LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN SEMUSIMACARA ISISTEM
PERTANAMAN
Semester:Genap/2015
Oleh :Riska RachmawatiA1L013198
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANLABORATORIUM AGRONOMI DAN
HORTIKULTURAPURWOKERTO2015
I. PENDAHULUANA. Latar BelakangDalam bercocok tanam, terdapat
beberapa pola tanam agar efisien dan memudahkan kitadalam
penggunaan lahan, dan untuk menata ulangkalender penanaman. Pola
tanam sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur, polikultur
(tumpangsari), dan rotasi tanaman. Ketigapola tanam tersebut
memiliki nilai plus dan minus tersendiri. Pola tanam memiliki
artipenting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam ini
berarti memanfaatkan danmemadukan berbagai komponen yang tersedia
(agroklimat, tanah, tanaman, hama danpenyakit, keteknikan dan
sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di
Indonesia,biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan
curah hujan (terutama padadaerah/lahan yang sepenuhnya tergantung
dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yangditanampun perlu
disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah
hujan.Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis
tanaman pada lahan dalamwaktu yang sama, yang diatur sedemikian
rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanamandengan cara ini bisa
dilakukan pada dua atau lebih jenistanaman yang relatif
seumur,misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada
beberapa jenis tanaman yang umurnyaberbeda-beda. Untuk dapat
melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perludiperhatikan
beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh diantaranya
ketersediaanair, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akanditumpangsarikan dan saat
penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yangada
selama pertumbuhan. Halini dimaksudkan untuk menghindari persaingan
(penyerapanhara dan air) pada suatu petak lahan antartanaman. Pada
pola tanam tumpangsari sebaiknyadipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran yang relatif dalamdan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal. ( Fahmi, 2012)Tumpang sari
adalah suatu bentukpertanaman campuran(polyculture) berupa
pelibatan duajenis atau lebihtanamanpada satu areallahan tanamdalam
waktu yang bersamaan atau agakbersamaan. Tumpang sari yang umum
dilakukan adalah penanaman dalam waktu yanghampir bersamaan untuk
dua jenis tanaman budidaya yang sama, seperti jagung dan
kedelai,atau jagung dan kacang tanah. Dalam kepustakaan, hal ini
dikenal sebagaidouble-cropping.
B. Tujuan Mahasiswa mampu menerapkan teknik budidaya tanaman
semusim dengan pola tanam tumpang sari dan mengelola usaha tani
dengan baik.
II. TINJAUAN PUSTAKATumpangsari merupakan suatu usaha menanam
beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur
sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan
cara ini dapat dilakukan pada lahan dan waktu yang sama , dua atau
lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang
tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya
berbeda-beda (Warsana, 2009)Tumpang sari adalah sistem bercocok
tanam dengan menanam dua atau lebih jenistanaman yang lain family
secara serempak. Keuntungan tumpang sari yaitu: Mencegah dan
mengurangi pengangguran musim Memperbaiki keseimbangan gizi
masyarakat petani Adanya pengolahan tanah yang minimal Jika tanaman
tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai tambah
Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat
diperoleh tanaman yang satu lagi (Thahir, 1999).Tumpang sari
mengkombinasikan bermacam tanaman dalam satu lahan. Ada banyak
manfaat yang diberikan tumpang sari dan kombinasinya pun beraneka
ragam. Jenis - jenis kombinasinya dapat berupa : 1.Tanaman legum,
pohon buah - buah kecil, padi - padian dan tanaman sayuran.
2.Jagung dan kacang - kacangan , jagung akan menaungi kacang -
kacangan dan kacang akan memberi nitrogen bagi jagung. Model
tanaman tumpang sari memiliki banyak keuntungan yaitu: mengurangi
kegagalan panen, mencegah erosi dan meningkatkan hasil petani
(sukoco,et.al.1992). mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan
lingkungan dan tenaga kerja, menekan serangan hama dan
penyakit,selain itu (soegidjani,et.al 1986) dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan air. Masalah yang timbul dari budidaya tumpang
sari adalah terjadinya persaingan antara dua spesies yang ditanam,
persaingan dapat mencakup air, hara,cahaya dan ruang. Sebagai
dampak persaingan ,baik tanaman utama, maupun tanaman sela,
mengalami penurunan pertumbuhan dan hasil dibandingkan petumbuhan
dan hasil tanaman monokultur.Beets (1982). Pemilihan tanaman
penyusun dalam tumpangsari senantiasa mendasarkan pada perbedaan
karakter morfologi dan fisiologi antara lain kedalaman dan
distribusi system perkaran, bentuk tajuk, lintasan fotosintesis,
pola serapan unsure hara sehingga diperoleh sauatu karakteristik
pertumbuhan, perkembangan dan hasil tumapngsari yang bersifat
sinergis (Gomez dan Gomez, 1983 dan Palaniappan, 1985) Selain itu,
menurut Odum, (1983) tanaman yang ditumpangsarikan adalah tanaman
dari lain famili dan yang memneuhi syarat-syarat yaitu berbeda
dalam kebutuhan zat hara, hama dan penyakit kepekaaan terhadap
toksin dan faktor-faktor lain yang mengendalikan yang sama pada
waktuyang berbeda. Pertanaman tumpangsari lebih banyak diketahui
mampu memberikan hasil tanaman secara keseluruhan yang lebih tinggi
dibandingkan monokutur, apabila tepat dalam pemilihan sepesies
tanaman yang ditumpangsarikan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilB. PembahasanPolikultur berasal
dari kata poli yang artinya banyak dan kultur artinya budaya
sehingga pengertian pola tanam polikultur disini adalah sistem pola
tanam dalam pertanian dengan menanam banyak jenis tanaman pada satu
bidang lahan yang tersusun dan terencana dengan menerapkan aspek
lingkungan yang lebih baik.Keuntungan pola tanam polikultur adalah
sebagai berikut: Dapat mengurangi serangan organisme pengganggu
tanaman (pemantauan populasi hama) karena tanaman yang satu dapat
mengurangi serangan organisme pengganggu tanaman lainnya. Mampu
menambah kesuburan. Hal ini dapat di lakukan dengan menanam tanaman
dari family leguminosa atau sejenis kacang-kacangnan yang memiliki
kandungan unsur N (nitrogen) dalam tanah karena adanya bakteri
rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Siklus hidup hama atau
penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan rotasi
tanaman sehingga dapat memutus siklus organisme penganggu tanaman
Salah satu keuntungan yang lain dari pola tanam polikultur ini
adalah memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari
satu jenis tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini
menguntungkan karenakarena bila hara salah sau komoditas rendah.
Dapat ditutup oleh harga komoditas lainnyaKekurangan sistem pola
tanam polikultur adalah sebagai berikut: Terjadinya persaingan
dalam mendapatkan dan menggunakan unsur hara antar tanaman dalam
tanah Organisme pengganggu tanaman banyak. Sehingga sulit dalam
pengendaliannya dan memerlukan biaya yang lebih mahalPolikultur di
bagi kedalam beberapa jenis. Jenis-jenis pola tanam polikultur
terbagi menjadi ke dalam beberapa pola tanam. Diantaranya sebagai
berikut: a. Tumpang sari (inter cropping) adalah pola penanaman
lebih dari satu jenis tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama
periode tanam pada satu tempat yang sama.m beberapa keuntungan dari
sistem tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan kosong di
sela-sela tanaman pokok. Peningkatan produksi total persatuan luas
karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya. Air serta unsur hara.
Disamping dapat mengurangi resiko kegagalan paen dan menekan
pertumbuhan gulma. Dalam budidaya pertanian. Salah satu jenis
tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman sela pada tanaman
jagung adalah tanaman kedelai. Tanaman jagung dan nitrogen tinggi.
Sementara kedelai dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas akibat
adanya bintil akar pada kedelai yang disebabkan oleh bakteri
rhizobium (bakteri pengikat N). Sehingga kekurangan nitrogen pada
jagung terpenuhi oleh kelebihan nitrogen pada tanaman kedelai.
Tanaman jagung dan kedelai yang ditanam secara tumpang sari akan
terjadi kompetisi dalam memperebutkan unsur hara, air dan sinar
matahari. Sehingga pengaturan sistem tanam dan pemberian pupuk
sangat penting untuk mengurangi terjadinya kompetisi
tersebut.Keuntungan tumpang sari yaitu: Mencegah dan mengurangi
pengangguran musim memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani
Adanya pengolahan tanah yang minimal Jika tanaman tumpang sari
berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai tambah Mengurangi erosi
dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat diperoleh tanaman
yang satu lagi (Thahir, 1999).b. Tumpang gilir (Multiple Cropping)
adalah pola tanam ini dapat dilakukan secara beruntun sepanjang
tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapatkan
keuntungan maksimum. c.Tanaman bersisipan (Relay Cropping) adalah
pola tanam denga menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman
selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu
yang berbeda). Pada umumnya tipe ini dikembangkan untuk
mengintensifikasikan lahan. Dengan demikian kemampuan lahan untuk
menghasilkan sesuatu produk pangan semakin tergali. Oleh karena itu
pengelola dituntut untuk semakin jeli menentukan tanaman apa yang
perlu disispkan agar waktu dan nilai ekonomisnya dapat membantu
dalam usaha meningktkan pendapatan. c. Tanaman Campuran ( Mixed
Cropping )
Merupakan penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa
diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu.
Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan
penyakit.Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai,
ubikayue.Tanaman bergiliran ( Sequential Planting)Merupakan
penanaman dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan secara
bergiliran. Setelah tanaman yang satu panen kemudian baru ditanam
tanaman berikutnya pada sebidang lahan tersebut.Pola pertanian
monokultur adalah pola tanam dalam dunia pertanian dengan menanam
tanaman sejenis pada suatu bidang lahan bedengan, maupun guludan.
Sebagai contoh adalah pada lahan sawah yang hanya ditanami padi
saja, jagung saja, atau kedelai saja. Kelebihan pola tanam
Monokultur ini adalah untuk meningkatkan hasil pertanian karena
pada suatu bidangn lahan yang sama hanya di tanami tanaman sejenis
saja sehingga produktivitas yang dihasilkan lebih baik banyak dan
maksimal. Kekurangan pola tanam Monokultur adalah pola tanam dalam
dunia pertanian yang tidak mantap karena hanya terdiri satu jenis
tanaman saja dalam suatu bidang atau lahan pertanian. Fakta yang
lain adalah pada tanah pertanian harus diolah, dipupuk dan
disemprot dengan insektisida. Jika tidak tanaman pertanian mudah
terserang hama dan penyakit. Jika tanaman pertania terserang hama,
maka dalam cepat hama itu akan menyerang wilayah yang luas,
sehingga dalam hal ini petani tidak dapat panen dan memanen hasil
pertaniannya dikarenakan tanamannya terserang hama semua. Kelemahan
sistem pola ini adalah tanaman relatif mudah terserang hama maupun
penyakit. Bawang merah merupakan salah satu jenis sayuran bernilai
ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat diandalkan sebagai sumber
penghasilan petani, pendapatan negara, penyumbang keanekaragaman
bahan pangan serta kecukupan gizi. Salah satu upaya meningkatkan
produktifitas dan kualitas bawang merah yang sesuai dengan
permintaan konsumen adalah penggunaan bibit berupa benih atau biji
(true shallot seed = TSS). Keuntungan usahatani bawang merah dengan
biji ini antara lain dapat menurunkan biaya produksi, penyimpanan
serta distribusinya lebih mudah, disamping itu juga dapat
menciptakan varietas unggul baru. Budidaya bawang merah memerlukan
air yang cukup terutama saat pembentukan umbi. Tanaman bawang merah
yang kekurangan air pada fase pembentukan umbi dapat mengakibatkan
penurunan produksi secara signifikan. Hal utama dalam budidaya
bawang merah adalah menjaga tanah dalam keadaan cukup lembab.SYARAT
TUMBUH TANAMAN BAWANG MERAH
Tanaman bawang merah memerlukan curah hujan antara 100-200
mm/bulan dengan ketinggian tempat optimal 10-200 mdpl. Meskipun
demikian, bawang merah masih dapat tumbuh dan berproduksi di
ketinggian sampai dengan 800 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan
tanaman bawang merah 20-30C. Intensitas sinar matahari penuh tanpa
naungan, lama penyinaran 12 jam. Tanaman bawang merah dapat
beradaptasi pada kelembaban udara (rH 80-90%). Kelembaban udara dan
kelembaban tanah yang relatif tinggi (> 90%) dapat merangsang
terjadinya serangan penyakit. Angin sepoi-sepoi berpengaruh baik
terhadap pertumbuhan dan pembentukan umbi bawang merah. Tanaman
bawang merah membutuhkan tanah gembur, subur, banyak mengandung
bahan organik, serta mudah menyediakan air dengan aerasi udara baik
dan tidak becek. Budidaya bawang merah dapat dilakukan pada lahan
sawah maupun lahan kering.Tanaman Buncis termasuk tanaman semusim
yang di bedakan atas dua tipe pertumbuhan, yaitu tipe merambat dan
tipe tegak. Kacang Buncis tipe merambat umumnya berbatang memanjang
setinggi 2-3 meter, sedangkan tipe Buncis tegak mempuyai batang
pendek setinggi 50-60 cm. Batang tanaman Buncis umumnya
berbuku-buku, yang merupakan tempat melekat tangkai daun. Daun
Buncis bersifat majemuk, dan helai daunnya berbentuk jorong segi
tiga (Rukmana, 1994).Tanaman buncis memiliki akar tunggang yang
dapat menembus tanah sampai pada kedalaman 1 meter. Akar-akar yang
tumbuh mendatar dari pangkal batang umumnya menyebar pada kedalaman
sekitar 60 90 cm. Sebagian akar akarnya mebentuk bintil-bintil yang
merupakan sumber utama unsur Nitrogen dan sebagian lagi tanpa
nodula yang fungsinya antara lain menyerap air dan unsur hara
(SetianingsihdanKhaerodin,1991).Kacang buncis termasuk tanaman
menyerbuk sendiri, tetapi persilangan alami sering terjadi meskipun
dalam jumlah atau persentase sangat sedikit. Bunga buncis mekar
pada pagi hari sekitar jam 07.00-0800 WIB. Dari proses-proses
penyerbukan bunga akan dihasilkan buah yang disebut polong. Polong
buncis berbentuk panjang bulat atau panjang pipih dengan panjang
berkisar antara 12-13cm (Rukmana, 1994).Syarat Tumbuh Tanaman
BuncisTanaman buncis memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi
agar dapat tumbuh dengan baik, yaitu:a.Iklim Tanaman Buncis dapat
tumbuh baik apabila ditanaman di dataran tinggi yaitu pada
ketinggian 1000-1500 meter dpl. Namun tidak tertutup kemungkinan
untuk di tanam pada daerah dengan ketinggian 500-600 meter
dpl.Temperatur udara yang paling baik untuk tanaman Buncis berkisar
antara 20-500C. Di luar kisaran temperatur tersebut produksinya
tidak maksimal. Umumnya tanaman Buncis menghendaki kelembaban
50-60%, kondisi terlalu lembab dapat mengundang hama dan penyakit
sehingga dapat mengancam pertumbuhan tanaman (Setiawan, 1994).b.
Curah HujanTanaman buncis dapat tumbuh dengan baik pada daerah
dengan curah hujan 1.500 - 2.500 mm per tahun. Tanaman ini paling
baik ditanam pada akhir musim kemarau (menjelang musim hujan) atau
akhir musim hujan (menjelang musim kemarau). Pada saat peralihan,
air hujan tidak begitu banyak sehingga sangat cocok untuk fase
pertumbuhan awal tanaman buncis, fase pengisian, dan pemasakan
polong. Pada fase tersebut dikhawatirkan terjadi serangan penyakit
bercak bila curah hujan terlalu tinggi.c.SuhuSuhu udara yang paling
baik untuk pertumbuhan buncis adalah 20 - 25C. Pada suhu kurang
dari 20 C tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis dengan
baik, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan jumlah
polong yang dihasilkan akan sedikit. Sebaliknya, pada suhu udara
yang lebih tinggi dari 25C banyak polong yang hampa. Hal ini
terjadi karena proses pernapasan (respirasi) lebih besar dari pada
proses fotosintesis pada suhutinggi.d.CahayaCahaya matahari
diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Umumnya tanaman
buncis membutuhkan cahaya matahari yang besar atau sekitar 400 -
800 footcandles. Oleh karena itu, tanaman buncis termasuk tanaman
yang tidak membutuhkan naungan.e.Kelembapan udaraKelembapan udara
yang diperlukan tanaman buncis sekitar 50 - 60 % (sedang).
Kelembapan ini agak sulit diukur, tetapi dapat diperkirakan dari
lebat dan rimbunnya tanaman. Kelembapan yang terlalu tinggi dapat
mempengaruhi terhadap tingginya serangan hama dan penyakit.
Beberapa jenis aphids (kutu) dapat berkembang biak dengan cepat
pada kelembapan 70-80%.f.TanahTanah yang cocok bagi tanaman Buncis
adalah Regosol, Latosol dan Andosol yang merupakan tanah lempung
ringan dan memiliki draenase yang baik. Sifat tanah untuk Buncis
gembur, remah dan keasaman (pH) adalah berkisar 5,5-6. Teknik
Penanaman Air yang dibutuhkan buncis hanya secukupnya, sehingga
saat menanam yang paling baik yaitu saat peralihan. Hal ini sangat
cocok untuk fase pertumbuhan buncis, dan fase pengisian serta
pemasakkan polong. Pada fase ini di khawatirkan akan terjadi
serangan penyakit bercak bila curah hujannya terlalu tinggi. Untuk
mengatasi curah hujan yang terlalu tinggi dapat dibuat
saluran-saluran drainase, ini kalau penanamannya dilakukan pada
musim hujan. Sebaliknya, pada musim kemarau perlu dilakukan
penyiraman sesering mungkin terutama pada saat awal perkecambahan.
Penentuan Pola Tanam Tanaman buncis ditanam dengan pola pagar atau
barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan.
Pada pola ini, jarak antar tanaman lebih sempit daripada jarak
antar barisan tanamannya. Dengan pola tanam barisan akan
mempermudah pekerjaan selanjutnya, seperti pemeliharaan, pengairan,
pemupukan, pembumbunan dan panen. Jarak tanaman yang digunakan
adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah datar atau tanah miring. Dan
bila kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya menggunakan jarak
tanam yang lebih sempit lagi, yaitu 20 x 40 cm. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari tumbuhnya gulma, karena gulma akan lebih cepat
tumbuh pada tanah yang subur. Penentuan jarak tanam ini harus
benar-benar diperhatikan karena berhubungan dengan tersedianya air,
hara dan cahaya matahari.Pembuatan Lubang Tanam Setelah menentukan
jarak tanam, kemudian membuat lubang tanam dengan cara ditugal.
Agar lubang tanam itu lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan
ajir, bambu, penggaris atau tali. Tempat yang diberi tanda tersebut
juga ditugal. Kedalaman tugal 4-6 cm untuk tanah-tanah yang remah
dan gembur, sedangkan untuk tanah liat dapat digunakan ukuran 2-4
cm. Hal ini disebabkan pada tanah liat kandungan airnya cukup
banyak, sehingga dikhawatirkan benih akan busuk sebelum mampu
berkecambah. Cara Penanaman Tanaman buncis tidak memerlukan
persemaian karena termasuk tanaman yang sukar dipindahkan, sehingga
benih buncis dapat langsung ditanam di lahan/kebun. Tiap lubang
tanam dapat diisi 2-3 butir benih. Setelah itu lubang tanam ditutup
dengan tanah. Pemeliharaan TanamanPenyulaman berikutnya Biji buncis
dapat tumbuh setelah lima hari sejak tanam, benih yang tidak tumbuh
harus segera diganti (disulam) dengan benih yang baru. Penyulaman
sebaiknya dilakukan dibawah umur 10 hari setelah tanam, agar
pertumbuhan bibit-bibit tidak berbeda jauh dan memudahkan
pemeliharaan. Penggulu dan Peninggian guludan atau bedengan
dilakukan pada saat tanaman berumur lebih 20 dan 40 hari. Lebih
baik dilakukan pada saat musim hujan. Tujuan dari peninggian
guludan adalah untuk memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya
tanaman dan memelihara struktur tanah. Pemangkasan Untuk
memperbanyak ranting-ranting agar diperoleh buah yang banyak,
tanaman buncis perlu dipangkas. Pemangkasan sebatas pembentukan
sulurnya. Pelaksanaan pemangkasan dilakukan bila tanaman telah
berumur 2 dan 5 minggu. Pemang-kasan juga dimaksudkan untuk
mengurangi kelembapan di dalam tanaman sehingga dapat menghambat
perkembangan hama penyakit. Pucuk-pucuk tanaman hasil pangkasan
dapat digunakan sebagai sayuran.Pemupukan Tindakan pemupukan pada
tanaman buncis perlu dilakukan dengan alasan hara tanaman yang
disediakan oleh tanaman dalam jumlah yang terbatas. Sewaktu-waktu
zat hara akan berkurang karena tercuci kadalm lapisan tanah,
terbawa erosi bersama larutan tanah, hilang melalui proses
evaporasi (penguapan), dan diserap oleh tanaman. Apabila keadaan
tersebut dibiarkan terus menerus tanpa adanya perbaikan, maka makin
lama persediaan hara dalam tanah makin berkurang sehingga tanaman
tumbuhnya merana. Untuk mencukupi kebutuhan hara tersebut, perlu
tambahan dari luar melalui pemupukan. Diharapkan dengan pemupukan
akan mengembalikan dan meningkatkan kandungan hara dalam tanah,
sehingga tanaman akan tumbuh subur dan produksinya akan melimpah.
Pemupukan ini dapat dilakukan pada umur 14-21 hari setelah tanam.
Pupuk yang diberikan hanyalah Urea sebanyak 200 kg/ha, caranya
cukup ditunggal kurang lebih 10 cm dari tanaman. Setelah itu
ditutup kembali dengan tunggal atau diinjak dengan kaki. Pengairan
Air yang diberikan alam sangat bervariasi dan seringkali tidak
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Untuk itu, diperlukan pengaturan
pengairan. Biasanya pengairan dilakukan bila penanamannya dilakukan
pada musim kemarau, yaitu pada umur 1-15 hari. Pelaksanaannya
dilakukan 2 kali sehari, setiap pagi dan sore. Bila penanamannya
dilakukan pada musim hujan, yang perlu diperhatikan adalah masalah
pembuangan airnya. Kelebihan air dapat disalurkan melalui
parit-parit yang telah dibuat di antara bedengan atau guludan.
Pemeliharaan Lain Untuk tanaman buncis tipe merambat perlu diberi
turus atau lanjaran, supaya pertumbuhannya dapat lebih baik.
Biasanya turus atau lanjaran ini dibuat dari bambu dengan ukuran
panjang 2 m dan lebar 4 cm. Turus tersebut ditancap didekat
tanaman. Setiap dua batang turus yang berhadapan diikat menjadi
satu pada bagian ujungnya, sehingga akan tampak lebih kokoh.
Pelaksanaan pemasangan turus dapat dilakukan bersamaan dengan
peninggian guludan yang pertama, yaitu pada tanaman berumur 20
hari. Panen Ciri dan Umur Panen Pemanenan dapat dilakukan saat
tanaman berumur 60 hari dan polong memperlihatkan ciri-ciri sebagai
berikut: a) Warna polong agak muda dan suram b) Permukaan kulitnya
agak kasar c) Biji dalam polong belum menonjol d) Bila polong
dipatahkan akan menimbulkan bunyi letupCara Panen Dalam menentukan
saat panen harus setepat mungkin sebab bila sampai terlambat
memetiknya beberapa hari saja maka polong bincis dapat terserang
penyakit bercak Cercospora. Penyakit tersebut sebenarnya hanya
menyerang daun dan bagian tanaman lainnya, tetapi karena saat
pemetikan yang terlambat maka penyakit tersebut berkembang sampai
ke polong-polongnya. Cara panen yang dilakukan biasanya dengan cara
dipetik dengan tangan. Penggunaan alat seperti pisau atau benda
tajam yang lain sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan luka
pada polongnya. Kalau hal ini terjadi maka cendawan atau bakteri
dapat masuk kedalam jaringan, sehingga kualitas polong menurun.
Periode Panen Pelaksanaan panennya dapat dilakukan secara bertahap,
yaitu setiap 2-3 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
polonh yang seragam dalam tingkat kemasakkannya. Pemetikan
dihentikan pada saat tanaman berumur lebih dari 80 hari, atau
kira0kira sejumlah 7 kali panen. Prakiraan Produksi Bila dalam
pelaksanaan budidaya tanaman buncis sudah baik, artinya sudah
sesuai dengan ketentuan-ketentuan diatas maka produksi perhektar
dapat mencapai 150 kuintal polong segar. Persiapan Lahan Budidaya
Bawang MerahPersiapan lahan meliputi pembajakan dan penggaruan
tanah, pencangkulan sedalam 30 cm (dikeringanginkan selama 15
hari), pembuatan bedengan dengan lebar 80-100 cm serta tinggi 30 cm
(lahan kering) dan 60 cm (lahan sawah) dengan lebar parit 30-40 cm,
pemberian pupuk kandang yang sudah difermentasi sebanyak 40 ton/ha
dan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 1,2 ton/ha, persiapan selanjutnya
melakukan pengadukan/pencacakan bedengan agar pupuk yang sudah
diberikan bercampur dengan tanah, kemudian dilakukan penugalan
untuk pembuatan lubang tanam.Persiapan Bibit dan Penanaman Budidaya
Bawang MerahPersiapan pembibitan bawang merah membutuhkan rumah
atau sungkup pembibitan untuk melindungi bibit muda. Kebutuhan
benih bawang merah sebanyak 3 kg/ha. Pilih lokasi persemaian yang
tanahnya subur dan intensitas cahaya matahari sempurna. Cangkul
tanah sedalam 30 cm hingga gembur, kemudian keringanginkan selama 2
minggu. Buat bedengan dengan ukuran lebar 80-100 cm dan tinggi 30
cm. Berikanpupuk kandangyang telah difermentasi sebanyak 2 kg/m2,
NPK 15-15-15 sebanyak 10 gram/m2. Buat alur-alur dangkal dengan
arah alur memotong panjang bedengan. Jarak antaralur 5-10 cm. Tebar
biji bawang merah secara merata pada alur kemudian tutup tipis
dengan tanah. Untuk mempercepat perkecambahan benih permukaan media
ditutup menggunakan kain goni (bisa juga menggunakan mulsa PHP),
dijaga dalam keadaan lembab.Pembukaan penutup permukaan media semai
dilakukan apabila benih sudah berkecambah, baru kemudian benih
disungkup menggunakan plastik transparan. Pembukaan sungkup dimulai
jam 07.00 - 09.00, dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 7 hari
menjelang tanam sungkup harus dibuka secara penuh untuk penguatan
tanaman. Penyiraman jangan terlalu basah, dilakukan setiap pagi.
Penyemprotan menggunakan fungisida berbahan aktif simoksanil dan
insektisida berbahan aktif imidakloprid dilakukan pada umur 15 hss
(hari setelah semai). Dosis/konsentrasi dosis terendah.Bibit bawang
merah berumur 30 hari siap untuk di tanam. Sebelum ditanam, bibit
yang telah dicabut direndam dalam larutan karbofuran (konsentrasi 1
gr/ liter selama 2 jam). Penanaman berjumlah satu tanaman per titik
tanam, usahakan posisi berdiri tegak. Jarak tanam ideal untuk musim
kemarau 10 cm x 5 cm sedangkan untuk musim penghujan bisa
diperlebar 10 cm x 10 cm. Padatkan tanah dekat pangkal batang
secara pelan.Kegiatan pemeliharaan pada budidaya bawang merah:
Penyulaman Budidaya Bawang MerahPenyulaman dilakukan sampai umur
tanaman 2 minggu. Tanaman bawang merah yang sudah terlalu tua
apabila masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan tidak
seragam. Hal ini akan berpengaruh terhadap keseragaman
pemanenan.Sanitasi Lahan dan Pengairan Budidaya Bawang
MerahSanitasi lahan budidaya bawang merah meliputi : pengendalian
gulma/rumput (penyiangan), pengendalian air saat musim hujan
sehingga tidak muncul genangan serta pencabutan tanaman bawang
merah yang terserang hama penyakit. Penyiangan dilakukan sebelum
melakukan pemupukan susulan baik pemupukan susulan pertama maupun
kedua. Penyiangan gulma dapat dicabut secara manual atau
menggunakan alat gosrok/landak.Pengairan diberikan secara terukur,
dengan penggenangan atau pengeleban dua hari sekali selama 15-30
menit tergantung kondisi kelembaban tanah.Pemupukan Susulan
Budidaya Bawang MerahPemupukan susulan budidaya bawang merah
meliputi pupuk akar dan pupuk daun. Pupuk akar diberikan secara
larikan, dibenamkan dalam tanah sedalam 10 cm sebanyak 2 kali.
Pemupukan pertama dilakukan umur 10 hari setelah tanam (HST)
menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha danpupuk
ureasebanyak 50 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan umur 30 HST
menggunakanpupuk NPK15-15-15 sebanyak 200 kg/ha.Pupuk daun
kandungan Nitrogen tinggi diberikan umur 14 hst dengan konsentrasi
2 gr/liter, sedangkan pupuk daun kandungan Phospat serta kalium
tinggi diberikan umur 30 hst dan 45 hst. Pemupukan phospat dan
kalium tinggi menggunakan pupuk MKP dengan konsentrasi 2 gr/liter
pada umur 30 hst, dan konsentrasi 4 gr/lliter pada umur 45
hst.Panen Tanaman bawang merah dapat dipanen pada umur 60-70 hss di
dataran rendah, 80-100 hss di dataran tinggi. Tanaman bawang merah
siap panen ditandai sebagai berikut:1. Pangkal daun jika dipegan
sudah lemah.2. 70-80% daun berwarna kuning.3. Daun bagian atas
mulai rebah.4. Umbi bawang merah kelihatan tersembul di atas
permukaan tanah5. Sudah terjadi pembentukan pigmen merah dan
timbulnya bau bawang merah yang khas, serta terlihat warna merah
tua atau merah keunguan pada umbi bawang merah.Panen sebaiknya
dilakukan dalam keadaan kering dan cuaca cerah. Untuk menghindari
umbi tertinggal dalam tanah, 1-2 hari sebelum panen dilakukan
penyiraman terlebih dahulu menggunakan air. Panen dilakukan dengan
mencabut seluruh tanaman secara hati-hati, kemudian setiap satu
genggam diikat dengan 1/3 daun bagian atas. Pengikatan bertujuan
untuk memudahkan penanganan berikutnya.Sedangkan jika di bandingkan
dengan saat praktikum di laksanakan pada teknik budidaya tanaman
buncis dan bawang merah adalah sebagai berikut:a. Penanaman dan
pemupukan dasarPenanaman dilakukan secara tumpangsari antara
tanaman utama buncis atau jagung dengan komoditas lainnya,
penanaman dilakukan serempak untuk semua petak/perlakuan. Penanaman
dilakukan setelah pupuk kandang diberikan sebagai pupuk dasar.b.
Pemupukan susulan Pemupukan susulan sebanyak bagian pupuk N
dilakukan pada saat 4 minggu setelah tanamc. Pengairan Pemberian
air dilakukan bila tanaman kekurangan air/kekeringan, tergantung
kepada curah hujan pada hari itu\d. Pengendalian hama dan
penyakitPengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung kepada
serangan, dengan menggunakan pestisida
Menurut literatur (Rukmana, 1994). Hama penyakit pada Tanaman
Buncis adalah sebagai berikut: a. Kumbang daun Penyebab: kumbang
Henose-pilachna signatipennis atau Epilachna signatipennis, sering
disebut kumbang daun epilachna yang termasuk famili Curculionadae.
Bentuk tubuhnya oval, warna merah atau coklat kekuningan, panjang
antara 6-8 mm. Pengendalian: (1) bila sudah terlihat adanya telur,
larva, maupun kumbangnya, maka dapat langsung dibunuh dengan
tangan; (2) dengan insektisida Lannate L dan Lannate 25 WP, dengan
konsentrasi 1,5-3 cc/liter air atau 300-600 liter setiap hektar;
(3) rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang. b. Penggerek
daun Penyebab: ulat Etiella zinckenella yang termasuk dalam famili
Pyralidae. Penyebarannya meliputi daerah tropis dan subtropis.
Gejala: polong yang masih muda mengalami kerusakan, bijinya banyak
yang keropos. Kerusakkan ini tidak sampai mematikan tanaman buncis.
c. Kutu daun Penyebab: Aphis gossypii, yang termasuk dalam famili
Aphididae. Sifatnya polibag dan kosmopolitan yaitu dapat memakan
segala tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Tanaman inangnya
bermacam-macam, antara lain kapas, semangka, kentang, cabai,
terung, bunga sepatu dan jeruk. Warna kutu ini hijau tua sampai
hitam atau kuning coklat. Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi
kerdil dan batang memutar (memilin), daun menjadi keriting dan
berwarna kuning. d. . Ulat jengkal semu Penyebab: ulat jengkal
semu. Ada dua dua spesies yang terdapat diperkebunan buncis, yaitu
Plusia signata (Phytometra signata) dan P. chalcites. Keduanya
termasuk kedalam famili Plusiidae. Panjang ulat P. chalcites kurang
lebih 2 cm berwarna hijau dengan garis samping berwarna lebih muda.
Gejala: (1) daun-daun berlubang; (2) tanaman menjadi kerdil.
Pengendalian: (1) secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu, namun
tidak efektif; (2) sanitasi, yaitu dengan membersihkan gulma-gulma
yang dapat dijadikan sebagai tempat persembunyian hama tersebut;
(3) dengan insektisida Hostathion 40 EC sangat efektif e. Ulat
penggulung daun Penyebab: ulat Lamprosema indicata dan L.
diemenalis, keduanya termasuk dalam famili Pyralidae. Gejala: daun
kelihatan seperti menggulung dan terdapat ulat yang dilindungi oleh
benang-benang sutra dan kotoran. Polongan sering pula ikut
direkatkan bersama-sama dengan daunnya. a.Penyakit
AntraknosaPenyakit ini disebabkan oleh cendawanColletotrichum
lindemuthianumyang termasuk kedalam familiMelanconiaceae.Apabila
cendawan ini telah masuk ke dalam biji maka dapat bertahan sampai
biji tersebut berkecambah dan langsung aktif membentuk spora hingga
akhirnya menginfeksi tanaman buncis dan tanaman lainnya.b.Penyakit
Embun TepungPenyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui bantuan
angin atau percikan air hujan. Gejala penyakit ditandai dengan
adanya warna putih keabuan (kelihatan seperti kain beludru) pada
bagian daun, batang, bunga, dan buah.Penyakit ini disebabkan oleh
cendawanErysiphe polygoniyang termasuk ke dalam familiErysiphaceae.
c.Penyakit LayuPenyebaran penyakit dapat melalui aliran air,
tanaman yang dipindahkan, atau peralatan yang digunakan sewaktu
pengolahan tanah. Gejala serangan ditandai dengan layunya tanaman,
menguning, dan kerdil.Apabila batang tanaman yang terserang
dipotong melintangsehinggaakan terlihat warna cokelat danapabila
dipijit akan keluar cairan berwarna putih. Penyakit ini disebabkan
oleh bakteriPseudomonas solanacearum.Selain menyerang buncis,
penyemprotan fungisida dapat dilakukan dengan Agrept 20 WP dengan
konsentrasi 0,5 - 1 g/liter air.d.Penyakit Bercak DaunPenyakit ini
disebabkan oleh cendawanCercospora canescens yang termasuk ke dalam
familiDematiaceae. Sporanya dapat tersebar melalui air hujan,
angin, serangga, alat-alat pertanian, dan manusia. Spora yang
terdapat pada daun-daun tua yang gugur akan tetap hidup di dalam
tanah, sehingga pada penanaman selanjutnya akan terdapat serangan
yang sama. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan
fungisida CabrioTop 60 WG, Polycom 80 WG.e.Penyakit Hawar
DaunHidupnya dapat bertahan beberapa tahun didalam biji, tanah, dan
sisa-sisa tanaman yang sakit. Proses masuknya bakteri melalui luka
bekas gigitan serangga, saluran hidatoda pada tepi daun, stomata,
dan akar tanaman. Gejala ditandai dengan adanya bercak kuning pada
bagian tepi daun dan kemudian meluas menuju tulang daun tengah.
Daun terlihat layu, kering, dan berwarna cokelat kekuning-kuningan
dan suhu optimum 30C.Penyakit ini disebabkan oleh
bakteriXanthomonas campestris. Bakteri ini dapat berkembang pada
suhu lebih dari 20C.Apabila serangannya hebat, daun berwarna kuning
seluruhnya dan akhirnya rontok. Berdasarkan literatur (Muhadjir,
2005) hama penyakit tanaman bawang merah sebagai berikut:: Ulat
Tanah (Agrotis ipsilon Hufn.)Larva ulat tanah aktif menyerang
tanaman bawang merah pada malam hari dengan cara memotong pangkal
batang tanaman muda. Sedangkan siang harinya larva ulat bersembunyi
di dalam celah-celah tanah, biasanya dengan posisi tubuh melingkar.
Hama Putih (Thrips tabaci Lind.)Siklus hidupthripsberlangsung
selama 3 minggu. Di daerah tropis, siklus hidup Thrips hanya
berlangsung selama 7-12 hari, sehingga dalam satu tahun dapat
mencapai 5-10 generasi. Setiap ekor Thrips betina dapat
menghasilkan telur sebanyak 80-120 butir selama hidupnya. Gejala
serangan dapat diamati pada daun muda atau pucuk daun. Nimfa dan
imago menyerang tanaman bawang merah dengan cara menghisap cairan
daun. Bagian tanaman terserang akan ternoda berwarna putih
mengkilap seperti perak, kemudian berubah menjadi kecoklatan
berbintik hitam.Ulat BawangUlat bawang tanaman bawang merah
adalahSpodoptera exiqua. Larva ulat bawang menyerang tanaman bawang
merah dengan cara membuat lubang pada daun bagian ujung, kemudian
masuk ke dalam daun dan memakan daun bagian dalam tetapi epidermis
bagian luar tetap dibiarkan, akibatnya daun tersebut tampak
bercak-bercak berwarna putih, apabila diterawang tembus cahaya.
kemasan.Penyakit tanaman bawang merah sebagai berikut:Layu
FusariumLayu Fusarium menyerang tanaman bawang merah pada bagian
dasar umbi lapis, sehingga pertumbuhan akar dan umbi bawang merah
terganggu. Gejala serangan dapat diamati secara visual, yaitu daun
menguning cenderung terpelintir, tanaman mudah dicabut karena akar
membusuk. Pada dasar umbi terlihat cendawan putih, sedangkan pada
umbi lapis jika dipotong membujur terlihat pembusukan yang berawal
dari dasar umbi kemudian meluas ke atas maupun ke samping.
NgelumprukPenyakit ini disebabkan oleh cendawanStemhylium
vesicarium (Wallr Simmons). Gejala serangan penyakit ngelumpruk
pada tanaman bawang merah adalah terdapat bercak kekuningan yang
tumbuh sangat banyak pada seluruh bagian tanaman. Bercak
CercosporaPenyakit ini disebabkan oleh cendawanCercospora duddidae
(Walles). Gejala serangan penyakit bercak Cercospora pada tanaman
bawang merah adalah terjadinya bercak klorosis pada ujung daun dan
sering tampak terpisah dengan infeksi pada pangkal batang. Daun
tampak belang-belang. Bercak klorosis berbentuk bulat berwarna
pucat dan bergaris tengah 3-5 mm. Pusat bercak berwarna cokelat
serta terdapat bintik-bintik yang merupakan konidiofora jamur.
Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisidansistemik.Bercak
AlternariaPenyakit ini disebabkan oleh cendawanAlternaria porri
(Ell.) Cif. Gejala serangan penyakit bercak Alternaria pada tanaman
bawang merah adalah adanya bercak pada daun dengan pusat bercak
berwarna ungu atau lebih gelap. Pada daerah tersebut dapat
ditemukan konidiofor yang mampu berkecambah membentuk konidiospora.
Penyakit bercak daun Alternaria porri dapat dikendalikan secara
kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang
bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim,
difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak, contoh bahan
aktif yang bisa digunakan adalah klorotalonil, azoksistrobin, atau
mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.Embun
BuluPenyakit ini disebabkan oleh cendawanPeronospora destructor
(Berk) Casp. Gejala serangan penyakit embun bulu pada tanaman
bawang merah terjadi pada awal pertumbuhan. Infeksi terlihat
terutama saat daun basah terkena embuh, terlihat warna putih
menyerupai bulu-bulu halus. Penyakit embun bulu dapat dikendalikan
secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif
yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim,
difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak, contoh bahan
aktif yang bisa digunakan adalah klorotalonil, azoksistrobin, atau
mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.AntraknosaAntraknosa pada tanaman bawang merah adalah
cendawanColletrotichum gloespoiroides Penz. Kerusakan tanaman
bawang merah akibar serangan penyakit antraknosa bisa mencapai
50-100%. Penyakit ini sangat berpotensi menimbulkan kegagalan.
Gejala serangan dapat dilihat secara fisiologis, tanaman mati
serentak secara cepat. Serangan awal ditandai adanya gejala bercak
putih pada daun, selanjutnya akan terbentuk lekukan ke dalam
(invag1nasi), berlubang dan patah karena terkuai tepat pada bercak
tersebut. Jika serangan berlanjut akan membentuk koloni konidia
berwarna merah muda, lalu berubah menjadi cokelat tua, dan akhirnya
menjadi kehitaman. Umbi akan membusuk serta daun mengering.
Penyakit antraknosa dapat dikendalikan secara kimiawi menggunakan
fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah
benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau
tebukonazol dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa
digunakan adalah klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozebMenurut
literatur rukmana (1998) Pemupukan ini dapat dilakukan pada umur
14-21 hari setelah tanam. Pupuk yang diberikan hanyalah Urea
sebanyak 200 kg/ha, caranya cukup ditunggal kurang lebih 10 cm dari
tanaman. Sedangkan dalam praktikum yang dilaksanakan dosis pupuk
yang ditentukan tanaman buncis adalah pupuk urea 30 gram, SP-36 =
60 gram dan KCL=30 gram untuk satu lahanMenurut literatur
Kumolontang (2008) adalah Pemberian pupuk organik ke dalam tanah
diharapkan dapat memicu terbentuknya berbagai komunitas mikroba.
Fenomena tersebut alamiah, seperti pada proses humifikasi atau
pengomposan serasah. Meskipun mengandung unsur hara yang rendah dan
lambat melapuk, bahan organik penting dalam : (1) menyediakan hara
makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si, (2)
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta (3) dapat
bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks,
sehingga ion logam yang meracuni tanaman atau menghambat penyediaan
hara seperti Al, Fe, dan Mn. Penggunaan pupuk organik secara
terus-menerus dalam rentang waktu tertentu akan menjadikan kualitas
tanah lebih baik dibandingkan pupuk anorganik. Sedangkan pada
praktikum yang dilaksanakan pemberian dosis pupuk tanaman bawang
merah adalah RA = 27 gram dan pupuk phonska = 53 gram.
DAFTAR PUSTAKAHarsono, 1997.Sowing Time and Fertilization
Effects on Groundnut after Maize on an Alfisol.Upland in Indonesia.
International Arachis New Letter. 17 (57-59)
Nugroho. W.H,1990.Statistical Analysis And Interpretasion At
Intercroping Research. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya .
MalangSyaiful A.S., A.Yassi, N. Rezkiani. 2011. Respon tumpangsari
tanaman jagung dan kacang hijau terhadap sistem olah tanah dan
pemberian pupuk organik. Jurnal Agronomika 1: 13-18.
Setyawati W, dan A.A Asandhi. 2003. Pengaruh sistem pertanaman
monokultur dan tumpangsari sayuran crucifera dan solanaceae
terhadap hasil da struktur dan fungsi komunitas artropoda. Jurnal
Hortikultura 13: 41-57.
Suwarto, S. Yahya, Handoko, dan M.A. Coizin. 2005. Kompetisi
tanaman jagung dan ubi kayu dalam sistem tumpangsari. Bulletin
Agron 33:1-7
Sukoco,Y.,Reintjes.Havertkort,dan Woker, 1992.Pertanian Masa
Depan.Kanisus. Yogyakarta.Warsana,2009.Introduksi Tanaman Tumpang
Sari Jagung Dengan Kacang Tanah. BPTP Jawa Tengah: Jawa Tengah