Page 1
2.1 Analisa Dan Pembahasan Ambient2.1.1 Landasan Teori
2.1.1.1 Debu
Debu adalah zat padat yang berukuran 0,1 – 25 mikron. Debu
termasuk kedalam golongan partikulat. Partikel debu dipengaruhi
oleh daya tarik bumi sehingga cenderung untuk jatuh di
permukaan bumi. Berat partikel dapat menggambarkan seberapa
jauh partikel dapat terbawa angin, efek yang ditimbulkannya,
sumber pencemarannya dan lamanya masa tinggal partikel di
udara.
Partikel debu dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu dust
fall (setteable particulate) dan suspended particulate matter
(SPM). Dust fall adalah partikel berbentuk lebih besar dari 10
µm. SPM adalah partikel yang ukurannya lebih kecil dari 10µm
dan keberadaannya terutama berasal dari proses industri dan
pembakaran.
2.1.1.2 Amonia (NH3)
Ammoniak adalah senyawa kimia dengan rumus N H 3 yang terdiri
dari 3 atom hidrogen (H) dan 1 atom nitrogen (N). Sifat-sifat
amonia adalah sebagai berikut :
- gas yang tidak berwarna dan baunya sangat menyengat
sehingga gas ini mudah dikenal melalui baunya,
- Sangat mudah larut dalam air pada keadaan standar,
- amonia cair membeku pada suhu -780C dan mendidih pada suhu
-330 C.
2.1.1.3 SO2
Page 2
Sulfur dioksida merupakan senyawa kimia dengan rumus SO2
tersusun dari 1 atom sulfur dan 2 atom oksigen yang dihasilkan
terutama dari letusan gunung berapi dan beberapa proses
industri. Bahan bakar minyak banyak mengandung unsur sulfur,
sehingga pembakarannya menghasilkan SO2 kecuali sulfurnya telah
dihilangkan sebelum dilakukan pembakaran.
Gas belerang dioksida (SO2) mempunyai sifat tidak
berwarna, tetapi berbau menyengat dan dapat menyesakkan napas
meskipun dalam kadar rendah. Gas ini dihasilkan dari oksidasi
atau pembakaran Sulfur yang terlarut dalam bahan bakar miyak
bumi serta dari pembakaran belerang yang terkandung dalam bijih
logam yang diproses pada industri pertambangan. Penyebab
terbesar berlebihnya kadar oksida Sulfur di udara adalah pada
pembakaran batu bara.
2.1.1.4 CO2
Karbon dioksida adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua
atom oksigen terikat kovalen dengan atom karbon. Konsentrasi
karbon dioksida di atmosfer bumi ± 387 ppm. Tetapi jumlahnya
bervariasi tergantung lokasi dan waktu.
Karbon dioksida tidak berbentuk cair pada tekanan di bawah
5,1 atm tetapi berbentuk padat pada temperatur di bawah -78 °C.
Dalam bentuk padat, karbon dioksida disebut es kering.CO2 adalah
oksida asam.
2.1.2 Pembahasan Ambient
Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat,
energi, dan atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan
Page 3
atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara
ambien. Adapun emisi yang dianalisa adalah debu partikel, CO2,
NH3, dan SO2. baik yang melebihi baku mutu ataupun yang tidak
melebihi baku mutu. Pada hasil sampling sendiri nilai ambang
batas untuk debu, SO2, dan CO2 mengacu pada Peraturan
Pemerintah. No. 41 Tahun 1999. Sedangkan untuk Amonia (NH3)
mengacu pada SK Gubernur Kalimantan Timur No. 339 tahun 1988.
Di PT KMI, pengujian udara ambient didapatkan pada dua
lokasi yang berbeda. yaitu untuk uji 1 berlokasi di area flare
dengan koordinat N 00O 10’ 27,3” – E 117O 29’ 60,5”, dengan
jenis pengambilan sample udara di atas (up wind). Sedangkan
untuk uji 2 berlokasi di Area Kompresor dengan koordinat N 00O
10’ 57,0” – E 117O 29’ 60,9” dengan jenis pengambilan sample
udara di bawah (down wind).
Adapun analisa analisa yang dapat kami jelaskan yaitu
sebagai berikut :
2.1.2.1 Debu
Untuk baku mutu udara ambient yang mengacu pada Peraturan
Pemerintah. No. 41 Tahun 1999 batas diperbolehkanya kadar
partikel debu di udara yaitu sebesar 2,6 Mg/Nm3. Adapun hasil
dari sampling setiap bulannya dari januari tahun 2011 sampai
dengan desember tahun 2013 menunjukan hasil yang signifikan.
Hasil uji 1 dan dua debu partikel Dapat dilihat pada grafik
dibawah ini
Page 4
Gambar Grafik Hasil Uji 1 Debu Partikel
Gambar Grafik Hasil uji 2 debu Partikel
Jika dilihat pada grafik untuk hasil uji 1 tidak ada data
yang melebihi baku mutu. Untuk data tertinggi terjadi pada
bulan maret tahun 2012 dengan nilai Ambient sebesar 0,25
mg/Nm3. Sedangkan untuk data terendah terjadi pada bulan april
2012 dengan nilai ambient sebesar 0,010 mg/Nm3.
0,26 (Baku Mutu)
0,26 (Baku Mutu)
Page 5
Kemudian untuk hasil uji 2 terdapat nilai pengujian
ambient yang melebihi baku mutu. Yaitu terjadi pada bulan
November tahun 2013 dengan nilai sebesar 0,262 mg/Nm3.
Sedangkan untuk nilai terkecil terjadi pada bulan Februari
tahun 2011 dengan nilai sebesar 0,007 mg/Nm3.
Terjadinya kenaikan Partikel Debu pada grafik kemungkinan
disebabkan oleh faktor dari luar. Dikarenakan terdapat pabrik
penghasil uap tekanan tinggi dengan bahan baku batu bara.
Sehingga mempengaruhi udara ambient di lingkungan sekitar
pabrik.
Adapun dampak negatif akibat debu yang di hasilkan oleh
suatu industri pada manusia adalah penyakit saluran pernapasan
yang disebabkan oleh adanya partikel debu yang masuk atau
mengendap di dalam paru-paru.
2.1.2.2 Amonia (NH3)
Seperti yang sudah dijelaskan didalam pembahasan Udara
Ambient. Untuk baku mutu Amonia dalam pengujian udara ambient
di lingkungan PT KMI sendiri mengacu pada SK Gubernur
Kalimantan Timur No. 339 tahun 1988, Dengan batas baku mutu
sebesar 2 mg/Nm3.
Adapun grafik hasil pengujian udara Ambient untuk NH3 dari
tahun 2011 sampai tahun 2012 yaitu sebagai berikut :
Page 6
Gambar Gambar Grafik Uji 1 Amonia
Gambar Gambar Grafik Uji 2 Amonia
Pada hasil uji 1 Amonia dapat dilihat bahwa nilai hasil
uji tidak ada yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.
Dari grafik hsail uji tertinggi terjadi pada bulan juni tahun
2011, dengan nilai uji sebesar 0,128 mg/Nm3. Sedangkan nilai
Page 7
uji terendah terjadi pada bulan januari 2011, dengan nilai
sebesar 0,004 mg/Nm3.
Sama halnya dengan grafik uji 1 Amonia. pada grafik uji 2
Amonia tidak ada data yang menunjukan nilai yang melebihi batas
baku mutu yang telah ditetapkan. Dari grafik hasil uji
tertinggi terjadi pada bulan agustus 2013 dengan hasil uji
sebesar 0,116 mg/Nm3. Sedangkan untuk nilai terendah terjadi
pada bulan januari 2012 dengan hasil uji sebesar 0,006 mg/Nm3.
Faktor yang mempengaruhi besarnya nilai NH3 terbagi atas 2
yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam. Untuk faktor dari
luar kemungkinan besar disebabkan oleh kegiatan proses produksi
disalah satu Perusahaan yang ada di sekitar PT KMI, mengingat
bahwa ada salah satu Perusahaan yang memproduksi Amonia.
2.1.2.3 SO2
Untuk baku mutu udara ambient SO2 mengacu pada Peraturan
Pemerintah. No. 41 Tahun 1999. batas diperbolehkanya kadar SO2
diudara yaitu sebesar 0,25 Mg/Nm3. Adapun hasil dari sampling
setiap bulanya dari januari tahun 2011 sampai dengan desember
tahun 2013 menunjukan hasil yang signifikan. Hasil uji 1 dan 2
kadar SO2 Dapat dilihat pada grafik dibawah ini
Page 8
Gambar Gambar Grafik Uji 1 SO2
Gambar Grafik Uji 2 SO2
Pada hasil uji 1 SO2 dapat dilihat bahwa nilai hasil uji
tidak ada yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Dari
grafik hasil uji tertinggi terjadi pada bulan Agustus tahun
2013, dengan nilai uji sebesar 0,24 mg/Nm3. Sedangkan untuk
nilai terendah yaitu sebesar 0,01 mg/Nm3 yang terjadi pada
0,25 (Baku Mutu)
0,25 (Baku Mutu)
Page 9
beberapa bulan yaitu bulan desember 2012, oktober 2012, Agustus
2012, maret 2012, april 2012, Desember 2013, november 2013,
oktober 2013, Juli 2013, Juni 2013, april 2013, februari 2013,
dan januari 2013.
Sedangkan hasil uji 2 SO2 terdapat beberapa data yang
melebihi baku mutu yang telah ditentukan. Yaitu pada bulan juli
2012 dengan nilai ambient sebesar 0,299 mg/Nm3 dan pada bulan
november 2012 dengan nilai sebesar 0,36 mg/Nm3. Sedangkan untuk
nilai terendah dengan nilai sebesar 0,01 mg/Nm3, yang terjadi
pada beberapa bulan yaitu bulan desember 2012, bulan oktober
2012, bulan september 2012, bulan agustus 2012, bulan maret
2012, bulan april 2012, dari bulan juni tahun 2013 sampai
dengan bulan desember 2013, dan dari bulan januari 2013 sampai
dengan april 2013.
Apa bila kedua grafik diatas dibandingkan antara hasil uji
1 dengan hasil uji 2 maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa
kenaikan nilai emisi SO2 pada uji 2 yang berlokasi di kompresor
1300 kemungkin di pengaruhi oleh udara pembakaran dari
perusahaan sekitar di karenakan lokasi ini berdekatan dengan
pabrik Amoniak PT. KPI.
2.1.2.4 CO2
Untuk baku mutu udara ambient CO2 mengacu pada Peraturan
Pemerintah. No. 41 Tahun 1999 batas diperbolehkanya kadar CO2
diudara yaitu sebesar 9000 Mg/Nm3. Adapun hasil dari sampling
setiap bulanya dari januari tahun 2011 sampai dengan desember
tahun 2013 menunjukan hasil yang signifikan. Hasil uji satu dan
dua CO2 dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Page 10
Gambar Grafik Uji 1 CO2 (Mg/Nm3)
Gambar Grafik Uji 2 CO2 (Mg/Nm3)
Pada grafik Hasil Uji 1 dan 2 CO2 menunjukan tidak adanya
data yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Untuk data
Page 11
hasil uji 1 nilai tertinggi terjadi pada bulan juli 2013 dengan
kisaran nilai sebesar 1242 mg/Nm3. Dan untuk data dengan nilai
terndar terjadi pada bulan juni 2011 dengan kisaran nilai
sebesar 367,54 mg/Nm3. Sedangkan untuk grafik uji coba 2 nilai
terbesar terjadi pada bulan maret 2013 dengan kisaran nilai
sebesae 1662,00 mg/Nm3. Dan untuk nilai terkecil terjadi pada
bulan juni 2011 dengan kisaran nilai sebesar 360,23 mg/Nm3.
Salah satu faktor yang menyebakan kenaikan Emisi CO2 di
sektor industri di udara disebabkan oleh tidak sempurnanya
pembakaran bahan bakar yang diperlukan untuk proses produksi,
Sehingga menyebabkan kenaikan CO2. Untuk PT KMI sendiri bahan
bakar yang digunakan adalah Gas alam untuk pembakaran di unit
proses khususnya di unit reformer dan boiler.
Dampak negatif dari Gas CO2 pada lingkungan adalah
pemanasan Global. Dimana gas CO2 tergolong dalam salah Satu
jenis Gas rumah kaca yang sangat mempengaruhi naiknya suhu rata
- rata permukaan bumi akibat pemanasan global. Semakin tinggi
jumlah gas CO2 diudara maka semakin tinggi pula efek yang
ditimbulkan.
TUGAS KHUSUS
1. Perhitungan Emisi CO2 Ekivalen
1.1. Penentuan Tier
Berdasarkan IPCC 2006 GL, ketelitian penghitungan emisi
GRK dikelompokkan dalam 3 tingkat ketelitian. Dalam kegiatan
inventarisasi GRK, tingkat ketelitian perhitungan dikenal
dengan istilah “Tier”. Tingkat ketelitian perhitungan terkait
Page 12
dengan data dan metoda perhitungan yang digunakan sebagaimana
dijelaskan berikut ini:
- Tier 1 : Estimasi berdasarkan data aktifitas dan faktor
emisi default IPCC.
- Tier 2 : Estimasi berdasarkan data aktifitas yang lebih
akurat dan faktor emisi default IPCC atau faktor emisi
spesifik suatu negara atau suatu pabrik (country
specific/plant specific).
- Tier 3 : Estimasi berdasarkan metoda spesifik suatu negara
dengan data aktifitas yang lebih akurat (pengukuran
langsung) dan faktor emisi spesifik suatu negara atau
suatu pabrik (country specific/plant specific)
1.2. Metode Pendekatan
Penentuan Tier dalam inventarisasi GRK sangat ditentukan
oleh ketersediaan data dan tingkat kemajuan suatu negara atau
pabrik dalam hal penelitian untuk menyusun metodologi atau
menentukan faktor emisi yang spesifik dan berlaku bagi
negara/pabrik tersebut. Di Indonesia dan negara-negara non-
Annex 1, sumber emisi sektor/kegiatan kunci pada inventarisasi
GRK menggunakan Tier-1, yaitu berdasarkan data aktifitas dan
faktor emisi default IPCC.
Prosedur untuk menetapkan Tier yang akan digunakan dalam
inventarisasi diperlihatkan pada Gambar berikut :
Page 13
Gambar 1.1 Bagan Alir Penetuan Tier
1.3. Tahapan Perhitungan Emisi GRK
Adapun Tahapan Perhitungan Emisi GRK dapat dilihat dalam
gambar bagan alir sebagai berikut :
Gambar 1.2 Tahapan perhitungan Emisi GRK
Page 14
1.4. Perhitungan Emisi CO2
Diketahui jumlah gas alam yang dibutuhkan pada Unit
Reforming untuk pembakaran sebesar 15.099 Nm3/h. Hitunglah
Emisi CO2 Ekivalen yang dihasilkan pada unit reforming.
Penyelesaian
Metode yang di gunakan untuk menghitung CO2 Ekivalen yaiutu
dengan mengunakan metode Tier 3. Dengan persamaan umum sebagai
berikut :
E GRK = Konsumsi BB X FE GRK
E GRK = Emisi Gas Rumah Kaca (Kg/day)
Konsumsi BB = Konsumsi Bahan Bakar (Tj/day)
FE GRK = Faktor Emisi (Kg/Tj)
1.4.1. Konversi Satuan dari Nm3/jam ke Tj/jam
Faktor emisi menurut default IPCC dinyatakan dalam satuan
emisi per unit energi yang dikonsumsi (kg GRK/TJ). Di sisi lain
data konsumsi energi gas alam yang diketahui , masih berupa
Nm3/h . Oleh karena itu data konsumsi energi harus dikonversi
terlebih dahulu ke dalam satuan energi TJ (Terra Joule) dengan
persamaan sebagai berikut :
Konsumsi Energi (TJ) = Konsumsi Energi (sat. Fisik) x Nilai
Kalor (TJ/(Sat.fisik))
Untuk gas alam , nilai kalor bahan bakar yaitu 38,5 x 10^-
6 Tj/Nm3 . Jadi konversi satuan gas alam ke Tj yaitu :
Page 15
Konsumsi Energi (TJ)=Konsumsi Energi (sat. Fisik) x Nilai
Kalor sat.fisik
Konsumsi Energi (TJ)= 15.099 Nm3/h x 38,5 x10^-6 TJ/Nm3
Konsumsi Energi (TJ) = 0,581 TJ/h
Karena konsumsi energi dalam satuan hari , maka :
Konsumsi Energi = 0,581 TJ/h x 24 jam
Konsumsi Energi = 13,951 TJ/Hari
1.4.2. Perhitungan Emisi GRK
Konsumsi bahan bakar gas alam yang telah di konversi
dapat dimasukkan ke persamaan umum . Untuk Faktor emisi CO2
yaitu sebesar 56.100 Kg/TJ . Faktor emisi CH4 sebesar 1 Kg/TJ .
Sedangkan untuk emisi N20 sebesar 0,1 Kg/TJ . Faktor emisi
menggunakan faktor emisi default IPCC yang dapat dilihat pada
Gambar Berikut :
Gambar 1.3 Faktor Emisi Pembakaran Kg GRK/Tj
Page 16
- Emisi CO2
Emisi GRK CO2 = Konsumsi BB CO2 X FE GRK CO2
Emisi GRK CO2 = 13,951 TJ/Hari x 56.100 Kg/TJ
Emisi GRK CO2 = 782.678 Kg/Hari
- Emisi CH4
Emisi GRK CH4 = Konsumsi BB CH4 X FE GRK CH4
Emisi GRK CH4 = 13,951 TJ/Hari x 1 Kg/TJ
Emisi GRK CH4 = 13,951 Kg/Hari
- Emisi N2O
Page 17
Emisi GRK N2O = Konsumsi BB N2O X FE GRK N2O
Emisi GRK N2O = 13,951 TJ/Hari x 0,1 Kg/TJ
Emisi GRK N2O = 1,4 Kg/Hari
1.4.3. Konversi Satuan ke Ton/hari
Emisi GRK dalam Kg/Hari di konversi kedalam satuan
Ton/Hari . Maka :
- Emisi CO2
Emisi CO2 = 782.678 Kg/Hari / 1000 Ton
Emisi CO2 = 782 , 7 Ton / Hari
- Emisi CH4
Emisi CH4 = 14 Kg/Hari / 1000 Ton
Emisi CH4 = 0,014 Ton / Hari
- Emisi N2O
Emisi N2O = 1,4 Kg/Hari / 1000 Ton
Emisi N2O = 0,0014Ton / Hari
1.4.4. Perhitungan CO2 Ekivalen
Setelah didapatkan emisi GRK dalam satuan Ton/Hari , maka
dapat mencari CO2 Ekivalen yang dihasilkan oleh unit reforming
dengan persamaan sebagai berikut :
CO2 Ekivalen = (Emisi GRK CO2 x GWP CO2) + (Emisi GRK CH4 x GWP
CH4)
+ (Emisi GRK N2O x GWP N20)
Page 18
GWP adalah Global Warming Potential. GWP digunakan untuk
mengetahui seberapa besar CO2 ekivalen yang dihasilkan pada
suatu unit. Baik CO2, CH4, maupun N2O memiliki GWP yang berbeda
- beda. Untuk CO2 memiliki GWP sebesar 1, CH4 sebesar 21, dan
N2O sebesar 210. Untuk lebih jelas rincian GWP dapat dilihat
pada Gambar Berikut :
Gambar 1.4 Daftar Nilai Global Warming Potential (GWP)
CO2 Ekivalen = (Emisi GRK CO2 x GWP CO2) + (Emisi GRK CH4 x GWP
CH4)
+ (Emisi GRK N2O x GWP N20)
CO2 Ekivalen = (782,7 Ton/Hari x 1) + (0,014 Ton/Hari x 21) +
(0,0014Ton/Hari x 310)
CO2 Ekivalen = 783,4 Ton / Hari.
Jadi CO2 ekivalen yang dihasilkan oleh unit reforming
sebesar 783,4 Ton/Hari.