PROPOSAL SKRIPSI
1
AKTIVITAS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
HUBUNGANNYA DENGAN AKHLAK ANAK DIDIK DI LINGKUNGAN PESANTREN
A. LATAR BELAKANG MASALAHUndang-Undang Dasar 1945 yang secara
historis disebut sebagai (Indonesian declaration of Independence),
dalam pembukaannya secara jelas mengungkapkan alasan didirikannya
negara untuk: (1) mempertahankan bangsa dan tanah air, (2)
meningkatkan kesejahteraan rakyat, (3) mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan (4) ikut serta dalam mewujudkan perdamaian dunia yang
abadi dan berkeadilan.Konsep mencerdaskan kehidupan bangsa berlaku
untuk semua komponen bangsa, tak terkecuali mereka yang berada
dalam tingkat ekonomi lemah. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar
1945 pada pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia.Perkembangan ilmu abad mutakhir, tepatnya dalam millennium
baru peran globalisasi terasa sangat mendominasi aktivitas
masyarakat. Kebutuhan akan format satu sistem pendidikan yang
komperehensif-kondusif dirasa sangat perlu diupayakan. Kondisi ini
lebih disebabkan karena sangat urgennya pendidikan dalam pembinaan
anak didik. Keberadaannya harus bisa dilaksanakan secara
komprehensif dan simultan antara nilai dan sikap (afeksi),
pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan (life skill) serta
kemampuan berkomunikasi dan sadar terhadap ekologi
lingkungan.Format pendidikan yang lebih baik sudah menjadi
keharusan di abad dua satu ini, sebab mereka yang menempati posisi
penting adalah para educated person. Hal ini sebagaimana yang
diramalkan bahwa masyarakat modern mendatang adalah masyarakat
knowledge society, dan siapa yang menempati posisi penting adalah
educated person. Suatu masyarakat yang setiap anggotanya adalah
manusia yang bebas dari ketakutan, bebas berekspresi, bebas
menentukan arah kehidupannya dalam rangka wadah persatuan dan
kesatuan nasional. Sejarah peradaban Islam telah menunjukkan betapa
pentingnya pendidikan yang komprehensif dan kondusif dalam rangka
memajukan dan meninggikan martabat manusia. Bukanlah suatu sikap
sombong bila kita katakan bahwa prinsip-prinsip pendidikan modern
yang mulai didengungkan pada pertengahan abad ke-20, yang hingga
kini belum mampu dilaksanakan sepenuhnya. Tetapi oleh negara-negara
maju (modern) telah diperhatikan dan dilaksanakan dalam pendidikan
Islam, yaitu pada zaman keemasan Islam, ratusan tahun sebelum
dicetuskannya sistem pendidikan modern tersebut.
Di antara prinsip-prinsip yang ideal dalam pendidikan Islam itu,
dapat kita terangkan secara singkat sebagai berikut: mengajarkan
berpikir bebas dan berdiri sendiri dalam belajar, kemerdekaan dan
demokrasi dalam mengajar, sistem belajar secara perseorangan
(takhasshus), perhatian terhadap perbedaan individu anak-anak dalam
memberikan pelajaran dan cara mengajar, perhatian terhadap bakat
dan kesediaan fitrah dari anak didik, serta menguji kecapakan
mereka, berbicara kepada mereka sesuai dengan akalnya, bergaul
dengan mereka secara baik-baik serta dengan rasa kasih sayang,
memperhatikan pendidikan akhlak, mendorong dilakukannya
diskusi-diskusi ilmiah, memperhatikan pendidikan berpidato,
perdebatan-perdebatan, dan kelancaran berbicara, serta mendirikan
banyak perpustakaan, memperlengkapinya dengan buku-buku berharga
dan referensi yang sulit ditemui, dan mendorong supaya pelajar dan
siswa mengambil manfaat dari isi buku-buku yang bernilai tersebut,
dengan tekun belajar, mengadakan penelitian dan mengajar. Hal itu
dijelaskan dalam kata mutiara arab yang artinyaMenuntut ilmu mulai
dari buaian sampai keliang lahat.
Jika melihat peribahasa di atas, tampaknya ada keserasian dengan
gagasan pemikiran Croply yang dikutip Umar Tirtarahardja tentang
pendidikan sepanjang hayat (Life long education). Berangkat dari
teks hadits dan pendapat Croply di atas tentang pendidikan
sepanjang hayat, atau bahasa hadits mencari ilmu dari buaian sampai
ke liang lahat, dapat lahir suatu ungkapan bahwa mencari ilmu
merupakan bagian dari proses pendidikan. Hal yang hampir senada
diungkapkan Mudiharjo. (2001:6), Bahwa pendidikan merupakan segala
pengalaman mengajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup. Berdasarkan ungkapan di atas dapat dipahami
tentang pentingnya pendidikan yang salah satu tujuannya dapat
membentuk watak manusia yang berpendidikan dan beradab.Namun,
selama beberapa abad terakhir peradaban Islam mengalami kemunduran
akibat kurangnya pendidikan yang tidak mencerdaskan dan
memoralkan.Proses pendidikan dalam Islam telah terwarisi oleh Nabi
Muhammad SAW sebagai seorang pendidik umat, sekaligus sebagai
peletak pertama dalam menanamkan sudut pandang pendidikan dalam
Islam yang berdasarkan wahyu Allah SWT. Sejarah membuktikan, Nabi
Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya untuk menyuruh anaknya
melakukan shalat pada usia tujuh tahun, andaikan pada usia sembilan
tahun masih tidak menuruti perintah orang tuanya, maka pukulah.
Terlepas mengartikan pukulah yang sebenarnya atau hanya bahasa
kiasan, yang jelas dalam ajaran Islam diperintahkan pendidikan itu
dilakukan sewaktu dini.Disadari cara pembinaan akhlak yang
dicontohkan Nabi SAW seusia dini jauh lebih bermanfaat dari pada
usia senja. Dilihat dalam kapasitas intelektual juga jauh lebih
baik. Dalam pepatah diungkapkan: Belajar di usia dini bagaikan
menulis di atas batu, dan belajar di usia tua/senja bagaikan
menulis di atas air. Pribahasa tadi menggambarkan pendidikan
diberikan diusia dini sangat membekas sekali, diibaratkan mengukir
di atas batu, sangat jelas dan membekas, tetapi jika pendidikan
diberikan di usia tua/senja akan sulit dan diibaratkan seperti
menulis di atas air, akan sukar masuknya dan mudah hilangnya.
Pengajaran shalat sengaja Nabi memberikannya di usia tujuh
tahun, karena pada usia tersebut secara intelektual mulai menerima
beberapa pengajaran. Secara pengalaman anak-anak jika bergaul
dengan orang yang berbicara sopan anak-anak tersebut akan terbawa
sopan, dan ucapan yang sopannya itu akan membekas, tetapi jika
bergaul dengan berbicaranya kasar akan terbawa kasar.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW tidak hanya memberikan pengajaran
dan pembinaan mental, juga memberikan keterampilan (skill), antara
lain, mengajarkan memanah, berkuda, berenang dan lain sebagainya.
Dengan demikian pembinaan intelektual, mental dan keterampilan
meminjam bahasa pendidikan dapat diartikan memberikan aspek
kognitif, apektif, dan psikomotor.
Namun dalam memberikan pendidikan kepada anak, atau siswa akan
selalu diperhatikan gerak langkah pendidik, artinya seorang
pendidik atau guru menjadi figur bagi anak, atau para siswanya baik
posisinya berada di rumah, maupun di sekolah. Ada ungkapan yang
mengatakan: Guru kencing berdiri murid kencing berlari. Ungkapan
tersebut mengisyaratkan bahwa segala langkah guru menjadi sorotan
murid-muridnya, jika gurunya mencontoh yang baik, bukan tidak
mustahil muridnya akan mengikutinya, tetapi jika gurunya melakukan
tidak baik, kemungkinan muridnya akan melakukan hal yang sama.Sikap
ketauladanan perlu ditanamkan oleh seorang pengajar, baik posisinya
di sekolah, (suasana formal), maupun di luar sekolah (non formal).
Sikap itu bukan tidak mungkin dapat menambah kewibawaan seorang
guru dihadapan siswanya. Dan sesekali sikap ketauladanan terlupakan
oleh pendidik, pengajar, sehingga secara tidak disadari setahap
demi setahap reaksi dari murid sedikit demi sedikit akan berdampak
negatif .
Perbuatan yang dapat menjatuhkan harga diri guru tidak hanya
berangkat dari hal-hal yang besar, bisa saja berangkat dari
persoalan sepele. Seperti makan oleh tangan kiri, atau makan sambil
berdiri, mengeraskan suara, bukan mustahil praktik itu tidak luput
dari perhatian murid, bahkan murid menilainya bahwa itu prilaku
yang baik, padahal dalam Islam bahwa makan harus tangan kanan . Dan
tidak boleh sambil berdiri, kalau bukan alasan daruratmeminjam
istilah fiqh Islam, walaupun tidak jatuh haram, tetapi dalam
istilah hadits harus ada sikap muruah (wibawa). Apalagi colak-colek
yang bukan muhrim, jelas ini bertentangan dengan agama Islam.
Keteladanan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan cara
(metode) seorang guru dalam memberikan pendidikan, salah satu
tujuannya untuk menanamkan kedisiplinan. Mengomentari hal itu I
Djumhur dan Mohammad Surya, (1975:15), dalam bukunya berjudul,
Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah menjelaskan: Guru merupakan
sosok pigur sentral bagi murid-muridnya untuk diteladani serta
memberikan kedisiplinan kepada muridnya, baik sebagai warga sekolah
maupun warga masyarakat. Menanamkan kedisiplinan merupakan bagian
dari kelancaran proses balajar mengajar. Oleh karenanya masalah
disiplin perlu mendapat perhatian utama. Dengan demikian para siswa
sudah seharusnya mendapat bimbingan yang sesuai dan mengembangkan
berbagai kemampuan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui
disiplin yang baik.
Berdasarkan hal tersebut ada beberapa persoalan yang menjadi
perhatian utama dalam tulisan ini yaitu: akidah sebagai dasar dalam
setiap praktek ibadah, akhlak yang senantiasa jadi tolak ukur
kesolehan muamalah maupun kesolehan social, kewibawaan guru dan
kedisiplinan murid. Pada konteks Pesantren Persis 5 Cibeber uswah
dan kewibawaan seorang guru menjadi hal yang utama, terlebih pada
seorang guru yang mengajarkan akidah akhlak.Materi akidah akhlak
yang diajarkan seorang guru juga mendapat perhatian utama di
lingkungan Madrasah Tsanawiyah Persis 5 Cibeber. Hal itu bukan
tanpa alasan, antara lain alasan yang dikedepankan bahwa seorang
guru akidah akhlaq harus menjadi figur sentral di antara guru-guru
yang lain atau harus memberikan teladan yang baik. Karena berawal
dari pemahaman seperti itu, bukan berarti guru-guru yang lain tidak
memperhatikan keteladanannya, atau apriori terhadap persoalan moral
pada lingkungannya, berpijak dari situlah siswa akan memahami
prilaku guru akidah akhlak sehari-hari dan sekaligus akan berdampak
pada keteladanan seorang guru akidah akhlak. Sementara para siswa
yang setiap hari berkumpul dengan para gurunya akan dapat melihat
karakter guru sehari-hari, baik di sekolah, maupun di luar (jam)
sekolah. Hal itu dapat mengundang perhatian para siswa dalam
menilai prilaku gurunya. Atau dengan perkataan lain, siswa dapat
memahami secara langsung sikap dan prilaku guru. Permasalahannya
adalah betulkah hal itu dapat berpengaruh terhadap pemahaman dan
akhlak siswa? bisakah dijadikan standarisasi fenomena tersebut
?.
Untuk menjawab permasalahan tersebut akan diteliti lebih lanjut
dalam sebuah judul penelitian : Aktivitas Siswa Dalam Proses
Pembelajaran Aqidah Akhlak Hubungannya Dengan Akhlak Anak Didik di
Lingkungan Pesantren. ( Penelitian di Madrasah Tsanawiyah Persis 5
Cibeber).
B. RUMUSAN MASALAH
Supaya permasalahan tersebut tidak melebar, maka dibatasi
menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar
Akidah Akhlak di MTs. Persis 5 Cibeber;
2. Bagaimana kondisi akhlak siswa sehari-hari. MTs. Persis 5
Cibeber;
3. Bagaimana hubungan antara Aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar Akidah Akhlak dengan akhlak anak didik di MTs.
Persis 5 Cibeber;C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk mengetahui tentang
:
4. Untuk mengetahui Aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar Akidah Akhlak di MTs. Persis 5 Cibeber;
5. Untuk mengetahui kondisi akhlak siswa sehari-hari di MTs.
Persis 5 Cibeber;
6. Untuk mengetahui hubungan antara Aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar Akidah Akhlak dengan akhlak anak didik di MTs.
Persis 5 Cibeber;D.KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun kegunaan penelitian dalam proposal skripsi ini
adalah:
1. Bagi Peneliti:
a. Sebagai proses pembelajaran bagi peneliti dalam menambah ilmu
pengetahuan serta wawasan keilmuan, dan pendidikan pada umumnya,
sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis dengan landasan
dan kerangka teoritis yang ilmiah atau pengintegrasian ilmu
pengetahuan dengan praktek serta melatih diri dalam research
ilmiah.
b. Untuk memenuhi tugas dan sebagai bahan penyusunan skripsi
serta ujian munaqosyah yang merupakan tugas akhir penulis untuk
memperoleh gelar sarjana Strata satu (S1) pada jurusan Pendidikan
Agama Islam STAI Persis Bandung.
2. Bagi Obyek Penelitian
a. Sebagai sumbangan pemikiran ke dalam dunia pendidikan
khususnya di MTs. Persis 5 Cibeber .b. Sebagai bahan masukan dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan sekaligus peningkatan akhlak
siswa di MTs. Persis 5 Cibeber.c. Sebagai bahan evaluasi terhadap
kurikulum yang ditetapkan di MTs. Persis 5 Cibeber.3. Sebagai
sumbangan kepada STAI PERSIS Bandung, khususnya kepada perpustakaan
sebagai bahan bacaan yang bersifat ilmiah dan sebagai kontribusi
khazanah intelektual pendidikan.E. KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam dunia pendidikan ada yang dinamakan proses kegiatan
belajar mengajar. Dari dua ungkapan belajar dan mengajar akan
terlintas ada murid dan guru. Dua komponen ini lah akan
mengahsilkan interaksi belajar mengajar, logika sederhana
mengatakan: ada murid, tetapi tidak ada guru proses belajar dan
mengajar tidak akan tercapai begitu juga sebaliknya.
Hal itu dipertegas oleh Mohammad Ali. (1987:1), mengatakan:
"mengajar merupakan inti dari proses pendidikan, sementara
pengajaran merupakan inti dari proses belajar siswa, karena itu
keduanya tidak bisa dipisahkan, artinya guru tidak bisa dipisahkan
dengan murid. Berdasarkan ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa
ada guru dan murid berarti ada pengajaran atau ada materi yang
diberikan oleh guru kepada murid. Namun persoalannya bagaimana
materi pelajaran itu bisa diterima dihadapan murid sebagai
aktivitas dalam menuntut ilmu dan berakhlak?
Aktivitas menurut kamus bahasa Indonesia Pendidikan Pengajaran
dan umum diartikan sebagai kegiatan, kesibukan. Aktivitas adalah
kerja, semacam kegiatan seseorang baik yang bersifat fisik jasmani
maupun bersifat rohani.
Kaitanya dengan proses belajar mengajar bahwa proses belajar
mengajar ini merupakan dua proses atau kegiatan yang tidak bisa
dipisahkan. Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah suatu
proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak
didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melukan
proses belajar. Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan
bimbingan dan bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses
belajar.
Untuk variable pertama tentang aktivitas belajar mengajar,
sebagaimana Paul B. Diedrick dalam Sardiman, mengklarifikasikan
aktivitas belajar yaitu :
1. Listening activities seperti mendengarkan, uraian,
percakapan, pidato.2. Visual activities seperti membaca
memperhatikan, demontrasi.3. Writing activities seperti mencatat,
menulis dan menyalin.4. Mental activities seperti menanggapai,
mengingat, berfikir.5. Motor activities seperti melakukan
percobaan, membuat kontruksi.6. Oral activities seperti bertanya,
meneruskan, mengeluarkam pendapat.7. Drawing activities seperti
menggambar, membuat peta.8. Emotional activities seperti menaruh
minat, berani, bosan, gembira.Secara etimologi, kata akhlak berasal
dari bahasa Arab ( (bentuk jamak mufrodnya khuluk (), yang berarti
budi pekerti. Akhlak secara bahasa diartikan sebagai perangai,
tabiat, adat, atau sistem perilaku yang dibuat. Istilah budi
pekerti sering kali dipersamakan dengan istilah sopan santun,
susila, moral, etika, adab atau akhlak. Kesemua istilah itu
memiliki makna yang sama, yaitu sikap, perilaku, dan tindakan
individu yang mengacu pada norma baik-buruk dalam hubungannya
dengan sesama individu, anggota keluarga, masyarakat, hidup
berbangsa, bernegara bahkan sebagai umat beragama, yang bertujuan
untuk kebaikan dan peningkatan kualitas diri dalam mengarugi
kehidupan sehari-hari. Pembinaan akhlak merupakan tujuan terpenting
dari pendidkan agama Islam. Rasul sendiri diutus kedunia ini untuk
menyempurnakan akhlak sebagaimana beliau bersabda dalam hadistnya
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad :
Sesunggunya Aku diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan
akhlakManusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang mempunyai
potensi yang dapat menjadikannya sebagai makhluk yang paling
sempurna. Namun tak dapat dipungkiri bahwa selain membawa potensi
yang baik, manusia juga diciptakan dengan membawa potensi negative
yang dapat menjadikan dirinya sama dengan binatang bahkan lebih
rendah dari binatang.
Salah satu fakta yang menyebabkan degradasi akhlak di kalangan
remaja dan siswa didik dewasa ini adalah kurangnya pembinaan akhlak
terhadap mereka. Hal ini mendorong para pendidik untuk secara
intensif membina akhlak remaja baik di lingkungan keluarga,
masyarakat, atau pun sekolah-sekolah umum, termasuk di lembaga
pendidikan umum dan kejuruan.
Menurut Al-Ghazali yang pendapatnya dikutip oleh Hamzah Yaqub,
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya
timbul perbuata-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pemikiran (lebih dahulu). Ibnu Maskawih yang dikutip
oleh Abudin Nata. (1997:3), menjelaskan: memberikan batasan akhlak
dengan gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan
tidak menghajatan fikiran.
Akhlak dalam tataran konsep praktis dikehidupan sehari-hari
selalu dikaitkan dengan etika. Kata yang cukup dekat etika adalah
moral. Sebagian orang berpandangan bahwa moral merupakan tataran
aplikasi dari akhlak seseorang. Kata terahir ini berasal dari
bahasa Latin Mos (jamak :Mores) yang berarti juga kebiasaan, adat.
Dalam bahasa Inggris dan bahasa lain, termasuk dalam bahasa
Indonesia (pertama kali dimuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1988) kata mores masih dipakai dalam arti yang sama. Jadi,
etimologi kata etika sama dengan etimologi kata moral, karena
keduanya berasal dari adat kebiasaan. Hanya bahasa asalnya berbeda
: yang pertama berasal dari bahasa Yunani, sedangkan yang kedua
dari bahasa Latin.
Sekarang kita kembali ke istilah etika. Setelah mempelajari dulu
asal usulnya, sekarang kita berusaha menyimak artinya. Salah satu
cara terbaik untuk mencari sebuah kata adalah melihat dalam kamus.
Mengenai kata etika ada perbedaan yang monyolok, jika kita
membandingkan apa yang dikatakan dalam kamus yang lama dengan kamus
yang baru. Menurut Poerwadarminta dalam K. Bertens, (2005:5), dalam
kamus umum bahasa Indonesia yang lama etika dijelaskan sebagai:
ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak), pengetahuan tentang asas-asas nilai yang
berkenaan akhlak.
Etika dijelaskan dengan membedakan tiga arti, yaitu :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlah);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu
golongan atau masyarakat.Akhlak adalah perbuatan, tindak tanduk
seseorang yang dilakukan dengan mudah tanpa banyak pertimbangan,
dengan lancar tanpa merasa sulit ia lakukan. Sehingga perbuatan dan
tindak tanduk yang dilakukan dengan terpaksa atau merasa berat
untuk berbuat belumlah dikatakan akhlak. Orang yang baik akhlaknya
ialah yang bersikap lapang dada, peramah, pandai bergaul, tidak
menyakiti orang lain, lurus benar, tidak berdusta, sedikit
berbicara banyak kerja, sabar (tabah) dalam perjuangan, tahu
berterimakasih, di percaya, tidak memfitnah, tidak dengki, baik
dengan tetangga, kata-kata dan perbuatanya disenangi orang
lain..
Akhlak merupak pokok dari ajaran Islam disamping akidah dan
syariah karena dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa seseorang
untuk memiliki hakikat kemanusiaan yang tinggi. Perbuatan yang baik
maupun buruk merupakan manifestasi akhlak seseorang dimana tingkah
laku seseorang dapat dipengaruhi oleh aspek-aspek secara sadar
maupun diluar kesadaran dapat membentuk pribadinya sehingga
terwujud dalam suatu kebiasaan.Kata akhlak berarti budi pekerti,
dalam kehidupan sehari-hari budi pekerti memang mempunyai peran
yang amat penting bagi manusia, baik bagi pribadi maupun orang
lain. Jadi yang dimaksud akhlak disini adalah prilaku sopan santun
siswa yang merupakan realisasi hasil proses belajar mengajar.
Syariat Islam tidak dapat dihayati dan diamalkan kalau hanya
diajarkan saja, tetapi harus di didik melalui proses pendidikan.
Nabi SAW telah mengajarkan untuk beriman dan beramal serta
berakhlak yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Tujuan dari
pendidikan ini adalah membina insan paripurna yang taqarub kepada
Allah, bahagia di dunia dan akhirat .
Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa akhlak adalah
tingkahlaku pada diri seseorang dan hal itu telah dilakukanya
secara berulang-ulang serta terus menerus. Kalau perbuatanya sesuai
dengan ajaran Islam, maka dikatakan akhlak baik, sebaliknya kalau
perbuatanya menyimpang dari ajaran Islam maka dinamakan akhlak
buruk.
Berdasarkan uraian diatas, penulis sampaikan bahwa indikator
perilaku akhlak siswa meliputi : 1) Akhlak terhadap Allah, yang
meliputi : taqwa, berdoa, ikhlas, dan ridhlo. 2) Akhlak terhadap
sesama manusia, yang meliputi : ishlah, saling tolong menolong,
ukhuwah atau persaudaraan, menjenguk orang yang sakit. 3) Akhlak
terhadap diri sendiri, yang meliputi : wafa, tawadlu, muruah
.Bagan
Hubungan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak
Dengan
Perilaku Akhlak Siswa di Lingkungan Pesantren
Keterangan:
= Korelasi
= Pengambil Data
Berdasarkan bagan diatas, secara teoretik ternyata Aktivitas
Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Akidah Akhlak (variable X)
memiliki hubungan dengan perilaku Akhlak Anak Didik di Lingkungan
Pesantren (variable Y). Asumsi teoritis tersebut, selanjutnya akan
diaungkap tarap keterhubungannya melalui analisis statistik. F.
Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Apabila para peneliti telah mendalami permasalahan
penelitianya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, lalu
membuat suatu teori sementara, yang kebenarannya masih perlu diuji
(dibawah kebenaran), inilah hipotesis.
Adapun Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Terdapat hubungan yang signifikan antara Aktivitas Siswa Dalam
Proses Belajar Mengajar Aqidah Akhlak Dengan Akhlak Mereka Di
Lingkungan Pesantren . Artinya jika aktivitas siswa pada bidang
studi Akidah Akhlak tinggi, maka semakin baik pula Akhlak mereka di
lingkungan Pesantren. Dan sebaliknya, jika Aktivitas Siswa pada
bidang studi Aqidah Akhlak rendah, maka semakin rendah pula akhlak
di lingkungan Pesantren.
Dengan tarap signifikasi sebesar 5% maka untuk menguji kebenaran
Hipotesis tersebut digunakan rumus: jika t hitung > t table maka
hipotesis nol (Ho) di tolak, berarti ada hubungan antara variable X
dengan variable Y. Jika t hitung < t table maka hipotesis nol
(Ho) di terima, berarti tidak ada hubungan antara variable X dengan
variable Y.
G. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis akan menempuh langkah-langkah
sebagai berikut :1. Menetukan Jenis data
Data hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun
angka. Dari sumber SK Menteri P dan K No. 0259/U/1977, tanggal 11
Juli 1977 disebutkan bahwa: Data adalah segala fakta dan angka yang
dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan
informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu
keperluan.
Dalam pengertian lain disebutkan data adalah suatu hal yang
diperoleh di lapangan ketika melakukan penelitian dan belum diolah.
Dengan pengertian lain segala keterangan mengenai variable yang
diteliti di sebut data, suatu hal yang dianggap atau diketahui.
Data menurut jenisnya dibagi menjadi dua:
a.Data Kualitatif
Yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal, bukan dalam
bentuk angka. Data inilah yang menjadi data primer (utama) dalam
penelitian ini. Yang termasuk data kualitatif adalah:
1) Gambaran umum MTs. Persis 5 Cibeber;2) Konsep Kurikulum MTs.
Persis 5 Cibeber;3) Literatur-literatur mengenai Kurikulum MTs.
Persis 05 Cibeber dan peningkatan akhlak siswa/santri;4) Gambaran
tentang kebiasaan siswa dalam sehari-harinya;5) Dokumen-dokumen
tertulis yang berhubungan dengan penelitian penulis.b.Data
Kuantitatif
Yaitu data yang berbentuk angka statistik. Dalam penelitian ini
data statistik hanya bersifat data pelengkap, jenis data ini
didapatkan dari isian angket.2. Menentukan Sumber DataMenurut
sumber datanya dalam penelitian ini, data dibedakan menjadi dua
macam yakni:
a.Sumber Data Primer
Yaitu sumber yang langsung memberikan data kepada peneliti, di
antaranya adalah:
1) Kepala Madrasah Tsanawiyah Persis 5 Cibeber .2) Wakil Kepala
dan bidang Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Persis 5 Cibeber .3) Guru
mata Pelajaran Akidah Akhlak.
4) Segenap siswa/santri MTs. Persis 5 Cibeber.b.Data
Sekunder
Yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
peneliti, seperti dokumentasi mengenai kurikulum, dan
literatur-literatur mengenai pendidikan dan peningkatan akhlak
siswa. Sedangkan untuk landasan teoritiknya penulis menggunakan
buku yang relevan dengan masalah penelitian serta dapat
mengungkapkan teori-teori yang ada kaitanya dengan penelitian.
c. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs. Persis 5 Cibeber Cianjur.
Penetuan lokasi ini di dasarkan atas pertimbangan sebagai staf
pengajar di sekolah itu.
d. Penentuan Populasi dan Samplel
- Populasi penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto. (1997:115), dijelaskan : populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila ada seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka
penelitiannya merupakan populasi. Sehubungan dengan itu maka
penulis mengambil populasi penelitian meliputi sebagian siswa MTs.
Persis 5 Cibeber yang berjumlah 70 orang dengan perincian sebagai
berikut :
Tabel 1
Daftar Populasi Siswa Siswi MTS. Persis 5Kec. CibeberTahun
Ajaran 2009/2010NoKelasJumlahJumlah Total
LP
1
2
3VII
VIII
IX12
10
716
8
172918
23
Jumlah294170
- Sampel
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi. Dalam menetukan
jumlah sample Arikunto, (1998:120), menjelaskan dalam menggunakan
ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10% - 15%,
atau 20% - 25% atau lebih. Berdasarkan pendapat tersebut, penulis
menetapkan sample sebanyak 33% X 70 = 23,1 atau dibulatkan menjadi
23. Selanjutnya penulis mengambil semua sample dari kelas VII dan
VIII.
e. Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif korelasioner. Penelitian deskriptif
berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta actual
dan sifat populasi tertentu. Metode ini mempunyai beberapa
ciri-ciri sebagai berikut :1. Bertujuan untuk memecahkan
masalah-masalah aktual yang dihadapi sekarang.
2. Bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk
disusun, dijelaskan, dan dianalisis. Penelitian ini biasanya tampa
hipotesis. Kalaupun ada hipotesis biasanya tidak diuji menurut
analisis statistik. 3. Teknik Pengumpulan Data
Metode ilmiah pada hakikatnya ialah menggabungkan antara
berfikir secara deduktif dengan induktif. Jika pengajuan rumusan
hipotesis dengan susah payah diturunkan dari kerangka teoritis dan
kerangka berfikir secara deduktif, maka untuk menguji bahwa
hipotesis tersebut diterima atau ditolak perlu dibuktikan
kebenaranya dengan data-data yang ada dilapangan. Data-data
tersebut dikumpulkan dengan teknik tertentu yang disebut teknik
pengumpulan data. Selanjutnya data-data tersebut dianalisisdan
disimpulkan secara induktif. Dan akhirnya dapat diputuskan bahwa
hipotesis diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai
berikut:
a. ObservasiObservasi ialah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Melalui observasi
peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku
tersebut. Adapun observasi yang dilakukan peneliti termasuk dalam
jenis observasi partisipasif. Yaitu peneliti terlibat langsung
dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data. Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh gambaran umum
mengenai kondisi objektif MTs. Persis 5 Cibeber Cianjur baik di
bidang sarana, fisik, keadaan siswa, tenaga pendidik dan kegiatan
belajar.b. Wawancara (interview)Wawancara merupakan pertemuan dua
orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara
kepada para siswa, para guru yang ada dilingkungan sekolah. Dengan
tujuan untuk memperoleh data dan gambaran umum menyangkut hal yang
akan diteliti sebagaimana yang tercantum dalam sumber data primer.
c. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan tertulis yang
dikirimkan kepada responden baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam hal ini digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui. Alasan penulis mengunakan teknik ini disamping menghemat
waktu karena dapat menarik data dari seluruh sample dalam waktu
bersamaan, juga memberikan keleluasaan kepada responden dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan.
d. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan
data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Penulis menggunakan
teknik ini selain biaya relative murah, waktu dan tenaga lebih
efisien.
4. Tekhnik analisis data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh melalui wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya
dapat di informasikan kepada orang lain dan dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannnya ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih dan membuat
kesimpulan.Data tersebut akan di analisa, kemudian selanjutnya akan
diolah. Data yang bersifat kualitatif yang diperoleh melalui
observasi dan wawancara akan dianalisa dengan menggunakan
pendekatan logika, sedangkan data yang bersifat kuantitatif yang
diperoleh melalui angket akan dianalisis dengan menggunakan
pendekatan statistik korelasi. Untuk keperluan analisis ini penulis
menjelaskan simbol-simbol yang diterapkan pada setiap variabel.
Dalam hal ini penelitian melibatkan dua variabel, yaitu Aktivitas
Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Aqidah Akhlak, variabel ini
menempati posisi sebagai variabel independen, yakni memasukan yang
memberi pengaruh terhadap hasil dan variabel ini disimbolkan dengan
huruf X. Sedangkan Perilaku Akhlak Siswa menempati posisi sebagai
variabel dependen, yakni hasil sebagai pengaruh variabel independen
dan variabel ini disimbolkan dengan huruf Y. Sebagai gambaran
analisa data.
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan variabel
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran Aqidah Akhlak (X) dan
variabel perilaku akhlak siswa (Y).Sejalan dengan masalah yang akan
diteliti menyangkut dua variabel besar, maka proses analisisnya
akan dilakukan dua pendekatan, yakni: pendekatan parsial dan
pendekatan korelasioner. Korelasi
Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Aqidah Akhlak
(Variabel X )
1. Visual activity
2. Oral activity
3. Listening activity
4. Mental activity
5. Emotional activity
Perilaku Akhlak Siswa
(Variabel Y )
1. Akhlak terhadap Allah, yaitu:
a. Shalat lima waktu
b. Berdoa
c. Ikhlas dan ridho
2. Akhlak terhadap sesamamanusia
yaitu:
a. Tidak suka mencuri
b. Tolong menolong
c. Ukhuwah atau persaudaraan
d. Menjenguk orang sakir
3. Akhlak terhadap diri sendiri
a. Introspeksi diri
b. tidak malas
c. tidak mencontek
Siswa
Mastuhu, Pendidikan Indonesia Menyongsong Indonesia Baru
Pasca-Orde baru, (Jakarta: dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan GEMA Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta,
1994), ed. Ke- 1, hlm. 8
H. A.R. Tilaar, Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam
perspektif Abad 21, (Jakarta: Terai Indonesia,
1999), cet. Ke-2, hlm. 16
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), cet. Ke-3, hlm. 17.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rajawali Press, 2001), cet. Ke-2, hlm. 99.
Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar
Baru Algesindo, 1989), cet. Ke-1, hlm. 29.
Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), (Jakarta:
Pustaka Panji Mas, 1992), cet. Ke-1,hlm. 26.
Hamzah Yaqub, Etika Islam; Pembinaan Akhlakul Karimah (Suatu
Pengantar), (Bandung: CV. Ponogoro,
1996), cet. Ke-1, hlm. 11
Dr. Abdul Mujib, M.Ag., et al. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kencana, 2006), cet. Ke-1, hlm. xiii
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., hlm. 237.
Oemar Bakry, Akhlak Muslim, (Bandung: Angkasa, 1992), cet. Ke-1,
hlm. 12.
Djamaludin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 1998), cet.
Ke-1, hlm. 15.
Prof. DR. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian I, (Jakarta:
PT. Rinika Cipta,1997), cet. Ke-2,hlm.62.
Prof. DR. Suharsimi Arikunto, op.cit. hal. 100
Drs. Amirul Hadi dan Drs. H. Haryono, Metodologi Penelitian
Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,
1998), cet. Ke-10, hlm. 126.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2007), cet. Ke-3, hlm. 308
ibid, 309
Drs. Amirul Hadi dan Drs. H. Haryono, op.cit., hlm. 50
Ibid., hlm. 93.
Ibid., hlm. 94.
Ibid., hlm. 97.
Prof. DR. Suharsimi Arikunto, op.cit. hal. 140
Drs. Amirul Hadi dan Drs. H. Haryono, op.cit. hlm. 110.