Top Banner
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA BUAH BAKAU (Rhizophora mucronata Lamk.) RIYAN ADI PRIYANTO DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
84

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

Jan 19, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF

PADA BUAH BAKAU (Rhizophora mucronata Lamk.)

RIYAN ADI PRIYANTO

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

RINGKASAN

RIYAN ADI PRIYANTO. C34080010. Aktivitas Antioksidan dan Komponen

Bioaktif pada Buah Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.). Dibimbing oleh

SRI PURWANINGSIH dan ELLA SALAMAH.

Buah Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) merupakan tanaman yang

tersebar hampir disepanjang pantai diseluruh dunia. Secara umum tanaman bakau

dimanfaatkan untuk mencegah abrasi air laut. Kayu tanaman ini digunakan

sebagai arang dan kayu bakar. Masyarakat Indonesia timur sering mengkonsumsi

buah bakau sebagai obat tradisional dan sumber pangan darurat ketika musim

paceklik tiba. Informasi mengenai kajian ilmiah khasiat buah bakau belum

banyak diketahui. Umumnya buah bakau diekstrak dengan pelarut metanol

sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan pelarut terhadap

nilai aktivitas antioksidan dan komponen bioaktifnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan rendemen buah bakau,

menentukan komponen kimia buah bakau (air, lemak, protein, karbohidrat, abu),

menentukan komponen bioaktif, menentukan aktivitas antioksidan buah bakau,

serta mengaplikasikan antioksidan terbaik dalam menghambat pembentukan

peroksida.

Penelitian ini diawali dengan preparasi, penentuan morfometrik, dan

penentuan rendemen buah bakau. Penelitian utama dilakukan untuk mengetahui

komponen kimia yang terkandung dalam buah bakau menggunakan uji proksimat,

menentukan komponen bioaktif menggunakan uji fitokimia, menentukan aktivitas

antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan

mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak kelapa

dalam menghambat pembentukan peroksida menggunakan uji bilangan peroksida.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah uji kenormalan Anderson Darling,

Rancangan Acak Lengkap dan uji Lanjut Duncan.

Hasil penelitian menunjukkan rendemen daging buah bakau segar yang

didapat adalah sebesar 44,94%. Buah bakau segar memiliki kadar air sebesar

58,56%, kadar protein sebesar 2,53%, kadar lemak sebesar 0,70%, kadar abu

sebesar 1,25% dan kadar karbohidrat sebesar 36,96%. Ekstrak kasar metanol

mengandung komponen bioaktif diantaranya alkaloid, steroid, flavonoid, fenol

hidrokuinon dan tanin. Ekstrak kasar etil asetat mengandung komponen bioaktif

diantaranya alkaloid, steroid, flavonoid, fenol hidrokuinon dan tanin. Ekstrak

n-heksana hanya mengandung komponen bioaktif steroid. Nilai IC50 terkecil

adalah ekstrak kasar metanol sebesar 58,61 ppm, ekstrak etil asetat sebesar

120,19 ppm dan ekstrak n-heksana sebesar 354,83 ppm. Hasil uji ekstrak kasar

terbaik (metanol) dapat menghambat pembentukan peroksidasi minyak seiring

dengan meningkatnya konsentrasi. Ekstrak kasar (metanol) dapat menghambat

oksidasi lemak dengan batas nilai bilangan peroksida untuk penyimpanan

7 hari sebesar 3,00 Meq/Kg minyak pada konsentrasi 31,25 ppm. Jenis pelarut

terbaik yang menghasilkan nilai aktivitas antioksidan paling tinggi dan dapat

menghambat pembentukan peroksida lemak paling baik adalah metanol.

Page 3: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF

PADA BUAH BAKAU (Rhizophora mucronata Lamk.)

RIYAN ADI PRIYANTO

C34080010

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 4: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

Judul : Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif

pada Buah Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.)

Nama : Riyan Adi Priyanto

NRP : C34080010

Departemen : Teknologi Hasil Perairan

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Sri Purwaningsih, M.Si Dra. Ella Salamah, M.Si

NIP. 1965 0713 1990 02 2 001 NIP. 1953 0629 1988 03 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan

Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, M.Phil

NIP. 1958 0511 1985 03 1 002

Tanggal Lulus : ……………………….

Page 5: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul ’’Aktivitas

Antioksidan dan Komponen Bioaktif pada Buah Bakau

(Rhizophora mucronata Lamk.)’’ adalah karya saya sendiri dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada pihak manapun. Sumber informasi yang berasal

atau kutipan dari karya saya yang diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

Riyan Adi Priyanto

NRP C34080010

Page 6: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT. karena telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, tak lupa shalawat serta

salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Penyusunan skripsi yang berjudul Aktivitas Antioksidan dan Komponen

Bioaktif pada Buah Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1) Dr. Sri Purwaningsih, M.Si dan Dra. Ella Salamah, M.Si sebagai komisi

pembimbing. Terima kasih atas segala curahan dan arahan, perbaikan serta

motivasi yang diberikan, dari penulis yang tidak tahu apa-apa dan tidak

mengerti arti sebuah kata iklas menjadi seorang yang kuat dan mandiri.

2) Dr. Tati Nurhayati, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji tamu. Terima kasih atas

segala masukan dan kritikan yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

3) Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, M.Phil selaku Ketua Departemen Teknologi

Hasil Perairan.

4) Dr. Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl.-Biol. selaku kepala program studi. Terima

kasih atas segala nasehat, semangat, dan perbaikan yang diberikan kepada

penulis, bahwa dalam hidup kita harus mawas diri dan selalu merasa rendah

hati.

5) Donatur, Pengurus KSE Pusat, Pengurus Paguyuban KSE IPB terima kasih

atas bantuan dana, semangat dan motivasinya yang telah diberikan kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di IPB.

6) Keluarga, terutama Ayah dan Ibu yang paling aku sayangi terima kasih atas

segala dukungannya selama ini serta doa yang telah engkau panjatkan

didalam setiap sujudmu.

7) Wisnu Agung Santoso dan Alfandy Setya Febriansyah terima kasih atas

segala semangat dan motivasinya.

Page 7: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

8) Santri Pondok Pesantren Al-Munawir, Krapyak, Jogjakarta spesial untuk

Richardo Marreha Nasution, Aria Suman Febriansyah, Linus Lazuardi

Saputra, Muhammad Shodiq, dan Irfan Mustofa Saputra terima kasih atas

segala semangat, canda, tawa serta motivasi yang tak kenal lelah kalian

berikan kepada penulis baik suka maupun duka.

9) Teman-teman terbaik sepesial untuk Nur Apriyani Rochmatillah, Syukron

Fadlillah, Tegar Hutomo Pamungkas, Adithia Sanjaya Haris, Aprilia Safitri,

Evi Arti Fahyuni, Nurrofingah, Mistho, Lukmanul Hakim, Silvi Septia

Anggraeni, Nurul Falsifah, Ira dan teh mamih serta Agung Sutriansyah.

10) Teman-teman THP 45 dan 44 spesial untuk Niswani Seknun, Mawaddah

Renhoran, Siluh Putu Sri Dia Utari, Aninta Saraswati, Yulista Noveliyana,

Yunita Puspa Dewi, Nabila Ukhti, Ellis Permatasari yang telah banyak

membantu penulis baik moril maupun material serta pihak lain yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

11) Adik-adik THP 46, 47 dan 48 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

12) Staf, TU dan laboran di laboratorium biokimia hasil perairan dan

laboratorium mikrobiologi hasil perairan (Bu Ema, Mbak Dini dan Mbak

Lastri), laboratorium kimia analitik (Om Emen dan Bu Nunung),

laboratorium uji biofarmaka, IPB (Mbak Ina dan Mbak Wiwi) terima kasih

atas segala bantuannya dan bimbingan serta kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dalam hal

penulisan. Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi banyak

pihak.

Bogor, Desember 2012

Riyan Adi Priyanto

v

Page 8: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cilacap, pada tanggal

10 Mei 1990 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara

pasangan Bapak Rasmin dan Ibu Tursini.

Penulis memulai jenjang pendidikan formal di

SDN Cibeunying 05 (tahun 1996-2002), selanjutnya

penulis melanjutkan pendidikan di MTSN Majenang

(2002-2005), pendidikan menengah atas ditempuh di

MAN Majenang, Cilacap (2005-2008). Pada tahun 2008 penulis lulus seleksi

masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI). Penulis memilih jurusan Teknologi Hasil Perairan (THP), Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif menjadi asisten

mata kuliah Teknologi Penanganan dan Transportasi Biota Perairan tahun

2010/2011, Koordinator asisten mata kuliah Avertebrata Air 2011/2012 dan

asisten mata kuliah Teknologi Industri Tumbuhan Laut pada tahun ajaran

2011/2012. Penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan kepanitiaan di kampus.

Penulis juga aktif dalam PASKIBRAKA IPB periode 2008-2009, Organisasi

Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perairan (HIMASILKAN) periode

2009/2010, BEM FPIK periode 2010/2011, dan PSM Agria swara periode

2010/2011.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melakukan penelitian

dengan judul Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif pada Buah

Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) di bawah bimbingan

Dr. Ir. Sri Purwaningsih, M.Si dan Dra. Ella Salamah, M.Si.

Page 9: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi

1 PENDAHULUAN …………………………………………………… .. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................. 2

2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………… . 3

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Buah Bakau

(Rhihophora mucronata Lamk.) ...................................................... 3

2.2 Antioksidan ........................................................................................ 4

2.2.1 Mekanisme antioksidan ............................................................. 5

2.2.2 Jenis-jenis antioksidan ............................................................... 7

2.3 Komponen Bioaktif ............................................................................ 8

2.3.1 Alkaloid ...................................................................................... 8

2.3.2 Steroid/Triterpenoid .................................................................... 9

2.3.3 Flavonoid .................................................................................... 10

2.3.4 Saponin ...................................................................................... 10

2.3.5 Fenol hidrokuinon ....................................................................... 11

2.3.6 Tanin ........................................................................................... 12

2.4 Ekstraksi ............................................................................................. 13

2.5 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH .............................. 14

2.6 Mekanisme Oksidasi Lemak .............................................................. 16

3 METODOLOGI……………………………………………… ............. 18

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 18

3.2 Bahan dan Alat ................................................................................... 18

3.3 Metode Penelitian ............................................................................... 19

3.3.1 Tahapan penelitian ...................................................................... 19

3.3.2 Ekstraksi (Quinn 1988) ............................................................... 20

3.4 Pengukuran dan Analisis .................................................................... 21

3.4.1 Pengukuran morfometrik dan rendemen buah bakau ................. 22

3.4.2 Analisis kimia ............................................................................. 22

3.4.2.1 Analisis proksimat (AOAC 2005) .................................. 22

3.4.2.2 Uji aktivitas antioksidan (Salazar-aranda et al. 2009) ... 24

3.4.2.3 Uji fitokimia (Harborne 1984) ....................................... 25

3.4.2.4 Uji bilangan peroksida (Santoso et al. 2004) ................. 26

3.5 Rancangan Percobaan ......................................................................... 27

Page 10: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

3.5.1 Uji kenormalan (Anderson-Darling 1952).................................. 27

3.5.2 Uji ANOVA (Steel dan Torrie 1993) ......................................... 28

4 HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………… .. 30

4.1 Karakteristik Buah Bakau (R. mucronata) ......................................... 30

4.1.1 Rendemen buah bakau ................................................................ 31

4.1.2 Komponen kimia buah bakau ..................................................... 31

4.2 Ekstraksi Komponen Bioaktif Buah Bakau (R. mucronata) .............. 34

4.2.1 Ekstrak kasar ............................................................................... 35

4.2.2 Komponen bioaktif pada ekstrak kasar....................................... 35

1) Alkaloid ................................................................................. 37

2) Steroid.................................................................................... 38

3) Flavonoid ............................................................................... 39

4) Fenol hidrokuinon ................................................................. 39

5) Tanin ...................................................................................... 40

4.3 Aktivitas Antioksidan ......................................................................... 41

4.4 Aplikasi Ekstrak Terpilih dalam Menghambat Oksidasi .................... 45

5 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………… .. 48

5.1 Kesimpulan …………………………………….………………....... 48

5.2 Saran ……………………………………….………………………. 48

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 49

LAMPIRAN ………………………….……….…………….…………….. 55

viii

Page 11: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1 Berat dan ukuran buah bakau (R. mucronata) .................................. 30

2 Hasil uji proksimat buah bakau ......................................................... 31

3 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar buah bakau .................................... 36

4 Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak kasar buah bakau .................. 42

i

Page 12: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1 Buah bakau (R. mucronata Lamk.) ................................................... 4

2 Skema autooksidasi lipid .................................................................. 6

3 Struktur BHA dan BHT .................................................................... 8

4 Struktur alkaloid ................................................................................ 9

5 Struktur steroid .................................................................................. 10

6 Struktur flavonoid ............................................................................. 10

7 Struktur saponin ................................................................................ 11

8 Struktur fenol hidrokuinon ................................................................ 12

9 Struktur tanin ..................................................................................... 13

10 Struktur kimia radikal bebas dan bentuk non radikal DPPH ............ 15

11 Mekanisme reaksi antioksidan dengan DPPH .................................. 16

12 Mekanisme oksidasi lemak ............................................................... 17

13 Diagram alir penelitian ...................................................................... 19

14 Diagram alir proses ekstraksi buah bakau ......................................... 21

15 Pengukuran morfometrik buah bakau ............................................... 30

16 Perubahan warna ekstrak kasar setelah penambahan DPPH............. 41

17 Aktivitas asam askorbat dengan persen inhibisinya.......................... 43

18 Aktivitas antioksidan ekstrak kasar buah bakau ............................... 43

19 Rata-rata IC50 ekstrak kasar buah bakau ......................................... 44

20 Diagram batang bilangan peroksida pada emulsi minyak dengan

ekstrak kasar buah bakau .................................................................. 46

Page 13: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Buah bakau utuh, kulit dan daging buah bakau ............................... 56

2 Morfometrik buah bakau ................................................................... 57

3 Perhitungan rendemen buah bakau ................................................... 58

4 Perhitungan analisis proksimat buah bakau ...................................... 58

5 Perhitungan rendemen ekstrak kasar buah bakau ............................. 60

6 Perhitungan pembuatan larutan stok dan pengencerannya ............... 61

7 Perhitungan (%) inhibisi dan IC50 ekstrak kasar buah bakau ........... 63

8 Perhitungan (%) inhibisi dan IC50 Vitamin C.................................... 66

9 Perhitungan bilangan peroksida ........................................................ 67

10 Analisis ragam aktivitas antioksidan ................................................. 68

11 Analisis ragam bilangan peroksida ................................................... 69

12 Gambar-gambar selama penelitian .................................................... 71

Page 14: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin tinggi aktivitas seseorang serta padatnya waktu yang digunakan

untuk bekerja menyebabkan sebagian orang banyak melakukan pola hidup tidak

sehat. Mereka jarang melakukan olah raga serta menerapkan pola makan yang

tidak teratur dengan mengkonsumsi makanan siap saji atau makanan instan. Pola

hidup yang tidak sehat tersebut dapat menyebabkan terjadinya akumulasi radikal

bebas jangka panjang yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Akumulasi

radikal bebas juga dapat disebabkan oleh asap rokok, polusi udara, makanan yang

banyak mengandung lemak, radiasi sinar ultraviolet dan senyawa prooksidan

(Winarno 2008).

Radikal bebas merupakan suatu bentuk senyawa oksigen reaktif yang

secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron tidak

berpasangan (Winarsi 2007). Menurut Cholisoh dan Utami (2008) bahwa radikal

bebas diproduksi secara normal oleh tubuh sebagai hasil dari proses biokimia.

Radikal bebas yang berlebihan dapat mengakibatkan penyakit degeneratif,

misalnya jantung, stroke, dan kanker. Radikal bebas dapat diatasi dengan suatu

senyawa penangkal yang disebut antioksidan.

Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menunda atau

mencegah oksidasi dengan cara menghambat terjadinya reaksi rantai oksidatif.

Fungsi utama antioksidan adalah menetralisasi radikal bebas, sehingga tubuh

terlindungi dari berbagai macam penyakit degeneratif. Antioksidan dewasa ini

banyak digunakan dalam industri pangan. Antioksidan yang sering digunakan

umumnya berupa antioksidan sintetik, antara lain butylated hydroxytoluene (BHT)

dan butylated hydroxyanisole (BHA). Menurut Sen et al. (2010), penambahan

antioksidan sintetik pada makanan menyebabkan beberapa masalah kesehatan

misalnya kanker, penuaan dini, rheumatoid arthritis dan penyakit jantung.

Berdasarkan alasan tersebut, maka perlu dilakukan usaha penggantian antioksidan

sintetik menjadi antioksidan alami.

Menurut Sartini et al. (2007) bahwa antioksidan alami adalah antioksidan

yang umumnya diisolasi dari sumber alami yang kebanyakan berasal dari tumbuh-

Page 15: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

2

tumbuhan dan buah-buahan. Menurut penelitian Lahucky et al. (2010) bahwa

beberapa tanaman diketahui memiliki kandungan senyawa antioksidan dan

mengandung senyawa fenolik yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan.

Salah satu harapan sumber alternatif antioksidan alami adalah buah bakau

(Rhizophora mucronata Lamk.).

Tanaman R. mucronata merupakan Famili Rhizophoraceae. Tanaman ini

dapat tumbuh hingga ketinggian 35-40 m. Buah yang dihasilkan berwarna hijau

dengan lentisel jelas, banyak dan menyebar. Tanaman ini juga toleran terhadap

substrat berpasir dan banyak ditemukan pada daerah pasang surut air laut

(Giesen et al. 2006).

Tanaman bakau umumnya digunakan sebagai obat dan campuran

lauk-pauk, tetapi belum banyak informasi mengenai kandungan bahan aktif pada

tanaman tersebut. Penelitian mengenai senyawa kimia pada tanaman ini

khususnya kandungan antioksidan perlu dilakukan sehingga diharapkan dapat

memberikan informasi yang lengkap untuk pemanfaatannya dalam bidang

farmasi, pangan, industri, dan lain-lain.

1.2 Tujuan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menentukan aktivitas

antioksidan dengan metode DPPH dari buah bakau (R. mucronata). Adapun

tujuan khusus penelitian ini antara lain:

1) menentukan rendemen buah bakau

2) menentukan komponen kimia buah bakau meliputi kandungan air, lemak,

protein, karbohidrat dan abu.

3) menentukan komponen bioaktif (alkaloid, steroid, flavonoid, fenol hidrokuinon

dan tanin) yang terkandung dalam buah bakau melalui uji fitokimia.

4) menerapkan ekstrak antioksidan terbaik pada emulsi minyak dalam

menghambat pembentukan peroksida.

Page 16: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Buah Bakau( Rhizophora mucronata Lamk.)

Nama daerah Rhizophora mucronata adalah bakau, bakau gundul, bakau

genjah dan bangko. Tanaman ini termasuk ke dalam Famili Rhizophoraceae dan

banyak ditemukan pada daerah berpasir serta daerah pasang surut air laut.

Tanaman bakau dapat tumbuh hingga ketinggian 35-40 m. Tanaman bakau

memiliki batang silindris, kulit luar berwarna cokelat keabu-abuan sampai hitam,

pada bagian luar kulit terlihat retak-retak. Bentuk akar tanaman ini menyerupai

akar tunjang (akar tongkat). Akar tunjang digunakan sebagai alat pernapasan

karena memiliki lentisel pada permukaannya. Akar tanaman tersebut tumbuh

menggantung dari batang atau cabang yang rendah dan dilapisi semacam sel lilin

yang dapat dilewati oksigen tetapi tidak tembus air (Murdiyanto 2003).

Tanaman bakau memiliki daun melonjong, berwarna hijau dan mengkilap

dengan panjang tangkai 17-35 mm. Tanaman ini umumnya memiliki bunga

berwarna kuning yang dikelilingi kelopak berwarna kuning-kecoklatan sampai

kemerahan. Proses penyerbukan dibantu oleh serangga dan terjadi pada April

sampai dengan Oktober. Penyerbukan menghasilkan buah berwarna hijau yang

umumnya memiliki panjang 36-70 cm dan diameter 2 cm (Kusmana et al. 2003).

Daerah penyebaran tumbuhan ini meliputi Sri Lanka, seluruh Malaysia dan

Indonesia hingga Australia dan Kepulauan Pasifik (Duke 2006).

Klasifikasi tumbuhan bakau (R. mucronata) menurut Duke (2006) adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Mytales

Famili : Rhizophoraceae

Genus : Rizhophora

Spesies : Rizhophora mucronata Lamk.

Gambar buah bakau (R. mucronata Lamk.) dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 17: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

4

Gambar 1 Buah bakau (R. mucronata Lamk.) (Peter et al. 2001).

2.2 Antioksidan

Secara kimia, pengertian senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi

elektron atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu

menginaktivasi berkembangnya radikal bebas melalui reaksi oksidasi.

Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa

yang bersifat oksigen sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat

(Winarsi 2007).

Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak

stabil dan tidak memiliki pasangan elektron pada orbit terluarnya.

Ketidakstabilan ini disebabkan atom tersebut hanya memiliki satu atau lebih

elektron yang tidak berpasangan. Pembentukan senyawa radikal bebas tidak

hanya terjadi dari proses kimia dalam tubuh, akan tetapi bisa terbentuk dari

senyawa lain yang sebenarnya bukan radikal namun sifatnya dapat berubah

menjadi radikal. Kelompok senyawa ini sering disebut Reactive Oxygen Species

(ROS) dan Reactive Nitrogen Species (RNS) (Winarsi 2007).

Reactive Oxygen Species dan Reactive Nitrogen Species akan mencapai

kestabilan dengan menerima elektron dari molekul lain atau mentransfer elektron

tidak berpasangan ke molekul lain. Senyawa ini cenderung mengambil partikel

dari molekul lain, misalnya DNA, membran/selaput sel, membran liposom

(bagian sel yang mengandung enzim hidrolitik), mitokondria (tempat produksi

energi sel), enzim-enzim, lemak, protein, serta komponen jaringan lainnya.

Secara alami, ROS dan RNS terbentuk dari hasil metabolisme tubuh. Sel-sel

tubuh telah memiliki beberapa mekanisme untuk mengeluarkan senyawa tersebut.

Page 18: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

5

Mekanisme ini menggunakan molekul yang disebut dengan antioksidan

(Winarno 2008).

Persen inhibisi adalah kemampuan suatu bahan untuk menghambat

aktivitas radikal bebas, yang berhubungan dengan konsentrasi suatu bahan.

Menurut Zheng et al. (2011), aktivitas antioksidan dinyatakan dengan presentase

penghambatan (inhibisi) yang diperoleh dari nilai absorbansi blanko dikurangi

absorbansi sampel. Persen inhibisi ini didapatkan dari perbedaan serapan antara

absorban DPPH dengan serapan yang diukur dengan spektrofotometer. Parameter

yang dipakai untuk menunjukkan aktivitas antioksidan adalah Inhibitor

Concentration (IC50). Suratmo (2009) menyatakan bahwa IC50 adalah konsentrasi

suatu zat antioksidan yang memberikan persen penghambatan 50%. Nilai IC50

yang semakin kecil menandakan bahwa sampel yang digunakan memiliki aktivitas

antioksidan yang kuat dan penggunaan ekstrak dalam menghambat 50% aktivitas

radikal bebas semakin sedikit. Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan

Molyneux (2004) bahwa semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya

semakin tinggi.

2.2.1 Mekanisme antioksidan

Antioksidan digunakan untuk melindungi komponen-komponen makanan

yang bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap), terutama lemak dan

minyak. Penambahan ini untuk mencegah terjadinya ketengikan pada makanan

yang disebabkan oleh adanya senyawa-senyawa yang merupakan produk akhir

dari reaksi autooksidasi. Menurut Rita et al. (2009) bahwa reaksi autooksidasi

merupakan suatu reaksi berantai dimana inisiator dan propagatornya adalah

radikal bebas.

Proses autooksidasi melalui tiga tahap reaksi yaitu inisiasi, propagasi dan

terminasi. Inisiasi ditandai dengan terlepasnya atom hidrogen dari molekul asam

lemak (LH) sehingga terbentuk radikal bebas alkil (L). Tahap propagasi yaitu saat

radikal bebas alkil yang terbentuk pada tahap inisiasi bereaksi dengan oksigen

atmosfir membentuk radikal bebas peroksil (LOO-). Radikal bebas peroksil yang

terbentuk bereaksi dengan atom hidrogen yang terlepas dari asam lemak tidak

jenuh lain membentuk hidroperoksida (LOOH). Antioksidan (AH) memberikan

atom oksigen pada radikal bebas peroksil (LOO-) dan membentuk radikal lemak

Page 19: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

6

yang stabil (LOOH). Hasil produk dari reaksi tersebut adalah terbentuknya

senyawa-senyawa lain misalnya : aldehid, keton, alkohol, asam dan alkali. Skema

autooksidasi lipid disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Skema autooksidasi lipid (Sampaio et al. 2006).

Proses penambahan antioksidan dapat menghalangi reaksi oksidasi pada

tahap inisiasi maupun propagasi. Antioksidan akan mengurangi peroksida yang

dapat merangsang terjadinya proses ketengikan yang terbentuk pada permulaan

autooksidasi. Antioksidan akan dioksidasi secara langsung dengan peroksida

sehingga mencegah reaksi oksidasi langsung atau tidak langsung dengan

memutuskan rantai reaksi pembentukan gugusan peroksida tersebut. Molekul

aktif dari lemak bereaksi dengan oksigen menghasilkan peroksida aktif.

Peroksida aktif memberikan energinya kepada molekul lemak lain sehingga

terbentuk reaksi rantai. Adanya antioksidan, menyebabkan sejumlah peroksida

yang aktif dipisahkan dari rantai reaksi dengan memindahkan energinya kepada

antioksidan. Molekul aktif dari antioksidan akan teroksidasi dan menjadi tidak

aktif lagi karena lemahnya pemindahan energi kepada molekul lemak tersebut

(Goutara et al. 1980).

Antioksidan berdasarkan fungsinya, menurut Siagian (2002) dibagi

menjadi 3 tipe, yaitu:

a) Tipe pemutus rantai reaksi pembentuk radikal bebas dengan cara

menyumbangkan atom H, contohnya vitamin E dan vitamin C.

b) Tipe pengikat logam yang mampu mengikat zat prooksidan (Fe2+

dan Cu2+

),

contohnya flavonoid, asam sitrat dan Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA).

Page 20: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

7

c) Antioksidan seluler yang mampu mendekomposisi hidroperoksida menjadi

bentuk stabil, contohnya pada manusia dikenal Super Oksida Dismutase

(SOD), katalase, glutation peroksidase.

Hasil penelitian Musthafa et al. (2000) menunjukkan bahwa antioksidan

mempunyai dampak positif dalam menghambat komplikasi dari penyakit diabetes

mellitus serta penyakit aterosklerosis yang sangat berperan dalam terjadinya

penyakit jantung koroner. Valko et al. (2006) menyatakan bahwa produksi

Reactive Oxygen Species (ROS) dan Reactive Nitrogen Species (RNS) yang

berlebihan dapat berubah menjadi radikal bebas yang dapat merusak lipid, protein

dan DNA pada sel normal.

2.2.2 Jenis-jenis antioksidan

Secara umum, antioksidan dibedakan menjadi dua kategori dasar, yaitu

antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Saat ini, ketertarikan masyarakat pada

antioksidan alami meningkat tajam baik untuk digunakan dalam bahan pangan

ataupun sebagai material obat menggantikan antioksidan sintetik. Wang (2006)

menyatakan bahwa antioksidan sintetik berbahaya bagi kesehatan karena

berpotensi menyebabkan penyakit kanker.

Antioksidan alami banyak ditemukan pada sayuran dan buah-buahan.

Antioksidan alami antara lain tokoferol, lesitin, fosfatida, sesamol, gosipol,

karoten dan asam askorbat yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan. Antioksidan

alami yang paling banyak ditemukan dalam minyak nabati adalah tokoferol yang

terdapat dalam bentuk α, β, γ, δ-tokoferol (Winarno 2008).

Antioksidan sintetik yang banyak digunakan adalah senyawa-senyawa

fenol. Penambahan antioksidan ini harus memenuhi beberapa syarat, misalnya

tidak berbahaya bagi kesehatan, tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan,

efektif pada konsentrasi rendah, mudah didapat, dan ekonomis. Antioksidan

sintetik yang sering digunakan adalah butylated hydroxyanisole (BHA), dan

butylated hydroxytoluene (BHT) (Winarno 2008). Struktur butylated

hydroxyanisole (BHA) dan butylated hydroxytoluene (BHT) disajikan pada

Gambar 3.

Page 21: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

8

Gambar 3 Struktur BHA dan BHT (FDA 2012).

2.3 Komponen Bioaktif

Komponen bioaktif merupakan kelompok senyawa fungsional yang

terkandung dalam bahan pangan dan dapat memberikan pengaruh biologis.

Sebagian besar komponen bioaktif adalah kelompok alkohol aromatik, misalnya

polifenol. Menurut Kannan et al. (2009) komponen bioaktif tidak terbatas pada

hasil metabolisme sekunder saja, tetapi juga termasuk metabolit primer yang

memberikan aktivitas biologis fungsional, misalnya protein dan peptida.

Pengujian kualitatif terhadap komponen bioaktif ini dapat dilakukan dengan

metode uji fitokimia.

Istilah fitokimia (dari kata “phyto” = tanaman) berarti kimia tanaman.

Fitokimia menguraikan aspek kimia dari suatu tanaman. Kajian fitokimia

meliputi uraian tentang isolasi senyawa kimia dalam tanaman, perbandingan

struktur senyawa kimia tanaman dan perbandingan komposisi senyawa kimia dari

bermacam-macam jenis tanaman atau penelitian untuk pengembangan senyawa

kimia dalam tanaman (Sirait 2007).

2.3.1 Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa kimia tanaman hasil metabolit sekunder yang

merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Umumnya, alkaloid

mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,

biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya

tanpa warna, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan

(misalnya nikotina) pada suhu kamar (Harborne 1984).

Beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang

farmakologi, diantaranya adalah nikotin (stimulan pada syaraf otonom), morfin

Page 22: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

9

(analgesik), kodein (analgesik dan obat batuk), atropin (obat tetes mata),

skopolamin (sedatif/obat penenang menjelang operasi), kokain (analgesik),

piperin (antifeedant), quinin (obat malaria), vinkristin (obat kanker), ergotamin

(analgesik untuk migrain), reserpin (pengobatan simptomatis disfungsi ereksi),

mitraginin (analgesik dan antitusif), serta vinblastin (antineoplastik dan obat

kanker) (Harborne 1984). Struktur alkaloid disajikan dalam Gambar 4.

Gambar 4 Struktur alkaloid (Liaw et al. 1998).

2.3.2 Steroid/Triterpenoid

Steroid/Triterpenoid adalah senyawa dengan kerangka karbon yang

disusun dari 6 unit isoprena dan dibuat secara biosintesis dari skualen, suatu C30

hidrokarbon asiklik. Triterpenoid mempunyai struktur siklik yang relatif

kompleks, terdiri atas alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Senyawa ini

umumnya berbentuk kristalin dan mempunyai titik lebur tinggi. Steroid yang

dites dengan menggunakan reaksi Liebermann-Burchard (asam asetat anhidridat-

H2SO4 pekat), akan membentuk warna biru hijau untuk sebagian besar triterpen

dan sterolnya (Sirait 2007).

Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana

perhidrofenantrena. Sterol dalam tumbuhan tingkat tinggi disebut fitosterol dan

jenis lainnya antara lain sitosterol, stigmasterol dan kampesterol. Sterol yang

terdapat dalam tumbuhan tingkat rendah adalah ergosterol yang hanya terdapat

dalam khamir dan sejumlah fungi. Sterol lain yang terdapat dalam tumbuhan

tingkat rendah tetapi kadang-kadang ditemukan dalam tumbuhan tingkat tinggi

yaitu fukosterol. Fukosterol merupakan steroid utama pada alga coklat dan

terdapat juga pada kelapa (Harborne 1984). Struktur steroid disajikan pada

Gambar 5.

Page 23: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

10

Gambar 5 Struktur Steroid (Gasior et al. 1999).

2.3.3 Flavonoid

Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman, termasuk pada buah,

tepung sari dan akar dalam bentuk glikosida. Flavonoid diklasifikasikan menjadi

flavon, flavonol, flavanon, flavanonol, isoflavon, calkon, dihidrokalkon, auron,

antosianidin, katekin dan flavan-3,4-diol (Sirait 2007).

Senyawa flavonoid larut dalam air dan dapat diekstraksi dengan etanol

70%. Flavonoid mengandung sistem aromatik dan menunjukkan pita serapan

kuat pada daerah spektrum Ultra Violet (UV) dan spektrum tampak

(Harborne 1984). Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga dilapisan amil

alkohol pada uji fitokimia menunjukkan adanya flavonoid. Gambar struktur

flavonoid disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Struktur flavonoid (Markham 1982).

2.3.4 Saponin

Saponin merupakan glikosida yang apabila dihidrolisis secara sempurna

akan menghasilkan gula dan satu fraksi non-gula yang disebut sapogenin atau

genin. Gula-gula yang terdapat dalam saponin jumlah dan jenisnya bervariasi,

Page 24: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

11

diantaranya glukosa, galaktosa, arabinosa, ramnosa, serta asam galakturonat dan

glukoronat. Sapogenin sendiri dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

sapogenin triterpenik dan steroidik (Muchtadi 1989).

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun.

Saponin dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan

menghemolisis sel darah. Senyawa saponin terkadang bersifat toksik dan

menimbulkan keracunan pada ternak (misalnya saponin alfalfa) (Harborne 1984).

Saponin menyebabkan stimulasi pada jaringan tertentu misalnya, pada

epitel hidung, bronkus, ginjal dan sebagainya. Stimulasi pada ginjal diperkirakan

menimbulkan efek diuretika. Saponin dapat mempertinggi resorpsi berbagai zat

oleh aktivitas permukaan. Saponin juga dapat meregangkan partikel tak larut dan

menjadikan partikel tersebut tersebar dan terbagi halus dalam larutan

(Sirait 2007). Struktur senyawa saponin disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Struktur saponin (Markham 1982).

2.3.5 Fenol hidrokuinon

Senyawa fenolat merupakan senyawa aromatik yang berikatan dengan

satu atau lebih gugus hidroksil dimana gugus hidroksil dapat digantikan dengan

gugus metil atau glikosil. Komponen fenolat bersifat larut air selama komponen

tersebut berikatan dengan gula membentuk glikosida, dan umumnya terdapat

dalam vakuola sel. Kuinon dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu

benzokuinon, naftakuinon, antrakuinon, dan isoprenoid kuinon.

Sebagian besar kelompok kuinon memiliki sifat fenol, sedangkan

isoprenoid kuinon tidak bersifat fenol. Isoprenoid kuinon umumnya banyak

Page 25: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

12

ditemukan pada saat respirasi seluler (ubikuinon) dan fotosintesis (plastokuinon)

(Harborne 1984). Struktur fenol hidrokuinon dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Struktur fenol hidrokuinon (Preechaworapun et al. 2008).

2.3.6 Tanin

Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan.

Senyawa tanin merupakan turunan polifenol dengan karakteristiknya yang dapat

membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul lainnya. Umumnya

senyawa tanin larut dalam air (polar). Secara kimia terdapat dua jenis tanin, yaitu

tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi tersebar luas

pada tumbuhan paku-pakuan dan tumbuhan berkayu. Tanin terhidrolisis

penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harborne 1984).

Sumber tanin di Indonesia diperoleh dari tumbuhan akasia (Acacia sp.),

eukaliptus (Eucalyptus sp.), pinus (Pinus sp.) dan beberapa jenis bakau.

Senyawa tanin seringkali menyebabkan beberapa tumbuhan memiliki rasa sepat

sehingga dihindari oleh banyak hewan pemangsanya. Adanya senyawa tanin

di dalam rumen sapi menyebabkan populasi bakteri proteolitik Lotus corniculatus

mengalami penurunan. Senyawa tanin akan berikatan langsung dengan dinding

sel, membran dan protein ekstrakseluler pada bakteri. Smith et al. (2005)

menyatakan bahwa tanin dapat berikatan langsung dengan dinding sel

mikroorganisme rumen dan dapat menghambat pertumbuhan mikoorganisme atau

aktivitas enzim. Struktur tanin disajikan pada Gambar 9.

Page 26: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

13

Gambar 9 Struktur tanin (Oladoja et al. 2010).

2.4 Ekstraksi

Tumbuhan sudah dikenal sejak lama mengandung komponen metabolit

sekunder yang umumnya terdapat dalam daun, bunga, akar, buah dan biji.

Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan komponen metabolit sekunder, salah

satunya dengan menggunakan ekstraksi. Tiwari et al. (2011) menyatakan bahwa

ekstraksi adalah suatu pemisahan komponen aktif dalam suatu jaringan tanaman

dan jaringan hewan menggunakan pelarut yang telah ditentukan oleh standar.

Selama proses ekstraksi, pelarut akan berdifusi ke dalam material padat dan

berdifusi kepada komponen yang memiliki kepolaran yang sama. Teknik

ekstraksi yang sering dilakukan antara lain maserasi, perkolasi, soxhlet, ekstraksi

air-alkohol. Perbedaan dalam proses ekstraksi akan menghasilkan jumlah dan

komposisi metabolit sekunder yang berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhinya

antara lain: tipe ekstraksi, waktu ekstraksi, suhu, pelarut organik, konsentrasi

pelarut dan kepolaran. Hal yang perlu dilakukan dalam menentukan pelarut yang

akan digunakan dalam proses ekstrasi antara lain: pelarut memiliki toksisitas

rendah, mudah untuk dievaporasi dalam suhu rendah, serta cepat dalam menyerap

ekstrak.

Jenis pelarut yang digunakan sangat menentukan keberhasilan proses

ekstraksi. Beberapa jenis pelarut yang umum digunakan dalam proses ekstraksi

menurut Tiwari et al. (2011) yaitu:

1) Air: digunakan dalam proses ekstraksi tanaman.

2) Aseton: digunakan untuk komponen hidrophilik maupun lipofilik.

3) Alkohol (etanol): jumlah polifenol yang diekstrak dengan etanol

menghasilkan aktivitas lebih tinggi dibandingkan polifenol yang diekstrak

dengan air.

Page 27: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

14

4) Kloroform dan ether: digunakan untuk mengekstraksi komponen bioaktif

yang larut lemak.

Pemilihan metode ekstraksi yang digunakan akan mempengaruhi jumlah

rendemen yang didapatkan dari suatu bahan. Metode ekstraksi menurut

Harborne (1984) meliputi:

1) Maserasi: metode ekstraksi dengan cara merendam sampel dalam pelarut

dengan atau tanpa pengadukan.

2) Diakolasi: metode ekstraksi dengan penambahan tekanan udara.

3) Dekoksi (rebus): metode paling sederhana dan mudah dilakukan

menggunakan bahan yang larut air dan stabil terhadap panas.

4) Ekstraksi lengkap: metode ekstraksi yang melibatkan ekstraksi berturut-turut

menggunakan pelarut non polar, semi polar dan pelarut polar.

5) Arus balik: metode ekstraksi secara berkesinambungan dimana sampel

dan pelarut saling bertemu melalui gerakan aliran yang berlawanan.

6) Sonikasi: metode ekstraksi menggunakan gelombang suara atau getaran

dengan frekuensi antara 20 KHz-2000 KHz.

2.5 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Aktivitas antioksidan pada suatu bahan dapat diketahui dengan berbagai

cara antara lain, metode Nitro Blue Tetrozolium (NBT), metode tiosianat, metode

Carotene bleaching dan metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH). Metode

pengujian antioksidan dengan menggunakan DPPH dipilih karena mudah

dilakukan, metodenya sederhana, menggunakan sampel sedikit serta dapat

digunakan untuk memperkirakan efisiensi kinerja dari substansi yang berperan

sebagai antioksidan. Kristal DPPH yang digunakan dalam proses pengujian

aktivitas antioksidan umumnya dilarutkan dengan menggunakan pelarut etanol.

Menurut Tiwari et al. (2011) pelarut etanol cenderung banyak digunakan karena

lebih murah dan tidak toksik dibanding pelarut polar lainnya.

Senyawa 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) merupakan senyawa

radikal bebas yang stabil dalam suhu kamar dan sering digunakan untuk

mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa ekstrak bahan alam. Senyawa

radikal DPPH akan membentuk interaksi dengan antioksidan dari bahan yang

digunakan. Molyneux (2004) mengatakan bahwa senyawa DPPH dapat bereaksi

Page 28: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

15

dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan membentuk senyawa

dihenylpicrylhydrazine yang berwarna kuning pucat. Struktur kimia DPPH dalam

bentuk radikal bebas (1) dan bentuk kompleks non radikal (2) dapat dilihat pada

Gambar 10.

Gambar 10 Struktur kimia radikal bebas (1) dan bentuk non radikal (2) DPPH

(Molyneux 2004).

Hasil yang dicapai jika semua elektron radikal bebas DPPH menjadi

berpasangan dan menyebabkan berubahnya warna ungu menjadi kuning dapat

diukur secara stokiometri sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidogen yang

ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat antioksidan. Suratmo (2009)

mengatakan bahwa prinsip dari uji aktivitas antioksidan dengan DPPH baik secara

transfer elektron atau radikal hidrogen akan menetralkan karakter radikal bebas

dari DPPH tersebut. Mekanisme reaksi antioksidan dengan DPPH dapat dilihat

pada Gambar 11.

Page 29: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

16

Gambar 11 Mekanisme reaksi antioksidan dengan DPPH

(Suratmo 2009).

Mekanisme reaksi antara antioksidan dengan DPPH dibagi menjadi tiga

tahap yang dicontohkan dengan menggunakan senyawa manofenolat. Tahap

pertama adalah delokalisasi elektron pada gugus yang tersubtitusi dari senyawa

tersebut. Adanya atom hidrogen akan menyebabkan DPPH menjadi tereduksi.

Langkah berikutnya adalah dimerisasi antara dua radikal fenoksil yang

mentransfer radikal hidrogen yang akan bereaksi lagi dengan radikal DPPH.

Tahap yang terakhir adalah pembentukan komplek antara radikal aril dengan

DPPH. Pembentukan dimer maupun komplek antara zat antioksidan dengan

DPPH tergantung pada kesetabilan dan potensial reaksi dari struktur molekulnya

(Brand-Williams 1955 dalam Suratmo 2009).

2.6 Mekanisme Oksidasi Lemak

Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah

oksigen dengan minyak atau lemak. Reaksi oksidasi akan mengakibatkan bau

tengik pada minyak dan lemak. Proses oksidasi tidak ditentukan oleh besar

kecilnya jumlah lemak dalam bahan sehingga bahan yang mengandung lemak

dalam jumlah kecilpun mudah mengalami proses oksidasi (Ketaren 1986).

Page 30: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

17

Mekanisme oksidasi lemak dipengaruhi oleh kondisi oksidasi, yaitu

temperatur, tipe asam lemak, dan bentuk ikatan ganda serta jumlah oksigen yang

tersedia. Mekanisme oksidasi dibagi dalam tiga tahap dengan bilangan peroksida

sebagai indikator derajat oksidasinya. Mekanisme oksidasi lemak terdiri dari tiga

tahap, yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi. Tahap inisiasi terjadi pembentukan

radikal lipid (L1*) bila lemak (L1H) kontak dengan panas, cahaya, ion metal dan

oksigen. Tahap selanjutnya adalah tahap propagasi dimana pada tahap ini radikal

lipid hasil tahap inisiasi bertemu dengan oksigen membentuk radikal peroksida

(L1OO*). Radikal peroksida yang terbentuk akan mengikat ion hidrogen dari

lemak lain (L1H) membentuk hidrogen peroksida (LOOH) dan molekul radikal

lemak baru (L1*), reaksinya akan berulang terus-menerus hingga merupakan

reaksi berantai. Tahap terakhir adalah terminasi, hidrogen peroksida (LOOH)

yang sangat tidak stabil terpecah menjadi senyawa organik berantai pendek yaitu

asam-asam lemak, aldehida, dan keton yang bersifat volatil dan menimbulkan bau

tengik pada lemak (Schaich 2005). Mekanisme oksidasi lemak dapat dilihat pada

Gambar 12.

Inisiasi : L1H + O2 L1*

Propagasi : L1* + O2 L1OO*

: L1OO* + L1H LOOH + L1*

Terminasi : LOOH (produk non radikal )

Gambar 12 Mekanisme oksidasi lemak (Schaich 2005). Keterangan : L1H = Lipid

: L1* = Radikal lipid

: L1OO* = Radikal peroksida

: LOOH = Hidrogen peroksida

: Produk non radikal: aldehida, keton, alkohol dll.

Page 31: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

18

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2012 bertempat

di Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Laboratorium Karakteristik Bahan

Baku Hasil Perairan, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen

Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laboratorium

Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, dan Laboratorium Uji Biofarmaka Pusat Studi Biofarmaka

Institut Pertanian Bogor.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah bakau

(Rizhophora mucronata Lamk.), metanol (pelarut polar), etil asetat (pelarut semi-

polar), dan n-heksana (pelarut nonpolar), akuades, kjeltab jenis selenium, larutan

H2SO4 p.a. pekat, asam borat (H3BO3) 2% yang mengandung indikator

bromcherosol green-methyl red, larutan HCl 0,1N, pelarut lemak (n-heksana p.a.),

pereaksi Wagner, pereaksi Meyer, pereaksi Dragendroff (uji alkaloid), kloroform,

anhidrat asetat, asam sulfat pekat (uji steroid), serbuk magnesium, amil alkohol

(uji flavonoid), air panas, H2SO4, akuades, etanol 95%, larutan FeCl3 5%

(uji fenol hidrokuinon), FeCl3 3% (uji tanin), kristal 1,1-diphenyl-2-pycrylhydrazyl

(DPPH), etanol p.a. sebagai pelarut, asam askorbat (Vitamin C), minyak kelapa,

akuades, twen 20, asam asetat glasial, kalium iodida (KI), natrium thiosulfat

(Na2S2O3), KIO3, HCl, dan FeCl2.

Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi cawan porselen,

oven model DV-41, tanur pengabuan model FM-38, tabung reaksi, Erlenmeyer,

timbangan analitik, alumunium foil, desikator, kertas saring Whatman 42, kapas

bebas lemak, labu lemak, kondensator, tabung Sokhlet, labu Kjeldahl, destilator,

rotary vacuum evaporator, multipipette, micropipette, EpochTM

Microplate

Spectrophotometer, inkubator dan vortex.

Page 32: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

19

3.3 Metode Penelitian

Penelitian terdiri dari penelitian pendahuluan dan penelitian utama.

Penelitian pendahuluan meliputi preparasi, pengukuran morfometrik dan

perhitungan rendemen buah bakau (R. mucronata). Penelitian utama meliputi uji

komponen kimia (proksimat), uji fitokima, uji aktivitas antioksidan, dan uji

bilangan peroksida.

3.3.1 Tahapan penelitian

Pada penelitian pendahuluan buah bakau yang telah diukur secara

morfometrik kemudian dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama digunakan

untuk pengujian komponen kimia yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar

lemak, kadar protein dan karbohidrat. Bagian kedua digunakan untuk proses

ekstraksi menggunakan tiga jenis pelarut berbeda. Diagram alir penelitian

disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13 Diagram alir penelitian.

Ekstraksi

Uji

fitokimia

Evaporasi

Uji aktivitas

antioksidan

Uji bilangan

peroksida

Uji

proksimat

Daging buah bakau

segar

Buah

bakau

Preparasi

Pengukuran

morfometrik

Perhitungan rendemen

Page 33: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

20

3.3.2 Ekstraksi (Quinn 1988)

Daging buah bakau yang digunakan untuk proses ekstraksi sebanyak

50 gram dipotong kecil-kecil dan dimasukkan dalam Erlenmeyer (b/v) (1:3),

kemudian diberi pelarut n-heksana p.a. sampai terendam (150 mL) dan ditutup

dengan alumunium foil. Sampel selanjutnya dimaserasi selama 24 jam. Hasil

maserasi yang berupa larutan disaring dengan kertas saring Whatman 42 sehingga

didapat filtrat dan residu. Filtrat ini selanjutnya disebut filtrat n-heksana. Residu

kemudian dimaserasi kembali menggunakan pelarut etil asetat p.a (150 mL)

selama 24 jam. Hasil maserasi yang berupa larutan disaring kembali dengan

kertas Whatman 42 sehingga didapat filtrat dan residu kembali. Filtrat ini

selanjutnya disebut filtrat etil asetat. Residu yang tersisa dimaserasi kembali

menggunakan pelarut metanol p.a (150 mL) selama 24 jam. Larutan yang

dihasilkan disaring sehingga didapatkan filtrat dan residu akhir. Filtrat ini

selanjutnya disebut filtrat metanol. Filtrat yang diperoleh dari masing-masing

pelarut kemudian dievaporasi pada suhu 37 oC menggunakan rotary vacum

evaporator. Penggunaan suhu rendah dimaksud untuk melindungi komponen

bioaktif dari kerusakan akibat panas tinggi. Berdasarkan proses ini maka

diperoleh ekstrak kasar n-heksana, estrak kasar etil asetat, dan ekstrak kasar

metanol. Ekstrak kasar dari ketiga pelarut kemudian dimasukkan ke dalam botol

ekstrak dan dilakukan beberapa uji yang meliputi uji aktivitas antioksidan dengan

metode DPPH, uji fitokimia, dan uji bilangan peroksida. Diagram alir proses

ekstraksi disajikan pada Gambar 14.

Page 34: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

21

Gambar 14 Diagram alir proses ekstraksi buah bakau (Quinn 1988)

3.4 Pengukuran dan Analisis

Pengukuran dan analisis dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan

kandungan senyawa kimia pada suatu bahan. Pengukuran yang dilakukan dalam

penelitian ini meliputi pengukuran morfometrik dan perhitungan rendemen buah

bakau. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis komponen

Ekstraksi

Residu Filtrat III

Evaporasi

Ekstrak kasar

Metanol

Ekstrak kasar

Etil asetat

Filtrat II

Evaporasi Maserasi methanol

(b/v), (1:3), 24 jam

Ekstraksi

Residu

Residu

Maserasi etil asetat

(b/v), (1:3), 24 jam

Filtrat I

Daging buah

bakau

Maserasi n-heksana

(b/v), (1:3), 24 jam

Ekstraksi

Evaporasi

Ekstrak kasar

n-heksana

Page 35: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

22

kimia (proksimat), analisis komponen bioaktif (uji fitokimia), uji aktivitas

antioksidan dan uji bilangan peroksida.

3.4.1 Pengukuran morfometrik dan rendemen buah bakau

Buah bakau (R. mucronata) diambil dari daerah hutan mangrove Muara

Karang, Jakarta Utara. Sebanyak 30 buah diambil dari beberapa pohon yang

berbeda dan diukur morfometriknya yang meliputi panjang, lebar dan bobot.

Rendemen dihitung berdasarkan Iswani (2007) sebagai berikut:

Rendemen daging % = Bobot daging (gram)

Bobot total buah bakau (gram)×100 %

3.4.2 Analisis kimia

Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk

mengetahui komponen kimia yang terkandung dalam suatu bahan. Analisis

proksimat meliputi analisis kadar air, protein, lemak, abu dan karbohidrat.

3.4.2.1 Analisis proksimat (AOAC 2005)

1) Analisi kadar air (AOAC 2005)

Cawan porselen dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 1 jam.

Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 15 menit) dan

dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Cawan tersebut ditimbang kembali

hingga beratnya konstan. Sebanyak 5 gram contoh dimasukkan ke dalam cawan

tersebut, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105 oC selama 5 jam

sampai beratnya konstan, kemudian cawan dimasukkan ke dalam desikator

sampai dingin dan selanjutnya ditimbang kembali. Kadar air dihitung dengan

menggunakan rumus berikut:

% kadar air = B − C

B − A×100 %

Keterangan:

A = Berat cawan kosong (gram)

B = Berat cawan dengan sampel (gram)

C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (gram)

2) Analisis kadar lemak (AOAC 2005)

Buah bakau seberat 5 gram (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring yang

telah dibuat menjadi bentuk selongsong dan kedua ujungnya ditutup dengan

kapas. Sampel yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam labu lemak yang

Page 36: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

23

sudah ditimbang berat tetapnya (W2). Pelarut lemak (n-heksana) dituangkan

ke dalam labu lemak kemudian labu lemak dihubungkan dengan sokhlet dan

direfluks selama 6 jam. Sampel dikeluarkan, labu lemak dan sokhlet dipasang

kembali lalu didestilasi hingga pelarut lemak yang ada dalam labu lemak

menguap. Labu lemak dan sokhlet diangkat dan pelarut dikeluarkan. Labu

lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama satu jam. Labu

kemudian disimpan dalam desikator sampai beratnya konstan (W3). Kadar lemak

dapat dihitung dengan rumus berikut:

% Kadar lemak = W3-W2

W1

×100 %

Keterangan: W1 = Berat sampel (gram)

W2 = Berat labu lemak kosong (gram)

W3 = Berat labu lemak dengan lemak (gram)

3) Analisis kadar protein (AOAC 2005)

Analisis protein dilakukan dengan metode Kjeldahl yang terdiri dari tiga

tahap yaitu dekstruksi, destilasi dan titrasi. Sampel ditimbang sebanyak 1 gram,

kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL, lalu ditambah 1/2 butir

kjeltab jenis selenium dan 10 mL H2SO4 pekat. Sampel didestruksi pada suhu

400 oC selama kurang lebih 1 jam sampai larutan menjadi jernih dan didinginkan.

Larutan yang telah dingin dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan ditambah

akuades, kemudian larutan dipipet sebanyak 10 mL serta ditambah 10 mL NaOH

40% untuk didestilasi pada suhu 100 oC. Hasil destilasi ditampung dalam labu

Erlenmeyer 25 mL yang berisi campuran asam borat (H3BO3) 2% dan 2 tetes

indikator bromcherosol green-methyl red yang berwarna merah muda. Proses

destilasi dihentikan setelah volume destilat mencapai 40 mL dan berwarna hijau

kebiruan. Destilat lalu dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna

merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti

contoh. Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut:

% N = mL HCl sampel-mL blanko × N HCl × faktor pengenceran × 14

mg contoh ×100 %

% kadar protein = % N x fk

Keterangan:

fp = Faktor pengenceran = 10;

fk = Faktor konversi = 6,25

Page 37: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

24

4) Analisis kadar abu (AOAC 2005)

Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu

105 oC, kemudian disimpan di dalam desikator. Sampel sebanyak 5 gram

dimasukkan ke dalam cawan pengabuan dan dipijarkan di atas nyala api hingga

tidak berasap lagi selama 1 jam. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam tanur

selama 6 jam pada suhu 600 oC. Sampel ditimbang hingga didapatkan berat yang

konstan. Kadar abu ditentukan dengan rumus berikut:

% kadar abu = C − A

B − A×100 %

Keterangan:

A = Berat cawan abu porselen kosong (gram)

B = Berat cawan abu porselen dengan sampel (gram)

C = Berat cawan abu porselen dengan sampel setelah dikeringkan (gram)

3.4.2.2 Uji aktivitas antioksidan (Salazar-Aranda et al. 2009)

Aktivitas antioksidan diukur dengan metode DPPH yang mengacu pada

penelitian Salazar-Aranda et al. (2009). Pengujian aktivitas antioksidan ini

menggunakan ekstrak kasar buah bakau dari ketiga pelarut yang telah dipekatkan

kemudian dilarutkan dalam etanol p.a. Konsentrasi campuran ekstrak kasar dan

etanol yang digunakan dalam penelitian ini antara lain 0 ppm, 15,62 ppm,

31,25 ppm, 62,50 ppm, 125 ppm, 250 ppm, dan 500 ppm. Kontrol positif

menggunakan asam askorbat (Vitamin C) dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm,

6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. Perhitungan pembuatan larutan stok dan proses

pengencerennya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Larutan blanko dengan konsentrasi 125 µM dibuat menggunakan kristal

DPPH yang dilarutkan dalam etanol p.a. Proses pembuatan larutan DPPH

dilakukan dalam kondisi terlindung dari cahaya matahari. Pengujian aktivitas

antioksidan dilakukan berdasarkan kemampuan sampel yang digunakan dalam

mereduksi radikal bebas DPPH. Kontrol positif menggunakan larutan asam

askorbat 100 ppm yang dibuat dengan cara melarutkan kristal asam askorbat pada

etanol p.a. Larutan DPPH dengan konsentrasi 125 µM diambil sebanyak

100 µL dan ditambah dengan 100 µL ekstrak, kemudian dimasukkan ke dalam

microplate yang telah disiapkan. Campuran larutan tersebut dihomogenkan dan

diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit. Serapan yang dihasilkan diukur

Page 38: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

25

dengan menggunakan EpochTM

Microplate Spectrophotometer pada panjang

gelombang 517 nm.

Presentase penghambat aktivitas radikal bebas (%inhibisi) diperoleh dari

nilai absorben sampel. Persamaan regresi diperoleh dari hubungan antara

konsentrasi sampel dan persen inhibisi. Nilai konsentrasi penghambat aktivitas

radikal bebas sebanyak 50% (IC50) dihitung dengan menggunakan persamaan

regresi linear yaitu y = ax+b. Nilai IC50 diperoleh dengan memasukkan y = 50

serta nilai a dan b yang telah diketahui.

3.4.2.3 Uji fitokimia (Harborne 1984)

Pengujian fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya komponen-

komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak kasar buah bakau. Uji fitokimia

meliputi uji alkaloid, uji steroid/triterpenoid, flavonoid, fenol hidrokuinon,

Molisch, Benedict, dan tanin. Metode fitokimia dalam penelitian ini mengacu

kepada Harborne (1984).

1) Alkaloid (Harborne 1984)

Sejumlah sampel dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2N.

Pengujian menggunakan tiga pereaksi alkaloid yaitu pereaksi Dragendorff,

pereaksi Meyer dan pereaksi Wagner. Pereaksi Dragendorff dibuat dengan cara

0,8 gram bismutsubnitrat ditambah 10 mL asam asetat dan 40 mL air. Larutan ini

dicampur dengan larutan yang dibuat dari 8 gram kalium iodida dalam 20 mL air.

Sebelum digunakan, 1 volume campuran ini diencerkan dengan 2,3 volume

campuran 20 mL asam asetat glasial dan 100 mL air. Pereaksi Dragendorff yang

dihasilkan berwarna jingga.

Pereaksi Meyer dibuat dengan cara menambahkan 1,36 gram HgCl2

dengan 0,5 gram KI lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi

100 mL dengan labu takar. Pereaksi Meyer yang dihasilkan tidak berwarna.

Pereaksi Wagner dibuat dengan cara 10 mL akuades ditambah 2,5 gram

iodine dan 2 gram KI lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi

200 mL dalam labu takar. Pereaksi Wagner yang dihasilkan berwarna cokelat.

Hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi Dragendorff terbentuk

endapan merah jingga. Kemudian, terbentuknya endapan putih kekuningan

Page 39: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

26

dengan pereaksi Meyer dan terbentuknya endapan cokelat dengan pereaksi

Wagner.

2) Steroid / triterpenoid (Harborne 1984)

SejumLah sampel dilarutkan dalam 2 mL kloroform dalam tabung reaksi

yang kering, kemudian ditambah 10 tetes anhidrat asetat dan 3 tetes asam sulfat

pekat. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna merah

untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau.

3) Flavonoid (Harborne 1984)

SejumLah sampel ditambah 0,1 mg serbuk magnesium, 0,4 mL amil

alkohol dan 4 mL alcohol, kemudian campuran dikocok. Adanya flavonoid

ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan

amil alkohol.

4) Fenol hidrokuinon (pereaksi FeCl3) (Harborne 1984)

Sampel sebanyak 1 gram diekstrak dengan 20 mL etanol 95%. Larutan

yang dihasilkan diambil sebanyak 1 mL kemudian ditambah 2 tetes larutan

FeCl3 5%. Adanya senyawa fenol dalam bahan ditunjukkan dengan terbentuknya

warna hijau atau hijau biru.

5) Uji Tanin (Harborne 1984)

Sampel sebanyak 1 gram ditambah pereaksi FeCl3 3%. Adanya warna

hijau kehitaman menandakan suatu bahan mengandung komponen tanin.

3.4.2.4 Uji bilangan peroksida (Santoso et al. 2004)

Aktivitas antioksidan ekstrak buah bakau yang terbaik, diuji pada emulsi

minyak. Antioksidan berfungsi untuk menghambat pembentukan peroksida pada

minyak. Pengujian ini dilakukan melalui pembuatan minyak kelapa dan sistem

emulsinya yang dilanjutkan dengan evaluasi aktivitas antioksidan dengan

penentuan bilangan peroksida.

1) Pembuatan minyak kelapa dan sistem emulsinya

Minyak yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dari parutan kelapa

yang diperas untuk diambil santan kentalnya. Santan dipanaskan dengan cara

direbus untuk memisahkan komponen minyak yang terkandung di dalamnya,

kemudian disaring untuk memisahkan minyak dan ampasnya. Filtrat yang

dihasilkan kemudian disaring lagi dengan kertas Whatman agar diperoleh minyak

Page 40: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

27

kelapa yang bening. Sistem emulsi minyak dibuat dengan mengacu pada metode

Santoso et al. (2004) yang dimodifikasi, yaitu dengan menghomogenkan 3%

minyak kelapa dan 97% air yang mengandung 0,3% Tween 20.

2) Penentuan bilangan peroksida

Sistem emulsi minyak ditambahkan pada ekstrak buah bakau yang

memiliki aktivitas antioksidan terbaik yang disebut sampel minyak. Sampel

minyak selanjutnya disimpan selama tujuh hari dalam inkubator bersuhu 37 oC

untuk mempercepat oksidasi. Setelah diinkubasi selama 1 minggu, sampel

minyak kemudian ditimbang sebanyak 5 gram di dalam labu erlenmeyer yang

ditambahkan 30 mL pelarut yang terdiri dari 60% asam asetat glasial dan 40%

kloroform. Minyak yang telah larut ditambah 0,5 mL larutan KI jenuh dan

didiamkan 15 menit dalam ruang gelap sambil dikocok. Iod yang terbentuk

dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 N dengan indikator pati 1%. Titrasi

dihentikan saat larutan sampel menjadi tidak berwarna. Hasil pengurangan

volume akhir terhadap volume awal larutan Na2S2O3 0,01 N yang ditunjukkan

oleh skala pada buret merupakan volume total larutan Na2S2O3 0,01 N yang

digunakan untuk titrasi sampel. Cara yang sama dibuat juga untuk penerapan

blanko. Nilai bilangan peroksida dinyatakan dengan miliequivalen per 1 kg

minyak atau lemak yaitu dengan rumus:

Miliequivalen / kg minyak = (a-b) × N × 1000

G × 100%

Keterangan:

a = jumLah mL larutan Na2S2O3 untuk titrasi sampel

b = jumLah mL larutan Na2S2O3 untuk titrasi blanko

N = normalitas larutan Na2S2O3

G = berat sampel (g)

3.5 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

(RAL). Data dianalisis dengan ANOVA (Analysis Of Varians) dan terlebih

dahulu diuji kenormalan data menggunakan uji kenormalan Anderson-Darling.

3.5.1 Uji kenormalan (Anderson-Darling 1952)

Uji kenormalan adalah pengujian untuk mengetahui apakah galat data

yang digunakan menyebar normal, sehingga dapat digunakan dalam statistika

parametrik. Penghitungan uji ini menghasilkan nilai A2 hitung dan Pvalue. Bila

Page 41: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

28

nilai Pvalue ≥ α (0,05), maka data berdistribusi normal. Model statistik uji

Anderson-Darling adalah sebagai berikut (Anderson-Darling 1952):

𝐴2 = −𝑛 − 𝑆; dengan 𝑠 (2𝑙 − 1)

𝑁 𝑙𝑛 𝐹 𝑌𝑡 + 𝑙𝑛(1 − 𝐹(𝑌𝑁+1−𝑡) }]

𝑁

𝑡=1

Keterangan:

A = Nilai uji statistik Anderson-Darling

N = Jumlah data

F = Fungsi distributif kumulatif

Y = Data yang diurutkan

3.5.2 Uji ANOVA (Steel dan Torrie 1993)

Data selanjutnya dianalisis menggunakan model rancangan ANOVA

(Analysis of Variant) dengan formulasi Steel & Torrie (1993). Rancangan yang

digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan model:

Yij = µ + τi + εij

Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan pada taraf i ulangan ke-j

µ = Nilai tengah atau rataan umum pengamatan

τi = Pengaruh perbedaan jenis pelarut dan konsentrasi ekstrak metanol

pada taraf ke-i (i=1,2,3)

εij = Galat percobaan pada konsentrasi taraf ke-i dengan ulangan ke-j

Hipotesa rancangan acak lengkap (RAL) aktivitas antioksidan ekstrak

kasar buah bakau adalah sebagai berikut:

H0: jenis pelarut tidak berpengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan ekstrak

kasar buah bakau

H1: jenis pelarut berpengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan ekstrak kasar

buah bakau

Hipotesa rancangan acak lengkap (RAL) bilangan peroksida adalah

sebagai berikut:

H0: Konsentrasi ekstrak metanol tidak berpengaruh nyata terhadap nilai bilangan

peroksida

H1: Konsentrasi ekstrak metanol berpengaruh nyata terhadap nilai bilangan

peroksida

Jika hasil dari pengujian menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda

nyata pada selang 95% (α=0,05) maka dilakukan uji lanjut Duncan. Rumus uji

Duncan adalah:

Page 42: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

29

Duncan = tα/2;dbs 2KTS

r

Keterangan:

dbs = Derajat bebas sisa

KTS = Kuadrat tengah sisa

r = Banyaknya ulangan

Page 43: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

30

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Buah Bakau (R. mucronata)

Buah bakau terdiri dari dua bagian yaitu kelopak dan buah bakau.

Kelopak buah bakau berbentuk seperti buah pir terbalik dan berwarna cokelat.

Buah bakau memiliki penampakan berwarna hijau dan diselimuti oleh banyak

lentisel pada lapisan permukaannya. Daging buah bakau memiliki tekstur keras

dan berwarna cokelat serta dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengukuran

morfometrik buah bakau dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Pengukuran morfometrik buah bakau.

Data berat dan ukuran dari 30 sampel buah bakau yang digunakan dalam

penelitian ini disajikan pada Lampiran 2. Adapun berat dan ukuran rata-rata buah

bakau ini disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Berat dan ukuran buah bakau (R. mucronata)

No Parameter Nilai

1 Panjang (cm) 37,70 ± 0,10

2 Lebar (cm) 1,18 ± 0,01

3 Bobot (gram) 44,90 ± 0,05 Keterangan: Data diperoleh dari 30 sampel (Lampiran 2).

Panjang

Lebar

Page 44: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

31

4.1.1 Rendemen buah bakau

Rendemen merupakan presentase perbandingan antara berat bagian bahan

yang dapat dimanfaatkan dengan berat total bahan. Nilai rendemen digunakan

untuk mengetahui keefektivan suatu bahan. Nilai rendemen yang semakin besar,

maka semakin efektif bagian yang dapat dimanfaatkan. Rendemen buah bakau

dihitung berdasarkan presentase perbandingan bobot daging buah terhadap buah

bakau utuh. Rendemen daging buah yang didapatkan adalah sebesar 44,94%.

Perhitungan rendemen buah bakau dapat dilihat pada Lampiran 3.

Buah bakau banyak dikonsumsi oleh orang-orang di wilayah Timor barat,

Flores, Sumba, Sabu dan Alor. Masyarakat disekitar Taman Nasional Alas Purwo

(TNAP) menggunakan buah bakau jenis R. mucronata sebagai pengganti beras

dan jagung pada waktu bencana kelaparan melanda. Mamoribo et al. (2003)

menyatakan bahwa masyarakat kampong Rayori, distrik Supriyori Selatan,

Kabupaten Biak Numfor, Papua memanfaatkan buah bakau jenis B. gimnorhiza

sebagai campuran lauk pauk pada saat musim paceklik tiba.

4.1.2 Komponen kimia buah bakau

Informasi mengenai kandungan gizi yang terdapat dalam bahan pangan

dapat diketahui melalui analisis komposisi kimia atau proksimat. Analisis

proksimat secara umum dilakukan untuk mengetahui unsur pokok berupa air,

abu, protein dan lemak. Kandungan gizi yang terkandung dalam suatu bahan

pangan berbeda-beda karena adanya perbedaan makanan, spesies, jenis kelamin,

dan umur bahan (Kusumo 1997). Perhitungan analisis proksimat dapat dilihat

pada Lampiran 4. Hasil analisis proksimat disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil uji proksimat buah bakau (n=2)

Parameter Rhizophora

mucronata

Rhizophora

mucronata *

Bruguiera

parviflora*

Kadar air 58,56 46,63 51,75

Kadar lemak 0,70 1,96 2,08

Kadar protein 2,53 0,41 0,12

Kadar abu 1,25 1,25 1,38

Kadar karbohidrat 36,96 22,29 22,14

Keterangan: *Bunyapraphatsara et al. (2002)

Page 45: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

32

Air merupakan komponen yang penting dalam bahan makanan, karena air

sangat menentukan komponen lainnya (Andarwulan et al. 2011). Hasil pengujian

kadar air buah bakau yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebesar 58,56%.

Penelitian yang dilakukan oleh Bunyapraphatsara et al. (2002) pada tanaman

Rhizophora mucronata menghasilkan kadar air sebesar 46,63%.

Kandungan air dalam bahan makanan akan mempengaruhi daya tahan

bahan tersebut terhadap serangan mikroba. Kadar air yang tinggi menyebabkan

buah bakau mudah mengalami kerusakan. Bahan makanan umumnya memiliki

nilai aw atau air bebas yang disukai oleh bakteri, kapang dan khamir sebagai

tempat berkembang biak. Organisme-organisme tersebut akan menyebabkan

perubahan pada bahan makanan yang dapat mempercepat proses pembusukan

(Winarno 2008).

Lemak merupakan sekumpulan senyawa biomolekul yang dapat larut

dalam pelarut organik tetapi tidak dapat larut dalam air (Roswiem et al. 2006).

Hasil pengujian kadar lemak yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 0,70%.

Utari (2012) melakukan uji proksimat terhadap buah lindur

(Bruguiera gymnorrhiza) dan memperoleh kadar lemak sebesar 0,79%.

Lemak dan minyak terdapat hampir disemua bahan makanan dengan

kandungan yang berbeda-beda. Secara umum lemak dibedakan menjadi lemak

hewani dan lemak nabati. Lemak hewani banyak mengandung kolesterol yang

disebut sterol. Lemak ini disusun oleh asam lemak jenuh sehingga berbentuk

padat pada suhu kamar. Lemak nabati banyak mengandung kolesterol yang

disebut fitosterol dengan asam lemak tak jenuh sebagai penyusunnya sehingga

berbentuk cair pada suhu kamar. Anand et al. (2010) menyatakan bahwa asam

lemak tak jenuh linoleat, linolenat, dan arakhidonat sangat diperlukan tubuh,

antara lain untuk menjaga bagian struktural membran sel dan untuk membuat

bahan-bahan hormon.

Protein merupakan makromolekul yang paling banyak ditemukan di dalam

sel dan menyusun hampir sebagian berat kering tubuh mahluk hidup. Protein

merupakan komponen yang banyak terdapat pada sel tanaman dan hewan

Andarwulan et al. (2011). Kadar protein yang dihasilkan dalam penelitian ini

adalah 2,53%. Penelitian yang dilakukan oleh Bunyapraphatsara et al. (2002)

Page 46: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

33

pada tanaman Rhizophora mucronata menunjukkan kadar protein sebesar

0,41 %.

Protein dikenal sebagai zat pembangun yang berfungsi dalam

pembentukan jaringan-jaringan baru yang terjadi ditubuh mahluk hidup. Protein

akan mengganti jaringan yang rusak dan merombaknya menjadi jaringan baru.

Protein juga digunakan sebagai sumber energi apabila kebutuhan energi dalam

tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Secara umum protein

dibedakan menjadi protein hewani dan protein nabati. Kandungan protein nabati

cenderung lebih rendah dari pada protein hewani, kecuali pada kacang-kacangan

dan produk olahannya sedangkan protein hewani lebih banyak menyediakan asam

amino-asam amino esensial sehingga protein yang dihasilkan lebih bermutu

tinggi. Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu berbagai reaksi

yang terjadi dalam tubuh dan menurunkan kemampuan tubuh dalam mengikat

molekul tertentu (Roswiem et al. 2006).

Hampir sebagian besar bahan makanan terdiri dari bahan organik,

misalnya lemak, protein, vitamin dan air. Sisanya berupa mineral yang berfungsi

untuk menunjang reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Mineral-mineral tersebut

dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Proses pembakaran akan

menyebabkan bahan organik terbakar habis, sedangkan zat anorganiknya tidak

terbakar dan disebut abu (Winarno 2008). Hasil pengujian kadar abu dalam

penelitian ini sebesar 1,25%. Helmy (2012) melakukan uji proksimat terhadap

buah lindur, yang merupakan buah dari tanaman mangrove Bruguiera

gymnorrhiza, dan memperoleh kadar abu sebesar 1,29%.

Secara umum kadar abu erat kaitannya dengan kandungan mineral dalam

suatu bahan makanan. Mineral tersebut digunakan tubuh sebagai zat pengatur dan

pembangun. Tubuh dikenal membutuhkan unsur makro seperti Na, C, Ca, Mg

dan unsur mikro misalnya Fe, I, Zn, Co, dan F. Besar kecilnya kandungan

mineral dalam suatu bahan makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

habitat dan kondisi lingkungan hidup yang berbeda-beda. Setiap lingkungan

memberikan asupan mineral yang berbeda-beda bagi organisme yang hidup

didalamnya. Kekurangan unsur mikro dan unsur makro dalam tubuh akan

Page 47: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

34

menyebabkan terganggunya reaksi biologis dan proses fisiologis pada tubuh

(Winarno 2008).

Karbohidrat merupakan salah satu nutrisi dasar yang paling banyak

digunakan sebagai sumber energi utama karena menyumbang energi sebesar

4 kkal (Belitz et al. 2009). Perhitungan kadar karbohidrat dilakukan dengan

metode by difference, yaitu penentuan kadar karbohidrat dalam suatu bahan

pangan secara kasar. Kadar karbohidrat yang dihasilkan dalam penelitian ini

adalah sebesar 33,96%. Penelitian yang dilakukan oleh

Bunyapraphatsara et al. (2002) memperoleh kadar karbohidrat pada tanaman

Rhizophora mucronata sebesar 22,29%.

Karbohidrat banyak ditemukan dalam bahan nabati, antara lain serealia,

umbi-umbian dan batang tanaman. Karbohidrat dalam buah ditemukan dalam

bentuk pati dan gula sederhana misalnya glukosa dan fruktosa. Secara umum pati

digunakan sebagai tempat menyimpan cadangan energi. Selama proses

pematangan, kandungan pati dalam buah akan diubah menjadi gula pereduksi.

Pati yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan diurai menjadi glukosa. Pati

akan dioksidasi lebih lanjut didalam sel dan digunakan dalam menyediakan energi

untuk membuat berbagai senyawa yang dibutuhkan tubuh diantaranya protein,

lipid dan asam nukleat (Roswiem et al. 2006).

4.2 Ekstraksi Komponen Bioaktif Buah Bakau (R. mucronata)

Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen zat aktif dalam suatu

bahan dengan pelarut tertentu. Tujuan proses ini adalah untuk mendapatkan

bahan aktif dari bagian tertentu suatu bahan (Harbone 1984). Proses ekstraksi

dimulai dengan pemotongan sampel, penghancuran sampel menjadi ukuran yang

lebih kecil (serbuk), maserasi, penyaringan dan proses evaporasi menggunakan

rotary vacuum evaporator.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian buah bakau

yang telah dipisahkan kulitnya. Hal tersebut mengacu pada hasil penelitian

Bunyapraphatsara et al. (2002) yang juga menggunakan buah dari tanaman

Rhizophora mucronata di Thailand. Proses ekstraksi pada penelitian ini

menggunakan pelarut n-heksana (non polar), etil asetat (semi polar) dan metanol

Page 48: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

35

(polar). Proses maserasi dilakukan selama 24 jam yang mengacu kepada

penelitian Tiwari et al. (2011) pada beberapa tanaman obat di India.

4.2.1 Ekstrak kasar

Hasil ekstraksi dari buah bakau memiliki warna yang berbeda-beda.

Ekstrak metanol memiliki warna coklat kehitaman, etil asetat berwarna hijau tua,

sedangkan ekstrak n-heksana memiliki warna hijau muda. Perbedaan tersebut

tidak hanya dilihat dari warna sampel, akan tetapi dari sisi jumlah rendemen.

Perhitungan rendemen ekstrak buah bakau dapat dilihat pada Lampiran 5.

Nilai rendemen ekstrak buah bakau tertinggi adalah ekstrak metanol

sebesar 10,95 %, ekstrak etil asetat sebesar 0,25 % dan nilai ekstrak terkecil

adalah ekstrak n-heksana sebesar 0,12 %. Perbedaan nilai rendemen yang

dihasilkan dari ketiga pelarut tersebut disebabkan berbedanya sifat polaritas

larutan-larutan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Salamah et al. (2008),

bahwa rendemen ekstrak hasil maserasi dengan pelarut yang berbeda akan

menghasilkan presentase rendemen yang berbeda. Nilai rendemen yang

dihasilkan dari ekstrak metanol diduga dipengaruhi sifat larutan tersebut yang

dapat melarutkan hampir semua komponen bahan aktif. Wasmund et al. (2006)

menyatakan bahwa klorofil merupakan zat warna hijau yang dapat diekstrak

dengan pelarut polar, misalnya metanol, aseton, dan etanol.

4.2.2 Komponen bioaktif pada ekstrak kasar

Ekstraksi bahan alam adalah ekstraksi komponen aktif yang terdapat pada

bahan alam yang didasari pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam

pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian

berdifusi ke dalam pelarut (Harbone 1984). Filtrat pekat tiga pelarut tersebut

kemudian diuji komponen bioaktifnya melalui uji fitokimia, yang meliputi uji

alkaloid, flavonoid, steroid, fenol hidroquinon, dan uji tanin. Hasil uji fitokimia

pada masing-masing ekstrak kasar buah bakau dapat dilihat pada Tabel 3.

Gambar uji fitokimia dapat dilihat di Lampiran 12.

Page 49: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

36

Tabel 3 Hasil uji fitokima ekstrak kasar buah bakau

Uji Fitokimia

Ekstrak Standar

(Warna) Hasil

Metanol Etil

Asetat

N-

heksana

1. Alkaloid

a. Dragendroff + – – endapan merah

atau jingga endapan jingga

b. Meyer – – – endapan putih

kekuningan

tidak terdapat

endapan putih

kekuningan

c. Wegner + + – endapan coklat terbentuk endapan

coklat

2. Steroid + + +

perubahan dari

merah menjadi

hijau/biru

metanol dan n-

hensana : hijau

muda, etil asetat:

hijau kebiruan

3. Flavonoid + + –

lapisan amil

alkohol

berwarna

merah/kuning/hi

jau

terbentuk amil

alkohol berwarna

kuning

4. Fenol

Hidroquinon + + –

warna

hijau/hijau biru

metanol: hijau

kebiruan, etil asetat:

hijau

5. Tanin + + –

warna hijau

kebiruan/hijau

kehitaman

metanol: terbentuk

warna hijau

kebiruan, etil asetat:

hijau kehitaman

Hasil pengujian komponen bioaktif pada buah bakau ekstrak kasar metanol

mengandung komponen bioaktif yang lebih banyak dibandingkan dengan ekstrak

kasar etil asetat dan ekstrak kasar n-heksana. Komponen bioaktif pada ekstrak

kasar metanol meliputi alkaloid, steroid, flavonoid, fenol hidroquinon, dan tanin.

Komponen bioaktif pada ekstrak kasar etil asetat meliputi alkaloid, steroid,

flavonoid, fenol hidroquinon, dan tanin. Komponen bioaktif pada ekstrak kasar n-

heksana adalah steroid. Senyawa antioksidan alami umumnya adalah senyawa

turunan fenolik atau polifenol dan turunan flavonoid misalnya flavon, isoflavon,

katekin yang cenderung larut dalam pelarut polar. Hal ini sesuai dengan

Atta-au-rahman et al. (2001) yang menyatakan bahwa senyawa yang berpotensi

memiliki antioksidan umumnya adalah senyawa flavonoid, alkaloid dan fenolat

yang larut dalam pelarut polar.

Page 50: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

37

1) Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan senyawa sekunder yang bersifat basa,

mengandung satu atau lebih atom hidrogen (Harborne 1984). Pengujian alkaloid

dilakukan menggunakan pereaksi pengendapan untuk memisahkan jenis alkaloid.

Pereaksi yang umum digunakan adalah pereaksi Meyer yang mengandung kalium

iodide dan merkuri klorida. Pereaksi Dragendorff mengandung bismuth nitrat

dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan

pereaksi Wagner dan mengandung kalium iodida dan yodium. Berbagai pereaksi

digunakan untuk mengetahui perbedaan yang besar dalam hal sensivitas terhadap

gugus alkaloid yang berbeda (Sastrohamidjojo 1996).

Hasil pengujian fitokimia menghasilkan nilai positif adanya alkaloid pada

ekstrak metanol dan etil asetat. Pada ekstrak kasar n-heksana tidak mengandung

senyawa alkaloid. Adanya endapan jingga pada pereaksi Dragendorf dan

terbentuknya endapan cokelat dengan menggunakan pereaksi Wegner

menandakan suatu bahan positif mengandung alkaloid. Hasil uji dengan pereaksi

Meyer menghasilkan nilai negatif dengan tidak terbentuk endapan putih

kekuningan pada ketiga ekstrak kasar tersebut.

Alkaloid dalam tanaman digunakan sebagai bentuk pertahanan diri

tanaman terhadap pemangsa. Alkaloid sering dijumpai pada tumbuhan hijau

pada biji, daun, ranting, buah dan kulit batang. Kadar alkaloid yang dihasilkan

oleh tumbuhan hijau tidak sama pada semua jaringan dan pada setiap tahap

pertumbuhan serta lokasi geografis yang mempengaruhinya (Robinson 1991).

Alkaloid dalam tanaman tidak dalam keadaan bebas akan tetapi berikatan

dengan garam dan asam-asam organik terutama asam maleat, oralat, suksinat dan

taurat. Struktur alkaloid memiliki elemen N dan elemen tanpa N dalam

molekulnya. Elemen N terdiri atas monoterpena asiklik dan guanidine

(komposisi pembentuk asam amino esensial arginina). Eleman tanpa N terdiri

dari senyawa inti C5 dan senyawa aromatik tipe fenilpropana. Senyawa fenil

propana akan menurunkan metabolit sekunder dengan memperpendek rantai

sampingnya. Senyawa aromatik dengan rantai samping C2 relatif jarang

ditemukan, tetapi sering ditemukan dalam bentuk C6-C2 pada alkaloid yang

disebut fenil asetaldehida. Fenil asetatldehida bebas disebabkan oleh

Page 51: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

38

dekarboksilasi dari asam alfa ketokarbon yang bersangkutan dan juga dilepas oleh

oksidatif amoniak dari amin yang bersangkutan (feniletilamin). Reaksi ini

merupakan reaksi pembentukan senyawa alkaloid awal (Sirait 2007).

Adanya gugus N dalam struktur alkaloid menyebabkan senyawa alkaloid

memiliki potensi sebagai antioksidan. Alkaloid pada ekstrak buah bakau diduga

memiliki sifat antioksidan yang cukup kuat, sama seperti jenis alkaloid yang

ditemukan oleh Cheng et al. (2005) pada tanaman Sinomenium acutum, tanaman

yang digunakan dalam pengobatan tradisional Cina. Ekstrak ethanol dari tanaman

ini dimurnikan dengan kromatografi silika gel. Ekstrak tanaman tersebut

menunjukkan hasil positif saat diberikan pereaksi Dragendorf sama dengan

ekstrak metanol dalam penelitian ini yang menunjukkan nilai positif saat

diberikan pereaksi Dragendorf.

2) Steroid/triterpenoid

Secara umum senyawa steroid banyak terdapat dalam tumbuhan dan

berasal dari senyawa yang sama yaitu molekul isoprene. Steroid atau triterpenoid

pada tumbuhan berbiji umumnya dalam bentuk triterpenoid nonglikosida dan

pada tumbuhan primitif dalam bentuk triterpenoid pentasiklik (Robinson 1991).

Hasil pengujian fitokimia diketahui bahwa ketiga ekstrak kasar positif

mengandung senyawa steroid atau triterpenoid. Hasil ini dibuktikan dengan

berubahnya warna merah dari ketiga ekstrak kasar menjadi berwarna hijau biru.

Senyawa turunan dari triterpenoid umumnya banyak ditemukan dalam

daun dan buah yang digunakan sebagai pelindung terhadap serangga dan serangan

mikroba. Senyawa ini juga terdapat dalam damar, kulit batang dan getah. Secara

umum struktur steroid mempunyai struktur siklik dan mempunyai gugus hidroksil

dan karbonil. Adanya gugus tersebut menyebabkan steroid mudah mengalami

siklisasi dan oksidasi pada sintesis akhir. Oksidasi berkaitan dengan adanya

aktivitas radikal bebas yang menyebabkan terjadinya oksidasi, seperti halnya

turunan terpenoid yaitu alfa-karotena dan kriptoxantin yang sangat mudah

teroksidasi (Harborne 1984).

Page 52: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

39

3) Flavonoid

Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman termasuk pada buah,

tepung sari, dan akar. Flavonoid berperan terhadap warna dalam organ tumbuhan,

misalnya bunga, buah, dan daun. Flavonoid diketahui merupakan senyawa

golongan polifenol yang dikelompokan menjadi 9 kelas yaitu, antosianin,

proantosianin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, chlacone, dan aurone,

isoflavon dan flavonon. Pada tumbuhan flavonoid berguna untuk menarik

serangga dan binatang lain untuk membantu proses penyerbukan dan penyebaran

biji (Sirait 2007). Hasil dari pengujian flavonoid menghasilkan nilai positif pada

ekstrak kasar metanol dan etil asetat yang ditunjukkan dengan terbentuknya warna

kuning pada bagian amil alkohol dan negatif untuk ekstrak kasar n-heksana.

Senyawa flavonoid diketahui memiliki sistem aromatik yang terkonjugasi

sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum

sinar tampak. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan dan berikatan dengan

gula membentuk glikosida dan aglikon flavonoid. Turunan flavonoid yaitu

kursetin memiliki sebuah gugus hidroksil pada posisi 8 menghasilkan gosipetin.

Adanya gugus hidroksil dalam senyawa flavonoid menyebabkan mudah berikatan

dengan radikal hidroksi dan superoksida. Flavonoid diketahui dapat digunakan

sebagai penampung atau mencegah reaksi oksidasi enzimatis maupun oksidasi

non-enzimatis hal ini berkaitan dengan aktivitas antioksidan yang tinggi pada

senyawa flavonoid. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Atta-au-rahman et al.

(2001) yang menyatakan bahwa senyawa yang berpotensi memiliki antioksidan

umumnya adalah senyawa flavonoid, alkaloid dan fenolat yang merupakan

senyawa-senyawa polar. Bernardi et al. (2007) menyatakan bahwa tanaman

Hypercum ternum yang menunjukkan komponen flavonoid memiliki aktivitas

antioksidan.

4) Fenol hidrokuinon

Komponen fenolat memiliki struktur aromatik yang berikatan dengan satu

atau lebih gugus hidroksil. Umumnya komponen fenolat larut dalam air (polar)

dan banyak terdapat dalam vakuola sel tumbuhan (Harborne 1984). Hasil uji

fitokima ekstrak kasar metanol dan etil asetat menunjukkan nilai positif yang

ditandai dengan terbentuknya warna hijau atau biru. Pada sampel n-heksana tidak

Page 53: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

40

mengandung senyawa fenol hidrokuinon. Hasil penelitian Yim et al. (2009)

menyatakan bahwa fenol pada lima spesies jamur di Malaysia yang diekstrak

dengan pelarut ethanol lebih tinggi daripada yang diekstrak dengan pelarut

metanol dan aseton. Adanya gugus hidroksil pada cincin aromatiknya

menyebabkan senyawa ini sangat peka terhadap oksidasi enzim. Enzim yang

berperan dalam proses oksidasi fenolik adalah enzim fenolase yang secara umum

banyak terdapat dalam tumbuhan. Senyawa fenolik erat kaitannya dengan

aktivitas antioksidan pada suatu bahan tertentu. Hal ini diperkuat oleh penelitian

Kiessoun et al. (2010) pada tanaman Malvaceae spesies Cienfuegosia digitata dan

Sida alba yang mengandung komponen polifenol, anti inflamasi, dan aktivitas

antioksidan yang tinggi. Chen dan Blumberg (2007) menyatakan bahwa

mengkonsumsi senyawa fenol dipercaya dapat mengurangi resiko beberapa

penyakit kronis karena senyawa ini bersifat sebagai antioksidan, anti inflamasi,

detoksifikasi dan antikolesterol.

5) Tanin

Tanin merupakan substansi yang tersebar luas pada daun, buah, batang dan

kulit kayu. Senyawa tanin pada buah yang belum matang berada dalam bentuk

oksidasi tanin yang digunakan sebagai energi untuk proses metabolisme.

Artati et al. (2007) menyatakan bahwa tanin merupakan senyawa fenolik yang

terdiri atas bermacam-macam kelompok oligomer dan polimer.

Pengujian fitokimia ekstrak kasar metanol dan etil asetat positif

mengandung senyawa tanin yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau

kehitaman setelah ditambah larutan FeCl3. Ekstrak kasar n-heksana tidak

mengandung senyawa tanin yang ditandai dengan tidak terbentuknya warna hijau

kehitaman setelah ditambahkan larutan FeCl3.

Umumnya komponen utama senyawa tanin adalah fenolik dalam bentuk

polimerik fenol yang banyak terdapat pada teh dan tanaman mangrove. Senyawa

ini akan memberi efek rasa sepat karena kemampuan tanin dalam menyambung

silang protein yang rusak. Tanin terdiri dari dua macam yaitu tanin terkondensasi

atau flavon yang dibentuk dari kondensasi katekin tunggal yang membentuk

senyawa dimer dan kemudian senyawa oligomer yang lebih tinggi. Jenis tanin

yang lain adalah tanin terhidrolisis yang terdiri dari depsida galoiglukosa.

Page 54: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

41

Senyawa tanin yang sering dijumpai pada teh hijau adalah catechins, sedangkan

pada teh hitam senyawa catechins diubah menjadi theaflavin dan thearubigins.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Das et al. (2008) bahwa senyawa yang

terkandung di dalam teh hitam, (theaflavin) merupakan senyawa yang

mendapatkan perhatian lebih karena fungsinya sebagai antioksidan, antipatogen,

dan antikanker.

4.3 Aktivitas Antioksidan

Adanya aktivitas antioksidan dari sampel mengakibatkan perubahan warna

pada larutan DPPH yang semula berwarna ungu pekat menjadi kuning. Menurut

Andayani et al. (2008) adanya aktivitas antioksidan dari sampel mengakibatkan

perubahan warna pada larutan DPPH dalam etanol yang semula berwarna ungu

pekat menjadi kuning pucat. Perhitungan pembuatan larutan stok dan

pengencerannya disajikan pada Lampiran 6. Perubahan warna ekstrak kasar

yang telah ditambahkan larutan DPPH dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Perubahan warna ekstrak kasar setelah penambahan DPPH Keterangan : a) Sebelum inkubasi 37

oC

b) Sesudah inkubasi 37 oC

Intensitas perubahan warna yang terjadi pada larutan asam askorbat dan

larutan ekstrak kasar buah bakau diukur absorbansinya dengan menggunakan

EpochTM

Microplate Spectrophotometer dengan panjang gelombang 517 nm yang

merupakan panjang gelombang maksimum DPPH. Nilai absorbansi tersebut

selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai persen inhibisi dan nilai IC50 dari

antioksidan asam askorbat dan antioksidan ekstrak buah bakau. Hasil uji aktifitas

a b

Page 55: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

42

antioksidan asam askorbat dan ekstrak kasar buah bakau dapat dilihat pada Tabel

4. Perhitungan persen inhibisi dan IC50 dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8.

Tabel 4 Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak kasar buah bakau

Sampel

% Inhibisi IC50

(ppm)

Asam

Askorbat

2 ppm 4 ppm

6

ppm 8 ppm

10

ppm 18,18 35,70 54,76 73,24 85,78 5,59

15,62

ppm

31,25

ppm

61,25

ppm

125

ppm

250

ppm

500

ppm

Ekstrak

Metanol 11,53 24,10 42,44 68,33 84,05 84,91 58,61

Ekstrak

etil asetat 7,07 15,66 25,97 44,22 67,63 82,32 120,19

Ekstrak

n-heksana -0,84 0,33 1,63 3,97 1,22 4,60 354,83

Nilai IC50 asam askorbat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 5,59

ppm. Penelitian yang dilakukan Banerjee et al. (2008) pada kulit batang tanaman

Rhizophora mucronata mendapatkan nilai IC50 asam askorbat sebesar 3,62 ppm.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa antioksidan asam askorbat merupakan

antioksidan dengan aktivitas sangat kuat, sesuai dengan pernyataan dari Molyneux

(2004) bahwa suatu bahan dengan nilai IC50 < 50 ppm merupakan antioksidan

yang sangat kuat. Pengujian aktivitas antioksidan asam askorbat ini menghasilkan

hubungan antara konsentrasi asam askorbat dengan persen inhibisinya, yang dapat

dilihat pada Gambar 17.

Page 56: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

43

Gambar 17 Aktivitas asam askorbat dengan persen inhibisinya;

Pengujian aktivitas antioksidan dari masing-masing ekstrak kasar buah

bakau menghasilkan hubungan antara konsentrasi ekstrak kasar buah bakau yang

digunakan dengan persen inhibisinya, yang dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18 Aktivitas antioksidan ekstrak kasar buah bakau; , ,

Gambar 18 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak kasar

buah bakau yang ditambahkan, maka semakin tinggi pula persen inhibisi yang

y = 8,636x + 1,716

R² = 0,995

0

20

40

60

80

100

0 2 4 6 8 10

%in

hib

isi

konsentrasi (ppm)

y = 0,456x + 23,27

R² = 0,982

y = 0,201x + 25,84

R² = 0,911

y = 0,093x + 17

R² = 0,821

0

50

100

150

200

250

0 100 200 300 400 500 600

%in

hib

isi

konsentrasi (ppm)

Page 57: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

44

dihasilkan. Presentase inhibisi tertinggi dihasilkan oleh larutan yang mengandung

konsentrasi ekstrak kasar terbanyak, yaitu larutan dengan konsentrasi 500 ppm

pada masing-masing ekstrak kasar. Persen inhibisi terendah dihasilkan oleh

larutan yang mengandung konsentrasi ekstrak kasar terkecil yaitu larutan dengan

konsentrasi 15,62 ppm. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hanani et al. (2005) yang menyatakan bahwa presentase penghambatan

ekstrak kasar terhadap aktivitas radikal bebas meningkat dengan meningkatnya

konsentrasi ekstrak. Nilai rata-rata IC50 ekstrak kasar buah bakau dapat dilihat

pada Gambar 19.

Gambar 19 Diagram batang rata-rata nilai IC50 ekstrak kasar buah bakau; angka-

angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang

berbeda nyata (p<0,05)

Hasil analisis ragam aktivitas antioksidan (Lampiran 10) menunjukkan

jenis pelarut mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak kasar buah bakau. Uji

lanjut Duncan menunjukkan aktivitas antioksidan yang terdapat pada ekstrak

methanol berbeda nyata dengan aktivitas antioksidan yang terdapat pada ekstrak

etil asetat dan ekstrak n-heksana. Berdasarkan Gambar 19 dapat diketahui bahwa

aktivitas antioksidan tertinggi adalah pada ekstrak kasar methanol dengan nilai

IC50 sebesar 58,61 ppm. Penelitian yang dilakukan oleh Banerjee et al. (2009)

pada kulit batang tanaman Rhizophora mucronata yang diekstrak dengan pelarut

metanol menghasilkan nilai IC50 sebesar 193,82 ppm. Tingginya aktivitas

antioksidan pada ekstrak kasar metanol berkorelasi dengan banyaknya senyawa

58,61a

120,19b

354,83c

0

50

100

150

200

250

300

350

400

metanol etil asetat n-heksana

Ra

ta-r

ata

IC

50

(pp

m)

Jenis pelarut

Page 58: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

45

aktif yang dapat terdeteksi melalui uji fitokimia. Senyawa-senyawa bioaktif

yang terdapat dalam ekstrak kasar metanol meliputi senyawa alkaloid, fenol

hidrokuinon dan flavonoid. Senyawa tersebut memiliki aktivitas antioksidan. Hal

ini sesuai dengan penelitiann dari Atta-au-rahman et al. (2001) bahwa senyawa

yang berpotensi memiliki antioksidan umumnya adalah senyawa flavonoid,

alkaloid dan fenolat yang merupakan senyawa-senyawa polar.

Aktivitas penghambatan oleh ekstrak etil asetat yang memiliki sifat semi

polar diduga karena pelarut ini dapat mengekstrak senyawa antioksidan yang

bersifat polar maupun non polar. Tensiska et al. (2007) berpendapat bahwa

pelarut etil asetat mungkin lebih banyak mengandung senyawa isoflavon baik non

polar (aglikon) maupun polar (glikon). Aktivitas antioksidan terkecil terdapat

pada ekstrak n-heksana, yang nilai IC50 ekstrak tersebut berada pada nilai 354,83

ppm. Penelitian yang dilakukan oleh Suratmo (2009) pada daun sirih merah

(Piper crocatum) menghasilkan filtrat n-heksana yang diketahui tidak memiliki

aktivitas antioksidan, hal tersebut diduga karena filtrat n-heksana hanya

mengandung senyawa non-polar saja seperti pada minyak atsiri, lemak, dan

minyak yang tidak berpotensi antioksidan.

4.4 Aplikasi Ekstrak Terpilih dalam Menghambat Oksidasi

Ekstrak buah bakau yang memiliki aktivitas antioksidan terbaik

selanjutnya diujikan pada emulsi minyak kelapa. Salah satu sifat antioksidan

adalah dapat menghambat pembentukan peroksida pada minyak. Peroksida

adalah hasil reaksi antara lemak tidak jenuh dengan oksigen yang dapat dijadikan

indikator kerusakan minyak atau lemak. Uji ini bertujuan untuk mengukur tingkat

penghambatan ekstrak dalam menghambat dan memperlambat terbentuknya

peroksida yang terbentuk akibat proses oksidasi yang terjadi pada minyak selama

inkubasi. Perhitungan bilangan peroksida merupakan salah satu cara untuk

menentukan derajat kerusakan minyak atau lemak (Ketaren 1986). Ekstrak

methanol yang dalam penelitian ini menghasilkan IC50 terbaik, dipilih untuk

diujikan pada emulsi minyak. Metode bilangan peroksida yang digunakan untuk

mengevaluasi ekstrak terbaik adalah menggunakan emulsi minyak kelapa murni.

Emulsi minyak kelapa dibuat dengan menghomogenkan 3% minyak kelapa

Page 59: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

46

dengan 97% air yang mengandung 0,3% Tween 20 sebagai emulsifier menurut

metode Santoso et al. (2004).

Aktivitas antioksidan terbaik diukur dengan cara menghitung nilai

bilangan peroksida emulsi minyak yang diinkubasi pada suhu 37 oC selama 7 hari.

Ekstrak kasar metanol yang ditambahkan diharapkan dapat menghambat oksidasi

lemak sehingga nilai bilangan peroksida emulsi minyak akan lebih kecil.

Konsentrasi ekstrak kasar metanol yang digunakan yaitu 0 ppm (tanpa

penambahan ekstrak kasar), 15,62 ppm, 31,25 ppm, 61,25 ppm, 125 ppm, 250

ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali ulangan

dan perhitungan bilangan peroksida dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil nilai

bilangan peroksida pada emulsi minyak dengan penyimpanan selama 7 hari dapat

dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20 Diagram batang bilangan peroksida pada emulsi minyak dengan

ekstrak kasar buah bakau; angka-angka yang diikuti huruf berbeda

menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05)

Hasil analisis ragam bilangan peroksida (Lampiran 11) menunjukkan

bahwa konsentrasi ekstrak kasar memberikan pengaruh terhadap bilangan

peroksida buah bakau. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa konsentrasi 31,25

ppm tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ekstrak 0 ppm, 15,62 ppm, 61,25

ppm dan 125 ppm. Hal ini diduga disebabkan oleh kecepatan proses dan tipe

lemak yang mempengaruhi proses oksidasi.

6,86a

4,32a

3,00ab

2,26ab

1,73bc

1,19c

0,79d0,53e

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0 15.62 31.25 61.25 125 250 500 1000

Bil

an

ga

n p

ero

ksi

da

Meg

/kg

ba

ha

n

Konsentrasi ekstrak (ppm)

Page 60: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

47

Indikator utama kerusakan lemak dan minyak adalah terbentuknya

ketengikan sebagai akibat reaksi oksidasi. Proses oksidasi akan menyebabkan

lemak menjadi rusak dan menyebabkan perubahan bau, warna dan tekstur.

Oksidasi terjadi secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan

udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya bergantung pada tipe lemak dan

kondisi penyimpanan (Ketaren 1986).

Standar bilangan peroksida pada minyak kelapa yang diperbolehkan

berdasarkan Asian and Pasific Coconut Community (APCC) (2003) adalah

≤ 3 Meq/kg minyak selama 7 hari. Ekstrak kasar terbaik (metanol) dapat

menghambat oksidasi lemak pada batas yang diperbolehkan sebesar ≤ 3 Meq/kg

minyak adalah pada konsentrasi 31,25 ppm selama 7 hari. Penggunaan ekstrak

dengan konsentrasi 31,25 ppm lebih efisien dan efektif dibandingkan dengan

penggunaan konsentrasi ekstrak yang lebih besar. Hal tersebut dikarenakan pada

konsentrasi 31,25 ppm menggunakan sedikit ekstrak dan bilangan peroksida yang

dihasilkan tidak berbeda nyata dengan konsentrai ekstrak 61,25 ppm dan 125

ppm. Konsentrasi ekstrak 61,25 ppm dan 125 ppm menghasilkan nilai bilangan

peroksida yang lebih rendah tetapi membutuhkan ekstrak yang lebih banyak.

Emulsi minyak dengan konsentrasi 0 ppm dan 15,62 ppm menghasilkan nilai

bilangan perosida sebesar 6,68 Meq/kg minyak selama 7 hari dan 4,32 Meq/kg

minyak selama 7 hari. Nilai tersebut melebihi standar yang telah ditentukan oleh

APCC (2003) sehingga dapat disimpulkan bahwa emulsi minyak kedua

konsentrasi tersebut sudah mengalami kerusakan dan sudah tidak layak

digunakan.

Page 61: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

48

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Buah bakau (Rhizophora mucronata) yang berasal dari hutan mangrove,

Muara Karang, Jakarta Utara memiliki rendemen daging buah sebesar 44,94%.

Buah bakau memiliki kadar air 58,56%, kadar lemak 0,70%, kadar abu 1,25%,

kadar protein 2,53% dan karbohidrat by difference 36,96%.

Nilai IC50 untuk ekstrak kasar metanol, etil asetat, n-heksana masing-

masing sebesar 58,61 ppm, 120,19 ppm dan 354,83 ppm. Ekstrak kasar metanol

mengandung 5 komponen bioaktif yang terdeteksi melalui uji fitokimia, yaitu

alkaloid, steroid, flavonoid, fenol hidrokuinon dan tanin.

Ekstrak kasar (metanol) dapat menghambat oksidasi lemak dengan batas

nilai bilangan peroksida untuk penyimpanan 7 hari sebesar 3,00 Meq/Kg minyak

pada konsentrasi 31,25 ppm.

5.2 Saran

Pada penelitian ini masih menggunakan ekstrak kasar (crude extract) yang

masih mengandung senyawa lain yang bukan senyawa antioksidan. Saran yang

dapat diberikan adalah berupa pemurnian senyawa ekstrak kasar buah bakau

sehingga didapat komponen murni dengan aktivitas yang lebih tinggi.

Page 62: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

49

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of Analysis of

The Association of Official Analytical of Chemist International 18th

Edition.

Maryland, USA: The Association of Official Analytical Chemist International.

[APCC] Asian and Pacific Coconut Community. 2003. APCC Standards for Virgin

Coconut Oil. http://www.apccsec.org/document/VCNO.PDF [21 Juni 2012].

[FDA] Food and Drugs Administration. 2012. Butylated Hydroxytoluena (BHT) and

Butylated hydroxyanisole (BHA). http://www.datasync.com/~rsf1/bht.htm [2 Juli

2012].

Anand P, Chellaram C, Kumaran S. 2010. Biochemical composition and antioxidant

activity of Pleuroploca trapesium meat. J. Chem. Pharm. Res. 2(4): 526-535

Andarwulan N, Kusnandar F, Herawati D. 2011. Analisis Pangan. Jakarta: Dian Rakyat.

Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008. Penentuan aktivitas antioksidan, kadar fenolat

total dan likopen pada buah tomat (Solanum Lycopersium L.). Jurnal Sains dan

Teknologi Farmasi 13(1):1-9.

Anderson TW, Darling DA. 1952. Asymptotic theory of certain goodness of fit, criteria

based on stochastic process. Annals of Mathematical Statistic 23: 193-212.

Artati EK, Fadhilah. 2007. Pengaruh kecepatan putar pengadukan dan suhu operasi pada

ekstraksi tanin dari jambu mete dengan menggunakan larutan aseton. Ekuilibrum.

6(2): 33-38.

Astawan M, Koswara S, Herdiani F. 2004. Pemanfaatan rumput laut (Eucheuma cottonii)

untuk meningkatkan kadar iodium dan serat pangan pada selai dan dodol. Jurnal

Teknologi dan Industri Pangan. 15(1):61-69.

Atta-au-rahman, MI Coudhary. 2001. Bioactive natural product a potential of

pharmacophorus. A Theory of Memory. Pure and Applied Chemistry. 73(2):555-

560.

Banerjee D, Chakrabarti S, Hazra AK, Banerjee S, Ray J, Mukherjee B. 2008. Antioxidant

activity and phenolics of some mangroves in Sudarbans. Journal of Biotechnologi.

7(3):805-810.

Belitz HD, Grosch W, Schieberle P. 2009. Food Chemistry. Ed rev ke-4. Berlin: Springer-

Verlag (Hal. 902-915).

Bernardi APM, Lopez-alarcon C, Aspee A, Rech S, Poser GLV, Bride R, Lissp E. 2007.

Antioxidant activity of flavonoids isolated from Hyperincum ternum. Journal of

Chilean Society 52 (4): 1326-1329.

Page 63: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

50

Bunyapraphatsara N, Srisukh V, Hutivoboonsuk A, Sornlek P, Thongbainoi W, Chuakat

W, Fong HHS, Pezzuto JM, Kosmeder J. 2002. Vegetables from the mangrove

areas. Thai Journal of Phytopharmacy 9(1):1-12.

Chen CYO, Blumberg JB. 2007. Phytochemical composition of nuts. Asia Pacific Journal

of Clinical Nutrition. 17(1): 329-332.

Cheng WM, Qiu F, Wu LJ, Yao XS. 2005. A New alkaloid ekstrak ethanol from

Sinomenium acutum. Journal Chinese Chemistry Letter. Vol. 16: 1481-1483.

Cholisoh Z, Utami W. 2008. Aktivitas penangkap radikal ekstrak ethanol 70% biji jengkol

(Archidendron jiringa). Jurnal Pharmacon 9(1):33-40.

Das T, Sa G, Chattopadhyay S, Saha B. 2008. Black tea: the future panacea for cancer. Al

Ameen Journal Medcine Sciences. 1(2): 70-83.

Duke NC. 2006. Rhizophora apiculata, R. mucronata, R. stylosa, R. x annamalai, R. x

lamarckii (Indo-West Pacifict stilt mangrove). www.traditionaltree.org [10 Mei

2012]

Gasior M, Fogarty RF, Richard BC, Director, Jeferey M, Head. 1999. Neurotive steroid:

potential theurapeutic use in neurological and psychiatric disorder. Cell Press.

20:107-112.

Giesen W, Stephen W, Max Z, Liesbeth S. 2006. Mangrove Guidbook for Southeast Asia.

Bangkok, Thailand: Food and Agriculture Organization of The United Nations

Regional Office for Asia and the Pacifik (Hal. 11-16; 29-36; 59-60).

Gordon MH. 1990. The mechanism of antioksidant action in vitro. Di dalam Hudson BJF,

editor. Food Antioxidant. 26(2):234-235

Goutara, Ciptadi W, Djatmiko B, Wahab TA. 1980. Mempelajari pembuatan minyak

kelapa dengan cara ekstraksi, serta pemakaian antoksidan pada kelapa santan

[Laporan penelitian]. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi.

Bogor: Departemen Teknologi Hasil Perairan, Institut Pertanian Bogor.

Green RJ. 2004. Antioxidant activity of peanut plant tissues. [Tesis]. Department of Food

Sciences, North Caroline State University, Raleigh (Hal. 22-25; 33-36).

Hanani E, Mun’im A, Sekarini R. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam spons

Callyspongia sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2(3):127-

133.

Harborne JB. 1984. Metode fitokimia. Padmawinata K, Soediro I. Bandung: ITB Press.

Terjemahan dari: Phytochemical method 2nd

. (Hal.69-73; 102-104; 147-149; 184-

187; 271-274)

Helmy. 2012. Analisis Jaringan Tanaman Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) dan

Pemanfaatannya Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol [skripsi]. Bogor:

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Page 64: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

51

Isawani S. 2007. Proses preparasi ekstrak kasar (crude extract) etanol dari makroalga untuk

uji farmakologi. Buletin Teknologi Rekayasa Akuakultur. 6(1): 57-60.

Kannan A, Hettiarachchy N, Narayan S. 2009. Colon and breast anti-cancer effects of

peptide hydrolysates derived from rice bran. The Open Bioactive Coumpounds

Journal 2:17-20.

Ketaren S.1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press (Hal.

39-45).

Kiessoun K, Souza A, Meda NTR, Coulibaly AY, Kiendrebeogo M, Meda AL, Lamidi M,

Rasolodimby JM, Nacoulma OG. 2010. Polyphenol contents, antioxidant and

antiinflamatory activities of six malvaceae species traditionally used to treat

hepatitis b in burkina faso. European Journal of Scientific Research 44(4):570-

580.

Kusmana C, Onrizal, Sudarmadji. 2003. Jenis-jenis Mangrove di Teluk Bintuni, Papua.

Bogor: Fakultas Kehutanan, IPB dan PT Bintuni Utama Murni Wood Industry

(Hal. 37-40).

Kusumo WA. 1997. Keragaman asam lemak beberapa ikan pelagis dan demersal yang

didaratkan di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat serta Muara Angke, Jakarta [skripsi].

Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Lahucky R, Nuernberg K, Kovac L, Bucko O, Nuenberg. 2010. Assesment of the

antioxidant potential of selected plant extract in vitro and in vivo experiments on

pork. Journal of Meat Science 85(2):779-7784,

doi.org/10.1016/j.meatsci.2010.04.004.

Lehninger AL.1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Thenawidjaja M, penerjemah. Jakarta:

Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry (Hal. 120-123; 145-149).

Liaw WJ, Shung TH, Jhi JW, Oliver YPH, Jih HL. 1998. Determination of morphine by

high-performance liquid chromatography with electrochemical detection:

aplication to human anad rabbit pharmacokinetic studies. Journal of

Chomatography. 714(2):273-245.

Mamoribo S, Arwan CYH, Yusuf A. 2003. Utilization of mangrove by the community in

rayory Kampong of South Supiori, Biak Numfor.Beccariana.5(1):43-51.

Markham KR. 1982. Cara mengidentifikasi flavonoid. Padmawinata K. Bandung: ITB

Press. Terjemahan dar: Techniques of flavonoid identification. (Hal. 1-39)

Molyneux P. 2004. The use of stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (dpph) for

estimating antioksidan activity. Songklanakarin Journal Sciences Technology

26(2):211-219.

Muchtadi D. 1989. Aspek Biokimia dan Gizi dalam Keamanan Pangan. Bogor: Pusat

Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor (Hal. 89-90).

Page 65: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

52

Murdiyanto B. 2003. Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumber

Daya Perikanan. Jakarta (Hal. 83-85)

Mustafa Z, Lawrence GS, Seweang A. 2000. Radikal bebas sebagai predictor

arterosklerosis pada tikus wistar diabetes mellitus. Cermin Dunia Kedokteran 127:

30-31.

Oladoja NA, YB Alliiu, AE Ofomaja, IE Unoabonah. 2010. Synchronous attenuation of

metal ions and colour in aqua stream using tannins-alum synergy.

Desalination.271(2):34-40, doi.org/10.1016/j.desal.2010.12.008.

Peter KLNg, Sivatoshi N. 2001. A Guide to Mangrove of Singapore. Rafflesh Museum of

Biodifersity Research, The National University of Singapore The Singapore

Centre. Singapore. (Hal. 4)

Preechaworapun A, Zong D, Yun X, Orawan C. 2008. Investigation of the enzym

hydrolisis product of the substrat of alkaline fosfatase in electrochemical

immunosensing. Talanta.76(2):424-431, .doi.org/10.1016/j.talanta.2008.03.025.

Quinn RJ. 1988. Chemistry of Aqueous Marine Extract Vol. 2. Verlag Berlin Heidelberg:

Springer

Rita A, Tania SU, Heri H, Albana AM, Rini R. 2009. Produksi antioksidan dari daun

simpur (Dillenia indica) menggunakan metode ekstraksi tekanan tinggi dengan

sirkulasi pelarut. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia; Bandung,

19-20 Oktober 2009. Bandung: Perhimpunan Teknik Kimia Indonesia. Hlm 1-8

Robinson,T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.Padmawinata K. Bandung: ITB

Press. Terjemahan dari: The Organic Constituents of Higher Plants, 6th

Edition

(Hal. 90-95).

Roswiem AP, Maria B, Eman K, Laksmi A, Mega S, Mansjur H. 2006. Biokimia Umum

Jilid 1. Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Institit Pertanian Bogor. (Hal. 84-92).

Salamah E, Ayuningrat E, Purwaningsih S. 2008. Penapisan awal komponen bioaktif dari

kijing taiwan (Anadonta woodiana Lea.) sebagai senyawa antioksidan. Buletin

Teknologi Hail Perikanan 11(2) : 229-132.

Salazar-aranda R, Perez-Lopez LA, Arroyo JL, Alanis Garza BA, de Torres NW. 2009.

Antimicrobial and antioxidant activities of plants from northeast of Mexico.

Journal of Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine 41(2):233-

236, doi:10.1093/ecam/nep127.

Sampaio GR, Bastos D, Soares R, Queiroz Y, Torres E. 2006. Fatty acid and cholesterol

oxidation in salted and dried shrimp. Food Chemical 96(2): 344-351.

Santoso J, Yoshie Y, Suzuzki T. 2004. Antioxidant Activity of Methanol Extract from

Indonesia Seaweeds in An Oil Emulsion Model. Journal Fish Science 70(3): 183-

188

Page 66: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

53

Sartini, Djide MN, Alam G. 2007. Ekstraksi komponen bioaktif dari limbah buah kakao

dan pengaruhnya terhadap aktivitas antioksidan dan antimikroba. Jurnal Farmasi

Indonesia 5(1):1-7.

Sastrohamidjojo H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press (Hal. 41-44)

Schaich KM.2005. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products 6Th

. New Jersey: John Wiley

& Sons, Inc.

Sen S, Chakraborty R, Sridahar C, Reddy YSR, De B. 2010. Free radical, antioxidant,

disease and phytomedicines: current status and future prospect. International

Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research.3(1):91-100

Siagian A. 2002. Bahan Tambahan Makanan. Medan: Universitas Sumatera Utara (Hal.

66-67).

Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung

(Hal. 55-69; 93-122; 131-133; 147-148)

Smith AH, Zoetendal E, Mackie RI. 2005. Bacterial mechanisms to overcome inhibitory

effect of dietary tanin. Microbial Ecology,50(2):197-205, DOI: 10.1007/s00248-

004-0180-x.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Ed

ke-3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Principle and

Procedure of Statistics (Hal. 553-556).

Suratmo. 2009. Potensi ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) sebagai antioksidan.

Jurnal Penelitian 205(1):1-5.

Tensiska, Marsetio, Yudiastuti SON. 2007. Pengaruh jenis pelarut terhadap aktivitas

antioksidan ekstrak kasar isoflavon dan ampas tahu [laporan penelitian]. Bandung:

Fakultas Teknologi Industri Pangan, Universitas Padjajaran.

Tiwari P, Kumar B, Kaur M, Kaur G, Kaur H. 2011. Phytochemical; screening and

extraction: a review. International Pharmaceutical Sciencia. 1(1):98-103.

Utari SPSD. 2012. Analisis Jaringan Tanaman Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) dan

Pemanfaatan Patinya Sebagai Edible Film dengan Penambahan Gliserol dan

Karagenan [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor.

Valko M, Dieter L, Jon M, Mark TD, Milan M, Joshua T. 2006. Free radical and

antioxidant in normal physiological fungtions and human desease. Journal of

Biochemistry and Cell Biology. 39(4):44-84, doi:10.1016/j.biocel.2006.07.001

Wang SY. 2006. Fruits with high antioxidant activity as fungtional foods. Di dalam: Shi J,

editor. Funtional Food Inggredient and Nutraceutical: Processing Technologies.

Boca Raton: CRC Press. (Hlm 373-374; 389-395).

Page 67: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

54

Wasmund N, Topp I, Schories D. 2006. Optimising the storage and estraction of

chlorophyll samples. Oceanologia 48(1):125-144.

Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-BRIO Press (Hal. 3-9; 14-18; 96-

97; 117-118; 165-166; 175-176)

Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius (Hal. 23-28;

45-50).

Yim HS, Chey FY, Zu YG, Ho SK, Ho CW. 2009. Phenolic profiles of selected edible

wild mushrooms as affected by extraction solvent, time and temperature. Asian

Journal of Food and Agro-Industry 2(3):392-401.

Zheng X, Liu B, Li L, Zhu X. 2011. Microwave-assited extraction and antioxidant activity

of total phenolic compounds from pomegranate peel. Journal of Medicine Plants

Research 5(6):1004-1011.

Page 68: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

55

LAMPIRAN

Page 69: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

56

Lampiran 1 Buah bakau utuh, kulit dan daging buah bakau

a) Tempat pengambilan sampel b) Buah bakau utuh

a) Tempat pengambilan sampel b) Buah bakau utuh

c) Kulit buah bakau d) Daging buah bakau

c) Kulit buah bakau d) Daging buah bakau

e) Buah bakau yang telah dihaluskan

Page 70: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

57

Lampiran 2 Morfometrik buah bakau

NO PANJANG (cm) LEBAR (cm) BOBOT (gram)

1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 37,50 37,40 37,40 1,20 1,00 1,00 42,69 42,69 42,69

2 40,00 40,50 40,50 1,00 1,10 1,00 52,38 52,38 52,38

3 41,00 42,00 42,00 1,10 1,00 0,90 40,28 40,28 40,28

4 32,00 32,20 32,10 1,20 1,20 1,10 51,76 51,76 51,75

5 33,50 33,30 33,10 1,20 1,30 1,30 40,14 40,14 40,30

6 43,00 44,00 43,00 0,80 0,90 1,00 32,51 32,51 32,51

7 38,50 38,50 39,00 1,00 1,00 1,00 36,99 39,98 36,98

8 39,00 39,80 39,90 1,00 1,00 1,50 45,90 45,91 45,90

9 41,00 41,40 41,30 1,00 1,00 1,10 36,51 36,51 36,51

10 37,70 38,00 38,10 0,90 0,90 0,90 31,07 31,07 31,06

11 38,50 38,60 38,40 1,00 1,00 1,00 27,11 27,11 27,10

12 34,30 34,50 34,50 0,80 0,80 0,80 56,45 56,46 56,45

13 31,50 31,40 31,50 1,25 1,20 1,20 47,92 47,92 47,91

14 33,70 33,50 33,50 1,20 1,20 1,30 39,71 39,71 39,71

15 36,10 36,10 36,20 1,30 1,35 1,30 48,32 48,32 48,32

16 32,80 32,80 33,20 1,25 1,30 1,20 45,62 45,61 45,62

17 31,00 31,20 31,40 1,20 1,25 1,20 30,96 30,96 30,96

18 28,00 27,70 27,80 1,40 1,35 1,40 47,23 47,22 47,23

19 42,30 42,40 42,30 1,60 1,50 1,60 54,29 54,29 54,29

20 39,50 40,00 40,20 1,50 1,50 1,60 49,41 49,41 49,41

21 44,80 44,70 44,90 1,40 1,40 1,50 62,58 62,59 62,59

22 38,30 38,40 38,20 1,50 1,50 1,60 43,19 43,19 43,19

23 40,50 40,30 40,60 1,00 1,05 1,00 54,78 54,79 54,79

24 43,30 43,30 43,70 1,20 1,35 1,30 40,04 40,04 40,05

25 42,00 42,20 42,20 1,35 1,35 1,30 44,55 44,55 44,55

26 40,70 40,70 40,50 1,30 1,30 1,25 55,56 55,56 55,55

27 35,20 35,20 35,30 1,20 1,15 1,15 57,70 57,70 57,69

28 37,00 37,20 37,50 1,20 1,10 1,10 43,72 43,72 43,72

29 32,70 32,80 32,70 1,30 1,30 1,25 39,40 39,40 39,41

30 42,20 42,50 42,10 1,00 1,00 0,90 47,42 47,42 47,42

Rata-

Rata 37,59 37,75 37,77 1,18 1,18 1,19 44,87 44,97 44,88

Total

Rata-

rata

37,70 1,18 44,90

SD 0,10 0,01 0,05

Page 71: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

58

Lampiran 3 Perhitungan rendemen buah bakau

a. Ulangan 1

Total sampel :387,24 gram

Kulit :203,95 gram

Daging buah :183,29 gram

Rendemen : 183,29 𝑔𝑟𝑎𝑚

387,24 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 47,33%

b. Ulangan 2

Total sampel :3349,51 gram

Kulit :1924,36 gram

Daging buah :1425,15 gram

Rendemen : 1425,15 𝑔𝑟𝑎𝑚

3349,51 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 42,55%

Rata-rata rendemen ulangan 1 dan ulangan 2 : 47,33%+42,55%

2 = 𝟒𝟒, 𝟗𝟒%

Lampiran 4 Perhitungan analisis proksimat buah bakau

a. Kadar air

Ulangan 1

% Kadar air 1 : 25,56+5,01 −27,63)

5,01𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 58,68%

% Kadar air 2 : (23,69+5,03)−25,79)

5,03 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 58,25%

% Kadar air rata-rata : 58,68%+58,25%

2 = 58,46%

Ulangan 2

% Kadar air 1 : 25,09+5,02 −27,16)

5,02𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 58,76%

% Kadar air 2 : 26,18+5,02 −28,26)

5,02 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 58,56%

% Kadar air rata-rata : 58,56%+58,76%

2 = 58,66%

Rata-rata kadar air ulangan 1 dan ulangan 2 : 58,46%+58,66%

2 = 𝟓𝟖,𝟓𝟔%

b. Kadar lemak

% Kadar lemak U1 : 0,03 𝑔𝑟𝑎𝑚

5,02 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 0,59%

% Kadar lemak U2 : 0,04 𝑔𝑟𝑎𝑚

5,02 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 0,79%

% Kadar lemak rata-rata : 0,59%+0,79%

2 = 𝟎, 𝟕𝟎%

Page 72: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

59

c. Kadar protein

Factor pengenceran : 10

% Kadar protein U1 : 0,35−0 𝑥0,10 𝑁𝑥14𝑥10𝑥6,25

1120 𝑚𝑔 𝑥 100% = 2,73%

% Kadar protein U2 : 0,20−0 𝑥0,14 𝑁𝑥14𝑥10𝑥6,25

1050 𝑚𝑔 𝑥 100% = 2,33%

% Kadar protein rata-rata: 2,73%+2,33%

2 = 𝟐, 𝟓𝟑%

d. Kadar abu

Ulangan 1

% Kadar abu 1 : 40,27−40,21

5,01𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 1,19%

% Kadar abu 2 : (24,05−23,99)

5,00 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 1,20%

% Kadar abu rata-rata : 1,19%+1,20%

2 = 1,19%

Ulangan 2

% Kadar abu 1 : 26,82−26,76

5,01𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 1,19%

% Kadar abu 2 : (27,45−27,38)

5,00 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 1,40%

% Kadar abu rata-rata : 1,19%+1,40%

2 = 1,29%

Rata-rata kadar abu ulangan 1 dan ulangan 2 : 1,19%+1,29%

2 = 𝟏, 𝟐𝟓%

e. Kadar karbohidrat (by difference)

% Kadar karbohidrat : 100% - (58,56+0,70+2,53+1,25)% = 36,96%

Page 73: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

60

Lampiran 5 Perhitungan rendemen ekstrak kasar buah bakau

a. Ulangan 1

N-Heksana U1 : 0,04 𝑔𝑟𝑎𝑚

50 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 0,08%

Etil Asetat U1 : 0,08 𝑔𝑟𝑎𝑚

50 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 0,16 %

Methanol U1 : 5,28 𝑔𝑟𝑎𝑚

50 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 10,56 %

b. Ulangan 2

N-Heksana U2 : 0,02𝑔𝑟𝑎𝑚

50 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 0,04 %

Etil Asetat U2 : 0,21 𝑔𝑟𝑎𝑚

50 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 0,42 %

Methanol U2 : 8,34𝑔𝑟𝑎𝑚

50 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 16,68 %

c. Ulangan 3

N-Heksana U3 : 0,12𝑔𝑟𝑎𝑚

50 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 0,24 %

Etil Asetat U3 : 0,08 𝑔𝑟𝑎𝑚

50 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 0,16 %

Methanol U3 : 2,81 𝑔𝑟𝑎𝑚

50 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 5,62 %

Rata-rata N-Heksana U1,U2 dan U3 : 𝟎,𝟎𝟖%+𝟎,𝟎𝟒%+𝟎,𝟐𝟒%

𝟑 = 𝟎, 𝟏𝟐%

Rata-rata Ethil Asetat U1,U2 dan U3 : 𝟎,𝟏𝟔%+𝟎,𝟒𝟐%+𝟎,𝟏𝟔%

𝟑 = 𝟎, 𝟐𝟓%

Rata-rata Methanol U1,U2 dan U3 : 𝟏𝟎,𝟓𝟔%+𝟏𝟔,𝟔𝟖%+𝟓,𝟔𝟐%

𝟑 = 𝟏𝟎, 𝟗𝟓%

Page 74: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

61

Lampiran 6 Perhitungan pembuatan larutan stok dan pengencerannya

a. DPPH 125 µM sebanyak 50 ml (Mr: 394,32 g/mol)

Konsentrasi : massa DPPH

Mr x

1000

ml Volume

125 x 10-6

M : massa DPPH

394,32 x

1000

50 ml

Massa : 2464,5 x 10-6

gram

DPPH sebayak 2464,5 x 10-6

gram dilarutkan dalam etanol p.a. hingga 50 ml.

b. Standar Ascorbat acid (Vitamin C) 100 ppm sebanyak 100 µl

Vitamin C 10 ppm : V1 x M1 = V2 x M2

: 100 ppm.x = 10 ppm.100µl

: 10 µl

10 µl Vitamin C 100 ppm ditambah ethanol p.a. hingga 100 µl

Vitamin C 8 ppm : V1 x M1 = V2 x M2

: 100 ppm.x = 8 ppm.100µl

: 8 µl

8 µl Vitamin C 100 ppm ditambah ethanol p.a. hingga 100 µl

Vitamin C 6 ppm : V1 x M1 = V2 x M2

: 100 ppm.x = 6 ppm.100µl

: 6 µl

6 µl Vitamin C 100 ppm ditambah ethanol p.a. hingga 100 µl

Vitamin C 4 ppm : V1 x M1 = V2 x M2

: 100 ppm.x = 4 ppm.100µl

: 4 µl

4 µl Vitamin C 100 ppm ditambah ethanol p.a. hingga 100 µl

Vitamin C 2 ppm : V1 x M1 = V2 x M2

: 100 ppm.x = 2 ppm.100 µl

:2 µl

2 µl Vitamin C 100 ppm ditambah ethanol p.a. hingga 100 µl

c. Larutan stok ekstrak buah bakau 1000 ppm sebanyak 50 ml

Sebelumnya, sampel dilarutkan kedalam DMSO (Dimetil Sulfoxide)

Page 75: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

62

1. N-Heksana : 0,016 gram

1,67 ml x

1000 ml

1 L x

1000 mg

1 gram= 10000 ppm

2. Ethil Asetat : 0,005 gram

1 ml x

1000 ml

1 L x

1000 mg

1 gram= 5000 ppm

3. Methanol : 0,018 gram

1,85 ml x

1000 ml

1 L x

1000 mg

1 gram= 10000 ppm

Perhitungan pengenceran untuk pelarut N-Heksana dan Methanol

Stok ekstrak 1000 ppm : 10000 ppm.x = 1000 ppm.200 µl

: 20 µl sampel dilarutkan kedalam 200 µl ethanol

p.a.

500 ppm : 1000 ppm.100 µl = 200 µl.x

: 100000

200

: 500 ppm

250 ppm : 500 ppm.100 µl = 200 µl.x

: 50000

200

: 250 ppm

125 ppm : 250 ppm.100 µl = 200 µl.x

: 25000

200

: 250 ppm

61,25 ppm : 125 ppm.100 µl = 200 µl.x

: 12500

200

: 61,25 ppm

31,25 ppm : 61,25 ppm.100 µl = 200 µl.x

: 6125

200

: 31,25 ppm

15,625 ppm : 31,25 ppm.100 µl = 200 µl.x

: 3125

200

: 15,62 ppm

Perhitungan pengenceran untuk pelarut Ethil Asetat

Stok ekstrak 1000 ppm : 5000 ppm.x = 1000 ppm.200 µl

: 40 µl sampel dilarutkan kedalam 200 µl ethanol

p.a.

500 ppm : 1000 ppm.100 µl = 200 µl.x

: 100000

200

: 500 ppm

250 ppm : 500 ppm.100 µl = 200 µl.x

Page 76: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

63

: 50000

200

: 250 ppm

125 ppm : 250 ppm.100 µl = 200 µl.x

: 25000

200

: 250 ppm

61,25 ppm : 125 ppm.100 µl = 200 µl.x

: 12500

200

: 61,25 ppm

31,25 ppm : 61,25 ppm.100 µl = 200 µl.x

: 6250

200

: 31,25 ppm

15,625 ppm : 31,25 ppm.100 µl = 200 µl.x

: 31,25

200

: 15,62 ppm

Lampiran 7 Perhitungan (%) ihibisi dan IC50 ekstrak kasar buah bakau

y = 0,456x + 23,27

R² = 0,982

y = 0,201x + 25,84

R² = 0,911

y = 0,093x + 17

R² = 0,821

0

50

100

150

200

250

0 100 200 300 400 500 600

%in

hib

isi

konsentrasi (ppm)

metanol

etil asetat

n-heksana

Page 77: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

64

Ekstrak kasar methanol

absorbans %inhibisi Rata-rata

%inhibisi

500 0,07 0,07 0,07 84,78 84,76 85,18 84,91

250 0,07 0,08 0,08 84,13 83,69 84,34 84,05

125 0,14 0,15 0,15 68,91 68,24 67,85 68,33

62,5 0,26 0,27 0,28 43,26 42,92 41,13 42,44

31,25 0,37 0,35 0,36 20,65 25,97 25,68 24,10

15,625 0,41 0,40 0,43 10,00 13,30 11,27 11,53

Blanko 0,46 0,47 0,48

% inhibisi : (Abs Blanko-Abs Sampel)/Abs Blanko x 100%

: (0,46−0,07)

0,46 𝑥 100% = 𝟖𝟒, 𝟕𝟖%

Didapatkan persamaan y : 0,456x+23,27

IC50 : nilai x pada persamaan dengan mengganti nilai y sebesar 50

50 : 0,456x+23,27

x : (50−23,27)

0,456

x : 58,61 ppm

Ekstrak kasar etil asetat

absorbans %inhibisi Rata-rata

%inhibisi

500 0,08 0,08 0,08 82,13 82,63 82,19 82,32

250 0,16 0,15 0,14 65,36 68,22 69,31 67,63

125 0,27 0,26 0,25 41,39 45,76 45,49 44,22

62,5 0,35 0,35 0,34 24,40 26,91 26,61 25,97

31,25 0,40 0,39 0,39 13,94 16,95 16,09 15,66

15,625 0,44 0,44 0,43 4,79 7,63 8,80 7,07

Blanko 0,46 0,47 0,47

% inhibisi : ((Abs Blanko-Abs Sampel)/Abs Blanko) x 100%

: (0,46−0,08)

0,46 𝑥 100% = 𝟖𝟐, 𝟏𝟑%

Page 78: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

65

Didapatkan persamaan y : 0,201x+25,84

IC50 : nilai x pada persamaan dengan mengganti nilai y sebesar 50

50 : 0,201x+25,84

x : (50−25,84)

0,201

x : 120,19 ppm

Ekstrak kasar n-heksana

absorbans %inhibisi Rata-rata

%inhibisi

500 0,45 0,46 0,46 3,04 5,58 5,18 4,60

250 0,47 0,47 0,48 -1,52 3,72 1,45 1,22

125 0,45 0,44 0,48 2,39 9,30 0,21 3,97

62,5 0,45 0,47 0,49 2,61 3,10 -0,83 1,63

31,25 0,47 0,47 0,49 -1,09 3,10 -1,04 0,33

15,625 0,48 0,47 0,48 -4,78 2,48 -0,21 -0,84

Blanko 0,46 0,48 0,48

% inhibisi : ((Abs Blanko-Abs Sampel)/Abs Blanko) x 100%

: (0,46−0,45)

0,46 𝑥 100% = 3,04%

Didapatkan persamaan y : 0,093x + 17

IC50 : nilai x pada persamaan dengan mengganti nilai y sebesar 50

50 : 0,093x + 17

x : (50−17)

0,093

x : 354,83 ppm

Page 79: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

66

Lampiran 8 Perhitungan (%) persen inhibisi dan IC50 Vitamin C

vit c % inhibisi rata2

inhibisi

10 0,07 0,07 0,07 85,93 85,74 85,65 85,78

8 0,13 0,12 0,13 72,51 74,63 72,59 73,24

6 0,21 0,21 0,21 53,90 55,35 55,03 54,76

4 0,29 0,30 0,32 38,31 36,90 31,91 35,70

2 0,40 0,38 0,37 14,50 19,71 20,34 18,18

Blanko 0,46 0,48 0,47

% inhibisi : ((Abs Blanko-Abs Sampel)/Abs Blanko) x 100%

: (0,46−0,07)

0,46 𝑥 100% = 85,93%

Didapatkan persamaan y : 8,636+1,716

IC50 : nilai x pada persamaan dengan mengganti nilai y sebesar 50

50 : 8,636+1,716

x : (50−1,716)

8,636

x 5,59 ppm

y = 8,636x + 1,716

R² = 0,995

0

20

40

60

80

100

0 2 4 6 8 10

%in

hib

isi

konsentrasi (ppm)

asam askorbat

Page 80: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

67

Lampiran 9 Perhitungan bilangan peroksida

konsentrasi ulangan

berat

sampel

(g)

Vol.

Tio

(ml)

Bil

peroksida rata-rata

blanko 0

0

1 5,00 3,60 7,20

6,86 2 5,01 3,20 6,38

3 5,00 3,50 7,00

15.62

1 5,00 1,40 2,80

4,32 2 5,00 2,10 4,20

3 5,02 3,00 5.97

31.25

1 5,00 1,20 2,40

3,00 2 5,00 1,70 3,40

3 5,00 1,60 3,20

61.25

1 5,02 0,90 1,79

2,26 2 5,00 1,40 2,80

3 5,01 1,10 2,19

125

1 5,01 0,70 1,39

1,73 2 5,00 0,90 1,80

3 5,00 1,00 2,00

250

1 5,02 0,50 0,99

1,19 2 5,00 0,70 1,40

3 5,00 0,60 1,20

500

1 5,00 0,20 0,40

0,79 2 5,01 0,60 1,19

3 5,00 0,40 0,80

1000

1 5,00 0,10 0,20

0,53 2 5,02 0,50 0,99

3 5,01 0,20 0,39

Contoh perhitungan

Konst ekstrak : 0 ppm

Ulangan : 1

Bil Peroksida : 3,6−0 ml x 0,01 N x 1000)

5,00

:7,20 Meq/kg Bahan

Page 81: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

68

Lampiran 10 Analisis ragam aktivitas antioksidan

1. Grafik uji kenormalan Anderson-Darling

Hipotesis:

H0 = Galat menyebar normal

H1 = Galat tidak menyebar normal

Keterangan: Pvalue > 0,05 maka galat data menyebar normal

2. Grafik uji kehomogenan

Keterangan: Pvalue > 0,05 maka galat data menyebar normal

Antioksidan

Page 82: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

69

3. Tabel ANOVA aktivitas antioksidan

Sumber

keragaman

Jumlah

kuadrat

Db

(Derajat

bebas)

Kuadrat

tengah Fhitung Signifikasi

Perlakuan 3.381 2 1.690 20.17

7 .002

Error .503 6 .084

Total 5.279 9

Keterangan: Jenis pelarut mempengaruhi nilai aktivitas antioksidan bila nilai

signifikasi < 0,05

4. Tabel uji lanjut Duncan aktivitas antioksidan

perlakuan N α = 0,05

1 2 3

1 3 .315090

2 3 .316107

3 3 1.180207E0

Signifikasi 1.000 1.000 1.000

Lampiran 11 Analisis ragam bilangan peroksida

1. Grafik uji kenormalan Anderson-Darling

Hipotesis:

H0 = Galat menyebar normal

H1 = Galat tidak menyebar normal

Keterangan: Pvalue > 0,05 maka galat data menyebar normal

Bilangan peroksida

Page 83: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

70

2. Grafik uji kehomogenan

Keterangan: Pvalue > 0,05 maka galat data menyebar normal

3. Tabel ANOVA bilangan peroksida

Sumber

keragaman

Db

(Derajat

bebas)

Jumlah

kuadrat

Kuadrat

tengah Fhitung Signifikasi

Perlakuan 7 94,964 13,566 29,208 0,000

Galat 16 7,431 0,464

Total 24 263,275

Keterangan: Konsentrasi pelarut methanol mempengaruhi nilai bilangan

peroksida bila nilai signifikasi < 0,05

4. Tabel uji lanjut Duncan bilangan peroksida

Perlakuan N α = 0,05

1 2 3 4 5

8 3 0,5317

7 3 0,7992

6 3 1,1986 1,1986

5 3 1,7324 1,7324

4 3 2,2628 2,2628

3 3 3,0000

2 3 4,3253

1 3 6,8624

Signifikasi 0,063 0,088 0,204 1,000 1,000

Page 84: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF PADA …antioksidan ekstrak kasar buah bakau menggunakan uji DPPH dan mengaplikasikan antioksidan dengan aktivitas terbaik pada emulsi minyak

71

Lampiran 12 Gambar-gambar selama penelitian

Gambar 1 ekstraksi sampel Gambar 2 hasil evaporasi sampel

Gambar 3 uji fitokimia Alkaloid Gambar 4 uji fitokimia steroid

Gambar 5 uji fitokimia flavonoid Gambar 6 uji fitokimia fenol

hidroquinon

Gambar 7 uji fitokimia tanin Gambar 8 emulsi minyak