BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM DAN PANGANPengaruh Pemberian Berbagai
Dosis Pupuk Organik Cair Fermentasi Urine Sapi Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kacang Koro Pedang (Canavalia Ensiformis L) Di Susun Oleh
:
Kelompok II
NamaNIM
Ilham
Wati Ismail
Marwah
Mardia SataSahir20 54211 020
20 54211
20 54211
20 5421120 54211
AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
YAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS
2014
KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada waktunya.Adapun
judul dari laporan praktikum ini adalahPengaruh Pemberian Berbagai
Dosis Pupuk Organik Cair Fermentasi Urine Sapi Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kacang Koro Pedang (Canavalia Ensiformis L) yang merupakan
hasil praktikum lapangan mata kuliah budidaya tanaman semusim dan
pangan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian YAPIM Maros program studi
agroteknologi.Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepadadosen mata kuliah budidaya tanaman semusim dan pangan
selaku pembimbing selama praktikum. Ucapan terima kasih juga
penulis haturkan kepada teman-teman dan semua pihak yang telah
membantu selama proses praktikum dan dalam proses penyusunan
laporan praktikum ini.Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan
praktikum ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Maros, 31 Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL iKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUAN
1A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4C. Tujuan Praktikum 4D. Manfaat Praktikum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6A. Klasifikasi dan Morfologi kacang koro
pedang (Canavalia Ensiformis L) 6 B. Tinjauan Umum Penggunaan Urine
Sapi Sebagai Pupuk OrganikCair
8BAB III METODE PRAKTIKUM 12A. Tempat dan Waktu 12B. Alat dan
Bahan 12C. Metode Penelitian 13
D. Metode Kerja
13E. Analilis Data
15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16A. Hasil Pengamatan 16B.
Pembahasan
18BAB V PENUTUP
22A. Kesimpulan
22B. Saran 23
TINJAUAN PUSTAKA 24
Lampiran
25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman koro pedang telah lama dikenal di Indonesia, namun
kompetisi antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan
jarang ditanam dalam skala luas. Secara tradisional tanaman koro
pedang digunakan untuk pupuk hijau, polong muda, digunakan untuk
sayur (dimasak seperti irisan kacang buncis). Biji koro pedang
tidak dapat dimakan secara langsung karena akan menimbulkan rasa
pusing . Dari data Departemen Pertanian tahun 2013 di Indonesia,
tanaman koro pedang sudah dibudidayakan di Lampung, Jawa, Bali dan
Nusa Tenggara Barat. Prospek jangka panjang, kacang koro pedang
putih memiliki potensi sebagai sumber pangan alternatif karena koro
pedang mudah dibudidayakan dan ditumpangsarikan dengan ubi kayu,
jagung, sengon, kopi, coklat.
Indonesia memiliki kekayaan alam yang besar, baik kekayaan alam
hayati maupun non hayati. Sebagian sumber daya alam hayati seperti
tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme kurang bahkan belum
tereksplorasi. Salah satu contoh hijauan yang belum banyak
tereksplorasi adalah koro pedang berbiji putih (Canavalia
ensiformis). Secara botani tanaman koro pedang dibagi dua tipe,
yakni tipe tegak berbiji putih dengan nama Jackbean (Canavalia
ensiformis) dan tipe menjalar berbiji merah yang disebut Canavalia
gladiata (Sena et al., 2005). Tanaman koro pedang mampu bertahan
pada tanah suboptimal terutama lahan kering atau masam dan mudah
dibudidayakan secara tumpangsari maupun tunggal. Penanaman koro
pedang dilakukan menggunakan biji, biji diletakkan pada lubang
sedalam 10 15 cm atau disebar (Ditjen Tanaman Pangan,
2012).Pemupukan termasuk salah satu cara untuk meningkatkan jumlah
hara yang tersedia didalam tanah. Namun, penggunaan pupuk kimia
dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan tercemarnya kondisi
lingkungan. Selain itu penggunaan pupuk kimia juga dapat mengubah
sifat tanah menjadi keras (Sugito, 1999). Oleh karena itu perlu
adanya suatu pupuk yang ramah lingkungan. Pupuk hayati adalah pupuk
yang dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah serta
lingkungan, dengan demikian pupuk hayati merupakan solusi yang
sangat tepat. Selain itu, pupuk hayati dapat melindungi akar
tanaman dari serangan bakteri patogen, bisa mengurangi residu
pestisida sehingga menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi
tanaman (Yulipriyanto, 2010) dan dapat digunakan sebagai pelindung
tanaman dari logam berat (Sasli, 2004).Limbah peternakan umumnya
meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha
peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas, ataupun sisa
pakan. Limbah peternakan adalah semua buangan dari usaha peternakan
yang bersifat padat, cair dan gas, (Soehadji ,1992). Limbah padat
merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat
(kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan
ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau
berada dalam fase cair (air seni atau urine, air pencucian
alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk
gas atau berada dalam fase gas. .Urine sapi merupakan salah satu
limbah cair dari peternakan sapi. Pengelolaan limbah urine sapi
yang kurang baik akan menjadi masalah serius lingkungan peternakan
sapi perah. Selain menimbulkan bau tak sedap, keberadaan urine
ternak bisa mengganggu kesehatan masyarakat. Limbah urine api juga
merangsang lalat dan nyamuk untuk datang dan berkembang biak di
tempat timbunan limbah tersebut, akibatnya dapat menimbulkan
berbagai penyakit seperti disentri dan diare pada ternak itu
sendiri, juga pada manusia yang berada di sekitar peternakan
tersebut.
Keperluan tanaman akan pupuk sama halnya dengan keperluan
manusia dengan makanan. Memang selain pemupukan dari luar, tanah
sendiri telah menyediakan hara dan mineral yang cocok untuk
tanaman. Namun, dalam jangka panjang persediaan hara dalam tanah
makin berkurang. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan antara
penyerapan hara yang cepat dengan pembentukan hara yang lambat.
Oleh karena itu pemupukan merupakan suatu keharusan dalam sistem
pertanian yang intensif. Tanaman memerlukan pupuk alami (kandang)
dan pupuk buatan. Walaupun kadar hara pupuk kandang tidak sebesar
pupuk buatan, tetapi mempunyai kelebihan dapat memperbaiki sifat
tanah. Pengaruh pupuk kandang terhadap sifat tanah antara lain
adalah memudahkan penyerapan air hujan, memperbaiki kemampuan tanah
dalam mengikat air, mengurangi erosi, memberikan lingkungan tumbuh
yang baik bagi kecambah biji dan merupakan sumber unsur hara
tanaman. Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur dan lebih
mudah diolah. Kegunaan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk
buatan. Kandungan unsur hara dalam kotoran ternak yang penting
untuk tanaman antara lain unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), dan
kalium (K). Ketiga unsur inilah yang paling banyak dibutuhkan oleh
tanaman. Ketiga jenis unsur hara ini sangat penting diberikan
karena masing-masing memiliki fungsi yang sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman (Setiawan, 1998).B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk organik cair fermentasi
urine sapi terhadap pertumbuhan tinggi tanaman koro pedang dengan
tiga perlakuan pemberian pupuk.2. Bagaimana pengaruh pemberian
pupuk organik cair fermentasi urine sapi terhadap jumlah daun
tanaman koro pedang dengan tiga perlakuan pemberian pupuk.C. Tujuan
Praktikumberdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair
fermentasi urine sapi terhadap pertumbuhan tinggi tanaman koro
pedang dengan tiga perlakuan pemberian pupuk.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair
fermentasi urine sapi terhadap jumlah daun tanaman koro pedang
dengan tiga perlakuan pemberian pupuk.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan Morfologi Kacang Koro Pedang1. Klasifikasi
Koro Pedang (Canavalia Ensiformis L.)Canavalia ensiformis berasal
dari Amerika Selatan dan dapat ditemui di beberapa daerah di India,
Srilangka, Myanmar dan di Negara Asia Timur lainnya. Di Indonesia
banyak ditemukan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di Jawa
Tengah terkenal dengan nama : koro bedog, koro bendo, koro loke,
koro gogok, koro wedhung dan koro kaji. Sedang di Jawa Barat
dikenal dengan nama koro bakol (Handajani dan Atmaka, 1993).
Dalam dunia taksonomi, kacang koro diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom
: Plantae (tumbuhan).
Subkingdom
: Tracheobionta (tumbuhan yang berpembuluh).
Superdivisio
: Spermatophyta (tumbuhan yang menghasilkan biji).
Divisio
: magnoliophyta (tumbuhan dengan bunga).
Kelas
: Magnoliopsida (tumbuhan berkeping dua / dikotil).
Sub-kelas
: Rosidae.
Ordo
: Fabales.
Familia
: Fabaceae (suku polong-polongan).
Genus
: Canavalia.
Spesies
:Canavalia ensiformis L.2. Morfologi Koro Pedang (Canavalia
Ensiformis L.)Tanaman koro pedang (Canavalia ensiformis L.)
mempunyai bentuk daun trifoliat dengan panjang tangkai daun 7 10
cm, lebar daun sekitar 10 cm, tinggi tanaman dapat mencapai 1
meter. Bunga berwarna kuning, tumbuh pada ketiak / buku cabang.
Bunga termasuk bunga majemuk dan berbunga mulai umur 2 bulan hingga
umur 3 bulan. Polong dalam satu tangkai berkisar 1 3 polong, tetapi
umumnya 1 polong / tangkai. Panjang polong 30 cm dan lebar 3,5 cm,
polong muda berwarna hijau dan polong tua berwarna kuning jerami.
Biji berwarna putih dan tanaman koro dapat dipanen pada 9-12
bulan, namun terdapat varietas berumur genjah umur 4-6 bulan.
Secara botani tanaman koro pedang dapat dibedakan menjadi dua tipe
tanaman yaitu koro pedang yang tumbuh tegak dan berbiji putih
(Canavalia ensiformis L.) yang dikenal dengan nama jack bean dan
koro pedang yang tumbuh merambat dan berbiji merah (Canavalia
gladiate) yang dikenal dengan nama Sword bean (Anonim, 2008).
Tanaman koro pedang dapat tumbuh sampai ketinggian 2000 m d.p.l,
tumbuh baik pada suhu rata rata 14C 27C di lahan tadah hujan atau
12 32C di daerah tropik dataran rendah. Koro pedang dapat tumbuh
dan berbiji dengan baik pada lahan kering di musim kemarau karena
tanaman ini memiliki sitim perakaran yang kuat. Pertumbuhan tanaman
koro pedang akan optimal bila mendapatkan sinar matahari penuh,
namun pada kondisi ternaungi masih mampu menghasilkan biji dengan
baik. Hasil biji dari koro pedang berkisar antara 1 4,5 ton biji
kering/ha (Anonim, 2008), sedangkan produktivitas dari kacang tanah
adalah sebesar 1,7 ton/ha (BPS, 2013). Data ini menunjukkan bahwa
produktivitas dari koro pedang lebih tinggi dibandingkan dengan
kacang tanah, sehingga ketersediaannya sebagai bahan pangan akan
lebih terjamin jika terus dilakukan pengembangan.B. Tinjauan Umum
Penggunaan Urine Sapi Sebagai Pupuk Organik CairPupuk adalah
material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Menurut Setiawan (1998) dalam pembuatan
pupuk hal yang wajib diperhatikan adalah nilai unsur haranya. Unsur
hara yang paling dibutuhkan oleh tanaman antara lain unsur Nitrogen
(N), fosfor (P), dan kalium (K). ketiga unsur hara ini sangat
penting bagi perumbuhan tanaman.
Unsur nitrogen (N) terutama berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang, cabang,
dan daun. (Setiawan, 1998). Menurut Riadi (2007) sumber nitrogen
sangat mempengaruhi pola fermentasi. Mikroorganisme akan mampu
tumbuh dengan cepat dengan adanya unsur nitrogen dalam bentuk
organik dan beberapa membutuhkan unsur nitrogen yang absolut.
Unsur fosfor (P) bagi tanaman lebih banyak berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda. Berbagai
jenis protein tertentu memerlukan unsur fosfor sebagai bahan
mentahnya. Fosfor juga berfungsi untuk membantu asimilasi dan
pernafasan, sekaligus mempercepat pembuangan, pemasakan biji dan
buah (Setiawan, 1998).
Unsur kalium (K) membantu pembentukan protein dan karbohidrat.
Pemberian Kalium memperkuat tanaman sehingga daun, bunga, dan buah
tidak mudah mudah gugur. Selain itu, kalium juga membuat tanaman
tahan terhadap kekeringan dan penyakit (Setiawan, 1998).
Pupuk Cair Organik merupakan zat penyubur tanaman yang berasal
dari bahan-bahan organik dan berwujud cair. Bahan baku pupuk cair
yang sangat bagus yaitu bahan organik basah atau bahan organik yang
mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buah dan sisa
sayuran (wortel, labu, sawi,selada, kulit jeruk, pisang, durian,
kol). Semakin besar kandungan selulosa maka proses penguraian oleh
bakteri akan semakin lama. (Gundoyo, 2010).
Urine merupakan salah satu limbah cair yang dapat ditemukan di
tempat pemeliharaan hewan. Urine di bentuk di daerah ginjal setelah
dieliminasi dari tubuh melalui saluran kencing (urineary) dan
berasal dari metabolisme nitrogen dalam tubuh (urea, asam urat, dan
keratin)serta 90 % urine terdiri dari air. Urine yang dihasilkan
ternak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas ternak, suhu eksternal,
konsumsi air, musim dan lain sebagainya.Pupuk organik cair adalah
larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari
sisa tanaman, kotoran hewan (feses dan urine), dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur.Urine adalah zat-zat
yang disekresikan melalui ginjal, zat-zat yang didapat didalamnya
zat-zat makanan yang telah dicerna, diserap dan bahkan telah
dimetabolisme oleh sel-sel tubuh kemudian dikeluarkan melalui
ginjal dan saluran urine. Urine mempunyai zat pengatur tumbuh dan
mempunyai sifat penolak hama atau penyakit tanaman (Setiawan,
2010).Menurut Rahayu (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
untuk satu ekor sapi dengan bobot badan 400500 kg dapat
menghasilkan limbah padat dan cair sebesar 27,5-30 kg/ekor/hari.
Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau
dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut
dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang
berbentuk cairan atau berada dalam fase cair (urine). Sebagai
limbah organik yang mengandung lemak, protein dan karbohidrat,
apabila tidak cepat ditangani secara benar, maka kota-kota besar
tersebut akan tenggelam dalam timbunan sampah berbarengan dengan
segala dampak negatif yang ditimbulkannya seperti pencemaran air,
udara, dan sumber penyakit.Pupuk organik ramah lingkungan yang
diolah dari limbah ternak itu bisa memutus ketergantungan petani
terhadap pupuk urea atau pupuk kimia lainnya. Dari hasil penelitian
Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang, urine
sapi potong mengandung kadar nitrogen 36,90-37,31 %, fosfat
16,5-16,8 ppm, dan kalsium 0,67-1,27 %. Menurut Djoni, kandungan
nitrogen pada urine sapi potongsama dengan yang ada pada pupuk
SP36, yaitu 36 % nitrogen, atau tak beda jauh dengan kandungan
nitrogen pupuk urea, yakni 45 % (Zein, 2011).
Menurut Rachman (2004) pupuk kandang cair adalah pupuk yang baik
sebagai sumber hara tanaman.Melalui pengumpulan pupuk cair yang
baik, maka bahan ini merupakan sumber pupuk yang dapat digunakan
dengan harga murah. Kandungan hara yang terdapat pada kotoran
ternak cair dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Jumlah unsur hara kotoran ternak
cair.JenisNPKCaHgNaFeMnZnCuCr
Sapi1,10,50,91,10,80,25726344122206
Babi 1,71,40,83,80,50,2169250762451025
Ayam2,63,12,412,70,90,717585727248017
Sumber : Rachman, 2004.
Marsono dan Paulus Sigit (2002), melaporkan bahwa jenis dan
kandungan hara yang terdapat pada kotoran ternak cair dapat dilihat
pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan hara kotoran ternak cair. Nama
TernakKandungan hara (%)Kadar air (%)
NPK
Sapi
Sapi potong
Domba
Ayam
Kerbau1.00
1.50
1,35
1,00
1,000,50
0,13
0,05
0,80
0,150,50
1,80
2,10
0,40
1,5092
85
85
55
92
Sumber : Marsono dan Sigit, 2002
Berdasarkan dari segi fisiknya pupuk kandang cair memang lebih
bau dibandingkan pupuk kandang padat, namun, pupuk cair memiliki
berbagai keunggulan. Pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan tanaman.
Unsur-unsur itu terdiri dari nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium
(K).Nitrogen digunakan untuk pertumbuhan tunas dan batang dan daun.
Fosfor (P) digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar, buah, dan
biji. Sementara kalium (K) digunakan untuk meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap serangan hama dan penyakit (Setiawan, 2007).BAB
III
METODE PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di lahan praktek STPIER YAPIM Maros
di dusun Jawi-Jawi, tanggal 30 November 2014 sampai selesai.B. Alat
dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1. Alat
a. Cangkul
b. Ember
c. Alat semprot
d. Alat ukur
e. Alat tulis
2. Bahan
a. Bibit koro pedang
b. Air
c. Pupuk organik cair fermentasi urine sapi
C. Metode PenelitianPenelitian ini disusun dalam bentuk
rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 perlakuan, dan
masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan sehingga terdapat 9
unit percobaan yaitu :
M. 1 = Perlakuan tanaman kacang koro dengan pupuk cair
fermentasi urine sapi dengan dosis 100 % (50 cc per 10 liter air)M.
2 = Perlakuan tanaman kacang koro dengan pupuk cair fermentasi
urine sapi dengan dosis 50 % (25 cc per 10 liter air)M. 3 = Tanpa
perlakuanD. Metode Kerja
1. Persiapan Lahan
Kacang koro Pedang ini dapat ditanam dalam kondisi TOT atau yang
minimal pengolahan tanahnya namun persiapan lahan adalah upaya yg
dilakukan untuk mengkondisikan lahan agar dapat memberikan
pertumbuhan tanaman secara optimal :
a. Pembersihan gulma pengganggu.b. Pembongkaran lahan.c.
Pembuatan bidang olah dengan cara penghancuran bongkahan tanah
menjadi bongkahan kecil.d. Pembuatan bedeng (untuk tanah datar)
dengan ukuran lebar 120 x pajang menyesuaikan, pembuatan saluran
draenase lebar 40 cm.e. Pemberian pupuk dasar (pupuk kompos).2.
Penanaman
a. Pilih benih yang berkualitas
b. Rendam benih selama 2 -3 jam.c. Buat deretan penanaman dengan
tali untuk meluruskan barisan
d. Tugal bidang tanam sedalam kira kira 3-4 cm, dengan jarak 80
cm x 100 cm, Setiap lubang diisi dengan satu biji benih, dan
diupayakan mata lembaga menghadap kebawah, tutup kembali lubang
dengan kompos, jangan dipadatkan.3. Pemupukana. Pemberian pupuk
dasar (pupuk Kompos).b. Tutup lubang tugalan yang sudah diisi benih
saat tanam dengan pupuk kompos.c. Pemupukan dilakukan dengan tiga
perlakuan.d. Pemupukan dengan pupuk cair dengan dosis 100 %
diberikan pada barisan tanaman pertama.e. Pemupukan dengan pupuk
cair dengan dosis 50 % diberikan pada barisan tanaman kedua.f. Pada
barisan ketiga pemberian pupuk tidak dilakukan atau tanpa
perlakuan.g. Pemberian pupuk dilakukan setiap satu minggu sekali.h.
Pemberian pupuk pada tanaman dilakukan dengan cara organik tanpa
pemberian pupuk kimiawi.4. Pengamatan dan Pengukuran
Pengamatan dan pengukuran dilakukan setiap seminggu sekali dan
dilakukan pengukuran tinggi tanaman dan banyaknya jumlah daun.
E. Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisa berdasarkan rancangan acak
kelompok (RAK). Apabila hasil analisa penelitian menunjukkan
signifikan maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BTN)
pada taraf a = 0,05.BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tinggi Tanaman
Hasil pengamatan tinggi tanaman dan sidik ragamnya pada bulan
kedua masa tumbuh di sajikan pada Tabel Lampiran 1 a 1 b, 2 a 2 b,
dan 3 a 3 b. Sidik ragam hasil pengamatan menunjukkan bahwa tinggi
tanaman pada umur tanaman 37, 44, dan 51 hari setelah tanam
berpengaruh nyata, untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada gambar
berikut :
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman
pada umur 37, 44, dan 51 hari setelah tanam mengalami pertumbuhan
yang signifikan setiap minggunya, yang tertinggi diperlihatkan pada
perlakuan M1 dengan dosis 100 % pupuk cair dengan rata-rata tinggi
pertumbuhan sebesar 118,33 cm pada umur 37 hari, rata-rata
pertumbuhan tanaman sebesar 139,33 cm pada umur 44 hari, dan
rata-rata pertumbuhan tanaman sebesar 187,67 cm pada umur 51
hari.
Dari gambar di atas dapat diamati bahwa pemberian pupuk cair
fermentasi urine sapi memberikan efek pertumbuhan yang signifikan
sedangkan pada pemberian dosis pupuk cair urine sapi 50 % efek
pertumbuhan tidak terlalu nyata, dan pada perlakuan tanpa pemberian
pupuk cair (kontrol) efek pertumbuhan terbilang lambat.2. Jumlah
DaunHasil pengamatan jumlah daun tanaman dan sidik ragamnya pada
bulan kedua masa tumbuh di sajikan pada Tabel Lampiran 4 a 4 b, 5 a
5 b, dan 6 a 6 b. Sidik ragam hasil pengamatan menunjukkan bahwa
jumlah daun tanaman pada umur tanaman 37, 44, dan 51 hari setelah
tanam berpengaruh nyata, untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada
gambar berikut :
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah daun
tanaman pada umur 37, 44, dan 51 hari setelah tanam mengalami
pertumbuhan yang signifikan setiap minggunya, yang terbanyak
diperlihatkan pada perlakuan M1 dengan dosis 100 % pupuk cair
dengan rata-rata jumlah daun sebesar 89,00 helai pada umur 37 hari,
rata-rata jumlah daun sebesar 112,00 helai pada umur 44 hari, dan
rata-rata jumlah daun sebesar 147,00 helai pada umur 51 hari.
Dari gambar di atas dapat diamati bahwa pemberian pupuk cair
fermentasi urine sapi memberikan efek pertumbuhan yang signifikan
sedangkang pada pemberian dosis pupuk cair urine sapi 50 % efek
pertumbuhan tidak terlalu nyata, dan pada perlakuan tanpa pemberian
pupuk cair (kontrol) efek pertumbuhan terbilang lambat.B.
Pembahasan
Dari hasil analisa data secara statistik diperoleh bahwa
perlakuan dengan menggunakan urine sapi memberikan pengaruh yang
nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman.
Hal ini diduga karena pada fase pertumbuhan tanaman unsur hara yang
terdapat pada urine sapi sudah tersedia bagi tanaman, sehingga
unsur unsur yang ada seperti N, P dan K dapat diserap oleh tanaman.
Unsur N, P dan K berperan penting dalam proses pertumbuhan tanaman.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Lingga dan Marsono (2004) yang
menyatakan bahwa peranan utama dari Nitrogen adalah untuk
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan bagian tanaman khususnya
batang, cabang dan daun tanaman.Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa perlakuan dengan Pupuk organik cair urine sapi
dengan dosis 100 % (50 cc per 10 liter air) menghasilkan
pertumbuhan vegetatif yang lebih baik dalam hal tinggi tanaman dan
jumlah daun yang lebih banyak pada tanaman kacang koro. Hal ini
diduga disebabkan karena kandungan yang dimiliki oleh pupuk organik
cair urine sapi yang digunakan, kotoran sapi yang dijadikan bahan
utama untuk pupuk organik cair memiliki keragaman bahan-bahan
makanan yang lebih tinggi, selain itu kotoran sapi (feses) telah
bercampur dengan urine sapi yang melalui proses fermentasi akan
menghasilkan hormon IAA yang merupakan hormon jenis auksin. Hormon
inilah yang memberikan respon bagi perkembangan sel-sel untuk
kepentingan pertumbuhan, sehingga hasil menunjukkan bahwa tinggi
tanaman dan jumlah daun yang diperoleh dari penggunaan pupuk
organik cair urine sapi adalah yang terbaik. Mengenai kandungan
hormon IAA pada urine sapi tersebut disebutkan oleh Solikun dan
Masdiko (2005), bahwa fermentasi urine sapi secara ilmiah
mengandung zat pengatur tumbuh yaitu auksin golongan IAA. Sedangkan
mekanisme kerja hormon tersebut dijelaskan oleh Abidin (1992),
bahwa auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi
pengendoran/pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu
yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke
dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga
memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa
penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air
yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus
tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan
sitoplasma. Hasil yang menunjukkan jumlah daun yang terbaik oleh
perlakuan pupuk organik cair urine sapi, hal ini berhubungan dengan
pertumbuhan batang atau tinggi tanaman dimana batang tersusun dari
ruas yang merentang diantara buku-buku batang tempat melekatnya
daun. Jumlah buku dan ruas sama dengan jumlah daun. Sehingga dengan
bertambah panjangnya batang akan menyebabkan jumlah daun yang
terbentuk juga semakin banyak. Pemanjangan batang (pertumbuhan
tinggi tanaman) terjadi sebagai akibat dari pemanjangan dan
pertambahan ruas pada batang. Pemanjangan ruas terjadi karena
adanya aktivitas pembelahan sel yang pada akhirnya menyebabkan
pertambahan jumlah sel. Proses ini tidak lepas dari aktivitas
fisiologi dalam tubuh tanaman yang dipengaruhi oleh adanya pengaruh
hormon yang diberikan tubuh tanaman. Seperti yang dikemukakan oleh
Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi batang
terjadi di dalam meristem interkalar dari ruas. Ruas itu memanjang
sebagai akibat meningkatnya jumlah sel dan terutama karena adanya
pemanjangan sel yang dapat menyebabkan peningkatan sampai 25 cm
atau lebih. Pertumbuhan karena pembelahan sel terjadi pada dasar
ruas (interkalar). Selain hormon yang dikandung oleh pupuk organik
cair urine sapi yang dapat memacu pertumbuhan tanaman, unsur hara
yang dikandungnya juga mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman.
Pupuk organik cair urine sapi mengandung unsur N, P, K yang lebih
tinggi dibanding pupuk organik cair lainnya tetapi masih lebih
rendah bila dibanding pupuk organik cair ayam. Diduga yang
menyebabkan hasil tinggi tanaman dan jumlah daun yang lebih tinggi
pada perlakuan pupuk organik cair urine sapi dibanding perlakuan
lainnya oleh karena unsur hara yang dikandungnya juga lebih tinggi,
terutama pengaruh unsur N yang lebih tinggi, dimana unsur N
merupakan unsur yang penting untuk pertumbuhan vegetatif tanaman.
Nitrogen merupakan penyusun protein dan protein merupakan penyusun
utama protoplasma yang berfungsi sebagai pusat proses metabolisme
dalam tanaman yang selanjutnya akan memacu pembelahan dan
pemanjangan sel tanaman. Selain unsur hara makro pupuk organik cair
juga mengandung unsur hara mikro yang juga menyebabkan terpacunya
pembelahan sel. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh
Indrakusuma (2000) dan Salisbury & Ross (1995) menyatakan bahwa
pupuk organik cair selain mengandung nitrogen yang menyusun dari
semua protein, asam nukleat dan klorofil juga mengandung unsur hara
mikro antara lain unsur Mn, Zn, Fe, S, B, Ca dan Mg. Unsur hara
mikro tersebut berperan sebagai katalisator dalam proses sintesis
protein dan pembentukan klorofil. Seperti halnya juga yang
dikemukakan oleh Poerwowidodo (1992) bahwa protein merupakan
penyusun utama protoplasma yang berfungsi sebagai pusat proses
metabolisme dalam tanaman yang selanjutnya akan memacu pembelahan
dan pemanjangan sel. Unsur hara nitrogen dan unsur hara mikro
tersebut berperan sebagai penyusun klorofil sehingga meningkatkan
aktivitas fotosintesis tersebut akan menghasilkan fotosintat yang
mengakibatkan perkembangan pada jaringan meristematis daun.BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan1. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh
nyata terhadap tiga perlakuan yang diberikan pada tanaman kacang
koro pedang dengan pengamatan tinggi tanaman, dan jumlah daun.
Pengaruh sangat nyata terlihat pada perlakuan dengan dosis 100 %
(50 cc per 10 liter air) dengan rata-rata tinggi pertumbuhan
sebesar 118,33 cm pada umur 37 hari, rata-rata pertumbuhan tanaman
sebesar 139,33 cm pada umur 44 hari, dan rata-rata pertumbuhan
tanaman sebesar 187,67 cm pada umur 51 hari. Sedangkan pada
pemberian dosis pupuk cair urine sapi 50 % efek pertumbuhan tidak
terlalu nyata, dan pada perlakuan tanpa pemberian pupuk cair
(kontrol) efek pertumbuhan terbilang lambat. 2. Pengaruh pemberian
pupuk cair fermentasi urine sapi pada pertumbuhan rata-rata jumlah
daun tanaman pada umur 37, 44, dan 51 hari setelah tanam mengalami
pertumbuhan yang signifikan setiap minggunya, yang terbanyak
diperlihatkan pada perlakuan M1 dengan dosis 100 % pupuk cair
dengan rata-rata jumlah daun sebesar 89,00 helai pada umur 37 hari,
rata-rata jumlah daun sebesar 112,00 helai pada umur 44 hari, dan
rata-rata jumlah daun sebesar 147,00 helai pada umur 51 hari.
Sedangkan pada pemberian dosis pupuk cair urine sapi 50 % efek
pertumbuhan tidak terlalu nyata, dan pada perlakuan tanpa pemberian
pupuk cair (kontrol) efek pertumbuhan terbilang lambat.B. Saran
Disarankan pada saat membudidayakan tanaman kacang koro sebaiknya
penanaman kacang koro diperhatikan dalam waktu penanaman agar
mengurangi kematianserta mengaplikasikan pupuk cair fermentasi
urine sapi urine sapi, karena dapat mengurangi serangan hama dan
penyakit.DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Tanaman Pangan. 2012. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi
Kacang Tanah, Kacang Hijau dan Aneka Kacang Tahun 2012.
Sasli, I. 2004. Citing ComputerReferences; Peranan Mikoriza
Vesikula Arbuskular (MVA) dalam Peningkatan Resistensi Tanaman
Terhadap Cekaman Kekeringan. http://www.google.co.id/iwan+sasli
Sugito, Y., 1999, Ekologi Tanaman: Pengaruh Factor Lingkungan
Terhadap Pertumbuhan Tanaman dan Beberapa aspeknya, UB Press.
Malang.
Yulipriyanto, H., 2010, Biologi Tanah dan Strategi
Pengelolaannya, Graha Ilmu, Yogyakarta
Solikun dan Masdiko, 2005.
(Http://www.kompas.com/kompas-cetak/0201/10/jatim/urine28
Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar
Swadaya.Jakarta. Hlm 4.
Abidin, 1992. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Angkasa,
Bandung.
Gardner, F. P., R. B. Pearce and R. L. Mitchell, 1991.
Physiology of Crop Plants (Fisiologi Tanaman Budidaya, Alih Bahasa
oleh Susilo). UI Press, Jakarta.
Indrakusuma, 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam
Lestari. PT Surya Pratama Alam, Yogyakarta.
Salisbury, B. F. dan C. C.W Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan.
Jilid 3 ITB, Bandung.Poerwowidodo, 1992. Telaah KesuburanTanah.
Penerbit Angkasa,
Bandung.http://www.academia.edu/3554393/Efisiensi_Konversi_Energi_NKL_dan_Status_NPK_Pertanaman_Koro_Pedang_Berbiji_Putih_Canavalia_ensiformis_dan_Jagung_Zea_mays_pada_Pertanaman_Tumpangsari_Makalah_Kolokium_
http://yepiaddianto.blogspot.com/2012/01/mengenal-kacang-koro-dan-manfaat
yang.htmljurnalkampus.stipfarming.ac.id/index.php/am/article/download/92/94
www.pustaka.ut.ac.id/pdftesis/40734.pdf
eprints.uns.ac.id/10070/1/111690803201011191.pdf
download.portalgaruda.org/article.php?article=17997&val=1125
repository.unhas.ac.id/bitstream/.../SKRIPSI%20ANDI%20SUCIATI.pdfe-journal.uajy.ac.id/1715/3/2BL00917.pdf
repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6054/alditha.docx?eprints.undip.ac.id/42243/1/JURNAL.docxhttp://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0064cfe0e9cfeb14c69b7f0662b4772a.pdfLAMPIRAN
Tabel lampiran 1 a. Pertambahan Tinggi Tanaman Kacang Koro
Pedang Pada Umur 37 hari setelah tanam.Tinggi Tanaman Umur 37
hst
perlakuankelompoktotalrata"
123
M 1113118124355118.33
M 2100909728795.67
M 368706720568.33
Total281278288847282.33
Tabel lampiran 1 b. Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Tanaman
Kacang Koro Pedang Pada Umur 37 hari setelah tanam
Sidik Ragam Umur 37 hst
skdbjkktfhitf tabel
0.050.01
perlakuan 23760.891880.4431.87**5.1410.92
acak6118.0019.67
total83878.89
Kk = 0.02
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
Tabel lampiran 2 a. Pertambahan Tinggi Tanaman Kacang Koro
Pedang Pada Umur 44 hari setelah tanam.Tinggi Tanaman Umur 44
hst
perlakuankelompoktotalrata"
123
M 1135139144418139.33
M 2135110129374124.67
M 381858224882.67
Total3513343551040346.67
Tabel lampiran 2 b. Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Tanaman
Kacang Koro Pedang Pada Umur 44 hari setelah tanam
Sidik Ragam Umur 44 hst
skdbjkktfhitf tabel
0.050.01
perlakuan 25190.222595.1113.31**5.1410.92
acak6390.0065.00
total85580.22
Kk = 0.02
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
Tabel lampiran 3 a. Pertambahan Tinggi Tanaman Kacang Koro
Pedang Pada Umur 51 hari setelah tanam.Tinggi Tanaman Umur 51
hst
perlakuankelompoktotalrata"
123
M 1185188190563187.67
M 2172150161483161.00
M 3128119125372124.00
Total4854574761418472.67
Tabel lampiran 3 b. Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Tanaman
Kacang Koro Pedang Pada Umur 51 hari setelah tanam
Sidik Ragam Umur 51 hst
skdbjkktfhitf tabel
0.050.01
perlakuan 26133.563066.7820.67**5.1410.92
acak6296.6749.44
total86430.22
Kk = 0.01
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
Tabel lampiran 4 a. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Kacang Koro
Pedang Pada Umur 37 hari setelah tanam.
Jumlah Daun Umur 37 hst
perlakuankelompoktotalrata"
123
M 186909126789.00
M 270757722274.00
M 353565716655.33
Total209221225655218.33
Tabel lampiran 4 b. Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun Tanaman
Kacang Koro Pedang Pada Umur 37 hari setelah tanam
Sidik Ragam Umur 37 hst
skdbjkktfhitf tabel
0.050.01
perlakuan 21706.89853.4435.07**5.1410.92
acak648.678.11
total81755.56
Kk = 0.01
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
Tabel lampiran 5 a. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Kacang Koro
Pedang Pada Umur 44 hari setelah tanam.
Jumlah Daun Umur 44 hst
perlakuankelompoktotalrata"
123
M 1109110117336112.00
M 281859125785.67
M 370727922173.67
Total260267287814271.33
Tabel lampiran 5 b. Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun Tanaman
Kacang Koro Pedang Pada Umur 44 hari setelah tanam
Sidik Ragam Umur 44 hst
skdbjkktfhitf tabel
0.050.01
perlakuan 22306.891153.4417.30**5.1410.92
acak6133.3322.22
total82440.22
Kk = 0.02
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
Tabel lampiran 6 a. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Kacang Koro
Pedang Pada Umur 51 hari setelah tanam.
Jumlah Daun Umur 51 hst
perlakuankelompoktotalrata"
123
M 1139145157441147.00
M 2119126134379126.33
M 398101109308102.67
Total3563724001128376.00
Tabel lampiran 6 b. Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun Tanaman
Kacang Koro Pedang Pada Umur 51 hari setelah tanam
Sidik Ragam Umur 51 hst
skdbjkktfhitf tabel
0.050.01
perlakuan 22952.671476.338.55tn5.1410.92
acak6345.3357.56
total83298.00
Kk = 0.02
Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata
1