BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan suatu hal yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupuan manusia. Hal ini dikarenakan
dimana seseorang hidup maka akan tercipta suatu lingkungan yang
berbeda dan sebaliknya. Akhir-akhir ini sering kali ditemukannya
suatu pengrusakan lingkungan oleh manusia dengan alasan pemanfaatan
untuk menghasilkan materi yang lebih, secara tidak langsung
tindakan ini akan mengakibatkan terkikisnya lingkungan dan
mengancam pada kelangsungan hidup manusia.Disamping itu keteloderan
manusia dalam pendirian bangunan dengan tanpa memperhatikan dampak
dari usaha atau industri yang akan berlangsung dibangunan tersebut
juga akan merusak lingkungan fisik dan biologis secara perlahan dan
tidak langsung.Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu usaha untuk
melestarikan kualitas lingkungan yang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, sejak mulai penyusunan rencana pembangunan daerah
sampai setelah proyek-proyek pembangunan dijalankan, misalnya
penyusunan rencana penggunaan tata ruang, rencana pembangunan
ekonomi suatu daerah, penetapan proyek-proyek yang akan dibangun,
sampai pada waktu proyek-proyek telah berjalan. Dengan adanya
perencanaan hal-hal yang mungkin bisa mengantisipasi timbulnya
dampak buruk pada lingkungan sekitar maka kerusakan lingkungan akan
dapat dikurangi atau bahkan dicegah sama sekali. Dari alasan inilah
maka perlu dibuat sebuah rencana pengelolaan lingkungan demi
terciptanya keseimbangan antara kepentingan manusia dan kelestarian
lingkuangan disekitarnya.1.1 Rumusan Masalah1. Bagaimana dampak
lingkungan yang terjadi akibat pembangunan proyek RSU Kediri?2.
Bagaimana rencana usaha RSU Kediri?
3. Bagaimana analisis lingkungan sekitar sebelum pembangunan?4.
Bagaimana rencana evaluasi yang dilakukan oleh RSU Kediri?1.3
Tujuan
1. Mengetahui dampak yang terjadi di lingkungan2. Mengetahui
tahapan rencana usaha atau kegiatan pembangunan RSU Kediri3.
Mengetahui hasil analisis lingkungan sebelum dilakukannya
pembangunan RSU Kediri4. Mengetahui rencana evaluasi terhadap
dampak yang terjadi1.3 Manfaat
1. Dapat melakukan identifikasi terhadap isi dokumen ANDAL
2. Dapat melakukan analisis disetiap tahapan rencana usaha
kegiatan pembangunan RSU Kediri
3. Dapat memberikan penilaian terhadap dokumen ANDAL yang telah
dianalisisBAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian AMDALPengertian Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka (11)
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kajian mengenai dampak penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Hal ini sejalan dengan
pengertian Amdal yang tertuang pada Pasal 1 angka (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999,
pasal1 ayat 1, AMDAL ( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ) adalah
kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan. Setiap kegiatan pembangunan
secara potensial mempunyai dampak terhadap lingkungan.
Dampak-dampak ini harus dipelajari untuk merencanakan upaya
mitigasinya. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 (PP 51/1993)
tentang Analisis Mengenal Dampak Lingkungan (AMDAL) menyatakan
bahwa studi tersebut harus merupakan bagian dari studi kelayakan
dan menghasilkan dokumen-dokumen sebagai berikut:1. Kerangka Acuan
(KA) ANDAL, yang memuat lingkup studi ANDAL yang dihasilkan dari
proses pelingkupan.2. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), yang
merupakan inti studi AMDAL. ANDAL memuat pembahasan yang rinci dan
mendalam tentang studi terhadap dampak penting kegiatan yang
diusulkan.3. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), yang memuat
usaha-usaha yang harus dilakukan untuk mitigasi setiap dampak
lingkungan dari kegiatan yang diusulkan.4. Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL), yang memuat rencana pemantauan dampak lingkungan
yang akan timbul.RKL dan RPL merupakan persyaratan mandatory
menurut PP 51/1993, sebagai bagian kelengkapan dokumen AMDAL bagi
kegiatan wajib AMDAL. Untuk kegiatan yang tidak wajib AMDAL,
penanggulangan dampak lingkungan yang timbul memerlukan:1. Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL)2. Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)3.
Pertanggung-jawaban pelaksanaan audit, antara auditor dan manajemen
organisasi4. Komunikasi temuan-temuan audit5. Kompetensi audit6.
Bagaimana audit akan dilaksanakanSebagai dasar pelaksanaan Audit
Lingkungan di Indonesia, telah dikeluarkan Kepmen LH No.
42/MENLH/11/1994 tentang Prinsip-Prinsip dan Pedoman Umum Audit
Lingkungan. Dalam Lampiran Kepmen LH No. 41/94 tersebut
didefinisikan bahwa:Audit lingkungan adalah suatu alat pengelolaan
yang meliputi evaluasi secara sistematik terdokumentasi, periodik
dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi, sistem
pengelolaan dan pemantauan dengan tujuan memfasilitasi kontrol
pengelolaan terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak
lingkungan dan pengkajian kelayakan usaha atau kegiatan terhadap
peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan.Audit
Lingkungan suatu usaha atau kegiatan merupakan perangkat
pengelolaan yang dilakukan secara internal oleh suatu usaha atau
kegiatan sebagai tanggungjawab pengelolaan dan pemantauan
lingkungannya. Audit lingkungan bukan merupakan pemeriksaan resmi
yang diharuskan oleh suatu peraturan perundang-undangan, melainkan
suatu usaha proaktif yang diIaksanakan secara sadar untuk
mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang akan timbul sehingga
dapat dilakukan upaya-upaya pencegahannya.2.2 Penyusunan Dokumen
AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.Kegiatan studi AMDAL dalam pembangunan telah menjadi suatu
instrumen perencanaan yang dipersyaratkan oleh pemerintah. Dalam
pelaksanaan studi AMDAL, karena sifatnya yang holistik dan
komprehensif dari kegiatan ekosistem, maka pekerjaan studi dampak
lingkungan menjadi sangat luas. Dalam pelaksanaannya, studi AMDAL
harus menggunakan dasar-dasar penelitian ilmiah.Studi AMDAL adalah
merupakan studi multi disiplin, oleh karenanya setiap pakar yang
terkait dengan studi ini harus berpikir dan melaksanakan proses
penelitian secara ilmiah dan terpadu. Secara keseluruhan studi
AMDAL dapat dikemukakan merupakan studi terapan (applied study)
atau bahkan action study (Fandeli, 2007).Sebagai acuan bagi
penanggung jawab usaha dalam menyusun dokumen AMDAL, Pemerintah
melalui kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup telah
menerbitkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun
2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup. Melalui pedoman ini diharapkan kajian dalam studi AMDAL
dapat lebih terarah, mendalam dari aspek teknis, ekonomis-finansial
dan lingkungan yang dapat memberi masukan yang diperlukan bagi
perencana dan pengambil keputusan. 2.3 Kegunaan AMDAL
Kegunaan AMDAL, khususnya dalam usaha menjaga kualitas
lingkungan adalah:1. Mencegah agar potensi sumberdaya alam yang
dikelola tidak rusak, terutama sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui.2. Menghindari efek samping dari pengolahan sumber
daya terhadap sumber daya alam lainnya, proyek-proyek lain dan
masyarakat agar tidak timbul pertentangan-pertentangan.3. Mencegah
terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran, misalnya
timbulnya pencemaran air, udara, tanah, kebisingan dan sebagainya
sehingga tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan dan keselamatan
masyarakat.4. Agar dapat diketahui manfaat yang berdayaguna dan
berhasil guna bagi masyarakat, bangsa, dan Negara.BAB III
PEMABAHASAN
3.1 Ruang Lingkup Studi3.1.1 Dampak penting yang ditelaah3.1.1.1
Identifikasi dampakPada dokumen andal RSU Kediri, identifikasi
dampak pembangunan dituliskan dengan menggunakan metode bagan alir
pelingkupan. Dimana bagan tersebut memperlihatkan hubungan sebab
akibat dampak potensial dari suatu rencana kegiatan. Sehingga
dengan adanya bagan tersebut dapat menentukan klasifikasi dan
prioritas dampak penting. 3.1.1.2 Identifikasi dampak
potensialMetode yang digunakan dalam mengidentifikasi dampak
potensial adalah bagan alir dan matriks identifikasi. Hasil
identifikasi tersebut dituliskan pada bagan.3.1.1.3 Evaluasi dampak
potensi
Metode yang digunakan dalam evaluasi dampak potensial adalah
metode brainstorming yang dilakukan oleh tenaga ahli dengan ketua
tim penyusun AMDAL. 3.1.1.4 Dampak penting hipotetikDalam dokumen
ini telah dituliskan beberapa dampak penting hipoetik yang terbagi
dalam tiga tahapan. Sudah jelas rincian yang disebutkan pada tahap
pra-kontruksi, tahap kontruksi, dan tahap operasi dan uraian
kegiatan dijelaskan pada tahap pembuatan rancana usaha atau
kegiatan ANDAL. 3.1.1.5 Klasifikasi dan prioritasDalam dokumen ini
telah dilakukan dampak penting hipotetik dengan menggunakan metode
probability (memperkirakan besarnya peluang terjadinya
dampak).3.1.2 Pelingkupan wilayah studi dan batas waktu kajian
3.1.2.1 Lingkup wilayah studiDalam dokumen ini pelingkupan batas
wilayah studi dibedakan menjadi lima batas yang terdiri dari batas
proyek, batas ekologi, batas sosial, batas administratif, dan batas
wilayah studi. Pada batas proyek sudah dituliskan dengan rinci
mulai dari titik koordinat geografis sampai batas-batas lokasi,
begitu juga dengan batas ekologi. Pada batas sosial, juga telah
dilaporkan daerah mana saja yang nantinya akan terkena dampak
akibat kegiatan tersebut. Selain itu, sudah dituliskan juga
pengertian dan penjelasan sedikit tentang tiap-tiap batas tersebut.
Tidak hanya itu, di dalam dokumen ini juga telah disertakan gambar
peta dari masing-masing batas. Peta yang disertakan juga telah
dilengkapi dengan simbol-simbol serta keterangan, tetapi keterangan
simbol tersebut tidak dapat dibaca karena terlalu kecil. Selain
itu, gambar petanya juga tidak terlalu jelas, sehingga menjadi
sulit untuk membacanya.3.2 Rencana Usaha3.2.1 Tahapan rencana
kegiatan pembangunan RSU Kediri
Pada tahap rencana kegiatan pembangunan RSU Kediri terdiri dari
beberapa tahap kegiatan, antara lain yaitu pra-kontruksi,
kontruksi, operasi, dan pasca operasi. Sebelum melakukan kegiatan
tersebut, penanggung jawab pembangunan RSU Kediri melakukan
perizinan kepada instansi-instansi yang berwenang antara lain:
Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kediri, Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Kediri, Pemerintah Kabupaten Kediri, Pemerintah Kecamatan
dan Desa serta Dinas Kesehatan Kabuapaten Kediri. Oleh karena itu,
rencana pembangunan RSU Kediri dapat dikatakan sudah memenuhi
syarat perundang-undangan yaitu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No. 17/2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib Dilengkapi dengan AMDAL. Tetapi, pada pelaporan mengenai
identitas pemrakarsa dan penyusunan studi AMDAL kurang jelas.
Seharusnya pada identitas penyusunan AMDAL harus dicantumkan
anggota penyusun AMDAL sesuai dengan bidang keahliannya, misalnya
anggota penyusun (minimal koor-dinator pelaksana) harus
bersertifikat penyusun AMDAL (AMDAL B) sedangkan anggota penyusun
lainnya adalah pemegang sertifikat Dasar AMDAL dan para ahli
dibidangnya sesuai dengan bidang kegiatan yang dibuat dokumen
AMDALnya.
Dalam pelaporan pelaksanaan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
meliputi beberapa hal, antara lain: 1. Kelengkapan Administrasi2.
Isi dokumen, meliputi:
a) Pendahuluanb) Ruang lingkup studic) Metode studid) Rencana
usaha dan/atau kegiatane) Rona lingkungan awalf) Prakiraan dampak
pentingg) Evaluasi dampak penting dan daftar pustaka serta
lampiran
Jadi, dapat dikatakan bahwa pada tahap penyusunan isi pelaporan
ANDAL dalam rencana kegiatan pembangunan RSU Kediri sudah sesuai
dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
No 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup.3.2.2 Tahap pra-kontruksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap prakonstruksi yaitu survey
dan sosialisasi proyek. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui
lokasi, kondisi eksisting pada lokasi proyek dan lahan yang akan
digunakan untuk RSU Kediri. Kegiatan sosialisasi proyek
dilaksanakan oleh pemrakarsa untuk memberikan informasi tentang
rencana proyek kepada instasi yang terkait dan masyarakat sekitar
lokasi yang diperkirakan terkena dampak.
Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa pada tahap pra-kontruksi
sudah memenuhi perundang-undangan yang ada yaitu pelaksanaan Kepka
Bapedal No. 8/2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan
Informasi dalam proses AMDAL.3.2.3 Tahap kontruksi
Pada tahap kontruksi kegiatan yang akan dilakukan telah
direncanakan selama 2 tahun, adapun kegiatan yang dilakukan pada
tahap kontruksi yaitu :
a. Mobilisasi tenaga kerja
b. Mobilisasi peralatan dan material
c. Pembangunan utama
d. Pembangunan sarana dan prasarana, meliputi:
1. Pembangunan jalan
2. Saluran drinase
3. Pembangunan sistem penyediaan air bersih
4. Area parkir
5. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS-RS)
6. Power house dan power back up7. Sistem penanggulangan
kebakaran gedung (APAR dan Hydrant)
8. Locker karyawan
9. Musholla
10. Demobilisasi peralatan dan material sisa konstruksi
11. Demobilisasi tenaga kerja
Dapat dikatakan bahwa pada kegiatan tahap kontruksi sudah
memenuhi standart teknis yang sudah ditetapkan.
3.2.4 Tahap operasi
Pada tahap operasi terdapat beberapa uraian kegiatan, antara
lain yaitu:
1. Recruitment tenaga kerjaPada rencana pelaksanaan recruitment
tenaga kerja, RSU Kediri sudah baik yaitu sesuai dengan
Undang-undang No.44 tahun 2009 pasal 12 tentang Rumah Sakit.2.
Mobilisasi tenaga kerja
RSU Kediri telah merencanakan adanya mobilisasi tenaga kerja,
shift atau jam kerja. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
perencanaan kegiatan pada tahap operasi RSU Kediri sudah memenuhi
standart yang ada.3. Pengoperasian RSU Kediri
Pengoperasian RSU Kediri terdiri dari pengoperasian utama dan
pengoperasian sarana dan prasarana. Pada tahap perencanaan ini,
pengoperasian RSU Kediri sudah memenuhi syarat yaitu dalam
pengoperasian limbah cair RSU Kediri sudah sesuai dengan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No.58 tahun 1996 Lampiran B tentang Baku
Mutu Limbah Cair untuk Rumah Sakit dan Keputusan Gubernur Jawa
Timur No.61 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Rumah Sakit, serta dalam pengoperasian lingkungannya RSU Kediri
juga sudah sesuai memacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.4. Pemeliharaan bangunan RSU Kediri.3.3. Rona Lingkungan3.3.1
Komponen geo fisika 3.3.1.1 Kualitas udara dan kebisingan
Dari hasil uji kualitas udara ambient di 3 lokasi dapat
diketahui semua parameter udara ambient yang diuji memenuhi baku
mutu udara ambien yang telah ditetapkan di dalam Peraturan Gubernur
Jawa Timur No. 10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan
Emisi Sumber Tidak Bergerak. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
udara sebelum proyek berjalan masih berada dalam kondisi baik.
Sedangkan parameter kebisingan pada lokasi 1 dan 3 tidak memenuhi
baku mutu kebisingan yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup LH No. 48/1996 yaitu kebisingan lingkungan
pemukiman 55 dBA.
Struktur tanah pada kecamatan Ngasem adalah sebagian besar tanah
alluvial yang bagus untuk pertanian. Sedangkan keadaan topografi
kabupaten Kediri memiliki dua karakteristik yang berbeda.
Karakteristik pertama yaitu bagian sebelah Utara dan Barat yang
merupakan daerah ketinggian yang bergelombang dan berbukit.
Sedangkan karakteristik kedua yaitu daerah Timur dan Selatan
merupakan daerah yang relatif datar meskipun berada pada ketinggian
800 1500 m dari permukaan laut.
Proyek RSU Kediri seluas 7,5 Ha berlokasi di Kecamatan Ngasem
yang termasuk dalam wilayah administratif. Lahan yang digunakan
untuk rencana proyek ini merupakan lahan milik Pemerintah Kabupaten
Kediri dan lahan milik masyarakat yang telah dibebaskan dengan
kompensasi sesuai kesepakatan bersama dan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Pada gambar berikut disajikan peta penggunaan lahan
eksisting Kecamatan Ngasem.
Hasil analisa laboratorium pemeriksaan kualitas air permukaan
terdapat beberapa parameter kimia anorganik (DO, Mangan, Nitrit
sebagai N, dan Sulfat) yang melebihi baku mutu kualitas air
permukaan, sedangkan pemeriksaan biologi untuk air permukaan semua
parameter tidak memenuhi batas syarat badan air untuk semua titik
lokasi pengambilan sampling. Sedangkan hasil analisa laboratorium
pemeriksaan biologi untuk air bersih memenuhi batas syarat air
bersih.
Karena mutu air permukaan ada beberapa yang tidak memenuhi
syarat maka dalam pembagunan RS ini harus lebih diperhatikan
masalah kesehatan lingkungannya karena dapat mengakibatkan semakin
turunya kualitas air dipermukaan yang sesuai dengan Peraturan
Daerah Prov-jawa timur No 02 tahun 2008.
3.3.2 Komponen biologi
Pada pengamatan lokasi flora ini dibagi menjadi 2 titik. Dan
hasil pengamatan titik pertama jenis florayaitu kategori semaian
(seedling) sebanyak 192 , sedangkan spesies tanaman budidaya
sebanyak 5 spesies dan 8 spesies tanaman liar.Sedangkan pada titik
2 ditemukan sebagian besar jenis flora yaitu kategori semaian
(seedling) sedangkan spesies tanaman budidaya dan spesies tanaman
liar sebanyak 7 spesies.
Jenis fauna yang terdapat pada titik 1 sebagian besar kategori
burung (avifauna) dengan total kelimpahan sebanyak 42 dan spesies
yang dilindungi yaitu burung madu sriganti (cinnyris jugularis).
Sedangkan jenis fauna yang terdapat pada titik 2 sebagian besar
kategori burung (avifauna) dengan total kelimpahan sebanyak 48 dan
spesies yang dilindungi yaitu burung madu sriganti (cinnyris
jugularis).
Dalam ANDAL ini belum memberikan sebuah solusi atas ditemukannya
spesies tanaman budidaya, spesies fauna yang dilindungi dan dasar
undang-undang yang dipakai untuk pengelompokan kategori flora
budidaya. Untuk mengatasi flora ini sesuai dengan PP RI No. 7 Tahun
1999 maka dilakukan penyelamatan yang bisa melalui kegiatan
memindahkan jenis tumbuhan dan satwa ke habitatnya yang lebih baik,
mengembalikan ke habitatnya, rehabilitasi atau apabila tidak
mungkin,menyerahkan atau menitipkan di Lembaga Konservasi atau
apabila rusak, cacat atau tidak memungkinkan hidup lebih baik
memusnahkannya.
3.3.3 Komponen sosial, ekonomi dan budaya
Secara sosial berdasarkan geografi jumlah penduduk terbanyak di
Kecamatan Ngasem terdapat di Desa Karangrejo 8.089, sedangkan luas
wilayah di Kecamatan Ngasem yang terbesar terdapat di Desa Tugurejo
yaitu 2,81 dengan kepadatan per km2 yaitu 1.799.
Mayoritas ekonomi warga Kecamatan Ngasem memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari dengan bekerja di bidang pertanian. Hal ini
terlihat dari jumlah mata pencaharian penduduk yang dilihat
sebagian besar adalah pekerja pertanian beras dan jagung.
Penduduk di wilayah Kecamatan Ngasem mayoritas berasal dari suku
Jawa. Tatanan sosial kelembagaan di daerah studi, yang paling
disegani di daerahnya masing-masing adalah Kepala Desa, Ulama/Tokoh
Masyarakat (Pamong Warga) dan RT/RW. Sarana dan prasarana
pendidikan di Kecamatan Ngasem mulai dari lembaga pendidikan
tingkat TK hingga SLTA. Sebagian besar lembaga pendidikan di
Kecamatan Ngasem yaitu Taman Kanak Kanak (TK) yaitu sebesar 24.
Jenis prasarana peribadatan masjid dan langgar di kecamatan Ngasem
sebagian besar terdapat di Desa Karangrejo dan paron sedangkan di
desa tugerojo tidak ada.
Setelah melakukan survei terhadap penduduk didapatkan sebuah
data usia mayoritas anggota keluarga responden adalah antara 31 s/d
55 tahun (38%) dan antara 18 s/d 30 tahun (23%) yang merupakan usia
produktif. Sedangkan tingkat pendidikan anggota keluarga responden
mayoritas adalah tamatan SMA yaitu sebesar 35%. Dalam hal ekonomi
sebanyak 80% responden mengaku berkehidupan cukup, 6% berkehidupan
kurang, dan 14% lainnya berkehidupan lebih dari cukup. Selain itu
hasil responden terhadap rencana pembangunan RS ini 96% setuju.
Dari data sosial, ekonomi, dan budaya didapatkan ini dalam
rencana pembangunan Rs. Maka pihak rumah sakit diharapkan dapat
membuka peluang pekerjaan yang besar bagi masyarakat sekitar kerena
sebagian besar adalah tamat SMA maka kualitas SDM setidaknya dapat
diandalkan. Selain itu dengan budaya jawa yang menjadikan tokoh
kades sebagai yang dihormati dapat dijadikan sebagi perantara dalam
pembangunan RS ini. Selain itu karena ini adalah rumah sakit
pertama yang ada di desa dan akan membuat lalu lintas ramai
sehingga menimbulkan kebisingan dan menggangu proses pembelajaran
SD. Untuk mengatasi ini dapat dilakukan dengan adanya penanaman
tanaman yang dapat meredam kebisingan.
3.3.4 Kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan
Berdasarkan hasil pengumpulan data didapatkan di kecamatan
Ngasem fasilitas kesehatan yang banyak adalah posyandu dan belum
ada sebuah rumah sakit yang berdiri. Sedangkan tenaga kesehatan
sebagian besar adalah mantri kesehatan/perawat. Sedangkan pada
sarana sanitasi sudah sebanayk 22% responden tidak memili tempat
sampah, dan riwayat kesehatan yang paling banyak adalah panas/masuk
angin.
Dalam hal ini rumah sakit memiliki peluang yang tinggi secara
profit. Selain itu RS ini juga harus menjaga sanitasi RS supaya
tidak menjadi penyebab sumber penyakit. Dikarenakan dengan
dibangunnya RS ini akan membuka peluang kerja bagi masyarakat
sekitar baik menjadi pekerja RS atau pedaganag disekitar, sehingga
distribusi penyakit ini bisa melalui pekerja RS. Selain menjaga
sanitasi RS dapat dilakukan dengan penentuan SOP dalam penanganan
pasien penyakit menular, adanya isolasi atau penanganan khusus bagi
pasien penyakit menular.
3.3.5 Transportasi
Jumlah volume tertinggi dari arah pesantren menuju SLG terjadi
pada pukul 06.00-08.00 WIB dengan jumlah volume lalu lintas sebesar
1.194,4 smp/jam. Sedangkan untuk jumlah volume kendaraan dengan
jumlah volume terendah terjadi pada pukul 15.00 16.00 dengan jumlah
volume lalu lintas sebesar 548,6 smp/jam. Karena hal ini akan
membuat semakin padat lalu lintas maka masalah kebisingan harus
selalu ditambahkan dengan solusi pemberian tanaman anti bising atau
yang lainnya.3.4 Prakiraan Dampak Penting
3.4.1 Umum
Pada dokumen andal RSU Kediri, Prakiraan dampak besar dikaji
hanya untuk kegiatan yang menimbulkan dampak penting hipotetik
saja. Dalam menentukan prakiraan dampak besar, telah dibuat
penilaian terhadap kondisi lingkungan sekarang (pada saat studi)
dan kondisi lingkungan yang akan datang. Selanjutnya dibuat juga
batasan-batasan angka/skala dari besaran dampak.3.4.2 Tahap
pra-kontruksi3.4.2.1 Survey awal dan sosialisasi proyek
Pada dokumen ini bersaran dampak prakiraan dengan proyek melalui
survey sosial atau konsultasi publik menghasilkan dampak positif
dan negatif masyarakat terhadap pembangunan RSU Kediri. Dari hasil
survey sosial tersebut dan berdasarkan atas penilaian ahli
(professional judgement), besarnya dampak keresahan masyarakat
dengan adanya kegiatan survey awal dan sosialisasi adalah sedang
karena timbul persepsi-persepsi negatif dan kekhawatiran tentang
dampak yang terjadi. Sedangkan berdasarkan kondisi lingkungan dan
tanpa proyek, maka dampak keresahan masyarakat pada kegiatan survey
awal dan sosialisasi proyek merupakan dampak negatif dengan besaran
skala sangat kecil. Dengan adanya skala penilaian ini sangat
membantu untuk mengetahui tingkat besarnya dampak positif dan
negatif kondisi lingkungan maupun terhadap masyarakatnya. Pada
tahap ini dapat dikatakan bahwa sudah memenuhi perundang-undangan
yang berlaku yaitu pelaksanaan Kepka Bapedal No. 8/2000 tentang
Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam proses
AMDAL.3.4.3 Tahap konstruksi3.4.3.1 Mobilisasi tenaga kerja
Adanya kegiatan mobilisasi tenaga kerja ini memiliki dampak yang
bersifat positif. Berdasarkan hasil survei sosial sebagian besar
jenis pekerjaan masyarakat di sekitar proyek yaitu buruh pabrik
(16,8 %) sehingga dapat diprakirakan bahwa kondisi lingkungan awal
saat ini diprakirakan sedang. Prakiraan dengan proyek adanya
pembangunan RSU Kediri diperkirakan dapat menyediakan lapangan
kerja bagi sebagian masyarakat sekitar dan masyarakat luas sehingga
besarnya dampak peningkatan kesempatan kerja dengan adanya
pembangunan RSU Kediri adalah baik. Berdasarkan uraian di atas maka
dampak peningkatan kesempatan kerja menjadi dampak positif penting.
3.4.3.2 Mobilisasi peralatan dan material1. Komponen geo fisika
kimia
a. Kualitas udara
Dari hasil analisa kualitas udara tersebut dapat diketahui bahwa
kualitas udara pada ke-3 titik sampling yang berada di wilayah
studi AMDAL kegiatan pembangunan dan pengoperasian RSU Kediri masih
memenuhi baku mutu udara, sehingga kondisi lingkungan awal
diprakirakan masih baik.
b. Peningkatan kebisinganData kebisingan pada rona awal
lingkungan menunjukkan bahwa kebisingan di 3 titik sekitar lokasi
kegiatan ada yang masih memenuhi baku mutu dan melebihi baku mutu
tingkat kebisingan, yaitu Kepmen LH No. 48 tahun 1996 untuk kawasan
pemukiman adalah 55 dBA. Oleh karena itu kondisi lingkungan awal
diprakirakan akan buruk karena telah melebihi baku mutu untuk area
pemukiman. Hasil survey ANDAL LALIN menyatakan bahwa pertumbuhan
kendaraan di Kabupaten Kediri tiap tahunnya 6%-8% dan adanya
industri di wilayah tersebut yang dapat menjadi faktor peningkatan
kebisingan. Sehingga kondisi lingkungan yang akan datang tanpa
proyek RSU diprakirakan akan tetap buruk.Oleh karena itu,
seharusnya dilakukan pemagaran keliling areal proyek untuk
mengurangi kebisingan ke permukiman masyarakat, pengangkutan dan
material dengan truk tertutup.2. Penyiapan lahan
Kondisi lingkungan awal tanpa adanya proyek diprakirakan dalam
keadaan baik dan kondisi lingkungan yang akan datang tanpa proyek
diprakirakan tetap baik. Hal tersebut dikarenakan lahan yang
terdapat di sekitar proyek masih berupa persawahan.
Alih fungsi lahan menjadi RSU Kediri akan meningkatkan nilai
koefisien pengaliran menjadi 0,7 sehingga terjadi kenaikan debit
menjadi 140% dari sebelumnya. Bila kondisi tersebut dibiarkan maka
genangan akan semakin parah. Untuk mengatasi genangan tersebut maka
perlu dibuat kolam-kolam tampungan (retarding basin) di RSU Kediri.
Selain itu perlu dibuat system drainase dengan dimensi saluran
sesuai debit banjir rencana yang harus dialirkan serta
menormalisasi sungai yang ada di sekitarnya. Akan tetapi bila hal
tersebut tidak dilakukan dan ruang terbuka yang difungsikan sebagai
resapan air hujan telah berkurang maka dampak potensi timbulnya
genangan/banjir menyebabkan kondisi lingkungan menjadi buruk. Oleh
karena itu, pada tahap ini dapat dikatakan sudah memenuhi syarat
yaitu Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.3. Pembangunan bangunan utama
Kegiatan pembangunan bangunan utama pada tahap konstruksi RSU
Kediri mempunyai dampak peningkatan kebisingan yang ditimbulkan
oleh ala-alat konstruksi. Analisis baku mutu tingkat kebisingan
berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor Kep-48/MenLH/10/1996 tentang Baku Tingkat kebisingan.
Dengan adanya proyek, diperkirakan terjadi kenaikan tingkat
kebisingan, sehingga kondisi lingkungan yang akan datang dengan
proyek diperkirakan sangat buruk. Oleh karena itu, pihak terkait
perlu melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap kebisingan
yang terjadi.4. Pembangunan sarana dan prasarana
Kondisi awal tanpa adanya kegiatan masih dalam kondisi baik dan
belum terdapat kegiatan kontruksi apapun. Lahan disekitar proyek
masih menjadi lahan pertanian dan hanya terdapat kegiatan pertanian
sehingga kondisi awal dan kondisi 10 tahun ke depan tanpa adanya
proyek diprakirakan sangat baik. Setelah dilaksanakannya kegiatan
sarana dan prasarana maka akan timbul gangguan lingkungan yang
dapat berupa gangguan kebisingan dan getaran sehingga akan
berdampak pada gangguan kegiatan belajar mengajar di sekolah karena
pembangunan RSU Kediri berlokasi di belakang sekolah SDN 1
Tugurejo.
Oleh karena itu, dalam tahap pembangunan RSU Kediri ini alangkah
lebih baik jika dilakukan pemagaran keliling areal proyek untuk
mengurangi kebisingan ke permukiman masyarakat.3.4.4 Tahap
operasi3.4.4.1 Mobilisasi tenaga kerja
1) Komponen sosial, ekonomi dan budaya a. Keresahan
masyarakatSebelum adanya proyek RSU Kediri keadaan sekitar alam dan
warganya sangat baik, tidak adanya konflik yang berarti karena
belum adanya gambaran tentang dampak-dampak adanya proyek. Namun,
berdasarkan kondisi lingkungan dengan dan tanpa proyek, maka dampak
keresahan masyarakat pada kegiatan pengoperasian RSU Kediri
merupakan dampak negatif dengan besaran skala sangat kecil yaitu
sebesar > 7% masyarakat dalam batas wilayah studi mengalami
keresahan, karena jika proyek RSU Kediri berjalan makan sebagian
masyarakat akan kehilangan pekerjaannya. Jadi, dapat dikatakan
bahwa keresahan masyarakat menjadi dampak negatif penting. Oleh
karena itu, pihak yang terkait harus tetap melakukan survey atau
sosialisasi terhadap masyarakat sekitar dengan tujuan agar ada
keterbukaan antara pihak terkait dengan masyarakat, sehingga
keresahan masyarakat dapat teratasi dengan baik.2) Komponen geo
fisika kimiaa. Limbah B3Dampak yang ditimbulkan dengan adanya
limbah B3 dari adanya proyek RSU Kediri adalah negatif (-). Tanpa
adanya Limbah B3 keadaan sangat baik tanpa adanya gangguan yang
berarti, ini diperkirakan sangat baik karena tidak adanya limbah
B3. Namun dengan perkiraan adanya limbah B3 dari pengoperasian RSU
Kediri dapat menimbulkan kerusakan lingkungan, ini dinilai buruk.
Dengan kondisi lingkungan sekarang dampak yang ditimbulkan dengan
adanya atau tidak limbah B3 merupakan dampak negatif. Oleh karena
itu, jika RSU Kediri tetap dibangun maka pihak terkait pembangunan
RSU Kediri lebih memperhatikan lagi teknis dalam pengelolaan limbah
B3 yaitu sesuai dengan KepKa Bapedal Nomor 03 tahun 1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3.b. Limbah Padat
Domestik
Dampak yang ditimbulkan dengan adanya pengoperasian RSU Kediri
adalah negatif. Perkiraan tanpa adanya RSU Kediri kondisi
lingkungan baik. Namun dengan adanya pengoperasian RSU Kediri
dengan jumlah tempat tidur, pasien dan pengunjung akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah limbah padat domestik. Kondisi
seperti itu akan membuat penurunan kondisi lingkungan buruk. Dengan
atau tanpa pengoperasian RSU Kediri dengan adanya limbah tersebut
menyebabkan dampak negatif skala kecil.
c. Limbah Cair Domestik
Dampak adanya pengoperasian proyek ini dalam hal limbah cair
domestik bersifat negatif. Perkiraan tanpa adanya proyek RSU Kediri
Menurut Permenkes No.416 Tahun 1990 bahwa kebutuhan air
bersih/orang/hari adalah 60 liter/orang/hari dan air limbah
domestik yang dihasilkan adalah 70% dari kebutuhan air bersih, maka
kondisi awal lingkungan dianggap baik. Namun dengan adanya proyek
RSU Kediri pasti akan menimbulkan limbah cair yang berdampak buruk
pada lingkungan ini mengakibatkan kondisi lingkungan menjadi buru.
Kondisi lingkungan tanpa atau dengan pengopersian proyek
menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan skala kecil.
d. Penurunan Kualitas Udara
Dampak adanya pengoperasian proyek ini dalam hal penurunan
kualitas udara bersifat negatif.Perkiraan tanpa adanya proyek RSU
Kediri dengan adanya penelitian terhadap titik-titik udara keadaan
lingkungan diperkirakan dalam kondisi baik. Dengan adanya proyek
RSU Kediri pasti akan menimbulkan penurunan dari kualitas udara
disebabkan hasil pembakaran dari RS ini dinilai sangat buruk.
Dengan atau tanpa hasil pencemaran proyek RSU Kediri akan
menimbulkan dampak lingkungan yang dinilai skala sangat kecil. Oleh
karena itu, dalam hal ini pihak yang terkait dalam pembangunan RSU
Kediri harus tetap melakukan pengelolaan dan pemantauan terhadap
lingkungkan sekitar, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41
tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.e. Penurunan
Kualitas Air Permukaan
Sifat dampak penurunan kualitas air dengan adanya proyek
bersifat negatif. Kualitas air pada rona awal lingkungan menunjukan
bahwa di 3 titik lokasi kegiatan masih melebihi baku mutu air
menurut Perda Prov.Jatim No.02 Tahun 2008 Kelas III ini
dikategorikan sedang. Dengan adanya pengoperasian proyek akan
menimbulkan pembuangan limbah cair dari hasil operasi atau
pembuangan yang dihasilkan oleh tenaga kerja. Dihitung dari jumlah
pasien dan tenaga kerja, keadaan ini diperkirakan buruk. Besarnya
dampak penurunan kualitas air permukaan berarti selisih besar
dampak dengan dan tanpa adanya kegiatan pembangunan sarana dan
prasarana merupakan dampak negatif dengan besaran skala Sangat
kecil. Oleh karena itu, pihak yang terkait dalam pembangunan RSU
Kediri harus tetap melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap
kualitas air yang ada disekitarnya sesuai dengan peraturan yang ada
yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air.3) Komponen sosial,
ekonomi dan budaya
a. Peningkatan Kesempatan Berusaha
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa dengan adanya pembangunan
RSU Kediri memiliki dampak positif bagi masyarakat sekitar, yaitu
banyak warga yang memanfaatkan dengan mendirikan tempat kos dan
warung makan. 4) Komponen sarana dan transportasi
a. Peningkatan kepadatan lalu lintas
Berdasarkan kondisi lingkungan yang padat tanpa atau dengan
adanya pengoperasian RSU Kediri menyebabkan dampak negatif yaitu
menyebabkan dampak kepadatan lalulintas. Oleh karena itu, jika RSU
Kediri tetap dibangun maka pihak terkait pembangunan tersebut,
harus dapat melakukan pengendalian terhadap kepadatan lalu
lintas.5) Komponen kesehatan
a. Infeksi Nosokomial
Dengan adanya pengoperasian RSU Kediri akan menimbulkan infeksi
nosokomial yang disebabkan oleh pasien maupun pengunjung sendiri
yang disebabkan oleh benda mati maupun vektor. Oleh karena itu,
untuk meminimalisasi dampak tersebut, maka pihak terkait RSU Kediri
nantinya harus melakukan sebuah pencegahan terhadap terjadinya
infeksi nosokomial, sesuai dengan peraturan yang ada yaitu KepKa
Bapedal Nomor 124 tahun 1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan
Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL.b. Penyebaran vektor penyakit dan
binatang pengganggu
Dampak yang terjadi dari pengoperasian rumah sakit berupa
penyebaran vektor dan binatang pengganggu bersifat negatif. Oleh
karena itu, untuk meminimalisasi penyebaran vector penyakit
terhadap masyarakat sekitar, maka pihak terkait RSU Kediri mampu
untuk melakukan suatu pengendalian terhadap vektor penyakit, sesuai
dengan KepKa Bapedal Nomor 124 tahun 1997 tentang Panduan Kajian
Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL.
c. Gangguan kesehatan masyarakatDampak yang terjadi terhadap
gangguan kesehatan masyarakat disekitar RSU Kediri merupakan dampak
yang negatif, mengingat semakin banyaknya pasien yang masuk ke
rumah sakit. oleh karena itu, pihak terkait RSU Kediri harus mampu
melakukan tindakan pencegahan serta mengelola lingkungan sekitar
dengan baik, sesuai dengan KepKa Bapedal Nomor 124 tahun 1997
tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan
AMDAL.
3.5 Evaluasi Dampak Penting3.5.1 Evaluasi dampak pentingHasil
evaluasi mengenai hasil telaahan dampak dari rencana usaha
selanjutnya menjadi masukan bagi instansi yang bertanggungjawab
untuk memutuskan kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha
sebagaimana dimaksud dalam PP No. 27 Tahun 1999.3.5.2 Talaahan
terhadap dampak penting
Pada tahap yang akan di telaah untuk kegiatan AMDAL Rumah Sakit
Umum (RSU) Kediri yaitu meliputi tahap prakontruksi, tahap
kontruksi dan tahap operasi. Dari tahap-tahap tersebut dapat
diketahui dampak yang paling banyak diperkirakan akan timbul dan
kegiatan apa saja yang menghasilkan dampak paling banyak. Pada
tahap ini dampak potensial yang akan timbul dapat dibagi mengaji
dua golongan, yaitu dampak besar dan berkepanjangan dan dampak yang
tergolong kecil dan hanya bersifat sesaat saja.
Berdasarkan besar dan kecil sifat dampak pada tahap konstruksi
dapat dilihat bahwa dampak yang dominan terjadi adalah dampak
gangguan kegiatan belajar mengajar dan potensi genangan/ banjir.
Gangguan belajar mengajar terjadi karena adanya lokasi pembangunan
proyek yang sangat berdekatan. Dampak genangan/ banjir ini terjadi
karena adanya perubahan fungsi lahan yang awalnya merupakan lahan
kosong dan pertanian yang memiliki daya resapan tinggi. Sedangkan
pada tahap operasi memiliki dampak yang harus diperhatikan pula,
yaitu dampak timbulnya limbah B3, limbah padat atau cair domestic,
peningkatan kepadatan lalulintas dan gangguan kesehatan. Oleh
karena itu diperlukan adanya pengelolahan limbah B3 yang diharuskan
pengelolahan terlebih dahulu agar sesuai dengan baku mutu limbah
cair domestic dan jalan keluar untuk pemecahan masalah terganggunya
pelaksanaan belajar mengajar dan genanggan/banjir akan dilakukan
relokasi sekolah di lokasi lain oleh RSU.
3.5.3 Pemilihan alternative terbaik
Dari evaluasi tersebut diketahui bahwa kajian alternative tidak
perlu dilakukan pada AMDAL Rumah Sakit Umum (RSU) Kediri karena
sebelumnya telah dilakukan studi kelayakan 3.5.4 Telaahan sebagai
dasar pengelolahan
Dari hasil tes amdal yang dilakukan oleh rsu kediri didapati
bahwa terdapat dampak yang menyertai proses pembangunan Rumah Sakit
Umum (RSU) Kediri, komponen lingkungan yang terkena dampak
pembangunan tersebut yaitu meliputi komponen fisik-kimia, biologi,
social ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat.
Hasil yang telah didapat dari evaluasi dampak yang dapat
ditumbulkan oleh proyek pembangunan rsu selanjutnya akan dikelola
dan dipantau sebagai mana yang tertuang dalam dokumen rencana
pengelolahan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan.3.5.5
Rekomendasi penilaian kelayakan lingkungan
Berdasarkan hasil prakiraan dampak besar dan penting dan
evaluasi dampak penting yang sudah didapatkan oleh tim studi AMDAL
tentang kelayakan lingkungan. Tim studi kelayakan lingkungan
memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Studi AMDAL Rumah Sakit Umum (RSU) Kediri dinyatakan layak
dengan catatan dapat dilakukan beberapa upaya pengelolahan dan
pemantauan lingkungan hidup secara berkala.2. Studi AMDAL ini dapat
dipertimbangkan untuk ditinjau kembali dengan rangka mengantisipasi
perubahan rona lingkungan di lokasi proyek.3. Apabila hasil
peninjauan ditemukan dampak-dampak yang tidak diperkirakan di dalam
studi amdal ini maka diperlukan perubahan dokumen RKL dan RPL.
4. Pelaksanaan RKL dan RPL harus dilengkapi dengan laporan
Kepmen LH No.45 Tahun 2005
BAB IVPENUTUPAN4.1 KesimpulanAnalisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) adalah suatu studi tentang kemungkinan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam berbagai karakteristik sosial ekonomi dan
biologis dari suatu lingkungan yang mungkin disebabkan oleh suatu
tindakan yang direncanakan maupun tindakan pembangunan yang telah
dilaksanakan dan merupakan ancaman terhadap lingkungan. AMDAL
adalah hal yang amat penting untuk diketahui terutama oleh
pihak-pihak yang akan mengadakan suatu pembangunan.Dari analisis
diatas, dapat dikatakan bahwa dokumen ANDAL dalam isinya yaitu
rencana pembangunan RSU Kediri ini sebenarnya memiliki dampak
positif dan negatif terhadap lingkungan sekitar serta menimbulkan
keresahan terhadap masyarakat sekitar. Namun, dengan adanya AMDAL,
maka pengusaha diharapkan untuk dapat menelaah lebih lanjut tentang
dampak dari usaha yang mereka lakukan terhadap lingkungan serta
dapat melakukan suatu langkah preventif untuk dapat mencegah
ataupun meminimalisir efek-efek buruk yang ada sejak awal. Sebab
pada umumnya, perusahaan seperti industri atau pabrik kelas berat
tidak ubahnya seperti pedang yang memiliki dua mata dengan sifat
berbeda. Sementara salah satu sisinya berfungsi untuk menyehatkan
perekonomian masyarakat, akan tetapi sisi lainnya adalah
memperburuk kesehatan masyarakat dari segi fisik yang terbukti dari
banyaknya limbah dan polusi yang ditimbulkan. 4.2 Saran1. Penerapan
AMDAL harus dilakukan sesuai dengan prosuder dan peraturan yang
ada, karena penerapan AMDAL amat penting dengan tujuan untuk tetap
menjaga tingkat keharmonisan dengan alam.2. Jika pejabat yang
berwenang menerbitkan ijin usaha tidak mengikuti keputusan instasi
yang bertanggung jawab memberikan keputusan layak atu tidak
terhadap pembangunan, maka dapat di lakukan gugatan tata usaha
Negara di Pengadilan Tata Usaha Negara (PUTN). Karena sudah saatnya
sistem hukum kita memberikan ancaman sanksi tidak hanya kepada
masyarakat umum, tetapi harus berlaku juga bagi pejabat yang tidak
melaksanakan Undang-undang seperti sanksi disiplin ataupun sanksi
pidana.DAFTAR PUSTAKAAnonimous, 2001. Keputusan Menteri Negara LH,
tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).Fandeli, Chapid, 2007.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Liberty Offset.
Yogyakarta.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 17/2001 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan
AMDAL.Kepka Bapedal No. 8/2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam proses AMDAL.KepKa Bapedal Nomor 124
tahun 1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam
Penyusunan AMDAL.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.58 tahun
1996 Lampiran B tentang Baku Mutu Limbah Cair untuk Rumah
Sakit.Keputusan Gubernur Jawa Timur No.61 tahun 1999 tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia No 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup.Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 10 Tahun 2009
tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber Tidak
Bergerak.Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun
2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup.Prof. Dr. dr. H.J. Mukono, M.S., M.PH. 2005. Kedudukan AMDAL
dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan yang Berkelanjutan.
Surabaya: Airlangga University Press.Soemarwoto, Otto, 1996.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada University Pres.
Bandung.Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
27