Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang penuh dengan kekurangan. Dalam semua sisi kehidupan, kekurangan yang melekat pada manusia menyebabkan kemampuan yang dimiliki menjadi sangat terbatas. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan peran dan fungsi akal secara optimal, sehingga akal dijadikan sebagai standar seseorang diberikan beban taklif atau sebuah hukum. Jika seseorang kehilangan akal maka hukum-pun tidak berlaku baginya. Saat itu dia dianggap sebagai orang yang tidak terkena beban apapun. Islam bahkan menjadikan akal sebagai salah satu diantara lima hal primer yang diperintahkan oleh syariah untuk dijaga dan dipelihara, dimana kemaslahatan dunia dan akhirat amat disandarkan pada terjaga dan terpeliharanya kelima unsur tersebut, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Agama mengajarkan dua jalan untuk mendapatkan pengetahuan. Pertama, melalui jalan wahyu, yakni melalui komunikasi dari Tuhan kepada/manusia, dan kedua dengan jalan akal, yakni memakai kesan-kesan yang diperoleh panca indera sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan. Pengetahuan yang diperoleh melalui wahyu diyakini sebagai 1
22

Akal dan Wahyu

Feb 26, 2023

Download

Documents

Tri Toro
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Akal dan Wahyu

BAB IPENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang penuh

dengan kekurangan. Dalam semua sisi kehidupan, kekurangan

yang melekat pada manusia menyebabkan kemampuan yang

dimiliki menjadi sangat terbatas. Islam adalah agama yang

sangat memperhatikan peran dan fungsi akal secara optimal,

sehingga akal dijadikan sebagai standar seseorang diberikan

beban taklif atau sebuah hukum. Jika seseorang kehilangan

akal maka hukum-pun tidak berlaku baginya. Saat itu dia

dianggap sebagai orang yang tidak terkena beban apapun.

Islam bahkan menjadikan akal sebagai salah satu

diantara lima hal primer yang diperintahkan oleh syariah

untuk dijaga dan dipelihara, dimana kemaslahatan dunia dan

akhirat amat disandarkan pada terjaga dan terpeliharanya

kelima unsur tersebut, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan,

dan harta.

Agama mengajarkan  dua jalan untuk mendapatkan

pengetahuan. Pertama, melalui jalan wahyu, yakni melalui

komunikasi dari Tuhan kepada/manusia, dan kedua dengan jalan

akal, yakni memakai kesan-kesan yang diperoleh panca indera

sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan.

Pengetahuan yang diperoleh melalui wahyu diyakini sebagai

1

Page 2: Akal dan Wahyu

pengetahuan yang absolut, sementara pengetahuan yang

diperoleh melalui  akal diyakini sebagai pengetahuan yang

bersifat relatif, yang memerlukan pengujian terus menerus,

mungkin benar dan mungkin salah (Harun Nasution, 1986: 1).

Di  zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

timbul pertanyaan, pengetahuan mana yang lebih dipercaya,

pengetahuan yang diperoleh melalui akal, pengetahuan melalui

wahyu, atau pengetahuan yang diperoleh melalui kedua-

duanya.  Karena itu,  masalah hubungan  akal dan wahyu ini

merupakan masalah yang paling masyhur dan paling mendalam

dibicarakan dalam sejarah pemikiran manusia, telah lebih dua

ribu tahun (Harun Nasution, 1986: 1).

Akan tetapi, meskipun demikian akal bukanlah penentu

segalanya. Ia tetap memiliki kemampuan dan kapasitas yang

terbatas. Oleh karena itulah, Allah SWT menurunkan wahyu-Nya

untuk membimbing manusia agar tidak tersesat. Di dalam

keterbatasannya-lah akal manusia menjadi mulia. Sebaliknya,

ketika ia melampaui batasnya dan menolak mengikuti bimbingan

wahyu maka ia akan tersesat.

B.     Rumusan masalah

1. Pengertian akal dan wahyu

2. Sejarah Turunnya Wahyu Kepada Nabi Muhammad

3. Cara Turunnya Wahyu 

4. Fungsi dan kedudukan akal dan wahyu

5. Bagaimanakah akal dan wahyu dalam pemikiran Islam

2

Page 3: Akal dan Wahyu

C.    Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini untuk menjelaskan bahwa akal

dan wahyu dalam kehidupan islam sangat penting akal dan

wahyu yang  digunakan  maqasid as-syari’ah  atau maslahah

yang menekankan terjaminnya kebutuhan  hidup manusia, dua di

antaranya adalah mewujudkan terjaganya  al-‘aql (intellect),

dan keyakinan (ad-din) (Fahim Khan, 1992: 73-74).  Dalam hal

ini  wahyu  merupakan sumber pengetahuan yang didasarkan

kepada keimanan kepada Allah SWT.

D.    Manfaat

1.      Agar kita dapat dapat mengetahui pengertian dari

Akal dan wahyu, fungsi dan kedudukan Akal dan wahyu, serta

akal dan wahyu dalam pemikiran islam.

2.      Memperluas wawasan pemikiran kita mengenai akal dan

wahyu dalam pemikiran islam.

BAB IIPEMBAHASAN

A.    Pengertian Akal Dan Wahyu

1.      Akal

Akal berasal dari bahasa Arab ‘aqala-ya’qilu’ yang

secara lughawi memiliki banyak makna, sehingga kata al ‘aql

3

Page 4: Akal dan Wahyu

sering disebut sebagai lafazh musytarak, yakni kata yang

memiliki banyak makna. Dalam kamus bahasa Arab al-munjid fi

al-lughah wa al a’lam, dijelaskan bahwa ‘aqala memiliki

makna adraka (mencapai, mengetahui), fahima (memahami),

tadarabba wa tafakkara (merenung dan berfikir). Kata

al-‘aqlu sebagai mashdar (akar kata) juga memiliki arti

nurun nuhaniyyun bihi tudriku al-nafsu ma la tudrikuhu bi

al-hawas, yaitu cahaya ruhani yang dengannya seseorang dapat

mencapai, mengetahui sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh

indera.  Al-‘aql juga diartikan al-qalb, hati nurani atau

hati sanubari.

 Pengaruh filsafat Yunani terhadap filosof-filosof

muslim terlihat  dalam pendapat mereka  tentang akal yang

dipahami sebagai salah satu daya dari jiwa (an-nafs/ ar-ruh)

yang terdapat dalam diri manusia. Seperti  Al-Kindi (796-

873) yang terpengaruh Plato, menjelaskan bahwa pada jiwa

manusia terdapat tiga daya, daya bernafsu (al-quwwah asy-

syahwatiyah) yang berada di perut, daya berani (al-quwwah

al-ghadabiyyah) yang bertempat di dada dan  daya berfikir

(al-quwwah an-natiqah) yang berpusat di kepala. Sementara

itu, di kalangan teolog muslim, mengartikan akal sebagai

daya untuk memperoleh pengetahuan, seperti  pendapat Abu al-

Huzail, akal adalah daya untuk memperoleh pengetahuan, daya

yang  membuat  seseorang dapat  membedakan dirinya dengan

benda-benda lain, dan mengabstrakkan benda-benda yang

ditangkap oleh panca indera.

Dengan demikian akal dalam pengertian Islam, bukanlah otak,

akan tetapi daya berfikir yang terdapat  dalam jiwa manusia,

4

Page 5: Akal dan Wahyu

daya untuk memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam

sekitarnya. Dalam pengertian inilah akal yang dikontraskan

dengan wahyu yang membawa pengetahuan dari luar diri

manusia, yakni dari Allah SWT.

Makhluk ciptaan Allah yg mempunyai akal hanya 3 golongan..

1. MALAIKAT

Malaikat hanya memiliki akal saja. Makanya malaikat hanya

patuh dalam menjalankan perintah saja.

2. Jin

Jin memiliki akal dan nafsu. Tpi jin lebih condrong kepada

nafsu. Makanya dia melanggar perintah.

Condrong yg dimaksud disini bila dalam persentase 75%.

3. MANUSIA

Manusia memiliki akan dan nafsu juga. Jdi terserah mau

bagaimana.

Kalau mau memakai akal maka ia akan patuh pada perintah

seperti Malaikat.

Kalau mau memakai nafsu maka ia akan melanggar perintah

seperti jin.

Sedangkan kalau hanya memakai nafsu saja ( 100% ), maka ia

seperti binatang, karna pada binatang hanya ada nafsu tdk

ada akalnya. Sedangkan tngkah laku binatang yg terlihat

pintar dari manusia itu bukan karna akalnya tpi itu hanya

tabi'at nya binatang.

2.      Wahyu

5

Page 6: Akal dan Wahyu

Wahyu atau al-wahy adalah kata mashdar (infinitif); dan

materi katanya menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu; ع�لام الا�ع ي� ي ال�سر ف� T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy .(pengetahuan tersembunyi dan cepat)  ال�خ�

menyatakan bahwa wahyu itu ialah yang dibisikkan ke dalam

sukma, diilhamkan dan isyarat cepat yang lebih mirip kepada

dirahasiakan daripada dilahirkan. Pengertian wahyu secara

terminologi adalah firman (petunjuk) Allah yang disampaikan

kepada para nabi dan awliya. Defenisi yang lebih ringkas, namun

jelas adalah

ه“ ائ�� ي �ب ��ن ي م�ن ا� ب# ل ع�لي ن�� عالى ال�من�ر� ”ك�لام ال�له ت�.Kalam Allah kepada Nabi-Nya

TM. Hasbi Ash-Shiddieqy mendefinisikan bahwa wahyu secara

terminologi adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan dengan

cara cepat dari Allah ke dalam dada nabi-nabi-Nya, sebagaimana

dipergunakan juga untuk Al-Quran. Wahyu yang dimaksud di sini

adalah khusus untuk Nabi, sedangkan ilham adalah khusus pula

selain Nabi. Jadi, beda antara wahyu dengan ilham adalah bahwa

ilham itu intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong untuk

mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari mana

datangnya. Hal seperti itu serupa dengan perasaan lapar, haus,

sedih dan senang.

Pendapat yang lain sebagai contoh adalah, menurut bahasa

(lughah), kata wahyu berasal dari bahasa Arab al-wahy yang

memiliki beberapa arti, di antaranya; suara,  bahasa isyarat,

bisikan, paham dan juga api. Tetapi ada juga yang mengartikan

bisikan  yang tersembunyi dan cepat. Dengan demikian,

6

Page 7: Akal dan Wahyu

pengertian wahyu secara etimologis  adalah penyampaian  firman

tuhan kepada manusia melalui RasulNya tanpa diketahui orang

lain. Firman Tuhan itu merupakan seperangkat informasi yang

akan diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan  pedoman

dalam kehidupan.

Pemberitahuan Allah swt kepada hambanya yang terpilih

mengenai segala sesuatu yang ia kehendaki untuk

dikemukakannya, baik berupa petunjuk atau ilmu, namun

penyampaiannya secara rahasia dan tersembunyi serta tidak

terjadi pada manusia biasa. Sedang wahyu Allah kepada para

nabi-Nya secara syar’i  definisikan sebagai kalam Allah

yang diturunkan kepada seorang nabi. Definisi ini menggunakan

pengertian maf’ul, yaitu almuha (yang diwahyukan).

Ustad Muhammad Abduh mendefinisikan wahyu di dalam Risalah

Tauhid adalah pengetahuan yang didapati oleh seseorang dari

dalam dirinya dengan disertai keyakinan bahawa pengetahuan itu

datang dari Allah, melalui perantara ataupun tidak. Yang

pertama melalui suara yang menjelma dalam telinganya atau

tanpa suara sama sekali. Beda antara wahyu dengan ilham adalah

bahawa ilham itu intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong

untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari mana

datangnya. Hal seperti itu serupa dengan perasaan lapar, haus,

sedih, dan senang. Sejatinya wahyu merupakan metodologi

turunnya firman Allah. Firman Allah adalah merupakan

seperangkat informasi yang telah dikemas secara sistematis

(dibukukan) disebut dengan kitab suci (misalnya Al Quran).

Sistem penyampaianya oleh Allah kepada manusia melalui

perantara malaikat, malaikat menyampaikannya kepada Rasul.

Proses turunnya sangat cepat dan tersembunyi, cara turunnya

7

Page 8: Akal dan Wahyu

itulah yang dinamakan wahyu. Wahyu bukan pesan (firman Tuhan),

melainkan cara atau prosedur turunnya pesan tersebut. Lihat

firman Allah dibawah ini;

من له ل� ب# ن ق�. ن�ت. م� ن ك� ن وا� ق.را@ ا ال� ذ� كG ه� ي ل� ا ا� ب� ي وح� ما ا� ص ب�# ص ق. سن ال� ح� كG ا� لي ص ع� ق. ن ت�� ح ن��

ن ] لي اف�� ع� ١٢:٣ال�Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan

Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya

adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui. ( Yusuf ; 3)

  Dan…

  عذه ن ت�# ي_ن م� ي �ب وح وال�ي� لى ن�� ا ا� ب� ي وح� ما ا� كG ك� ي ل� ا ا� ب� ي وح� ا ا� ن�� اط ا� ي# س� وب# والا� عق. اق. وت� ح س� ل وا� ي ماع� س� م وا� ي راه� #xب لى ا� ا ا� ب� ي وح� وا�

مان لي ارون وس� س وه� ون�� �ن وب# و xن سي وا� ي ورا ] وع� #xن ا داوود ر� ب� ب �ن� [٤:١٦٣ وا@Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu sebagaimana Kami telah

mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah

mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa,

Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (An Nisa;

163)

 Jadi makna yang terkandung di dalam ayat  di atas adalah

apa yang diturunkan Allah yakni Al quran dan Zabur. Sedangkan

wahyu merupakan cara Allah menurunkanya kepada Rasul.

Pesan (firman Allah) yang diturunkan kepada Rasul dapat

juga kita katakan sebagai “Risalah”yakni seperangkat informasi

yang diturunkan oleh Tuhan (Allah) kepada umat manusia melalui

RasulNya. Didalam risalah itu terdapat informasi terutama

mengenai suruhan dan larangan. Suruhan dan larangan tersebut

8

Page 9: Akal dan Wahyu

ada yang berkenaan dengan sistem kehidupan bermasyarakat

(muamalah) dan sistem ritual  atau perayaan  (sistem

beribadat) tentang hak dan kewajiban atau tentang makanan.

Berita tentang sesuatu misalnya tentang masa lalu dan yang

akan datang, apa yang baik dan yang buruk. Penjelasan tentang

fenomena alam dan sebagainya. Disamping itu juga ada berita

berbagai kisah atau sejarah. Risalah ini berfungsi

sebagai pedoman untuk mencapai kehidupan yang  harmonis di

dalam bermasyarakat dan kehidupan yang lebih baik di kemudian

hari. Risalah tersebut biasanya dihimpun dalam sebuah buku

yang disebut dengan kitab-suci(misalnya Al-Quran). Kitab suci

dapat dikembangkan lagi  dengan  kitab tafsir  (penjelasannya)

B.  Sejarah Turunnya Wahyu Pertama Nabi Muhammad

Gua Hira adalah tempat Nabi Muhammad SAW menerima

wahyu dari Allah yang pertama kalinya melalui malaikat

Jibril. Gua tersebut sebagai tempat Nabi Muhammad menyendiri

dari masyarakat yang pada saat itu masih belum beriman

kepada Allah. Gua Hira terletak di negara Arab Saudi.

Letaknya pada tebing menanjak yang agak curam walau tidak

terlalu tinggi, oleh karena itu untuk menuju gua itu setiap

orang harus memiliki fisik yang kuat. Mendekati usia empat

puluh tahun, mulailah tumbuh pada diri Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallam kecendrungan untuk melakukan ‘uzlah. Allah

menumbuhkan pada dirinya rasa senang untuk melakukan

ikhtila’ (menyendiri) di Gua Hira’ (Hira’ adalah nama sebuah

9

Page 10: Akal dan Wahyu

gunung yang terletak di sebelah barat laut kota Mekkah). Ia

menyendiri dan beribadah di gua tersebut selama beberapa

malam. Kadang sampai sepuluh malam, dan kadang lebih dari

itu, sampai satu bulan.

Kemudian beliau kembali ke rumah sejenak hanya untuk

mengambil bekal baru untuk melanjutkan ikhtila’-nya di gua

Hira’. Demikianlah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus

melakukannya sampai turun kepadanya wahyu ketika beliau

sedang ‘uzlah.

Permulaan Wahyu

Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah ra, menceritakan

cara permulaan wahyu, ia berkata : “Wahyu yang diterima oleh

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dimulai dengan

suatu mimpi yang benar. Dalam mimpi itu beliau melihat

cahaya terang laksana fajar menyingsing di pagi hari.

Kemudian beliau digemarkan (oleh Allah) untuk melakukan

khalwat (‘uzlah). Beliau melakukan khalwat di gua Hira’ –

melakukan ibadah – selama beberapa malam, kemudian pulang

kepada keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal.

Demikianlah berulang kali hingga suatu saat beliau

dikejutkan dengan datangnya kebenaran di dalam gua Hira’.

Pada suatu hari datanglah Malaikat lalu berkata, “Bacalah”.

Beliau menjawab, “Aku tidak dapat membaca”. Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan lebih lanjut :

Malaikat itu lalu mendekati aku dan memelukku sehingga aku

merasa lemah sekali, kemudian aku dilepaskan. Ia berkata

lagi, “Bacalah”. Aku menjawab : “Aku tidak dapat membaca”.

Ia mendekati aku lagi dan mendekapku, sehingga aku merasa

10

Page 11: Akal dan Wahyu

tak berdaya sama sekali, kemudian aku dilepaskan. Ia berkata

lagi, “Bacalah”. Aku menjawab, “Aku tidak membaca”. Untuk

ketiga kalinya ia mendekati aku dan memelukku hingga aku

merasa lemas, kemudian aku dilepaskan. Selanjutnya ia

berkata lagi, “Bacalah dengan nama Rabb-mu yang telah

menciptakan…. . Menciptakan manusia dari segumpal darah…….”

dan seterusnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam segera pulang

dalam keadaan gemetar sekujur badannya menemui Khadijah,

lalu berkata, “Selimutilah aku… selimutilah aku”. Kemudian

beliau diselimuti hingga hilang rasa takutnya. Setelah itu

beliau berkata pada Khadijah, “Hai Khadijah, tahukah engkau

mengapa tadi aku begitu?” Lalu beliau menceritakan apa yang

baru dialaminya.Selanjutnya beliau berkata : “Aku

sesungguhnya khawatir terhadap diriku (dari gangguan makhluk

Jin).”

Siti Khadijah menjawab : “Tidak! Bergembiralah! Demi

Allah, Allah sama sekali tidak akan membuat anda kecewa.

Anda seorang yang suka menyambung tali keluarga, selalu

menolong orang yang susah, menghormati tamu dan membela

orang yang berdiri di atas kebenaran.”

Beberapa saat kemudian Khadijah mengajak Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui Waraqah bin Naufal,

salah seorang anak paman Siti Khadijah. Di masa jahiliyah ia

memeluk agama Nasrani. Ia dapat menulis dalam huruf Ibrani,

bahkan pernah menulis bagian-bagian dari Injil dalam bahasa

11

Page 12: Akal dan Wahyu

Ibrani. Ia seorang yang telah lanjut usia dan kehilangan

penglihatan.

Kepadanya Khadijah berkata : “Wahai anak pamanku,

dengarkanlah apa yang akan dikatakan oleh anak lelaki

saudaramu (yakni Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam).”

Waraqah bertanya kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa

sallam, “Hai anak saudaraku, ada apakah gerangan?”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian

menceritakan apa yang dilihat dan dialami di gua Hira’.

Setelah mendengarkan keterangan Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa sallam, Waraqah berkata , “Itu adalah Malaikat

yang pernah diutus Allah kepada Musa. Alangkah bahagianya

seandainya aku masih muda perkasa! Alangkah gembiranya

seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu!

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah

mereka akan mengusir aku?” Waraqah menjawab , “Ya.” Tak

seorang pun yang datang membawa seperti yang kamu bawa

kecuali akan diperangi. Seandainya aku masih hidup dan

mengalami hari yang akan kamu hadapi itu, pasti kubantu kamu

sekuat tenagaku.” Tidak lama kemudian Waraqah meninggal

dunia, dan untuk beberapa waktu lamanya Rasulullah tidak

menerima wahyu.

Terjadi perselisihan tentang berapa lama wahyu

tersebut terhenti. Ada yang mengatakan tiga tahun, dan ada

pula yang mengatakan kurang dari itu. Pendapat yang paling

kuat adalah apa yang diriwayatkan oleh Baihaqi, bahwa masa

terhentinya wahyu tersebut selama enam bulan. 1

Tentang kedatangan Jibril yang kedua, Bukhari meriwayatkan

12

Page 13: Akal dan Wahyu

sebuah riwayat dari Jabir bin Abdillah, ia berkata : Aku

mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbicara

tentang terhentinya wahyu. Beliau berkata padaku :

“Di saat aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar

suara dari langit. Ketika kepala kuangakat, ternyata

Malaikat yang datang kepadaku di gua Hira’, kulihat sedang

duduk di kursi antara langit dan bumi. Aku segera pulang

menemui istriku dan kukatakan padanya, “Selimutilah aku….

Selimutilah aku…. Selimutilah aku!” Sehubungan dengan itu

kemudian Allah berfirman, “Hai orang yang berselimut,

bangunlah dan beri peringatan. Agungkanlah Rabb-mu,

sucikanlah pakaianmu, dan jauhilah perbuatan dosa…”(al-

Muddatstsir) . Sejak itu wahyu mulai diturunkan secara

kontinyu.  

C.  Cara Penyampaian Wahyu

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan Allah SWT saat

menyampaikan wahyu kepada para rasulnya, yakni:

1. Penyampaian wahyu melalui malaikat jibril

2. Melalui mimpi

3. Suara lonceng

4. Penyampaian melalui perantara malaikat jibril

5. Penyampaian wahyu dengan cara Allah SWT.

Berbicara langsung kepada nabi dari belakang

hijab

13

Page 14: Akal dan Wahyu

Adapun Kelima Rasul Ulul Azmi Yang Menerima Wahyu Dari

Allah SWT

Wahyu - Nabi Nuh as

Nabi Nuh as adalah rasul ulul azmi yang pertama yang

diutus Allah untuk meluruskan aqidah dan ahlak umatnya yang

menyimpang dari ajaran agama. Perjuangan yang dilakukan

sangatlah berat karena anak dan istrinya justru menjadi

penentangnya. Namun atas kehendak allah semua yang

membangkang ditenggelamkan dalam gelombang badai.

Wahyu – Nabi Ibrahim as

Nabi Ibrahim adalah raasul ulul azmi karena kesabaran

dan ketabahannya,serta ketegyhannya dalam berdakwah.

Semenjak masih bayi ibrahim sudah dilindungi allah dari raja

nambrudz yang membunuh semua anak laki-laki. Ketika dewasa

nabi ibrahim menentang keras raja dan masyarakat yang

menyembah berhala. Bahkan beliau menghancurkan semua berhala

tersebut,sehingga akhirnya nabi ibrahim menerima hukuman

raja yakni dibakar hidup-hidup. Namun dengan seizin allah

api berubah menjadi dingin dan tidak bisa membakarnya.

Petunjuk allah datang lagi dalam wujud perintah untuk

menyembelih anaknya yaitu ismail. Berkat

kepatuhannya,akhirnya allah mengganti ismail dengan domba

yang sampai sekarang menjadi ibadah kurban.

Wahyu – Nabi Musa as

14

Page 15: Akal dan Wahyu

Nabi musa adalah rasul ulul azmi karena kesabarannya

menghadapi kezhaliman fir’aun beliau menerima wahyu

pertamanya di bukit sinai.

Wahyu – Nabi Isa as

Nabi isa as adalah rasul alaah berikutnya, beliau

digelari ulul azmi karena kesabaran dan keteguhannya dalam

menyampaikan ajaran agama. Hal itu bisa dilihat dari

kesabarannya ketika menghadapi fitnah dan penghianatan

muridnya sendiri.

Wahyu – Nabi Muhammad SAW

Nabi muhammad adalah rasul terakhir, beliau terkenal

akan kesabaran dan keteguhannya dalam menghadapi umatnya,

beliau menerima wahyu pertama kalinya di gua hira pada

tnggal 17 ramadhan 12 SH/ 6 agustus 610 M. Nabi muhammad

juga diberikan mukzijat yaitu peristiwa isra dan mi’raj.

Peristiwa isra yang memperjalankan nabi dari masjidil haram

ke masjidil aqsa. Kemudian mi’raj membawa nabi ke langit

agar bisa menyaksikan kekuasaan allah, nah dalam kejadian

tersebut allah memerintahkan kewajiban shalat lima waktu

D. Fungsi Dan Kedudukan Akal Dan Wahyu

Al-quran juga memberikan tuntunan tentang penggunaan

akal dengan mengadakan pembagian tugas dan wilayah kerja

pikiran dan qalbu. Daya pikir manusia menjangkau wilayah

15

Page 16: Akal dan Wahyu

fisik dari masalah-masalah yang relatif, sedangkan qalbu

memiliki ketajaman untuk menangkap makna-makna yang bersifat

metafisik dan mutlak. Oleh karenanya dalam hubungan dengan

upaya memahami islam, akal memiliki kedudukan dan fungsi

yang lain yaitu sebagai berikut:

1. Akal sebagai alat yang strategis untuk mengungkap

dan mengetahui kebenaran yang terkandung dalam al-

Qur’an dan Sunnah Rosul, dimana keduanya adalah sumber

utama ajaran islam.

2. Akal merupakan potensi dan modal yang melekat pada

diri manusia untuk mengetahui maksut-maksut yang

tercakup dalam pengertian al-Qur’an dan Sunnah Rosul.

3. Akal juga berfungsi sebagai alat yang dapat

menangkap pesan dan nsemangat al-Qur’an dan Sunnah

yang dijadikan acuan dalam mengatasi dan memecahkan

persoalan umat manusia dalam bentuk ijtihat.

4.Akal juga berfungsi untuk menjabarkan pesan-pesan

al-Quran dan Sunnah dalam kaitannya dengan fungsi

manusia sebagai khalifah Allah, untuk mengelola dan

memakmurkan bumi seisinya.

Namun demikian, bagaimana pun hasil akhir pencapaian

akal tetaplah relatif dan tentatif. Untuk itu, diperlukan

adanya koreksi, perubahan dan penyempurnaan teru-menerus.

E.    Akal Dan Wahyu Dalam Pemikiran Islam

16

Page 17: Akal dan Wahyu

Telah diketahui Islam berkembang dalam sejarah bukan

hanya sebagai agama, tetapi juga sebagai kebudayaan. Islam

memang lahir pada mulanya hanya sebagai agama di Makkah,

tetapi kemudian tumbuh di Madinah menjadi negara,

selanjutnya membesar di Damasyik, menjadi kekuatan politik

internasional yang daerahnya luas dan akhirnya berkembang di

baghdad menjadi kebudayaan bahlkan peradapan yang tidak

kecil pengaruhnya, sebagaimana yang telah disebutkan di

atas, pada peradaban barat modern.

Dalam perkembangan islam dalam kedua aspek itu, akal

memainkan peranan penting, bukan dalam bidang kebudayaan

saja, tetapi juga dalam bidang agama itu sendiri. Dalam

membahas masalah-masalah keagamaan, ulama-ulama Islam tidak

semata-mata berpegang pada wahyu, tetapi banayk pula

bergantung pada pendapat akal. Peranan akal yang besar dalam

pembahasan masalah-masalah keagamaan dijumpai bukan pula

hanya dalam bidang filsafat, tetapi juga dalam bidang

tauhid, bahkan juga dalam fikih dan tafsir sendiri .

(Nasution Harun, 1986: 71)

1.      Fikih

Memulai pembicaraan tentang peranan akal dalam bidang fikih

atau hukum Islam, kata faqiha sendiri mengandung makna faham

atau mengerti. Untuk mengerti dan memahami sesuatu

diperlukan pemikiran dan pemakaian akal.

Dengan demikian fikih merupakan ilmu yang menbahas pemahaman

dan tafsiran ayat-ayat al-Qur’an, yang berkenaan dengan

hukum. Untuk pemahaman dan penafsiran itu diperlukan

17

Page 18: Akal dan Wahyu

ihtihad, ihtihad pada asalnya mengandung arti usaha keras

dalam melaksanakan pekerjaan berat dan dalam istilah hukum

berarti uasaha keras dalam bentuk pemikiran akal untuk

mengeluarkan ketentusn hukum agama dan sumber-sumbernya.

2.      Ilmu Tauhid dan Teologi

Kalau dalam ilmu fikih peranan akal dalam hukum Islam yang

dipermasalahkan, dalam ilmu tauhid atau ilmu kalam,

permasalahannya meningkat menjadi akal dan wahyu. Yang

dipermasalahkan adalah kesanggupan akal dan wahyu terhadap

dua persoalan pokok dealam agama, yaitu adanya Tuhan serta

kebaikan dan kejahatan.

3.      Falsafat

Sesuai denagn pengertian falsafat sebagai pemikiran sedalam-

dalamnya tentang wujud, akal lebih banyak dipakai dan akal

dianggap lebih besar dayanya dari yang dianggap dalam ilmu

tauhid apalagi ilmu fikih. Sebagai akibatnya pendapat-

pendapat keagamaan filosof lebih liberal dari pada pendapat-

pendapat keagamaan ulamatauhid atau teolog, sehingga timbul

sikap salah menyalahkan bahkan kafir-mengkafirkan diantara

kedua golongan itu. Filosof-filosof Islam berkeyakinan bahwa

antara akal dan wahyu, antara falsafat dan agama tidak ada

pertentangan. Keduanya sejalan dan serasi.

Al-Farabi, filosof yang datang sesudah Al-Kindi, juga

berkeyakinan bahwa antara agama dan falsafat tidak ada

pertentangan. Menurut pandangannya kebenaran yang dibawa

18

Page 19: Akal dan Wahyu

wahyu dan kebenaran yang dihasilkan falsafat hasilnya satu,

walaupun bentuknya berbeda. Al-Farabilahfilosof Islam

pertama yang mengusahakan keharmonisan antara agama dan

falsafat.

4.      Pemikir-Pemikir Pembaharuan Islam

Demikianlah kedudukan akal dan wahyu dalam pemikiran

keagamaan Islam zaman klasik, yang terdapat dalam bidang

fikih, bidang tauhid, dan bidang falsafat. Sesudah zaman

klasik yang berakhir secara resmi pada pertengahan abad

ketiga belas, pemikiran dalam Islam tidak berkembang. Tetapi

pada zaman modern sekarang mulai pada permulaan abad ke-

sembilan belas, pemikiran atas dorongan nasionalisme yang

datang dari dunia barat mulai timbul kembali. Pemimpin-

pemimpin pembaharuan dalam Islam mulai menonjolkan kedudukan

akal yang tinggi dalam al-Qur’an, dalam Hadis dan dalam

sejarah pemikiran Islam.

Kedudukan tinggi dari akal di zaman modern ini dapat

dilihat dalam pemikiran Ahmad Khan. Bagi  pemimpin

pembaharuan dalam Islam di India ini hanya Al-Qur’an uang

bersifat absolut dan harus dipercayai. Lainnya bersifat

relatif, boleh diterima, boleh ditolak. Tetapi disamping itu

ia punya kepercayaan yangkuat pada akal dan hukum alam.

Islam dalam pendapatnya adalah agama yang sesuai dengan akal

dan hukum alam. Oleh sebab itu pendapat-pendapat yang tidak

sesuai dengan akal dan hukum alam timbul karena salah

pemahaman ataupeun salah interprestasi tentang ayat-ayat al-

Qur’an. Islam adalah agama yang sesuai denagan ilmu

19

Page 20: Akal dan Wahyu

pengetahuan dan  teknologi modern. Disamping itu akal dapat

membuat hukum mengenai hal-hal yang diatas untuk diamalkan

oleh manusia.

BAB III20

Page 21: Akal dan Wahyu

PENUTUP

A.    Kesimpulan:

1.      Akal merupakan hidayah Allah yang diberikan kepada

menusia berfungsi sebagai alat untuk mencari kebenaran, akal

mampu merumuskan yang bersifat kognitif dan manajerial.

2.      Wahyu merupakan firman Allah yang berfungsi sebagai

pedoman hidup manusia. Wahyu baik yang langsung (al-Qur’an)

maupun tidak langsung (al-Sunnah) sebagi sumber ajaran Islam

3.      Akal dan wahyu dilihat secara fungsional bukan

struktural, akal berfungsi untuk memahami wahyu, dan wahyu

berfungsi untuk meluruskan kerja akal.

4.      Dalam ajaran Islam, akal mempunyai kedudukan tinggi

dan banyak dipakai, bukan hanya dalam perkembangan ilmu

pengetahuan dan kebudayaan saja, tetapi juga dalam

perkembangan ajaran-ajaran keagamaan Islam itu sendiri.

5.      Kedudukan wahyu terhadap akal manusia adalah seperti

cahaya terhadap indera penglihatan manusia

B.     Saran

Kami mengharapkan para pembaca bisa mengambil

pelajaran dari makalah kami ini, dan member kritikan dari

setiap kesalahan yang ada karena kami manusia biasa yang

dhaif, dan jika ada benarnya itu semata-mata dari Allah swt.

21