Top Banner
ISSN: 1412-8926 90 Aktivitas antibakteri ekstrak terstandar akar sidaguri (S.rhombifolia) terhadap E. faecalis dan Actinomyces spp. Antibacterial activity of standardized extract of sidaguri root (S.rhombifolia) against E. faecalis and Actinomyces spp. 1 Maria Tanumihardja, 2 Darmayana, 1 Nurhayati Natsir, 1 Indrya K. Mattulada 1 Bagian Konservasi 2 Mahasiswa tahapan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia ABSTRACT According to 2009 Indonesian Health Profile Data, pulp and periapical diseases were 8 th of the 10 outpatients at hospital. This situation tends to increase become the big of 7. Pulp and periapical diseasesoccur due to bacterial infection in the pulp tissue. The bacteria are often found in the root canal, namely E. faecalis, and Actinomyces spp. Various herbs commonly used by people to treat dental diseases, i.e. root sidaguri. However, sidaguri plants have not been studied in the field of dentistry asan antibacterial. This study aimed to determine the effects of root sidaguri against E. faecalis and Actinomyces spp. Inhibition test of ethanol extract of the roots sidaguri against E. faecalis and Actinomyces spp.using agar diffusion method at concentrations of 5%, 10%, 15%, and 20% based on the measurement of inhibition zone by each concentration. The greatest inhibition against E. faecalis was performed by concentration of 20% (p<0.05), while no inhibition zone was found on Actinomyces spp. It was concluded that the ethanol extract of the sidaguri roots was the most effective against E. faecalis at concentration of 20%, but not effective at all against Actinomyces spp. Keywords: sidaguri root, Enterococcus faecalis, Actinomyces spp, minimum inhibitory concentration ABSTRAK Menurut Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2009, penyakit pulpa dan periapikal berada pada urutan ke-8 dari 10 besar pasien rawat jalan di rumah sakit. Keadaan ini terus meningkat, danpada data tahun 2010 penyakit pulpa dan periapikal naik ke urutan 7. Penyakit pulpa dan periapikal terjadi karena infeksi bakteri pada jaringan pulpa. Bakteri yang sering ditemukan pada saluran akar, yaitu E.faecalis, dan Actinomyces spp. Berbagai tumbuhan biasa digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit gigi, salah satunya adalah akar sidaguri. Akan tetapi, tanaman sidaguri belum banyak diteliti dalam bidang kedokteran gigi sebagai antibakteri. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui efek akar sidaguri terhadap E.faecalis, dan Actinomyces spp. Uji daya hambat ekstrak etanol akar sidaguri terhadap E.faecalis dan Actinomyces spp menggunakan metode difusi agar pada konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20% didasarkan pada pengukuran zona hambat yang ditimbulkan oleh masing-masing konsentrasi ekstrak. Daya hambat yang paling besar terhadap bakteri E. faecalis didapatkan pada konsentrasi 20% (p<0,05) sedangkan pada Actinomyces spp tidak didapatkan zone hambat sama sekali. Disimpulkan bahwa ekstrak etanol akar sidaguri paling efektif terhadap E.faecalis pada konsentrasi 20%, akan tetapi sama sekali tidak efektif terhadap Actinomyces spp. Kata kunci: akar sidaguri, Enterococcus faecalis, Actinomyces spp, konsentrasi hambat minimal Koresponden: Maria Tanumihardja, E-mail: [email protected] PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir perhatian Pemerintah Indonesia terhadappemanfaatanobat herbaldi bidang kesehatan terus meningkat. Hal tersebut sejalan dengan keputusan World Health Organization (WHO), yang telah memasukkan obat herbal dalam traditional medicine, serta membagi pelayanan kesehatan menjadi modern medicine dan traditional medicine. Pengobatan herbal mulai diaplikasikan sebagai pelayanan kesehatan dasar di Indonesia sejak tahun 2009. 1 Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah, yaitu 30.000 spesies dari 40.000 jenis flora yang ada di dunia terdapat di Indonesia,dan 940 diantaranya diketahui berkhasiat sebagai obat. Untuk meningkatkan pemberdayaan obat tradisional,Pemerintah menetapkan Saintifikasi Jamu dalam usaha Peningkatan Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan. Disamping itu pemerintah mengarahkan rencana pengembangan pengobatan tradisionaldemi wisatakesehatanatau health tourism yangdapat dimanfaatkanuntukkesehatanmanusia. 1,2 Berbagai jenis tanaman telah dimanfaatkan masyarakat dalam bidang kesehatan, seperti jahe (Zingiber officinale Rosc) digunakan untuk tolak angin, alang-alang (Imperata cylindrical L. Beauv
5

Aktivitas antibakteri ekstrak terstandar akar sidaguri (S ...

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Aktivitas antibakteri ekstrak terstandar akar sidaguri (S ...

Dentofasial, Vol.12, No.2,Juni 2013:90-94

ISSN: 1412-8926

90

Aktivitas antibakteri ekstrak terstandar akar sidaguri (S.rhombifolia) terhadap E. faecalis dan Actinomyces spp.Antibacterial activity of standardized extract of sidaguri root (S.rhombifolia) againstE. faecalis and Actinomyces spp.

1Maria Tanumihardja, 2Darmayana, 1Nurhayati Natsir, 1Indrya K. Mattulada1Bagian Konservasi2Mahasiswa tahapan profesiFakultas Kedokteran Gigi Universitas HasanuddinMakassar, Indonesia

ABSTRACTAccording to 2009 Indonesian Health Profile Data, pulp and periapical diseases were 8th of the 10 outpatients at hospital. This situation tends to increase become the big of 7. Pulp and periapical diseases occur due to bacterial infection in the pulp tissue. The bacteria are often found in the root canal, namely E. faecalis, and Actinomyces spp. Various herbs commonly used by people to treat dental diseases, i.e. root sidaguri. However, sidaguri plants have not been studied in the field of dentistry as an antibacterial. This study aimed to determine the effects of root sidaguri against E. faecalis and Actinomyces spp. Inhibition test of ethanol extract of the roots sidaguri against E. faecalis and Actinomyces spp. using agar diffusion method at concentrations of 5%, 10%, 15%, and 20% based on the measurement of inhibition zone by each concentration. The greatest inhibition against E. faecalis was performed by concentration of 20% (p<0.05), while no inhibition zone was found on Actinomyces spp. It was concluded that the ethanol extract of the sidaguri roots was the most effective against E. faecalis at concentration of 20%, but not effective at all against Actinomyces spp.Keywords: sidaguri root, Enterococcus faecalis, Actinomyces spp, minimum inhibitory concentration

ABSTRAKMenurut Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2009, penyakit pulpa dan periapikal berada pada urutan ke-8 dari 10 besar pasien rawat jalan di rumah sakit. Keadaan ini terus meningkat, dan pada data tahun 2010 penyakit pulpa dan periapikal naik ke urutan 7. Penyakit pulpa dan periapikal terjadi karena infeksi bakteri pada jaringan pulpa. Bakteri yang sering ditemukan pada saluran akar, yaitu E.faecalis, dan Actinomyces spp. Berbagai tumbuhan biasa digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit gigi, salah satunya adalah akar sidaguri. Akan tetapi, tanaman sidaguri belum banyak diteliti dalam bidang kedokteran gigi sebagai antibakteri. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui efek akar sidaguri terhadap E.faecalis, dan Actinomyces spp. Uji daya hambat ekstrak etanol akar sidaguri terhadap E.faecalis dan Actinomyces spp menggunakan metode difusi agar pada konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20% didasarkan pada pengukuran zona hambat yang ditimbulkan oleh masing-masing konsentrasi ekstrak. Daya hambat yang paling besar terhadap bakteri E. faecalis didapatkan pada konsentrasi 20% (p<0,05) sedangkan pada Actinomyces spp tidak didapatkan zone hambat sama sekali. Disimpulkan bahwa ekstrak etanol akar sidaguri paling efektif terhadap E.faecalis pada konsentrasi 20%, akan tetapi sama sekali tidak efektif terhadap Actinomyces spp.Kata kunci: akar sidaguri, Enterococcus faecalis, Actinomyces spp, konsentrasi hambat minimal

Koresponden: Maria Tanumihardja, E-mail: [email protected]

PENDAHULUANBeberapa tahun terakhir perhatian Pemerintah

Indonesia terhadappemanfaatanobatherbaldibidangkesehatan terus meningkat. Hal tersebut sejalan dengan keputusan World Health Organization(WHO), yang telah memasukkan obat herbal dalam traditional medicine, serta membagi pelayanan kesehatan menjadi modern medicine dan traditional medicine. Pengobatan herbal mulai diaplikasikan sebagai pelayanan kesehatan dasar di Indonesiasejak tahun 2009.1

Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah, yaitu 30.000 spesies dari

40.000 jenis flora yang ada di dunia terdapat di Indonesia,dan 940 diantaranya diketahui berkhasiat sebagai obat. Untuk meningkatkan pemberdayaan obat tradisional,Pemerintah menetapkan Saintifikasi Jamu dalam usaha Peningkatan Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan. Disamping itu pemerintah mengarahkan rencana pengembangan pengobatan tradisionaldemiwisatakesehatanatau health tourismyangdapatdimanfaatkanuntukkesehatanmanusia.1,2

Berbagai jenis tanaman telah dimanfaatkanmasyarakat dalam bidang kesehatan, seperti jahe (Zingiber officinale Rosc) digunakan untuk tolak angin, alang-alang (Imperata cylindrical L. Beauv

Page 2: Aktivitas antibakteri ekstrak terstandar akar sidaguri (S ...

Maria Tanumihardja, dkk: Aktivitas antibakteri ekstrak akar sidaguri terhadap E. faecalis & Actinomyces spp.

ISSN:1412-8926

91

untuk mengatasi nefritis kronis, mengurangi edema dan menurunkan tekanan darah, bawang putih (Allium sativum, Linn.) untuk mengobati hipertensi, asma,batuk,masukangin,dansakit kepala,mengkudu (Morinda citrifolia, Linn) untuk mengobati demam, hipertensi, sakit kuning, dan influenza.3

Dalam bidang kedokteran gigi tumbuhan yang biasa digunakan, antara lain daun sirih dan siwak sebagai antiplak, mengkudu, jahe dan sereh sebagai anti-inflamasi, cengkeh, jahe dan sambiloto sebagai analgetik, dan bawang putih, mimba dan kunyit sebagai antibakteri. Selain tumbuhan yang telah disebutkan, beberapa tumbuhan lain juga biasa digunakan masyarakat untuk mengobati sakit gigi,yaitu tumbuhan jarak, gambir, dan sidaguri.4 Dalam bidang kedokteran gigi, manfaat tumbuhan sidaguri masih belum banyak diketahui, baik sebagai anti-inflamasi, antibakteri, maupun analgetik.

Sidaguri termasuk dalam genus Sida famili Malvaceae, memiliki beberapa spesies antara lain Sida acuta, Sida rhombifolia, Sida retusa dan Sida subcordata5. Sida rhombifolia L merupakan jenis sidaguri yang mudah ditemukan sehingga telahbanyak diteliti. Seluruh bagian tumbuhan sidaguri memiliki efek. Secara in vitro Sida rhombifoliaterbukti memiliki efek analgetik dan anti-inflamasi.Herba sidaguri telah dikemas dan dipasarkan untukdigunakan sebagai obat penurun asam urat. Bunga sidaguri dapat digunakan sebagai obat luar pada gigitan serangga. Daun sidaguri memiliki aktivitas antibakteri yang cukup baik terhadap bakteri gram positif seperti S.aureus, S.epidermidis dan bakteri gram negatif P.aeruginosa dan Escherichia coli, sehingga dapat dimanfaakan sebagai obat cacing, bisul,kurapdangatal-gatal.5Akarsidaguri digunakan untuk mengobati rematik, asma, influenza, sakit gigi dan mengurangi rasa nyeri pada pembengkakan akibat sakit gigi. Tumbuhan ini digunakan dengan caramenggigitkannyapada bagian gigi yang sakit,3,5

atau berkumur dengan air rebusan akar sidaguri.Sakit gigi sering timbul akibat dari penyakit

pulpa dan periapikal. Penyakit pulpa dan periapikalterjadi karena adanya iritasi pada pulpa, terutama karies.Berbagaipenelitian telahmembuktikanbahwa penyakit pulpa dan periapikal disebabkan oleh bakteri; bakteri yang sering ditemukan pada saluran akar yaitu Fusobacterium nucleatum, Acinetobacter calcoaceticus, Proteus vulgaris, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, E. faecalis, Actinomyces spp dan Peptostreptococcus sp.6 E.faecalis merupakan flora normal komensal pada saluran cerna dan rongga mulut, akan tetapi, dapat menjadi mikroorganisme patogen penyebab infeksi pada luka, bakteremia,

endokarditis, meningitis.7 Sedang Actinomyces sppmerupakan bakteri yang sulit dieliminasi karena memiliki kemampuan membentuk koagregat yang tidak dapat difagosit.8

Penyakit pulpa dan periapikal menurut Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2009, berada pada urutan kedelapan dari 10 besar penyakit yang diderita pasien rawat jalan di rumah sakit.9 Keadaanini meningkat, dan pada tahun 2010 penyakit pulpa dan periapikal menjadi urutan ketujuh dari10 besar pasien rawat jalan di rumah sakit.10

Tingginya angka penderita penyakit pulpa dan periodontitis mendorong penemuan berbagai bahan aktif yang dapat mencegah atau mengobati penyakit tersebut, terutama pengobatan infeksi dan inflamasi yang terjadi. Beberpa jenis bakteri telah dikaitkan dengan kegagalan perawatan saluran akar gigi, antara lain E. faecalis dan Actinomyces spp, dan resisten terhadap antibiotik yang telah beredar di pasaran. Penggunaan antibiotik yang berlebih dan tidak terkontrol menyebabkan bakteri ini bermutasi menjadi lebih resisten terhadap antibiotik yang telah ada, sehingga mempersulit penanganan penyakit tersebut.Salah satu alternatif pengobatan antibakteri adalah penggunaan herbal,karena selain aman untuk dikomsumsi, juga lebih mudah didapatkan terutama di daerah pedesaan.

Berdasarkan pada latar belakang di atas, perlu diketahui apakah akar sidaguri (S.rhombifolia) memiliki efek antibakteri pada bakteri E. faecalis, Actinomyces spp sehingga dapat dimanfaatkan lebih luas dalam bidang kedokteran gigi.

BAHAN DAN METODEIdentifikasi sampel dan pembuatan ekstrak

Penelitian jenis eksperimental laboratorium ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin dan Balai Besar Laboratorium Departemen Kesehatan Masyarakat Makassar.Tanaman sidaguri (S.rhombifolia) diambil dari Kecamatan Ceppaga Kabupaten Bone, dengan cara dicangkul, kemudian ditetapkan identitasnya dengan menggunakan herbarium di LIPI Bogor.Simplisia tersebut selanjutnya dicuci. Akar sidaguri sebanyak 500 gr dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 40-50°C sehingga diperoleh berat akar kering 320 gr. Akar dihaluskan, selanjutnya dimaserasi dengan etanol 96% selama 3 hari sambil diaduk sesekali. Ekstrak cair yang diperoleh selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan alat rotary evaporator sehingga menghasilkan ekstrak akar kering sebanyak 16,05 g.Ekstrak kering yang diperoleh disimpan dalam desikator.

Page 3: Aktivitas antibakteri ekstrak terstandar akar sidaguri (S ...

ISSN: 1412-8926

92

Uji aktivitas antimikrobaUji aktivitas antimikroba ditentukan dengan

metode difusi agar menggunakan MuellerAgar (MHA) dengan darah dan pencadang logamEkstrak akar sidaguri masing-masing dengan 200 mg, 150 mg, 100 mg, dan 50 mg dilarutkan dalam 1 ml pelarut DMSO menjadi konsentrasi 20%, 15%, 10% dan 5%. Sebagai pembanding digunakan amoksisilin 5% sebanyak kontrol positif, DMSO sebagai kontrol negatif.Konsentrasi kemudian diujicobakan terhadap bakteri E. faecalis dan Actinomyces spp replikasi pengujian dan diinkubasi selama 1×24 jam pada suhu 37°C.

Penentuan nilai KHM dilakukan dengan membuat sederetan konsentrasi ekstrakditentukan diameter hambat minimKHM pada penelitian ini dinyatakan dengan rentang konsentrasi, yaitu dari kotidak memberi daya hambat sampai konsentrasi terkecil yang masih memberikan hambatan.

HASIL Zona daya hambat ekstrak akar

terhadap E. faecalis dapat dilihat pada gambar

Nilai rata-rata dan standar deviasi diameter zona hambat yang dihasilkan dari masing

Gambar 1 Zona hambat ekstrak etanol akar sidaguri terhadap E. faecalis

Tabel 1 Rata-rata zona hambat ekstrak etanol akar sidaguri terhadap bakteri E. faecalis

Konsentrasi (%) Mean (mm) ± SD

20 17,833±0,763

15 15,167±0,289

10 12,667±1.154

5 0,000±0,000

C- 0,000±0,000

C+ 21,833±0,289

C-= kontrol negatif,C+= kontrol positif amoksisilin*uji analisis varians: p<0,05= signifi

Dentofasial, Vol.1

Uji aktivitas antimikroba ditentukan dengan ode difusi agar menggunakan Mueller-Hinton

Agar (MHA) dengan darah dan pencadang logam. masing dengan berat

200 mg, 150 mg, 100 mg, dan 50 mg dilarutkan ut DMSO menjadi konsentrasi

Sebagai pembanding sebanyak 50 mg sebagai

DMSO sebagai kontrol negatif.cobakan terhadap

Actinomyces spp dengan 3 gujian dan diinkubasi selama 1×24

Penentuan nilai KHM dilakukan dengan membuat sederetan konsentrasi ekstrak, dan laluditentukan diameter hambat minimalnya. Nilai KHM pada penelitian ini dinyatakan dengan

yaitu dari konsentrasi yang daya hambat sampai konsentrasi

terkecil yang masih memberikan hambatan.

Zona daya hambat ekstrak akar dari sidaguri dapat dilihat pada gambar 1.

standar deviasi diameter dari masing-masing

konsentrasiakar sidaguri terhadap bakteri dapat dilihat dari tabel 1.tinggi konsentrasi yang digunakanpula diameter zona hambatnya tE.faecalis. Hal tersebut menunjukkanmaksimal zonahambatekstrakpada konsentrasi 20% dengan 17,833 mm dan hasil uji ANOVkepercayaan 95% menunjukkan adanya perbedaan zona hambat yang signifikan

Zona daya hambat ekstrak akar terhadap Actinomyces spp.

Nilai rata-rata dan standar deviasi diameter zona hambat yang dihasilkankonsentrasi ekstrak akar sidaguri terhadap bakteri Actinomyces spp terlihat padaekstrak etanol akar sidaguri tidak menunjukkan aktivitas antibakteri terhadapspp hingga konsentrasi 20%.

PEMBAHASANSidaguri dikenal juga dengan nama

pulau Sulawesi, sadagoribitumu di Maluku, kahinduSidaguri merupakan tumbuhan liar yang banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai obat tradisiona

Zona hambat ekstrak etanol E. faecalis.

rata zona hambat ekstrak etanol akar E. faecalis.

(mm) ± SD p-value

17,833±0,763

0,000*

15,167±0,289

12,667±1.154

0,000±0,000

0,000±0,000

21,833±0,289

= kontrol positif amoksisilin, signifikan

Gambar 2 Zona hambat ekstrak etanol akar sidaguri terhadap Actinomyces spp

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol akar sidaguri terhadap bakteri

Konsentrasi (%) Mean (mm) ± SD

20

15

10

5

C-

C+ 15,667±0,557

C- = kontrol negatif, C+= kontrol positif amoksisilin*uji analisis varians: p<0,05=

Dentofasial, Vol.12, No.2,Juni 2013:90-94

akar sidaguri terhadap bakteri E.faecalisTerlihat bahwa semakin

tinggi konsentrasi yang digunakan, semakin besar zona hambatnya terhadap bakteri

menunjukkan konsentrasi ekstrak akar sidaguri terdapat

% dengan diameter rata-rata asil uji ANOVA dengan tingkat

% menunjukkan adanya perbedaan zona hambat yang signifikan (p<0,05).

Zona daya hambat ekstrak akar dari sidaguri terlihat pada gambar 2.

standar deviasi diameter zona hambat yang dihasilkan dari masing-masing

akar sidaguri terhadap bakteri pada tabel 2, yaitu bahwa

ekstrak etanol akar sidaguri tidak menunjukkan terhadap bakteri Actinomyces

hingga konsentrasi 20%.

Sidaguri dikenal juga dengan nama saliguri di atau otok-otok di Jawa,

kahindu di Nusa Tenggara. Sidaguri merupakan tumbuhan liar yang banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai obat tradisional

Zona hambat ekstrak etanol akar Actinomyces spp.

zona hambat ekstrak etanol akar sidaguri terhadap bakteri Actinomyces spp.

(mm) ± SD p-value

0

0,000*

0

0

0

0

667±0,557

= kontrol positif amoksisilin, = signifikan

Page 4: Aktivitas antibakteri ekstrak terstandar akar sidaguri (S ...

Maria Tanumihardja, dkk: Aktivitas antibakteri ekstrak akar sidaguri terhadap E. faecalis & Actinomyces spp.

ISSN:1412-8926

93

untuk mengatasi diare, rematik, asma, kulit gatal, eksim, rasa nyeri yang timbul akibat sakit gigi dan lainnya. Berbagai kandungan kimia dalam berbagai komponenbaikakar,batang, daun,danbunga ekstrak sidaguri telah dihubungkan dengan kegunaannya, antara lain alkaloid, tanin, terpenoid, steroid, fenol,flavonoid, saponin, minyak atsiri, zat peluruh dahak dan lubrikan.3,5

Flavonoid dan fenol merupakan komponen yang memiliki aktivitas antibakteri karena mampu merusak membran sel dengan mendenaturasi dan mengkoagulasi protein, demikian juga komponen saponin,tannindanalkaloiddilaporkanefektifsebagaiantimikroba.11-15

Penelitian yang dilakukan Assam dkk terhadap strain enterobakteri seperti Escherichia coli,Proteusvulgaris Morganella morganii, Salmonella typhi, Shigella dysentriae, Salmonella entertidis sertaKlebsiella pneumoniae, mendapatkan aktivitas antibakteri dari ekstrak sidaguri terhadap bakteri tersebut. Diameter zona inhibisi yang diperoleh bervariasi, dan zona inhibisi terbesar dan paling aktif diperoleh dengan pelarut methanol-air (4v:1v). Akan tetapi zona inhibisi yang diperoleh masih lebih kecil dibandingkan dengan kontrol positif obat antibiotik gentamycin.11 Penelitian lainnya yang dilakukan Woldeyesdkk menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dari ekstrak akar sidaguri pada strain bakteri tertentu seperti S.aureus, E.coli,Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhimurium,

akan tetapi nilai zona inhibisinya juga masih lebih rendah dibandingkan dengan kontrol positif obat standar antibiotik siprofloksasin yang diuji pada penelitian tersebut. Dari tiga pelarut ekstrak, yaitu metanol, kloroform dan petroleum eter yang digunakan dalam penelitian tersebut, hasil ekstrak dengan pelarut metanol memperlihatkan aktivitas antibakteri yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.11,12

Hasil penelitian ini mengkonfirmasi hasil dari penelitian sebelumnya, yang menunjukkan adanya aktivitas antibakteri ekstrak akar sidaguri rhombifoliaterhadap bakteri saluran akar Enterococcus faecalis,yang meningkat secara bermakna sesuai konsentrasi ekstrak. Akan tetapi zona inhibisi yang diperoleh masih lebihrendahdibandingkandenganzonainhibisi pada kontrol positif obat antibiotik amoksisilin. Di lain pihak, ekstrak akar sidaguri rhombifolia dengan konsentrasi 20% yang digunakan dalam peneltian ini tidak menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap

bakteri Actinomyces. Hasserupa dilaporkan oleh Ema Ratna Sari yang menguji aktivitas antibakteri dari empat strain bakteri terhadap empat ekstrak metanol daun spesies Sida, yaitu S.acuta, S.retusa,S.rhombifolia, dan S.subcordata. Dari penelitian tersebut, tidak ditemukan aktivitas antibakteri dari ekstrak daun S.rhombifolia terhadap bakteri gram positif, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis, sedang S.acuta menunjukkan aktivitasantibakteri terhadap 4 strain bakteri yang diuji.5 Hal ini menunjukkan adanya variasi aktivitas spesiesekstrak sidaguri terhadap strain bakteri tertentu walaupun metode yang digunakan relatif sama yaitu metode difusi agar.

Etanol 96% merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam, karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, pelarut metanol menunjukkanaktivitasantibakteriyanglebihbaik terhadapberbagai strain bakteri sehingga penelitian lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstraksidaguri terhadapbakteri saluran akar dengan kedua pelarut tersebut.

Skrining fitokemikal ekstrak akar sidaguri rhombifoliamenunjukkankandungansteroidterdapat dalamjumlahbesar dibandingkandengankandungan kimia lainnya seperti alkaloid, flavonoid, steroid dan fenolik.5 Hal ini mungkin bisa menjelaskan aktivitas antibakteri ekstrakakar sidaguri yang relatif rendah karena steroid berperan terutama sebagai penahan nyeri sehingga penelitian lanjut diperlukan untuk meneliti aktivitas anti-inflamasinya sehinggadapat menjelaskan efek pereda nyeri yang dimiliki herbal sidaguri, terutama akarnya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,disimpulkan bahwa ekstrak etanol akar sidaguri rhombifolia memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. faecalis dan aktivitas terbesar terdapatpada konsentrasi 20%, dan ekstrak etanol akar sidaguri rhombifolia tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Actinomyces spp hingga konsentrasi 20%.

UCAPAN TERIMA KASIHPenelitian ini didukung oleh dana hibah

BOPTN 2013. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Markus Lembong, Bapak Djoharsjah dan Lukman Muslimin atas bantuan teknis laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA1. GatraNews. Indonesia serius kembangkan pengobatan herbal.2012.Available from:http://www.gatra.com/life-

health/sehat/15149-indonesia-serius-kembangkan-pengobatan-herbal.html. Diakses: 23 Desember 2012.

Page 5: Aktivitas antibakteri ekstrak terstandar akar sidaguri (S ...

Dentofasial, Vol.12, No.2,Juni 2013:90-94

ISSN: 1412-8926

94

2. Karyanto. Obat dan suplemen kesehatan herbal, kian digandrungi. Kabar Sehat, Edisi 002, Juli–September 2008.Available from :http://www.dexa-medica.com/ printview.php?cid=1&id=318 . Diakses tanggal 23 Desember 2012.

3. Kinho J, Arini Dwi DI, Tabba S, Kama H, Kafiar Y, dkk. Tumbuhan obat tradisional di Sulawesi Utara. Jilid I. Jakarta: Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementrian Kehutanan; 2011. p.83-6.

4. Harsini, Widjijono. Penggunaan herbal di bidang kedokteran gigi. Maj Ked Gigi 2008; 15(1):61-4.5. Sari Ema R. Skrining aktivitas antimikroba dari daun tumbuhan sidaguri. J Scienta 2012; 2(1): 41-4.6. Rukmo M. The development of method on assessment of periapical disease healing after endodontic treatment.

Proceeding Kongres IKORGI ke IX dan Seminar Ilmiah Nasional Recent Advances in Conservative Dentistry;November 25-27, JW Marriot, Surabaya, 2011. p 2-6.

7. Kundabala M, SuchitraU. Enterococcus faecalis: an endodontic pathogen. J Endodont 2000: 11-3.8. Baumgartner JC, Siqueira JF, Sedgley CM, Kishen A. Microbiology of endodontic disease. In: Inlge JI, Bakland

LK, Baumgartner JC. Ingle’s Endodontics. BC Decker Inc.; 2008. p.258-63.9. KEMENKES RI. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2010. Jakarta; 2011.10. KEMENKES RI. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta; 2012.11. Assam JP, Szoyem JP, Pieme CA, Penlap VB. In vitro antibacterial activity and acute toxicity studies of aqueous-

methanol extract of Sida rhombifolia Linn (Malvaceae). Complementary and Alternative Medicine 2010; 10:40. Available from:http://www.biomedcentral.com/1472: 6882/10/40.

12. Woldeyes S, Adane L, Tariku Y, Muleta D, Begashaw T. Evaluation of antibacterial activities of compounds isolated from Sida rhombifolia Linn (Malvaceae). Nat Prod Chem Res 2012; 1:101.doi:10.4172/npcr.1000101.

13. Konate K, Hilou A, Mavoungou FJ, Lepangue AN, Souza A, et al. Antimicrobial activity of polyphenol-rich fractions from Sida alba L. (Malvaceae) against co-trimaxol-resistant bacteria strains. Ann Clin MicrobiolAntimicrob J 2012; 11(5): 2-6.

14. Sundaraganapathy R, Niraimathi V, Thangadurai A, Jambulingam M, Narasimhan B, Deep A. Phytochemical studies and pharmalogical screening of Sida rhombifoliaLinn. Hygeia J Dent Med 2013; 5(1): 19-22.

15. Sarangi RR, Mishra US, Choudhury PK. Comparative in vitro anti microbial activity studiesof Sida RhombifoliaLinn fruit exctracts. Int J Pharmtech Res 2010 2(2): 1241-5.