Page 1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang penuh
dengan kekurangan. Dalam semua sisi kehidupan, kekurangan
yang melekat pada manusia menyebabkan kemampuan yang
dimiliki menjadi sangat terbatas. Islam adalah agama yang
sangat memperhatikan peran dan fungsi akal secara optimal,
sehingga akal dijadikan sebagai standar seseorang diberikan
beban taklif atau sebuah hukum. Jika seseorang kehilangan
akal maka hukum-pun tidak berlaku baginya. Saat itu dia
dianggap sebagai orang yang tidak terkena beban apapun.
Islam bahkan menjadikan akal sebagai salah satu
diantara lima hal primer yang diperintahkan oleh syariah
untuk dijaga dan dipelihara, dimana kemaslahatan dunia dan
akhirat amat disandarkan pada terjaga dan terpeliharanya
kelima unsur tersebut, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan,
dan harta.
Agama mengajarkan dua jalan untuk mendapatkan
pengetahuan. Pertama, melalui jalan wahyu, yakni melalui
komunikasi dari Tuhan kepada/manusia, dan kedua dengan jalan
akal, yakni memakai kesan-kesan yang diperoleh panca indera
sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan.
Pengetahuan yang diperoleh melalui wahyu diyakini sebagai
1
Page 2
pengetahuan yang absolut, sementara pengetahuan yang
diperoleh melalui akal diyakini sebagai pengetahuan yang
bersifat relatif, yang memerlukan pengujian terus menerus,
mungkin benar dan mungkin salah (Harun Nasution, 1986: 1).
Di zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
timbul pertanyaan, pengetahuan mana yang lebih dipercaya,
pengetahuan yang diperoleh melalui akal, pengetahuan melalui
wahyu, atau pengetahuan yang diperoleh melalui kedua-
duanya. Karena itu, masalah hubungan akal dan wahyu ini
merupakan masalah yang paling masyhur dan paling mendalam
dibicarakan dalam sejarah pemikiran manusia, telah lebih dua
ribu tahun (Harun Nasution, 1986: 1).
Akan tetapi, meskipun demikian akal bukanlah penentu
segalanya. Ia tetap memiliki kemampuan dan kapasitas yang
terbatas. Oleh karena itulah, Allah SWT menurunkan wahyu-Nya
untuk membimbing manusia agar tidak tersesat. Di dalam
keterbatasannya-lah akal manusia menjadi mulia. Sebaliknya,
ketika ia melampaui batasnya dan menolak mengikuti bimbingan
wahyu maka ia akan tersesat.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian akal dan wahyu
2. Sejarah Turunnya Wahyu Kepada Nabi Muhammad
3. Cara Turunnya Wahyu
4. Fungsi dan kedudukan akal dan wahyu
5. Bagaimanakah akal dan wahyu dalam pemikiran Islam
2
Page 3
C. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini untuk menjelaskan bahwa akal
dan wahyu dalam kehidupan islam sangat penting akal dan
wahyu yang digunakan maqasid as-syari’ah atau maslahah
yang menekankan terjaminnya kebutuhan hidup manusia, dua di
antaranya adalah mewujudkan terjaganya al-‘aql (intellect),
dan keyakinan (ad-din) (Fahim Khan, 1992: 73-74). Dalam hal
ini wahyu merupakan sumber pengetahuan yang didasarkan
kepada keimanan kepada Allah SWT.
D. Manfaat
1. Agar kita dapat dapat mengetahui pengertian dari
Akal dan wahyu, fungsi dan kedudukan Akal dan wahyu, serta
akal dan wahyu dalam pemikiran islam.
2. Memperluas wawasan pemikiran kita mengenai akal dan
wahyu dalam pemikiran islam.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Akal Dan Wahyu
1. Akal
Akal berasal dari bahasa Arab ‘aqala-ya’qilu’ yang
secara lughawi memiliki banyak makna, sehingga kata al ‘aql
3
Page 4
sering disebut sebagai lafazh musytarak, yakni kata yang
memiliki banyak makna. Dalam kamus bahasa Arab al-munjid fi
al-lughah wa al a’lam, dijelaskan bahwa ‘aqala memiliki
makna adraka (mencapai, mengetahui), fahima (memahami),
tadarabba wa tafakkara (merenung dan berfikir). Kata
al-‘aqlu sebagai mashdar (akar kata) juga memiliki arti
nurun nuhaniyyun bihi tudriku al-nafsu ma la tudrikuhu bi
al-hawas, yaitu cahaya ruhani yang dengannya seseorang dapat
mencapai, mengetahui sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh
indera. Al-‘aql juga diartikan al-qalb, hati nurani atau
hati sanubari.
Pengaruh filsafat Yunani terhadap filosof-filosof
muslim terlihat dalam pendapat mereka tentang akal yang
dipahami sebagai salah satu daya dari jiwa (an-nafs/ ar-ruh)
yang terdapat dalam diri manusia. Seperti Al-Kindi (796-
873) yang terpengaruh Plato, menjelaskan bahwa pada jiwa
manusia terdapat tiga daya, daya bernafsu (al-quwwah asy-
syahwatiyah) yang berada di perut, daya berani (al-quwwah
al-ghadabiyyah) yang bertempat di dada dan daya berfikir
(al-quwwah an-natiqah) yang berpusat di kepala. Sementara
itu, di kalangan teolog muslim, mengartikan akal sebagai
daya untuk memperoleh pengetahuan, seperti pendapat Abu al-
Huzail, akal adalah daya untuk memperoleh pengetahuan, daya
yang membuat seseorang dapat membedakan dirinya dengan
benda-benda lain, dan mengabstrakkan benda-benda yang
ditangkap oleh panca indera.
Dengan demikian akal dalam pengertian Islam, bukanlah otak,
akan tetapi daya berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia,
4
Page 5
daya untuk memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam
sekitarnya. Dalam pengertian inilah akal yang dikontraskan
dengan wahyu yang membawa pengetahuan dari luar diri
manusia, yakni dari Allah SWT.
Makhluk ciptaan Allah yg mempunyai akal hanya 3 golongan..
1. MALAIKAT
Malaikat hanya memiliki akal saja. Makanya malaikat hanya
patuh dalam menjalankan perintah saja.
2. Jin
Jin memiliki akal dan nafsu. Tpi jin lebih condrong kepada
nafsu. Makanya dia melanggar perintah.
Condrong yg dimaksud disini bila dalam persentase 75%.
3. MANUSIA
Manusia memiliki akan dan nafsu juga. Jdi terserah mau
bagaimana.
Kalau mau memakai akal maka ia akan patuh pada perintah
seperti Malaikat.
Kalau mau memakai nafsu maka ia akan melanggar perintah
seperti jin.
Sedangkan kalau hanya memakai nafsu saja ( 100% ), maka ia
seperti binatang, karna pada binatang hanya ada nafsu tdk
ada akalnya. Sedangkan tngkah laku binatang yg terlihat
pintar dari manusia itu bukan karna akalnya tpi itu hanya
tabi'at nya binatang.
2. Wahyu
5
Page 6
Wahyu atau al-wahy adalah kata mashdar (infinitif); dan
materi katanya menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu; ع�لام الا�ع ي� ي ال�سر ف� T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy .(pengetahuan tersembunyi dan cepat) ال�خ�
menyatakan bahwa wahyu itu ialah yang dibisikkan ke dalam
sukma, diilhamkan dan isyarat cepat yang lebih mirip kepada
dirahasiakan daripada dilahirkan. Pengertian wahyu secara
terminologi adalah firman (petunjuk) Allah yang disampaikan
kepada para nabi dan awliya. Defenisi yang lebih ringkas, namun
jelas adalah
ه“ ائ�� ي �ب ��ن ي م�ن ا� ب# ل ع�لي ن�� عالى ال�من�ر� ”ك�لام ال�له ت�.Kalam Allah kepada Nabi-Nya
TM. Hasbi Ash-Shiddieqy mendefinisikan bahwa wahyu secara
terminologi adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan dengan
cara cepat dari Allah ke dalam dada nabi-nabi-Nya, sebagaimana
dipergunakan juga untuk Al-Quran. Wahyu yang dimaksud di sini
adalah khusus untuk Nabi, sedangkan ilham adalah khusus pula
selain Nabi. Jadi, beda antara wahyu dengan ilham adalah bahwa
ilham itu intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong untuk
mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari mana
datangnya. Hal seperti itu serupa dengan perasaan lapar, haus,
sedih dan senang.
Pendapat yang lain sebagai contoh adalah, menurut bahasa
(lughah), kata wahyu berasal dari bahasa Arab al-wahy yang
memiliki beberapa arti, di antaranya; suara, bahasa isyarat,
bisikan, paham dan juga api. Tetapi ada juga yang mengartikan
bisikan yang tersembunyi dan cepat. Dengan demikian,
6
Page 7
pengertian wahyu secara etimologis adalah penyampaian firman
tuhan kepada manusia melalui RasulNya tanpa diketahui orang
lain. Firman Tuhan itu merupakan seperangkat informasi yang
akan diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman
dalam kehidupan.
Pemberitahuan Allah swt kepada hambanya yang terpilih
mengenai segala sesuatu yang ia kehendaki untuk
dikemukakannya, baik berupa petunjuk atau ilmu, namun
penyampaiannya secara rahasia dan tersembunyi serta tidak
terjadi pada manusia biasa. Sedang wahyu Allah kepada para
nabi-Nya secara syar’i definisikan sebagai kalam Allah
yang diturunkan kepada seorang nabi. Definisi ini menggunakan
pengertian maf’ul, yaitu almuha (yang diwahyukan).
Ustad Muhammad Abduh mendefinisikan wahyu di dalam Risalah
Tauhid adalah pengetahuan yang didapati oleh seseorang dari
dalam dirinya dengan disertai keyakinan bahawa pengetahuan itu
datang dari Allah, melalui perantara ataupun tidak. Yang
pertama melalui suara yang menjelma dalam telinganya atau
tanpa suara sama sekali. Beda antara wahyu dengan ilham adalah
bahawa ilham itu intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong
untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari mana
datangnya. Hal seperti itu serupa dengan perasaan lapar, haus,
sedih, dan senang. Sejatinya wahyu merupakan metodologi
turunnya firman Allah. Firman Allah adalah merupakan
seperangkat informasi yang telah dikemas secara sistematis
(dibukukan) disebut dengan kitab suci (misalnya Al Quran).
Sistem penyampaianya oleh Allah kepada manusia melalui
perantara malaikat, malaikat menyampaikannya kepada Rasul.
Proses turunnya sangat cepat dan tersembunyi, cara turunnya
7
Page 8
itulah yang dinamakan wahyu. Wahyu bukan pesan (firman Tuhan),
melainkan cara atau prosedur turunnya pesan tersebut. Lihat
firman Allah dibawah ini;
من له ل� ب# ن ق�. ن�ت. م� ن ك� ن وا� ق.را@ ا ال� ذ� كG ه� ي ل� ا ا� ب� ي وح� ما ا� ص ب�# ص ق. سن ال� ح� كG ا� لي ص ع� ق. ن ت�� ح ن��
ن ] لي اف�� ع� ١٢:٣ال�Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan
Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya
adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui. ( Yusuf ; 3)
Dan…
عذه ن ت�# ي_ن م� ي �ب وح وال�ي� لى ن�� ا ا� ب� ي وح� ما ا� كG ك� ي ل� ا ا� ب� ي وح� ا ا� ن�� اط ا� ي# س� وب# والا� عق. اق. وت� ح س� ل وا� ي ماع� س� م وا� ي راه� #xب لى ا� ا ا� ب� ي وح� وا�
مان لي ارون وس� س وه� ون�� �ن وب# و xن سي وا� ي ورا ] وع� #xن ا داوود ر� ب� ب �ن� [٤:١٦٣ وا@Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu sebagaimana Kami telah
mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah
mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa,
Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (An Nisa;
163)
Jadi makna yang terkandung di dalam ayat di atas adalah
apa yang diturunkan Allah yakni Al quran dan Zabur. Sedangkan
wahyu merupakan cara Allah menurunkanya kepada Rasul.
Pesan (firman Allah) yang diturunkan kepada Rasul dapat
juga kita katakan sebagai “Risalah”yakni seperangkat informasi
yang diturunkan oleh Tuhan (Allah) kepada umat manusia melalui
RasulNya. Didalam risalah itu terdapat informasi terutama
mengenai suruhan dan larangan. Suruhan dan larangan tersebut
8
Page 9
ada yang berkenaan dengan sistem kehidupan bermasyarakat
(muamalah) dan sistem ritual atau perayaan (sistem
beribadat) tentang hak dan kewajiban atau tentang makanan.
Berita tentang sesuatu misalnya tentang masa lalu dan yang
akan datang, apa yang baik dan yang buruk. Penjelasan tentang
fenomena alam dan sebagainya. Disamping itu juga ada berita
berbagai kisah atau sejarah. Risalah ini berfungsi
sebagai pedoman untuk mencapai kehidupan yang harmonis di
dalam bermasyarakat dan kehidupan yang lebih baik di kemudian
hari. Risalah tersebut biasanya dihimpun dalam sebuah buku
yang disebut dengan kitab-suci(misalnya Al-Quran). Kitab suci
dapat dikembangkan lagi dengan kitab tafsir (penjelasannya)
B. Sejarah Turunnya Wahyu Pertama Nabi Muhammad
Gua Hira adalah tempat Nabi Muhammad SAW menerima
wahyu dari Allah yang pertama kalinya melalui malaikat
Jibril. Gua tersebut sebagai tempat Nabi Muhammad menyendiri
dari masyarakat yang pada saat itu masih belum beriman
kepada Allah. Gua Hira terletak di negara Arab Saudi.
Letaknya pada tebing menanjak yang agak curam walau tidak
terlalu tinggi, oleh karena itu untuk menuju gua itu setiap
orang harus memiliki fisik yang kuat. Mendekati usia empat
puluh tahun, mulailah tumbuh pada diri Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam kecendrungan untuk melakukan ‘uzlah. Allah
menumbuhkan pada dirinya rasa senang untuk melakukan
ikhtila’ (menyendiri) di Gua Hira’ (Hira’ adalah nama sebuah
9
Page 10
gunung yang terletak di sebelah barat laut kota Mekkah). Ia
menyendiri dan beribadah di gua tersebut selama beberapa
malam. Kadang sampai sepuluh malam, dan kadang lebih dari
itu, sampai satu bulan.
Kemudian beliau kembali ke rumah sejenak hanya untuk
mengambil bekal baru untuk melanjutkan ikhtila’-nya di gua
Hira’. Demikianlah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus
melakukannya sampai turun kepadanya wahyu ketika beliau
sedang ‘uzlah.
Permulaan Wahyu
Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah ra, menceritakan
cara permulaan wahyu, ia berkata : “Wahyu yang diterima oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dimulai dengan
suatu mimpi yang benar. Dalam mimpi itu beliau melihat
cahaya terang laksana fajar menyingsing di pagi hari.
Kemudian beliau digemarkan (oleh Allah) untuk melakukan
khalwat (‘uzlah). Beliau melakukan khalwat di gua Hira’ –
melakukan ibadah – selama beberapa malam, kemudian pulang
kepada keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal.
Demikianlah berulang kali hingga suatu saat beliau
dikejutkan dengan datangnya kebenaran di dalam gua Hira’.
Pada suatu hari datanglah Malaikat lalu berkata, “Bacalah”.
Beliau menjawab, “Aku tidak dapat membaca”. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan lebih lanjut :
Malaikat itu lalu mendekati aku dan memelukku sehingga aku
merasa lemah sekali, kemudian aku dilepaskan. Ia berkata
lagi, “Bacalah”. Aku menjawab : “Aku tidak dapat membaca”.
Ia mendekati aku lagi dan mendekapku, sehingga aku merasa
10
Page 11
tak berdaya sama sekali, kemudian aku dilepaskan. Ia berkata
lagi, “Bacalah”. Aku menjawab, “Aku tidak membaca”. Untuk
ketiga kalinya ia mendekati aku dan memelukku hingga aku
merasa lemas, kemudian aku dilepaskan. Selanjutnya ia
berkata lagi, “Bacalah dengan nama Rabb-mu yang telah
menciptakan…. . Menciptakan manusia dari segumpal darah…….”
dan seterusnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam segera pulang
dalam keadaan gemetar sekujur badannya menemui Khadijah,
lalu berkata, “Selimutilah aku… selimutilah aku”. Kemudian
beliau diselimuti hingga hilang rasa takutnya. Setelah itu
beliau berkata pada Khadijah, “Hai Khadijah, tahukah engkau
mengapa tadi aku begitu?” Lalu beliau menceritakan apa yang
baru dialaminya.Selanjutnya beliau berkata : “Aku
sesungguhnya khawatir terhadap diriku (dari gangguan makhluk
Jin).”
Siti Khadijah menjawab : “Tidak! Bergembiralah! Demi
Allah, Allah sama sekali tidak akan membuat anda kecewa.
Anda seorang yang suka menyambung tali keluarga, selalu
menolong orang yang susah, menghormati tamu dan membela
orang yang berdiri di atas kebenaran.”
Beberapa saat kemudian Khadijah mengajak Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui Waraqah bin Naufal,
salah seorang anak paman Siti Khadijah. Di masa jahiliyah ia
memeluk agama Nasrani. Ia dapat menulis dalam huruf Ibrani,
bahkan pernah menulis bagian-bagian dari Injil dalam bahasa
11
Page 12
Ibrani. Ia seorang yang telah lanjut usia dan kehilangan
penglihatan.
Kepadanya Khadijah berkata : “Wahai anak pamanku,
dengarkanlah apa yang akan dikatakan oleh anak lelaki
saudaramu (yakni Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam).”
Waraqah bertanya kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Hai anak saudaraku, ada apakah gerangan?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian
menceritakan apa yang dilihat dan dialami di gua Hira’.
Setelah mendengarkan keterangan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, Waraqah berkata , “Itu adalah Malaikat
yang pernah diutus Allah kepada Musa. Alangkah bahagianya
seandainya aku masih muda perkasa! Alangkah gembiranya
seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu!
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah
mereka akan mengusir aku?” Waraqah menjawab , “Ya.” Tak
seorang pun yang datang membawa seperti yang kamu bawa
kecuali akan diperangi. Seandainya aku masih hidup dan
mengalami hari yang akan kamu hadapi itu, pasti kubantu kamu
sekuat tenagaku.” Tidak lama kemudian Waraqah meninggal
dunia, dan untuk beberapa waktu lamanya Rasulullah tidak
menerima wahyu.
Terjadi perselisihan tentang berapa lama wahyu
tersebut terhenti. Ada yang mengatakan tiga tahun, dan ada
pula yang mengatakan kurang dari itu. Pendapat yang paling
kuat adalah apa yang diriwayatkan oleh Baihaqi, bahwa masa
terhentinya wahyu tersebut selama enam bulan. 1
Tentang kedatangan Jibril yang kedua, Bukhari meriwayatkan
12
Page 13
sebuah riwayat dari Jabir bin Abdillah, ia berkata : Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbicara
tentang terhentinya wahyu. Beliau berkata padaku :
“Di saat aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar
suara dari langit. Ketika kepala kuangakat, ternyata
Malaikat yang datang kepadaku di gua Hira’, kulihat sedang
duduk di kursi antara langit dan bumi. Aku segera pulang
menemui istriku dan kukatakan padanya, “Selimutilah aku….
Selimutilah aku…. Selimutilah aku!” Sehubungan dengan itu
kemudian Allah berfirman, “Hai orang yang berselimut,
bangunlah dan beri peringatan. Agungkanlah Rabb-mu,
sucikanlah pakaianmu, dan jauhilah perbuatan dosa…”(al-
Muddatstsir) . Sejak itu wahyu mulai diturunkan secara
kontinyu.
C. Cara Penyampaian Wahyu
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan Allah SWT saat
menyampaikan wahyu kepada para rasulnya, yakni:
1. Penyampaian wahyu melalui malaikat jibril
2. Melalui mimpi
3. Suara lonceng
4. Penyampaian melalui perantara malaikat jibril
5. Penyampaian wahyu dengan cara Allah SWT.
Berbicara langsung kepada nabi dari belakang
hijab
13
Page 14
Adapun Kelima Rasul Ulul Azmi Yang Menerima Wahyu Dari
Allah SWT
Wahyu - Nabi Nuh as
Nabi Nuh as adalah rasul ulul azmi yang pertama yang
diutus Allah untuk meluruskan aqidah dan ahlak umatnya yang
menyimpang dari ajaran agama. Perjuangan yang dilakukan
sangatlah berat karena anak dan istrinya justru menjadi
penentangnya. Namun atas kehendak allah semua yang
membangkang ditenggelamkan dalam gelombang badai.
Wahyu – Nabi Ibrahim as
Nabi Ibrahim adalah raasul ulul azmi karena kesabaran
dan ketabahannya,serta ketegyhannya dalam berdakwah.
Semenjak masih bayi ibrahim sudah dilindungi allah dari raja
nambrudz yang membunuh semua anak laki-laki. Ketika dewasa
nabi ibrahim menentang keras raja dan masyarakat yang
menyembah berhala. Bahkan beliau menghancurkan semua berhala
tersebut,sehingga akhirnya nabi ibrahim menerima hukuman
raja yakni dibakar hidup-hidup. Namun dengan seizin allah
api berubah menjadi dingin dan tidak bisa membakarnya.
Petunjuk allah datang lagi dalam wujud perintah untuk
menyembelih anaknya yaitu ismail. Berkat
kepatuhannya,akhirnya allah mengganti ismail dengan domba
yang sampai sekarang menjadi ibadah kurban.
Wahyu – Nabi Musa as
14
Page 15
Nabi musa adalah rasul ulul azmi karena kesabarannya
menghadapi kezhaliman fir’aun beliau menerima wahyu
pertamanya di bukit sinai.
Wahyu – Nabi Isa as
Nabi isa as adalah rasul alaah berikutnya, beliau
digelari ulul azmi karena kesabaran dan keteguhannya dalam
menyampaikan ajaran agama. Hal itu bisa dilihat dari
kesabarannya ketika menghadapi fitnah dan penghianatan
muridnya sendiri.
Wahyu – Nabi Muhammad SAW
Nabi muhammad adalah rasul terakhir, beliau terkenal
akan kesabaran dan keteguhannya dalam menghadapi umatnya,
beliau menerima wahyu pertama kalinya di gua hira pada
tnggal 17 ramadhan 12 SH/ 6 agustus 610 M. Nabi muhammad
juga diberikan mukzijat yaitu peristiwa isra dan mi’raj.
Peristiwa isra yang memperjalankan nabi dari masjidil haram
ke masjidil aqsa. Kemudian mi’raj membawa nabi ke langit
agar bisa menyaksikan kekuasaan allah, nah dalam kejadian
tersebut allah memerintahkan kewajiban shalat lima waktu
D. Fungsi Dan Kedudukan Akal Dan Wahyu
Al-quran juga memberikan tuntunan tentang penggunaan
akal dengan mengadakan pembagian tugas dan wilayah kerja
pikiran dan qalbu. Daya pikir manusia menjangkau wilayah
15
Page 16
fisik dari masalah-masalah yang relatif, sedangkan qalbu
memiliki ketajaman untuk menangkap makna-makna yang bersifat
metafisik dan mutlak. Oleh karenanya dalam hubungan dengan
upaya memahami islam, akal memiliki kedudukan dan fungsi
yang lain yaitu sebagai berikut:
1. Akal sebagai alat yang strategis untuk mengungkap
dan mengetahui kebenaran yang terkandung dalam al-
Qur’an dan Sunnah Rosul, dimana keduanya adalah sumber
utama ajaran islam.
2. Akal merupakan potensi dan modal yang melekat pada
diri manusia untuk mengetahui maksut-maksut yang
tercakup dalam pengertian al-Qur’an dan Sunnah Rosul.
3. Akal juga berfungsi sebagai alat yang dapat
menangkap pesan dan nsemangat al-Qur’an dan Sunnah
yang dijadikan acuan dalam mengatasi dan memecahkan
persoalan umat manusia dalam bentuk ijtihat.
4.Akal juga berfungsi untuk menjabarkan pesan-pesan
al-Quran dan Sunnah dalam kaitannya dengan fungsi
manusia sebagai khalifah Allah, untuk mengelola dan
memakmurkan bumi seisinya.
Namun demikian, bagaimana pun hasil akhir pencapaian
akal tetaplah relatif dan tentatif. Untuk itu, diperlukan
adanya koreksi, perubahan dan penyempurnaan teru-menerus.
E. Akal Dan Wahyu Dalam Pemikiran Islam
16
Page 17
Telah diketahui Islam berkembang dalam sejarah bukan
hanya sebagai agama, tetapi juga sebagai kebudayaan. Islam
memang lahir pada mulanya hanya sebagai agama di Makkah,
tetapi kemudian tumbuh di Madinah menjadi negara,
selanjutnya membesar di Damasyik, menjadi kekuatan politik
internasional yang daerahnya luas dan akhirnya berkembang di
baghdad menjadi kebudayaan bahlkan peradapan yang tidak
kecil pengaruhnya, sebagaimana yang telah disebutkan di
atas, pada peradaban barat modern.
Dalam perkembangan islam dalam kedua aspek itu, akal
memainkan peranan penting, bukan dalam bidang kebudayaan
saja, tetapi juga dalam bidang agama itu sendiri. Dalam
membahas masalah-masalah keagamaan, ulama-ulama Islam tidak
semata-mata berpegang pada wahyu, tetapi banayk pula
bergantung pada pendapat akal. Peranan akal yang besar dalam
pembahasan masalah-masalah keagamaan dijumpai bukan pula
hanya dalam bidang filsafat, tetapi juga dalam bidang
tauhid, bahkan juga dalam fikih dan tafsir sendiri .
(Nasution Harun, 1986: 71)
1. Fikih
Memulai pembicaraan tentang peranan akal dalam bidang fikih
atau hukum Islam, kata faqiha sendiri mengandung makna faham
atau mengerti. Untuk mengerti dan memahami sesuatu
diperlukan pemikiran dan pemakaian akal.
Dengan demikian fikih merupakan ilmu yang menbahas pemahaman
dan tafsiran ayat-ayat al-Qur’an, yang berkenaan dengan
hukum. Untuk pemahaman dan penafsiran itu diperlukan
17
Page 18
ihtihad, ihtihad pada asalnya mengandung arti usaha keras
dalam melaksanakan pekerjaan berat dan dalam istilah hukum
berarti uasaha keras dalam bentuk pemikiran akal untuk
mengeluarkan ketentusn hukum agama dan sumber-sumbernya.
2. Ilmu Tauhid dan Teologi
Kalau dalam ilmu fikih peranan akal dalam hukum Islam yang
dipermasalahkan, dalam ilmu tauhid atau ilmu kalam,
permasalahannya meningkat menjadi akal dan wahyu. Yang
dipermasalahkan adalah kesanggupan akal dan wahyu terhadap
dua persoalan pokok dealam agama, yaitu adanya Tuhan serta
kebaikan dan kejahatan.
3. Falsafat
Sesuai denagn pengertian falsafat sebagai pemikiran sedalam-
dalamnya tentang wujud, akal lebih banyak dipakai dan akal
dianggap lebih besar dayanya dari yang dianggap dalam ilmu
tauhid apalagi ilmu fikih. Sebagai akibatnya pendapat-
pendapat keagamaan filosof lebih liberal dari pada pendapat-
pendapat keagamaan ulamatauhid atau teolog, sehingga timbul
sikap salah menyalahkan bahkan kafir-mengkafirkan diantara
kedua golongan itu. Filosof-filosof Islam berkeyakinan bahwa
antara akal dan wahyu, antara falsafat dan agama tidak ada
pertentangan. Keduanya sejalan dan serasi.
Al-Farabi, filosof yang datang sesudah Al-Kindi, juga
berkeyakinan bahwa antara agama dan falsafat tidak ada
pertentangan. Menurut pandangannya kebenaran yang dibawa
18
Page 19
wahyu dan kebenaran yang dihasilkan falsafat hasilnya satu,
walaupun bentuknya berbeda. Al-Farabilahfilosof Islam
pertama yang mengusahakan keharmonisan antara agama dan
falsafat.
4. Pemikir-Pemikir Pembaharuan Islam
Demikianlah kedudukan akal dan wahyu dalam pemikiran
keagamaan Islam zaman klasik, yang terdapat dalam bidang
fikih, bidang tauhid, dan bidang falsafat. Sesudah zaman
klasik yang berakhir secara resmi pada pertengahan abad
ketiga belas, pemikiran dalam Islam tidak berkembang. Tetapi
pada zaman modern sekarang mulai pada permulaan abad ke-
sembilan belas, pemikiran atas dorongan nasionalisme yang
datang dari dunia barat mulai timbul kembali. Pemimpin-
pemimpin pembaharuan dalam Islam mulai menonjolkan kedudukan
akal yang tinggi dalam al-Qur’an, dalam Hadis dan dalam
sejarah pemikiran Islam.
Kedudukan tinggi dari akal di zaman modern ini dapat
dilihat dalam pemikiran Ahmad Khan. Bagi pemimpin
pembaharuan dalam Islam di India ini hanya Al-Qur’an uang
bersifat absolut dan harus dipercayai. Lainnya bersifat
relatif, boleh diterima, boleh ditolak. Tetapi disamping itu
ia punya kepercayaan yangkuat pada akal dan hukum alam.
Islam dalam pendapatnya adalah agama yang sesuai dengan akal
dan hukum alam. Oleh sebab itu pendapat-pendapat yang tidak
sesuai dengan akal dan hukum alam timbul karena salah
pemahaman ataupeun salah interprestasi tentang ayat-ayat al-
Qur’an. Islam adalah agama yang sesuai denagan ilmu
19
Page 20
pengetahuan dan teknologi modern. Disamping itu akal dapat
membuat hukum mengenai hal-hal yang diatas untuk diamalkan
oleh manusia.
BAB III20
Page 21
PENUTUP
A. Kesimpulan:
1. Akal merupakan hidayah Allah yang diberikan kepada
menusia berfungsi sebagai alat untuk mencari kebenaran, akal
mampu merumuskan yang bersifat kognitif dan manajerial.
2. Wahyu merupakan firman Allah yang berfungsi sebagai
pedoman hidup manusia. Wahyu baik yang langsung (al-Qur’an)
maupun tidak langsung (al-Sunnah) sebagi sumber ajaran Islam
3. Akal dan wahyu dilihat secara fungsional bukan
struktural, akal berfungsi untuk memahami wahyu, dan wahyu
berfungsi untuk meluruskan kerja akal.
4. Dalam ajaran Islam, akal mempunyai kedudukan tinggi
dan banyak dipakai, bukan hanya dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan saja, tetapi juga dalam
perkembangan ajaran-ajaran keagamaan Islam itu sendiri.
5. Kedudukan wahyu terhadap akal manusia adalah seperti
cahaya terhadap indera penglihatan manusia
B. Saran
Kami mengharapkan para pembaca bisa mengambil
pelajaran dari makalah kami ini, dan member kritikan dari
setiap kesalahan yang ada karena kami manusia biasa yang
dhaif, dan jika ada benarnya itu semata-mata dari Allah swt.
21
Page 22
DAFTAR PUSTAKA
Refrensi Dari:
http://amamdesign.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam-akal.html
http://mahadteebee.wordpress.com/2011/03/06/cara-cara-wahyu-turun/
http://almanhaj.or.id/content/3425/slash/0/dalil-aqli-akal-yang-benar-akan-sesuai-dengan-dalil-naqlinash-yang-shahih /
22