Top Banner
hp://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/info-halal/08/12/01/17587-menggugat-bahan- haram-dalam-obat Menggugat Bahan Haram dalam Obat Bagi umat Islam mengkonsumsi makanan yang halal dan thoyib merupakan bagian dari perintah agama. Demikian juga meninggalkan makanan yang haram adalah kewajiban yang dak bisa ditawar-tawar lagi. Kesadaran masyarakat muslim terhadap perkara yang wajib ini tak perlu dipertanyakan lagi, karena sudah menjadi suatu pedoman hidup. Sebagai konsumen produk pangan, sudah seharusnya umat Islam mendapatkan jaminan dari para produsen atas kehalalan produk- produk pangan yang beredar di komunitas muslim. Faktanya, Konsumen sulit untuk mengetahui apakah suatu produk mengandung bahan haram ataukah dak, kecuali bila produk tersebut mendapatkan serfikat halal dari lembaga berwenang di dalam atau di luar negeri. Meski begitu, daklah berar produk tak berserfikat halal semuanya mengandung bahan haram. Selain produk pangan, ada produk lainnya yang status kehalalannya belum menjadi perhaan masyarakat yaitu produk obat-obatan, khususnya obat yang digunakan dengan cara ditelan atau diminum. Hingga saat ini penulis belum pernah melihat obat resep dokter yang berlabel halal. Bagaimanapun juga obat yang ditelan pada hakekatnya adalah makanan. Sebagaimana yang juga dikatakan oleh para perins ilmu kedokteran seper Hipokrates ataupun Ibnu Sina (Avisena) bahwa obat adalah makanan dan makanan pun adalah obat. Jelas sekali obat dan makanan adalah dua hal yang dak bisa dipisah- pisahkan. Oleh karena itu maka status kehalalan obat-obatan terutama yang ditelan adalah wajib adanya bagi kaum muslim. Sekarang ini untuk produk minuman dan makanan olahan, serfikasi kehalalannya sudah diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan tahun 1996. Serfikat halal ini diberikan setelah suatu produk pangan diperiksa oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat dan Kosmeka Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI), melalui proses audit yang ketat dalam hal asal- usul bahannya, komponen campurannya maupun proses produksinya. Namun, sayang sekali pada prakteknya serfikasi halal produk pangan ini dak diwajibkan kepada ap produsen, tetapi hanya bersifat sukarela bergantung kepada kemauan produsen apakah mau ataukah dak untuk mendapatkan serfikat halal. Dan yang lebih disayangkan lagi adalah karena serfikasi halal ini belum menyentuh kepada produk obat-obatan resep dokter. Sepernya masyarakat kita sampai saat ini masih sangat-sangat permisif terhadap status halalnya obat-obatan, meskipun di dalamnya mungkin terdapat bahan-bahan yang berasal dari barang yang haram, misalnya babi. Sikap permisif ini barangkali karena adanya pemahaman tentang Hukum Darurat yang kurang terkontrol. Padahal dalam ajaran Islam, darurat itu ada batasannya. Memang benar bahwa barang yang haram itu bisa menjadi halal bila dalam keadaan yang sangat darurat, sebagaimana halnya bangkai hewan, darah ataupun daging babi yang bisa halal dimakan bila dalam keadaan darurat (Alquran Surat Al-Baqarah : 173). Namun dalam kasus obat-obatan sepernya hukum darurat ini kesannya terlalu diperlebar dan berlebihan, sehingga bahan obat apapun akan dianggap halal tanpa kecuali, karena berlindung di balik tameng darurat. Kalau kita menyimak prinsip hukum darurat yang digambarkan dalam Al- Qur’an maupun Hadist, sebenarnya hukum darurat itu diterapkan hanya bila dalam keadaan yang sangat terpaksa saja. Sebagaimana juga dalam masalah dihalalkannya bangkai hewan, yaitu bilamana minimal dalam sehari semalam (misalnya di tengah gurun pasir) dak menemukan makanan apapun, kecuali hanya bangkai binatang itu saja satu-satunya. Namun mengkonsumsinya pun dak boleh berlebihan, tapi sekedar untuk bisa bertahan hidup. Adapun dalam hal obat-obatan resep dokter, dengan semakin majunya bidang farmasi, maka banyak sekali variasi dan jenis obat- obatan yang umumnya berasal dari bahan yang dak haram. Dengan demikian masyarakat ataupun
25

Agama halal dan haram obat (internet)

May 16, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Agama halal dan haram obat (internet)

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/info-halal/08/12/01/17587-menggugat-bahan-haram-dalam-obat

Menggugat Bahan Haram dalam Obat

Bagi umat Islam mengkonsumsi makanan yang halal dan thoyib merupakan bagian dari perintah agama. Demikian juga meninggalkan makanan yang haram adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kesadaran masyarakat muslim terhadap perkara yang wajib ini tak perlu dipertanyakan lagi, karena sudah menjadi suatu pedoman hidup. Sebagai konsumen produk pangan, sudah seharusnya umat Islam mendapatkan jaminan dari para produsen atas kehalalan produk-produk pangan yang beredar di komunitas muslim. Faktanya, Konsumen sulit untuk mengetahui apakah suatu produk mengandung bahan haram ataukah tidak, kecuali bila produk tersebut mendapatkan sertifikat halal dari lembaga berwenang di dalam atau di luar negeri. Meski begitu, tidaklah berarti produk tak bersertifikat halal semuanya mengandung bahan haram. Selain produk pangan, ada produk lainnya yang status kehalalannya belum menjadi perhatian masyarakat yaitu produk obat-obatan, khususnya obat yang digunakan dengan cara ditelan atau diminum. Hingga saat ini penulis belum pernah melihat obat resep dokter yang berlabel halal. Bagaimanapun juga obat yang ditelan pada hakekatnya adalah makanan. Sebagaimana yang juga dikatakan oleh para perintis ilmu kedokteran seperti Hipokrates ataupun Ibnu Sina (Avisena) bahwa obat adalah makanan dan makanan pun adalah obat. Jelas sekali obat dan makanan adalah dua hal yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Oleh karena itu maka status kehalalan obat-obatan terutama yang ditelan adalah wajib adanya bagi kaum muslim. Sekarang ini untuk produk minuman dan makanan olahan, sertifikasi kehalalannya sudah diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan tahun 1996. Sertifikat halal ini diberikan setelah suatu produk pangan diperiksa oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI), melalui proses audit yang ketat dalam hal asal-usul bahannya, komponen campurannya maupun proses produksinya. Namun, sayang sekali pada prakteknya sertifikasi halal produk pangan ini tidak diwajibkan kepada tiap produsen, tetapi hanya bersifat sukarela bergantung kepada kemauan produsen apakah mau ataukah tidak untuk mendapatkan sertifikat halal. Dan yang lebih disayangkan lagi adalah karena sertifikasi halal ini belum menyentuh kepada produk obat-obatan resep dokter. Sepertinya masyarakat kita sampai saat ini masih sangat-sangat permisif terhadap status halalnya obat-obatan, meskipun di dalamnya mungkin terdapat bahan-bahan yang berasal dari barang yang haram, misalnya babi. Sikap permisif ini barangkali karena adanya pemahaman tentang Hukum Darurat yang kurang terkontrol. Padahal dalam ajaran Islam, darurat itu ada batasannya. Memang benar bahwa barang yang haram itu bisa menjadi halal bila dalam keadaan yang sangat darurat, sebagaimana halnya bangkai hewan, darah ataupun daging babi yang bisa halal dimakan bila dalam keadaan darurat (Alquran Surat Al-Baqarah : 173). Namun dalam kasus obat-obatan sepertinya hukum darurat ini kesannya terlalu diperlebar dan berlebihan, sehingga bahan obat apapun akan dianggap halal tanpa kecuali, karena berlindung di balik tameng darurat. Kalau kita menyimak prinsip hukum darurat yang digambarkan dalam Al-Qur’an maupun Hadist, sebenarnya hukum darurat itu diterapkan hanya bila dalam keadaan yang sangat terpaksa saja. Sebagaimana juga dalam masalah dihalalkannya bangkai hewan, yaitu bilamana minimal dalam sehari semalam (misalnya di tengah gurun pasir) tidak menemukan makanan apapun, kecuali hanya bangkai binatang itu saja satu-satunya. Namun mengkonsumsinya pun tidak boleh berlebihan, tapi sekedar untuk bisa bertahan hidup. Adapun dalam hal obat-obatan resep dokter, dengan semakin majunya bidang farmasi, maka banyak sekali variasi dan jenis obat-obatan yang umumnya berasal dari bahan yang tidak haram. Dengan demikian masyarakat ataupun

Page 2: Agama halal dan haram obat (internet)

para dokter mempunyai banyak pilihan atau alternatif dalam menentukan jenis obat yang tepat dan rasional untuk diresepkan bagi pasiennya.

Bahan haram dalam obat.

1.Unsur Babi (Porcine)

Menurut ahli farmasi bahwa bahan-bahan aktif obat pada merk obat tertentu, bila diteliti lebih jauh ada yang menggunakan bahan baku yang diharamkan di dalam ajaran Islam, misalnya babi. Sebagai contoh, ada obat suntik merk tertentu untuk mengobati penyakit kencing manis (diabetes melitus) yang berasal dari hormon insulin babi (porcine). Sementara itu banyak pula obat suntik lainnya yang khasiat dan fungsinya sama untuk kecing manis, tetapi tidak berasal dari porcine atau babi. Lantas apakah masih bisa diyakini bahwa obat yang berasal dari babi itu masih halal digunakan dengan alasan darurat, padahal ada obat lainnya yang halal ? Bila hukum darurat ini dipahami dengan sebenarnya, maka pasti tidak akan ada muslim yang berani menghalalkan obat yang berasal dari babi ini, karena dasar untuk hukum daruratnya saat ini tidak terpenuhi. Hal ini mengingat masih banyak pilihan merk obat lainnya yang tidak mengandung unsur babi. Oleh karena itu pemahaman yang berasumsi bahwa benda apapun akan halal dikonsumsi bila untuk obat, haruslah segera ditinggalkan jauh-jauh karena tidak sesuai dengan Syariah. Selama ini umumnya masyarakat tidak mengetahui dari apa saja dibuatnya bahan aktif suatu obat. Demikian juga pada brosur obat-obatan yang ada, produsen obat biasanya tidak menjelaskan asal-usul bahan aktif dan bahan penyerta pada produk obatnya secara lengkap. Para dokter pun mungkin belum tentu semuanya mengetahui asal-usul dibuatnya bahan dasar semua obat-obatan. Hal ini karena di dalam kurikulum pendidikan dokter, masalah asal-usul bahan dasar pada setiap jenis obat ini tidak dibahas secara lengkap. Dalam materi kuliah tentang obat bagi mahasiswa kedokteran memang lebih ditekankan kepada mempelajari masalah mekanisme kerja obat di dalam tubuh, termasuk dalam hal khasiat obat, reaksi kimia, dosis, efek samping dll. Sedangkan masalah teknologi bahan obat maupun teknis pembuatan obat tidak dipelajari lebih jauh, karena masalah ini adalah bidangnya kalangan farmasi. Oleh karena itu para ahli farmasi muslim perlu sekali menjelaskan, bahan aktif obat apa saja yang berasal dari bahan-hahan yang haram, agar umat Islam mudah untuk menghindarinya. Hal ini mengingat bahwa obat-obatan itu umumnya adalah produk impor dari luar negeri, yang diciptakan atau diformulasikan oleh ilmuwan yang belum tentu mengenal masalah halal dan haram.

2. Alkohol (Etanol)

Bahan obat lainnya yang mungkin masih dianggap darurat adalah alkohol (etanol) yang biasa dipakai sebagai pelarut pada obat-obatan sirup jenis tertentu. Masalah alkohol ini memang ada perbedaan pendapat di kalangan kaum Muslimin tentang status halal dan haramnya di dalam obat, terutama dalam penggunaan untuk campuran obat-obat sirup. Namun, perlu juga kita ketahui, hasil rapat Komisi Fatwa MUI tahun 2001 menyimpulkan bahwa minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol minimal 1 % (satu persen). Menurut analisis para pakar, memang minuman beralkohol (etanol) di atas 1% akan berpotensi memabukkan. Hal ini merujuk pada keterangan hadis Rasulullah SAW riwayat Muslim dan Ahmad. Dalam hadis tersebut disebutkan bahwa Rasulullah

Page 3: Agama halal dan haram obat (internet)

SAW melarang meminum air jus buah-buahan yang sudah didiamkan lebih dari 2 (dua) hari karena bisa memabukkan (khamar). Menurut pakar teknologi pangan, memang air jus buah yang didiamkan lebih dari 2 hari di dalam suhu kamar akan menghasilkan alkohol (etanol) dengan kadar sekitar 1 %. Dengan adanya patokan 1 % ini, maka akan mudahlah bagi kita untuk memilih dan menentukan apakah suatu produk obat sirup itu dikatagorikan sebagai minuman keras atau bukan. Pembatasan kadar alkohol ini sangat perlu dan dimaksudkan untuk mencegah, karena prinsip Islam itu adalah mencegah ke arah yang haram. Pada acara muzakarah tentang alkohol dalam minuman yang diselenggrakan MUI pada tahun 1993, dr Kartono Muhammad MPH, selaku ketua umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) saat itu, mengatakan bahwa fungsi alkohol dalam obat yang diminum sudah dapat digantikan dengan bahan lain sehingga disarankan untuk mencari alternatif pengganti alkohol dengan jenis pelarut lainnya yang lebih aman secara Syariah. Kenyataan yang ada di masyarakat sekarang ini tidak sedikit obat-obatan sirup tertentu yang mengandung kadar alkohol yang lebih dari batas 1 %, baik obat resep dokter maupun obat yang dijual bebas. Akan tetapi ternyata merk obat sirup yang tanpa alkohol ataupun yang alkoholnya kurang dari 1%, jumlahnya jauh lebih banyak dari pada obat sirup yang berkadar alkohol lebih dari 1%. Oleh karena itu tidak ada lagi alasan darurat untuk menghalalkan obat sirup yang kadar alkoholnya lebih dari 1 %, karena masih banyak pilihan obat lainnya baik yang berbentuk sirup maupun pil atau serbuk puyer yang memang tanpa alkohol. Bila alkohol atau etanol ini berada pada campuran obat-obatan antiseptik untuk pemakaian pada tubuh bagian luar atau permukaan kulit, dan bukan untuk diminum, tentunya masih bisa dimaklumi. Meskipun larutan antiseptik kulit umumnya berkadar alkohol 70 %, hal ini tidak perlu untuk dipermasalahkan, karena obat luar ini tidak untuk diminum. Bila melihat dalilnya di dalam Alquran maupun hadis bahwa khamar (minuman keras) itu hanyalah haram untuk diminum. Tetapi, bila minuman keras ini hanya disentuh atau dioleskan ke permukaan kulit maka tidak akan menjadikannya haram. Mungkin untuk masalah ini masih terdapat perbedaan pendapat di antara kaum muslimin. Oleh karena itu walaupun larutan antiseptik ini kadar alkoholnya hingga 70 % dan sangat berpotensi memabukkan atau bahkan bisa mematikan bila diminum, tapi tidaklah terlarang untuk dioleskan ke kulit yang luka. Jatuhnya hukum haram itu apabila larutan memabukkan ini diminum, dan bukannya dioleskan ke kulit. Dengan demikian, penggunaan alkohol yang berkadar lebih dari 1 % untuk penggunaan antiseptik di permukaan kulit yang terinfeksi atau luka, masih bisa diterima oleh dalil Syariah. Lantas bagaimanakah hukumnya meminum minuman keras (khamar) untuk tujuan pengobatan menurut pandangan para fuqoha? Di dalam kitab Fikih Sunnah Sayyid Sabiq dikatakan bahwa dahulu pada zaman jahiliyah, ada orang-orang yang biasa meminum arak dengan dalih untuk pengobatan. Namun setelah datang ajaran Islam yang dibawa Rasulullah Saw, mereka dilarang menggunakannya dan sekaligus diharamkan meminumnya meskipun untuk tujuan pengobatan. Imam Ahmad, Muslim, Abu Daud dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Thariq bin Suaid Al Ju'fie, bahwasanya Suaid menanyakan kepada Rasulullah SAW mengenai khamar, lalu Rasulullah SAW melarangnya. Kemudian ia menjelaskan kepada Rasulullah bahwa minuman keras ini dibuatnya untuk pengobatan, lalu beliau bersabda : ''Sesungguhnya khamar itu bukan obat, tapi justru penyakit.'' Dalam hal obat yang berpotensi memabukkan, barangkali hanya obat bius (anestesi) saja yang bisa dikatagorikan darurat. Bagaimanapun juga, sesungguhnya orang yang dibius di kamar operasi bedah itu, pada dasarnya adalah orang yang sengaja dibuat mabuk hingga tak sadarkan diri, hanya saja mabuknya terkendali. Namun status darurat bagi obat bius pun ada batasannya. Tentu saja batasannya adalah: siapa yang memakainya dan untuk apa tujuannya. Dengan demikian status darurat obat bius ini hanyalah berlaku bila digunakan oleh ahlinya untuk tujuan pengobatan yang rasional, dan bukan untuk drug abuse atau penyalahgunaan obat, seperti

Page 4: Agama halal dan haram obat (internet)

untuk teler atau mabuk-mabukan. Oleh karena itu hukum darurat obat bius ini akan berlaku bila pemakaiannya bukan untuk perilaku yang bertentangan dengan aturan Allah SWT.

3. Plasenta dan air kemih

Akhir-akhir ini organ tubuh yang disebut plasenta sedang tren digunakan dalam produk kosmetika maupun obat tertentu. Plasenta atau disebut juga ari-ari, adalah jaringan yang tumbuh di dalam rahim wanita ketika hamil, yang merupakan penghubung antara janin yang dikandung dengan ibu hamil yang mengandungnya. Plasenta ini berfungsi untuk menyalurkan zat-zat makanan, air, oksigen, dan zat-zat lainnya dari darah ibu hamil ke darah janin. Sebaliknya plasenta juga berfungsi untuk membuang karbondioksida, sisa metabolisme atau sampah, serta zat-zat lainnya dari janin ke tubuh ibu hamil. Plasenta atau ari-ari ini memang selalu ditemukan pada semua makhluk hidup jenis mamalia yang sedang hamil, dan akan lepas dibuang dari rahim ketika melahirkan setelah keluarnya bayi. Adapun plasenta yang sering digunakan untuk kosmetika atau produk kesehatan tersebut, bisa berasal dari plasenta hewan atau dari plasenta manusia. Sebagaimana diketahui bahwa sekarang ini pada layar televisi sering dijumpai iklan produk kecantikan atau produk untuk kesehatan yang tanpa kita sadari menggunakan plasenta sebagai salah satu bahan aktifnya. Plasenta dalam bentuk krim yang dioleskan ke permukaan kulit maupun dalam bentuk pil yang ditelan, diyakini dapat berfungsi untuk regenerasi sel-sel kulit sehingga dapat mempertahankan kulit agar tetap sehat, segar, muda dan cantik. Tidak hanya itu, plasenta juga diyakini mampu mengembalikan kemulusan kulit akibat luka atau penyakit kulit. Tetapi dari manakah plasenta ini berasal? Menurut ahli farmasi, yang paling banyak digunakan oleh industri obat-obatan di luar negeri, justru adalah plasenta manusia yang diperoleh dari berbagai rumah sakit bersalin di sana. Kalaupun plasentanya berasal dari hewan, tentunya konsumen pun tidak akan tahu hewan apa yang diambil plasentanya, apakah babi, sapi ataukah apa? Dalam ingredien atau daftar komposisi pada kemasan produk obat berplasenta ini memang biasanya tidak disebutkan asal-usul plasentanya. Meskipun kebanyakan penggunaan plasenta manusia ini bukan untuk produk pangan, akan tetapi penggunaan organ tubuh atau setidaknya penggunaan bagian dari kehidupan manusia ini telah menimbulkan pro dan kontra. Selain dari segi peradaban, sebetulnya yang lebih penting bagi umat Islam adalah halal atau tidaknya penggunaan plasenta maupun jaringan tubuh manusia lainnya bila dikonsumsi untuk tujuan pengobatan. Demikian pula pengobatan tradisional dengan cara meminum air kencing (urine) yang keluar dari alat kelamin orang yang meminumnya, telah menjadi kontroversi di kalangan umat Islam, mengingat air kencing menurut ajaran Islam termasuk benda yang najis. Di kalangan medis pun terapi air seni atau urine ini masih mengundang pro dan kontra.

Namun, apa pun khasiat yang bisa ditemukan di dalam air kencing ini, bagi umat Islam tak ada alasan darurat untuk meminumnya selama masih ada obat lainnya yang bisa digunakan. Apalagi kalau meminum air seni dari tubuhnya sendiri ini hanya sekedar untuk mencoba-coba saja, maka harus dihindarkan oleh kaum muslim. Sebenarnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah lama menyoroti masalah pengobatan tradisional dengan air seni maupun tentang penggunaan plasenta manusia pada obat dan kosmetika. Untuk memberikan kejelasan kepada masyarakat luas dan menghindari

Page 5: Agama halal dan haram obat (internet)

kesalah pahaman, secara khusus MUI dalam Munas tahun 2000 yang lalu telah membahas masalah plasenta manusia dan terapi urine ini. Dalam Keputusan Fatwa MUI nomor: 2/Munas /VI/ MUI/ 2000 ditetapkan bahwa :

1. Yang dimaksud dengan :

(a) Penggunaan obat-obatan adalah mengkonsumsinya sebagai pengobatan, dan bukan menggunakan obat pada bagian luar tubuh.

(b) Penggunaan air seni adalah meminumnya sebagai obat.

(c) Penggunaan kosmetika adalah memakai alat kosmetika pada bagian luar tubuh dengan tujuan perawatan tubuh dan kulit, agar tetap atau menjadi baik dan indah.

(d) Al-Istihalah adalah perubahan suatu benda menjadi benda lain yang berbeda dalam semua sifat-sifatnya dan menimbulkan akibat hukum dari benda najis atau mutanajis menjadi benda suci dan dari benda yang diharamkan menjadi benda yang dibolehkan (mubah).

2. Penggunaan obat-obatan yang mengandung atau berasal dari bagian organ tubuh manusia, hukumnya adalah haram. Kecuali dalam keadaan darurat dan diduga kuat dapat menyembuhkan menurut keterangan dokter ahli terpercaya.

3. Penggunaan air seni manusia hukumnya adalah haram. Kecuali dalam keadaan darurat dan diduga kuat dapat menyembuhkan menurut keterangan dokter ahli terpercaya.

4. Penggunaan kosmetika yang mengandung atau berasal dari bagian organ manusia hukumnya adalah haram. Kecuali setelah masuk ke dalam proses Istihalah.

5. Menghimbau kepada semua pihak agar sedapat mungkin tidak memproduksi dan menggunakan obat-obatan atau kosmetika yang mengandung unsur bagian organ manusia atau berobat dengan air seni manusia.

Dengan adanya fatwa MUI tersebut, maka jelaslah bahwa pemakaian air kencing manusia dan plasenta manusia ini bila tidak dalam status darurat, maka hukumnya adalah haram bagi umat Islam. Apalagi bila masih ada obat-obat lain yang masih bisa digunakan, maka penggunaan air kencing maupun plasenta manusia sebagai obat, tidak ada dasar kedaruratannya. Kalaupun memang darurat, maka ukuran kedaruratannya ini tidak bisa hanya berdasarkan perasaan seseorang belaka, tetapi harus berdasarkan pertimbangan obyektif dari beberapa orang ahli kesehatan yang berkompeten, sekurang-kurangnya dari 3 (tiga) orang ahli.

Jadi, kondisi darurat ini tidak bisa hanya berdasarkan kepada pertimbangan satu orang ahli saja. Adapun ukuran darurat ini menurut pakar hukum Syariah adalah ancaman nyawa atau kematian.

Page 6: Agama halal dan haram obat (internet)

Artinya bila menurut pertimbangan dari minimal 3 orang dokter ahli, misalnya dinyatakan bahwa seorang pasien akan berisiko meninggal dunia bila tidak segera meminum air kencingnya atau obat berplasenta, sementara tidak ada satu pun obat lainnya yang bisa digunakan, maka status air kemih atau plasenta ini akan menjadi halal bagi orang tersebut pada saat itu.

Namun bila ternyata masih ada obat lainnya yang bisa digunakan, maka sifat kedaruratan air seni atau obat berplasenta ini menjadi batal atau tidak syah secara hukum Syariah alias haram. Bagi kaum muslim, sudah seharusnya saat ini untuk berhati-hati dalam membeli produk-produk yang kemungkinan mengandung plasenta manusia, minimal dengan membaca komposisi bahan-bahan yang tertulis di dalam kemasannya. Tentunya hal ini akan menambah kewaspadaan agar tidak terjebak oleh produk yang haram untuk dikonsumsi.

Menurut seorang pakar farmasi yang juga staf ahli di LPPOM-MUI, sekarang ini di pasaran ada beberapa obat pil atau kapsul merk tertentu yang bahan aktifnya terbuat dari plasenta manusia. Di antaranya adalah obat perangsang atau pelancar air susu ibu (ASI). Penggunaan obat ini yaitu untuk menstimulasi aktifitas kelenjar air susu ibu, agar setelah melahirkan produksi ASI-nya meningkat. Namun perlu juga diketahui bahwa masih ada obat jenis lain yang khasiatnya serupa tapi tidak mengandung plasenta manusia.

Sesungguhnya obat-obatan yang dijual bebas maupun obat resep dokter itu banyak sekali jenis dan variasinya. Dengan demikian maka banyak sekali alternatif yang bisa dipilih oleh masyarakat atau oleh dokter dalam menuliskan resepnya. Oleh karena itu sekarang ini tidak ada alasan darurat bagi umat Islam untuk meminum air kencingnya sendiri maupun menggunakan bahan yang mengandung plasenta manusia dengan dalih untuk pengobatan.

Obat Berlabel Halal

Dengan semakin banyaknya variasi dan jenis obat, maka obat-obatan yang berasal dari bahan yang haram atau memabukkan (kecuali obat bius), sudah seharusnya ditinggalkan oleh umat Islam. Selama masih ada alternatif obat lainnya yang halal, maka tidak ada alasan darurat bagi pemakaian obat-obatan yang mengandung bahan haram. Berhubung banyaknya obat-obatan yang diragukan dan tidak dijamin kehalalannya, maka sekarang sudah saatnya Departemen Agama, Departemen Kesehatan RI dan MUI membahas masalah status halal bagi obat-obatan. Apalagi sekarang ini populasi berbagai jenis obat cukup banyak seiring dengan semakin majunya bidang farmasi dan hampir setiap tahun selalu hadir berbagai merk obat-obatan yang baru.

Terlebih lagi karena obat-obatan itu umumnya adalah produk dari luar negeri yang belum dijaminan kehalalannya, maka perlu sekali adanya perlindungan bagi kalangan konsumen umat Islam agar tidak terjebak mengkonsumsi produk yang haram. Kalaulah produk makanan dan minuman bisa diberikan

Page 7: Agama halal dan haram obat (internet)

label halal, mengapa produk obat-obatan yang diminum atau ditelan tidak diberi sertifikat halal? Padahal pada hakekatnya obat itu adalah makanan dan makanan pun adalah obat. Obat dan makanan adalah dua hal yang tidak bisa dipisah-pisahkan.

Oleh karena itu kepastian dan jaminan halalnya produk pangan khususnya obat-obatan di Indonesia yang mayoritas muslim ini, sudah selayaknya diprioritaskan oleh produsen dan diatur oleh pemerintah. Penulis sebagai muslim sekaligus sebagai tenaga medis, secara pribadi sangat mengharapkan sekali dan menantikan hadirnya obat-obatan yang bersertifikat halal atau ada jaminan kehalalannya. Bila hal ini terealisasi maka tidak akan ada lagi keraguan ketika menuliskan resep obat apapun. Semoga saja sertifikasi halal bagi obat-obatan, khususnya jenis obat yang diminum atau ditelan, baik obat resep dokter maupun obat bebas, akan menjadi kenyataan di kelak kemudian hari. Rasulullah Saw bersabda : "Setiap daging (jaringan tubuh) yang tumbuh dari makanan haram, maka api nerakalah baginya." (HR At-Tirmidzi)

Penulis: Mas Ahmad Yasa , Alumnus Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung

REPUBLIKA - Jumat, 09 Mei 2003

Page 8: Agama halal dan haram obat (internet)

http://www.kompasiana.com/nurulamalia/halal-atau-haramkah-obatku_54f9304ea3331112678b4a6c

Halal atau Haramkah Obatku??

Obat adalah produk farmasi yang terdiri dari bahan aktif dan bahan farmasetik (bahan pembantu eksipien). Jadi dalam satu obat bisa terbuat lebih dari 2 sampai 3 bahan. Sumber berbagai bahan aktif dan bahan farmasetik bisa berasal dari berbagai sumber. Tumbuhan, hewan dan bahan kimia dapat dijadikan sebagai sumber obat.

Sebelum obat dipasarkan, obat tersebut telah melalui proses standarisasi keamanan dan mutu sehingga bahan-bahan yang terdapat dalam obat telah dinyatakan aman bagi tubuh dan tidak berbahaya. Namun, berbagai bahan farmasetik obat tersebut banyak yang belum mendapatkan kejelasan halal dari MUI. Menurut Jurnalis Uddin, yang dikutip dari situs www.halalmui.org mengatakan bahwa berdasarkan buku ISO terbitan ISFI (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia), ada sekitar 10.000 obat yang beredar di Indonesia, namun tidak ada tanda atau label yang khusus, apakah halal atau haram untuk dikonsumsi oleh umat Islam 1.

Sebagai contoh bahan aktif obat yang berasal dari hewan. hewan tersebut haruslah merupakan hewan halal dan cara penyembelihannya harus menurut syariat islam. Sebagai contoh yakni gelatin. Gelatin merupakan senyawa lemak (dan turunannya). Gelatin memberikan tekstur kenyal dan banyak dipakai sebagai bahan kapsul obat. Gelatin dapat berasal dari sapi, kuda, maupun babi. Akan tetapi, umumnya gelatin yang beredar di pasaran adalah gelatin dari babi. Oleh sebab itu harus diperhatikan apakah gelatin yang dipakai berasal dari produk nabati atau hewani. Kalau gelatin hewani, apakah berasal dari hewan halal atau dari hewan haram.

Meskipun bahan aktif obat berasal dari tumbuhan, akan tetapi selain bahan aktif obat juga mengandung bahan farmasetik yang memudahkan obat diserap dalam tubuh, bahan ini dapat berasal dari babi, organ manusia, dan bahan lain yang tidak jelas kehalalannya.

Salah satu contoh lain yakni Psikotropika. Psikotropika menurut Undang-Undang Tentang Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku. Undang-undang tersebut juga menerangkan bahwa Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau ilmu pengetahuan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia melegalkan pemakaian psikotropika asalkan berada dalam batasan wajar. Badan Pengawasan Obat dan Makanan pun telah mengizinkan penggunaan obat psikotropika namun dengan tujuan kesehatan dan pendidikan. Sayangnya, perizinan penggunaan obat belum menyertakan keputusan Majelis Ulama Indonesia padahal mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.

Seperti halnya dengan penggunaan narkotika sebagai anastesi, hal ini juga mendapatkan perizinan dan penggunaannya dalam bidang kesehatan dan pendiidikan. namun sifat narkotika yang dapat mengilangkan kesadaran mirip dengan sifat khamr yang diharamkan dalam islam.

Hal ini akan menjadi suatu kondisi yang sangat mengkhawatirkan jika baik konsumen maupun produsen kurang mengetahui kehalalan dari bahan obat yang digunakan.

Page 9: Agama halal dan haram obat (internet)

Menurut sudut pandang saya sebagai seorang farmasis baru, penggunaan sumber bahan haram tertentu sebagai bahan aktif maupun tambahan untuk pembuatan obat, terdapat bahan yang tergolong haram namun memiliki manfaat yang besar. Misalnya khamr (minuman yang memabukkan) dalam bentuk alkohol, etanol, dan lainnya sering ditemukan dalam obat flu cair. Akan tetapi penggunaan fenol (dan turunannya) ini jika telah ada dalam bentuk obat cair tidaklah menjadi suatu hal yang memabukkan jika sesuai dengan takaran yang tepat.

Dalam sebuah tulisan yang diterbitkan Mollecular Cancer Therapies Journal, peneliti St.George University of London, menguraikan pengurangan dramatis terhadap massa kanker otak dengan metode radiasi yang dikombinasikan dengan senyawa ganja. Yang dalam hal ini ganja tergolong haram karena dapat menghilangkan kesadaran pada jika penggunaannya sebagai obat sedativ disalahgunakan. Meskipun demikian, penelitian tersebut merupakan sebuah sumbangan besar bagi perkembangan tekhnologi dunia kefarmasian.

Hal ini jelas menimbulkan sebuah dualisme apakah bahan obat seperti contoh diatas dapat digunakan sebagai bahan obat namun tergolong bahan obat yang diharamkan? Apakah setelah pengujian standarisasi keamanan dan mutu obat maka dapat dikatakan obat tersebut dapat dikonsumsi bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam?

Dalam islam dijelaskan bahwa ada perkara dimana seorang muslim boleh memakan bahan haram seperti babi. Sebagai contoh, jika seseorang berada dalam hutan dan ia dalam kondisi yang sangat kelaparan tanpa ada yang dapat ia makan, semetara di sekitarnya hanya ada babi. Maka ia boleh memakan babi tersebut asalkan sebelumnya ia telah berusaha mencari bahan makanan lain sementara ia tidak dapat menemukannya. Maka, babi tersebut berhak ia makan.

Seorang farmasis yang berperan sebagai produsen obat memiliki tanggungjawab untuk menciptakan terobosan baru dalam produksi obat halal dengan memanfaatkan berbagai sumber-sumber bahan alam yang halal agar tercipta kemaslahatan umat. Ia memang tidak berhak mengeluarkan surat keputusan halal dan haramnya suatu obat, tapi ia mampu melakukan hal tersebut.

Sebagai konsumen, diperlukan pula kecermatan dalam memilih obat-obatan. Kesembuhan bukanlah satu-satunya factor yang paling penting diperhatikan melainkan ridha Allah terhadap apa yang kita konsumsi.

Page 10: Agama halal dan haram obat (internet)

http://muslimafiyah.com/makanan-dan-obat-yang-ada-kandungan-alkohol-dan-turunan-babi.html

Makanan dan Obat yang Ada Kandungan Alkohol dan Turunan Babi”

Hasil kulwaps (kuliah Whatapps) dengan grop IIP (Institut Ibu Profesional) cabang Bekasi

Oleh: dr. Raehanul Bahraen

Materi:

# Obat Mengandung Alkohol, Halal Gak Ya?

Tidak semua alkohol adalah khamer, alkohol juga istilah untuk nama gugus. tolong bedakan antara “alkohol” dan “minuman beralkohol”

alkohol sendiri dzatnya tidak bisa dibilang khamer

jika telah dicampur dengan bahan tertentu:

-dia bisa menjadi khamer (contohnya minuman beralkohol)

-atau bukan khamer

jadi pernyataan “Obat mengandung alkohol yang memabukkan” adalah KURANG TEPAT SEPENUHNYA

dan TIDAK semua obat ada alkoholnya, hanya sebagian kecil saja

semoga tidak ada yang salah paham karena sudah ada konotasi negatif dahulu untuk semua kata-kata “alkohol”

Beberapa fatwa ulama membolehkan dengan alasan (ringkasan ya)

Page 11: Agama halal dan haram obat (internet)

Pertama:

Tidak semua alkohol adalah khamer /memabukkan

kalau sudah belajar ilmu kimia, alkohol adalah nama suatu gugus dana ada banyak macamnya

karena pengerian khamer ada dua syarat:

1.menghilangkan/mengurangi kemampuan akal

2.ada semacam rasa nikmat (fly)

Karenanya ulama tidak memasukkan obat bius dalam golongan khamer

nah,alkohol ada macam-macam jenis juga, misalnya alkohol untuk disinfektan (alkohol 90%), kalau diminum bukannya memabukkan tetapi malah mengancam jiwa

kedua:

Terkadang jumlah alkohol pada obat sangat kecil kadarnya sehingga berlaku hukum istihlak yaitu yang yang terlarut (alkohol) sudah tidak ada lagi pengaruh dan sifatnya pada larutan campuran karena kalah dengan larutan yang mendominasi. artinya minum obat tersebut tidak memabukkan

Ketiga:

Yang diminum adalah obat. bukan untuk tujuan menikmati dan menjadi pecandu, karena dalil yang diancam adalah pecandu khamer

Keempat:

Jika seandainya haram, ulama juga yang menggunakan kaidah darurat sehingga membolehkan yang haram. jika obat tersebut adalah satu-satunya jalan dan tidak ada jalan lainnya. jika ada obat lain yang bersih, maka tidak boleh menggunakan obat tersebut.

Untuk lebih lengkapnya, silahkan bisa merujuk penjelasan profesor syaikh Abdulah bin Jibrin rahimahullah di situs beliau

http://ibn-jebreen.com/cache/webpages/0fe8323b30cafe482d1f28f04efef2e3.html

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Page 12: Agama halal dan haram obat (internet)

sesi tanya jawab:

1 ⃣ bagaimana cara mendeteksi kandungan babi/alkohol dari obat resep atau obat racikan ?

Jawab 1:

Untuk mendeteksi dgn ciri tertentu agak sulit,

tetapi untuk diindonesia BPOM mengharuskan mencantumkannya dalam kandunngan dan labelnya

Misalnya obat lovenox yg mengandung babi,.maka dicantumkan label dengan jelas mengandung babi

Atau mengandung alkohol seperti OBH (tetapi itu belum.tentu alkohol yg memabukkan dan penjelasan ulama dan ahli kimia, itu bukan alkohol yang memabukkan)

2 ⃣ adakah lembaga sertifikasi halal slain BPOM utk obat2 an?

Jawab 2:

Setahu saya sertifikasi halal yang ada sekarang adalah hanya MUI

Sdgkan BPOM hanya mengawasi dari segi keamanannya

3 ⃣ apakah benar penggunaan ibuprofen tdk diperuntukkan utk anak usia dbwah 10th?

Jawab 3:

Page 13: Agama halal dan haram obat (internet)

Setahu saya tidak dilarang mutlak, boleh saja ada indikasi, bahkan untuk balita bisa

Hanya saja perlu dipertimbangan karena ibuprofen golongan NSAID yg berefek pada lambung

ibuprofen lebih cepat menurunkan panas dan lebih kuat antinyerinya dari pada paracetamol

Tetapi paracetamol lebih aman dari ibuprofen darisegi efek sampingnya

4 ⃣ bagaimana hukum penggunaan gelatin pda kapsul dan obat2 an dari plasenta sapi?

Jawab 4:

Sebelumnya saya sampaikan materi ringkasnya dulu: bisa dibaca 3-5 menit

# Dokter Muslim Memilih Obat Turunan Sapi daripada Babi

contoh dalam kasus ini adalah obat lovenox, pencair darah dari ekstrak turunan babi

1. Obat dari babi sangat-super sedikit sekali

2. untuk lovenox (turunan babi) ada yang sejenis dan sama penggunaan dan indikasinya yaitu dari turunan bovine (sapi)

Jadi dokter muslim sudah tahu semua, kita PASTI insyaAllah pilih yang bovine (sapi)

3. Lovenox (turunan babi) indikasinya untuk penyakit acute coronary syndrom

dan penyakit ini BUKAN penyakit yang banyak ditemui seperti batuk, pilek, demam, darah tinggi dll

Page 14: Agama halal dan haram obat (internet)

jadi sangat jarang sekali, kalaupun dipakai karena sangat-super terpaksa, ini ada kaidah darurat.

Mengingat acute coronary syndrom adalah jenis penyakit kegawatdaruratan jantung dengan penanganan harus cepat karena berpacu untuk menyelamatkan.nyawa

Tentunya kita pilih yang dari bovine (sapi) terlebih dahulu

Kalau tidak ada baru, semoga dimaafkan dengann kaidah darurat dan jalan satu-satunya

المحظورات تبيح الضرورة

“Darurat membolehkan yang terlarang”

atau kaidah

الضررين أخف ارتكاب

“Memilih bahaya yang paling ringan”

Kalau tidak minum obat mungkin bisa mati, kalau minum tapi itu dari babi

_________

Untuk yang dari sapi, maka, boleh karena sapi halal,

Sama saja seperti kita buat makanan dengan daging sapi atau bumbu dari sapi

5 ⃣ pada obat batuk biasanya ada kadar alkohol d dalamnya.brpa persen batas atas penggunaanny dlm 1 botol?

Jawab 5:

Page 15: Agama halal dan haram obat (internet)

untuk ini, maaf saya kurang tahu berapa kadarnya

Sebagaimana dijelaskan ulama, hukumnya halal, dengan pertimbangan poin-poin yang kami jelaskan

Apalagi sudah diteliti ternyata kadar sekian tidak.memabukkan sehingga bukan.khamer,

Dan ciri.khamer adalah untuk bernikmat2 sdgkan obat bukan

Jika ada obat lainnya bisa pakai, saya selama praktek bisa dibilang tidak pernah atau sangat jarang meresepkan OBH obat batuk yg ada alkohol, krna ada obat lainnya

Wallahu a’lam

6 ⃣ apakah batuk pilek bisa sembuh tanpa antibiotik?

Jawab 6n

Bisa sekali, bahkan kebanyakn batuk dan pilek hanya karena penurunan daya tahan tubuh saja

Virua influenza sudah ada pada kita, hanya saja (yg sudah belajar ilmu virus tahu) akan aktif saat daya tahan tubuh turun

Bisa sembuh dengan sendirinya asalkan:

Istirahat dan makan bergizi

Yg jdi problem adalah,

kita batuk pilek tetap masuk kerja dan sekolah dan mngkin.naik motor (tidak dapat izin hanya batuk pilek)

Page 16: Agama halal dan haram obat (internet)

Coba istirahat 2-3 hari, mngkin sembuh sendiri

Jadi kita dokter menggunakan prinsip: antibiotik adalah jalan terakhir, biarkan imun alami dulu bekerja dan terlatih

jangan “manja” dengan antibiotik

7 ⃣ apa benar luminal ada kandungan narkotika d dlmnya?klo ada jenis apa dok?

Jawab 7:

Luminal mengandung phenobarbital, itu termasuk psikotropika

Tetapi untuk menjadi.kecanduan sangat lama dan dosis besar, tidak seperti kokain dll

Karenanya dia tidak.masuk golongan narboka pada tingkatnya

Mengenai hukumnya boleh dengan indikasi sebagaimana fatwa ulama

Ini fatwanya:

http://muslimafiyah.com/hukum-menggunakan-obat-antinyeri-kuat-dengan-obat-opioid-golongan-narkotika.html

Ini fatwanya:

http://muslimafiyah.com/hukum-menggunakan-obat-antinyeri-kuat-dengan-obat-opioid-golongan-narkotika.html

8 ⃣ benarkah ada efek sampingny bila luminal d minum dlm jangka waktu yg lama?

Page 17: Agama halal dan haram obat (internet)

Jawab:

Benar, insyaAllah,

bahkan anak yg kena kejang demam atau sering kejang karena epilepsi menggunakan obat semacam ini

Obat Epilepsi hampir digunakan seumur hidup

Pertanyaan terakhir 9 ⃣ benarkah diazepam termasuk jenis heroin murah dok?lalu ada kah obat slain diazepam yg dpt dgunakan utk penanganan kejang pda anak?

Jawab 9:

Diazapam dan heroin sama2 psikotropika

Hanya saja beda jauh golongannya

Untuk kejang, saya belum tahu obat yang paling cepat kerjanya semisal.diazepam dan phenobarbital

Dua obat ini juga bukan khamer krna obat ini sedatif sebagaimana yg sudah kami jelaskan

Wallahu a’lam

Alhamdulillaah, sudah 1 jam kita kuliah bersama dr.Raehan sehingga kita mengetahui bahwasanya obat yg terbuat dari babi itu boleh digunakan asal ada indikasi darurat yaitu “jika tdk minum obta, maka mati”. Dan dokter muslim tidak asal begitu saja meresepkan pasiennya dgn obat yg mengandung babi, karena masih banyak obat2 lainnya. Untuk alkohol dan juga narkotika ternyata tidak semua alkohol itu memabukkan. Alkohol dalam ilmu kimia merupakan nama gugus. Nama senyawa yg tentu saja banyak macamnya. Yg tidak boleh menurut para ulama adalah khamer sesuatu yg memabukkan.

Page 18: Agama halal dan haram obat (internet)

http://muslim.or.id/23082-tidak-ada-sertifikasi-halal-mui-haram.html

Tidak Ada Sertifikasi Halal MUI = Haram ?

Perlu diketahui bahwa metode penetapan halal-haram seperti di atas kurang tepat. Karena untuk perkara makanan, minuman dan urusan dunia lainnya, hukum asalnya adalah halal sampai ada dalil yang mengharamkan

By dr. Raehanul Bahraen 23 October 2014

1 1947 13

halal-mui

Sebagian orang ada yang mengatakan:

“Untuk makanan ini, mana fatwa MUI yang menghalalkan?”

“Saya tidak mau minum obat itu sebelum ada fatwa halal MUI”

“Mana fatwa halal MUI untuk restoran Fulan”?

Perlu diketahui bahwa metode penetapan halal-haram seperti di atas kurang tepat. Karena untuk perkara makanan, minuman, obat dan urusan dunia lainnya, hukum asalnya adalah halal sampai ada dalil yang mengharamkan.

Namun tentunya patut kita syukuri bahwa di negeri kita ada Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang meneliti dan memberikan fatwa mengenai halal-haramnya makanan atau obat. Tetapi fatwa MUI bukanlah tolak ukur utama dalam halal-haram dan tidak merubah kaidah fikih dalam beragama. Sehingga tidak tepat jika dalam masalah duniawi, makanan, obat dan minuman justru malah bertanya dalil halalnya terlebih dahulu.

Alhamdulillah MUI membantu mayarakat dengan memberikan fatwa halal terhadap suatu makanan atau produk tertentu. Akan tetapi karena sering muncul fatwa halal, timbul mindset yang kurang tepat, yaitu mempertanyakan dalil halal atau fatwa halal untuk makanan atau obat terlebih dahulu. Harus ada fatwa MUI dahulu baru jadi halal. Yang benar adalah, dalam masalah duniawi baik berupa makanan, obat-obatan dan masalah muamalah hukum asalnya halal, dan untuk berpindah menjadi haram perlu bertanya dan meminta bukti haramnya.

Page 19: Agama halal dan haram obat (internet)

Karenanya perlu memahami dua kaidah ushul fikih berikut:

Dalam urusan dan perkara dunia maka hukum asalnya adalah halal

Kaidah mengatakan:

�صل �أل �اء فى ا �شي األ �ا اإل ى ح�ة ب �د ح�ت ع�ل�ى الدليل ل ي حريم الت

“Hukum asal dari sesuatu (muamalah/keduniaan) adalah mubah sampai ada dalil yang melarangnya“

� ع ال ��ا تشر د�ة عب رع إال �� , الله بش م و�ال � تح�ر د�ة عا إال �حريم الله بت

“Tidak boleh dilakukan suatu ibadah kecuali yang disyari’atkan oleh Allah, dan tidak dilarang suatu adat (muamalah) kecuali yang diharamkan oleh Allah“

Misalnya ada makanan atau minuman yang belum kita ketahui, kemudian kita bertanya-tanya apakah makanan ini haram atau tidak? Maka yang perlu kita tanyakan adalah mana dalil dan bukti bahwa makanan atau minuman ini haram. Kita tidak bertanya, mana dalil atau bukti yang menyebabkan makanan ini menjadi halal dengan berkata: “mana dalil halalnya makannan dan obat ini?”.

Begitu juga dalam hal duniawi lain, bepergian misalnya. Ketika hendak berpergian, hukum asalnya kita boleh saja pergi ke mana saja sampai ada dalil yang mengharamkan kita dilarang pergi ke sana. Bepergian yang terlarang misalnya pergi dan bertanya ke dukun dan paranormal untuk masalah ghaib, masa depan dan peruntungan.

Dalil kaidah ini adalah bahwa dunia dan seisinya ini diperuntukkan untuk manusia dan manusia boleh memanfaatkannya. Allah Ta’ala berfirman,

�ذي هو �رض في م�ا ل�كم خ�ل�ق� ال ميعا األ �ج

Page 20: Agama halal dan haram obat (internet)

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (QS. Al Baqarah: 29).

Demikian juga dengan permasalahan vaksin misalnya. Hukum asalnya adalah halal walaupun ada isu bahwa vaksin menggunakan enzim babi (ini juga perlu ketahui tekniknya, yaitu hanya sebagai katalisator, tidak bercampur dengan unsur utama dan pada hasil akhir sudah tidak ada lagi). Sampai ada bukti valid bahwa vaksin itu haram hukumnya. Kita pun bertanya kepada ulama, apakah ini haram? Kita menceritakan cara kerjanya, cara pembuatannya atau menjelaskan realitanya kepada ulama, kemudian ulama berijtihad dan menyimpulkan hukumnya. Jadi kita tidak bertanya: “mana bukti dan dalil bahwa vaksin itu halal?”.

Dalam Ibadah maka hukum asalnya adalah haram

Berikut kaidah fikh mengenai hal ini,

�صل �اد�ة فى األ حريم العب �لت �طل ا و�الب اء� م�ا إال ��و�امره ع�لى� ليل الد به ج ا

“Hukum asal dalam beribadah adalah haram dan batal kecuali yang ada dalil yang memerintahkan“

Misalnya shalat shubuh 3 rakaat, hukumnya haram kecuali ada dalil yang membolehkannya. Bukan malah melegalkannya dengan bertanya mana dalil yang melarang shalat shubuh 3 rakaat? Sehingga intinya, ketika ada klaim ibadah tertentu, maka kita harus bertanya apa dalil yang membolehkannya. Bukan sebaliknya, kita bertanya mana dalil yang melarangnya.

Karena yang namanya ibadah itu harus berdasarkan wahyu dan mengikuti ajaran Nabi shalllahu ‘alaihi wa sallam. Kaidah fikih yang berbunyi:

� �أل �ا فى صل ا وقيف د�ة العب الت �اع و�اإل ب ت

“Hukum asal ibadah adalah tauqif dan ittiba’ (bersumber pada ketetapan Allah dan mengikuti Rasul)“

Page 21: Agama halal dan haram obat (internet)

Berdasarkan hadits-hadits, tidak boleh beramal tanpa ada tuntunan dari Rasulullah shalllahu ‘alaihi wa sallam karena bisa tertolak, tidak diterima dan tidak mendapatkan pahala. Rasulullah shalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ع�مل� م�ن �يس� ع�م�ال �يه ل �مر ع�ل �ا أ د ف�هو� ن �ر

“Barang siapa yang membuat suatu amalan dalam agama kita ini yang tidak ada tuntunannya (contohnya), maka amalan tersebut tertolak”.

Demikian semoga bermanfaat.

Penulis: dr. Raehanul Bahraen

Artikel Muslim.or.id

Page 22: Agama halal dan haram obat (internet)

http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/11/375

Bahan Haram Dalam Obat

Obat adalah produk farmasi yang terdiri dari bahan aktif dan bahan farmaseutik (bahan pembantu eksipien). Jadi dalam satu obat bisa terbuat lebih dari 2 sampai 3 bahan. Perkembangan teknologi proses pembuatan obat kini semakin maju dan membuat kita sebagai konsumen tidak menyadari akan kandungan bahan obat yang ada dipasaran.

Sumber bahan aktif obat dan bahan farmaseutik bermacam-macam. Bisa berasal dari tumbuhan, hewan, mikroba, bahan sintetik kimia, bahkan dari virus yang dilemahkan atau bahan yang berasal dari manusia.

Baik bahan aktif maupun bahan farmaseutik memiliki titik kritis kehalalan. Hal ini dimungkinkan oleh adanya perkembangan teknologi proses pembuatan dan produksi obat yang semakin maju. Selain itu adanya juga kecenderungan khasiat yang diklaim sang produsen, obat hanya akan efektif jika menggunakan bahan tertentu saja.

Perhatikan Bahan Aktif Obat

Titik kritis bahan aktif obat bisa dimulai dari asal muasal bahan aktif tersebut. Contoh bahan aktif obat yang berasal dari hewan adalah protein, asam amino, vitamin, mineral, enzim, asam lemak dan turunannya, khondroitin, darah, serum, plasma, hormon hingga karbon aktif. Jika berasal dari hewan, maka hewannya harus hewan halal bukan hewan haram. Sebab bisa saja sebagian bahan seperti protein, karbon aktif, khondroitin, asam lemak, dan mineral berasal dari babi, seperti tulang, kulit, lemak hingga jeroannya. Jika berasal dari hewan halal maka proses penyembelihannya pun harus sesuai dengan syariat Islam.Bagaimana dengan bahan aktif yang berasal dari mikroba. Bahan aktif obat yang berasal dari mikroba tidak sepenuhnya bisa dimanfaatkan langsung oleh produsen. Untuk mendapatkan bahan aktif dari mikroba tersebut diperlukan tahapan proses fermentasi. Pada proses tersebut diperlukan bahan-bahan media. Contohnya adalah pada pembuatan vaksin. Media pembiakan inilah yang mesti dikritisi, sebab sering menggunakan bahan media yang berasal dari protein hewan, bisa dari babi maupun hewan lainnya. Belum lagi penggunaan bahan pasca fermentasi seperti karbon aktif, yang diketahui bisa berasal dari tulang hewan.

Bahan aktif lain yang marak digunakan dalam industry obat-obatan adalah bahan aktif yang berasal dari manusia. Seperti keratin rambut manusia untuk pembentukan sistein. Maupun placenta

Page 23: Agama halal dan haram obat (internet)

manusia untuk obat-obatan, seperti obat luka bakar dan yang lainnya. Beberapa metode kedokteran bahkan menggunakan ari-ari atau placenta ini untuk obat leukemia, kanker, kelainan darah, stroke, liver hingga diabetes dan jantung.

Placenta itu adalah ari-ari, yang sangat berguna pada bayi saat berada di dalam rahim ibu. Pasalnya, melalui organ ini janin memperoleh zat makanan dan kebutuhan hidup yang lainnya. Lantas bagaimana dengan bahan aktif yang berasal dari tumbuhan dan sintetik kimia. Jangan senang dulu, bahan aktif ini bisa saja bersinggungan atau terkontaminasi dengan bahan farmaseutik (penolong) yang mesti dipertanyakan juga asal-usulnya. Contohnya penggunaan alkohol untuk mengisolasi bahan aktif dari tumbuhan tersebut seperti alkaloid, glikosida dan bahan lainnya. Bahan yang berasal dari tumbuhan ini bisa juga melalui proses fermentasi yang menghasilkan alkohol, seperti sari mengkudu dan yang lainnya.

Sama halnya dengan bahan aktif yang berasal dari tumbuhan, bahan sintetik juga mesti diperhatikan bahan campurannya. Bisa saja bahan penolong, dan campurannya bercampur atau terkontaminasi bahan yang tidak jelas kehalalannya. Waspadai Bahan Tambahan Pembuatan Obat

Banyak obat menggunakan bahan farmaseutik sebagai bahan tambahan agar khasiat obat bisa diserap oleh tubuh. Namun sayang tidak semua bahan farmaseutik itu jelas status kehalalannya. Bahan farmaseutik terdiri dari 28 macam bahan, seperti yang tercantum di dalam tabel di bawah ini.

Bahan Pengasam

Bahan pembasah

Bahan penjerap

Bahan aerosol

Bahan pengawet

Antioksidan

Bahan pendapar

Bahan Pengkhelat

Bahan pengemulsi

Page 24: Agama halal dan haram obat (internet)

Bahan pewarna

Bahan perisa

Bahan pelembab

Bahan pelembut

Bahan dasar salep

Bahan pengeras

Bahan pemanis

Bahan pensuspensi

Bahan penghancur tablet

Bahan pengisi tablet

Bahan penyalut

Bahan pelincir tablet

Bahan perekat tablet

Bahan pelumas

Bahan pengkilap

Bahan pengisotonis larutan

Pelarut/pembawa

Bahan enkapsulasi

Pengganti udara

Dari ke 28 jenis bahan farmaseutik tersebut terdapat beberapa bahan yang memiliki titik kritis kehalalan. Yakni bahan pengemulsi, bahan pewarna, bahan perisa, bahan pengisi tablet, bahan pengkilap, bahan pemanis, bahan pelarut dan bahan enkapsulasi.

Bahan tersebut memiliki titik kritis kehalalannya sebab bisa saja berasal dari bahan haram dan najis seperti babi, alcohol, organ manusia maupun bahan hewani lain yang tidak jelas asal-usul maupun proses penyembelihannya.

Page 25: Agama halal dan haram obat (internet)

Selain yang disebutkan di atas, kita juga mesti mengkritisi kehalalan obat dalam dari bentuk sediannya obatnya. Contohnya adalah obat berbentuk tablet. Bahan yang mesti diwaspadai dalam proses pembuatan obat berbentuk tablet sering digunakan bahan magnesium stearat, monogliserida yang berasal dari turunan lema. Demikian juga dengan obat berbentuk serbuk dan kaplet, penggunaan laktosa dalam proses produksi obat serbuk adalah yang mesti diperhatikan, dimana enzim hewani bisa saja berperan dalam pembuatan laktosa ini. Termasuk juga penggunaan bahan pewarna.

Cangkang kapsul pun mesti diperhatikan, sebab sebagian besar bahan yang digunakan dalam proses pembuatan kapsul mempergunakan gelatin. Seperti diketahui, bahwa gelatin bisa berasal dari tulang maupun kulit hewan, seperti babi, sapi maupun ikan.

Tidak berhenti sampai di sini saja, obat berbentuk cair atau liquid juga mesti diperhatikan. Terutama penggunaan etanol atau alkohol dan flavor (perasa) yang digunakan. Sebab bisa saja flavor tersebut terbuat dari bahan penyusun (ingredient) dan pelarut yang tidak jelas kehalalannya.

Obat berbentuk pil dan injeksi (suntik) juga sama, bahan penyusun obat seperti gliserin yang bisa saja berasal dari turunan lemak juga mesti diperhatikan. Termasuk juga penggunaan bahan gelatin yang banyak digunakan. Demikian halnya penggunaan protein darah manusia dalam obat injeksi. Etanol dan gliserin pun dapat digunakan dalam obat-berbentuk suntik tersebut. Contoh lain adalah Insulin yang bisa berasal dari pankreas babi, atau lovenox (obat injeksi anti penggumpalan darah) yang juga bisa berasal dari babi.

Oleh karena itu, kita sebagai konsumen mesti juga cermat dalam memilih obat-obatan. Sebab bukan hanya ingin mendapatkan kesembuhan semata, namun juga ridha dari Allah SWT. Bertanya dan mencari tahu bisa menjadi salah satu cara untuk menghindari kita dari obat-obatan yang tidak jelas kehalalannya. APR & Ah (jurnal halal)