Top Banner
TUGAS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KAJIAN RESEP PADA PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT SANJIWANI-GIANYAR Oleh: I Gusti Ayu Mira Semara Wati, S.Farm. 1208515011 1
37

Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

Oct 27, 2015

Download

Documents

Stroke
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

TUGAS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

KAJIAN RESEP PADA PASIEN STROKE DI RUMAH

SAKIT SANJIWANI-GIANYAR

Oleh:

I Gusti Ayu Mira Semara Wati, S.Farm.

1208515011

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2013

1

Page 2: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : WN

Umur : 55 Tahun

Kewarganegaraan : WNI

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Gianyar

2. RIWAYAT PENGOBATAN

Tabel 1.Catatan Pengobatan Pasien

Subjektif Objektif Terapi

Punya riwayat hipertensi,

mengeluh lemas pada

tangan dan kaki sejak 6

bulan lalu.

TD : 170/100 mmHg

TG : 196 mg/dL

Ass : Post Stroke Infrak

: Dislipidemia

Opivask 5 mg (1-0-0)

Proxime 100 mg (1 dd 1)

Simbado (0-0-1)

Neurodex ( 1 dd 1)

Kontrol kembali, kedua

kaki lemas, dan bicara

belum jelas.

TD : 160/100 mm Hg

Ass : Post Stroke Infrak

: Dislipidemia

Amdixal 5 mg (1-0-0)

Asetosal 80 mg (1 dd 1)

Simvastatin (0-0-1)

Neurodex ( 1 dd 1)

Setelah diterapi selama 4

bulan, pasien kontrol

kembali.

TD : 130/90 mmHg

TG : 139 mg/dL

Ass : Post Stroke Infrak

Amlodipin 5 mg ( 1-0-0)

ASA 80 mg (1 dd1)

Vit B Complex (1 dd 1)

Setelah diterapi selama 4

bulan, TD pasien

mengalami fluktuasi.

TD : 170/110 mmHg

Ass : Post Stroke Infrak

ASA 80 mg (1 dd 1)

Amlodipin 10 mg (1-0-0)

Vit B Complek (2 dd1)

Fisioterapi

Lanjutna Tabel 1. Catatan Pengobatan Pasien

2

Page 3: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

Subjektif Objektif Terapi

Setelah diterapi selama

dua bulan, keluhan yang

dialami pasien tetap yaitu

anggota gerak kanan

terasa pegal.

TD : 130/90 mmHg

Ass : Post Stroke Infrak

Amlodipin 10 mg (1-0-0)

ASA 80 mg (1 dd 1)

B complex (1 dd 1)

Matovit (1 dd 1)

Setelah diterapi selama 3

bulan dengan obat yang

sama, pasien tetap

mengalami keluhan yang

sama yaitu kaki kanan

terasa kaku.

TD : 140/90 mm Hg

Ass : Post Stroke Non

Hemoragik

ASA 80 mg (1 dd 1))

Amlodipin 10 mg (1-0-0)

Neurodex (1 dd 1)

Berdasarkan data rekam medik yang diperoleh, maka dapat diketehui bahwa

pasien menderita post stoke non hemoragik. Dimana pada tanggal 21 Mei 2013 pasien

datang ke dokter dan mengeluh sakit pada kaki kanan. Adapun penjelasan lebih lanjut

dapat dilihat pada table dibawah:

Tanggal Subjektif Objektif Assasment Tindakan

21 Mei

2013

Keluhan pasien

yaitu kaki

kanan terasa

kaku, sakit

kepala (-),.

Data lab: -

Data klinis :

TD : 140/90 mmHg

Veg : DBN

Sensorik : DBN

N cranial : DBN

Post Stroke

Non

Hemoragik

ASA 80 mg (1 dd 1))

Amlodipin 10 mg

(1-0-0)

Neurodex (1 dd 1)

3. RESEP

3

Page 4: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

4

Page 5: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

4. SKRINING RESEP

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,

dinyatakan bahwa skrining resep yang dilakukan oleh apoteker meliputi:

1. Persyaratan administratif :

Nama, SIP, dan alamat dokter

Tanggal penulisan resep

Tanda tangan/paraf dokter penulis resep

Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien

Nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang diminta

Cara pemakaian yang jelas

Informasi lainnya

2. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

3. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,

durasi, jumlah obat dan lain-lain).

Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter

penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya dan bila

perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. Apoteker juga melakukan

penyiapan obat yang meliputi peracikan, etiket, kemasan obat yang diserahkan,

penyerahan obat, informasi obat, konseling, dan monitoring penggunaan obat.

5

Page 6: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

A. Skrining Administratif

Kelengkapan Resep AdaTidak ada

Identitas dokter

Nama √SIP √SIK √Alamat rumah √Alamat praktek √No Telp √Hari dan jam kerja √

SuperscriptioSimbol R/ √Nama Kota √Tanggal resep √

Inscriptio Nama obat √Kekuatan/potensi obat √Jumlah obat √

SubscriptioBentuk sediaan obat (BSO)

Signatura

Frekuensi pemberian √Jumlah pemberian obat √Waktu minum obat √Informasi lain √

PenutupParaf √Tanda tangan √

Identitas pasien

Nama √Alamat √Umur √Jenis kelamin √Berat badan √Tinggi badan √

Setelah dilakukan skrining administrative diketahui bahwa terdapat beberapa

permasalahan yaitu:

1. Identitas dokter yang dicantumkan dalam resep kurang lengkap, dimana tidak

tercantum SIK, alamat rumah, nomor telepon serta hari dan jam kerja.

6

Page 7: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

Pengatasan: Dalam hal ini dianggap dokter penulis resep adalah dokter yang

praktek di Rumah Sakit tersebut sehingga dapat segera

dikomunikasikan dengan dokter penulis resep.

2. Identitas pasien (alamat, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan) tidak

tercantum dalam resep.

Pengatasan: Dalam hal ini perlu ditanyakan kembali kepada pasien mengenai

alamat lengkap, berat badan dan tinggi badan. Identitas pasien

diperlukan untuk menghindari terjadinya medication error dalam

melakukan perhitungan dosis individual dan mempermudah

penelusuran tempat tinggal pasien apabila terjadi masalah atau

kesalahan dalam melayani obat ataupun pada saat melakukan

monitoring dan evaluasi pengobatan pasien.

B. SPESIFIKASI OBAT

Berikut ini merupakan data atau informasi dari masing-masing obat:

1) Aspirin®

Komposisi : Asam asetilsalisilat 80 mg.

Kelas farmakologi : Antiplatelet agen (Lacy, 2012).

Mekanisme kerja : Menghambat enzim siklooksigenase 1 dan 2 (COX 1

dan 2) secara irreversible. Melalui asetilasi yang

menghasilkan penurunan pembentukan precursor

prostaglandin, menghambat secara irreversible

pembentukan derivat prostaglandin, tromboksan A2

sehingga menghambat agregasi platelet, sebagai

antipiretik, analgesik, dan antiinflamasi (Lacy et al.,

2012).

Indikasi : Penanganan nyeri ringan hingga sedang, inflamasi

dan demam,pencegahan dan penanganan infark

miokard, stroke iskemik akut, transient ischemic

7

Page 8: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

episode, manajemen rheumatoid arthritis, demam

rheumatik, osteoarthritis, dan gout; terapi adjuvant

dalam prosedur revascularis, stand implantation

(Lacy et al, 2012).

Dosis : Dewasa

Stroke iskemik akut: 150-325 mg sekali sehari,

diawali dalam 48 jam.

Stroke (kardioembolik dan dikontraindikasi terhadap

antikoagulan): 75-325 mg sekali sehari.

Stroke / TIA: 50-325 mg sekali sehari; dosis lasim 81

mg sekali sehari (Lacy et al, 2012).

Pemakaian Obat : Dapat diberikan bersamaan dengan makanan untuk

mengurangi rasa tidak nyaman pada GI (Sweetman,

2009).

Perhatian : Perhatian pada pasien dengan kelainan platelet dan

perdarahan, disfungsi ginjal, dehidrasi, gastritis erosiv

atau penyakit peptic ulcer (Lacy et al, 2012).

Interaksi : Aspirin dapat berinteraksi dengan agen antihipertensi

golongan calcium chanel bloker (CCB) yaitu non

dihidropiridin yang dapat meningkatkan efek dari

aspirin (Lacy et al., 2012).

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap salisilat, NSAID lain, atau

komponen dalam sediaan. Asma, rhinitis, nasal polip,

kelainan perdarahan yang diturunkan (termasuk

defisiensi faktor VII dan IX), tidak boleh digunakan

pada anak-anak kurang dari 16 tahun untuk infeksi

virus dengan atau tanpa demam, tidak boleh diberikan

pada kehamilan terutama trimester ketiga (Lacy et al,

2012).

8

Page 9: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

Efek samping : Hipotensi, takikardi, edema, kelelahan, insomnia,

sakit kepala, hipertemia, rash, urtikaria, mual,

muntah, nyeri perut, ulcer, erosive gastric, anemia,

protrombin time panjang, perdarahan, anemia

defisiensi besi, hepatotoksik, hepatitis, gagal ginjal,

asma, bronkospasme (Lacy et al, 2012).

2) Amlodipin®

Komposisi : Amlodipin.

Kelas Farmakologi:Calsium channel-blocker (CCB)(Ehrenpreis &

Ehrenpreis, 2001).

Mekanisme kerja : Menghambat kalsium dalam menembus sel membran

(Ehrenpreis & Ehrenpreis, 2001).

Indikasi : Pengobatan untuk hipertensi, gejala angina stabil

kronis, vasospastic (Prinzmetal) angina, pencegahan

angina (Lacy et al., 2012).

Dosis : Untuk hipertensi pada pasien dewasa: dosis lazim: 5

mg satu kali sehari, dosis maksimum: 10 mg satu kali

sehari. Rentang dosis secara umum: 2,5-10 mg satu

kali sehari.

Pemakaian Obat : Pemberian tidak disarankan bersamaan dengan

makanan (Lacy et al., 2012).

Perhatian : CHF, disfungsi ventrikular kiri parah, penggunaan

bersama dengan β blocker atau digoxin (Ehrenpreis &

Ehrenpreis, 2001).

Interaksi : Moderate

Penggunaan amlodipin bersamaan dengan makanan

dan jus anggur dapat meningkatkan konsentrasi

amlodipin di serum yang berpengaruh pada

9

Page 10: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

peningkatan efek samping dan efek farmakologi.

Selain itu, amlodipin juga dapat menurunkan efek

dari clopidogrel, dan efek dari amlodipin dapat

diturunkan oleh garam kalsium (Tatro S.D., 2001;

Lacy et al., 2012).

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap CCB, kehamilan (Lacy et al,

2006; Dollery C., 1999).

Efek samping : Umum : sakit kepala, edema

Serius: CHF (Congestive Heart Failure), aritmia,

hipotensi, depresi (Ehrenpreis & Ehrenpreis, 2001).

3) Neurodex®

Komposisi : Vitamin B1 mononitrat 100 mg,Vitamin B6 200 mg

dan Vitamin B12 200 mcg

Vitamin B1

Kategori farmakologi :Vitamin larut air (Lacy et al., 2012).

Mekanisme kerja : -

Indikasi : Penanganan defisiensi thiamin termasuk beriberi,

Wernicke’s encephalopathy, sindrom Korsakolf,

neuritis yang dikaitkan dengan kehamilan, atau pada

pasien alkoholik (Lacy et al., 2012).

Dosis : Kebutuhan sehari-hari: ≥19 tahun untuk wanita: 1,1

mg, untuk pria: 1,2 mg. Defisiensi pada orang dewasa

: 5-30 mg/dosis I.M. atau I.V. tiga kali sehari, lalu

secara per oral 5-30 mg/hari dalam dosis tunggal atau

terbagi 3 kali sehari selama 1 bulan (Lacy et al,

2012).

Perhatian :-

Kontraindikasi : -.

10

Page 11: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

Efek samping : Jarang (Sweetman, 2009)

Vitamin B6 (pyridoxine)

Kelas farmakologi : Vitamin

Indikasi : Pengobatan dan pencegahan defisiensi pyridoxine,

anemia, dermatitis, konvulsi, gejala neurologis seperti

neuritis perifer, penyakit pada kehamilan,

premenstruasi sindrom (Dollery C., 1999).

Mekanisme Kerja : Prekursor untuk menjadi pyridoxal yang memiliki

fungsi pada metabolisme protein, karbohidrat dan

lemak, serta memiliki peran pada penyimpanan

glikogen di otot, sintesis GABA dan heme. (Lacy et

al., 2012).

Dosis : Rekomendasi penggunaan sehari-hari:

Dewasa: Laki-laki: 1,7- 2 mg dan Wanita: 1,4-1,6 mg

(Lacy et al., 2012)

Perhatian : Penggunaan jangka panjang dari dosis tinggi

pyridoxine dapat mencetus terjadinya neuropati

perifer yang parah (Sweetman, 2009).

Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap pyridoxine, penggunaan

bersama dengan levodopa.

Efek Samping : Sakit kepala, mengantuk, asidosis, penurunan asam

folat, mual, alergi, neuropati.

Vitamin B12

Kategori farmakologi :Vitamin larut air (Lacy et al., 2012).

Mekanisme kerja : -

Indikasi : Pengobatan anemia pernisiosa, defisiensi vitamin B12

karena defisiensi dalam diet atau malabsorpsi, sekresi

faktor intrinsik yang tidak cukup dan penggunaan

vitamin B12 yang kurang, meningkatnya kebutuhan

11

Page 12: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

vitamin B12 pada kehamilan, penyakit ginjal atau

hati, keganasan, perdarahan (Lacy et al., 2012).

Dosis : Kebutuhan sehari-hari untuk orang dewasa : 2,4

mcg/hari. Defisiensi: 50-150 mcg/hari diberikan

antara makan (Sweetman, 2009).

Kontraindikasi : Tidak boleh diberikan pada penderita penyakit Leber

atau tembakau amblyopia (Sweetman, 2009).

Efek samping : Reaksi hipersensitif jarang, dapat menyebabkan

rhinitis, mual dan sakit kepala pada penggunaan

secara intranasal (Sweetman, 2009).

C. Kesesuaian Farmasetik

1) Bentuk sediaan

Dalam resep sudah dicantumkan bentuk sediaan obat yang akan

diberikan kepada pasien yaitu berupa sediaan tablet. Dilihat dari umur

pasien, bentuk sediaan yang diberikan sudah sesuai.

2) Dosis

Untuk dosis yang digunakan disesuaikan dengan umur atau berat

badan pasien serta kondisi pasien. Berdasarkan hal tersebut dosis obat yang

digunakan pada resep sudah sesuai. Untuk pasien stroke penggunaan aspirin

dengan dosis 80 mg/hari sudah memenuhi rentang terapi yaitu 75- 325

mg/hari dengan dosis lazim yaitu 81 mg/hari. Sedangkan untuk amlodipin

dosis lazim untuk orang dewasa adalah 5 mg dan dosis maksimum yaitu 10

mg/hari. Namun, pasien menerima amlodipin 10 mg/hari dan dosis ini sudah

sesuai karena dosis yang digunakan tidak melebihi dosis maksimum. Untuk

sediaan neurodex, dosis yang diberikan sudah sesuai.

3) Potensi/kekuatan

12

Page 13: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

Penulisan kekuatan pada resep di atas sudah lengkap dimana untuk

aspirin diberikan Aspilet dan untuk amlodipin diberikan Amlodipin generik.

Untuk potensi sediaan neurodex disesuaikan dengan potensi sediaan yang

ada di pasaran dimana sediaan neurodex mengandung vitamin B1 100 mg,

vitamin B6 200 mg, dan vitamin B12 250 mcg.

4) Stabilitas

Resep tersebut terdiri dari 3 sediaan, dimana terdiri dari sediaan

tunggal. Masing-masing sediaan tersebut cukup stabil selama enam bulan

atau 25% dari tanggal kadaluarsa pada suhu ruangan yang terkontrol yaitu

20-25˚C. Penyimpanan sediaan sebaiknya dijauhkan dari sinar matahari

langsung (Anonim, 2011). Pada saat penyerahan obat, pasien menerima obat

yang belum expired (belum memasuki tanggal kadaluarsa). Untuk menjamin

pasien tidak menerima obat kadaluarsa, maka obat yang memiliki tanggal

kadaluarsa dekat akan dipisahkan sehingga pasien tidak akan menerima obat

tersebut.

5) Inkompatibilitas

Dalam resep yang diberikan tidak terdapat masalah inkompatibilitas

karena semua komponen obat dalam resep diberikan dalam sediaan tunggal

(tidak dicampur).

6) Cara dan lama pemberian

Untuk aspirin, amlodipin dan neurodex dikonsumsi secara per oral 1

kali sehari sebanyak 1 tablet. Cara pemberian untuk aspirin yaitu satu kali

sehari setelah makan, amlodipin diberikan satu kali sehari sebelum makan

(perut kosong) pada pagi hari dan neurodex diberikan satu kali sehari setelah

makan. Cara pemberian ersebut dirasa sudah sesuai untuk pasien.

Jika dilihat dari jumlah obat yang diberikan yaitu aspirin (10 tablet),

amlodipin (10 tablet) dan neurodex (10 tablet) maka dapat dikatakan bahwa

proses terapi pasien dilakukan selama 10 hari. Lama terapi selama kurang

lebih 10 hari dirasa sesuai untuk pasien, dimana lama terapi 10 hari

13

Page 14: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

ditujukan untuk memudahkan dalam melakukan kontrol terhadap tekanan

darah pasien sehingga memudahkan dalam memantau kondisi pasien dan

penyesuaian dosis obat karena menurut JNC VII, target tekanan darah pada

pasien hipertensi yaitu < 140/90 mmHg. Namun, untuk pasien stroke target

tekanan darah yang dianjurkan adalah 130/80 mmHg (Devon and Devon,

2007).

D. Kesesuaian Farmakologis/ Pertimbangan Klinis

1) Tepat indikasi

Indikasi yang dituliskan oleh masing-masing pabrik biasanya berbeda-

beda sehingga indikasi yang digunakan adalah indikasi yang sesuai dengan

kategori farmakologi masing-masing obat. Selanjutnya dari indikasi tersebut

maka dapat ditentukan efek farmakologi dari obat tersebut. Berdasarkan

informasi yang diberikan dari pasien maka dapat dilihat kesesuaian obat

dengan kondisi pasien:

Aspirin Sebagai antiplatelet yang menghambat pembentukan

thrombus pada pembuluh darah.

Amlodipin Sebagai agen anti hipertensi yang dapat menurunkan

tekanan darah pasien..

Neurodex Sebagai neuroprotektor

Pemilihan aspirin juga sudah tepat karena aspirin disebutkan sebagai

lini pertama dalam pencegahan kekambuhan stroke (Dipiro et al., 2008).

Amlodipine dengan dosis 10 mg diindikasikan sebagai agen antihipertensi.

Amlodipin dipilih karena selain dapat mengontrol tekanan darah, amlodipin

juga dapat mencegah risiko stroke dengan efek sebagai neuroprotektor yang

melindungi sel saraf dari kerusakan sehingga otak kurang peka terhadap

iskemia (Toklu et al., 2009). Selain itu, amlodipin juga berperan dalam

mencegah penebalan caratid intima media yang merupakan faktor stroke

14

Page 15: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

disamping amlodipin dapat menurunkan tekanan darah sistolik sentral lebih

baik dibandingkan agen lain (Ravenni et al., 2011; Wang et al., 2007)

Sedangkan multivitamin diindikasikan untuk terapi adjuvant (neuroprotektor)

untuk melindungi sel-sel saraf pasien. Adapun algoritme terapi dapat dilihat

pada gambar 1.

15

Page 16: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

Gambar 1. Algoritme terapi stroke non hemoragik

16

Page 17: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

2) Tepat pasien

Pasien diberikan sediaan tablet. Pemberian bentuk sediaan ini kepada

pasien yang berusia 55 tahun dirasa sudah sesuai, dimana pasien juga tidak

memiliki keluhan berupa gangguan menelan. Disamping itu pasien juga

tidak memilki riwayat alergi terhadap obat, gangguan gastrointestinal, dan

gangguan ginjal sehingga pemberian obat ini dirasa sudah sesuai.

3) Tepat obat

Secara umum penggunaan obat aspirin, amlodipin dan neurodex sudah

tepat untuk mengatasi stroke non hemoragik yang diderita oleh pasien.

Pemilihan aspirin dosis rendah (50-325 mg/hari) sudah tepat dimana aspirin

merupakan lini pertama dalam penanganan stroke.

Pada penanganan pasien dengan stroke kardioembolik, yang menjadi

poin penting dalam pencegahan stroke sekunder adalah antikoagulasi atau

antiplatelet. Namun antiplatelet lebih dipilih karena memiliki efek

perdarahan yang lebih rendah dibandingkan dengan antikoagulan seperti

warfarin. Pemilihan aspirin dosis rendah merupakan lini pertama dalam

pencegahan stroke selain kombinasi aspirin-dipiridamol dan clopidogrel.

Aspirin dipilih sebagai agen antiplatelet untuk pengatasan stroke karena

pasien tidak mengalami atrial fibrilasi, stroke iskemik noncardioembolic

atau TIA serta aspirin dapat mengurangi resiko stroke berulang. Aspirin

digunakan untuk mencegah terjadinya gangguan kardiovaskular dengan

bekerja dengan menghambat derivatisasi prostaglandin, tromboksan A2 yang

mengakibatkan penghambatan agregasi platelet sehingga mencegah

terbentuknya trombus. Dengan demikian dapat mencegah kerusakan jaringan

otak akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Selain itu, aspirin

juga memiliki kelebihan dibandingkan agen lainnya yaitu aspirin lebih aman,

mudah diberikan dan tersedia. Selain itu, aspirin diabsorbsi dengan cepat

dalam saluran pencernaan. Kadar plasma puncak aspirin tercapai pada 30

sampai 40 menit setelah dikonsumsi dengan efek penghambatan fungsi

17

Page 18: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

trombosit dalam waktu 1 jam. Aspirin memiliki waktu paruh yang pendek

(15-20 menit) dalam sirkulasi darah manusia, namun efek penghambatan

platelet berlangsung selama rentang hidup trombosit (10 hari) karena aspirin

menginaktivasi platelet COX-1 ireversibel (Sztriha et al., 2004).

Namun, jika dibandingkan dengan agen antiplatelet lain seperti

clopidogrel dan kombinasi dipiradamol-aspirin, aspirin mungkin memiliki

aktivitas antiplatelet yang lebih rendah dibandingkan kedua agen tersebut.

Clopidogrel memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan aspirin

tunggal dan digunakan untuk pasien dengan stroke iskemik, kematian

pembuluh darah, infrak miokard serta jika pasien mengalami kontraindikasi

terhadap aspirin. Cloidogrel digunakan sebagai lini pertama penanganan

pasien dengan resiko tinggi mengalami multiple vascular risk factors seperti

penyakit arterial peripheral. Sedangkan, kombinasi dipiridamol-aspirin

memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingakan dengan aspirin tunggal

namun agen ini digunakan pada penangana TIA atau mengalami stroke

iskemik dimana jika clopidogrel dikontraindikasikan (Diener, 2002; NICE,

2010). Dalam pengobatan dengan menggunakan agen antiplatelet harus tetap

dipantau kadar International Normalized Ratio (INR) pasien yaitu berkisar

2,0-3,0.

Pemilihan Amlodipin sebagai agen antihipertensi dalam kasus ini

sudah tepat. Menurut Dipiro et al. (2008), terapi lini pertama untuk

penanganan stroke adalah golongan Angiotensin Converting Enzim Inhibitor

(ACEI). Namun, untuk pasien dengan usia lebih atau sama dengan 55 tahun

lebih disarankan untuk menggunakan obat golongan CCB (Devon and

Devon, 2007). Penggunaan ACEI kurang sesuai untuk pasien geriatri karena

dapat menyebabkan hipotensi akut dimana hal ini terjadi pada pasien lanjut

usia dan penggunaan bersama dengan diuretik. Hal ini disebabkan faktor

fisiologis tubuh pasien lanjut usia akan berbeda dengan orang dewasa sehat,

dimana penggunaan ACEI akan berdampak pada ginjal dimana penggunaan

18

Page 19: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

ACEI akan menyebabkan penurunan perfusi ginjal dan filtrasi glomerulus.

Amlodipin juga tidak mempengaruhi elekrolit dalam plasma atau lipid

sehingga menguntungkan pada pasien dengan gagal ginjal kronis,

hiperlipidemia, dan aterosklerosis. Karena pasien pernah mengalami

dislipidemia, maka pemberian amlodipin sebagai terapi dirasa sudah tepat

karena dapat mengurangi atau mencegah terjadinya peningkatan kadar lipid

dalam darah yang berakibat terjadinya ateroma pada pembuluh darah. Selain

itu, amlodipin dipilih karena golongan CCB dapat mencegah penebalan

caratid intima media yang merupakan faktor pemicu stroke disamping

amlodipin dapat menurunkan tekanan darah sistolik sentral lebih baik

dibandingkan agen lain. (Guidi et al., 2002; Ravenni et al., 2011; Wang et

al., 2007). Selain berfungsi sebagai antihipertensi, amlodipin berperan

sebagai neuroprotektor (antiapoptosis, antiinflamasi dan antioksidan) yang

berfungsi dalam melindungi sel saraf (neuron) dari kerusakan sehingga otak

kurang peka terhadap iskemia. Iskemia mengakibatkan aktivasi berlebihan

reseptor asam amino eksitatori, akumulasi kalsium intraseluler dan

melepaskan produk toksik lain yang menyebabkan lesi pada sel. Dengan

mencegah pelepasan neurotransmiter eksitatori, agen-agen neuroprotektif

dapat mengurangi efek iskemia yang merusak pada sel. Pemberian

amlodipin digunakan untuk mencegah kematian sel selama terjadi hipoksia

dan reoksigenasi. Pemberian amlodipin jangka panjang dapat menurunkan

stres oksidatif pada otak serta dapat mengurangi lesi iskemia. Sebagai

antioksidan, amlodipin dapat menurunkan peroksidasi membran lipid serta

memulihkan aktivitas Na, K ATP ase yang berfungsi dalam menjaga

keseimbangan elektrolit dan cairan dalam sel, organ dan seluruh tubuh

(Toklu et al., 2009). Sehingga berdasarkan penjelasan tersebut pemberian

amlodipin dirasa sudah sesuai.

Vitamin B1, B6, dan B12 yang terdapat dalam resep digunakan sebagai

agen neuroprotektor kelompok neurotropik. Vitamin B1 dan vitamin B6

19

Page 20: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

berfungsi dalam sintesis dopamine dan serotonin. Defisiensi vitamin B6

menyebabkan penumpukan homosistein yang dapat memicu gangguan

seperti hipertensi, stroke, dan parkinson Vitamin B12 berfungsi dalam

mensintesis asam lemak menjadi myelin yang berfungsi dalam

menghantarkan impuls saraf (Moreno et al, 2009).

4) Tepat dosis

Ketepatan dosis obat yang diberikan kepada pasien dapat dilihat

dengan memperhitungkan dosis lazim dan dosis maksimal dari masing-

masing obat. Dosis lazim, dosis maksimal dan penggunaan dosis dalam

resep dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Dosis Lazim, Dosis Maksimal dan Penggunaan Dosis dalam Resep

Zat aktif Dosis lazimDosis maksimum

Dosis dalam Resep

Keterangan

Amlodipin 5 mg/hari 10 mg/hari 5 mg/hariRentang terapi

Aspirin80-100 mg/hari

325 mg/hari 80 mg/hariRentang terapi

Tiamin100-300 mg/hari

- 100 mg/hariRentang terapi

Piridoksin15 – 50 mg/hari

100-500 mg/hari

200 mg/hariRentang terapi

Sianokobalamin 250 mcg/hari - 200 mcg/hariRentang terapi

Dilihat dari interval dan durasi pemberian obat, pemberian obat dalam

resep diharapkan dapat menjaga tekanan darah pasien dan mencegah

terjadinya stroke. Penggunaan piridoksin dan sianokobalamin bertujuan

untuk mencegah terjadinya komplikasi neuropati pada pasien dengan

menstimulasi regenerasi sel saraf (Head, 2006).

20

Page 21: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

5) Waspada terhadap efek samping obat

Dalam hal ini frekuensi (%) pemunculan efek samping obat tidak

diketahui sehingga pasien disarankan untuk hati-hati terhadap efek samping

yang mungkin timbul yaitu sakit kepala, hipotensi, mual, muntah, nyeri

perut. Jika terjadi efek samping tersebut penggunaan obat dapat dihentikan

namun setelah dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau

apoteker.

E. Monitoring

1. Efektivitas Terapi

a. Kondisi klinik

Tanda-tanda klinis terjadinya perbaikan berupa menurunnya tekanan

darah, tidak terjadi perdarahan, sensorik menjadi normal dan N cranial

menjadi normal.

2. Tanda-tanda vital:

Sebelum dilakukan pemberian terapi, hasil pemeriksaan menunjukkan

bahwa TTV pasien tidak normal. Diharapkan setelah pemberian terapi, TTV

pasien berada dalam batas normal (suhu tubuh 35,5-35,8°C (96-97°F)); denyut

nadi (60-100 bpm); respirasi 12‐20 rpm; dan tekanan darah (<130/80 mmHg).

3. Laboratorium :

Pemeriksaan INR dalam menilai terjadinya perdarahan yang disebabkan

oleh penggunaan obat antiplatelet seperti aspirin dimana kadar INR yang

diharapkan yaitu 2-3. Pemeriksaan fungsi ginjal juga diperlukan untuk menilai

terjadinya perubahan fungsi filtrasi glomerulus dan perfusi ginjal.

Pemeriksaan fungsi hati diperlukan untuk menilai apakah pasien mengalami

gangguan hati yang dijadikan dasar dalam penggantian obat jika pasien sudah

mengalami kegagalan terapi dengan aspirin.

21

Page 22: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

2. Efek samping

a. Kondisi klinik

1. Penggunaan aspirin dapat menyebabkan mual, muntah, nyeri perut, ulcer,

erosive gastric, perdarahan, protrombine time panjang (Lacy et al., 2012).

2. Penggunaan amlodipin dapat menyebabkansakit kepala, edema, CHF,

aritmia, hipotensi, dan depresi (Ehrenpreis and Ehrenpreis, 2001).

3. Penggunaan neurodex dapat menyebabkan sakit kepala, mengantuk,

asidosis, penurunan asam folat, mual, alergi, neuropati, dan rhinitis

(Sweetman, 2009).

b. Laboratorium

1. Penggunaan antiplatelet seperti aspirin berpotensi menyebabkan

perdarahan sehingga perlu dilakukan monitoring terhadap INR. Selain itu

penggunaan antiplatelet golongan NSAID memerlukan monitoring berupa

uji serum kreatinin (Scr), blood urea nitrogen (BUN), dan complete blood

cell (CBC) setiap 2-4 minggu setelah memulai terapi NSAID selama 1-2

bulan (Wells et al., 2006).

22

Page 23: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Clinical Guidelines for Stroke Management 2010. Australia: National Stroke Foundation.

Anonim. 2011. Medication Expiration Dating. (Cited at : April 27th 2013). Available athttp://www.cedrugstorenews.com/userapp//lessons/page_view_ui.cfm?lessonuid=&pageid=98A4D0865060D9CDE96A50282801AE4D

Baxter, K. 2008. Stockley’s Drug Interactions Eighth Edition. London: Pharmaceutical Press

Devon, M and E. Devon. 2007. Clinical Guideline for Secondary Prevention Management in Stroke. Royal Cornwall Hospital: NHS Trust.

Diener, H.C. 2002. Controversies in Stroke Aspirin Therapy Should Be First-Line Treatment in Secondary Prevention of Stroke—Against. American Heart Association Stroke 2002.33:2138-2139

Dipiro, J. T., B. G. Wells., T. Schwighammer., C. Hamilton. 2009. Pharmacotherapy Handbook A Pathophysiologic Approach., 7th edition. New York: McGraw-Hill.

Dollery, S. C. 1999. Therapeutics Drugs 2nd Edition. New York: Marcel Dekker.

Guidi,E., Enrico E. M. and Maria G. C. 2002. Acute and Long-Term Effects af ACE Inhibition on Renal Haemodynamics in Glomerular and Interstitial Nephropathies. Journal of Renin-Angiotensin-Aldosterone System 2002 3: 40

Head, K.A. 2006. Peripheral Neuropathy: Pathogenic Mechanisms and Alternatives Therapies. Alternative Medicine Review. Vol. 11 No. 4.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Kirshner, H.S. 2009. Secondary Stroke Prevention and the Role Antiplatelet Therapies. Clinical Medicine: Therapeutics 2009: 1 601-612

23

Page 24: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

Lacy, C.F., L.L. Armstrong, M.P. Goldman, and L.L.Lance, 2012. Drug Information Handbook with International Trade Name Index. New York: Lexicomp.Pharmaceuticals Press.

MIMS Petunjuk Konsultasi Indonesia Edisi 2009.

Moreno, S. C., Antonio J. E dan Antonio M. 2009. Stroke: Role of B Vitamins, Homocysteine and Antioxidants. Nutritional Research Reviews, Vol: 22. P. 49-67.

Moreno, S. C., Antonio J. E dan Antonio M. 2009. Stroke: Role of B Vitamins, Homocysteine and Antioxidants. Nutritional Research Reviews, Vol: 22. P. 49-67.

Nice. 2008. Stroke: Diagnosis and Initial Management of Acut Stroke and Transient Ischaemic Attack (TIA). London: National Institute for Health and Clinical Excellence.

Nice. 2010. Clopidogrel and Modified-Release Dipyridamole for the Prevention of Occlusive Vascular Events: London: National Institute for Health and Clinical Excellence.

Ravenni,R. Joe F. J., Edoardo C.,and Alberto M. 2011. Primary stroke prevention and hypertension treatment: which is the first-line strategy? Neurol Int. 2011 July 5;3(2): e12.

Sztriha, L.K., Erika S., Katalin S., dan Laszlo V. 2004. Aspirin and Clopidogrel Resisance. The Journal of the International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine. Vol 5 No.3.

Sweetman, S. C. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference 36th Edition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.

Tatro S. D. 2001. Drug Information Facts Volume 1. California: A Wolters Kluwer Company. P:44.

Toklu, H., Mustafa D., Meral Y., Meral K-U., and Goksel S. 2009. The Protective Effect of Melantonin and Amlodipine Againts Cerebral Ischaemic/Reforfusion_Induced Oxidative Brain Injury in Rats. Marmara Medical Journal 2009; 22 (1); 034-044.

24

Page 25: Analisa Resep Stroke Revisi 2 Juli

Wang, J.G.,Yan L.,Stanley S. F.,and Michel S. 2007. Prevention of Stroke and Myocardial Infarction by Amlodipine and Angiotensin Receptor Blockers. American Heart Association 2007.50:181-188.

25