A. LATAR BELAKANG LAHIRNYA KETENTUAN AKUNTANSI UNTUK KEGIATAN
BISNIS INTERNASIONAL
Standar Akuntansi untuk bisnis luar negeri serta transaksi
pertukaran dalam mata uang asing dimulai pada tahun 1939 dengan
dikeluarkannya Accounting Research Bulletin (ARB) No. 4. Ketentuan
ini kemudian diperbaharui dengan ARB No. 43 tahun 1953, Bab 12.
Prosedur utama akuntansi untuk bisnis luar negeri tidak berubah
sampai dibentuknya FASB (Financial Accounting Standard Board) pada
tahun 1973.
Di Indonesia perkembangan standar akuntansi untuk bisnis
internasional berjalan seiring dengan dikeluarkannya PSAK tahum
1994. Dalam PSAK No. 10 dan 11 dijelaskan standar yang digunakan
perusahaan dalam mencatat transaksi dalam mata uang asing dan dalam
menjabarkan laporan keuangan mata uang asing.
Sejumlah pendekatan untuk menjabarkan laporan keuangan dalam
mata uang asing ke dalam mata uang domestic (dalam hal ini Rupiah),
meliputi :
1. Metode lancar-tak lancar (current-noncurent), yang
menjabarkan akun-akun lancar (current account) pada kurs sekarang,
serta akun-akun tidak lancar (noncurrent account) pada kurs
historis.
2. Metode moneter-nonmoneter, yang mengubah aktiva dan kewajiban
moneter pada kurs sekarang (current exchange rate) serta aktiva dan
kewajiban nonmoneter pada kurs historis
3. Metode temporal, yang mengubah aktiva dan kewajiban yang
dinilai pada harga masa lalu, sekarang dan masa depan sedemikian
rupa sehingga mereka bisa dinilai dengan prinsip akuntansi yang
sama. Misalnya akun kas, hutang dan piutang, serta aktiva dan
kewajiban yang dinilai dengan harga sekarang atau masa depan
dijabarkan ke dalam kurs sekarang. Demikian juga aktiva dan
kewajiban yang dinilai pada harga masa lalu dijabarkan ke dalam
kurs historis yang layak.
4. Metode kurs sekarang, yang menjabarkan seluruh aktiva dan
kewajiban pada kurs sekarang.
B. TUJUAN PENJABARAN DAN KONSEP MATA UANG FUNGSIONAL
Tujuan penjabaran laporan keuangan adalah :
a) Menyajikan informasi yang secara umum sejalan dengan efek
ekonomis yang diharapkan dari perubahan kurs pada ekuitas dan arus
kas perusahaan
b) Menggambarkan dalam laporan konsolidasi dari aktivitas
finansial serta hubungan dari masing-masing entitas terkonsolidasi
sebagaimana dinilai dalam mata uang- mata uang fungsional agar bisa
sejalan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
Konsep Mata Uang Fungsional
Mata uang fungsional dari suatu entitas adalah mata uang yang
berlaku di wilayah operasional utama perusahaan. Jadi, mata uang
fungsional dari sebuah entitas luar negeri adalah mata uang dengan
mana perusahaan tersebut menghasilkan serta membelanjakan uang kas
mereka. Jika mata uang fungsional tidak dapat diidentifikasikan
dari arus kas, maka-maka faktor-faktor lain dapat dipertimbangkan.
Indikator ekonomi sebagai pelengkap arus kas yang digunakan untuk
menentukan mata uang fungsional adalah :
1. Jika harga jual produk dari suatu entitas luar negeri lebih
banyak ditentukan oleh persaingan di tingkat lokal atau regulasi
pemerintah lokal.
2. Suatu pasar penjualan yang seluruhnya berada di negara
perusahaan induk, atau kontrak penjualan yang didasarkan pada mata
uang perusahaan induk.
3. Pengeluaran seperti upah pekerja serta biaya material yang
merupakan biaya lokal.
4. Jika pendanaan ditentukan oleh mata uang lokal dari entitas
luar negeri, serta jika dana yang dihasilkan dalam operasi
perusahaan cukup untuk melunasi hutang, baik hutang saat ini maupun
akan dating.
5. Perjanjian serta transaksi antar perusahaan dalam volume yang
besar.
Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan
oleh IAI pada bulan Mei 1998 yang pada dasarnya mengacu pada FASB
Statement No. 52 mengubah beberapa definisi tradisional dengan
melakukan redefinisi atas mata uang asing. Sebelum standar ini
dikeluarkan, mata uang asing berarti semua mata uang selain mata
uang negara yang bersangkutan. Mata uang lokal adalah mata uang
dari negara tertentu atau mata uang yang dinyatakan dalam kegiatan
domestik maupun luar negeri dari negara yang bersangkutan.
Berdasarkan standar ini, mata uang asing adalah semua mata uang
selain mata uang fungsional dari suatu entitas.
Standar ini mengijinkan penggunaan dua metode yang berbeda untuk
mengkonversikan laporan keuangan dari perusahaan anak di luar
negeri ke dalam mata uang domestik (dalam hal ini Rupiah)
berdasarkan mata uang fungsional dari entitas luar negeri. Jika
mata uang fungsional adalah Rupiah, maka laporan keuangan dari
perusahaan anak di luar negeri dikonversikan ke dalam Rupiah dengan
menggunakan prosedur yang sama dengan metode temporal. Jika mata
uang fungsional adalah mata uang lokal di wilayah perusahaan anak
dikonversikan ke Rupiah dengan metode kurs sekarang. Perusahaan
harus memilih netode yang paling tepat untuk menggambarkan kegiatan
bisnis di luar negeri mereka.
C. DEFINISI DAN KONSEP PERTUKARAN DALAM MATA UANG ASING
Tujuan dari suatu mata uang adalah menyediakan suatu standar
nilai, alat pertukaran, serta unit pengukuran. Mata uang dari
negara-negara yang berbeda memenuhi kedua fungsi pertama dengan
derajat efisiensi yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya semua mata
uang berperan sebagai unit pengukuran bagi kegiatan ekonomi di
negara-negara bersangkutan. Jadi, sumber maupun kegiatan finansial
dari suatu negara dinilai dengan mata uang negara tersebut. Suatu
transaksi dikatakan dinilai dengan mata uang tertentu jika besarnya
dinyatakan dalam mata uang tersebut.
Perhitungan Langsung dan Tak Langsung atas Kurs
Kurs adalah nisbah antara satu unit mata uang dengan jumlah mata
uang lain yang setara dengan mata uang tersebut pada suatu waktu.
Kurs dapat dihitung langsung maupun tidak langsung. Jika
diasumsikan bahwa Rp 1.600 dapat ditukar dengan 1 Dollar Singapura,
maka :
Perhitungan langsung (setara Rupiah) :
= Rp 1.600
Perhitungan tak langsung (mata uang asing per Rupiah) :
= 0,000625 Dollar Singapura
Pendekatan pertama disebut perhitungan langsung (dari sudut
pandang Indonesia) sebab kursnya dinyatakan dalam Rupiah. Artinya
Rp 1.600 sama nilainya dengan 1 Dollar Singapura. Pendekatan kedua
disebut perhitungan tak langsung (dari sudut pandang Indonesia)
sebab kursnya dinyatakan dalam Dollar Singapura (mata uang asing).
Artinya 0,000625 Dollar Singapura sama nilainya dengan 1
Rupiah.
Kurs Mengambang, Tetap, serta Berganda
Kurs dapat ditentukan besarnya oleh pemerintah, dan dapat juga
dibiarkan berfluktuasi sesuai dengan perubahan di pasar uang. Kurs
tetap atau kurs resmi ditetapkan oleh pemerintah. Sebaliknya kurs
bebas mencerminkan harga pasar yang berfluktuasi berdasarkan
permintaan dan penawaran serta faktor-faktor lain dari pasar uang
dunia.
Kurs Mengambang secara teoritis, nilai suatu mata uang harus
mencerminkan daya belinya di pasar dunia. Misalnya, peningkatan
dalam laju inflasi suatu negara menunjukkan melemahnya daya beli
mata uang negara tersebut. Maka nilai mata uang tersebut melemah
relatif terhadap nilai mata uang lain. Surplus perdagangan yang
besar menunjukkan peningkatan permintaan atas mata uang negara yang
bersangkutan dan menyebabkan menguatnya mata uang tersebut relatif
terhadap mata uang lain. Sebaliknya, deficit perdagangan yang besar
mengakibatkan melemahnya nilai mata uang negara bersangkutan.
Meskipun inflasi serta neraca perdagangan merupakan basis bagi kurs
mengambang, beberapa faktor lain seringkali menjadi lebih
berpengaruh. Para investor membeli surat-surat berharga di pasar
dunia, tingkat bunga menjadi lebih menentukan dalam permintaan dan
penwaran mata uang ketimbang defisit perdagangan. Transaksi
perdagangan mata uang yang bersifat spekulatif juga mempengaruhi
penentuan nilai kurs.
Kurs Tetap dan Kurs Berganda jika kurs yang dipakai adalah kurs
tetap, pemerintah dapat menetapkan kurs yang berbeda untuk
transaksi yang berbeda. Misalnya pemerintah menetapkan kurs
preferensi untuk impor, serta kurs penalti untuk ekspor, dalam
rangka mencapai tujuan perekonomian negara bersangkutan. Kurs
seperti ini dikenal sebagai kurs berganda.
Kurs Spot, Kurs Sekarang, dan Kurs Historis
Kurs spot (spot rate) adalah kurs untuk pertukaran yang terjadi
langsung pada saat transaksi
Kurs sekarang (current rate) adalah kurs dimana satu unit mata
uang dapat dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal neraca
atau tanggal transaksi.
Kurs Historis (historical rate) adalah kurs yang berlaku pada
tangga tertentu terjadinya transaksi
Perhitungan Kurs
Ekuivalen Rupiah
Mata uang asing per Rp 1
Inggris (Pound)
Rp 3.755
0,000266 Pound
Kanada (Dollar)
Rp 1.653
0,000604 Kanada
Jepang (Yen)
Rp 19
0,053 Yen
Perancis (Franc)
Rp 423,46
0,00236 Franc
Jerman (Mark)
Rp 1.427
0,00070 Mark
D. TRANSAKSI MATA UANG ASING SELAIN KONTRAK BERJANGKA
Diskusi tentang transaksi mata uang asing ini mengasumsikan
bahwa sudut pandang diambil dari sebuah perusahaan di Indonesia
yang memiliki mata uang fungsional Rupiah (yang juga menjadi mata
uang lokalnya). Transaksi luar negeri adalah transaksi yang terjadi
antar Negara atau antar perusahaan dari Negara yang berbeda.
Transaksi mata uang asing adalah transaksi dimana nilai tukarnya
dinyatakan dalam mata uang selain dari mata uang fungsional dari
suatu entitas.
Penjabaran Kurs Spot
Asumsikan bahwa sebuah perusahaan Indonesia mengimpor persediaan
dari perusahaan Malaysia ketika kurs spot yang terjadi adalah Rp
730 per Ringgit Malaysia. Dalam transaksi ditentukan pembayaran
10.000 Ringgit dalam 30 hari.
Importer Indonesia mencatat transaksi tersebut sebagai :
Jika hutang dagang dibayar pada saat kurs spot adalah Rp 720
pembayaran transaksi tersebut dicatat sebagai :
Membandingkan perbedaan akuntansi yang timbul jika transaksi
luar negeri dinyatakan dalam mata uang fungsional entitas (Rupiah)
dan bukan dalam mata uang asing.
Pembelian yang Dinyatakan dalam Mata Uang Asing
Sebuah perusahaan Indonesia, PT. Abuba membeli barang dagang
dari perusahaan Kebangsaan Malaysia, pada tanggal 1 Desember 19X8
sebesar 10.000 ringgit, pada saat kurs spot untuk ringgit Malaysia
adalah Rp. 770. PT Abuba melakukan tutup buku pada 31 Desember 19X8
pada saat kurs spot untuk ringgit mencapai Rp 765, dan melunasi
hutang tersebut pada taggal 30 Januari 19X9 pada saat kurs spot
adalah Rp 775. Kejadian dan transaksi ini dicatat PT Abuba sebagai
:
1 Desember 19X8
PersediaanRp 7.700.000
Hutang Dagang (ma)Rp 7.700.000
(untuk mencatat pembelian barang dagang dari kebangsaan
Malaysia
(10.000 ringgit x kurs Rp 770)
31 Desember 19X8
Hutang dagang (ma)Rp 50.000
Keuntungan pertukaran mata uangRp 50.000
Untuk menyesuaikan hutang dagang dengan kurs pada akhir
tahun
(10.000 ringgit x (Rp 770 Rp 765))
30 Januari 19X9
Hutang dagang (ma)Rp 7.650.000
Kerugian pertukaran mata uangRp 100.000
KasRp 7.750.000
Untuk mencatat pembayaran total kepada Kebangsaan Malaysia
(10.000 ringgit x kurs Rp 775)
Penjualan yang Dinyatakan Dalam Mata Uang Asing
Pada tanggal 16 Desember 19X8, PT Abuba menjual barang dagang ke
kebangsaan Malaysia seharga 20.000 ringgit, saat kurs spot untuk
ringgit adalah Rp 760. Pt Abuba melakukan tutup buku pada 31
Desember 19X8 ketika kurs spot Rp 765. Kebangsaan Malaysia melunasi
hutangya pada tanggal 15 Januari 19X9 pada kurs spot Rp 770, dan PT
Abuba mengkonversi ringgit tersebut ke rupiah pada 20 Januari 19X9
pada kurs spot Rp 72,5. Pencatatan yang dilakukan PT Abuba adalah
sebagai berikut:
16 Desember 19X8
Piutang dagang (ma)Rp 15.200.000
PenjualanRp 15.200.000
Untuk mencatat penjualan ke Kebangsaan Malaysia (20.000 ringgit
x kurs Rp 760)
31 Desember 19X8
Piutang dagang (ma)Rp 100.000
Keuntungan Pertukaran mata uangRp 100.000
Untuk menyesuaikan piutang dagang pada akhir tahun (20.000
ringgit x (Rp 765 Rp 760))
15 januari 19X9
Kas (ma)Rp 15.400.000
Piutang Dagang Rp 15.300.000
Keuntungan pertukaran mata uangRp 100.000
Untuk mencatat pelunasan hutang oleh kebangsaan Malaysia (20.000
ringgit x Rp 770)
Dan mengakui keuntungan pertukaran mata uang untuk tahun 19X9
(20.000 ringgit x (Rp 770 Rp 765)
20 Januari 19X9
KasRp.15.450.000
Keuntungan pertukaran mata uangRp 50.000
Kas (ma)Rp 15.400.000
Untuk mengkonversikan 20.000 ringgit menjadi rupiah (20.000 x Rp
772,5)
E. KONTRAK FORWARD MATA UANG DAN PERJANJIAN-PERJANJIAN
LAINNYA
Perusahaan-perusahaan seringkali dapat menghindari keuntungan
maupun kerugian dari perubahan nilai kurs dengan cara melunasi atau
meminta pelunasan langsung (transaksi tunai) atau dengan melakukan
operasi hedging. Operasi hedging adalah kontrak penjualan atau
pembelian mata uang asing untuk menghindari risiko memegang hutang
atau piutang dalam mata uang asing. Terdapat empat situasi dimana
kontrak berjangka ini digunakan, yaitu:
1. Untuk berspekulasi dalam pergerakan harga nilai tukar.
2. Untuk melakukan hedging atas posisi hutang bersih atau aktiva
bersih mata uang asing yang dieksposur
3. Untuk melakukan hedging komitmen mata uang asing
4. Untuk melkukan hedging investasi bersih di entitas luar
negeri.
Spekulasi
Keuntungan maupun kerugian selisih kurs dari kontrak berjangka
untuk tujuan spekulasi terhadap pergerakan harga mata uang asing
dimasukkan kedalam pendapatan dimana kurs forward mengalami
perubahan. Akuntansi dasar bagi kontrak berjangka untuk tujuan
spekulasi diilustrasikan pada contoh berikut.
Pada tanggal 2 Nopember 19X7, Astra Internasional menyetujui
kontrak berjangka 90 hari untuk membeli 10.000 ringgit Malaysia
pada saat kurs forward 90 hari untuk ringgit adalah Rp 615. Kurs
spot untuk ringgit pada tanggal 2 Nopember 19X7 tersebut adalah Rp
619. Kurs pada 31 Desember 19X7 dan 30 januari 19X8 adalah sebagai
berikut:
31 Desember 19X730 Januari 19X8
Forward 30 hariRp 620Rp 623
Kurs spotRp 625Rp 628
Jurnal pembukuan Astra Internasional untuk mencatat transaksi
spekulasi tersebut adalah sebagai berikut :
2 Nopember 19X7
Piutang kontrak (ma)Rp 6.150.000
Hutang KontrakRp 6.150.000
Untuk mencatat kontrak 10.000 ringgit x kurs forward 90 hari Rp
6.150.000
31 desember 19X7
Piutang kontrak (ma)Rp 50.000
Keuntungan pertukaran mata uang Rp 50.000
Untuk menyesuaikan piutang dari pialang valuta asing dan untuk
mengakui
Keuntungan dari perubahan kurs (10.000 ringgit x kurs forward 30
hari Rp 620 Rp 615 per buku)
30 Januari 19X8
Kas (ma)Rp 6.280.000
Keuntungan pertukaran mata uangRp 80.000
Piutang kontrak (ma)Rp 6.200.000
Untuk mencatat penerimaan 10.000 ringgit. Kurs spot yang berlaku
untuk ringgit adalah Rp 628
Hutang kntrakRp 6.150.000
KasRp 6.150.000
Untuk mencatat pembayaran kewajiban kepada pialang valuta asing,
dinyatakan dalam Rupiah.
Hedging Atas Posisi Aktiva Bersih dan Kewajiban Bersih
Posisi aktiva bersih yang diekspos dalam mata uang asing
merupakan kelebihan aktiva yang dinyatakan dalam mata uang asing
atas kewajiban yang juga dinyatakan dalam mata uang asing tersebut
dan ditranslasikan ke dalam kurs yang berlaku.
Ilustrasi : Hedging atas aktiva berih yang diekspos
Pertamina menjual minyak kepada Monato Company Selandia Baru
seharga 150.000 Nf pada tanggal 1 Desember 19x7. Tanggal transaksi
adalah 1 Desember 19x7, dan pembayaran jatuh tempo dalam 60 hari,
yaitu 30 Januari 19X8. Bersamaan dengan penjualan itu, Pertamina
melakukan kontrak berjangka atas nilai 150.000 Nf tersebut dengan
pialang valuta asing dalam waktu 60 hari juga. Kurs untuk Nf adalah
sebagai berikut :
1 Desember 19X731 Desember 19X730 Januari 19X7
Kurs spotRp 1.015Rp 1.014,8Rp 1.014,7
Kurs Forward 30-hariRp 1.014Rp 1.013,9Rp 1.013,8
Kurs Forward 60-hariRp 1.014Rp 1.013,8Rp 1.013,6
Jurnal :
1 Desember 19X7
Piutang dagang (ma)Rp 152.250.000
Penjualan Rp 152.250.000
Untuk mencatat penjualan ke Monato Co. (150.000 Nf x Rp
1.015)
Piutang KontrakRp 152.100.000
Diskon atas kontrak berjangkaRp 150.000
Hutang kontrak (ma)Rp 152.250.000
Untuk mencatat kontrak berjangka 150.000 Nf dalam 60 hari
Piutang : 150.000 Nf x Rp 1.014
Hutang : 150.000 Nf x Rp 1.015
Amortisasi dari sisa diskon kontrak berjangka yang belum
disusutkan pada tahun 19X8 mengurangi pendapatan Pertamina pada
tahun 19X8 sebesar Rp 75.000
31 Desember 19X7
Kerugian pertukaran mata uangRp 30.000
Piutang dagangRp 30.000
Untuk menyesuaikan piutang dagang dengan kurs sekarang
(150.000 Nf (Rp 1.015 Rp 1.014,8) = Rp 30.000)
Hutang kontrak (ma)Rp 30.000
Keuntungan pertukaran mata uangRp 30.000
Untuk menyesuaikan hutang kontrak kepada pialang valuta asing
dengan
Kurs sekarang. Hutang 150.000 x Rp 1048,8 = Rp 152.200.000)
Amortisasi diskon kontrak berjangkaRp 75.000
Diskon atas kontrak berjangkaRp 75.000
Untuk mencatat amortisasi diskon Rp 150.000 x (30x60)
Dalam analisis terakhir, Pertamina melakaukan penjualan sebesar
Rp 152.250.000, diskon dari transaksi untuk menghindari risiko
fluktuasi harga luar negeri sebesar Rp 150.000, serta penerimaan Rp
152.100.000 dari penyelesaian transaksi penjualan. Diskon sebesar
Rp 150.000 dikenakan pada pendapatan selama masa kontrak
berjangka.
30 januari 19X8
Kas (ma)Rp 152.205.000
Kerugian pertukaran mata uangRp 15.000
Piutang dagang(ma)Rp 152.220.000
Untuk mencatat peneriman pembayaran piutang dari monato
company
Kas: 150.000 Nf x Rp 1.014,7
Hutang Kontrak (ma)Rp 152.220.000
Keuntungan pertukaran mata uangRp 15.000
Kas (ma)Rp 152.205.000
Untuk mencatat delivery 150.000 dari monato kepada pialang
Valuta asing dalam pengakuan atas kewajiban.
KasRp 152.100.000
Piutang KontrakRp 152.100.000
Untuk mencatat penerimaan kas dari pialang valuta asing
Amortisasi dari diskon atas kontrak berjangkaRp 75.000
Diskon atas kontrak berjangkaRp 75.000
Untuk mencatat aortisasi dari diskon atas kontrak berjangk
Rp 150.000 x (30/60 hari)
Hedging atas Posisi Kewajiban Bersih yang Diekspos
Prosedur akuntansi serupa dengan ilustrasi sebelumnya, kecuali
bahwa tujuannya adalah melakukan hedging kewajiban dalam denominasi
mata uang asing.
Misalnya, sebuah kontrak berjangka untuk menerima 10.000 dollar
Australia pada 60 hari setelahnya memiliki kurs forward Rp 1.575
pada saat kurs spot Rp 1.560. Maka kontrak berjangka dicatat
sebagai berikut:
Piutang Kontrak (ma)Rp 15.600.000
Premium atas kontrak berjangkaRp 150.000
Hutang KontrakRp 15.750.000
Hedging Atas Komitmen Mata Uang Asing yang Dapat
Diidentifikasi
Komitmen mata uang asing adalah sebuah kontrak atau perjanjian
yang dinyatakan dalam mata uang asing yang menimbulkan transaksi
mata uang asing pada waktu kemudian. Misalnya, sebuah perusahaan
Indonesia melakukan kontrak untuk membeli peralatan dari perusahaan
kanada pada satu waktu masa dating, dimana harga faktur dinyatakan
dalam dollar Kanada. Perusahaan Indonesia tersebut harus melaporkan
penyesuaian terhadap perubahan nilai tukar sebab harga Rupiah pada
masa yang akan datang bisa saja naik atau turun sebelum transaksi
sesungguhnya dilaksanakan.
Komitmen mata uang asing yang dapat diidentifikasi berbeda
dengan posisi aktiva dan kewajiban bersih terekspos sebab komitmen
tidak perlu mengikuti peraturan akuntansi untuk mencatat aktiva
serta kewajiban yang terkait dalam pos tertentu.
Ilustrasi: Hedging atas Komitmen Pembelian Mata Uang Asing yang
dapat Diidentifikasi
Pada tanggal 2 Oktober 19X7, PT Elang Perkasa melakukan kontrak
dengan Emerald Corporation, Qatar untuk pembayaran 1.000 peti
minuman bourbon pada harga 60.000 Riyal pada saat Kurs spot untuk
riyal adalah Rp 750. Bourbon tersebut akan dibayar pada tanggal 31
Maret 19X8. Untuk melakukan hedging terhadap komitmen ini, PT Elang
Perkasa membeli 60.000 Riyal Qatar yang akan diterimanya dalam
waktu 180 hari dengan kurs forward sebesar Rp 775. Kurs spot yang
berlaku pada tanggal 31 desember 19X7 dan 31 Maret 19X8 adalah
berturut-turut Rp 740 dan Rp 730.
2 Oktober 19X7
Piutang kontrak (ma)Rp 45.000.000
Premium atas kontrak berjangkaRp 1.500.000
Hutang KontrakRp 46.500.000
Untuk mencatat pembelian 60.000 riyal untuk diterima dalam 180
hari
Pada kurs forward Rp 775.
Pada tanggal 31 Desember 19X7 kurs untuk riyal turun menjadi Rp
740, dan PT elang Perkasa menyesuaikan nilai piutangnya untuk
mencerminkan jumlah 60.000 riyal tersebut dalam kurs yang berlaku.
Penyesuaian ini menimbulkan kerugian pertukaran sebesar Rp 600.000,
namun kerugian ini ditangguhkan dengan cara sebagai berikut
31 Desember 19X7
Kerugian pertukaran ditangguhkanRp 600.000
Piutang Kontrak (ma)Rp 600.000
Untuk mencatat penanguhan kerugian pertukaran mata uang
6.000 riyal x (Rp 750 Rp 740)
Ayat jurnal pada 31 Maret 19X8 untuk mencatat transaksi mata
uang asing dan kontrak berjangka yang berkaitan adalah sebagai
berikut:
31 Maret 19X8
1. PembelianRp 43.800.000
Hutang dagang (ma)Rp 43.800.000
Untuk mencatat penerimaan 1000 peti minuman bourbon pada
harga
60.000 riyal x kurs Rp 730
2. Hutang KontrakRp 46.500.000
KasRp 46.500.000
Untuk mencatat kontrak berjangka dengan pialang valuta asing
(dinyatakan dalam Rupiah)
3. Kas (ma)Rp 43.800.000
Kerugian pertukaran ditahanRp 600.000
Piutang kontrak (ma)Rp 44.400.000
Untuk mencatat penerimaan 60.000 riyal dari pialang valuta
asing
Pada saat kurs berada pada Rp 730.
4. Hutang dagang(ma)Rp 43.800.000
Kas (ma)Rp 43.800.000
Untuk mencatat pembayaran 60.000 riyal kepada Emerald Corp.
5. PembelianRp 2.700.000
Premium atas kontrak berjangkaRp 1.500.000
Kerugian pertukaran ditangguhkanRp 1.200.000
Untuk mengoreksi premium dan kerugian pertukaran
ditangguhkan
Sebagai penyesuaian terhadap biaya pembelian barang dagang.
Melakukan Hedging atas Investasi Bersih dalam Suatu Entitas Luar
Negeri
Ilustrasi : asumsikan bahwa PT Mitra Saudara, sebuah perusahaan
Indonesia memiliki 40 persen investasi ekuitas pada perusahaan
Swiss, Bennett Ltd., yang dibelinya ketika nilai buku sama dengan
nilai pasar. Mata uang fungssional Bennet adalah Franc Swiss. Oleh
karena aktiva maupun kewajiban dari investi saling dilindungi
(hedge) satu sama lain, hanya aktiva bersih yang dilaporkn
terpengaruh oleh risiko fluktuasi kurs. Untuk melakukan hedging
pelaporan mata uang asing ini, penyesuaian penjabaran dari
transaksi hedging ini harus berlawanan arah dengan penyesuaian
penjabaran dari aktiva bersih investi. Maka, PT Mitra Saudara
meminjam Franc Swiss untuk melakukan hedging investasi ekuitas.
Suatu kerugian penjabaran pada investasi ekuitaas akan saling
meniadakan sepenuhnya atau sebagian dengan keuntungan penjabaran
dari pinjaman, dan sebaliknya
Saldo dari investasi PT Mitra Saudara dalam pembukuan Bennett
pada 3 Desember 19X2 adalah Rp 1.280.000.000 atau setara dengan 40
persen aktiva bersih Bennett yang berjumlah 2.000.000 Franc
dikalikan kurs akhir tahun Rp 1.600. Pada tanggal ini PT Mitra
Saudara tidak memiliki saldo penyesuaian penjabaran relatif
terhadap investasinya di Bennett. Untuk bisa melindungi investasi
barunya di Bennett, PT Mitra Saudara meminjam 800.000 Franc untuk
setahun dengan bunga 12 persen pada 1 Januari 19X3 pada kurs spot
Rp 1.600. Pinjaman ini dinyatakan dalam Franc dengan bunga dan
cicilan akan dibayarkan pada tanggal 1 Januari 19X4. PT Mitra
Saudara mencatat pinjamannya sebagai berikut :
1 Januari 19X3
KasRp 1.280.000.000
Hutang Pinjaman (ma)Rp 1.280.000.000
Untuk mencatat pinjaman yang dinyatakan dalam Franc Swiss
(800.000 Franc x kurs spot Rp 1.600)
Pada tanggal 1 Nopember 19X3 Bennett mengumumkan dan membayarkan
dividen sejumlah 100.000 Franc. PT Mitra Saudara mencatat
penerimaan dividennya pada kurs spot Rp 1.750 yang berlaku hari
itu.
1 Nopember 19X3
KasRp 70.000.000
Investasi pada BennettRp 70.000.000
Untuk mencatat penerimaan dividen dari Bennett
(100.000 Franc x 40% x kurs spot Rp 1.750)
Untuk tahun 19X3 Bennett melaporkan keuntungan bersih 400.000
Franc. Kurs rata-rata tertimbang untuk translasi penerimaan dan
pengeluaran Bennett pada tahun ini adalah Rp 1.700, sementara kurs
sekarang pada tanggal 31 Desember 19X3 adalah Rp 1.800.
perubahan-perubahan dalam aktiva bersih Bennett ini dimasukkan
dalam ikhtisar sebagai berikut
Franc SwissRupiah
Aktiva bersih, 1 Januari 19X32.000.000 x Rp 1.600Rp
3.200.000.000
Tambah: Pendapatan bersih 19X3400.000xRp 1.700 680.000.000
Kurang: Dividen(100.000)xRp 1.750 (175.000.000)
Penyesuaian ekuitas-perubahan - 435.000.000
Aktiva bersih, 31 Desember 19X32.300.000x Rp 1.800Rp
4.140.000.000
PT Mitra Saudara membuat jurnal di bawah ini pada tanggal 31
Desember 19X3 untuk mencatat bagiannya dala pendapatan Bennett
31 Desember 19X3
Investasi pada BennettRp 446.000.000
Pendapatan dari BennettRp 272.000.000
Penyesuaian ekuitas dari penjabaranRp 174.000.000
Untuk mencatat kepemilikan 40% dari pendapatan Bennett
(400.000 Franc x kurs rata-rata tertimbang Rp 1.700) dan untuk
mencatat
Kepemilikan 40% dari penyesuaian translasi (Rp 435.000.000 x
40%)
PT Mitra Saudara juga menyesuaikan hutang pinjaman dan investasi
ekuitas dengan kurs sekarang pada tanggal 31 Desember 19X3 dan
mengakui bunga atas pinjaman tersebut sebagai berikut :
Penyesuaian ekuitas dari penjabaranRp 160.000.000
Hutang pinjamanRp 160.000.000
Untuk menyesuaikan hutang pinjaman yang
dinyatakan dalam Franc Swiss terhadap kurs berlaku
pada akhir tahun (800.000 Franc x (Rp 1.800 Rp 1.600))
Beban BungaRp 163.200.000
Kerugian pertukaran mata uangRp 9.600.000
Hutang bungaRp 172.800.000
Untuk mencatat biaya bunga (pada kurs rata-rata tertimbang)
dan mengakui hutang bunga yang dinyatakan dalam Franc
pada kurs akhir tahun sebagai berikut :
Hutang bunga (800.000 Franc x bunga 12% x 1 tahun x kurs Rp
1.800)Rp 172.800.000
Dikurangi: Biaya bunga (800.000 Franc x bunga 12% x 1 tahun x
kurs
Rata-rata tertimbang Rp 1.700)Rp 162.200.000
Kerugian pertukaran mata uangRp 9.600.000
Pada tanggal 1 Januari 19X4 PT Mitra Saudara membayar pinjaman
beserta bunga pada kurs spot Rp 1.800 sebagai berikut :
1 Januari 19X4
Hutang bunga (ma)Rp 172.800.000
Hutang pinjaman (ma) 1.440.000.000
KasRp 1.612.800.000
Untuk mencatat pembayaran pinjaman beserta bunga yang dinyatakan
dalam Franc Swiss pada saat kurs spot Rp 1.800
Sebagai hasil dari operasi hedging ini, perubahan dalam
investasi PT Mitra Saudara pada Bennet yang disebabkan oleh
perubahan kurs sebagian diimbangi oleh pinjamnnya dalam Franc
Swiss. Penyesuaian ekuitas dari saldo translasi yang muncul dalam
bagian ekuitas pemegang saham milik PT Mitra Saudara dalam neraca
pada tanggal 31 Desember 19X3 adalah kredit sebesar Rp 14.000.000
(Kredit Rp 174.000.000 dari investasi ekuitas dari translasi
dikurangi debit Rp 160.000.000 dari penyesuaian pinjaman yang
dinyatakan dalam Franc Swiss).
. Konsep dan Transaksi Mata Uang Asing
Oleh : Kelompok 6
I Gede Suyadnya (1306305215)
Winayaka Lingga (1306305115)
Putu Krishna Aryastha M. (1306305143)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
PersediaanRp 7.300.000
Hutang dagang (Ma)Rp 7.300.000
(Translasi 10.000 Ringgit x Kurs Spot 730)
Hutang Dagang (Ma)Rp 7.300.000
Keuntungan pertukaran mata uang Rp 100.000
KasRp 7.200.000
(Kas yang dibutuhkan sama dengan 10.000 Ringgit sama dengan kurs
spot 720)
Transaksi Penjualan
Asumsi PT Indofood menjual barang dagang kepada Schweber
Industries Ltd. Seharga Rp 15.000.000 atau 10.000 Mark pada saat
kurs Rp 1.500, dan menerima pembayaran pada saat kurs Rp 1.490.
Jika tagihan dalam Rupiah
(Tanggal Penjualan)
Piutang DagangRp 15.000.000
PenjualanRp 15.000.000
Untuk mencatat penjualan kepada Schweber Industries: invoice
sebesar Rp 15.000.000
(Tanggal Pembayaran)
KasRp 15.000.000
Piutang DagangRp 15.000.000
Untuk mencatat penerimaan pembayaran penuh dari Schweber
Industries
(Jika tagihan dalam Mark Jerman)
Piutang Dagang (ma)Rp 15.000.000
PenjualanRp 15.000.000
Untuk mencatat penjualan kepada Schweber; tagihan untuk 10.000
Mark Jerman (10.000 Mark x Rp 1.500 = Rp 15.000.000)
Kas (ma)Rp 14.900.000
Kerugian Pertukaran Mata Uang 100.000
Piutang DagangRp 15.000.000
Untuk Mencatat penerimaan pembayaran penuh dari Schweber
Industries (10.000 Mark x Rp 1.490 = Rp 14.900.000
Transaksi Pembelian
Asumsi Indofood membei barang dagang dari Schweber seharga Rp
7.500.000 atau 5.000 Mark pada sat kurs Rp 1.500, dan membayar
hutang tersebut ketika kurs Rp 1.520
Jika tagihan dalam Rupiah
(Tanggal Pembelian)
PersediaanRp 7.500.000
Hutang DagangRp 7.500.000
Untuk mencatat pembelian dari Schweber; tagihan Rp 7.500.000
(Tanggal Pembayaran)
Hutang DagangRp 7.500.000
KasRp 7.500.000
Untuk mencatat pembayaran penuh pada Schweber
Jika tagihan dalam Mark Jerman
PersediaanRp 7.500.000
Hutang Dagang (ma)Rp 7.500.000
Untuk mencatat pembelian dari Schweber : tagihan untuk
5000 Mark ( 5000 Mark x Rp 1.500 = Rp 7.500.000)
Hutang Dagang (ma)Rp 7.500.000
Kerugian pertukaran mata uang 100.000
KasRp 7.600.000
Untuk mencatat pembayaran penuh pada Schweber
(5000 Mark x Rp 1.520 = Rp 7.600.000)