AKAL DAN WAHYUA. Berita Acara PresentasiTabel 1.1Tabel Berita
Acara PresentasiNONIMNamaPokok Pembahasan
1J410130110Robii Pahlawan H.R Pengertian akal dan wahyu (Bahasa,
Istilah dalam Islam Perspektif Penciptaan Manusia
2J410141058Alfian MubarakAyat yang Berkaitan dengan Akal dan
Wahyu
3J410130105Ryan Ardhi SusiloKedudukan dan Fungsi Akal dan Wahyu
dalam Memahami Islam
4J410130097Kurniawan RahmadikaPandangan filsuf tentang akal dan
Wahyu
B. PendahuluanDi dalam ajaran agama yang diwahyukan ada dua
jalan untuk memperoleh pengetahuan, pertama, jalan wahyu dalam arti
komunikasi dari Tuhan kepada manusia, dan kedua jalan akal, yang
dianugerahkan Tuhan kepada manusia, dengan memakai kesan-kesan yang
diperoleh panca indera sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada
kesimpulan-kesimpulan. Pengetahuan yang dibawa wahyu diyakini
bersifat absolut dan mutlak benar, sedang pengetahuan yang
diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar dan mungkin
salah.Alloh telah menciptakan manusia dengan banyak hidayah dan
anugerah, beberapa di antaranya yang menjadi pembeda antara manusia
dengan makhluk lainnya adalah akal dan wahyu dimana hanya
manusialah yang memiliki hal tersebut, berbeda dengan hewan yang
hanya memiliki nafsu saja.Hidayah berupa akal dan wahyu tersebut
sudah dimiliki manusia sejak lahir dan merupakan anugerah yang di
berikan oleh Allah kepada manusia, namun manusia diberikan
kebebasan oleh Allah untuk mau menerimanya ataupun menolaknya. Jika
manusia menerima wahyu tersebut maka ia akan mendapatkan bimbingan
untuk akal atau rasionya yang terkadang ragu-ragu dan mengalami
kekacauan.Al-Quran memberikan dorongan bagi manusia untuk
menggunakan akalnya dalam bertindak karena akal merupakan barometer
keberadaan manusia. Jika manusia tidak menggunakan akalnya maka
hilanglah sifat kemanusiaannya namun penggunaan secara berlebih
juga akan dapat menyesatkan manusia dalam dosa. Oleh sebab itu
al-Quran memberikan manusia tuntunan tentang cara penggunaan akal.
Adapun wahyu dapat dibedakan menjadi 2 yaitu wahyu langsung
(al-Quran) dan wahyu tidak langsung (al-Sunnah) dimana keduanya
memiliki kedudukan yang sama namun tingkat akurasinya yang berbeda
karena proses pembakuan dan pembukuan.
C. Isi Pokok Pembahasan1. Pengertian Akal dan Wahyua. AkalAkal
berasal dari bahasa Arab 'aql yang secara bahasa berarti pengikatan
dan pemahaman terhadap sesuatu. Pengertian lain dari akal adalah
daya pikir (untuk memahami sesuatu), kemampuan melihat cara
memahami lingkungan, atau merupakan kata lain dari pikiran dan
ingatan. Dengan akal, dapat melihat diri sendiri dalam hubungannya
dengan lingkungan sekeliling, juga dapat mengembangkan
konsepsi-konsepsi mengenai watak dan keadaan diri kita sendiri,
serta melakukan tindakan berjaga-jaga terhadap rasa ketidakpastian
yang esensial hidup ini (Anonim A, 2013).Kata al-Aqlu sebagai
mashdar (akar kata) juga memiliki arti nurun ruhaniyyun bihi
tudriku al-nafsu ma la tudrikuhu bi al- hawas, yaitu cahaya ruhani
yang dengannya seseorang dapat mencapai mengetahui sesuatu yang
tidak dapat di capai oleh indra. Al-aql juga di artikan sebagai
Al-qalb, hati nurani atau hati sanubari. Sedangkan kata al-aqil
(bentuk pelaku, isim fail) sering digunakan untuk menyebutkan
manusia, karena manusialah yang berakal (Santoso dkk, 2013 :
4).Menurut tinjauan Al Quran akal adalah Hujjah atau dengan kata
lain merupakan anugerah Allah SWT. Yang cukup hebat dengannya
manusia dibedakan dari mahluk lain. Akal juga merupakan alat yang
dapat menyampaikan kebenaran dan sekaligus sebagai pembukti dan
pembeda antara yang haq dan yang bathil, serta apa yang
ditemukannya dapat dipastikan kebenarannya, asal saja
persyaratan-persyaratan fungsi kerjanya dijaga dan tidak diabaikan
(Anshori A, 2013).Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan
dalil-dalil dari Al Quran sebagai bukti dari ucapan di atas
:Artinya : Adakah tersembunyi serta belum jelas lagi kepada mereka:
berapa banyak Kami telah binasakan dari kamu-kaum Yang terdahulu
daripada mereka, sedang mereka sekarang berulang-alik melalui
tempat-tempat tinggal kaum-kaum itu? Sesungguhnya pada Yang
demikian ada tanda-tanda (untuk mengambil iktibar) bagi orang-orang
Yang berakal fikiran. (QS Thahaa: 128)b. WahyuWahyu
ataual-wahyadalah katamashdar(infinitif); dan materi katanya
menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu; (pengetahuan
tersembunyidan cepat).T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy menyatakan bahwa
wahyu itu ialah yang dibisikkan ke dalam sukma, diilhamkan dan
isyarat cepat yang lebih mirip kepada dirahasiakan daripada
dilahirkan. Pengertian wahyu secara terminologi adalah firman
(petunjuk) Allah yang disampaikan kepada para nabi
danawliya.Defenisi yang lebih ringkas, namun jelas adalah Kalam
Allah kepada Nabi-Nya (Jalius H.R. 2013).Dalam wacana keagamaan
(Islam), selanjutnya al-wahyu lebih di maknai sebagai pemberitaan,
risalah dan ajaran Alloh yang diberikan kepada para Nabi dan
Rasulnya. Dengan demikian , dalam kata wahyu terkandung arti
penyampaian sabda atau firman Alloh kepada orang-orang yang menjadi
pilihannya (Nabi dan Rasul) untuk diteruskan kepada ummat manusia
sebagai pegangan dan panduan hidupnya (Santoso dkk, 2013 : 5).
2. Ayat-ayat yang Berkaitan dengan Akal dan WahyuAyat-ayat yang
berkaitan dengan akalQuran Surat Al-Baqaroh ayat 75 "Apakah kamu
masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan
dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahya setelah
mereka memahaminya, sedang mereka
mengetahui?(Q.S.al-Baqaroh/2:75).Quran surat al-Hajj ayat 46 maka
apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai
hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga
yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di
dalam dada.(Q.S.al-Hajj/22:46).Quran surat al-Baqaroh ayat 242
Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya
(hukum-hukum-Nya) supaya kamu
memahaminya.(Q.S.al-Baqaroh/2:242).Quran surat al-Ankabut ayat 43
Demikianlah perumpamaan-perumpamaan kami buat bagi manusia tetapi
yang dapat memahaminya hanyalah orang-orang yang
mengetahui(Q.S.Al-Ankabut/29:43) Ayat-ayat yang berkaitan dengan
wahyuQuran surat al-Nisa ayat 163
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana
Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang
kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim,
Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus, Harun dan
Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada
Daud.(Q.S.al-Nisa/4:163)Quran surat al-Nahl ayat 68 Dan Tuhamu
mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohonkayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia."
(Q.S.Al-Nahl.16: 68)Quran Surat Al-Isra ayat 39
"Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Rabb kepadamu. Dan
janganlah kamu mengadakan ilah yang lain di samping Allah, yang
menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka, dalam keadaan tercela
lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).(Q.S.al-Israa.17:39)3. Pandangan
Filsuf Tentang Akal dan WahyuFilsafat merupakan pemikiran secara
mendasar dari apa yang kita lihat, kita rasakan dan kita alami.
Orang-orang yang mendalami filsafat disebut filosof atau filsuf.
Walaupun sebenarnya filsafat ilmu yang berasal dari Yunani, tetapi
banyak ilmuwan muslim yang mempelajari ilmu tentang filsafat guna
memahami tentang agama. Para filosof-filosof islam banyak
menuangkan pemikirannya dalam hal agama, salah satunya adalah akal
dan wahyu. Akibat para filosof menuangkan pemikirannya dengan akal,
maka pendapat-pendapat filosof dianggap terlalu menuju ke aliran
barat, sehingga ada sikap yang saling menyalahkan.Filosof-filosof
islam bekeyakinan bahwa antara akal dan wahyu, antara filsafat dan
agama tidak ada pertentangan. Al-KindiAl-kindi merupakan filosof
islam yang pertama yang membahas tentang filsafat dan agama.
Menurut beliau filsafat merupakan pembahasan tentang kebenaran,
bukan untuk diketahu saja tapi juga diamalkan, sedangkan agama
adalah juga datang untuk kebenaran (Nasution, 1986 : 82). Falsafat
yang termulia dan tertinggi derajatnya adalah falsafat pertama,
yaitu ilmu tentang Yang Maha Benar Pertama, yang menjadi sebab bagi
tiap kebenaran. Dengan demikian antara filsafat dan agama ada
persesuaian. Perbedaannya hanya pada filsafat memperoleh kebenaran
melalui akal sedang agama melalui wahyu (Nasution, 1986 : 82).
Al-FarabiAl-Farabi, filosof islam yang pertama mengusahakan
keharmonisan antara agama dan filsafat. Dengan mebawa konsep
komunikasi manusia dengan akal ke sepuluh. Tuhan menurunkan wahyu
kepada Nabi melalui akal aktif, apa yang dipancarkan Tuhan kepada
akal aktif, diteruskan oleh akal ini kepada akal pasif daya
pengreka. Orang yang akal pasifnya menerima pancaran adalah
filosof, ahli hikmat dan ahli fikir. Orang daya pengrekanya
menerima pancaran adalah Nabi yang membawa berita tentang masa
depan. (Nasution, 1986 : 83). Dengan kata lan komunikasi filosof
dengan akal kesepuluh terjadi melalui akal perolehan, sedang
komunikasi Nabi cukup dengan daya pengreka. Ibnu SinaIbnu Sina
filosof islam yang berpendapat bahwa Nabi dan filosof menerima
kebenaran dari sumber yang sama yaitu Jibril, yang disebut akal
kesepuluh atau akal aktif. Perbedaanya hanyalah hubungan Nabi
dengan Jibril melalalui akal materil, sedangkan filosof melalui
akal perolehan. Filosof memperoleh akal perolehan melalui latihan
berat, sedang Nabi memperoleh akal materil yang dayanya jauh lebih
kuat dari akal perolehan, sungguhpun tingkatnya lebih rendah,
sebagai anugerah Tuhan kepada orang pilihan-Nya. Pengetahuan yang
diperoleh Nabi mengambil bentuk wahyu, berlainan dengan pengetahuan
yang diperoleh filosof, tetapi antara keduanya tidak ada yang
bertentangan (Nasution, 1986 : 84). Ibnu RusydiAgama dan filsafat
tidak bertentangan , beliau menjelaskan bahwa penelitian akal tidak
menimbulkan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang dibawa agama,
karena kebenaran tidak berlawan dengan kebenaran tetapi sesuai dan
saling memperkuat (Nasution.1986:86). Bayi dilahirkan dengan
kesiapan untuk menerima pengetahuan-pengetahuan umum. Sehingga jika
ia mulai belajar maka maka kesiapan ini berubah menjadi akal akual.
Akal ini data berkembang untuk mencapai kesempurnaan yang tinggi
yang kita harapkan dengan cara perkembangan segala pengetahuan dan
peningkatan persepsi manusia. Segala sesuatu yang tidak disanggupi
akal, maka Tuhan memberikannya kepada manusia melalui wahyu. Ibnu
Rusydi menganggap wahyu sebagai suatu keharusan untuk semua orang,
dan akal dalam mencari kebenaran berada di bawah kekuatan wahyu
(Nasution.1986:86). Ibnu BajjahManusia bisa berhubungan dengan akal
melalui perantara ilmu (pengetahuan) dan pemangunan potensi
manusia. Tuhan menganugerahkan kepada manusia rahmat dan kapasitas,
tetapi keduanya ada yang merupakan pembawaan sejak lahir dan tidak
perlu diupayakan. Disamping itu, rahmat dan kapasitas yang harus
diusahakan sesuai dengan kehendak Tuhan, di bawah bimbingan para
Nabi.
4. Kedudukan dan Fungsi Akal dan Wahyu dalam Memahami islamCukup
banyak isyarat-isyarat Al-Quran tentang penggunaan akal dengan
penekanan bahwa penggunaan akal adalah merupakan barometer bagi
keberadaan manusia. Manusia dalam berpikiran harus menggunakan
pikiran dan qalbu. Daya pikir manusia menjangkau wilayah fisik dari
masalah-masalah yang relatif, sedangkan qalbu memiliki ketajaman
untuk menangkap makna-makna yang bersifat metafisik dan mutlak.
Oleh karenanya dalam hubungan dengan upaya memahami islam, akal
memiliki kedudukan dan fungsi sebagai berikut: Akal sebagai alat
yang strategis untuk mengungkap dan mengetahui kebenaran yang
terkandung dalam al-Quran dan Sunnah Rasul, dimana keduanya adalah
sumber utama ajaran islam. Akal merupakan potensi dan modal yang
melekat pada diri manusia untuk mengetahui maksud-maksud yang
tercakup dalam pengertian al-Quran dan Sunnah Rasul. Akal juga
berfungsi sebagai alat yang dapat menangkap pesan dan semangat
al-Quran dan Sunnah yang dijadikan acuan dalam mengatasi dan
memecahkan persoalan umat manusia dalam bentuk ijtihat. Akal juga
berfungsi untuk menjabarkan pesan-pesan al-Quran dan Sunnah dalam
kaitannya dengan fungsi manusia sebagai khalifah Allah, untuk
mengelola dan memakmurkan bumi seisinya. Namun demikian, bagaimana
pun hasil akhir pencapaian akal tetaplah relatif dan tentatif.
Untuk itu, diperlukan adanya koreksi, perubahan dan penyempurnaan
teru-menerus. Oleh karena itu takqlid buta tidak dianjurkan dalam
ajaran islam (Santoso, dkk. 2013 : 16).Kedudukan Akal Dalam
Syari'at Islam.Syari'at Islam memberikan nilai dan urgensi yang
amat penting dan tinggi terhadap akal manusia. Banyak ayat-ayat
dalam al quran yang menerangkan bahwa akal memiliki kedudukan yang
penting dan tinggi, diantaranya dapat dilihat dari beberapa
point-point berikut: Allah subhanahu wa'ta'ala hanya menyampaikan
kalam-Nya (firman-Nya) kepada orang-orang yang berakal, karena
hanya mereka yang dapat memahami agama dan syari'at-Nya. Alloh
subhanahu wa'ta'ala berfirman:
"Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali)
keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula
sebagai rohmat dari kami dan pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai fikiran". (QS. Shaad [38]: 43). Akal merupakan syarat
yang harus ada dalam diri manusia untuk mendapat taklif (beban
kewajiban) dari Allah subhanahu wa'ta'ala. Hukum-hukum syari'at
tidak berlaku bagi mereka yang tidak mempunyai akal. Dan
diantaranya yang tidak menerima taklif itu adalah orang gila karena
kehilangan akalnya. Rosululloh sholallohu 'alaihi wa sallama
bersabda:" : ""Pena (catatan pahala dan dosa) diangkat (dibebaskan)
dari tiga golongan, diantaranya: orang gila samapai dia kembali
sadar (berakal)". (HR. Abu Daud: 472 dan Nasa'i: 6/156). Allah
subhanahu wa'ta'ala mencela orang yang tidak menggunakan akalnya.
Misalnya celaan Allah subhanahu wa'ta'ala terhadap ahli neraka yang
tidak menggunakan akalnya, Allah subhanahu wa'ta'ala berfirman:
Artinya:"Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau
memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk
penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (QS. 067. Al Mulk
[67]: 10)
Dan Allah subhanahu wa'ta'ala mencela orang-orang yang tidak
mengikuti syari'at dan petunjuk Nabi-Nya. Allah subhanahu wa'ta'ala
berfirman:
Artinya:"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang
Telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami
Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek
moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?". (QS. 002. Al Baqarah [2]: 170). Penyebutan begitu
banyak proses dan aktivitas kepemikiran dalam Al-Qur'an, seperti
tadabbur, tafakkur, ta'aquul dan lainnya. Seperti kalimat
"La'allakum tafakkarun" (mudah-mudahan kalian berfikir) atau
"Afalaa Ta'qiluun" (apakah kalian tidak berakal), atau "Afalaa
Yatadabbarunal Qur'an" (apakah mereka tidak merenungi isi kandungan
Al-Qur'an) dan lainnya. Ayat-ayat Al-Quran yang di dalamnya
terdapat kata-kata nazara, tadabbara, tafakkara, fahiha, fahima,
aqala, ayat-ayat yang berisikan sebutan ulu al-albab, ulu-ilm, ulu
al-absar, ulu al-nuha, dan ayat kauniah, mengandung anjuran,
dorongan bahkan perintah agar manusia banyak berfikir dan
mempergunakan akalnya. Berfikir dan mempergunakan akal adalah
ajaran yang jelas dan tegas dalam Al Quran, sebagai sumber utama
dari ajaran-ajaran Islam (Nasution, Harun. 1982 : 48). Alloh
Berfirman :
Apakah tidak mereka perhatikan onta bagaimana ia diciptakan.?
Dan langit bagaimana ia ditinggikan.? Dan gunung bagaimana ia
ditegakkan.? Dan bumi bagaimana ia dibentangkan.?(Q.S. Al-Gasyiyah.
17-20).Kedudukan Wahyu Dalam IslamAdapun wahyu dalam hal ini yang
dapat dipahami sebagai wahyu langsung (al-Quran) ataupun wahyu yang
tidak langsung (al-Sunnah), kedua-duanya memiliki fungsi dan
kedudukan yang sama meski tingkat akurasinya berbeda karena
disebabkan oleh proses pembukuan dan pembakuannya. Kalau al-Quran
langsung ditulis semasa wahyu itu diturunkan dan dibukukan di masa
awal islam, hanya beberapa waktu setelah Rosul Allah wafat (masa
Khalifah Abu Bakar), sedangkan al-hadis atau al-Sunnah baru
dibukukan pada abat kedua hijrah (masa Khalifah Umar bin Abdul
Aziz), oleh karena itu fungsi dan kedudukan wahyu dalam memahami
Islam adalah: Wahyu sebagai dasar dan sumber pokok ajaran Islam.
Seluruh pemahaman dan pengamalan ajaran Islam harus dirujukan
kepada al-Quran dan Sunnah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
pemahaman dan penngamalan ajaran Islam tanpa merujuk pada al-quran
dan al-sunnah adalah omong kosong. Wahyu sebagai landasan etik.
Karena wahyu itu akan difungsikan biala akal difungsikan untuk
memahami, maka akal sebagai alat untuk memahami islam (wahyu) harus
dibimbinng oleh wahyu itu sendiri agar hasil pemahamannya benar dan
pengamalannya pun menjadi benar. Akal tidak boleh menyimpang dari
prinsip etik yang diajarkan oleh wahyu (Santoso, dkk. 2013 :
17).Kedudukan wahyu terhadap akal manusia adalah seperti cahaya
terhadap indera penglihatan manusia.. Oleh karena itulah, Alloh SWT
menurunkan wahyu-Nya untuk membimbing manusia agar tidak tersesat.
Di dalam keterbatasannya-lah akal manusia menjadi mulia.
Sebaliknya, ketika ia melampaui batasnya dan menolak mengikuti
bimbingan wahyu maka ia akan tersesat. Alloh Berfirman : {1}
{2}Artinya : Alif laam miim , Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
(Q.S.Al-Baqaroh.2.1-2)Meletakkan akal dan wahyu secara fungsional
akan lebih tepat dibandingkan struktural, karena bagaimanapun juga
akal memiliki fungsi sebagai alat untuk memahami wahyu, dan wahyu
untuk dapat dijadikan petunjuk dan pedoman kehidupan manusia harus
melibatkan akal untuk memahami dan menjabarkan secara praktis.
Manusia diciptakan oleh tuhan dengan tujuan yang jelas, yakni
sebagai hamba Allah dan khalifah Allah, dan untuk mencapai tujuan
tersebut manusia dibekali akal dan wahyu (Santoso, dkk. 2013 :
18).
5. Perspektif Penciptaan Manusiaa. Proses Penciptaan
ManusiaAlloh dalam surah al-muminun ayat 12 - 14 telah di tegaskan
tentang proses penciptaan manusia secara lengkap, alloh berfirman:
(12) (13) (14)( : 12 14 )Dan sesungguhnya, kami telah menciptakan
manusia dari sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian kami
menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh
(rahim). Kemudian, air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat,
lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian, kami
menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah,
pencipta yang paling baik ( QS. Al Muminun : 12 14).Penjelasan ayat
:Allah swt menciptakan manusia dari saripati tanah. artinya Allah
swt. menciptakan manusia berasal dari seorang laki-laki dan
perempuan, keduanya mengonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan
dan hewan yang juga memperoleh makanan dari tanah. Sari pati
makanan yang fimakan oleh kedua orang tua kita mejadi sperma dan
sel telur. Hasil pembuahan menjadi segumpal darah dan yang
selanjutnya menjadi segumpal daging hingga tulang belulang yang
dibungkus daging. sesudah itu, Allah menciptakan anggota-anggota
badan dan menyusun menjadi makhluk yang berbentuk seorang bayi
manusia. Air mani yang berasal dari saripati tanah, juga mengandung
makna bahwa manusia pada akhirnnya akan kembali pada tempatnya
semula, yaitu tanah. Tanah yang dimaksud adalah liang lahat.
Artinya manusia berasal dari tanah, dan akan kembali tinggal meyatu
dengan tanah (Rizal Muhammad F, 2013).Kemudian dari ayat diatas, di
pertegas lagi oleh alloh dalam firmanya pada Quran surah al- Hajj
ayat 5 yang berbunyi : Hai manusia, jika kamu dalam keraguan
tentang kebangkitan , makasesungguhnya Kami telah menjadikan kamu
dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal
darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang
sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudiankamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada
yang diwafatkan dandi antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya
telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian
apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah
(al-Hajj Ayat : 5).Penjelasan ayat: apabila manusia bimbang akan
hari kembali dan bangkitnya ruh bersama jasad, padahal sesungguhnya
asal penciptaan manusia ialah dari tanah (tanah itulah yang menjadi
bahan penciptaan Adam a.s), kemudian Dia menjadikan keturunan Adam
dari saripati air yang sangat hina, setelah nutfah berada dalam
rahim seorang wanita, tinggallah nutfah itu dalam kondisi demikian
selama empat puluh hari berikut segala perkembangannya. Kemudian,
nutfah berubah menjadi segumpal darah merah dengan izin Allah.
Kondisi itu berlangsung selama empat puluh hari. Kemudian darah ini
berubah dan menjadi segumpal daging yang tidak berbentuk dan
berpola. Kemudian Allah mulai membentuk dan merancangnya, lalu
dibuatlah bentuk kepala, dua tangan, dada, perut, dua paha, dua
kaki dan anggota tubuh lainnya. Kadang-kadang wanita mengalami
keguguran sebelum gumpalan daging itu berbentuk dan berpola. Dan
kadang-kadang mengalami keguguran setelah gumpalan daging itu
berbentuk dan berpola. Kadang-kadang janin itu menetap didalam
rahim dan tidak gugur. Janin yang gugur itu ada yang berbentuk
makhluk ada pula yang tidak berbentuk. Apabila segumpal daging itu
sudah melampaui empat puluh hari, maka Allah mengutus seorang
malaikat kepadanya dan meniupkan ruh kedalamnya dan
menyempurnakannya sesuai dengan yang dikehendaki Allah, baik
berbentuk tampan maupun jelek, laki-laki maupun perempuan dan Allah
juga menetapkan rizki, ajal, bahagia atau celakanya.b. Tugas,
Tujuan dan Hakikat Hidup ManusiaSetiap penciptaan pasti memiliki
tujuan. Robot di program untuk mematuhi setiap perintah pembuatnya,
begitu juga manusia yang diciptakan untuk beribadah mematuhi setiap
perintah-Nya dan menjahui semua larangan-Nya. Seperti firman Allah
dalam Al-QuransuratAdz Dzaariat ayat 56. Dan tidak Ku-ciptakan jin
dan manusia melainka untuk menyembah kepada-Ku.
Misi penciptaan manusia adalah untuk penyembahan kepada sang
pencipta, Allah SWT. Pengertian penghambaan kepada Allah tidak
boleh diartikan secara sempit dengan hanya membayangkan aspek
ritual yang tercermin dalam sholat saja. Penyembahan berarti
ketundukan manusia kepada hukum-hukum Allah dalam menjalankan
kehidupan di muka bumi ini, baik yang menyangkut hubungan vertical
maupun horizontal (Febrina, 2011).Selain itu manusia juga di
berikan tugas oleh Alloh untuk menjadi khalifah di muka bumi,
sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Alloh dalam firmannya pada
al-Quran surat al-Baqaroh ayat 29-30 yang berbunyi : "Dia-lah
Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
(manusia), dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu." (QS.2:29) "Ingatlah, ketika Rabb-mu berfirman kepada para
Malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi'. Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih, dengan
memuji Engkau, dan mensucikan Engkau'. Rabb berfirman:
'Sesungguhnya, Aku mengetahui, apa yang tidak kamu ketahui'."
(QS.2:30)Untuk melaksanakan fungsi khalifahnya ini, manusia telah
diberi anugerah oleh tuhan dengan dua buah hadiah yang sangat
istimewa, yaitu ilmu pengetahuan (Ilm) dan kebebasan memilih
(Ikhtiyar) (Kartanegara, 2002: 138). Dan untuk menerima kedua
hadiah itu, manusia telah dilengkapi di dalam drinya sarana atau
piranti, berupa akal dan fasilitas laindi luar dirinya, berupa
wahyu tuhan yang diturunkan kepada manusia yang telah mencapai
tingkat kesempunaan (al-insan al-kamil) yang dalam bentuk
kongkretnya diwakili oleh nabi Muhammad s.a.w (Santoso dkk, 2013 :
24 - 25).Maka jalaslah kesatuan manusia dan alam semesta ini dapat
terjaga dengan baik jika manusia dapat menjalankan fungsi
kekhalifahannya dimuka bumi ini. Manusia dibekali akal selain
naluri yang membedakan dengan hewan. Dan akal pula yang sering kali
membuat manusia memiliki agenda sendiri ketika melakukan
penciptaan, bahkan tak jarang bertentangan dengan misi penciptaan
dirinya. Islam merupakan sistem hidup yang tidak memisahkan antara
kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang kita lakukan di dunia menjadi
rujukan dimana kelak Allah SWT akan menempatkan kita, surge atau
neraka. Para seniman, budayawan muslim, serta para ulama yang
dimotori oleh Djamaludin Malik menyatakan, bahwa yang disebut
dengan kebudayaan, kesenian Islam ialah manivestasi dari rasa,
cipta dan karsa manusia muslim dalam mengabdi kepada Allah untuk
kehidupan umat manusia (Febrina, 2011).
D. SimpulanDari penjelasan-penjelasan dan ayat yang telah
dipaparkan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia diciptakan
Alloh dari setetes air yang hina, lalu dalam tahapan yang cukup
panjang terbentuklah tulang, daging, wajah dan struktur tubuh yang
lengkap dalam tubuh ibu, lalu ditiupkan ruh kedalam tubuh tersebut
dan hiduplah seorang manusia yang sempurna. Alloh menganugerahkan
kepada manusia yaitu berupa akal dan wahyu yang nantinya digunakan
oleh manusia untuk memenuhi tugas-tugasnya di dunia.Akal dan wahyu
merupakan suatu hal yang sangat di butuhkan oleh manusia untuk
memenuhi tugas-tugasnya. Kelebihan manusia dibandingkan dengan
makhluk Alloh lainnya adalah memiliki akal yaitu untuk berfikir dan
wahyu yang langsung turun dari Alloh sebagai penyeimbang dari
akal.Manusia tidak diciptakan tanpa sebab. Alloh menciptakan
manusia dengan dibebani beberapa tugas yaitu : menjadi hamba dan
menjadi khalifah dimuka bumi. Untuk menjadi khalifah tersebutlah
Alloh melengkapi manusia dengan akal dan wahyu agar bisa membedakan
mana yang benar dan mana yang salah. Akal dan wahyu dalam islam
memiliki kedudukan yang sama pentingnya dimana wahyu sebagai cahaya
untuk membimbing akal menuju jalan kebenaran. E. SaranIslam adalah
agama yang universal dan sangat mutlak benar karena datangnya dari
Alloh melalui perantaranya yaitu para nabi dan rasul. Oleh sebab
itu setiap persoalan sains yang masih berupa issue atau kabar yang
masih belum jelas dasarnya, hendaknya di kaji juga dalam bidang
keislaman (Al-Quran). Karena pada dasarnya dalam al-Quran terdapat
segala ilmu yang di butuhkan oleh manusia untuk menjawab semua
persoalan.
DAFTAR PUSTAKAAnshori A. 2013. Konsep Akal dalam Al-Quran dan
Al-Sunnah.(Online)
http://mpiuika-2013.blogspot.com/2013/10/konsep-akal-dalam-al-quran-dan-sunnah.html.
Diakses pada Senin 1 Maret 2015 pukul 18.27 WIB.Anonim A. 2013.
Akal. (Online) id.wikipedia.org/wiki/Akal . Diakses pada Senin 1
Maret 2015 Pukul 17.35 WIB.Anonim B. 2011. Makalah Tafsir. (Online)
http://as-syuara.blogspot.com/2011/10/makalah-tafsir.html. Diakses
pada selasa 3 Maret 2015 Pukul 10.50 WIB.Febrina. 2011. Tujuan
Penciptaan Manusia. (Online)
http://febrinaismyname.blogspot.com/2011/09/makalah-tujuan-penciptaan-manusia.html.
Diakses Pada Selasa 3 Maret 2015 Pukul 18.23 WIB.Jalius H.R. 2013.
Pengertian Wahyu. (Online)
https://jalius12.wordpress.com/2013/10/07/pengertian-wahyu/.
Diakses pada Senin 1 Maret 2015 pukul 17.40 WIB.Kartanegara,
Mulyadhi. 2002. Menembus Batas Waktu: Panorama Filsafat Islam.
Bandung: Mizab.Nasution, Harun. 1982 .Akal Dan Wahyu Dalam Islam
.Jakarta: UI-Press.Rizal Muhammad F. 2013. Qs. Al-Muminun ayat
12-14 Tentang Manusia dan Tugasnya Sebagai Khalifah Di Bumi.
(Online)
http://note-student.blogspot.com/2013/06/qs-al-muminun-ayat-12-14-tentang.html.
Di akses pada Selasa 3 Maret 2015 Pukul 10.30 WIBSantoso Fattah,
M.A. dkk. 2013. Studi Islam 3. Surakarta: (LPIK) Universitas
Muhammadiyah Surkarta15