BAB II URAIAN TEORITIS II. I. KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI PENYULUHAN II.I.I. Komunikasi A. Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatis. 1. Pengertian komunikasi secara umum Pengertian komuniaksi secara umum dapat dilihat dari dua segi: a. Pengertian komunikasi secara etimologis Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communist. Arti communist di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif. b. Pengertian komunikasi secara terminologis Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Universitas Sumatera Utara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
URAIAN TEORITIS
II. I. KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI PENYULUHAN
II.I.I. Komunikasi
A. Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi
dalam pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatis.
1. Pengertian komunikasi secara umum
Pengertian komuniaksi secara umum dapat dilihat dari dua segi:
a. Pengertian komunikasi secara etimologis
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari
bahasa Latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communist. Arti
communist di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna
mengenai suatu hal.
Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat
kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang
mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi
berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat
komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung.
Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif.
b. Pengertian komunikasi secara terminologis
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang
dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human
communication, yang sering pula disebut komunikasi sosial atau social
communication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi
antarmanusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena
hanya pada manusia-manusia yang bermasyarkat terjadinya komunikasi. Masyarakat
terbentuk dari paling sedikit dua orang yang saling berhubungan dengan komunikasi
sebagai penjalinnya.
2. Pengertian komunikasi secara paradigmatis
Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada
yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa
seperti surat kabar, radio, televisi, atau film, maupun media nonmassa, misalnya surat,
telepon, papan pengumuman, poster, spandoek, dan sebagainya.
Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat intensional (intentional),
mengandung tujuan; karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana
kadar perencanaan itu, bergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan
pada komunikan yang dijadikan sasaran.
Pengertian komunikasi secara paradigmatis ini banyak dikemukakan oleh para
ahli, tetapi dari sekian banyak defenisi itu dapat disimpulkan secara lengkap dengan
menampilkan maknanya yang hakiki, yaitu:
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik
langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. (Effendy, 2004: 3-5)
Universitas Sumatera Utara
B. Unsur-Unsur Komunikasi
Unsur-unsur dalam komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dan saling
melengkapai satu sama lain dalam sebuah rangkaian sistem yang memungkinkan
berlangsungnya suatu aktivitas komunikasi. Dalam sebuah proses komunikasi yang
sangat sederhana paling tidak memerlukan tiga unsur, yakni komunikator, pesan, dan
komunikan. Carl I. Hovland dalam bukunya Social Communication menyebutkan:
communication is the process by which an individual (the communicator) transmit
stimuli (usually verbal symbol) to modify the behavior of other individual
(communicate), (komunikasi adalah suatu proses dimana seorang individu
(komunikator) mengirimkan stimuli (simbol kata) untuk mengubah perilaku orang
lain (komunikan). (Purba, 2006: 39)
Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik
menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang
mendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima, dan tujuan. Pada awal
tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana.
Formula ini dikenal dengan nama “SMCR”, yakni: Source (pengirim), Message
(pesan), Channel (saluran-media), dan Receiver (penerima). Gerald Miller dan Melvin
L. De Fleur menambahkan lagi unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai
pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna.
Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K.
Sereno, dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak
kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.
• Sumber
Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisaa terdiri dari satu orang, tetapi bisa
juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering
Universitas Sumatera Utara
disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender,
atau encoder.
• Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesaan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau
melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi,
nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesaan biasanya diterjemahkan
dengan kata message, content, atau information.
• Media
Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan
dari sumber kepada penerima.
• Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai,
atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak,
sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver.
• Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesaan. Pengaruh ini bisa
terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982). Karena
itu, pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada
pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
• Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk
daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi, sebenarnya umpan balik
Universitas Sumatera Utara
juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada
penerima.
• Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat memengaruhi
jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni
lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi
waktu. (Cangara, 2005: 21-26)
C. Proses Komunikasi
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara
sekunder.
a. Proses Komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol)
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung
mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas
karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada
orang lain. Apakah itu berbentuk ide, informasi, atau opini; baik mengenai hal yang
konkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada
saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang.
b. Proses Komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses pencapaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Karena proses komunikasi
Universitas Sumatera Utara
sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi
ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi
pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan cirri-ciri atau sifat-sifat
media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil
pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa
komunikan yang akan dituju. Komunikan media surat, poster, atau papan
pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film.
Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk
dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula. (Effendy, 2006: 16-18)
D. Tujuan Komunikasi
a. Perubahan sikap (attitude change)
b. Perubahan pendapat (pinion change)
c. Perubahan perilaku (behavior change)
d. Perubahan sosial (social change)
E. Fungsi Komunikasi
a. Menyampaikan informasi (to inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain)
d. Memengaruhi (to influence)
II.I.2. Komunikasi Penyuluhan
A. Pengertian Komunikasi Penyuluhan
Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor atau pun
alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Dari asal perkataan tersebut, dapat
diartikan bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan penerangan atau pun
Universitas Sumatera Utara
penjelasan kepada mereka yang disuluh, agar tidak lagi berada dalam kegelapan
mengenai sesuatu masalah tertentu.
Claar et al. membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan jenis khusus
pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan;
yang mengajarkan sesuatu; mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak
melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-
edukatif.
Samsudin menyebut penyuluhan sebagai suatu usaha pendidikan non-formal yang
dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan ide-ide baru.
Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar
masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu
kepada masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi-informasi, dan
kemampuan-kemampuan baru agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku
hidup menurut apa yang seharusnya.
Penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan pendidikan non-formal
dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang
dicita-citakan. Dalam upaya mengubah masyarakat tersebut, terdapat unsur-unsur
seperti: gagasan/ide/konsep yang dididikkan, lembaga/badan/pihak yang
memprakarsai perubahan masyarakat secara keseluruhan, tenaga penyebar ide/konsep
yang dimaksud, dan anggota masyarakat baik secara individu maupun secara
keseluruhan yang menjadi sasaran dari kegiatan penuluhan tersebut.
Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian hal-hal yang disuluhkan
adalah amat penting. Karena itu, penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu
Universitas Sumatera Utara
suatu desain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok
berikut ini:
7) Masalah yang dihadapi
8) Siapa yang akan disuluh
9) Apa tujuan (objectivites) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan
penyuluhan.
10) Pengembangan pesan
11) Metoda atau saluran yang digunakan
12) Sistem evaluasi “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana
keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution, 1990: 7-11).
B. Falsafah Penyuluhan
Pengertian falsafah ialah sebagai suatu pandangan hidup, sebagai landasan
pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan
dan harus diterapkan dalam praktik. Falsafah penyuluhan harus berpijak pada
pentingnya pengembangan individu dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat itu
sendiri. Ada 3 hal penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan falsafah
penyuluhan tersebut.
1. Penyuluhan harus bekerja sama dengan masyarakat, dan bukan bekerja untuk
masyarakat.
2. Penyuluh tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi justru harus
mampu mendorong kemandirian.
3. Penyuluhan harus selalu mengacu pada terwujudnya kesejahteraan hidup
masyarakat.
4. Penyuluhan harus mengacu pada peningkatan harkat dan martabat manusia
sebagai individu, kelompok, dan masyarakat umumnya.
Universitas Sumatera Utara
Penyuluhan juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Penyuluhan adalah proses pengembangan individu maupun kelompok untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga meningkat harkat dan
martabatnya.
2. Penyuluhan adalah pekerjaan yang harus diselaraskan dengan budaya
masyarakat setempat.
3. Penyuluhan adalah proses dua arah dan harus merupakan pendidikan yang
berkelanjutan.
4. Penyuluhan adalah hidup dengan saling berhubungan, saling menghormati
dan saling mempercayai.
5. Penyuluhan harus mampu menumbuhkan cita-cita yang melandasi untuk
berfikir kreatif, dinamis, dan inovatif.
6. Penyuluhan harus mengacu pada kenyataan-kenyataan dan selalu
disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi.
C. Faktor Pendukung Efektifitas Penyuluhan:
e. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran metode ini dibagi atas tiga
yakni:
1) Pendekatan Perorangan
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung
dengan sasarannya secara perorangan seperti kunjungan ke rumah, lokasi, atau lahan
usaha tani, hubungan telepon dan lain sebagainya. Namun pendekatan ini dinilai
kurang efektif karena memakan banyak waktu.
2) Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari
transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalama antar
Universitas Sumatera Utara
sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan
kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik dan interaksi kelompok
yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku
dan norma para anggotanya.
3) Pendekatan Massal
Metode yang menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak dan dapat
mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam
perilaku. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung
mengalami proses selektif saat menggunalkan media massa sehingga pesan yang
disampaikan mengalami distorsi.
f. Media Penyuluhan
Media penyuluhan meruupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai
perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran
sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal
beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sample, model tiruan),
barang cetakan (brosur, poster, photo, leaflet, sheet), gambar diproyeksikan (slide,
film, film-strip, video, movie-film) dan lambing grafika (grafik batang dan garis,
diagram, skema, peta).
g. Materi penyuluhan
Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan
penyuluhan berupa informasi-informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat
symbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud.
Selanjutnya Lasswell (Mulyana, 2005:63) mengatakan pesan mempunyai tiga
komponen yaitu makna (gagasan, ide, dan nilai), simbol yang digunakan (bahasa atau
kata-kata) dan bentuk pesan (verbal dan nonverbal). Materi dalam penyuluhan adalah
Universitas Sumatera Utara
yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang
dihadapai oleh sasaran penyuluhan.
h. Waktu dan Tempat Penyuluhan
Dalam penyuluhan, waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi
masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan.
Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan
merugikan sasaran.
D. Tujuan Komunikasi Penyuluhan
Dalam perencanaa dan pelaksanaan penyuluhan, harus mencakup tujuan jangka
pendek dan tujuan jangka panjang.
A. Tujuan Jangka Pendek
1) Perubahan tingkat pengetahuan
2) Perubahan tingkat kecakapan atau kemampuan
3) Perubahan sikap
4) Perubahan motif tindakan
B. Tujuan Jangka Panjang
1) Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara hidup lama
dengan cara-cara yang lebih baik.
2) Better business, berusaha yang lebih menguntungkan.
3) Better living, menghemat dan tidak berfoya-foya setelah tujuan utama
telah tercapai.
E. Fungsi Komunikasi Penyuluhan
Penyuluhan pertama-tama harus berfungsi memberikan jalan kepada para objek
penyuluhan untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya itu.
Universitas Sumatera Utara
1. Fungsi penyuluhan dengan demikian menimbulkan dan merangsang kesadaran
para peserta penyuluhan agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya itu.
2. Menjembatani gap antara praktek yang harus atau biasa dijalankan oleh para objek
yang disuluh dengan pengetahuan teknologi atau umum yang selalu berkembang
menjadi kebutuhan sehari-hari.
3. sebagai penyampai, pengusaha, dan penyesuai program nasional dan regional agar
dapat diikuti dan dilaksanakan oleh objek yang disuluh.
4. sebagai pemberian pendidikan dan bimbingan yang kontinyu, yang artinya
penyuluhan tidak akan berhenti karena yang dikehendakinya, keadaan yang
berkembang, lebih baik dan lebih maju dengan perkembangan zaman.
(Kartasapoetra, 1987: 7-13)
F. Perencanaan Komunikasi Penyuluhan
Perencanaan komunikasi dalam rangka melakukan kegiatan penyuluhan amat
diperlukan karena pada dasarnya yang menjadi kepentingan dari kegiatan ini adalah
“sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya”. Tujuan yang dimaksud ialah tujuan dari kegiatan penyuluhan, dan
tujuan komunikasi dari penyuluhan itu tentu merupakan suatu kesatuan dengan tujuan
penyuluhan tersebut. Tanpa suatu perencanaan, dapat dibayangkan bagaimana jadinya
pekerjaan kita itu nantinya.
a. Dukungan Komunikasi (Communication Support) Untuk Penyuluhan
Dukungan komunikasi (communication support) adalah penggunaan yang
terkoordinir dari berbagai metoda komunikasi untuk keperluan pemusatan perhatian
kepada, dan menawarkan suatu pemecahan terhadap suatu problem tertentu. Apa pun
masalah atau subjek yang akan disuluhkan, satu hal yang pasti adalah senantiasa
Universitas Sumatera Utara
diperlukan keterampilan berkomunikasi untuk dapat menyuluhkan dengan baik.
Mengapa demikian? Karena keterampilan berkomunikasi ini merupakan bekal dasar
untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Keterampilan ini antara lain
menyangkut bagaimana mengutarakan sesuatu dengan jelas, dapat dimengerti oleh
orang lain yang mendengarkan kita.
Dalam bidang komunikasi, suatu rencana komunikasi bahkan merupakan suatu
perkakas komunikasi yang penting untuk dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan
yang dimaksud. Menurut Middleton dan Lin, 1975 ada beberapa prinsip penting
dalam menyusun rencana komunikasi, yaitu:
1. Perencanaan komunikasi membutuhkan konsultasi.
2. Rencana yang disusun hendaklah fleksibel.
3. Rencana yang disusun harus mengandung “what to do” dan “how to do it”.
b. Perlunya Disain Komunikasi Penyuluhan
Meskipun mungkin saja kita merasa telah “siap” untuk menyuluh, namun
kerapkali masih timbul keragu-raguan dalam hati, tentang “apakah penyuluhan yang
akan kita lakukan itu nantinya berhasil atau tidak?”. Pertanyaan yang berikutnya
adalah : “Dapatkah khalayak yang disuluh memahami apa-apa yang disuluhkan itu”,
“sungguh-sungguhkan mereka tertarik mendengarkan penyuluhan tersebut, ataukah
hanya pura-pura mengikuti, padahal dalam hatinya tidak berminat sama sekali?”. Dan
masih banyak lagi pertanyaan lanjutan yang menyangkut keinginan penyuluh agar
kegiatan yang dilakukannya tidaklah sia-sia, melainkan mencapai hasil seperti yang
direncanakan.
c. Penyusunan Rencana Komunikasi Penyuluhan
Sejumlah tahap yang harus ditempuh dalam menyusun rencana komunikasi untuk
kegiatan penyuluhan adalah:
Universitas Sumatera Utara
1) Menganalisi problem atau masalah yang dihadapi
2) Merumuskan tujuan (objectives) komunikasi
3) Memilih media
4) Menentukan pendekatan yang digunakan
5) Memproduksi media
(Nasution, 1990: 54-58)
II.2. PENYULUH SEBAGAI AGEN PERUBAHAN
A. Pengertian Penyuluh sebagai Agen Perubahan
Dalam proses perubahan, komunikator yang adalah penyuluh merupakan
fasilitator yang membantu anggota masyarakat melaksanakan proses yang dimaksud.
Dengan gagasan-gagasan dan ide-ide yang disebarluaskan, penyuluh adalah agen
perubahan atau orang-orang yang menyebarserapkan inovasi ke tengah-tengah
masyarakat. Karena itu seorang penyuluh juga menjadi tempat bertanya, tempat
anggota masyarakat menanyakan sesuatu untuk memperoleh informasi yang mereka
perlukan. Jadi seorang penyuluh adalah juru informasi atau juru penerang bagi
khalayak di sekitarnya.
B. Kompetensi Komunikasi yang diperlukan Agen Perubahan
Melihat cakupan dan titik berat misi yang diemban seorang penyuluh terutama
sebagai salah satu agen perubahan, maka diperkirakan kompetensi komunikasi yang
paling diperlukan antara lain adalah yang menyangkut:
a) Komunikasi Antar Pribadi (interpersonal communication)
b) Komunikasi dengan Kelompok (group communication)
c) Komunikasi dengan Massa (mass communication)
Universitas Sumatera Utara
C. Kualifikasi Dasar Agen Perubahan
1) Kualifikasi teknis, yakni kompetensi teknis dalam tugas spesifik dari proyek
perubahan yang bersangkutan.
2) Kemampuan administrative, yaitu persyaratan administrative yang paling
dasar dan elementer, yakni kemauan untuk mengalokasi waktu untuk persoalan-
persoalan yang relatif menjelimet (detailed). Maksudnya, para agen perubahan
merupakan orang-orang yang menyediakan waktu dan tenaga mereka untuk
secara sepenuh hati mengurus masyarakat yang dibinanya.
3) Hubungan antar-pribadi. Suatu sifat agen perubahan yang paling penting
adalah emphatic, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada kedudukan
orang lain, berbagi pandangan dan perasaan dengan mereka sehingga hal-hal
tersebut seakan-akan dialami sendiri.
D. Peranan Utama Agen Perubahan
Agen-agen perubahan itu menurut Rogers dan Shoemaker berfungsi sebagai
mata rantai komunikasi antar dua (atau lebih) sistem sosial, yaitu menghubungkan
antara suatu sistem sosial yang mempelopori perubahan tadi dengan sistem sosial
masyarakat yang dibinanya dalam usaha perubahan tersebut. Hal ini tercermin dalam
peranan utama agen perubahan:
1) Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan
perubahan.
2) Sebagai pemberi pemecahan persoalan.
3) Sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam proses pemecahan
masalah dan penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai
bagaimana:
Universitas Sumatera Utara
a. Mengenali dan merumuskan kebutuhan
b. Mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan
c. Mendapatkan sumber-sumber yang relevan
d. Memilih atau menciptakan pemecahan masalah
e. Menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah
4) Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
E. Tugas-Tugas Agen Perubahan
Ada tujuh tugas utama agen perubahan dalam melaksanakan difusi inovasi,
yaitu:
1) Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan.
2) Membina suatu hubungan dalam rangka perubahan (change relationship).
3) Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
4) Menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien.
5) Menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata.
6) Menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop-out.
7) Mencapai suatu terminal hubungan.
II.3. TEORI DIFUSI DAN ADOPSI INOVASI
II.3.1.Teori Difusi Inovasi
A. Pengertian Teori Difusi Inovasi
Teori difusi inovasi dikembangkan oleh Everett M. Rogers. Rogers
mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui
saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem
sosial. Difusi adalah suatu komunikasi jenis khusus yang yang berkaitan dengan
penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan
Universitas Sumatera Utara
sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar
informasi untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam pesan itu terdapat
ketermasaan (newness) yang memberikan ciri khusus kepada difusi yang menyangkut
ketidakpastian (uncertainty). Derajat ketidakpastian seseorang akan dapat dikurangi
dengan jalan memperoleh informasi. (Dilla, 2007: 53)
Difusi inovasi merupakan bagian khusus yang dari proses komunikasi yang ada
disebabkan informasi yang dipertukarkan adalah inovasi. Teori difusi inovasi adalah
sebuah model yang menggambarkan aktivitas pertukaran informasi baru yang
berlangsung dengan tujuan terjadinya proses adopsi inovasi dalam diri khalayak
(Purba, 2006: 57).
Dalam pelaksanaannya, sasaran dari upaya difusi inovasi umumnya petani dan
anggota masyarakat pedesaan. Teori ini pada prinsipnya adalah komunikasi dua tahap,
jadi di dalamnya dikenal pula adanya pemula pendapat atau yang disebut juga dengan
istilah agen perubahan. Oleh karenanya teori ini sangat menekankan pada sumber-
sumber non-media (sumber personal, misalnya tetangga, teman, ahli, dan sebagainya),
mengenai gagasan-gagasan baru yang dikampanyekan untuk mengubah perilaku
melalui penyebaran informasi dan upaya memengaruhi motivasi dan sikap. (Sendjaja,
2005: 5.17)
B. Unsur-unsur Difusi Inovasi
Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), dalam proses penyebarserapan inovasi,
terdapat unsur-unsur utama yang terdiri dari:
1) Suatu inovasi
2) Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu
3) Dalam jangka waktu tertentu
4) Diantara para anggota suatu sistem sosial
Universitas Sumatera Utara
C. Atribut Difusi Inovasi
Dalam pandangan masyarakat yang menjadi klien dalam penyebarserapan suatu
inovasi, ada lima atribut yang menandai setiap inovasi, yaitu:
6) Keuntungan-keuntungan relatif. Apakah cara-cara atau gagasan baru ini
memberikan keuntungan relative bagi mereka yang kelak menerimanya?
7) Keserasian. Apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan nila-nilai,
sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan? Begitu pula,
apakah inovasi yang dimaksud itu serasi dengan kebutuhan, selera, adat-istiadat,
dan karakteristik penting lainnya dari masyarakat yang bersangkutan?
8) Kerumitan. Apakah inovasi tersebut rumit? Pada umumnya masyarakat tidak
atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit; karena selain sukar dipahami,
juga cenderung dirasa sebagai beban.
9) Dapat dicobakan. Suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan
lebih dahulu dalam ukuran (skala) kecil sebelum orang terlanjur menerima
secara keseluruhan.
10) Dapat dilihat. Bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya, maka orang
akan lebih mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan-gagasan
atau ide yang abstrak.
(Nasution 1990: 15-17)
II.3.2.Teori Adopsi Inovasi
A. Pengertian Teori Adopsi Inovasi
Adopsi di dalam penyuluhan sering kali diartikan sebagai suatu proses mentalitas
pada diri seseorang atau individu, dari mulai seseorang tersebut menerima ide-ide
baru sampai memutuskan menerima atau menolak ide-ide tersebut. Proses adopsi,
menurut Samsudin (1984), adalah proses dimulai dari keluarnya ide-ide dari satu
Universitas Sumatera Utara
pihak kemudian disampaikan pada pihak lain sampai ide tersebut diterima pihak
masyarakat sebagai pihak yang kedua. Menurut Suriatna (1987), karena proses adopsi
merupakan proses mentalitas yang bertahap mulai dari kesadaran (awareness), minat
(interest), menilai (evaluation), mencoba (trial), dan akhirnya menerapkan (adoption)
maka kita perlu benar-benar memahami setiap tahapan yang berlangsung pada diri
seseorang tersebut agar berbagai faktor penghambat akan diketahui dan dipelajari
sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penyuluhan.
Dalam proses penyuluhan, dimana salah satu tujuannya adalah agar terjadi
perubahan sikap perilaku yang mengarah pada tindakan maka prose terjadinya adopsi
inovasi yang bertahap sering kali tidak sama pada setiap individu. Kecepatan dalam
mengadopsi suatu inovasi kadang antara satu individu dengan individu yang lain
berbeda, ini sangat tergantung bagaimana karakter individu yang bersangkutan.
B. Sifat Sasaran
Berdasarkan tingkat kecepatan dalam mengadopsi inovasi, sasaran penyuluhan di
pedesaan dapat digolongkan dalam beberapa kelompok sasaran, antara lain:
a. Kelompok Perintis (innovator), yaitu mereka yang pada dasarnya sudah
menyenangi hal-hal yang baru dan sering melakukan percobaan.
b. Kelompok Pelopor (early adopter), yaitu orang-orang yang berpengaruh di
sekelilingnya dan merupakan orang yang lebih maju dibandingkan dengan
orang-orang di sekitarnya.
c. Kelompok Penganut Dini (early majority),yaitu orang-orang yang menerima
suatu inovasi selangkah lebih dahulu dari orang lain.
d. Kelompok Penganut Lambat (late majority), yaitu orang-orang yang baru
bersedia menerima suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang di
sekelilingnya sudah menerimanya.
Universitas Sumatera Utara
e. Kelompok Kolot (laggard). Yaitu lapisan yang paling akhir dalam menerima
suatu inovasi. (Dilla, 2007: 190)
C. Tahapan Putusan Inovasi
Everett M. Rogers dan Floyd Shoemaker memperkenalkan sebuah formula baru
dalam proses adopsi inovasi. Teori adopsi tersebut diformulasikan menjadi 4 tahap,
yakni:
5. Pengetahuan : mengetahui adanya inovasi dan memiliki pengertian
bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
6. Persuasi : menentukan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi
tersebut.
7. Keputusan : terlibat dalam kegiatan yang membawa seseorang pada
situasi memilih apakah menerima atau menolak.
8. Konfirmasi : mencari penguat bagi keputusan yang telah diambil
sebelumnya. Jika informasi yang diperoleh bertentangan maka
seseorang dapat merubah keputusan tersebut.
(Purba, 2006: 57-58)
II.4. KANKER SERVIKS DAN PAP SMEAR
II.4.1. Kanker Serviks
A. Pengertian Kanker Serviks
Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel yang tidak normal, (yaitu
tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke
jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga memengaruhi
fungsi tubuh. Istilah tumor tidak sama dengan kanker. Tumor adalah istilah umum
untuk setiap benjolan abnormal. Sedangkan kanker adalah tumor yang bersifat ganas.
Universitas Sumatera Utara
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kanker Serviks
Faktor-faktor resiko yang memengaruhi adanya kanker serviks adalah sebagai
pemicu tumbuhnya sel tidak normal. Menurut Baird, beberapa faktor predisposisi
kanker serviks ada tiga faktor, yaitu:
A. Faktor Resiko
1. Makanan
2. Gangguan sistem kekebalan
3. Pemakaian kontrasepsi
4. Ras
5. Polusi udara
6. Pemakaian DES (dietilstilbestrol)
7. Golongan ekonomi lemah
8. Terlalu sering membersihkan vagina
B. Faktor Individu
1. HPV (Human Papillomavirus)
2. Faktor Etologik
3. Herpes Simpleks Virus (HVS) Tipe 3
4. Perubahan Fisiologik Epitel Serviks
5. Perubahan Neoplastik Epitel Serviks
6. Merokok
7. Penggunaan Celana Ketat
8. Umur
Universitas Sumatera Utara
9. Paritas
10. Usia Wanita Saat Menikah
C. Faktor Pasangan
1. Hubungan Seks Pada Usia Muda
2. Pasangan Seksual Lebih Dari Satu (Multipatner Sex)
C. Gejala Penderita Kanker Serviks
Pada fase sebelum terjangkitnya kanker, sering penderita tidak mengalami gejala
atau tanda yang khas. Namun sering ditemukan gejala-gejala sebagai serikut:
• Keluar cairan encer dari vagina (keputihan).
• Pendarahan setelah senggama yang kemudian dapat berlanjut menjadi
pendarahan yang abnormal.
• Timbulnya pendarahan setelah masa menopause.
• Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau, dan
dapat bercampur dengan darah.
• Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
• Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi
hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
• Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besara bagian bawah (rectum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala
akibat metastasis jauh.
Universitas Sumatera Utara
II.4.2. Pap Smear
A. Pengertian Pap Smear
Cara pendeteksian kanker serviks dengan pap smear memang sangatlah
dianjurkan. Sebab dengan ini kita mengetahui bagaimana keadaan kita, pada tingkat
berapa stadium kita.
Pemeriksaan pap smear merupakan suatu test yang aman dan murah, telah dipakai
bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel
rahim. Tes pap smear adalah pemeriksaan epitel porsio dan endoservik uteri untuk
pemantauan adanya perubahan diporsio atau serviks pada tingkat pra ganas dan ganas.
B. Tujuan Tes Pap Smear
Tujuan dari tes pap smear adalah:
• Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi
kanker serviks.
• Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi seseorang yang
belum menderita kanker.
• Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim.
Mengetahui tingkat berapa keganasaan serviks
C. Wanita Yang Dianjurkan Tes Pap Smear
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya mereka yang
tinggi tingkat aktivitas seksualnya. Namun, tidak menjadi kemungkinan juga wanita
yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri. Berikut ini adalah
wanita-wanita sasaran tes pap smear:
• Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum,
namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
Universitas Sumatera Utara
• Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah
menderita infeksi HPV atau kutil kelamin.
• Setiap tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun.
• Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
• Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di ats 35 tahun.
• Pap tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun dan juga bagi wanita
di bawah 20 tahun yang seksual aktif.
• Sesudah 2x pap tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita
resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap tes.
• Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal.
• Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker
serviks
D. Syarat Pendeteksian Pap Smear
Jika ingin melakukan tes pap smear, harus memperhatikan hal-halpenting sebagai
berikut:
1. Waktu pengambilan sebaiknya memperhatikan waktu menstruasi, yaitu
pengambilan dimulai minimal dua minggu setelah dan sebelum menstruasi
berikutnya.
2. Pasien harus memberikan informasi mengenai aktivitas seksualnya dan
riwayat kesehatan yang pernah dideritanya dengan sejujur-jujurnya
3. Hindari hubungan intim yang tidak boleh dilakukan dalam waktu 24 jam
sebelum pengambilan bahan pemeriksaan
4. Pembilasan vagina dengan bermacam-macam cairan kimia tidak boleh
dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya
Universitas Sumatera Utara
5. Hindari pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang pemeriksaan pap
smear.
6. Jika meminum obat, maka informasikan kepada petugas, sebab beberapa obat
akan mempengaruhi hasil analisis sel.
E. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Hasil Pap Smear
Hasil pemeriksaan pap smear dapat dipengaruhi dari beberapa hal. Faktor-
faktor ini dapat memengaruhi hasil dari perubahan sel yang tidak normal. Faktor-