Top Banner
Analisa Resep INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Farmasi Kedokteran Oleh : Marlensius A. Wijaya I1A099050 Pembimbing Dra. Sulistianingtyas, Apt
29

Analisa Resep ISPA

Dec 05, 2014

Download

Documents

b
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Analisa Resep ISPA

Analisa Resep

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Farmasi Kedokteran

Oleh :

Marlensius A. Wijaya

I1A099050

Pembimbing

Dra. Sulistianingtyas, Apt

Laboratorium FarmasiFakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Banjarbaru

Agustus 2006

Page 2: Analisa Resep ISPA

BAB I

PENDAHULUAN

Setelah seorang dokter menentukan diagnosis yang tepat, maka

selanjutnya berupaya melakukan penyembuhan dengan berbagai cara misalnya

dengan pembedahan, fisioterapi, penyinaran, dengan obat dan lain-lain, tetapi

umumnya menggunakan obat . 1

Obat yang diberikan kepada penderita harus dipesankan dengan

menggunakan resep. Satu resep umumnya hanya diperuntukkan bagi satu

penderita. Resep selain permintaan tertulis kepada apoteker juga merupakan

perwujudan akhir dari kompetensi, pengetahuan keahlian dokter dalam

menerapkan pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan terapi. Selain sifat-

sifat obat yang diberikan dan dikaitkan dengan variabel dari penderita, maka

dokter yang menulis resep idealnya perlu pula mengetahui penyerapan dan nasib

obat dalam tubuh, ekskresi obat, toksikologi serta penentuan dosis regimen yang

rasional bagi setiap penderita secara individual. Resep juga perwujudan hubungan

profesi antara dokter, apoteker dan penderita . 1,2

A. Definisi dan Arti Resep

Definisi

Menurut SK. Mes. Kes. No. 922/Men.Kes/ l.h menyebutkan bahwa resep

adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada

Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat

bagi penderita sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 1

11

Page 3: Analisa Resep ISPA

Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis dari dokter,

dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam

bentuk tertentu dan menyerahkannya kepada penderita. 2

Arti Resep

1. Dari definisi tersebut maka resep bisa diartikan/merupakan sarana komunikasi

profesional antara dokter (penulis resep), APA (apoteker penyedia/pembuat

obat), dan penderita (yang menggunakan obat).

2. Resep ditulis dalam rangka memesan obat untuk pengobatan penderita, maka

isi resep merupakan refleksi/pengejawantahan proses pengobatan. Agar

pengobatan berhasil, resepnya harus benar dan rasional. 1

B. Kertas Resep

Resep dituliskan di atas suatu kertas resep. Ukuran yang ideal ialah lebar

10-12 cm dan panjang 15-18 cm. Untuk dokumentasi, pemberian obat kepada

penderita memang seharusnya dengan resep; permintaan obat melalui telepon

hendaknya dihindarkan. 2

Blanko kertas resep hendaknya oleh dokter disimpan di tempat yang aman

untuk menghindarkan dicuri atau disalahgunakan oleh orang yang tidak

bertanggung jawab, antara lain dengan menuliskan resep palsu meminta obat

bius.2

Kertas resep harus disimpan, diatur menurut urutan tanggal dan nomor

urut pembuatan serta disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Setelah

lewat tiga tahun, resep-resep oleh apotek boleh dimusnahkan dengan membuat

2

Page 4: Analisa Resep ISPA

berita acara pemusnahan seperti diatur dalam SK.Menkes RI

no.270/MenKes/SK/V/1981 mengenai penyimpanan resep di apotek. 2

C. Model Resep yang Lengkap

Resep harus ditulis dengan lengkap, supaya dapat memenuhi syarat untuk

dibuatkan obatnya di Apotek. Resep yang lengkap terdiri atas: 2

1. Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek, dan dapat

pula dilengkapi dengan nomor telepon, jam, dan hari praktek.

2. Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter.

3. Tanda R/, singkatan dari recipe yang berarti “harap diambil”

(superscriptio).

4. Nama setiap jenis atau bahan obat yang diberikan serta jumlahnya

(inscriptio)

a) Jenis/bahan obat dalam resep terdiri dari :

Remedium cardinale atau obat pokok yang mutlak harus ada. Obat

pokok ini dapat berupa bahan tunggal, tetapi juga dapat terdiri dari

beberapa bahan.

Remedium adjuvans, yaitu bahan yang membantu kerja obat pokok;

adjuvans tidak mutlak perlu ada dalam tiap resep.

Corrigens, hanya kalau diperlukan untuk memperbaiki rasa, warna

atau bau obat (corrigens saporis, coloris dan odoris)

Constituens atau vehikulum, seringkali perlu, terutama kalau resep

berupa komposisi dokter sendiri dan bukan obat jadi. Misalnya

konstituens obat minum air.

3

Page 5: Analisa Resep ISPA

b) Jumlah bahan obat dalam resep dinyatakan dalam suatu berat untuk

bahan padat (mikrogram, miligram, gram) dan satuan isi untuk cairan

(tetes, milimeter, liter).

Perlu diingat bahwa dengan menuliskan angka tanpa keterangan lain, yang

dimaksud ialah “gram”

5. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki

(subscriptio) misalnya f.l.a. pulv = fac lege artis pulveres = buatlah sesuai

aturan obat berupa puyer.

6. Aturan pemakaian obat oleh penderita umumnya ditulis dengan

singkatan bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan signatura, biasanya

disingkat S.

7. Nama penderita di belakang kata Pro : merupakan identifikasi

penderita, dan sebaiknya dilengkapi dengan alamatnya yang akan

memudahkan penelusuran bila terjadi sesuatu dengan obat pada penderita.

8. Tanda tangan atau paraf dari dokter/dokter gigi/dokter hewan yang

menuliskan resep tersebut yang menjadikan resep tersebut otentik. Resep

obat suntik dari golongan Narkotika harus dibubuhi tanda tangan lengkap

oleh dokter/dokter gigi/dokter hewan yang menulis resep, dan tidak cukup

dengan paraf saja.

D. Seni dan Keahlian Menulis Resep yang Tepat dan Rasional 1,2

Penulisan resep adalah “tindakan terakhir” dari dokter untuk penderitanya,

yaitu setelah menentukan anamnesis, diagnosis dan prognosis serta terapi yang

akan diberikan; terapi dapat profilaktik, simptomatik atau kausal. Penulisan resep

4

Page 6: Analisa Resep ISPA

yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu, karena begitu

banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan, maupun variabel unsur obat

dan kemungkinan kombinasi obat, ataupun variabel penderitanya secara

individual.1

Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca. Misalnya nama obatnya ditulis

secara betul dan sempurna/lengkap. Nama obat harus ditulis yang betul, hal ini

perlu mendapat perhatian karena banyak obat yang tulisannya atau bunyinya

hampir sama, sedangkan khasiatnya berbeda. 2

Resep yang tepat, aman, dan rasional adalah resep yang memenuhi lima

tepat, ialah sebagai berikut : setelah diagnosanya tepat maka kemudian memilih

obatnya tepat yang sesuai dengan penyakitnya diberikan dengan dosis yang

tepat dalam bentuk sediaan yang tepat, diberikan pada waktu yang tepat

dengan cara yang tepat untuk penderita yang tepat. 2

Kekurangan pengetahuan dari ilmu mengenai obat dapat mengakibatkan

hal-hal sebagai berikut: 2

Bertambahnya toksisitas obat yang diberikan

Terjadi interaksi antara obat satu dengan obat lain

Terjadi interaksi antara obat dengan makanan atau minuman tertentu

Tidak tercapai efektivitas obat yang dikehendaki

Meningkatnya ongkos pengobatan bagi penderita yang sebetulnya dapat

dihindarkan.

5

Page 7: Analisa Resep ISPA

BAB II

ANALISA RESEP

Contoh Resep dari Poliklinik Kesehatan Anak

Keterangan Resep

6

PROPINSI PEMERINTAH DAERAH TINGKAT IKALIMANTAN SELATAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULINBANJARMASIN

Nama Dokter : ............................. Tanda Tangan DokterUPF/BAGIAN : Poli Kes Anak Nama Pasien : Anugrah

Kelas I/II/III/Utama

Banjarmasin, 13 Juli 2006

R/ Ikadryl syr I

S 3 d.d cth ½

Amoxsan mg 150

Metylprednisolon mg 1,5

Theofilin mg 50

Bisolvon mg 2

Sac lact qs

m.f.l.a pulv XV

S 3 d.d pulv I

Candistatin drop I

S 3 d.d 1 ml Dr. X, SP.A

SPESIALIS ANAK

NIP………

6

Page 8: Analisa Resep ISPA

Klinik : Kesehatan anak

Tanggal : 13 Juli 2006

Nama Pasien : An. Anugrah

Umur : 1 tahun 7 bulan

No. RMK : 563094

Alamat : Handil Bakti No.10 Rt. 18

Pekerjaan Orang Tua : Swasta

Diagnosa : ISPA

B. Analisa Resep

I. Penulisan Resep

Pada resep ini ukuran kertas yang digunakan lebarnya 11 cm dan

panjangnya 21 cm. Ukuran kertas resep yang ideal adalah lebar 10-12 cm dan

panjang 15-18 cm. 2 Berdasarkan ketentuan tersebut, ukuran kertas yang

digunakan pada resep ini, lebarnya sudah ideal tapi masih terlalu panjang.

Penulisan pada resep ini bisa dibaca. Pada penulisan resep yang benar

tulisan harus dapat dibaca dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam

pemberian obat.

II. Kelengkapan Resep

1. Pada resep ini identitas dokter berupa nama, unit di Rumah Sakit dan tanda

tangan dokter penulis resep sudah dicantumkan. Tetapi pencantuman identitas

tidak sesuai tempat yang ditentukan.

2. Nama kota serta tanggal resep sudah ditulis oleh dokter.

7

Page 9: Analisa Resep ISPA

3. Tanda R/ juga sudah tercantum pada resep ini (superscriptio). Tanda R/ yang

singkatan dari recipe ada yang ditulis tidak jelas.

4. Inscriptio

a) Jenis/bahan obat dalam resep ini terdiri dari :

Remedium Cardinale atau obat pokok yang

digunakan adalah antibiotik amoxsan dan candistatin.

Remedium Adjuvans atau obat tambahan yang

digunakan dalam resep ini adalah ikadryl, metilprednisolon, theofilin,

bisolvon.

Corrigens yang digunakan saccharum lactis.

Constituens atau vehikulum yang digunakan adalah

aqua.

b) Resep ini, pada obat pokok maupun obat tambahan telah dicantumkan

satuan berat sediaan obat.

c) Pada resep ini seharusnya obat antibiotik dan simptomatis dipisah.

5. Pada resep ini tanda signatura telah dicantumkan, namun ada tanda signatura

yang ditulis dengan huruf yang tidak jelas. Pada resep ini tidak dicantumkan

waktu pemberian, misalnya : a.c atau p.c.

6. Nama penderita di belakang kata Pro sudah dicantumkan namun umur dan

alamat tidak ada. Seharusnya identitas penderita ditulis lengkap sehingga

mudah menelusuri bila terjadi sesuatu dengan obat pada penderita.

7. Tanda tangan dari dokter yang menuliskan resep ada.

8

Page 10: Analisa Resep ISPA

III.Obat yang Digunakan

a) Amoxan

Amoxan mengandung amoksisilin. Amoksisilin adalah derivat hidroksi

dengan aktivitas sama dengan ampisilin. Tetapi resorbsinya lebih lengkap (80%)

dan pesat dengan kadar darah dua kali lipat. Persentase pengikatan proteinnya <

20% dan plasma t½-nya 1-2 jam. Difusinya ke jaringan dan cairan tubuh lebih

baik dari ampisilin, antara lain ke dalam air liur pasien bronkitis kronis. Begitu

pula kadar bentuk aktifnya dalam kemih jauh lebih tinggi daripada ampisilin

(70%) hingga lebih layak digunakan pada infeksi saluran kemih. 3,4,5

Amoksisilin merupakan antibiotik spektrum luas, aktif terhadap kuman-

kuman Gram positif dan sejumlah kuman Gram negatif. Amoksisilin tersedia

sebagai kapsul atau tablet berukuran 125, 250, dan 500 mg dan sirup 125mg/5ml.

Dosis sehari dapat diberikan lebih kecil daripada ampisilin karena absorpsinya

lebih baik daripada ampisilin, yaitu 3 kali 250-500 mg sehari. Dosis : oral dewasa

250 – 500 mg tiap 8 jam, bayi <3 kg 25 – 50 mg tiap 8 jam, bayi 6 – 8 kg 50 – 100

mg tiap 8 jam, anak <20 kg 20 – 40 mg/kgBB/hari tiap 8 jam, anak >20 kg sama

dengan dosis dewasa. 4,6

Pada resep ini amoksisilin diberikan sebanyak 150 mg perkali pemberian.

Dosis yang diberikan pada resep ini tidak sesuai, seharusnya diberikan 225 mg

perkali pemberian. Lama pemberian antibiotik pada resep ini sesuai dengan aturan

pemberian antibiotik yaitu 5 sampai 10 hari. 6

9

Page 11: Analisa Resep ISPA

b) Metiprednisolon

Metilprednisolon merupakan antiinflamasi yaitu kortikosteroid golongan

glukokortikoid kerja singkat sampai sedang. Metilprednisolon berdaya 20% lebih

kuat dari prednisolon. Dosis : oral 2 – 60 mg/hari, pemeliharaan 4 mg sehari. Pada

kasus ini pemberian kortikosteroid berguna sebagai antiinflamasi. 5,6

c) Teofilin

Teofilin merupakan bronkodilator yang memiliki sejumlah khasiat antara

lain berdaya spasmolitis terhadap otot polos, menstimulasi jantung (efek inotrop

positif), menstimulasi SSP dan pernapasan, bekerja diuretis lemah dan singkat.

Dosis 3 – 4 dd 125 – 250 mg, dosis anak 10/kgBB/hari dibagi dalam 2 – 3 dosis.

Pada resep ini teofilin diberikan sebanyak 50 mg, dosis yang diberikan pada kasus

ini tidak sesuai dengan dosis seharusnya yaitu 90 mg. 4,5

d) Bisolvon

Bisolvon mengandung bromheksina HCl 4 mg/5 ml elixir. Bromhexin

berperan sebagai mukolitik sehingga dahak mudah dikeluarkan. Anak dibawa

datang salah satu keluhan berupa batuk tapi tidak diketahui jenis batuk anak

apakah berdahak atau kering. Obat ini berguna untuk merangsang pengeluaran

dahak dari saluran nafas dan mengencerkan sekret dari saluran nafas. Dosis anak 3

dd 1,6 – 8 mg dengan lama pemberian 3 hari karena jika terlalu lama akan

menimbulkan efek samping seperti mual, diare, gangguan pencernaan, perasaan

penuh diperut. 3,5,6

10

Page 12: Analisa Resep ISPA

e) Ikadryl Syrup

Tiap 5 ml syrup mengandung difenhidramina HCl 5 mg, dekstrometorpan

HBr 7,5 mg, fenilefrina HCl 5 mg, amonium klorida 62,5 mg, Na sitrat 25 mg.

Dosis yang diberikan dalam bentuk sirup dewasa 2 sendok teh setiap 4 – 6 jam,

anak 2 – 4 tahun ½ sendok teh setiap 6 jam, anak 4 – 12 tahun 1 – 2 sendok sirup

setiap 6 jam. Pada resep ikadryl sirup diberikan 3 kali setiap kali makan ½ sendok

teh. 3

g) Candistatin drop

Kandistatin mengandung nistatin 100.000 UI/ml suspensi. Nistatin

menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan ragi, tetapi tidak aktif terhadap

bakteri, protozoa, dan virus. Nistatin terutama digunakan untuk infeksi kandida di

kulit, selaput lendir dan saluran cerna. Untuk kandidiasis mulut dan esofagus

orang dewasa diberikan dosis 500.000 – 1.000.000 unit 3 atau 4 kali sehari, pada

anak dan bayi diberi bentuk suspensi masing-masing 400.000 dan 200.000 unit

empat kali sehari. 3,6 Pada resep ini candistatin drop diberikan 3 kali 1 ml, dimana

dosis ini kurang dari yang seharusnya diberikan yaitu 2 – 4 ml 3 kali sehari.

IV. Bentuk Sediaan

Bentuk sediaan yang diberikan dalam bentuk sirup. Sirup adalah bentuk

sediaan cair yang mengandung saccharosa atau gula. Obat dalam resep ini dipilih

sediaan sirup karena disesuaikan dengan penderita adalah anak berumur 19 bulan

(1 tahun 7 bulan). Untuk anak balita sebaiknya obat diberikan oral dalam bentuk

sediaan cairan karena lebih mudah diminum daripada bentuk sediaan padat.

11

Page 13: Analisa Resep ISPA

V. Cara Frekuensi, waktu dan lama pemberian

Pada resep ini tidak dituliskan waktu pemberiannya, misalnya sebelum

makan (a.c) atau sesudah makan (p.c). Pemberian amoksisilin sebaiknya sebelum

makan karena absorbsi amoksisilin dihambat oleh makanan. Dosis amoksisilin

untuk anak < 20 kg adalah 20-40 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam

atau 3 kali sehari. 4 Amoksisilin pada resep ini diberikan untuk 5 hari. Dimana

penggunaan antibiotik biasanya selama 5-10 hari.

VI. Interaksi Obat

Obat yang diberikan pada kasus ini yaitu antibiotik, bronkodilator,

mukolitik dan antimikotik. Pemberian antibiotik amoksisilin bersama-sama

bisolvon akan meningkatkan konsentrasi antibiotik di jaringan paru-paru. 4

VII. Efek Samping Obat

1) Amoxan

Saluran cerna : mual, muntah, dan diare. Hipersensitif : urtikaria, nyeri sendi,

demam, syok neurogenik. Gangguan lambung dan rash lebih jarang terjadi. 4,5

2) Metiprednisolon

Merintangi pertumbuhan pada anak-anak akibat dipercepatnya penutupan

epifysis tulang, imunosupresi. 7

3) Teofilin

Mual muntah, gelisah, susah tidur, tremor, takikardi, aritmia, dan hipotensi. 5,6

4) Bromhexin

Gangguan saluran cerna, perasaan pusing, dan berkeringat. 5,6

5) Kandistatin

12

Page 14: Analisa Resep ISPA

Mual, muntah, diare ringan. 6

VIII. Analisa Diagnosa

Dari data yang diperoleh dari status pasien, dari anamnesa hanya dapat

diketahui bahwa pasien mengalami batuk pilek, sesak napas, makan minum

kurang, dan sariawan. Diagnosa yang ditegakkan pada kasus ini adalah infeksi

saluran pernapasan akut. Ada lima kelompok penyakit ISPA : 8

1. Infeksi saluran pernapasan atas : Rhinitis, Faringitis, Tonsilitis, Otitis media

2. Laringo-trakeo bronchitis atau croup

3. Bronkhitis

4. Bronkiolitis

5. Pneumonia

Pemberian antibiotik berupa amoksisilin pada kasus ini sudah tepat. Pada

kasus ini digunakan antibiotik amoxicillin karena merupakan antibiotik

berspektrum luas. Pada kasus ini obat antibiotik digabungkan dalam satu sediaan.

Hal ini tidak rasional karena obat antibiotik harus tetap diminum dalam jangka

waktu ditentukan walau gejala penyakit hilang. Sedangkan obat simtomatik hanya

diberikan kalau masih ada gejala penyakit seperti batuk.

Mukolitik yang diberikan pada kasus ini adalah bromheksin. Obat ini

berguna untuk mengurangi kekentalan dahak dan mengeluarkan dahak dari

saluran pernapasan.

Bronkodilator yang digunakan pada kasus ini adalah teofilin yang

memberikan efek samping mual muntah, gelisah, susah tidur, tremor, takikardi,

aritmia, dan hipotensi. Teofilin memiliki luas terapeutis yang sempit dimana dosis

13

Page 15: Analisa Resep ISPA

efektifnya terletak berdekatan dengan dosis toksisnya terutama sangat peka pada

anak-anak dibawah 2 tahun. Efedrin merupakan pilihan yang lebih baik dari

teofilin, efek samping efedrin lebih ringan dari teofilin. Dosis anak 2-3 mg/kgBB

sehari dalam 4 dosis. 4,5

Kandistatin mengandung nistatin yang dapat menghambat pertumbuhan

berbagai jamur dan ragi. Nistatin terutama digunakan untuk infeksi kandida di

kulit, selaput lendir dan saluran cerna.

Ikadryl sirup yang mengandung difenhidramina HCl 5 mg,

dekstrometorpan HBr 7,5 mg, fenilefrina HCl 5 mg, amonium klorida 62,5 mg,

Na sitrat 25 mg diberikan untuk mengobati batuk dan pilek yang disebabkan

alergi. Pemberian ikadryl pada kasus ini tidak mempunyai indikasi yang tepat,

dimana salah satu kandungannya adalah dekstrometorpan Hbr yang merupakan

antitusif batuk kerja sentral. Pada obat racikan puyer telah diberikan bromhexin

yang juga merupakan antitusif kerja perifer. 5

Jika diagnosa ISPA (infeksi saluran Pernafasan Atas) gejala alergi maka

pemberian obat yang mengandung kortikosteroid dan antihistamin adalah tepat.

Antihistamin yang digunakan pada kasus ini adalah klorfeniramin maleat,

merupakan derivat klor dengan daya kerja 10 kali lebih kuat. Klorfeniramin

maleat digunakan untuk reaksi alergi yang ringan : iritasi hidung, mata dan

tenggorokan. Dosis anak 0,35 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis. Bentuk

sediaan : tablet 4 mg, sirup 2,5 mg/5 ml. Efek sampingnya sedatif ringan. 4,5,8

14

Page 16: Analisa Resep ISPA

Kortikosteroid yang digunakan pada kasus ini adalah metilprednisolon

yang merupakan kortikosteroid kerja singkat sedang yang berfungsi sebagai

antiinflamasi. 6

BAB III

15

Page 17: Analisa Resep ISPA

KESIMPULAN

Berdasarkan 5 tepat pada resep rasional, maka :

1. Tepat obat

Antibiotik yang diberikan berupa amoksisilin, metilprednisolon dan

kandistatin dan bromhexin sudah tepat. Pemberian teofilin dan ikadryl sirup

tidak tepat. Obat simptomatik berupa efedrin, metilprednisolon, bromhexin,

dan antihistamin.

2. Tepat dosis

Pada resep ini dosis yang diberikan belum tepat. Pemberian amoksisilin

seharusnya diberikan 25 mg/kgBB/kali pemberian, pada kasus ini seharusnya

diberikan 225 mg/kali.

3. Tepat bentuk sediaan

Bentuk sediaan yang diberikan sudah tepat sesuai dengan keadaan pasien.

4. Waktu penggunaan obat

Pada resep ini tidak dituliskan kapan obat ini diminum.

Sedangkan kelengkapan lain yang perlu ditulis adalah :

Identitas pasien seperti umur dan alamat.

Usulan Resep

16

16

Page 18: Analisa Resep ISPA

DAFTAR PUSTAKA

17

PROPINSI PEMERINTAH DAERAH TINGKAT IKALIMANTAN SELATAN

RUMAH SAKIT UMUM “ULIN”BANJARMASIN

Nama Dokter : dr Marlensius A.W Tanda Tangan DokterNIP : 145 037 204 UPF/Bagian : Anak

Banjarmasin, 13 Juli 2006

R/ Amoksisilin 4,725 g Sirupus simplex qs Aqua ad 105 ml m.f.l.a syrup S 3 d.d cth I a.c

R/ Kandistatin drop No I S 3 d.d 4 ml

R/ Efedrin 81 mg Bromhexin 5 mg Metilprednisolon 12 mg CTM 9,45 mg Sirupus simplex qs Aqua ad 45 ml m.f.l.a syrup S p.r.n 3 d.d cth I (batuk)

Pro : An. Anugrah

Umur : 1 tahun 7 bulan

Alamat : Handil Bakti No. 10 Rt. 18

Page 19: Analisa Resep ISPA

1. Lestari, CS. Seni Menulis Resep Teori dan Praktek. PT Pertja. Jakarta, 2001

2. Joenoes, Nanizar Zaman. Ars Prescribendi – Penulisan Resep yang Rasional 1. Airlangga University Press. Surabaya, 1995.

3. Winotopradjoko, M dkk. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Akarta, Volume 39, 2004.

4. Hardjasaputra, S.L.P dkk. Data Obat di Indonesia edisi 10. Grafidian Medipress. Jakarta, 2002.

5. Tjay dan Kirana. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo. Jakarta, 1991.

6. Ganiswarna, S.G (ed). Farmakologi dan Terapi edisi 4. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta, 1995.

7. Katzung, B.G. Farmakologi Dasar dan Klinik Jilid 2 Edisi 8. Salemba Medika. Jakarta. 2002.

8. Hassan R, Alatas H, ed. Gastroenterologi. Dalam: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid I Cetakan ke-9. Jakarta:,FKUI, 2000. h. 283-85, 294.

18

Page 20: Analisa Resep ISPA

19