BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangFilsafat adalah studi tentang seluruh
fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan
dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi
dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk
itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi
tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah
proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika
berpikir dan logika bahasa.Logika merupakan sebuah ilmu yang
sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat
filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri
eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan,
rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti
perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya
tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang
mempertanyakan segala hal.Penjelasan mengenai makna kehidupan dan
bagaimana seharusnya kita menjalaninya merupakan masalah yang
klasik, yang hingga sekarang susah untuk ditetapkan filsafat mana
yang paling benar yang seharusnya kita anut. Para filsuf tersebut
menggunakan sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan
filsafat yang berbeda pula. Antara aliran atau paham yang satu dan
yang lainnya ada yang saling bertentangan dan ada pula yang
memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun bertentangan,
bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya
aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh
filsafat, kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang
sedang kita hadapi.
Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri dan mengkaji
suatu pemikiran mendasar dan tertua yang mengawali kebudayaan
manusia. Suatu sistim, filsafat berkembang berdasarkan ajaran
seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat
sebagai suatu masyarakat atau bangsa.Sistem filsafat amat
ditentukan oleh potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu,
tegasnya oleh kerjasama faktor dalam dan faktor luar.Faktor-faktor
ini diantaranya yang utama ialah sikap dan pandangan hidup,
citakarsa dan kondisi alam lingkungan. Apabila cita karsanya tinggi
dan kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa itu
tumbuhnya tidak subur (tidak jaya).Dalam perjalanannya problem yang
dihadapi oleh manusia makin kompleks, sehingga membutuhkan jawaban
yang kompleks pula, jawaban yang diberikan terhadap suatu problem
tidak selalu dapat tuntas, bahkan kadang-kadang hanya sebagian
kecil saja dari problem-problem yang ada terjawab dengan baik. Hal
tersebut dikarenakan latar belakang yang berbeda-beda, baik dilihat
dari aspek manusianya maupun dari aspek masalahnya, maka hal
tersebut berpenganruh terhadap jawaban-jawaban yang diberikan. Oleh
karena jawaban dari suatu masalah dilihat dari berbagai sudut
pandang sehingga mengakibatkan jawaban yang berbeda pula, maka
timbulah bermacam-macam aliran dalam filsafat.
Manusia memegang peranan penting dalam munculnya aliran-aliran
dalam filsafat ini, karena pada hakikatnya manusia mempunyai unsur
kejiwaan, yaitu cipta, rasa, dan karsa, maka setiap individu dapat
menghasilkan filsafatnya masing-masing. Namun pada sisi yang lain
kenyataannya menunjukkan bahwa hanya orang-orang tertentu saja yang
dapat mengemukakan pendapat serta ajaran yang bernilai filsafati.
Hambatan-hambatan yang ditimbulkan oleh kata dan susunan kalimat
dalam suatu bahasa seringkali memaksa seorang filusuf untuk
menyusun kalimat atau merangkai kata baru, hal ini dilakukan semata
mata untuk bisa membuat representasi yang mendekati dengan apa yang
terkandung dalam pikirannya. Oleh karena filsafat merupakan hasil
perenungan jiwa manusia yang terdalam, maka corak (sifat,khas)
dalam tiap-tiap aliran tidak terlepas dari unsur-unsur yang
menyusun manusia itu sendiri
1.2 Masalah
Dari latar belakang tersebut terdapat masalah sebagai berikut,
yaitu :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Filsafat ?1.2.2 Apa saja Aliran
aliran Filsafat ?
1.2.3 Apa saja Ciri-Ciri Pikiran Kefilsafatan ?1.2.4 Bagaimana
Tata Cara Perenungan Kefilsafatan ?1.2.5 Bagaimana Cara Memulai dan
Melanjutkan dalam Perenungan Filsafat ?1.3 Tujuan
Dari masalah tersebut terdapat tujuan sebagai berikut, yaitu
:
1.3.1 Agar mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Filsafat;1.3.3
Agar mahasiswa dapat menyebutkan Aliran aliran Filsafat;1.3.3 Agar
mahasiswa dapat menyebutkan Ciri-Ciri Pikiran Kefilsafatan;1.3.4
Agar mahasiswa dapat menjelaskan Tata Cara Perenungan
Kefilsafatan;
1. 3.5 Agar mahasiswa dapat menjelaskan Cara Memulai dan
Melanjutkan dalam Perenungan Filsafat.BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat
Filsafat secara harfiah berasal kata Philo berarti cinta, Sophos
berarti ilmu atau hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti
cinta terhadap ilmu atau hikmah. Pengertian dari teori lain
menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani, philosophia:
philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau
hikmah (wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Pelaku filsafat berarti
filosof, berarti: a lover of wisdom. Orang berfilsafat dapat
dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan pengetahuan
atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya.Apakah Filsafat itu ?
Orang mengatakan bahwa filsafat "tidak membuat roti" dan ucapan ini
sepenuhnya benar. Filsafat tidak memberikan petunjuk-petunjuk untuk
mencapai taraf hidup yang lebih tinggi.sebenarnya jika didalam
Filsafat anda mencari jawaban yang terakhir maka kita akan kecewa
terhadap persoalan yang dihadapi. Dalam berfilsafat kita mulai
menyusun sistem filsafat yang di dalamnya kita dapat menempatkan
persoalan-persoalan yang dihadapai serta akan menemukan jawabannya.
Dalam berfilsafat kita akan terbiasa mengadakan penalaran serta
menyempurnakan pemikiran karena kita menyadari bahwa
jawaban-jawaban kita tidak bersifat tetap dan belum tentu diterima
oleh semua pihak.
Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan tindakan, meskipun
filsafat "tidak membuat roti" namun secara sederhana tujuan
filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin,
mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini, menemukan
hakekatnya, menertibkan dan mengatur semuanya ke dalam bentuk yang
sistematis. Filsafat membawa kita kepada pemahaman, dan pemahaman
membawa kita kepada tindakan yang lebih layak. Sebuah contoh
klasik.pada sekitar tahun 399 SM, seorang filusuf bernama Socrates
dihukum mati atas tuduhan merusak jiwa kaum muda Athena. Tetapi
Socrates mempunyai banyak teman yang kaya yang mengambil keputusan,
bahwa menurut hemat mereka sorates dihukum secara salah, mereka
akan membantu untuk melarikan diri tetapi Socrates tidak mau
melakukannya, kepada kawan-kawannya ia berkata, sebelum ia
melakukannya perlu ditentukan terlebih dahulu apakah perbuatan
melarikan diri layak baginya, inilah ucapan seorang filsuf, harus
berfikir lebih dahulu sebelum melakukan bertindak. Setelah
berdiskusi dengan teman-temannya dengan berbagai argumentasi,
akhirnya mereka sepakat bahwa tidak layak bagi seorang Sokrates
untuk melarikan diri.
Kegiatan kefilsafatan ialah pemikiran secara ketat. Contoh
diatas menunjukan bahwa filsafat berbeda sama sekali dengan membuat
roti. Filsafat merupakan suatu analisa secara hati-hati terhadap
penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara
sengaja serta sistematis suatu sudut pandang yang menjadi dasar
suatu tindakan. Kegiatan kefilsafatan itu yang dinamakan perenungan
atau pemikiran
Perenungan atau pemikiran jenis ini berupa meragukan segala
sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan yang satu
dengan lainnya, menanyakan "mengapa" mencari jawaban yang lebih
baik dibandingkan dengan jawaban yang tersedia pada pandangan
pertama. Filsafat sebagai perenungan mengusahakan kejelasan,
keruntutan, dan menyempurnakan keadaan pengetahuan agar kita
memperoleh pemahaman.
Filsafat merupakan pemikiran secara sistematis, kegiatan
kefilsafatan ialah merenung. Tetapi merenung bukanlah melamun, juga
bukan berpikir secara kebetulan yang bersifat
untung-untungan.Perenungan kefilsafatan ialah percobaan untuk
menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional, yang memadai untuk
memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri kita
sendiri. Perenungan ke filsafatan dapat merupakan karya satu orang
yang dikerjakannya sendiri, ketika ia dengan pikirannya berusaha
keras untuk menemukan alasan serta penjelasan dengan semacam
bertanya kepada diri sendiri atau perenungan itu dapat pula
dilakukan oleh dua orang atau lebih di dalam suatu percakapan
ketika mereka melakukan analisa, melakukan kritik dan menghubungkan
pikiran mereka secara timbal balik.
Perenungan kefilsafatan ialah sejenis percakapan yang dilakukan
dengan diri sendiri atau dengan orang lain. Perenungan kefilsafatan
dapat dipandang sebagai pertentangan diantara alternatif-alternatif
yang masing-masing berpegangan pada unsur yang penting, dan
kemudian mencoba untuk megujikan pada pengalaman, kenyataan
empirik, dan akal.Hal ini terjadi dalam filsafat pengetahuan.Ada
yang berpendapat bahwa pengetahuan dapat diperoleh hanya melalaui
pengalaman yang disebut aliran empirisme, dan ada yang berpendirian
bahwa pengetahuan diperoleh melalui akal yang disebut aliran
rasionalisme.
2.2 Aliran aliran Filsafat
Sebagian bagian dari bangunan besar filsafat, filsafat ilmu
hilang dan tumbuh berganti dari mashab yang satu ke mashab yang
lainnya. Ini karena pemikiran filsafat ilmu berasal dari pikiran
manusia. Filsafat adalah pengetahuan atas realitas dalam
kemungkinan kemungkinan akal manusia, karena filsafat berakhir pada
teori ilmu pengetahuan untuk memperoleh kebenaran dan bertindak di
atas rel kebenaran yang sudah ditemukan, demikian kata Abu Yaqub al
kindi (dalam Hossein Nasr, 1993).
Dalam filsafat terdapat berbagai aliran aliran seperti
meterialisme, idealism, rasionalisme dan lain lain. Brubacher
(1950), mengelompokkan filsafat pendidikan menjadi dua kelompok
besar, yaitu progresif dan konservatif. Filsafat pendidikan
progresif didukung oleh filsafat pragmatism dari John Dewey dan
romantik naturalism dari Roousseau. Sedangkan filsafat pendidikan
konservatif didasari oleh filsafat idealism, realism, humanism,
supernatulisme atau realism relegius.a. Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, yang berarti
berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini
juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the
greatest happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori
sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan
muridnya, John Stuart Mill.
Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat
bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan
menguntungkan.Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak
bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan.Karena itu, baik buruknya
perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan
menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori
tujuan perbuatan.
b. Idealisme
Idealisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang berpandangan
bahwa doktrin tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami
secara terpisah dari kesadaran manusia. Dengan kata lain kategori
dan gagasan eksis di dalam ruang kesadaran manusia terlebih dahulu
sebelum adanya pengalaman pengalaman inderawi. Filsafat idealisme
memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi (fisik).
Penganut aliran idealisme, fungsi mental adalah apa yang tampak
dalam tingkah laku. Oleh karena itu, jasmani atau badan sebagai
materi merupakan alat jiwa, alat roh, untuk melaksanakan tujuan,
keinginan manusia.
Idealisme memiliki tujuan pendidikan yang pasti dan abadi,
dimana tujuan itu berada di luar kehidupan sekarang ini, yaitu
manusia yang mampu mencapai dunia cita, mampu menikmati kehidupan
abadi, yang berasal dari Tuhan.
Idealisme berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di
dalam jiwa (Plato), jadi pandangan ini lebih menekankan hal-hal
bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik.
Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh,
pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi.Kata
idealisme pun merupakan istilah yang digunakan pertama kali dalam
dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. Ia menerapkan
istilah ini pada pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan
materialisme Epikuros.Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin
yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami
dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah
ini diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam
jiwa.Kata idealisme dalam filsafat mempunyai arti yang sangat
berbeda dari arti yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari. Kata
idealis itu dapat mengandung beberapa pengertian, antara
lain:Seorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan
agama serta menghayatinya;Orang yang dapat melukiskan dan
menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada.
Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh
arti dari kata ide daripada kata ideal. W.E. Hocking, seorang
idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat digunakan
daripada idealism. Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa
realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau
jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme
menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada
materi.
Alam, bagi orang idealis, mempunyai arti dan maksud, yang
diantara aspek-aspeknya adalah perkembangan manusia. Oleh karena
itulah seorang idealis akan berpendapat bahwa, terdapat suatu
harmoni yang dalam arti manusia dengan alam. Apa yang tertinggi
dalam jiwa juga merupakan yang terdalam dalam alam. Manusia merasa
ada rumahnya dengan alam; ia bukanlah orang atau makhluk ciptaan
nasib, oleh karena alam ini suatu sistem yang logis dan spiritual;
dan hal ini tercermin dalam usaha manusia untuk mencari kehidupan
yang lebih baik. Jiwa (self) bukannya satuan yang terasing atau
tidak rill, jiwa adalah bagian yang sebenarnya dari proses alam.
Proses ini dalam tingkat yang tinggi menunjukkan dirinya sebagai
aktivis, akal, jiwa, atau perorangan. Manusia sebagai satuan bagian
dari alam menunjukkan struktur alam dalam kehidupan sendiri.
Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai
kedudukan yang utama dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme
tidak mengingkari materi. Namun, materi adalah suatu gagasan yang
tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseorangakanmemikirkan
materi dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan roh
atau akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya
materi itu, dia harus meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai
itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu.
Paham ini beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang
sebenarnya. Manusia ada karena ada unsur yang tidak terlihat yang
mengandung sikap dan tindakan manusia. Manusia lebih dipandang
sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian. Untuk menjadi manusia maka
peralatan yang digunakannya bukan semata-mata peralatan jasmaniah
yang mencakup hanya peralatan panca indera, tetapi juga peralatan
rohaniah yang mencakup akal dan budi. Justru akal dan budilah yang
menentukan kualitas manusia.Istilah Idealisme adalah aliran
filsafat yang memandang yang mental dan ideasional sebagai kunci ke
hakikat realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad 20 istilah ini
banyak dipakai dalam pengklarifikasian filsafat. Tokoh-tokoh lain
cukup banyak ; Barkeley, Jonathan Edwards, Howison, Edmund Husserl,
Messer dan sebagainya.
c. Rasionalisme
Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah mashab filsafat ilmu
yang berpandangan bahwa rasio adalah sumber dari segala
pengetahuan. Dengan demikian, kriteria kebenaran berbasis pada
intelektualitas. Strategi pengembangan ilmu model rasionalisme,
dengan demikian adalah mengeksplorasi gagasan dengan kemampuan
intelektual manusia. Rasionalismen juga merupakan doktrin filsafat
yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui
pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada
melalui iman, dogma, atau ajaran agama.
Pada pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang
terencana, yang dipengaruhi secara besar oleh para pemikir bebas
dan kaum intelektual.Rasionalisme modern hanya mempunyai sedikit
kesamaan dengan rasionalisme kontinental yang diterangkan Ren
Descartes. Perbedaan paling jelas terlihat pada ketergantungan
rasionalisme modern terhadap sains yang mengandalkan percobaan dan
pengamatan, suatu hal yang ditentang rasionalisme kontinental sama
sekali
d. Pragmatisme
Istilah pragmatisme berasal dari perkataan pragma artinya
praktik atau aku berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu
tergantung dari hubungan dengan apa yang dapat dilakukan.
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang
benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar
dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat
secara praktis.Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari
pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari
pengetahuan kepada individu-individu. Dasar dari pragmatisme adalah
logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam
dunia nyata merupakan fakta-fakta individual dan konkret. Dunia
ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja.
Representasi atau penjelmaan realitas yang muncul di pikiran
manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta
umum.Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan
kegunaan.Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan
dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang
bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan
filsafat Barat di dalam sejarah.
e. Empirisme
Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empiria yang
berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai doktrin, empirisme
adalah lawan rasionalisme. Oleh karena itu, adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, maka pandangan terhadap
filsafat mulai merosot. ilmu pengetahuan besar sekali manfaatnya
bagi kehidupan. Kemudian beranggapan bahwa pengetahuan yang
bermanfaat, pasti dan benar hanya di peroleh lewat indera (empiri),
dan empirislah satu-satunya sumber. Pemikiran tersebut lahir dengan
nama empirisme. Empirisme adalah salah satu aliran yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengalaman
itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal.
Empirisme, berpendirian bahwa semua pengetahuan diperoleh lewat
indra. Indra memperoleh kesan-kesan dari alam nyata, untuk kemudian
kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia, sehingga menjadi
pengalaman.
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia atau
orientasi filsafat yang berhubungan dengan kemuculan ilmu
pengetahuan modern dan metode ilmiah. Empirisme menekankan bahwa
ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa yang dapat
diamati dan diuji. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah
membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.
Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David
Hume, George Berkeley dan John Locke.f. Positivisme
Positivisme dari kata positif artinya factual, yaitu berdasarkan
fakta fakta. Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu
pengetahuan social yang menempatkan peran sentral pengalaman dan
bukti empiris sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian.
Dapat disimpulkan pengertian positivisme secara terminologis
berarti merupakan suatu paham yang dalam "pencapaian kebenaran"-nya
bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar terjadi.
Segala hal di luar itu, sama sekali tidak dikaji dalam
positivisme.Istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan
istilah naturalisme dan dapat dirunut asalnya ke pemikiran Auguste
Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme adalah cara
pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains. Penganut
paham positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika
ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan
kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga
alam.
g. Materialisme
Materialisme berpandangan bahwa hakekat realisme adalah materi,
bukan rohani, bukan spiritual. Kata materialisme terdiri dari kata
materi dan isme. Materi dapat dipahami sebagai bahan; benda; segala
sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang
mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di
dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala
sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu, orang-orang yang
hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai materialis.
Orang-orang ini adalah para pengusung paham (ajaran) materialisme
atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata
(harta,uang,dsb). Maka materilisme adalah paham yang menyatakan
bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi.Pada
dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah
hasil interaksi material.Materi adalah satu-satunya
substansi.Kemudian, istilah inipun sering digunakan dalam
filsafat.
Filsuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah
Epikuros.Ia merupakan salah satu filsuf terkemuka pada masa
filsafat kuno. Selain Epikuros, filsuf lain yang juga turut
mengembangakan aliran filsafat ini adalah Demokritos dan Lucretius
Carus. Pendapat mereka tentang materialisme, dapat kita samakan
dengan materialisme yang berkembang di Prancis pada masa
pencerahan. Dua karangan karya La Mettrie yang cukup terkenal
mewakili paham ini adalah L'homme machine (manusia mesin) dan
L'homme plante (manusia tumbuhan).Dalam waktu yang sama, di tempat
lain muncul seorang Baron von Holbach yang mengemukakan suatu
materialisme ateisme. Materialisme ateisme serupa dalam bentuk dan
substansinya, yang tidak mengakui adanya Tuhan secara mutlak. Jiwa
sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi otak. Pada Abad 19, muncul
filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti Feuerbach,
Moleschott, Buchner, dan Haeckel. Merekalah yang kemudian
meneruskan keberadaan materialisme.h. Humanisme
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang
berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam
masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan
manusia.Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang
cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia,
berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya
berlaku bagi kelompok - kelompok etnis tertentu.Humanisme modern
dibagi kepada dua aliran.Humanisme keagamaan/religi dan Humanisme
Sekular. Humanisme memiliki dua arah, yakni humanisme individu dan
humanism social. Humanisme individu mengutamakan kemerdekaan
berpikir, mengemukakan pendapat dan berbagai aktivitas yang
kreatif. Kemampuan ini disalurkan melalui kesenian, kesusasteraan,
musik, teknologi dan penguasaan tentang ilmu kealaman. Humanisme
sosial mengutamakan pendidikan bagi masyarakat keseluruhan untuk
kesejahteraan social dan perbaikan hubungan antar manusia.Diantara
tokoh-tokoh Humanisme: Abraham Maslow, Albert Einstein, Bertrand
Russell, Carl Rogers, Cicero, Edward Said, Erasmus, Gene
Roddenberry, Hans-Georg Gadamer, Dr. Henry Morgentaler, Isaac
Asimov, Israel Shahak, Jacob Bronowski.
i. Realisme
Dalam pemikiran filsafat, realisme berpandangan bahwa kenyataan
tidaklah terbatas pada pengalaman inderawi ataupun gagasan yang
terbangun dari dalam. Dengan demikian realism dapat dikatakan
sebagai bentuk penolakan terhadap gagasan ekstrim idealism dan
empirisme. Gagasan utama dari realism dalam konteks pemerolehan
pengetahuan adalah bahwa pengetahuan didapatkan dari dua hal, yaitu
observasi dan pengembangan pemikiran baru dari observasi yang
dilakukan.
Realberartiyangaktualatauyangada,katatersebutmenunjukkepadabendabendaataukejadian-kejadianyangsungguhsungguh,artinya
yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real
menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda
yang real atau yang ada,yakni bertentangan dengan yang tampak.
Dalam arti umum, realisme berarti kepatuhan kepada fakta, kepada
apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau yang
diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme dipakai dalam
arti yang lebih teknis.
Dalamartifilsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa
obyek indera kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas
dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan
atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Bagi kelompok realis,
alam itu, dan satusatunya hal yangdapat kitalakukan adalah:
menjalin hubungan yang baik dengannya. Kelompok realis berusaha
untukmelakukan hal ini, bukan untuk menafsirkannya menurut
keinginan atau kepercayaan yang belum dicoba kebenarannya.j.
Kritisisme
Aliran ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas batas
kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Kritisisme
merupakan aliran filsafat yang menggabungkan antara aliran filsafat
sebelumnya yaitu Rasionalisme yang dipelopori oleh Rene Descartes
dan Empirisme yang dipelopori oleh David Hume. Pemikiran kritisisme
mengandung pedoman-pedoman berfikir yang rasional dan empiris.
Kritisisme adalah aliran yang lahir dari pemikiran Immanuel Kant
yang terbentuk sebagai ketidakpuasan atas aliran rasionalisme dan
empirisme. Filsafat Kant berusaha mengatasi dua aliran tersebut
dengan menunjukkan unsur-unsur mana dalam pikiran manusia yang
berasal dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang terdapat dalam
akal. Upaya Kant ini dikenal dengan kritisisme atau filsafat
kritis, suatu nama yang diberikannya sendiri. Kritisisme adalah
filsafat yang memulai perjalannya dengan terlebih dahulu
menyelidiki kemampuan kritik atas rasio murni, lalu kritik atas
rasio praktis, dan terakhir adalah kritik atas dayapertimbangan.k.
Konstruktivisme
Salah satu tokok konstruktivisme adalah Giambattista Vico
(1970), mengemukakan bahwa pengetahuan seseorang itu merupakan
hasil konstruksi individu, melalui interaksi dengan objek,
fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Konstruktivisme yang
dikenal dari kerja Piaget yang menyatakan bahwa pengetahuan
konseptual tidak dapat ditransfer dari seseorang ke orang lainnya,
melainkan harus dikonstruksi oleh setiap orang berdasar pengalaman
mereka sendiri (Nik Pa dalam English dan Halford, 1995: 11).
Menurut Giambattista Voco (1710), pengetahuan seseorang merupakan
hasil konstruksi individu, melalui interaksi dengan objek,
fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Konstrukivisme menurut von
Glasersfeld (von Glasersfeld, 1984) adalah pengetahuan secara aktif
diterima orang melalui indera atau melalui komunikasi atau
pengalaman. Orang menginterpretasi dan mengkonstruksi realitas
berbasis pengalaman dan interaksinya dengan lingkungannya. Fosnot
(dalam Doolittle dan Camp, 1999: 5) menyatakan konsep bahwa siswa
membangun pengetahuan berdasar pengalaman dinamakan
konstruktivisme.l. Feminisme
Yang dimaksud feminisme di sini adalah, suatu gerakan dan
kesadaran yang berangkat dari asumsi bahwa kaum perempuan mengalami
diskriminasi dan usaha untuk menghentikan diskriminasi tersebut.
Dalam pengertian seperti itu, sesungguhnya kaum feminis tidak harus
perempuan, dan boleh jadi seorang Muslim atau Muslimat.
Tokoh feminisme disebut Feminis adalah sebuah gerakan perempuan
yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan
pria. Mengenai latar belakang lahirnya gerakan feminisme adalah
ketika pada waktu itu setelah Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi
Prancis pada 1792 berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan
kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosialnya.
Ketika itu, perempuan, baik dari kalangan atas, menengah ataupun
bawah, tidak memiliki hak-hak seperti hak untuk mendapatkan
pendidikan, berpolitik, hak atas milik dan pekerjaan. Oleh karena
itulah, kedudukan perempuan tidaklah sama dengan laki-laki
dihadapan hukum.
Pada 1785 perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama
kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda.
Gerakan feminisme berkaitan dengan Era Pencerahan di Eropa yang
dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet.
Sedangkan mengenai tokoh-tokoh yang terkenal dalam faham feminisme
diantaranya adalah Foucault, Naffine, Derrida (Derridean)
m. Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat
pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang
bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana
yang tidak benar.Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang
benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis
sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing
individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat,
khususnya tradisi filsafat Barat.Eksistensialisme mempersoalkan
keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat
kebebasan.Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme
adalah melulu soal kebebasan.Apakah kebebasan itu?bagaimanakah
manusia yang bebas itu? dan sesuai dengan doktrin utamanya yaitu
kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk
determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.
Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal
hadir lewat Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya "human
is condemned to be free", manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan
kebebasannya itulah kemudian manusia bertindak. Pertanyaan yang
paling sering muncul sebagai derivasi kebebasan eksistensialis
adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas?atau "dalam istilah
orde baru", apakah eksistensialisme mengenal "kebebasan yang
bertanggung jawab"? Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah
satu-satunya universalitas manusia, maka batasan dari kebebasan
dari setiap individu adalah kebebasan individu lain.Namun, menjadi
eksistensialis, bukan melulu harus menjadi seorang yang lain
daripada yang lain, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu
yang berada diluar kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu
yang unik ataupun yang baru yang menjadi esensi dari
eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan
sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah inti
dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau kita akan
terjun ke berbagai profesi seperti dokter, desainer, insinyur,
pebisnis dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleh
eksistensialisme adalah, apakah kita menjadi dokter atas keinginan
orang tua, atau keinginan sendiri.
n. DualismeDualisme adalah ajaran atau aliran/faham yang
memandang alam ini terdiri atas dua macam hakekat yaitu hakekat
materi dan hakekat rohani. Kedua macam hakekat itu masing-masing
bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi. Perhubungan antara
keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam Contoh yang paling
jelas tentang adanya kerja sama kedua hakekat ini adalah terdapat
dalam diri manusia. Dualisme (dualism) berasal dari kata Latin
yaitu duo (dua). Dualisme adalah ajaran yang menyatakan realitas
itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak
belakang. Masing-masing substansi bersifat unik dan tidak dapat
direduksi, misalnya substansi adi kodrati dengan kodrati, Tuhan
dengan alam semesta, roh dengan materi, jiwa dengan badan dll. Ada
pula yang mengatakan bahwa dualisme adalah ajaran yang
menggabungkan antara idealisme dan materialisme, dengan mengatakan
bahwa alam wujud ini terdiri dari dua hakikat sebagai sumber yaitu
hakikat materi dan ruhani.
Dapat dikatakan pula bahwa dualisme adalah paham yang memiliki
ajaran bahwa segala sesuatu yang ada, bersumber dari dua hakikat
atau substansi yang berdiri sendiri-sendiri. Orang yang pertama
kali menggunakan konsep dualisme adalah Thomas Hyde (1700), yang
mengungkapkan bahwa antara zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda
secara subtantif. Jadi adanya segala sesuatu terdiri dari dua hal
yaitu zat dan pikiran. Yang termasuk dalam aliran ini adalah Plato
(427-347 SM), yang mengatakan bahwa dunia lahir adalah dunia
pengalaman yang selalu berubah-ubah dan berwarna-warni. Semua itu
adalah bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan, hakikatnya hanya
tiruan dari yang asli yaitu idea. Karenanya maka dunia ini
berubah-ubah dan bermacam-macam sebab hanyalah merupakan tiruan
yang tidak sempurna dari idea yang sifatnya bagi dunia pengalaman.
Barang-barang yang ada di dunia ini semua ada contohnya yang ideal
di dunia idea sana (dunia idea).
Lebih lanjut Plato mengakui adanya dua substansi yang
masing-masing mandiri dan tidak saling bergantung yakni dunia yang
dapat diindera dan dunia yang dapat dimengerti, dunia tipe kedua
adalah dunia idea yang bersifat kekal dan hanya ada satu. Sedang
dunia tipe pertama adalah dunia nyata yang selalu berubah dan tak
sempurna. Apa yang dikatakan Plato dapat dimengerti seperti yang
dibahasakan oleh Surajiyo (2005), bahwa dia membedakan antara dunia
indera (dunia bayang-bayang) dan dunia ide (dunia yang terbuka bagi
rasio manusia). Rene Descartes (1596-1650 M) seorang filsuf
Prancis, mengatakan bahwa pembeda antara dua substansi yaitu
substansi pikiran dan substansi luasan (badan). Jiwa dan badan
merupakan dua sebstansi terpisah meskipun didalam diri manusia
mereka berhubungan sangat erat.
Dapat dimengerti bahwa dia membedakan antara substansi pikiran
dan substansi keluasan (badan). Maka menurutnya yang bersifat nyata
adalah pikiran. Sebab dengan berpikirlah maka sesuatu lantas ada,
cogito ergo sum! (saya berpikir maka saya ada). Leibniz (1646-1716)
yang membedakan antara dunia yang sesungguhnya dan dunia yang
mungkin. Immanuel Kant (1724-1804) yang membedakan antara dunia
gejala (fenomena) dan dunia hakiki (noumena).o. Pluralisme
Pluralisme (Pluralism) berasal dari kata Pluralis (jamak).
Aliran ini menyatakan bahwa realitas tidak terdiri dari satu
substansi atau dua substansi tetapi banyak substansi yang bersifat
independen satu sama lain. Sebagai konsekuensinya alam semesta pada
dasarnya tidak memiliki kesatuan, kontinuitas, harmonis dan tatanan
yang koheren, rasional, fundamental.
Didalamnya hanya terdapat pelbagi jenis tingkatan dan dimensi
yang tidak dapat diredusir. Pandangan demikian mencangkup puluhan
teori, beberapa diantaranya teori para filosuf yunani kuno yang
menganggap kenyataan terdiri dari udara, tanah, api dan air. Dari
pemahaman di atas dapat dikemukakan bahwa aliran ini tidak mengakui
adanya satu substansi atau dua substansi melainkan banyak
substansi, karena menurutnya manusia tidak hanya terdiri dari
jasmani dan rohani tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara
yang merupakan unsur substansial dari segala wujud.
Para filsuf yang termasuk dalam aliran ini antara lain:
Empedakles (490-430 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri
dari empat unsur, yaitu api, udara, air dan tanah. Anaxogoras
(500-428 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari
unsur-unsur yang tidak terhitung banyaknya, sebab jumlah sifat
benda dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakannodus
yaitu suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai
bergerak dan mengatur.p. Nihilisme
Nihilisme adalah sebuah pandangan filosofis yang sering
dihubungkan denganFriedrich Nietzsche. Nihilisme mengatakan bahwa
dunia ini, terutama keberadaan manusia di dunia, tidak memiliki
suatu tujuan. Nihilis biasanya memiliki beberapa atau semua
pandangan ini: tidak ada bukti yang mendukung keberadaan pencipta,
moral sejati tidak diketahui, dan etika sekular adalah tidak
mungkin. Karena itu, kehidupan tidak memiliki arti, dan tidak ada
tindakan yang lebih baik daripada yang lain. Pemeluk aliran
filsafat nihilisme ini adalah orang-orang yang memahami bahwa
realitas yang ada di alam ini hanyalah keburukan. Mereka
beranggapan bahwa fenomena-fenomena yang ada pada manusia tidak
lain adalah penderitaan, kemalangan, kemiskinan, dan kehancuran.
Begitu pula, segala sesuatu selain manusia adalah buruk dan tak
bermanfaat bagi manusia. Secara umum, yang ada di alam hanyalah
suara-suara keburukan dan atmosfir-atmosfir putus asa. Seperti yang
terjadi pada masa itu adalah bahwa dogma-dogma gereja yang
menguasai manusia dan mempunyai otoritas penuh pada masyarakat. Dan
yang terjadi adalah bahwa manusia semakin dikekang oleh dogma-dogma
gereja ini dan karena mempunyai otoritas penuh maka manusia tidak
bisa berbuat apa-apa.
Kembali lagi seperti ditegaskan di atas bahwa Nihilisme
menganggap adanya manusia dengan tanpa tujuan jadi Nihilisme
merupakan kecenderungan baru di zaman moderen. Pada masa yang lalu,
yang ada hanyalah Pesimisme dan bukan Nihilisme, namun di abad
kontemporer Pesimisme mencapai puncak kejayaannya dan menjadi
Nihilisme. Bunuh diri, lari dari tanggung jawab hidup, dan
memandang hidup ini sebagai canda-gurau belaka adalah dianggap
merupakan tanda-tanda bahwa manusia masa kini memandang rendah
kehidupan dan terjebak dalam dunia Nihilisme.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan munculnya filsafat nihilisme
adalah revolusi industrim, perang dunia, revolusi berdarah, manusia
manusia yang berada dalam kemiskinan dan cenderung pesimistis,
aliran paham materialisme dan lain sebagainya.
Salah satu faktor yang penting ketika suatu masyarakat berpindah
dan berubah dari satu keadaan kepada keadaan yang lain dan
menyebabkan hadirnya pesimisme pada manusia adalah persoalan
nilai-nilai, karena ketika terjadi perubahan pada setiap masyarakat
begitu banyak nilai-nilai akan juga mengalami perubahan, diinginkan
atau tidak.
Suatu kontradiksi dari penerimaan terhadap hal baru atau
mempertahankan terhadap nilai tradisional sering kali menjerumuskan
manusia pada pesimisme ketik mereka tidak dapat menerima nilai baru
tapi juga tidak dapat menerapkan nilai tradisionalnya.q.
Agnostisisme
Inggris: agnosticism. Asal dari istilah ini ialah kata Yunani a
yang berarti bukan, tidak, dan gnostikos yang berarti orang yang
mengetahui atau mempunyai pengetahuan tentang. Kata agnostos
berarti tidak diketahui. Jadi agnostisisme adalah suatu pandangan
filosofis bahwa suatu nilai kebenaran dari suatu klaim tertentu
umumnya yang berkaitan dengan theologi, metafisika, keberadaan
Tuhan, dewa, dan lainnya adalah tidak dapat diketahui dengan akal
pikiran manusia yang terbatas. Seorang agnostik mengatakan bahwa
adalah tidak mungkin untuk dapat mengetahui secara definitif
pengetahuan tentang "Yang-Absolut"; atau , dapat dikatakan juga,
bahwa walaupun perasaan secara subyektif dimungkinkan, namun secara
obyektif pada dasarnya mereka tidak memiliki informasi yang dapat
diverifikasi. Agnostisisme berasal dari perkataan Yunani gnostein
(tahu) dan a (tidak). Arti harfiahnya "seseorang yang tidak
mengetahui".2.3 Ciri-Ciri Pikiran Kefilsafatan
a. Suatu bagan konsepsional
Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan
konsepsional. Konsep (rencana kerja) merupakan hasil generalisasi
serta abstraksi dari pengalaman tentang sesuatu hal atau sebuah
proses. Seorang filsuf tidak hanya membicarakan dunia yang ada
disekitarnya serta dunia yang ada dalam dirinya, melainkan juga
membicarakan perbuatan berfikir itu sendiri.Ia tidak hanya ingin
mengetahui hakekat kenyataan dan ukuran-ukuran untuk melakukan
verifikasi terhadap pernyataan-pernyataan mengenai segala sesuatu,
melainkan ia berusaha menemukan kaidah-kaidah berfikir itu sendiri,
apakah, bagaimana caranya serta mengapa suatu pemikiran membawa
kita kepada kesimpulan yang benar. Karena itu filsafat merupakan
pemikiran tentang hal-hal serta proses-proses dalam hubungan yang
umum.Diantara proses-proses yang dibicarakan ialah pemikiran itu
sendiri.
b. Saling hubungan antar jawaban-jawaban kefilsafatan
Dalam usaha untuk memberikan jawaban terhadap suatu macam
persoalan, akan menyangkut pertanyaan-pertanyaan lain yang harus
pula diselesaikan. Dalam menjawab kebenaran, orang harus mengetahui
kenyataan, untuk mengatakan apakah yang dinamakan kebajikan orang
terpaksa mencari penyelesaian mengenai pertanyaan tentang
kemerdekaan kehendak, yang mau tidak mau membawa kita pada
pertanyaan tentang susunan dunia tempat kita hidup.
c. Sistem filsafat harus bersifat koheren
Perenungan filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagan yang
koheren (runtut) yang konsepsional.Artinya bagan konsepsional yang
merupakan hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat
runtut.
d. Filsafat merupakan pemikiran secara rasional
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun bagan konsepsional
bersifat rasional. Yang dimaksud dengan "bagan konsepsional yang
bersifat rasional "ialah bagan, yang bagian-bagiannya secara logis
berhubungan satu dengan yang lain.
e. Filsafat senantiasa bersifat menyeluruh (komprehensif)
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan
konsepsional yang memadai untuk dunia tempat kita hidup maupun diri
kita sendiri.Ilmu memberi penjelasan tentang kenyataan empiris yang
dialami sedangkan filsafat berusaha memperoleh penjelasan mengenai
ilmu itu sendiri bahkan meliputi lebih banyak hal lagi, baik dunia
seluruhnya maupun dirinya sendiri.
f. Suatu pandangan duniaPerenungan kefilsafatan berusaha
memahami segenap kenyataan dengan jalan menyusun suatu pandangan
dunia, yang memberikan keterangan tentang dunia dan semua hal yang
ada didalamnya.
g. Suatu definisi pendahuluan
Dalam perenungan kefilsafatan kita berusaha mencari dasar-dasar
bagi kepercayaan-kepercayaan kita.
Berdasarkan ciri-ciri filsafat di atas maka dapat ditarik suatu
deinisi operasional tentang filsafat yaitu hasil perenungan
kefilsafatan. Perenungan filsafat bisa bermakna pemikiran ilmiah
walaupun ada juga yang membedakannya. Perbedaannya antara lain
adalah didalam pemikiran ilmiah atau ilmu (Positif) membicarakan
fakta-fakta sedangkan filsafat mempermasalahkan hal-hal yang
bersifat umum.
Perenungan kefilsafatan tidak berusaha menemukan fakta-fakta
tetapi filsafat berusaha untuk menguji fakta-fakta tersebut apakah
penjelasannya sudah memadai. Filsafat membicarakan fakta-fakta
dengan dua cara, yaitu: 1. Filsafat mengajukan kritik terhadap
makna yang dikandung fakta-fakta dan, 2 filsafat menarik
kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum.2.4 Tata Cara Perenungan
Kefilsafatan
Tata cara mengandung arti yang lebih daripada sekedar melukiskan
hasil terakhir. Tata cara membutuhkan hal-hal yang lebih terinci
mengenai metode-metode yang harus dipakai dan sejumlah contoh
tentang bagaimana menerapkan metode-metode tersebut. Di dalam
berfilsafat ada dua metode yang sering digunakan yaitu: Analisa dan
Sintesa.a. Analisa
Didalam filsafat analisa berarti perincian istilah-istilah atau
pernyataan-pernyataan kedalam bagian-bagian terkecil sehingga dapat
melakukan pemeriksaan terhadap makna yang dikandungnya. Analisa
mempunyai bagian-bagian tertentu yaitu:
1) Ekstensi dan intensi
Dalam mengadakan analisa pelu melakukan pemeriksaan secara
konsepsional atas makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang
dipergunakan dalam pernyataan-pernyataan yang kita buat.
Pemeriksaan ini mempunyai dua macam segi yaitu berusaha memperoleh
makna baru terhadap istilah-istilah bersangkutan (Intensi =
sifat-sifat istilah) dan menguji istilah-istilah tersebut melalui
penggunanaannya (ekstensi = penerapan).2) Definisi Ostensif
Definisi ostensif adalah definisi dengan jalan menunjuk secara
langsung makna dari sesuatu yang akan didefinisikan atau
menunjukkan ekstensi istilah tersebut.
3) Makna yang dikandung oleh pernyataan (statement)
Dalam filsafat perlu melakukan analisa terhadap makna sebuah
kalimat yaitu dengan membandingkannya dengan klimat-kalimat lain
yang sejenis untuk m,engetahui secara jelas tentang apa yangt
dimaksudkannya.
4) Makna tidak identik dengan kebenaran
Analisa terhadap makna tidaklah menetapkan kebnaran atau
kesalahan suatu kalimat.
5) Filsafat Kritik
Filsafat kritik adalah cabang dari filsafat yang membicarakan
tentang makna istilah-istilah serta pernyataan-pernyataan dengan
memakai metode analisa.Seorang filsuf Britania yaitu C.D. Broad
menyatakan adanya hubungan yang sangat erat antara analisa terhadap
makna dengan penyusunan teori-teori kefilsafatan.
b. Sintesa
Sintesa adalah lawan dari analisa. Sintesa adalah pengumpulan
atau mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk
menyusun pandangan dunia. Sintesa juga bermakna penyusunan sistem
atau oleh C.D. Broad dikatakan sebagai filsafat spekulatif, dimana
seorang filsuf bertolak dari sejumlah besar bahan keterangan
sehingga jika lebih banyak pengetahuan yang dipunyai oleh seorang
filsuf mungkin akan menyebabkan sistemnya lebih baik dan lebih
luas. Sintesa adalah usaha untuk mencari kesatuan di dalam
keragaman
c. Melakukan penyimpulan.
Untuk melakukan penyimpulan maka dibutuhkan perabot-perabot
metodologi.Perabot-perabot untuk melakukan penyimpulan bergerak
dari bahan-bahan ke kesimpulan. Perabot-perabot yang dimaksud
adalah:
1) Logika
Logika ialah ilmu pengetahuan untuk menguraikan tentang
aturan-aturan serta cara-cara untuk mencapai kesimpulan setelah
didahului oleh suatu perangkat premise. Logika dibagi dalam dua
cabang yaitu:
a) Logika deduktif
Logika deduktif membicarakan cara-cara untuk mencapai
kesimpulan-kesimpulan bila lebih dahulu telah diajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau sejumlah
masalah.Kesimpulan yang sah pada suatu penalaran deduktif selalu
merupakan akibat yang bersifat keharusan dari pernyataan-pernyataan
yang telah diajukan.b) Logika Induktif
Logika induktif membicarakan tentang penarikan kesimpulan bukan
dari pernyataan-pernyataan umum, melainkan dari hal-hal yang
khusus, kesimpulannya hanya bersifat probabilitas
(kemungkinan).berdasarkan atas pernyataan-pernyataan yang telah
diajukan2) Analogi dan komparasi
Suatu penalaran secara analogi berusaha untuk mencapai suatu
kesimpulan dengan menggantikan apa yang kita coba untuk
membuktikannya dengan sesuatu yang serupa, namun yang lebih
dikenal. Dan kemudian menyimpulkan kembali apa yang mengawali
penalaran kita
Agar suatu penalaran dapat membawa kita kepada kesimpulan yang
dapat diterima, maka perlu kiranya menetapkan lurus atau sahnya
pemikiran seseorang serta bahan yang mengawali pemikiran tersebut,
hal ini disebut metode verifikasi. Untuk melakukan verifikasi, maka
ada dua metode yang digunakan yaitu observasi (pengamatan) dan
kontradiksi (pertentangan).2.5 Cara Memulai Dan Melanjutkan Dalam
Perenungan FilsafatDalam memulai dan melanjutkan perenungan
filsafat, maka tahapan-tahapan perenungan yang harus diikuti
menurut filsuf besar Deskartes adalah:
a. Merumuskan Masalah
Tahap pertama dalam perenungan filsafat adalah menyadari adanya
masalah, membatasi sebaik mungkin masalah tersebut dan menentukan
apa yang akan diselidiki. Perumusan masalah menurut Deskartes
dilakukan melalui dua hal yaitu:
1) Menguji prinsip-prinsip yang mendasari hal-hal yang semula
dipercayainya
2) Menentukan sesuatu yang tak dapat diragukan kebenarnnya dan
menyimpulakn daripadanya kebenaran-kebenaran yang lain.
b. Meragu-ragukan dan menguji secara rasional
anggapan-anggapan
Setelah merumuskan masalah, Deskartes mulai menguji pengetahuan
yang diperoleh melalui indera, dari kesadaran untuk membedakannya
dari pengetahuan yang diperoleh dari tidur maupun dari akal.Ia
menemukan alasan-alasan untuk meragukan segala sesuatu yang ada
disekitarnya, hakekat sesuatu yang bersifat fisik, kebenaran
matematik dan hal-hal lain. Dalam hal ini Deskartes akan menguji
secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya dari apa yang
dianggapnya benar.
c. Memeriksa penyelesaian-penyelesaian sebelumnya
Langkah ketiga dalam perenungan kefilsafatan aalah mengenal apa
yang dikatakan orang-orang lain mengenai masalah yang bersangkutan
dan menguji penyelesaian-peneyelesaian mereka
d. Memberikan Hipotesa
Langkah keempat dalam perenungan filsafat adalah menyarankan
suatu hipotesa yang kiranya dapat memberikan jawaban atas masalah
yang diajukan. Dari pengajuan hipotesa tesebut selanjutnya akan
diberikan makna hipotesa kemudian disajikan semua bahan bukti yang
dapat ditemukan untuk mengukuhkan dan menunjukkan bahwa bukti yang
menentang hipotesa tersebut, bukanlah bahan bukti yang sah atau
tidak ada sangkut pautnya dengan masalahnya. Dan akhirnya perlu
dipergunakan deduksi untuk mendapatkan implikasi-implikasi yang
dikandung oleh hipotesa tersebut
e. Menguji konsekuensi-konsekuensi
Langkah selanjutnya dalam perenungan filsafat adalah verifikasi
terhadap hasil-hasil penjabaran yang telah dilakukan.Karena
filsafat berusaha memahami, maka tugas pokonya pada hakekatnya
ialah memperoleh pengetahuan. Verifikasi berupa pengamatan yang
lebih banyak, melakukan perbandingan-perbandingan dan kemampuan
untuk mengatasi kritik yang dapat ditujukan dengan menentang
hipotesa yang disarankan.
f. Menarik Kesimpulan
Langkah terakhir adalah penarikan suatu kesimpulan mengenai
masalah yang mengawali penyelidikan kita. Kesimpulan yang diperoleh
dapat bermacam-macam, yaitu:
1) Kemungkinan masalahnya bukan masalah yang bermakna.
2) Masalahnya mungkin bermakna tetapi tidak bisa dijawab
3) Masalahnya mungkin terjawab dengan mengiakan atau
mengingkari
4) Masalahnya mungkin dijawab dengan menerima suatu hipotesa
5) Masalahnya dapat dijawab secara deskriptif yakni dengan
menggambarkan situasi atau proses yang bersangkutanBAB
IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan
Mempelajari filsafat seperti ungkapan orang tidak membuat roti,
filsafat juga tidak memberikan petunjuk-petunjuk untuk mencapai
taraf hidup yang lebih tinggi, juga tidak melukiskan teknik-teknik
untuk membuat sesuatu. Namun demikian walaupun filsafat tidak
mengajari teknik-teknik tertentu untuk membuat sesuatu akan tetapi
filsafat akan mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin,
mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini untuk menemukan
hakekat sesuatu dalam bentuk yang sistematis. Filsafat membawa
manusia pada pemahaman dan pemahaman membawa manusia pada tindakan
yang lebih layak. Bermacam macam aliran filsafat yaitu aliran
Utilitarianisme, Idealisme, Rasionalisme, Pragmatisme, Empirisme,
Positivisme, Materialisme, Humanisme, Realisme, Kritisisme,
Konstruktivisme, Feminisme, Eksistensialisme, Dualisme, Pluralisme,
Nihilisme dan Agnostisisme.Ciri ciri kefilsafatan yaitu menyusun
suatu bagan konsepsional, saling hubungan antar jawaban-jawaban
kefilsafatan, sistem filsafat harus bersifat koheren, filsafat
merupakan pemikiran secara rasional, filsafat senantiasa bersifat
menyeluruh (komprehensif), suatu pandangan dunia, suatu definisi
pendahuluan, Langkah awal dalam mendalami filsafat dimulai dari
perenungan filsafat. Dalam perenungan filsafat digunakan
metode-metode filsafat yaitu analisa, dan sintesa. Selain itu
filsafat juga memiliki perabot-perabot metodologi yaitu logika,
induksi, deduksi, analogi dan komparasi.
Untuk memulai dan melanjutkan perenungan kefilsafatan oleh
Deskartes ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: Merumuskan
masalah, melakukan pengujian, memberikan hipotesa,,menguji
konsekuensi-konsekuensi serta menarik kesimpulan.
3.2 Saran
Filsafat menurut banyak orang adalah sesuatu yang membingungkan,
akan tetapi filsafat harus disadari sebagai induk pengetahuan yang
memiliki kedalaman makna. Sebagai sumber dan dasar pengetahuan maka
tidak ada jalan lain bagi si pencari ilmu dan yang mengharapkan
kebenaran untuk menggali dan mempelajari filsafat tersebut.DAFTAR
PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT. Raja
Grafindo PersadaGie, The Liang. 2004. Pengantar Filsafat Ilmu.
Liberty : Yogyakarta
Hamami, Abbas. 1997.Kebenaran Ilmiah dalam: Filsafat Ilmu
Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Intan
Pariwara
Imam, Haryono. 1989. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta : PT
GramediaLangeved. 1961. Menuju ke Pemikiran Filsafat. PT.
Pembangunan. DjakartaMuhadjir, Noeng. 1998. Filsafat Ilmu.
Yogyakarta : Rake SarasinPeursen, Van. 1997. Pengantar Filsafat
Ilmu. Yogyakarta : PT Tiara WacanaPoedjawijatna. 1987. Pengantar ke
IImu dan Filsafat, Jakarta :Bina AksaraPraja.J.S. 2005.
Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Prenada Media. Jakarta.Salam,
Burhanuddin. 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi
AksaraSoetriono. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.
Yogyakarta : Andi
Sudarsono. 2001. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta : PT
Rineka CiptaSumiasumantri, Jujun 1990. Filsafat Ilmu,Sebuah
Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka Sinar HarapanSusanto. 2011.
Filsafat Ilmu. Jakarta : PT Bumi Aksara
Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.
Jakarta: Bumi AksaraSutarjo, Wiramihardja. 2007.Pengantar Filsafat.
Bandung:PT.Refika AditamaSyafii,Inu Kencana. 2004. Pengantar
Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama
26