ANALISA PERBANDINGAN MODEL KERUNTUHAN PROFIL HEXAGONAL DAN CIRCULAR CASTELLATED BEAM DENGAN PROGRAM FEA Nama Mahasiswa : Saidul Ulum NRP : 3112 105 045 Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Budi Suswanto, ST, MT, P.hD Ir. Heppy Kristijanto, MS Abstrak Penggunaan balok baja dengan menggunakan castellated beam selain dapat mengurangi biaya konstruksi dan membuat bahan menjadi lebih ringan jika dibanding dengan profil dengan dimensi yang sama, juga akan membuat momen inersia dan section modulus yang lebih besar, sehingga mampu memikul momen yang lebih besar dan tegangan ijin yang lebih kecil. Tugas Akhir ini difokuskan untuk menganalisa perbandingan model keruntuhan bukaan castellated beam, dengan dua jenis bentuk bukaan yaitu circular dan hexagonal antara solid beam IWF 250.125.6.9, IWF 400.200.8.13 dan IWF 450.200.9.14 yang sebelumnya telah direncanakan menjadi castellated beam. Hasil pemodelan dan analisa keruntuhan balok castellated beam menyimpulkan bahwa balok dengan bukaan hexagonal memiliki kekakuan yang lebih baik dari pada balok dengan bukaan circular pada sampel yang sama, hal ini ditunjukan dengan perbedaan nilai persentase tegangan sebesar 5,126% dan defleksi 7,852% pada balok circular castellated beam. Kata Kunci: model keruntuhan, circular castellated beam, rectangular castellated beam, Program FEA iv
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISA PERBANDINGAN MODEL KERUNTUHAN PROFIL HEXAGONAL DAN CIRCULAR
CASTELLATED BEAM DENGAN PROGRAM FEA Nama Mahasiswa : Saidul Ulum NRP : 3112 105 045 Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Budi Suswanto, ST, MT, P.hD Ir. Heppy Kristijanto, MS Abstrak
Penggunaan balok baja dengan menggunakan castellated beam selain dapat mengurangi biaya konstruksi dan membuat bahan menjadi lebih ringan jika dibanding dengan profil dengan dimensi yang sama, juga akan membuat momen inersia dan section modulus yang lebih besar, sehingga mampu memikul momen yang lebih besar dan tegangan ijin yang lebih kecil. Tugas Akhir ini difokuskan untuk menganalisa perbandingan model keruntuhan bukaan castellated beam, dengan dua jenis bentuk bukaan yaitu circular dan hexagonal antara solid beam IWF 250.125.6.9, IWF 400.200.8.13 dan IWF 450.200.9.14 yang sebelumnya telah direncanakan menjadi castellated beam. Hasil pemodelan dan analisa keruntuhan balok castellated beam menyimpulkan bahwa balok dengan bukaan hexagonal memiliki kekakuan yang lebih baik dari pada balok dengan bukaan circular pada sampel yang sama, hal ini ditunjukan dengan perbedaan nilai persentase tegangan sebesar 5,126% dan defleksi 7,852% pada balok circular castellated beam.
Kata Kunci: model keruntuhan, circular castellated beam, rectangular castellated beam, Program FEA
iv
COMPARATIVE ANALYSIS OF FAILURE MODEL HEXAGONAL AND CIRCULAR CASTELLATED
BEAM PROFILE USING FEA PROGRAM Student Name : Saidul Ulum NRP : 3112 105 045 Major : Teknik Sipil FTSP-ITS Consoller Lecturer : Budi Suswanto, ST, MT, P.hD Ir. Heppy Kristijanto, MS Abstract
The use of steel beams using a castellated beam in addition to reducing the construction cost and make the material becomes lighter when compared to the profiles with the same dimensions, also will make the moment of inertia and section modulus greater, so as to bear a greater moment and the allowable stress smaller. This final project is focused on analyzing of the failure model comparison openings castellated beam, with two types of forms are circular and hexagonal openings between the solid beam IWF 250.125.6, IWF 400.200.8.13 and IWF 450.200.9.14 which previously had been planned to be a castellated beams. The results of the modeling and failure analysis of castellated beams beam concluded that beams with hexagonal openings have better stiffness of the beam with circular openings on the same sampel, it is indicated by the difference of percentage value of the tension is 5.126% and deflection value is 7.852% on the circular castellated beams.
Tabel 4.16 Tabel Kontrol Kekuatan Geser Hexagonal Castellated
Beam
4.3. Penentuan Profil yang Dipakai
Dari ketiga profil solid beam IWF 250.125.6.9, IWF
400.200.8.13 dan IWF 450.200.9.14, setelah direncanakan
menjadi castellated beam dan dilakukan pengontrolan, maka
diperoleh profil castellated beam seperti dibawah ini untuk
dianalisa model keruntuhannya degan program FEA.
Hexagonal Castellated Beam
IWF 350.125.6.9
IWF 560.200.8.13
IWF 630.200.9.14
Circular Castellated beam
IWF 335.125.6.9
IWF 536.200.8.13
IWF 603.200.9.14
57
BAB V
ANALISA KERUNTUHAN DENGAN PROGRAM FEA
5.1. Analisa Pemodelan dengan FEA
Untuk menganalisa perilaku Castellated Beam digunakan
software finite elemen. Pemodelan elemen balok dengan
bentuk yang diinginkan, beserta input data, jenis material,
pola pembebanan, rekatan antar elemen, jenis perletakan dan
meshing element dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
5.1.1. Part
Step ini merupakan pengambaran bentuk awal dari
geometrik elemen dengan menggunakan titik - titik
koordinat dalam penggambaran untuk masing –
masing elemen dengan men-klik Part Manager pada
sampel HCB1.
Wide Flange (WF) dalam desain struktur ini
digunakan profil castellated beam buatan dimensi
Tinggi profil (D) = 350 mm, Lebar profil (B) =
125 mm, tebal sayap profil (tf) = 9 mm, tebal
badan profil (tw) = 6 mm dengan panjang 6000
mm dengan property sebagai profil baja seperti
terlihat pada Gambar 5.1.
58
Gambar 5.1. WF Solid Sebelum Dilubangi
Lubang Castellated dalam desain struktur ini
digunakan dimensi panjang ( ho ) = 200 mm dan
lebar ( ao ) = 215,47 mm.
Gambar 5.2. Lubang Castellated
59
5.1.2. Property
Langkah ini merupakan penentuan jenis material yang
digunakan untuk masing – masing elemen.
Material Manager
Dengan mengisi mass density, elastisitas material
dan plastisitas material.
Density Menu
Mass density untuk baja adalah
523
1070085,7/81,91000000000
/7850 xdtmxmkg
Gambar 5.3 Mass Density
60
Elastic Menu
Modulus Young Baja adalah 200000 Mpa dengan
Poisson ratio = 0,3
Gambar 5.4 Elastic Material
Plastic Menu
Fy = 250 Mpa untuk batas leleh dengan plastic
strain harus dimulai dari 0 Mpa.
Fy = 250 Mpa untuk batas leleh dengan plastic
strain = 0,04 Mpa
61
Gambar 5.5 Plastic Material
Section Manager
62
Gambar 5.6 Section Manager
Section Assignment Manager
Gambar 5.7 Section Assignment Manager
5.1.3. Assembly
Assembly merupakan mengeluarkan yang telah dibuat
sebelum melangkah pada step berikutnya. Dalam
langkah ini dibagi beberapa langkah yaitu:
63
Instance Part
Klik Instance Part, pilihdan apply HCB1 dan lubang
yang terdapat pada pilihan. Pilih independent pada
instance type seperti terlihat pada Gambar 5.8.
Gambar 5.8. Instance Part
Rotate Instance
Pada waktu akan memutar suatu elemen diputar
sebesar 90º harus dilakukan dengan langkah rotate,
dengan men-klik frame lubang yang akan diputar
setelah itu isi start point 0,0,0 dan end point 0,1,0. Hal
ini dikarenakan akan diputar sebesar 90º arah 1 atau y.
Setelah itu masukan sudut yang akan diputar yaitu 90º
seperti terlihat pada Gambar 5.10.
64
Gambar 5.9. Sebelum Diputar
Gambar 5.10. Setelah Diputar
Translate Instance
Lubang yang dipanggil harus digeser sesuai dengan
jarak yang telah ditentukan sebelumnya.dengan men-
klik frame lubang yang akan digeser setelah itu isi
start point 0,0,0 dan end point 0,0,n ( sesuai jarak
yang ditentukan ). Hal ini dikarenakan akan digeser
sepanjang arah Z seperti terlihat pada Gambar 5.11.
65
Gambar 5.11. Instance Part
Merge/Cut Instances
Gambar 5.12. Instance Part
66
5.1.4. Step
Step Manager
Karena balok akan dibebani dengan dengan beban
displacement, maka perlu dibuatkan pembagian
persentase pembebanan. Dalam kasus ini diambil 10
bagian dari mulai 0% - 100% dengan selisih 10%
antara bagian-bagiannya.
Langkah pengerjaannya adalah, kik Step Manager
Create, isikan nama dan pilih Static, General. Lakukan
sampai sepuluh kali.
Gambar 5.13. Step Manager
67
5.1.5. Load
Setelah dilakukan step maka setelah itu sampel
castellated beam diberi beban. Namun sebelum diberi
beban maka perletakkan elemen tersebut harus
diasumsikan sendi – sendi terlebih dahulu seperti
terlihat pada Gambar 5.14.
Gambar 5.14 Perletakan
68
Setelah proses perletakan pada Profil Castellated
Beam, selanjutnya diberi beban Aksial di tengah
bentang pada 10 bagian pembebanan yang telah dibuat
pada langkah step (10%-100%), dengan nilai P
sebagai berikut :
𝑀𝑛 = 76870875 𝑁𝑚𝑚
𝑀 =1
8𝑞 𝑙2 ≫ pada beban terbagi rata
𝑞 =8𝑀
𝑙2=
8×76870875
60002 = 17,08 𝑁/𝑚𝑚
𝑃 =𝑞
𝑏𝑓=
17,08
125= 0,0137 ≫ 𝑃 100%
Tabel 5.1 Nilai Pembebanan
Persentase
PembebananP
10% 0.0137
20% 0.0273
30% 0.0410
40% 0.0547
50% 0.0683
60% 0.0820
70% 0.0957
80% 0.1093
90% 0.1230
100% 0.1367
Keterangan :
qHCB1, qCCB1 = 17,08 N/mm2
qHCB2, qCCB2 = 64,62 N/mm2
qHCB3, qCCB3 = 76,25 N/mm2
69
Gambar 5.15 Pembebanan
5.1.6. Mesh
Setiap part yang terdapat pada struktur harus dibagi
menjadi bagian – bagian kecil – kecil. Hal ini
70
berfungsi untuk menganalisa setiap elemen portal
lebih mendalam seperti terlihat pada Gambar 5.14.
Seed Part
Approximate global size = 50
Gambar 5.16 Seed Part
Seed Edges
Gambar 5.17 Seed Edges
71
Assign Mesh Controls
Gambar 5.18 Assign Mesh Controls
5.1.7. Job
Untuk Mengetahui output elemen, kita harus
menganalisanya terlebih dahulu dengan urutan :
Create
Submit
Monitor
Result
Dapat dilihat pada Gambar 5.19
72
Gambar 5.19 Job
Perlu diketahui, untuk balok dengan bukaan circular
langkah pengerjaannya sama dengan balok bukaan
hexagonal, hanya saja berbeda pada saat membuat
objek bukaan, yaitu bentuknya bulat bukan hexagonal.
73
BAB VI
PERBANDINGAN HASIL ANALISA
6.1. Hasil Output Program Abaqus 6.10
Dari benda uji berupa 3 jenis Balok IWF Castellated
Beam dengan dua bukaan hexagonal dan circular, kemudian
dilakukan analisa menggunakan program FEA untuk
mendapatkan nilai tegangan dan defleksinya.
Pada Castellated Beam nilai tegangan dan defleksi dapat
dilihat pada sumbu local pada elemen tersebut. Warna pada
elemen menunjukkan tegangan yang terjadi pada elemen
tersebut. Semakin warna merah maka menunjukkan bahwa
displacement, tegangan yang terjadi semakin besar.
Untuk titik peninjau keruntuhan diambil pada tengah
bentang diatas lubang kastelasi, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut.
74
Gambar 6.1 Titik Pengambilan Sampel Keruntuhan
Dari program FEA, output yang dihasilkan berupa tegangan
(S33) dan defleksi (U), khusus untuk defleksi akan ditinjau
pada sumbu y (U2), karena pada sumbu y diasumsikan akan
mendapat pengaruh yang paling besar terhadap q ( beban ).
6.1.1. Analisa Tegangan dan Defleksi
1) Sampel HCB1 Vs CCB1
HCB1
Gambar 6.2 Model Keruntuhan Sampel HCB1
75
Tabel 6.1 Nilai Tegangan dan Defleksi Sampel HCB1
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa balok runtuh
pada q = 10,249 N/mm2 dengan nilai defleksi 21,170 mm.
Untuk grafik tegangan dan defleksi dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 6.3 Grafik Beban terhadap Nilai Tegangan
NoPersentase
Pembebanan
q
(N/mm2) Element ID Node Type Tegangan Defleksi
1 0% - 9142 2928 C3D4 0.00 0.000
2 10% 1.708 9142 2928 C3D4 15.20 1.100
3 20% 3.416 9142 2928 C3D4 45.48 3.292
4 30% 5.125 9142 2928 C3D4 90.95 6.584
5 40% 6.833 9142 2928 C3D4 151.63 10.976
6 50% 8.541 9142 2928 C3D4 227.83 16.494
7 60% 10.249 9142 2928 C3D4 250.00 21.170
76
Gambar 6.4 Grafik Beban terhadap Nilai Defleksi
Gambar 6.5 Grafik Nilai Tegangan terhadap Nilai Defleksi
77
CCB1
Gambar 6.6 Model Keruntuhan Sampel CCB1
Tabel 6.2 Nilai Tegangan dan Defleksi Sampel CCB1
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa balok runtuh
pada q = 10,249 N/mm2 dengan nilai defleksi 23,425 mm.
Untuk grafik tegangan dan defleksi dapat dilihat pada
gambar berikut.
NoPersentase
Pembebanan
q
(N/mm2) Element ID Node Type Tegangan Defleksi
1 0% - 4735 3064 C3D4 0.00 0.000
2 10% 1.708 4735 3064 C3D4 16.22 1.203
3 20% 3.416 4735 3064 C3D4 48.53 3.600
4 30% 5.125 4735 3064 C3D4 97.07 7.200
5 40% 6.833 4735 3064 C3D4 161.82 12.003
6 50% 8.541 4735 3064 C3D4 242.65 18.005
7 60% 10.249 4735 3064 C3D4 250.00 23.425
78
Gambar 6.7 Grafik Beban terhadap Nilai Tegangan
Gambar 6.8 Grafik Beban terhadap Nilai Defleksi
79
Gambar 6.9 Grafik Nilai Tegangan terhadap Nilai Defleksi
2) Sampel HCB2 Vs CCB2
HCB2
Gambar 6.10 Model Keruntuhan Sampel HCB2
80
Tabel 6.3 Nilai Tegangan dan Defleksi Sampel HCB2
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa balok runtuh
pada q = 38,773 N/mm2 dengan nilai defleksi 18,880 mm.
Untuk grafik tegangan dan defleksi dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 6.11 Grafik Beban terhadap Nilai Tegangan
NoPersentase
Pembebanan
q
(N/mm2) Element ID Node Type Tegangan Defleksi
1 0% - 11216 4531 C3D4 0.00 0.000
2 10% 6.462 11216 4531 C3D4 15.63 0.886
3 20% 12.924 11216 4531 C3D4 46.88 2.658
4 30% 19.387 11216 4531 C3D4 93.75 5.317
5 40% 25.849 11216 4531 C3D4 156.24 8.914
6 50% 32.311 11216 4531 C3D4 234.43 13.913
7 60% 38.773 11216 4531 C3D4 250.00 18.880
81
Gambar 6.12 Grafik Beban terhadap Nilai Defleksi
Gambar 6.13 Grafik Nilai Tegangan terhadap Nilai Defleksi
82
CCB2
Gambar 6.14 Model Keruntuhan Sampel CCB2
Tabel 6.4 Nilai Tegangan dan Defleksi Sampel CCB2
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa balok runtuh
pada q = 38,773 N/mm2 dengan nilai defleksi 20,090 mm.
Untuk grafik tegangan dan defleksi dapat dilihat pada
gambar berikut.
NoPersentase
Pembebanan
q
(N/mm2) Element ID Node Type tegangan Defleksi
1 0% - 76 4330 C3D4 0.00 0.000
2 10% 6.462 76 4330 C3D4 16.50 0.956
3 20% 12.924 76 4330 C3D4 49.49 2.868
4 30% 19.387 76 4330 C3D4 98.98 5.737
5 40% 25.849 76 4330 C3D4 164.98 9.620
6 50% 32.311 76 4330 C3D4 246.73 15.125
7 60% 38.773 76 4330 C3D4 250.00 20.090
83
Gambar 6.15 Grafik Beban terhadap Nilai Tegangan
Gambar 6.16 Grafik Beban terhadap Nilai Defleksi
84
Gambar 6.17 Grafik Nilai Tegangan terhadap Nilai Defleksi
3) Sampel HCB3 Vs CCB3
HCB3
Gambar 6.18 Model Keruntuhan Sampel HCB3
85
Tabel 6.5 Nilai Tegangan dan Defleksi Sampel HCB3
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa balok runtuh
pada q = 45,750 N/mm2 dengan nilai defleksi 17,093 mm.
Untuk grafik tegangan dan defleksi dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 6.19 Grafik Beban terhadap Nilai Tegangan
NoPersentase
Pembebanan
q
(N/mm2) Element ID Node Type tegangan Defleksi
1 0% - 115 4831 C3D4 0.00 0.000
2 10% 7.625 115 4831 C3D4 14.64 0.749
3 20% 15.250 115 4831 C3D4 43.96 2.248
4 30% 22.875 115 4831 C3D4 87.92 4.499
5 40% 30.500 115 4831 C3D4 146.50 7.572
6 50% 38.125 115 4831 C3D4 219.71 11.932
7 60% 45.750 115 4831 C3D4 250.00 17.093
86
Gambar 6.20 Grafik Beban terhadap Nilai Defleksi
Gambar 6.21 Grafik Nilai Tegangan terhadap Nilai Defleksi
87
CCB3
Gambar 6.22 Model Keruntuhan Sampel CCB3
Tabel 6.6 Nilai Tegangan dan Defleksi Sampel CCB3
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa balok runtuh
pada q = 45,750 N/mm2 dengan nilai defleksi 18,560 mm.
Untuk grafik tegangan dan defleksi dapat dilihat pada
gambar berikut.
NoPersentase
Pembebanan
q
(N/mm2) Element ID Node Type tegangan Defleksi
1 0% - 2481 4578 C3D4 0.00 0.000
2 10% 7.625 2481 4578 C3D4 15.41 0.896
3 20% 15.250 2481 4578 C3D4 46.26 2.691
4 30% 22.875 2481 4578 C3D4 92.53 5.384
5 40% 30.500 2481 4578 C3D4 154.13 9.139
6 50% 38.125 2481 4578 C3D4 229.55 12.357
7 60% 45.750 2481 4578 C3D4 250.00 18.560
88
Gambar 6.23 Grafik Beban terhadap Nilai Tegangan
Gambar 6.24 Grafik Beban terhadap Nilai Defleksi
89
Gambar 6.25 Grafik Nilai Tegangan terhadap Nilai Defleksi
6.2. Perbandingan Tegangan dan Defleksi 3 Sampel Uji
Tabel 6. Nilai Tegangan dan Defleksi Semua Sampel
No Sampel Tegangan
(N/mm2)
Perbeda an
(%)
Defleksi
(mm)
Perbedaan
(%)
1 HCB1 227.829 21.170
2 CCB1 242.652 23.425
3 HCB2 234.434 18.880
4 CCB2 246.725 20.090
5 HCB3 219.710 17.093
6 CCB3 229.551 18.560
Rata - rata 5.126 7.852
6.109
4.982
4.287
9.630
6.023
7.904
90
Tegangan
Gambar 6.26 Grafik Beban terhadap Nilai Tegangan untuk
Semua Sampel
Gambar 6.27 Nilai Tegangan untuk Semua Sampel
91
Defleksi
Gambar 6.28 Grafik Beban terhadap Nilai Defleksi untuk
Semua Sampel
Gambar 6.29 Nilai Defleksi untuk Semua Sampel
92
Tegangan Terhadap Defleksi
Gambar 6.30 Grafik Nilai Tegangan terhadap Nilai Defleksi
untuk Semua Sampel
Gambar 6.31 Nilai Tegangan terhadap Defleksi untuk Semua
Sampel
93
BAB VII ANALISA KERUNTUHAN
DENGAN RUMUS EMPIRIS
7.1. AnalisaTegangan Dapat dikatakan saat balok baik web solid maupun castellated beam mengalami leleh atau runtuh di tengah bentang tepat pada lubang kastelasinya. Secara teorititik di tengah bentang akan mencapai tegangan awal yaitu sebesar 250 MPa, namun sebelum baja leleh. Pada titik tersebut tentunya akan menunjukan tegangan maksimal tertentu. Tegangan tersebutlah yang akan dicari dengan rumus empiris lalu dibandingkan dengan hasil FEA
Keterangan : σ : Tegangan M : Momen yang bekerja pada profil kastela y : jarakdarisumbunetral (h/2) Balok HCB1 Data : h = dg = 350 mm Ix = 82177990 mm M = 84740250 Nmm fy = 250 Mpa
I
hM2
.=σ =
821779902
350 x84740250= 180,46 N/mm2
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 7.1
Data hasil control property pada bab IV
94
Tabel 7.1 Perhitungan Tegangan Castellated Beam
Untuk tegangan sebelum leleh pada hasil FEA digunakan tegangan max.
Tabel 7.2 Perbandingan tegangan rumus empiris dan hasil FEA
Untuk sampel tegangan sebelum runtuh yang terjadi pada FEA dan rumus empiris terjadi perbedaan, karena pada FEA, elemen dianalisa dengan program finite elemen sehingga tiap elemen dipecah menjadi elemen-elemen yang lebih kecil. Hal itu membuat output tegangan elemen akan dianalisa lebih detail sehingga membuat hasilnya lebih besar dari pada rumus empiris.
Tabel 7.4 Perbandingan defleksi rumus empiris dan FEA
Secara garis besar hasil FEA selalu lebih besar, hasil FEA lebih valid karena dalam FEA, elemen dipecah menjadi beberapa bagian lalu tiap elemen akan dianalis oleh program.
f f frata-rata solid castela f ijin f < f ijin
(mm4) ( mm ) ( mm ) ( mm ) ( mm )79,720,434.00 17.539 17.216 18.080 25 ok
MODEL KERUNTUHAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM (HCB1)
Gambar 1 Model Keruntuhan dengan P = 0%
Gambar 2 Model Keruntuhan dengan P = 10%
Gambar 3 Model Keruntuhan dengan P = 30%
Gambar 4 Model Keruntuhan dengan P = 40%
Gambar 5 Model Keruntuhan dengan P = 50%
Gambar 6 Model Keruntuhan dengan P = 60%
MODEL KERUNTUHAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM (CCB1)
Gambar 7 Model Keruntuhan dengan P = 0%
Gambar 8 Model Keruntuhan dengan P = 10%
Gambar 9 Model Keruntuhan dengan P = 30%
Gambar 10 Model Keruntuhan dengan P = 40%
Gambar 11 Model Keruntuhan dengan P = 50%
Gambar 12 Model Keruntuhan dengan P = 60%
MODEL KERUNTUHAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM (HCB2)
Gambar 13 Model Keruntuhan dengan P = 0%
Gambar 14 Model Keruntuhan dengan P = 10%
Gambar 15 Model Keruntuhan dengan P = 30%
Gambar 16 Model Keruntuhan dengan P = 40%
Gambar 17 Model Keruntuhan dengan P = 50%
Gambar 18 Model Keruntuhan dengan P = 60%
MODEL KERUNTUHAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM (CCB2)
Gambar 19 Model Keruntuhan dengan P = 0%
Gambar 20 Model Keruntuhan dengan P = 10%
Gambar 21 Model Keruntuhan dengan P = 30%
Gambar 22 Model Keruntuhan dengan P = 40%
Gambar 23 Model Keruntuhan dengan P = 50%
Gambar 24 Model Keruntuhan dengan P = 60%
MODEL KERUNTUHAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM (HCB3)
Gambar 25 Model Keruntuhan dengan P = 0%
Gambar 26 Model Keruntuhan dengan P = 10%
Gambar 27 Model Keruntuhan dengan P = 30%
Gambar 28 Model Keruntuhan dengan P = 40%
Gambar 29 Model Keruntuhan dengan P = 50%
Gambar 30 Model Keruntuhan dengan P = 60%
MODEL KERUNTUHAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM (CCB3)
Gambar 31 Model Keruntuhan dengan P = 0%
Gambar 32 Model Keruntuhan dengan P = 10%
Gambar 33 Model Keruntuhan dengan P = 30%
Gambar 34 Model Keruntuhan dengan P = 40%
Gambar 35 Model Keruntuhan dengan P = 50%
Gambar 36 Model Keruntuhan dengan P = 60%
xv
BIODATA PENULIS
SAIDUL ULUM Penulis dilahirkan di Sukabumi 15 Mei 1990. Penulis telah menempuh pendidikan formal diantaranya : 1. MI Sukamaju – Sukabumi (1997-2003) 2. MTs Al-Huda Sukabumi (2003-2006) 3. SMK Negeri 1 Sukabumi (2006-2009) Selama menempuh pendidikan di SMKN 1 Sukabumi, penulis
mengambil konsentrasi Teknik Gambar Konstruksi. 4. Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta (2009-2012)
Setelah lulus dari SMKN 1 Sukabumi tahun 2009, penulis menempuh pendidikan di Diploma III Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang sebelumnya masuk melalui jalur PMDK. Pernah Aktif di kegiatan organisasi kampus (BEM Fakultas Teknik Sipil UGM)
Setelah lulus tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada program Lintas Jalur (LJ) Teknik Sipil ITS, dan mengambil konsentrasi struktur pada tugas akhir yang dikerjakannya.