Top Banner
131 Analisa Ekonomi pengusahaan pada skala (Yanto Rochmayanto, etd.) 1 Peneliti pada Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat PNS pada Seksi Evaluasi dan Pelaporan Puslitbang Hutan Tanaman 2 ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM PADA SKALA RUMAH TANGGA DAN INDUSTRI DI SUMATERA BARAT DAN SUMATERA UTARA Oleh : Yanto Rochmayanto Soenarno ABSTRAK I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1) 2) dan Sutera alam pada skala rumah tangga dan industri di Sumatera Barat dan Sumatera Utara mengalami kebangkrutan sejak 4 tahun terakhir. Kondisi ini harus ditelaah faktor penyebabnya untuk memulihkan kembali produktivitasnya. Diduga penyebab utamanya adalah manajemen poduksi yang tidak tepat. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengevaluasi status kelayakan usaha sutera alam pada skala rumah tangga dan industri, (2) mengetahui skala usaha minimum, dan (3) mengetahui masa pengembalian investasi. Analisis dilakukan dengan BeR, NPV, IRR, BEP dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusahaan sutera alam pada skala rumah tangga layak dikembangkan, sedangkan pengusahaan sutera alam pada skala industri tidak layak untuk dikembangkan. Pada harga dasar benang sutera Rp. 220.000,-/kg BEP rata-rata berada pada jumlah ulat 27 box/tahun, dengan pengembalian investasi akan diperoleh selama 2,01 tahun. Untuk mendukung hal tersebut, maka industri rumah tangga lebih baik dikerjakan melalui pola kemitraan dengan industri garmen dan pengrajin tenun. Kata kunci : analisis ekonomi, sutera alam, industri rumah tangga Peningkatan kesejahteraan masyarakat pada hakekatnya merupakan tanggung jawab kolektif seluruh lapisan masyarakat. Karena itu keberhasilannya akan sangat bergantung pada semua pihak yang terlibat. Pemerintah, swasta dan masyarakat harus lebih mampu bekerja sama untuk membangun sistem yang lebih baik, yang mampu mengakomodir setiap potensi dan kendala dalam mencapai tujuan kesejahteraan (Nugraha, 2000). Optimisme perlu dibangun karena industri persuteraan alam di Sumatera Barat memiliki beberapa keunggulan bersaing. Proses persaingan dalam sistem produksi menurut Iskandar (1999) dapat dibedakan atas tiga situasi keunggulan yaitu absolut, komparatif dan kompetitif. Persuteraan alam di Sumatera Barat dan Sumatera Utara dapat dikatakan Pay Back Period.
18

ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

Feb 11, 2018

Download

Documents

dinhhuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

131Analisa Ekonomi pengusahaan pada skala (Yanto Rochmayanto, etd.)

1Peneliti pada Balai Penelitian Hutan Penghasil SeratPNS pada Seksi Evaluasi dan Pelaporan Puslitbang Hutan Tanaman

2

ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAMPADA SKALA RUMAH TANGGA DAN INDUSTRIDI SUMATERA BARAT DAN SUMATERA UTARA

Oleh :Yanto Rochmayanto Soenarno

ABSTRAK

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1) 2)dan

Sutera alam pada skala rumah tangga dan industri di Sumatera Barat danSumatera Utara mengalami kebangkrutan sejak 4 tahun terakhir. Kondisi ini harusditelaah faktor penyebabnya untuk memulihkan kembali produktivitasnya. Didugapenyebab utamanya adalah manajemen poduksi yang tidak tepat. Penelitian inibertujuan untuk : (1) mengevaluasi status kelayakan usaha sutera alam pada skalarumah tangga dan industri, (2) mengetahui skala usaha minimum, dan (3) mengetahuimasa pengembalian investasi. Analisis dilakukan dengan BeR, NPV, IRR, BEP dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusahaan sutera alam pada skalarumah tangga layak dikembangkan, sedangkan pengusahaan sutera alam pada skalaindustri tidak layak untuk dikembangkan. Pada harga dasar benang sutera Rp.220.000,-/kg BEP rata-rata berada pada jumlah ulat 27 box/tahun, denganpengembalian investasi akan diperoleh selama 2,01 tahun. Untuk mendukung haltersebut, maka industri rumah tangga lebih baik dikerjakan melalui pola kemitraandengan industri garmen dan pengrajin tenun.

Kata kunci : analisis ekonomi, sutera alam, industri rumah tangga

Peningkatan kesejahteraan masyarakat pada hakekatnya merupakan tanggungjawab kolektif seluruh lapisan masyarakat. Karena itu keberhasilannya akan sangatbergantung pada semua pihak yang terlibat. Pemerintah, swasta dan masyarakat haruslebih mampu bekerja sama untuk membangun sistem yang lebih baik, yang mampumengakomodir setiap potensi dan kendala dalam mencapai tujuan kesejahteraan(Nugraha, 2000).

Optimisme perlu dibangun karena industri persuteraan alam di Sumatera Baratmemiliki beberapa keunggulan bersaing. Proses persaingan dalam sistem produksimenurut Iskandar (1999) dapat dibedakan atas tiga situasi keunggulan yaitu absolut,komparatif dan kompetitif.

Persuteraan alam di Sumatera Barat dan Sumatera Utara dapat dikatakan

PayBack Period.

Page 2: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

132Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 131 - 148

memiliki keunggulan absolut dan keunggulan komparatif. Keunggulan absolutdiperoleh karena di Pulau Sumatera hanya di Sumatera Barat dan Sumatera Utarainilah adanya sentra produksi dan industri persuteraan alam mulai dari hulu hinggahilir. Keunggulan komparatif diperoleh karena di kedua daerah tersebut memilikisumber daya alam dan sumber daya manusia yang mendukung. Secara umum prosesproduksinya merupakan (memiliki keunggulan karenakekayaan sumber daya alamnya) dan (memilikikeunggulan karena sumber daya manusia/tenaga kerja yang murah dan mampumengoperasikan teknologi rendah).

Akan tetapi produknya belum memiliki keunggulan kompetitif karena kualitasproduk dan kontinyuitas produksinya belum memenuhi standar konsumen global.Dinamika produksi sutera alam di Sumatera Barat dan Sumatera Utara dalam empattahun terakhir ini (2002-2005) mengalami penurunan yang signifikan dalam kuantitasmaupun kualitas.

Menghadapi kondisi demikian, maka proses pengambilan keputusan yangtepat sangat diperlukan. Pilihan antara perlunya pengembangan, rehabil!tasi danperluasan usaha, atau pemilihan manajemen pengusahaan yang sesuai perlu dilakukanmelalui analisa secara cermat dan komprehensif. Oleh karena itu pendekatan analisisekonomi produksi sutera alam ini sangat penting untuk menjawab esensi persoalanproduksi sehingga keputusan yang diambil adalah kebijakan terbaik untukpengembangan ekonomi kerakyatan. Situasi perkembangan usaha sutera alam diSumatera Barat dan Sumatera Utara yang masing-masing mewakili skala rumah tangga

dan skala perusahaan perlu dikaji sedemikian rupa untuk menjawabbeberapa persoalan mendasar. Analisis ekonomi ini akan menjawab apakah penyebabstagnasi dan kemunduran sentra produksi sutera alam dan perusahaan pemintalanbenang ini semata-mata sebagai dampak sistem pasar atau dampak sistem produksiyang belum memenuhi kaidah-kaidah ekonomi produksi.

Saat ini iklim usaha sutera alam benar-benar dalam keadaan tidak berdaya,terjepit dari sisi teknis maupun pasar. Sentra produksi sutera alam yang dahuludibanggakan di Sumatera Barat kini sudah tidak menghasilkan produk lagi, danindustri pemintalan benang di Sumatera Utara pun mengalami stagnasi. Situasitersebut sangat tidak menguntungkan bagi masyarakat, petani sutera alam, pengusahamaupun pemerintah daerah. Dugaan sementara penyebab utama mundurnya suteraalam ini adalah akibat manajemen poduksi yang tidak tepat.

Pada awalnya kemunduran sutera alam di Sumatera Barat dan Sumatera Utaradiperkirakan penyebabnya adalah masalah teknis. Disinyalir kaidah-kaidah teknikpemeliharaan, pemupukan, dan pemeliharaan kebun murbei belum memenuhi standarteknis yang relevan. Akan tetapi walaupun telah dicoba diperbaiki secara teknis disentra-sentra produksi sutera alam maupun di PT Ira, ternyata belum menunjukkanperbaikan finansial yang memadai. Dengan demikian pengusahaan sutera alam iniperlu dikaji status kelayakannya berdasarkan kriteria-kriteria investasi menurutkaidah/konsep ekonomi mikro, sehingga dapat menjawab persoalan dimanakah letakkesalahan manajemen produksi sesungguhnya yang dialami di Sumatera Barat danSumatera Utara.

natural resource intensive industryunskilled labour intensive industry

(home industry)

B. Rumusan Masalah

Page 3: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

133

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

II. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

B. Sumber Data

C. Teknik Pengumpulan Data

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah : (1) mengetahui danmengevaluasi status kelayakan usaha tani sutera alam pada skala rumah tangga danskala industri, (2) menentukan skala usaha minimum yang dan (3)mengetahui masa pengembalian investasi pengusahaan sutera alam.

Manfaat penelitian ini bagi petani dapat menjadi acuan untuk melakukan budidaya sutera alam yang bagi pelaku industri dapat membantu mengambilkeputusan dalam hal penentuan skala usaha dan pengembangan komoditi, dan bagiPemerintah Daerah (Sumatera Barat dan Sumatera Utara) penelitian ini dapatdijadikan sebagai informasi ilmiah guna menyusun kebijakan publik berkenaan denganpengembangan sentra produksi sutera alam.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2005 di sentra produksi sutera alam diSumatera Barat dan Sumatera Utara. Kedua lokasi tersebut dipilih secara purposif ataspertimbangan hanya di kedua tempat itulah sentra produksi sutera alam di Sumateraberada. Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani sutera alam diDesa Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, sedangkan analisa skalaindustri dilakukan pada pabrik pemintalan benang PT Ira Widya Utama di TanjungMorawa Kabupaten Deli Serdang, Sumatea Utara.

Data diperoleh dari sumber-sumber yang terdiri dari kelompok tani, koperasi,agen pengumpul, serta lembaga terkait dengan persuteraan dan perdagangan.

Data yang diperlukan terbagi ke dalam data primer dan data sekunder.1. Data primer meliputi :

Komponen hasil : produk kokon, pendapatan pelaku usaha sutera alam, harga jual.Komponen produksi : kapasitas usaha, faktor produksi (lahan, tenaga kerja, modal,manajemen).Komponen biaya produksi : biaya tetap, biaya tidak tetap.

2. Data skunder meliputi :Keadaan umum wilayah pasar Suku bunga berlaku tahun berjalanData lain yang diperlukan sebagai pelengkap analisis.

Penentuan responden penelitian dilakukan secara purposif di sentra produksidan di industri sutera alam yang representatif mewakili usaha persuteraan. Teknikpengambilan data dilakukan dalam beberapa cara, yaitu :1. Observasi, yaitu pengamatan langsung di lapangan (kebun murbei, tempat

pemeliharaan ulat sutera, pabrik pemintalan benang).

profitable,(pay back period)

feasible,

Analisa Ekonomi pengusahaan pada skala (Yanto Rochmayanto, etd.)

Page 4: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

2. Pencatatan, yaitu mencatat kondisi usaha, kapasitas pemeliharaan ulat, jumlahproduksi, omset penjualan, harga, biaya, kesulitan yang dihadapi oleh petani, danlain-lain.

3. Wawancara, dengan para pelaku ekonomi persuteraan mulai dari tingkat petani,pengumpul kokon, dan pihak manajemen pabrik pemintalan benang.

Asumsi yang digunakan dalam analisa data adalah sebagai berikut :1. Harga dan produksi stabil selama umur teknis ekonomis perhitungan

.2. Stabilitas politik, lingkungan dan iklim terkendali dan dalam keadaan normal.Analisa data dilakukan dengan formula ekonomi produksi sesuai dengan tujuannya,yaitu:1. Untuk mengetahui status kelayakan usaha sutera alam digunakan Metode

(BCR) (Gittinger, 1986;Purba,1997;Fillius, 1992), digunakan rumus:B

BCR =C + I

Dimana: B =C =I = Total investasi

Kriteria yang digunakan adalah:a. Jika BCR < 1 artinya usaha tani sutera alam skala rumah tangga dan atau skala

industri merugikan dan pengembangannya tidak layak dilakukanb. Jika BCR = 1 artinya usaha tani sutera alam pada skala rumah tangga dan atau

skala industri tidak merugikan tetapi belum menguntungkan dan belum layakuntuk dikembangkan,

c. Jika BCR > 1 artinya usaha tani sutera alam pada skala rumah tangga dan atauskala industri telah menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

2. Untuk menentukan nilai IRR ( ) yaitu tingkatanyang memberikan nilai BCR = 1 atau NPV = 0, dicari dengan formula:

IRR = p % + X x (q % - p %)

X + YDimana:X (positif) = NPV pada p %Y (negatif) = NPV pada q %Q lebih besar dari p

3. Untuk menentukan skala usaha minimum dilakukan dengan Metode(BEP) (Riyanto, 1995; Handoko, 2000) dengan rumus:

BEP (Q) = FCP – V

Dimana : BEP (Q)= BEP atas dasar unit produk yang dihasilkanFC = (biaya tetap)P = Harga Jual per UnitV = Biaya Variabel per Unit

D. Metode Analisa

input outputcash flow

BenefitCost Ratio

Total present value of benefitTotal present value of cost

Internal Rate of Return discount rate

discount ratediscount rate

Break EventPoint

Fixed cost

134Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 131 - 148

Page 5: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

4. Untuk mengetahui masa pengembalian investasi pengusahaan sutera alamdigunakan formula (Riyanto, 1995; purba, 1997):

Pb ( = I(B C) + D

Dimana: Pb ( ) =I = Nilai investasiB =C =D =

Persuteraan alam di Sumatera Barat berkembang baik hingga tahun 2002 dalambentuk kelompok tani yang tersebar di beberapa kabupaten antara lain KabupatenSolok, Tanah Datar dan Limapuluh Koto. Pranata ekonomi yang mendukungterbentuk secara alami antara lain KASAL (Koperasi Sutera Alam Lestari), CV.Berdikari dan PT. Ira Widya Utama (perwakilan Sumatera Barat).

Menurut Rochmayanto (2004) kebutuhan sutera alam cukup tinggibaik kokon maupun benang. Kebutuhan aktual kokon di SumateraBarat mencapai 2.400 kg/tahun dan benang sutera 300 kg/tahun (tidak termasukuntuk ekspor). Sedangkan kebutuhan potensial kokon dan benangsutera masingmasing sebesar 8.428 kg/tahun dan 6.918 kg/tahun.

Produksi sutera alam di Sumatera Barat jauh lebih rendah dibandingkan dengankebutuhan pasarnya. Kemampuan pemenuhan kokon hanya mencapai rata-rata1.406,5 kg dalam tahun 2003 dan 2004. Sedangkan benang sutera tidak mampudipenuhi oleh produsen lokal karena tidak memiliki alat pintal, dan harus dipenuhi dariluar daerah seperti Surabaya dan Jakarta. Sentra produksi sutera alam mengalamipenurunan aktivitas yang sangat tajam. Dinamika produksinya melemah dancenderung mati suri pada tahun 2004.

Penurunan motivasi para petani sutera alam dipicu oleh rendahnya hargakokon akibat sistem pasar dan sistem produksi. Sistem pasar yang ada memaksaterjadinya monopsoni pembelian kokon oleh PT. Ira Widya Utama, Medan, dan sistemproduksi petani belum memenuhi aspek keunggulan kompetetif.

Produksi kokon kemudian mengalami penyusutan yang cukup signifikan sejaktahun 2003. Rochmayanto (2004) mensinyalir ada dua aspek penyebab menurunnyamotivasi petani dalam usaha tani sutera alam, yaitu : (]) aspek pasar yang monopsoni,karena hanya PT Ira Widya Utama yang melakukan pembelian kokon, sementaraKASAL dan CV Berdikari mengalami pailit, (2) aspek teknis, dimana kokon yangdihasilkan ternyata memiliki mutu yang kurang baik akibat pakan yang belummemenuhi standar.

Kedua aspek di atas mengakibatkan rendahnya harga kokon, sehingga hasilpenjualannya belum dapat menutupi biaya produksi atau memberikan keuntunganyang memadai. Sehingga dari tahun ke tahun banyak para petani sutera melakukan alih

pay back periodnett)

nett Net pay back period

Present value of benefitPresent value of costPresent value of depreciation

(demand)(actual demand)

(potential demand)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Persuteraan Alam di Sumatera Barat dan SumateraUtara

135Analisa Ekonomi pengusahaan pada skala (Yanto Rochmayanto, etd.)

Page 6: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

usaha ke tanaman pertanian dan buruh. Saat ini hanya beberapa petani saja yang masihbertahan, dan itupun karena ditopang oleh proyek-proyek Dinas Kehutanan setempatagar kelestarian usaha tani sutera alam dapat dipertahankan.

Sedangkan di Sumatera Utara sebagai profit industri sutera alam, ternyatakondisinya tidak jauh berbeda. Pada tanggal 30 Agustus 1999, PT Ira Widya Utamamembuka (NOSDEC) yaitu ProyekPersuteraan Alam Terpadu hasil kerja sarna dengan Pemerintah Jepang (Qahhar danRinaldi, 2004).

Perusahaan ini mendirikan pabrik pemintalan benang sutera yang memilikimesin pemintalan benang berkapasitas produksi 10 ton kokon perbulan besertakelengkapan sarana dan prasarana pabriknya, terletak di Tanjung Morawa KabupatenDeli Serdang. Kebun murbei seluas 32 hektar beserta infrastruktur yang memadai jugadisiapkan untuk memenuhi kebutuhan budi daya ulat sutera skala industri, selaindiperuntukkan sebagai pusat penelitian dan pelatihan sutera alam, yang terletak diKabanjahe Kabupaten Karo. Pada tahun 2003 mulai dilakukan pengembangan sistemplasma ke berbagai daerah di Sumatera Utara antara lain Kabupaten Simalungun, Oairidan Mandailing Natal untuk menambah produksi bagi pabrik pemintalanbenangnya.

Kendati dengan pengembangan sedemikian rupa, ternyata jumlah bahan bakukokon belum mampu memenuhi atau mendekati kapasitas terpasang industripemintalan tersebut. Akibatnya biaya produksi jauh melebihi kemampuan yangdiperoleh dari produksinya. Pada tahun 2004 aktivitas produksi menjadi tidaknormal, dan kondisi ini berlangsung hingga akhir tahun 2005.

Salah satu kelemahan analisa konvensional para petani biasanya polaperhitungan biaya tidak dilakukan secara lengkap. Beberapa elemen kegiatandikeluarkan dari perhitungan sebagai biaya, antara lain: lahan yang digunakan untukkebun murbei (karena lahan tersebut milik sendiri) dan tenaga kerja (karena tenagakerjanya adalah tenga kerja keluarga). Mestinya lahan dan tenaga kerja turutdiperhitungkan dalam analisis, lahan didekati dengan biaya sewa, sedangkan tenagakerja didekati dengan standar upah dan HOK rata-rata.

Aktivitas budi daya sutera alam pada tingkat petani dimulai dari penyiapan arealpakan ulat sutera melalui penanaman murbei ( sp.), baik secara monokulturmaupun tumpangsari dengan tanaman palawija. Pemeliharaan tanaman yangdiperlukan antara lain penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pengendalianhama/penyakit. Guna merangsang pertumbuhan tunas baru, menyeragamkanpertumbuhan daun dan memudahkan pemanenan dilakukan pemangkasan pertamapada umur 6-9 bulan, dan seterusnya dilakukan 3-4 kali setahun.

Pemeliharaan ulat sutera terdiri dari penyediaan bangunan dan peralatan, fasepemeliharaan ulat kecil (instar I-III), dan fase pemeliharaan ulat besar (instar IV -V).Secara umum aktivitas pemeliharaannya meliputi disinfeksi ulat dan ruangan, sertapemberian pakan yang perlakuannya berbeda antar fase. Panen kokon dilakukansetelah 5-6 hari setelah ulat mengokon. Segera setelah panen, pupa harus dibersihkan

North Sumatera Sericulture Development Center

input

benefitoutput

Morus

B. Status Kelayakan Usaha Sutera Alam

1. Skala Rumah Tangga

136Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 131 - 148

Page 7: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

dari nya, kemudian dilakukan seleksi. Penanganan paska panen berikutnya adalahpengeringan agar kokon dapat disimpan lebih lama.

Pada analisa ekonomi semua elemen kegiatan dan faktor produksi di atasdimasukkan ke dalam perhitungan arus kas sehingga benar-benarmerupakan hasil bersih. Dasar perhitungan dilakukan pada tahun 2005 sebagai tahunnol dengan diambil dari bunga bank yang berlaku pada Desember 2005sebesar l0,5% (berlaku untuk seluruh perhitungan analisis ekonomi produksi suteraalam ini). Nilai ini diperlukan untuk menggambarkan proyeksi nilainominal arus kas pada tahun-tahun selanjutnya ke nilai nominal saat ini

Luas kebun murbei petani yang dijadikan basis analisa adalah tiga hektar.

Tabel 1. Arus Kas Budidaya Sutera Alam pada Skala Rumah Tangga

floss-

(cash flow), benefit

discount rate

discount rate(future value)

(present value).

137Analisa Ekonomi pengusahaan pada skala (Yanto Rochmayanto, etd.)

Page 8: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

Setelah data di atas diolah menurut kaidah perhitungan analisis ekonomi, denganmemperhitungkan nilai (df), maka status kelayakan usaha dapat dinilaimelalui kriteria BCR, NPV dan IRR yang hasil perhitungannya disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Nilai BCR, NPV dan IRR Budidaya Sutera Alam Skala Rumah Tangga

discount factor

Skenario Pengusahaan BCR NPV (Rp) IRR Keterangan

1. Produksi Benang 2,34 160.360.865 87,84 Feasible

2. Produksi kokon

a. Pada harga Rp 16.000/kg

b. Pada harga Rp 18.000/kg

c. Pada harga Rp 20.000/kg

d. Pada harga Rp 22.500/kg

e. Pada harga Rp 25.000/kg

1,26

1,45

1,61

1,81

2,01

31.919.840

49.762.840

67.605.840

89.909.590

112.213.340

62,85

72,26

77,99

82,62

85,73

Feasible

Feasible

Feasible

Feasi ble

Feasible

Keterangan:Berdasarkan analisa arus kas pada umur teknis ekonomis 5 tahunHarga kokon adalah harga ditingkat petani

§§

Dari tabel 2 diketahui bahwa pengusahaan sutera alam pada skala rumah tanggadalam beberapa skenario harga jual kokon memiliki nilai BCR lebih dari satu dan NPVpositif. Artinya yang akan diperoleh selama umur teknis. Ekonomis usahatersebut lebih besar dari dan investasinya. Hal demikian menggambarkan usahasutera alam tersebut layak, sehingga pembangunan atau rehabilitasi maupun perluasanusaha tersebut dapat dilaksanakan.

benefitcost

138Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 131 - 148

Page 9: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

Apabila petani melakukan budi daya sutera alam secara optimal dan kontinyupada lahan tiga hektar, maka pada harga rata-rata kokon Rp. 18.000 dapat memperolehkeuntungan sebesar Rp 829.381,- perbulan. Keuntungan yang lebih besar diperolehapabila petani mampu mengolah kokon menjadi benang, yang dalam kapasitas yangsama akan diperoleh BCR 1,26 dengan keuntungan perbulan mencapai Rp.2.672.681,-.

Kelayakan usaha tersebut tidak akan mengalami perubahan berarti kendatipunterjadi penurunan harga dasar kokon hingga mencapai harga terendah yang pernahdialami petani yaitu Rp. /kg. Sebaliknya jika harga dasar kokon naik menjadisetinggi-tingginya Rp. /kg sebagaimana harapan petani, akan semakinmempertegas kelayakan usahanya yang diindikasikan dengan BCR sebesar 2,01.Berikut ini disajikan perubahan tingkat keuntungan petani pada harga riil penjualanbenang dan kokon beserta tingkat sensitivitasnya akibat perubahan hargajual kokon.

Tabel 3. Sensitivitas Keuntungan Petani Sutera Alam Akibat Perubahan Harga JualKokon

16.000,-25.000,-

Skenario Pengusahaan Keuntungan(Rp)

Sensitivitas keuntungan

(%)

1. Produksi benang

3. Produksi kokon

a. Pada harga Rp. 16.000/kg

b. Pada harga Rp. 18.000/kg

c. Pada harga Rp. 20.000/kg

d. Pada harga Rp. 22.500/kg

a) Pada harga Rp. 25.000/kg

2.672.681

531.997

829.381

1.126.764

1.498.493

1.870.222

35,86

-*)

35,86

80,68

125,50

Keterangan: Harga kokon adalah harga ditingkat petani

Tingkat keuntungan petani yang paling tinggi dicapai pada produksi benangsutera. Nilai IRR-nya sebesar 87,84% menggambarkan bahwa pada nilaitersebut diperoleh BCR = 1 atau NPV = O. Sehingga apabila nilai riilsebesar lebih dari atau sama dengan 87,84%, maka usaha tani sutera alam skala rumahtangga tidak dapat memberikan keuntungan. Arus kas tahunannya menggambarkankeuntungan yang relatif tinggi bila pengusahaan dilakukan sesuai asumsi yangdigunakan pada analisis ini.

Pengujian kelayakan usaha pada beberapa situasi juga dilakukan untukmemastikan tingkat kepekaannya. Analisa kepekaan pada kasus ini menguji sampaiseberapa besarkah pengaruh perubahan beberapa variabel terhadap NPV, BCR danIRR. Variabel yang akan diuji adalah volume produksi turun 10%, biaya produksi naik10%, serta kombinasi kedua situasi tersebut (volume produksi menurun 10% danbiaya produksi naik 10% secara bersama-sama).

discout ratediscount rate

139Analisa Ekonomi pengusahaan pada skala (Yanto Rochmayanto, etd.)

Page 10: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

Tabel 4. Analisa Kepekaan pada Beberapa Kemungkinan Situasi

Keterangan:Situasi 1 : volume produksi menurun 10%Situasi 2 : biaya produksi naik 10%Situasi 3 : volume produksi menurun 10% dan biaya produksi naik 10%

Menurut hasil perhitungan pada tabel 4, perubahan pada 3 situasi yang diujikanternyata masih tetap memberikan status kelayakan yang baik bagi pengusahaan suteraalam skala rumah tangga. Pada situasi pengujian terburuk sekalipun, yakni hargakokon turun mencapai harga terendah Rp. 16.000,- dengan volume produksi turun10% dan biaya produksi naik 10% secara bersama-sama, NPV tetap positif denganBCR 1,05 dan IRR 39,61. Gambaran demikian menunjukkan bahwa pengusahaansutera alam pada skala rumah tangga memiliki tingkat resiliensi cukup tinggi terhadapperubahan prodiktivitas dan biaya produksi.

Analisa ekonomi pada skala industri dilakukan pada pabrik pemintalan benang,dengan kapasitas produksi terpasang 10 ton kokon perbulan dan luas kebun 32 ha.Kendati pabrik pemintalan benang dan kebun murbei berada pada satu perusahaan,keduanya diperlakukan sebagai unit manajemen mandiri yang perhitungannyadilakukan terpisah. Kokon sebagai pada unit kebun murbei dihitung sebagaipenjualan bagi unit budi daya ulat sutera, dan kokon yang masuk ke pabrik pemintalanbenang dihitung sebagai produksi bagi unit pabrik pemintalan tersebut.

Proses produksi pada unit pabrik pemintalan ini dimulai dari seleksikokon, (menghilangkan bulu-bulu halus), (perebusan),(pengeringan), (pemintalan), (pemintalan ulang), danSemua proses tersebut menggunakan mesin, dengan output berupa benang suterayang siap jual dalam satuan kilogram.

2. Skala Industri

output

input

jloosing cooking dryingreeling rereeling vacoom, pressing.

140Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 131 - 148

Page 11: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

Tabel 5. Arus Kas unit Pabrik Pemintalan Benang

Keterangan :Data arus kas selama 5 tahun dari perhitungan selama 10 tahun§

Setelah data di atas diolah menurut kaidah perhitungan analisis ekonomi,dengan memperhitungkan nilai (dt), maka status kelayakan usahadapat dinilai melalui kriteria BCR, NPV dan IRR yang hasil perhitungannya disajikanpada tabel 6.

Table 6. Nilai BCR, NPV dan IRR pada Skala Industri Unit Pabrik Pemintalan Benang

discount factor

141Analisa Ekonomi pengusahaan pada skala (Yanto Rochmayanto, etd.)

Keterangan:Berdasarkan analisa arus kas pada umur teknis ekonomis 10 tahun§

Page 12: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

Tabel 6 menggambarkan bahwa nilai mesin pemintalan demikian mahal,sehingga dengan upaya efisiensi atau menaikkan harga jual benang dari Rp 220.000,-/kg (sebagai harga jual yang berlaku di pasar) menjadi Rp. 350.000,- pun nilai BCRkurang dari satu dan NPV negatif. Perusahaan pemintalan benang sutera akan layakuntuk dikembangkan pada harga jual benang Rp. 400.000,- atau lebih, tetapi harga initidak kompetetif di pasar benang sutera. Selain itu, pada harga ini margin keuntungansangat kecil, yang ditunjukkan dengan nilai BCR mendekati 1. Bunga bank jugaterletak pada angka kritis, karena ketika bunga bank naik dari 10,5% menjadi di atas14% akan menyebabkan pengusahaan sutera ini menjadi tidak layak.

Apabila perhitungan memperlakukan mesin sebagai hibah, dengan harga jualbenang sebesar Rp. 220.000,-/kg juga tidak memberikan keuntungan. Keuntungandiperoleh ketika harga dasar benang dinaikkan menjadi Rp. 300.000,- atau lebih.

Mencermati hasil perhitungan di atas dan mengevaluasi pengusahaan suteraalam yang dilakukan PT Ira Widya Utama selama ini pada kenyataannya tidak pernahmemberikan keuntungan, dengan ini dapat dibuktikan bahwa bagaimanapun upayaefisiensi biaya atau menaikkan harga jual benang sutera pengusahaan sutera alam tidaklayak untuk dikembangkan dalam skala industri.

Kriteria investasi di atas cukup mampu menjawab kelayakan unit usaha suteraalam untuk diteruskan, dikembangkan, direhabilitasi atau diperluas. Hasil tersebutkemudian perlu dilengkapi dengan informasi seberapa besar produksi minimumsehingga pengusahaan tidak mengalami kerugian.

Melalui pendekatan (BEP) dijumpai hasil sebagai berikut.

C. Skala Usaha Minimum

Break Event Point

Keluhan para petani di Sumatera Barat dan Pabrik Pemintalan benang PT IraWidya Utama di Sumatera Utara tentang sutera alam yang belum memberikankeuntungan memadai dapat dinilai wajar, karena proses produksi yang dilakukannyasama sekali belum mencapai skala minimal. Keuntungan akan dapat diperoleh apabilaproses produksi berada di atas jumlah angka-angka bahan baku sebagaimana terterapada table 7.

Sebagai contoh, petani di Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat, setiaptahun paling banyak memelihara 10 box ulat dalam lahan seluas tiga hektar tersebut.Sedangkan pabrik pemintalan benang di Tanjung Morawa, Deli Serdang setiaptahunnya paling banyak memproses 12 ton kokon. Selama petani dan pengusahabelum memenuhi skala minimal produksi sebagaimana tabel 4, maka bukan hanyamenimbulkan stagnasi proses produksi dan penurunan produktivitas, tetapi jugaterancam pailit dan masyarakat akan berpindah jenis usaha ke komoditi yang lebihmenguntungkan menurut persepsi dan perhitungan sendiri.

142Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 131 - 148

Page 13: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

Tabel 7. Nilai BEP Budidaya Sutera Alam

D. Masa Pengembalian Investasi (Pay Back Period)

Pada saat pengusahaan sutera alam dipenuhi kapasitas produksinya sesuaikaidah BEP di atas, maka investasi yang ditanamkan akan kembali terpenuhi daribenefit tahunan dan depresiasi dalam tempo 3,37 tahun bagi skala rumah tangga biladilakukan sampai produksi kokon. Sedangkan apabila pengusahaan sutera alam skalarumah tangga tersebut dilakukan hingga produksi benang sutera maka masapengembalian investasinya akan dicapai dalam 2,01 tahun. Masa pengembalianinvestasi yang relatif pendek ini memungkinkan petani untuk dapat mengajukan kreditusaha pada bank tertentu, sehingga masalah permodalan dapat diantisipasi tanpaharus memiliki kekhawatiran akan ketidakmampuan pengembalian pinjamannya.

Dalam hal pengusahaan sutera alam dilakukan pada skala industri, dimanakelayakan investasinya diperoleh pada harga dasar benang sutera Rp. /kg keatas, maka pada alternatif ini akan diperoleh masa pengembalian investasinya akandicapai dalam waktu 6,04 tahun.

400.000,-

143Analisa Ekonomi pengusahaan pada skala (Yanto Rochmayanto, etd.)

Page 14: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

Tabel 8. Masa Pengembalian Investasi Pengusahaan Sutera Alam pada BeberapaSkenario

Berdasarkan keseluruhan uraian di atas, penelitian ini menunjukkan adanyakesalahan manajemen produksi persuteraan alam.dimaksud adalah perilaku para pelaku usaha sutera alam (skala rumah tangga maupunskala industri) belum memenuhi skala pengusahaan minimal yang ditunjukkan denganjumlah input produksi bawah BEP. Situasi tersebut secara langsung maupun tidakdapat mengakibatkan keluaran produk sutera alam (kokon dan benang sutera) tidakmemberikan jaminan kualitas dan kontinyuitas terhadap pasar konsumen.

Dengan demikian, pengusahaan sutera alam memberikan persepsi tidakmenguntungkan bagi pelaku usahanya, dan membentuk opini di masyarakat bahwapengusahaan sutera alam tidak berkembang bahkan mengalami kemunduran. Olehkarena itu, semua pihak yang terlibat diharapkan meningkatkan kepedulian danmemberikan kontribusi sesuai kapasitasnya dalam upaya pengembangan persuteraanalam di Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

(missmanagement) Missmanagement

144Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 131 - 148

Page 15: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

IV.

Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Hasil penelitian menunjukkan situasi pengusahaan sutera alam sebagai berikut.1. Pengusahaan sutera alam dalam skala rumah tangga layak untuk dilakukan

pengembangan, rehabilitasi maupun perluasan. Apabila pengusahaan sutera alamoleh petani dilakukan sampai produksi benang dengan harga jual Rp. 220.000,-maka BEP rata-rata berada pada jumlah ulat 27 box/tahun, dengan pengembalianinvestasi akan diperoleh selama 2,01 tahun. Sedangkan pengusahaan yangdilakukan sampai produksi kokon dengan harga jual rata-rata Rp. 18.000,- BEPjatuh pada 49 box/tahun, dengan pengembalian investasi akan diperoleh selama3,37 tahun. Nilai BEP dan akan semakin rendah manakala hargajual kokon semakin tinggi.

2. Pengusahaan sutera alam dalam skala industri tidak layak untuk dilakukanpengembangan, rehabilitasi dan perluasan karena tidak memenuhi kriteriainvestasi. Pengusahaan sutera alam dalam skala industri diprediksi akan layaksecara ekonomi apabila harga jual benang sutera per kg di atas Rp. 400.000,-. Bilasituasi pasar ini dipenuhi maka perlu dilakukan perluasan kebun hingga luasan diatas 298 ha agar pengusahaan sutera alam dapat memenuhi BEP bahan bakuproduksi dan memberikan keuntungan memadai.

Berdasarkan hasil analisa ini maka pengusahaan sutera alam di Sumatera hanyabisa dilakukan melalui industri rumah tangga Proses produksi yangmemberikan NPV paling tinggi adalah budi daya sutera alam sampai pemintalanbenang. Guna mendukung pilihan tersebut berikut ini disarankan beberapa catatanpenting dalam upaya pengembangan pengusahaan sutera alam, yaitu :1. Rehabilitasi teknis pada teknik pemeliharaan murbei dan ulat sutera sehingga

kualitas pakan dan kokon dapat ditingkatkan.2. Kuantitas pemeliharaan ulat perlu ditambah sehingga di atas BEP rata-rata yaitu 27

box per tahun.3. Perluasan kebun dapat dilakukan hingga mencapai lima hektar untuk menopang

jumlah pemeliharaan ulat melalui manajemen kelompok tani.4. Industri rumah tangga harus diperkuat dengan pola kemitraan dengan outlet

pemasaran benang yang tersedia di Sumatera maupun tempat lainnya.

Adiningsih, Sri. 1999. BPFE-UGM . Yogyakarta.

Asri, Marwan. 1991. Cetakan Kedua. UPP-AMP YKPN. Y ogyakarta.

Atmosoedarjo, dkk,. 2000. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.

pay back period

(home industry).

Ekonomi Mikro.

Marketing.

Sutera Alam Indonesia.

145Analisa Ekonomi pengusahaan pada skala (Yanto Rochmayanto, etd.)

Page 16: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

Fillius, A.M. 1992. Wageningen. AgricultureUniversity Departement of Forestry.

Handoko, T. Hani. 2000. BPFE.Yogyakarta.

Iskandar. Untung. 1999. BiagrafPublishing. Yogyakarta.

Kadariah, Karlina dan Gray. 1978. Lembaga PenerbitFakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Nugraha, Agung. 2000.BiagrafPublishing. Yogyakarta.

Purba, Radix. 1997. Rineka Cipta. Jakarta.

Qahhar dan Rinaldi. 2004. S DigitalArt Design. Medan.

Rangkuti, Freddy. 2003. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Riyanto, Bambang. 1999. BPFE. Y ogyakarta.

Rochmayanto, Y. 2004.Laporan Hasil Penelitian. Loka Penelitian dan

Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu. Kuok. Belum dipublikasikan.

Soekarwati. 1990. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Invesment Analysis in Forest Management.

Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi.

Aplikasi Manajemen Teknologi Menuju Hutan Lestari.

Pengantar Evaluasi Proyek.

Quo Vadis Kehutanan Indonesia: Bunga Rampai PerenunganSeorang Rimbawan.

Anlisis Biaya dan Manfaat.

Biografi H Yopie Batubara Orang Bilang Saya Gila.

Riset Pemasaran.

Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.

Kajian Supply Demand dan Studi Tapak Serat Sutera di Wi/ayahRiau dan Sumatera Barat.

Teori Ekonomi Produksi.

:

146Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 131 - 148

Page 17: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

147Analisa Ekonomi pengusahaan pada skala (Yanto Rochmayanto, etd.)

Page 18: ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM …puspijak.org/uploads/info/YantoSoenarno.pdf · perbaikan finansial yang memadai. ... Analisa ekonomi skala rumah tangga dilakukan pada petani

148Vol. 7 No. 3 September Th. 2007, 131 - 148