Page 1
ANALISIS SISTEM PENGAPIAN PADA DAIHATSU CLLESY
4K
Disusun dalam rangka menyelesaikan Studi Diplma III
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Disusun oleh:
Nama : Yudi Kurniawan
NIM : 5250302566
Prodi : Teknik Mesin D3/ Pararel B
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
Page 2
ii
ABSTRAK
Supri yuliono. 2005. Analisis sistem pengapian pada Daihatsu Cllesy. Tugas akhir. Teknik Mesin D III. Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Pembakaran pada motor bensin dimulai oleh adanya loncatan bunga api tegangan tinggi yang dihasilkan busi. Untuk itu pada sistem pengapian memerlukan suatu sistem yang dapat menaikan atau meningkatkan tegangan dari baterai agar bisa membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar secara maksimal. Adapun sistem pengapian yang dipakai pada mesin Daihatsu cllesy adalah sistem pengapian baterai konvensional.
Berdasarkan latar belakang tersebut timbul permasalahan sebagai berikut: 1) bagaimana cara kerja sistem pengapian.2 ) cara mengatasi atau memperbaiki kerusakan yang terjadi pada sistem pengapian. 3) dan bagaimana cara perawatannya. Sistem pengapian pada saat breaker poin tertutup adalah saat kontak dihubungkan arus dari baterai mengalir ke teriminal positip primer coil dan arus keluar melalui terminal negatif arus akan mengalir ke breaker poin pada saat breaker poin menutup arus akan dibuang kemassa.
Proses pengapian pda mesin dapat terganggu apabila salah satu dari komponen keterdapatan ada yang mati atau terdapat masalah sehingga kerja mesin tidak bisa maksimal. Gangguan yang sering terjadi pada sistem pengapian mesin Daihatsu cllesy 4K adalah sebagai berikut: 1) tenaga mesin kurang penyebabnya adalah pengapian kurang tepat, kabel tegangan tenggi mengalami kerusakan, busi mengalami kerusakan, kondensor mengalami kerusakan, bagian breaker poin mengalami keausan, ignition coil mengalami kerusakan. 2) mesin hidup tetapi pincang penyebabnya adalah salah satu busi mengalami kerusakan, ignition coil mengalami kerusakan, 3) tenaga mesin kurang penyebabnya adalah ignition coil mengalami kerusakan, ignition advancer mengalami kerusakan, breaker poin mengalami kerusakan, kondensor mengalami kerusakan, kabel tegangan tinggi mengalami kerusakan, pada busi mengalami kerusakan. Gangguan terjadi pada sistem pengapian dapat diatasi dengan jalan memeriksa, menyetel dan apabila kondisi dari sistem pengapian mengalami kerusakan maka komponen tersebut harus diganti sesuai dengan spesifikasi.
Page 3
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipertahankan dan dihadapkan sidang panitian ujian Proyek Akhir
Teknik Mesin D III Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing
Drs. Ramelan,MT NIP. 130529948
Penguji II Penguji I
Dwi Widjanarko, S.Pd, ST, M.T Drs. Suratno NIP. 132093247 NIP. 130368005
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Drs. Pramono Drs. Wirawan S. M.T NIP. 131474226 NIP. 131876223
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik
Prof. Dr. Soesanto NIP. 130875753
Page 4
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Tidak ada yang tidak bisa semua bisa .
2. Yakinkan dirimu dengan semangat pasti.
3. Satu kerjaan Belum cukup, tiga sempurna baru puas .
4. Waskita untuk keberasilan.
PERSEMBAHAN
1. Bapak dan Ibu tercinta.
2. Adikku dan kakak tersayang.
3. Teman-teman satu perjuangan.
4. Semua yang memberi semangat kepadaku.
Page 5
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang
Maha Esa segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan proyek akhir ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Laporan proyek akhir ini disusun setelah menyelesaikan alat proyek akhir.
Laporan proyek akhir ini dapat disusun karena bantuan beberapa pihak oleh
karena itu terselesainnya laporan proyek akhir ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Allah SWT, yang atas rahmat-Nya menyelesaikan tugas akhir.
2. Bapak Drs. Pramono, ketua jurusan teknik mesin.
3. Bapak Drs. Ramelan dosen pembimbing proyek akhir.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan proyek
akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan proyek akhir ini telah jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
penulis dan bagi para pembaca pada umumnya.
Semarang, Januari 2005-06-14
Penulis
Page 6
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
A. Latar Belakang Masalah.................................................................
B. Permasalahan .................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................
D. Manfaat ..........................................................................................
E. Sistematika Penulisan ....................................................................
BAB II SISTEM PENGAPIAN KONFENSIONAL DAIHATSU CLLESY 4K
A. Teori Sistem Pengapian .................................................................
1. Komponen Sistem Pengapian. .................................................
2. Cara Kerja Sistem Pengapian...................................................
B. Analisa dan Perbaikan Sistem Pengapian ......................................
1. Permasalahan ...........................................................................
2. Gejala Yang Nampak ...............................................................
3. Analisa Kerusakan. ..................................................................
Page 7
vii
4. Penanganan Masalah................................................................
5. Hasil Perbaikan ........................................................................
6. Trouble Shoting........................................................................
BAB III PENUTUP .........................................................................................
A. Simpulan ........................................................................................
B. Saran .............................................................................................
Page 8
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu mesin dapat menghasilkan tenaga disebabkan didalam mesin
tersebut terjadi pembakaran. Mesin bertenaga panas menghasilkan
pembakaran yang dirubah menjadi tenaga mekanik, disebut motor bakar.
Motor bakar ada beberapa macam salah satunya adalah motor bensin. Pada
motor bensin energi panas diperoleh dari hasil pembakaran campuran bensin
dan udara di dalam silinder. Proses pembaaran pada motor bensin dimulai
adanya loncatan bunga api.
Beberapa elemen yang sangat penting pada motor bakar yaitu tekanan
kompresi. Ada saat pengapian yang tepat dengan bunga api yang kuat, dapat
membakar campuran bakan bakar dan udara dengan baik.
Untuk menghasilkan loncatan bunga api dibutuhkan bebeerapa
komponen (1) Baterai, (2) Ignitionn coil, (3) Disributor, (4) Centrifugal
governor advancer, (5) Vacuum advancer, (6) Rotor, (7) Distributor cap, (8)
Busi. Yang dapat membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang
bakar.
Semua elemen tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi, untuk
menghasilkan pembakaran yang sempurna sehingga di peroleh daya yang
optimal.
Page 9
2
Sistem pengapian yang digunakan pada mobil Daihatsu Cllesy 4k
adalah sistem pengapian baterai. Sistem pengapian baterai pada umumnya
banyak digunakan pada mobil bensin, karena konstruksi yang sederhana
perawatan dan penangganannya yang lebih mudah. Dengan adanya kontruksi
yang sederhana kemungkinan terjadi kerusakan pada sistem pengapian, maka
penulis mencoba menganalisis dan mengatas sistem pengapian dengan alasan
sebagai berikut:
1. Memahami lebih dalam sistem pengapian pada mesin Daihatsu Cllesy 4k.
2. Sistem pengapian merupakan salah satu dari sistem kelistrikan mesin yang
paling utama pada motor bensin.
B. Permasalahan
Dari proyek akhir yang diajukan, untuk mempelajari lebih dalam
tentang sistem pengapian dan gangguan yang terjadi pada mobil Daihatsu C.
Meliputi gangguan pada: busi, kabel tegangan tinggi, ignition advancer,
kondensor, ignition coil, breaker point, maka penulis membatasi
permasalahan dengan judul sistem pengapian pada Daihatsu Cllesy 4K.
Berdasarkan uraian diatas permasalahan yang perlu di perhatikan
dalam sistem pengapian pada mesin Toyota Kijang 4K adalah sebagai berikut:
a. Kontruksi dan cara kerja sistem pengapian yang digunakan pada mesin
Daihatsu Cllesy 5K.
Page 10
3
b. Memahami kerusakan yang sering terjadi pada komponen sistem
pengapian pada Toyota Kijang seperti: ignition coil, distributor, busi,
platina.
c. Cara mengatasi atau memperbaiki kerusakan yang terjadi pda komponen-
komponenn pada Daihatsu Cllesy 4K.
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam pembahasan sistem
pengapian baterai pada mesin Daihatsu Cllesy 4K.
a. Dapat memahami prinsip kerja dan mengenal komponen-komponen
sistem pengapian pada Daihatsu Cllesy 4K.
b. Dapat melakukan pengamatan komponen-komponen secara langsung dan
membongkar serta merakit kembali komponen yang terdapat pada sistem
pengapian baterai pada mesin Daihatsu Clelsy 4K.
c. Dapat mengetahui dan cara mengatasi gangguan kerusakan sistem
pengapian pada Daihatsu Cllesy 4K.
D. Manfaat
Manfaat yang diambil dari pembahasan sistem pengapian baterai pada
Daihatsu Cllesy 4K yaitu:
a. Dapat membantu menigkatkan pemahaman tentang sistem pengapian yang
digunakan pada Daihatsu Cllesy 4K.
b. Dapat memahami prinisp kerja dan mengenal komponen-komponen
sistem pengapian Daihatsu Cllesy 4K
c. Dapat memperbaiki apabila terdapat kerusakan pada Daihatsu Cllesy 4K.
Page 11
4
E. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dalam sistematika
penulisan laporan proyek akhir ini. Maka secara garis besar sistematika
penulisan proyek akhir di bagi menjadi tiga bagian yaitu: bagian awal dan
bagian akhir.
Bagian awal penulisan proyek akhir terdiri dari: halaman judul,
abstrak, halaman pengesahan, halaman motto dan halaman persembahan, kata
pengantar, daftar isi dan daftar gambar.
Bagian isi penulisan proyek akhir terdiri dari: Bab I pendhuluan yang
berisi tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan proyek akhir,
manfaat proyek akhir dan sistematikan penulisan. Bab II kajian teori yang
berisi tentang pengertian tentang kontroksi mesin bensin dan cara kerja sistem
pengapian yang bekerja pada mobil Dahatsu Cllesy 4K. Serta analisa
kerusakan yang terdiri pada sistem pengapian dan cara mengatasi kerusakan
berdasarkan analisis dari kerusakan komponen-kompenen sistem pengapian.
Prinsip pembangkit tegangan tinggi adalah: ignition coil, baterai,
distributor, kabel tegangan tinggi, busi, serta sistem kerja pengapian baterai
dan cara mengatasi sistem pengapian baterai pada Daihatsu Cllesy 4K. Bab
III penutup yang meliputi simpulan dan saran. Bagian yang paling akhir
laporan ini daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
Page 12
5
BAB II
SISTEM PENGAPIAN KONVESIONAL DAIHATSU CLLESY 4K
A. Teori Sistem Pengajaran
Sistem kelistrikan mesin merupakan sistem otomasi yang
dipergunakan untuk menghidupkan mesin dan mempertahankan agar mesin
tersebut dalam keadaan hidup. Bagian-bagiannya terdiri dari baterai yang
mensuplai listrik kekomponen listrik lainnya, sistem pengisian yang
mensuplai listrik ke baterai, sistem starter yang memutarkan mesin pertama
kali, sistem pengapian membakar bahan bakar dalam ruang bakar yang dihisap
ke dalam silinder.
Pada motor bensin gas yang masuk ke dalam silinder adalah campuran
antara udara dan bensin, campuran ini selanjutnya dibakar untuk
menghasilkan tekanan pembakaran yang nantinya dirubah menjadi daya
mekanis. Sistem yang digunakan adalah sistem pengapian listrik, dimana
untuk menghasilkan percikan api digunakan tegangan listrik sebagai
pemercik. Karena pada motor bensin proses pembakaran dimulai oleh
loncatan api tegangan tinggi yang dihasilkan oleh busi, beberapa metode
diperlukan untuk menghasilkan arus tegangan tinggi yang diperlukan.
Sistem pengapian (Ignition System) pada mobil berfungsi untuk
menaikkan tegangan rendah baterai menjadi 20 KV atau lebih dengan
mempergunakan ignition coil dan kemudian membagi-bagikan tegangan
tinggi tersebut kemasing-masing busi melalui distributor tegangan tinggi.
Sistem pengapian terdiri dari baterai, kunci kontak, ignition coil, distributor,
Page 13
6
kabel tegangan tinggi dan busi. Macam-macam sistem pengapian ada 2 yaitu
sebagai berikut ;
1. Sistem pengapian lebih konvensional.
2. Sistem pengapian transistor.
1. Komponen Sistem Pengapian
a. Baterai
Komponen ini berfungsi menyediakan arus tegangan rendah
12 Volt untuk ignition coil. Baterai ialah elektrokimia yang dibuat
untuk mensuplai listrik ke sistem starter mesin, sistem pengapian,
lampu-lampu, dan komponen lainnya. Alat ini menyimpan energi
listrik dalam bentuk energi kimia yang dikeluarkan bila diperlukan
dan mensuplainya ke masing-masing sistem kelistrikan. Siklus
pengisian dan pengeluaran terjadi secara terus menerus.
1) Kontruksi Baterai.
Di dalam baterai terdapat elektrolit asam sulfat elektroda
positif dan elektroda negatif dalam bentuk pelat. Ruangan
dalamnya dibagi menjadi beberapa sel dan di dalam masing-
masing sel terdapat beberapa elemen yang terendam dalam
elektrolit.
a) Elemen Baterai.
Antar pelat-pelat positif dan negatif masing-masing
dihubungkan oleh pelat strap. Ikatan pelat positif dan negatif
dipasang secara berselang-seling yang dibatasi oleh separator
Page 14
7
dan fiberglass, penyusunan pelat ini tujuannya memperbesar
luas singgungan antara bahan aktif dan elektrolit agar listrik
yang dihasilkan besar.
Gambar 5. Elemen Baterai
b) Elektrolit.
Elektrolit baterai adalah larutan asam sulfat dengan air
sulingan, berat jenis elektrolit pada baterai dalam keadaan
terisi penuh adalah 1.260 atau 1.280 (pada temperatur 20º C).
Elektrolit yang berat jenisnya 1.260 mengandung 65% air
sulingan dan 35% asam sulfat, sedangkan elektrolit yang berat
jenisnya 1.280 mengandung 63% air dan 37% asam sulfat.
Gambar. 6 Pengukuran Elektrolit
Page 15
8
c) Kotak Baterai.
Kotak baterai di dalamnya dibagi menjadi 6 ruangan
atau sel, di dalamnya terdapat tanda permukaan atas dan
bawah. Posisi pelat ditinggikan dari dasar dan diberi penyekat,
tujuannya agar tidak terjadi hubungan singkat.
Gambar. 7 Kotak Baterai
d) Sumbat Ventilasi.
Sumbat ventilasi adalah tutup untuk lubang pengisian
elektrolit, bertujuan untuk memisahkan gasa hydrogen keluar
lewat lubang ventilasi sedangkan uap asam sulfat mengembun
pada tepi ventilasi dan menetes kembali ke bawah.
Gambar.8 sumbat ventilasi
Page 16
9
b. Kunci Kontak
Pada sistem pengapian kunci kontak berfungsi
menghubungkan dan memutuskan aliran arus listrik dari baterai ke
ignition coil.
Gambar. 9 Kontak Kunci.
c. Ignition Coil
Pada sistem ini, ignition coil berfungsi untuk menaikan
tegangan (12 V) menjadi tegangan tinggi (15 KV sampai 20 KV) yang
diperlukan untuk pengapian. Untuk mempertinggi tegangan rendah
tersebut pada ignition coil terdapat 2 kumparan yaitu;
1) Kumparan Primer (Primary Coil).
Kumparan ini berfungsi menciptakan medan magnet pada
ignition coil agar timbul induksi pada kumparan-kumparannya.
Ciri kumparan primer adalah kumparan yang mempunyai
penampang yang besar dan gulungannya sedikit.
2) Kumparan Skunder (Secondary Coil).
Kumparan ini berfungsi untuk menambah induksi menjadi
tegangan tinggi yang selanjutnya dialirkan ke busi menjadi
Page 17
10
perciban api. Ciri dari kumparan skunder ialah kumparan yang
mempunyai penampang kecil dan gulungan yang sangat banyak.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.
Gambar 10. Penampang Ingnition
1) Macam-macam Ignition Coil.
Pada kendaraan Daihatsu umumnya menggunakan 2 macam
ignition coil ;
a) Ignition Coil Biasa.
Umumnya dipakai kendaraan Daihatsu model lama dengan
ciri-ciri sebagai berikut;
(1) Pada bagian ebonitnya hanya bertuliskan 12 V saja.
(2) Harga tahanan kumparan primer sekitar 3 ohm.
b) Ignition Coil External Resistor.
Dipakai pada kendaraan Toyota model terakhir dengan
ciri-ciri sebagai berikut;
(1) Pada bagian ebonitnya bertuliskan 12 V.R dimana R berarti
dengan external resistor.
Page 18
11
(2) Mempunyai tambahan resistor yang disebut external resistor
dengan harga tahanan +/ - 1,4 ohm.
(3) Harga tahanan dari kumparan primernya +/ - 1,4 ohm.
2) Kunci Iginition Coil
Inti besi (core) yang dikelilingi oleh kumparan terbuat dari
baja silikon tipis yang digulung ketat. Kumparan sekunder terbuat dari
kawat tembaga tipis (0,5-1,0 mm) yang digulung 15.000 sampai
30.000 kali pada inti besi, sedangkan kumparan sekunder terbuat dari
kawat tembaga yang relatif tebal (0,5- 1,0 mm) yang digulung 150
sampai 300 kali lilitan mengelilingi kumparan sekunder. Ruangan
kosong di dalam tabung kumparan diisi dengan minyak atau campuran
penyekat untuk menambah daya tahan terhadap panas. Salah satu
ujung dari kumparan primer dihubungan dengan terminal negatif
primer, sedang ujung yang lain dihubungkan dengan terminal positif
primer. Kumparan sekunder dihubungkan denga cara yang serupa,
dimana salah satu ujungnya dihubungkan dengan kumparan primer
lewat terminal positif primer sedang ujung yang lain dihubungan kan
dengan terminal tegangan tinggi melalui sebuah pegas. Kedua
kumparan digulung dengan cara yang sama dengan kumparan primer
berada pada bagian luar.
3) Teori terjadinya tegangan tinggi
Tegangan yang terjadi pada kumparan ingnition coil
berdasarkan prinsip mutual induksi/ induksi bersama. Apabila pada
Page 19
12
sebatang besi dililitkan kawat halus sehingga menjadi sebuah
kumparan, kemudian dialiri arus listrik, maka pada inti besi tersebut
akan terjadi kemagnetan dengan garis gayanya.
Gambar. 11 Teori terjadinya kemagnetan
Kekuatan magnet yang terjadi pada inti besi tergantung dari 2
faktor yaitu; banyaknya gulungan kumparan dan besar arus yang
mengalir pada kumparan tersebut, dan dapat dinyatakan sebagai
berikut:
mmf = N . I , atau
mmf = gulungan x amper
mmf = amper gulung (AG)
mmf = kekuatan magnet / flux magnet (weber)
Kekuatan pada magnet dinyatakan dengan flux magnet dengan
satuan weber atau maxwel. Selanjutnya jika titik kontak membuka,
arus listrik yang mengalir dari baterai akan terputus, tetapi garis gaya
magnet yang timbul pada inti besi cenderung untuk meneruskan aliran
arus listrik tersebut. Kecenderungan garis gaya magnet untuk
meneruskan aliran arus listrik akan menyebabkan timbulnya arus
Creation of Magnetic Fied
Battery
Magnetic field
Comment
Page 20
13
listrik pada kumparan walaupun arus listrik pada baterai sudah tidak
mengalir. Kejadian ini dikatakan kumparan terinduksi oleh garis gaya
magnet yang hilang karena hanya kumparan itu yang terinduksi maka
disebut induksi sendiri (Self Induksion)
a) Besar tegangan induksi
Besarnya tegangan induksi diperngaruhi oleh tiga faktor
utama yaitu banyaknya gulungan, besarnya perubahan garis gaya
magnet dan waktu terjadinya garis gaya magnet, dan dapat
dituliskan sebagai berikut:
Voltdtd.Ne φ
=
dimana:
e = Tegangan induksi (volt)
N = Jumlah gulungan
dφ = Besarnya perubahan garis gaya magnet (weber)
dt = Perubahan (detik)
Sedangkan garis gaya magnet yang diciptakan oleh kekuatan
magnet listrik:
)weber(R1N
=φ
N = jumlah gulungan
I = besar arus listrik yang mengalir pada kumparan (amper)
R = Reluktansi manget (Bilangan yang menyatakan besar
aper gulung yang dapat menjadi garis gaya magnet)
Page 21
14
Bila;
RNl
=φ : Maka Rdl.Nd =φ Atau dl.
RNd =φ
Bila persamaan di atas dimasukan dalam persamaan tegangan
induksi maka:
e = dtdN φ
e =dtdl.
RNN
e = dtdl.
RN2
(volt)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa;
(1) Besarnya tegangan induksi sebanding dengan jumlah gulungan
dan kecepatan perubahan garis gaya magnet (dtdφ ).
(2) Besarnya tegangan induksi tergantung dari jumlah gulungan
dan perubahan kecepatan arus listrik (dtdl ) pada saat titik
kontak dibuka.
b) Tegangan tinggi pada kumparan skunder.
Suatu inti besi dililitkan suatu kumparan dimana pada
kumparan tersebut dialirkan arus listrik yang selanjutnya arus
listrik diputus, maka akan terjadi tegangan induksi pada kumparan
tersebut, ini disebut induksi sendiri. Apabila pada inti besi tersebut
dililitkan dua buah kumparan primer dan skunder, pada kumparan
primer dialiri arus listrik dan arus listrik tersebut diputus maka
Page 22
15
akan terjadi induksi, tidak hanya pada kumparan primer tetapi juga
pada kumparan skunder. Oleh karena tegangan induksi terjadi pada
kedua kumparan tersebut secara bersamaan maka peristiwa
tersebut dikenal dengan sebutan “induksi bersama”.
Besar tegangan induksi pada kumparan skunder tergantung
dari perbandingan antara kumparan skunder dengan kumparan
primer dan besar dari tegangan induksi pada kumparan primer,
hubungan ini dapat dituliskan sebagai berikut;
S
S
P
P
NE
NE
=
Jadi besarnya tegangan induksi pada kumparan skunder adalah;
i
SPS N
NEE = (volt)
dimana;
Ep = Tegangan induksi pada kumparan primer (Volt)
Es = Tegangan induksi pada kumparan skunder (Volt)
Np = jumlah lilitan pada kumparan primer
Ns = jumlah lilitan pada kumparan skunder
P
S
NN = perbandingan gulungan antara kumparan skunder dengan
kumparan sekunder.
Gambar. 12. induksi bersama
Page 23
16
c) Hal-hal yang mempengaruhi besar kecilnya tegangan induksi
Pada ignition coil perbandingan gulungan antara kumparan
primer dengan kumparan skunder besarnya tetap karena jumlah
gulungan masing-masing kumparan adalah tetap. Untuk
mendapatkan tegangan induksi yang tinggi pada kumparan
sekunder, itu dapat memanfaatkan besar dari tegangan induksi
pada kumparan primer.
Hal-hal mempengaruhinya sebagai berikut;
(1) Pengaruh pembentukan magnet pada inti besi dari kumparan
primer.
Pembentukan magnet pada inti besi dikarenakan
adanya arus listrik yang mengalir dari baterai pada kumparan
primer. Kekuatan magnet tergantung dari;
(a) Banyaknya gulungan
(b) Harga tahanan dari gulungan
(c) Lamanya titik kontak tertutup
(a) Pengaruh banyaknya gulungan
Kekuatan magnet listrik dapat dinyatakan dalam
suatu perkalian antara jumlah gulungan dengan besar
jumlah arus listrik yang mengalir pada kumparan tersebut.
Apabila jumlah gulungan dari kumparan primer sangat
banyak maka kekuatan magnetnya akan menjadi sangat
besar atau sebaliknya.
Page 24
17
(b) Pengaruh harga tahanan dari gulungan
Semakin besar harga tahanan dari gulungan maka
akan semakin kecil arus yang dapat mengalir pada
kumparan tersebut. Hal ini menyebabkan semakin kecil
harga kekuatan magnetnya, untuk itu pada kumparan
dibuatkan dari kawat yang besar agar harga tahanannya
kecil.
Harga tahanan kumparan dapat dinyatakan sebagai berikut;
ALR ρ
=
dimana;
R = harga tahanan gulungan (ohm)
ρ = harga tahanan jenis kawat gulungan (ohm meter)
L = panjang kawat gulungan (meter)
A = luas penampang kawat (m2)
Jadi untuk mendapatkan harga tahanan yang kecil
pada jumlah gulungan yang banyak atau pada panjang
kawat yang panjang, besar penampang kawat harus sebesar
mungkin.
(c) Pengaruh lamanya titik kontak tertutup
Arus listrik yang mengalir pada kumparan primer 4
ampere, pada saat titik kontak mulai menutup arus listrik
tidak dapat mencapai 4 ampere yang mengalir kekumparan
Page 25
18
untuk membuat kemagnetan pada inti besi karena adanya
hambatan tegangan balik atau “Back electromotive force”.
GAMBAR. 13 Tegangan Balik Pada Kumparan
Gambar di atas memperlihatkan titik kontak mulai
tertutup, harga tegangan balik adalah maksimum, sehingga
arus listrik sama sekali belum dapat mengalir.
Arus listrik mengalir lambat laun menjadi besar setelah
beberapa saat yang disebabkan oleh tegangan balik yang
lambat laun mencapai harga 0. Pengaruh waktu dari posisi
titik kontak terrtutup dapat dinyatakan sebagai berikut;
)i(REl Rt
t−−= l
dimana;
It = besar arus yang mengalir pada saat titik kontak
tertutup dengan jumlah waktu t detik (ampere)
BACK ELECTROMOTIVE FORCE
Time
Back Electromotive Force
Comment
Saluration current
Page 26
19
RE = besar arus listrik maksimum yang dapat mengalir
pada kumparan (ampere)
l = bilangan napier (2,718)
t = waktu menutupnya kontak point (detik)
R = harga tahanan kumparan (ohm)
L = harga induktansi dari kumparan yang dipengaruhi oleh
faktor N2 (henry)
(2) Pengaruh jumlah gulungan terdapat waktu pengaliran arus
listrik pada kumparan.
Semakin banyak gulungan pada kumparan primer
maka akan semakin besar kekuatan magnetnya dan akan
semakin besar induksi yang terjadi pada kumparan tersebut.
Sebaliknya semakin banyak gulungan maka akan semakin
besar harga tahanannya dan semakin kecil arus yang mengalir
pada kumparan yang selanjutnya akan menurunkan harga
kemagnetannya.
Harga t dapat dicari dengan;
t = RL (detik)
dimana;
Bila L besar maka t akan besar atau sebaliknya bila R besar
maka t akan kecil atau sebaliknya.
Page 27
20
Agar menghasilkan arus arus listrik mengalir dengan
cepat maka jumlah lilitan pada iginnition coil dikurangi dan
penampang dibuat lebih besar agar arus yang mngalir juga
besar.
Gambar 14 Kurva perbandingan kesepatan arus
mengalir.
(3) Pengaruh kecepatan pemutusan arus pada kumparan primer.
Pembentukan arus induksi ialah pada saat arus yang
mengalir dari baterai kekumparan primer diputuskan sehingga
terjadi perubahan kemangnetan pada inti besi yang selanjutnya
akan menginduksi kumparan tersebut. Tegangan yang timbul
dari induksi ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
dtdNE Φ
=
dtdlLE =
dtdl.
RNE =
dimana:
L = induktansi pada kumparan primer
Page 28
21
N = jumlah gulungan kumparan primer
R = rekuktansi dari inti besi
dtdl = kecepatan pemutusan arus pada kumparan primer.
Faktor dtdl sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan
tegangan induksi, bila harganya besar maka hasil tegangan
induksinya juga besar.
(4) Pengaruh CDA terhadap pembentukan tegangang tinggi
Cam Dwell Angel (CDA) adalah sudut dimana titik
kontak dalam keadaan tertutup atau sudut yang dibentuk oleh
titik kontak saat mulai tertutup sampai mulai terbuka. Apabila
CDAnya lebih kucil maka menutupnya titik kontak akan lebih
singkat, akibatnya arus yang mengalir pada kumparan primer
semakin kecil dan tegangan induksi yang dihasilkan akan lebih
kecil dari 300 vikt. Sebaliknya apabila CDAnya terlalu besar
arus yang mengalir cukup besar dan lebih lama sehingga akan
menaikan temperatur kumparan primer serta ini besinya,
sehingga menurunkan tegangan induksi yang diakibatkan oleh
menurunnya harga kekuatan magnet. Jadi harga CDA
sebaiknya mengikuti spesifik pabrik
(5) Pengaruh putaran tinggi (rpm) terhadap pembentukan tegangan
tinggi
Page 29
22
Penurunan tegangan tinggi pada saat putaran maksimal
masih di atas dari tegangan missfiring, jika faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan tegangan induksi masih dalam
batas-batas yang ideal.
(a) pemakaian ignition col yang sesuai.
(b) Pemakaian kondenser yang sesuai.
(c) Penyetelan CDA yang sesuai.
(d) Penyetelan gap busi yang sesuai.
(e) Pemakaian kabel tegangan tinggi yang sesuai.
d. Distributor
Pada sistem pengapian, distrubutor berfungsi sebagai alat
untuk membagi-bagikan tegangan tinggi yang diperoleh dari ignition
coil ke busi yang terdapat pada tiap silinder.
Fungsi distributor dapat dibagi dalam 4 bagian yaitu:
1) Bagian Pemutus Arus
Pada bagian ini terdiri dari breaker ppint (contact point),
cam lobe (nok), dan kondeser.
a) Breaker Point
Fungsi breaker point adalah untuk memutuskan arus l
istrik dan menghubungkannya dari kumparan primer coil ke
masa agar terjadi induksi pada kumparan sekunder koil.
Induksi terjadi saat breaker point membuka atau menutup.
Page 30
23
b) Cam Lobe (nok)
Fungsi cam lobe untuk mengungkit breaker point agar
dapat memutus dan menghubungkan arus listrik pada
kumparan primer coil. Untuk mempermudah pengukuran celah
point maka pengukuran dilakukan antara tumit breaker point
dengan permukaan celah cam lobe yang rata.
Gambar. 15 Breaker Point dan cam lobe
2) Kondensor
Kondensor berfungsi untuk menghilangkan atau mencegah
terjadinya loncatan bunga api pada breaker point. Kemampuan
dari suatu kondenser ditunjukkan dengan seberapa besar
kapasitasnya, kapasitas kondenser diukur dalam mikro farad (μ f).
Contoh kondenser:
(a) kondenser dengan warna kabel hijau, kapasitasnya 0, 15 μ f
(b) kondenser dengan warna kabel kuning, kapasitasnya 0, 22 μ f
(c) kondenser dengan warna kabel biru, kapasitasnya 0, 25 μ f
dalam sistem penyalaan fungsi kondeser (Sumadi, 1979:93)
sebagai berikut:
Page 31
24
(a) Untuk mencegah timbulnya bunga api pada kontak pemutus
arus sewaktu mulai membuka.
(b) Untuk mendapatkan arus induksi tegangan tinggi yang sebesar-
besarnya di dalam kumparan sekunder, sehingga bunga api
pada busi juga besar.
(c) Mempercepat tegangan arus primer menjadi penuh kembali
sewaktu kontak pemutus arus telah menutup
Gambar 16. Kontruksi kondenser
3) Bagian distributor
Bagian-bagian ini berfungsi membagi-bagikan arus
tegangan tinggi yang dihasilkan oleh kumparan sekunder coil ke
busi pada tiap-tiap silinder sesuai dengan urutan pengapian.
Bagian ini terdiri dari tutup distributor dan rotor.
a) Tutup distributor
Fungsinya untuk menempatkan terminal-terminal
tegangan tinggi dimana jumlah dari terminalnya sama dengan
jumlah silinder ditambah satu. Tutup distributor dibuat dari
bahan ebonit yang dapat menahan bocornya tegangan tinggi
dari terminal keluar.
Page 32
25
b) Rotor Distributor
Rotor berfungsi untuk meneruskan tegangan tinggi dari
terminal ignition coil ke terminal busi pada tutup distributor.
Bahan dari rotor ini sama dengan bahan tutup distributor.
Gambar 17 tutup distributor dan rotor
4) Bagian Governor Advencer.
Bagian ini berfungsi untuk memajukan saat pengapian
sesuai dengan pertambahan putaran mesin, bagian ini terdiri dari
governor weight dan governor spring. Prinsip kerja governor
advancer ini memanfaatkan kecepatan putar pada suatu benda
yang selanjutnya timbul gaya senrifugal karena kecepatan putar
dan masa dari benda yang berputar tersebut. Gaya sentrifugal ini
selanjutnya digunakan untuk merubah posisi hubungan (cam lobe)
yang akan membuka breaker point lebih awal dibandingkan pada
waktu putaran lambat.
Pemajuan pengapian perubahan besar pada putara mesin
saat berada pada putaran lambat sampai putaran sedang. Hal ini
keepatan perambatan api pada putaran lambat hampir sama dengan
putaran sedang sehingga bila terjadi kenaikan atau perubahan
Page 33
26
kecepatan putaran saat pengapian harus segera naik atau lebih
awal. Untuk mengikuti karakteristik tersebut maka bentuk pegas
pada governor weight dibedakan, dimana yang satu bekerja pada
putaran rendah sampai tinggi dan yang satu lagi khusus bekerja
pada putaran sedang sampai tinggi.
Gambar. 18 Kerja governor weight dan spring
5) Bagian Vakum Advancer
Vakum advancer berfungsi untuk memudurkan atau
memajukan saat pengapian pada saat beban mesin bertambah atau
berkurang. Prinsip kerjanya berdasarkan kevakurman yang terjadi
pada saat lubang di atas throtle valve (tratle valve tertutup) yang
selanjutnya dirubah menjadi gaya tarik pada diafragma dan gaya
tarik tersebut diteruskan untuk menggerakan breaker plate dengan
gerakan putar yang berlawanan dengan putaran bungbungan (cam
lobe). Besarnya sudut putar breaker plate tergantung dari
besarnya pergeseran dari batang penarik yang dihubungkan
kediafragma. Besarnya batang penarik dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut:
A x P = K x l
Page 34
27
L = K
AxP
Dimana:
A = luas diafragma yang terkena vakum
P = tekanan vakum
K = konstanta pegas pembalik
I = besarnya pereseran batang penarik
Besarnya kavakuman pada ruang diafragma
P = 2V.21 ρ
Dimana:
P = kerapatan dari campuran yang mengalir melewati throtle
valve .
N = kecepatan udara pada daerah antara thotle valve dengan
lubang yang dihubungkan ke vakum advancer.
Harga V tergantung dari jumlah udara yang mengalir
melewati throtle valve, dan besar penampang laluan dari udara
yang mengalir yaitu celah antara thotle dengan bodi. Menurut
hukum kontinuitas (Toyota, 1990. 7-12):
Q = A x V
Q = jumlah udara yang melalui throtle vavle tergantung dari
mesin.
Page 35
28
Gambar. 19 vakum advancer
e. Kabel Tegangan Tinggi
Kabel tegangan tinggi pada sistem pengapian mempunyai
fungsi sebagai penghantar tegangan tinggi yang dihasilkan ignition
coil ke busi-busi melalui distributor tanpa ada kebocoran. Kabel
tegangan tinggi mempunyai bagian sebagai berikut:
1) Penghantar (conduktor)
Bahannya terbuat dari carbon dan fiberglass.
2) Insulator
Insulator ini terbuat dari stnthetic rubber yang membalut
conduktor setebal 1, 2 mm
3) Pembungkus (cover)
Untuk memperkuat insulator kabel dilapisi dengan synthetic ruber
setebal 0,5 mm
f. Busi
Arus listrik tegangan tinggi dari distributor membangkitkan
bunga api dengan temperatur tinggi diantara elektroda tengah dan
masa dari busi untuk membakar campuran bahan bakar yang telah
Page 36
29
dikopresiakan. Busi harus bisa menjaga kemampuan penyalaan untuk
jangka waktu yang lama, meskipun mengalami temperatur tinggi dan
perubahan tekanan dan menjaga tahanan insulator dari tegangan tinggi
antara 10 kV sampai 30kV. Untuk itu busi harus mempunyai syarat
sebagai berikut:
1) Harus dapat merubah tegangan tinggi menjadi loncatan bunga
api pada elektrodanya.
2) Harus tahan terhadap suhu pembakaran gas yang tinggi
sehingga busi tidak terbakar elektrodanya.
3) Harus tidak terjadi deposit karbon atau busi harus tetap bersih.
1) Kontruksi
Komponen utama busi yaitu:
a) Insulator Keramik
Insulator keramik berfungsi untuk memegang elektroda
tengah dan berguna sebagai insilator antara elektorda tengah
dan casing. Insulator terbuat dari alumunium murni yang
mempunyai daya tahan yang baik kekuatan mekaniknya.
b) Casing
Casing berfungsi untuk menyangga insulator keramik
dan juga sebagai mounting busi terhadap mesin.
c) Elektroda Tengah
Elektroda tengah terdiri dari komponen:
Page 37
30
(1) sumbu pusat: mengalirkan arus dan meradiasikan panas
yang timbul oleh elektroda.
(2) Seal glass merapatkan antara center shaft dan insulator
keramik dan mengikat anrara center shaft dan elektroda
tengah.
(3) Resistor : mengurangi suara pengapian untuk mengurangi
gangguan frekuensi radio.
(4) Corpore: merapatkan panas dari elektroda dan ujung
insulator agar cepat dingin.
(5) Elektroda tengah: membangkitkan loncatan bunga api ke
masa.
d) Elektroda masa
Eletroda masa dibuat sama dengan elektroda tenga
alurnya dibuat tengah aluranya dibaut khusus untuk agar
memudahkan loncatan api agar menaikan kemampuan
pengapian. Khusus untuk agar memudahkan loncatan api agar
menaikan kemampuan pengapian.
Gambar. 21 kontruksi busi
Page 38
31
2) Nilai Panas
Nilai panas busi adalah kemampuan mereadiasikan
sejumlah panas oleh busi. Busi dingin adalah busi yang
meradiasikan panas lebih banyak, sedangkan busi yang
meradiasikan panas lebih sedikit disebut busi panas. Batas
terendah dari busi adalah self cleaning temperatur yaitu pada suhu
450 C, sedangkan batas tertinggi adalah pre-ingnition temperatur
yaitu pada suhu 9500C. Busi dingin mempunyai ujung insulator
yang lebih pendek, sedangkan busi panas mempunyai ujung
insulator yang lebih panjang dan permukaan singgung dengan api
cukup luas, sehingga jalur perambatan panas menjadi panjang dan
radiasi panas menjadi kecil.
Gambar. 22 busi panas dan dingin
3) Busi Tipe Resistor
Fungsinya mencegah terjadinya interferensi radio yang
dipasang pada mobil, maupun radio yang dipasang pada mobil lain
dan peralatan telekomunikasi yang lain akibat gelombang
Page 39
32
eletromagnet frekuensi tinggi yang disebabkan loncatan
pengapian.
Gambar. 23 Busi resistor
4) Busi Dengan Elektroda yang Menonjol
Busi ini menonjol pada ruang bakar sehingga
kemungkinan pencahayaan (exposure) terhadap molekul-molekul
bensin di dalam campuran udara dan bahan bakar akan bertambah
sehingga penyempurnaan kemampuan pembakaran.
Gambar. 24 Busi dengan elektroda menonjol
5) Busi dengan ujung platina
Busi tipe ini dipasang pada mesin-mesin yang dilengkapi
dengan emision control. Untuk mempermudah membedakan busi
ini dengan tipe yang lain, busi dengan ujung platina mempunyai 5
garis biru tua pada insulatornya.
Page 40
33
Gambar. 25 Busi dengan ujung platina
2. Cara Kerja Sistem Pengapian
Sirkuit konvensional sistem pengapian motor bensin 4 silinder
dapat dilihat di bawah ini:
Gambar. 26 Sirkuit pengapian konvensional
Cara kerja sirkuit tersebut adalah sebagai berikut:
Apabila kunci kontak dihubungkan “ON” arus listrik akan
mengalir dari beterai melalui kunci kontak ke kumparan primer, ke
Page 41
34
breaker point ke masa. Dalam keadan ini breaker point masih dalam
keadaan tertutup, akibat mengalir arus pada kumparan primer maka inti
besi akan menjadi magnet. Dalam keadaan ini besi menjadi magnet bila
breaker point di buka arus yang mengalir pada kumparan primer akan
terputus dan kemagnetan inti besi akan berkurang hilangnya kemagnetan
ini akan mengakibatkan kumparan primer dan kumparan sekunder timbul
tegangan induksi. Karena jumlah gulungan pada kumparan sekunder lebih
banyak dari kumparan primer, maka tegangan yang keluar pada kumparan
sekunder akan lebih besar dari kumparan primer atau pada kumparan
sekunfer akan timbul tegangan tinggi.
Tegangan tinggi ini selanjutnya disalurkan ke rotor distributor
untuk dibagi-bagikan ke busi pada tiap silinder pada akhri langkah
kompresi, selanjutnya tegangan tinggi pada busi dirubah menjadi percikan
api guna membakar gas pada ruang bakar. Terjadinya tegangan tinggi
pada kumparan sekunder ini untuk kali putaran rotoe adalah 4 kali, karena
terjadi 4 kali pemutusan arus pada kumparan primer yang akan
menyebebkan terjadinya tegangan tinggi pada kumparan sekunder
sebanyak 4 kali pula.
B. Analisa dan Perbaikan Sistem Pengapian Konversional
1. Permasalahan
Permasalahan yang diangkat untuk dilaporkan yaitu: pada mobil
kurang tenaga saat laju cepat (kecepatan tinggi).
Page 42
35
2. Gejala Yang Nampak
Setelah diketahui penyebabnya, maka mekanik memeriksa gejala
yang nampak pada kendaraan. Adapun gejala-gejala yang nampak antara
lain:
a. Rpm mesin (putaran mesin) saat putaran mesin idle tidak sesuai
dengan spesifikasi mobil tersebut, yaitu 750-800 rpm, pada tune-
up tester menunjukan ± 640 rmp.
b. Saat putaran idle mobil bergetar.
a. Putaran Mesin Sesuai Spesifikasi.
Pada mobil Daihatsu Cllesy mempunyai spesifikasi putaran mesin
sekitar 750-800 rpm. Hubungan antara CDA dan putaran mesin sangat
terkait erat, karena putaran mesin akan mempengaruhi menutup dan
membukannya titik kontak. Berdasarkan CDA dapat diketahui untuk
suatu harga kecepatan n dan ditempuh selama / detik.
Misalkan CDA 50o dan n = 600 rpm maka CDA dapat ditempuh
dengan waktu:
50x2 t= 600 x360 60
= 360x600
2x3000
= 0,028 detik
untuk t = 0,028 dicapai saat putaran mesin 600 rpm
Page 43
36
Untuk kendaraan Cllesy harga CDA adalah 52±2. hubungan
antara CDA dengan pembentukan tegangan induksi pada kumparan
primer pada putaran 600 rpm dan CDA= 50o titik kontak tertutup
selama 0,028 detik apabila putaran dirubah menjadi lebih cepat (saat
putaran tinggi) maka waktu titik kontak tertutup menjadi lebh singkat
(t<0,028) detik. Untuk kendaraan toyota penurunan tegangan tinggi
pada saat putaran maksimum masih di atas dari tegangan misfiring
jika faktor-faktor yang mempengaruhi permebntukan tegangan induksi
masih dalam batas ideal.
a) Pemakaian ignition coil yang sesuai.
b) Pemakaian kondeser yang sesuai.
c) Penyetelan CDA yang sesuai.
d) Penyetelan gas busi yang sesuai.
e) Pemakaian kabel busi yang sesuai.
b. Mesin Bergetar Saat Putaran Idle
Pada saat terjadinya pembakaran di dalam ruang bakar suatu
mesin, busi menyala dari posisi 8o sebelum TMA dan tekanan
pembakaran maksimum terjadi pada saat engkol berada pada posisi 100
setelah TMA. Besar sudut dari mulai percikan bunga api pada busi
sampai terjadi tekanan maksimum adalah 80 + 100 =180 engkol. Waktu
yang ditempuh untuk 180 adalah:
T = 0
0
360x6060x18
= 0,005 detik.
Page 44
37
Jadi untuk membakar campuran gas dari mulai membakar sampai
terjadi tekanan pembakaran yang tinggi diperlukan waktu selama 0,
005 detik. Pada mesin dilengkapi dengan alat governor advancer yang
mempunyai prinsip memanfaatkan ekcepatan putar pada suatu benda
yang selanjutnya timbul gaya sentrifugal karena kecepatan putar dan
masa dari benda yang berputar tersebut. Gaya sentrifugal ini
selanjutnya digunakan untuk merubah posisi bubungan (cam lobe)
yang akan membuka breaker point lebih awal dibandingkan pada
waktu putaran lambat.
3. Analisa Kerusakan
Berdasarkan gejala yang nampak maka dapat dianalisa kerusakan
sebagai berikut:
a. Busi sudah mati (banyak karbon pada elektrodanya).
Pada busi, loncatan bunga api terjadi antara elektroda masa
dan yang menonjol, jika elektrodanya ada deposit maka loncatan api
akan sukar. Sedangkan pada putaran tinggi loncatan busi harus sesuai
dan tepat agar dihasilkan pembakaran yang optimal dan kecepatan
yang dihasilkan juga sesuai seperti yang diharapkan.
b. Platina sudah aus
Fungís platina adalah untuk memutuskan arus listrik yang
mengalir ke terminal (+) koil. Sehingga pada kumparan (-) koil terjadi
tegangan induksi yang selanjutnya diteruskan ke busi melalui
distributor, jika platina aus maka menutup dan membuka breaker point
Page 45
38
tidak maksimal yang akan menyebabkan adanya arus yang masih
mengalir ke terminal (+) koil tegangan yang terjadi tidak maksimal
juga.
c. Celah platina terlalu sempit
Jika celah platina terlalu sempit atau terlalu lebar maka
pemutusan arus listrik tidak sesuai dengan keadaan mesin yang belum
dalam takanan yang maksimal. Sehingga perciban busi tidak bisa
membakar bahan bakar semuannya, yang akhirnya tenaga yang
dihasilkan juga tidak maksimal.
d. Pegas governor lepas
Jika pegas governor lepas maka vakum advenser tidak akan
bekerja walaupun pada kecepatan tinggi, padahal fungís vakum
advenser berfungsi untuk memajukan dan memudurkan pengapian
sesuai dengan keadaan mesin. Maka pengapian tidak dapat
dimajukan/ dimundurkan yang menyebabkan tenaga yang dihasilkan
kurang maksimal.
e. Kabel tegangan tinggi ada yang putus.
Kabel tegangan tinggi berfungsi untuk meneruskan arus dari
distributor ke busi. Jika kabel tegangan tinggi ada yang putus, maka
pada mesin akan menyebabkan putaran mesin dan daya yang
dihasilkan kurang karena ada salah satu ruang bakar yang tidak
mengalami pembakaran.
Page 46
39
4. Penanganan Masalah
Setelah diketahui keluahan dari customer danmesin dihidupkan
maka akan diketahui gejala yang ada dan mekanik menganalisa kerusakan
yang ada. adapun penangan masalah dari uraian di atas sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Busi
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah busi
masih bagus untuk dipakai atau tidak, adapun langkah kerjannya
sebagai berikut:
1) Melepas kabel tegangan tinggi dari busi.
2) Melepas busi dengan kunci busi.
3) Kemudian membersihkan busi dari carbón pada elektroda
dengansikat kawat atau amplas.
4) Pemerisaan secara visual terhadap busi.
Pemeriksaan terhadap kerusakan dari keausan elektroda ,
kerusakan ulir dan sekat.
5) Hasil pemeriksaan: Busi harus diganti karena elektrodanya hampir
habis (pendek).
6) Stelah ada busi baru, busi disetrel celahnya yaitu sebesar 0,8 mm.
7) Busi dipasang pada blok silinder kembali.
Gambar. 27 Pemeriksaan busi
Page 47
40
b. Pemeriksaan Kabel Tegangan Tinggi
Langkah-langkah dalam pemeriksaan kabel busi sebagai
berikut:
1) Melenas kabel tegangan tinggi dari busi, distributor, dan koil.
2) Melakukan p emeriksaan tahapan kabel tegangan tinggi dengan
ohm meter (harga yang iizinkan ± 25 kΩ)
Hasil pemeriksaan: hambatan kabel 25 kΩ, kabel masih bagus.
3) Kabel dipasang pada tempatnya, kecuali yang pada busi dan
distributor.
Gambar. 28 Pemeriksaan kabel busi.
c. Pemeriksaan Pegas Governbor (advancer)
Untuk mengetahui apakah pegas dalam kondisi bagus dan
masih terpasang pada tempatnya, maka dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Memutar rotor pada distributor searah jarum jam, kemudiandilepas
jika rotor kembali pada posisi semula maka pegas masih baik dan
Page 48
41
terpasang pada dudukannya. Hasil pemeriksaan: rotor dapat
kembali keposisi semula, jadi pegas masih baik dan tidak perla
dibongkar.
Gambar. 29 Pemeriksaan Pegas Governor
d. Pemeriksaan Platina
Untuk mengetahui apakah celah platina bagus atau sudah aus
maka perla dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
1) Mengambil rotor pada dudukannya.
2) Melepas terminal distributor.
a) Melepas mur dan washer pegas.
b) Melepas kabel timah untuk kondensor dan tritik pemutus.
c) Melepas 2 sekat terminal.
3) Melepas 2 skrup dan titik pemutus.
4) Platina dilemas dari kedudukannya
5) Melakukan pemeriksaan terhadap keausan platina
Hasil pemeriksaan: menunjukan bahwa platina harus diganti
karena kontak point sudah aus dan tidak bisa diamplas.
Page 49
42
6) Setelah ada platina baru, platina, platina dipasang pada distributor,
terminal-terminalnya dikencangkan kembali (kecuali 2 sekerup
titik pemutus karena untuk penyetelan).
Gambar. 30 Pemeriksaan platina
e. Penyetelan Di atas Kendaraan
Setelah busi dan platina dipasang pada kedudukannya, maka
dilakukan penyetelan dengan alat Tune-up tester. Langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Kita posisikan gigi mobil pada posisi netral.
2) Pasang terminal tester
a) Kabel hitam untuk masa.
b) Kabel merah untuk arus.
c) Kabel hijau untuk terminal B
3) Pada Tune-up tester kita posisikan pada posisi Dwell Angle dan 4
silinder.
4) Setelah itu setel celah platina dengan obeng (+) dan (-).
Page 50
43
5) Mobil distater dann pada tune-up tester menunjukan angak 52
pada dwell-angle.
6) Setelah platina dikencangakan agar tidak berubah lagi.
7) Kemudian rotor, tutup distributor dan kabel busi dipasang pada
tempatnya. Setelah semua beres mobil dihidupkan.
8) Dengan menggunakan timing light kita posisikan titik pengapian
harus 50 sebelum TMA dan jika vakum pada distributor di lepas
100 sebelum TMA.
9) Kemudian singnal kita posisikan ke rpm, setel rpm mesin 800 rpm.
10) Kita gas apakah setelah yang di atas itu berubah jika berubah
disetel kembali.
11) Mobil siap test drive oleh foremant atau SA.
5. Hasil Perbaikan
Sebelum ditest drive oleh foremant, apakah gajala-gejala sebelum
diperbaiki itu masih ada atau sudah tidak ada. Hasil pemeriksaan gejala
seperti di atas sudah tidak ada dan mobil siap ditest drive. Apabila terasa
putaran mesin kurang pas maka pengapian dimajukan atau dimundurkan
untuk mencapai putaran mesin yang halus pada saat test drive tersebut.
6. Trouble Shoting
Beberapa trouble shouting pada sistem pengapian konvensional
sebagai berikut:
Page 51
44
a. Tidak ada Bunga Api Pada Busi
Penyebabnya Perbaikan
1) Rotor atau tutup distributor
rusak
1). Ganti tutup distributor dan
rotor
2) kerusakan kabel koil 2). Ganti kabel tegangan tinggi
3) Tidak ada arus listrik prrimer
ke platina
3). Periksa koontak platina, koil,
dan tahanan
4) Batería kosong 4). Charge batería
5) Kondensor rusak 5). Ganti dengan yang baru.
6) kontak platina menuitup terus 6). Setel platina
7) Platina kotor 7). Bersihkan platina
8) Kabel Sambungan primer ke
distributor longgar atau
putus
8). Bersihkan tutup distributor
9) Kerusakan unit pengontrol
pengapian
9). Ganti unit pengontrol
10) Platina tidak berhubungan
dengan masa
10). Hubungan kabel ke masa
11). Kerusakan kabel busi 11). Perbaiki kabel busi
Page 52
45
b. Bunga Api Pada Busi Kadang-Kadang Tidak Ada
Penyebabnya Perbaikan
1). Koil lemah 1). Ganti yang baru
2). Rangkaian primer longgar
atau kotro
2). Bersihkan atau keraskan.
3). Batería lemah 3). Charge batería
4). Penyetelan celah platina salah 4). Setel celah platina
5). Kondensor rusak 5). Pasang kondensor yang baru
6). Platina kotor atau terbakar. 6). Bersihkan atau ganti
7). Lengan platina tertahan 7). Bebaskan atau Kumasi
8). Kam distibutor aus 8). Ganti kam
9). Pegas platina tertahan 9). Ganti platina
10). Rotor segmen terbakar 10). Ganti tutup rotor
c. Pada Putaran Lambat Busi Tidak Meloncatkan Bunga Api
Penyebabnya Perbaikan
1). Busi rusak 1). Ganti busi
2). Tipe busi tidak cocok 2).Ganti tipe busi.
3). Celah busi terlalu kecil 3). Setel celah busi
4). Busi Sangat kotor 4). Bersihkan atau ganti
5). Celah platina tidak cocok 5). Setel platina
d. Pada Saat Percepatan Busi Tidak Meloncatkan Bunga Api
Penyebabnya Perbaikan
1). Busi rusak 1). Ganti busi
2). Celah busi terlalu besar 2). Setel busi
3). Busi Sangay kotor 3). Bersihkan atau ganti
4). Busi basah 4). Keringkan busi
5). Busi lemah 5). Ganti busi lemah
6). Celah platina tidak tepat 6). Setel celah platina
Page 53
46
e. Pada Saat Kendaraan Jalan dan Pada Kecepatan Tinggi Busi
Tidak Meloncatkan Bunga Api.
Penyebabnya Perbaikan
1). Saat pengapian tidak tepat 1). Setel pengapian
2). Busi rusak 2).Ganti busi.
3). Busi Sangat kotor 3). Bersihakan atau ganti
4). Urutan pengapian tidak benar 4). Atur urutan pengapian
5). Tipe busi tidak tepat 5). Ganti busi
6). Busi rusak. 6). Ganti busi
f. Platina Cepat Rusak
Penyebabnya Perbaikan
1). Kondensor telah rusak 1). Ganti kondensor
2). Tegangan pengapian terlalu
tinggi
2). Setel pengatur tegangan
3). Platina kotor 3). Bersihkan platina secara
berkala
4). Celah platina tidak tepat 4). Setel celah platina
5). Kondensor tidak cocok 5). Ganti kondensor
6). Platina tidak menutup dengan
baik
6). Perbaiki atau ganti
7). Kunci kontak rusak 7). Ganti kunci kontak
8). Poros dan bushing distributor
aus
8). Perbaiki atau ganti distributor
9. Koil rusak 9). Ganti koil
Page 54
47
g. Koil Mati
Penyebabnya Perbaikan
1). Retak atau pecah 1). Ganti dengan yang baru
2). Koil terlalu panas 2). Ganti koil
3). Oli bocor dari koil 3). Ganti koil
4). Tegangan pengapian terlalu
tinggi
4). Setel regulator
5). Terminal koil sangat kotor 5). Ganti koil dan bersihkan
kotoran
Page 55
48
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian pembahasan di atas, penulis dapat memberikan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada kasus mobil kurang tenaga saat kecepatan tinggi dikatahui bahwa
penyebabnya adalah elektroda yang menonjol pada busi sudah tipis (busi
aus) dan celah elektroda terdapat kerak (deposit), serta kontak kontak
point pada platina sudah aus. Untuk menangani masalah tersebut busi dan
platina diganti dengan yang baru. Setelah dilakukan penggantian dan
mobil dites pada putaran stasioner gejala-gejala seperti di atas sudah
hilang, kemudian dilakukan tes drive saat kecepatan tinggi, dan hasilnya
masih terasa adanya getaran. Untuk menghilangkannya distributor
digerakan (memajukan atau menundurkan waktu pengapian) untuk
mencuri putaran yang sesuai, baik itu putaran stasioner maupun putaran
tinggi.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Pemilik kendaraan harus secara berkala melakukan pemeriksaan terhadap
komponen sistem pengapian, agar tidak ada gangguan pengapian saat
Page 56
49
mobil berjalan. Untuk kecepatan 5000 km busi dan platina harus
dibersihkan, agar kerak yang menempel pada busi hilang dan permukaan
kontak point pada platina halus sehingga tidak ada perciban api saat
platina membuka. Tiap kelipatan 10.000 km busi dan platina harus
diganti, agar kerja busi dan platina maksimal dan kemungkinan busi mati
saat kendaraan berjalan tidak ada.
Page 57
50
DAFTAR PUSTAKA
Sumadi, 1979. Sistem Kelistrikan dan Bahan Bakar Otomotif 1. Jakarta: Depdikbud.
Daihatsu, 1989. Steo I Training Manual Petunjuk Praktek. Jakarta : PT. Daihatsu Toyota. 1995. New Step I Training Manual. Jakarta : PT. Toyota Astra Motor. Toyota. 1990. Step 2 Materi Pelajaran Engine Group. Yakarta: PT. Toyota Astra
Motor. Wiranto. 1989. Pedoman untuk Mencuri Sumber Kerusakan, Merawat dan
Menjalankan Kendaraan Bermotor. Jakarta: Prandnya Paramita Anonim.1990.Buku Pedoman Perbaikan Motor Bensin Jakarta ; PT Toyota Astra
Motor.