ANALISA PERBANDINGAN METODE PENCATATAN AKUNTANSI TERHADAP LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA (Studi Kasus di YAYASAN MAJU BERSAMA) TUGAS SEMINAR AKUNTANSI Disusun Oleh : RIDWAN 1003020002 PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI POLITEKNIK KENT BOGOR 2012
25
Embed
Analisa Perbandingan Metode Pencatatan Akuntansi Terhadap Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISA PERBANDINGAN METODE PENCATATAN AKUNTANSI
TERHADAP LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA
(Studi Kasus di YAYASAN MAJU BERSAMA)
TUGAS SEMINAR AKUNTANSI
Disusun Oleh :
RIDWAN
1003020002
PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI
POLITEKNIK KENT
BOGOR
2012
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Organisasi Nirlaba
1. Pengertian Organisasi Nirlaba
Wikipedia (2012) mendefinisikan bahwa organisasi nirlaba adalah
suatu organisasi mandiri yang menekankan pada kerja pelayanan sosial
dengan tidak bermaksud untuk menarik keuntungan yang bernilai bisnis
dari usaha yang dilakukan. Organisasi nirlaba merupakan organisasi yang
dikelola swasta dan bersifat mandiri dalam segi pembiayaan dan
pengelolaannya. Kerja pelayaan sosialnya bersifat sukerela karena anggota
dari organisasi ini tidak bersifat mengikat (sukarelawan). Organisasi
Nirlaba menekankan pada pemberian pelayanan pada kepentingan publik.
2. Perbedaan Organisasi Nirlaba dengan Organisasi Laba
Wikipedia (2012) menyatakan bahwa banyak hal yang
membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba).
Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’
organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi
laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya.
Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber
pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber
pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal
penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang
menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur
Pelaksana, sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah
dilakukan.
Organisasi nirlaba membutuhkan pengelolaan yang berbeda
dengan organisasi profit dan pemerintahan. Pengelolaan organisasi nirlaba
dan kriteria-kriteria pencapaian kinerja organisasi tidak berdasar pada
pertimbangan ekonomi semata, tetapi sejauhmana masyarakat yang
dilayaninya diberdayakan sesuai dengan konteks hidup dan potensi-
potensi kemanusiaannya. Sifat sosial dan kemanusiaan sejati merupakan
ciri khas pelayanan organisasi-organisasi nirlaba. Manusia menjadi pusat
sekaligus agen perubahan dan pembaruan masyarakat untuk mengurangi
kemiskinan, menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender, keadilan, dan
kedamaian, bebas dari konfilk dan kekerasan. Kesalahan dan kurang
pengetahuan dalam mengelola organisasi nirlaba, justru akan menjebak
masyarakat hidup dalam kemiskinan, ketidakberdayaan, ketidaksetaraan
gender, konflik dan kekerasan sosial. Pengelolaan organisasi nirlaba,
membutuhkan kepedulian dan integritas pribadi dan organisasi sebagai
agen perubahan masyarakat, serta pemahaman yang komprehensif dengan
memadukan pengalaman-pengalaman konkrit dan teori manajemen yang
handal, unggul dan mumpuni, sebagai hasil dari proses pembelajaran
bersama masyarakat.
Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan
utama antara organisasi nirlaba dan organisasi laba adalah tujuan serta
fungsi organisasi. Berikut merupakan tabel yang menggambarkan
perbedaan tersebut.
Keterangan Organisasi Nirlaba Organisasi Laba
Tujuan Memberikan pelayanan
sosial kepada publik
Untuk memperoleh
keuntungan dari kegiatan
operasional
Fungsi Mengabdi untuk
kepentingan masyarakat
Mendayagunakan serta
meningkatkan sumber
dana dari pemilik
Orientasi Sosial Ekonomi
Kegiatan Pelayanan social Kegiatan eknomi
3. Contoh Organisasi Nirlaba
Berikut adalah contoh-contoh dari organisasi nirlaba (Wikipedia,
2012) :
a. Organisasi Kesejahteraan Sosial Masyarakat
b. Yayasan Sosial : Yatim Piatu, BAZNAS, dll.
c. Yayasan Dana :Pundi Amal SCTV, RCTI Peduli, Dompet Dhuafa, dll.
d. Lembaga Advokasi :Kontras, YLKI, dll.
e. Balai Keselamatan : Tim SAR
f. Konservasi Lingkungan atau Satwa : WALHI, Pro Fauna, dll.
g. Rumah Sakit
h. Organisasi Kesehatan : Yayasan Kanker Indonesia, YCAB, dll.
4. Sumber Pendapatan Organisasi Nirlaba
Pahala Nainggolan (2005) mengemukakan sumber pendapatan bagi
organisasi nirlaba dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Pendapatan tanpa pembatasan atau tidak terikat.
Pendapatan tanpa pembatasan atau tidak terikat misalnya pendapatan
dari unit usaha komersial yang dimiliki, pendapatan dari sumbangan
yang tidak mengikat, penjualan asset dan sejenisnya, pendapatan dari
investasi.
b. Pendapatan dengan pembatasan permanen.
Pendapatan dengan pembatasan permanen misalnya pendapatan berupa
hibah atau grant yang diperoleh dengan mengirimkan proposal
kegiatan yang direncanakan. Bila grant diperoleh, maka harus
digunakan sesuai dengan program yang tercantum dalam proposal tadi.
c. Pendapatan dengan pembatasan sementara atau temporer.
Pendapatan dengan pembatasan sementara atau temporer misalnya
diperoleh dari sumbangan untuk program tertentu, ketika sudah lewat
waktu masih tersedia dananya, maka dapat dialihkan ke kegiatan lain.
B. Akuntansi
American Institute of Certified Public accounting (AICPA) dalam
Baridwan (2010) mendefinisikan akuntansi adalah suatu seni pencatatan,
penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran
moneter transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan
dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.
Syakur (2009) mendefinisikan akuntansi adalah sistem yang mengatur
pencatatan transaksi-transaksi yang telah dilakukan oleh perusahaan hingga
penyusunan laporan keuangan atas transaksi-transaksi tersebut.
Harahap (2011) menjelaskan definisi akuntansi itu suatu akronim,
yang apabila dijabarkan memiliki arti bahwa akuntansi adalah Angka-angka
yang dijadikan dasar pengambilan keputusan, angka itu menyangkut Uang
atau Nilai moneter yang menggambarkan catatan dari Transaksi perusahaan.
Angka itu dapat diAnalisis dan bersifat Netral kepada semua pemakai laporan,
ada unsur Seni karena terdapat berbagai alternatif yang dipilih serta
merupakan Informasi yang sangat diperlukan oleh pemakai untuk mengambil
keputusan.
C. Standar Akuntansi Keuangan
IAI (2012) menerangkan bahwa standar akuntansi keuangan
merupakan pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh badan yang
berwenang. Standar akuntansi keuangan memuat konsep standar dan metode
yang dinyatakan sebagai pedoman umum dalam praktik akuntansi perusahaan
dalam lingkungan tertentu. Standar ini dapat diterapkan sepanjang masih
relevan dengan keadaan perusahaan yang bersangkutan.
Akuntansi Keuangan di Indonesia disusun oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan yaitu IAI. Indonesia juga telah memiliki Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang merupakan konsep
yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para
pemakai eksternal. Jika terdapat pertentangan antara kerangka dasar dan
Standar Akuntansi Keuangan maka ketentuan Standar Akuntansi Keuangan
yang harus diunggulkan relatif terhadap kerangka dasar ini. Karena kerangka
dasar ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Komite Penyusun Standar
Akuntansi Keuangan dalam mengembangkan Standar Akuntansi Keuangan di
masa datang dan dalam peninjauan kembali terhadap Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku, maka banyaknya kasus konflik tersebut akan
berkurang dengan berjalannya waktu.
D. Standar Akuntansi Keuangan Organisasi Nirlaba
Dalam PSAK (2007) dijelaskan bahwa Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 45 merupakan standar khusus untuk organisasi
nirlaba. Karakteristik organisasi nirlaba sangat berbeda dengan organisasi
bisnis yang berorientasi untuk memperoleh laba. Perbedaan terletak pada
cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan
berbagai aktivitas operasionalnya. Organisasi memperoleh sumber daya dari
sumbangan para anggota dan penyumbang lain yang tidak mengharapkan
imbalan apapun dari organisasi yang bersangkutan.
Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba
timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi
dalam organisasi bisnis, contohnya penerimaan sumbangan. Pada beberapa
bentuk organisasi nirlaba meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi
tersebut mencukupi modalnya dari hutang dan mendanai kegiatan
operasionalnya dari pendapatan atas jasa y ang diberikan kepada publik.
Akibatnya pengukuran jumlah, saat dan kepastian aliran pemasukan
kas menjadi ukuran kinerja yang penting bagi para pengguna laporan
keuangan organisasi tersebut, seperti kreditur dan pemasok dana lainnya.
E. Perbedaan Akuntansi Nirlaba dan Akuntansi Komersial
Pahala Nainggolan (2005) menerangkan beberapa perbedaan
mendasar antara organisasi nirlaba dengan organisasi komersial yaitu:
1. Modal atau Kekayaan
2. Keuntungan
3. Pendapatan
4. Biaya
Adapun penjelasan dari perbedaan di atas adalah sebagai berikut:
1. Modal atau Kekayaan
Modal atau kekayaan perusahaan komersial didirikan dengan
tujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Untuk itu seorang atau
lebih bersedia memberikan hartanya sebagai modal awal dalam
perusahaan. Sedangkan organisasi nirlaba bergiat dalam bidang sosial dan
oleh karenannya tidak bertujuan mencari keuantungan. Pendiri yayasan
atau organisasi akan membiayai kegiatan permulaan organisasi. Setelah
organisasi memperoleh badan hukum maka segala kekayaan atau asset
sebagai modal organisasi. Dalam organisasi nirlaba modal dikenal dengan
istilah Aktiva bersih
2. Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh perusahaan komersial dapat diklaim
oleh pemiliknya berdasarkan porsi kepemilikan dalam modal. Dalam
organisasi nirlaba tidak memperbolehkan keuntungan dibagikan kepada
siapapun.
3. Pendapatan
Perusahaan memfokuskan diri pada usaha penciptaan pendapatan
dengan menggunakan sumber daya yang ada (hartanya). Pendapatan yang
diperoleh bisa berasal dari kegiatan yang memang sudah direncanakan
untuk diterjuni atau bahkan datang dari sumber lain yang tidak
direncanakan sebelumnya. Pendapatan pada organisasi nirlaba bervariasi
jauh lebih luas. Pada dasarnya lembaga nirlaba memiliki pendapatan yang
harus dikategorikan berdasarkan ada tidaknya pembatasan atau restriksi
dari sumber pendapatan itu sendiri.
4. Biaya
Pada perusahaan komersial biaya hanya dikategorikan dalam biaya
yang langsung berhubungan dengan produksi barang atau jasa dan biaya
yang tidak langsung berhubungan disebut biaya lain. Sedangkan pada
organisasi nirlaba biaya diklasifikasikan atas biaya yang terkait dengan
program atau kegiatan organisasi sesuai dengan tujuan pendiriannya dan
biaya pendukung bagi kegiatan program.
F. Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
1. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK (2007), tujuan laporan keuangan secara umum
adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan
para penyumbang, anggota organisasi, kreditur, dan pihak lain yang
menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba. Secara rinci, tujuan
laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi mengenai :
a. Jumlah dan sifat aset, kewajiban, dan aset bersih suatu organisasi.
b. Pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai
dan sifat aset bersih.
c. Jenis dan jumlah masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu
periode dan hubungan antara keduanya.
d. Cara suatu organisasi mendapatkan dan membelanjakan kas,
memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya yang
berpengaruh pada likuiditas.
e. Usaha jasa sutu organisasi.
Dalam hal ini pihak pengguna lapopran keuangan organisasi
nirlaba memiliki kepentingan bersama dalam rangka menilai :
a. Jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk
terus memberikan jasa tersebut.
b. Cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari
kinerja mereka.
Sedangkan menurut Financial Accounting Standards Board
(FASB, 1980) mengeluarkan Statements of Financial Accounting
Concepts No. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan keuangan untuk
organisasi nonbisnis/nirlaba (objectives of financial reporting by
nonbusiness organizations). Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba
dalam SFAC 4 tersebut adalah:
a. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan
keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.
b. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon
penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya
dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis
serta kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.
c. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon pe-
nyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam
menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan
tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
d. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban,
datt kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi,
peristiwa dar. kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan
kepentingan sumber daya tersebut.
e. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu
periode. Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan
keadaan/kondisi sumher kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta
informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi secara
bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi yang berguna
untuk menilai kinerja.
f. Memherikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh
dan membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan
pembayaran kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.
g. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai
dalam memahami informasi keuangan yang diberikan.
2. Unsur Laporan Keuangan
Berdasarkan PSAK (2009), unsur laporan keuangan terdiri dari 5,
yaitu:
a. Aset
b. Kewajiban
c. Aset Bersih
d. Pendapatan
e. Beban
3. Komponen Laporan Keuangan
Dalam PSAK (2007) no. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba menerangkan bahwa laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi:
a. Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan merupakan nama lain dari neraca pada
laporan keuangan lembaga komersial. Laporan ini memberikan
informasi mengenai besarnya asset atau harta lembaga dan sumber
perolehan asset tadi (bisa dari hutang atau dari aktiva bersih) pada satu
titik tertentu. Tujuan dari dibuatnya laporan posisi keuangan adalah
sebagai dasar penilaian terhadap :
1) Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara
berkelanjutan; dan
2) Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan memenuhi
kewajiban, dan kenutuhan pendanaan eksternal.
Laporan posisi keuangan mencakup organisasi secara keseluruhan dan
harus menyajikan total aktiva, kewajiban dan aktiva bersih.
b. Laporan Aktivitas
Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat
permanen, terikat temporer dan tidak terikat dalam suatu periode.
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi
mengenai:
1) Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah
dan sifat aktiva bersih.
2) Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain, dan
3) Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai
program atau jasa.
Laporan aktivitas mencakup organisasi secara keseluruhan dan
menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat
temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode. Perubahan aktiva
bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau
ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
c. Laporan Arus Kas
Tujuan umum laporan arus kas adalah menyajikan informasi
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.
Laporan ini digunakan sebagai dasar untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menggunakan arus tersebut. Penilaian penerimaan
dan pengeluaran kas didasari atas tiga macam aktivitas, yaitu :
1) Aktivitas Operasional.
Mencakup penjualan dan pembelian atau produksi barang dan jasa,
termasuk penagihan pelanggan, pembayaran kepada pemasok
atau karyawan dan pembayaran item-item seperti sewa, pajak,
dan bunga.
2) Aktivitas Investasi.
Meliputi pemberian dan penagihan pinjaman, pembelian atau
pewakafan tanah, gedung, dan peralatannya, yakni aktiva yang
digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan bagi masyarakat.
3) Aktivitas Pendanaan.
Aktivitas ini meliputi perolehan sumber daya, pemeberian layanan
kepada masyarakat, peminjaman uang atau membantu masyarakat
yang memerlukan dan membayar kembali jumlah yang dipinjam,
perolehan dan pembayaran sumber –sumber lainnya.
Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas
dengan tambahan berikut ini :
3) Aktivitas pendanaan:
a) Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi
untuk jangka panjang.
b) Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang
penggunaanya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan
pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi
(endowment).
c) Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaanya untuk jangka
panjang.
Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan
pendanaan nonkas: sumbangan berupa bangunan atau aktiva
investasi.
d. Catatan Atas Laporan Keuangan
Merupakan bagian dari laporan keuangan yang tak terpisahkan karena
berisikan penjelasan-penjelasan rinci atas akun-akun dalam laporan
keuangan.
G. Metode Pencatatan Akuntansi
1. Metode Basis Kas
Indra Bastian (2002) menyatakan bahwa basis kas (cash basis)
adalah teknik pencatatan yang mengakui pendapatan pada saat diterimanya
kas dan mengakui belanja atau biaya pada saat dikeluarkannya kas.
Adapun karakteristik cash basis menurut Indra Bastian, adalah
sebagai berikut :
a. Mengukur aliran sumber kas.
b. Transaksi keuangan diakui pada saat uang diterima/dibayarkan .
c. Menunjukkan ketaatan pada batas anggaran belanja dan pada peraturan
lain .
d. Menghasilkan laporan yang kurang komprehensif bagi pengambil
keputusan.
2. Metode Basis Akrual
Indra Bastian (2002) menyatakan bahwa basis akrual (accrual
basis ) adalah teknik pencatatan yang mengakui dan mencatat transaksi
atau kejadian keuangan pada saat terjadi atau pada saat perolehan.
Cara pembukuan accrual basis membukukan pendapatan pada saat
timbulnya hak tanpa memperhatikan kapan penerimaan terjadi, sudah
diterima ataupun belum, serta membukukan pembelanjaan pada saat
kewajiban terjadi tanpa memperhatikan kapan pembayaran dilaksanakan,
sudah atau belum. Accrual basis akan mencakup pencatatan terhadap
transaksi yang terjadi dimasa lalu dan berbagai hak dan kewajiban dimasa
yang akan datang. Accrual basis akan mempunyai atau meliput semua
aktivitas dibandingkan dengan cash basis
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perusahaan
Yayasan maju bersama merupakan sebuah yayasan lembaga swadaya
masyarakat yang didirikan pada tanggal 1 Januari 2011. Yayasan ini
mengkhususkan untuk bergerak dalam bidang pemberdayaan dan peningkatan
profesionalitas usaha kecil menengah (UKM) yang ada disekitar kota Bogor.
Yayasan melihat bahwa banyak UKM yang sesungguhnya memiliki potensi
besar untuk dapat berkembang menjadi sebuah perusahaan yang lebih besar
namun mereka terbentur pada permasalahan sumber daya manusia
(profesionalisme). Permasalahan tersebut masih ditambah dengan kurangnya
jaringan dalam rangka pemasaran produk-produk yang mereka hasilkan.
Selain itu, Yayasan ini juga bertujuan untuk membantu pemerintah dalam
mengurangi jumlah pengangguran dengan jalan mendorong terciptanya UKM-
UKM baru.
Visi; Memberdayakan UKM sebagai penggerak ekonomi mikro.
Misi :
1. Mendorong terciptanya UKM baru.
2. Menigkatkan profesionalitas UKM.
3. Memperkuat jaringan antar sesama UKM.
Untuk menjalankan misi-misinya, yayasan mengembangkan program-