Top Banner
ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar dari pengalaman mereka, mereka akan diabaikan dan berhenti sebagai agen-agen perubahan sosial” (Alan Fowler, 1997) 1. Konteks Dalam sektor-sektor terkait dengan dana bantuan, Fowler 1 menyimpulkan bahwa ketidak mampuan belajar berhubungan dengan kondisi-kondisi sejarah, psikologis dan struktural yang tertanam dalam-dalam’. Berdasarkan sejarah, hampir semua organisasi agen pembangunan menitikberatkan pada tindakan, lebih sedikit penghargaan yang diberikan pada refleksi dan pembelajaran, yang mungkin hanya akan ‘meningkatkan biaya tambahan’. Aktivisme dan suatu proyeksi positif ke dunia luar dari hasil-hasil yang dicapai , mungkin mengarah pada suatu psikologi dan budaya organisasi yang bukan berorientasi pada pembelajaran faktor ketiga adalah longgarnya hubungan antara kinerja bantuan yang diberikan dengan jumlah uang yang dialokasikan pada sektor tersebut Pentingnya proses pembelajaran (dan bukan hanya hasil-hasil proyek) dalam pemberdayaaan masyarakat sipil juga disadari oleh Pemerintah Belanda 2 : ‘Tetapi perkembangan sosial merupakan suatu proses yang rumit, non-linier, dan seringkali sulit untuk memastikan apa yang merupakan suatu hasil yang positif… Oleh karena itu, membandingkan manfaat berdasarkan hasil saja dapat memberikan penekanan yang tidak proporsional terhadap hasil-hasil yang dapat diukur atau diperiksa saja. Masalahnya bukan apa yang dimasukkan ,, tetapi apa yang tidak dimasukkan. Dengan hanya memperhatikan hasil, juga akan mencegah orang untuk mengambil risiko dalam situasi-situasi di mana inovasi-inovasi – yang mau tak mau mengandung suatu elemen risiko – merupakan hal yang diharapkan atau bahkan penting. Yang utama bukanlah tidak diperbolehkannya ada suatu kesalahan atau kegagalan, tetapi yang lebih penting adalah bahwa ada pelajaran (hikmah) yang diambil dari kesalahan-kesalahan itu. Di waktu mendatang, Ormas-Ormas tidak akan dinilai hanya dari hasil mereka saja: kualitas pemantauan mereka dan sistem evaluasi serta kemampuan mereka untuk belajar juga akan diperhitungkan’ Dalam konteks Indonesia, masyarakat yang berkembang menghadapi lebih banyak tantangan yang menakutkan karena kurangnya lingkungan yang kondusif (secara 1 Dikutip dari Fowler A., The Virtuous Spiral. A guide to sustainability for NGOs in International development’ (2000) 2 Dari ‘Civil Society and Structural Poverty Reduction’, Departemen Luar Negeri Belanda 2001. 1
18

ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

Oct 28, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan

“Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non-Pemerintah tidak belajar dari pengalaman mereka, mereka akan

diabaikan dan berhenti sebagai agen-agen perubahan sosial” (Alan Fowler, 1997)

1. Konteks

Dalam sektor-sektor terkait dengan dana bantuan, Fowler1 menyimpulkan bahwa ketidak mampuan belajar berhubungan dengan kondisi-kondisi sejarah, psikologis dan struktural yang tertanam dalam-dalam’. Berdasarkan sejarah, hampir semua organisasi agen pembangunan menitikberatkan

pada tindakan, lebih sedikit penghargaan yang diberikan pada refleksi dan pembelajaran, yang mungkin hanya akan ‘meningkatkan biaya tambahan’.

Aktivisme dan suatu proyeksi positif ke dunia luar dari hasil-hasil yang dicapai , mungkin mengarah pada suatu psikologi dan budaya organisasi yang bukan berorientasi pada pembelajaran

faktor ketiga adalah longgarnya hubungan antara kinerja bantuan yang diberikan dengan jumlah uang yang dialokasikan pada sektor tersebut

Pentingnya proses pembelajaran (dan bukan hanya hasil-hasil proyek) dalam pemberdayaaan masyarakat sipil juga disadari oleh Pemerintah Belanda2:

‘Tetapi perkembangan sosial merupakan suatu proses yang rumit, non-linier, dan seringkali sulit untuk memastikan apa yang merupakan suatu hasil yang positif… Oleh karena itu, membandingkan manfaat berdasarkan hasil saja dapat memberikan penekanan yang tidak proporsional terhadap hasil-hasil yang dapat diukur atau diperiksa saja. Masalahnya bukan apa yang dimasukkan ,, tetapi apa yang tidak dimasukkan. Dengan hanya memperhatikan hasil, juga akan mencegah orang untuk mengambil risiko dalam situasi-situasi di mana inovasi-inovasi – yang mau tak mau mengandung suatu elemen risiko – merupakan hal yang diharapkan atau bahkan penting. Yang utama bukanlah tidak diperbolehkannya ada suatu kesalahan atau kegagalan, tetapi yang lebih penting adalah bahwa ada pelajaran (hikmah) yang diambil dari kesalahan-kesalahan itu. Di waktu mendatang, Ormas-Ormas tidak akan dinilai hanya dari hasil mereka saja: kualitas pemantauan mereka dan sistem evaluasi serta kemampuan mereka untuk belajar juga akan diperhitungkan’

Dalam konteks Indonesia, masyarakat yang berkembang menghadapi lebih banyak tantangan yang menakutkan karena kurangnya lingkungan yang kondusif (secara

1 Dikutip dari Fowler A., The Virtuous Spiral. A guide to sustainability for NGOs in International development’ (2000) 2 Dari ‘Civil Society and Structural Poverty Reduction’, Departemen Luar Negeri Belanda 2001.

1

Page 2: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

politis, kebudayaan dan geografis) untuk pembelajaran. ; terbatasnya pengalaman dalam mekanisme partisipatif termasuk untuk M&E; bahwa kerja sama dalam masyarakat non-pemerintah masih dihambat oleh persaingan (untuk sumber daya, dsb); bahwa informasi dan pengetahuan lebih dipandang sebagai suatu dasar-untuk mendapat kekuatan, dibandingkan sebagai suatu kesempatan untuk pembelajaran dan pertukaran pikiran guna mencapai tujuan tertentu yang disepakati bersama; dan bahwa sumber-sumber informasi dari luar negeri tidak gampang diakses oleh sebagian besar masyarakat karena hambatan bahasa.

2. Latar belakang dalam ACCESS

Isu-isu pembangunan (baik masalah maupun kesempatan) semakin rumit dan organisasi pembangunan harus lebih pintar, cekatan dan peka. Mereka harus menjadi lebih baik dalam hal apa yang telah mereka kerjakan, belajar lebih banyak dari pengalaman mereka, dan secara terus menerus meningkatkan diri agar dapat beradaptasi pada kenyataan yang senantiasa-berubah.

Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh para praktisi pembangunan maupun masyarakat adalah keterbatasan akses pada arus informasi yang relevan karena keterbatasan dokumentasi yang tepat dan berguna. Hal ini menyebabkan orang-orang yang terlibat dalam program-program tersebut, dan orang-orang lain yang tertarik tidak dapat belajar dari, atau mendapat pelajaran dari pendekatan-pendekatan baru yang dipakai pada saat ini.

Mencatat (mendokumentasikan) bagaimana segala sesuatu berkembang, menganalisa apa yang membuat proyek-proyek berjalan dan apa yang menyebabkan proyek-proyek gagal; siapa saja (dan siapa saja yang tidak) mendapat keuntungan dari proyek-proyek yang dilakukan di seantero daerah geografis maupun daerah dimana hal itu menjadi masalah, serta mengusahakan bagaimana supaya catatan-catatan tersebut dapat diakses oleh masyarakat pelaku pembangunan sangat lah penting (vital) untuk untuk menjamin diperolehnya dampak dan keefektifan yang lebih besar.

Pembelajaran dan eksperimentasi berdasar pengalaman merupakan ciri utama pendekatan ACCESS guna mendukung masyarakat dalam merencanakan pembangunan mereka sendiri. Hal ini tercermin dalam keseluruhan disain proyek , metodologi partisipatif dan pendekatan GPI – (Gender Poverty Inclusive) yang dipergunakan ACCESS , serta dalam pengintegrasian ( pendekatan partisipatif yang dimotori-masyarakat) pemantauan dan pembelajaran ke dalam semua tahap pelaksanaan program.

Pendekatan monitoring dan evaluasi (MONEV) dalam semua komponen dan kegiatan-kegiatan; diintegrasikan dengan pembelajaran yang berkelanjutan dan eksperimentasi pengalaman, sedangkan perubahan yang dinamis selalu diperkenalkan bilamana pengetahuan baru (lesson) tersebut diinternalisasikan dalam program yang sedang berlangsung. Hal ini berlaku baik bagi pembelajaran yang terjadi dari dalam program

2

Page 3: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

sendiri, maupun pembelajaran yang berasal dari mitra ACCESS, maupun komunitas pembangunan yang lebih luas.

Pendekatan monitoring yang kami gunakan itu sendiri bersifat inovatif karena mencakup pembelajaran terus menerus dan pemantauan, dimana pengetahuan serta pengertian baru yang diperoleh diberikan kembali sebagai masukan kepada masyarakat, para mitra dan ACCESS.

ACCESS ingin mendorong pendekatan yang terkoordinasi dan komprehensif guna mempelajari pemberdayaan masyarakat yang memberi tekanan pada GPI dan penguatan masyarakat sipil.

Berdasarkan pembelajaran yang dipetik dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh, serta dalam menanggapi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam lingkungan proyek, disediakan kesempatan-kesempatan yang teratur dan fleksibel guna menilai-ulang rencana awal, dan membuat perubahan-perubahan pada proses yang diajukan, sesuai dengan kesepakatan dengan semua pihak terlibat.

3

Page 4: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

3. Daftar Istilah

Sebagai permulaan, suatu pemahaman bersama terhadap istilah-istilah yang digunakan adalah penting. Dalam setiap kamus peristilahan pembelajaran, terdapat banyak istilah yang seringkali dipergunakan secara bergantian, namun mungkin sebenarnya dipergunakan dengan interpretasi yang agak berbeda. Definisi-definisi berikut3 diberikan untuk dipergunakan dalam dokumen pembelajaran yang berkelanjutan ini

Pelatihan merupakan suatu cara alih pengetahuan dan ketrampilan yang terorganisasi dan terdisiplin, yang diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaan suatu pekerjaan, mata pencaharian atau profesi. Hal ini bukan merupakan suatu usaha yang sekali jadi atau pendek, tapi lebih merupakan suatu latihan yang berkelanjutan dan adaptif.

Pengembangan mengacu pada semua hal yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan orang-orang' melalui penerapan pengetahuan dan ketrampilan praktis. Hal ini memerlukan pemaparan (persentuhan) dengan berbagai atau bermacam-macam gagasan-gagasan dan beragam pengalaman, melalui banyak cara seperti pelatihan, kegiatan-kegiatan belajar dan bimbingan yang resmi, dan pertukaran.

Rencana pembelajaran perseorangan merupakan suatu metode yang dilakukan untuk memusatkan usaha-usaha pembelajaran di masa datang sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan, minat dan gaya belajar setiap individu.

Istilah ‘pengetahuan’ seringkali muncul bersama, dan dapat menjadi rancu dengan istilah-istilah ‘informasi’ dan ‘data’. Kami mengartikan istilah-istilah tersebut sebagai berikut4:

Data adalah fakta-fakta, observasi, atau pengukuran yang telah dicatat tetapi belum dimasukkan ke dalam suatu konteks yang memiliki arti tertentu. Sebuah not musik tunggal merupakan data.

Informasi adalah data yang telah disusun secara sistematis sehingga menunjukkan urutan dan arti tertentu. Sebuah rangkaian not yang disusun dalam suatu nada adalah informasi.

Pengetahuan adalah informasi yang tersimpan dalam pikiran, dalam suatu konteks tertentu yang memungkinkan untuk diwujudkan ke dalam tindakan. Seorang musikus mampu memainkan suatu nada karena pengetahuannya .

4

3 Dari ‘ A proposed Continuous Learning Policy for the Public Service of Canada’ 4 Bruce Bailey, ‘Knowledge Management Notes’ sebagai persiapan untuk VECO (Agustus 2002)

Page 5: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

kebijaksanaan

bebas dari konteks

memahami prinsip- dasarnya

pengetahuan

memahami pola=polanya

informasi memahami hubungan-hubungannya

data pemahaman

Pengetahuan merupakan suatu campuran yang “cair” dari pengalaman-pengalaman yang terbingkai (dalam konteks), nilai-nilai, , informasi kontekstual, dan pemahaman berkaitan dengan keahlian seseorang (expert insight) yang memberikan suatu kerangka kerja untuk mengevaluasi/menilai serta menggabungkan pengalaman-pengalaman dan informasi yang baru itu. Hal ini berasal dari dan diterapkan dalam pikiran orang yang memiliki pengetahuan tersebut.

4. Organisasi-Organisasi Pembelajar dan Pembelajaran Yang Terorganisasi

Pembelajaran (learning) pada tingkat perorangan merupakan perolehan dan penciptaan pengetahuan dan gagasan-gagasan baru, yang mengubah cara seseorang dalam mengenali, memahami atau mengambil tindakan. Hal ini ditingkatkan dengan adanya kebebasan untuk berpikir secara kreatif sehingga mengarah pada inovasi.

Pembelajaran5 mempunyai arti sebagai proses maupun suatu nilai. Secara ideal, setiap orang dalam organisasi tertentu, terlepas dari jabatannya atau masa kerjanya, memiliki komitmen untuk menjadi lebih baik di masa datang daripada saat ini – melalui pembelajaran. Organisasi tersebut sebagai suatu keseluruhan memiliki komitmen untuk terus menerus mengembangkan setiap segi organisasi, produk-produknya dan pelayanannya – dengan belajar mengenai pembelajaran.

Pembelajaran Yang Terorganisasi6 merupakan kapasitas atau proses dalam suatu organisasi untuk menjaga atau mengembangkan kemampuan berdasarkan pada pengalaman. Pembelajaran merupakan suatu fenomena dalam tingkatan-sistem karena

5

5 Braham B., ‘Creating a Learning Organization’ (1998) 6 Nevis E., DiBella A dan Gould J Understanding Organizations as Learning Systems’ (1994)

Page 6: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

ia akan tetap tertinggal dalam suatu organisasi, meskipun karyawan-karyawannya berganti. Salah satu asumsinya adalah bahwa organisasi-organisasi belajar sewaktu mereka berproduksi. Pembelajaran merupakan tugas yang sama pentingnya dengan produksi dan penyediaan barang dan jasa.

Pembelajaran Yang Terorganisasi timbul melalui serangkaian proses penciptaan dan perolehan gagasan-gagasan, pengetahuan dan pendekatan-pendekatan baru. Sebagai sebuah produk, Pembelajaran Yang Terorganisasi merupakan hasil dari serangkaian pembelajaran bersama yang terjadi dalam rangka menemukan cara-cara yang baru dan yang lebih baik guna mencapai misi organisasi.

Pembelajaran yang berkelanjutan (terus-menerus) merupakan suatu proses sepanjang hidup, yang meliputi semua pelatihan, pengembangan, dan pembelajaran. Sekali seseorang bekerja dalam sebuah lingkungan di mana tiga kegiatan tersebut dijalankan, dan secara aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan itu, maka pembelajaran seumur hidup akan menjadi sebuah kenyataan.

Sebuah organisasi pembelajar (learning organisation) merupakan upaya dan tanggung jawab bersama yang berakar pada aksi/tindakan. Hal ini dibangun berdasarkan orang-orang, pengetahuan mereka, ketrampilan dan kemampuan untuk berinovasi. Organisasi pembelajar dicirikan (dapat dilihat) berdasarkan adanya pengembangan yang terus menerus melalui ide-ide, pengetahuan dan pendekatan-pendekatan baru, yang dipergunakan untuk secara terus menerus mengantisipasi, berinovasi dan menemukan cara-cara baru yang lebih baik untuk mencapai misinya. Sebuah organisasi pembelajar tidak dapat tumbuh tanpa adanya suatu komitmen untuk pembelajaran seumur hidup dari orang-orangnya, sehingga keterkaitan antara pelatihan dan pengembangan serta pembelajaran menjadi berkelanjutan.

Sebuah organisasi pembelajar merupakan sebuah organisasi yang secara terus menerus beradaptasi terhadap suatu lingkungan berubah-ubah dan saling terkait.7 Sebuah organisasi pembelajar dibedakan dari organisasi-organisasi lain (biasa, yang tidak pembelajar) dalam cara-cara berikut:

Pembelajaran terintegrasi ke dalam segala sesuatu yang dikerjakan orang; hal ini merupakan bagian dari sebuah pekerjaan, bukan sesuatu yang ditambahkan pada pekerjaan anda.

Pembelajaran merupakan suatu proses, bukan suatu kejadian. Kerja sama merupakan dasar dari semua hubungan. Setiap individu (dalam organisasi) berkembang dan tumbuh, dan dalam

prosesnya terjadi transfer (peralihan) kepada organisasi tersebut. Organisasi pembelajar merupakan organisasi yang kreatif, individu-individu

menyusun ulang organisasi tersebut. Organisasi tersebut belajar dari diri sendiri; para karyawannya mengajari

organisasi tersebut mengenai efisiensi, pengembangan kualitas, inovasi, dsb. Menjadi bagian dari sebuah organisasi pembelajar adalah menyenangkan dan

menggairahkan.

7 Kofman F. and Senge P. ‘ Communities of Commitment: the heart of learning organizations’ (1993)

6

Page 7: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

Di atas semuanya itu, sebuah persyaratan mendasar yang harus dimiliki adalah bahwa organisasi tersebut terbuka untuk belajar yang ditunjukkan melalui berbagai cara yaitu: : bersikap terbuka terhadap evaluasi kritis, mampu untuk mengakui kesalahan-kesalahan, serta memandangnya sebagai kesempatan-kesempatan untuk belajar,; memiliki komitmen pada pengembangan sumber daya manusia di dalam organisasi/ masyarakat dengan meningkatkan kemampuan individu untuk belajar; mengembangkan mekanisme-mekanisme penyebaran pengetahuan dan informasi; serta memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dan berubah sebagai suatu hasil dari pembelajaran.

Sebagaimana dikatakan Peter Senge dalam The Fifth Discipline8, menjadi sebuah organisasi pembelajar bukan berarti menjiplak sebuah ‘model’. Lebih tepat dikatakan bahwa anda menciptakan lingkungan pembelajaran dalam pekerjaan anda, berdasarkan pada organisasi anda, kelompok sasarannya, masalah-masalahnya, dan individu-individu karyawannya. Organisasi pembelajar diharapkan memiliki banyak kesamaan ciri, tetapi mungkin yang paling penting adalah suatu kemauan untuk terus belajar. . Ingatlah bahwa tidak peduli berapa banyak yang telah anda pelajari, akan selalu ada lebih banyak hal untuk anda pelajari.

5. Daur Pembelajaran

Kami lebih suka menyebutnya daur pembelajaran (sebenarnya putaran/spiral pembelajaran) karena daur ini tidak berputar kembali ke titik awalnya. Pembelajaran bertujuan dan bergerak ke tempat yang berbeda, oleh karenanya istilah tersebut merujuk pada sesuatu yang bergerak dan berubah – sebuah putaran9. Langkah-langkahnya dapat divisualisasikan10 dalam bagan berikut:

Kegiatan/kejadian/pengalaman Tindakan-tindakan baru

Refleksi dan keputusan untuk mencoba

Daur Pembelajaran

Percobaan

8 Senge P., th Discipline’ (1990) ‘The FifRefleksi dan analisa

9 Lihat juga Fowler A., ‘ The Virtuous Spiral: A guide to sustainability for NGOs in International Development’ (2000) 10 Dikutip Velden, Van der F., (2004) dari Weinstein, K.,’Action Learning: A Practical Guide’ (1999)

7

Page 8: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

Dalam daur tindakan - pembelajaran ini, fasilitasi dan pembelajaran dilakukan bersamaan. Penekanan secara terus menerus pada pembelajaran dan bagaimana hal ini dicapai, merupakan salah satu dari ciri-ciri khusus dari suatu proses, yang telah difasilitasi secara tepat.

6. Tanggung Jawab untuk Pembelajaran11

Dalam proses pembelajaran, baik organisasi maupun individu karyawannya memiliki tanggung jawab untuk pembelajaran. Tetapi masing-masing memiliki tanggung jawab yang berbeda.

Organisasi bertanggung jawab untuk menyediakan kesempatan belajar dan struktur yang mendukung pembelajaran. Tidak kalah pentingnya, mereka harus menghilangkan hambatan-hambatan untuk pembelajaran – pelajari bagaimana jalan keluarnya!

Namun, struktur pembelajaran yang paling baik pun tidak akan dapat membuat seseorang belajar. Individu-individu dalam organisasi tersebut akan harus mempergunakan kesempatan yang diberikan untuk mereka. Individu-individu lah yang bertanggung jawab untuk pembelajaran mereka masing-masing dan untuk mengalihkan pengetahuan menjadi pembelajaran dari-hari-ke-hari

Tanggung jawab organisasi untuk meningkatkan pembelajaran pada organisasi dan individu adalah:

Menyediakan kesempatan setiap hari dan waktu bagi karyawan untuk belajar; mengembangkan suatu kebiasaan belajar dan mengembangkan pemahaman bahwa belajar tidak harus melalui pelatihan atau kejadian tertentu.

Memasukkan pembelajaran ke dalam budaya dan nilai-nilai organisasi. Menyediakan ruangan fisik untuk pembelajaran dengan titik berat pada

peningkatan interaksi. Menanggapi secara positif kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran karena

kesalahan-kesalahan dapat membawa pengetahuan dan membuat setiap kesalahan menjadi suatu kesempatan pembelajaran.

Memilih pembelajaran proaktif daripada retrospektif. Belajar dari kesalahan-kesalahan merupakan pembelajaran retrospektif atau kita belajar dari sebuah kejadian (seringkali negatif) yang telah terjadi. Pada saat pengalaman pembelajaran direncanakan, pembelajaran proaktif sudah dimulai, yaitu pada saat individu telah menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas sejak awal mengenai apa yang akan dipelajarinya.

Memperlakukan pekerjaan sebagai latihan, dan memastikan bahwa semakin banyak kita berlatih, semakin banyak pembelajaran yang kita kerjakan dan semakin baik hasil yang kita dapatkan.

Hargailah karyawan yang melakukan pembelajaran jika anda ingin mereka memiliki komitmen pada pembelajaran seumur hidup

8

11 Braham B., in ‘Creating a Learning organization’ (1998)

Page 9: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

Pada tingkatan individu, Peter Senge12, menjelaskan bahwa pembelajaran yang berkelanjutan dan penguasaan diri adalah sangat serupa, di mana para pelaku pembelajaran secara terus menerus :

Mengenali prioritas atau nilai-nilai keseluruhan dari diri mereka sendiri dan apa yang mereka inginkan untuk hidup dan bekerja – mereka memiliki suatu visi pribadi

Mengambil satu peranan aktif di dunia ini dan dalam bekerja. Menyisihkan waktu untuk memikirkan dan merefleksikan pengalaman mereka

di dunia dan pekerjaan mereka Mencari umpan balik terbaru dan informasi berguna mengenai dunia ini

(termasuk pekerjaan) dan kegiatan-kegiatan mereka di dalamnya Tetap terbuka sebisa mungkin terhadap umpan balik (yang membutuhkan

derajat kedewasaan yang cukup dan menghilangkan hambatan dalam diri sendiri)

Memiliki keberanian untuk berubah dan membuat penyesuaian-penyesuaian sambil jalan, --berdasarkan pada umpan balik yang diperoleh selama proses--, pada cara hidup mereka dan melaksanakan pekerjaan mereka agar dapat lebih mendekati pemenuhan prioritas dan nilai-nilai mereka.

7. Mengelola Pembelajaran Yang Terorganisasi

Tantangan terbesar dalam menciptakan organisasi pembelajar adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran terjadi dalam organisasi secara keseluruhan, dan untuk memastikan bahwa kita mengatur pelaksanaan pembelajaran tersebut. Tiga cara pembelajaran yang dikenal: Pembelajaran Spontan, di mana pembelajaran berjalan secara ‘spontan’ pada segala

waktu baik pada tingkatan lebih tinggi ataupun kurang. Pembelajaran Yang Tidak Direncanakan Sebelumnya, yang terjadi sebagai suatu hasil

yang tidak diharapkan dari sebuah situasi. Pembelajaran Yang Direncanakan Sebelumnya, yang bertentangan dengan 2 cara yang

lainnya, karena secara sadar direncanakan. Dalam hal ini pembelajaran merupakan tujuan yang secara sengaja dibuat, dan pembelajaran yang terjadi merupakan hasil yang diharapkan. .

Sebuah kunci untuk menciptakan sebuah organisasi pembelajar adalah dengan meningkatkan penekanan dan komitmen pada pembelajaran yang direncanakan sebelumnya, daripada sekedar mempercayai bahwa pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya. Pada tingkat yang lebih praktis, kita dapat membedakan pendekatan pembelajaran al. in. belajar dengan melakukan/ dari pengalaman; pembelajaran dengan pengamatan; pembelajaran dengan secara aktif mencoba; pembelajaran melalui konsepsi secara abstrak dsb.

12 Senge P., ‘The Fifth Discipline’ (1990)

9

Page 10: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

8. Proses Pembelajaran ACCESS

ACCESS mengasumsikan bahwa suatu proses pembelajaran memiliki tahapan-tahapan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut 13: 1. penciptaan /pembuatan pengetahuan – pengembangan atau penciptaan

ketrampilan, buah pikiran (insight), hubungan-hubungan. 2. Penyebaran (berbagi) pengetahuan – penyebaran apa yang telah dipelajari. 3. Penggunaan pengetahuan – integrasi pembelajaran sehingga alternatif-alternatif

tersedia secara luas dan dapat diadaptasi pada situasi-situasi baru. Tahapan-tahapan14 untuk memperoleh pengetahuan bertujuan untuk menciptakan aset pengetahuan bagi pembelajaran yang berkelanjutan. Penting bagi ACESS untuk memiliki langkah-langkah yang jelas, untuk memastikan bahwa aset pengetahuan dapat terbangun dalam jaringan kerjanya. Tahapan-tahapan berikut ini dapat dilakukan untuk setiap Topik Pembelajaran yang dipilih sehingga dapat menjadi praktik yang baik:

1. Adakah konsumen bagi pengetahuan? Hindari ‘kuburan pengetahuan’, pikirkan siapa yang akan tertarik untuk mempergunakan aset pengetahuan itu.

2. Apakah setiap orang mengetahui dengan jelas aset pengetahuan apa saja yang dimiliki: ruang lingkup, nama, dsb?

3. Adakah bahan-bahan yang sudah ada, yang dapat anda jadikan dasar aset pengetahuan anda misalnya laporan evaluasi, CoP, dsb?

4. Susun suatu daftar yang berisi contoh-contoh dan cerita-cerita, dsb. Untuk membuatnya menarik

5. Buat hubungan-hubungan dengan orang-orang dan organisasi 6. Pastikan (uji kembali) penemuan-penemuan dan cari tambahan-tambahan dan

perubahan-perubahan. 7. Publikasikan aset pengetahuan sehingga hal itu tersedia untuk yang berminat.

Pergunakan media yang sesuai untuk mencapai kelompok sasaran yang berbeda. 8. Jagalah aset pengetahuan agar tetap hidup – pelopori umpan balik; berbaharui

data secara teratur; dsb. Proses Pembelajaran Yang Adaptif15 Pembelajaran yang adaptif merupakan suatu pendekatan manajemen dimana dilakukan penyesuaian secara terus menerus untuk menanggapi informasi, pengetahuan atau teknologi yang baru. Pembelajaran ini secara tersurat (jelas) menyatakan bahwa banyak ketidakpastian dan hal-hal yang belum diketahui dalam upaya kita mencapai setiap tujuan pengembangan masyarakat, oleh karenanya manajemen harus berusaha untuk menguranginya melalui pembelajaran yang berkelanjutan. Pendekatan tersebut membawa gagasan dasar bahwa 13 Dikutip dari Nevis E., DiBella A dan Gould J ‘Understanding Organizations as Learning Systems’ (1994) 14 Dikutip dari BP’‘10 Steps to create a knowledge asset’ 15 ‘Adaptive Learning: lessons from Southern Lao PDR’ (Garaway, C. et all -MRAG Ltd, 2002)

10

Page 11: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

tindakan manajemen adalah penting, terlepas dari keterbatasan pengetahuan, dan karenanya manajemen seharusnya menjadi bagian dari suatu proses pembelajaran terstruktur, di mana manajemen dan pembelajaran dilaksanakan secara bersamaan. 16. Penekanannya terletak pada pengembangan suatu proses pembelajaran yang dapat berjalan sendiri sehingga meningkatkan kemampuan, berbagi tanggung jawab dan mendukung partisipasi yang bermakna, sehingga pada akhirnya dapat tercipta jaringan (jaringan-jaringan) kerja (yang renggang) sebagai dasar ntuk pembelajaran yang berkelanjutan di masa mendatang. Dalam proses tersebut, ACCESS, masyarakat lokal, pemerintah lokal dan LSM-LSM pendukung, mencoba untuk bergabung dalam sebuah proses untuk berbagi ketrampilan dan pengetahuan satu sama lain, dan dengan staff proyek dan pemerintahan yang lain, sewaktu berusaha mendapatkan informasi baru yang berguna untuk masa yang mendatang. Kami ingin menjalin kemitraan dalam belajar antara pemerintah, LSM dan berbagai organisasi pendukung, para pengguna lokal, masyarakat , peneliti dll, dengan bermodalkan keahlian spesifik masing-masing, keterampilan, pengalaman, dan juga pengetahuan masing-masing, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan cakupan pembejalaran serta jumlah orang yang mendapatkan manfaat dari hal ini. Bekerjasama dalam kelompok yang beragam tersebut akan menghasilkan manfaat yang terbesar, namun hal ini juga akan membawa tantangan karena adanya perbedaan pandangan, perspektif dan cara berfikir di antara mereka. Mengatasi tantangan-tantangan tersebut merupakan hal yang mendasar dalam suatu proses pembelajaran adaptif yang partisipatif. Pada dasarnya, ACCESS harus terus mengembangkan strateginya dengan cara memanfaatkan Sistem Pembelajaran Internal yang menggunakan aset pengetahuan dalam suatu proses : -Mengumpulkan data/informasi -Menilai adanya perbedaan dalam pola-pola perubahan. -Menganalisa data dan menginterpretasinya guna memahami penyebab-

penyebab perubahan, hambatan-hambatan maupun faktor-faktor pendukung -Merencanakan agar hasilnya dapat dipergunakan untuk mengembangkan strategi -Mendokumentasikannya hasilnya untuk disebarkan, menyadari pencapaian yang dicapai,… ACCESS yakin bahwa pengetahuan dan kebijaksanaan sudah ada dalam bentuk modal manusia dan modal social yang ada dalam ACCESS dan semua pihak terkait; dan bahwa informasi yang berharga juga tersedia pada tingkat lokal. ACCESS akan

16Bertentangan dengan pendekatan manajemen tradisional yang mana pembelajaran dan pengambilan keputusan dipisahkan satu sama lain dengan suatu penekanan pada pembelajaran sebelum pengelolaan.

11

Page 12: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

mencoba untuk menciptakan suatu lingkungan dan budaya yang tepat untuk penyebarannya, dan menyediakan wahana berbagi dan belajar. ACCESS akan memulai pendekatan pembelajaran dari dasar-dasar pengalaman yang dimiliki para mitranya, dalam masyarakat dan dalam pihak-pihak lain yang terkait dalam upaya pembangunan. Dalam proses-proses tersebut, saat-saat pembelajaran, saat-saat percobaan dan saat pelaksanaan akan terjadi terjadi berturut-turut. Agar berkelanjutan, ACCESS akan mendukung proses untuk mendorong terjadinya pembelajaran, tetapi para mitra dan masyarakat lah yang akan memiliki proses pembelajaran dan hasilnya. ACCESS yakin bahwa untuk mengatasi kesulitan pembelajaran (ketidak mampuan belajar dari pengalaman) diperlukan suatu perubahan dalam cara berfikir sekaligus perubahan karakter organisasi seperti nilai-nilai dianut bersama, strategi, struktur, sistem, gaya, budaya dan pekerja. Dalam suatu proses tertentu praktik pengembangan (tindakan) memberikan – paling tidak pada permulaan – wahana utama untuk pembelajaran. Tahapan-tahapannya berikutnya adalah: 17:

(a) Mengingat kembali mereka, (b) Merefleksikannya , (c) Mencoba untuk memahami apa yang telah terjadi, (d) Mengambil kesimpulan atau memiliki beberapa pemikiran (pembelajaran), (e) Bersiap-siap untuk melakukan segala sesuatu dengan cara yang berbeda di masa

mendatang, dan (f) kemudian memulai beberapa tindakan (eksperimen) yang ‘baru’.

17 Revans,‘The ABC of Action Learning’ (1998); Weinstein, in ‘Action Learning: A practical Guide’ (1999)

12

Page 13: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

Diagram: Tahapan-Tahapan dari Proses Pembelajaran Adaptif ACCESS

Mengidentifikasi dan melibatkan pihak yang

k i

Mengembangkan suatu dasar pengertian dari topik Pembelajaran

Mengidentifikasi jalan / kerangka kerja yang ada untuk berbagi informasi antar para pihak

Mengidentifikasi, Mengevaluasi dan Memilih

Opsi-Opsi Pembelajaran

Mendapatkan Pengetahuan Mengevaluasi Proses Pembelajaran dan

Hasilnya

Membagi Pengetahuan (yang telah adadan yang baru) antara para pihak yang

terlibat

Mempergunakan Pengetahuan

Mengidentifikasi kesempatan-kesempatan dan hambatan-hambatan untuk memperoleh dan

berbagi informasi

Umpan balik dalam sistem untuk memperoleh pengetahuan baru

Para Pengguna memeriksa kecocokan pengetahuan pada situasi lokal dan mengevaluasi apakah pengetahuan

tersebut dapat diterapkan, dapat diterima, dsb

Mengidentifikasi prioritas dan kesenjangan-

kesenjangan dalam pengertian

13

Page 14: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

9. Mekanisme Pembelajaran ACCESS Mekanisme untuk pembelajaran, untuk menilai kembali dan mungkin melakukan negosiasi ulang terhadap proses –proses dalam proyek / program dan kegiatan-kegiatan sudah ditetapkan dari awal. Mekanisme pembelajaran pada tingkat masyarakat; pada tingkat LSM, maupun dalam ACCESS dapat berupa pembelajaran sesama rekan (peer learning), lokakarya atau pertemuan untuk membagi pengalaman, saling mengunjungi dengan karyawan dari proyek lain yang serupa, atau membangun Communities of Practice (CoP, komunitas praktisi) mengenai isu-isu strategis guna mendukung sasaran dan tujuan-tujuan ACCESS. Sejumlah mekanisme yang sekarang sedang dibahas meliputi:

Mempergunakan jaringan kerja pembelajaran yang dikelola al. in. melalui pendekatan Komunitas praktisi (CoP) atau atau komunitas Pembelajaran dan Praktik (CoLP) dengan kelompok-kelompok berdasarkan tema-tema yang terkait pada isu-isu seperti pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat, pendekatan GPI,dsb.

Mendorong terbentuknya jaringan pembelajaran informal yang juga berpusat pada pertukaran gagasan, pengalaman, pendekatan namun tanpa ada sumber daya tambahan misalnya ACCESS mendukung gagasan tersebut dan mendorong para mitranya dan pihak-pihak terkait untuk bertindak dan memastikan adanya suatu mekanisme yang lebih berkelanjutan

Mempergunakan review pembelajaran: pertemuan-pertemuan singkat yang diadakan sebelum, selama dan setelah suatu kejadian atau kegiatan tertentu

Mendorong penggunaan buku harian atau buku catatan guna mencatat perkembangan maupun untuk mendorong refleksi tentang proses pada waktu proses tersebut berjalan

Membangun pembelajaran menjadi proses kunci al. in. pembelajaran dijadikan bagian dari proses manajemen dan proses implementasi

Mendorong orang-orang untuk bekerja dengan orang lain yang biasanya tidak termasuk dalam mekanisme kerjasama organisasi sehingga menciptakan pertukaran yang lebih terbuka melalui suatu forum yang lebih luas

Meng-institusialisasi-kan Sistem bimbingan (mentoring) …….

Berikut ini adalah suatu penjelasan mengenai 2 mekanisme berbeda yang mungkin dilakukan: Pembelajaran sesama rekan (peer learning) Telah terbukti bahwa orang seringkali lebih mudah belajar dari sesama rekan mereka daripada dari ‘ahli’ dari luar. Proses yang mendorong analisa perbandingan terhadap berbagai pandangan dapat membantu membangun kepercayaan diri (karena orang-orang menyadari bahwa banyak orang lain yang menghadapi permasalahan yang sama) dan bahwa mereka dapat bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut. Mereka dapat juga melihat bagaimana orang lain melakukan kegiatan yang sama dan efek apa yang telah dihasilkan. Hal ini juga disebut ‘pembelajaran lateral’ dan dapat mempergunakan mekanisme lain seperti:

14

Page 15: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

Presentasi dari Praktik-Praktik Yang Terbaik: hal ini sangat menolong untuk memperkuat ketrampilan berpikir analitis

Kunjungan peninjauan: membantu orang-orang mengerti bagaimana segala sesuatu dapat dikerjakan dengan cara yang berbeda guna meningkatkan kinerja.

Pertemuan retret Tim/Rekan: dapat diselenggarakan untuk mendorong pemikiran kritis (seringkali difasilitasi oleh fasilitator dari luar).

Komunitas Praktisi (?)18 Suatu CoP (Communities of practice ) merupakan suatu bentuk organisasi baru

yang muncul dan menjadi bagian dalam banyak organisasi yang bertumpu pada pengetahuan. CoP mendorong pengetahuan, pembagian dan pertukaran dan perubahan.

Suatu CoP merupakan sekelompok orang yang secara informal terikat oleh keahlian yang sama dan keinginan kuat atas sesuatu yang mereka ketahui atau bagaimana cara melakukannya, dan mereka melakukan interaksi secara teratur untuk mempelajari bagaimana cara melakukannya secara lebih baik. ‘Komunitas‘ ini memberi kita dukungan, pengetahuan dan keahlian yang kita perlukan untuk bekerja secara efektif dengan suatu berbagai mitra dan dalam suatu berbagai permasalahan, sambil tetap menjaga iklim yang fleksibel dan terbuka bagi inovasi dan kreatifitas. Anggota-anggota CoP menciptakan suatu jaringan yang saling berhubungan yang menginformasikan, menjaga dan membangun praktik-praktek kita (dalam melakukan sesuatu). Suatu CoP berbagi pengetahuan dalam cara-cara kreatif, yang mengalir bebas, yang mendorong pengembangan pendekatan dan pembelajaran baru. Suatu CoP dapat mengorganisir dirinya sendiri, sifatnya informal dan dibangun dalam proses dan struktur yang cair dan fleksibel untuk bekerja sama. Secara kolektif kita dapat mendorong sesuatu melampaui batasan-batasan, membuat pendekatan kreatif untuk mengatasi masalah-masalah yang kompleks, dan memberikan pelayanan terbaik sejauh memungkinkan, kepada para mitra kita.

Sebuah contoh dari proses tersebut adalah: −

Mendirikan suatu Komunitas praktisi untuk pendekatan pengorganisasian masyarakat bagi para praktisi maupun para konseptor baik yang ada dalam para mitra kita maupun dengan pihak luar Menemukan bersama bagaimana cara yang efektif untuk melakukan upaya pengorganisasian masyarakat. Mengeluarkan gagasan-gagasan dan orientasi untuk mendapatkan pedoman konseptual dan juga saran-saran praktis untuk mereka yang ikut serta mencari penyelesaian praktis bagi pekerjaan mereka. Menghubungkan masalah-masalah utama mengenai pengorganisasian masayarakat dengan pelajaran-pelajaran yang didapat, praktik-praktik yang baik atau buruk, opini perorangan, dan gagasan-gagasan baru mengenai konsep-konsep dan prosedur praktis

18 Dikutip dari berbagai sumber mengenai CoP al. in. EcoSol Consulting (2004); Wenger E. ‘ Cultivating Communities of Practice’; dsb.

15

Page 16: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

Usaha awal seharusnya menghasilkan suatu dokumen yang memberikan arahan mengenai thesis, masalah-masalah utama, serta contoh-contoh berupa pembelajaran dan contoh-contoh praktik-praktik terbaik .

10. Rencana Tindakan ACCESS untuk Pembelajaran Adaptif Yang

Berkelanjutan

Siklus yang Sedang Berlangsung untuk Pembelajaran Yang Berkelanjutan:

Menerapkan proses Pembelajaran Adaptif

Menentukan suatu Topik Pembelajaran yang Strategis

Memutuskan siapa saja yandalam Proses Pem

Contoh: Apakah masyarakat menjadi leb Mendefinisikan pemberdayaan al. in.

definisi; presentasi kepada tim; diskudalam konteks ACCESS.

Memutuskan siapa saja (individu, orgpembelajaran topik ini? Siapa saja yauntuk memberikan sumbangsih info/

Melaksanakan proses pembelajaran a Memantau dan mengevaluasi dampa

yang didapat dari pengalaman Mengidentifikasi cara untuk menduk

berlangsung dan/ atau mengidentifikyang menantang lainnya

Topik-Topik Pembelajaran Strategis AC

Topik-topik pembelajaran strategis ACCdari kerangka keberlanjutan ACCESS.. Tmencari Pelajaran-Pelajaran untuk dipelamembuktikan bahwa dengan memusatkdari orang miskin dan kaum wanita dalamendorong keberlanjutan dan mengarahbaik dalam jangka panjang. Minimal ACCESS akan mempelajari hal-

Menentukan Topik Pembelajaran Strategis dalam ACCESS

g akan dilibatkan belajaran?

ih berdaya? langkah-langkah seperti riset untuk si dan kesepakatan mengenai definisi

anisasi, ..) yang akan dilibatkan dalam ng tertarik dan memiliki keinginan kuat data/ pengalaman/ dsb? daptif yang berkelanjutan k serta mengidentifikasi pelajaran-pelajaran

ung pembelajaran yang sedang asi Topik-Topik Pembelajaran Strategis

CESS ESS berhubungan dengan hal-hal utama erkait dengan sasaran ACCESS, kami jari dan Praktik-Praktik yang Baik yang

an perhatian pada peningkatan partisipasi m pengambilan keputusan, maka akan pada terbentuknya masyarakat yang lebih

hal berikut:

16

Page 17: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

Seberapa sukses kita (jaringan kerja ACCESS- karyawannya, mitra, dsb) dalam memberikan sumbangsih pada pemberdayaan masyarakat dan pendekatan apa yang berhasil?

− −

Bagaimana cara LSM mempromosikan pengorganisasian masyarakat dan pemberdayaan masyarakat? Bagaimana pendekatan GPI memberikan sumbangsih pada pemberdayaan? Seberapa baik ACCESS dalam memberikan pelayanan al. in. bantuan, CB, bimbingan yang terkait dengan dengan pemberdayaan masyarakat? Apakah LSM-LSM menjadi lebih baik dan elemen apa saja dari organisasi mereka yang mendukung proses pemberdayaan masyarakat? Bagaimana cara proses CSI memberikan sumbangsih pada pemberdayaan orang miskin dan kaum wanita? Bagaimana cara kita untuk belajar lebih baik dari pengalaman? Apa yang dapat kita pelajari mengenai metodologi pembelajaran?

Siapa saja yang akan dilibatkan

Sebagaimana dipaparkan di atas, karyawan, mitra dan masyarakat maupun para pihak terkait yang menunjukkan komitmen dan antusias untuk pembelajaran yang harus diberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung ini. Kita perlu untuk menentukan siapa saja orang-orang tepat dilibatkan untuk masing- masing topik pembelajaran .strategis .

Tantangan-Tantangan yang dihadapi

ACCESS harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut untuk menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkelanjutan: Bagaimana cara mencari dan mendapatkan pengetahuan, menangkapnya

dan dan membagikannya antar disiplin ilmu? Bagaimana cara untuk lebih paham mengenai bagaimana suatu organisasi

belajar dan menghentikan kehilangan memori organisasi Bagaimana cara membagi pengetahuan dan pengalaman dari proyek-proyek

dalam jaringan kerja ACCESS? Bagaimana cara mendobrak halangan bagi penyebaran pengetahuan?

Halangan-halangan ini mungkin meliputi: Sikap negatif pada pengetahuan, −

− −

− −

Keengganan untuk berbagi pengetahuan, Kemauan untuk membagi pengetahuan tetapi terlalu sedikit waktu bagi individu tersebut untuk melakukannya Keterbatasan ketrampilan teknis Keterbatasan pemahaman mengenai pengelolaan dan pemanfaatan pengetahuan Keterbatasan komitmen

Mengelola suatu basis data dari pelajaran-pelajaran yang didapat Lingkungan Pendukung untuk pembelajaran yang berkelanjutan

Untuk memastikan bahwa pembelajaran dapat terlaksana dan agar kesempatan pembelajaran dipergunakan sepenuhnya, perhatian yang besar diberikan pada pencatatan (pendokumentasian) pengalaman-pengalaman sebagai bagian dari

17

Page 18: ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan€¦ · ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan “Secara ringkas,jika Organisasi-Organisasi Pembangunan Non- Pemerintah tidak belajar

pemantauan dan pelaksanaan sistem pendukung. Dokumentasi utama guna mendukung proses pembelajaran kita yang berkelanjutan smerupakan hasil kegiatan-kegiatan dari daur manajemen proyek / yang terdiri dari:

Potret Masyarakat (community snapshot) − − − − − − − − − −

Potret Organisasi (OD snapshot) Studi kasus: Sektor, Strategi, kasus-kasus LSM atau Kampanye/Advokasi Laporan pelaksanaan proyek Pelaporan proses untuk pemberian hibah Pertemuan eksternal, lokakarya, seminar, dsb Laporan kunjungan lapangan Laporan penyelesaian Informasi dari lembaga donor dan proyek lain Kisah-kisah dan pengalaman-pengalaman dari masyarakat desa

Sumber Daya ACCESS untuk usaha-usaha pembelajaran yang berkelanjutan Keinginan dari individu dan organisasi Sumber daya Karyawan Ketrampilan, waktu, energi, …. (termasuk pada tingkat ACCESS dengan SPO

M/E dan CL, dsb) Website ( Jaringan maya) (direncanakan) Kemungkinan penerjemahan Sumber daya keuangan untuk produksi (dan penyebaran) dari materi yang

dibuat Kamera Digital Sumber Daya Perpustakaan di propinsi-propinsi

Hasil untuk dicapai Suatu semangat pembelajaran yang dapat dilanjutkan tanpa dukungan eksternal

guna mendukung pembelajaran pada tingkat-tingkat yang berbeda al. in. pada tingkat masyarakat; pada tingkat LSM/ penyedia jasa dan pada tingkat ACCESS/donor/proyek

Kelompok pembelajaran di antara para mitra dan pihak lain yang sesuai dan berminat

Suatu pemahaman mengenai metode pembelajaran yang paling efektif dan beberapa pedoman mengenai bagaimana cara menjadi seorang individu pembelajar/ organisasi yang mendukung suatu proses pembelajaran yang berkelanjutan’

Dokumentasi dan penyebaran hikmah pembelajaran (Pelajaran-Pelajaran) yang didapat/ Praktik-Praktik Terbaik/Kisah-Kisah keberhasilan al. in. dokumen, VCD, selebaran, jaringan maya (website), dsb.

18