ACARA I PROSES PANEN HASIL PERTANIAN A. TUJUAN Tujuan dari praktikum acara I Proses Panen Hasil Pertanian ini adalah untuk mengetahui kriteria, metode serta permasalahan pemanenan hasil pertanian. B. TINJAUAN PUSTAKA Lengkeng (Euphoria longana Lam.) termasuk dalam famili Sapindaceae, berasal dari daratan China dan sekitarnya. Di Cina, lengkeng dikenal sebagai longan. Lengkeng merupakan buah-buahan yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan dalam diversifikasi tanaman pekarangan. Lengkeng merupakan tanaman yang berbuah musiman dan hanya beberapa bulan saja setiap tahun. Tanaman lengkeng memerlukan beberapa syarat khusus untuk dapat berbunga, misalnya induksi pembungaan secara alami hanya di dataran tinggi dengan suhu relatif rendah (15-20°C) dan musim kemarau panjang. Tanaman siap berbunga memiliki wama daun hijau tua, lebih mengkilat dan lebih kasap permukaannya. Tanaman yang belum siap berbunga (pucuk vegetatit) memiliki warna daun hijau agak muda (Prawitasari, 2002). Agar kelengkeng dapat berbunga lebat, tanaman tersebut perlu dirangsang pembungaannya. Pembungaan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ACARA I
PROSES PANEN HASIL PERTANIAN
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara I Proses Panen Hasil Pertanian ini adalah
untuk mengetahui kriteria, metode serta permasalahan pemanenan hasil
pertanian.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Lengkeng (Euphoria longana Lam.) termasuk dalam famili
Sapindaceae, berasal dari daratan China dan sekitarnya. Di Cina, lengkeng
dikenal sebagai longan. Lengkeng merupakan buah-buahan yang berpotensi
tinggi untuk dikembangkan dalam diversifikasi tanaman pekarangan.
Lengkeng merupakan tanaman yang berbuah musiman dan hanya beberapa
bulan saja setiap tahun. Tanaman lengkeng memerlukan beberapa syarat
khusus untuk dapat berbunga, misalnya induksi pembungaan secara alami
hanya di dataran tinggi dengan suhu relatif rendah (15-20°C) dan musim
kemarau panjang. Tanaman siap berbunga memiliki wama daun hijau tua,
lebih mengkilat dan lebih kasap permukaannya. Tanaman yang belum siap
berbunga (pucuk vegetatit) memiliki warna daun hijau agak muda
(Prawitasari, 2002).
Agar kelengkeng dapat berbunga lebat, tanaman tersebut perlu
dirangsang pembungaannya. Pembungaan kelengkeng dapat dipacu dengan
cara perlakuan fisik melalui pemangkasan, perundukan, penggelangan, dan
stres air, atau perlakuan non fisik melalui pemupukan hara mikro dan
pemberian hormon. Pada beberapa jenis tanaman buah-buahan,
perangsangan pembungaan dapat dilakukan melalui aplikasi paklobutrazol,
pemangkasan, dan perundukan dahan (Yulianto, 2008).
Kelengkeng (Nephelium Longanum) termasuk familia Sapindaceae.
Kelengkeng merupakan tanaman keras yang mempunyai batang kayu yang
kuat. Sistem perakarannya sangat luas dan mempunyai akar tunggang yang
sangat dalam, sehingga tidak mudah roboh. Buah kelengkeng berbentuk
malai yang terletak di ujung ranting – rantingnya. Warnanya kuning muda
atau putih kekuningan. Pemacuan tanaman kelengkeng dilakukan pada
batangnya, terutama batang pokoknya. Perlakuan ini didasari pada teori
bahwa air dan zat – zat hara yang diserap oleh akar akan dibawa ke atas
(daun) melalui pembuluh kayu (xylem). Biaya panen adalah seluruh biaya
yang dikeluarkan mulai dari usaha penyelamatan buah dari gangguan
binatang sampai dengan biaya penyiapan untuk dipasarkan. Salah satu biaya
yang dikeluarkan adalah untuk pembelian dan pemasangan berongsong.
Berongsong merupakan anyaman bambu yang dirangkai dan digunkan
untuk melindungi kelenkeng dari serangan binatang. Biaya lain yang harus
dikeluarkan yaitu biaya petik dan pemakaian tenaga kerja (Hatta, 1990).
Lengkeng buah non-klimakterik, dan tidak akan menjadi matang
setelah dipetik dari pohon. Akibatnya, buah harus dipanen ketika kulit
mereka menjadi kuning-coklat dan daging mereka mencapai kualitas yang
optimal untuk dimakan. Belum ada pedoman dalam proses waktu
pemanenan karena jumlah varietas yang bermacam-macam. Secara umum
kematangan dapat ditentukan oleh bobot buah, warna kulit, konsentrasi gula
daging, konsentrasi asam daging, rasio gula: asam,rasa dan/atau hari dari
bunga mekar (Jiang, 2002).
Musim panen lengkeng di selatan Florida adalah dari pertengahan
Juli hingga awal September tapi terutama pada bulan Agustus. Pada saat
jatuh tempo, buah akan menjadi intens warna cokelat. Indikator kematangan
utama adalah bubur manis, ini terjadi sebelum mengeluarkan buah dari
pohon. Buah yang 1 1/4 inci (32 mm) atau lebih besar diameter dengan rasa
yang baik adalah yang paling diinginkan. sekali dihapus dari pohon, buah
tidak akan meningkat manisnya. Buah dipanen dengan tangan, dengan pisau
pemangkas atau tiang dengan cutter yang memegang seluruh cluster.
Biasanya, sebagian dari cabang balik malai berbuah (sekitar 1 ft =30 cm)
dipotong. Buah dipanen harus ditempatkan di tempat teduh segera dan
kemudian didinginkan sesegera mungkin. Lengkeng buah memiliki umur
simpan yang relatif pendek ketika disimpan pada suhu sekitar 75-85oF (24-
29oC). Buah dipanen di rumah mungkin ditempatkan dalam kantong plastik
dan disimpan di lemari es selama 5 sampai 7 hari (Crane, 2005).
Tanaman lengkeng termasuk mudah tumbuh, tetapi sukar berbunga.
Oleh karena itu diperlukan stimulasi pembungaan dengan jalan mengikat
kencang batang yang berada satu meter di atas permukaan tanah. Tanaman
mulai berbunga pada umur 4-6 tahun. Biasanya tanaman ini berbungan pada
bulan Juli-Oktober. Buah matang lima bulan setelah bungan mekar. Musim
panen lengkeng di bulan Januari-Februari dengan produksi 300-600 kg per
pohon. Pemanenan dilakukan dengan alat yang dapat memotong tangkai
rangkaian buah. Alat panen berupa gunting bertangkai panjang yang
tangkainya dapat diatur dari bawah. Tanda-tanda buah matang adalah warna
kulit buah menjadi coklat gelap, licin dan mengeluarkan aroma. Rasanya
manis harum, sedangkan buah yang belum matang rasanya belum manis
(Sunarjo, 2006).
Hama penggerek batang yang menimbulkan kerusakan pada tanaman
kelengkeng tersebut adalah Zeuzera coffeae Neitner. Larva Z. Coffeae
mengebor kulit hingga ke bagian kambium kemudian menggerek bagian
kambium dan kayunya. Apabila luas gerekan melingkar dan temu gelang,
maka bagian tanaman di atas gerekan akan mengering dan mati. Bagian
batang dan dahan yang terserang berat akan mudah patah ketika tertiup
angin. Pohon yang masih kecil jika terserang hama ini akan mati. Pohon
yang terserang hama ini ditandai dengan terdapatnya kotoran dan cairan
berwarna kemerah-merahandari bekas gerekan (lubang) yang diserang larva.
Akibat gerekan larva menyebabkan distribusi hara dan air terganggu.
Serangan hama tersebut menimbulkan gejala daun-daunnya layu, kemudian
rontok, tanaman menjadi kering, dan akhirnya mati. Pada bagian kulit
batang atau cabang kelengkeng yang digerek terdapat lubang gerekan
berdiameter sekitar 2 mm. Pada permukaan tanah dekat pangkal batang
banyak ditemukan butiran kotoran penggerek batang berbentuk bulat
panjang berwarna merah kecoklatan dengan ukuran panjang sekitar 1,5
mm. Apabila bagian batang yang digerek dibuka akan tampak gejala bekas
gerekan berwarna coklat kehitaman. Larva Z. Coffeae biasanya ditemukan
dalam ruang gerekan. Tingkat kerusakan tanaman bervariasi dari tingkat
serangan ringan hingga berat (Yulianto, 2007).
B. rhodina (anamorph: Lasiodiplodia theobromae) merupakan salah
satu tanaman patogen yang paling umum di daerah tropis. Hal ini
menyebabkan buah yang beragam, daun dan cabang penyakit pada alpukat,
pisang, belimbing, durian, lengkeng, leci, mangga, manggis dan rambutan.
B. rhodina menyerang pohon yang melemah oleh suhu ekstrim, kekeringan
dan faktor lainnya. Hal ini menginfeksi melalui luka, dan menyebabkan
gejala pada buah saat mereka matang. Sering suatu endofit yaitu,
berkolonisasi jaringan host tanpa menimbulkan gejala dan dapat juga
ditemukan di tanah, pada ranting mati, buah dan puing-puing organik di
bawah pohon (Ploetz, 2008).
Kenikir termasuk ke dalam genus Cosmos. Kenikir berasal dari
daerah tropika Amerika yang dibawa oleh orang Spanyol ke Filipina.
Kenikir banyak ditemukan di Pulau Jawa dan biasanya ditanam sebagai
tanaman pekarangan karena bunganya berwarna cerah. Selain itu, daun
kenikir dapat dimanfaatkan sebagai sayuran segar atau dapat dibuat lalapan.
Perbanyakan tanaman kenikir adalah dengan biji. Tanaman ini tumbuh baik
di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Oleh karena itu, kenikir
tumbuh liar di tepi-tepi sawah atau sungai. Apabila daun-daunnya dipetik,
tunas baru akan cepat tumbuh untuk menggantikannnya
(Sastrapradja, 1979).
Cosmos caudatus (Kenikir) termasuk famili Asteraceae merupakan
tanaman yang dapat dimakan. Ini sayuran tanaman umumnya dikonsumsi
segar sebagai salad atau dimasak dengan direbus dengan rempah-rempah
lainnya. Di Malaysia, yang biasa dikenal sebagai Ulam raja. C. caudatus
merupakan sumber antioksidan alami dan kaya akan mineral seperti
kalsium, fosfor, zat besi, magnesium dan kalium (Ajaykumar, 2012).
Cosmos caudatus adalah tanaman yang dapat tumbuh tinggi sampai
1-8 m,berbulu atau berbulu jarang dan daun halus dengan panjang 10 - 20
cm. Tumbuhan ini berbunga dari Juni hingga November (Guanghou et al.,
2005). Hal ini ditemukan di seluruh dunia di daerah tropis daerah termasuk
Meksiko, Amerika Serikat (Arizona danFlorida), Amerika Tengah, Amerika
Selatan, Malaysia dan Thailand. Tanaman ini termasuk tanaman obat karena
memiliki kandungan antioksidan, senyawa fenolik aktif, dan antimikroba
(Rasdi, 2010).
Kenikir merupakan tanaman herba setahun yang tingginya dapat
mencapai 3 m. Batangnya tegak, beralur dan mempunyai banyak cabang.
Tanaman kenikir berdaun majemuk dan bergerigi pada bagian tepi.
Bunganya tersusun seperti bunga matahari yang terletak di tepi berbentuk
pita berjumlah delapan. Kenikir juga mempunyai buah berbentuk lonceng
yang mengandung banyak biji berwarna hitam seperti jarum. Van den Bergh
(1994a) mengungkapkan bahwa tanaman kenikir dapat tumbuh dengan baik
pada daerah dengan sinar matahari penuh di dataran rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian 1 600 m dpl. Perbanyakan kenikir dapat
dilakukan melalui biji di persemaian yang kemudian dapat dipindahkan ke
lapangan setelah tiga minggu. Pengaturan drainase dan irigasi yang baik
dapat mendukung pertumbuhan kenikir. Kondisi tanah yang terlalu lembab
dapat memicu perkembangan cendawan yang mengganggu pertumbuhan
tanaman kenikir. Pemanenan daun kenikir dapat dilakukan setelah tanaman
berumur enam minggu (Pambayun, 2008).
Setelah proses pemanenan buah dan sayur, kondisi lingkungan
sangat berpengaruh terhadap produk buah dan sayur segar. Penanganan
pasca panen terbaik setelah pemanenan adalah 1) mengelola produk dalam
kondisi optimum untuk dikonsumsi 2) mencegah serangan patogen. Suhu
berperan penting dalam meningkatkan kerentanan buah dan sayur, setelah
dipanen atau dalam penyimpanan. Pendedahan produk segar ke suhu tinggi
setelah panen dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit
pascapanen, meskipun produk tidak mengalami kerusakan fisisologis
(Soesanto, 2006).
Bercak daun disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv.
Armoraciae yang menyebabkan busuk hitam, kecuali bahwa hal itu
menyebabkan bercak daun dan tidak menyerang sistem vaskular. Bercak
daun bakteri merupakan penyebab penting dari kualitas buruk untuk sayuran
hijau dalam beberapa tahun terakhir. Ketika daun bercak meluas dan parah,
hijau mungkin tidak cocok untuk panen. Root-knot (Meloidogyne spp.)
Disebabkan oleh beberapa spesies nematoda, yaitu cacing gelang
mikroskopis yang hidup di tanah dan memakan akar tanaman (John, 1990).
C. METODOLOGI
a. Tempat dan Waktu Praktikum
Pengamatan pada komoditas buah yaitu kelengkeng yang dikelola
oleh Mas Woto (RM. Pancingan V) di Karang Bulu Mudal Boyolali dan
sayur yaitu kenikir yang dikelola oleh Bapak Wijianto di Timorejo
Kelurahan Sobokerto Ngemplak Boyolali pada hari Sabtu tanggal 6 April
2013.
b. Cara Kerja
Pengamatan dilakukan dengan cara survey langsung ke tepat
penanaman komoditas atau persawahan dan perkebunan. Selain itu juga
dilakukan wawancara kepada petani yang bersangkutan untuk mendapat
data dan info lebih lengkap mengenai komoditas yang ditanam.
D. DATA HASIL PENGAMATAN
1. Kelengkeng
a. Kriteria Pemanenan
Kelengkeng yang ditanam merupakan hasil sambungan dari
Mulwojawa dan kelengkeng. Bibit dari sambungan Mulwojawa dan
kelengkeng mulai berbunga sekitar 6-7 bulan dan kelengkeng
menghasilkan buah sekitar 5 bulan setelah pembungaan. Kelengkeng
yang siap panen sudah bewarna coklat terang, kulit mulai menipis,
aroma manis mulai tercium, teksturnya mulai lunak dan ukuran sudah
besar.
b. Metode Pemanenan
Pemanenan buah semangka biasanya dilakukan pada waktu pagi
hari. Buah kelengkeng dipanen ketika buah tersebut sudah matang di
pohon. Buah kelengkeng dipanen dengan cara dipotong pada tangkai
dekat gerombolan buah menggunakan gunting. Buah kelengkeng juga
dapat dipanen dengan cara dipetik secara langsung menggunakan
tangan.
c. Masalah Pemanenan
Permasalahan pemanenan yang seringkali menghambat proses
pemanenan adalah adanya serangan ulat yang membuat kelengkeng
busuk dan jamur yang menimbulkan bercak putih di permukaan kulit
buah kelengkeng. Selain serangan dari ulat ketika musim hujan,
kelengkeng juga dapat diserang oleh hama penggerek batang.
2. Kenikir
a. Kriteria Pemanenan
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan wawancara kepada
petani kenikir, panen kenikir yang baik berdasarkan tinggi tanaman
kenikir dan warna dari daun kenikir tersebut. Kenikir yang siap
panen memiliki tinggi sekitar 120 cm. Warna pada kenikir yang siap
dipanen biasanya hijau segar, tekstur batangnya keras, daunnya
segar dan batangnya tidak kaku.
b. Metode Pemanenan
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan wawancara kepada
petani kenikir, didapatkan data mengenai cara pemanenan pada
kenikir yaitu sebulan setelah penanaman atau penaburan benih
kenikir. Kenikir dipanen dengan cara dipotong sampai tangkai paling
bawah sekitar 30-40 cm. Setelah dipanen, kenikir harus terlebih
dahulu dicelupkan ke dalam air agar kenikir tetap terlihat segar dan
kotoran yang menempel di kenikir hilang. Kemudian kenikir yang
sudah bersih diikat menjadi satu. Pengikatan kenikir ini
mempermudah dalam penjualannya dan mengurangi kerusakan
mekanis.
c. Permasalahan Pemanenan
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan wawancara, kenikir
jarang mengalami kerusakan pada saat panen. Menurut petani
kenikir ketika asupan pupuk dan air yang diberikan sudah cukup
maka kenikir dapat tumbuh dengan baik. Bila terjadi kerusakan pada
kenikir biasanya disebabkan oleh hawa wereng sehingga daun dan
batang kenikir berlubang. Hama wereng ini dapat dibasmi dengan
coragen atau pestisida. Kenikir hanya mengalami kerusakan ketika
cuaca sangat panas sehingga menyebabkan daun kenikir cepat layu
dan berwarna kecoklatan.
E. PEMBAHASAN
1. Kelengkeng
a. Kriteria Pemanenan
Kelengkeng termasuk buah non-klimakterik, dimana setelah
dipanen respirasi dan produksi etilen buah mengalami penurunan dan
tidak mengalami proses pematangan jika buah telah dipanen sehingga
harus dipanen matang di pohon karena tidak dapat diperam. Pada buah
non-klimakterik, saat panen perlu diperhatikan agar kualitas buah
yang diperoleh optimal. Kandungan total padatan terlarut, total gula
dan vitamin C buah mengalami peningkatan selama proses pemasakan
buah.
Menurut Diana (2010), penentuan panen lengkeng berdasarkan
warna kulit, kandungan TPT, total asam, rasio TPT:TA, rasa buah dan
umur buah kelengkeng. Pada kelengkeng varietas lokal memiliki
warna kulit coklat tua, rasa buahnya manis dengan derajad brix
minimal 14 dan umur buah kelengkeng tersebut mencapai 6 bulan.
Sedangkan kelengkeng varietas introduksi siap dipanen bila memiliki
warna kulit kuning kecoklatan cerah, rasa buahnya manis (brix
minimal 18) dan berumur 4-6 bulan tergantung varietasnya.
Berdasarkan teori Sugiyanto (2006), buah saat masih muda
berwarna kemerahan dan berangsur menjadi kuning kecoklatan
sampai coklat terang saat menjelang matang, ukuran maksimal sebesar
bola pingpong, rasa buah manis mencapai kadar 200 Brix, kadar air
tinggi, rata-rata daging buah basah dan biji besar.
b. Metode Pemanenan
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, buah kelengkeng
dipanen ketika buah tersebut sudah matang di poho dan buah
kelengkeng dipanen dengan cara dipotong pada tangkai dekat
gerombolan buah menggunakan gunting. Menurut Diana (2010)
pemanenan buah dilakukan saat pagi hari untuk mengurangi
penguapan air dari buah dan menghindari panas karena sengatan
matahari. Panen saat hari hujan juga sebaiknya dihindari. Buah
dipanen dengan cara memotong malai/tandan buah, atau butiran buah
dipanen langsung dari tandannya dan ditempatkan dalam keranjang
plastik atau bambu. Semua buah dalam satu pohon sebaiknya dipanen
secara bersamaan kecuali jika tingkat kematangan antar tandan buah
berbeda jauh. Buah yang dipanen diletakkan di tempat yang teduh dan
jika memungkinkan segera dibawa ke bangsal pengepakan. Musim
panen lengkeng di bulan Januari-Februari dengan produksi 300-600
kg per pohon. Pemanenan dilakukan dengan alat yang dapat
memotong tangkai rangkaian buah. Alat panen berupa gunting
bertangkai panjang yang tangkainya dapat diatur dari bawah.
c. Permasalahan Pemanenan
Berdasarkan pengamatan di Karangbulu Mudal, yang
seringkali menghambat proses pemanenan adalah adanya serangan
ulat yang membuat kelengkeng busuk, jamur dan hama penggerek
batang. Menurut Yulianto (2007) pohon-pohon kelengkeng
(Dimocarpus longan (Lour) Steud.) banyak mendapat gangguan
serangan hama penggerek batang sehingga produktivitasnya turun.
Hama penggerek batang yang menimbulkan kerusakan pada tanaman
kelengkeng tersebut adalah Zeuzera coffeae Neitner. Larva Z. Coffeae
mengebor kulit hingga ke bagian kambium kemudian menggerek
bagian kambium dan kayunya. Apabila luas gerekan melingkar dan
temu gelang, maka bagian tanaman di atas gerekan akan mengering
dan mati. Bagian batang dan dahan yang terserang berat akan mudah
patah ketika tertiup angin. Pohon yang masih kecil jika terserang
hama ini akan mati. Pohon yang terserang hama ini ditandai dengan
terdapatnya kotoran dan cairan berwarna kemerah-merahan dari bekas
gerekan (lubang) yang diserang larva. Akibat gerekan larva
menyebabkan distribusi hara dan air terganggu. Serangan hama
tersebut menimbulkan gejala daun-daunnya layu, kemudian rontok,
tanaman menjadi kering, dan akhirnya mati. Pada bagian kulit batang
atau cabang kelengkeng yang digerek terdapat lubang gerekan
berdiameter sekitar 2 mm.
Berdasarkan teori dari Kamza (2008) pada umumnya
tanaman lengkeng sangat tahan terhadap serangan berbagai macam
hama dan penyakit. Hanya terdapat beberapa hama yang sering
mengganggu tanaman lengkeng, antara lain trusuk yang menyerang
bagian batang, terutama batang pokoknya, yakni dengan cara
membuat lubang dan masuk ke dalamnya. Apabila jumlahnya sangat
banyak, pohon lengkeng yang diserang tentu terdapat lubang yang
sangat banyak pula sehingga menunjukkan perubahan pada warna
daunnya yakni menjadi kuning dan akhirnya rontok, cabang – cabang
menjadi kering dan mengakibatkan kematian. Pemberantasan hama
trusuk dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida pada batang
yang telah terserang hama tersebut. Namun akan lebih baik jika
dilakukan pencegahan secara dini sebelum terserang yakni dengan
penyemprotan insektisida terhadap batang – batang lengkeng yang
sehat, terutama batang pokoknya. Kelengkeng juga dapat diserang
oleh penghisap buah (Tessarotoma javanica) sehingga terdapat tanda
tusukan berwarna hitam pada buah kelengkeng. Buah tampak keriput
karena cairan buah dihisap hama ini. Bahkan banyak buah yang
terdapat kopong/ tidak berisi. Hal ini menyebabkan produksi buah
lengkeng menurun karena banyaknya buah yang busuk . Untuk
mengatasi gangguan penghisap buah (Tessarotoma javanica) maka
buah kelengkeng pada tiap malainya harus dibrongsong dengan
anyaman bambu atau tepes kelapa.
Diana (2010) mengatakan bahwa kelelawar juga termasuk
hama yang merugikan petani karena memakan buah-buahan masak
dan merontokkan buah-buah muda. Untuk mengatasi gangguan
kelelawar maka buah lengkeng pada malainya harus diberongsong
dengan anyaman bambu atau tepes kelapa. Salah satu penyakit yang
sering mengganggu tanaman lengkeng adalah jamur. Penyakit ini pada
umumnya menyerang batang pohon lengkeng, terutama batang
pokoknya. Pemberantasannya dapat dilakukan dengan penyemprotan
fungisida pada batang yang terserang.
2. Kenikir
a. Kriteria Pemanenan
Berdasarkan hasil pengamatan, kenikir yang siap di panen
memiliki tinggi sekitar 120 cm dan warna pada kenikir biasanya
hijau segar, tekstur batangnya keras, daunnya segar dan batangnya
tidak kaku. Pambayun (2008) mengungkapkan bahwa tanaman
kenikir dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan sinar
matahari penuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan
ketinggian 1 600 m dpl. Perbanyakan kenikir dapat dilakukan
melalui biji di persemaian yang kemudian dapat dipindahkan ke
lapangan setelah tiga minggu. Pengaturan drainase dan irigasi yang
baik dapat mendukung pertumbuhan kenikir. Kondisi tanah yang
terlalu lembab dapat memicu perkembangan cendawan yang
mengganggu pertumbuhan tanaman kenikir. Pemanenan daun
kenikir dapat dilakukan setelah tanaman berumur enam minggu.
Apabila daun-daunnya dipetik, tunas baru akan cepat tumbuh untuk
menggantikannya. Tanaman kenikir dipanen dengan ukuran 27-30
cm dari tanaman yang paling muda dan terdapat 6-8 helai daun.
b. Metode Pemanenan
Dari hasi pengamatan kenikir dipanen dengan cara dipotong
sampai tangkai paling bawah sekitar 30-40 cm kemudian dicelupkan
ke dalam air agar lalu diikat menjadi satu. Kenikir dapat dipanen
setelah disemai selama dua minggu dan ditanam di lahan selama
enam minggu. Berdasarkan percobaan identifikasi terhadap tanaman
kenikir yang dilakukan oleh Rahanita (2009), metode panen
tanaman kenikir yang dilakukan adalah dengan cara memotong
cabang muda yang telah berukuran 30 cm sepanjang 15-20 cm,
kemudian disatukan hingga terkumpul segenggam lalu diikat.
Berdasarkan teori dari Yunita (2011) pengikatan (bunching)
dilakukan pada sayuran daun untuk memudahkan penanganan dan
mengurangi kerusakan. Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran
daun yang tumbuh dekat tanah untuk membersihkan kotoran yang
menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian juga
dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa.
Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan
desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan.
c. Permasalahan Pemanenan
Menurut survey lapangan, kerusakan pada kenikir biasanya
disebabkan oleh hawa wereng sehingga daun dan batang kenikir
berlubang. Menurut Sunanto (1997) selain hama wereng, kutu batang
(Psedaulacapsis pentagona) dapat menyerang tanaman kenikir.
Serangga ini termasuk ordo Hemiptera, menyerang tanaman kenikir yang
terlindungi oleh pohon-pohon besar atau karena kondisi lembab. Bentuk nimpha
dan dewasa terdapat padacabang atau batang, menghisap cairan tanaman
menyebabkan kulit cabang atau batang menjadi putih keabu-abuan. Jika serangan
cukup berat akan menyebabkan kematian tanaman . Kutu daun, Mealy Bug
(Meconellicoccus hirsutus) merupakan serangga ini termasuk ordo
Hemiptera, mengalami metamorfosa tidak sempurna, badannya ditutupi oleh
tepung putih. Siklus hidup kira-kira 35 hari, nimpha dan dewasa
mengeluarkanembun madu yang menyebabkan semut berdatangan atau embun
tersebut dapat menjadi media tumbuh cendawan Septobasidium dan diikuti
dengan cendawan (Corticidium ) yang berwarna hitam.Kutu ini merusak daun,
kuncup dan tunas muda dengan menghisap cairan, sehinggapertumbuhan pucuk
terhalang atau terhenti. Daun mengkerut, keriting dan berubah
bentuk.Pertumbuhan tunas terhenti, kuncup daun membengkak, ruas
antara pucuk daun menjadi pendek yang mengakibatkan cabang membengkak
tidak dapat berkembang serta mudah patah
F. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum Acara I
Proses Panen Hasil Pertanian adalah:
1. Kelengkeng termasuk buah non-klimakterik sehingga harus dipanen
matang di pohon karena tidak dapat diperam.
2. Panen pada kelengkeng varietas lokal harus sudah memiliki warna
kulit coklat tua, rasa buahnya manis dengan derajad brix minimal 14
dan umur buah kelengkeng tersebut mencapai 6 bulan.
3. Buah kelengkeng dipanen dengan cara memotong malai/tandan buah
dengan gunting bertangkai panjang, atau butiran buah dipanen
langsung dari tandannya dan ditempatkan dalam keranjang plastik
atau bambu.
4. Hama penggerek batang yang menimbulkan kerusakan pada tanaman
kelengkeng adalah Zeuzera coffeae Neitner.
5. Hama yang sering mengganggu tanaman lengkeng, antara lain trusuk
yang menyerang bagian batang dan penghisap buah (Tessarotoma
javanica) sehingga terdapat tanda tusukan berwarna hitam pada buah
kelengkeng.
6. Pemanenan daun kenikir dapat dilakukan setelah tanaman berumur
enam minggu.
7. Tanaman kenikir dipanen dengan ukuran 27-30 cm dari tanaman
yang paling muda dan terdapat 6-8 helai daun.
8. Metode panen tanaman kenikir yang dilakukan adalah dengan cara
memotong cabang muda yang telah berukuran 30 cm sepanjang 15-
20 cm, kemudian disatukan hingga terkumpul segenggam lalu diikat
menjadi satu.
9. Kerusakan pada kenikir biasanya disebabkan oleh hawa wereng, kutu
batang (Psedaulacapsis pentagona) dan Kutu daun Mealy Bug
(Meconellicoccus hirsutus).
DAFTAR PUSTAKA
Ajaykumar, 2012. Anti-Inflammatory Activity Of Cosmos Caudatu.International Journal Of Universal Pharmacy And Bio Sciences
Crane, Jonathan H et. al. 2005. Longan Growing in the Florida Home Landscape. University of Florida IFAS Extension.
Diana. 2010. Kelengkeng. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Jiang, Yueming, 2002. Postharvest Biology And Handling Of Longan Fruit (Dimocarpus Longan Lour.). Journal Postharvest Biology And Technology 26 (2002) 241–252
Damicone, John dan Warren Roberts. 1990. Diseases of Leafy Crucifer Vegetables. Oklahoma State University. Division of Agricultural Sciences and Natural Resources
Kamza. 2008. Hama Utama Pada Tanaman Lengkeng (Dimocarpus longan L.)
Pambayun, Ratna. 2008. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Produksi Beberapa Sayuran Indigenous. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Prawitasari, Theresia. 2002. Perkembangan Struktur Meristem Reproduktif Pada Proses Pembungaan Tanaman Lengkeng. Jurnal Hayati, Him. 119-124 ISSN 0854-8587 Vol. 9, No.4.
Rasdi, Nor Haripah. Antimicrobial studies of Cosmos caudatus Kunth (Compositae. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 4(8), pp. 669-673
Rahanita, Prima. 2009. Pengaruh Pupuk Organik pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kenikir (Cosmos caudatus) dan Katuk (Sauropus androgynus). Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
R. C, Ploetz. 2008. Tropical Fruits Crop and The Diseases That Affect Their Production. International Commission on Tropical Biology and Natural Resources
Sastrapradja, S. 1979. Tanaman Pekarangan. Lembaga Biologi Nasional-LIPI: Bogor.
Soesanto, Loekas. 2006. Penyakit Pasca Panen. Kasinius: Yogyakarta.
Sugiyanto A dan B. D Mariana. 2006. Karakteristik Lengkeng Dataran Rendah. Jurnal Iptek Hortikultura No 2
Sunarjo, Hendro. 2006. Berkebun 21 jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Depok.
Yulianto, 2008. Teknologi Perangsangan Pembungaan Tanaman Kelengkeng Umur Produktif Dengan Cara Perundukan Dahan. Jurnal Hortikultura.
Yulianto dan Endang Iriani. 2007. Teknologi Pengendalian Hama Penggerek Batang Pada Tanaman Kelengkeng. JPPTP 10(3)
Yunita, Ina et. al. 2011. Panen dan Pasca Panen. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang