ACARA MUSIK DAERAH LAMPUNG SEBAGAI SARANA PELESTARI BUDAYA (Skripsi) Tri Hana Pratiwi JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2018 (Studi Deskriptif pada Acara Nyemui Nyimah dan Manjau dibingi Pro 4 RRI Bandar Lampung)
91
Embed
ACARA MUSIK DAERAH LAMPUNG SEBAGAI SARANA PELESTARI …digilib.unila.ac.id/56188/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · siaran program acara Nyemui-nyimah dan Manjau Dibingi, dan Memperdalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ACARA MUSIK DAERAH LAMPUNG SEBAGAI SARANA PELESTARIBUDAYA
(Skripsi)
Tri Hana Pratiwi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
(Studi Deskriptif pada Acara Nyemui Nyimah dan Manjau dibingi Pro 4 RRIBandar Lampung)
ABSTRAK
Oleh
Tri Hana Pratiwi1
Dunia penyiaran di Indonesia berkembang pesat seiring dengan kemajuanteknologi serta dinamika masyarakat. Untuk memberikan keseimbangan dalammemperoleh informasi, pendidikan, kebudayaan, dan hiburan yang sehat padamasayarakat, diperlukan lembaga penyiaran publik yang bersifat independen,netral, tidak komersial, yang tidak semata-mata memproduksi acara siaran sesuaituntutan liberalisasi dan selera pasar, serta bukan pula sebagai corong pemerintah,melainkan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.
Sejalan dengan perkembangan media massa di Indonesia, khususnya RadioRepublik Indonesia (RRI) yang merupakan radio publik yang dimiliki olehnegara. RRI merupakan radio berjaringan terluas di Indonesia, dengan 77 cabangse-Indonesia dan jangkauan siaran 80% wilayah di Indonesia. RRI di dalammelaksanakan fungsinya pun turut andil dalam melestarikan budaya bangsa. yangmana dilakukan secara konsisten baik berupa Festival Penyanyi Lagu Daerah,Bintang Radio, Manjau Dibingi, Nemui-Nyimah, dan budaya-budaya daerahlainnya. RRI menjadikan program siaran kebudayaan sebagai perekat sosial dankeberagaman budaya Indonesia guna memajukan kebudayaan nasional denganmenumbuh kembangkan unsur budaya lokal, ditengah arus kebudayaan global.
Tujuan Penelitian ini adalah Bagaimana proses produksi acara Nyemui Nyimahdan Manjau dibingi RRI Programa 4 Bandar Lampung sebagai sarana pelestarianbudaya Lampung dan Apakah telah sesuai dengan Pemikiran Efektifitas Pesan,komunikasi efektif yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Penelitian inimerupakan penelitian dengan metode deskriptif kualitatif. Pendekatan Kualitatifadalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologiyang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatanini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporanterinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.
1 Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UniversitasLampung/ email: [email protected]
ACARA MUSIK DAERAH LAMPUNG SEBAGAISARANA PELESTARI BUDAYA
(Studi Deskriptif pada Acara Nyemui Nyimah dan Manjau dibingi Pro 4 RRI Bandar Lampung)
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan deskriptif karena penelitian iniberupaya mengungkapkan sesuatu secara apa adanya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada proses produksi acara Nyemui Nyimahdan Manjau Dibingi secara efektif telah turut serta berperan dalam pelestarianbudaya daerah baik berdasarkan isi pesan, format penyampaian pesan, sertabahasa yang digunakan memenuhi Pemikiran komunikasi efektif (EfektifitasPesan) yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Saran yang bisa diajukan daripenelitian ini agar Programa 4 RRI Bandar lampung dapat menambah durasisiaran program acara Nyemui-nyimah dan Manjau Dibingi, dan Memperdalambahasan tentang kebudayaan daerah Lampung.
Kata Kunci: Radio, Acara Musik Daerah, Pelestari Budaya, Efektivitas Pesan
ABSTRACTLAMPUNG MUSIC PROGRAM AS A CULTURE CONSERVATION
(Nyemui Nyimah and Manjau Dibingi Radio Program, A Descriptive Study)
by
Tri Hana Pratiwi1
The world of broadcasting in Indonesia is growing rapidly along withtechnological advances and the dynamics of society. In order to provide a balancein obtaining information, education, culture, and healthy entertainment in thecommunity, it is necessary to have an independent, neutral, non-commercialbroadcasting institution, which does not solely produce broadcast programsaccording to the audients demands and market tastes, and not as governmentmessenger, but it’s functions is to provide services for the benefit of society.
In line with the development of mass media in Indonesia, specifically the RadioRepublik Indonesia (RRI), which is a public radio owned by the state. RRI is thelargest network radio in Indonesia, with 77 branches throughout Indonesia and80% broadcast coverage in Indonesia. RRI in carrying out its functions alsocontributes to preserving national culture. Which is done consistently in the formof Regional Song Singers, Bintang Radio, Manjau Dibingi, Nemui-Nyimah, andother regional cultures. RRI made the cultural broadcast program a social fixativeand diversity of Indonesian culture in order to advanced the national culture bydeveloping local cultural elements, amid the flow of global culture.
The purpose of this research is how the production process of the programNyemuan Nyimah and Manjau, accompanied by RRI Programa 4 BandarLampung as a method of preserving Lampung culture and whether it is inaccordance with the Message Effectiveness Thought, effective communicationwhich proposed by Wilbur Schramm. This research is a qualitative descriptivemethod. Qualitative approach is a research process and understanding based onmethodologies that investigate a social phenomenon and human problems. In thisapproach, the researcher makes a complex picture, examines the words, detailedreports from the respondents' views, and conducts studies in natural situations.This study also uses a descriptive approach because this study seeks to expresssomething actual.
1 Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UniversitasLampung/ email: [email protected]
The research showed that the production process of the program Nyimah andManjau Dibingi effectively participated in the preservation of regional culturebased on the message content, message delivery format, and the language used tofulfill effective communication thoughts (Message Effectiveness) proposed byWilbur Schramm. Suggestions that can be proposed from this research are that the4th RRI Program in Bandar Lampung can increase the duration of the broadcastprograms of Nyumpul-nyimah and Manjau Dibingi, and deepen the discussionabout the culture of the Lampung region.
Keywords: Radio, Regional Music Programs, Cultural Preservation, MessageEffectiveness
ACARA MUSIK DAERAH LAMPUNG SEBAGAI SARANA PELESTARI BUDAYA
(Studi Deskriptif pada Acara Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi Pro 4 RRI Bandar
Lampung)
Oleh
Tri Hana Pratiwi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23
November 1993. Putri ketiga dari lima bersaudara, anak
dari Bapak Sudarnadi Madyar dan Ibu Siti Khoisiah.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 2 Palapa
Bandar Lampung pada tahun 2005, SMP Negeri 13
Bandar Lampung pada tahun 2008, dan SMA Negeri 3
Bandar Lampung pada tahun 2011. Di tahun 2011 Penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
Selama kuliah, penulis aktif berorganisasi, yaitu pada:
a. Generasi Baru Indonesia (GenBI) UNILA yaitu komunitas penerima Beasiswa
Bank Indonesia, menjabat sebagai Koordinator bidang Pendidikan komisariat
UNILA, selama aktif di GenBI penulis mengikuti banyak kegiatan
diantaranya, Diet Kantong Pelastik dan Kampanye Minum Susu, Trash Free
Day pembagian Kotak Sampah Gratis untuk masyarakat kota Bandar
lampung, Serta penanaman 1500 pohon.penulis juga berkesempatan menjadi
delegasi pada National Workshop Technopreneurship di Pontianak,
Kalimantan Barat.
b. Indonesian Future Leaders Chapter Lampung sebagai pendiri dan President.
Sampai Sekarang penulis juga menjalani sebuah sekolah non-normal yang
diberi nama Sekolah Pesisir dari tahun 2013 sampai sekarang, tidak berhenti
disitu, penulis ingin menyebarkan Virus Literasi kepada seluruh masyarakat
lampung khususnya anak-anak yang ada di desa-desa yang tersebar di penjuru
lampung. Penulis juga aktif membuat rumah baca di desa yang ada di provinsi
lampung, hingga sekarang penulis sudah membuat 10 rumah Baca yang
tersebar di provinsi Lampung, diantaranya Rumah Baca Basungan di
Lampung barat, Rumah Baca Sendang Rejo, Kuripan, Pujorejo Lampung
Tenggah , Rumah Baca Ringin dan Cilimus di Pesawaran, Rumah Baca Mulyo
Aji di Tulang bawang dan Rumah Baca Umbul Asem di kota Bandar lampung
melalu rumah baca yang tersebar penulis telah menyalurkan lebih dari 5000
buku yang tersebar diseluruh provinsi lampung.
c. HMJ Ilmu Komunikasi sebagai Sekretaris Umum tahun 2013 dalam
kegiatannya di HMJ Ilmu komunikasi penulis dipercaya untuk menjadi
Sekertaris Umum HMJ Ilmu komunikasi Unila pada masanya..
Selain itu, penulis juga dinobatkan sebagai Finalist Gramedia Reading
Community Competition 2016 sebagai satu satunya finalis dari luar pulau Jawa.
Penulis Percaya Membaca Buku adalah Mimpi dengan Mata terbuka, Penulis
ingin menyebarkan virus rajin membaca baik dari anak-anak maupun orang tua.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah kehadirat Allah SWT,
dan shalawat serta salam Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulis persembahkan skripsi ini untuk:
Kedua orang tuaku, Papa Untuk Papa yang selalu percaya dengan kemampuan anak-
anaknya untuk menggapai mimpi dan Mama yang tak henti-hentinya memberi
dukungan dengan cinta yang tiada akhir
Abang yang selalu percaya, mengingatkan, membimbing dan membantu, Cikwo yang
selalu mendengarkan, menghibur, dan mengerti,Adik Ku yang dalam diamnya selalu
percaya dan mendukung sekaligus memotivasi dan Arsha Dylan Sitamala yang jadi
sumber semangat penulis dikala lelah dan ingin menyerah.
Kakak dan Hani tercinta, yang setia menunggu kami semua disana;
Serta kepada semua orang yang selalu peduli.
MOTTO
Do not lose hope nor be sad.
– Qur’an 3:139
Hurt no one so that no one may hurt you.
– Buhari
The Simplest ACT of Kindness are by far more powerful then a thousand heads
bowing in prayer.
– Mahatma Gandhi
SANWACANA
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya
penelitian dengan judul ACARA MUSIK DAERAH LAMPUNG SEBAGAI
SARANA PELESTARI BUDAYA (Studi Deskriptif pada Acara Nyemui
Nyimah dan Manjau dibingi Pro 4 RRI Bandar Lampung) ini dapat selesai,
yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi di
Universitas Lampung. Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah berjasa dalam memberikan dorongan, motivasi,
dan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis, antara
lain:
1. Papa Hi. Sudarnadi dan mama Hj.Siti Khiosiah yang selalu bersabar
mendukung dan mendoakan penulis.
2. Abang Afandi Sitamala SH, L.MM, Cikwo Mariska Susianingrum, SH dan
adik ku Sagina Mentari, S.Si serta Arsha Dylan Sitamala, terima kasih atas
kehangatan dan semangatnya, kehadiran dan semangat kalian sangat berarti di
hidup penulis.
3. Bapak Dr. Syarief Makhya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
4. Ibu Dhanik S., S.Sos., M.Comm&Media.St., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi.
5. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Komunikasi.
6. Ibu Hestin Oktiani, S.Sos., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi.
Pribadi apik tidak hanya dalam bidang akademik, selalu memacu peneliti
untuk memberikan usaha terbaik, Terimaksih atas Bimbingan dan
kesabaran ibu yang selama ini diberikan kepada penulis, jika tidak karena
kesabaran dan kebaikan hati ibu penulis tidak dapat menyelesaikan
penelitian ini.
7. Ibu Dr. Tina Kartika, S.Pd., M.Si., selaku dosen penguji skripsi. atas
kesediaannya dalam memberikan masukan, saran dan kritik dalam proses
1. Gambar Kerangka Berfikir .............................................................. 44
2. Gambar Hotclock .............................................................................. 98
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dunia penyiaran di Indonesia berkembang pesat seiring dengan kemajuan
teknologi serta dinamika masyarakat. Untuk memberikan keseimbangan dalam
memperoleh informasi, pendidikan, kebudayaan, dan hiburan yang sehat pada
masayarakat, diperlukan lembaga penyiaran publik yang bersifat independen,
netral, tidak komersial, yang tidak semata-mata memproduksi acara siaran sesuai
tuntutan liberalisasi dan selera pasar, serta bukan pula sebagai corong pemerintah,
melainkan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat
(Zulaikha,2009:1).
Media massa pada saat ini telah menjadi suatu bagian yang melekat dalam
masyarakat serta memiliki fungsi dan peranan yang penting bagi perkembangan
dan kemajuan masyarakat suatu bangsa. Media massa kerap diibaratkan sebagai
matahari, memberikan sinar yang menerangi dunia atau menyampaikan pesan
yang merasuk ke kalbu umat manusia hingga memberi pencerahan. Dengan begitu
media massa seolah memiliki posisi di luar kehidupan masyarakat.
(Siregar,2000:171) Media radio mempunyai peran yang manat strategis dalam
pelestarian nilai budaya dengan menggunakan bahasa siaran dan musik lokal
yaitu penggunaan bahasa daerah Lampung sebagai bahasa siaran dinilai sebagai
salah satu upaya untuk melestarikan nilai budaya daerah.
2
Sejalan dengan bagaimana perkembangan media massa di Indonesia,
khususnya Radio Republik Indonesia (RRI) yang merupakan radio publik yang
dimiliki oleh negara. RRI merupakan radio berjaringan terluas di Indonesia,
dengan 77 cabang se-Indonesia dan jangkauan siaran 80% wilayah di Indonesia.
(Profil LPP RRI,2011:2)
Effendy mengungkapkan, bahwa radio di dalam fungsinya sebagai alat
penghibur, penyampai informasi serta sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat
memiliki berbagai macam program siaran (Effendy,1991:18). Dominasi berita
dan hiburan pada radio membuat minimnya topik budaya daerah. Radio sejatinya
memiliki program acara yang terdiri dari siaran yang berisi musik, informasi
seputar gaya hidup, berita, siaran tentang kebudayaan yang termuat dalam radio,
yang setidaknya dapat memiliki manfaat atas informasi yang disampaikan kepada
pendengarnya. Dimana sebagai salah satu bentuk implementasinya adalah siaran
kebudayaan yang di usung oleh RRI sebagai alat pelestari kebudayaan.
Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan asli milik bangsa
Indonesia, yang merupakan kebudayaan yang beragam dan memiliki nilai luhur
dalam membentuk kepribadian dan jati diri bangsa. Dengan adanya program
siaran yang berisi tentang acara kebudayaan di radio, selain untuk mendidik
generasi bangsa, tujuan lainnya yakni untuk turut andil dalam pelestarian
kebudayaan Indonesia. Penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa siaran dinilai
cukup efektif untuk melestarikan warisan budaya daerah Lampung.
Bahasa adalah bagian penting dari budaya. Sebagai alat komunikasi dalam
masyarakat ia memiliki peran penting dalam mempertahankan budaya suatu
masyarakat. Karena bahasa memanfaatkan tanda-tanda yang ada di lingkungan
3
suatu masyarakat. Kearifan lokal suatu daerah bisa tercermin dari bahasa yang
digunakan. Oleh karena itu setiap bahasa daerah memiliki nilai luhur untuk
menciptakan masyarakatnya berkehidupan lebih baik menurut mereka
(Rusdi,347:2012).
Negara Indonesia yang saat ini memiliki lebih dari 240 juta jiwa
penduduk, mempunyai ratusan bahasa daerah yang tersebar dari ujung pulau
Sumatara hingga Papua. Dalam Ethnologue: Languages of the World, tercatat
Indonesia memiliki 726 bahasa. Dari jumlah itu 719 bahasa masih digunakan oleh
penuturnya, dua bahasa menjadi bahasa kedua tanpa penutur bahasa ibu (mother
tongue) dan lima bahasa sisanya diklaim punah karena tidak ada lagi penuturnya1.
Jumlah ini diperkirakan terus berkurang, bahkan sebagian besar dari jumlah
bahasa daerah yang ada di ambang kepunahan. Kementerian Pendidikan Nasional
pada tahun 2011 melalui bidang Peningkatan dan Pengendalian Bahasa
memperkirakan di akhir abad 21 ini akan hanya ada 10 persen saja dari bahasa
daerah yang ada di negara ini yang masih bisa bertahan. 2
Semakin berkurangnya orang yang menggunakan bahasa daerah, karena
beberapa sebab, di antaranya kondisi masyarakat yang multietnik sehingga terjadi
kontak antar bahasa sehingga bahasa yang satu lebih sering digunakan daripada
bahasa yang lain.(Tondo,2009:278). Selain itu perkembangan media massa yang
begitu pesat saat ini di masyarakat juga turut mempengaruhi berkurangnya
penutur bahasa daerah.
Provinsi Lampung sendiri mempunyai keanekaragaman suku bangsa atau
etnis yang sangat beragam, etnis yang ada di Provinsi Lampung di antaranya
1Dapat dilihat pada Lewis, 2009: http://www.ethnologue.com/show_country.asp?name=ID2 http://www.voaindonesia.com/content/jarang-digunakan-ratusan-bahasa-daerah-di-indonesia-terancam-punah-130434473/98538.html
4
adalah etnis Jawa, Lampung, Sunda, Banten, etnis asal Sumatera Selatan, etnis
Bali, Minangkabau, Cina, Bugis, Batak dan etnis lainnya yang tersebar di seluruh
wilayah di Provinsi Lampung (BPS Lampung 2010). Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung tahun 2010, komposisi penduduk
Provinsi Lampung dari total 7.608.405 jiwa penduduk berdasarkan sensus
terhadap etnis atau suku bangsa adalah (Dokumen BPS Provinsi Lampung tahun
2010 terhadap sensus penduduk menurut suku bangsa).
No Etnis Persentase (%)1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.
JawaLampungSundaBantenSumatera SelatanBaliMinangkabauCinaBugisBatakAceh, Jambi, Sumatera lainnya,Betawi,Papua, NTT, NTB,Kalimantan
Tabel 1 komposisi penduduk Provinsi Lampung berdasarkan sensus terhadap etnis atau sukubangsa (Sumber : Dokumen BPS Provinsi Lampung tahun 2010 terhadap sensus penduduk
menurut suku bangsa)
Dari tabel diatas dapat kita lihat Lampung menduduki peringkat kedua
dengan persentase 13,51 % meskipun tidak menjadi mayoritas, pada angka
tersebut dianggap penulis dapat menjadi potensi pendengar. Angka yang cukup
kecil bila dibandingkan dengan suku jawa yang memiliki persentase 63,84%.
Terdapat kekhawatiran penulis bahwa kebudayaan Lampung akan punah
perlahan-lahan jika tidak ada upaya optimal untuk melestarikan dan
memasyarakatkan Bahasa Lampung kepada penduduk Lampung dan etnis-etnis
lain yang tinggal di Lampung. Seharusnya Bahasa Lampung dapat dipahami oleh
5
seluruh penduduk provinsi Lampung baik beretnis Lampung atau bukan yang
beretnis Lampung, agar bahasa Lampung tidak punah dan bisa menjadi potensi
pendengar kedepannya.
Kita menyadari hingga saat ini sedikit sekali radio yang menyiarkan
program siaran yang bertemakan kebudayaan, padahal kebudayaan merupakan
suatu hal yang penting dalam kehidupan sosial manusia. Dunia radio saat ini
didominasi oleh siaran yang lebih menonjolkan informasi atau berita (news) dan
hiburan (entertainment). Sehingga masyarakat dilayani oleh media yang isi
siarannya berorientasi pada keuntungan finansial tanpa mempertimbangkan aspek
moral, etika, budaya, dan kepribadian masyarakat.
Radio publik seharusnya menata program siaran dengan menekankan pada
aspek pendidikan masyarakat yang bertujuan mencerdaskan pendengar. Program
disusun berdasarkan pada gagasan melestarikan dan mendorong berkembangnya
budaya lokal, sejarah kebangsaan dan sebagainya. Namun pada kenyataannya,
sulit untuk mewujudkan misi tersebut.
Dikatakan oleh Cahyono bahwa ada tiga hal yang menjadi tantangan
dalam upaya melestarikan kebudayaan. Di satu sisi ada kemauan yang besar untuk
melestarikan kebudayaan, sedang di sisi yang lain harus menggandeng pengiklan
untuk mendukung pendanaan acara tersebut. Kedua, di satu sisi ingin melestarikan
kebudayaan, sedang di sisi yang lain harus berhadapan dengan hembusan
pengaruh budaya barat yang semakin mengikis kebudayaan. (Cahyono,2012:2)
Sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang independen, netral dan tidak
komersial, RRI berfungsi memberikan pelayanan siaran informasi, pendidikan,
hiburan yang sehat, kontrol sosial, serta menjaga citra positif bangsa di dunia
6
internasional. Salah satu fungsi media massa adalah untuk pewarisan dan
pelestarian budaya daerah, Sebagai lembaga penyiaran publik RRI memiliki
beberapa perinsip-perinsip untuk melestarikan budaya yaitu, Siaran RRI harus
merefleksikan Keberagaman, Menjadi Flag Carrier dari bangsa Indonesia,
Mencerminkan Identitas Bangsa dan menjadi perekat dan pemersatu bangsa.
RRI di dalam melaksanakan fungsinya pun turut andil dalam melestarikan
budaya bangsa. yang mana dilakukan secara konsisten baik berupa Festival
Penyanyi Lagu Daerah, Bintang Radio, Manjau Dibingi, Nemui-Nyimah, dan
budaya-budaya daerah lainnya. RRI menjadikan program siaran kebudayaan
sebagai perekat sosial dan keberagaman budaya Indonesia guna memajukan
kebudayaan nasional dengan menumbuh kembangkan unsur budaya lokal,
ditengah arus kebudayaan global (Profil LPP RRI,2011:5)
Ketertarikan penulis untuk Meneliti Acara Musik Daerah Lampung
Sebagai Sarana Pelestari Budaya (Studi Deskriptif pada Acara Nyemui Nyimah
dan Manjau dibingi Pro 4 RRI Bandar Lampung) di dasarkan oleh beberapa hal
yaitu, yang pertama langkanya penggunaan Bahasa Lampung di wilayah
Lampung. Karena banyak pilihan bahasa di masyarakat, bahasa Lampung pada
akhirnya tidak lagi menjadi pilihan.
Program musik kedaerahan yang tergolong sering disiarkan adalah musik
dari daerah Lampung. Kedua, Pemerintah provinsi Lampung sedang mengiatkan
Program pelestarian dan pewarisan bahasa daerah Lampung agar budaya
Lampung tidak punah ditelan zaman, dan yang ketiga latar belakang peneliti yang
bersuku Lampung akan mempermudah peneliti untuk memahami dan memaknai
pesan yang terkandung dalam acara yang akan penulis teliti
7
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan
masalah ini bertujuan untuk upaya membatasi penelitian agar lebih terarah dan
tidak terlalu luas namun tetap dalam fokus yang diharapkan dan yang telah
dintentukan, maka rumusan masalah yang akan peneliti angkat adalah Bagaimana
proses produksi acara Nyemui Nyimah dan Manjau dibingi RRI Programa 4
Bandar Lampung sebagai sarana pelestarian budaya Lampung?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui dan mendeskripsikan
1. Proses produksi siaran acara Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi
2. Peran yang digunakan RRI Pro4 Bandar Lampung yang menjadikan acara
musik daerah Lampung sebagai sarana pelestarian budaya.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam mengembangkan
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca mengenai Bagaimana peran radio dalam
pelestarian budaya daerah Lampung, serta strategi RRI Pro 4 Bandar Lampung
yang menjadikan acara musik daerah Lampung sebagai sarana pelestarian budaya
(studi deskriptif pada acara acara Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi Pro 4
RRI Bandar Lampung).
8
2. Kegunaan Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai:
a. Sebagai Bahan Masukan kepada RRI Pro4 Bandar Lampung untuk
meningkatkan kualiatas tentang program acara Nyemui nyimah dan manjau
dibingi dan program budaya Lampung lainnya sebagai upaya pelestarian
budaya Lampung.
b. Penambahan wawasan yang berharga bagi mahasiswa pembaca untuk lebih
menjaga dan melestarikan budaya daerah, serta peran media radio dan
pelestarian budaya Lampung.
c. Sebagai bahan masukan bagi KPID Lampung dalam proses pengawasan siaran
yang terkait dengan konten-konten budaya Lampung dan pengembangan
dibidang budaya daerah Lampung
BAB II
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Acara Musik Daerah Lampung sebagai sarana
pelestari budaya. Belum banyak dilakukan dengan menganalisis berbagai tema,
terutama yang lekat dengan kehidupan sehari-hari, Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur
penelitian. Berikut adalah penelitian terdahulu yang penulis gunakan:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Diandra Putri Adhani (2014) Mahasiswi Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Indonesia yang berjudul Studi Kualitatif
Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Musik dari Media dan Pengaruhnya
Terhadap Prilaku Mahasiswa FISIP UI. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
motif mahasiswa FISIP UI dalam menggunakan media untuk mencari music
dengan menggunkan teori Uses and Gratification sama seperti penelitian
penulis penelitian ini menggunakan metode analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth Christiyanti dan Widodo muktiyo
(2012) yang berjudul RRI dan Media Pelestarian budaya (Studi deskriptif
Kualitatif Strategi Humas Radio Republik Indonesia Surakarta dalam
membangun Citra RRI Sura karta sebagai Media Pelestari Budaya Jawa di
Surakarta) Sama seperti penelitian penulis, objek penelitian dilakukan di RRI
10
sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang harus ikut melestarikan kebudayaan
lokal, perbedaan dengan penelitan penulis adalah strategi komunikasi yang
dilakukan oleh Humas Radio Republik Indonesia Surakarta dalam
membangun citra Radio Republik Indonesia Surakarta sedangkan pada
penelitian penulis hanya analisis Penggunaan Bahasa Daerah Lampung dan
konten Daerah Lampung pada Acara Musik Daerah sebagai upaya
membangun loyalitas pendengar. Jika pada penelitian Elisabeth Christiyanti
& Widodo Muktiyo Fokus penelitian dilakukan kepada strategi kehumasan
sedangkan pada penelitian penulis lebih difokuskan kepada para pendengar
setia acara yang diteliti saja.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah Nasution Mahasiswa ilmu
komunikasi dan penyiaran Islam fakultas dakwah universitas Islam negeri
sunan kalijaga Yogyakarta dengan judul Strategi radio prambos dalam upaya
mempertahankan pendengar siaran puttuss sama nataya di prambos
yogyakarta. Rumusan masalah pada skripsi ini adalah bagaimana strategi yang
dilakukan radio prambos Yogyakarta dalam upaya mempertahankan
pendengar siaran putuss sama nataya. Metode anaisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif yang mencoba memaparkan secara objektif
tentang upaya radio prambos Yogyakarta dalam mempertahankan pendengar.
Data-data yang diperoleh dari prambos Yogyakarta kemudian diatur,
diurutkan dan dikelompokan oleh penulis yang kemudian dimasukan kedalam
bagian-bagian yang sesuai dalam bentuk bab dan subbab yang dibahas. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima tahapan strategi menurut
teori susan taylor Eastman.
11
12
2.2 Komunikasi Massa
2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Pada dasarnya komunikasi massa adalah proses komunikasi yang
dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Komunikasi massa (mass
communication) adalah komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam
menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak,
bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek
tertentu. (Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, 2007 : 3)
Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin
“communicatio“. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti
sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna dan arti. Jadi komunikasi terjadi
apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan
komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30) Menurut Harold
Lasswell (Mulyana,2005:62) cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi
adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says Shat In Wich
Channel To Whom With What Effect ? (Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran
Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa?). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik
Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator,
pesan, media, komunikan, efek.
Defenisi komunikasi Massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan defenisi komunikasi massa
yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yakni Gerbner “kommunikasi
13
massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga
dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat
industri (Ardianto,2004:4).
Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut Liliweri,
(Liliweri,2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a)
efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah
dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang
diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan, atau informasi. (b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa
mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi
lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca
surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi. Efek ini ada
hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. (c) efek konatif, dimana pesan
komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada prilaku nyata yang dapat
diminati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.
2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh komunikasi massa antara lain adalah:
1. Komunikator Terlembagakan.
Sesuai dengan pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan
lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi kompleks, maka proses
pemberian pesan yang diberikan oleh komunikator harus bersifat sistematis dan
terperinci.
14
2. Pesan Bersifat Umum.
Pesan dapat berupa fakta, peristiwa ataupun opini. Namun tidak semua fakta atau
peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan
komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria
pengting atau menarik.
3. Komunikannya yang Anonim dan Heterogen.
Komunikan yang dimiliki komunikasi massa adalah anonim (tidak dikenal) dan
heterogen (terdiri dari berbagai unsur)
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan.
Keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah
besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut
satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan.
Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan
sistem tertentu dan disesuaikan karakteristik media massa yang digunakan. Di
dalam komunikasi antarpersonal, yang menentukan efektivitas komunikasi
bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusia, bukan pada “apanya “tetapi
“bagaimana“ Sedangkan pada komuniaksi massa menekankan pada “apanya“.
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Komunikator dan komunikan tidak dapat terlibat secara langsung, karena proses
pada komunikasi massa yang menggunakan media massa.
15
7. Stimulasi Alat Indra “Terbatas
Stimulasi alat indra tergantung pada media massa. Pada surat kabar dan majalah,
pembaca hanya melihat, pada media radio khalayak hanya mendengarkan,
sedangkan pada media televisi dan film kita menggunakan indra pengelihatan dan
pendengaran.
8. Umpan Balik Tertunda (Delayed).
Hal ini dikarenakan oleh jarak komunikator dengan komunikan yang berjauhan
dan katakter komunikan yang anonim dan heterogen (Ardianto, 2004:7-8).
2.2.3. Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi dari komunikasi massa adalah sebagai berikut:
1. Penafsiran (Interpretation)
Fungsi penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada
khalayak, serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita atau
tanyangan yang disajikan.
2. Pertalian (Linkage)
Dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk
pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.
3. Penyebaran Nilai-nilai (Transmission Of Values )
Dengan cara media massa itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa itu
memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang
diharapkan oleh mereka.
16
4. Hiburan (Entertainement)
Berfungsi sebagai penghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi
ketegangan pikiran khalayak.
5. Fungsi Informasi
Media massa berfungsi sebagai penyebar informasi bagi pembaca, pendengar,
atau pemirsa.
6. Fungsi Pendidikan
Salah satu cara media massa dalam memberikan pendidikan adalah dengan
melalui pengajaran etika, nilai, serta aturan-aturan yang berlaku bagi pembaca
atau pemirsa.
7. Fungsi Mempengaruhi
Secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, Features, iklan, artikel dan
sebagainya.
8. Fungsi Proses Pengembangan Mental
Media massa erat kaitannya dengan prilaku dan pengalaman kesadaran manusia.
9. Fungsi Adaptasi Lingkungan
Yakni penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana khalayak dapat beradaptasi
dengan lingkungannya dengan dibantu oleh media massa, ia bisa lebih mengenal
bagaimana keadaan lingkungannya melalui media massa.
10. Fungsi Memanipulasi Lingkungan
Berusaha untuk mempengaruhi, komunikasi yang digunakan sebagai alat kontrol
utama dan pengaturan lingkungan.
17
11. Fungsi Meyakinkan (To Persuade )
Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang.
Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang Menggerakan seseorang untuk
melakukan sesuatu (Effendi,2003:29).
2.3 Strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk mencapai suatu tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah
saja, tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Demikian pula
strategi komunikasi.
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dinamika
Komunikasi” mengatakan ”strategi komunikasi merupakan panduan dari
perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (management
planning) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai suatu tujuan tersebut
strategi komunikasi harus dapat menunjukkan secara taktis bagaimana
operasionalnya. Dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda
sewaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi (Effendy, 2008:29).
Rogers (1982) kemudian memberi batasan pengertian strategi komunikasi
sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia
dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Seorang pakar
perencanaan komunikasi Middleton (1980) juga membuat definisi dengan
menyatakan bahwa: ”strategi komunikasi adalah kombinasi terbaik dari semua
elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran, penerima sampai
18
pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang
optimal” (Cangara, 2014:61) Strategi komunikasi (communication strategy) harus
mendukung program aksi (action program) meliputi serangkaian tindakan
(Morissan 2008:187), sebagai berikut:
1. Memberitahu khalayak sasaran, internal, dan eksternal, mengenai tindakan
yang akan dilakukan. Membujuk khalayak sasaran untuk mendukung dan
menerima tindakan dimaksud.
2. Mendorong khalayak yang sudah memiliki sikap mendukung atau
menerima untuk melakukan tindakan. Berhasil tidaknya kegiatan komunikasi
secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi.
Strategi komunikasi, baik secara makro (planned multimedia strategy)
maupun mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda
(Effendy, 2008:28), yaitu:
1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan
instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang
optimal.
2. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan
diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu
ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.
Strategi komunikasi bertujuan menciptakan pengertian dalam
berkomunikasi, membina dan memotivasi agar dapat mencapai tujuan yang
dinginkan pihak komunikator.
R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnet dalam Rusady Ruslan
(2008:37) menuliskan ada empat tujuan strategi komunikasi yaitu:
19
1. To secure understanding yaitu untuk memastikan bahwa terjadi suatu
pengertian dalam berkomunikasi. memberikan pengaruh kepada komunikan
melalui pesan-pesan yang disampaikan untuk mencapai tujuan tertentu dari
organisasi.
2. To establish acceptance yaitu bagaimana cara penerimaan itu terus dibina
dengan baik. setelah komunikan menerima dan mengerti pesan yang
disampaikan, pesan tersebut perlu dikukuhkan dalam benak komunikan agar
menghasilkan feedback yang mendukung pencapaian tujuan komunikasi.
3. To motivate action yaitu penggiat untuk memotivasinya. Komunikasi selalu
memberi pengertian yang diharapkan dapat memperngaruhi atau mengubah
perilaku komunikan sesuai dengan keinginan komunikator. Jadi strategi
komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku komunikan.
4. The goals which the communicator sought to achieve. Artinya bagaimana
mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses
komunikasi tersebut.
Dalam penerapan strategi komunikasi ini, khususnya upaya transparansi
kepada stakeholder, komunikasi menjadi sangat penting. Komunikasi yang
berlangsung diarahkan pada pembentukan persepsi yang positif mengenai isi
pesan oleh kelompok atau kelompok yang menerima pesan tersebut. Dengan
adanya penciptaan persepsi yang positif, maka penerima pesan akan terpersuasi
untuk melakukan perubahan sikap sebagai tanggapan yang positif terhadap isi
pesan yang diterima.
2.4 Radio Sebagai Media Massa dan Perannya Dalam Pelestarian Budaya
2.4.1 Budaya, Budaya Daerah dan Pelestarian Budaya
Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan
20
demikian, kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi
dan akal. Pengertian Kebudayaan menurut Hassan Shadily mengatakan bahwa
kebudayaan berarti keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi
aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang
merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral hukum, adat kebiasaan dan
lain-lain.
Menurut E.B Taylor, kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat (Suwarno, 2012:81). Sedangkan kebudayaan
menurut Herskovit dan Malinowski adalah suatu yang superorganik, karena
kebudayaan yang turun temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus atau
berkesinambungan meskipun orang-orang yang menjadi 10 anggota masyarakat
senatiasa silih berganti disebabkan karena kematian dan kelahiran.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan
sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah
(material culture) yang deperlukan oleh manusia untuk menguasai alam
sekitarnya. Rasa yang meliputi jiwa manusi, mewujudkan segala kaidah-kaidah
dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan
dalam arti yang luas. Di dalamnya termasuk agama, ideologi, kebatinan, kesenian,
dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai
anggota masyarakat. Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir
orang-orang yang hidup bermasyarakat dan yang antara lai menghasilkan filsafat
21
serta ilmu pengetahuan. Semua karya, ras, dan cipta ini dikuasai oleh karsa orang-
orang yang menentukan kegunaanya agar sesuai dengan kepentingan sebagian
besar atau seluruh masyarakat (Suwarno, 2012 : 79).
Antropolog C. Kluckhohn didalam sebuah karyanya yang berjudul
Universal Catagories of Culture telah menguraikan ulasan pendapat para sarjana
yang merujuk pada adanya tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai
cultural universal, yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor dan sebagainya)
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan,
sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya)
3. Pengetahuan
4 Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum, sistem perkawinan)
5. Bahasa (lisan maupun tertulis)
6. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya)