Top Banner
1 0 PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN KEBISINGAN LALU LINTAS DI PEMUKIMAN SEPANJANG RUAS TOLSIMO REJOSARI (Heru Eris Dianto, Tutug Dhanardono) Jurusan Teknik Fisika – Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo, Surabaya 60111 Abstrak Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan permasalahan lingkungan yang muncul di daerah perkotaan di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Sumber kebisingan transportasi tersebut umumnya berasal dari kendaraan yang melintas di sekitar kawasan tersebut. Kebisingan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tingkat kenyamanan manusia berkaitan dengan sumber bunyi. Dampak kebisingan pada pendengaran manusia antara lain adalah trauma akustik, (acoustic trauma ), pergeseran ambang batas pendengaran sementara (temporary threshold shift), pergeseran ambang batas pendengarab tetap (permanent threshold shift) dan tinnitus. Bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan atau bunyi yang mengganggu. Dalam tugas akhir ini akan diketahui pengaruh kebisingan lalu lintas jalan tol terhadap penduduk pada suatu pemukiman. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengukuran tingkat kebisingan / TTB (Tingkat Tekanan Bunyi) jalan tol Surabaya – Tj Perak dalam satuan DB (Decibel). Selain itu akan dilakukan pula pengambilan data pada penduduk tentang pengaruh kebisingan lalu lintas jalan tol. Kemudian dari kedua data yang telah diperoleh akan diolah dan dianalisa. Kata kunci: Kebisingan , TTB(Tingkat Tekanan Bunyi) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk indonesia sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan transportasi darat yang cukup pesat, terutama di kota besar. Hal ini berdampak pula terhadap kebisingan lingkungan yang berasal dari hasil samping transportasi darat. Kebisingan transportasi darat yang paling terasa dan berlangsung terus – menerus adalah akibat kebisingan lalu lintas darat seperti sepeda motor, mobil, kereta api, dan kendaraan – kendaraan yang lainnya. Kebisingan lalu lintas merupakan salah satu sumber bising luar yang memerlukan perhatian dan penanganan secara serius. Bangunan – bangunan yang berada di sepanjang jalan raya ataupun jalan tol mempunyai resiko bising cukup besar. Oleh karena itu perlu dilakukan survey dan perhitungan tingkat kebisingan suatu daerah, yang nantinya dapat diketahui pengaruhnya terhadap pemukiman disekitarnya. Jalan Tol Surabaya – Tj.Perak merupakan salah satu jalan dengan tingkat keramaian yang tinggi, sehingga jalan tersebut merupakan salah satu sumber kebisingan. Sebelumnya telah diadakan penelitian yang dilakukan di jalan Embong Malang untuk memprediksi tingkat kebisingan serta pengaruhnya terhadap kemunduran pendengaran. Berdasarkan alasan diatas maka Tugas akhir ini akan memprediksi pengaruh kebisingan lalu-lintas jalan tol Surabaya – Tj. Perak terhadap penduduk di Tandes, yang memiliki posisi sangat dekat dengan jalan tol.. BAB II DASAR TEORI Definisi Bising Bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan, yang merintangi terdengarnya suara-suara yang dikehendaki, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup atau bunyi yang mengganggu, atau bunyi yang tidak tepat waktu dan tidak tepat tempatnya. Oleh karena ketidaktepatannya dalam berbagai hal tersebutlah maka bunyi tersebut diatas dikatakan sebagai bising dan karena itu pula bunyi tersebut dapat menjadi sebuah gangguan yang keberadaannya tergantung pada kebutuhan. Intensitas bunyi adalah arus energi per satuan luas yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Pembagian bising Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona, yaitu : 1. Zona A : Adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35 - 45 dB. 2. Zona B
12

Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11899-2404100047-Paper.pdf · Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan

Feb 12, 2018

Download

Documents

lythu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11899-2404100047-Paper.pdf · Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan

1

0 PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN KEBISINGAN LALU LINTAS DI PEMUKIMA N

SEPANJANG RUAS TOLSIMO REJOSARI

(Heru Eris Dianto, Tutug Dhanardono) Jurusan Teknik Fisika – Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo, Surabaya 60111

Abstrak

Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan permasalahan lingkungan yang muncul di daerah perkotaan di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Sumber kebisingan transportasi tersebut umumnya berasal dari kendaraan yang melintas di sekitar kawasan tersebut. Kebisingan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tingkat kenyamanan manusia berkaitan dengan sumber bunyi. Dampak kebisingan pada pendengaran manusia antara lain adalah trauma akustik, (acoustic trauma ), pergeseran ambang batas pendengaran sementara (temporary threshold shift), pergeseran ambang batas pendengarab tetap (permanent threshold shift) dan tinnitus. Bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan atau bunyi yang mengganggu. Dalam tugas akhir ini akan diketahui pengaruh kebisingan lalu lintas jalan tol terhadap penduduk pada suatu pemukiman. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengukuran tingkat kebisingan / TTB (Tingkat Tekanan Bunyi) jalan tol Surabaya – Tj Perak dalam satuan DB (Decibel). Selain itu akan dilakukan pula pengambilan data pada penduduk tentang pengaruh kebisingan lalu lintas jalan tol. Kemudian dari kedua data yang telah diperoleh akan diolah dan dianalisa. Kata kunci: Kebisingan , TTB(Tingkat Tekanan Bunyi)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk indonesia sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan transportasi darat yang cukup pesat, terutama di kota besar. Hal ini berdampak pula terhadap kebisingan lingkungan yang berasal dari hasil samping transportasi darat. Kebisingan transportasi darat yang paling terasa dan berlangsung terus – menerus adalah akibat kebisingan lalu lintas darat seperti sepeda motor, mobil, kereta api, dan kendaraan – kendaraan yang lainnya. Kebisingan lalu lintas merupakan salah satu sumber bising luar yang memerlukan perhatian dan penanganan secara serius. Bangunan – bangunan yang berada di sepanjang jalan raya ataupun jalan tol mempunyai resiko bising cukup besar. Oleh karena itu perlu dilakukan survey dan perhitungan tingkat kebisingan suatu daerah, yang nantinya dapat diketahui pengaruhnya terhadap pemukiman disekitarnya.

Jalan Tol Surabaya – Tj.Perak merupakan salah satu jalan dengan tingkat keramaian yang tinggi, sehingga jalan tersebut merupakan salah satu sumber kebisingan.

Sebelumnya telah diadakan penelitian yang dilakukan di jalan Embong Malang untuk memprediksi tingkat kebisingan serta pengaruhnya terhadap kemunduran pendengaran.

Berdasarkan alasan diatas maka Tugas akhir ini akan memprediksi pengaruh kebisingan lalu-lintas jalan tol Surabaya – Tj. Perak terhadap penduduk di Tandes, yang memiliki posisi sangat dekat dengan jalan tol..

BAB II DASAR TEORI

Definisi Bising Bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak

diinginkan, yang merintangi terdengarnya suara-suara yang dikehendaki, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup atau bunyi yang mengganggu, atau bunyi yang tidak tepat waktu dan tidak tepat tempatnya. Oleh karena ketidaktepatannya dalam berbagai hal tersebutlah maka bunyi tersebut diatas dikatakan sebagai bising dan karena itu pula bunyi tersebut dapat menjadi sebuah gangguan yang keberadaannya tergantung pada kebutuhan. Intensitas bunyi adalah arus energi per satuan luas yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Pembagian bising

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona, yaitu :

1. Zona A : Adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35 - 45 dB.

2. Zona B

Page 2: Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11899-2404100047-Paper.pdf · Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan

2

Adalah zona untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Angka kebisingannya 45 - 55 dB.

3. Zona C Adalah zona untuk perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dengan tingkat kebisingan sekitar 50 - 60 dB.

4. Zona D Adalah zona untuk lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus. Tingkat kebisingan 60 - 70 dB. (3)

Penentuan tingkat kebisingan biasanya dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Ada beberapa dasar pembagian kebisingan.

Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan , tingkat bunyi dan tenaga bunyi, maka bising dibagi dalam 3 katagori, yaitu:

1. Audible noise (bising pendengaran) Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 – 8.000 Hz

2. Occupational noise ( bising pekerjaan) Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin ketik

3. Impuls noise (impact noise = bising impulsif)

Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan palu, ledakan meriam, tembakan dan lain – lain

Berdasarkan spectrum waktu terjadinya,

maka bising dibagi dalam beberapa jenis : 1. Bising kontinyu dengan spektrum luas,

misalnya karena mesin, kipas angin 2. Bising kontinyu dengan spektrum sempit,

misalnya bunyi gergaji, penutup gas 3. Bising terputus – putus, misalnya lalu

lintas, bunyi kapal terbang di udara Berdasar intensitas waktu terjadinya, maka

bising dibagi dalam dua jenis : 1. Bising sehari penuh (full noise time) 2. Bising setengah hari (part time noise) Berdasar impuls terjadinya, maka bising

dapat dibagi dalam dua jenis : 1. Bising terus – menerus (steady noise) 2. Bising impulsive (impuls noise) ataupun

bising sesaat (letupan) Berdasarkan skala intensitas maka tingkat

kebisingan dibagi dalam : 1. sangat tenang 2. tenang 3. sedang 4. kuat 5. sangat hiruk pikuk 6. menulikan

Secara umum jenis kebisingan dapat dibagi, yaitu : • Kebisingan kontinyu ( steady state noise ) • Kebisingan terputus – putus ( intermittent

noise ) • Kebisingan impulsif ( impulse noise ) Dampak dari kebisingan di lingkungan Berdasarkan Road Design Guide 1996 yang

diterbitkan oleh RTA (Road and Traffic Authority), jalan dibedakan menurut beberapa faktor, yaitu meliputi kepadatan lalu lintasnya, jenis kendaraan yang sebagian besar melaluinya serta letak jalan tersebut. Berdasarkan faktor-faktor tersebut RTA mengkategorikan jalan secara umum menjadi empat jenis, yaitu:

Arterial Road : (termasuk frreway) adalah jalan yang menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah lain dalam suatu kota. Bentuk dari arterial road adalah jalan raya besar untuk mobilitas masyarkat kota.

Sub-Arterial Road : adalah jalan yang menghubungkan suatu arterial road dengan wilayah tertentu dalam suatu kota. Fungsi jalan ini biasanya ditujukan semata-mata utuk mengurangi kepadatan lalu lintas pada arterial road pada saat-saat tertentu.

Local Road : adalah bentuk jalan yang berupa cabang dari jalan lain terutama pada suatu daerah yang sedang berkembang. Jenis jalan ini biasanya difungsikan untuk jalan masuk suatu daerah.

Collector Road : adalah jalan yang menghubungkan sub_arterial road dengan local road pada suatu daerah. Berikut adalah kriteria kebisingan pada daerah

sekitar jalan, diberikan seperti terlihat pada tabel berikut :

Criteria Type Of Road Day Night

Arterial Road

Leq(15)hr=60dB(A) Leq(9)hr=55dB(A)

Sub-Arterial Road

Leq(15)hr=60dB(A) Leq(9)hr=55dB(A)

Local Road

Leq(1)hr=60dB(A) Leq(1)hr=55dB(A)

Collector Road

Leq(1)hr=55dB(A) Leq(1)hr=50dB(A)

Page 3: Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11899-2404100047-Paper.pdf · Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan

3

Berikut ini akan diberikan peruntukan kawasan / lingkungan terhadap tingkat kebisingan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tanggal 25 Nopember 1996

Keterangan: Disesuaikan dengan ketentuan menteri perhubungan

Lalulintas jalan merupakan sumber utama kebisingan yang mengganggu sebagian besar masyarakat perkotaan. Salah satu sumber bising lalulintas jalan antara lain berasal dari kendaraan bermotor, baik roda dua, tiga maupun roda empat, dengan sumber penyebab bising antara lain dari bunyi klakson saat kendaraan ingin mendahului atau minta jalan dan saat lampu lalulintas tidak berfungsi. Gesekan mekanis antara ban dengan badan jalan pada saat pengereman mendadak dan kecepatan tinggi; suara knalpot akibat penekanan pedal gas secara berlebihan atau knalpot imitasi; tabrakan antara sesama kendaraan; pengecekan perapian di bengkel pemeliharaan; dan frekuensi mobilitas kendaraan, baik dalam jumlah maupun kecepatan

Sumber utama bising jalan tol adalah kendaraan berat(truk,bus) dan kendaraan ringan (mobil penumpang). Bising dapat berasal dari bunyi atau suara yang merupakan aktivitas alam seperti bicara, pidato, tertawa dan lain – lain. Bising juga dapat berasal dari bunyi atau suara buatan manusia seperti bunyi mesin kendaraan dan mesin – mesin yang ada di pabrik.

Berikut ini adalah beberapa contoh sumber kebisingan pada lingkungan:

Gambar 2.1 Sumber kebisingan lingkungan SOUND LEVEL METER ( SLM )

SLM adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan, yang terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit “attenuator” dan beberapa alat lainnya. Alat ini mengukur kebisingan antara 30 – 130 dB dan dari frekwensi 20 – 20.000 Hz. SLM dibuat berdasarkan standar ANSI ( American National Standard Institute ) tahun 1977 dan dilengkapi dengan alat pengukur 3 macam frekwensi yaitu A, B dan C yang menentukan secara kasar frekwensi bising tersebut :

1. Jaringan frekwensi A mendekati frekwensi karakteristik respon telinga untuk suara rendah yang kira-kira dibawah 55 dB .

2. Jaringan frekwensi B dimaksudkan mendekati reaksi telinga untuk batas antara 55 – 85 dB.

3. Jaringan frekwensi C berhubungan dengan reaksi telinga untuk batas diatas 85 dB.

Tingkat Tekanan Bunyi Siang-Malam (LSM)

Waktu pengukuran dilakukan 24 Jam, Siang hari 16 jam (06.00-22.00), pada malam hari (22.00-06.00). Setiap melakukan pengukuran harus mewakili selang waktu denngan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 kali waktu pengukuran.

Contoh : Siang hari pengukuran dilakukan pada :

1. 06.00 – 09.00 → diperoleh L1 2. 09.00 – 11.00 → diperoleh L2 3. 11.00 – 17.00 → diperoleh L3 4. 17.00 – 22.00 → diperoleh L4

Keterangan : LS = Tingkat tekanan bunyi ekivalen pada siang

hari LS = 10 log 1/6{t1.10 L1/10 +.... + t4.10 L4/10} Malam hari pengukuran dilakukan pada :

1. 22.00 – 24.00 → diperoleh L5 2. 24.00 – 03.00 → diperoleh L6 3. 03.00 – 06.00 → diperoleh L7

Page 4: Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11899-2404100047-Paper.pdf · Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan

4

Keterangan : LM = tingkat tekanan bunyi ekivalen pada

malam hari LM = 10 log 1/8 {t5.10 L5/10+ .... +

t7.10L7/10}

Parameter Kebisingan Lingkungan Tingkat tekanan bunyi rata-rata terhadap

waktu atau Equivalent Sound Level (Leq) adalah tingkat tekanan bunyi dalam dB(A) yang konstan terhadap waktu yang mempunyai energi akustik sama dengan tingkat tekanan bunyi berfluktuasi dalam periode yang sama.

Tingkat tekanan bunyi rata-rata terhadap waktu (Leq) dapat ditentukan melalui persamaan:

Leq = 10 log 10

110.

Lpi

i

n

ip

=∑

Dimana:

Pi : fraksi waktu

T

t

t1 : durasi waktu saat terjadi Lp1 (sekon) Leq : tingkat tekanan bunyi equivalent,

dB(A) T : waktu total pengukuran

Metoda Pengukuran

Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara:

1) Cara Sederhana Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB(A) selama 10 menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 detik.

2) Cara Langsung Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTMS, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 menit.

BAB III

METODOLOGI

Tugas akhir ini bertujuan untuk melakukan analisis pengaruh dari kebisingan jalan tol Surabaya – Tj. Perak terhadap penduduk di sekitar ruas tol Tandes. Dalam penentuan objek ruas jalan tol yang diukur dipilih ruas tol tandes karena memiliki intensitas kepadatan kendaraan yang cukup tinggi, serta tidak mempunyai bangunan penghalang bising seperti disarankan oleh Puslitbang Jalan yang diwajibkan

menghasilkan atenuasi antara 0 - 17,3 dBA pada titik-titik ukur yang berjarak 16,7 in - 44,7 m dari bahu jalan.

Variabel yang diambil sebagai data pengukuran adalah TTB, cuaca, dan respon penduduk.

Peralatan yang digunakan selama pengambilan data kebisingan pada ruas jalan tol Tandes adalah :

a. SLM NA-20 (merk Rion) SLM NA-20 digunakan untuk mendapatkan nilai Tingkat Tekanan bunyi (TTB) ruas tol Tandes.

b. Measure tape Measure tape digunakan untuk mengukur jarak titik ukur dengan bahu jalan, serta jarak titik ukur pertama dengan titik ukur kedua dan ketiga.

Waktu pengukuran dilakukan selama aktivitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktivitas yang paling tinggi selama 16 jam (Ls) pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00-06.00 � L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00-

09.00 � L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00-

11.00 � L3 diambil pada jam 13.00 mewakili jam 11.00-

14.00 � L4 diambil pada jam 16.00 mewakili jam 14.00-

17.00 � L5 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00-

22.00 � L6 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00-

24.00 � L7 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00-

02.00 � L8 diambil pada jam 03.00 mewakili jam 02.00-

04.00 � L9 diambil pada jam 05.00 mewakili jam 04.00-

06.00 Keterangan: � Ls = Leq selama siang hari � LM = Leq selama malam hari � LSM = Leq selama siang dan malam hari

Pengambilan data ini diambil tanggal 30 maret 2009 – 5 april 2009. Data pengukuran merupakan data pengukuran berdasarkan fungsi harian, karena data ini akan dipakai untuk menganalisa pengaruh kebisingan terhadap pemukiman. Metode Pengolahan Dan Analisa Data

Penelitian ini bersifat survai analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan selama satu minggu dengan lokasi penelitian di Simo Rejosari A, gang 3, Rt 15.

Page 5: Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11899-2404100047-Paper.pdf · Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan

5

Tahapan yang dilakukan untuk menganalisa tingkat kebisingan adalah pengukuran TTB pada sumber bising serta pengabilan data hasil quesioner yang telah diisi oleh penduduk.

Pengukuran Parameter TTB

Dari hasil pengukran menggunakan Sound Level Meter (SLM), telah didapat parameter tingkat tekanan bunyi (TTB) selama satu minggu yang dapat mewakili equivalency data harian.

Tingkat tekanan bunyi rata-rata terhadap waktu atau Equivalent Sound Level (Leq) adalah tingkat tekanan bunyi dalam dB(A) yang konstan terhadap waktu yang mempunyai energi akustik sama dengan tingkat tekanan bunyi berfluktuasi dalam periode yang sama.

Tingkat tekanan bunyi rata-rata terhadap waktu (Leq) dapat ditentukan melalui persamaan:

Leq = 10 log 10

110.

Lpi

i

n

ip

=∑

Dimana:

Pi : fraksi waktu

T

t

t1 : durasi waktu saat terjadi Lp1 (sekon) Leq : tingkat tekanan bunyi equivalent,

dB(A) T : waktu total pengukuran

Pengolahan dan Analisa Data Hasil quesioner

Besarnya pengaruh suara terhadap telinga memang banyak tergantung pada intensitas dan jangka waktu mendengarnya, jumlah waktu mendengar, serta kepekaan masing-masing, termasuk usia pendengar.

Gangguan psikologi akibat kebisingan lalu – lintas jalan tol dapat berupa rasa kurang nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Di samping pengaruh di atas, kebisingan juga menyebab-kan stres pada bagian tubuh lain yang mengakibatkan sekresi hormon abnormal dan tekanan pada otot. Seseorang yang terpapar bising kadang mengeluh gugup, susah tidur dan lelah.

Intensitas kebisingan antara 50 - 55 dB bisa menyebabkan pembicaraan telepon terganggu. Sedangkan intensitas di atas 55 dB dapat dianggap sangat tidak nyaman untuk komunikasi telepon.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Analisis Pengukuran Leq (dB)

Dari hasil distribusi TTB pada hasil pengukuran selama 7 hari yang dilakukan pada tiga titik maka dapat diperoleh nilai Leq (dB) sebagaimana tertera dalam tabel 4.1 sampai dengan tabel 4.7 dibawah ini. Tabel 4.1 Leq hari Senin

Leq (dB) Jam Titik-1 Titik-2 Titik-3

01.00 74.519 59.507 53.714 03.00 71.504 61.704 52.292 05.00 71.613 62.841 59.904 07.00 74.631 68.247 63.248 10.00 75.814 66.078 61.072 13.00 73.782 64.289 60.368 16.00 75.327 65.291 61.452 20.00 74.234 63.850 60.071 23.00 73.851 60.470 52.822

Tabel 4.2 Leq hari Selasa

Leq (dB) Jam Titik-1 Titik-2 Titik-3

01.00 70.121 57.258 50.071 03.00 69.283 56.788 52.813 05.00 71.814 63.936 59.368 07.00 75.521 70.620 65.639 10.00 76.175 67.103 60.630 13.00 74.712 65.125 60.119 16.00 76.128 66.973 62.702 20.00 74.674 65.837 59.313 23.00 69.633 57.850 53.051

Tabel 4.3 Leq hari Rabu

Leq (dB) Jam Titik-1 Titik-2 Titik-3

01.00 77.145 62.878 59.331 03.00 67.659 55.372 58.004 05.00 70.905 59.278 52.296 07.00 73.903 68.795 62.673 10.00 74.385 66.575 59.829 13.00 76.040 69.869 62.750 16.00 73.816 64.465 59.900 20.00 71.653 61.040 59.275 23.00 70.788 58.544 52.854

Page 6: Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11899-2404100047-Paper.pdf · Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan

6

Tabel 4.4 Leq hari Kamis

Leq (dB) Jam Titik-1 Titik-2 Titik-3

01.00 69.779 57.697 51.186 03.00 79.569 69.375 62.566 05.00 75.229 66.413 60.253 07.00 75.812 70.176 65.037 10.00 74.836 66.485 60.700 13.00 74.135 65.099 60.385 16.00 75.272 66.074 61.424 20.00 74.372 64.618 60.297 23.00 70.649 58.375 53.202

Tabel 4.5 Leq hari Jum'at

Leq (dB) Jam Titik-1 Titik-2 Titik-3

01.00 69.277 53.348 49.803 03.00 72.429 60.036 53.009 05.00 74.749 63.369 59.027 07.00 75.329 70.803 63.727 10.00 74.188 65.972 59.371 13.00 73.349 65.232 60.817 16.00 75.579 68.401 60.023 20.00 73.454 61.489 60.276 23.00 70.262 57.245 52.206

Tabel 4.6 Leq hari Sabtu

Leq (dB) Jam Titik-1 Titik-2 Titik-3

01.00 69.784 52.075 51.999 03.00 67.586 58.028 50.271 05.00 69.762 58.031 52.382 07.00 73.936 67.371 61.143 10.00 74.194 64.304 60.142 13.00 78.303 70.294 62.086 16.00 77.871 69.207 62.205 20.00 74.751 65.292 60.279 23.00 76.206 62.382 60.584

Tabel 4.7 Leq hari Minggu

Leq (dB) Jam Titik-1 Titik-2 Titik-3

01.00 73.688 58.138 52.412 03.00 76.352 65.045 59.065 05.00 74.839 64.126 61.498 07.00 74.577 69.126 62.384 10.00 75.881 69.471 63.875 13.00 75.027 67.074 60.513 16.00 75.592 65.066 61.415 20.00 77.085 68.235 60.759 23.00 74.243 61.032 58.592

Dilihat pada tabel hasil analisis dari perhitungan

nilai Leq, maka didapat untuk titik-1 mempunyai nilai TTB rata-rata sebesar 74,459 dB (A) yang artinya bising pada tempat hunian tersebut masih sangat tinggi, mengingat bahwa batasan maksimal kebisingan yang baik pada tempat hunian atau perumahan yang disebutkan pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan adalah sekitar 45-55 dB.

Begitu pula dengan kondisi bising yang terukur pada titik-2, TTB rata-rata yang terukur yaitu sebesar 65,648 dB (A). Hal ini dapat sangat merugikan kesehatan penduduk didaerah sekitar tempat hunian.

Sedangkan pada daerah titik ukur tiga nilai TTB rata-rata relatif rendah, yaitu sebesar 60,12882 dB (A). Namun nilai tersebut masih diatas batasan yang dianjurkan. Ls (dB)

Dari hasil pengukuran besarnya Leq dalam waktu satu minggu untuk waktu pola kerja siang maka diperoleh nilai Ls (dB) sebagaimana tertera dalam tabel 4.8 sampai dengan tabel 4.14 dibawah ini. Tabel 4.8 Ls hari Senin (30 maret 2009)

Leq (dB) titik 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00

Ls

1 74.631 75.814 73.782 75.327 74.234 74.82 2 68.247 66.078 64.289 65.291 63.850 65.849 3 63.248 61.072 60.368 61.452 60.071 61.395

Tabel 4.9 Ls hari Selasa (31 maret 2009)

Leq (dB) titik 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00

Ls

1 75.521 76.175 74.712 76.128 74.674 75.491 2 70.620 67.103 65.125 66.973 65.837 67.595 3 65.639 60.630 60.119 62.702 59.313 62.337

Page 7: Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11899-2404100047-Paper.pdf · Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan

7

Tabel 4.10 Ls hari Rabu (1 april 2009)

Leq (dB) titik 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00

Ls

1 73.903 74.385 76.040 73.816 71.653 74.18 2 68.795 66.575 69.869 64.465 61.040 67.142 3 62.673 59.829 62.750 59.900 59.275 61.152

Tabel 4.11 Ls hari Kamis (2 april 2009)

Leq (dB) titik 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00

Ls

1 75.812 74.836 74.135 75.272 74.372 74.928 2 70.176 66.485 65.099 66.074 64.618 66.998 3 65.037 60.700 60.385 61.424 60.297 61.995

Tabel 4.12 Ls hari Jum'at (3 april 2009)

Leq (dB) Titik 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00

Ls

1 75.329 74.188 73.349 75.579 73.454 74.479 2 70.803 65.972 65.232 68.401 61.489 67.427 3 63.727 59.371 60.817 60.023 60.276 61.141

Tabel 4.13 Ls hari Sabtu (4 april 2009)

Leq (dB) Titik 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00

Ls

1 73.936 74.194 78.303 77.871 74.751 76.228 2 67.371 64.304 70.294 69.207 65.292 67.863 3 61.143 60.142 62.086 62.205 60.279 61.257

Tabel 4.14 Ls hari Minggu (5 april 2009)

Leq (dB) titik 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00

Ls

1 74.577 75.881 75.027 75.592 77.085 75.719 2 69.126 69.471 67.074 65.066 68.235 68.061 3 62.384 63.875 60.513 61.415 60.759 61.972

Lm (dB)

Sedangkan dari hasil pengukuran besarnya Leq dalam waktu satu minggu untuk waktu pola kerja siang maka diperoleh nilai Lm (dB) sebagaimana tertera dalam tabel 4.15 sampai dengan tabel 4.21 dibawah ini.

Tabel 4.15 Lm hari Senin (30 maret 2009)

Leq (dB) titik 23.00 01.00 03.00 05.00

Lm

1 73.851 74.519 71.504 71.613 73.076 2 60.470 59.507 61.704 62.841 61.312 3 52.822 53.714 52.292 59.904 55.950

Tabel 4.16 Lm hari Selasa (31 maret 2009)

Leq (dB) titik 23.00 01.00 03.00 05.00

Lm

1 69.633 70.121 69.283 71.814 70.328 2 57.850 57.258 56.788 63.936 60.101 3 53.051 50.071 52.813 59.368 55.312

Tabel 4.17 Lm hari Rabu (1 april 2009)

Leq (dB) titik 23.00 01.00 03.00 05.00

Lm

1 70.788 77.145 67.659 70.905 73.115 2 58.544 62.878 55.372 59.278 59.83 3 52.854 59.331 58.004 52.296 56.654

Tabel 4.18 Lm hari Kamis (2 april 2009)

Leq (dB) titik 23.00 01.00 03.00 05.00

Lm

1 70.649 69.779 79.569 75.229 75.593 2 58.375 57.697 69.375 66.413 65.537 3 53.202 51.186 62.566 60.253 59.039

Tabel 4.19 Lm hari Jum'at (3 april 2009)

Leq (dB) titik 23.00 01.00 03.00 05.00

Lm

1 70.262 69.277 72.429 74.749 72.203 2 57.245 53.348 60.036 63.369 59.92 3 52.206 49.803 53.009 59.027 54.986

Tabel 4.20 Lm hari Sabtu (4 april 2009)

Leq (dB) titik 23.00 01.00 03.00 05.00

Lm

1 76.206 69.784 67.586 69.762 72.205 2 62.382 52.075 58.028 58.031 58.979 3 60.584 51.999 50.271 52.382 55.971

Page 8: Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11899-2404100047-Paper.pdf · Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan

8

Tabel 4.21 Lm hari Minggu (5 april 2009)

Leq (dB) titik 23.00 01.00 03.00 05.00

Lm

1 74.243 73.688 76.352 74.839 73.93 2 61.032 58.138 65.045 64.126 61.876 3 58.592 52.412 59.065 61.498 57.946

Dari 69 quisioner yang telah diperoleh,

didapat sebanyak 64 penduduk yang telah tinggal dilokasi pengambilan data lebih dari 10 tahun dan semuanya tidak memiliki riwayat pindah tempat tinggal selama di Simo Rejosari A, Gang 3, Rt 15 sampai dengan saat ini. Hal ini perlu diketahui, karena dampak dari kebisingan akan terjadi atau terasa pada paparan antara 7 sampai 10 tahun.

Grafik 4.1 Pendapat penduduk tentang kebisinga ditempat tinggal mereka

Grafik 4.2 Respon penduduk terhadap kebisingan disekitar tempat tinggal mereka

Grafik 4.3 Prediksi kebisingan dapat mengganggu pendengaran

Grafik 4.4 Prediksi kebisingan dapat mengganggu percakapan langsung

Grafik 4.5 Prediksi kebisingan dapat mengganggu percakapan telepon

Grafik 4.6 Prediksi kebisingan mengakibatkan sulit membedakan bunyi konsonan

Grafik 4.7 Prediksi kebisingan dapat mengganggu kehamilan

Page 9: Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11899-2404100047-Paper.pdf · Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan

9

Grafik 4.8 Prediksi kebisingan dapat mengganggu pertumbuhan bayi

Grafik 4.9 Prediksi kebisingan mengakibatkan kesulitan dalam mendengarkan bunyi dengan

nada tinggi

Grafik 4.10 Prediksi kebisingan mengakibatkan tekanan pada otot

Grafik 4.11 Prediksi kebisingan mengakibatkan titinus

Grafik 4.12 Prediksi kebisingan dapat mengganggu komunikasi

Grafik 4.13 Prediksi kebisingan dapat menggu itirahat

Grafik 4.14 Prediksi kebisingan dapat mengganggu tidur

Grafik 4.15 Prediksi kebisingan dapat mengganggu kerja

Page 10: Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11899-2404100047-Paper.pdf · Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan

10

Grafik 4.16 Prediksi kebisingan dapt mengganggu belajar

Grafik 4.17 Prediksi kebisingan dapat

mengganggu ibadah

Grafik 4.18 Prediksi kebisingan dapat

mengganggu kenyamanan

Grafik 4.19 Prediksi kebisingan dapat mengganggu konsentrasi

Grafik 4.21 Prediksi kebisingan dapat menimbulkan

stres

Grafik 4.23 Prediksi kebisingan menyebabkan mudah lelah

Dari pengamatan secara umum, maka kebisingan didaerah pemukiman sekitar ruas tol Surabaya-Tj perak adalah tidak layak untuk dijadikan sebagai tempat hunian. Hal ini dikarenakan jarak pemukiman dari bahu jalan tol terlalu dekat, yaitu tidak lebih dari 6 meter. Selain itu sebagai pembatas antara tempat pemukiman penduduk dan wilayah jalan tol tidak terdapat barier sebagai penghalang bising seperti disarankan oleh Puslitbang Jalan yang diwajibkan menghasilkan atenuasi antara 0 - 17,3 dBA pada titik-titik ukur yang berjarak 16,7 in - 44,7 m dari bahu jalan.

Selain tersebut diatas, setelah dilakukan pengukuran TTB dan dilakukan penghitungan Leq maka dapat dikatakan bahwa pemukiman didaerah tersebut kurang sehat. Hal ini didasarkan pada hasil perhitungan pada masing-masing titik ukur yang semuanya melebihi batas yang disarankan seperti tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, yang menyebutkan zona untuk perumahan dan tempat pendidikan adalah berkisar pada 35 - 45 dB. Sedangkan dari hasil perhitungan Leq pada masing-masing titik pengukuran didapat tingkat tekanan bunyi rata-rata sebagai berikut, Leq pada titik ukur satu sebesar 74,459 dB, Leq pada sekitar titik ukur dua sebesar 65,648 dB, dan Leq pada daerah di sekitar titik ukur tiga adalah sebesar 60,12882 dB. Dari semua hasil perhitungan TTB disemua titik,

Page 11: Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11899-2404100047-Paper.pdf · Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan

11

menunjukkan bahwa tingkat tekanan bunyi tersebut masih sangat tinggi dan diatas batas yang disarankan.

Namun secara umum sebagian penduduk disekitar ruas tol Tandes mengatakan telah terbiasa dengan paparan kebisingan yang lebih tinggi dari yang dianjurkan. Hal ini dapat terbaca dari sangat sedikitnya responden yang mengatakan bahwa wilayah tempat tinggal mereka adalah sangat bising. Mereka telah terbiasa mengalami paparan kebisingan yang mencapai 74,459 dB.

Namun kebisingan akibat aktifitas lalu-lintas jalan tol akan mengganggu komunikasi sebagian besar penduduk disekitar ruas tol Tandes sampai radius 6 meter meter dari bahu jalan, yang memiliki tingkat tekanan bunyi rata-rata sebesar 74,459 dB.

Kemudian untuk gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh kebisingan jalan tol terasa hingga pada radiur ukur 43 meter yang memiliki tingkat tekanan bunyi rata-rata sebesar 65,648 dB. Dan untuk jarak yang lebih jauh gangguan tersebut tidak lagi dirasakan oleh sebagian besar penduduk di Simo Rejosari A gang III.

Selain itu kebisingan yang disebabkan oleh aktifitas lalu-lintas jalan tol juga dapat mempengaruhi kegiatan sehari-hari dari penduduk yang tinggal disekitarnya. Diantaranya, kebisingan jalan tol dapat mengganggu komunikasi, mengganggu istirahat, waktu belajar, dan beribadah mayoritas penduduk yang tinggal disekitar jalan tol. Namun gangguan itu akan mulai berkurang pada sekitar titik ukur tiga yang memiliki jarak sejauh 82 meter dari bahu jalan dan memiliki Leq sebesar 60,12882 dB. Sedangkan khusus untuk waktu tidur dan istirahat, gangguan paparan kebisingan yang dirasakan sebagian besar penduduk di Simo Rejosari A adalah sebesar 56,55 dB, yang sebenarnya adalah mendekati paparan kebisingan normal yang disarankan oleh menteri Perhubungan tentang peruntukan pemukiman dan hunian sebesar 55 dB.

Namun secara psikologis, kebisingan jalan tol dapat mengakibatkan dampak secara menyeluruh kepada penduduk yang tingagal disekitarnya. Diantaranya kebisingan lalu-lintas jalan tol dapat mengganggu kenyamanan penduduk yang tinggal disekitarnya, dapat menggngu konsentrasi, menimbulkan stres, dan menimbulkan pengaruh terhadap perilaku pemukiman.

Namun diluar beberapa akibat yang ditimbulkan oleh kebisingan jalan tol tersebut,

penduduk disekitar ruas tol Tandes menyadari bahwa tingkat kebisingan disekitar tempat tinggal mereka adalah sangat bising yang dapat mengakibatkan terjadinya pengurangan daya dengar dalam waktu yang lama dan perlu untuk segera diredam. Dan dari quisioner yang didapat banyak saran yang mereka harapkan, yang diantaranya adalah dengan pembuatan barier sebagai upaya meredam kebisingan yang diakibatkan oleh aktifitas lalu-lintas jalan tol.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis yang

telah dilakukan maka dapatn ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Daerah pemukiman disekitar ruas tol Surabaya-Tj perak sangat bising dan tidak layak untuk dijadikan sebagai tempat hunian.

2. Tingkat kebisingan yang terdapat di sekitar daerah pengukuran sangat tinggi dan melebihi batas yang disarankan seperti tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan.

3. Secara umum penduduk disekitar ruas tol Tandes telah terbiasa dengan paparan kebisingan yang melebihi batas yang dianjurkan.

4. Kebisingan lalu-lintas jalan tol dirasakan mengganggu aktifitas komunikasi hingga pada radius titik ukur satu yang memiliki jarak 6 meter dan TTB rata-rata 74,459 dB.

5. Gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh kebisingan jalan tol terasa hingga pada radiur ukur 43 meter yang memiliki tingkat tekanan bunyi rata-rata sebesar 65,648 dB.

6. Kebisingan jalan tol mempengaruhi kegiatan sehari-hari dari penduduk yang tinggal disekitarnya.

7. Kebisingan jalan tol dapat mengakibatkan dampak secara psikologis pada daerah disemua titik pengukuran.

8. Kebisingan jalan tol tidak menyebabkan seseorang mengalami Sindrom Dispepsia.

5.2 Saran

Maka dari hasil penelitian, ada beberapa saran yang perlu untuk diperhatiakan yaitu : � Pemasangan bangunan Penghalang Bising

seperti disaarankan oleh Puslitbang Jalan yang diwajibkan menghasilkan atenuasi antara 0 - 17,3 dBA pada titik-titik ukur yang berjarak 16,7 in - 44,7 m dari bahu jalan

Page 12: Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11899-2404100047-Paper.pdf · Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan

12

� Perlu dilakukan analisis dan desain ulang mengenai Bangunan Penghalang Bising terutama pada struktur, bahan, dan tinggi bangunan.

� Pemasangan bangunan Penghalang Bising dari bahan ALWA (Artificial Light Weight Agregate) dengan tinggi 2,75 meter, seperti yang telah dilakukan penelitian oleh Puslitbang Jalan.

� Mengatur kembali letak pemukiman yang terlalu dekat dengan bahu jalan, dengan jarak yang disarankan yaitu 16,7 in - 44,7 m dari bahu jalan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Irwin, JB. 1979. Industrial Noise and Vibration Control. 1979. Prentice Hall Inc., NJ.

2. M. Harris, Cyril. 1991. Handbook of Acoustical Measurements and Noise Control. Mc Grawhill Inc.

3. Smith, BJ. 1996. Acoustic and Noise Control. Addison Wesley.

4. B & K, “ Enviromental Noise”. Bruel & Kjaer, Sound & Vibration Measurement. Naerum – Denmark. 2001

5. B & K, “ Measuring Sound”. Bruel & Kjaer. Naerum – Denmark (Revision). 2001

6. Riyanasari, Sang Ayu Made Dwi, “Pengaruh Kebisingan Terhadap Daya Pendengaran Masyarakat di Sekitar Kawasan Bandara Ngurah Rai Bali”, Fakultas Kesehatan, UNAIR. 2009

7. Hartono, “Pengaruh perbedaan Intensitas kebisingan terhadap Sindrom Dispepsia”, Departemen Fisika Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo. 2002

8. Budihalim S. Aspek Psikosomatik Ulkus Peptik. Dalam: Ilmu Penyakit Dalam. Soeparman (ed.), Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 1990.

BIODATA PENULIS Nama : Heru Eris Dianto

TTL : Kediri, 20 Maret 1985 Alamat : Kencong – Kepung - Kediri

Pendidikan : • SDN Kencong III

(1991- 1997) • SLTP Negeri 2 Pare, Kediri

(1997 - 2000) • SMU Negeri 2 Pare, Kediri

(2000 - 2003) • Teknik Fisika FTI - ITS

(2004 - sekarang)