih kecil dari 5, sehingga bisa diduga bahwa antar variable independen

tidak terjadi multikolinear.Uji Heterokedastisitas. Karena nilai T hitung untuk variable

jumlah tenaga kerja 0,244 dan variable biaya tenaga kerja 1.199 dengan signifikasi 0,05

dua sisi t table 2.776, maka untuk kedua variable berlaku –T table < T hitung < T table.

Dengan demikian tidak ada gejala heterokedastisitas. Persamaan regresi yang dihasilkan

sebagai berikut, Y = 11,518 + 0,028 Jumlah tenaga kerja + 1,578 Biaya tenaga kerja

Kata kunci : Tenaga Kerja, Industri Furniture, UMKM

PENDAHULUAN

Industri Furnitur adalah industri yang mengolah bahan baku atau bahan setengah

jadi dari kayu, rotan, dan bahan baku alami lainnya menjadi produk barang jadi furnitur

yang mempunyai nilai tambah dan manfaat yang lebih tinggi. Industri furnitur di

Indonesia tersebar hampir di seluruh propinsi, dengan sentra-sentra yang cukup besar

terletak di Jepara, Cirebon, Sukoharjo, Surakarta, Klaten, Pasuruan, Gresik, Sidoarjo,

Jabodetabek, dan lain-lain.

Industri pengolahan kayu dibagi menjadi dua kelompok antara lain kelompok

industri pengolahan kayu hulu dan kelompok industri pengolahan kayu hilir. Kelompok

industri pengolahan kayu hulu merupakan industri pengolahan kayu primer yaitu

Page 113: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

113

industri yang mengolah kayu bulat/log menjadi berbagai sortimen kayu. Kelompok

industri pengolahan kayu hilir merupakan industri yang menghasilkan produk-produk

kayu diantaranya dowel, moulding, pintu, jendela, wood-flooring, dan sejenisnya

(Kementrian Perindustrian, 2011).

Mengenai kinerja industri permebelan, tahun 2012 ekspor mebel Indonesia

sudah menyentuh angka US$1,8 miliar dan tahun 2013 targetnya bisa US$2 miliar, di

tambah ekspor kerajinan US$700 juta. Di awal tahun 2013, tepatnya per Januari 2013,

ekspor sudah naik tipis hanya 4% dengan realisasi US$164 juta. Meskipun nilai ekspor

naik, tapi produksi mebel di dalam negeri merosot hingga 10%. Pemicunya, ada

pergeseran karakter buyer yang cenderung memilih produk segmen menengah ke atas.

Jadi merosotnya produksi mebel banyak disumbang dari perajin mebel yang kecil-kecil.

Dengan adanya krisis, buyer ini juga terseleksi, khususnya buyer-buyer kecil (Inspirasi

Bangsa, 16 Agustus 2013).

Besarnya peluang pengembangan pasar furnitur memberikan peluang yang

cukup potensial bagi sektor usaha mikro dan usaha kecil di Indonesia, mengingat saat

ini usaha mikro dan usaha kecil merupakan sektor usaha yang cukup memberikan

kontribusi cukup besar bagi pembangunan Indonesia secara global. UMKM memiliki peran

dan kontribusi dalam ekspor nonmigas dan memiliki prospek yang cukup baik dan memiliki potensi

besar untuk dikembangkan. Tercatat terjadi peningkatan jumlah UMKM setiap tahunnya. Kelebihan

lain UMKM di Indonesia terletak pada produksinya karena sebagian besar tidak menggunakan bahan

baku dari luar/impor sehingga tidak terpengaruh kenaikan harga bahan baku impor, sehingga dapat

menjaga kelangsungan usahanya (Sidabutar, 2014).

Secara umum perkembangan UMKM yang meningkat dari segi kuantitas

tersebut belum diimbangi oleh meratanya peningkatan kualitas UMKM. Permasalahan

klasik yang dihadapi yaitu rendahnya produktivitas. Keadaan ini disebabkan oleh

masalah internal yang dihadapi UMKM yaitu: rendahnya kualitas SDM UMKM dalam

manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran, lemahnya kewirausahaan

dari para pelaku UMKM, dan terbatasnya akses UMKM terhadap permodalan,

informasi, teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya. Sedangkan masalah

eksternal yang dihadapi oleh UMKM diantaranya adalah besarnya biaya transaksi akibat

iklim usaha yang kurang mendukung dan kelangkaan bahan baku (Suyahya, 2014).

Berdasarkan permasalahan terkait pengembangan UMKM, maka penelitian

menfokuskan penelitian pada pengaruh kuantitas jumlah tenaga kerja dan biaya yang

dikeluarkan untuk tenaga kerja terhadap nilai output pada industri mikro dan industri

kecil (study case: subsektor industri furnitur).

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk

mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah

bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk

jasa. Industri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejateraan penduduk.

Selain itu industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu

sumberdaya manusia dan kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara

optimal. UU Perindustrian No 5 Tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi yang

mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi

menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan

rancangan bangun dan perekayasaan industri. Dari sudut pandang geografi, Industri

Page 114: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

114

sebagai suatu sistem, merupakan perpaduan sub sistem fisis dan sub sistem manusia

(Sumaatmaja, 1981).

Faktor Pokok Dalam Industri

Berikut ini adalah faktor-faktor pokok yang menyebabkan suatu industri atau

perindustrian dapat berkembang dengan baik apabila dimiliki, antara lain adalah :

1. Modal digunakan untuk membangun aset, pembelian bahan baku, rekrutmen

tenaga kerja, dan lain sebagainya untuk menjalankan kegiatan industri. Modal

bisa berasal dari dalam suatu negara serta dari luar negeri yang disebut juga

sebagai penanaman modal asing (PMA).

2. Tenaga Kerja dengan jumlah dan standar kualitas yang sesuai dengan kebutuhan

suatu perindustrian tentu akan membuat industri tersebut menjadi lancar dan

mempu berkembang di masa depan. Jika suatu negara kelebihan tenaga kerja,

maka salah satu solusi yang baik adalah mengirim tenaga kerja ke luar negeri

menjadi tenaga kerja asing. Contohnya Indonesia dengan tenaga kerja Indonesia

(TKI) dan tenaga kerja wanita (TKW). Jika suatu negara kekurangan tenaga

kerja maka salah satu jalan keluarnya adalah mendatangkan tenaga kerja asing

dari luar negaranya.

3. Bahan Mentah dan Bahan Baku adalah salah satu unsur penting yang sangat

mempengaruhi kegiatan produksi suatu industri. Tanpa bahan baku yang cukup

maka proses produsi dapat terhambat dan bahkan terhenti. Untuk itu pasokan

bahan mentah yang cukup baik dari dalam maupun luar negeri atau impor dapat

melancarkan dam mempercepat perkembangan suatu industri

4. Sarana transportasi sangat vitas dibutuhkan suatu industri baik untuk

mengangkut bahan mentah ke lokasi industri, mengangkut dan mengantarkan

tenaga kerja, pengangkutan barang jadi hasil output industri ke agen penyalur

atau distributor atau ke tahap produksi selanjutnya, dan lain sebagainya.

Terbayang bila transportasi untuk kegiatan tadi terputus.

5. Sumber Energi atau Tenaga Industri yang modern memerlukan sumber energi

atau tenaga untuk dapat menjalankan berbagai mesin-mesin produksi,

menyalakan perangkat penunjang kegiatan bekerja, menjalankan kendaraan-

kendaraan industri dan lain sebagainya. Sumber energi dapat berwujud dalam

berbagai bentuk seperti bahan bakar minyak atau BBM, batubara, gas bumi,

listrik, baterai, dan lain sebagainya.

6. Marketing atau Pemasaran produk hasil keluaran produksi haruslah dikelola oleh

orang-orang yang tepat agar hasil produksi dapat terjual untuk mendapatkan

keuntungan atau profit yang diharapkan sebagai pemasukan untuk pembiayaan

kegiatan produksi berikutnya, memperluas pangsa pasar memberikan dividen

kepada pemegang saham, membayar pegawai, karyawawan dan buruh, dan lain-

lain.

Pengertian UMKM

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Page 115: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

115

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang ini. Dan kriteria asset omzet usaha mikro Max 50 Jt Max 300 jt, usaha kecil >

50 jt - 500 jt > 300 jt - 2,5 M dan usaha menengah > 500 jt - 10 M > 2,5 M - 50 M

Modal Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi

Modal manusia dalam terminologi ekonomi sering digunakan untuk bidang

pendidikan, kesehatan dan berbagai kapasitas manusia lainnya yang ketika bertambah

dapat meningkatkan produktivitas. Pendidikan memainkan peran kunci dalam hal

kemampuan suatu perekonomian untuk mengadopsi teknologi modern dan dalam

membengun kapasitasnya bagi pembangunan dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Kesuksesan dalam pendidikan bergantung juga pada kecukupan kesehatan. Disamping

itu kesehatan merupakan prasayarat bagi peningkatan produktivitas. Dengan demikian

kesehatan dan pendidikan dapat juga dilihat sebagai komponen vital dalam

pertumbuhan dan pembangunan sebagai input bagi fungsi produksi agregat (Todaro,

2002).

Menurut Mill pembangunan ekonomi sangat tergantung pada dua jenis

perbaikan, yaitu perbaikan dalam tingkat pengetahuan masyarakat dan perbaikan yang

berupa usaha-usaha untuk menghapus penghambat pembangunan seperti adat istiadat,

kepercayaan dan berpikir tradisional. Perbaikan dalam pendidikan, kemajuan dalam

ilmu pengetahuan, perluasan spesialisasi dan perbaikan dalam organisasi produksi

merupakan faktor yang penting yang akan memperbaiki mutu dan efisiensi faktor-faktor

produksi dan akhirnya menciptakan pembangunan ekonomi. Menurut Mill, faktor

pendidikan melaksanakan dua fungsi yaitu: mempertinggi pengetahuan teknik

masyarakat dan mempertinggi ilmu, pengetahuan umum. Pendidikan dapat menciptakan

pandangan-pandangan dan kebiasaan modern dan besar perannya untuk menentukan

kemajuan ekonomi masyarakat.

Menurut Mankiw (2003) modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan

yang diperoleh oleh para pekerja melalui pendidikan mulai dari program untuk anak-

anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan (on the job training) untuk para pekerja

dewasa. Seperti halnya dengan modal fisik, modal manusia meningkatkan kemampuan

untuk memproduksi barang dan jasa. Untuk meningkatkan level modal manusia

dibutuhkan investasi dalam bentuk guru, perpustakaan dan waktu belajar.

Angkatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2000) pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan Angkatan

Kerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu

pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah

tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran

pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan

apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar- benar akan memberikan

dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya.

Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan

penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam

menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut.

Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan

tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

Page 116: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

116

Menurut BPS penduduk berumur 10 tahun ke atas terbagi sebagai Angkatan

Kerja (AK) dan bukan AK. Angkatan Kerja dikatakan bekerja bila mereka melakukan

pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau

keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 (satu) jam secara kontinu selama

seminggu yang lalu. Sedangkan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari

pekerjaan disebut menganggur (Budi Santosa, 2001). Jumlah angkatan kerja yang

bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia. Semakin

bertambah besar lapangan kerja yang tersedia maka akan menyebabkan semakin

meningkatkan total produksi di suatu daerah.

METODOLOGI

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan metode asosiatif dengan

hubungan kausal, karena tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan

sebab akibat dalam bentuk pengaruh antar variabel melalui pengujian hipotesis.

Menurut Sugiono (2004:1) penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka dapat

dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan

mengontrol suatu gejala.

Jenis dan Sumber Data

Peneliti menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder

merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik pihak

pengumpul data primer maupun oleh pihak lain (Umar, 2001: 69). Data yang diperoleh

adalah data time series yaitu data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dari

beberapa interval waktu tertentu misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, dan

tahunan.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mendownload melalui

situs www.BPS.go.id. Dengan menggunakan data time series tahun 2009. 2010, 2011.

2012 dan 2013 terkait, jumlah tenaga kerja subsektor industri furnitur baik sektor usaha

mikro maupun usaha kecil.

Metode Analisis Data

Pengujian Asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

statistik dengan menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data dilakukan

dengan bantuan SPSS versi 17.

Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian

hipotesis yaitu UjiNormalitas, Uji Multikolonearitas, Uji Heterokedastisitas, dan Uji

Autokorelasi

Metode Regresi linier Berganda

Regresi linear berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linear antar

beberapa Variabel bebas yang biasa disebut X1, X2, X3, dan seterusnya dengan variabel

terikat yang disebut Y (Situmorang, 2008:109). Model persamaannya

adalah sebagai berikut:

Y = α + β1X1+ β2X2+ e

Keterangan:

Y = Nilai Output Industri Furniture

a = Konstanta

X1 = Jumlah Tenaga Kerja

Page 117: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

117

X2 = Besaran Biaya untuk membayar tenaga kerja

β1,β2,β3 = Koefisien Regresi

e = Error (pengganggu)

Uji Signifikan Simultan(Uji-F)

Menurut Ghozali (2005:84). Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah

semua variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen.

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Uji F

digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Bentuk pengujiannya adalah Ho: bi = b2 = ......= bk = 0, artinya semua variabel

independen bukan merupakan penjelas yang signifikan atau tidak memiliki pengaruh

terhadap variabel dependen dan Ha: b1 ≠ b2 ≠.......≠ b3= 0, artinya semua variabel

independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen atau

dengan kata lain semua variabel independen tersebut memiliki pengaruh terhadap

variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung

dengan ketentuan

Jika signifikansi< 0,05 maka Ha diterima dan Jika signifikansi >0,05 maka Ha

ditolak Serta membandingkan nilai F hasil perhitingan dengan F menurut tabel. Bila

nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ha diterima dan sebaliknya.

Uji t (uji secara parsial)

Uji secara parsial adalah untuk menguji apakah setiap variabel bebas atau

independen memiliki pengaruh atau tidak terhadap variabel dependen. Bentuk

pengujiannya adalah Ho: bi = 0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan

penjelas yang signifikan atau tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen dan

Ha: bi ≠ 0, artinya suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen tersebut memiliki

pengaruh terhadap variabel dependen.

Cara melakukan uji t adalah dengan membandingkan signifikansi t hitung

dengan ketentuan . Jika signifikansi < 0,05 maka Ha diterima dan Jika signifikansi

>0,05 maka Ha ditolak serta dengan membandingkan nilai statistic t dengan t tabel,

apabila nilai statistik t > t tabel maka Ha diterima sedangkan nilai statistic t < t tabel

maka Ha ditolak

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Tenaga Kerja Sub Sektor Furniture

Dari hasil penelitian, didapatkan data jumlah tenaga kerja keseluruhan pada

industri besar dan sedang dapat dilihat dari table berikut:

Table 1. Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar Dan Sedang Menurut Sub Sektor,

2008-2013

Subsektor 2008 2009 2010 2011 2012 2013*

10 Makanan 685507 676773 675797 742195 884602 832411

11 Minuman 36 618 37 777 38 914 43 267 46 691 45 013

12 Pengolahan Tembakau 346

766

336

178

329

877

304

243

324

614

278

953

13 Tekstil 470 450 482 477 482 427

Page 118: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

118

857 956 963 387 349 083

14 Pakaian Jadi 503

619

510

112

528

579

561

908

600

109

473

594

15 Kulit, Barang dari Kulit dan

Alas Kaki

231

423

227

204

234

173

247

426

256

500

220

723

16

Kayu, Gabus (Tidak

Termasuk Furnitur) dan

Anyaman dari Bambu, Rotan

dsj

250

986

224

837

221

226

212

313

225

456

221

132

17 Kertas dan Barang dari

Kertas

125

011

121

500

126

438

131

250

129

359

108

794

18 Pencetakan dan Reproduksi

Media Rekaman 43 187 41 663 42 658 46 006 52 147 48 268

19 Produk dari Batu Bara dan

Pengilangan Minyak Bumi 6 414 6 140 6 218 5 844 6 574 6 657

20 Bahan Kimia dan Barang

dari Bahan Kimia

151

100

159

122

152

352

162

031

185

066

182

115

21 Farmasi, Produk Obat Kimia

dan Obat Tradisional 60 000 63 562 63 415 67 632 63 529 54 226

22 Karet, Barang dari Karet dan

Plastik

342

721

329

993

357

274

356

334

353

624

357

544

23 Barang Galian Bukan Logam 172

882

168

943

168

868

174

811

193

136

179

479

24 Logam Dasar 64 422 62 272 68 623 64 678 60 430 56 582

25 Barang Logam, Bukan Mesin

dan Peralatannya

172

329

141

703

155

473

154

779

161

861

156

953

26 Komputer, Barang

Elektronik dan Optik

166

559

156

157

164

273

164

247

158

706

120

771

27 Peralatan Listrik 96 518 100

442 99 988

108

512

115

488 95 779

28 Mesin dan Perlengkapan ytdl 38 333 37 738 39 471 48 621 56 905 61 188

29 Kendaraan Bermotor, Trailer

dan Semi Trailer 80 652 83 885 95 629

111

384

118

643 80 949

30 Alat Angkutan Lainnya 70 847 73 035 78 649 85 109 85 349 62 201

31 Furnitur 170

646

166

398

199

925

191

356

190

127

174

103

32 Pengolahan Lainnya 130

286

138

369

151

408

149

149

160

019

132

278

33

Jasa Reparasi dan

Pemasangan Mesin dan

Peralatan

20 390 10 826 18 954 18 887 17 555 6 112

Bukan Kelompok Industri

Manufaktur lagi di KBLI

2009

19859 19589 - - -

Jumlah 4 457

932

4 345

174

4 501

145

4 629

369

4 928

839

4 382

908

Sumber : Bps.go.id (2014)

Page 119: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

119

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa jumlah tenaga kerja sub sektor furniture tidak

terlalu banyak jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan. Kontribusi tenaga kerja

sub sektor furniture dapar dilihat dari bagan berikut,

Bagan 1. Perbandingan jumlah tenaga kerja sub sektor furniture dengan keseluruhan

tenaga kerja

Dari bagan diatas terlihat bahwa kontribusi serapan tenaga kerja sub sektor furnitur rata

– rata pertahun hanya 0,04%.

Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Tenaga Kerja

Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pada setiap sub sektor industri

berbeda- beda, dari hasil temuan data dalam penelitian didapatkan hasil sebagai berikut,

Table 2. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pada sub sektor industri (Milyar

Rp)

Subsektor 2008 2009 2010 2011 2012 2013*

10 Makanan 10

486

11

457

11

952

24

284

24

167

25

371

11 Minuman 700 663 970 1

242

1

279

1

559

12 Pengolahan Tembakau 3

369

3

908

2

211

3

948

6

961

3

752

13 Tekstil 5

940

6

429

8

936

11

195

10

179

10

925

14 Pakaian Jadi 6

847

6

985

6

807

11

634

12

122

11

316

15 Kulit, Barang dari

Kulit dan Alas Kaki

3

552

3

590

4

402

10

628

6

737

8

650

16

Kayu, Gabus (Tidak

Termasuk Furnitur)

dan Anyaman dari

Bambu, Ro

3

751

3

388

3

192

4

668

5

246

4

875

17 Kertas dan Barang dari

Kertas

2

783

3

459

3

506

5

019

4

369

5

482

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

1 2 3 4 5 6

Series1

Series2

Series3

Page 120: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

120

18

Pencetakan dan

Reproduksi Media

Rekaman

1

112

1

130 956

1

277

1

440

3

403

19

Produk dari Batu Bara

dan Pengilangan

Minyak Bumi

124 132 142 185 168 259

20

Bahan Kimia dan

Barang dari Bahan

Kimia

5

946

6

115

7

106

6

285

9

357

12

552

21

Farmasi, Produk Obat

Kimia dan Obat

Tradisional

2

674

1

868

1

826

3

272

3

528

6

635

22 Karet, Barang dari

Karet dan Plastik

5

688

5

761

6

954

12

239

13

396

37

356

23 Barang Galian Bukan

Logam

3

913

4

466

5

732

6

100

8

367

6

132

24 Logam Dasar 3

908

4

493

4

038

3

519

4

006

7

868

25

Barang Logam, Bukan

Mesin dan

Peralatannya

4

036

3

749

3

778

5

877

5

245

8

076

26 Komputer, Barang

Elektronik dan Optik

4

363

3

261

3

387

5

307

4

661

6

912

27 Peralatan Listrik 2

347

2

369

2

823

5

176

9

376

6

785

28 Mesin dan

Perlengkapan ytdl

1

055

1

109

1

025

2

064

1

997

2

596

29

Kendaraan Bermotor,

Trailer dan Semi

Trailer

3

497

2

388

3

624

6

112

6

595

27

687

30 Alat Angkutan

Lainnya

1

774

1

718

1

604

3

089

2

912

2

904

31 Furnitur 2

035

2

192

2

723

3

970

5

046

3

564

32 Pengolahan Lainnya 1

858

1

902

1

982

3

299

3

682

3

998

33

Jasa Reparasi dan

Pemasangan Mesin

dan Peralatan

484 290 643 733 801 706

xx

Bukan Kelompok

Industri Manufaktur

lagi di KBLI 2009

765 573 - - -

Jumlah 83

004

83

397

90

320

141

119

151

635

209

361

Sumber : BPS; 2014

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa jumlah total biaya untuk tenaga kerja semakin

tahun semakin tinggi. Peningkatan biaya untuk tenaga kerja sub sektor furniture dapat

dilihat dari bagan berikut,

Page 121: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

121

Bagan 2. Peningkatan biaya untuk tenaga kerja sub sektor furniture

Nilai Output Pada Industri Mikro dan Industri Kecil

Hasil penelitian menunjukkan nilai output industri mikro dan industri kecil

secara umum adalah sebagai berikut,

Table 3. Nilai Output (Milyar Rp)

Subsektor 2008 2009 2010 2011 2012 2013*

10 Makanan 438

044

446

558

444

762

647

344

718

677

722

022

11 Minuman 10

964

12

797

15

460

12

872

18

229

23

179

12 Pengolahan Tembakau 124

463

115

587

112

908

121

284

161

073

142

928

13 Tekstil 98

066

104

400

114

578

154

617

140

638

149

738

14 Pakaian Jadi 45

593

51

734

63

574

63

969

71

988

65

493

15 Kulit, Barang dari Kulit

dan Alas Kaki

37

878

33

003

36

236

50

096

68

463

39

888

16

Kayu, Gabus (Tidak

Termasuk Furnitur) dan

Anyaman dari Bambu,

Rotan dsj

47

659

39

125

37

103

39

720

50

879

50

253

17 Kertas dan Barang dari

Kertas

94

274

105

375

111

629

130

165

136

400

115

593

18

Pencetakan dan

Reproduksi Media

Rekaman

10

614

15

259

15

378

24

064

17

302

28

921

19

Produk dari Batu Bara

dan Pengilangan Minyak

Bumi

11

487 7 446 6 400 5 061 6 067 3 884

20 Bahan Kimia dan Barang

dari Bahan Kimia

161

038

171

486

247

735

287

593

337

839

311

813

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

1 2 3 4 5 6

Series1

Page 122: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

122

21

Farmasi, Produk Obat

Kimia dan Obat

Tradisional

112

613

161

850

72

298

70

402

29

598

100

847

22 Karet, Barang dari Karet

dan Plastik

157

861

139

614

248

923

281

309

234

355

288

735

23 Barang Galian Bukan

Logam

53

290

53

684

52

274

65

051

94

864

79

595

24 Logam Dasar 110

914

103

309

136

153

90

786

119

280

124

944

25 Barang Logam, Bukan

Mesin dan Peralatannya

57

629

63

205

72

109

79

516

117

095

117

170

26 Komputer, Barang

Elektronik dan Optik

49

998

65

834

61

765

59

651

49

781

74

069

27 Peralatan Listrik 55

918

63

343

64

839

72

418

112

072

96

323

28 Mesin dan Perlengkapan

ytdl

15

136

13

543

20

683

28

097

38

126

33

627

29 Kendaraan Bermotor,

Trailer dan Semi Trailer

87

767

95

322

148

699

201

155

196

221

232

058

30 Alat Angkutan Lainnya 85

742

96

861

83

451

84

712

106

835

145

186

31 Furnitur 18

564

17

686

18

449

25

310

22

569

23

707

32 Pengolahan Lainnya 20

383

13

925

18

421

18

542

16

643

22

465

33

Jasa Reparasi dan

Pemasangan Mesin dan

Peralatan

3 983 3 509 4 503 4 315 4 628 5 180

xx

Bukan Kelompok Industri

Manufaktur lagi di KBLI

2009

7 435 6 491 - - -

Jumlah / Total 1 917

312

2 000

944

2 208

330

2 618

050

2 869

622

2 997

617

Sumber : BPS, 2014

Berdasarkan data diatas, nilai ouput pada sub sektor furniture sangat fluktuatif dan nilai

tertinggi ada pada tahun 2011 dengan nilai Rp 25.310 Milyar dan terkecil pada tahun

2009 yaitu Rp 17.686 milyar. Fluktuasi nilai output sub sektor furnitur dapat dilihat

pada bagan berikut,

Page 123: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

123

Bagan 3. Nilai output sub sektor furniture

Rekapitulasi data dari masing masing variable dapat dilihat pada table berikut,

Table 4. Rekapitulasi data

Tahun Variable X1 Variable X2 Variable Y

Jumlah T.K Biaya T.K Nilai output

2008 170.646 2 035 18.564

2009 166.398 2 192 17.686

2010 199.925 2 723 18.449

2011 191.356 3 970 25.310

2012 190.127 5 046 22.569

2013 174.103 3 564 23.707

Sumber : Data diolah , 2015

Pengolahan Data

Dengan menggunakan program SPSS dalam pengolahan data maka didapatkan

hasil sebagai berikut,

Uji Asumsi.

1. Uji Normalitas. Dari hasil output SPSS pada kolom Kolmogorov-Smirnov dapat

diketahui bahwa nilai signifikasi untuk setiap variable lebih besar dari 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa seluruh variable berdistribusi normal.

2. Uji Multikolonearitas. Dari hasil analisis dapat diketahui nilai variance inflation

factor (VIF) kedua variable jumlah tenaga kerja dan biaya adalah 1,116 dan lebih

kecil dari 5, sehingga bisa diduga bahwa antar variable independen tidak terjadi

multikolinear.

3. Uji Heterokedastisitas. Karena nilai T hitung untuk variable jumlah tenaga kerja

0,244 dan variable biaya tenaga kerja 1.199 dengan signifikasi 0,05 dua sisi t table

2.776, maka untuk kedua variable berlaku –T table < T hitung < T table. Dengan

demikian tidak ada gejala heterokedastisitas.

-

Regresi Linear Berganda

Regresi linear berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linear antar

beberapa variabel jumlah tenaga kerja, biaya tenaga kerja dengan variabel terikat yaitu

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Nilai Output

Nilai Output

Page 124: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

124

variable nilai output. Berdasarkan outpun pengolahan SPSS didapatkan hasil sebagai

berikut,

Table 5. Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 11.518 19.935 .578 .604

jumlah .028 .114 .116 .244 .823

biaya 1.578 1.316 .573 1.199 .317

a. Dependent Variable: Output

Sumber : Data diolah, 2015

Persamaan regresi yang dihasilkan sebagai berikut,

Y = 11,518 + 0,028 Jumlah tenaga kerja + 1,578 Biaya tenaga kerja. Persamaan regresi

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Jika jumlah tenaga kerja dan biaya tenaga kerja nol (0) maka nilai output adalah

11,518.

- Nilai variable jumlah tenaga kerja sebesar 0,028 artinya jika variable

independent lainnya nilainya tetap dan variable jumlah tenaga kerja naik 1%

maka nilai output akan bertambah Rp 0,028.

- Nilai variable biaya tenaga kerja senilai 1,578 artinya jika variable independent

lainnya nilainya tetap dan variable jumlah tenaga kerja naik 1% maka nilai

output akan bertambah Rp 1,578.

Berdasarkan table diatas jg terlihat nilai t hitung variable jumlah tenaga kerja

adalah 0,244 dan variable biaya tenaga kerja adalah 1,199. Dengan signifikasi 0,05 dan

pengujian dua sisi didapat nilai t table adalah 3,182. Dengan demikian didapatkan

formulasi - 3,182 < 0,224 < 3,182 dan - 3,182 < 1,199 < 3,182, artinya bahwa tidak ada

pengaruh yang signifikan antara jumlah tenaga kerja dan biaya tenaga secara parsial

terhadap nilai output.

Untuk mengetahui kedua variable independent apakah berpengaruh secara

bersama – sama terhadap variable independen menggunakan uji F. Berdasarkan

perhitungan didapatkan F hitung adalah 1.88. Dan F table dengan signifikasi 0,05 dan

pengujian dua sisi didapatkan 9,552. Dengan demikian didapatkan formulasi sebagai

berikut, - 9,552 < 1,887 < 9,552, Maka dapat disimpulkan bahwa ecara bersama – sama

kedua variable tidak memberikan pengaruh terhadap variable depanden.

IMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ternyata

jumlah tenaga kerja dan biaya yang dilekuarkan untuk membayar tenaga kerja tidak

memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap nilai output pada industru

furniture di Indonesia, masih banyak variable – variable lain yang mempengaruhi nilai

output pada industri, salah satunya adalah teknologi mengingat industri forniture saat ini

banyak dikerjakan oleh mesin dari pada manusia, selain itu biaya produksi juga menjadi

variable yang akan mempengaruhi output industri, karena tingginya biaya akan

mempengaruhi kemampuan usaha dalam memproduksi. Hal inilah yang membuat faktor

manusia kurang memberi pengaruh yang signifikan terhadap nilai output pada industri

furniture di Indonesia.

Page 125: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

125

Saran yang dapat peneliti berikan adalah selain meningkatkan proses alih

teknologi, pengusaha sub sektor furniture hendaknya semakin memperkuat finansial

pengusaha agar mempunyai capital gain untuk bersaing dengan pengusaha lain

khususnya pengusaha asing. Hal ini tidak akan lepas dari peranan pemerintah sebagai

pengampu kebijakan.

DAFTAR PUSTAKA

sidabutar, victor tulus pangapoi , 2014, peluang dan permasalahan yang dihadapi umkm

berorientasi ekspor, balai besar pendidikan dan pelatihan ekspor indonesia

direktorat jenderal pengembangan ekspor nasional kementerian perdagangan

republik indonesia, jakarta.

suyahya, indra, 2014, kelembagaan usaha mikro kecil dan menengah dan pembangunan

ekonomi masyarakat, journal applied business and economics, vol 1, september

2014. issn 2356-4849.

Arsyad, Lincoln. 1999. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. STIE YKPN

Yogyakarta

Alkadri, 1999. Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Jurnal Pusat Studi

Indonesia,Universitas Terbuka

Basuki, 1997. Kajian Mengenai Pengaruh Penanaman Modal Asing Langsung Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi dan Tabungan Domestik Indonesia Tahun 1969-1994.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.12,2,50-65, Universitas Gajah Mada,

1997

Gujarati, Damodar. 1995. Basic Econometrics.Third Edition. McGraw Hill International

Editions.

Gunadi Brata, Aloysius.2004. Analisis Hubungan Imbal Balik Antara Pembangunan

Manusia dan Kinerja Ekonomi Daerah Tk.II di Indonesia.Lembaga Penelitian

Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan

Penerbit Universitas Diponegoro

Kuncoro, Mudrajat. 1997. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP

AMP YKPN Yogyakarta.

Mankiw, N.Gregory.2000. Teori Makro Ekonomi .Ed.4, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Pancawati, Neni, 2000. Pengaruh Rasio Kapital-Tenaga Kerja, Tingkat pendidikan, Stok

Kapital dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Tingkat lxiv Pertumbuhan GDP

Indonesia ; Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.15, No.02, Universitas

Gajah Mada, 2000

Page 126: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

126

Prasasti, Diah, 2006. Perkembangan PDRB per kapita 30 Propinsi di Indonesia Periode

1993-2003: Pendekatan Disparitas Regional dan Konvergensi; Jurnal Ekonomi

dan Bisnis Indonesia Vol.21, No.4, Universitas Gajah Mada, 2006

Ranis, Gustav. et. al. 2000. Economic Growth and Human Development. World

Development Vol.28,No.2,pp.197-219,2000

Sumodiningrat, Gunawan.2002. Pengantar Ekonometrika. BPFE- UGM. Yogyakarta

Yuliarmi, Nyoman. 2008. Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga, Investasi dan

Pengeluaran Pemerintah Terhadap PDRB Propinsi Bali ; Bulletin Studi Ekonomi

Vo.13 No.2 Tahun 2008, Universitas Udayana Denpasar.

Sukirno, Sadono.2000 Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran Dari Klasik

Hingga Keynesian Baru. Raja Grafindo Pustaka

Suryana, 2000. Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan. Penerbit

Salemba Empat Edisi Pertama, 2000.

Susanti, Hera, Moh.Ihsan dan Widyanti. 1995. Indikator-Indikator Makroekonomi,

Jakarta, LPEM-FE-UI Todaro , Michael. 2004.

Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit Erlangga Edisi Kedelapan, 2004

Wibisono, Yusuf. 2005. Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi Regional : Studi

Empiris Antar Propinsi di Indonesia, 1984-2000.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.02, Universitas Gajah Mada, 2005

www.bps.go.id

www.kemenkop.go.ig

Page 127: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

127

MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO, KECIL, dan MENENGAH (UMKM)

BERBASIS KOPERASI DAN KEMITRAAN MELALUI PROGRAM ONE

VILLAGE ONE PRODUCT (OVOP) DALAM MENGHADAPI PASAR GLOBAL

Askardiya Mirza Gayatri

Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Indraprasta PGRI

[email protected]

ABSTRAK

Kajian ini bertujuan untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) berbasis Koperasi dan kemitraan melalui program One Village One Product

(OVOP) dalam menghadapi pasar global. Peran Usaha Mikro, Kecil, Menengah

(UMKM) berkontribusi dalam perekonomian Indonesia sangatlah besar, dengan

pertumbuhan sebesar 7% (2012 ke 2013) telah melibatkan kurang lebih 107 juta tenaga

kerja yang sudah diberdayakan, dan jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah.

Dalam membangun UMKM salah satu masalah yang menjadi penghambat kemajuan

UMKM adalah kesulitan dalam bermitra. Bentuk badan hukum yang paling tepat dalam

hal ini adalah dengan mendirikan Koperasi, sedangkan untuk mengatasi hambatan

dalam bermitra salah satunya dengan melakukan program One Village One Product

(OVOP) selain sebagai penghasil produk lokal dengan memanfaatkan produk lokal juga

sekaligus menahan arus urbanisasi. Untuk menembus pasar global diperlukan

penggunaan teknologi berupa informasi dan komunikasi.

Dengan metode deskriptif menggunakan data sekunder serta ditunjang oleh data

primer dengan survei langsung dan wawancara dengan pihak terkait, diharapkan dapat

memberikan gambaran bahwa untuk menjadikan Koperasi yang mendunia salah

satunya dengan menjalankan strategi OVOP melalui kemitraan dalam hal ini

pemerintah, swasta, dan masyarakat, sehingga mempunyai daya saing terutama terhadap

negara-negara ASEAN.

Kata kunci: UMKM, Koperasi, Kemitraan, OVOP.

PENDAHULUAN

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) seperti yang sudah kita ketahui

sangat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jika diamati di pasar

baik tradisional maupun swalayan diisi oleh produk-produk yang dihasilkan dari

UMKM, mulai produk makanan sampai produk bukan makanan. Sebagai contoh, kita

membeli camilan dengan tampilan yang menarik dari bentuk maupun rasa serta

dikemas begitu cantik, dalam benak kita pasti bukan buatan Indonesia, namun tidak kita

sangka bahwa makanan tersebut buatan dari suatu daerah di Indonesia. Sayuran, buah-

buahan, baik yang masih segar maupun olahannya, ragam produk kuliner sampai

kerajinan terutama handmade ikut meramaikan dunia usaha yang dihasilkan dari

UMKM. Hal tersebut meyakinkan kita bahwa keberadaan UMKM baik bentuk

usahanya maupun hasil produknya sudah dikenal masyarakat luas.

Menurut pakar UMKM, Budi S. Isman (Business Review. 2014: 44)

pertumbuhan UMKM sebesar 7% dari tahun 2012 ke tahun 2013, dan telah melibatkan

107 juta tenaga kerja dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar

Page 128: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

128

Rp.4.869.568,1 milyar atau hampir 60% dari total PDB Indonesia. Jadi pantaslah

apabila UMKM berkontribusi sangat besar terhadap perekonomian Indonesia, juga telah

terbukti bahwa UMKM tahan terhadap krisis ekonomi dan jumlah pelaku UMKM

semakin meningkat baik pada jumlah unit usahanya maupun pada pengusahanya

sehingga secara otomatis membuka lapangan pekerjaan dengan menyerap tenaga kerja

yang tidak sedikit.

Akan tetapi perkembangan jumlah UMKM yang meningkat masih belum

diimbangi dengan kualitas UMKM, yang diakibatkan dari permasalahan-permasalahan

yang dihadapi UMKM. Selain modal juga ‗mind set‘ dan sumber daya manusianya,

kesulitan bahan baku, mahalnya biaya logistik, distribusi, dan perijinan. Masalah yang

paling penting adalah mind set dan sumber daya manusianya, mind set diartikan sebagai

pola pikir yang sempit sehingga menyulitkan dalam mendapatkan mitra atau pihak lain

yang bisa membantu dalam menghadapi masalah yang menimpanya. Melihat

permasalahan yang terdapat dalam UMKM, maka bentuk badan hukum yang tepat

adalah Koperasi. Karena koperasi mempunyai tujuan dalam memenuhi kebutuhan

ekonomi dengan memajukan kesejahteraan anggota yang secara pasti bisa diketahui

jumlah anggotanya untuk jangka waktu yang lama dan berkelanjutan.

Keberhasilan dari koperasi salah satunya terletak pada kemitraan yang salah

satunya dengan memberdayakan program One Village One Product (OVOP). Dalam

dunia usaha, kemitraan sangat diperlukan terutama pada badan hukum yang didirikan

atau dibentuk oleh sekelompok orang atau individu. Kemitraan menjadi solusi dalam

memecahkan permasalahan dalam dunia usaha, yang mencakup pembinaan, pelatihan,

penyaluran, promosi, evaluasi, monitoring, keuangan, dan sebagainya. Adapun yang

pihak yang terlibat dalam hal ini antara lain: BUMN, lembaga keuangan, perguruan

tinggi, pemerintah daerah setempat, komunitas, dan sebagainya. Dengan melakukan

program OVOP yang dikembangkan terutama di wilayah perdesaan yang mempunyai

sumber daya alam potensial dan sumber daya manusia setempat yang menghasilkan

produk unggulan baik tingkat lokal maupun global, hasilnya dapat meningkatkan nilai

ekonomis terutama di bawah payung koperasi. Sehingga masyarakat kita bisa

menghargai produk sendiri selain harga yang kompetitif dan terjangkau pada lapisan

masyarakat juga kebanggaan akan produk sendiri yang tidak kalah dari produk luar

negeri terutama negara ASEAN. Semakin tinggi daya beli masyarakat maka akan

semakin tinggi juga permintaan pasar, di sinilah UMKM berbasis koperasi

dipertaruhkan dalam menghadapi pasar global.

KAJIAN PUSTAKA

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terbagi atas 3 (tiga) ketentuan umum yang tertulis

pada Pasal 1 dan kriteria (Pasal 6), dapat dilihat pada tabel di bawah ini yang dilengkapi

jangka waktu pinjaman dan jumlah tenaga kerja.

Pengertian Kriteria Jangka Waktu

Pinjaman/ JWP

Jumlah

Tng

Kerja

Usaha Mikro

Adalah produktif milik orang

perorangan dan/ atau badan usaha

perorangan yang memenuhi

kriteria usaha mikro.

Kekayaan bersih:

< Rp.50jt tidak

termasuk tanah

dan bangunan

tempat usaha, atau

Hasil penjualan/

th:

Maks. Kredit:

Rp.50jt

JWP Kredit:

Investasi maks.

5 th

Modal kerja

maks 1 th, dpt

1 – 4

orang

Page 129: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

129

< Rp.300jt diperpanjang

maks. 2 kali

Usaha Kecil

Adalah usaha ekonomi produktif

yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan

tau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun

tidak langsung dari usaha

menengah atau usaha besar yang

memenuhi kriteria usaha kecil.

Kekayaan bersih:

Rp.50jt sampai

< Rp.500jt tidak

termasuk tanah

dan bangunan

tempat usaha, atau

Hasil penjualan/

th:

> Rp.300jt sampai

<

Rp.2.500.000.000,-

Maks. Kredit:

Rp.500jt

JWP Kredit:

Investasi maks.

5 th

Modal kerja

maks 1 th, dpt

diperpanjang

maks. 2 kali

5 – 19

orang

Usaha Menengah

Adalah usaha ekonomi produktif

yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang

perseorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak

perusahaan atau

cabangSperusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak

langsung dengan usaha kecil atau

usaha besar.

Kekayaan bersih:

> Rp.500jt sampai

Rp.10 milyar tidak

termasuk tanah

dan bangunan

tempat usaha, atau

Hasil penjualan/

th:

>

Rp.2.500.000.000,-

sampai

< Rp.50milyar

Maks. Kredit:

Rp.500jt sampai

Rp.5milyar

Pada umumnya,

usaha menengah

dalam

pembiayaan

perbankan

masuk dalam

segmen kredit

dengan

ketentuan dari

kedua pihak

20 – 99

orang

Asas UMKM (Pasal 2): a) kekeluargaan; b) demokrasi ekonomi; c)

kebersamaan; d) efisiensi berkeadilan; e) berkelanjutan; f) berwawasan lingkungan; g)

kemandirian; h) keseimbangan kemajuan; dan i) kesatuan ekonomi nasional. Sedangkan

tujuan UMKM (Pasal 3) adalah untuk menumbuhkan dan mengembangkan usahanya

dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi

yang berkeadilan.

Peranan UMKM menurut Tiktik Sartika Pratomo (2009: 9) sangat penting di

semua negara, karena jumlah UMKM yang paling besar dari kegiatan usaha suatu

negara.Tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh suatu negara antara lain menciptakan

kesempatan kerja, distribusi pendapatan yang merata, menciptakan efisiensi,

memantapkan stabilitas harga, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga sangat

tepat sasaran pada peran UMKM.

Koperasi dan Kemitraan

Menurut UU No.25 Tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang didirikan

oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar

atas asas kekeluargaan. Muhammad Hatta (Bapak Koperasi Indonesia) mengatakan

bahwa ―Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum lemah untuk membela keperluan

hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang semurah-murahnya,

itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan.‖

Tujuan koperasi menurut UU Nomor 2 Tahun 1992, untuk memajukan

kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut

Page 130: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

130

membangun tatanan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Jadi dapat disimpulkan

bahwa koperasi adalah organisasi masyarakat yang dibentuk dengan aturan tertentu

dengan tujuan menyejahterakan anggotanya terlebih dahulu dan kemudian untuk

masyarakat.

Menurut Muhammad Hatta seperti yang dikutip oleh Bernhard Limbong (2010:

66), koperasi harus mengandung nilai-nilai sebagai berikut: a) rasa solidaritas; b)

menanam sifat individualita (tahu akan harga diri); c) menghidupkan kemauan dan

kepercayaan pada diri sendiri dalam persekutuan untuk melaksanakan self help dan

autoaktiva guna kepentingan bersama; d) mendidik cinta kepada masyarakat, yang

kepentingannya harus didahulukan dari kepentinrgan diri sendiri atau golongan sendiri;

dan e) menghidupkan rasa tanggungjawab moril dan sosial.

Dari 7 (tujuh) prinsip koperasi menurut UU Perkoperasian No.25 Tahun 1992

yang antara lain yaitu: 1) keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; 2) pengelolaan

dilakukan secara demokratis; 3) pembagian SHU dilakukan secara adil dan sebanding;

4) pemberian balas jasa yang terbatas modal; 5) kemandirian; 6) pendidikan

perkoperasian; dan yang akan dibahas pada makalah ini adalah prinsip yang ke 7)

kerjasama, prinsip kerjasama antara koperasi dan kemitraan dengan perusahaan atau

pihak ketiga lainnya. Prinsip kerjasama dan kemitraan merupakan strategi bisnis antara

koperasi dan atau perusahaan non koperasi supaya dapat meningkatkan kualitas, skala

bisnis, dan volume usaha (Bernhard Limbong. 2010:73).

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih

dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling

membutuhkan dan saling membesarkan. (Hafsah. 2003: 10). Masih menurut Hafsah

(2003: 54), kemitraan mempunyai 6 (enam) manfaat, yaitu: 1) produktivitas; 2)

efisiensi; 3) jaminan kualitas, kuantitas dan kontiunitas; 4) resiko; 5) sosial; dan 6)

ketahanan ekonomi nasional.

Maksud dan tujuan dari kemitraan adalah kesadaran dan saling menguntungkan

yang tidak diartikan bahwa partisipan dalam kemitraan harus memiliki kemampuan dan

kekuatan yang sama, akan tetapi disesuaikan dengan peran masing-masing. Untuk

menghadapi pasar bebas, koperasi harus mengembangkan kemitraan kepada pihak

terkait supaya posisi koperasi menjadi kuat dan tangguh. Adapun bentuk kerja sama

koperasi yang akan dikembangkan dengan karakteristik sebagai berikut: 1) Jaringan

Kerjasama. Upaya kerjasama tidak hanya dilakukan antara koperasi primer, tetapi juga

terjadi antar koperasi sekunder dalam kerangka menyusun suatu jaringan. 2) Kelompok

Swadaya. Mampu menyusun kekuatan sendiri secara bersama supaya kehidupan

koperasi baik sendiri maupun sektoral yang berkualitas dan tidak tergantung kepada

pihak lain. 3) Badan Usaha Permanen. Koperasi harus memiliki visi yang

kuat untuk menjadi badan usaha yang permanen. 4) Pusat Pelayanan Anggota dan

Jaringan kerjasama yang dibangun harus mampu menghadirkan koperasi yang selalu

melayani kebutuhan dan kepentingan anggota dan mayarakat sehingga benar-benar

menjadi kekuatan riel dalam tata perekonomian nasional. Dan 5) Melahirkan Para

Wirakoperasi Profesional. Koperasi dituntut untuk mendidik dan menyiapkan para

wirakoperasi yang profesional untuk mengelola berbagai jenis bisnis koperasi.

(Bernhard Limbong. 2010: 166-168).

Program One Village One Product (OVOP)

Kekuatan Hukum yang mendasari Program OVOP iantaranya: 1) Inpres No.6

Tahun 2007 tentang Percepatan Sektor Riel dan Pembangunan UMKM pada tanggal 8

Juni 2007 yang mengamanatkan pengembangan sentra melalui pendekatan OVOP. 2)

Page 131: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

131

Keputusan Rapat Kerja Kemenkop dan UKM dengan Komisi VI DPR-RI tahun 2008

agar OVOP dapat dikembangkan di Provinsi lain.

Tujuan utama dari OVOP adalah untuk peningkatan pendapatan, kebanggaan

dan kemandirian masyarakat.Tujuan OVOP lainnya adalah: 1) untuk menggali dan

mempromo- sikan produk inovatif dan kreatif lokal, dari sumber daya yang bersifat unik

khas daerah, bernilai tambah tinggi, dengah dan tetap menjaga kelestarian lingkungan,

memiliki imej dan daya saing tinggi; 2) pengembangan IKM yang berdaya saing tinggi

di pasar domestik dan global dengan mencari komoditas potensial di satu sentra yang

memanfaatkan potensi lokal.

Sasaran program OVOP adalah: a) pertumbuhan koperasi dan UKM yang

mandiri di daerah; b) penguatan koperasi dan UKM sebagai motor penggerak ekonomi

daerah dan nasional; c) peningkatan kemampuan pemasaran dan daya saing produk

koperasi dan UKM; d) penciptaan peran koperasi dan UKM dalam penciptaan lapangan

kerja; e) peningkatan perolehan nilai tambah produk unggulan untuk meningkatkan

pendapatan; dan f) peningkatan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan

masyarakat ke seluruh wilayah Indonesia.

Tahun 2009 dalam seminar di Bali, Hiramatsu Morihiko sebagai pelopor dan

pencipta OVOP di Jepang mengatakan bahwa dalam mengadopsi program OVOP ada 3

(tiga) aspek dasar yang harus dipenuhi, yaitu: 1) lokalitas produk mampu memenuhi

pasar global; 2) masyarakatnya mampu bekerja secara mandiri; dan 3) sumber daya

manusia memiliki mental siap didik dan dibina. Dari situlah maka program OVOP

mencetuskan 3 (tiga) prinsip gerakan OVOP: 1) Lokal tapi Global (Local yet Global);

2) Kemandirian dan Kreativitas (Self Reliance Creativity); dan 3) Pengembangan

Sumber Daya Manusia (Human Resources Development). Sehingga dengan memiliki

potensi yang sudah disebutkan di atas maka akan menghasilkan produk OVOP yang

merupakan produk unggulan dari daerah atau wilayah

dengan memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia lokal yang memiliki

keunggulan kompetitif dan siap mengahadapi pasar global.

METODE

Kajian ini dilakukan dengan metode deskriptif dan menggunakan data sekunder

kajian, text book, media publikasi dari instansi terkait, serta ditunjang oleh data primer

dengan survei langsung dan narasumber langsung melalui telepon dengan pihak terkait.

PEMBAHASAN

Data yang diolah oleh Kemenkop dan UKM tahun 2013, jumlah UMKM di

Indonesia 56,5 juta unit atau 99,9% dari total usaha di Indonesia. Dengan perincian

sebagai berikut:

Usaha Mikro 55,856 juta unit 98,79%

Usaha Kecil 629,418 unit 1,11%

Usaha Besar 48,997 unit 0,09%

Jadi UMKM menyumbang 57,94% Produk Domestik Bruto atau senilai dengan

Rp.4.303,57 triliun, dan investasi UMKM mencapai 830,9 triliun dengan tenaga kerja

yang diserap sebanyak 110,8 juta orang. Dengan ledakan jumlah usaha mikro yang

mendominasi usaha di Indonesia sudah saatnya mempunyai wadah badan hukum yang

sesuai dengan kebutuhan yaitu dengan mendirikan koperasi, apalagi Kementrian

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM) sudah memberikan

pernyataan bahwa pendirian koperasi akan bebas biaya mulai tahun ini (2015), yang

mana kebijakan ini bertujuan agar pelaku usaha kecil dan menengah semakin mudah

Page 132: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

132

untuk mendirikan koperasi, sehingga peran koperasi dapat dioptimalkan dalam

penyaluran kredit mikro ataupun peralatan penunjang

usaha.

Keberadaan koperasi di Indonesia masih dipandang sebelah mata, terutama pada

generasi muda yang lebih mengenal badan usaha lain selain koperasi. Padahal kalau

mereka jeli dan rasa keingintauannya tinggi, dapat diyakini akan mengakui keberadaan

koperasi. Pada umumnya sebagian masyarakat terutama golongan menengah ke atas

mengenal koperasi identik dengan jadul, kuno, kumuh, kumpulan orang yang sudah tua

atau pensiunan,dan sebagainya. Namun kalau mereka tahu bahwa Susu Cap Bendera

(Frisian Flag) yang mereka konsumsi berasal dari koperasinya para peternak sapi di

Belanda, maka tidak akan memandang rendah koperasi. Contoh lain, siapa yang tidak

mengenal toko perkakas pertukangan dan perlengkapan rumah tangga Ace Hardware

yang awalnya hanya sebuah toko kecil di Chicago? PT Ace Hardware Indonesia yang

60% pemegang sahamnya dimiliki oleh PT Kawan Lama sangat berkembang di kota-

kota besar di Indonesia, dengan strategi merangkul pengusaha lokal dan

mengikutsertakan produk lokal. Koperasi yang berasal dari Indonesia juga tidak kalah

hebatnya, seperti Koperasi Warga Semen Gresik yang sebelumnya bernama Koperasi

Serba Usaha Karyawan Perusahaan Negara Semen Gresik yang berdiri sejak 1963,

berada di bawah payung PT Semen Gresik (Persero) Tbk yang beromzet Rp.1,4 Triliun

dengan aset Rp.476,9 milyar dan selisih hasil usaha (SHU) yang mencapai Rp.23,66

milyar, menjadikan Koperasi Warga Semen Gresik peraih penghargaan Tingkat

Nasional ―Koperasi Award‖ pada peringatan hari Koperasi Nasional ke- 64 pada tanggal

12 Juli 2011 ini menjadi Koperasi Kelas Dunia. Jadi tidak perlu diragukan lagi

keberadaan koperasi di masyarakat Indonesia, apalagi kalau ditunjang dengan

pemberdayaan melalui program OVOP.

Di Jawa Tengah ‗Gerakan Bali nDesa mBangun Desa‘ periode 2008-2013 yang

dicanangkan oleh Bapak Bibit Waluyo (mantan Gubernur Jawa Tengah dan

mendapatkan predikat sebagai Gubernur Penggiat OVOP Terbaik Tahun 2012 karena

dinilai berhasil membimbing dan mengembangkan 70 produk unggulan Jawa Tengah)

yang mana gerakan ini mendorong pemberdayaan ekonomi kerakyatan terutama

UMKM, dan menjadikan Jawa Tengah sebagai percontohan program OVOP yang

berhasil. Gerakan tersebut menginspirasi penulis untuk melakukan survei langsung pada

bulan Sepetember 2014 ke Kabupaten Wonosobo, Kecamatan Mojotengah, di

perkebunan Carica (tanaman musiman sejenis pepaya yang tumbuh di Dataran Tinggi

Dieng), sejak 2012 produk Carica menjadi produk rintisan OVOP. Dengan sifat buah

carica yang tidak tahan lama apabila disimpan dalam keadaan segar, maka masyarakat

setempat dengan pembinaan dari kelurahan, departemen perindustrian dan pemerintah

daerah setempat menggali potensi baik potensi sumber daya

alam dalam hal ini buah carica dan sumber daya manusia yang mana buah carica ini

sudah dikenal sejak puluhan tahun, sehingga masyarakat setempat sudah terbiasa

mengolah buah ini secara turun temurun. Keberhasilan produk rintisan OVOP ini tidak

lepas dari peran kemitraan yang dibina oleh koperasi dengan pihak terkait. Perlu

diketahui, tanaman carica ini hanya ada 3 (tiga) tempat yang tumbuh di dunia, selain di

Indonesia (Dataran Tinggi Dieng), Rusia, dan Argentina.

Inspirasi lainnya adalah penulis melakukan survei langsung ke Kecamatan

Srumbung, Kabupaten Magelang pada tanggal 13 Januari 2015 yang lalu. Informasi

yang penulis dapatkan dari Bapak Daru Priyatno (Pembina UMKM dari BPR Bank

Bapas 69 Magelang) bahwa rintisan OVOP untuk saat ini ada 2 (dua) wilayah yaitu

Kecamatan Srumbung dengan produk unggulan salak, dan Kecamatan Pucang Sari

dengan produk unggulan kerajinan tanduk. Penulis tertarik dengan rintisan OVOP di

Page 133: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

133

Kec. Srumbung yaitu salak. Salak Indonesia mampu diekspor ke luar negeri terutama

China, namun masih dalam bentuk buah segar. Sebagai produk rintisan OVOP nantinya

buah salah akan dikembangkan menjadi produk olahan, seperti: tepung salak, manisan

salak, bahkan biji salak juga akan dkembangkan menjadi bubuk kopi salak yang dari

hasil penelitian mempunyai khasiat mengobati asam urat. Keberhasilan Kec. Srumbung

dalam melakukan program OVOP tidak lepas dari kemitraan dengan pihak pemerintah

daerah, instanti terkait, perguruan tinggi, dan lembaga keuangan setempat, melalui

pembinaan dan bimbingan.

SIMPULAN

Untuk mencapai usaha kecil atau menuju ke usaha besar masih terlihat sangat

lambat karena UMKM selama ini masih berjalan sendiri dalam menghadapi pasar

karena masih minimnya pembimbingan dan pembinaan, karena itu masalah yang

terdapat pada UMKM banyak yang belum dapat dipecahkan. Pada pembahasan di atas,

dapat disimpulkan bahwa badan hukum yang tepat adalah koperasi, untuk lebih

berkembang sehingga menguasai pasar baik domestik maupun global harus melalui

kemitraan baik dengan pemerintah pusat maupun daerah (untuk memfasilitasi,

memberikan informasi, dsb), instansi terkait seperti Kadin (Kamar Dagang dan Industri)

dsb, perguruan tinggi (penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dsb), perusahaan

besar (distributor, kemasan,dsb) dsb.

Majunya usaha rintisan OVOP tidak lepas dari sumber daya manusia setempat

yang sudah terbiasa mengolah secara turun temurun dan kalau melibatkan lebih banyak

lagi tenaga kerja maka arus urbanisasi bisa dibendung, akan tetapi untuk distribusi ke

pasar global harus didampingi oleh tenaga ahli yang membina dan membimbing dengan

memberikan informasi

yang up to date serta memperkenalkan teknologi yang sesuai, supaya produktivitasnya

meningkat baik dari sisi tenaga kerjanya maupun hasil produknya. Karena dari survei

pasar yang penulis temukan, produk carica dan salak olahan belum memenuhi pasar

domestik, hal tersebut bisa dilihat di beberapa toko dan supermarket saja yang menjual

produk rintisan OVOP tersebut.

Apabila permasalahan yang dihadapi koperasi dalam hal ini kemitraan bisa

diatasi maka akan tumbuh menjamur produk-produk rintisan OVOP yang mana andalan

Indonesia adalah dari agribisnis. Yang mana bisa dikembangkan supaya mempunyai

keunggulan kompetitif dalam mengadapi pasar global. Sesuai dengan moto OVOP: Jika

produk yang dihasilkan sama, maka produknya harus meuju Number One yang artinya

kualitas produk paling baik di daerah, di Indonesia, di antara negara ASEAN dsb. Tapi,

kalau produknya hanya berada di satu daerah saja, maka menjadi Only One, yang berarti

satu-satunya produk di daerah, di Indonesia, di Asia, dsb. Dalam hal ini seperti produk

Carica. Jadi makin tinggi lokalitasnya, semakin tinggi nilainya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

............ 2009. Undang-Undang UKM. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Yogyakarta: Pustaka

Yustisia.

Harsono, Budi. 2014. Tiap Orang Bisa Menjadi Pengusaha Sukses dan Berkelas

Dunia Melalui UMKM. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Page 134: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

134

Hafsah, Mohammad Jafar. 2003. Kemitraan Usaha. Konsepsi dan Strategi. Jakarta:

PT Pustaka Sinar harapan

Larto. 2012. Koperasipreneur. Jakarta: Penerbit Naga Media.

Limbong, Bernhard. 2010. Pengusaha Koperasi. Memperkokoh Fondasi Ekonomi

Rakyat. Jakarta: Penerbit Margaretha Pustaka.

Sartika, Pratomo, Tiktik. 2009. Ekonomi Koperasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Majalah/ Tabloit/ Harian:

Business Review. Edisi 3. Tahun 13. Juni-Juli 2014.

Ide Bisnis, Inspirasi Usaha Mandiri. Edisi 33/ Februari 2013.

Kompas. 13 Desember 2014.

Kompas. 21 Juli 2012.

Page 135: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

135

SIKAP DAN MINAT BELI KONSUMEN SECARA ONLINE

(Survey pada Mahasiswa Pengguna Internet di Kota Makassar)

Muhammad Aqsa

M. Risal

Mahasiswa S3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji pengaruh dari iklan online

terhadap sikap dan minat beli konsumen secara online, survey dilakukan pada

mahasiswa pengguna internet di Kota Makassar. Penelitian dilakukan pada mahasiswa

perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di Kota Makassar. Metode yang digunakan

adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive

sampling method dengan jumlah sampel 340 orang. Pengujian hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan metode structural equation modeling (SEM). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa iklan online mempunyai pengaruh terhadap sikap dan

minat beli konsumen secara online. Dimensi interactivity dari iklan online memberikan

pengaruh paling tinggi terhadap sikap dan minat beli konsumen secara online.

Kata Kunci: Iklan Online, Sikap dan Minat Beli

PENDAHULUAN

Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam segala

bidang, salah satunya adalah bidang pemasaran. Dengan tingginya persaingan dalam

dunia bisnis ini menuntut suatu perusahaan untuk lebih kreatif dan memiliki keunggulan

kompetitif (competitive advantage) dibandingkan dengan perusahaan lain agar mampu

bersaing dalam bisnis global. Menurut Kotler (2012:96), persaingan baru bukanlah

antara apa yang diproduksi berbagai perusahaan dalam suatu pabrik, tetapi antara apa

yang ditambahkan pada hasil pabrik tersebut dalam bentuk pengemasan, pelayanan,

iklan, konsultasi bagi pelanggan, pendanaan, pengaturan pengiriman, pergudangan, dan

hal lain yang orang anggap bernilai. Persaingan antar produk di pasaran mendorong

produsen gencar berpromosi untuk menarik perhatian konsumen.

Salah satu strategi didalam pemasaran adalah iklan (advertisment). Menurut

Lee(2007:17:20) ; ―fungsi iklan menginformasikan suatu produk atau jasa ataupun

profit perusahaan, sebagai persuasif yaitu membujuk para konsumen untuk membeli

merek-merek tertentu dan sebagai media untuk mengingatkan konsumen terhadap suatu

produk ataupun jasa‖. Menurut Jefkinns (2001:96) iklan adalah : ―pesan-pesan

penjualan yang paling persuasive yang diarahkan kepada para calon pembeli potensial

pada produk barang atau jasa tertentu dengan biaya tertentu pula‖. Oleh karena itu

perusahaan harus mampu merebut kesan konsumen terhadap produk yang akan dijual

dan terus menerus menyiasati bagaimana produk ini laku dipasaran. Agar suatu produk

dapat berfungsi memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen maka keberadaan

Page 136: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

136

produk tersebut harus dikomunikasikan guna diperkenalkan keberadaannya kepada

konsumen.

Iklan adalah salah satu komponen promotion mix yang umum dilakukan oleh

perusahaan yang merupakan salah satu bentuk promosi yang sangat berperan penting

dalam mengubah image, mengenalkan produk dan minat dari konsumen untuk membeli

suatu produk. Mengingat pentingnya kegiatan iklan ini maka perusahaan didalam

memperkenalkan produk baru, perusahaan menghabiskan banyak biaya untuk

pengeluaran biaya iklan. Kondisi persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan

menggunakan strategi dalam membuat iklan untuk membangun posisi yang

menguntungkan di pasar (Stoner, 2004:12).

Dalam membuat iklan perlu memahami dengan baik tujuan langsung beriklan

adalah menciptakan efek komunikasi sebab beriklan merupakan proses komunikasi

yang pada gilirannya akan membantu terjadinya penjualan. Iklan adalah pesan suatu

brand, produk, atau perusahaan yang disampaikan kepada audiens melalui media

(Sihombing, 2010:12). Iklan yang efektif tidak hanya menyampaikan informasi saja,

tetapi juga menyampaikan pesan-pesan yang akan menimbulkan citra positif bagi

konsumen. Iklan dapat melalui berbagai media, yaitu media elektronik dan media cetak.

Dalam penelitian ini akan mengambil media elektronik, khusunya iklan pada internet.

Perkembangan dunia periklanan pada saat ini yang semakin pesat dan didukung

oleh petumbuhan teknologi yang cepat khususnya internet membuka peluang

perusahaan untuk selektif dalam membuat iklan pada internet untuk mendukung

penjualannya. Penggunaan media internet sebagai promosi iklan sekarang ini sangatlah

menarik karena didasari perkembangan pengguna internet yang sangat pesat dan

bertambah secara signifikan setiap tahunnya membuat perusahaan mulai untuk berpikir

menggunakan media internet sebagai salah media untuk mempromosikan produknya

(Taylor, 2007:55). Melalui jaringan internet perusahaan kecil, menengah atau besar

dapat menyajikan informasi produk, harga, syarat pembelian, cara pemesanan dan

pembayaran, serta pengiriman barang kepada pelanggan, calon pembeli, dan mitra usaha

di seluruh dunia (Kleinsteurber, 2002:30). Media internet berfungsi sebagai salah satu

cara menjangkau pelanggan tanpa dibatasi ruang dan waktu, dan menjadi populer

didunia bisnis saat ini.

Iklan onlinebiasanya terdapat pada sebuah websiteyang dibuat oleh perusahaan

yang bertujuan untuk kegiatan promosi. Iklan onlineharus dibuat secara menarik agar

dapat mengalihkan pandangan pengunjung situs lalu mengunjungi situs tersebut dan

mampu membuat pengunjung dapat mengunjungi kembali situs tersebut, Iklan onlineini

dapat berupa spanduk (banner), sponsorship, pop-up, iklan sela, webcasting, dan berupa

link yang tersedia di pinggir, atas, bawah ataupun yang tiba-tiba muncul pada halaman

website(Morisan, 2010:323:325).

Sehubungan dengan itu menarik untuk melihat dan diteliti lebih lanjut aspek-

aspek dalam iklan online yang mempengaruhi sikap dan minat konsumen dalam

melakukan pembelian secara online.Untuk itu dalam penelitian ini mengadopsi model

iklan online yang dikemukakan oleh Yazer Nasdini (2012:32) tentang dalam membuat

iklan online haruslah mempunyai faktor content dan communicate. Faktor content dalam

iklan online ialah bagaimana merancang isi dari iklan itu dapat menarik perhatian dari

Page 137: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

137

pengguna internet baik itu dari segi tampilan dan tata letak iklan tersebut. Sedangkan

faktor communicate berisi tentang bagaimana iklan online dapat memberikan informasi

yang jelas dan tepat kepada konsumen tentang produk yang diiklankan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pada penelitian ini membagi kedalam dua bagian yang harus dimiliki oleh iklan

online yaitu: faktor communicate dan faktor content. Faktor communicate adalah

bagaimana sebuah iklan online menampilkan suatu informasi dan komunikasi tentang

produk tersebut sehingga pengguna memperoleh informasi tentang produk yang ada di

iklan tersebut, terdiri dari interactivity dan accessibility.

Interactivity pada media iklan online adalah sejauh mana tingkat komunikasi dua

arah yang mengacu pada kemampuan komunikasi timbal balik antara pengiklan dan

konsumen, dan respon terhadap masukan yang mereka terima. (Liu dan Shrum,

2002;2003; Mc Millan, 2002; Johnson, Bruner, Kumar, 2006; Zikham 2008).

Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa variabel

interactivity merupakan komunikasi dua arah yang dilakukan melalui iklan lewat media

internet. Indikator yang digunakan pada variabel interactivity adalah: Persepsi

pengendalian, terkait dengan pengendalian yang dirasakan atas navigasi, konten dan

kecepatan interaksi.; Respon yang dirasakan, mengacu pada iklan online memberikan

respon yang diberikan.; Personalisasi, mengacu pada sejauh mana konsumen merasakan

bahwa tanggapan yang diberikan tepat dan relevan.

Accessibility adalah kemampuan pengguna untuk mengakses informasi dan

layanan yang disediakan oleh iklan online (Godwin – Jones, 2001; Hackett dan

Parmanto , 2009). Istilah accessibility umumnya berkaitan dengan bagaimana pengguna

dapat mengakses informasi dan isi dari iklan online. Misalnya, teks untuk konten

gambar dari suatu iklan , kecepatan download dan discoverability ( Godwin - Jones

2001; Hackett et al , 2004; Hackett dan Parmanto , 2009 ).

Faktor content adalah bagaimana bentuk, tata letak dan grafis yang ditampilkan

oleh iklan online sehingga menarik minat pengguna untuk melihat iklan online, terdiri

dari: entertaining, informativeness, irritation, credibility.

Entertainment merupakan kemampuan iklan untuk memberikan kesenangan atau

hiburan kepada konsumen iklan sambil menyisipkan informasi-informasi. (Ducoffe,

1996; Wang & Zhang, 2006; Wang & Sun, 2010; Mir, 2012; Yaakop, Hemsley &

Gilbert, 2011). Ini berkaitan dengan bagaimana iklan dapat mempengaruhi sikap

konsumen dengan hiburan atau tampilan yang menarik sehingga dapat membuat

konsumen tertarik terhadap iklan

Informativeness merupakan kemampuan iklan untuk menyuplai informasi

kepada konsumen, sehingga dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang

sebuah produk. Sehingga konsumen mendapatkan informasi yang lengkap tentang

produk yang ada diiklan. (Zhang, 2004; Ducoffe, 1996; BrackettdanCarr,2001;

Child,2004; Yazeer 2012).

Irritation merupakan gangguan yang timbul pada iklan online, seperti adanya

manipulasi terhadap iklan tersebut sehingga lebih mengarah kepada penipuan, atau

Page 138: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

138

pengalaman buruk konsumen tentang iklan online. (Ducoffe, 1996; Yazeer, 2012;

Aaker, 1986;).

Credibility pada iklan online ialah bagaimana tingkat kepercayaan konsumen

terhadap iklan online yang muncul, atau sejauh mana iklan memberikan informasi pada

mereka dapat dipercaya, tidak memihak, kompeten, kredibel dan khusus.

(Metzger,2003; Abdulla et al , 2002; . Gass dan Seiter , 1999; Johnson dan Kaye ,

1998, 2000 , Jurma , 1981; Kiousis , 2001; Meyer , 1988; Ognianova , 1998; Peng ,

2005; Perloff , 1993; Wanta dan Hu , 1994; Yoon et al , 1998).

Interactivity pada media iklan online adalah sejauh mana tingkat komunikasi

dua arah yang mengacu pada kemampuan komunikasi timbal balik antara pengiklan

dan konsumen, dan respon terhadap masukan yang mereka terima. (Liu dan Shrum,

2002;2003; Mc Millan, 2002; Johnson, Bruner, Kumar, 2006; Zikham 2008).

Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa variabel

interactivity merupakan komunikasi dua arah yang dilakukan melalui iklan lewat media

internet.

Accessibility adalah kemampuan pengguna untuk mengakses informasi dan

layanan yang disediakan oleh iklan online (Godwin – Jones, 2001; Hackett dan

Parmanto , 2009). Istilah accessibility umumnya berkaitan dengan bagaimana

pengguna dapat mengakses informasi dan isi dari iklan online. Misalnya, teks untuk

konten gambar dari suatu iklan , kecepatan download dan discoverability ( Godwin -

Jones 2001; Hackett et al , 2004; Hackett dan Parmanto , 2009 ).

Untuk mengetahui bagaimana sikap mempengaruhi minat terhadap iklan online

maka digunakan Theory Planned of Behaviour. Teori yang dikemukakan oleh Ajzen ini

banyak digunakan oleh para ahli untuk mempelajari bagaimana sikap konsumen

terhadap sesuatu dapat mempengaruhi minat konsumen. Dalam penelitian ini

bagaimana sikap konsumen terhadap iklan dapat mempengaruhi minat konsumen untuk

membeli secara online. Menurut Theory of Planned Behavior (TPB),

perilaku aktual seseorang dalam melakukan suatu tindakan tertentu secara

langsung dipengaruhi oleh niat perilakunya, yang secara bersama-sama ditentukan

pula oleh sikap (attitude), norma subjektif (subjective norm), dan kontrol perilaku

persepsian (perceived behavioral control) terhadap perilaku tersebut. Niat

perilaku merupakan ukuran dari kemauan seseorang untuk mengerahkan usaha

saat melakukan perilaku tertentu (Lee, 2008). Sementara itu, Ajzen (1991)

mendefinisikan niat merupakan faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku yang

diindikasikan seberapa keras orang akan berusaha atau seberapa banyak usaha yang

dikeluarkan untuk melakukan suatu perilaku.

Sikap (at t itude) merupakan proses pengorganisasian motivasi, emosi,

persepsi dan kognitif yang bersifat jangka panjang dan berkaitan dengan aspek

lingkungan disekitarnya. (Schiffman & Kanuk, 2008). Ini berkaitan dengan bagaimana

pandangan pelanggan tentang iklan online yang ada di internet. Yang berkaitan dengan

faktor kognitif dan afektif.

Minat pembelian secara rutin digunakan untuk ramalan penjualan produk dan

jasa (Armstrong, Morwitz & Kumar 2000). Baker, Lavy & Grewals‘ dikutip oleh

Changal (2005) menggunakan kesediaan untuk membeli (Willingness to buy) untuk

Page 139: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

139

mengukur minat pembelian. Whitlark, Geurts dan Swenson (1993),

mengembangkan model pengukuran minat pembelian dengan lima tingkatan minat

yaitu: definitely will buy, probably will buy, might/might not buy, probably will not

buy, and definitely will not buy. Till et al.; Tripp et. al (1994) dalam NamHyun Um (2008)

mengukur minat pembelian konsumen, dengan empat item tujuh skala semantic

differential, "very likely/very unlikely," "very probable/very improbable," "very

possible/very impossible," dan "very existent/very non-existent.

MODEL PENELITIAN DAN HIPOTESIS

Model penelitian dalam penelitian ini teridiri dari iklan online, sikap konsumen dan minat

beli konsumen secara online. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 1. Model Penelitian

Berdasarkan model penelitian tersebut maka hipotesis penelitiannya adalah:

1. Pengguna internet mempunyai persepsi yang baik terhadap iklan online.

2. Iklan online berpengaruh positif terhadap sikap konsumen.

3. Sikap konsumen berpengaruh terhadap minat beli konsumen secara online.

METODE PENELITIAN

Pengumpulan Data dan Sampel

Pengumpulan data dilakukan pada mahasiswa perguruan tinggi negeri/swasta di Kota

Makassar. Pengumpulan menggunakan teknik purposive sampling dengan mengambil

sampel adalah mahasiswa pengguna internet yang ada Kota Makassar dengan

keseluruhan jumlah sampel sebesar 340 sampel penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif

Untuk menjawab hipotesis pertama dalam penelitian ini tentang persepsi konsumen

terhadap iklan online, maka dilakukan analisis secara deksriptif. Berikut adalah tabel

rangkuman nilai rata-rata dari tiap dimensi dari iklan online.

Iklan Online

Interactivity

Accessibility

Entertainment

Informativeness

Irritation

Credibility

Sikap Konsumen

Kognitif

Afektif

Minat Beli Konsumen

Minat Beli Konsumen

Minat Beli

Konsumen

Page 140: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

140

Tabel 1. Nilai Rata-Rata Dimensi Iklan Online

Dimensi Mean Ket

Interactivity 3.74 Tinggi

Accessibiliy 3.59 Tinggi

Entertainment 3.67 Tinggi

Informativeness 3.66 Tinggi

Irritation 2.78 Rendah

Credibility 3.60 Tinggi

Hasil pengujian secara deksriptif terhadap item pernyataaan-pernyataan yang

terdapat pada kuesioner tiap dimensi iklan online memperlihatkan bahwa rata-rata nilai

yang dihasilkan melewati nilai tengah yaitu 3. Pengolahan dan analisis secara deskriptif

memperlihatkan bahwa mayoritas pengguna internet memiliki penilaian yang tinggi

terhadap iklan online. Ini menunjukkan bahwa agar dapat membentuk persepsi yang

baik kedalam benak konsumen tentang iklan online maka dalam penyampaian iklan

online haruslah memperhatikan bagaimana penyampaian informasi dapat dimengerti

oleh konsumen, tampilan iklan yang menarik, serta bagaimana iklan tersebut dapat

menghibur konsumen. Penyampaian pesan iklan yang baik dan akurat dari sesuatu

produk merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya pesan atau

informasi iklan yang bermanfaat bagi produk tersebut yang mencakup didalamnya

kualitas produk, harga, dan dimana produk tersebut bisa didapat serta cara penggunaan

yang baik, sehingga menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk membeli.

Namun hasil pengujian secara deksriptif pada iklan online khusunya pada

dimensi irritation menunjukkan hasil yang rendah. Ini menunjukkan bahwa selain dari

segi visual baik dari segi tampilan iklan online dan informasi yang diberikan, pengguna

internet merasa bahwa tata letak iklan online yang selama ini muncul diinternet dirasa

cukup menganggu pengguna internet. Untuk itu pengguna internet mengharapkan

bahwa dalam merancang desain tata letak iklan online pada web perlu memperhatikan

bagaimana posisi tata letak iklan online agar kemunculannya tidak menganggu kegiatan

pengguna internet.

Uji Kausalitas

Setelah melakukan serangkaian pengujian data untuk memenuhi syarat

pengolahan model dengan SEM, maka melalui program SPSS Statistic AMOS 20 dapat

dianalisis dan dhitung nilai estimasi pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya

serta probabilitas yang menunjukkan tingkat signifikansi pengaruh dari satu variabel

terhadap variabel lainnya seperti yang ditunjukkanpada gambar dibawah ini:

Page 141: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

141

Gambar 2. Uji Kausalitas Variabel

Untuk melihat pengaruh iklan online terhadap sikap konsumen, sebagaimana

dihipotesiskan pada hipotesis keduabahwa iklan online berpengaruh positif terhadap

sikap konsumen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan stastitik uji t student dengan

hasil pengujian sebagai berikut:

Tabel 2.

Pengaruh Iklan Online terhadap Sikap Konsumen

Pengaruh Besar

Pengaruh

Standar

Error t t-tabel Keputusan

H0 : 1.1 ≤ 0

H1 : 1.1> 0 0,492 0,065 11,834 1,962 Tolak Hipotesis Nol

Berdasarkan uji satu pihak didapatkan nilai statitik thitung sebesar 11,834 lebih

besar dari nilai uji t tabel sebesar 1,96 pada tingkat kekeliruan 5% sehingga dapat

disimpulkan hipotesis nol ditolak. Artinya iklan online berpengaruh secara signifikan

terhadap sikap konsumen. Besar pengaruh iklan online terhadap sikap konsumen adalah

positif sedang (49,2%). Artinya setiap peningkatan satu standar deviasi iklan online

akan meningkatkan nilai sikap konsumen, besar pengaruhnya adalah sedang dan sisanya

50,8% sikap konsumen dipengaruhi oleh variabel diluar iklan online.

Penyampaian pesan iklan yang baik dan akurat dari sesuatu produk merupakan

hal yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya pesan atau informasi iklan yang

bermanfaat bagi produk tersebut yang mencakup didalamnya kualitas produk, harga,

dan dimana produk tersebut bisa didapat serta cara penggunaan yang baik, sehingga

menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk membeli.

Berdasarkan hasil ini menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap iklan online

membentuk berbagai macam perasaan dan penilaian sebagai hasil dari tampilan iklan,

perasaan dan penilaian tersebut mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan dan

kepercayaan yang terkait dengan iklan online. Ini juga menggambarkan bahwa perilaku

konsumen sebelum bertindak, konsumen seringkali mengembangkan keinginan

berperilaku berdasarkan kemungkinan sikap atau tindakan yang dilakukan.

Iklan online yang baik dalam persepsi konsumen dapat membentuk sikap yang

baik terhadap iklan. Pengaruh iklan online terhadap sikap ketika konsumen membentuk

berbagai perasaan dan pertimbangan sebagai akibat keterbukaan terhadap iklan.

Page 142: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

142

Perasaan dan pertimbangan ini pada gilirannya mempengaruhi sikap konsumen terhadap

iklan. Pesan iklan yang baik mampu memberikan kontribusi terhadap sikap konsumen.

Berarti semakin bermutu pesan iklan yang disampaikan kepada para konsumen maka

akan timbul keyakinan konsumen yang kuat terhadap keberadaan produk tersebut dan

nilai produk akan menjadi lebih tinggi sehingga mampu mewujudkan sikap konsumen.

Teori iklan dan pengaruhnya terhadap sikap yang kemukakan oleh Schiffman, et

al (2008) juga menyatakan bahwa hubungan model dasar pengaruh iklan terhadap sikap

dapat ketika konsumen membentuk berbagai perasaaan (pengaruh) dan pertimbangan

(kognisi) sebagai akibat keterbukaan terhadap iklan. Perasaaan dan pertimbangan ini

pada gilirannya mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan dan keyakinan terhadap

merek yang diperoleh dari keterbukaan terhadap iklan. Ini menunjukkan bahwa iklan

online dapat mempengaruhi sikap konsumen. Untuk itu agar dapat menarik minat dan

membentuk persepsi yang positif sikap konsumen terhadap iklan online yang iklankan

haruslah dikemas secara menarik dan menghibur. Karena berdasarkan penelitian hal

pertama yang dilihat oleh konsumen online dari iklan adalah tampilan iklan tersebut

apakah menarik atau tidak. Selain itu bagaimana informasi yang diberikan dapat

memberi masukan dan gambaran tentang produk yang ditawarkan. Setelah persepsi

konsumen terhadap iklan online baik, maka sikap konsumen terhadap iklan juga akan

baik.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ng ka Po (2006:87),

dalam penelitiannya yang mempelajari bagaimana sikap konsumen terhadap iklan

online. Dalam penelitiannya digunakan faktor konten, faktor perasaan emosional dan

faktor merek terhadap efektivitas iklan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh

konten iklan yang berhubungan dengan isi iklan online membuat pengguna tertarik,

hasil juga menunjukkan bahwa sikap positf terhadap iklan online mengarah ke sikap

positif konsumen terhadap iklan online.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Abdul Azeem & Zia (2012), mereka meneliti

bagaimana iklan online mempengaruhi sikap konsumen, studi dilakukan pada negara

india. Mereka meneukan bahwa kesukaan mereka terhadap iklan, kepercayaan mereka

terhadap iklan online serta hiburan yang mereka anggap menarik dapat membuat sikap

konsumen terhadap iklan online menjadi baik. Yazeer & Akmal (2013) melakukan

penelitian tentang bagaimana iklan online mempengaruhi sikap konsumen terhadap

iklan online. Dalam penelitianya menggunakan variabel brand name, content, serta

keputusan pembelian konsumen. Hasilnya menemukan bahwa faktor konten atau isi dari

iklan online mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan secara kuat dan positif,

karena dengan informasi yang update dapat memberikan masukan kepada konsumen

dan membentuk sikap terhadap iklan online. Beberapa penelitian lainya tentang

pengaruh yang kuat dan positif iklan online terhadap sikap juga dilakukan oleh Sepstrup

(1991); Korgonkar&Walin (1999); Paparichaisi&Rubin (2000); Korgonkar&Walin

(2003); Eric, Donald & David (2004); Robert, Claire & Robin (2005); Damon & Ryan

(2008); Ping Zhang (2011); Morkeza & David (2012); Geoffrey & Lincoln (2012);

Kanbis & Amir (2012)

Page 143: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

143

Selanjutnya hipotesis ketiga dari penelitian ini adalahsebagaimana dihipotesiskan

bahwa sikap konsumen berpengaruh terhadap minat beli. Untuk menguji hipotesis ini

digunakan stastitik uji t student dengan hasil pengujian sebagai berikut:

Tabel 3.

Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli

Pengaruh Besar

Pengaruh

Standar

Error t t-tabel Keputusan

H0 : 2.1 ≤ 0

H1 : 2.1> 0 0,686 0,063 11,179 1,962 Tolak Hipotesis Nol

Tabel diatas menunjukkan hasil uji satu pihak didapatkan nilai statitik thitung

sebesar 11,179 lebih besar dari nilai uji t tabel sebesar 1,96 pada tingkat kekeliruan 5%

sehingga dapat disimpulkan hipotesis nol ditolak. Artinya sikap konsumen berpengaruh

secara signifikan terhadap minat beli konsumen. Besar pengaruh iklan online terhadap

sikap konsumen adalah positif sedang (68,6%). Artinya setiap peningkatan satu standar

deviasi sikap konsumen akan meningkatkan nilai minat beli konsumen, besar

pengaruhnya adalah sedang dan sisanya 31,4% minat beli konsumen dipengaruhi oleh

variabel diluar sikap konsumen.

Hasil diatas juga menunjukkan bahwa ketika persepsi konsumen tentang suatu

produk yang dipromosikan baik maka akan membentuk sikap yang baik pula dalam

benak konsumen. Sikap yang baik itu akan mendorong minat dari konsumen untuk

melihat, mencari informasi tentang produk tersebut dan akhirnya akan menumbuhkan

minat untuk membeli produk tersebut. Sikap konsumen berkaitan dengan seberapa

besar konsumen menyukai sesuatu atau bagaimana perasaan mereka terhadap

sesuatu, ini akan mengungkap sikap mereka terhadap objek.

Minat beli konsumen juga dapat terbentuk karena kepercayaan dan keyakinan

konsumen akan iklan tersebut. Dengan penyampaian informasi yang tepat dan akurat

dalam tayangan iklan akan membawa kesadaran konsumen akan produk yang

diiklankan. Semakin tinggi keyakinan konsumen terhadap iklan maka akan berdampak

pada sikap konsumen terhadap iklan sehingga dapat membuat minat beli konsumen

akan meningkat. Mowen dan Minor (2001) menjelaskan hubungan kepercayaan,

sikap dan perilaku, yang menyatakan terdapat hubungan yang erat antara sikap

dan perilaku. Sikap konsumen dihubungkan dengan perspektif eksperiensial,

sehingga sikap secara langsung menimbulkan tanggapan emosional.

Hasil penelitian ini mendukung teori yang disampaikan oleh Marsden dan Litler

(2008) yang menyatakan salah satu pendekatan yang mendominasi studi tentang

perilaku adalah dalam paradigma pemrosesan informasi yaitu cara dimana konsumen

mengumpulkan, memproses, menyimpan dan memanggil kembali dan menggunakan

informasi dalam proses pembuatan keputusan. Hasil diatas juga menunjukkan bahwa

ketika persepsi konsumen tentang suatu produk yang dipromosikan baik maka akan

membentuk sikap yang baik pula dalam benak konsumen. Sikap yang baik itu akan

mendorong minat dari konsumen untuk melihat, mencari informasi tentang produk

Page 144: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

144

tersebut dan akhirnya akan menumbuhkan minat untuk membeli produk tersebut. Sikap

konsumen berkaitan dengan seberapa besar konsumen menyukai sesuatu atau

bagaimana perasaan mereka terhadap sesuatu, ini akan mengungkap sikap mereka

terhadap objek (Mowen dan Minor, 2001). Sikap konsumen membentuk sebuah

kerangka kerja referensi dimana mereka menginterpretasikan dunianya. Mowen dan

Minor menjelaskan hubungan kepercayaan, sikap dan perilaku, yang menyatakan

terdapat hubungan yang erat antara sikap dan perilaku. Sikap konsumen

dihubungkan dengan perspektif eksperiensial, sehingga sikap secara langsung

menimbulkan tanggapan emosional.

Seperti diungkap secara teoritis bahwa konsumen adalah objek luar bagian

terpenting bagi setiap perusahaan. Perilaku konsumen menjadi perhatian bagi

perumus strategi perusahaan dalam setiap perusahaan. Salah satu perilaku

konsumen yang menarik bagi perusahaan adalah perilaku pembelian. Pembelian

konsumen merupakan tujuan bagi perusahaan (Siringoringo, 2004). Perilaku

pembelian akan memberikan gambaran niat untuk membeli, siapa yang dapat

mempengaruhi pembelian, siapa yang memutuskan pembelian dan siapa yang

mempengaruhi niat pembelian akan sangat bermanfaat dalam mendisain promosi

efektif yang akan digunakan. Perilaku konsumen ditentukan oleh sejauhmana

konsumen merespon terhadap strategi yang dikembangkan oleh pemasar. Beberapa

penelitian lainya terkait dengan hubungan sikap dan minat beli diantaranya,

Simamora (2002:131); Bowen dan Makens (1999:156); Peter/Olsen (2002); Schiffman

& Kanuk (2000); Zeithalm et al (1996).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka didapatkan bahwa:

1. Iklan online yang muncul diinternet selama ini mendapat persepsi yang baik dari

pengguna internet. Ini berkaitan dengan bagaimana tampilan dan desain dari

iklan dapat membentuk persepsi yang baik terhadap iklan online. Namun,

penempatan tata letak iklan online perlu mendapat perhatian karena pengguna

internet merasa terganggu dengan tata letak iklan online di internet.

2. Iklan online mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap konsumen.

Iklan oline yang didesain secara baik secara visual atau tampilan iklan yang

menarik serta pesan informasi iklan yang mencakup kualitas produk, harga serta

informasi lainnya membentuk berbagai macam perasaan dan penilaian sebagai

hasil dari tampilan iklan, perasaan dan penilaian tersebut mempengaruhi sikap

konsumen terhadap iklan dan kepercayaan yang terkait dengan iklan online. Ini

juga menggambarkan bahwa perilaku konsumen sebelum bertindak, konsumen

seringkali mengembangkan keinginan berperilaku berdasarkan kemungkinan

sikap atau tindakan yang dilakukan

3. Sikap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat membeli secara online.

Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin baik sikap dirasakannya, maka

semakin kuat minat konsumen tersebut untuk melaksanakan pembelian yang

dimaksud. Sebaliknya minat dipandang sebagai suatu variabel penentu bagi

perilaku yang sesungguhnya, artinya semakin kuat minat konsumen untuk

Page 145: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

145

melakukan pembelian atau mencapai tujuan pembeliannya, semakin besar pula

keberhasilan prediksi perilaku atau tujuan keperilakuan tersebut untuk terjadi

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. (1991), The theory of planned behavior, Organizational Behavior and Human

Decision Processes, Vol. 50, pp. 179-211.

Alan D. Smith, 2008. Online accessibility concerns in shaping consumer relationships

in the automotive industry. Online Information Review Vol. 33 No. 1, 2009 pp.

77-95.

Aaker, David A, 1986. Causes of Irritation in Advertising. Journal of Marketing (pre-

1986); Spring 1985; 49, 000002; ABI/INFORM Complete pg. 47.

Assael, Herry. 2008. Consumer Behaviour and Marketing Action, 8thedition, South-

Western College Publishing, New York University.

American Marketing Association, 2005.Marketing Mix and Strategy.Prentice Hall

International, New jersey.

Bennett, P.D., 1999. Marketing and Strategy Marketing Management.New York: The

American Marketing Association‘

Converse, William, 2001.Marketing.Third Edition, Richard D. Irwin, USA.

Corey, Cravens, 2001. Strategy Marketing.4th

ed. Burr Ridge, Illinois: Richard D. Irwin,

Inc.

Chang-Yang, Lee. Advertising, Its Determinants, and Market Structure, Review of

Industrial Organization , Aug 2002; 21, 1, ABI/INFORM Complete pg. 89.

Carlos Flavia and Miguel Guinal, 2006. Consumer trust, perceived security and privacy

policy Three basic elements of loyalty to a web site. Industrial Management &

Data Systems Vol. 106 No. 5, 2006 pp. 601-620.

David S. Evans, 2009. The Online Advertising Industry: Economics, Evolution, and

Privacy. Journal of Economic Perspectives Volume 23, Number 3 Pages 37–

60.

Engel, JF., Blackwell, RD., & Miniard, PW., 1993. Consumer Behavior. Seventh

Edition. USA: The Dryden Press.

Fotini Patsioura, Maro Vlachopoulou and Vicky Manthou, 2009. A New Advertising

Effectiveness Model for Corporate Advertising Web Sites. Benchmarking: An

International Journal Vol. 16 No.3 pp.372-386.

Fotini Patsioura, Maro Vlachopoulou and Eleonara, 2011. A Relationship Marketing

Model for Brand Advertising Websites: An Analysis of Consumers’ Perceptions.

International Journal of Management Vol.28 No.4 Part 1.

Page 146: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

146

Ferdinand. Augusty, 2000. Structural Equation Modelling Dalam Penenelitian

Manajemen, Universitas Diponegoro Press, Semarang.

Gresi Sanje and Isil Senol, 2012. The Importance of Online Behavioral Advertising for

Online Retailers. International Journal of Business and Social Science Vol.3

No.18, 2012.

Geoffrey and Lincoln, 2012. A Model of Consumer Response to Advertising Music.

Journal of Consumer Marketing 29/1 (2012) 22-24.

Giorgio Brajnik and Silvia Gabrielli, 2010. A Review of Online Advertising Effects on

the User Experience. Intl. Journal of Human-Computer Interaction, 26(10),971-

997, 2010.

Hyunjae Yu, Hye-Jin Paek and Bumjun Bae, 2008. Cross-cultural comparison of

interactivity and advertising appeals on antismoking web sites in the United

States and South Korea. Internet Research Vol. 18 No. 5, 2008 pp. 454-476.

Hair, Yoseph F. Jr., Rolph E. Anderson, Ronald L. Tatham & William C. Black, 1998.

Multivariate Data Analysis with Readings, Fourth Edition, New Jersey

Prentince-Hall, Inc.

Haigood, T. L., and Dacin, P. A. 1999. The Impact of Involvement and Argument Type

on the Persuasiveness of Popularity Claims in Advertising. In Proceedings of the

American Marketing Association Winter Educators‘ Conference, Vol. 10.

Chicago, IL: AmericanMarketing Association, 19-20.

Henry Maria, 2008. Integrative online shopping model: The mediating role of

advertising. ProQuest Dissertations and Theses: The Humanities and Social

Sciences Collection.

Howard, John A. and Seth, Jagdisth N., 1969. The Theory of Buyer Behavior. New

York: John Willey & Sonds, Inc.

Hardesty, D. M., Carlson, J. P., and Bearden, W. O. 2002. Brand Familiarity and

Invoice Price Effects on Consumer Evaluations: The Moderating Role of

Skepticism toward Advertising. Journal of Advertising, 31(2), 1-15.

Ilham, Sermani Moh. 2005. Perilaku Konsumen dalam Pengambilan Keputusan

Pembelian Produk: Tinjauan Strategi Promosi dalam pemasaran. Penerbit

Gramedia Pustaka Jakarta.

Isbond, Peter Paul J, 2002. Consumer Behavior and Marketing Strategy. McGraw Hill

International, London.

Jae Jin Park, 2003. Understanding Consumer Intention to Shop Online. A Dissertation

presented to the Faculty of the Graduate School University of Missouri –

Columbia.

Page 147: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

147

John Chandler-Pepelnjak, 2010. Modelling Conversions in Online Advertising. The

University of Montana.

James Mathew , Peter M. Ogedebe and Segun M. Ogedebe, 2013. Influence of Web

Advertising on Consumer Behaviour in Maiduguri Metropolis, Nigeria. Asian

Journal Social of Social Sciences & Humanities.

Joonghwa Lee, M.A and Mira Lee, Ph.D, 2011. Factors Influencing the Intention to

Watch Online Video Advertising. Cyberpsychology, Behavior, and Social

Networking Volume 14, Number 10.

Justin P. Johnson, 2013. Targeted Advertising and Advertising Avoidance. RAND

Journal of Economics Vol.44, No.1 pp.128-144, 2013.

Jiang, Pingjun and Rosenbloom, Bert, 2005. Customer intention to return online

European Journal of Marketing; 2005; 39, 1/2; ABI/INFORM Complete pg. 150.

Kelman, H. C. 1961. Processes of Opinion Change. Public Opinion Quarterly, 25, 57-

78.

Kaynak, Erdener;Kucukemiroglu, Orsay, Kara, Ali. Creating effective advertising

strategies in developing markets. International Journal of Commerce &

Management;1996: 6, 3/4 ABI/INFORM Complete pg. 105.

Kotler, P., 2003. Marketing Management. Elevent Edition. USA :Pearson Education,

Inc.

Kotler, P., Armstrong, G., Saunders, J., and Wong, V., 1999. Principles of Marketing.

2nd Edition. USA :Prentice-Hall, Inc.

Kotler, Philips, 2007. Marketing Strategy and Management: Analisys, Planning,

Implementation and Control. 8th ed. Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall

International. Inc.

Mackie, D. M. 1987. Systematic and Nonsystematic Processing of Majority and

Minority Persuasive Communications. Journal of Personalityand Social

Psychology, 53, 41-52.

Malthouse, Edward C. Calder, Bobby J. Tamhane, Ajit. The Effects Of Media Context

Experiences On Advertising Effectiveness Journal of Advertising.Fall 2007; 36,

3; ProQuest pg. 7

Pollay, R. W. 1983. Measuring der Cultural Values Manifest in Advertising.Current

Issues and Research in Advertising, 6: 71-92.

Richards, Jef Curran and Catharine M, 2002. Oracles on "advertising": Searching for a

definition. Journal of Advertising 31, 2; ProQuest pg. 63.

Stern, B. L., Krugman, D. M., & Resnik, A. 1981. Magazine Advertising: An Analysis

of Its Information Content - Do ads inform or persuade?.Journal of Advertising

Research, 21 (2): 39-44.

Page 148: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

148

Schiffman, Leon G. and Kanuk, Leislie Lazar, 2000. Consumer Behavior. Seventh

Edition. USA :Prentice-Hall, Inc.

Stoner, J.A.F. R.E. Freeman, 1999.Management in Marketing and Strategy

Planning.6th.ed. Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall International. Inc.

------------------------------------, 2003.Strategy of Promotion Mix.Englewood Cliffs, N.J:

Prentice Hall International. Inc.

Swastha, Basu, 2001. Manajemen Pemasaran. Bandung: Remaja Karya.

Sabatini and Joanna, 2000. Reebok makes its move into online marketing. Adweek; Jan

3 ; ProQuest Research Library pg. 28.

Stewart, David W. McGann, Anthony F., Speculations on the Future of Advertising

Research Journal of Advertising. Sep 1992; 21, 3. ProQuest pg. 1

Stefan Schwarzkopf., What Was Advertising? The Invention, Rise, Demise,and

Disappearance of Advertising Concepts in Nineteenth- and Twentieth-Century

Europe and America. Business and economic on-line, vol 7, 2009.

Shaffer, Greg;Zettelmeyer, Florian. Advertising in a Distribution Channel.Marketing

Science.Fall 2004; 23, 4; ProQuest pg. 619

Terry, George R., 2004.Consumer Behavior and Desainer in Taking Decision. Six

Edition, Prentice Hall, New jersey.

Terri J. Seligman, 2004. Marketing through Online Promotions. The Computer &

Internet Lawyer Volume 21 , Number 4 April 2004.

Tjiptono, Fandy, 2004. Strategi Pemasaran. PenerbitAndi, Yogyakarta.

Wilkie, Wieliam L., 1990. Consumer Behavior. 2nd. Edition. Canada: John Wiley &

Sons, Inc.

Wolin, Lori D, Korgaonkar and Pradeep, 2003. Web advertising: Gender differences in

beliefs, attitudes and behavior. Internet Research; 13, ProQuest pg. 375.

Wathen, C Nadine;Burkell, Jacquelyn, 2002. Believe it or not: Factors influencing

credibility on the Web. Journal of the American Society for Information Science

and Technology; Jan 15, 2002; 53, 2; ProQuest pg. 134.

Ying Wang and Shaojing Sun, 2009. Examining the role of beliefs and attitudes in

online advertising A comparison between the USA and Romania. International

Marketing Review Vol. 27 No. 1, 2010 pp. 87-107.

Zaltman, Gerald and Wallendorf, Melani, 1979. Consumer Behavior: Basic Findings

and Management Implications. USA : John Willey & Sons Inc.

Page 149: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

149

Zain-Ul-Abideen and Salman Saleem, 2010. Effective advertising and its influence on

consumer buying behavior. European Journal of Business and Management

ISSN 2222-1905 (Paper) ISSN 2222-2839 Vol 3, No.3.

Page 150: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

150

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA YANG

BERWAWASAN LINGKUNGAN DI TAMAN ANGGREK RAGUNAN

JAKARTA SELATAN

Nur Aulinah1

Akhmad Sefudin2

1Mahasiswa Pendidikan Ekonomi

2Dosen Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

Email:[email protected]

[email protected]

ABSTRAK

The purpose of this study was to determine the alternative strategy that can be done in

the development of environmentally aware agro-tourism in the orchid garden of

Ragunan (TAR) with SWOT ((Strength, Weakness, Opportunities, dan Treats) analysis

approach and to determine the priority of its development strategy based on the method

QSPM. The research method used was qualitative and descriptive research method. The

result of this study showed that the combination of IFE (Internal Factor Evaluation)

matrix and EFE (External Factor Evaluation) matrix in the IE (Internal-External)

matrix showed positioning orchid garden of Ragunan (TAR) in which cells grow and

preserve IV. Based on SWOT analysis, produced 5 alternative development strategy

that be can done with QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) based analysis,

a strategy that has the highest priority was to improved service and quality human

resources termsof both safety and comfort in order to achieve the level of customer

satisfaction as it offers new products in each agro product with a score of 6,996.

Keywords : The alternative strategy in the development of environmentally aware agro-

tourism

Abstrak

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui alternatif strategi yang dapat dilakukan

dalam upaya pengembangan agrowisata yang berwawasan lingkungan di Taman

Anggrek Ragunan melalui pendekatan analisis SWOT dan untuk menentukan prioritas

strategi pengembangannya berdasarkan metode QSPM. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan deskriptif. Hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa kombinasi matriks IFEdan matriks EFEdalam matriks

IEmemposisikan Taman Anggrek Ragunan pada sel IV yaitu tumbuh dan bina.

Berdasarkan analisis SWOT, dihasilkan 5 alternatif strategi pengembangan yang dapat

dilakukan. Berdasarkan analisis QSPM, strategi yang memiliki prioritas tertinggi

adalahmeningkatkan pelayanan dan kualitas SDM (sumber daya manusia) baik dari segi

Page 151: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

151

keamanan dan kenyamanan demi tercapainya tingkat kepuasan konsumen seperti

menawarkan produk baru pada setiap produk agrowisata dengan skor 6,996.

Kata kunci : Alternatif strategi pengembangan agrowisata yang berwawasan

lingkungan

PENDAHULUAN

Peluang di sektor pariwisata cukup prospektif, selain sebagai salah satu

penghasil pertumbuhan ekonomi kreatif. Objek wisata merupakan penghasil devisa non-

migas yang kini banyak dikembangkan di berbagai daerah. Pandangan masyarakat

dalam menikmati objek wisata telah mengalami perubahan ke bentuk wisata yang

spesifik misalnya agrowisata. Agrowisatamerupakan rangkaian kegiatan wisata yang

memanfaatkan potensi pertanian sebagai objek wisata, baik potensi berupa

pemandangan alam kawasan pertaniannya maupun kekhasan dan keanekaragaman

aktivitas produksi dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat petaninya. Tanaman

hias memiliki prospek yang masih cukup cerah untuk dikembangkan baik di pasar

domestik maupun pasar mancanegara. Salah satu tanaman hias yang diminati oleh

masyarakat adalah anggrek.

Anggrek merupakan tanaman hias yang sangat populer karena memiliki jenis

yang beragam. Indonesia juga memiliki iklim yang cocok untuk budidaya anggrek. Hal

tersebut merupakan potensi dalam mengembangkan agribisnis anggrek. Anggrek dapat

diusahakan pada luas lahan yang terbatas dengan hasil yang optimal.

Taman Anggrek Ragunan (TAR) adalah salah satu objek agrowisata di DKI

Jakarta dan sudah berdiri sejak 34 tahun yang lalu. Taman anggrek Ragunan (TAR)

merupakan aset Pemda DKI Jakarta dengan luas lahan sekitar 5 ha, dikelola oleh Dinas

Pertanian DKI Jakarta. Keberadaan TAR menjadi salah satu objek agrowisata, yang

berfungsi sebagai tempat wisata, tempat berlangsungnya aktivitas agribisnis tanaman

anggrek baik dalam bentuk tanaman maupun bunga potong, dan sebagai sarana untuk

mempelajari seluk beluk pemeliharaan anggrek.Namun, dalam perkembangannya

keberadaan agrowisata Taman Anggrek Ragunan kurang dikenal dan diketahui

masyarakat. Apabila melihat potensi ekologis Taman Anggrek Ragunan, maka

mengembangkan agrowisata berwawasan lingkungan di Taman Anggrek Ragunan akan

lebih banyak manfaatnya. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian tentang ―Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata

yang Berwawasan Lingkungan di Taman Anggrek Ragunan Jakarta Selatan‖.

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut : (1). Alternatif strategi apakah yang dapat dilakukan dalam upaya

pengembangan agrowisata yang berwawasan lingkungan di Taman Anggrek Ragunan

dengan pendekatan analisis SWOT? (2). Dari beberapa alternatif tersebut, strategi mana

yang harus diprioritaskan berdasarkan metode QSPM (Quantitative Strategic Planning

Matriks)?

TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan Pariwisata Berwawasan Lingkungan

―Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu tantangan baru bagi

umat manusia yang hidup di zaman baru, yakni zaman pembangunan yang sadar dan

tanggap lingkungan‖ (Soeriaatmadja, 2000:65). Sedangkan ―konsep pembangunan

yang berwawasan lingkungan adalah konsep pembangunan yang ingin menyelaraskan

antara aktivitas ekonomi dan ketersediaan sumber daya alam (nature resources)”

(Yakin, 1997:19).

Page 152: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

152

Pengertian Agrowisata

―Dari perspektif pertanian, agrowisata atau agroturisme adalah suatu bentuk

pariwisata yang memanfaatkan usaha agro atau agribisnis sebagai objek wisata dengan

tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan wisata di

bidang pertanian‖ (Departemen Pertanian, 2005).

Daya Tarik Agrowisata

―Agribisnis mencakup aspek ilmu pengetahuan, teknologi dan kemasyarakatan

dan mencakup bidang tanaman pangan, holtikultura, peternakan, perikanan, perkebunan

dan kehutanan‖ (Saragih, 2001:1).

Aspek-Aspek dalam Pengembangan Agrowisata

Upaya pengembangan Agrowisata secara garis besar mencakup aspek

pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana dan

kelembagaan.

Perencanaan Agrowisata Berwawasan Lingkungan

Rencana pengelolaan agrowisata merupakan alat untuk menetapkan dan

pengkaji keseluruhan kebijakan yang akan diambil untuk mewujudkan agrowisata.

Dalam perencanaan agrowisata akan mencakup berbagai subyek, seperti bagaimana

pariwisata harus dikelola dengan baik, meminimalisasi dampak, menyusun pola dan

arah pengembangannya.

Proses Manajemen Strategi

―Perencanaan strategi adalah proses pemilihan tujuan-tujuan organisasi,

penentuan strategi, kebijaksanaan dan program-program yang diperlukan untuk tujuan-

tujuan tersebut dan penetapan metoda-metoda yang dperlukan untuk menjamin bahwa

startegi dan kebijaksanaan telah diimplementasikan‖ (Handoko, 2003:92).

Lingkungan Internal

Lingkungan internal menggambarkan suatu kondisi yang berada di dalam

perusahaan. Lingkungan internal terdiri dari aspek sumber daya manusia, pemasaran,

keuangan, manajemen, sistem manajemen informasi, produk, serta penelitian dan

pengembangan yang dapat diidentifikasikan menjadi faktor kekuatan dan kelemahan

perusahaan.

Lingkungan Eksternal

Lingkungan ekternal mempunyai unsur-unsur yang berpengaruh langsung

(lingkungan ekstern mikro) dan yang berpengaruh tidak langsung (lingkungan ekstern

makro). Lingkungan ekstern mikro terdiri dari para pesaing, penyedia, langganan,

lembaga-lembaga keuangan, pasar tenaga kerja dan perwakilan-perwakilan pemerintah.

―Unsur-unsur lingkungan ekstern makro mencakup teknologi, ekonomi, politik, dan

sosial yang mempengaruhi iklim dimana organisasi beroperasi dan mempunyai potensi

menjadi kekuatan-kekuatan sebagai lingkungan ekstern mikro‖ (Handoko, 2003:62).

Matriks I-E (Internal-Eksternal)

Matriks I-E merupakan gabungan dari lingkungan internal dan eksternal yang

berisikan 9 sel lengkap dengan strateginya yang memperlihatkan kombinasi dari matriks

Page 153: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

153

IFE dan EFE. ―Matriks I-E juga dapat digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan

dengan berdasarkan pada total skor internal dan eksternal‖ (Wheelen dalam Rangkuti,

2000:137).

Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, dan Treats)

Keseluruhan evaluasi tentang kekuatan, kelemahan, peluan dan ancaman

perusahaan disebut analisis SWOT. ―Analisis SWOT (Strength, Weakness,

Opportunities, dan Treats) adalah cara untuk mengamati lingkungan pemasaran

eksternal dan internal‖ (Kotler, 2008:51).―Matriks SWOT merupakan salah satu alat

pencocokan yang penting untuk manajer dalam mengembangkan 4 tipe strategi yang

akan menghasilkan alternatif strategi‖ (David, 2004:284).

QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks)

QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi

alternatif strategi secara obyektif, berdasaran faktor internal dan eksternal yang telah

diidentifikasi sebelumnya.―Teknik ini secara obyektif mengindikasikan alternatif

strategi mana yang terbaik.

METODOLOGI

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian

kualitatif. ―Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian berdasarkan pada

filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagi instrumen kunci,

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik

pengumpulan data dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada

generalisasi‖ (Sugiyono, 2007:14).

Selain itu, metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. ―Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum

atau generalisasi‖ (Sugiyono, 2007:206).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Matriks IFE disusun setelah dilakukan identifikasi faktor internal yang meliputi

kekuatan dan kelemahan dari TAR. Data dan informasi mengenai aspek internal

diperoleh dari hasil identifikasi faktor melalui kuisioner, pengamatan lapang, dan

wawancara dengan pengelola TAR untuk lebih memastikan keberadaan faktor tersebut

dan memastikan pengaruhnya secara langsung pada TAR. Bobot dari masing-masing

faktor ditentukan oleh responden yang terdiri dari 2 orang pihak internal. Hasil

pembobotan faktor-faktor internal dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 154: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

154

Tabel 1. Bobot Faktor Internal

No. FAKTOR KUNCI Bobot Bobot

Rata-rata Responden 1 Responden 2

KEKUATAN

1. Kegiatan promosi yang

dilakukan 0,111 0,12 0,1155

2. Pelayanan karyawan terhadap

pengunjung 0,121 0,12 0,1205

3. Penggunaan sistem informasi

manajemen (internet, fax,

komputer)

0,137 0,141 0,1390

4. Konsep agrowisata yang

berbasis konservasi, lingkungan

hidup dan pendidikan

0,137 0,13 0,1335

5. (Adanya variasi produk)

Menawarkan produk agrowisata

tanaman hias lainnya

0,121 0,12 0,1205

6. Tersedianya sarana dan

prasarana pengunjung (tempat

parkir, toilet, dll)

0,116 0,12 0,1180

KELEMAHAN

1. Kualitas SDM dibidang promosi

dan pemasaran 0,068 0,057 0,0625

2. Pemasaran dan jalur distribusi

yang terbatas 0,068 0,062 0,0650

3. Kondisi infrastruktur yang

kurang diremajakan karena

sudah rusak dan belum

diperbaiki

0,111 0,062 0,0865

4. Sumber dana kegiatan

operasional dari modal

sendiri/pribadi

0,068 0,062 0,0650

Total 1,000 1,000 1,000

Sumber : Data Hasil Penelitian di TAR

Faktor internal yang sangat penting bagi TAR adalah penggunaan sistem

informasi manajemen (internet, fax, komputer) dengan bobot sebesar 0,1390, konsep

agrowisata yang berbasis konservasi, lingkungan hidup dan pendidikan dengan bobot

0,1335 serta pelayanan karyawan terhadap pengunjung dan (adanya variasi produk)

menawarkan produk agrowisata tanaman hias lainnya, memiliki bobot yang sama yaitu

sebesar 0,1205. Penggunaan sistem informasi manajemen (internet, fax, komputer)

merupakan faktor internal yang memperoleh bobot tertinggi karena mempunyai

pengaruh yang besar untuk mempermudah kegiatan operasional di TAR. Proses

pemberian rating dilakukan dengan melihat keefektifan strategi TAR terhadap berbagai

faktor internal. Matriks IFE menghasilkan total skor yang menggambarkan kondisi

internal TAR. Skor matriks IFE dapat dilihat pada tabel 2. Total rataan skor untuk faktor

kekuatan sebesar 2,7507 sedangkan rataan skor total faktor kelemahan sebesar 0,3872.

Hal ini menunjukkan TAR memiliki faktor kekuatan yang besar dibandingkan faktor

Page 155: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

155

kelemahan, sehingga TAR dapat memanfaatkan kekuatannya dalam mengembangkan

usaha.

Tabel 2. Skor Matriks IFE

No. FAKTOR KUNCI Bobot

Rata-rata

Rating

Rata-rata Skor

KEKUATAN

1. Kegiatan promosi yang dilakukan 0,1155 3,50 0,4042

2. Pelayanan karyawan terhadap

pengunjung 0,1205 4,00 0,4820

3. Penggunaan sistem informasi

manajemen (internet, fax,

komputer)

0,1390 4,00 0,5560

4. Konsep agrowisata yang berbasis

konservasi, lingkungan hidup dan

pendidikan

0,1335 4,00 0,5340

5. (Adanya variasi produk)

Menawarkan produk agrowisata

tanaman hias lainnya

0,1205 3,00 0,3615

6. Tersedianya sarana dan prasarana

pengunjung (tempat parkir, toilet,

dll)

0,1180 3,50 0,4130

Total Skor Faktor Kekuatan 2,7507

KELEMAHAN

1. Kualitas SDM dibidang promosi

dan pemasaran 0,0625 1,00 0,0625

2. Pemasaran dan jalur distribusi

yang terbatas 0,0650 1,50 0,0975

3. Kondisi infrastruktur yang kurang

diremajakan karena sudah rusak

dan belum diperbaiki 0,0865 1,50 0,1297

4. Sumber dana kegiatan operasional

dari modal sendiri/pribadi 0,0650 1,50 0,0975

Total Skor Faktor Kelemahan 0,3872

Total 1,000 3,1379

Sumber : Data Hasil Penelitian di TAR

Kekuatan utama bagi TAR adalah penggunaan sistem informasi

manajemendengan skor sebesar 0,5560, konsep agrowisata yang berbasis konservasi,

lingkungan hidup dan pendidikan dengan skor 0,5340 serta pelayanan karyawan

terhadap pengunjung yang memiliki skor sebesar 0,4820. Kelemahan utama bagi TAR

adalah kondisi infrastruktur yang kurang diremajakan karena sudah rusak dan belum

diperbaiki dengan skor 0,1297, pemasaran dan jalur distribusi yang terbatas serta

sumber dana kegiatan operasional dari modal sendiri/pribadi dengan skor sebesar

0,0975. Total skor yang dihasilkan dari matriks IFE adalah sebesar 3,1379. Hal ini

menunjukkan bahwa TAR berada dalam kondisi internal kuat.

Page 156: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

156

Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation)

Matriks EFE dihasilkan melalui pembobotan dan pemberian peringkat pada

faktor-faktor eksternal kunci. Tabel 3 merupakan hasil perhitungan dari matriks EFE.

Tabel 3. Bobot Faktor Eksternal

No. FAKTOR KUNCI Bobot Bobot

Rata-rata Responden 1 Responden 2

PELUANG

1. Dukungan dari pemerintah

daerah dan swasta 0,119 0,122 0,1205

2.

Tingkat jumlah pengunjung

ketika musim liburan dan hari

raya

0,119 0,064 0,0915

3. Perkembangan teknologi dan

informasi 0,125 0,122 0,1235

4. Kondisi perekonomian

Indonesia yang semakin

membaik

0,119 0,064 0,0915

5. Meningkatnya laju

pertumbuhan penduduk 0,114 0,122 0,118

6. Perubahan perilaku dan gaya

hidup masyarakat 0,114 0,128 0,121

ANCAMAN

1. Adanya pesaing di kawasan

agrowisata 0,072 0,064 0,068

2. Keberadaan pedagang jasa

maupun barang disekitar

kawasan agrowisata

0,067 0,122 0,0945

3. Kondisi iklim yang tidak

dapat diprediksikan 0,072 0,122 0,097

4. Kenaikan harga dasar tarif

telepon, listrik dan BBM 0,072 0,064 0,068

Total 1,0000 1,0000 1,0000

Data tabel 3 memperlihatkan bahwa faktor eksternal yang sangat penting bagi

TAR adalah perkembangan teknologi dan informasi dengan bobot sebesar 0,1235,

dukungan dari pemerintah daerah dan swasta dengan bobot sebesar 0,1205, kondisi

iklim yang tidak dapat diprediksikan dengan bobot sebesar 0,097, serta keberadaan

pedagang jasa maupun barang disekitar kawasan agrowisata dengan bobot sebesar

0,0945.Proses peratingan terhadap faktor eksternal dilakukan dengan melihat

keefektifan strategi TAR terhadap berbagai faktor-faktor eksternal. Matriks EFE

menghasilkan total skor yang menggambarkan respon TAR terhadap berbagai peluang

dan ancaman eksternal yang terjadi. Skor dari matriks EFE disajikan pada tabel 4.

Page 157: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

157

Tabel 4. Skor Matriks EFE

No. FAKTOR KUNCI Bobot

Rata-rata

Rating

Rata-rata Skor

PELUANG

1. Dukungan dari pemerintah

daerah dan swasta 0,1205 3,50 0,4217

2. Tingkat jumlah pengunjung

ketika musim liburan dan hari

raya

0,0915 3,00 0,2745

3. Perkembangan teknologi dan

informasi 0,1235 2,50 0,3087

4. Kondisi perekonomian

Indonesia yang semakin

membaik

0,0915 1,50 0,1372

5. Meningkatnya laju

pertumbuhan penduduk 0,1180 2,50 0,2950

6. Perubahan perilaku dan gaya

hidup masyarakat 0,1210 4,00 0,4840

Total Skor Faktor Peluang 1,9211

ANCAMAN

1. Adanya pesaing di kawasan

agrowisata 0,0680 2,50 0,1700

2. Keberadaan pedagang jasa

maupun barang disekitar

kawasan agrowisata

0,0945 2,50 0,2362

3. Kondisi iklim yang tidak dapat

diprediksikan 0,0970 4,00 0,3880

4. Kenaikan harga dasar tarif

telepon, listrik dan BBM 0,0680 3,00 0,2040

Total Skor Faktor Ancaman 0,9982

Total 1,0000 2,9193

Peluang utama bagi TAR adalah perkembangan teknologi dan informasi dengan

bobot sebesar 0,1235, dukungan dari pemerintah daerah dan swasta dengan bobot

sebesar 0,1205. Variabel yang menjadi ancaman bagi TAR adalah kondisi iklim yang

tidak dapat diprediksikan dengan bobot sebesar 0,097, serta keberadaan pedagang jasa

maupun barang disekitar kawasan agrowisata dengan bobot sebesar 0,0945. Total skor

matriks EFE adalah sebesar 2,9193. Total skor rata-rata untuk faktor peluang adalah

sebesar 1,9211 sedangkan total skor rata-rata untuk faktor ancaman adalah sebesar

0,9982. Hal ini menunjukkan bahwa TAR memiliki faktor ancaman yang lebih kecil

dibandingkan faktor peluang, sehingga TAR dapat memanfaatkan peluang eksternal

untuk mengurangi ancaman.

Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Analisis Matriks IE (Internal-Eksternal)

Matriks IE merupakan penggabungan dari matriks IFE dan Matriks EFE. Pada

gambar 1, total skor IFE adalah 3,1379 yang menggambarkan bahwa TAR berada pada

kondisi internal kuat dan skor total EFE adalah 2,9193 yang artinya bahwa TAR

Sumber : Data Hasil Penelitian di TAR

Page 158: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

158

memiliki kemampuan yang rata-rata dalam memanfaatkan peluang maupun

menghindari ancaman lingkungan eksternal. Sehingga faktor internal dapat menutupi

kekurangan dari faktor eksternal.

Total Skor Faktor IFE

Kuat Sedang Lemah

4,0 3,0 2,0 1,0

Total Skor

Faktor EFE

Berdasarkan hasil matriks IE, posisi TAR saat ini, yaitu pada kotak IV di kuadran

matriks IE. Strategi yang dapat dijalankan merupakan strategi tumbuh dan bina atau

strategi pertumbuhan. Pada posisi ini strategi yang dapat dilakukan adalah penetrasi

pasar (market penetration) dan pengembangan produk (product development).

Analisis Matriks SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, Threat)

Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi yang didapat pada matriks

IE. Penggunaan matriks SWOT ini akan menghasilkan strategi yang harus digunakan

secara lebih detail. Matriks SWOT terdiri dari pengembangan empat alternatif strategi

kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities) dan ancaman

(Threat) pada perusahaan. Hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada gambar 2.

Faktor Internal

KEKUATAN – S

1. Kegiatan promosi yang

dilakukan

2. Pelayanan karyawan

terhadap pengunjung

3. Penggunaan sistem

informasi manajemen

(internet, fax, komputer)

4. Konsep agrowisata yang

berbasis konservasi,

lingkungan hidup dan

pendidikan

5. (Adanya variasi produk)

Menawarkan produk

KELEMAHAN –W

1. Kualitas SDM dibidang

promosi dan pemasaran

2. Pemasaran dan jalur

distribusi yang terbatas

3. Kondisi infrastruktur

yang kurang

diremajakan karena

sudah rusak dan belum

diperbaiki

Sumber pendanaan

kegiatan operasional dari

modal sendiri/pribadi

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

Tinggi

Menengah

Rendah

3,0

2,0

1,0

Sumber : Data Hasil Penelitian di TAR

Gambar 1. Matriks IE (Internal-Eksternal)

Page 159: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

159

Faktor Eksternal

agrowisata tanaman hias

lainnya

Tersedianya sarana dan

prasarana pengunjung

(tempat parkir, toilet, dll)

PELUANG – O

1. Dukungan dari

pemerintah daerah dan

swasta

2. Tingkat jumlah

pengunjung ketika

musim liburan dan hari

raya

3. Perkembangan

teknologi dan

informasi

4. Kondisi perekonomian

Indonesia yang

semakin membaik

5. Meningkatnya laju

pertumbuhan

penduduk

6. Perubahan perilaku dan

gaya hidup masyarakat

STRATEGI SO

1. Mengembangkan

potensi yang dimiliki

perusahaan dan tetap

mempertahankan

konsep agrowisata yang

sudah ada. (S2, S4, S5,

S6, O2, O6)

2. Mengoptimalkan sistem

informasi manajemen

baik dalam operasional

maupun promosi. (S1,

S3, O1, O3, O4, O5)

STRATEGI WO

Memperbaiki sistem

manajemen agar sesuai

dengan pola kerja dan

kebutuhan perusahaan

sehingga dicapai efisiensi

dan efektivitas untuk

menekan biaya operasional.

(WI, W2, W3, W4, O1, O2,

O3, O4, O5, O6)

ANCAMAN – T

1. Adanya pesaing di

kawasan agrowisata

2. Keberadaan pedagang

jasa maupun barang

disekitar kawasan

agrowisata

3. Kondisi iklim yang tidak

dapat diprediksikan

Kenaikan harga dasar

tarif telepon, listrik dan

BBM

STRATEGI ST

1. Meningkatkan

pelayanan dan kualitas

SDM baik dari segi

keamanan dan

kenyamanan demi

tercapainya tingkat

kepuasan konsumen

seperti menawarkan

produk baru pada setiap

produk agrowisata. (S1,

S2, S3, S4, S5, S6, T1,

T2, T3, T4)

STRATEGI WT

1. Melakukan perawatan

dan perbaikan

infrastruktur demi

tercapai kepuasan dalam

pelayanan. (WI, W2,

W3, W4, T1, T2, T3,

T4, T5, T6)

Berdasarkan analisis SWOT pada gambar 2, terdapat beberapa alternatif strategi

yang dapat diterapkan oleh TAR sebagai berikut.

1. Strategi SO (Strength-Opportunities)

Sumber : Data Hasil Penelitian di TAR

Gambar 2. Matriks SWOT

Page 160: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

160

Strategi S-O merupakan strategi diciptakan dengan mendayagunakan

kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi S-O yang

dapat diterapkan yaitu :

a. Mengembangkan potensi yang dimiliki perusahaan dan tetap

mempertahankan konsep agrowisata yang sudah ada. (S2, S4, S5, S6, O2,

O6).

b. Mengoptimalkan sistem informasi manajemen baik dalam operasional

maupun promosi. (S1, S3, O1, O3, O4, O5)

2. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)

Strategi W-O adalah strategi yang ditujukan untuk mengatasi kelemahan

dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi yang dapat diterapkan oleh

TAR adalah :

Memperbaiki sistem manajemen agar sesuai dengan pola kerja dan kebutuhan

perusahaan sehingga dicapai efisiensi dan efektivitas untuk menekan biaya

operasional. (WI, W2, W3, W4, O1, O2, O3, O4, O5, O6).

3. Strategi ST (Strength-Threats)

Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan

untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman eksternal perusahaan.

Strategi S-T yang dapat diterapkan oleh TAR adalah

Meningkatkan pelayanan dan kualitas SDM baik dari segi keamanan dan

kenyamanan demi tercapainya tingkat kepuasan konsumen seperti menawarkan

produk baru pada setiap produk agrowisata. (S1, S2, S3, S4, S5, S6, T1, T2, T3,

T4).

4. Strategi WT (Weaknesse-Threats)

Strategi W-T adalah strategi yang ditujukan untuk mengurangi kelemahan

internal yang dimiliki perusahaan dan menghindari ancaman eksternal yang ada.

Strategi yang diterapkan TAR adalah :

Melakukan perawatan dan perbaikan infrastruktur demi tercapai kepuasan dalam

pelayanan. (WI, W2, W3, W4, T1, T2, T3, T4, T5, T6).

Tahap Keputusan (Decision Stage)

Tahap keputusan (decision stage) merupakan tahap ketiga atau terakhir dalam

tahap-tahap formulasi strategi. Pada tahap ini dilakukan pemilihan strategi terbaik dari

prioritas strategi yang dijalankan perusahaan.

Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks)

Penggunaan QSPM bertujuan untuk memperoleh strategi alternatif terbaik yang

dapat diimplementasikan perusahaan berdasarkan dengan kondisi riil perusahaan.Hasil

analisis QSPM menunjukkan bahwa alternatif strategi meningkatkan pelayanan dan

kualitas SDM baik dari segi keamanan dan kenyamanan demi tercapainya tingkat

kepuasan konsumen seperti menawarkan produk baru pada setiap produk agrowisata

menjadi yang paling diprioritaskan dengan skor 6,996. Prioritas strategi pengembangan

Taman Anggrek Ragunan (TAR) dapat dilihat pada tabel 5.

Page 161: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

161

Tabel 5. Prioritas Strategi Pengembangan Taman Anggrek Ragunan (TAR)

No Prioritas Strategi Total Skor

1. Meningkatkan pelayanan dan kualitas SDM baik dari

segi keamanan dan kenyamanan demi tercapainya

tingkat kepuasan konsumen seperti menawarkan

produk baru pada setiap produk agrowisata.

6,996

2. Mengoptimalkan sistem informasi manajemen baik

dalam operasional maupun promosi. 6,948

3. Melakukan perawatan dan perbaikan infrastruktur

demi tercapai kepuasan dalam pelayanan. 6,835

4. Memperbaiki sistem manajemen agar sesuai dengan

pola kerja dan kebutuhan perusahaan sehingga dicapai

efisiensi dan efektivitas untuk menekan biaya

operasional.

6,628

5. Mengembangkan potensi yang dimiliki perusahaan dan

tetap mempertahankan konsep agrowisata yang sudah

ada.

6,498

Sumber : Data Hasil Penelitian di TAR

Manfaat yang dapat diperoleh dari peningkatan pelayanan dan kualitas SDM adalah

dapat meningkatkan jumlah pengunjung dan pembeli produk di TAR dan dapat

meningkatkan kenyamanan serta kepuasan konsumen dengan adanya berbagai macam

varietas yang ditawarkan oleh TAR, tidak hanya bunga anggrek saja tetapi juga tanaman

hias lainnya.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik simpulan bahwa :

1. Kombinasi matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE (External

Factor Evaluation) dalam matriks IE (Internal-Eksternal) memposisikan Taman

Anggrek Ragunan pada sel IV yaitu tumbuh dan bina.

2. Berdasarkan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threat). dihasilkan

5 alternatif strategi yang dapat dilakukan.

3. Berdasarkan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks), maka strategi

yang memiliki prioritas tertinggi adalah meningkatkan pelayanan dan kualitas SDM

baik dari segi keamanan dan kenyamanan demi tercapainya tingkat kepuasan

konsumen seperti menawarkan produk baru pada setiap produk agrowisata menjadi

yang paling diprioritaskan dengan skor 6,996.

Saran Beberapa saran yang dapat dijadikan masukan bagi pihak manajemen di Taman

Anggrek Ragunan untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dapat memuaskan

kebutuhan pengunjungnya adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan daya tarik, antara lain yaitu dengan menambah koleksi tanaman

dengan aneka tanaman hias yang unik dan jarang ditemui.

2. Masalah keberadaan pedagang jasa maupun barang yang dapat mengganggu akses

jalan menuju Taman Anggrek Ragunan merupakan masalah yang perlu di cari

Page 162: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

162

pemecahannya. Untuk itu sebaiknya TAR melakukan pembicaraan yang lebih

intensif dengan pihak pemda setempat.

3. Melakukan survei kepuasan pengunjung secara berkala agar dapat terus

meningkatkan kepuasan pengunjungnya.

4. Meningkatkan kualitas SDM salah satunya dengan cara merekrut tenaga SDM

berdasarkan pendidikan dan keahlian sesuai dengan bidangnya. Untuk tenaga SDM

yang sudah ada, sebaiknya diberikan pembinaan dan pelatihan secara berkelanjutan

untuk meningkatkan kemampuannya.

DAFTAR PUSTAKA Handoko Hani T. 2003. Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Kotler Philip. 2008. Manajemen Pemasaran. Jilid 1 Terjemahan dalam Bahasa

Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Marpaung Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta.

Masriah dan Mujahid. 2011. Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan. Malang

: Universitas Negeri Malang (UM Press).

Pendit Nyoman S. 2002. Ilmu Pariwisata. Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Soeriaatmadja. 2000. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Pembangunan Berkelanjutan

yang Berwawasan Lingkungan. Jakarta : Depdiknas.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Http://database.deptan.go.id/agrowisata. Departemen Pertanian: Strategi

Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. Diakses pada tanggal20 Maret 2014.

Http://database.deptan.go.id. Direktorat Jendral Hortikultura: Data Ekspor Impor

Anggrek 2006-2010. Diakses pada tanggal 20 Maret 2014.

Http://www.wisatanesia.com/2010/05/tamananggrekragunan). Suasana

Taman Anggrek Ragunan.Diakses tanggal 27 Maret 2014.

Page 163: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

163

ANALISIS UMKM DALAM MENGHADAPI MEA 2015 melalui ANALISIS

SWOT

Nur Adillah

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis SWOT yang dihadapi oleh perusahaan

mikro, kecil dan menengah (UMKM), dan hubungannya dalam menghadapi MEA 2015.

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan data sekunder dan juga

data primer. Metode Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

Deskriptif Kualitatif. Analisis Deskriptif Kualitatif adalah metode analisis yang mencari

hubungan secara menyeluruh dan teliti dari suatu keadaan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa analisis SWOT dalam UMKM memang berpengaruh dalam

menghadapi MEA 2015. Dikarenakan dengan analisis tersebut,suatu UMKM akan

mampu mengembangkan dan menilai kemampuan usahanya. Dan memudahkan

pemerintah dalam hal memperbaiki kelemahan UMKM yang ada di Indonesia. Sehingga

mampu bersaing dalam program MEA 2015.

Kata Kunci: UMKM, SWOT dan MEA.

PENDAHULUAN

Pembangunan yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengejar ketertinggalannya

akibat krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa Indonesia sekitar tujuh

tahun yang lalu terus dilakukan. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah

adalah memberikan ruang gerak yang proporsional kepada para pengusaha kecil dan

menengah (UKM) sekaligus memberdayakannya. Pengalaman masa lalu menunjukkan

bahwa sektor riil yang dikuasai oleh perusahaan konglomerasi yang tidak didukung oleh

kinerja yang baik, menyebabkan mereka menjadi bangkrut akibat krisis, yang

selanjutnya dalam skala yang lebih luas menjadikan negara Indonesia terpuruk karena

jumlah mereka yang sedikit ternyata menguasai sebagian besar perekonomian nasional.

Di sisi lain, perusahaan kecil dan menengah (UKM) yang jumlahnya sangat banyak

namun mempunyai porsi peranan yang kecil dalam perekonomian nasional, ternyata

mampu bertahan dalam situasi krisis. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan

perekonomian nasional Indonesia sesungguhnya berada pada UMKM yang secara masal

merupakan skala ekonomi kerakyatan. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan

UMKM, pada tahun2011 UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 101.722.458

orang atau 97,24% dari total penyerapan tenaga kerja yang ada.

Ketidakmaksimalan konstribusi yang diberikan UMKM adalah karena kendala–

kendala atau masalah yang dihadapi dalam menjalankan usahanya. Masalah yang

tergolong krusial dalam perkembangan UMKM sendiri adalah seperti permodalan

UMKM, wawasan masyarakat mengenai strategi pemasaran, persaingan usaha ketat,

kesulitan bahan baku, kurang teknis produksi dan keahlian, keterampilan manajerial

yang kurang, kurangnya pengetahuan manajemen keuangan dan hak intelektual.

Page 164: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

164

Masalah yang paling mencolok ialah masalah permodalan, permodalan menjadi masalah

yang terus membelenggu UMKM Indonesia. Keterbatasan modal menyebabkan UMKM

tidak bisa berkembang menjadi lebih besar.

Dari sini penulis menarik garis permasalahan sebagai berikut; UMKM Indonesia

pada dasarnya dapat berkembang baik apabila memiliki kemampuan untuk mengatasi

kendala-kendala yang dihadapi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan para pelaku

UMKM adalah dengan membuat suatu analisa usaha dengan metode analisis SWOT

dengan mengenal lebih dalam produk/output yg dihasilkan dari setiap UMKM.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin penulis capai dari penelitian ini adalah untuk mengungkap

strategi yang tepat bagi UMKM untuk terus bertahan dalam kondisi saat ini dan juga

menciptakan ketahanan bagi para pelaku UMKM dalam menghadapi arus MEA dengan

mengenal kekuatan dan kelemahan UMKM dari dalam, serta mengenal ancaman bagi

UMKM dan merubahnya menjadi sebuah peluang bagi UMKM untuk terus

berkembang.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pelaku

UMKM dalam mengembangkan usaha mereka sekaligus bahan referensi untuk

persiapan menghadapi MEA akhir tahun ini.

TINJAUAN AKADEMIS

Pengertian dan Karakteristik UMKM

Definisi UKM itu sangat berbeda di tempat yang berlainan. Berbagai negara

memiliki definisi mereka sendiri mengenai ukuran bisnis yang bisa dikategorikan

sebagai usaha kecil menengah. Dengan pengkategorian tersebut, jenis bisnis skala kecil

ini memiliki hak dan kewajiban khusus berkaitan dengan legalitas status perusahaan dan

besaran pajak yang harus dibayarkan pada pemerintah. Di Australia, batas jumlah

pekerjanya ialah 15 (lima belas) orang. Sedangkan di Amerika Serikat, bisnis jenis ini

bisa mempekerjakan hingga 500 karyawan.

Sebagai bahan perbandingan menurut Susana Suprapti (2005:48), UKM (Usaha

Kecil Menengah) adalah badan usaha baik perorangan atau badan hukum yang memiliki

kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) sebanyak 200 juta dan

mempunyai omset/nilai output atau hasil penjualan rata-rata pertahun sebanyak Rp 1

Milyar dan berdiri sendiri.

Menurut (Tambunan,2009) UMKM sangat penting karena karakteristik-

karekteristik utama mereka yang berbeda dengan usaha besar, diantaranya:

1. Jumlah perusahaan sangat banyak (jauh melebihi jumlah usaha besar) terutama dari

kategori usaha mikro dan usaha kecil. Dan hal ini juga didasarkan pada karakter

usaha mikro dan usaha kecil yang tersebar diseluruh pelosok pedesaan termasuk di

wilayah-wilayah yang relatif terisolasi.

2. Karena sangat padat karya,berarti mempunyai suatu potensi pertumbuhan

kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan UMKM dapat dimasukkan

sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakn nasional untuk meningkatkan

kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat miskin.

3. Kegiatan-kegiatan produksi dari kelompok UMKM pada umumnya dari berbasis

pertanian. Oleh karena itu upaya-upaya pemerintah mendukung UMKM sekaligus

juga merupakan cara tak langsung, tetapi efektif untuk mendukung pembangunan

dan pertumbuhan produksi disektor pertanian.

Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam

menganalisa produk atau kegiatan usaha. Metode ini menganalisa dengan menggunakan

Page 165: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

165

dua faktor penting, yaitu faktor internal yang berupa kekuatan dan kelemahan. Serta

faktor eksternal yang terdiri dari kesempatan dan ancaman. Cara ini menjadi salah satu

kunci bagi para pengusaha untuk mengetahui potensi produk mereka, sebelum akhirnya

mereka menentukan strategi pemasaran yang paling efektif untuk produknya. Beberapa

faktor SWOT yang dapat digunakan untuk menganalisa antara lain :

1. Kekuatan (Strengths)

Kekuatan yang mendukung pemasaran produk antara lain kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan produk yang berkualitas, tampilan kemasan produk yang

menarik, harga yang bersaing, serta pencantuman merek pada produk. Selain itu

support dari team maupun manajemen, serta dukungan teknologi untuk

memproduksi produk, juga menjadi kekuatan Anda untuk menciptakan produk yang

berkualitas dan mampu bersaing.

2. Kelemahan (Weakness)

Selain kekuatan, faktor internal lainnya yang dilakukan dalam analisis SWOT yaitu

dengan mengetahui kelemahan yang dimiliki produk tersebut. Misalnya saja seperti

ketahanan masa expired produk, kegiatan promosi yang belum optimal, proses

produksi dan distribusi produk yang cukup lama, kemampuan SDM yang masih

kurang, atau kurangnya minat masyarakat akan produk tersebut.

3. Peluang (Opportunities)

Peluang yang bisa digunakan untuk meningkatkan pemasaran produk yaitu, berbagai

media massa yang dapat digunakan sebagai media iklan, adanya kebijakan

pemerintah untuk mengembangkan UKM dengan mengadakan berbagai event untuk

usaha kecil menengah, serta kondisi masyarakat yang semakin konsumtif. Sehingga

mempermudah pelaku usaha untuk memasarkan produknya.

4. Ancaman (Threats)

Yang keempat yaitu adanya ancaman dari pihak luar. Seperti jumlah kompetitor

yang terus meningkat, munculnya produk baru yang lebih unggul, kenaikan harga

bahan baku karena jumlahnya semakin terbatas, serta beberapa ancaman lainnya.

METODOLOGI

Jenis data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah data primer

yang diperoleh dari wawancara dengan para pemilik UMKM dan data sekunder. Teknik

pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini yaitu melalui studi literatur atau studi

pustaka. Studi pustaka merupakan kegiatan pengumpulan data yang berasal dari karya

ilmiah, text book, pelaporan, peraturan perundang-undangan dan tulisan-tulisan yang

berhubungan dengan penelitian. Studi pustaka atau studi literatur dimaksudkan untuk

mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang dihadapi para pelaku/pemilik

UMKM.

Data skunder yang digunakan dalam pengolahan data adalah data hasil analisis

SWOT dari berbagai UMKM unggulan Indonesia yang terdapat dalam jurnal bisnis dan

ekonomi.

PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kelebihan dan Kekurangan UMKM

Kelebihan UMKM Dengan ukurannya yang kecil – dan tentunya fleksibilitas yang tinggi, usaha

kecil menengah memiliki berbagai kelebihan, terutama dalam segi pembentukan

dan operasional. UKM memiliki kontribusi besar bagi bergulirnya roda ekonomi suatu

negeri, bukan hanya karena ia adalah benih yang memampukan tumbuhnya bisnis besar,

Page 166: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

166

melainkan juga karena ia menyediakan layanan tertentu bagi masyarakat yang bagi

bisnis besar dinilai kurang efisien secara biaya.

Berikut adalah beberapa kelebihan UKM:

1. Fleksibilitas Operasional

Usaha kecil menengah biasanya dikelola oleh tim kecil yang masing-masing

anggotanya memiliki wewenang untuk menentukan keputusan. Hal ini membuat

UKM lebih fleksibel dalam operasional kesehariannya. Kecepatan reaksi bisnis ini

terhadap segala perubahan (misalnya: pergeseran selera konsumen, trend produk,

dll.) cukup tinggi, sehingga bisnis skala kecil ini lebih kompetitif.

2. Kecepatan Inovasi

Dengan tidak adanya hirarki pengorganisasian dan kontrol dalam UKM, produk-

produk dan ide-ide baru dapat dirancang, digarap, dan diluncurkan dengan segera.

Meski ide cemerlang itu berasal dari pemikiran karyawan – bukan pemilik –

kedekatan diantara mereka membuat gagasan tersebut cenderung lebih mudah

didengar, diterima, dan dieksekusi.

3. Struktur Biaya Rendah

Kebanyakan usaha kecil menengah tidak punya ruang kerja khusus di kompleks-

kompleks perkantoran. Sebagian dijalankan di rumah dengan anggota keluarga

sendiri sebagai pekerjanya. Hal ini mengurangi biaya ekstra (overhead) dalam

operasinya.

4. Kemampuan Fokus di Sektor yang Spesifik

UKM tidak wajib untuk memperoleh kuantitas penjualan dalam jumlah besar untuk

mencapai titik balik (break even point – BEP) modal mereka. Faktor ini

memampukan usaha kecil menengah untuk fokus di sektor produk atau pasar yang

spesifik. Contohnya: bisnis kerajinan rumahan bisa fokus menggarap satu jenis dan

model kerajinan tertentu dan cukup melayani permintaan konsumen tertentu untuk

bisa mencapai laba.

Kelemahan UMKM

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam mengelola usaha kecil menengah

antara lain:

1. Sempitnya Waktu untuk Melengkapi Kebutuhan

Sebab sedikitnya jumlah pengambil keputusan dalam usaha kecil menengah, mereka

kerap terpaksa harus pontang-panting berusaha memenuhi kebutuhan pokok

bisnisnya, yakni: produksi, sales, dan marketing.

2. Kontrol Ketat atas Anggaran dan Pembiayaan

Usaha skala kecil umumnya memiliki anggaran yang kecil. Akibatnya, ia kerap kali

dipaksakan membagi-bagi dana untuk membiayai berbagai kebutuhan seefisien

mungkin. Ketidakmampuan untuk mengumpulkan modal yang lebih besar juga

memaksa usaha kecil menengah menjalankan kebijakan penghematan yang ketat,

terutama untuk mencegah kekurangan pembiayaan operasional sekecil apapun.

Kekurangan pembiayaan operasional yang tidak dicegah bisa mengakibatkan

kebangkrutan, sebab kapasitas UKM untuk membayar hutang biasanya hampir tidak

ada.

3. Kurangnya Tenaga Ahli

Usaha kecil menengah biasanya tidak mampu membayar jasa tenaga ahli untuk

menyelesaikan pekerjaan tertentu. Hal ini merupakan kelemahan usaha kecil

menengah yang sangat serius. Akibatnya, kemampuan persaingan bisnis skala kecil

ini di pasar yang luas bisa sangat kecil.

Page 167: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

167

Identifikasi Analisis SWOT UMKM

KEKUATAN/STRENGTH KELEMAHAN/WEAKNES

1. Eksistensi kerjasama pelaku UMKM

dengan masyarakat,

2. Kemampuan UMKM untuk tetap

bertahan dengan modal yang relative

kecil.

3. Berlimpahnya SDM yang bisa

dilibatkan untuk kegiatan produksi

dengan biaya operasional rendah.

4. System informasi bottom-up yang

memudahkan untuk inovasi produk

sekaligus akses pengawasan terhadap

pasar.

5. Komitmen bersama yang solid karena

biasanya pelaku UMKM terdiri dari

keluarga.

1. Belum konsistennya kebijakan setiap

unit kerja untuk melaksanakan upaya-

upaya kegiatan di setiap unit kerja

(satu unit kerja menangani 2/lebih

kegiatan di unit kerja)

2. Belum mantapnya pemahaman

koordinasi dalam pelaksanaan tugas

dan fungsi masing-masing subunit-

UKM, terutama berkaitan dengan

program jangka panjang.

PELUANG/OPPORTUNITY ANCAMAN/TREATMENT

1. Komitmen yang tinggi untuk

menciptakan perkembangan UMKM

2. Semakin intensifnya upaya

pemberantasan kemiskinan dan

kebodohan oleh Pemerintah, hingga

menciptakan kontrol sosial ekonomi

yang semakin kuat di masyarakat

kalangan ekonomi menengah kebawah.

3. Semakin meningkatnya peran

serta/partisipasi masyarakat dalam

kegiatan pembangunan dan ketahanan

ekonomi masyarakat.

4. Peran serta pemerintah dalam

memberikan bantuan modal dan

peraturan perundang-undangan yang

cukup mendukung perkembangan

UMKM.

1. Sistem administrasi UKM belum

tersusun dengan jelas dan rapih

sehingga masih banyak pengaturan-

pengaturan yang tumpang tindih yang

menyebabkan aliran dana tidak jelas.

2. Masih lemahnya sistem dan

kelembagaan sosial yang menaungi

UKM di tingkat lapangan dalam

memelihara dan melindungi UKM.

3. Belum optimalnya partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan ekonomi.

4. Terjadinya berbagai masalah di

bidang sosial seperti bencana, konflik,

krisis ekonomi yang memerlukan

penanganan yang cepat dan intensif.

5. Tumpang tindihnya kegiatan

peningkatan kesejahteraan rakyat dan

penanggulangan kemiskinan oleh

berbagai instansi/perusahaan teknis.

6. Tingginya tuntutan masyarakat akan

kepuasan produk konsumsi.

7. Besarnya kompleksitas masalah

internal dan atau eksternal UKM.

8. Rendahnya kepercayaan masyarakat

terhadap kinerja pemerintah dan atau

UKM/perusahaan.

Page 168: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

168

SIMPULAN

Untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang, serta dalam rangka menanggulangi

kendala/kelemahan dan mengatasi tantangan/ancaman, maka strategi yang digunakan

dalam pelaksanaan perencanaan di bidang usaha kecil menengah adalah :

1. Koordinasi

Kegiatan koordinasi harus bersifat aktif dan tidak menunggu. Oleh karena itu, untuk

terwujudnya sinkronisasi dalam pelaksanaan dalam usaha kecil menengah, maka

koordinasi harus dilakukan.

2. Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi ini diselenggarakan untuk mendapatkan suatu persepsi yang

sama sehingga masing-masing komponen baik pelaku UMKM maupun masyarakat

berperan serta sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.

3. Pembentukan Kelompok Kerja

Keberadaan kelompok kerja atau tim pada hakekatnya adalah membantu dalam

proses kegiatan pembangunan ekonomi rakyat. Oleh karena itu, dalam rangka

terselenggaranya kegiatan koordinasi, sinkronisasi, pengendalian dan pengawasan,

maka pembentukan kelompok kerja atau tim yang terdiri dari berbagai komponen

sangat diperlukan.

4. Kemitraan

Agar pelaksanaan koordinasi perencanaan dan penyusunan strategi usaha kecil

menengah dan penanggulangan ancaman berjalan dan mencapai sasarannya maka

diperlukan kemitraan dengan berbagai departemen/kementerian/ instansi lain terkait

dan unsur masyarakat.

5. Pengkajian

Kegiatan pengkajian dilakukan dengan menganalisis hasil pelaksanaan perencanaan

atau melalui hasil pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan program

yang diselenggarakan pihak terkait sebagai bahan masukan dalam

mengkoordinasikan dan menyusun perencanaan, serta sinkronisasi pelaksanaan

perencanaan usaha kecil menengah dan penanggulangan ancaman yang mungkin

terjadi.

6. Advokasi

Kegiatan advokasi dalam bentuk pemberian masukan, arahan, penyamaan persepsi,

kesepakatan atau pembimbingan perlu dilakukan dalam pelaksanaan operasional

program usaha kecil menengah.

7. Monitoring&Evaluasi

Dari kegiatan monitoring akan diperoleh masukan atau informasi yang sebenarnya

tentang pelaksanaan program atau kegiatan di tingkat lapangan. Dengan diketahui

hasil pelaksanaan perencanaan melalui monitoring maupun evaluasi, maka akan

mempermudah pengendalian dan pengawasan pelaksanaan perencanaan dalam

usaha kecil menengah.

8. Fasilitasi

Fasilitasi yang dilakukan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

yakni dengan memberikan dorongan dan dukungan untuk memperlancar

pelaksanaan kegiatan-kegiatan program UKM. Untuk itu, perlu dilakukan

pendekatan yang arif agar tidak terkesan atau dianggap mengintervensi tugas pokok

dan fungsi UKM yang dikoordinasikan.

9. Data dan Informasi

Data dan informasi diperlukan sebagai bahan penyusunan rencana, selain itu data

dan informasi yang akurat juga sebagai alat koordinasi. Data dan informasi usaha

Page 169: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

169

kecil menengah dan penanggulangan ancaman dikomunikasikan melalui berbagai

kesempatan dan forum serta media yang ada.

10. Pemberdayaan

Upaya mensinergikan kekuatan di dalam lingkungan UKM secara intensif adalah

sebagai bentuk pemberdayaan yang perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan dan

menyinkronkan secara internal penyelenggaraan program di lingkungannya masing-

masing.

SARAN

1. Koordinasi : Dengan legalitas yang ada maka dalam hal koordinasi, pelaksanaan

perencanaan dan kebijakan UMKM tidak lagi menimbulkan persoalan koordinasi

yang saling tumpang tindih.

2. Sosialisasi : dalam hal sosialisasi para pelaku UMKM dapat melibatkan masyarakat

sesuai kapsitas masing-masing masyarakat agar tercipta satu persepsi yang sama.

3. Pembentukan kelompok kerja : dalam pembentukan kelompok kerja, para pelaku

UMKM dapat memanfaatkan SDM sekitar lokasi produksi disesuaikan dengan jenis

kegiatan produksi UMKM.

4. Kemitraan : para pelaku UMKM hendaknya membangun kemitraan yang solid

dengan pemerintah dan para investor swasta.

5. Pengkajian : untuk pengkajian hendaknya dilakukan secara rutin setiap selesai

produksi, hal ini dilaksanakan untuk merencanakan strategi lanjutan.

6. Advokasi : dapat dilakukan dengan mendatangkan atau mengundang para pakar

ekonomi mikro guna perbaikan kinerja UMKM.

7. Monitoring dan Evaluasi : hendaknya dilakukan berkesinambungan agar

mempermudah pengawasan, control dan inovasi produk UMKM.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Negara Koperasi & UKM RI. 2011. Perkembangan Data Usaha Mikro,

Kecil, Menengah (UMKM) Dan Usaha Besar (UB) Tahun 2006 – 2010. Akses

tanggal 16 April 2012.

Marbun, B.N. 1997. Manajemen Perusahaan Kecil. PT Pustaka Binaman Pressindo.

Jakarta.

Meutia. 2010. Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil Menengah Melalui Kompetensi

Kewirausahaan dan Modal Sosial, (Sebuah Kajian Teoritis). Jurnal Ilmiah Ekonomi

Tirtayasa Ekonomi. Vol. 5 (2). Hal. 167-174.

Presiden Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah.

Rakyat Merdeka Online. (2011). Syarif Hasan: Jumlah Koperasi dan UMKM Terus

Meningkat. http://www.rakyatmerdekaonline.com/read/2011/12/22/49791/Syarif-

Freddy Rangkuty, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis Reorentasi Konsep

Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad ke-21, (Jakarta: Gramedia,2004)

http://infoukm.wordpress.com/2008/08/

http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah

http://www.danabergulir.com/layanan/skim-pinjaman-pembiayaan/pembiayaan-kepada-

koperasi-dan-usaha-kecil-dan-menengah-kukm-melalui-perusahaan-modal-ventura-pm

Page 170: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

170

PERAN MANAJEMEN KOPERASI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015

Riki Rianto1

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Pendidikan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

ABSTRAK

Koperasi ialah perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri

hendak bekerja sama untuk memajukan ekonominya. Dari definisi tersebut kita dapat

mengetahui tujuan koperasi yaitu untuk memajukan ekonomi guna mencapai

kesejahteraan rakyat. Koperasi merupakan suatu usaha dalam memecahkan masalah

ekonomi. Dalam mengatasi hal tersebut dibutuhkanlah sebuah manajemen yang baik

untuk dapat mengelola koperasi agar tujuan utama koperasi tercapai. Dengan

manajemen koperasi yang baik maka kelangsungan hidup koperasi dapat bertahan lama

dan juga siap dalam menghadapi setiap tantangan kedepan seperti Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap peran strategis

manajemen koperasi dalam mensejahterakan anggotanya serta mengetahui peran

strategis manajemen koperasi dalam menghadapi arus MEA 2015. Metode penelitian

yang digunakan adalah dengan metode library research, yaitu dengan mengungkap

peran strategis manajemen koperasi berdasarkan data sekunder yang tersedia.

Kata Kunci: Peran Strategis Manajemen, Manajemen Koperasi, MEA.

PENDAHULUAN

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa koperasi merupakan sebuah lembaga

ekonomi yang memiliki arti tersendiri bagi masyarakat, dimana pada koperasi terdapat

unsur kekeluargaan yang mana unsur ini merupakan dasar yang kokoh karena

berazaskan kepercayaan sesama anggota dalam mengelola koperasi. Hal tersebut yang

membedakan manajemen koperasi dengan manajemen lembaga ekonomi lainnya.

Dalam menghadapai tantangan MEA ini manajemen koperasi haruslah berpikir

cerdas dalam menentukan kebijakan yang akan diambil. Selain koperasi merupakan

lembaga ekonomi yang berwatak sosial , koperasi juga merupakan lembaga ekonomi

yang memiliki kekuatan yang patut diperhitungkan. Oleh karena itu sangat disayangkan

apabila seorang manajer koperasi tidak dapat berperan sebagaimana mestinya. Dengan

menjalankan fungsi utama manajemen yakni, perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian maka seorang manajer sudah sepantasnya dapat

menentukan arah kemana akan dijalankannya koperasi tersebut.

Tujuan penulisan ini adalah mengetahui peran manajemen koperasi dalam

memepersiapkan masyarakat Indonesia dalam menghadapi persiang MEA 2015

mendatang. Manfaat penulisan ini adalah guna mempersiapkan masyarakat Indonesia

yang selalu berinovasi dan memiliki kreatifitas yang baik dibawah naungan manajemen

yang cakap agar masyarakat Indonesia dapat bersaingan dengan bangsa lain agar

kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat tercapai.

Page 171: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

171

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Koperasi

Koperasi didasari baik dari inspirasinya maupun gerakannya yang mula-mula timbul

merupakan suatu defensive reflex (gerakan otomatis untuk bela diri) dari sekelompok

masyarakat terhadap tekanan-tekanan hidup yang dilakukan oleh sekelompok orang lain

dalam masyarakat , baik yang berupa dominasi sosial maupun yang berupa eksploitasi

ekonomi, sehingga menimbulkan rasa tidak aman bagi kehidupan mereka. Bangkit dari

permaslahan tersebut maka munculah koperasi yang mana menurut Prof. R.S

Soeriaatmadja, dalam kuliahnya pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

memberikan definisi koperasi sebagai berikut, ― koperasi ialah suatu perkumpulan dari

orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak

memandang haluan agama dan politik secara suka rela masuk, untuk sekedar memenuhi

kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan dan tanggungan bersama.‖.

Perangkat Organisasi Koperasi

Menurut undang-undang No.12/1967 tentang pokok-pokok Perkoprasian perangkap

organisasi koperasi terdiri dari Rapat anggota, Pengurus dan Badan Pemeriksa

sedangkan menurut Undang-undang No.25/1992 tentang Perkoperasian perangkat

organisasi koperasi terdiri dari unsur, Rapat Anggota, Pengurus dan Pengawas. Jadi

baik menurut Undang-undang No.25/1992 maupun menurut Undang-undang

NO.12/1967, pengelola atau manajer tidak dimasukan dalam perangkat koperasi. Hal ini

dapat kita pahami mengingat adanya unsur demokrasi koperatif yang terkandung

didalam koperasi yaitu bahwa kemudi dan tanggung jawab dari pengelolaan koperasi itu

berada ditangan para anggotanya, sedangkan manajer adalah bukan anggota koperasi.

Tetapi dengan menunjuk kepada azas manajemen usaha, disamping pentingnya manajer

atas keberhasilan usaha maka wajarlah kalau manajer itu kita masukan sebagai salah

satu komponen dari manajemen koperasi.

METODOLOGI

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini melalui studi literatur atau studi pustaka. Studi

pustaka merupakan kegiatan pengumpulan data yang berasal dari karya ilmiah, text

book, pelaporan, peraturan perundang-undangan dan tulisan-tulisan yang berhubungan

dengan makalah. Studi pustaka atau studi literatur dimaksudkan untuk mendapatkan

gambaran mengenai peran manajemen koperasi.

Data skunder yang digunakan dalam pengolahan data adalah data peran strategis

manajemen koperasi yang telah diolah dari hasil wawancara.

PEMBAHASAN

PERENCANAAN (PLANNING)

Pengertian dan Arti penting

―Perencanaan‖ adalah menetapkan suatu cara untuk bertindak sebelum tindakan itu

sendiri dilaksanakan.Dengan kata lain bahwa dalam perencanaan hendaknya orang

harus berfikir dahulu tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana cara melakukannya

serta tanggung jawab terhadap kegiatan tersebut. Oleh karena itu perencanaan sangat

penting bagi organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.

Syarat – Syarat Perencanaan yang baik

1. Berdasarkan pada alternatif

Agar dapat menetapkan perencanaan yang baik maka sebelumnya agar disusun

berbagai alternative, misalnya untung dan rugi kelebihan dan kekurangannya,

Page 172: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

172

kendala dan dukungannya, sehingga dapat menentukan perencanaan yang paling

baik.

2. Harus realistis

Bila perencanaan tidak realistis, mungkin baik diatas kertas saja akan tetapi tidak

dapat dilaksanakan dalam prakteknya.

Misalnya : keterbatasan dalam teknologi, keterbatasan sumber dana, tenaga kerja,

dsb.

3. Harus ekonomis

Disamping keterbatasan diatas, juga harus mempertimbangkan tingkat ekonomis

dalam suatu rencana.Hindarkan faktor pemborosan, biaya, waktu, tempat, dsb.

4. Harus luwes (fleksibel)

Dalam hal ini perencanaan harus fleksibel, artinya setiap saat dapat dievaluir sesuai

dengan perkembangan organisasi, situasi dan kondisi pada waktu tersebut.Pada

dasarnya perencanaan itu disusun berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, namun

dalam prakteknya sering terjadi berbagai penyimpangan yang tidak dapat

dihindarkan.

5. Didasari partisipasi

Dalam pembuatan perencanaan hendaknya dapat diikutkan berbagai pihak untuk

memperoleh masukan (input) agar lebih sempurna. Dengan adanya partisipasi,

perusahaan akan memperoleh manfaat ganda, karena disamping rencana menjadi

lebih baik, juga dapat menambah semangat kerja para karyawan.

PENGORGANISASIAN (ORGANIZING)

Pengertian Organisasi

―Organisasi adalah sekelompok manusia yang bekerjasama, dimana kerjasama

tersebut dicanangkan dalam bentuk struktur organisasi atau gambaran skematis tentang

hubungan kerja dalam rangka mencapai tujuan tertentu‖

Dwight Waldo mendefinisikan bahwa: ―Organisasi adalah struktur hubungan

antar manusia berdasarkan wewenang dan kelanggengan dalam sebuah system

administrasi‖.

Azas-azas Organisasi

Azas-azas organisasi adalah pedoman yang sejauh mungkin hendaknya dilaksanakan

agar diperoleh struktur organisasi yang baik dan aktivitas organisasi dapat berjalan

lancar.

ACTUATING (PENGGERAKAN UNTUK BEKERJA)

Koperasi hakekatnya dibangun untuk memberdayakan masyarakat dari kesulitan,

kekurangan, kelemahan dan kemiskinan.Misi ini sangat erat kaitannya dengan pola

pengaturan kelembagaan dari masyarakat itu (komunitas anggota koperasi) sendiri

membangun kesejahteraan secara bersama-sama. Untuk mencapai tujuan koperasi

tersebut maka koperasi harus menunjukkan jati dirinya yang mandiri.

PENGAWASAN (CONTROLLING)

Pengawasan adalah merupakan tindakan atas proses kegiatan untuk mengetahui

hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan, kemudian dilakukan perbaikan dan mencegah

terulangnya kembali kesalahan tersebut.

H. Koontz dan CO Donnel, mengatakan bahwa : ―Perencanaan dan Pengawasan

ibarat kedua sisi dari mata uang yang sama (planning and controlling are the two sides

of the same coin).‖.

Page 173: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

173

Fungsi Manajemen Bagi Koperasi

1. Manajer ;

Manajer adalah seorang tenaga profesional yang memiliki kemampuan sebagai

pemimpin tingkat pengelola, yang diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus setelah

dikonsultasikan dengan Pengawas.

2. Tugas, fungsi dan tanggung jawab Manajer ;

a. Tugas manajer adalah mengkoordinasikan seluruh kegiatan usaha, administrasi,

organisasi dan ketatalaksanaan serta memberikan pelayanan administratif

kepada Pengurus dan Pengawas,

b. Untuk melaksanakan tugas tersebut, manajer berfungsi :

1). Sebagai pemimpin tingkat pengelola,

2). Merencanakan kegiatan usaha, kepegawaian dan keuangan,

3). Mengkoordinasikan kegiatan kepala-kepala unit usaha, kepala sekretariat

dan kepala keuangan dalam upaya mengatur, membina baik yang bersifat tehnis

maupun administratif

c. Berwenang mengambil langkah tindak lanjut atas kebijaksanaan yang telah

ditetapkan oleh Pengurus

d. Bertanggungjawab kepada Pengurus melalui Ketua.

3. Hubungan Kerja Manajer :

a. Secara vertikal, Manajer mengadakan hubungan kerja keatas dengan Pengurus,

Pengawas untuk mengajukan usulan, pendapat dan segala rencana dalam upaya

pengembangan usaha dan penciptaan uaha baru.

b. Hubungan kerja kebawah, dengan seluruh jajaran pengelola untuk melakukan

kegiatan mengatur, membina dan memberikan bimbingan dan pengawasan

dalam upaya melaksanakan seluruh kebijaksanaan Pengurus dan Pengawas.

c. Secara horisontal mengadakan hubungan kerja dengan seluruh jajaran manajer

setingkat Pengelola.

4. Tata Kerja Manajer :

a. Manajer dapat menghadiri Rapat Anggota, Rapat Pengurus dan Rapat

Gabungan,

b. Manajer membantu Sekretaris dalam menyiapkan bahan-bahan yang dibahas

dalam Rapat,

c. Manajer membantu mencatat seluruh keputusan atau kebijaksanaan yang

diambil dalam rapat dan merahasiakannya,

a. d.Manajer mengatur pelaksanaan kegiatan usaha operasional atas keputusan

yang telah ditetapkan dalam rapat,

d. Manajer melaporkan seluruh pelaksanaan tugas kepada Pengurus,

e. Manajer bertanggungjawab atas seluruh pelaksanaan tugas.

SIMPULAN

Koperasi merupakan sebuah lembaga eknonomi yang berazaskan kekeluargaan

yang mana tujuan utama dari koperasi itu sendiri adalah untuk mensejahterakan

anggotanya. Sebagai lembaga ekonomi maka koperasi tidak bisa lepas dari peran

penting manajemennya dimana pada koperasi peran manajemen selain melakukan

fungsinya yakni, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.

Manajemen koperasi juga harus paham mengenai azas dasar koperasi yang

dipegang teguh yakni kekeluargaan sehingga setiap keputusan yang diambil haruslah

berdasarkan rapat anggota yang mana setiap suara anggota patut didengar sebagai wujud

demokratis dalam koperasi, sehingga setiap permasalahan dan tantangan dapat

Page 174: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

174

terselesaikan dengan cara mufakat. Berhubungan dengan tantangan koperasi sebagai

lembaga ekonomi juga tidak luput dari setiap tantangan yang menghadang baik dari

dalam negeri maupun luar negeri. Pada tahun 2015 mendatang bangsa Indonesia akan

menghadapi terobosan baru dalam pengembangan ekonomi yakni Masyarakat Eknomi

ASEAN (MEA) dimana dengan adanya MEA negara yang berada di kawasan Asia

Tenggara menjadi seperti tanpa batas. Hal tersebut dapat membawa dampak positif dan

negatif bagi Indonesia.

Oleh karena itu persiapan yang matang baik dari individu itu sendiri maupun

manajemen dari lembaga terkait haruslah memiliki perencanaan yang matang , begitu

pula dengan koperasi dimana koperasi pastinya harus siap dalam menghadapi setiap

tantangan yang ada termasuk MEA. Manajemen koperasi wajib menilai peluang emas

yang ada untuk menjadi sebuah lahan yang pastinya dapat membawa kesejahteraan para

anggotanya.Manajemen koperasi juga haruslah dapat membina anggota baik dari segi

mental maupun keahlian guna sebagai tombak dalam menghadapi MEA.

SARAN

1. Hendaknya dengan manajemen Koperasi pemerintah harus dapat melakukan

pemerataan koperasi diseluruh Indonesia agar masyarakat Indonesia dapat memiliki

wadah untuk berinovasi dan berkarya.

2. Pelatihan bagi para anggota koperasi hendaknya disesuaikan dengan peluang dan

tuntutan yang ada sesuai dengan keadaan dan kebijakan ekonomi yang berlaku.

3. Pendidikan koperasi dan UMKM hendaknya diberikan sejak dini bagi anak

Indonesia guna menciptakan generasi yang memiliki persepsi sebagai bangsa yang

produktif.

4. Hendaknya pemerintah membantu UMKM dalam meningkatkan kesadaran

masyarakat Indonesia untuk lebih mencintai produk dalam negeri melalu pembinaan

yang efisien

5. Setiap UMKM hendaknya memiliki standar produk tersendiri agar produk UMKM

yang dihasilkan mampu dan layak bersaing dengan produk luar negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T.Hani , 2009 ,Manajemen ,BPFE, Yogyakarta.

Hendrojogi, 2002 ,Koperasi Azas-Azas dan Praktek, PT Raja Grafindo, Jakarta.

Sinaga , Pariaman & Siti Aedah , 2008 ,Koperasi dalam Sorotan Peniliti ,Pt Raja

Grafindo, Jakarta.

www.asean.org

seputarpengertian.blogspot.in/2014/08/Pengertian-karakteristik-masyarakat-ekonomi-

asean.html?m=1

http://www.merdeka.com/uang/5-ancaman-pasar-bebas-asean-2015-bagi-indonesia.html

http://asean.gunklaten.com/2013/06/Pengertian-Komunitas-ASEAN-2015.html

http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=15030&type=6#.U5g

nxPkgTE

http://www.academia.edu

www.wikipedia.com/pengertian-koperasi.html

agungwybawa.blogspot.com/program-koperasi-menghadapi-tantangan-global

abdulazizsansori40.blogspot.com/sharing-pengetahuan-koperasi

Page 175: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

175

PENGARUH ORIENTASI PASAR BERBASIS KEUNIKAN SUMBER DAYA

DALAM MENINGKATKAN

KINERJA PEMASARAN

Studi empiris pada: Industri Kecil Pengolahan Rumput Laut

di Provinsi Sulawesi Selatan

M. Risal1)

Salju2)

1)

Mahasiswa S3 Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran 2)

Mahasiswa S3 Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indonesia

[email protected]

[email protected]

ABSTRACT

The purpose of this paper is to examine the marketing concept of uniqueness based

Market Orientation Resources in improving marketing performance, an empirical study

was conducted in Small Industrial Processing Seaweed in South Sulawesi province. The

approach in this study is a dimensional approach, with a review of the dimensions of the

variables contained in the uniqueness based market orientation and performance of

marketing resources on the small seaweed processing industry in South Sulawesi with a

conceptual model approach. This paper exploring the implications of academic

marketing strategic concept-based approach to market orientation uniqueness of

resources to improve marketing performance. Practical implications will give you some

ideas and suggestions in the decision to implement market-based orientation uniqueness

of resources on marketing performance on a small industrial processing of seaweed in

South Sulawesi Province. The original contribution of this paper is the creation of a

conceptual model of the dimensions of market orientation based on the uniqueness of

the resources in improving the performance of marketing in small industry in South

Sulawesi Propvinsi

Keyword: Market Orientation, uniqueness Resources, and Performance Marketing

PENDAHULUAN

Era globalisasi merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan oleh hampir

seluruh negara di dunia. Dalam era ini, batas antar negara dalam ekonomi menjadi

semakin sulit sehingga dikotomi antara pasar domestik dan pasar dunia menjadi

semakin tidak relevan. Globalisasi ekonomi ini mau tidak mau mendorong persaingan

usaha yang semakin ketat. Salah satu pendekatan utama dalam mengatasi tantangan

era globalisasi yang semakin dinamis adalah peningkatan daya saing di tingkat daerah

sebagai dasar pertumbuhan nasional. Kewenangan yang dimiliki akan mendorong

daerah untuk dapat memanfaatkan potensi masing-masing daerah yang tersedia secara

optimal (KKP, 2013).

Salah satu keunggulan daerah Provinsi Sulawesi Selatan adalah rumput laut.

Rumput laut merupakan salah satu komoditi unggulan yang dibudidayakan dan

dikembangkan sebagai komoditas industrialisasi yang volume produksinya sangat besar.

Page 176: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

176

Pengembangan budidaya rumput laut melalui kebijakan industrialisasi disebabkan

karena permintaan pasar dunia yang terus meningkat. Industrialisasi rumput laut tidak

hanya sebatas untuk meningkatkan devisa negara, tetapi juga untuk memberikan

lapangan pekerjaan dan kesejahteraan bagi pembudidaya rumput laut yang umumnya

merupakan masyarakat yang tinggal diwilayah pesisir.

Permintaan pasar terhadap rumput laut terus meningkat setiap tahunnya.

Permintaan total rumput laut diperkirakan sekitar 40.000 ton per tahun. Total

permintaan tersebut meliputi kebutuhan dalam negeri sekitar 22.000 ton per tahun dan

untuk ekspor sekitar 18.000 ton per tahun (KKP, 2013).

Menurut Indriyono Soesilo, (2013) produksi rumput laut Indonesia tahun 2012

sudah mencapai 5,1 juta ton. Ini naik 18,6 persen dibandingkan dengan tahun 2011

sebesar 4,3 juta ton. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan penghasil utama rumput laut

terbesar, disusul Jawa Barat dan Jawa Timur. Namun, beberapa daerah lainnya seperti

Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, sudah mulai melakukan budidaya

komoditas rumput laut.

Tabel 1

Nilai dan Volume Produksi Rumput Laut di Indonesia

Tahun 2009-2013

Tahun

Volume Produksi

(Ton)

Nilai Produksi

(Rp. Juta)

2009 2.963.556 1.801.800

2010 3.915.017 1.870.960

2011 5.170.201 2.452.940

2012 6.514.854 3.570.000

2013 9.298.474 5.250.000

Sumber: Kementerian Perikanan dan Kelautan (2014)

Produktivitas rumput laut di Provinsi Sulawesi Selatan terus mengalami

peningkatan dari tahun 2009 hingga 2013. Demikian juga dengan penjualan rumput

laut. Peningkatan produksi dan penjualan rumput laut di Tahun 2013 tidak diikuti

dengan peningkatan persetase pertumbuhan produksi dan penjualan yang mengalami

penurunan. Rincian produksi dan penjualan serta persentase pertumbuhan rumput laut di

Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 2

Produksi dan Penjualan Rumput Laut di Provinsi Sulawesi Selatan

Tahun 2009-2013

Tahun Produksi Penjualan

Ton % Rp (juta) %

2009 774.026

470.597

2010 1.245.771 37,87 595.345 20,95

2011 1.506.264 17,29 714.629 16,69

2012 2.104.446 28,42 1.153.191 38,03

2013 2.422.154 13,12 1.367.569 15,68

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan, 2014

Page 177: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

177

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, dapat dijelaskan bahwa produksi rumput laut

terus meningkat, dimulai pada tahun 2009 sebesar 774.024 ton hingga 2013 sebesar

2.422.154, akan tetapi persetase pertumbuhan produksi pada tahun 2013 hanya

mencapai 13,12 persen, nilai ini lebih kecil jika di bandingkan dengan persetase

pertumbuhan produski rumput laut pada tahun 2010 hingga 2012. Hal yang sama juga

terjadi pada penjualan rumput laut yang terus meningkat, dimulai pada tahun 2009

sebesar Rp. 470.597,- ton hingga 2013 sebesar Rp. 1.367.569,- akan tetapi persetase

pertumbuhan penjualan pada tahun 2013 hanya mencapai 15,68 persen, nilai ini juga

lebih kecil jika di bandingkan dengan persetase pertumbuhan penjualan rumput laut

pada tahun 2010 hingga 2012.

Prospek investasi industri rumput laut di Provinsi Sulawesi Selatan masih sangat

besar, khususnya yang dikelolah oleh industri kecil (IK) yang mengolah rumput laut

menjadi produk olahan. Selain itu, pemerintah daerah telah memberikan perhatian

kepada industri kecil lebih produktif dalam meningkatkan kualitas produksi, akan tetapi

sebagian besar industri kecil pengolahan rumput laut masih memiliki kinerja yang buruk

dan berdampak pada produk kurang diminati konsumen.

Berdasarkan hasil observasi awal, lemahnya kinerja pemasaran diduga

disebabkan karena pada umumnya industri kecil masih memiliki kelemahan dalam

menciptakan kreasi nilai (value creation), karena produk yang dihasilkan,

cenderung belum sepenuhnya mengacu kepada tuntutan pasar, belum terciptanya

keunikan produk yang lebih kompetitif dibandingkan dengan produk pesaing,

sulitnya menciptakan inovasi produk yang sulit ditiru oleh pihak pesaing, belum

kuatnya jalinan kerjasama industri dengan berbagai stakeholders yang terkait, serta

lemahnya perusahaan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis, padahal

penciptaan kreasi nilai menurut Kotler dan Keller (2012:58) memiliki tiga langkah

penting yakni penciptaan benefit bagi pelanggan, memiliki domain dalam bisnis dan

terciptanya kemitraan yang memadai dengan berbagai pihak terkait.

Barney dan Arikan (2000) dalam Purwohandoko (2009) mengungkapkan

pandangan yang berbeda mengenai keunikan sumber daya yang masih lemah dalam

membentuk atau menghasilkan keunggulan bersaingnya bila mengabaikan karateristik

pasar dan fokus kedalam perusahaan, sehingga menimbulkan resiko bagi

keberlangsungan perusahaan.

Selain itu, ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh peneliti mengenai

orientasi pasar dan keunikan sumber daya terhadap kinerja pemasaran, diantaranya John

Tokarczyk, et al, (2007), orientasi pasar dengan keunikan sumber daya seperti sumber

daya tidak berwujud, orientasi pasar berhubungan positif dengan kinerja perusahaan,

sumber daya yang unik memberikan dukungan terhadap pengelolaan perusahaan, Bulent

Menguc and Seigyoung Auc, (2007), orientasi pasar dengan inovasi berbasis sumber

daya dimana sumber daya merupakan basis keunggulan perusahaan untuk menghasilkan

kinerja yang unggul Jatin Pandey dan Darshana Pathak, (2013), orientasi pasar dan

segmentasi, target pasar dan posisi pasar merupakan strategi pemasaran yang digunakan

membagi beberapa segmen pasar yang potensial terhadap pelanggan organisasi.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana pengaruh orientasi pasar dan keunikan sumber daya pengaruhnya

terhadap kinerja pemasaran pada industri kecil pengolahan rumput laut di Provinsi

Sulawesi Selatan.

2. Bagaimana model konseptual meningkatkan kinerja pemasaran melalui keunian

sember daya pada industri kecil pengolahan rumput laut di Provinsi Sulawesi

Selatan.

Page 178: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

178

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Pengaruh orientasi pasar dan keunikan sumber daya berpengaruh terhadap kinerja

pemasaran pada industri kecil pengolahan rumput laut di Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Mengajukan model konseptual pada orientasi pasar dan keunikan sumber daya

dalam meningkatkan kinerja pemasaran pada industri kecil pengolahan rumput laut

di Provinsi Sulawesi Selatan.

PEMBAHASAN

Orientasi Pasar

Narver dan Slater, (1990) dalam Prakoso, (2005) menyatakan bahwa orientasi

pasar terdiri dari 3 komponen perilaku yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan

koordinasi interfungsional. Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing termasuk semua

aktivitasnya dilibatkan dalam memperoleh informasi tentang pembeli dan pesaing pada

pasar yang dituju dan menyebarkan melalui bisnis, sedangkan koordinasi

interfungsional didasarkan pada informasi pelanggan serta pesaing dan terdiri dari usaha

bisnis yang terkoordinasi.

Sedangkan Uncles (2000: 1) mengartikan orientasi pasar sebagai suatu proses

dan aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan dan pemuasan pelanggan dengan

cara terus menilai kebutuhan dan keinginan pelanggan. Penerapan orientasi pasar akan

membawa peningkatan kinerja bagi perusahaan tersebut.

Berdasarkan pendapat Nerver dan Slater, (1990) tersebut di atas, maka orientasi

pelanggan memiliki 3 komponen yang dapat dilihat pada table 3 sebagai berikut:

Tabel 3 Komponen Orientasi Pasar

No Komponen Item Spesifik

1 Orientasi Pelanggan

(Market Orientation)

- Komitmen Pelanggan

- Penciptaan Nilai Pelanggan

- Pemahaman Kebutuhan Pelanggan

- Tujuan Kepuasan Pelanggan

- Pengukuran Keputusan Pelanggan

- Layanan Purnah Jual

2 Orientasi Pesaing

(competitor Orientation)

- Wiraniaga Berbagai Informasi Pesaing

- Bereaksi Cepat terhada Tindakan Pesaing

- Manajer Puncak Mendiskusikan Strategi

Pesaing

- Mentargetkan Peluang bagi Keunggulan

Kompe-

titif

3 Koordinasi

Interfungsional

(Interfunctional

Coordination)

- Kontak Pelanggan

- Informasi dibagi antar fungsi

- Integrasi Fungsional dalam strategi

- Semua Fungsi Berkontribusi terhadap nilai

pela-

nggan

- Berbagi Sumberdaya dengan unit bisnis

Sumber: Narver dan Slater, 1990

Berbagai komponen orientasi pasar yang dikembangkan oleh beberapa peneliti

pada dasarnya mengadopsi dimensi orientasi pasar yang dipopulerkan oleh Narver &

Page 179: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

179

Slater (1990). Dalam berbagai penelitian, para peneliti mengkombinasikan dan

memodifikasi kedua konsep tersebut disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Keunikan Sumber Daya

Menurut Cravens dan Piercy (2009: 5) keunikan suatu sumber daya

merupakan sekumpulan aspek kompleks yang terdiri atas proses organisasi,

akumulasi pengetahuan dan keahlian, aktivitas yang terkoordinasi dan pemanfaatan

aset.

Menurut David, (2011) untuk mendapatkan keunggulan bersaing dari dalam

perusahaan, sumber daya internal perusahaan jauh lebih penting daripada

mempertahankan sumber daya eksternal untuk mempertahan keunggulan bersaing.

Untuk mendapatkan keunggulan bersaing, kinerja organisasi akan ditentukan oleh

berbagai sumber daya internal yang dapat dikelompokkan antara lain: sumber daya

fisik, sumber daya manusia, dan sumber daya organisasi. Wheelen dan Hunger

(2012:138) mengemukakan bahwa untuk mengukur apakah suatu sumber daya yang

dimiliki perusahaan merupakan kekuatan atau kelemahan dapat dilakukan dengan

cara membandingkan sumber daya itu dengan sumber daya yang dimiliki sebelumnya,

atau dengan sumber daya yang dimiliki pesaing utama dan industri keseluruhan.

Keunikan atau kompetensi sumber daya dapat diciptakan melalui tiga bentuk aset

yakni meliputi aset fisik, tanah, peralatan, dan lokasi, aset SDM, jumlah pegawai

dan keahlian, serta aset organisasi yang meliputi budaya dan reputasi.

Atas dasar pemaparan konsep mengenai keunikan sumber daya itu sendiri

berdasarkan pendapat para ahli dapat terungkap pada tabel berikut ini :

Tabel 4 Konsep Keunikan Sumber Daya

No Penulis Konsep

1 Hill dan Jones

(2004)

Dua kategori sumber daya perusahaan, yaitu: asset

tangible dan asset intangible

2 Collin dan

Montgomery

(2005)

Tiga kategori sumber daya perusahaan, yaitu: aset

berwujud (asset tangible), aset tidak berwujud ( asset

intangible) dan kapabilitas organisasi (organization

capability)

3 Cravens dan

Piercy (2009)

Keunikan suatu sumber daya merupakan

sekumpulan aspek kompleks yang terdiri atas proses

organisasi, akumulasi pengetahuan dan keahlian,

aktivitas yang terkoordinasi dan pemanfaatan aset.

4 Hitt et al (2011 ) Pada umumnya sumber daya perusahaan

diklasifikasikan menjadi tiga kategori; meliputi

sumber daya fisik, sumber daya manusia dan sumber

daya organisasi

5 Pearce dan

Robinson (2011) Ada tiga sumber daya dasar yang diperlukan oleh

pihak perusahaan yakni asset berwujud, asset tidak

berwujud dan kapabilitas organisasi.

6 Wheelen dan

Hunger (2012)

Keunikan atau kompetensi sumber daya dapat

diciptakan melalui tiga bentuk asset yakni meliputi

asset fisik: tanah, peralatan, dan lokasi, asset SDM:

jumlah pegawai dan keahlian, serta asset organisasi

yang meliputi

budaya dan reputasi.

Sumber: Dikembangkan oleh Peneliti

Page 180: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

180

Dengan pendekatan konsep tersebut di atas, strategi implementasi industri kecil

(IK) pengolahan rumput laut harus dilakukang dengan beberapa pendekatan antara lain:

Sumber daya manusia yang berpengetahuan dan terampil serta pemanfaatan teknologi

adalah modal dasar untuk melakukan proses industri, yang akan menyebabkan

terjadinya/terciptanya nilai tambah. Pembinaan dan pengembangan (IK) pengolahan

rumput laut dilakukan melalui pendekatan tersebut (proses industri dan proses bisnis)

dalam satu sistem rantai proses.

Kinerja Pemasaran

Kinerja Pemasaran adalah ukuran hasil yang dicapai oleh perusahaan dari

aktivitas-aktivitas pemasaran atau operasi perusahaan (Clark, et al 2006, Ferdinand,

2000, dan Zinkhan 2002), berupa: ukuran-ukuran pasar, dan persepsi nilai pelanggan

serta keuntungan yang diperoleh dari aktivitas pemasaran tersebut. Dijelaskan pula oleh

Egan, (2001) bahwa kinerja pemasaran dapat dicerminkan dari perolehan pangsa pasar,

pertumbuhan pangsa pasar, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan keuntungan dan

pelanggan akhir.

Zhou et al, (2005) mengukur kinerja pemasaran bagaimana perusahaan

tersebut mampu menghasilkan keuntungan dari masing-masing pelanggan, dan posisi

perusahaan dalam persaingan. Kinerja pemasaran dapat pula diukur dari pertumbuhan

volume penjualan, pangsa pasar, keuntungan yang diperoleh dari aktivitas pemasaran,

dan nilai pemegang saham.

Sementara, (Ferdinand 2000) menjelaskan bahwa untuk mencapai kinerja

pemasaran yang berkesinambungan (sustainable marketing performance) dapat

dihasilkan dari keunggulan bersaing yang diperoleh oleh dari aktivitas-aktivitas

pemasaran. Lebih lanjut dinyatakannya (Ferdinand 2000) bahwa sasaran pemasaran

yaitu kinerja pemasaran berkelanjutan dapat dilihat dari berbagai dimensi yaitu

pencapaian volume penjualan, porsi pasar, profitabilitas baik jangka pendek maupun

jangka panjang.

Kinerja pemasaran sangat penting untuk kinerja perusahaan secara

keseluruhan, termasuk diantaranya adalah IK (Langerak, 2003; Kara et al, 2005.), yang

terwujud dalam indikator seperti brand awareness yang kuat, ekspresi preferensi

konsumen, dan tingkat saham dalam bursa pasar (Grønholdt dan Martensen, 2006).

Dalam beberapa tahun terakhir, para ahli pemasaran telah mengembangkan jaringan

yang potensial untuk ditingkatkan pada kinerja pemasaran untuk pengembangan (IK).

Secara khusus, studi ini telah meneliti

berbagai perusahaan kecil yang dikelolah secara pribadi dan mengatasi kendalanya serta

menemukan tujuan untuk membangun hubungan dengan

orang lain atau jaringan pribadi (Gilmore et al, 2000).

Dengan demikian, kinerja pemasaran adalah hasil kerja yang dicapai oleh

suatu perusahaan dalam upaya mencapai tujuan pemasaran, yaitu menghasilkan

kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, terutama pelanggan dan industri

itu sendiri.

Page 181: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

181

Tabel 5 Dimensi Kinerja Pemasaran

No Author Dimensi

1 Ferdinand, 2000 Achievement of sales volume, market share,

profitability both short-term and long-term

2 Ambler dan Doyle

2000

Growth in sales volume, market share, profits

derived from the marketing activity and share holder

value

3 Egan, 2001 Market share, growth in market share, sales growth,

profit growth and customer end

Sumber : Dikembangkan oleh Peneliti

Model Konseptual

Dari uraian sebelumnya, untuk menghadapi beberapa tantangan pemasaran

dalam industri kecil dapat di atasi dengan pendekatan orientasi pasar dan keunikan

sumber daya. Orientasi pasar dan keunikan sumber daya berpengaruh dalam

meningkatkan kinerja pemasaran pada industri kecil pengolahan rumput laut.

Komponen orientasi pasar adalah orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dan

koordinasi interfungsional, sedangkan komponen keunikan sumber daya antara lain

sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan sumber daya organisasi, serta komponen

kinerja pemasaran antara lain volume penjualan, pangsa pasar, dan profitabilitas.

Untuk model konseptual meningkatkan orientasi pasar melalui keunikan sumber

daya dalam meningkatkan kinerja pemasaran industri kecil pengolahan rumput laut di

Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut:

Gambar 1. Model Konseptual

SIMPULAN

Untuk meningkatkan orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran, maka

dilakukan pendekatan keunikan sumber daya. Dengan pendekatan tersebut, keunikan

sumber daya merupakan unsur yang paling penting di dalam meningkatkan kinerja

Orientasi Pasar

(X1)

Orienasi Pelanggan

Orientasi Pesaing

Koordinasi Interfungsional

Keunikan Sumber Daya

(X2)

Sumber Daya Fisik

Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Organisasi

Kinerja Pemasaran

(Y)

Volume Penjualan

Pangsa Pasar

Profitabilitas

Page 182: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

182

pemasaran dengan melalui perbaikan sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan

sumber daya organisasi sehingga tercipta inovasi produk, proses pemasaran, serta

stategi dan organisasi.

Dengan model konseptual yang diajukan, diharapkan terjadi peningkatan

penjualan, pangsa pasar dan profitabilitas perusahaan meningkat.

Makalah ini terbatas pada konseptual model, untuk itu perlu dilakukan pengujian

secara kuantitatif agar diketahui bagaimana kekuatan model yang dibentuk.

DAFTAR PUSTAKAN

Barney dan Arikan, 2000 (dalam Purwohandoko, 2009). Integrasi Sumberdaya Internal

dan Paar sebagai Basis Stategi Bersaing Pada Perudahaan Air Minum Dalam

Kemasan (AMDK) di Jawa Timur.

Bulent Menguc and Seigyoung Auc, 2007. Creating a Firm-Level Dynamic Capability

through Capitalizing on Market Market Orientation an

Innovativeness,Academy of Marketing Science. Journal; Winter, 2006; 34, 1;

ABI/INFORM Complete pg. 63

Clark, 2006. Pension fund trustee competence: decision making in problems relevant to

investment practice. Journal of Pension Economics and Finance, 5, 91-110

Cravens, David W and Nigel. F Piercy, 2009. Strategic Marketing. 9th Edition. New

York: Mc Graw-Hill.

David. 2011. Strategic Management, Concepts and Cases, 13th Ed. Prentice Hall.

Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi Selatan., 2008

Egan, 2001. Relationship Marketing. Prentice Hall.

Ferdinand, Augusty, 2002. ―Sustainable Competitive Advantage : Sebuah

Eksplorasi Model konseptual‖. Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro. Semarang.

Grønholdt, L. & Martensen, 2006. Key marketing performance measures. The Marketing

Review, 3:243-252.

Gilmore, 2000. SME marketing in practice. Marketing Intelligence & Planning, 19 (1), 6-

11.

Indriyono Soesilo, 2013. Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen

Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

Jatin Pandey dan Darshana Pathak, 2013. A Predictive Methodology of Rough Set

Theory Used to Analyze Market Segmentation and Competitive Environment

for Supermarket, The IUP Journal of Marketing Management, Vol. XII, No.

3, 2013

John Tokarczyk, Eric Hanson, Mark Green, dan Jon Down, 2007. A Resource-Based

View and Market Orientation Theori Examination of the role of “Familis” in

Family Business. Journal Family Busines, Vol. XX, March, 2007.

Page 183: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

183

Kara, 2005. The Effect of a Market Orientation on Business Performance: A Study

of Small-Sized Service Retailers Using MARKOR Scale. Journal of Small

Business Management, 43, 2, 105–118.

KKP, 2013. Media Informasi Kelautan dan Perikanan.

Kotler dan Keller, 2012. Marketing Management, Fourteenth edition. Publishing as

Prentice Hall.

Langerak, 2003. Inter-firm relations in SME clusters and the link to marketing

performance, Emerald Group Publishing Limited

Narver, J.C & Slater, S.F, 1990. ― The Effect of a Market orientation on business

profitability”, Journal of Marketing, Vol 54, October, pp 20-35

Nerver dan Slater, 1990 (dalam Prakoso, 2005). Pengaruh Orientasi PAsar, Inovasi Dan

Orientasi Pembelajaran Terhadap Kinerja PErusahaan Untuk Mencapai

Keunggulan Bersaing (Studi Empiris PAda Industri Manufaktur Di

Semarang), Ekonomi Bisnis.

Uncles, 2000. The impact of internal and external market orientations on firm

performance. Journal of Strategic Marketing, 17(1). pp. 41-53.

Wheelen, T., & Hunger, J. D. (2012). Strategic Management and Business Policy.

Toward Global Sustainability. New Jersey: Pearson.

Zhou et al, 2005. The Efeect of strategic Orientations on Technology and Market Based

Break through Innova tions. Journal of Marketing.Vol.69 (April), pp.42-60.

Page 184: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

184

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA UKM INDUSTRI

BATIK INDONESIA UNTUK KESIAPAN MENGHADAPI MEA 2015

Septin Alviana Sholekhan1

Tjipto Djuhartono2

1Mahasiswa Pendidikan Ekonomi

2Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

ABSTRAK

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peran strategis dalam pembangunan

ekonomi nasional serta berperan dalam perluasan lapangan kerja. Dalam krisis ekonomi

di Indonesia beberapa tahun yang lalu UKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi

krisis. Salah satu UKM yang berhasil adalah UKM Industri Batik. Batik adalah warisan

budaya Indonesia yang mulia. Seiring dengan kemajuan teknologi modern menuntut

para pelaku usaha untuk terus memajukan usahanya supaya UKM siap dan mampu

bersaing diMEA 2015.Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis

deskriptif, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh studi literature dan pustaka.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan strategi pengembangan UKM

Industri Batik menggunakan analisis SWOT dalam menghadapi MEA 2015.

Kata Kunci :UKM, Industri Batik, Analisis SWOT dan MEA

PENDAHULUAN

Permasalahan yang sedang dihadapi UKM batik Indonesia yaitu masalah pemasaran

Batik Indonesia yang kurang diminati masyarakat luas karena kurang diketahui dan

masalah keterbatasan SDM yang menyebabkan batik indonesia belum berkembang

dengan baik. Padahal batik merupakan warisan indonesia yang adi luhung. Hampir

Setiap daerah di indonesia memiliki seni dan motif batik nya sendiri .Kebanyakan batik

memang dibuat di pulau jawa. Setidaknya terdapat lebih dari 6 jenis batik berbeda yang

diproduksi di Jawa. Batik yang paling popular berasal dari Yogyakarta dan Solo. Dua

kota ini memang dikenal sebagai pusat batik untuk area jawa tengah dan sekitanya.

Masih di pulau jawa, pekalongan , rembang, tuban, ponorogo dan tegal juga memiliki

kain batik yang tak kalah unik dari dua kota pusat batik. Menurut Dwi Rachmina dan

praningrum (2011), permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha kecil dapat diatasi

apabila terjadi keseimbangan antara upaya perbaikan dari sisi intern maupun ekstern.

Sisi ekstern yaitu dengan cara peningkatan kualitas sumber daya manusia (khususnya

pengusaha), sehingga pengusaha mampu meningkatkan pengelolaan usaha. sisi ekstern

yang terpenting yaitu perlu nya diciptakan iklim usaha yang sehat,pelaksanaan

kemitraan secara seimbang dan saling menguntungkan,arus informasi secara merata dan

Page 185: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

185

kontinyu,serta peningkatan peran lembaga pendukung,baik asosiasi,pemerintahan,atau

lembaga lainnya.

Dari uraian diatas, maka UKM batik di Indonesia perlu menerapkan strategi

pengembangan usaha yang tepat untuk menghadapi persaingan di Masyarakata

Ekonomi Asean (MEA) 2015 dan dapat terus dikenal masyarakat luas. Penelitian ini

hanya mencakup pengkajian alternative startegi pengembangan usaha bagi batik

Indonesia yang berdasarkan analisis bauran pemasaran yang meliputi

product,price,place, and promotion serta analisis faktor internal dan eksternal UKM

batik Indonesia . Implikasi strategi diserahkan sepenuh nya kepada pengambil

keputusan pada usaha batik Indonesia.

TINJAUAN AKADEMIS

Definisi UKM Batik

UMKM merupakan salah satu bentuk kegiatan usaha dengan skala mikro kecil dan

mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional,oleh karena

selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan

dalam pendistribusian hasil hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di

negara kita sejak beberapa tahun yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang

mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UMKM terbukti lebih tangguh

dalam menghadapi krisi tersebut. Tetapi ada juga kelemahan UMKM yaitu dalam

mengakses informasi diduga terkait langsung dengan kondisi faktor internal UMKM

yang dibayangi UMKM yang sebenarnya memiliki pangsa pasar yang cukup besar di

dunia internasional, belum banyak diketahui oleh konsumen.

Terdapat begitu banyak jenis UKM tersebar di wilayah Indonesia, salah satunya

adalah UKM Batik. Batik merpakan produk warisan budaya yang sangat penting untuk

dilestarikan dan dikembangkan. Menjadikan batik sebagai ikon Indonesia mensyaratkan

adanya penguatan batik sebagai warisan budaya sekaligus penggalian potensi

ekonominya sebagai industri.

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari

budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama batik merupakan warisan bangsa

indonesia yang adi luhung. Hampir setiap daerah di Indonesia Memiliki seni dan motif

batik sendiri. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun,

sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu.

Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini,

beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan

Surakarta. Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat

ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden

Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.

Definisi Konsep Strategi Pengembangan

Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang

dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis

dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut

dalam rangka menyediakan customer value terbaik. Beberapa langkah yang perlu

dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi :

a. Mengidentifikasikan lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa

depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang di cita citakan

dalam lingkungan tersebut.

b. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan

kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan dalam

menjalankan misi nya .

Page 186: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

186

c. Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategi

strategi yang di rancang berdasarkan analisis sebelum nya.

d. Menentukan tujuan dan target terukur,mengevaluasi berbagai alternatif strategi

dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang

dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.

Definisi Konsep

1. Bauran pemasaran

Suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan,

menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat

memuaskan keinginan dan jasa baik kepada konsumen saat ini maupun konsumen

potensial.

a. Produk

Strategi yang dilakukan oleh Industri UKM Batik Indonesia dalam memproduksi

serta mengembangkan nya . Produk yang dihasilkan oleh Industri UKM Batik

Indonesia ada banyak sekali salah satu yang kita ketahui yaitu batik cap dan batik

tulis.

b. Harga

Strategi yang dilakukan Industri UKM Batik Indonesia dalam menentukan harga

serta pertimbangan pertimbangan nya agar mampu bersaing di pasar global.

c. Promosi

Strategi dan media promosi yang digunakan oleh UKM Industri Batik Indonesia

dalam memperkenal kan dan mempublikasikan batik batik Indonesia ke kalangan

masyarakat Indonesia maupun Masyarakat dunia.

d. Tempat (distribusi)

Strategi Industri Batik Indonesia dalam mendistribusikan produk kepada konsumen.

2. Faktor internal perusahaan

Faktor internal perusahaan merupakan unit-unit dalam perusahaan yang harus

diperhatikan dan mempengaruhi keputusan dan kebijakan dari perusahaan. Indicator

factor internal perusahaan, antara lain :

a. Manajemen

Suatu proses perencanaan,pengorganisasian,pengkoordinasian, dan pengontrolan

sumber daya yang dilakukan Industri UKM batik Indonesia Untuk mencapai sasaran

(goals) secara efektif dan efisien.

b. Pemasaran

Kegiatan perencanaan,menentukan promosi dan mendistribusikan barang-barang

yang dihasilkan Industri UKM Batik Indonesia untuk memuaskan keinginan dan

mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.

c. Produksi

Kegiatan yang di kerjakan UKM Batik Indonesia untuk menambah nilai guna suatu

benda atau menciptakan benda baru (inovasi) sehinggga lenih bermanfaat dalam

memenuhi kebutuhan.

d. Sumber daya manusia

Para tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan usaha Industri Batik Indonesia.

e. Keuangan

Terkait dengan permodalan dan pencatatan atau pembukuan keuangan yang

dilakukan oleh UKM batik di Indonesia

3. Faktor Eksternal perusahaan

Faktor eksternal perusahaan adalah pelaku dan kekuatan diluar perusahan yang

mempengaruhi kemampuan manajemen dalam perusahaan untuk mengembangkan dan

memperthankan kelangsungan perusahaan.

Page 187: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

187

a. Kondisi Ekonomi dan Sosial

Keadaan Ekonomi dan Sosial Masyarakat Indonesia yang dapat memperngaruhi

Industri UKM Batik Indonesia .

b. Teknologi

Information technology (IT) adalah merupakan teknologi apapun yang membantu

UKM Batik Indonesia dalam membuat,mengubah,menyimpan,mengkomunikasikan

dan/atau menyebarkan informasi.

c. Pembeli

Setiap Orang pemakai produk dari UKM Batik Indonesia baik bagi kepentingan diri

sendiri,keluarga,orang lain dan tidak untuk di perdagangkan . Ketika pembeli

melakukan pembelian banyak,kekuatan tawar menawar mempengaruhi.

d. Pesaing

Pihak Luar negeri atau negara asing yang mempunyai usaha sejenis

e. Pemasok

Pihak yang menyediakan bahan baku untuk pembuatan batik pada Industri Batik

Indonesia.

METODOLOGI

Metode penelitian adalah salah suatu teknis dan cara mencari , memperoleh ,

mengumpulkan dan mencatat data, baik berupa primer maupun data sekunder yang

digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah. Metode penelitian yang

digunakan kali ini adalah pendekatan deskriptif analisis yaitu dengan cara memberikan

gambaran mengenai data atau kejadian berdasarkan data yang diperoleh dari artikel,

internet, buku, koran atau kejadian berdasarkan fakta fakta yang tampak pada situasi.

Untuk mengetahui strategi yang tepat bagi UKM batik Indonesia maka peneliti

menggunakan pengukuran berupa matriks SWOT.

PEMBAHASAN

Gambaran Umum Hasil Analisa Strategi

A. Strategi Produk

1. Kualitas Produk. Untuk Peningkatan kualitas produk dengan cara meningkat kan

kompetensi UKM memperluas pengetahuan, menambah wawasan, dan

mengembangkan sumber daya manusia serta meningkat kan kualitas alat alat

produksi. Salah satu contoh bentuk startegi produk yaitu pada UKM batik

Indonesia di Semarang yang telah menerapkan green product yang menjadi tren

terbaru dalam pasar internasional yaitu dengan cara memproduksi batik dengan

bahan bahan alami.

2. Model Produk. Untuk memenuhi kebutuhan pasar,Batik Indonesia membuat

kebijakan untuk menciptakan produk yang bervariasi dan beraneka ragam.

Selain batik dalam bentuk selembar kain, Batik Indonesia juga memproduksi

batik dalam bentuk baju sehingga menambah pilihan produk bagi konsumen

dengan model baju yang sedang trend.

3. Desain Produk. Untuk konsep desain produk Batik di Indonesia masih dari

pemilik yang kemudian diterjemahkan kedalam gambar oleh karyawan bagian

gambar desain. Untuk desain/motif batik Indonesia mempunyai ciri khas yaitu

motif-motif yang dikembangkan,berupa motif naturalis (ikan,kupu-

kupu,bunga,pohon,bukit dan rumah), Ciri itu dapat dimaknai sebagai karakter

masyarakat pesisir, yang lebih terbuka dan ekspresionis.

4. Kemasan. Dalam pengemasan Batik Indonesia telah memakai kemasan dalam

bentuk plastik dalam paper bag.

Page 188: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

188

5. Jaminan Produk. Untuk memberi pelayanan terbaik demi menciptakan kepuasan

dan loyalitas pelanggan, maka UKM Batik Indonesia memberi jaminan kepada

konsumen jika produk tidak sesuai pesanan atau produk cacat,maka bisa

dikembalikan maupun ditukar dengan produk sejenis maupun lain dengan harga

yang sama. Dan jika dikembalikan maka 100% uang akan kembali.

B. Strategi Harga. Semakin rumit dan semakin banyak warna yang digunakan,maka

akan semakin lama proses pembuatan nta dan semain tinggi harga jual produk

tersebut. Untuk batik tulis harga berkisar Rp 350.000 sampai dengan Rp. 2000.000

,sedangkan batik cap berkisar Rp. 100.000 sampai dengan Rp. 500.000.

C. Tempat/distribusi (Place). Saluran distribusi dilakukan dengan distribusi langsung

maupun tidak langsung. Konsumen membeli batik langsung ke lokasi usaha maupun

pada saat pameran. Atau pun konsumen bisa memesan lewat Online.

D. Strategi Promosi. Strategi Promosi yang dilakukan UKM Batik Indonesia yaitu

dengan cara mengikuti pameran pameran ataupun event event yang diadakan pihak

swasta ataupun luar. Promosi juga bisa dengan periklanan di majalah dan media

sosial .

Analisis Matriks SWOT

Internal Faktor

Eksternal

Faktor

Kekuatan (S)

a. Mutu produk yang

bagus

b. Hubungan baik

dengan pelanggan

Kelemahan (W)

a. Saluran distribusi

yang kurang

efisien

b. Promosi yang

masih kurang

efektif

c. permodalan yang

kurang

d. SDM yang kurang

memadai

e. Manajemen yang

tidak rapi.

Peluang (O)

a. Potensi pasar

yang masih

besar

b. Tingkat

pendapat

penduduk

yang tinggi

c. Kemajuan

tekhnologi

d. Kebijakan

pemerintah

Strategi SO

a. menggunakan

tekhnologi modern

untuk meningkatkan

produksi

b. mempertahankan

kualitas produk

c. Mengembangkan

usaha dengan

menggunakan

bantuan modal dari

pemerintah.

Strategi WO

a. mengadakan

pelatihan pada

pegawai

b. merekrut ttenaga

ahli

c. pembukuan

terhadap

administrasi

keuangan

d. meningkatkan

promosi dengan

pembuatan iklan

e. bekerjasama

dengan pedagang

besar batik

Page 189: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

189

Interpretasi Hasil

1. Strategi memanfaatkan kekuatan untuk mengambil peluang, antara lain :

a. Mempertahan kan kualitas batik yang dimiliki, memaksimalisasi teknologi

komunikasi untuk pemasaran dan teknologi dalam bidang produksi canting

electric untuk memaksimalkan produksi.

b. Serta melakukan pengembangan usaha dengan menggunakan mengajukan

pemijaman modal yang telah di sediakan oleh pemerintah.

2. Strategi dengan memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi ancaman, antara lain :

a. Inovasi Produk, Yaitu menciptakan produk-produk baru yang inovatif sehingga

dapat menambah variasi produk yang disajikan kepada pelanggan. Dengan

membuat kain batik menjadi berbagai macam produk seperti baju,sarung bantal,

dan sebagainya.

b. Selain itu juga meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dengan cara

memproduksi batik yang sesuai dengan pesanan konsumen, membina hubungan

baik dengan pelanggan dengan cara meminta nomer telepon dan tanggal lahir.

3. Strategi yang dapat digunakan UKM batik Indonesia dalam meminimalkan

kelemahan yang ada dan untuk menghindar ancaman yang datang, yaitu dengan

meningkatkan promosi dengan cara memanfaatkan media promosi sesuai dengan

dana yang ada,dan juga dapat dilakukan penambahan saluran distribusi seperti

agen,reseller,ataupun sales.

SIMPULAN

1. Berdasarkan dari hasil analisis lingkungan internal pada UKM Batik Indonesia,

maka setiap perusahaan batik Indonesia memiliki kelemahan dan kekuatan. Adapun

faktor-faktor strategi internal yang menjadi kekuatan bagi UKM Batik Indonesia

adalah (1) Mutu Produk yang dihasilkan dengan baik (2) Hubungan baik dengan

pelanggan. Sedangkan faktor faktor Internal yang menjadi kelemahan bagi UKM

Batik Indonesia adalah (1) Permodalan yang kuran (2) Manajemen yang tidak

memadai,

2. Berdasarkan dari analisis lingkungan eksternal pada UKM Batik Indonesia Maka

setiap perusahaan memiliki Peluang dan Ancaman. Adapun Faktor-Faktor stretegi

Eksternal yang menjadi peluang adalah : (1) Potensi pasar yang masih besar (2)

Tingkat pendapatan penduduk yang tinggi (3) Kemajuan tekhnologi (4) Kebijakan

Pemerintah. Sedangkan Faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman

adalah (1) Inflasi yang fluktuatif (2) persaingan yang ketat.

3. Berdasarkan dari hasil analisis SWOT maka dihasilkan 12 alternatif strategi,yaitu

(1) Menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan produksi (2) menjaga

Ancaman (T)

a. Inflasi yang

fluktuatif

b. persaingan

yang ketat

Strategi ST

a. meningkatkan

kualitas pelayanan

terhadap pelanggan

b. meningkatkan desain

Strategi WT

a. Menambah Modal

dengan meminjam

pinjaman

pemerintah

melalui BUMN

b. meningkatkan

promosi

c. menambah saluran

distribusi

Page 190: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

190

qualty produk (3) mengembangkan usaha dengan menggunakan bantuan keuangan

dari pemerintah serta meningkatkan modal dengan pinjaman kepada pemerintah

melalui owned negara (4) memberikan pelatihan kepada karyawan (5) ahli merekrut

(6) akuntansi untuk administrasi dan keuangan (7) bekerja dengan grosir batik (8)

Meningkatkan promosi melalui internet terutama ketika kegiatan UKM BATIK

diadakan (9) menawarkan keorganisasi produk atau kelompok kerja (10)

Meningkatkan qualty layanan pelanggan (11) meningkatkan desain kreatif dan motif

yang menarik (12) peningkatan saluran distribusi.

SARAN

1. Bagi pengusaha batik diharapkan dapat mempertahanlan corak dan dan motif khas

lokal dan mampu menjaga mutu batik tulis khususnya, mulai dari proses pemilihan

kain,desain,menggores malam,proses pewarnaan dan pencelupan sehingga kualitas

pembatikan akan selelau meningkat tanpa kehilangan ciri khas daerah nya.

2. Menyikapi era globalisasi dan seiring dengan perubahan itu sendiri,perlu adanya

terobosan dalam pemasaran batik. Antara lain dengan memanfaatkan tekhnologi

informasi dalam rangka pemasaran yaitu dengan memanfaatkan internet dan media

sosial.

3. Ini adalah penelitian awal yang bersifat literatur kedepan diharapkan ada penelitian

menindaklanjuti untuk menjadi suatu penelitian yang bersifat pengamatan dan

eksploratif agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT

http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-analisis-swot.html

https://reantoyee.wordpress.com/2010/12/22/analisis-bauran-pemasaran-marketing-mix-

batik-cap-dari-ukm-batik-kota-pekalongan/

https://www.academia.edu/7542906/KARYA_TULIS_ILMIAH_PERENCANAAN_ST

RATEGIS_PENGUATAN_DAYA_SAING_UMKM_DALAM_MENGHADA

PI_MASYARAKAT_EKONOMI_ASEAN_MEA_2015

http://bukantasbatikbiasa.blogspot.com/2013/02/macam-macam-jenis-batik-di-

indonesia.html

http://www.marketing.co.id/apa-itu-masyarakat-ekonomi-asean-mea/

http://www.pustakadunia.com/artikel-pustaka-umum/apa-sih-pengertian-ukm-umkm-

itu-2/

https://mybatik.wordpress.com/2009/01/21/contoh-proposal-ppm/

Kotler,philip dan gary aemstrong 2005 Prinsip-Prinsip Pemasaran,jakarta,Erlangga

www.depko.go.id data umkm 2006-2011

Page 191: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

191

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PERTANIAN, SEBUAH TANTANGAN

DALAM MEMBANGUN COMPARATIVE ADVANTAGE SEKTOR

PERTANIAN

Syahrudi *

Dhian Tyas Untari *

*Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

[email protected]

ABSTRAK

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat potensial untuk dapat

dikembangkan. Hanya saja konsep modernisasi telah menggiring persepsi bahwa sektor

primer ini tidak lagi menjadi sektor unggulan, akhirnya terjadi konversi pada lahan

pertanian. Dengan demikian konsep insifikasi diusahakan untuk dapat mempertahankan

produktifitas sektor pertanian. Tetapi secara lebih luas perlu dikaji tentang bagaimana

meningkatkan kualitas produk pertanian tersebut. Paper ini merupakan conseptual paper

dan menggunakan data-data sekunder berupa publikasi terkait tema kajian, paper ini

akan memberikan gambaran tentang bagaimana meningkatkan kualitas produk

pertanian sebagai usaha dalam membangun sebuah comparative advantage sektor

pertanian.

Kata kunci : produk, pertanian, comparative advantage.

PENDAHULUAN

Tamanan pangan di Indonesia sangat beragam. Hai itu dikarenakan adanya

keragaman Tipe agroekologi Indonesia yang tercermin oleh beragamnya sifat fisik

wilayah, kemiringan, maupun ketinggian tempat dari permukaan laut. Keragaman

tersebut menyebabkan terdapat beberapa macam tipe lahan. Indonesia juga mempunyai

iklim tropis basah yang dicirikan oleh curah hujan yang tinggi, diikuti oleh keragaman

suhu yang ditentukan oleh tinggi tempat dari permukaan laut. Keragaman wilayah,

topografi, tanah, ketersediaan air, dan iklim telah membentuk tanaman untuk tumbuh

dan beradaptasi pada lokasi yang spesifik. Kultivar yang mempunyai toleransi yang baik

pada keadaan setempat dikenal dengan varietas lokal (landrace) (Rais, 2004).

Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan

perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang

tidak hanya berperan dalam pembentukan PDB, penciptaan kesempatan kerja,

peningkatan pendapatan masyarakat dan perolehan devisa. Peranan sektor pertanian

juga dapat dilihat secara lebih komperhensif, antara lain : (a) sebagai penyediaan pangan

masyarakat sehingga mampu berperan secara strategis dalam penciptaan ketahanan

pangan nasional (food security) yang sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial

(socio security), stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan keamanan atau ketahanan

nasional (national security); (b) sektor pertanian menghasilkan bahan baku untuk

peningkatan sektor industri dan jasa, (c) sektor pertanian dapat menghasilkan atau

Page 192: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

192

menghemat devisa yang berasal dari ekspor atau produk subtitusi impor, (d) sektor

pertanian merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk sektor industri, (e)

transfer surplus tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri merupakan salah

satu sumber pertumbuhan ekonomi, dan (f) sektor pertanian mampu menyediakan

modal bagi pengembangan sektor-sektor lain (a net outflow of capital for invesment in

other sectors); serta (g) peran pertanian dalam penyediaan jasa-jasa lingkungan.

Terkait dengan fungsinya sebagai penyedia pangan masyarakat, dimana

Tanaman pangan di Indonesia terdiri atas padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kedelai,

kacang tanah, kacang hijau, ubi-ubian lain, dan kacang-kacangan lain sudah dikenal di

Indonesia dan telah menjadi salah satu sumber karbohidrat bagi masyarakat Indonesia.

Dalam menghadapi persaingan perlu dibuat spesifikasi terhadap industri

unggulan. Hal ini terkait dengan konsep one village one produc. OVOP merupakan

sebuah usaha untuk meningkatkan enterprenuer dari komunitas lokal dengan

memaksimalkan pengetahuan lokal, sumber daya lokal, meningkatkan nilai produk lokal

dengan meningkatkan brand lokal dan membangun Sumber daya manusia yang ada di

wilayah tersebut (Natsuda et al, 2011).

METODOLOGI

Kajian ini merupakan sebuah conseptual paper yang bersumber dari data

skunder yang diolah secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang

peningkatan kualitas produk pertanian yang merupakan sebuah tantangan dalam

membangun comparative advantage sektor pertanian.

PEMBAHASAN

Potensi Pengembangan Sektor Pertanian di Indonesia

Sektor pertanian nampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

Indonesia, meskipun telah terjadi transformasi struktur ekonomi, dimana perekonomian

negara lebih ditopang pada sektor industri dan jasa. Selain dibutuhkan sebagai penyedia

pangan nasional, sektor pertanian juga menyerap sebagian besar tenaga kerja.

Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan,

pertanian, perikanan dan kehutanan. Hingga saat ini sektor pertanian menyumbang

penyerapan tenaga kerja baru setiap tahunnya dan masih menjadi tumpuan hidup bagi

sebagian besar angkatan kerja di Indonesia. Bahkan kebutuhan akan pangan nasional,

masih menumpukan harapan kepada sektor pertanian.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka tetap (ATAP) produksi padi

tahun 2011 sebesar 65,78 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau turun 0,71 juta ton

(1,07%) dibandingkan produksi tahun 2010. Penurunan produksi terjadi di Pulau Jawa,

yaitu sebesar 1,97 juta ton. Namun, di luar Pulau Jawa justru terjadi peningkatan sebesar

1,26 juta ton. Sementara itu, angka ramalan (ARAM) I tahun 2012 memperkirakan

adanya peningkatan produksi sebesar 2,84 juta ton (4,31%) dibandingkan tahun 2011,

menjadi sebesar 68,62 juta ton GKG. Kenaikan tersebut diperkirakan terjadi di Pulau

Jawa sebesar 1,59 juta ton dan di luar Pulau Jawa sebesar 1,25 juta ton, yang disebabkan

oleh adanya peningkatan luas panen sebesar 237.297 Ha (1,8%) dan produktivitas

sebesar 1,23 kuintal/Ha (2,47%) (BIN.go.id).

Salah satu indikator yang menunjukkan masih kurangnya produksi beras dalam

negeri, yakni adanya impor beras dan kenaikan harga beras. Hingga bulan Agustus

2012, jumlah impor beras sudah mencapai 1.033.794,255 ton. Sementara itu, rata-rata

harga beras September 2012 naik 0,22% dibanding Agustus 2012 dan naik 7,98%

dibandingkan September 2011. Pada komoditas jagung, data BPS menunjukkan ATAP

produksi jagung tahun 2011 sebesar 17,64 juta ton pipilan kering atau turun sebanyak

684,39 ribu ton (3,73%) dibandingkan tahun 2010. Penurunan produksi tersebut terjadi

di Pulau Jawa sebesar 477,290 ton dan di luar Pulau Jawa sebesar 207.100 ton. Data

Page 193: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

193

ARAM I tahun 2012 memperkirakan produksi jagung meningkat sebesar 18,95 juta ton

pipilan kering atau 1,30 juta ton (7,38%) dibandingkan tahun 2011. Peningkatan

produksi diperkirakan terjadi di Pulau Jawa sebesar 0,80 juta ton dan di luar Pulau Jawa

sebesar 0,51 juta ton, yang disebabkan oleh peningkatan luas panen seluas 132,78 ribu

Ha (3,44%) dan produktivitas sebesar 1,74 kuintal/Ha (3,81%).

Pada komoditas kedelai, data BPS menunjukkan ATAP produksi kedelai tahun

2011 sebesar 851.290 ton biji kering atau turun sebesar 55.740 ton (6,15%)

dibandingkan tahun 2010. Penurunan produksi terjadi di Pulau Jawa sebesar 59.090 ton,

namun sebaliknya di luar Pulau Jawa meningkat sebesar 3.350 ton. Sementara itu, pada

ARAM I tahun 2012 produksi kedelai diperkirakan sebesar 779.740 ton biji kering atau

turun 71.550 ton (8,4%) dibanding tahun 2011. Penurunan produksi diperkirakan terjadi

di Pulau Jawa sebesar 41.770 ton dan di luar Pulau Jawa sebesar 29.780 ton, yang

diperkirakan sebagai akibat penurunan luas panen sekitar 55.560 Ha (8,93%) meskipun

ada peningkatan produktivitas sebesar 0,8 kuintal/Ha (0,58%).

Sistem Usaha Tani Tanaman Pangan

Usaha Tani merupakan kemampuan dari petani dalam mengorganisasikan dan

mengkoordinir faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya. Dengan

demikian petani yang kurang mampu memanfaatkan benih, pupuk, luas lahan, tenaga

kerja dan pestisida akan memiliki tingkat pendapatan yang relatif lebih rendah (Yusri,

2005).

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dengan penanaman beberapa komoditi

diperlukan perencanaan usaha tani. Di mana perencanaan usaha tani yang dimaksud

adalah pengaturan kembali sumber daya usaha tani melalui penetapan tujuan-tujuan,

penyusunan rencana dan program-program dengan menggunakan sumber daya yang

terbatas. Bagi seorang petani, perencanaan usaha tani adalah bagaimana seharusnya

mengalokasikan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu tetapi juga harus dapat

meramalkan bagaimana mengalokasikan sumber daya dengan faktor-faktor tertentu

seperti harga, permintaan, teknologi dan sebagainya.

Perencanaan usaha tani sangat dipengaruhi oleh sistem usaha tani itu sendiri.

Menurut Fresco (1986) sistem usaha tani (Farming System) dapat diartikan sebagai unit

pengambilan keputusan yang melibatkan rumah tangga petani, sub sistem pertanian

(dalam arti luas tanaman, hewan atau ikan) dan sub sistem sumber daya alam dan

lingkungan yang hasilnya dapat dikonsumsi langsung oleh keluarga maupun dijual.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perencanaan usaha tani merupakan

perencanaan petani dari awal hingga akhir dengan mengkombinasikan pemanfaatan

segala potensi sumber daya yang ada dan mampu mengatasi kendala-kendala yang

dihadapi guna menghasilkan suatu produk yang yang optimum. Keadaan yang masih

dijalani oleh umumnya petani kita adalah sebagian besar masih untuk memenuhi

kebutuhan keluarga (pola subsistem) dan belum berorientasi pasar (market oriented)

seperti halnya usaha tani di negara-negara maju (Danil, 2001).

Kelembagaan Pertanian

Kelembagaan memegang peranan penting untuk menjamin suatu program

dapat berjalan terus-menerus dan mencapai tujuan. Kelembagaan pendukung sektor

pertanian di pedesaan bersifat pasang surut dan tergantung kebutuhan. Kelembagaan

dapat bersifat formal (disponsori dan dibantu pemerintah) dan non formal (terbentuk

sebagai jawaban atas tuntutan kebutuhan aktual petani). Kelembagaan yang bersifat

formal seperti penyuluh pertanian (WKBPP/WKPP, KUD) kurang berjalan karena

batasan-batasan formal yang sering bergesekan dengan pemahaman petani.

Page 194: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

194

Kelembagaan juga berfungsi sebagai penggerak, penghimpun, penyalur sarana

produksi, pembangkit minat dan sikap serta menjamin keberhasilan agribisnis pertanian.

Kelembagaan yang mampu berkembang adalah kelembagaan yang sesuai dengan

kondisi lokal dan bersifat multi fungsi dan luwes.

Peningkatan Kualitas SDM Sektor Pertanian

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan sektor pertanian

adalah penguatan Sumber Daya Manusia sebagai subjek pengolah lahan pertanian

sekaligus sebagai user dari produk pertanian. Permasalahan muncul saat pada konsep

moderenisasi saat ini, sektor pertanian dianggap sebagai sektor yang kurang

menjanjikan.

Sampai saat ini sektor pertanian masih menghadapi banyak tantangan, satu di

antaranya ialah menyangkut kualitas sumberdaya manusia (SDM). Indeks kualitas SDM

pertanian tampaknya lebih rendah jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Hal

itu paling tidak dapat dilihat dari tingkat pendidikan sebagian besar petani yang

memang rendah. Lebih dari 70 persen petani hanya mengenyam tingkat pendidikan

dasar, itupun sebagian besar tidak menamatkannya.

Upaya perbaikan kualitas SDM pertanian perlu lebih diprioritaskan. Untuk

sektor pertanian, langkah peningkatan kualitas secara umum antara lain menyangkut

penerapan dan pengembangan konsep produktivitas dan efisiensi yang notabene sangat

ditentukan oleh kualitas SDM.

Sebagai konsekuensi dari percepatan pertumbuhan sektor industri yang perlu

diimbangi sektor pertanian, yakni menyiapkan kualitas SDM yang memadai.

Bagaimanapun pertanian yang mengacu pada produktivitas dan efisiensi yang tinggi

perlu ditunjang oleh petani-petani yang terampil dan menguasai teknologi tepat guna.

Kondisi SDM pertanian saat ini dapat dilihat dari beberapa parameter sosial dan

ekonomi. Dari segi pendidikan diketahui mayoritas petani tingkat pendidikannya

rendah. Kalaupun ada perbaikan pada generasi berikutnya, yakni mampu menyelesaikan

sekolah menengah, anak-anak petani itu sebagian besar tidak lagi meneruskan profesi

orang tuanya.

Serapan dan Aplikasi Teknologi Pada Sektor Pertanian

Kemunduran kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia yang

terjadi sejak tahun 1990-an disebabkan oleh banyak faktor termasuk kegagalan

Indonesia melakukan pelembagaan (institusionalisasi) pengembangan dan aplikasi ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Jika di negara maju IPTEK telah menjadi satu

kesatuan utuh dengan proses pembangunan pada hampir segala bidang termasuk bidang

pertanian, maka di Indonesia sama seperti di negara berkembang lainnya, masalah yang

dihadapi masih berkutat pada seputar lemahnya tingkat penguasaan, pengembangan, dan

aplikasi IPTEK. Jurang pemisah antara hasil-hasil penelitian di laboratorium atau

stasiun percobaan dan di tingkat lapangan atau kehidupan petani terasa semakin tinggi

dan lebar karena institusi yang ada tidak mampu menjembataninya secara memadai

(Simatupang, 2006).

Teknologi dan aplikasinya sangat mendukung keberhasilan pembangunan sektor

pertanian. Dengan pengaplikasian teknologi yang tepat dapat mendukung program

intensifikasi pertanian, dimana dengan luas lahan pertanian saat ini sangat sulit untuk

mengaplikasikan program ekstensifikasi pertanian.

Page 195: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

195

Perluasan Pemasaran Hasil Pertanian

Pemasaran Hasil Pertanian atau Tata niaga Pertanian merupakan serangkaian

kegiatan ekonomi berturut-turut yang terjadi selama perjalanan komoditas hasil-hasil

pertanian mulai dari produsen primer sampai ke tangan konsumen. Pemasaran hasil

pertanian berarti kegiatan bisnis dimana menjual produk berupa komoditas pertanian

sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, dengan harapan konsumen akan

puas dengan mengkonsumsi komoditas tersebut. Pemasaran hasil pertanian dapat

mencakup perpindahan barang atau produk pertanian dari produsen kepada konsumen

akhir, baik input ataupun produk pertanian itu sendiri.

Konsep pemasaran berorientasikan memenuhi kebutuhan dan keinginan

konsumen dengan efektif. Empat hal berikut merupakan prinsip utama yang menjadi

tonggak konsep pemasaran:

1. Pasar sasaran – memiilih pasar sasaran yang tepat dan membentuk aktiviti

pemasaran dengan sempurna.

2. Keperluan pengguna - memahami kehendak sebenar pengguna dan

memenuhinya dengan lebih efektif.

3. Pemasaran berintegrasi - kesemua fungsi / sub-unit industri bekerjasama

memenuhi tanggungjawab pemasaran.

4. Keuntungan - mencapai keuntungan melalui kepuasan pelanggan.

Pemasaran hasil pertanian mempunyai tujuan ganda yaitu sebagai penyedia

sumber pangan dalam negri dan memperluas pasar keluar negri dengan kata lain hasil

pertanian juga mempunyai orientasi eksport. Hanya saja, pengusaha agrobisnis di

Indonesia terbentur pada kebijakan dan politik yang diterapkan oleh negara importir.

Dan disinilah seharusnya pemerintah berperan dalam meningkatkan pemasaran hasil

pertanian baik secara internal maupun ekternal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Indonesia dengan kekayaan yang dimikinya secara teori seharusnya dapat

berkembang sebagai negara agraris, hanya saja kenyataanya produk hasil pertanian

Indonesia kurang memiliki compatitive advantege yang cukup untuk bersaing dalam

pasar global. Oleh sebab itu pemerintah harus mulai memberi perhatian penuh pada

sektor pertanian dan meningkatkan aspek – aspek pendukung peningkatan nilai sektor

pertanian dengan; peningkatkan kelembagaan sektor pertanian, meningkatkan kualitas

SDM, meningkatkan serapan teknologi dan memperluas coverage pemasaran hasil

pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Arief , 2009, POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA

PENINGKATANNYA, Prosising Seminar Nasional, 14 Oktober 2009, Bogor.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Propinsi Jawa Tengah

Rais, Sri Astuti, 2004, Eksplorasi Plasma Nutfah Tanaman Pangan di Provinsi

Kalimantan Barat, Buletin Plasma Nutfah Vol.10 No.1 Th.2004.

Widodo, Tri, 2006, Perencanaan Pembangunan; Aplikasi Komputer (Era Otonomi

Daerah), UPP STIM YKPN, Yokjakarta.

Simatupang, Jones T, PENGEMBANGAN DAN APLIKASI IPTEK DALAM

PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA, JURNAL PENELITIAN

BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 4, Nomor 1, April 2006: 1-6.

Page 196: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

196

PELUANG DAN TANTANGAN USAHA MIKRO,KECIL DAN MENENGAH

DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

Zahrudin

Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

ABSTRAK

Ada tiga strategi Indonesia agar bisa menjadi pemimpin dalam Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA 2015), yakni pertama Indonesia harus bisa menghasilkan kwalitas

sumber daya manusia (SDM) yang terdidik dan mempunyai inovasi, kedua Indonesia

harus mempunyai perguruan tinggi yang bisa menghasilkan riset berkwalitas

international, ketiga lulusan perguruan tinggi Indonesia harus mempunyai jiwa

kewirausahaan. Peranan Usaha Mikro, kecil dan menengah didalam perekonomian

sangat penting, disebabkan UMKM lah yang menopang perekonomian dan tahan

terhadap krisis ekonomi. Saat ini, ada 56,3 juta lebih pelaku UMKM yang memberikan

konstribusi yang sangat besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan menggerakkan roda

perekonomian bangsa ini. Merupakan tantangan yang sangat besar bagi eksistensi

UMKM Indonesia dengan kehadiran Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun

2015, dimana tingkat persaingan bertambah dengan hadirnya pelaku bisnis dari negara

– negara tetangga, antara lain meningkatkan kwalitas produk dan jasa, mengurus izin

sertifikasi produk, mengurus izin usaha, menguatkan modal usaha, menambah ilmu

pengetahuan mengenai bisnis, pemasaran, meningkatkan kinerja dibidang keuangan,

membuat systemasi bisnis sampai kepada meningkatkan kwalitas sumberdaya manusia

(SDM), akan tetapi ada begitu banyak peluang usaha bagi UMKM jika mereka mampu

bersaing, mereka dapat memperluas pasar sampai ke negara - negara anggota ASEAN

tanpa dibatasi oleh bea masuk dan birokrasi dari pemerintah negara yang bersangkutan.

Kata Kunci : SDM, UKM, Pelaku Bisnis dan ASEAN

PENDAHULUAN

Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) atau lebih

dikenal dengan pasar bebas Asean atau disngkat MEA 2015 saat ini merupakan isu

yang sangat menarik untuk dibahas dan diangkat kepermukaan, betapa tidak kita saat

ini sudah berada di tahun 2015, disisi lain umumnya para pelaku UMKM (Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah ) di Indonesia belum menyadari sepenuhnya, bahkan

banyak diantara mereka yang belum mengerti apa sesungguhnya MEA 2015

tersebut.

MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN, dimana 10 negara ASEAN

termasuk Indonesia menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN atau

ASEAN Economic Community (AEC). Bermula dari konfrensi tingkat tinggi di

Kuala Lumpur pada bulan desember tahun 1997, para pemimpin ASEAN bersepakat

untuk mengubah kawasan ASEAN menjadi kawasan yang makmur dengan

persaingan yang sangat kompetitif, dengan perkembangan ekonomi yang adil dan

mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi yang lazim disebut sebagai

ASEAN Vision tahun 2020. Selanjutnya padan konfrensi tingkat tinggi di Bali tahun

Page 197: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

197

2003 para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN

atau MEA akan menjadi tujuan dari intergrasi ekonomi regional pada tahun 2020.

Tiga tahun kemudian tepatnya pada bulan Agustus tahun 2006 di Kuala Lumpur,

para menteri-menteri ASEAN bersepakat untuk memajukan Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015.

Kesiapan para pelaku bisnis umumnya, dan para pelaku UMKM Indonesia

khususnya didalam membuat strategi yang jitu menghadapi MEA 2015 antara lain

seputar memperkuat modal usaha, memperluas pasar, meningkatkan manajemen,

membuat pencatatan keuangan, mengurus perizinan usaha, membuat sertifikasi

poduk baik barang maupun jasa.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai

pasar dan basis produksi tunggal yang akan membuat ASEAN lebih dinamis dan

kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan

dan terwujudnya MEA. Sebagai langkah awal Masyarakat ASEAN akan mengatasi

kesenjangan pembangunan dan mempercepat intergrasi terhadap Negara Kamboja,

Laos, Myanmar dan Vietnam melalui initiative for ASEAN integration dan initiative

regional lainnya, bentuk kerjasama yang telah disepakati yaitu menngkatkatkan

sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas, pengakuan kwalifikasi

professional, kebijakan makro ekonomi dan keuangan, langkah-langkah pembiayaan

perdagangan, menigkatkan infra struktur, pengintegrasian industry di seluruh

wilayah untuk mempromosikan sumber daerah.

Sebagaimana diketahui umumnya para pelaku bisnis UMKM di Indonesia

masih banyak yang mengalami problem – problem mendasar yang harus di carikan

jalan keluarnya, peranan pemerintah dalam hal ini sangat dibutuhkan, misalnya

membantu mendorong perbankan dalam hal memberikan pinjaman atau bantuan

yang lunak dengan bunga yang sangat ringan, agar tidak terlalu membebani bisnis

UMKM, melakukan deregulasi dan menyederhanakan pembuatan izin – izin usaha

maupun pembuatan sertifikasi produk atas barang dan jasa yang dihasilkan UMKM,

membantu memperluas pasar bagi UMKM, memberikan pelatihan – pelatihan bisnis

bekerjasama dengan perusahaan - perusahaan business firm ternama didalam hal

bagaimana meningkatkan atau memboosting cash flow dan keuangan, melejitkan

omzet penjualan, membuat systemasi bisnis, mengelola team dan lain – lain, disisi

lain para pelaku bisnis UMKM pun masih banyak yang manja dan terlalu tergantung

pada pihak lain, dalam hal ini banyak UMKM yang tradisional, program – program

pelatihan yang diberikan oleh pemerintah kepada mereka berjalan kurang

diharapakan, tujuan pelatihan kurang tercapai disebabkan banyak pelaku UMKM

tradisional tidak mau melakukan program pelatihan apabila tidak mendapatkan uang

saku dari oknum pemerintah, hal ini terjadi dikarenakan sejak dahulu para oknum

pemerintahan memanjakan mereka dengan memberikan uang saku jika mereka hadir

didalam pelatihan, bagi pemerintah yang penting melaksanakan program,

dokumentasi ada peserta yang datang, selesai.

Apabila keadaan seperti ini belangsung terus menerus, maka jangan heran

jika Indonesia akan menjadi sasaran empuk bagi masuknya produk barang dan jasa

dari Negara tetangga. Sebagai perbandingan pemerintah Malaysia beberapa tahun

terakhir ini gencar melaksanakan program pengembangan UMKM mereka, penulis

pada bulan April tahun 2014 yang lalu menghadiri MIHAS 2014 di Malaysia, ada

beberapa catatan penting yang bisa diambil pelajaran bagi kita, didalam pertemuan

tersebut pemerintah Malaysia mendatangkan para calon – calon BUYER dari

seluruh dunia termasuk Indonesia, para buyer yang datang dari luar negeri tersebut

melakukan diskusi dengan para pelaku bisnis UMKM dari negeri jiran tersebut head

Page 198: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

198

to head, jadi kita yang hadir di forum pertemuan itu diberikan jadwal kunjungan dari

teman – teman para pelaku bisnis UMKM Malaysia, kemudian satu persatu mereka

menemui kita untuk membahas peluang – peluang apa yang bisa digarap untuk

dijadikan kerjasama yang win – win anatara pihak kita dengan mereka, ada banyak

peluang yang ditawarkan mereka yang mempunyai bisnis kuliner akan mendapat

kunjungan dari pelaku bisnis kuliner, mereka yang bisnisnya pengadaan mesin –

mesin dan alat – alat industry akan dipertemukan dengan teman – teman Malaysia

yang mempunya bisnis serupa, dan seterusnya sampai kepada mereka yang berbisnis

dibidang software.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Pada latar belakang masalah telah disebutkan mengenai Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM), namun perlu penulis jelaskan kembali beberapa hal mengenai

UMKM tersebut. Berdasarkan Undang – Undang nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM

(Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) adalah usaha produktif milik orang perorangan dan

atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur

dalam Undang – Undang ini.

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang peroangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria

usaha kecil sebagai mana dimaksud dalam undang – undang ini.

Usaha Menengah adalah usaha usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagai mana diatur dalam Undang –

Undang ini.

Usaha Mikro adalah kegiatan usaha yang dapat memperluas lapangan pekerjaan

serta memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat dan dapat berperan

dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong

pertumbuhan ekonomi, serta berperan mewujudkan stabilitas nasional. Usaha mikro

merupakan pilar utama ekonomi nasional, betapa tidak menurut data yang penulis temukan

bahwa lebih dari 56,3 juta orang Indonesia menjadi pelaku bisnis usaha mikro ini.

Menurut departemen Tenaga Kerja (DEPNAKER) usaha mikro adalah usaha yang

memiliki kurang dari 5 orang tenaga kerja. Jadi apabila rata-rata setiap usaha mikro

menyerap 2 orang tenaga kerja, maka itu artinya usaha mikro ini sudah membantu

pemerintah dalam menyerap tenaga kerja sebanyak 56,3 juta dikalikan 2 orang yakni 112,6

juta orang, ini adalah satu angka yang sangat spektakuler, angka tersebut bisa lebih

dahsyat lagi apabila setiap usaha mikro mampu menyerap rata-rata 3 orang tenaga kerja,

itu artinya usaha ini sudah bisa mengurangi pengangguran sebanyak 168,9 juta orang.

Ada beberapa catatan penting terkait dengan perkembangan bisnis Usaha

Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM) di Indonesia, baru –baru ini tepatnya pada bulan

Juli tahun 2013 pemerintah membuat Peraturan Pemerintah no 46 mengenai pajak

penghasilan badan usaha dengan peredaran usaha tertentu ( dibawah 4,8 milyar pertahun)

yang sudah harus diberlakukan pada laporan pajak SPT ( surat pemberitahuan ) tahun

2013. Didalam peraturan Pemerintah tersebut mengatur bahwa bagi pelaku bisnis yang

mempunyai omzet atau peredaran usaha bahasa perpajakannya dibawah 4,8 milyar setahun

akan dikenakan pajak penghasilan final sebesar 1% dari total omzet penjualan. Hal ini

Page 199: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

199

tentu saja berdampak kepada harga pokok penjualan, harga pokok penjualan akan naik

akibatnya harga jual akan naik, ujungnya adalah margin laba akan turun, disisi lain kita

mengetahui kemampuan bersaing pelaku bisnis UMKM masih sangat rendah, tentu saja

hal ini menjadi pro kontra yang bisa diperdebatkan di dalam forum – forum diskusi dan

seminar – seminar, disebabkan kita mengetahui bahwa yang menopang perekonomian

bangsa ini adalah mereka para pelaku bisnis UMKM, disisi lain dengan peraturan

pemerintah no 46 tahun 2013 tersebut akan berdampak cukup serius terhadap

perkembangan UMKM, dikarenakan akan memberatkan mereka dalam menentukan harga

jual produk barang dan jasa yang mereka hasilkan, tentu saja akan menjadi lebih mahal

harga jualnya. Saat ini pemerintah sedang kesulitan mencari sumber-sumber penerimaan

Negara, sebagaimana kita ketahui penerimaan terbesar berasal dari penerimaan pajak, akan

tetapi jika pemerintah lebih sabar sedikit tentu hasilnya akan lebih dahsyat terhadap

penerimaan Negara, misalnya lakukan pembinaan yang berkesinambungan dengan

memperhatikan pertumbuhan mereka, bantu permodalan mereka, bantu manajemen

mereka, bantu mereka memasarkan produknya, bantu mereka dalam membuat laporan

keuangan yang efisien sehingga bisnis UMKM lebih menguntungkan dan dapat bersaing

dengan competitor, barulah dikenakan pajak kepada mereka. Tidak seperti yang terjadi

saat ini mereka tertatih tatih dalam membesarkan bisnis mereka, kesulitan mecari modal,

mereka kurang mengerti keuangan, gaptek dibidang teknologi, dan sejumlah persoalan

yang membelit bisnis mereka, masih dikenakan pajak pula, hal inilah yang menyebabkan

para pelaku bisnis UMKM kita kurang bisa bersaing.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah memiliki peran yang sangat strategis bagi

perekonomian bangsa Indonesia. Data yang kami peroleh per tahun 2012 jumlah UMKM

di Indonesia mencapai 56,53 juta unit dengan konstribusi terhadap produk domestik bruto

sebesar 59,08 persen, hebatnya lagi kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga kerja

sekitar 97,16 persen, atau 107 juta orang, namun dengan segala peran strategis itu hanya

20 persen dari total UMKM yang sudah terakses kredit bank (http://ukm –

Indonesia.net/umkm-memiliki-peran-strategi.html )

I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumber daya UMKM kementrian

koperasi, mengatakan pertumbuhan UMKM pada kurun waktu tahun 2009-2013 sebesar

2,3 persen per tahun. Data kementrian koperasi menyebutkan lebih dari 96 persen

perusahaan di ASEAN adalah UMKM, sumbangan UMKM terhadap produk domestic

bruto sebesar 30 – 57 persen, sedangkan konstribusi penyerapan tenaga kerja sebesar 50 -

98 persen.

Di Indonesia pertumbuhan UMKM juga sangat signifikan. Tahun lalu sekitar 7

persen dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, dari mikro menjadi kecil, kecil

jadi menengah dan dari menengah jadi komersial atau diluar UMKM.

Dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015,

UMKM diharapkan semakin produktif dan berdaya saing, kerjasama dengan UMKM lain

di ASEAN juga terbuka, namun UMKM Indonesia juga harus mewaspadai persaingan

yang semakin tajam.

Kepala Divisi Kerjasama dan Koordinasi Program UMKM Departemen

pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Bank Indonesia Wini Purwanti mengatakan,

UMKM merupakan peluang untuk menciptakan wirausaha baru, saat ini pengangguran

terbuka di Indonesia sekitar 8,59 juta orang, sedangkan tingkat wirausaha hanya sekitar

0,18 persen (http://ukm – Indonesia.net/umkm-memiliki-peran-strategi.html ) namun Wini

juga mengungkapkan ada tantangan dalam pengembangan UMKM di Indonesia, antara

lain soal akses UMKM terhadap perbankan, hal ini disebabkan belm semua bank masuk

dalam kegiatan kredit UMKM.

Page 200: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

200

Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah adalah realisasi tujuan akhir dari

integrasi ekonomi yang dalam visi ASEAN tahun 2020, berdasarkan pada konvergensi

kepentingan Negara – Negara ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi

ekonomi melalui inisiatif yang ada dengan batas waktu yang jelas, dalam mendirikan

Masyarakat Ekonomi ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinisip –prinsip terbuka,

berorientasi keluar, inklusif dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisiten dengan aturan

multilateral serta kepatuhan kepada system.

Berdirinya komunitas ini diharapkan mampu membentuk ASEAN sebagai pasar

dan basis produksi tunggal yang membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan

langkah – langkah yang lebih jelas, mempercepat integrasi regional, memfasilitasi

pergerakan bisnis, tenaga kerja trampil dan berbakat serta memperkuat kelembagaan

Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Menurut Dirjen Kerja Sama ASEAN, MEA dapat dimanfaatkan untuk memperluas

pasar Indonesia di kawasan Asia Tenggara. ―Pasar Indonesia mencapai 250 juta

orang, tetapi pasar ASEAN itu mencapai 625 juta orang. Jadi, kita punya kesempatan

untuk memasuki pasar lain yang lebih luas, sebesar 275 juta,‖ ujar I Gusti.

Pada kesempatan itu, I Gusti menggaris bawahi harapan Presiden Joko

Widodo dalam menyambut pembentukan Masyarakat ASEAN, terutama Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA), Indonesia diharapkan dapat terlebih dulu ‗menyerbu‘

pasar-pasar di negara-negara ASEAN lain. Dengan begitu, kestabilan ekonomi dalam

negeri bisa tetap terjaga.Selain itu, Indonesia juga perlu menjadi bagian penting dari

rantai produksi regional maupun global.

Dirjen Kerja Sama ASEAN juga menyampaikan pandangan Presiden Joko

Widodo saat menghadiri KTT ke-24 ASEAN di Myanmar bulan November lalu

mengenai tiga hal utama agar dapat mewujudkan MEA. pertama, mempercepat

pembangunan infrastruktur dan konektivitas di negara ASEAN, antar negara ASEAN,

dan dengan negara mitra. Percepatan pembangunan infrastruktur ini dilakukan sesuai

koridor Master plan on ASEAN Connectivity (MPAC).

Langkah kedua, adalah dengan melakukan kerjasama investasi, industri, dan

manufaktur, yang lebih erat di antara negara-negara anggota ASEAN. Lalu yang

ketiga, adalah meningkatkan perdagangan intra negara ASEAN yang saat ini masih

rendah, baru mencapai 24,2 persen. ―Indonesia berharap dalam lima tahun ke depan

nilai perdagangan intra ASEAN setidaknya bisa mencapai 35 sampai 40%.

‖Untuk memastikan keberlanjutan pembangunan Masyarakat ASEAN,

ASEAN sedang menyusun Visi Masyarakat ASEAN Pasca 2015. Dalam hal ini,

Presiden RI juga menyampaikan dua aspirational goals sebagai elemen dari visi

dimaksud, yaitu menggandakan PDB ASEAN dari USD 2,2 triliun menjadi USD 4,4

triliun dan memangkas separuh persentase kemiskinan di kawasan ASEAN dari

18,6% menjadi 9,3% pada tahun 2030" tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Plt. Asisten Deputi Regional dan Sub Regional,

Kementerian Koordinator Perekonomian, Rizal Edwin menjelaskan, hingga saat ini

Indonesia sudah melakukan berbagai hal penting dalam rangka mempersiapkan diri

menyambut pembentukan MEA.

Terbukti, hingga Agustus 2014, capaian cetak biru MEA Indonesia di tingkat

nasional telah mencapai 85,5 persen. Sementara scorecard rata-rata ASEAN dalam

pencapaian MEA adalah 82,1%.

Menurut Rizal, Indonesia sudah meratifikasi 115 perjanjian, dari 138

perjanjian ekonomi ASEAN yang meliputi bidang perdagangan barang dan jasa serta

investasi. Kini, Indonesia dalam proses meratifikasi 23 perjanjian terkait perdagangan

Page 201: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

201

jasa. Tak hanya itu. Indonesia juga sudah menggalakkan 43 proyek infrastruktur dan

logistik melalui program MP3EI, serta sistem logistik nasional. Ini termasuk

pembangunan rel kereta api di 5 pulau besar, serta sistem transportasi massal di 6

kota terbesar di Indonesia. ―Pemerintah juga mendorong Maritime Connectivity

melalui pembangunan tol laut dari kawasan barat hingga timur, dan meningkatkan

kapasitas pelabuhan di seluruh pulau,‖ kata Rizal.

Upaya koordinasi di seluruh lini pun telah dilakukan sebagai persiapan

Indonesia menangkap peluang MEA. Presiden RI dan Menko Perekonomian telah

secara rutin melakukan pertemuan koordinasi dengan para gubernur seluruh

Indonesia untuk memantapkan kesiapan Indonesia menghadapi MEA. Lalu, kantor

Menko Perekonomian sudah menyusun Road Map Daya Saing Nasional. Bank

Indonesia sudah meluncurkan program keuangan inklusif untuk meningkatkan akses

UKM terhadap permodalan perbankan.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data sekunder, data sekunder adalah data yang

diambil dari berbagai tulisan seperti buku-buku dan dari internet yang berkaitan dengan

Usaha Mikro, Kecil dan menengah dan tulisan – tulisan mengenai Masyarakat Ekonomi

ASEAN.

Menurut analisis dan jenis data yang digunakan peneliti, maka penelitian ini

termasuk kedalam penelitian kwalitatif,

Menurut Arikunto (2006:129) sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

diperoleh. Menurut Sugiyono (2010:193) sumber data digolongkan menjadi dua yaitu:

a. Sumber Primer, yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul

data. Dalam penelitian ini sumber primernya adalah berupa table perkembangan

UMKM pada periode 997-2012 diambil dari

http://www.bps.go.id/tab_sub/print.php?_subyek=13&notab=45

b. Sumber Sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Dalam penelitian ini sumber sekunder didapatkan dari buku dan

beberapa website yang terkait dengan UMKM dan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Data

Undang – Undang no 20 tahun 2008

Didalam Bab I pasal 1 Undang – Undang nomor 20 tahun 2008 dijelaskan

mengenai pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta kriteria – kritteria

UMKM yang tercantum pada Bab IV pasal 6 angka (1) huruf a dan b, pasal 6 angka (2)

huruf a dan b, pasal 6 angka (3) huruf a dan b,.

Hasil penelitian

Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa yang dimaksud dengan Usaha Mikro,

kecil dan Menengah adalah sebagia berikut :

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang

memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Page 202: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

202

4. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan

jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

5. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha

Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan,

dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

6. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar

yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.

Adapun kriteria yang dimaksud dalam pengertian diatas sebagai mana tertulis

pada Bab IV pasal 6 adalah sebagi berikut :

(1) Kriteria Usaha Mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(2) Kriteria Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah).

(3) Kriteria Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00

(lima puluh milyar rupiah).

Berdasarkan pengertian dan kriteria usaha diatas maka amat penting

meningkatkan omzet usaha dari usaha mikro naik menjadi usaha kecil, dari usaha kecil

naik menjadi usaha menengah, dari usaha menengah berkembang menjadi usaha besar.

Untuk mewujudkan impian tersebut, para pelaku bisnis UMKM seharusnya

mempunyai impian yang ingin dicapai terlebih dahulu, Bradley J. Sugar dalam bukunya

instant cash flow menyatakan bahwa untuk menjadi sukses dan berkembang, sebuah

usaha harus mempunyai tujuan yang jelas, rumus sukses menurut Bradley adalah BE

dikalikan DO sama dengan HAVE.

Penjabaran rumus tersebut adalah dapat diterangkan menjadi sebagi berikut :

Yang pertama seorang pelaku bisnis UMKM mestinya mempunya HAVE

terlebih dahulu, artinya mempunyai impian dan goal yang ingin dicapainya terlebih

dahulu, misalnya pada tahun 2015 ini ingin mencapai penghasilan kotor atau gross sales

sebesar Rp.100.000.000,- kemudian dia menjelaskan goalnya ini kepada team yang

terlibat, misalnya bagian penjualan, dia memberikan tugas dantanggung jawab

bagaimana caranya untuk mencapai goal tersebut, kalau dia menjual produk atau

jasanya kepada customer sebesar Rp.200.000,- /piece maka untuk mendapatkan hasil

Rp.100.000.000,- diatas dibagi Rp. 200.000,- sehingga total produk yang harus dijual

sebanyak 500 piece kemudian dibagi 12 bulan, maka rata – rata barang yang harus

dijual per bulan sebanyak kurang lebih 42 piece. Setelah itu team marketing akan

mencari strategi yang jitu untuk mencapai goal tersebut.

Page 203: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

203

Ada beberapa cara yang lazim dilakukan oleh penjual untuk meningkatkan

omzet penjualannya, missalnya dengan membuat brosur, pamplet, spanduk, iklan radio,

iklan di media surat kabar dan majalah, iklan melalui kunjungan ke objek penjualan

dengan cara melakukan presentasi langsung, yang penting lakukan terus dengan cara

dan strategi yang jitu yang bisa menarik dan membantu pelanggan mencari barang yang

diinginkan. Satu hal yang perlu diperhatikan didalam membuat iklan terutama brosur,

spanduk dan pamplet, yakni iklan yang dibuat harus memenuhi unsur –unsur AIDA

yang merupakan singktan dari Attention, Interest, Desire dan Action.

artinya iklan yang dibuat sedapat mungkin bisa menarik perhatian calon

customer, atau setidaknya bisa menggugah customer, sehingga calon customer merasa

interest terhadap produk barang atau jasa yang kita tawarkan, selanjutnya calon

customer harus didorong untuk segera melakukan closing atau melakukan pembelian

misalnya dengan cara memberikan kesempatan yang membeli hari ini mendapatkan

potongan harga 50% misalnya, atau untuk 20 orang pembeli pertama akan mendapatkan

potongan harga sebesar 50% dan seterusnya dan ini yang paling penting didalam

membuat iklan yakni mendorong untuk action membeli produk atau jasa kita, karena

sehebat apapun iklan yang kita buat ujungnya adalah melakukan clossing.

Setelah kita mempunyai tujuan yang jelas yang ingin dicapai dan sudah kita

informasikan kepada masing – masing team kita untuk melakukan apa yang menjadi

tugas dan fungsinya sesuai dengan job description mereka, maka tugas selanjuanya

adalah mempercayai dan meyakini bahwa goal tersebut bisa dicapai, kemudian seluruh

bagian akan berbuat (action) sesuai dengan job mereka masing –masing.

Ada empat hal penting yang harus diungkit / deleverage di dalam sebuah bisnis,

pertama adalah bagaimana mendapatkan penjualan / penghasilan sebanyak –banyaknya,

kedua memperbaiki catatan keuangan dan akuntansi, ketiga mengembangkan system

perusahaan dan keempat meleverage sumber daya manusia.

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015.

ASEAN Economic Community atau Pasar Bebas ASEAN tahun 2015 adalah

merupakan realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dalam visi ASEAN tahun

2020, berdasarkan pada konvergensi kepentingan Negara – Negara ASEAN untuk

memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dengan

batas waktu yang jelas, dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN harus

bertindak sesuai dengan prinisip – prinsip terbuka, berorientasi keluar, inklusif dan

berorientasi pasar ekonomi yang konsisiten dengan aturan multilateral serta kepatuhan

kepada system.

Berdirinya komunitas ini diharapkan mampu membentuk ASEAN sebagai pasar

dan basis produksi tunggal yang membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan

langkah – langkah yang lebih jelas, mempercepat integrasi regional, memfasilitasi

pergerakan bisnis, tenaga kerja trampil dan berbakat serta memperkuat kelembagaan

Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Intinya adalah komunitas masyarakat bisnis dan juga warga mansyarakat

ASEAN harus siap bersaing jika ingin tetap bertahan, tantangan kedepan akan lebih

menantang dan lebih bergairah, hal ini disebabkan arus barang dan jasa juga arus

manusia bebas masuk dan keluar dikawasan ASEAN, apabila barang dan jasa serta

produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan competitor dari Negara – Negara

ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand dan Negara ASEAN lainnya,

maka hal tersebut akan mempunyai peluang lebih besar lagi dan lebih luas keseantero

10 negara ASEAN.

I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UMKM, Kementerian

Koperasi dan UKM RI yang ditanyakan oleh SWA Online beberapa waktu lalu

Page 204: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

204

menjelaskan beberapa data mengenai tantangan dan peluang Usaha Kecil Menengah

(UKM) khususnya di Indonesia dalam menghadapi MEA 2015.

Menurut I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UMKM,

Kementerian Koperasi dan UKMtotal Gross Domestic Product (GDP) ASEAN tercatat

di ASEAN Secretary di tahun 2012 lalu menembus angka US$ 2.327 miliar dengan

pasar sebesar US$ 600 juta. Angka ini akan terus bertambah apalagi ekonomi ASEAN

memiliki daya tarik yang tinggi. sebagian besar perdagangan barang intra-ASEAN

menikmati tarif 0% (zero tarif). Oleh karenanya ASEAN mampu bertahan ditengah

krisis belahan dunia lainnya.

Hasil survei Japan ASEAN Integration Fund (JAIF) pada 2012 lalu mencatat

73% para pelaku bisnis di ASEAN yang menjadi responden berpandangan bahwa

integrasi ASEAN akan memberikan manfaat peningkatan Ekonomi, dan 64% kalangan

publik meyakini bahwa integrasi ASEAN akan meningkatkan kondisi secara

keselurahan.

SIMPULAN

Dari uraian bab demi bab yang telah dipaparkan dengan menggunakan data yang

ada , maka penulis menarik kesimpulan sebagai serikut:

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan usaha yang sangat strategis bagi

Indonesia, lebih dari 56 juta orang sebagai pelaku Bisnis UMKM yang memberikan

konstribusi yang sangat besar bagi perekonomian bangsa ini. Data yang kami peroleh per

tahun 2012 jumlah UMKM di Indonesia mencapai 56,53 juta unit dengan konstribusi

terhadap produk domestik bruto sebesar 59,08 persen, kemampuan UMKM dalam

menyerap tenaga kerja sekitar 97,16 persen, atau 107 juta orang, namun dengan segala

peran strategis itu hanya 20 persen dari total UMKM yang sudah terakses kredit bank (

http://ukm – Indonesia.net/umkm-memiliki-peran-strategi.html )

Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community tahun 2015

akan dilaksanakan oleh sepuluh Negara ASEAN dengan harapan dapat mendorong Negara

- Negara ASEAN bersaing di tingkat perdagangan International, oleh karena itu UMKM

Indonesia harus meningkatkan kwalitas sumber daya manusia dan produknya agar dapat

bersaing dengan pelaku bisnis Negara lain.

Pernanan pemerintah baik pusat maupun daeran belum memberikan bantuan dan

konstribusi yang nyata dapat dirasakan oleh pelaku bisnis UMKM, hal ini disebabkan

sampai saat ini peranan pemerintah didalam mengembangkan UMKM masih belum

merata dan nyata dirasakan oleh pelaku bisnis UMKM.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis dapat memberikan

beberapa saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu:

Mengingat ASEAN Economic Community atau pasar bebas ASEAN sudah

didepan mata, maka seyogyanya para pelaku bisnis UMKM mulai saat ini mengurus izin

usaha dan sertifikasi produk barang, meningkatkan kwalitas barang dan jasa, mempekuat

permodalan dan meningkatkan daya saing dengan cara banyak belajar dari pelaku bisnis

lain yang sudah lebih sukses, mengikuti seminar dan pelatihan – pelatihan bisnis lalu

membangun network marketing baik internet marketing maupun langsung door to door

kepada konsumen.

Bagi pemerintah baik pusat maupun pemerintah daerah hendaknya membantu

pelaku bisnis UMKM secara nyata, tidak hanya sekedar menjalankan program saja,

membantu proses perizinan usaha jika perlu selesai dalam 1 hari kerja dengan biaya yang

gratis, membantu mendorong lembaga keuangan baik bank maupun non untuk membrikan

kemudahan pembiayaan dengan bunga yang ringan.

Page 205: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

205

Bagi pemerintah ada baiknya untuk mempertimbangkan kembali pengenaan pajak

penghasilan final 1% kepada UMKM dengan perdaran usahanya dibawah 4,8 miliar

setahun, hal ini sangat meresahkan pelaku bisnis UMKM dan dapat mengurangi daya

saing, karena pajak yang dikenakan akan menyebabkan harga pokok dan harga jual

menjadi lebih tinggi, akibatnya barang menjadi lebih mahal. Binalah dahulu pelaku bisnis

UMKM, latih mereka membuat pembukuan yang lebh baik, ajari mereka cara membuat

laporan pajak, setelah mereka maju dan dapat bersaing barulah di kenakan pajak

penghasilan.

DAFTAR PUSTAKA

http://ukm – Indonesia.net/umkm-memiliki-peran-strategi.html

http://ukm – Indonesia.net/umkm-memiliki-peran-strategi.html

http://www.bps.go.id/tab_sub/print.php?_subyek=13&notab=45

http://ukm – Indonesia.net/umkm-memiliki-peran-strategi.html

Page 206: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

206

TRANSAKSI HEDGING; USAHA DALAM MEMINIMALISASI RESIKO

FLUKTUASI KURS VALAS DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Zeinora

Dosen Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI Jakarta

email: [email protected]

ABSTRAK

Konsep modernisasi dan kemajuan teknologi informasi telah mengembangkan transaksi

pada pasar dunia. Transaksi dalam era global, sudah tidak tergantung pada batas wilayah

(borderless), alat angkut bahkan kekhawatiran terhadap waktu pengiriman. Salah satu

jenis perdagangan yang berkembang, tapi tidak memerlukan kondisi seperti yang

disarankan pada bisnis konvensional adalah forward trading atau perdagangan

berjangka. Menghadapi masalah ini, dalam forward trading dilakukan tindakan

antisipasi yang cermat dan cerdas untuk melindungi posisi tawar yang sudah dieksekusi,

dengan menggunakan tehnik hedging (lindung nilai) agar mampu menahan

kemungkinan kerugian yang lebih besar. Kajian ini bertujuan untuk memberikan

sebuah gambaran penggunaan teknik Hedging Contract Forward untuk mengurangi

kerugian selisih kurs Valas. Permasalahan dititikberatkan pada apakah perlu melakukan

tindakan Hedging. Kajian ini dilakukan melalui studi pustaka dengan membahas

literature dan penelitian yang relevan serta publikasi yang terkait dengan topic makalah.

Hasil kajian diharapkan dapat menjadi referensi bagi perkembangan perdagangan

internasional di Indonesia.

Kata Kunci : forward trading, hedging, forward contract, foreign exchange.

PENDAHULUAN

Kemajuan tehnologi dan informasi saat ini memberikan peluang yang besar

untuk kegiatan interaksi antar bangsa dalam berbagai dimensi, termasuk hal yang

paling mendasar yaitu kegiatan di perdagangan internasional. Hal ini mau tidak mau

membuat para pelaku perdagangan harus mengunakan valuta asing dalam melakukan

transaksi antar negara tersebut. Keragaman mata uang asing yang digunakan sebagai

akibat transaksi jual dan beli, ke dan dari banyak negara. Transaksi penjualan ekspor

berkaitan dengan penerimaan sejumlah mata uang asing di masa mendatang yang

digunakan untuk bertransaksi, di mana mata uang asing tersebut terus berfluktuasi

nilainya. Kejadian tersebut menggambarkan adanya ancaman kerugian bagi perusahaan

yang melakukan transaksi global, maka perusahaan harus memperhitungkan nilai tukar

di masa yang akan datang di mana nilai tukar ditentukan oleh inflasi dan tingkat bunga.

Risiko kerugian yang ditimbulkan oleh fluktuasi mata uang asing dapat diminimalisir

oleh perusahaan dengan melakukan hedging.

Page 207: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

207

Menurut Levi (2001) bahwa risiko yang ditimbulkan dalam perdagangan

internasional yaitu risiko tambahan yang paling nyata dari perdagangan internasional

dibandingkan dengan perdagangan domestik ditimbulkan oleh adanya ketidakpastian

kurs. Perubahan kurs yang tidak terduga memiliki dampak penting pada penjualan,

harga, dan laba eksportir dan importir. Keadaan ini menyebabkan ketidakpastian bagi

perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam perdagangan internasional. Secara umum

risiko nilai tukar mata uang asing berhubungan dengan perubahan. Menurut Madura

(2009) perdagangan internasional adalah pendekatan yang konservatif yang bisa

digunakan oleh perusahaan untuk penetrasi pasar luar negeri (dengan mengekspor) atau

mendapatkan bahan baku berharga murah (dengan mengimpor). Adanya transaksi

dengan mata uang yang berbeda dapat menimbulkan risiko keuangan bagi perusahaan

akibat adanya perubahan nilai tukar mata uang.

Hedging sangat bermanfaat bagi perusahaan yang kerap melakukan transaksi

dengan menggunakan mata uang asing sebagai alternatif pembayaran. Hedging contract

forward merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan perusahaan untuk

mengurangi kerugian akibat fluktuasi kurs valas, karena kontrak ini dibuat berdasarkan

kesepakatan kedua belah pihak dalam menentukan kurs forward yang dipakai pada saat

pembayaran berlangsung di masa mendatang. Melihat begitu pentingnya transaksi

perlindungan perdagangan internasional dengan hedging (lindung nilai) maka saya

sengaja mengangkat tema ini dalam kajian yang saya bahas ini, sehingga para pelaku

usaha dapat meminimalisir kerugian akibat perbedaan nilai kurs tersebut.

KAJIAN PUSTAKA

Menurut Madura (2009) hedging adalah tindakan yang dilakukan untuk

melindungi sebuah perusahaan dari exposure terhadap nilai tukar. Exposure terhadap

fluktuasi nilai tukar adalah sejauh mana sebuah perusahaan dapat dipengaruhi oleh

fluktuasi nilai tukar.

Menurut Eiteman (2003) ―hedge is the purchase of contract (including forward

foreign exchange) or tangible good that will rise in value and offset a drop in value of

another contract or tabgible good. Hedgers are undertaken to reduce risk by protecting

an owner from loss‖. Hedge merupakan pembelian suatu kontrak (termasuk forward

exchange) atau barang nyata yang nilainya akan meningkat dan kerugian dari jatuhnya

nilai tersebut dari kontrak lain atau barang nyata. Pelaku Hedging berusaha melindungi

pemilik dari kerugian.

Menurut pendapat Gallager dan Joseph yang dikutip oleh Richard a Brealey (2006)

―A hedge is a financial agreement used to offset or guard against risk‖. Artinya:

―Hedging adalah suatu perjanjian yang digunakan untuk melindungi keuangan dari

risiko kerugian‖.

Jika perusahaan multinasional memutuskan untuk melakukan lindung nilai (hedging)

sebagian atau seluruh exposure transaksinya, perusahaan dapat menggunakan

perangkat-perangkat hedging berupa kontrak futures, kontrak forward, instrumen pasar

uang, dan opsi valuta dijelaskan oleh Madura (2009) antara lain:

1. Futures Market Hedge adalah perjanjian antara 2 pihak untuk menjual atau pembeli

suatu komoditas atau instrumen (atau nilai tunainya) dengan standar harga, kualitas,

kuantitas, lokasi, dan waktu jatuh tempo tertentu yang diatur dalam bursa berjangka.

Pengaplikasian futures contract dapat dilakukan secara :

1) Futures contract finansial (menggunakan instrument keuangan) terdiri dari :

futures contract Valuta Asing adalah penjanjian antara 2 pihak untuk penjual

atau membeli valuta asing dengan harga tertentu dan waktu tertentu di masa

Page 208: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

208

yang akan datang.

2) Futures contract Indeks merupakan perjanjian untuk membeli atau penjual satu

variasi portofolio saham baik dengan diwakili oleh satu index saham.

3) Futures contract interest rate biasanya menggunakan instrument debt misalnya

treasury bill, treasury bond, treasury notes, yang harganya tergantung pada

suku bunga.

4) Futures contract komoditas adalah perjanjian antara 2 pihak untuk menjual atau

membeli komoditas

2. Forward Contract Hedge adalah aktivitas lindung nilai yang dilakukan pada

transaksi jual beli dengan harga yang disetujui bersama pada saat transaksi. Sistem

kontrak forward memungkinkan dilakukannya pembelian atau penjualan valuta di

masa depan. Secara definitif, kontrak forward adalah persetujuan antara sebuah

perusahaan dengan bank untuk saling menukarkan valuta pada kurs tertentu (yaitu

kurs forward) pada suatu waktu tertentu di masa depan.

1) Periode forward yang paling umum adalah 30, 60, 90, 180, dan 360 hari,

walaupun periode-periode yang lain juga tersedia. Kurs forward dari suatu

valuta biasanya akan bervariasi menurut panjangnya periode forward. Teknik

hedging dengan menggunakan kontrak forward ini banyak digunakan oleh

perusahaan besar atau perusahaan multinasional (MNC) untuk melindungi

hutang dan piutang yang relatif besar dari kemungkinan terjadinya risiko sebagai

akibat adanya selisih kurs yang terjadi.

2) Transaksi forward dapat diartikan sebagai transaksi valuta asing dimana value

date (tanggal penyerahan valuta) berjarak lebih dari dua hari kerja dari deal date

–nya (tanggal kesepakatan transaksi) dengan kurs yng telah ditetapkan pada saat

tanggal transaksi (deal date).

3) Transaksi forward merupakan transaksi yang dilakukan di luar bursa atau lebih

dikenal dengan istilah over the counter (OTC)market, karena dilakukan di luar

bursa maka futures dari transaksi yang berlangsung adalah sepenuhnya

kesepakatan pihak–pihak yang melakukan transaksi. Berbeda dengan transaksi

yang dilakukan di bursa dimana produk yang diperdagangkan diatur sepenuhnya

oleh bursa. Transaksi over the counter mempunyai sifat yang sangat fleksibel,

sehingga futures dari transaksi ini bisa diubah sesuai dengan kesepakatan pihak–

pihak yang melakukan transaksi.

3. Money market hedge merupakan kontrak kesepakatan hutang. Perusahaan yang

mencari money market hedge meminjam dari bank dalam salah satu mata uang

lemah dengan bunga tertentu. Kemudian menukarkan apa yang diterimanya dalam

mata uang lain (mata uang kuat).

Tujuan dari kegiatan ini untuk mendapatkan nilai valuta asing yang pasti di

masa akan datang. Apabila Kecenderungan perubahan kurs sangat besar, maka dapat

dilakukan hedging sekaligus dimasa transaksi. Teknik ini melibatkan aktivitas

meminjam dan meminjami dua mata uang berbeda untuk mendapatkan nilai mata

uang tetap dimasa depan.

4. Option Market Hedge adalah opsi yang menyediakan hak untuk membeli atau

menjual asset dengan harga tertentu dan waktu tertentu di masa yang akan datang.

Call option merupakan hak untuk membeli sedangkan put option merupakan hak

untuk menjual. kontrak option, hedger atau spekulan diberikan hak untuk memilih

apakah tetap mau menggunakan kontrak futures atau tidak pada waktu hari

Page 209: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

209

penyelesaian kontrak.

Jika in the money (untung), dimana kurs berjalan lebih tinggi (lebih rendah) dari

strike price dari call option (put option)maka hedger atau spekulan tetap menggunakan

kontrak futures. Jika out of the money (rugi), dimana kurs berjalan lebih rendah (lebih

tinggi) dari strike price suatu call option (put option)maka hedger atau spekulan tidak

perlu untuk terus menggunakan kontrak futures. Mereka dapat melepaskan kontrak dan

membayar premi kontrak saja.

Menurut Siahaan (2008) terdapat beberapa karakteristik dari masing-masing

instrumen keuangan derivative:

1. Forward contract yaitu tidak perlu transfer tunai pada awal transaksi dimana

transfer tunai hanya dilakukan saat jatuh tempo, mengandung risiko kredit, kontrak

dibuat sesuai dengan kebutuhan dua pihak, digunakan khusus untuk lindung nilai

dan kontrak pada umumnya untuk jangka pendek.

2. Futures contract diperlukan transfer tunai pada awal transaksi karena akan

digunakan sebagai margin (jaminan), transfer tunai juga dilakukan setiap hari.

Futures contract tidak menyediakan kontrak yang disesuaikan dengan kebutuhan

kedua belah pihak namun memiliki risiko kredit yang kecil dan untuk kontrak-

kontrak tertentu memiliki pasar yang lebih aktif dibandingkan dengan forward

contract. Futures contract yang tersedia terutama untuk jangka waktu pendek.

3. Options contract kerugian maksimum dapat dibatasi, tetapi selalu terbuka

kesempatan menguntungkan dari pergerakan harga dan untuk kebutuhan lindung

nilai kontrak dapat dibuat tailor made. Namun pembeli kontrak harus membayar

premi (harga/biaya) options di muka dan menghadapi risiko kredit dari penjual.

Sama halnya seperti forward contract dan future contract, kontrak ini opsi juga

tersedia terutama untuk jangka pendek.

4. Swaps contract merupakan kesepakatan saling mempertukarkan arus kas selama

jangka waktu tertentu. Kontrak ini juga tersedia dalam jangka waktu menengah dan

jangka panjang. Pada swaps contract mengandung risiko kredit namun tidak

diperlukan transfer uang tunai pada awal perjanjian. Untuk kebutuhan lindung nilai

juga tersedia kontrak-kontrak yang tailor made.

METODE PENELITIAN

Kajian ini merupakan sebuah conceptual paper terkait pelaksanaan kegiatan hedging

dalam perdagangan internasional melalui temuan data dan informasi yang berasal dari

data sekunder, baik yang berasal dari instansi tekait serta textbook dan publikasi ilmiah.

Tulisan ini diharapkan dapat menjadi sebuah referensi bagi pelaku dalam kegiatan

perdagangan internasional.

PEMBAHASAN

Operasi hedging adalah kontrak penjualan atau pembelian mata uang asing untuk

menghindari resiko memegang hutang dan piutang dalam mata uang asing. Untuk

menghindari resiko fluktuasi nilai mata uang asing, ada satu cara yang sering digunakan

adalah kontrak berjangka. Dalam FASB no 52 disebutkan bahwa kontrak berjangka

adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran mata uang yang berbeda pada satu waktu

tertentu dimasa yang akan datang dan pada kurs tertentu yang disepakati (forwad rate).

PSAK no 10 menyatakan bahwa transaksi valuta berjangka adalah transaksi pertukaran

dua valuta asing melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka.

Empat situasi dimana kontrak berjangka ini digunakan adalah sebagai berikut:

Page 210: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

210

1. Spekulasi

a. Bertujuan untuk berspekulasi dalam perubahan kurs

b. Keuntungan dan kerugian pertukaran diakui langsung setiap terjadi perubahan

kurs forward ( kurs tertentu yang disepakati padca masa yang akan datang oleh

perusahaan yang melakukan hedging dengan pialang )

c. Efek pendapatan sama dengan kerugian dan keuntungan pertukaran yang diakui.

4) Hedging atas posisi aktiva atau kewajiban bersih.

a. Bertujuan untuk mengimbangi eksposur posisi aktiva atau kewajiban bersih yg

ada.

b. Keuntungan dan kerugian pertukaran diakui langsung namun diimbangi oleh

keuntungan serta kerugian yang bersesuaian pada posisi aktiva dan kewajiban

bersih.

c. Premium dan diskon atas kontrak berjangka diamortisasi sebagai pendapatan

sepanjang masa kontrak berjangka.

d. Efek pendapatan sama dengan amortisasi dari premium atau diskon ( saling ofset

keuntungan dan kerugian )

5) Hedging atas komitmen yang dapat didentufikasi.

a. Hedging dapat diidentifikasi jika dianggap efektif dan mata uang tersebut

tetap/tidak berubah.

b. Bertujuan untuk mengimbangi exposure pembelian atau penjualan yang akan

direalisasikan pada masa yang akan datang dan mengunci harga dari kontrak

yang ada dalam mata uang domestic.

c. Keuntungan dan kerugian pertukaran ditangguhkan sampai komitmen

direalisasikan menjadi transaksi selanjutnya keuntungan dan kerugian yang

ditangguhkan tadi diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap harga transaksi.

d. Pilihan premium dan diskon dapat langsung diamortisasi sebagai pendapatan

atau ditangguhkan dan diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap

hargatransaksi.

6) Hedging atas investasi bersih dalam entitas luar negeri.

a. Bertujuan untuk mengimbangi exposure investasi bersih yang ada dalam sebuah

entitas luar negeri

b. Keuntungan dan kerugian pertukaran diakui sebagai penyesuaian ekuitas dan

akan mengimbangi penyesuaian ekuitas yang dicatat dalam investasi bersih.

Dalam perhitungan hedging atau lindung nilai , dilakukan dalam beberapa

tahapan yaitu:

1. Membuat ikhtisar aktiva dan kewajiban bersih dalam valuta asing serta kurs dalam

laporan keuangan

2. Menghitung kurs forward yang digunakan untuk meng-hedging aktiva dan

kewajiban bersih perusahaan dalam mata uang asing. Analisa hedging contract

forward dapat dihitung dengan rumus (Hamdy Hady, 2006:74) :

Kurs

Forward =

Spot Rate

+

SR x (B-A)

x T

100 x DB

Premium jika, forward rate > spot rate

Discount jika, forward rate < spot rate

Page 211: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

211

1. Menghitung besarnya piutang kontrak (dalam mata uang asing).

2. Membandingkan keuntungan/ kerugian akibat selisih kurs.

SIMPULAN

Berdasarkan penjelasan dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Ketidakstabilan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing dapat memberikan efek

yang menguntungkan dan merugikan bagi pelaku ekspor.

2. Kebijakan yang diberlakukan dalam transaksi ekspor yaitu pelunasan piutang

memakai mata uang asing.

3. Teknik hedging contract forward sangat tepat digunakan untuk melindungi transaksi

ekspor terlihat dari kurs valas yang akan mengalami apresiasi dan nilai tukar

domestik semakin kecil.

4. Kebijakan hedging akan berdampak pada keuntungan dan kerugian, tergantung dari

kebenaran estimasi yang dilakukan eksportir dalam penetapan kurs saat jatuh tempo

piutang.

5. Sebelum memutuskan untuk menggunakan hedging, perusahaan sebaiknya

mempertimbangkan faktor-faktor yang terlibat dalam penggunaan teknik hedging

seperti nilai tukar antara mata uang asing terkait, suku bunga deposito negara-negara

terkait, suku bunga pinjaman mata uang asing terkait, dan waktu jatuh tempo

piutang.

DAFTAR PUSTAKA

Eiteman, Stonehill, Moffett. 2010. Manajemen Keuangan Multinasional Edisi kesebelas

Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Hady, Hamdy, 2004, Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional, Ghalia

Indonesia, Jakarta.

…………. 2006, Ekonomi Internasional Buku 1. Jakarta, Ghalia Indonesia.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2010, Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) no.

10, tentang transaksi valuta asing, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

I Nengah Andri Sutapa, Prediksi Kurs Spot dan Kurs Forward TerhadapKurs Future

Spot Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan di Kuta Badung, Jurnal Ilmiah hal

2.

Jevi Enggawati, Moch. Dzulkirom A.R, Raden Rustam Hidayat, Analisis Penggunaan

Teknik Hedging Contract Forward Untuk Mengurangi Kerugian Selisih Kurs

Valas Atas Hasil Penjualan Eksport, Jurnal Ilmiah, hal 3-4.

Levi, Maurice D. 2001. Keuangan Internasional. Yogyakarta, Andi Offset.

Madura, Jeff, 2009, Manajemen Keuangan Internasional, Ed Kedelapan (Diterjemahkan

oleh Emil Salim), Erlangga, Jakarta.

Ni Wayan Eka Mitariani, Analisis Perbandingan Penggunaan Hedging Antara Forward

Contract Dengan Currency Swap Untuk Meminimasi Risiko Foreign

Exchange,jurnal managemen strategi bisnis dan kewirausahaan vol 7, 2013.

Page 212: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

212

Brealey, Richard A., 2006, Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan, Erlangga.

Jakarta

Siahaan, Hinsa, 2008, Seluk-Beluk Perdagangan Instrumen Derivatif, Cetakan Pertama,

Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Page 213: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

213

ANALISIS PENERAPAN BISNIS SOSIAL DAUR ULANG SAMPAH KORAN

TERHADAP PENURUNAN TINGKAT PENGANGURAN

DI WILAYAH KOTA BOGOR

(Studi kasus di bank sampah Rancage Bogor)

Maimunah )1

Indra Suyahya )2

1Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI

2Dosen Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Soasial Universitas Indrprasta PGRI

[email protected]

[email protected]

ABSTRACT

Currently the waste problem is a very complicated issue to deal with, every day millions

of cubic garbage generated in Indonesian society and this makes the burden of the

government to manage waste. This study examines how to overcome the problems of

garbage through recycling activities are worth ekonomiesse. Purpose of the research is

to analyze the social business recycling bins to the decline in the unemployment rate in

the city of Bogor. The research method used is descriptive qualitative method. Data

collection techniques done with the completed questionnaires and interviews.

Samples taken from the population across managers and bank customers garbage

Sindang Sari Village and Tanah Baru Village by using purposive sampling. The

resultate can study that the presence of social business at the bank Rancage trash can

impact on the environment of which creates a clean and healthy environment, for

society of which can reduce the level of structural unemployment in a way that a

customer community empowerment for producing recycled paper litter. And increase

the income of its customers as well as to reduce social problems in the community,

especially the problem accumulation of garbage. As well as for government help to

environmental programs.

Keywords: Social Business, Garbage Bank, Unemployment.

PENDAHULUAN

Sampah merupakan masalah lingkungan yang belum dapat tertangani

dengan baik, terutama pada negara berkembang, karena jumlah sampah yang

dihasilkan tidak sebanding dengan kemampuan pengolahan sampah. Di Indonesia

sendiri pengolahan sampah telah dilakukan dengan cara konvensional, yaitu

pengumpulan dan pengangkutan sampah menuju tempat pembuangan akhir (TPA).

Penanganan ini masih belum dapat menyelesaikan masalah, karena hampir sebagian

Page 214: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

214

besar TPA di Indonesia menggunakan jenis open dumping. Jenis TPA ini

merupakan cara penumpukan sampah di suatu lahan tanpa diberi perlakuan apapun. Di

samping itu muncul masalah baru, yaitu lahan tempat pembuangan sampah

semakin sempit, lokasi yang jauh dari kota, dan ancaman kesehatan bagi masyarakat

yang tinggal di sekitar TPA. Selain itu, pengolahan sampah juga terhambat oleh

kebiasaan manusia, dimana masih sering dapat kita temui sampah menumpuk di

tempat yang tidak seharusnya. Kebiasaan ini pulalah yang ikut ambil andil dalam

masalah sampah.

Kota Bogor merupakan salah satu kota penyangga ibu kota, jarak antara

kota Bogor dengan Jakarta kurang lebih 60 km. Kota Bogor dengan luas wilayah

11.850 Ha. Dengan

total jumlah penduduk 1.004.831 jiwa dengan penduduk terbanyak di kota Bogor

barat sebanyak 223.168 jiwa (22.21%). Diikuti penduduk kecamatan sareal sebanyak

206.028 jiwa (20.23%), Bogor selatan sebanyak 190.535 jiwa (19.05%), Bogor utara

sebanyak 180.847 jiwa (17.96%), Bogor tengah sebanyak 104.270 jiwa (10.56%)

dan Bogor timur sebanyak

99.983 jiwa (9.99%) indikator kependudukan kota Bogor tahun 2012. (sumber : bps

kota bogor, 2012)

Dari data yang dihimpun menyebutkan, jumlah pengangguran di Kota dan Kabupaten

Bogor mencetak rekor. Dan semakin tinggi pula tingkat sampah yang di hasilkan

dalam

pertahunnya.

TINJUAN PUSTAKA

Pengertian Bisnis Sosial

Kata bisnis, berasal dari bahasa Inggris business. Bisnis dapat didefinisikan

sebagai:

―segala aktivitas dari berbagai institut yang menghasilkan barang dan jasa yang perlu

untuk

kehidupan masyarakat sehari-hari‖ (M. Manulang, 2008:3)

Dengan pengertian tersebut ada sejumlah unsur penting, dalam definisi tersebut, yaitu :

1) segala aktivitas

2) institut

3) menghasilkan barang dan jasa

4) perlu untuk kehidupan masyarakat

Sedangkan menurut para ahli definisi bisnis sosial belum terlalu banyak karena

baru diperkenalkan di Indonesia baru-baru ini dengan nama Social Entrepreneur. Kata

entrepreneur berasal dari bahasa Prancis, entre berarti antara prendre berarti

mengambil. Kata ini pada dasarnya digunakan untuk menggambarkan orang-

orang yang berani mengambil resiko dan memulai sesuatu yang baru.

Menurut Frederick dalam (Adie Nugroho, 2013:15) memandang bahwa entrepreneur

adalah sebagai agen perubahan yang melakukan pencarian secara sengaja, perencanaan

yang hati-hati dan pertimbangan yang seksama ketika melakukan proses

entrepreneurial atau istilah keagenannya biasa disebut dengan socioecopreneur. Untuk

itu, socioecopreneur biasanya memiliki kemampuan untuk mengetahui arah usaha yang

dijalaninya.

Visi dikembangkan sepanjang waktu yang menentukan eksistensi usahanya di

masa depan. Dibutuhkan integritas dan reliabilitas karena keduanya yang

menjadi kunci kesuksesan relasi antara usaha dan lingkungan yang membuat

socioecopreneur dapat bertahan lama dan usahanya berkelanjutan. Dengan demikian

Page 215: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

215

pembangunan ekonomi berkelanjutan merupakan proses yang mendorong peningkatan

pendapatan per kapita dan menurunkan tingkat pengangguran suatu bangsa dalam

jangka panjang dengan memperhitungkan faktor keberlanjutan lingkungan dan

partisipasi aktif masyarakat.

Pengertian Sampah Sampah merupakan ―suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak terpakai lagi oleh

manusia atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan

manusia dan dibuang‖ (Notoadmodjo, 2003:166). Notoadmodjo juga mengemukakan

bahwa sampah merupakan bahan yang sebelumnya berguna bagi suatu aktivitas

manusia, mamun kemudian tidak terpakai lagi. Tidak hanya itu, Notoadmdjo juga lebih

mengkhususkan sampah sebagai benda padat yang tidak terpakai lagi oleh manusia.

Definisi bahwa sampah merupakan sisa dari suatu proses kegiatan, rupanya juga

disepakati oleh khalayak umum.

Sementara itu, pengertian lain dari sampah adalah bahan yang tidak mempunyai

nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau

pamakaian barang

rusak atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan atau ditolak

atau dibuang (Hendargo, 2000:162).

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat dilihat bahwa sampah merupakan

suatu hal yang sudah tidak berguna lagi bagi dan bahkan dapat mengganggu

kehidupan manusia,

diantaranya adalah bahwa sampah bisa mendatangkan berbagai macam penyakit. Oleh

karena itu, sampah di lingkungan manusia harus ditangani salah satu caranya

adalah dengan pengelolahan sampah. Azwar dalam (Wijayanti, 2009:12)

menyebutkan 3 langkah upaya pengolahan sampah menurut ilmu kesehatan

lingkungan, yakni penyimpanan sampah (refuse storage), pengumpulan sampah

(refuse collection), pembuangan sampah (refuse disposal) yang di dalamnya termasuk

pengangkutan sampah dan sekaligus pula pemusnahan sampah.

Pengertian Daur Ulang Sampah

Daur ulang material yang ditemukan di sampah pemukiman kota meliputi

pemulihan material dari aliran sampah, pengolahan menengah seperti pemisahan dan

pemadatan, transportasi dan pemprosesan akhir, untuk menyediakan bahan baku

bagi produsen atau produk akhir.

Beberapa jenis sampah dapat digunakan atau diolah kembali secara langsung

menjadi

produk baru melalui proses daur ulang, setelah bahan tersebut dikumpulkan dan

dibersihkan lagi. Hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan proses daur ulang

adalah mengumpulkan dan membersihkan sampah jenis tertentu, kemudian

memisahkan sesuai dengan spesifikasinya yang dibutuhkan. (Tchobanoglous, 2000:715)

Dalam proses daur ulang berbagai jenis sampah ini memang tidak bisa diharapkan

menghasilkan produk dengan kualitas seperti aslinya, namun dengan proses daur ulang

dapat membantu mengatasi permasalahan sampah yaitu dalam hal pengurangan

sampah.

Manfaat utama dari daur ulang sampah adalah konservasi sumber daya alam

dan lahan di TPA. Di sampang itu, daur ulang juga dapat meningkatkan tingkat

ekonomi para pelaku daur ulang. Dalam pabrik atau perusahaan yang dapat melakukan

proses daur ulang diperhatikan penambahan tahapan proses pada awal produksi, seperti

Page 216: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

216

penghancuran, pemisahan, dan pembuangan bagian tertentu agar produksi berjalan

dengan baik.

Pengertian Tingkat Pengangguran Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak

mempunyai pekerjaan dan sedang aktif mencari pekerjaan. Kategori orang yang

menggangur adalah

mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan pada masa kerja. Usia

kerja biasanya adalah usia yang tidak dalam masa sekolah tapi di atas usia anak-anak

(relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu masa pendidikan dari SD – tamat SMU). (Iskandar

Putong, 2013: 426).

Pengangguran selalu menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran

berarti pemborosan dana. Akan tetapi juga memberikan dampak sosial yang tidak

baik misalkan akan semakin meningkatnya tindakan kriminalitas dan pelanggaran

moral. Akan tetapi di sisi lain pengangguran atau menganggur umumnya dilakukan

dengan suka rela, baik karena memilih pekerjaan, menunggu pekerjaan yang sesuai,

keluar dari pekerjaan dan perusahaan, dan berbagai macam alasan lainya.

Menurut Iskandar Putong (2013:427) Berdasarkan kenyataan yang ada,

pengangguran

di bagi menjadi tiga jenis yaitu :

1) Pengangguran Siklis

2) Pengangguran Friksional

3) Pengangguran Struktural

Sedangkan menurut Mulyadi (2014:72-73) pengangguran dibagi menjadi :

1) Pengangguran terbuka (Open Unemployment)

2) Setengah menganggur (Underemployment)

3) Setengah menganggur yang kentara (Visible Underemployment)

4) Setengah menganggur yang tidak kentara (Invisible Underemployment)

5) Pengangguran tidak kentara (Disguised Unemployment)

Tabel 1

Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia Tahun 2008 – 2010 (Agustus)

Jenis

Kelamin

Perkotaan Pedesaan Kota + Desa

2008 2009 2010 2008 2009 2010 2008 2009 2010

Laki-Laki

Perempuan

Laki - Laki

&

Perempuan

10.41

11.78

10.94

10.23

11.34

10.66

8.21

11.25

9.37

5.51

8.16

6.52

5.52

6.31

5.82

4.61

6.88

5.48

7.59

9.69

8.39

7.51

8.47

7.87

6.15

8.74

7.14

Sumber : Badan Pusat Statistik (2010)

Pemilihan sampah koran untuk di daur sebagai produk jadi ini sangat bermanfaat

bagi masyarakat karena akan mengurangi masalah penumpukan sampah dan juga

masalah ekonomi keluarga. Jika sampah yang didaur ulang semakin banyak

jenisnya maka akan semakin mengurangi masalah dalam kehidupan masyarakat.

Pada bank sampah Rancage ini memilih sampah kertas dengan jenis koran

sebagai bahan dasar pengolahan produk-produk siap pakai untuk memenuhi kebutuhan

Page 217: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

217

rumah tangga. Terdapat kelebihan dalam pemilihan sampah kertas ini salah satunya

sangat mudah di dapat dan mudah dalam pengolahannya. Sehingga memudahkan

masyarakat dalam memproduksi. Dan dapat dijadikan bisnis sosial dalam masyarakat.

METODOLOGI

Metode Pengumpulan Data

Pada kegiatan pengumpulan data langkah-langkah yang harus ditempuh bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih lengkap. Pengumpulan data

dilakukan menggunakan teknik pengumpulan data baik dengan data primer

maupun data sekunder dalam rangka mendeskripsikan variabel-variabel penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

2. Wawancara

3. Pengamatan (Observasi)

4. Dokumentasi

5. Kuesioner (Angket)

Dengan menggunakan skala Likert yang dikembangkan oleh Ransis Likert

untuk mengetahui pengaruh penerapan bisnis sosial daur ulang sampah koran dengan

menentukan skor pada setiap pertanyaan. Skala likert merupakan skala yang dipakai

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang / sekelompok orang tentang

fenomena sosial (Sugiyono, 2008:105). Skala ini banyak digunakan karena mudah

dibuat, bebas memasukkan pernyataan yang relevan, realibilitas yang tinggi dan

aplikat if pada berbagai aplikasi. Penelitian ini menggunakan sejumlah statement

dengan skala 5 yang menunjukan setuju atau tidak setuju terhadap statement tersebut

yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), R (Ragu-ragu), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat

Tidak Setuju).

HASIL PEMBAHASAN

Analisis Dampak Penerapan Bisnis Sosial Daur Ulang Sampah Koran di Wilayah

Kota

Bogor

Dari penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa bisnis sosial daur ulang

sampah koran memiliki dampak sebagai berikut :

a. Lingkungan

1) Lingkungan yang bersih dan sehat

Dengan adanya bank sampah Rancage ini lingkungan di desa Tanah Baru dan

desa Sindang Sari lebih bersih dan terbebas dari beberapa jenis penyakit, yang

sumbernya berasal dari bakteri yang terdapat pada sampah. Selain itu

dilingkungan sekitar banyak di tanami tumbuhan hijau atau sayuran yang

manfaatnya langsung dapat dirasakan oleh keluarga untuk kebutuhan memasak

setiap hari. Dan potnya berasal dari limbah sampah plastik baik kantong bekas

isi minyak goreng atau dari sampah botol air mineral.

2) Menyeimbangkan ekosistem makhuk hidup

Dengan demikian lingkungan yang sehat dan terbebas dari cemaran limbah

sampah dapat menjaga keseimbangan ekosistem makhluk hidup yang ada,

khususnya makhluk hidup yang ada di darat.

3) Menjaga kelestarian lingkungan

Sedangkan air tanah tetap terjaga keasliannya karena terbebas dari cemaran

limbah lindi dan udara pun menjadi lebih bersih dan segar karena terbebas dari

bau yang tidak sedap yang berasal dari tumpukan sampah yang telah

Page 218: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

218

membusuk. Sehingga warga di lingkungan desa memiliki hidup yang sehat.

b. Masyarakat

1) Penurunan tingkat pengangguran struktural

Sedikitnya dapat membantu menurunkan tingkat pengangguran di wilayah

kota Bogor. Banyak warga yang terserap sebagai tenaga kerja untuk

memproduksi produk daur ulang sampah koran ini. Yang sebelumnya telah

dilatih terlebih dahulu. Umumnya pekerjaan keseharian mereka adalah ibu rumah

tangga yang usianya masih produktif tetapi sudah tidak bekerja.

Selain ibu rumah tangga, bapak-bapak diwilayah Sindang Sari dan Tanah Baru

ini pun ikut ambil bagian menjadi nasabah bank sampah untuk menabung

sampah dan memproduksi produk daur ulang sampah tersebut. Banyak

dari mereka yang sebelumnya adalah pengangguran maupun pekerja serabutan

sebagai buruh bangunan ataupun tukang ojek dan pencabut benang diban bekas

oleh salah satu home industri yang terdapat disana.

2) Peningkatan pendapatan

Dengan demikian bisnis yang berlandaskan social preneur ini dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat. Contohnya banyak ibu-ibu rumah

tangga yang telah mandiri untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya

dari hasil pendapatan menabung sampah dan mengayam produk daur ulang

sampah koran tersebut.

3) Meningkatkan sumber daya manusia yang lebih baik

Masyarakat telah terlatih dan terdidik untuk membuat produk daur ulang

sampah koran dan dituntut untuk mengembangkan produknya. Membuat inovasi

produk baru dengan berbagai bentuk dan beragam fungsinya. Dan tak sedikit pula

nasabah bank sampah ini tengah menjadi tutor bagi mahasiswa yang datang

untuk belajar memdaur ulang sampah dan juga yang sedang melakukan

penelitian. Serta meningkatkan percaya diri yang besar bagi warga karena sering

di liput oleh stasiun televisi, yang ingin mengekspos kegiatan bisnis sosial di

bank sampah sebagai inspirasi untuk warga di desa lain.

4) Meningkatkan rasa kekeluargaan antar warga

Dengan adanya rutinitas yang terjadi setiap hari di bank sampah, warga

menjadi lebih sering bertemu. Sehingga meningkatkan keakrab dan menjalin

hubungan yang baik antar warga.

c. Pemerintah

1) Membantu program pemerintah dalam hal lingkungan hidup

Membantu meringankan tugas Badan Pengelola Lingkungan Hidup

Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat dalam misinya dengan point sebagai

berikut :

a. Meningkatkan Kualitas Lingkungan (Air, Udara, dan Tanah).

b. Menjaga Keselarasan dan Keseimbangan Pemanfaatan SDA Untuk

Kesejahteraan

c. Rakyat.

d. Meningkatkan Kinerja Pengelolaan Lingkungan dunia Usaha dan Industri. d)

Membangun Kewaspadaan dan Partisipasi Masyarakat yang Responsif.

e. Membangun Masyarakat Peduli Lingkungan (Green Society).

2) Menurunkan tingkat kemiskinan

Dari program Reduce, Reuse dan Recycle (3R) yang terdapat di bank

Page 219: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

219

sampah Rancage sedikitnya telat membantu penanggulangan kemiskinan.

Hasil ini dapat terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 2

Data mengurangi masalah pengangguran

Penghasilan Frequency Percent

Sangat setuju 16 44,44

Setuju 11 30,56

Cukup setuju 6 16,67

Tidak setuju 3 08,33

Sangat tidak setuju 0 00,00

Total 36 100,00

Berdasarkan tabel 4.1 maka dapat dilihat bahwa bisnis sosial di bank

sampah dapat mengurangi masalah pengangguran dengan jumlah yang menjawab

sangat setuju sebesar 44,44 %, yang menjawab setuju sebesar 30,56 %, yang menjawab

cukup setuju sebesar 16,67 % dan yang menjawab tidak setuju sebesar 08,33 %. Besar

kemungkinan bisnis sosial di bank sampah dapat membantu mengurangi masalah

pengangguran dilingkungan masyarakat. Alasanya karena banyak sumber daya

manusia atau masyarakat yang terserap sebagai tenaga kerja untuk memproduksi

produk daur ulang sampah koran.

SIMPULAN Berdasarkan analisis penelitian yang dilakukan, maka dapat di simpulkan bahwa

penerapan bisnis sosial daur ulang sampah koran dapat berpengaruh terhadap

penurunkan tingkat pengangguran di wilayah kota Bogor. Sekaligus dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat dan dapat memecahkan masalah sosial

khususnya masalah penumpukan sampah.

DAFTAR PUSTAKA

Adie Nugroho. 2013. Menumbuh Kembangkan SOCIO ECOPRENEUR Melalui

Kerja Sama Stategis. Penerbit Jakarta: Penebar Swadaya.

Hendargo, I. 2000. Kamus Istilah Lingkungan. Penerbit Jakarta: PT. Bina Pariwara.

Iskandar Putong. 2013. Economics Pengantar Mikro dan Makro. Penerbit Jakarta:

Mitra Wacana Media.

M. Manulang. 2008. Pengantar Bisnis. Penerbit Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press. Mulyadi S. 2014. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam

Perspektif Pembangunan.

Penerbit Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit

Jakarta: Rineka Cipta.

Page 220: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

220

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Bandung: Alfabeta.

Tchobanoglous, G, Hilary Theisen, & Samuel A. Vigil. 2000. Integrated Solid

Wasted Management Engineering Principles and Management Issues. New

York: Mc Graw Hill.

Wijayanti. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Penerbit Jakarta: Mutiara.

Page 221: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

221

PERAN KOPERASI SEBAGAI AKSES MODAL DAN PUSAT

PENGEMBANGAN KEAHLIAN MANAJEMEN UMKM

Endah Widati

Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

Email: [email protected]

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak ke-4 didunia dengan

persebaran ekonomi yang tidak merata di setiap daerah. Hal ini menyebabkan

banyaknya penduduk yang pindah ke kota-kota besar dan mengakibatkan kosongnya

beberapa wilayah tertentu dan padatnya kota-kota besar yang menjadi tujuan penduduk.

Peningkatan jumlah ini tidak serta meningkatkan jumlah perusahaan yang menyerap

tenaga kerja sehingga banyak penduduk yang datang dari desa menjadi pengangguran.

Era globalisasi membuka peluang bagi perkembangan bisnis dan juga ketatnya

persaingan dalam hal mencari pekerjaan sehingga setiap individu dituntut untuk dapat

mandiri dengan mendirikan usaha sendiri atau menjadi entrepreneur. Namun untuk

menjadi entrepreneur tidaklah mudah, kendala terbesar adalah modal dan keahlian

dalam pengelolaan bisnis. Saat ini banyak lembaga keuangan baik bank maupun

nonbank memberikan perhatian besar pada pengembangan UMKM begitu pula

pemerintah melalui koperasi. Kajian ini merupakan sebuah conceptual paper yang

bertujuan untuk mengetahui bagaimana koperasi dapat berperan serta sebagai lembaga

nonbank untuk dapat memberikan akses modal pada para entrepreneur terutama

pengusaha UMKM dan membantu para pengusaha UMKM menambah keahlian untuk

pengelolaan bisnis yang dijalankan. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan mengunakan analisis deskripsi

kualitatif dalam mengkaji setiap data dan informasi yang dimiliki. Hipotetik solution

dari kajian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi pengembangan

operasional Koperasi dan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah.

Kata kunci: UMKM, koperasi, modal kerja, keahlian manajemen

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak ke-3 didunia dengan

persebaran ekonomi yang tidak merata di setiap daerah. Hal ini menyebabkan

banyaknya penduduk yang pindah ke kota-kota besar dan mengakibatkan kosongnya

beberapa wilayah tertentu dan padatnya kota-kota besar yang menjadi tujuan penduduk.

Peningkatan jumlah ini tidak serta meningkatkan jumlah perusahaan yang menyerap

Page 222: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

222

tenaga kerja sehingga banyak penduduk yang datang dari desa menjadi pengangguran.

Era globalisasi membuka peluang bagi perkembangan bisnis dan juga ketatnya

persaingan dalam hal mencari pekerjaan sehingga setiap individu dituntut untuk dapat

mandiri dengan mendirikan usaha sendiri atau menjadi entrepreneur. Namun untuk

menjadi entrepreneur tidaklah mudah, kendala terbesar adalah modal dan keahlian

dalam pengelolaan bisnis. Saat ini banyak lembaga keuangan baik bank maupun

nonbank memberikan perhatian besar pada pengembangan UMKM begitu pula

pemerintah melalui koperasi.

Menurut UU No. 25 tahun 1992 pasal 2 Koperasi merupakan bentuk usaha

berdasarkan azas kekeluargaan serta berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar. Saat ini terdapat 209.488 koperasi diseluruh Indonesia, dan beberapa diantaranya

sudah dalam proses pembekuan operasional yang disebabkan oleh berbagai hal. Sejak

masa lalu sampai saat ini koperasi memiliki peran sangat penting bagi perekonomian

Indonesia khususnya bagi masyarakat diwilayah pedesaan dimana akses modal sangat

terbatas. Di era globalisasi saat ini, akses akan modal sangat mudah karena sudah

banyak lembaga keuangan baik bank dan nonbank berdiri dan memberikan layanan

pemberian pinjaman modal kepada konsumennya.Bagi seseorang yang baru memulai

usaha (start-up) terkadang memiliki banyak kendala baik dari segi sumber daya manusia

(manpower), metode (method), keuangan (money), peralatan dan mesin (machine) dan

bahan baku (material)

Sejak pemerintah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional, Pemerintah

mulai mendukung perkembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan

berbagai cara, baik dari segi permodalan dan peningkatan kemampuan sumber daya

manusia. Pemerintah bekerja sama dengan lembaga-lembaga keuangan baik bank dan

nonbank guna meningkatkan kemudahan akses akan modal bagi para pengusaha

UMKM yang baru memulai usahanya dan mengembangkan usahanya.

Koperasi merupakan salah satu lembaga yang dipercaya pemerintah untuk

menyaluran dana tersebut bagi para pengusaha mikro di Indonesia. Namun sayangnya

usaha pemerintah ini belum menunjukkan hasil yang maksimal karena masih banyak

pengusaha mikro dan perorangan yang masih dalam posisi sama seperti saat memulai

bisnisnya dan bahkan merasakan kegagalan karena kekurangan modal dan juga

kurangnya pengetahuan bagaimana menjalankan bisnis dengan benar agar bisnisnya

dapat berjalan dan berkembang pesat. Berdasarkan hal ini lah, penulis mencoba meneliti

bagaimana peranan koperasi sebagai salah satu lembaga dimana para start up

entrepreneur dan UMKM dapat menjadikan koperasi sebagai akses modal dan pusat

pengembangan keahlian manajemen bagi UMKM.

KAJIAN PUSTAKA

KOPERASI

Berdasarkan UU No. 25 tahun 1992 koperasi adalah usaha yang beranggotakan

orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas

kekeluargaan. Koperasi didirikan karena adanya anggota dan diperuntukan untuk

mensejahterakan anggotanya. Sebagai salah satu badan hukum yang berazaskan

kekeluargaan koperasi memiliki peranan penting dalam perekonomian bangsa

Indonesia. Peranan koperasi tidak hanya tercantum dalam UU No. 25 tahun 1992

tentang Perkoperasian tetapi juga sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda, bersamaan

dengan pergerakan Indonesia saat itu.

Pada saat itu, struktur perekonomian di Indonesia terbagi menjadi 3 (tiga)

lapisan yaitu: (1) lapisan atas, lapisan perekonomian yang dimiliki oleh bangsa Belanda

Page 223: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

223

yang menguasai produksi pertanian, industri, perhubungan, ekspor impor, perbankan

dan asuransi; (2) lapisan kedua, merupakan lapisan perantara masyarakat Indonesia dan

Belanda yang 90% merupakan orang Tionghoa dan orang asia lainnya; dan (3) lapisan

ketiga yang terdiri dari masyarakat ekonomi serba kecil, pertanian kecil, perindustrian

kecil, perdagangan kecil dan lain sebagainya yang merupakan wilayah bagi bangsa

Indonesia saat itu. (Sholihin, 2010: 23). Sehingga koperasi menjadi pilihan tepat bagi

rakyat Indonesia.

Seiring perkembangan jaman, koperasi juga tumbuh menjadi sebuah organisasi

kerakyatan yang diandalkan dipelosok negeri. Berbagai jenis koperasi berdiri dan ada

untuk memperbaiki serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Adapun

jenis-jenis koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992, koperasi terbagi menjadi 2 jenis

yakni (a) Koperasi Primer dan (b) Koperasi Sekunder. Sedangkan menurut jenis

usahanya koperasi terbagi menjadi 4 (empat) yakni: Koperasi simpan-pinjam, koperasi

konsumsi, koperasi produsen dan koperasi jasa (UU No. 17 tahun 2012 pasal 84)

MODAL KERJA

Dalam mendirikan sebuah usaha seorang calon pengusaha memerlukan modal

baik modal finansial maupun modal nonfinansial. Modal nonfinansial meliputi:

keahlian, mental, cara berpikir dan juga kepercayaan. Sedangkan modal secara finansial

tentunya berupa uang yang dapat dijadikan investasi awal untuk memulai usaha. Modal

Kerja adalah dana yang ditanamkan dalam aktiva lancar, berupa kas, piutang, surat –

surat berharga, persediaan dan lain-lain. (Wasis, 1991:63).

Menurut Wasis (1991: 63) Modal kerja terbagi 2 (dua) yakni (a) Modal kerja

bruto adalah keseluruhan dari aktiva / harta lancar yang terdapat dalam sisi debet

neraca. (b) Modal kerja neto adalah keseluruhan harta lancar dikurangi utang lancar.

Dengan perkataan lain modal kerja neto adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi

dengan hutang lancar. Sedangkan menurut WB. Taylor (dikutip oleh Riyanto, 1992: 61)

Modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 (dua) golongan yakni: (1) modal kerja

permanen (permanent working capital) yaitu: modal kerja yang harus tetap ada pada

perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal kerja permanen terdiri dari

modal kerja primer, yaitu modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk

menjamin keberlangsungan perusahaan, dan modal kerja normal, yaitu modal kerja

yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. (2) modal kerja

variable (variable working capital) adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah,

terdiri dari: (a) modal kerja musiman (seasonal working capital) yaitu modal kerja yang

berubah-ubah karena fluktuasi musim; (b) modal kerja siklis (cyclical working capital)

adalah modal kerja yang berubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur; (c) modal kerja

darurat (emergency working capital) adalah modal kerja yang berubah karena adanya

keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

KEAHLIAN MANAJEMEN

Keahlian atau kompetensi adalah suatu sifat dasar seseorang yang dengan

sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secara efektif (Mitrani,

1995:21 dikutip dalam Ardiana, 2010:44). Menurut Mitrani (1995) keahlian atau

kompetensi dapat berupa tujuan, perangai, konsep diri, sikap atau nilai, penguasaan

masalah atau keterampilan kognitif atau keterampilan perilaku (dikutip dalam Ardiana,

2010:44)

Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan yang dilakukan oleh anggota-anggota organisasi dan penggunaan sumber

daya organisasi lain guna mencapai tujuan organisasi. Kemampuan manajerial yang

harus dimiliki oleh setiap pelaku usaha terbagi menjadi 3 yakni kemampuan teknis,

kemampuan human dan kemampuan konseptual. Adapun kemampuan manajerial yang

Page 224: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

224

sebaiknya dimiliki adalah kemamapuan dalam manajemen pemasaran, manajemen

keuangan, manajemen operasional, manajemen sumber daya manusia sertta manajemen

strategik.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Menurut UU No. 20 tahun 2008, yang dimaksud UMKM adalah Usaha Mikro,

Usaha Kecil dan Usaha Menengah. Adapun usaha mikro adalah usaha produktif milik

orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000.- (lima puluh juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta

rupiah)

Sedangkan usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi kriteria dibawah ini (UU No. 20 tahun 2008):

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000.- (lima puluh juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000.- (tiga ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000.- (dua milyar lima ratus juta

rupiah)

Usaha menengah merupakan usaha usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung usaha menengah atau usaha besar dengan jumlah

kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta) dan paling banyak Rp.

10.000.000.000,- (sepuluh milyar) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

atau hasil penjualan tahunan diatas Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta) dan

paling banyak sebesar Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar) (UU No. 20 tahun

2008)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitan konseptual dimana proses penelitian ini

dijalankan dengan mengembangkan konsep dan teori yang dapat dipertanggung

jawabkan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan menggunakan data

sekunder.

PEMBAHASAN

Sejak terjadinya krisis ekonomi 1997-1998 terbukti bahwa usaha mikro, kecil

dan menengah mampu membuat ekonomi Indonesia kembali kuat. Oleh karena itu

pemerintah memberikan perhatian khusus bagi para pengusaha mikro, kecil dan

menengah untuk dapat mengembangkan bisnisnya. Per 31 Desember 2012 data

kementerian UMKM dan koperasi menunjukkan bahwa terdapat 55.856.176 usaha

mikro, 629.418 usaha kecil dan 48.997 usaha menengah. Jumlah ini terus berkembang

selama 10 tahun terakhir. Peningkatan jumlah UMKM yang ada di Indonesia

Page 225: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

225

dikarenakan adanya dukunaan pemerintah terhadap iklim perekonomian bagi UMKM.

UMKM terbukti memberikan kontribusi sebesar 57.12% terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB). Sektor ini juga terbukti telah menyerap 101,72 tenaga kerja atau 97,3%

dari total tenaga kerja Indonesia. Namun itu hanyalah gambaran keseluruhan secara

Nasional tidak demikian apabila menelisik lebih detail pada permasalahan bagaimana

sebuah UMKM dapat berkembang. Setidaknya terdapat beberapa masalah yang menjadi

rintangan dan hambatan UMKM untuk berkembang diantaranya adalah: (1) rendahnya

produktifitas (2) terbatasnya akses UMKM terhadap sumber daya produktif, dan (3)

kurang kondusifnya iklim usaha. Ke-3 masalah ini merupakan tantangan besar yang

harus dihadapi oleh UMKM agar dapat berkembang terutama bagi start up UMKM.

Hubeis dalam Lupyoadi (2004, dikutip dalam Agustina, 2011:67) menjelaskan

bahwa 80% dari perusahaan pemula (start up company) gagal di tahun pertama. Hal ini

disebabkan bahwa pada usaha baru terdapat peluang yang sangat besar namun tidak

diimbangi dengan kemampuan finansial dan tim manajemen yang cukup sehingga

menimbulkan resiko dan ketidakpastian atas usaha yang besar (Timmons, 2003 dikutip

dalam Agustina, 2011: 67). Agar dapat terhindar dari kegagalan, maka sebuah UMKM

perlu mendapatkan dukungan baik secara finansial dan pelatihan guna meningkatkan

kemampuan dalam hal pengelolaan usaha dan manajemen. Sriyana (2010: 91)

menunjukkan beberapa hal yang diinginkan oleh para pelaku UMKM. Adapun hal-hal

tersebut seperti yang ditunjukkan table 1.

Tabel 1 Harapan Kemudahan dari Pemerintah

No. Kemudahan yang diharapkan dari pemerintah

1. Bantuan modal usaha dengan persyaratan ringan

2. Jaminan dalam meningkatkan kredit ringan

3. Promosi iklan gratis, memberikan orderan gratis

4. Kemudahan memperoleh kredit, pengurusan administrasi bisnis

5. Pajak dikurangi, fasilitas kredit

6. Kredit lunak dan cepat

7. Memberikan perhatian kepada industry

8. Dana UKM terealisasi dengan merata

9. Menjadi mitra pemerintah dalam pengadaan barang, dipasarkan oleh

pemerintah

10. Bunga stabil dan tidak mati lampu

11. Bantuan KUR dipermudah

12. Agar dapat pesanan proyek dari pemerintah

13. Lebih memperhatikan sector kecil

14. Bantuan dana dari pemerintah

15. Pemerinta bekerja sama dengan bank untuk mempermudah usaha

Sumber: Sriyana (2011:97)

Seperti yang terlihat pada table 1 bahwa para pelaku UMKM mengharapkan

kemudahan dalam hal finansial, seperti bantuan modal dengan persyaratan ringan,

realisasi dana UKM serta dipermudahnya bantuan KUR.

Koperasi merupakan salah satu pilar ekonomi nasional yang memiliki peran dan

fungsi untuk membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khusunya dan masyarakat pada umumya untuk meningkatkan

kesejahteraan sosialnya. Selain itu koperasi juga berperan secara aktif dalam upaya

meningkatkan kualitas kehidupan anggota dan masyarakat. Koperasi melalui bidang

usaha yang dijalankan dapat membantu mengatasi permasalahan UMKM terutama dari

aspek keuangan dan pengembangan kemampuan sumberdaya manusia. Dalam aspek

Page 226: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

226

keuangan, Koperasi memiliki modal usaha dari modal sendiri yang bersumber dari

anggota berupa simpanan wajib, simpanan pokok, dana cadanagn dan hibah. Selain itu

koperasi juga dapat memiliki modal pinjaman dari anggota, koperasi lain, bank dan

lembaga keuangan lain dan penerbitan obligasi.

Untuk dapat mempermudah para pelaku UMKM mewujudkan harapannya

kepada pemerintah, para pelaku UMKM dapat bergabung menjadi anggota sebuah

koperasi sesuai dengan bidang usahanya sehingga dapat merasakan manfaat dari

keanggotaan koperasi. Melalui koperasi pelaku UMKM dapat mendapatkan bantuan

modal dengan persyaratan ringan, kemudahan memperoleh kredit lunak dan cepat,

bunga yang cenderung stabil. Hal ini karena koperasi merupakan badan usaha yang

didirikan atas dasar kebersamaan dan kekeluargaan. Kemudahann ini diakui oleh

sebagian besar pelaku UMKM yang merasakan manfaat dari pinjaman yang diberikan

koperasi kepada anggotanya. Berdasarkan hasil penelitian Carolina (2013) sebanyak

95% UMKM yang diteliti mengemukakan bahwa pinjaman dari koperasi sangat

bermanfaat bagi keberlangsungang usaha dan kegiatan operasional. Sedangkan sisanya

berpendapat sebaliknya, hal ini dikarenakan tingginya bunga pinjaman yang diberikan

oleh koperasi. Sedangkan dari aspek produktifitas, sebuah UMKM juga tidak mungkin

memiliki produktifitas tinggi tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang handal

dan memiliki kapabilitas.

Dengan memiliki kapabilitas dan kemampuan maka sumber daya manusia

UMKM maka akan mempengaruhi produktifitas individual yang berkecimpund di

UMKM, hal ini juga berimbas pada produktifitas UMKM tersebut. Untuk dapat

meningkatkan produktifitas UMKM maka seorang pelaku UMKM perlu mempelajari

dan memahami bagaimana pengelolaan usaha yang efektif dan efisien. Hal ini

menekankan bahwa SDM yang terdapat pada UMKM memerlukan pengembangan dari

segi kemampuan manajerial, koperasi dapat menyelenggarakan pendidikan dan latihan

manajemen sebagai salah satu program kegiatan untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia UMKM. Koperasi dapat menyelenggarakan berbagai pelatihan baik

keterampilan maupun pengelolaan manjamen seperti pelatihan dasar manajerial1 dan

berjenjang. Serta melakukan pendampingan terhadap penerapan ilmu manajemen di

UMKM yang bersangkutan. Lemahnya peranan sebagai lembaga pengembangan bisnis

dikarenakan biasanya koperasi tidak fokus dalam melakukan aktifitas pelatihan dan

pengembangan kemampuan dibidang manajemen. Untuk meminimalisir kelemahan

tersebut, koperasi dapat menjadi fasilitator dan penyedia ahli agar para anggotanya

mendapat pelatihan dan pendampingan dalam usahanya. Sebuah penelitian

mengemukakan bahwa 98.33% pelatihan dan pendidikan sangat bermanfaat bagi

peningkatan kemampuan SDM UMKM guna menjalankan bisnisnya. Sedangkan

sisanya yakni 1,67% tidak bermanfaat dan tidak berperan dalam peningkatan

kemampuannya (Carollina, 2013) hal ini menunjukkan bahwa koperasi berperan penting

dalam meningkatkan kemampuan SDM UMKM baik dari segi kemampuan manajerial

maupun operasional.

SIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa koperasi sebagai badan usaha dan soko guru

perekonomian Indonesia memiliki peranan penting dalam mewujudkan cita-cita

mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Koperasi

dapat menyalurkan bantuan modal dengan bunga lunak dan persyaratan yang mudah

tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian. Selain itu koperasi dapat berperan sebagai

lembaga pengembangan bisnis dan pusat keahlian manajemen dengan mengadakan

Page 227: ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532

227

pelatihan dan pendampingan ilmu manajemen bagi anggotanya secara berjenjang.

Adapun beberapa saran yang diberikan adalah:

1. Sebaiknya para pendiri koperasi mempelajari jiwa koperasi secara menyeluruh

sehingga paham benar peran strategis koperasi

2. Adanya proses pemberian atau akses kemudahan modal tanpa meninggalkan prinsip

kehati-hatian.

3. Adanya program pelatihan dan pendidikan serta pendampingan terjadwal dan

berkelanjutan bagi setiap anggota dalam menjalankan bisnisnya

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Tri Siwi. 2011. Peran Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi Dalam

Meminimalkan Resiko Kegagalan Bagi Wirausahaan Baru Pada Tahap Awal

(Start Up). Majalah Ekonomi. Tahun XXI. No. 1. Hal 64-74

Carollina, Monica. Ag. Edi Sutarta. 2013. Peran Credit Union Sebagai Lembaga

Pembiayaan Kredit Mikro. Studi Kasus: UMKM di Desa Tumbang Manggo

Kecamatam Sanaman, Mantikel, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.

Artikel

I.D.K.R. Ardiana, I.A. Brahmayanti, Subaedi. 2010. Kompetensi SDM UKM dan

Pengaruhnya terhadap Kinerja UKM di Surabaya. Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan. Vo. 12. No. 1. Maret. Hal 42-55

Riyanto, Bambang. 1992. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 3. Yayasan

Penerbit Gajah Mada (BPFE). Yogyakarta

Sholihin, Shofwan Azhar. 2010. Peran Koperasi Dalam Perekonomiaan Nasional

(antara Komitmen dan Pelaksanaannya). Coopetition, Vol. 1, No. 1, Maret, hal

22-31

Sriyana, Jaya. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) : Studi

Kasus di Kabupaten Bantul. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo

Dinamis dan Kreatif.

Wasis. 1991. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi 2. Satya Wacana. Semarang

http://www.sindotrijaya.com/news/detail/3910/sektor-umkm-menyerap-973-dari-total-

tenaga-kerja-indonesia#.VOy-TvmUeF8