Top Banner
ACARA I PROSES PANEN HASIL PERTANIAN A. TUJUAN Tujuan dari praktikum acara I Proses Panen Hasil Pertanian ini adalah untuk mengetahui kriteria, metode serta permasalahan pemanenan hasil pertanian. B. TINJAUAN PUSTAKA Lengkeng (Euphoria longana Lam.) termasuk dalam famili Sapindaceae, berasal dari daratan China dan sekitarnya. Di Cina, lengkeng dikenal sebagai longan. Lengkeng merupakan buah-buahan yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan dalam diversifikasi tanaman pekarangan. Lengkeng merupakan tanaman yang berbuah musiman dan hanya beberapa bulan saja setiap tahun. Tanaman lengkeng memerlukan beberapa syarat khusus untuk dapat berbunga, misalnya induksi pembungaan secara alami hanya di dataran tinggi dengan suhu relatif rendah (15-20°C) dan musim kemarau panjang. Tanaman siap berbunga memiliki wama daun hijau tua, lebih mengkilat dan lebih kasap permukaannya. Tanaman yang belum siap berbunga (pucuk vegetatit) memiliki warna daun hijau agak muda (Prawitasari, 2002). Agar kelengkeng dapat berbunga lebat, tanaman tersebut perlu dirangsang pembungaannya. Pembungaan
24

ACARA I

Dec 11, 2014

Download

Documents

Eky Wardani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ACARA I

ACARA I

PROSES PANEN HASIL PERTANIAN

A. TUJUAN

Tujuan dari praktikum acara I Proses Panen Hasil Pertanian ini adalah

untuk mengetahui kriteria, metode serta permasalahan pemanenan hasil

pertanian.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Lengkeng (Euphoria longana Lam.) termasuk dalam famili

Sapindaceae, berasal dari daratan China dan sekitarnya. Di Cina, lengkeng

dikenal sebagai longan. Lengkeng merupakan buah-buahan yang berpotensi

tinggi untuk dikembangkan dalam diversifikasi tanaman pekarangan.

Lengkeng merupakan tanaman yang berbuah musiman dan hanya beberapa

bulan saja setiap tahun. Tanaman lengkeng memerlukan beberapa syarat

khusus untuk dapat berbunga, misalnya induksi pembungaan secara alami

hanya di dataran tinggi dengan suhu relatif rendah (15-20°C) dan musim

kemarau panjang. Tanaman siap berbunga memiliki wama daun hijau tua,

lebih mengkilat dan lebih kasap permukaannya. Tanaman yang belum siap

berbunga (pucuk vegetatit) memiliki warna daun hijau agak muda

(Prawitasari, 2002).

Agar kelengkeng dapat berbunga lebat, tanaman tersebut perlu

dirangsang pembungaannya. Pembungaan kelengkeng dapat dipacu dengan

cara perlakuan fisik melalui pemangkasan, perundukan, penggelangan, dan

stres air, atau perlakuan non fisik melalui pemupukan hara mikro dan

pemberian hormon. Pada beberapa jenis tanaman buah-buahan,

perangsangan pembungaan dapat dilakukan melalui aplikasi paklobutrazol,

pemangkasan, dan perundukan dahan (Yulianto, 2008).

Kelengkeng (Nephelium Longanum) termasuk familia Sapindaceae.

Kelengkeng merupakan tanaman keras yang mempunyai batang kayu yang

kuat. Sistem perakarannya sangat luas dan mempunyai akar tunggang yang

sangat dalam, sehingga tidak mudah roboh. Buah kelengkeng berbentuk

Page 2: ACARA I

malai yang terletak di ujung ranting – rantingnya. Warnanya kuning muda

atau putih kekuningan. Pemacuan tanaman kelengkeng dilakukan pada

batangnya, terutama batang pokoknya. Perlakuan ini didasari pada teori

bahwa air dan zat – zat hara yang diserap oleh akar akan dibawa ke atas

(daun) melalui pembuluh kayu (xylem). Biaya panen adalah seluruh biaya

yang dikeluarkan mulai dari usaha penyelamatan buah dari gangguan

binatang sampai dengan biaya penyiapan untuk dipasarkan. Salah satu biaya

yang dikeluarkan adalah untuk pembelian dan pemasangan berongsong.

Berongsong merupakan anyaman bambu yang dirangkai dan digunkan

untuk melindungi kelenkeng dari serangan binatang. Biaya lain yang harus

dikeluarkan yaitu biaya petik dan pemakaian tenaga kerja (Hatta, 1990).

Lengkeng buah non-klimakterik, dan tidak akan menjadi matang

setelah dipetik dari pohon. Akibatnya, buah harus dipanen ketika kulit

mereka menjadi kuning-coklat dan daging mereka mencapai kualitas yang

optimal untuk dimakan. Belum ada pedoman dalam proses waktu

pemanenan karena jumlah varietas yang bermacam-macam. Secara umum

kematangan dapat ditentukan oleh bobot buah, warna kulit, konsentrasi gula

daging, konsentrasi asam daging, rasio gula: asam,rasa dan/atau hari dari

bunga mekar (Jiang, 2002).

Musim panen lengkeng di selatan Florida adalah dari pertengahan

Juli hingga awal September tapi terutama pada bulan Agustus. Pada saat

jatuh tempo, buah akan menjadi intens warna cokelat. Indikator kematangan

utama adalah bubur manis, ini terjadi sebelum mengeluarkan buah dari

pohon. Buah yang 1 1/4 inci (32 mm) atau lebih besar diameter dengan rasa

yang baik adalah yang paling diinginkan. sekali dihapus dari pohon, buah

tidak akan meningkat manisnya. Buah dipanen dengan tangan, dengan pisau

pemangkas atau tiang dengan cutter yang memegang seluruh cluster.

Biasanya, sebagian dari cabang balik malai berbuah (sekitar 1 ft =30 cm)

dipotong. Buah dipanen harus ditempatkan di tempat teduh segera dan

kemudian didinginkan sesegera mungkin. Lengkeng buah memiliki umur

simpan yang relatif pendek ketika disimpan pada suhu sekitar 75-85oF (24-

Page 3: ACARA I

29oC). Buah dipanen di rumah mungkin ditempatkan dalam kantong plastik

dan disimpan di lemari es selama 5 sampai 7 hari (Crane, 2005).

Tanaman lengkeng termasuk mudah tumbuh, tetapi sukar berbunga.

Oleh karena itu diperlukan stimulasi pembungaan dengan jalan mengikat

kencang batang yang berada satu meter di atas permukaan tanah. Tanaman

mulai berbunga pada umur 4-6 tahun. Biasanya tanaman ini berbungan pada

bulan Juli-Oktober. Buah matang lima bulan setelah bungan mekar. Musim

panen lengkeng di bulan Januari-Februari dengan produksi 300-600 kg per

pohon. Pemanenan dilakukan dengan alat yang dapat memotong tangkai

rangkaian buah. Alat panen berupa gunting bertangkai panjang yang

tangkainya dapat diatur dari bawah. Tanda-tanda buah matang adalah warna

kulit buah menjadi coklat gelap, licin dan mengeluarkan aroma. Rasanya

manis harum, sedangkan buah yang belum matang rasanya belum manis

(Sunarjo, 2006).

Hama penggerek batang yang menimbulkan kerusakan pada tanaman

kelengkeng tersebut adalah Zeuzera coffeae Neitner. Larva Z. Coffeae

mengebor kulit hingga ke bagian kambium kemudian menggerek bagian

kambium dan kayunya. Apabila luas gerekan melingkar dan temu gelang,

maka bagian tanaman di atas gerekan akan mengering dan mati. Bagian

batang dan dahan yang terserang berat akan mudah patah ketika tertiup

angin. Pohon yang masih kecil jika terserang hama ini akan mati. Pohon

yang terserang hama ini ditandai dengan terdapatnya kotoran dan cairan

berwarna kemerah-merahandari bekas gerekan (lubang) yang diserang larva.

Akibat gerekan larva menyebabkan distribusi hara dan air terganggu.

Serangan hama tersebut menimbulkan gejala daun-daunnya layu, kemudian

rontok, tanaman menjadi kering, dan akhirnya mati. Pada bagian kulit

batang atau cabang kelengkeng yang digerek terdapat lubang gerekan

berdiameter sekitar 2 mm. Pada permukaan tanah dekat pangkal batang

banyak ditemukan butiran kotoran penggerek batang berbentuk bulat

panjang berwarna merah kecoklatan dengan ukuran panjang sekitar 1,5

mm. Apabila bagian batang yang digerek dibuka akan tampak gejala bekas

Page 4: ACARA I

gerekan berwarna coklat kehitaman. Larva Z. Coffeae biasanya ditemukan

dalam ruang gerekan. Tingkat kerusakan tanaman bervariasi dari tingkat

serangan ringan hingga berat (Yulianto, 2007).

B. rhodina (anamorph: Lasiodiplodia theobromae) merupakan salah

satu tanaman patogen yang paling umum di daerah tropis. Hal ini

menyebabkan buah yang beragam, daun dan cabang penyakit pada alpukat,

pisang, belimbing, durian, lengkeng, leci, mangga, manggis dan rambutan.

B. rhodina menyerang pohon yang melemah oleh suhu ekstrim, kekeringan

dan faktor lainnya. Hal ini menginfeksi melalui luka, dan menyebabkan

gejala pada buah saat mereka matang. Sering suatu endofit yaitu,

berkolonisasi jaringan host tanpa menimbulkan gejala dan dapat juga

ditemukan di tanah, pada ranting mati, buah dan puing-puing organik di

bawah pohon (Ploetz, 2008).

Kenikir termasuk ke dalam genus Cosmos. Kenikir berasal dari

daerah tropika Amerika yang dibawa oleh orang Spanyol ke Filipina.

Kenikir banyak ditemukan di Pulau Jawa dan biasanya ditanam sebagai

tanaman pekarangan karena bunganya berwarna cerah. Selain itu, daun

kenikir dapat dimanfaatkan sebagai sayuran segar atau dapat dibuat lalapan.

Perbanyakan tanaman kenikir adalah dengan biji. Tanaman ini tumbuh baik

di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Oleh karena itu, kenikir

tumbuh liar di tepi-tepi sawah atau sungai. Apabila daun-daunnya dipetik,

tunas baru akan cepat tumbuh untuk menggantikannnya

(Sastrapradja, 1979).

Cosmos caudatus (Kenikir) termasuk famili Asteraceae merupakan

tanaman yang dapat dimakan. Ini sayuran tanaman umumnya dikonsumsi

segar sebagai salad atau dimasak dengan direbus dengan rempah-rempah

lainnya. Di Malaysia, yang biasa dikenal sebagai Ulam raja. C. caudatus

merupakan sumber antioksidan alami dan kaya akan mineral seperti

kalsium, fosfor, zat besi, magnesium dan kalium (Ajaykumar, 2012).

Cosmos caudatus adalah tanaman yang dapat tumbuh tinggi sampai

1-8 m,berbulu atau berbulu jarang dan daun halus dengan panjang 10 - 20

Page 5: ACARA I

cm. Tumbuhan ini berbunga dari Juni hingga November (Guanghou et al.,

2005). Hal ini ditemukan di seluruh dunia di daerah tropis daerah termasuk

Meksiko, Amerika Serikat (Arizona danFlorida), Amerika Tengah, Amerika

Selatan, Malaysia dan Thailand. Tanaman ini termasuk tanaman obat karena

memiliki kandungan antioksidan, senyawa fenolik aktif, dan antimikroba

(Rasdi, 2010).

Kenikir merupakan tanaman herba setahun yang tingginya dapat

mencapai 3 m. Batangnya tegak, beralur dan mempunyai banyak cabang.

Tanaman kenikir berdaun majemuk dan bergerigi pada bagian tepi.

Bunganya tersusun seperti bunga matahari yang terletak di tepi berbentuk

pita berjumlah delapan. Kenikir juga mempunyai buah berbentuk lonceng

yang mengandung banyak biji berwarna hitam seperti jarum. Van den Bergh

(1994a) mengungkapkan bahwa tanaman kenikir dapat tumbuh dengan baik

pada daerah dengan sinar matahari penuh di dataran rendah sampai

pegunungan dengan ketinggian 1 600 m dpl. Perbanyakan kenikir dapat

dilakukan melalui biji di persemaian yang kemudian dapat dipindahkan ke

lapangan setelah tiga minggu. Pengaturan drainase dan irigasi yang baik

dapat mendukung pertumbuhan kenikir. Kondisi tanah yang terlalu lembab

dapat memicu perkembangan cendawan yang mengganggu pertumbuhan

tanaman kenikir. Pemanenan daun kenikir dapat dilakukan setelah tanaman

berumur enam minggu (Pambayun, 2008).

Setelah proses pemanenan buah dan sayur, kondisi lingkungan

sangat berpengaruh terhadap produk buah dan sayur segar. Penanganan

pasca panen terbaik setelah pemanenan adalah 1) mengelola produk dalam

kondisi optimum untuk dikonsumsi 2) mencegah serangan patogen. Suhu

berperan penting dalam meningkatkan kerentanan buah dan sayur, setelah

dipanen atau dalam penyimpanan. Pendedahan produk segar ke suhu tinggi

setelah panen dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit

pascapanen, meskipun produk tidak mengalami kerusakan fisisologis

(Soesanto, 2006).

Page 6: ACARA I

Bercak daun disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv.

Armoraciae yang menyebabkan busuk hitam, kecuali bahwa hal itu

menyebabkan bercak daun dan tidak menyerang sistem vaskular. Bercak

daun bakteri merupakan penyebab penting dari kualitas buruk untuk sayuran

hijau dalam beberapa tahun terakhir. Ketika daun bercak meluas dan parah,

hijau mungkin tidak cocok untuk panen. Root-knot (Meloidogyne spp.)

Disebabkan oleh beberapa spesies nematoda, yaitu cacing gelang

mikroskopis yang hidup di tanah dan memakan akar tanaman (John, 1990).

C. METODOLOGI

a. Tempat dan Waktu Praktikum

Pengamatan pada komoditas buah yaitu kelengkeng yang dikelola

oleh Mas Woto (RM. Pancingan V) di Karang Bulu Mudal Boyolali dan

sayur yaitu kenikir yang dikelola oleh Bapak Wijianto di Timorejo

Kelurahan Sobokerto Ngemplak Boyolali pada hari Sabtu tanggal 6 April

2013.

b. Cara Kerja

Pengamatan dilakukan dengan cara survey langsung ke tepat

penanaman komoditas atau persawahan dan perkebunan. Selain itu juga

dilakukan wawancara kepada petani yang bersangkutan untuk mendapat

data dan info lebih lengkap mengenai komoditas yang ditanam.

D. DATA HASIL PENGAMATAN

1. Kelengkeng

a. Kriteria Pemanenan

Kelengkeng yang ditanam merupakan hasil sambungan dari

Mulwojawa dan kelengkeng. Bibit dari sambungan Mulwojawa dan

kelengkeng mulai berbunga sekitar 6-7 bulan dan kelengkeng

menghasilkan buah sekitar 5 bulan setelah pembungaan. Kelengkeng

yang siap panen sudah bewarna coklat terang, kulit mulai menipis,

aroma manis mulai tercium, teksturnya mulai lunak dan ukuran sudah

besar.

Page 7: ACARA I

b. Metode Pemanenan

Pemanenan buah semangka biasanya dilakukan pada waktu pagi

hari. Buah kelengkeng dipanen ketika buah tersebut sudah matang di

pohon. Buah kelengkeng dipanen dengan cara dipotong pada tangkai

dekat gerombolan buah menggunakan gunting. Buah kelengkeng juga

dapat dipanen dengan cara dipetik secara langsung menggunakan

tangan.

c. Masalah Pemanenan

Permasalahan pemanenan yang seringkali menghambat proses

pemanenan adalah adanya serangan ulat yang membuat kelengkeng

busuk dan jamur yang menimbulkan bercak putih di permukaan kulit

buah kelengkeng. Selain serangan dari ulat ketika musim hujan,

kelengkeng juga dapat diserang oleh hama penggerek batang.

2. Kenikir

a. Kriteria Pemanenan

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan wawancara kepada

petani kenikir, panen kenikir yang baik berdasarkan tinggi tanaman

kenikir dan warna dari daun kenikir tersebut. Kenikir yang siap

panen memiliki tinggi sekitar 120 cm. Warna pada kenikir yang siap

dipanen biasanya hijau segar, tekstur batangnya keras, daunnya

segar dan batangnya tidak kaku.

b. Metode Pemanenan

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan wawancara kepada

petani kenikir, didapatkan data mengenai cara pemanenan pada

kenikir yaitu sebulan setelah penanaman atau penaburan benih

kenikir. Kenikir dipanen dengan cara dipotong sampai tangkai paling

bawah sekitar 30-40 cm. Setelah dipanen, kenikir harus terlebih

dahulu dicelupkan ke dalam air agar kenikir tetap terlihat segar dan

kotoran yang menempel di kenikir hilang. Kemudian kenikir yang

sudah bersih diikat menjadi satu. Pengikatan kenikir ini

Page 8: ACARA I

mempermudah dalam penjualannya dan mengurangi kerusakan

mekanis.

c. Permasalahan Pemanenan

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan wawancara, kenikir

jarang mengalami kerusakan pada saat panen. Menurut petani

kenikir ketika asupan pupuk dan air yang diberikan sudah cukup

maka kenikir dapat tumbuh dengan baik. Bila terjadi kerusakan pada

kenikir biasanya disebabkan oleh hawa wereng sehingga daun dan

batang kenikir berlubang. Hama wereng ini dapat dibasmi dengan

coragen atau pestisida. Kenikir hanya mengalami kerusakan ketika

cuaca sangat panas sehingga menyebabkan daun kenikir cepat layu

dan berwarna kecoklatan.

Page 9: ACARA I

E. PEMBAHASAN

1. Kelengkeng

a. Kriteria Pemanenan

Kelengkeng termasuk buah non-klimakterik, dimana setelah

dipanen respirasi dan produksi etilen buah mengalami penurunan dan

tidak mengalami proses pematangan jika buah telah dipanen sehingga

harus dipanen matang di pohon karena tidak dapat diperam. Pada buah

non-klimakterik, saat panen perlu diperhatikan agar kualitas buah

yang diperoleh optimal. Kandungan total padatan terlarut, total gula

dan vitamin C buah mengalami peningkatan selama proses pemasakan

buah.

Menurut Diana (2010), penentuan panen lengkeng berdasarkan

warna kulit, kandungan TPT, total asam, rasio TPT:TA, rasa buah dan

umur buah kelengkeng. Pada kelengkeng varietas lokal memiliki

warna kulit coklat tua, rasa buahnya manis dengan derajad brix

minimal 14 dan umur buah kelengkeng tersebut mencapai 6 bulan.

Sedangkan kelengkeng varietas introduksi siap dipanen bila memiliki

warna kulit kuning kecoklatan cerah, rasa buahnya manis (brix

minimal 18) dan berumur 4-6 bulan tergantung varietasnya.

Berdasarkan teori Sugiyanto (2006), buah saat masih muda

berwarna kemerahan dan berangsur menjadi kuning kecoklatan

sampai coklat terang saat menjelang matang, ukuran maksimal sebesar

bola pingpong, rasa buah manis mencapai kadar 200 Brix, kadar air

tinggi, rata-rata daging buah basah dan biji besar.

b. Metode Pemanenan

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, buah kelengkeng

dipanen ketika buah tersebut sudah matang di poho dan buah

kelengkeng dipanen dengan cara dipotong pada tangkai dekat

gerombolan buah menggunakan gunting. Menurut Diana (2010)

pemanenan buah dilakukan saat pagi hari untuk mengurangi

penguapan air dari buah dan menghindari panas karena sengatan

Page 10: ACARA I

matahari. Panen saat hari hujan juga sebaiknya dihindari. Buah

dipanen dengan cara memotong malai/tandan buah, atau butiran buah

dipanen langsung dari tandannya dan ditempatkan dalam keranjang

plastik atau bambu. Semua buah dalam satu pohon sebaiknya dipanen

secara bersamaan kecuali jika tingkat kematangan antar tandan buah

berbeda jauh. Buah yang dipanen diletakkan di tempat yang teduh dan

jika memungkinkan segera dibawa ke bangsal pengepakan. Musim

panen lengkeng di bulan Januari-Februari dengan produksi 300-600

kg per pohon. Pemanenan dilakukan dengan alat yang dapat

memotong tangkai rangkaian buah. Alat panen berupa gunting

bertangkai panjang yang tangkainya dapat diatur dari bawah.

c. Permasalahan Pemanenan

Berdasarkan pengamatan di Karangbulu Mudal, yang

seringkali menghambat proses pemanenan adalah adanya serangan

ulat yang membuat kelengkeng busuk, jamur dan hama penggerek

batang. Menurut Yulianto (2007) pohon-pohon kelengkeng

(Dimocarpus longan (Lour) Steud.) banyak mendapat gangguan

serangan hama penggerek batang sehingga produktivitasnya turun.

Hama penggerek batang yang menimbulkan kerusakan pada tanaman

kelengkeng tersebut adalah Zeuzera coffeae Neitner. Larva Z. Coffeae

mengebor kulit hingga ke bagian kambium kemudian menggerek

bagian kambium dan kayunya. Apabila luas gerekan melingkar dan

temu gelang, maka bagian tanaman di atas gerekan akan mengering

dan mati. Bagian batang dan dahan yang terserang berat akan mudah

patah ketika tertiup angin. Pohon yang masih kecil jika terserang

hama ini akan mati. Pohon yang terserang hama ini ditandai dengan

terdapatnya kotoran dan cairan berwarna kemerah-merahan dari bekas

gerekan (lubang) yang diserang larva. Akibat gerekan larva

menyebabkan distribusi hara dan air terganggu. Serangan hama

tersebut menimbulkan gejala daun-daunnya layu, kemudian rontok,

tanaman menjadi kering, dan akhirnya mati. Pada bagian kulit batang

Page 11: ACARA I

atau cabang kelengkeng yang digerek terdapat lubang gerekan

berdiameter sekitar 2 mm.

Berdasarkan teori dari Kamza (2008) pada umumnya

tanaman lengkeng sangat tahan terhadap serangan berbagai macam

hama dan penyakit. Hanya terdapat beberapa hama yang sering

mengganggu tanaman lengkeng, antara lain trusuk yang menyerang

bagian batang, terutama batang pokoknya, yakni dengan cara

membuat lubang dan masuk ke dalamnya. Apabila jumlahnya sangat

banyak, pohon lengkeng yang diserang tentu terdapat lubang yang

sangat banyak pula sehingga menunjukkan perubahan pada warna

daunnya yakni menjadi kuning dan akhirnya rontok, cabang – cabang

menjadi kering dan mengakibatkan kematian. Pemberantasan hama

trusuk dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida pada batang

yang telah terserang hama tersebut. Namun akan lebih baik jika

dilakukan pencegahan secara dini sebelum terserang yakni dengan

penyemprotan insektisida terhadap batang – batang lengkeng yang

sehat, terutama batang pokoknya. Kelengkeng juga dapat diserang

oleh penghisap buah (Tessarotoma javanica) sehingga terdapat tanda

tusukan berwarna hitam pada buah kelengkeng. Buah tampak keriput

karena cairan buah dihisap hama ini. Bahkan banyak buah yang

terdapat kopong/ tidak berisi. Hal ini menyebabkan produksi buah

lengkeng menurun karena banyaknya buah yang busuk . Untuk

mengatasi gangguan penghisap buah (Tessarotoma javanica) maka

buah kelengkeng pada tiap malainya harus dibrongsong dengan

anyaman bambu atau tepes kelapa.

Diana (2010) mengatakan bahwa kelelawar juga termasuk

hama yang merugikan petani karena memakan buah-buahan masak

dan merontokkan buah-buah muda. Untuk mengatasi gangguan

kelelawar maka buah lengkeng pada malainya harus diberongsong

dengan anyaman bambu atau tepes kelapa. Salah satu penyakit yang

sering mengganggu tanaman lengkeng adalah jamur. Penyakit ini pada

Page 12: ACARA I

umumnya menyerang batang pohon lengkeng, terutama batang

pokoknya. Pemberantasannya dapat dilakukan dengan penyemprotan

fungisida pada batang yang terserang.

2. Kenikir

a. Kriteria Pemanenan

Berdasarkan hasil pengamatan, kenikir yang siap di panen

memiliki tinggi sekitar 120 cm dan warna pada kenikir biasanya

hijau segar, tekstur batangnya keras, daunnya segar dan batangnya

tidak kaku. Pambayun (2008) mengungkapkan bahwa tanaman

kenikir dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan sinar

matahari penuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan

ketinggian 1 600 m dpl. Perbanyakan kenikir dapat dilakukan

melalui biji di persemaian yang kemudian dapat dipindahkan ke

lapangan setelah tiga minggu. Pengaturan drainase dan irigasi yang

baik dapat mendukung pertumbuhan kenikir. Kondisi tanah yang

terlalu lembab dapat memicu perkembangan cendawan yang

mengganggu pertumbuhan tanaman kenikir. Pemanenan daun

kenikir dapat dilakukan setelah tanaman berumur enam minggu.

Apabila daun-daunnya dipetik, tunas baru akan cepat tumbuh untuk

menggantikannya. Tanaman kenikir dipanen dengan ukuran 27-30

cm dari tanaman yang paling muda dan terdapat 6-8 helai daun.

b. Metode Pemanenan

Dari hasi pengamatan kenikir dipanen dengan cara dipotong

sampai tangkai paling bawah sekitar 30-40 cm kemudian dicelupkan

ke dalam air agar lalu diikat menjadi satu. Kenikir dapat dipanen

setelah disemai selama dua minggu dan ditanam di lahan selama

enam minggu. Berdasarkan percobaan identifikasi terhadap tanaman

kenikir yang dilakukan oleh Rahanita (2009), metode panen

tanaman kenikir yang dilakukan adalah dengan cara memotong

cabang muda yang telah berukuran 30 cm sepanjang 15-20 cm,

kemudian disatukan hingga terkumpul segenggam lalu diikat.

Page 13: ACARA I

Berdasarkan teori dari Yunita (2011) pengikatan (bunching)

dilakukan pada sayuran daun untuk memudahkan penanganan dan

mengurangi kerusakan. Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran

daun yang tumbuh dekat tanah untuk membersihkan kotoran yang

menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian juga

dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa.

Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan

desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan.

c. Permasalahan Pemanenan

Menurut survey lapangan, kerusakan pada kenikir biasanya

disebabkan oleh hawa wereng sehingga daun dan batang kenikir

berlubang. Menurut Sunanto (1997) selain hama wereng, kutu batang

(Psedaulacapsis pentagona) dapat menyerang tanaman kenikir.

Serangga ini termasuk ordo Hemiptera, menyerang tanaman kenikir yang

terlindungi oleh pohon-pohon besar atau karena kondisi lembab. Bentuk nimpha

dan dewasa terdapat padacabang atau batang, menghisap cairan tanaman

menyebabkan kulit cabang atau batang menjadi putih keabu-abuan. Jika serangan

cukup berat akan menyebabkan kematian tanaman . Kutu daun, Mealy Bug

(Meconellicoccus hirsutus) merupakan serangga ini termasuk ordo

Hemiptera, mengalami metamorfosa tidak sempurna, badannya ditutupi oleh

tepung putih. Siklus hidup kira-kira 35 hari, nimpha dan dewasa

mengeluarkanembun madu yang menyebabkan semut berdatangan atau embun

tersebut dapat menjadi media tumbuh cendawan Septobasidium dan diikuti

dengan cendawan (Corticidium ) yang berwarna hitam.Kutu ini merusak daun,

kuncup dan tunas muda dengan menghisap cairan, sehinggapertumbuhan pucuk

terhalang atau terhenti. Daun mengkerut, keriting dan berubah

bentuk.Pertumbuhan tunas terhenti, kuncup daun membengkak, ruas

antara pucuk daun menjadi pendek yang mengakibatkan cabang membengkak

tidak dapat berkembang serta mudah patah

Page 14: ACARA I

F. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum Acara I

Proses Panen Hasil Pertanian adalah:

1. Kelengkeng termasuk buah non-klimakterik sehingga harus dipanen

matang di pohon karena tidak dapat diperam.

2. Panen pada kelengkeng varietas lokal harus sudah memiliki warna

kulit coklat tua, rasa buahnya manis dengan derajad brix minimal 14

dan umur buah kelengkeng tersebut mencapai 6 bulan.

3. Buah kelengkeng dipanen dengan cara memotong malai/tandan buah

dengan gunting bertangkai panjang, atau butiran buah dipanen

langsung dari tandannya dan ditempatkan dalam keranjang plastik

atau bambu.

4. Hama penggerek batang yang menimbulkan kerusakan pada tanaman

kelengkeng adalah Zeuzera coffeae Neitner.

5. Hama yang sering mengganggu tanaman lengkeng, antara lain trusuk

yang menyerang bagian batang dan penghisap buah (Tessarotoma

javanica) sehingga terdapat tanda tusukan berwarna hitam pada buah

kelengkeng.

6. Pemanenan daun kenikir dapat dilakukan setelah tanaman berumur

enam minggu.

7. Tanaman kenikir dipanen dengan ukuran 27-30 cm dari tanaman

yang paling muda dan terdapat 6-8 helai daun.

8. Metode panen tanaman kenikir yang dilakukan adalah dengan cara

memotong cabang muda yang telah berukuran 30 cm sepanjang 15-

20 cm, kemudian disatukan hingga terkumpul segenggam lalu diikat

menjadi satu.

9. Kerusakan pada kenikir biasanya disebabkan oleh hawa wereng, kutu

batang (Psedaulacapsis pentagona) dan Kutu daun Mealy Bug

(Meconellicoccus hirsutus).

Page 15: ACARA I

DAFTAR PUSTAKA

Ajaykumar, 2012. Anti-Inflammatory Activity Of Cosmos Caudatu.International Journal Of Universal Pharmacy And Bio Sciences

Crane, Jonathan H et. al. 2005. Longan Growing in the Florida Home Landscape. University of Florida IFAS Extension.

Diana. 2010. Kelengkeng. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Hatta, Sunanto, 1990. Budidaya Kelengkeng. Kanisius. Yogyakarta.

Jiang, Yueming, 2002. Postharvest Biology And Handling Of Longan Fruit (Dimocarpus Longan Lour.). Journal Postharvest Biology And Technology 26 (2002) 241–252

Damicone, John dan Warren Roberts. 1990. Diseases of Leafy Crucifer Vegetables. Oklahoma State University. Division of Agricultural Sciences and Natural Resources

Kamza. 2008. Hama Utama Pada Tanaman Lengkeng (Dimocarpus longan L.)

Pambayun, Ratna. 2008. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Produksi Beberapa Sayuran Indigenous. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Prawitasari, Theresia. 2002. Perkembangan Struktur Meristem Reproduktif Pada Proses Pembungaan Tanaman Lengkeng. Jurnal Hayati, Him. 119-124 ISSN 0854-8587 Vol. 9, No.4.

Rasdi, Nor Haripah. Antimicrobial studies of Cosmos caudatus Kunth (Compositae. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 4(8), pp. 669-673

Rahanita, Prima. 2009. Pengaruh Pupuk Organik pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kenikir (Cosmos caudatus) dan Katuk (Sauropus androgynus). Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

R. C, Ploetz. 2008. Tropical Fruits Crop and The Diseases That Affect Their Production. International Commission on Tropical Biology and Natural Resources

Sastrapradja, S. 1979. Tanaman Pekarangan. Lembaga Biologi Nasional-LIPI: Bogor.

Page 16: ACARA I

Soesanto, Loekas. 2006. Penyakit Pasca Panen. Kasinius: Yogyakarta.

Sugiyanto A dan B. D Mariana. 2006. Karakteristik Lengkeng Dataran Rendah. Jurnal Iptek Hortikultura No 2

Sunarjo, Hendro. 2006. Berkebun 21 jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Depok.

Yulianto, 2008. Teknologi Perangsangan Pembungaan Tanaman Kelengkeng Umur Produktif Dengan Cara Perundukan Dahan. Jurnal Hortikultura.

Yulianto dan Endang Iriani. 2007. Teknologi Pengendalian Hama Penggerek Batang Pada Tanaman Kelengkeng. JPPTP 10(3)

Yunita, Ina et. al. 2011. Panen dan Pasca Panen. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang