Page 1
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
ABSTRACT
Reasons for choosing Kel. Dannuang as a study location and onion demonstration plot
because as a tourist route: Bira, Appalarang, Lemo-Lemo, Panraluwu, Pejanggo, Semboang
tourism and also as a Coastal area which has a large enough land potential that has been used
for planting onions and this location very in accordance with the terms of growing shallots.
Research is using methods Demonstration Plot ( demonstration ) cultivation of onions
red region of the environment coast , as a pilot development models of business , from one of
the studies availability Food Healthy Families in the area of coastal with technology -friendly
environment . by using the Cross Sectional approach :
1. To find out the level of availability of household healthy food in coastal areas
2. Coastal land management with the concept of environmentally friendly to the environment
of coastal communities, it takes a touch of sandy land management can save water with
other media, organic fertilizer that is in accordance berebes variety with an acceptance
level of Rp. 92,400,000.
Onion cultivation techniques with the concept of environmentally friendly in the coastal
environment, for the use of keritis land which has not been productive net income received
by shallots farmers of Rp. 51,110,178.50. And followed by an environmentally friendly
technology test where the B / C Ratio = 1.2378 this figure implies that shallots are very
feasible to be developed for business actors and / or very economically damaging to
business actors. Then the R / C ratio = 2.2378 means that the onion is very profitable in
terms of revenue. Keywords: demonstration plot of shallot farming in the coastal area.
LAPORAN AKHIR i
Page 2
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
ABSTRACT
Alasan dipilihnya Dusun Parangjalling Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe
sebagai lokasi kajian dan demplot bawang merah karena sebagai jalur wisata : wisata Bira,
Appalarang, Lemo-Lemo, Panraluwu, Pejanggo, Semboang dan sekaligus sebagai daerah
pesisir yang memiliki potensi lahan yang cukup luas yang belum pernah dimanfaatkan untuk
ditanami bawang merah dan lokasi ini sangat sesuai dengan syarat tumbuh pertumbuhan
bawang merah.
Penelitian ini menggunakan metode Demonstration Plot (demplot) budidaya bawang
merah diwilayah lingkungan pesisir, sebagai percontohan pengembangan model usaha, dari
salah satu kajian Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada daerah pesisir dengan teknologi
ramah lingkungan. dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional.
Adapun tujuan kajian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat ketersediaan pangan sehat rumah tangga di daerah pesisir
2. Pengelolaan lahan daerah pesisir dengan konsep ramah lingkungan terhadap
lingkungan masyarakat pesisir, dibutuhkan sentuhan tata kelola lahan yang berpasir
dapat menyimpan air dengan media lain, pupuk organik yang sesui Tingkat produksi
bawang merah di Dusun Parangjalling Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe
petani bawang merah adalah sebesar 9,24 ton/ha dengan menggunakan varietas
berebes dengan tingkat penerimaan sebesar Rp. 92.400.000.
LAPORAN AKHIR i
Page 3
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan
Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019 Balitbangda
2019
3. Teknis budidaya bawang merah dengan konsep ramah lingkungan pesisir, untuk
pemanfaatan lahan keritis yang selama ini tidak produktif dendan pendapatan bersih
diterima petani bawang merah sebesar Rp. 51.110.178,50. Dan dilanjutkan dengan uji
teknologi ramah lingkungan dimana B/C Rasio = 1,2378 angka ini mengandung
pengertian bahwa bawang merah sangat layak dikembangkan bagi pelaku usaha dan
atau sangat menguntungkam secara ekonomis bagi pelaku usaha. Kemudian R/C
Rasio = 2,2378 artinya bahwa bawang merah sangat menguntungkan dari segi
penerimaan.
Kata kunci : demplot usaha tani bawang merah di daerah pesisir.
LAPORAN AKHIR i
Page 4
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
SUMMARY
Food is a very human need, both in terms of quantity and quality . safe, quality and
nutritious food that is adequately available and affordable by the people's purchasing power .
In order for safe food to be adequately available, efforts should be made to establish a food
system that is able to provide protection to the community .
Adequate availability of healthy food is very important to meet the nutritional needs
of family members . There is an increase in income of coastal communities before and after
cultivation of shallots, where this increase in income has an impact on the purchasing power
of coastal communities in terms of providing healthy food . Healthy food is a very basic
human need because it affects the existence and endurance of life, both in terms of quantity
and quality.
Considering the high level of importance, basically food is one of the basic human
needs that is fully the basic right of every Indonesian people. The availability of adequate,
safe, quality and nutritious food is the main prerequisite that must be fulfilled in the effort to
realize dignified and dignified human beings as well as quality human resources. Human
resources are the most important element and at the same time the main goal of national
development because qualified human resources are the determining factor for the success of
development which in the end is able to improve the welfare and standard of living of the
community and can reduce or alleviate poverty. Food nutrition is a substance or compound
contained in food consisting of
LAPORAN AKHIR ii
Page 5
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
carbohydrates, proteins, fats, vitamins and minerals and their derivatives which are beneficial
for human growth and health . In meeting the recommended nutritional adequacy rate for the
Indonesian people, it is the average daily nutrient for all people according to age group,
gender,
body size, body activities to achieve optimal health status. For the average energy and
protein adequacy for the Indonesian population, each is 2150 kilo calories and 57 grams per
person per day at the consumption level.
In connection with the foregoing the availability of healthy family food in coastal
areas with environmentally friendly technology in the cultivation of shallots through onion
demplots.
Demonstration plot (demonstration plot) is a method of agricultural extension to the
patani, by making a demonstration plot, so farmers can see and prove the object being
demonstrated. The level of production is determined by the type of soil, the type of
technology used, the level of production is measured in units of area per hectare. Then the
types of plants that are planted. The amount of production can be measured by taking the
fabric. How to take tiles for 1 mx 1 m and or 2.5 mx 2.5 m shallots and the results are
converted into hectares. The results of tile onion is as follows: I = 1.22 kg / m 2 , II = 1.42 kg /
m 2 , III = 1.32 kg / m 2 Total 3,960 Kg / m 2 .................. ... ..3,960 Kg / m 2 /3 = 1,320 kg / m
2 , 1,320x10.000 = 13,200 Kg / Ha . From the results of this weaving 30% = 13,200 x 30% =
3,960 kg / ha , 13,200 kg / ha - 3,960 kg / ha = 9,240 kg / ha . So the net yield after being
reduced by 30% beds = 9,240 kg / ha / harvest.
LAPORAN AKHIR ii
Page 6
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
Acceptance of a farming activity can be measured by using the formula: P enerimaan
(p) = productivity x number of market prices . Based on the results of the above above the
average yields reached 3 tiles after deducting 30% of the beds = 9420xRp. 10,000 / kg = Rp.
92,400,000 . The amount of revenue from shallot farming in Parangjalling Hamlet, Dannuang
Sub-district, Ujung Loe District is Rp. 92,400,000 . Farming is the study of the unity of
natural organizations, capital labor and management to obtain agricultural production, for the
benefit thereof.
Net income received by farmers through farming of onion amounting Rp.
51,110,178.50 / Ha / harvest. In connection with the foregoing, in addition to measuring net
income, it is also necessary to further analyze it using the environmental rama technology test
and if the R / C ratio and B / C ratio> 1 means that it is beneficial for business actors.
Analysis of R / c - ratio = 2,2378> 1 means that every sacrifice of 1 rupiah will benefit in
terms of revenue. While the B / C - ratio = 1.2378 > 1 means that every cost issued is 1
rupiah, then an economic profit is obtained s = 1.2378 for the onion farmers.
LAPORAN AKHIR ii
Page 7
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
RINGKASAN
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat, baik dipandang dari segi
kuantitas dan kualitasnya. pangan yang aman, bermutu dan bergizi tersedia secara memadai
serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Agar pangan yang aman tersedia secara memadai,
perlu diupayakan terwujudnya suatu sistem pangan yang mampu memberikan perlindungan
kepada masyarakat.
Kecukupan ketersediaan pangan sehat sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi
anggota keluarga. Terdapat peningkatan pendapatan masyarakat pesisir sebelum dan sesudah
dilakukan budidaya bawang merah, dimana peningkatan pendapatan ini berdampak terhadap
kemampuan daya beli masyarakat pesisir dalam hal penyediaan pangan sehat. Pangan sehat
merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi
dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari segi kuantitas dan kualitasnya.
Mengingat kadar kepentingan yang demikian tinggi, pada dasarnya pangan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sepenuhnya menjadi hak asasi setiap
rakyat Indonesia. Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi merupakan
prasyarat utama yang harus terpenuhi dalam upaya mewujudkan insan yang berharkat dan
bermartabat serta sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia merupakan
unsur terpenting dan sekaligus tujuan utama pembangunan nasional karena sumber daya
manusia yang berkualitas merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan yang pada
akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat serta dapat
mengurangi atau mengentaskan kemiskinan.
LAPORAN AKHIR Iii
Page 8
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
RINGKASAN
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat, baik dipandang dari segi
kuantitas dan kualitasnya. pangan yang aman, bermutu dan bergizi tersedia secara memadai
serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Agar pangan yang aman tersedia secara memadai,
perlu diupayakan terwujudnya suatu sistem pangan yang mampu memberikan perlindungan
kepada masyarakat.
Kecukupan ketersediaan pangan sehat sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi
anggota keluarga. Terdapat peningkatan pendapatan masyarakat pesisir sebelum dan sesudah
dilakukan budidaya bawang merah, dimana peningkatan pendapatan ini berdampak terhadap
kemampuan daya beli masyarakat pesisir dalam hal penyediaan pangan sehat.Pangan sehat
merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi
dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari segi kuantitas dan kualitasnya.
Mengingat kadar kepentingan yang demikian tinggi, pada dasarnya pangan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sepenuhnya menjadi hak asasi setiap
rakyat Indonesia. Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi merupakan
prasyarat utama yang harus terpenuhi dalam upaya mewujudkan insan yang berharkat dan
bermartabat serta sumber daya manusia yang berkualitas.Sumber daya manusia merupakan
unsur terpenting dan sekaligus tujuan utama pembangunan nasional karena sumber daya
manusia yang berkualitas merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan yang pada
akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat serta dapat
mengurangi atau mengentaska kemiskinan.
LAPORAN AKHIR Iii
Page 9
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
RINGKASAN
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat, baik dipandang dari segi
kuantitas dan kualitasnya. pangan yang aman, bermutu dan bergizi tersedia secara memadai
serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Agar pangan yang aman tersedia secara memadai,
perlu diupayakan terwujudnya suatu sistem pangan yang mampu memberikan perlindungan
kepada masyarakat.
Kecukupan ketersediaan pangan sehat sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi
anggota keluarga. Terdapat peningkatan pendapatan masyarakat pesisir sebelum dan sesudah
dilakukan budidaya bawang merah, dimana peningkatan pendapatan ini berdampak terhadap
kemampuan daya beli masyarakat pesisir dalam hal penyediaan pangan sehat.Pangan sehat
merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi
dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari segi kuantitas dan kualitasnya.
Mengingat kadar kepentingan yang demikian tinggi, pada dasarnya pangan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sepenuhnya menjadi hak asasi setiap
rakyat Indonesia. Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi merupakan
prasyarat utama yang harus terpenuhi dalam upaya mewujudkan insan yang berharkat dan
bermartabat serta sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia merupakan
unsur terpenting dan sekaligus tujuan utama pembangunan nasional karena sumber daya
manusia yang berkualitas merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan yang pada
akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat serta dapat
mengurangi atau mengentaskan kemiskinan.
LAPORAN AKHIR iii
Page 10
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi
pertumbuhan dan kesehatan manusia. Dalam memenuhi Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan bagi Bangsa Indonesia adalah rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang
menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktifitas tubuh untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Untuk rata-rata kecukupan energy dan protein bagi penduduk
Indonesia masing masing sebesar 2150 kilo kalori dan 57 gram perorang perhari pada tingkat
konsumsi.
Sekaitan dengan hal tersebut diatas ketersediaan pangan sehat keluarga di daerah
peisisr dengan teknologi ramah lingkungan pada budidaya bawang merah melalui demplot
bawang merah.
Demplot (demostrasi plot) adalah merupakan suatu metode penyuluhan pertanian
kepada patani, dengan cara membuat lahan percontohan, agar petani bisa melihat dan
membuktikan objek yang di demostrasikan. Tingkat produksi ditentukan oleh jenis tanah,
jenis teknologi yang digunakan, tingkat produksi diukur dengan satuan luas perhektar.
Kemudian jenis tanaman yang ditanam. Jumlah produksi dapat diukur dengan cara
pengambilan ubinan. Cara mengambil ubinan untuk bawang merah seluas 1 m x 1 m dan atau
2,5 mx 2,5 m dan hasilnya dikonfersi kehektar. Adapun hasil ubinan bawang merah adalah
sebagai berikut : I = 1,22 Kg/m2, II = 1,42 Kg/m2, III = 1,32 Kg / m2 Jumlah 3,960
Kg/m2…………………..3,960 Kg/m2 /3 = 1,320 Kg/m2 , 1,320x10.000 = 13.200 Kg/Ha.
Dari hasil ubinan ini dikurangi 30% = 13.200 x 30% = 3.960 Kg/Ha,
LAPORAN AKHIR iii
Page 11
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
13.200 Kg/Ha – 3.960 Kg/Ha = 9.240 Kg/ Ha. Jadi hasil bersih setelah dikurangi
30% bedengan = 9.240 Kg/Ha/panen.
Penerimaan suatu kegiatan usaha tani dapat diukur dengan menggunakan rumus :
Penerimaan (p) = jumlah produktifitas x harga pasar. Berdasarkan hasil ubinan diatas rata-
rata produksi yang capai dari 3 ubinan setelah dikurangi 30% bedengan = 9420xRp.
10.000/kg = Rp. 92.400.000. Adapun jumlah penerimaan usaha tani bawang merah di Dusun
Parangjalling Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe adalah sebesar Rp. 92.400.000.
Usaha tani adalah ilmu yang mempelajari persatuan organisasi alam, tenaga kerja modal dan
pengelolaan untuk mendapatkan produksi lapangan pertanian, untuk keuntungan daripadanya.
Pendapatan bersih yang diterima petani melalui usaha tani bawang merah sebesar Rp.
51.110.178,50/Ha/panen. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka selain mengukur
pendapatan bersih maka perlu pula dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan uji teknologi
rama lingkungan dan apabila R/C rasio dan B/C rasio > 1 berarti menguntungkan bagi pelaku
usaha. Analisis R/c – rasio = 2,2378 >1 artinya setiap korbanan 1 rupiah maka
menguntungan dari segi penerimaan. Sedangkan B/C – rasio = 1,2378 > 1 artinya setiap
biaya yang dikeluarkan 1 rupiah maka diperoleh keuntungan secara ekonomis = 1,2378 bagi
para pelaku usaha tani bawang merah.
LAPORAN AKHIR iii
Page 12
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
KATA PENGANTAR
Dengan memohon Ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa,
sehingga kami semua dari unsur staf peneliti bidang pertanian dan bidang kesehatan
diberikan kekuatan, kesempatan dan kesehatan sehingga Laporan Akhir kajian yang berjudul
“Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga Pada Daerah Pesisir dengan Teknologi Ramah
Lingkungan pada Budidaya Bawang Merah” dapat tersusun baik berkat kerjasama dengan
semua unsur terkait dengan kajian ini.
Kajian ini dirancang dengan model terpadu antara bidang pertanian dan bidang
kesehatan. Sehingga melahirkan pangan yang sehat di daerah Pesisir. Laporan ini disusun
sebagai bahan pertanggungjawaban untuk mengukur kinerja yang dilaksanakan setiap
tahunnya. Kajian ini dirancang dengan model terpadu antara sektor pertanian dan sektor
kesehatan yang selama ini masing-masing berjalan sendiri.
Kajian bagaimana tata kelola lahan di daerah pesisir dengan sentuhan teknologi ramah
lingkungan seperti pupuk organik, pupuk organik cair, dan pestisida nabati sehingga lahan
dapat dikelola secara berkelanjutan dan menghasilkan pangan yang sehat dengan usaha tani
bawang merah yang dialokasikan di Dusun Parangjalling Kelurahan Dannuang Kecamatan
Ujung Loe.
Kita berharap kedepan Dusun Parangjalling menjadi pusat kawasan sentra
pengembangan bawang merah dan sekaligus menjadi pusat industri pengelolahan bawang
merah di Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe karena daerah ini merupakan daerah
jalur wisata Bira, wisata Panrang Luwu, Wisata Pantai Lemo-lemo, Wisata Punjanggo,
LAPORAN AKHIR vi
Page 13
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
Wisata Semboang dan Appalarang. Sehingga masyarakat pesisir dapat lebih meningkat
pendapatannya melalui tata kelola lahan pesisir dengan usaha tani bawang merah.
Demikian kata pengantar ini kami buat, kami sadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga kami mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnaan laporan
ini kami sangat harapkan.
TIM PENYUSUN
LAPORAN AKHIR Vi
Page 14
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Bahan Yang Digunakan Dalam Pembuatan Pupuk Organik .................................... Hal 24
Tabel 2
Jadwal Penelitian ............................................................................................... Hal 35
Tabel 3
Kelompok Umum Berdasarkan Kebutuhan Protein, Lemak, Karbohidrat dan Air.. Hal 43
Tabel 4
Angka Kecukupan Vitamin 1 Yang Dianjurkan Orang ............................................ Hal 44
Tabel 5
Angka Kecukupan Vitamin 2 Yang Dianjurkan Orang ............................................ Hal 44
Tabel 6
Angka Kecukupan Vitamin 3 Yang Dianjurkan Orang ............................................ Hal 45
LAPORAN AKHIR ix
Page 15
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
DAFTAR GAMBAR
1. Peta / Gambar Administrasi Kabupaten Bulukumba
2. Peta / Gambar Administrasi Kecamatan Ujung Loe
3. Peta / Gambar Jenis Tanah Kecamatan Ujung Loe
4. Peta / Gambar Geologi Kecamatan Ujung Loe
5. Peta / Gambar Kabupaten Bulukumba
LAPORAN AKHIR
Page 16
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR
Page 18
Tabel 1
BB TB Energi Protein Karbonhidrat Serat (kg) Air (kg) (kg) (kkal) (g) (kg) (mL)
Total n-6 n-350-64 tahun 62 168 2325 65 65 14.0 1.6 349 33 260065-80 tahun 60 168 1900 62 53 14.0 1.6 309 27 190080+ tahun 58 168 1525 60 42 14.0 1.6 248 22 1600Perempuan10-12 tahun 35 145 2000 60 67 10.0 1.0 275 28 180013-15 tahun 46 155 2125 69 71 11.0 1.1 292 30 200016-18 tahun 50 158 2125 59 71 11.0 1.1 292 30 210010-29 tahun 54 159 2250 56 75 12.0 1.1 309 32 230030-49 tahun 55 159 2150 57 60 12.0 1.1 323 30 230050-64 tahun 55 159 1900 57 53 11.0 1.1 285 28 230065-80 tahun 54 159 1550 56 43 11.0 1.1 252 22 160080+ tahun 53 159 1425 55 40 11.0 1.1 232 20 1600Hamil (-an)Trimester 1 +180 +20 +5 +2,0 +0,3 +25 +3 +300Trimester 2 +300 +20 +10 +2,0 +0,3 +40 +4 +300Trimester 3 +300 +20 +10 +2,0 +0,3 +40 +4 +300Menyusui (-an)6 bulan pertama +330 +20 +11 +2,0 +0,2 +45 +5 +8006 bulan kedua +400 +20 +13 +2,0 +0,2 +55 +6 +650Nilai Median berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) orang indonesia dengan satus gizi normal berdasarkan Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) 2007 dan 2010. Angka ini dicantumkan agar AKG dapat disesuaikan dengan kondisi berat dan tinggi badan kelompokyang bersangkutan.
Lemak (g)Kelompok Umur
Page 19
Tabel 2
Kelompok Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin B5 Vitamin Folat Vitamin Biotin Kolin Vitaminumur A D E K B1 B2 B3 (Pantotenat) B6 (meg) B12 (meg) (mg) C
(meg) (meg) (mg) (meg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (meg) (mg)Bayi/Anak0-6 bulan 375 5 4 5 0.3 0.3 2 1.7 0.1 65 0.4 5 125 407-11 bulan 400 5 5 10 0.4 0.4 4 1.8 0.3 80 0.5 6 150 501-3 bulan 400 15 6 15 0.5 0.7 6 2.0 0.5 160 0.9 8 200 404-6 bulan 450 15 7 20 0.8 0.8 9 2.0 0.6 200 1.2 12 250 457-9 bulan 500 15 7 25 0.9 0.9 10 3.0 10 300 1.2 12 375 45Laki-Laki10-12 tahun 600 15 11 35 1.1 1.3 12 4.0 1.3 400 1.8 20 375 5013-15 tahun 600 15 12 55 1.2 1.5 14 5.0 1.3 400 2.4 25 550 7516-18 tahun 600 15 15 55 1.3 1.6 15 5.0 1.3 400 2.4 30 550 9019-29 tahun 600 15 15 65 1.4 1.6 15 5.0 1.3 400 2.4 30 550 9030-49 tahun 600 15 15 65 1.3 1.6 14 5.0 1.3 400 2.4 30 550 9050-64 tahun 600 15 15 65 1.2 1.4 13 5.0 1.7 400 2.4 30 550 9065-80 tahun 600 20 15 65 1.0 1.1 10 5.0 1.7 400 2.4 30 550 9080+ tahun 600 20 15 65 0.8 0.9 8 5.0 1.7 400 2.4 30 550 90Perempuan10-12 tahun 600 15 11 35 1.0 12 11 4.0 1.2 400 1.8 20 375 5013-15 tahun 600 15 15 55 1.1 13 12 5.0 1.2 400 2.4 25 400 65
Angka Kecukupan Vitamin yang dianjutkan untuk orang Indonesia(perorang perhari)
Page 20
Tabel 3
Kelompok Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin B5 Vitamin Folat Vitamin Biotin Kolin Vitaminumur A D E K B1 B2 B3 (Pantotenat) B6 (meg) B12 (meg) (mg) C
(meg) (meg) (mg) (meg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (meg) (mg)16-18 Thun 600 15 15 55 1.1 1.3 12 5.0 1.2 400 2.4 30 425 7519-29 tahun 500 15 15 55 1.1 1.4 12 5.0 1.3 400 2.4 30 425 7530-49 tahun 500 15 15 55 1.1 1.3 12 5.0 1.3 400 2.4 30 425 7550-64 tahun 500 15 15 55 1.0 1.1 10 5.0 1.5 400 2.4 30 425 7565-80 tahun 500 20 15 55 0.8 0.9 9 5.0 1.5 400 2.4 30 425 7580+ tahun 500 20 15 55 0.7 0.9 8 5.0 1.5 400 2.4 30 425 75Hamil (+an)Trimester 1 +300 +0 +0 +0 +0,3 +0,3 -4 -1,0 +0,4 +200 +0,2 +0 +25 +10Trimester 2 +300 +0 +0 +0 +0,3 +0,3 +4 +1,0 +0,4 +200 +0,2 +0 +25 +10Trimester 3 +350 +0 +0 +0 +0,3 +0,3 +4 +1,0 +0,4 +200 +0,2 +0 +25 +10Menyusui (-an)6 bln kedua +350 +0 +4 +0 +0,3 +0,4 +3 +2,0 +0,5 +100 +0,4 +5 +75 +257 bln pertama +350 +0 +4 +0 +0,3 +0,4 +3 +2,0 +0,5 +100 +0,4 +5 +75 +25
Page 21
Tabel 4
Kelompok umur Kalsium Fosfor Magnesium Natrium Kalium Mangan Tembaga Kromium Besi Lodium Seng Selenium Flour(mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (meg) (meg) (mg) (meg) (mg) (meg) (mg)
Bayi/Anak0-6 bulan 200 100 30 120 500 - 200 - - 90 - 5 -7-11 bulan 250 250 55 200 700 0.6 220 6 7 120 3 10 0.41-3 tahun 650 500 60 1000 3000 1.2 340 11 8 120 4 17 0.64-6 tahun 1000 500 95 1200 3800 1.5 440 15 9 120 5 20 0.97-9 tahun 1000 500 120 1200 4500 1.7 570 20 10 120 11 20 12Laki-Laki10-12 tahun 1200 1200 150 1500 4500 1.9 700 25 13 120 14 20 1713-15 tahun 1200 1200 200 1500 4700 2.2 800 30 19 150 18 30 2416-18 tahun 1200 1200 250 1500 4700 2.3 890 35 15 150 17 30 2719-29 tahun 1100 700 350 1500 4700 2.3 900 35 13 150 13 30 3030-49 tahun 1000 700 350 1500 4700 2.3 900 35 13 150 13 30 3150-64 tahun 1000 700 350 1300 4700 2.3 900 30 13 150 13 30 3165-80 tahun 1000 700 350 1200 4700 2.3 900 30 13 150 13 30 3180+ tahun 1000 700 350 1200 4700 2.3 900 30 13 150 13 30 31Perempuan10-12 tahun 1200 1200 155 1500 4500 1.6 700 21 20 120 13 20 1913-15 tahun 1200 1200 200 1500 4500 1.6 800 22 26 150 16 30 2416-18 tahun 1200 1200 220 1500 4700 1.6 800 24 26 150 14 30 25
Angka Kecukupan Mineral yang dianjurkan untuk orang Indonesia(perorang perhari)
Page 22
TT JA TT JA TT JA TT JA TT JA1 30 7 34 5 36 6 35 6 30 62 36 4 40 7 38 7 30 7 30 43 36 5 35 5 36 5 35 5 30 44 39 5 34 6 35 8 30 4 30 55 39 6 32 5 40 5 40 5 35 46 37 5 33 6 40 8 30 7 30 47 42 5 31 6 40 5 35 5 40 48 30 6 34 7 35 6 30 4 40 59 35 5 34 5 40 6 30 5 35 3
10 30 7 30 6 38 6 40 7 30 511 29 5 35 6 40 5 35 6 35 412 33 4 40 5 40 5 40 6 38 513 34 5 40 5 40 7 35 4 30 414 30 5 40 7 38 9 40 3 30 515 32 7 40 6 40 6 42 5 30 316 33 6 40 6 35 6 40 4 30 617 28 4 40 5 35 8 35 5 40 518 33 6 35 6 35 7 35 4 35 419 33 6 38 5 30 5 40 4 33 420 44 5 35 8 30 5 30 3 32 3
Jumlah 683 108 720 117 741 125 707 99 663 87
Rata-rata 34 5 36 6 37 6 35 5 33 4
Keterangan :BD : Bedengan TT : Tinggi BedenganJA : Jumlah Anakan
LAMPIRAN TABEL 1
No
I
BALITBANGDA TAHUN ANGGARAN 2019
PENGAMATAN DATA LAPANG HASIL DEMPLOT BAWANG MERAH MENGENAI
PANGAN SEHAT KELUARGA PADA DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH
Jumlah Bedengan
JUMLAH ANAKAN DAN TINGGI TANAMAN SETIAP BEDENGAN PADA KAJIAN KETERSEDIAAN
BD 1 BD 2 BD 3 BD 4 BD 5
Page 23
TT JA TT JA TT JA TT JA TT JA1 30 4 30 4 30 11 35 4 40 62 40 5 30 5 40 11 30 6 40 43 35 5 30 3 42 4 30 5 30 24 40 4 30 7 40 4 20 5 35 35 40 4 30 4 40 5 35 4 33 36 40 4 30 5 40 7 35 5 30 47 30 4 32 5 35 4 30 4 35 68 30 3 40 5 40 8 35 3 30 69 30 5 35 3 35 5 30 4 35 410 30 5 35 6 35 4 30 5 32 411 30 3 34 4 30 4 40 4 35 512 35 4 30 4 30 5 35 5 30 413 30 4 33 6 40 7 35 5 30 414 30 5 30 5 30 4 40 5 30 315 30 4 40 5 35 6 40 4 30 416 30 4 35 3 30 6 38 5 35 417 30 5 30 7 40 5 38 5 30 518 32 5 30 4 40 6 30 5 30 519 31 6 35 6 35 6 30 5 30 420 35 5 30 4 30 4 35 4 35 4
Jumlah 658 88 649 95 717 116 671 92 655 84
Rata-rata 34 4.4 32 5 36 6 33 4 33 4
Keterangan :BD : Bedengan TT : Tinggi BedenganJA : Jumlah Anakan
LAMPIRAN TABEL 2
II
PENGAMATAN DATA LAPANG HASIL DEMPLOT BAWANG MERAH MENGENAI
PANGAN SEHAT KELUARGA PADA DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH
BALITBANGDA TAHUN ANGGARAN 2019
Jumlah BedenganBD 6 BD 7 BD 8 BD 9 BD 10No
JUMLAH ANAKAN DAN TINGGI TANAMAN SETIAP BEDENGAN PADA KAJIAN KETERSEDIAAN
Page 24
TT JA TT JA TT JA TT JA TT JA1 30 5 32 4 30 4 31 5 49 92 30 5 35 5 32 5 32 4 39 53 30 5 35 5 32 5 32 4 39 54 30 3 40 6 40 6 39 5 30 65 36 4 40 8 30 6 32 4 32 66 40 4 40 7 35 5 35 5 38 77 35 5 35 4 39 6 37 4 32 68 30 7 40 6 30 4 32 5 31 49 30 4 30 4 31 3 30 8 35 6
10 30 5 40 5 32 5 34 3 34 711 35 4 38 5 36 4 35 4 35 612 40 5 40 7 30 5 35 7 34 413 35 4 30 6 31 7 35 6 35 414 40 6 39 6 32 6 34 5 37 515 38 4 48 5 35 7 34 5 36 416 32 2 35 3 34 6 34 5 35 617 31 4 32 4 31 7 35 4 34 618 35 4 30 4 30 5 35 5 30 519 40 6 35 5 31 4 38 6 32 420 40 3 30 5 30 5 34 5 31 6
Jumlah 687 89 724 104 651 105 683 99 698 111Rata-rata 34 4 36 5.2 32 5 5 5 35 5
Keterangan :BD : Bedengan TT : Tinggi BedenganJA : Jumlah Anakan
LAMPIRAN TABEL 3
III
PENGAMATAN DATA LAPANG HASIL DEMPLOT BAWANG MERAH MENGENAI
PANGAN SEHAT KELUARGA PADA DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH
BALITBANGDA TAHUN ANGGARAN 2019
Jumlah BedenganBD 11 BD 12 BD 13 BD 14 BD 15No
JUMLAH ANAKAN DAN TINGGI TANAMAN SETIAP BEDENGAN PADA KAJIAN KETERSEDIAAN
Page 25
TT JA TT JA TT JA TT JA TT JA1 35 7 35 5 35 7 31 4 40 62 39 5 30 4 34 8 32 5 30 73 30 8 32 7 33 4 30 6 38 54 31 4 35 6 31 4 35 4 37 75 32 3 30 7 32 5 34 6 38 56 34 5 31 6 34 5 40 2 36 77 35 7 35 7 35 7 39 3 38 48 36 6 34 4 30 6 38 4 37 79 34 8 30 5 37 7 39 5 38 8
10 36 5 31 4 36 5 34 5 39 711 37 4 35 3 35 4 35 4 31 612 36 4 37 6 34 7 35 5 35 713 37 5 35 7 36 4 30 5 33 514 34 6 34 6 35 3 31 7 35 415 35 3 38 7 34 5 35 5 34 516 34 4 36 6 40 7 30 4 30 517 35 5 30 5 39 6 35 4 34 418 34 7 38 4 40 7 36 5 35 419 32 5 31 5 45 5 30 5 34 520 31 6 40 5 30 7 37 6 38 5
Jumlah 687 107 677 109 705 113 686 94 710 113Rata-rata 35 5.35 34 5.5 35 6 35 5 35 5.6
Keterangan :BD : Bedengan TT : Tinggi BedenganJA : Jumlah Anakan
LAMPIRAN TABEL 4
IV
BD 20
PENGAMATAN DATA LAPANG HASIL DEMPLOT BAWANG MERAH MENGENAI
PANGAN SEHAT KELUARGA PADA DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH
BALITBANGDA TAHUN ANGGARAN 2019
Jumlah Bedengan
No BD 16 BD 17 BD 18 BD 19
JUMLAH ANAKAN DAN TINGGI TANAMAN SETIAP BEDENGAN PADA KAJIAN KETERSEDIAAN
Page 26
TT JA TT JA TT JA TT JA TT JA1 34 7 35 6 38 9 32 5 30 62 37 8 36 5 37 7 34 4 33 83 35 6 34 7 35 6 36 7 35 74 31 4 37 4 39 4 33 9 34 55 30 3 33 2 34 8 30 4 37 36 33 5 38 3 35 5 31 5 36 27 32 6 39 5 32 3 35 8 39 48 39 8 30 8 30 2 34 3 34 79 37 4 31 9 31 6 39 2 38 8
10 35 5 33 8 34 8 38 4 31 211 31 6 32 4 33 9 6 30 512 34 7 30 7 30 7 37 5 33 313 35 4 33 5 34 5 34 7 31 614 31 5 34 2 33 5 33 9 38 715 32 4 36 3 34 4 32 8 34 216 30 7 37 5 30 6 30 4 35 517 38 5 39 7 32 4 31 4 33 718 39 3 38 6 31 7 33 5 30 819 37 4 31 8 35 5 38 3 31 920 33 6 32 2 34 3 37 2 35 7
Jumlah 683 107 688 106 671 113 647 104 677 111
Rata-rata 34 5 34 5.3 34 6 32 5.2 4 5
Keterangan :BD : Bedengan TT : Tinggi BedenganJA : Jumlah Anakan
LAMPIRAN TABEL 5
V
BD 25
PENGAMATAN DATA LAPANG HASIL DEMPLOT BAWANG MERAH MENGENAI
PANGAN SEHAT KELUARGA PADA DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH
BALITBANGDA TAHUN ANGGARAN 2019
Jumlah Bedengan
No BD 21 BD 22 BD 23 BD 24
JUMLAH ANAKAN DAN TINGGI TANAMAN SETIAP BEDENGAN PADA KAJIAN KETERSEDIAAN
Page 27
TT JA TT JA TT JA TT JA TT JA1 32 6 40 8 30 6 33 5 34 42 35 4 35 4 33 4 34 3 40 63 37 6 33 7 40 3 37 6 36 94 34 7 36 6 32 7 35 8 38 75 32 9 34 2 34 6 46 7 39 56 37 4 32 5 31 8 32 4 37 37 39 6 37 4 37 5 30 3 35 58 38 5 39 2 40 9 31 8 36 49 30 3 38 3 37 7 38 6 32 2
10 34 7 36 5 35 3 37 7 30 811 35 8 34 6 36 2 35 7 34 612 37 6 35 9 32 5 39 5 34 713 30 5 31 7 30 3 34 4 48 514 32 3 40 6 33 4 32 3 36 315 31 2 33 8 40 7 33 5 35 216 38 4 34 5 39 5 37 5 33 617 37 3 36 4 37 5 39 8 32 418 39 7 38 3 36 8 47 9 30 819 34 9 39 2 39 9 35 4 36 S20 32 5 35 5 38 6 34 2 35 4
Jumlah 693 109 715 101 709 112 718 109 710 98
Rata-rata 35 5 36 5 35 5 36 5.45 35.5 5
Keterangan :BD : Bedengan TT : Tinggi BedenganJA : Jumlah Anakan
LAMPIRAN TABEL 6
VI
JUMLAH ANAKAN DAN TINGGI TANAMAN SETIAP BEDENGAN PADA KAJIAN KETERSEDIAAN
BD 30
PENGAMATAN DATA LAPANG HASIL DEMPLOT BAWANG MERAH MENGENAI
PANGAN SEHAT KELUARGA PADA DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH
BALITBANGDA TAHUN ANGGARAN 2019
Jumlah Bedengan
No BD 26 BD 27 BD 28 BD 29
Page 28
TT 683JA 108TT 720JA 117TT 741JA 125TT 707JA 99TT 663JA 87TT 658JA 88TT 649JA 95TT 717JA 116TT 671JA 92TT 655JA 84TT 687JA 89TT 724JA 104TT 651JA 105TT 683JA 99TT 698JA 11TT 687JA 107TT 677JA 109TT 705JA 113TT 686JA 94TT 710JA 113TT 683JA 107TT 688JA 106TT 671JA 113TT 647JA 104TT 677JA 111TT 693JA 109TT 715JA 101
JUMLAH ANAKAN DAN TINGGI TANAMAN SETIAP BEDENGAN PADA KAJIAN KETERSEDIAANPENGAMATAN DATA LAPANG HASIL DEMPLOT BAWANG MERAH MENGENAI
PANGAN SEHAT KELUARGA PADA DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH
BALITBANGDA TAHUN ANGGARAN 2019
BD 23
BD 24
BD 17
BD 18
BD 19
BD 20
BD 21
BD 22
BD 14
BD1
BD 2
BD 3
BD 4
BD 9
BD 10
BD 11
BD 12
BD 13
LAMPIRAN TABEL 7
BD 25
BD 26
BD 27
Jumlah Bedengan
BD 15
BD 16
BD 5
BD 6
BD 7
BD 8
Page 29
TT 709JA 112TT 718JA 109TT 710JA 98BD 30
BD 28
BD 29
Page 31
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
ABSTRACT
Reasons for choosing Kel. Dannuang as a study location and onion demonstration plot
because as a tourist route: Bira, Appalarang, Lemo-Lemo, Panraluwu, Pejanggo, Semboang
tourism and also as a Coastal area which has a large enough land potential that has been used
for planting onions and this location very in accordance with the terms of growing shallots.
Research is using methods Demonstration Plot ( demonstration ) cultivation of onions
red region of the environment coast , as a pilot development models of business , from one of
the studies availability Food Healthy Families in the area of coastal with technology -friendly
environment . by using the Cross Sectional approach :
1. To find out the level of availability of household healthy food in coastal areas
2. Coastal land management with the concept of environmentally friendly to the environment
of coastal communities, it takes a touch of sandy land management can save water with
other media, organic fertilizer that is in accordance berebes variety with an acceptance
level of Rp. 92,400,000.
Onion cultivation techniques with the concept of environmentally friendly in the coastal
environment, for the use of keritis land which has not been productive net income received
by shallots farmers of Rp. 51,110,178.50. And followed by an environmentally friendly
technology test where the B / C Ratio = 1.2378 this figure implies that shallots are very
feasible to be developed for business actors and / or very economically damaging to
business actors. Then the R / C ratio = 2.2378 means that the onion is very profitable in
terms of revenue. Keywords: demonstration plot of shallot farming in the coastal area.
LAPORAN AKHIR i
Page 32
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
ABSTRACT
Alasan dipilihnya Dusun Parangjalling Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe
sebagai lokasi kajian dan demplot bawang merah karena sebagai jalur wisata : wisata Bira,
Appalarang, Lemo-Lemo, Panraluwu, Pejanggo, Semboang dan sekaligus sebagai daerah
pesisir yang memiliki potensi lahan yang cukup luas yang belum pernah dimanfaatkan untuk
ditanami bawang merah dan lokasi ini sangat sesuai dengan syarat tumbuh pertumbuhan
bawang merah.
Penelitian ini menggunakan metode Demonstration Plot (demplot) budidaya bawang
merah diwilayah lingkungan pesisir, sebagai percontohan pengembangan model usaha, dari
salah satu kajian Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada daerah pesisir dengan teknologi
ramah lingkungan. dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional.
Adapun tujuan kajian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat ketersediaan pangan sehat rumah tangga di daerah pesisir
2. Pengelolaan lahan daerah pesisir dengan konsep ramah lingkungan terhadap
lingkungan masyarakat pesisir, dibutuhkan sentuhan tata kelola lahan yang berpasir
dapat menyimpan air dengan media lain, pupuk organik yang sesui Tingkat produksi
bawang merah di Dusun Parangjalling Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe
petani bawang merah adalah sebesar 9,24 ton/ha dengan menggunakan varietas
berebes dengan tingkat penerimaan sebesar Rp. 92.400.000.
LAPORAN AKHIR i
Page 33
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan
Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019 Balitbangda
2019
3. Teknis budidaya bawang merah dengan konsep ramah lingkungan pesisir, untuk
pemanfaatan lahan keritis yang selama ini tidak produktif dendan pendapatan bersih
diterima petani bawang merah sebesar Rp. 51.110.178,50. Dan dilanjutkan dengan uji
teknologi ramah lingkungan dimana B/C Rasio = 1,2378 angka ini mengandung
pengertian bahwa bawang merah sangat layak dikembangkan bagi pelaku usaha dan
atau sangat menguntungkam secara ekonomis bagi pelaku usaha. Kemudian R/C
Rasio = 2,2378 artinya bahwa bawang merah sangat menguntungkan dari segi
penerimaan.
Kata kunci : demplot usaha tani bawang merah di daerah pesisir.
LAPORAN AKHIR i
Page 34
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
SUMMARY
Food is a very human need, both in terms of quantity and quality . safe, quality and
nutritious food that is adequately available and affordable by the people's purchasing power .
In order for safe food to be adequately available, efforts should be made to establish a food
system that is able to provide protection to the community .
Adequate availability of healthy food is very important to meet the nutritional needs
of family members . There is an increase in income of coastal communities before and after
cultivation of shallots, where this increase in income has an impact on the purchasing power
of coastal communities in terms of providing healthy food . Healthy food is a very basic
human need because it affects the existence and endurance of life, both in terms of quantity
and quality.
Considering the high level of importance, basically food is one of the basic human
needs that is fully the basic right of every Indonesian people. The availability of adequate,
safe, quality and nutritious food is the main prerequisite that must be fulfilled in the effort to
realize dignified and dignified human beings as well as quality human resources. Human
resources are the most important element and at the same time the main goal of national
development because qualified human resources are the determining factor for the success of
development which in the end is able to improve the welfare and standard of living of the
community and can reduce or alleviate poverty. Food nutrition is a substance or compound
contained in food consisting of
LAPORAN AKHIR ii
Page 35
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
carbohydrates, proteins, fats, vitamins and minerals and their derivatives which are beneficial
for human growth and health . In meeting the recommended nutritional adequacy rate for the
Indonesian people, it is the average daily nutrient for all people according to age group,
gender,
body size, body activities to achieve optimal health status. For the average energy and
protein adequacy for the Indonesian population, each is 2150 kilo calories and 57 grams per
person per day at the consumption level.
In connection with the foregoing the availability of healthy family food in coastal
areas with environmentally friendly technology in the cultivation of shallots through onion
demplots.
Demonstration plot (demonstration plot) is a method of agricultural extension to the
patani, by making a demonstration plot, so farmers can see and prove the object being
demonstrated. The level of production is determined by the type of soil, the type of
technology used, the level of production is measured in units of area per hectare. Then the
types of plants that are planted. The amount of production can be measured by taking the
fabric. How to take tiles for 1 mx 1 m and or 2.5 mx 2.5 m shallots and the results are
converted into hectares. The results of tile onion is as follows: I = 1.22 kg / m 2 , II = 1.42 kg /
m 2 , III = 1.32 kg / m 2 Total 3,960 Kg / m 2 .................. ... ..3,960 Kg / m 2 /3 = 1,320 kg / m
2 , 1,320x10.000 = 13,200 Kg / Ha . From the results of this weaving 30% = 13,200 x 30% =
3,960 kg / ha , 13,200 kg / ha - 3,960 kg / ha = 9,240 kg / ha . So the net yield after being
reduced by 30% beds = 9,240 kg / ha / harvest.
LAPORAN AKHIR ii
Page 36
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
Acceptance of a farming activity can be measured by using the formula: P enerimaan
(p) = productivity x number of market prices . Based on the results of the above above the
average yields reached 3 tiles after deducting 30% of the beds = 9420xRp. 10,000 / kg = Rp.
92,400,000 . The amount of revenue from shallot farming in Parangjalling Hamlet, Dannuang
Sub-district, Ujung Loe District is Rp. 92,400,000 . Farming is the study of the unity of
natural organizations, capital labor and management to obtain agricultural production, for the
benefit thereof.
Net income received by farmers through farming of onion amounting Rp.
51,110,178.50 / Ha / harvest. In connection with the foregoing, in addition to measuring net
income, it is also necessary to further analyze it using the environmental rama technology test
and if the R / C ratio and B / C ratio> 1 means that it is beneficial for business actors.
Analysis of R / c - ratio = 2,2378> 1 means that every sacrifice of 1 rupiah will benefit in
terms of revenue. While the B / C - ratio = 1.2378 > 1 means that every cost issued is 1
rupiah, then an economic profit is obtained s = 1.2378 for the onion farmers.
LAPORAN AKHIR ii
Page 37
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
RINGKASAN
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat, baik dipandang dari segi
kuantitas dan kualitasnya. pangan yang aman, bermutu dan bergizi tersedia secara memadai
serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Agar pangan yang aman tersedia secara memadai,
perlu diupayakan terwujudnya suatu sistem pangan yang mampu memberikan perlindungan
kepada masyarakat.
Kecukupan ketersediaan pangan sehat sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi
anggota keluarga. Terdapat peningkatan pendapatan masyarakat pesisir sebelum dan sesudah
dilakukan budidaya bawang merah, dimana peningkatan pendapatan ini berdampak terhadap
kemampuan daya beli masyarakat pesisir dalam hal penyediaan pangan sehat. Pangan sehat
merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi
dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari segi kuantitas dan kualitasnya.
Mengingat kadar kepentingan yang demikian tinggi, pada dasarnya pangan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sepenuhnya menjadi hak asasi setiap
rakyat Indonesia. Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi merupakan
prasyarat utama yang harus terpenuhi dalam upaya mewujudkan insan yang berharkat dan
bermartabat serta sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia merupakan
unsur terpenting dan sekaligus tujuan utama pembangunan nasional karena sumber daya
manusia yang berkualitas merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan yang pada
akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat serta dapat
mengurangi atau mengentaskan kemiskinan.
LAPORAN AKHIR Iii
Page 38
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
RINGKASAN
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat, baik dipandang dari segi
kuantitas dan kualitasnya. pangan yang aman, bermutu dan bergizi tersedia secara memadai
serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Agar pangan yang aman tersedia secara memadai,
perlu diupayakan terwujudnya suatu sistem pangan yang mampu memberikan perlindungan
kepada masyarakat.
Kecukupan ketersediaan pangan sehat sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi
anggota keluarga. Terdapat peningkatan pendapatan masyarakat pesisir sebelum dan sesudah
dilakukan budidaya bawang merah, dimana peningkatan pendapatan ini berdampak terhadap
kemampuan daya beli masyarakat pesisir dalam hal penyediaan pangan sehat.Pangan sehat
merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi
dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari segi kuantitas dan kualitasnya.
Mengingat kadar kepentingan yang demikian tinggi, pada dasarnya pangan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sepenuhnya menjadi hak asasi setiap
rakyat Indonesia. Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi merupakan
prasyarat utama yang harus terpenuhi dalam upaya mewujudkan insan yang berharkat dan
bermartabat serta sumber daya manusia yang berkualitas.Sumber daya manusia merupakan
unsur terpenting dan sekaligus tujuan utama pembangunan nasional karena sumber daya
manusia yang berkualitas merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan yang pada
akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat serta dapat
mengurangi atau mengentaska kemiskinan.
LAPORAN AKHIR Iii
Page 39
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
RINGKASAN
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat, baik dipandang dari segi
kuantitas dan kualitasnya. pangan yang aman, bermutu dan bergizi tersedia secara memadai
serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Agar pangan yang aman tersedia secara memadai,
perlu diupayakan terwujudnya suatu sistem pangan yang mampu memberikan perlindungan
kepada masyarakat.
Kecukupan ketersediaan pangan sehat sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi
anggota keluarga. Terdapat peningkatan pendapatan masyarakat pesisir sebelum dan sesudah
dilakukan budidaya bawang merah, dimana peningkatan pendapatan ini berdampak terhadap
kemampuan daya beli masyarakat pesisir dalam hal penyediaan pangan sehat.Pangan sehat
merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi
dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari segi kuantitas dan kualitasnya.
Mengingat kadar kepentingan yang demikian tinggi, pada dasarnya pangan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sepenuhnya menjadi hak asasi setiap
rakyat Indonesia. Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi merupakan
prasyarat utama yang harus terpenuhi dalam upaya mewujudkan insan yang berharkat dan
bermartabat serta sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia merupakan
unsur terpenting dan sekaligus tujuan utama pembangunan nasional karena sumber daya
manusia yang berkualitas merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan yang pada
akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat serta dapat
mengurangi atau mengentaskan kemiskinan.
LAPORAN AKHIR iii
Page 40
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi
pertumbuhan dan kesehatan manusia. Dalam memenuhi Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan bagi Bangsa Indonesia adalah rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang
menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktifitas tubuh untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Untuk rata-rata kecukupan energy dan protein bagi penduduk
Indonesia masing masing sebesar 2150 kilo kalori dan 57 gram perorang perhari pada tingkat
konsumsi.
Sekaitan dengan hal tersebut diatas ketersediaan pangan sehat keluarga di daerah
peisisr dengan teknologi ramah lingkungan pada budidaya bawang merah melalui demplot
bawang merah.
Demplot (demostrasi plot) adalah merupakan suatu metode penyuluhan pertanian
kepada patani, dengan cara membuat lahan percontohan, agar petani bisa melihat dan
membuktikan objek yang di demostrasikan. Tingkat produksi ditentukan oleh jenis tanah,
jenis teknologi yang digunakan, tingkat produksi diukur dengan satuan luas perhektar.
Kemudian jenis tanaman yang ditanam. Jumlah produksi dapat diukur dengan cara
pengambilan ubinan. Cara mengambil ubinan untuk bawang merah seluas 1 m x 1 m dan atau
2,5 mx 2,5 m dan hasilnya dikonfersi kehektar. Adapun hasil ubinan bawang merah adalah
sebagai berikut : I = 1,22 Kg/m2, II = 1,42 Kg/m2, III = 1,32 Kg / m2 Jumlah 3,960
Kg/m2…………………..3,960 Kg/m2 /3 = 1,320 Kg/m2 , 1,320x10.000 = 13.200 Kg/Ha.
Dari hasil ubinan ini dikurangi 30% = 13.200 x 30% = 3.960 Kg/Ha,
LAPORAN AKHIR iii
Page 41
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
13.200 Kg/Ha – 3.960 Kg/Ha = 9.240 Kg/ Ha. Jadi hasil bersih setelah dikurangi
30% bedengan = 9.240 Kg/Ha/panen.
Penerimaan suatu kegiatan usaha tani dapat diukur dengan menggunakan rumus :
Penerimaan (p) = jumlah produktifitas x harga pasar. Berdasarkan hasil ubinan diatas rata-
rata produksi yang capai dari 3 ubinan setelah dikurangi 30% bedengan = 9420xRp.
10.000/kg = Rp. 92.400.000. Adapun jumlah penerimaan usaha tani bawang merah di Dusun
Parangjalling Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe adalah sebesar Rp. 92.400.000.
Usaha tani adalah ilmu yang mempelajari persatuan organisasi alam, tenaga kerja modal dan
pengelolaan untuk mendapatkan produksi lapangan pertanian, untuk keuntungan daripadanya.
Pendapatan bersih yang diterima petani melalui usaha tani bawang merah sebesar Rp.
51.110.178,50/Ha/panen. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka selain mengukur
pendapatan bersih maka perlu pula dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan uji teknologi
rama lingkungan dan apabila R/C rasio dan B/C rasio > 1 berarti menguntungkan bagi pelaku
usaha. Analisis R/c – rasio = 2,2378 >1 artinya setiap korbanan 1 rupiah maka
menguntungan dari segi penerimaan. Sedangkan B/C – rasio = 1,2378 > 1 artinya setiap
biaya yang dikeluarkan 1 rupiah maka diperoleh keuntungan secara ekonomis = 1,2378 bagi
para pelaku usaha tani bawang merah.
LAPORAN AKHIR iii
Page 42
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
KATA PENGANTAR
Dengan memohon Ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa,
sehingga kami semua dari unsur staf peneliti bidang pertanian dan bidang kesehatan
diberikan kekuatan, kesempatan dan kesehatan sehingga Laporan Akhir kajian yang berjudul
“Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga Pada Daerah Pesisir dengan Teknologi Ramah
Lingkungan pada Budidaya Bawang Merah” dapat tersusun baik berkat kerjasama dengan
semua unsur terkait dengan kajian ini.
Kajian ini dirancang dengan model terpadu antara bidang pertanian dan bidang
kesehatan. Sehingga melahirkan pangan yang sehat di daerah Pesisir. Laporan ini disusun
sebagai bahan pertanggungjawaban untuk mengukur kinerja yang dilaksanakan setiap
tahunnya. Kajian ini dirancang dengan model terpadu antara sektor pertanian dan sektor
kesehatan yang selama ini masing-masing berjalan sendiri.
Kajian bagaimana tata kelola lahan di daerah pesisir dengan sentuhan teknologi ramah
lingkungan seperti pupuk organik, pupuk organik cair, dan pestisida nabati sehingga lahan
dapat dikelola secara berkelanjutan dan menghasilkan pangan yang sehat dengan usaha tani
bawang merah yang dialokasikan di Dusun Parangjalling Kelurahan Dannuang Kecamatan
Ujung Loe.
Kita berharap kedepan Dusun Parangjalling menjadi pusat kawasan sentra
pengembangan bawang merah dan sekaligus menjadi pusat industri pengelolahan bawang
merah di Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe karena daerah ini merupakan daerah
jalur wisata Bira, wisata Panrang Luwu, Wisata Pantai Lemo-lemo, Wisata Punjanggo,
LAPORAN AKHIR vi
Page 43
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
Wisata Semboang dan Appalarang. Sehingga masyarakat pesisir dapat lebih meningkat
pendapatannya melalui tata kelola lahan pesisir dengan usaha tani bawang merah.
Demikian kata pengantar ini kami buat, kami sadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga kami mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnaan laporan
ini kami sangat harapkan.
TIM PENYUSUN
LAPORAN AKHIR Vi
Page 44
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Bahan Yang Digunakan Dalam Pembuatan Pupuk Organik .................................... Hal 24
Tabel 2
Jadwal Penelitian ............................................................................................... Hal 35
Tabel 3
Kelompok Umum Berdasarkan Kebutuhan Protein, Lemak, Karbohidrat dan Air.. Hal 43
Tabel 4
Angka Kecukupan Vitamin 1 Yang Dianjurkan Orang ............................................ Hal 44
Tabel 5
Angka Kecukupan Vitamin 2 Yang Dianjurkan Orang ............................................ Hal 44
Tabel 6
Angka Kecukupan Vitamin 3 Yang Dianjurkan Orang ............................................ Hal 45
LAPORAN AKHIR ix
Page 45
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
DAFTAR GAMBAR
1. Peta / Gambar Administrasi Kabupaten Bulukumba
2. Peta / Gambar Administrasi Kecamatan Ujung Loe
3. Peta / Gambar Jenis Tanah Kecamatan Ujung Loe
4. Peta / Gambar Geologi Kecamatan Ujung Loe
5. Peta / Gambar Kabupaten Bulukumba
LAPORAN AKHIR
Page 46
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR
Page 48
Tabel
DATA POTENSI WILAYAH KELURAHAN DANNUANG
Sumber data profil : BPP Ujung Loe setelah diolah Tahun 2019
No
Desa/ Kel
Potensi Lahan ( Ha )
Sawah Tanah Kering
Kolam
Empang Lain-Lain
Total Persentase
(%)
Perkebunan Hutan Tegalan Pekaran
gan
Pengairan Hujan Jumlah Rakyat Swasta Jumlah Rakyat Negara
Mangrove Jumlah
1. Salemba 222.58 - 222.58 12.25 29.84 - - - - - 2.00 2.00 126.30 52.03 443.00 3.07 2. Dannuang 86.34 - 86.34 143.00 44.82 - - - - - 3.00 3.00 125.00 345.84 745.00 5.16 3. Manjalling 429.00 - 429.00 25.00 29.79 - - - - - 3.00 3.00 195.21 20.00 702.00 4.86 4. Padang Loang 363.39 22.00 388.39 16.00 34.70 13.50 - 13.50 2.00 - - 2.00 - 397.41 852.00 5.90 5. Seppang 175.00 200.00 375.00 226.64 54.36 105.00 - 105.00 10.00 - - 10.00 17.00 58.00 846.00 5.86 6. Bijawang 392.25 - 392.25 173.50 27.63 73.55 - 73.55 85.00 - - 85.00 - 30.07 782.00 5.42 7. Lonrong 726.76 - 726.76 107.55 14.63 53.60 - 53.60 50.00 - - 50.00 - 22.46 975.00 6.76 8. Balong 125.47 75.50 200.97 274.50 36.67 180.00 - 180.00 125.00 - - 125.00 - 165.86 983.00 6.81 9. Garanta 184.50 20.00 204.50 84.00 40.01 166.00 - 166.00 125.00 - 5.00 130.00 230.00 87.49 942.00 6.53 10. Manyampa - 117.92 117.92 574.00 36.54 275.00 - 275.00 200.00 - 4.00 204.00 1.054.00 143.54 2.405.00 16.67 11. Balleanging - 20.80 20.80 375.00 33.88 350.00 857.32 1.207.32 65.00 - - 65.00 - 459.00 2.161.00 14.97 12. Tomatto - 27.28 27.28 533.72 47.52 583.00 416.48 999.48 101.00 - - 101.00 - 136.00 1.845.00 12.78 13 Paccaramengang - 11.95 11.95 212.50 13.64 112.00 205.21 317.21 125.00 - - 125.00 - 69.70 750.00 5.20 Jumlah 2.708.29 495.45 3.203.74 2.757.66 444.03 1.911.65 1.479.01 3.390.66 888.00 0.00 17.00 905.00 0.00 1.747.51 1.987.40 14.431.00 100.00 Persentase (%) 18.77 3.43 22.20 19.11 3.08 13.25 10.25 23.50 6.15 - 0.12 6.27 12.11 13.77 100.00
Page 49
DATA SUMBER DAYA MANUSIA KELURAHAN DANNUANG
No Desa/Kel
Jumlah Penduduk Menurut Umur ( Orang)
Total
(orang)
Persentase (%) 0-10 Tahun 11-20 Tahun 21-30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun 51-60 Tahun 60 Tahun Keatas
L P Jum L P Jum L P Jum L P Jum L P Jum L P Jum L P Jum 1. Salemba 322 295 617 301 357 658 208 259 467 238 280 518 189 198 397 120 155 275 162 188 350 3,272 7.77 2. Dannuang 449 399 848 421 482 903 290 349 639 332 379 711 264 267 531 168 209 377 226 253 479 4,488 10.66 3. Manjalling 254 247 501 239 297 536 165 216 381 189 234 423 149 164 313 95 130 225 128 156 284 2,663 6.33 4. Padang Loang 271 229 500 255 277 532 175 200 375 201 218 419 159 170 329 102 117 219 134 146 280 2,654 6.30 5. Seppang 432 378 810 404 456 860 279 331 610 320 359 679 254 253 507 162 198 360 217 240 457 4,283 10.17 6. Bijawang 276 257 533 259 310 569 178 230 408 204 244 448 163 171 334 103 134 237 139 162 301 2,830 6.72 7. Lonrong 122 103 225 105 124 229 72 91 163 82 98 180 66 69 135 41 55 96 56 65 121 1,149 2.73 8. Balong 288 267 555 270 322 592 186 233 419 213 254 467 169 178 347 108 141 249 146 169 315 2,944 6.99 9. Garanta 372 355 727 349 428 777 240 310 550 276 337 613 219 237 456 139 187 326 187 225 412 3,861 9.17
10. Manyampa 355 340 695 333 411 744 231 298 529 263 324 587 209 228 437 133 179 312 179 216 395 3,699 8.79 11. Balleanging 416 393 809 391 475 866 268 344 612 308 373 681 244 262 506 156 207 363 209 250 459 4,296 10.21 12. Tomatto 392 361 753 369 436 805 254 316 570 290 342 632 231 240 471 147 189 336 198 229 427 3,994 9.49 13. Paccaramenga
ng 146 136 282 173 184 357 104 113 217 135 145 280 123 153 276 165 115 280 123 146 269 1,961 4.66
Jumlah 4,095
3,760
7,855
3,869
4,559
8,428
2,540
3,290
5,940
3,051
3,587
6,638
2,439
2,590
5,029
1,639
2,016
3,655
2,104
2,445
4,549
42,094 100.00
Persentase (%) 9.73 8.93 18.66
9.19 10.83
20.02
6.30 7.82 14.11
7.25 8.52 15.77
5.79 6.15 11.95
3.89 4.79 8.68 5.00 5.81 10.81
100.00 -
Sumber data profil : BPP Ujung Loe setelah diolah Tahun 2019
Page 50
TOTAL DATA PENDUDUK KELURAHAN DANNUANG
No Desa / Kel Penduduk (Orang)
Jumlah KK Laki-laki Wanita Jumlah
1. Salemba 1,540 1,732 3,272 737 2. Dannuang 2,150 2,338 4,488 711 3. Manjalling 1,219 1,444 2,663 801 4. Padang Loang 1,297 1,357 2,654 753 5. Seppang 2,068 2,215 4,283 952 6. Bijawang 1,322 1,508 2,830 1,010 7. Lonrong 544 605 1,149 623 8. Balong 1,380 1,564 2,944 525 9. Garanta 1,782 2,079 3,861 699
10. Manyampa 1,703 1,996 3,699 984 11. Balleanging 1,992 2,304 4,296 1,029 12. Tomatto 1,881 2,113 3,994 873 13. Paccaramengang 969 992 1,961 485
Jumlah 19,847 22,247 42,094 10,182 Sumber data profil : BPP Ujung Loe setelah diolah Tahun 2019
Page 51
DATASS CURAH HUJAN RATA-RATA SELAMA 5 TAHUN
No Tahun Bulan
2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Rata-rata Mm3 Hh Mm3 hh Mm3 hh Mm3 hh Mm3 hh Mm3 hh Mm3 hh
1 Januari 101 13 174 22 50 11 73 12 70 11 468 69 79,83 13,8 2 Februari 134 12 45 11 77 7 71 12 181 11 508 53 86,5 10,6 3 Maret 91 16 53 13 222 17 28 8 122 11 516 65 87,83 13 4 April 74 10 163 20 57 10 255 18 239 17 788 75 134,16 15 5 Mei 247 13 377 21 283 23 350 16 173 15 1430 88 240,83 17,6 6 Juni 132 10 484 19 287 22 163 12 231 10 1297 73 217,83 14,6 7 Juli 202 13 384 18 108 11 6 6 124 9 824 57 138,83 11,4 8 Agustus 64 4 62 5 78 9 0 0 17 4 221 22 37,5 4,4 9 September 12 1 4 1 16 2 0 0 39 4 71 8 12,5 1,6
10 Oktober 64 3 20 3 0 0 0 0 248 11 332 17 57,16 3,4 11 November 58 3 120 7 1 1 0 0 74 10 253 21 43,83 4,2 12 Desember 106 3 138 17 109 15 145 10 316 10 814 55 137,33 11
Jumlah 1285 101 2024 157 1288 128 1091 94 1834 123 603 120,6 Rata-rata 107,08 8,41 168,6 13,08 107,33 10,66 90,91 7,83 152,83 10,25 50,23 10,046
Sumber data profil : BPP Ujung Loe setelah diolah Tahun 2019
Page 52
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah Balitbangda 2019
Balitbangda 2019
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i SAMMARY .............................................................................................................. ii RINGKASAN ............................................................................................................. iii BERITA ACARA PELAKSANAAN SEMINAR HASIL PENELITIAN ................ iv LEMBARAN PENGESAHAN .................................................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi HALAMAN HAK CIPTA .......................................................................................... vii DAFTAR ISI ............................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Rumusan Permasalahan ............................................................................ 6 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 6 1.3.1 Tujuan ............................................................................ 6 1.3.2 Sasaran ............................................................................ 7 1.3.3 Manfaat ............................................................................ 7 1.3.4 Sekilas/Uji Coba/Pilot Project ........................................................... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan ............................................................................ 9 2.2 Lingkungan Pesisir ............................................................................ 19 2.3 Peran Pemerintah terhadap Lingkungan Masyarakat Pesisir ...................... 21 2.4 Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan ................................................... 23 2.5 Teknis Budidaya Tanaman Bawang Merah ................................................ 25 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ............................................................................. 31 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................... 31 3.3 Populasi Penelitian .............................................................................. 31 3.4 Sampel Penelitian ............................................................................. 31 3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 31 3.6 Defenisi Operasional .............................................................................. 32 3.7 Metode Analisis Data .............................................................................. 32
LAPORAN AKHIR Vii
Page 53
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah Balitbangda 2019
Balitbangda 2019
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Tipografi .................................................................. 36 4.2. Tanah dan Kondisi Geografi ................................................................. 37 4.3 Jumlah Penduduk ................................................................. 37 4.4 Rasio Penduduk ................................................................. 37 4.5 Kepadatan Penduduk ........................................................... 38 4.6 Mata Pencarian ........................................................... 39 4.7 Tingkat Penggunaan Lahan ............................................................ 40 4.8 Tingkat Pendiddikan ............................................................ 40
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga Masyarakat Pesisir..................................... 42 5.2. Gizi Seimbang ................................................................. ... 42 5.3 Pelaksanaan Demplot Bawang Merah ................................................................. 45 5.3.1 Tingkat Produksi Usaha Tani Bawang Merah .......................................... 46 5.3.2 Tingkat Penerimaan Usaha Tani Bawang Merah ...................................... 48 5.3.3 Analisis R/C Rasio .................................................................... 51 5.3.4 Analisis B/C Rasio .................................................................... 51 5.3.5 Analisa Efesiensi Pemasaran .................................................................... 51 BAB VI ANALISIS DAMPAK EKONOMI, DAMPAK SOSIAL USAHA TANI BAWANG MERAH 6.1 Analisis Dampak Ekonomi Usaha Tani Bawang Merah ...................................... 55 6.2 Analisis Dampak Sosial Usaha Tani Bawang Merah ........................................... 56 6.3 Analisis Dampak Kepada Pemerintah Daerah Usaha Tani Bawang Merah ......... 57 6.4 Dampak Bawang Merah Pada Kesehatan Manusia ............................................... 58 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ..................................................................... 60 7.2 Saran ..................................................................... 61 7.3 Rekomendasi ..................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN AKHIR Vii
Page 54
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan
Pada Budidaya Bawang Merah Balitbangda 2019 Balitbangda 2019
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Bahan Yang Digunakan Dalam Pembuatan Pupuk Organik .................................. Hal 24
Tabel 2
Jadwal Penelitian ............................................................................................. Hal 35
Tabel 3
Kelompok Umum Berdasarkan Kebutuhan Protein, Lemak, Karbohidrat dan Air.. Hal 43
Tabel 4
Angka Kecukupan Vitamin 1 Yang Dianjurkan Orang .......................................... Hal 44
Tabel 5
Angka Kecukupan Vitamin 2 Yang Dianjurkan Orang .......................................... Hal 44
Tabel 6
Angka Kecukupan Vitamin 2 Yang Dianjurkan Orang .......................................... Hal 45
LAPORAN AKHIR vii
Page 55
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah Balitbangda 2019
Balitbangda 2019
DAFTAR GAMBAR
1. Peta / Gambar Administrasi Kabupaten Bulukumba
2. Peta / Gambar Administrasi Kecamatan Ujung Loe
3. Peta / Gambar Jenis Tanah Kecamatan Ujung Loe
4. Peta / Gambar Geologi Kecamatan Ujung Loe
5. Peta / Gambar Kabupaten Bulukumba
LAPORAN AKHIR
Page 56
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah Balitbangda 2019
Balitbangda 2019
LAMPIRAN
LAPORAN AKHIR
Page 58
No Persentase
(%)
Tegalan Pekarangan
Pengairan Hujan Jumlah Rakyat Swasta Jumlah Rakyat Negara Mangrove Jumlah
1. Salemba 222.58 - 222.58 12.25 29.84 - - - - - 2.00 2.00 126.30 52.03 443.00 3.07
2. Dannuang 86.34 - 86.34 143.00 44.82 - - - - - 3.00 3.00 125.00 345.84 745.00 5.16
3. Manjalling 429.00 - 429.00 25.00 29.79 - - - - - 3.00 3.00 195.21 20.00 702.00 4.86
4. Padang Loang 363.39 22.00 388.39 16.00 34.70 13.50 - 13.50 2.00 - - 2.00 - 397.41 852.00 5.90
5. Seppang 175.00 200.00 375.00 226.64 54.36 105.00 - 105.00 10.00 - - 10.00 17.00 58.00 846.00 5.86
6. Bijawang 392.25 - 392.25 173.50 27.63 73.55 - 73.55 85.00 - - 85.00 - 30.07 782.00 5.42
7. Lonrong 726.76 - 726.76 107.55 14.63 53.60 - 53.60 50.00 - - 50.00 - 22.46 975.00 6.76
8. Balong 125.47 75.50 200.97 274.50 36.67 180.00 - 180.00 125.00 - - 125.00 - 165.86 983.00 6.81
9. Garanta 184.50 20.00 204.50 84.00 40.01 166.00 - 166.00 125.00 - 5.00 130.00 230.00 87.49 942.00 6.53
10. Manyampa - 117.92 117.92 574.00 36.54 275.00 - 275.00 200.00 - 4.00 204.00 1.054.00 143.54 2.405.00 16.67
11. Balleanging - 20.80 20.80 375.00 33.88 350.00 857.32 1.207.32 65.00 - - 65.00 - 459.00 2.161.00 14.97
12. Tomatto - 27.28 27.28 533.72 47.52 583.00 416.48 999.48 101.00 - - 101.00 - 136.00 1.845.00 12.78
13 Paccaramengang - 11.95 11.95 212.50 13.64 112.00 205.21 317.21 125.00 - - 125.00 - 69.70 750.00 5.20
2.708.29 495.45 3.203.74 2.757.66 444.03 1.911.65 1.479.01 3.390.66 888.00 0.00 17.00 905.00 0.00 1.747.51 1.987.40 14.431.00 100.00
18.77 3.43 22.20 19.11 3.08 13.25 10.25 23.50 6.15 - 0.12 6.27 12.11 13.77 100.00
Sumber data profil : BPP Ujung Loe Tahun 2018
Hutan
Jumlah
Persentase (%)
Desa/ Kel
Potensi Lahan ( Ha )
Sawah
Tanah Kering
Kolam Empang Lain-Lain TotalPerkebunan
DATA POTENSI WILAYAH KERJA
Page 59
Total Persentase
(orang) (%)
L P Jum L P Jum L P Jum L P Jum L P Jum L P Jum L P Jum
1. Salemba 322 295 617 301 357 658 208 259 467 238 280 518 189 198 397 120 155 275 162 188 350 3.272 7.77
2. Dannuang 449 399 848 421 482 903 290 349 639 332 379 711 264 267 531 168 209 377 226 253 479 4.488 10.66
3. Manjalling 254 247 501 239 297 536 165 216 381 189 234 423 149 164 313 95 130 225 128 156 284 2.663 6.33
4. Padang Loang 271 229 500 255 277 532 175 200 375 201 218 419 159 170 329 102 117 219 134 146 280 2.654 6.30
5. Seppang 432 378 810 404 456 860 279 331 610 320 359 679 254 253 507 162 198 360 217 240 457 4.283 10.17
6. Bijawang 276 257 533 259 310 569 178 230 408 204 244 448 163 171 334 103 134 237 139 162 301 2.83 6.72
7. Lonrong 122 103 225 105 124 229 72 91 163 82 98 180 66 69 135 41 55 96 56 65 121 1.149 2.73
8. Balong 288 267 555 270 322 592 186 233 419 213 254 467 169 178 347 108 141 249 146 169 315 2.944 6.99
9. Garanta 372 355 727 349 428 777 240 310 550 276 337 613 219 237 456 139 187 326 187 225 412 3.861 9.17
10. Manyampa 355 340 695 333 411 744 231 298 529 263 324 587 209 228 437 133 179 312 179 216 395 3.699 8.79
11. Balleanging 416 393 809 391 475 866 268 344 612 308 373 681 244 262 506 156 207 363 209 250 459 4.296 10.21
12. Tomatto 392 361 753 369 436 805 254 316 570 290 342 632 231 240 471 147 189 336 198 229 427 3.994 9.49
13. Paccaramengang 146 136 282 173 184 357 104 113 217 135 145 280 123 153 276 165 115 280 123 146 269 1.961 4.66
4.095 3.76 7.855 3.869 4.559 8.428 2.54 3.29 5.94 3.051 3.587 6.638 2.439 2.59 5.029 1.639 2.016 3.655 2.104 2.445 4.549 42.094 100.00
9.73 8.93 18.66 9.19 10.83 20.02 6.30 7.82 14.11 7.25 8.52 15.77 5.79 6.15 11.95 3.89 4.79 8.68 5.00 5.81 10.81 100.00 -
21-30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun
SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber data profil : BPP Ujung Loe Tahun 2018
51-60 Tahun 60 Tahun Keatas
Jumlah
Persentase (%)
No Desa/Kel
Jumlah Penduduk Menurut Umur ( Orang)
0-10 Tahun 11-20 Tahun
Page 60
TOTAL PENDUDUK
Laki-laki Wanita Jumlah
1. Salemba 1.54 1.732 3.272 737
2. Dannuang 2.15 2.338 4.488 711
3. Manjalling 1.219 1.444 2.663 801
4. Padang Loang 1.297 1.357 2.654 753
5. Seppang 2.068 2.215 4.283 952
6. Bijawang 1.322 1.508 2.83 1.01
7. Lonrong 544 605 1.149 623
8. Balong 1.38 1.564 2.944 525
9. Garanta 1.782 2.079 3.861 699
10. Manyampa 1.703 1.996 3.699 984
11. Balleanging 1.992 2.304 4.296 1.029
12. Tomatto 1.881 2.113 3.994 873
13. Paccaramengang 969 992 1.961 485
19.847 22.247 42.094 10.182
Sumber data profil : BPP Ujung Loe Tahun 2018
No Desa / KelPenduduk (Orang) Jumlah
KK
Jumlah
Page 61
Tahun
Bulan Mm3 hh Mm3 hh Mm3 hh Mm3 hh Mm3 hh Mm3 hh Mm3 hh
1 Januari 101 13 174 22 50 11 73 12 70 11 468 69 79.83 13.8
2 Februari 134 12 45 11 77 7 71 12 181 11 508 53 86.5 10.6
3 Maret 91 16 53 13 222 17 28 8 122 11 516 65 87.83 13
4 April 74 10 163 20 57 10 255 18 239 17 788 75 134.16 15
5 Mei 247 13 377 21 283 23 350 16 173 15 1430 88 240.83 17.6
6 Juni 132 10 484 19 287 22 163 12 231 10 1297 73 217.83 14.6
7 Juli 202 13 384 18 108 11 6 6 124 9 824 57 138.83 11.4
8 Agustus 64 4 62 5 78 9 0 0 17 4 221 22 37.5 4.4
9 September 12 1 4 1 16 2 0 0 39 4 71 8 12.5 1.6
10 Oktober 64 3 20 3 0 0 0 0 248 11 332 17 57.16 3.4
11 November 58 3 120 7 1 1 0 0 74 10 253 21 43.83 4.2
12 Desember 106 3 138 17 109 15 145 10 316 10 814 55 137.33 11
1285 101 2024 157 1288 128 1091 94 1834 123 603 120.6
107.08 8.41 168.6 13.08 107.33 10.66 90.91 7.83 152.83 10.25 50.23 10.046
CURAH HUJAN RATA-RATA SELAMA 5 TAHUN
Sumber data profil : BPP Ujung Loe Tahun 2018
Jumlah Rata-rata
Jumlah
Rata-rata
No2012 2013 2014 2015 2016
Page 62
Jumlah KKPetani Tanaman
PanganPetani Pekebun
Petani
Peternak Nelayan Pengusaha Pegawai Pensiunan Lain-Lain Total
1. Salemba 737 777 15 41 109 101 73 54 148 1.318
2. Dannuang 711 1.381 581 361 121 180 83 125 - 2.832
3. Manjalling 801 1.175 648 326 247 43 34 154 36 2.663
4. Padang Loang 753 686 562 481 - 57 37 41 41 1.905
5. Seppang 952 562 454 145 - 149 114 65 - 1.489
6. Bijawang 1.01 826 745 645 - 104 195 54 43 2.612
7. Lonrong 623 875 300 53 - 43 34 15 8 1.328
8. Balong 525 1.75 572 134 25 200 80 175 8 2.944
9. Garanta 699 360 197 67 162 28 35 - - 849
10. Manyampa 984 1.212 1.114 1.004 132 37 145 32 23 3.699
11. Balleanging 1.029 799 483 316 - 113 526 119 - 2.356
12. Tomatto 873 567 462 196 - 80 1.418 148 - 2.871
13 Paccaramengang 485 485 485 485 - 15 120 - - 1.59
10.182 11.455 6.618 4.254 796 1.15 2.894 982 307 28.456
40.26 23.26 14.95 2.80 4.04 10.17 3.45 1.08 100
JUMLAH PENDUDUK
Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan (Orang )No Desa/ Kelurahan
Sumber data profil : BPP Ujung Loe Tahun 2018
JumlahPersentase (%)
Page 63
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
DOKUMENTASI SEMINAR AKHIR
Kajian Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga Pada Daerah Pesisr Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Mera
LAPORAN AKHIR
Page 64
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR
Page 65
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan TeknologiRamah Lingkungan Pada Budidaya Bawang MerahBalitbangda 2019
Balitbangda 2019
s
LAPORAN AKHIR
Page 66
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Dokumentasi Laporan Akhir
Lokasi Di Atas Masih Dalam Kondisi Titik Nol, Dilaksanakan Pada Bulan Februari 2019
Lokasi Demplot Bawang Merah Sementara Dibersihkan Sebelum Membuat Bedengan
Page 67
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Seminar Awal yang dihadiri Oleh Kepala Bidang Pembangunan Inovasi dan Teknologi, Tim
Ahli Pertanian dan Tim Ahli Kesehata
Page 68
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bedengan Demplot Bawang Merah Sudah Siap ditaburi Pupuk Organik Dusun Parang
Jalling, Kel. Danuang, Kec. Ujung Loe, Kab. Bulukumba Pada Bulan Maret
Page 69
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pertemuan Tekhnis Budidaya Bawang Merah yang dihadiri Kepala Bidang Pembangunan
Inovasi dan Teknologi, Kemudian dihadiri Peneliti dari BPTP, Di Rumah Kelompok Tani
Assamature
Page 70
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pertemuan Teknis Cara Menanam Bawang Merah yang Dilaksanakan Pada Bulan April di
Lokasi Demplot yang dihadiri Kepala Bidang Pembangunan Inovasi dan Teknologi, Peneliti
dari BPTP dan Asisten Peneliti.
Page 71
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pertemuan Teknis Pasca Panen dan Agribisnis Bawang Merah yang dihadiri oleh Kepala
Bidang Pembangunan Inovasi dan Teknologi dan Peneliti dari BPTP yang dilaksanakan
pada Bula
Page 72
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pupuk Organik untuk Demplot Bawang Merah Sudah Siap di Lokasi pada Bulan Maret
Page 73
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pupuk Organik Sedang dihambur di Lokasi Demplot Bawang Merah pada Bulan Mar
Page 74
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bibit Bawang Merah Sebanyak 100 Kilo berasal dari Penangkar Kab. Jeneponto dengan
Varietas Berebes
Page 75
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bibit Bawang Merah Sedang dicampur dengan Dthain M-45 dilakukan pada Bulan April
Oleh Ketua Kelompok Tani (AssamaturE)
Page 76
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bedengan Sedang disiram untuk Siap ditanami Bawang Merah pada 16 April 2019
Page 77
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Ibu-ibu Tani Sedang Menanam Bawang Merah di daerah Pesisir pada Bulan April
Page 78
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Sedang Melakukan Monitoring
Pertanaman Bawang Merah pada Umur 1 Minggu Setelah Tanam di Dusun Parang Jalling,
Kel. Danuang, Kec. Ujung Loe.
Page 79
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Alat Penampungan Air dan Alat Penyiram pada Demplot Bawang Merah
Page 80
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Alat Penyemprot Hama dan Alat Pembersih Bedenga
Page 81
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Kasubag Program Sedang Melakukan Monitoring Pertanaman Bawang Merah Di Lokasi
Demplot pada Umur 1 Bulan Setelah Tanam
Page 82
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Umur Bawang Merah 2 Bulan Setelah Tanam
Page 83
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bawang MerahDemplot Bawang Merah Sudah Siap Panen
Page 84
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Demplot Bawang Merah Sudah dipanen dengan Jumlah Ubinan Sebesar 9,24 Ton/Hektar
Page 85
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Gambar diatas Sedang Mengambil Ubinan dan Menghitung hasil Ubinan Sebesar 9,24
Ton/Hektar
Page 86
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Dokumentasi Laporan Awal
Lokasi Di Atas Masih Dalam Kondisi Titik Nol, Dilaksanakan Pada Bulan Februari 2019
Lokasi Demplot Bawang Merah Sementara Dibersihkan Sebelum Membuat Bedengan
Page 87
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Seminar Awal yang dihadiri Oleh Kepala Bidang Pembangunan Inovasi dan Teknologi, Tim
Ahli Pertanian dan Tim Ahli Kesehata
Page 88
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bedengan Demplot Bawang Merah Sudah Siap ditaburi Pupuk Organik Dusun Parang
Jalling, Kel. Danuang, Kec. Ujung Loe, Kab. Bulukumba Pada Bulan Maret
Page 89
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pertemuan Tekhnis Budidaya Bawang Merah yang dihadiri Kepala Bidang Pembangunan
Inovasi dan Teknologi, Kemudian dihadiri Peneliti dari BPTP, Di Rumah Kelompok Tani
Assamature
Page 90
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pertemuan Teknis Cara Menanam Bawang Merah yang Dilaksanakan Pada Bulan April di
Lokasi Demplot yang dihadiri Kepala Bidang Pembangunan Inovasi dan Teknologi, Peneliti
dari BPTP dan Asisten Peneliti.
Page 91
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pertemuan Teknis Pasca Panen dan Agribisnis Bawang Merah yang dihadiri oleh Kepala
Bidang Pembangunan Inovasi dan Teknologi dan Peneliti dari BPTP yang dilaksanakan
pada Bula
Page 92
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pupuk Organik untuk Demplot Bawang Merah Sudah Siap di Lokasi pada Bulan Maret
Page 93
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pupuk Organik Sedang dihambur di Lokasi Demplot Bawang Merah pada Bulan Mar
Page 94
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bibit Bawang Merah Sebanyak 100 Kilo berasal dari Penangkar Kab. Jeneponto dengan
Varietas Berebes
Page 95
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bibit Bawang Merah Sedang dicampur dengan Dthain M-45 dilakukan pada Bulan April
Oleh Ketua Kelompok Tani (AssamaturE)
Page 96
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bedengan Sedang disiram untuk Siap ditanami Bawang Merah pada 16 April 2019
Page 97
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Ibu-ibu Tani Sedang Menanam Bawang Merah di daerah Pesisir pada Bulan April
Page 98
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Sedang Melakukan Monitoring
Pertanaman Bawang Merah pada Umur 1 Minggu Setelah Tanam di Dusun Parang Jalling,
Kel. Danuang, Kec. Ujung Loe.
Page 99
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Alat Penampungan Air dan Alat Penyiram pada Demplot Bawang Merah
Page 100
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Dokumentasi Laporan Antara
Lokasi Di Atas Masih Dalam Kondisi Titik Nol, Dilaksanakan Pada Bulan Februari 2019
Lokasi Demplot Bawang Merah Sementara Dibersihkan Sebelum Membuat Bedengan
Page 101
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Seminar Awal yang dihadiri Oleh Kepala Bidang Pembangunan Inovasi dan Teknologi, Tim
Ahli Pertanian dan Tim Ahli Kesehata
Page 102
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bedengan Demplot Bawang Merah Sudah Siap ditaburi Pupuk Organik Dusun Parang
Jalling, Kel. Danuang, Kec. Ujung Loe, Kab. Bulukumba Pada Bulan Maret
Page 103
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pertemuan Tekhnis Budidaya Bawang Merah yang dihadiri Kepala Bidang Pembangunan
Inovasi dan Teknologi, Kemudian dihadiri Peneliti dari BPTP, Di Rumah Kelompok Tani
Assamature
Page 104
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pertemuan Teknis Cara Menanam Bawang Merah yang Dilaksanakan Pada Bulan April di
Lokasi Demplot yang dihadiri Kepala Bidang Pembangunan Inovasi dan Teknologi, Peneliti
dari BPTP dan Asisten Peneliti.
Page 105
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pertemuan Teknis Pasca Panen dan Agribisnis Bawang Merah yang dihadiri oleh Kepala
Bidang Pembangunan Inovasi dan Teknologi dan Peneliti dari BPTP yang dilaksanakan
pada Bula
Page 106
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pupuk Organik untuk Demplot Bawang Merah Sudah Siap di Lokasi pada Bulan Maret
Page 107
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pupuk Organik Sedang dihambur di Lokasi Demplot Bawang Merah pada Bulan Mar
Page 108
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bibit Bawang Merah Sebanyak 100 Kilo berasal dari Penangkar Kab. Jeneponto dengan
Varietas Berebes
Page 109
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bibit Bawang Merah Sedang dicampur dengan Dthain M-45 dilakukan pada Bulan April
Oleh Ketua Kelompok Tani (AssamaturE)
Page 110
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bedengan Sedang disiram untuk Siap ditanami Bawang Merah pada 16 April 2019
Page 111
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Ibu-ibu Tani Sedang Menanam Bawang Merah di daerah Pesisir pada Bulan April
Page 112
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Sedang Melakukan Monitoring
Pertanaman Bawang Merah pada Umur 1 Minggu Setelah Tanam di Dusun Parang Jalling,
Kel. Danuang, Kec. Ujung Loe.
Page 113
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Alat Penampungan Air dan Alat Penyiram pada Demplot Bawang Merah
Page 114
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Alat Penyemprot Hama dan Alat Pembersih Bedenga
Page 115
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Kasubag Program Sedang Melakukan Monitoring Pertanaman Bawang Merah Di Lokasi
Demplot pada Umur 1 Bulan Setelah Tanam
Page 116
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Umur Bawang Merah 1 Bulan Setelah Tanam
Page 117
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bawang MerahDemplot Bawang Merah Sudah Siap Panen
Page 118
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Demplot Bawang Merah Sudah dipanen dengan Jumlah Ubinan Sebesar 9,24 Ton/Hektar
Page 119
DOKUMENTASI DEMPLOT BAWANG MERAH YANG DILAKSANAKAN DI DUSUN PARANG
JALLING, KEL. DANNUANG, KEC. UJUNG LOE DENGAN JUDUL KAJIAN KETERSEDIAAN
PANGAN SEHAT DI DAERAH PESISIR DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Page 120
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan laut dan daratan. Kondisi tersebut
menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan tekanan dari berbagai aktivitas dan
fenomena di daratan maupun di laut. Fenomena yang terjadi di daratan antara lain
abrasi, banjir, dan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yaitu pembangunan
pemukiman, pembabatan hutan untuk persawahan, pembangunan tampak dan sebagai
yang akan akhirnya memberikan dampak pada ekosistem pantai. Demikian pula
fenomena-fenomena di laut, seperti pasang surut air laut, gelombang badai dan
sebagainya (Hastuti,2012 dalam Pinto, 2015:164). Secara umum, aktivitas masyarakat
pesisir meliputi aktivitas ekonomi berupa kegiatan perikanan yang memanfaatkan
lahan darat, lahan air, dan laut terbuka, kegiatan parawisata dan rekreasi yang
memanfaatkan lahan darat, lahan air, dan objek di bawah air, kegiatan transportasi laut
yang memanfaatkan lahan darat dan alokasi ruang dilaut untuk jalur pelayaran.
Aktivitas ekonomi yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan ketergantungan terhadap kondisi lingkungan dan sumber daya alam
yang ada disekiarnya, pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan sumber
daya alam, lembaga sosial aktivitas, ekonomi pendidikan kesehatan dan lain-lain
(Bengen, 2002 dalam Pinto, 2015:164). Setiap masyarakat memiliki perilaku yang
berbeda tergantung dari bagaimana masyarakat atau individu berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam kaitannya dengan lingkungan hidup, perilaku manusia dapat
menentukan keberlanjutan kondisi lingkungan. Perilaku pengelolaan lingkungan hidup
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau menurunkan
Page 121
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 2
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbagai
masalah lingkungan berkaitan dengan pengetahuan, sikap, perilaku dan penilaian
manusia terhadap lingkungan. Hal ini diperkuat bahwa kerusakan lingkungan pesisir
lebih dipengaruhi oleh faktor alam dan manusia (Vatria, 2010; Gumilar, 2012 dalam
Pinto, 2015:165). Pengaruh masyarakat terhadap lingkungan merupakan bagian dari
mekanisme yang menghasilkan perilaku yang nyata dari masyarakat itu sendiri dalam
menciptakan perubahan lingkungan (Heddy, 1994 dalam Pinto, 2015:165) Upaya yang
dapat diambil dalam penyelamatan kerusakan lingkungan dapat dilakukan melalui
penghijauan kembali di daerah pesisir yang terkena dampak abrasi. Kegiatan
penghijauan ini dilakukan oleh kelompok masyarakat pesisir dan bekerja sama dengan
pemerintah. Pemerintah menyiapkan bibit pohon cemara dan kelompok masyarakat
pesisir yang melakukan penanaman dan pencangkokan pohon cemara yang masih hidup
untuk menanam kembali. Beberapa upaya lain juga sedang dilakukan pemerintah,
seperti rencana pembuatan talud atau pemecah ombak di daerah pesisir. Adapun cara
yang perlu dilakukan yaitu mengajak seluruh pihak termasuk masyarakat untuk
bersama-sama menjaga lingkungan pesisir. Langkah pemberdayaan masyarakat guna
memunculkan kesadaran perlu diberikan karena akan menjamin terciptanya pengelolaan
lingkungan yang lebih efektif dan berkelanjutan (Fitriansah, 2012 dalam Pinto,
2015:172). Langkah konservasi pesisir dalam melibatkan masyarakat merupakan kunci
keberhasilan pelestarian pesisir yang berkelanjutan yang dapat memberi manfaat
ekonomis bagi masyarakat dan pemerintah daerah (Wardhani, 2011 dalam Pinto,
2015:172).
Dalam pemenuhan pangan yang merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia yang harus dipenuhi setiap harinya.Dengan demikian upaya untuk mencapai
kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional. Pemenuhan pangan
Page 122
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 3
merupakan salah satu hal yang penting dalam rangka pembangunan nasional sebagai
tolok ukur kesejahteraan masyarakat (Hanafie 2001), krisis pangan yang terjadi pada
suatu Negara akan memberikan dampak pada stabilitas ekoonomi, sosial, dan politik,
oleh karena masalah berkaitan dengan ketahanan pangan menjadi hal yang sangat
penting.
Pemanfaatan atau penyerapan pangan merupakan output dari keadaan ketahanan
pangan di suatu daerah, dengan itu juga pangan merupakan salah satu indikator sebagai
tingkat ketahanan pangan. Penyerapan konsumsi pangan untuk kehidupan yang lebih
sehat di tentukan pada tingkat pengetahuan, ketersediaan air, fasilitas kesehatan.
Upaya untuk menuju pada peningkatan kesejahteraan petani secara operasional
akan dilakukan melalui pemberdayaan penyuluhan, pendampingan serta penjaminan
usaha. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
adalah melalui demplot bawang merah. Diharapkan dengan adanya demplot bawang
merah akan menaikkan taraf ekonomi masyarakat sehingga meningkatkan pendapatan
rumah tangga yang dapat menjamin ketersediaan dan pemenuhan pangan keluarga
yang memenuhi standar kesehatan. Demplot bawang merah ini dilakukan di daerah
pesisir.
Pesisir merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan pantai, dengan
batas 2 Km kearah darat yang dihitung dari garis pantai secara ekologis, wilayah pesisir
merupakan daerah peralihan antara lautan dan daratan, pada bagian daratannya masih
berdampak fenomena yang terjadi di lautan seperti angin laut, gelombang, sedangkan
pada daerah laut biasanya sebagai tempat aktivitas manusia (Nugroho, 2004). Kawasan
pesisir biasanya berpasir dan salah satu jenis lahan marginal karena kurang subur
Page 123
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 4
sehingga memiliki produktivitas yang rendah. Karena hanya memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Unsur hara rendah
2. 95% berupa pasir sisanya tanah dan lainnya
3. Struktur kurang baik
4. Karena sebagian berpasir, maka tidak mampu mengikat air.
Meski demikian bukan berarti lahan pasir tidak dapat menghasilkan, dapat
digunakan untuk menghasilkan tanaman seperti cabai, bawang merah. Umbi jika diolah
dengan cara dan teknik yang benar (Nogroho 2014). Peningkatan produktivitas tanaman
pangan diikuti dengan kelestarian lingkungan hidup yang merupakan prinsip penerapan
sistem pertanian ramah lingkungan berkelanjutan. Berbagai sistem pertanian ramah
lingkungan telah dikembangkan dengan berpedoman pada budidaya pertanian yang lebih
baik melalui sinergitas antar komponen teknologi, antara lain pengelolaan tanaman terpadu,
sistem integrasi tanaman bebas limbah dan pengendalian oranisme pengganggu tanaman
secara terpadu melalui sinergi komponen teknologi secara terpadu, penerapan sistem
pertanian ramah lingkungan memantapkan capaian produktivitas tanaman pangan, kualitas
tanah terpelihara, emisi gas rumah kaca dapat tereduksi. Beberapa komponen teknologi
yang mampu memberikan hasil tanaman tinggi, emisi gas rumah kaca rendah, dan rendah
kontaminan antara lain pengairan berselang, dan penggunaan bahan organik.
Pertanian ramah lingkungan merupakan sistem pertanian berkelanjutan yang
bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan produktivitas tinggi dengan
memperhatikan pasokan hara dari penggunaan bahan organik, minimalisasi
ketergantungan pada pupuk organik, perbaikan biota tanah, pengendalian organisme
pengganggu tanaman (OPT) berdasarkan kondisi ekologi, dan diverifikasi tanaman
Page 124
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 5
(Hedrawati,2001). Ramah lingkungan sebagai pertanian yang merupakan teknologi serasi
dengan lingkungan untuk optimasi pemanfaatan sumberdaya alam dalam memperoleh
produksi tinggi dan aman, serta menjaga kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam
pertanian, konsep pertanian ramah lingkungan tersebut bermuara pada kwalitas tanah yang
mempengaruhi :
(1) Produktivitas tanah untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan aspek hayati
lainnya.
(2) Memperbaiki kualitas lingkungan dalam menetralisasi kontaminan-kontaminan dan
produk pertanian.
(3) Kesehatan manusia yang mengonsumsi produk pertanian.
Berdasarkan data jumlah penduduk menurut pekerjaan di Kecamatan Ujung Loe
tahun 2017 memberi gambaran bahwa terdapat 796 orang penduduk berprofesi nelayan
yang bermukim sepanjang pesisir mulai Salemba 109 orang, Dannuang 121 orang,
Manjalling 247 orang, Garanta 167 orang, Manyampa 132 orang, dan Ballong 25 orang,
menempati 2,80% dari total 28.456 orang jumlah penduduk pekerja Kecamatan Ujung Loe.
Dan penduduk pekerja terbesar adalah berprofesi sebagai petani tanaman pangan yaitu
11.455 orang dari 10.182 KK.
Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan umur dari umur 0 – 60 tahun ketas
sebesar 42.094 orang dan Desa / Kelurahan Dannuang menempati terbanyak penduduknya
yaitu 4.488 orang atau 10,66% dari total jumlah penduduk Ujung Loe (sumber:
Monografi Kecamatan Ujung Loe tahun 2018).
Masalah yang paling dominan pada penelitian yang dilakukan untuk menggali
tentang masalah “Ketersediaan pangan sehat keluarga pada daerah pesisir dengan
teknologi ramah lingkungan melalui budidaya bawang merah di lingkungan pesisir.”
Page 125
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 6
1.2 Rumusan Permasalahan
Dari latar belakang diatas sehingga rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
(1) Bagaimana tingkat ketersediaan pangan sehat tingkat rumah tangga di lingkungan
pesisir.
(2) Bagaimana pengelolaan lahan daerah pesisir dengan konsep ramah lingkungan
terhadap lingkungan masyarakat pesisir.
(3) Bagaimana teknis budidaya bawang merah dengan konsep ramah lingkungan di
lingkungan pesisir.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan
Tujuan kajian ketersediaan pangan sehat keluarga pada daerah pesisir dengan konsep
ramah lingkungan adalah :
(1) Untuk mengetahui tingkat ketersediaan pangan sehat rumah tangga di daerah pesisir.
(2) Untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan lahan didaerah pesisir dengan
konsep ramah lingkungan.
(3) Untuk mengetahui teknis budidaya bawang merah dengan konsep ramah lingkungan
di daerah pesisir.
1.3.2 Sasaran
Sasaran dari pelaksanaan kajian dan penelitian ini adalah ketersedian pangan sehat
keluarga pada daerah pesisir dengan konsep ramah lingkungan ini adalah :
(1) Meningkatnya pengetahuan masyarakat didaerah pesisir dalam penanganan pangan
sehat di rumah tangga.
Page 126
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 7
(2) Meningkatnya pengetahuan masyarakat daerah pesisir dalam pengelolaan lahan di
wilayah pesisir.
(3) Memberi pengetahuan masyarakat didaerah pesisir membudidayakan bawang
merah dengan konsep ramah lingkungan.
1.3.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan ketersediaan pangan sehat keluarga pada daerah pesisir
dengan konsep ramah lingkungan ini adalah :
(1) Meningkatkan ketersediaan pangan pada rumah tangga masyarakat pesisir sehingga
ketahanan pangan dapat terpenuhi.
(2) Menambah pengetahuan pengelolaan lahan daerah pesisir dengan konsep ramah
lingkungan.
(3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis budidaya bawang merah
dengan konsep ramah lingkungan.
1.3.4 Sekilas/Uji Coba/pilot Project
Sehubungan dengan pelaksanaan Kajian Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga Pada
Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah.
kajian ini dilaksanakan dalam bentuk pilot project melalui demplot bawang merah
dilaksanakan di Dusun Parangjalling kelompok tani Assamaturu-E Kelurahan
Dannuang Kecamatan Ujung Loe. Demplot bawang merah dilaksanakan seluas 0,05 Ha
dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan berupa : pupuk organik yang terbuat
dari limbah pertanian dan limbah peternakan, pupuk cair organik terbuat dari urine sapi
serta pestisida nabati yang terbuat dari limbah pertanian. Produksi yang dicapai demplot
bawang merah yaitu 1,2 setelah dikonversi kedalam Ha maka dicapai 9,240 ton/Ha
harga pasar yang dicapai Rp. 10.000/ Kg maka besar penerimaan petani =
Page 127
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 8
Rp. 92.400.000 dengan total biaya/Ha= Rp. 41.289.821,50 sedangkan pendapatan
petani yang diterima bersih petani bawang merah sebesar Rp. 51.110.178,50/ Ha/
panen.
Berdasarkan uji keuntungan teknologi maka diperoleh hasil :
- RC Rasio = 2,2378 > 1 artinya menguntungkan/dapat dilanjutkan.
- BC Rasio = 1,2378 > 1 artinya menguntungkan bagi pelaku usaha /dapat dilanjutkan.
- RC Rasio > 1 berarti bahwa setiap biaya yang dikeluarkan 1 rupiah maka besar
penerimaan petani = 2,2378.
- BC Rasio > 1 berarti bahwa setiap biaya yang dikelauarkan 1 rupiah maka diperoleh
keuntungan ekonomis = 1,2378.
Page 128
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Kesehatan
Kesehatan merupakan unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan dan hak asasi
bagi setiap manusia. Empat faktor utama yang mempengaruhi status kesehatan
masyarakat yaitu genetik dari keluarga, lingkungan, perilaku individu, dan fasilitas
pelayanan kesehatan. Status kesehatan di Kecamatan Semampir termasuk rendah.
Status kesehatan rendah disebabkan perilaku tidak sehat dari masyarakat. Dari
karakteristik pendidikan sebagian besar responden menunjukkan tingkat pendidikan
yang rendah. Pendidikan juga dapat menjadi penentu karakteristik suatu masyarakat
karena tingkat pendidikan yang rendah akan membuat masyarakat atau seseorang sulit
untuk menerima informasi perilaku sehat baik dari media massa ataupun orang lain.
Hal ini berdampak pada cara pandang responden terhadap pentingnya status kesehatan
karena, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah seseorang
untuk menerima dan mengerti informasi yang disampaikan khususnya informasi
kesehatan. Pendidikan yang kurang dari sebagian besar penduduknya menjadi
penghalang dari potensi tersebut, karena akan membuat kurangnya informasi kesehatan
yang didapatkan. Akibatnya berdampak pada status kesehatan secara umum. Dari hasil
survey yang dilakukan, banyak faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat
yang memiliki kondisi kesehatan yang tidak baik, diantaranya karena lingkungan
tempat tinggal yang terlalu padat, sanitasi yang kurang baik, serta perilaku masyarakat
itu sendiri. Status kesehatan masyarakat dapat dihubungkan oleh berbagai faktor. Salah
satu faktor yang berhubungan adalah perilaku sehat dari masyarakatnya. Semakin
Page 129
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 10
masyarakat berperilaku sehat, maka status kesehatan masyarakat akan baik. Hal ini
sesuai dengan penelitian Hapsari, dkk (2009) yang memberikan kesimpulan bahwa
salah satu faktor yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat adalah
perilaku sehat. Perilaku sehat pada tiap responden sangat berperan terhadap baik
tidaknya status kesehatan yang dimiliki. Sebagian besar masyarakat adalah perokok
aktif dan berpotensi terserang penyakit degeneratif dan penyakit infeksi yang akan
mengganggu status kesehatan. Perilaku merokok dalam penelitian ini terbagi menjadi
dua kelompok yaitu, kelompok yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak memiliki
kebiasaan merokok. Dari hasil analisis didapatkan bahwa mayoritas responden
merokok. Perilaku merokok merupakan salah satu perilaku hidup yang tidak sehat.Hal
ini dibuktikan dengan kejadian kesakitan yang disebabkan oleh rokok. Kasus kanker
paru sebagian besar diakibatkan oleh rokok yaitu sekitar 90% dan sekitar 80% kasus
kanker esofagus telah dikaitkan dengan merokok. Selain itu, Penyakit jantung koroner
dan lainnya merupakan akibat dari merokok (Bararah, 2011 dalam Sulistiarini,
2018:17). Tidak hanya merugikan perokok aktif, kesehatan perokok pasif pun terancam
dengan adanya perokok aktif yang ada di lingkungan sekitar mereka. Hal ini
dikarenakan asap rokok yang terhirup oleh perokok pasif mengandung racun dan bahan
kimia termasuk nikotin sebagaimana yang dialami oleh perokok. Konsumsi sayur dalam
penelitian ini dikelompokkan berdasarkan porsi kebiasaan makan sayur perharinya
yang terdiri dari kelompok tidak makan sayur setiap hari, satu porsi sayur setiap hari
dan 2 porsi sayur setiap hari. Sama halnya dengan kebiasaan makan sayur, kebiasaan
maka buah dikelompokkan menjadi tidak makan buah dalam setiap hari, satu buah
sayur setiap hari dan 2 porsi buah setiap hari.Paling banyak mengonsumsi buah dan
sayur 1 porsi perhari yaitu sebesar 52,9%untuk sayur dan 69,9% untuk buah. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masuk dalam kategori kurang
Page 130
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 11
mengonsumsi buah dan sayur menurut (Riskesdas, 2013 dalam Sulistiarini, 2018:17).
Kurang mengonsumsi sayur dan buah akan lebih mudah terkena penyakit sehingga akan
mengganggu status kesehatan. Penduduk atau masyarakat dikategorikan ‘cukup’
mengonsumsi buah dan/atau sayur apabila makan buah dan/ atau sayur minimal 5
porsi/hari selama 7 hari dalam seminggu. Dikategorikan ’kurang’ apabila konsumsi
sayur dan/ atau buah kurang dari ketentuan tersebut (Riskedas, 2013 dalam Sulistiarini,
2018:17).Berdasarkan data tersebut maka seluruh responden masuk dalam kategori
kurang untuk konsumsi buah dan sayur dikarenakan tidak ada responden yang
mengkonsumsi sayur dan/atau buah 5 porsi perhari. Dari hasil analisis lanjut ini
didapatkan bahwa, konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia masih tergolong
rendah yaitu sebesar 97,1% pada semua kelompok umur bila dibandingkan dengan
anjuran konsumsi buah dan sayur dalam pedoman gizi seimbang 2014. Menurunnya
tingkat konsumsi buah dan sayur menyebabkan perubahan pola penyakit infeksi
menjadi penyakit metabolik dan degeneratif. Serat pangan pada buah dan sayur juga
menguntungkan bagi kesehatan yaitu berfungsi mengontrol berat badan,
menanggulangi penyakit diabetes, mengurangi tingkat kolesterol darah dan penyakit
kardiovaskuler serta mencegah gangguan gastrointestinal, kanker kolon (Santoso,
2011 dalam Sulistiarini, 2018:17). Menurut (Santoso, 2011 dalam Sulistiarini,
2018:17), salah satu faktor yang menyebabkan penurunan konsumsi buah dan sayur
pada masyarakat perkotaan adalah tingkat mobilitas tinggi dan cenderung mengonsumsi
makanan siap saji sehingga terjadi pergeseran pola makan dari tinggi karbohidrat, tinggi
serat, dan rendah lemak ke pola konsumsi rendah karbohidrat dan serat, tinggi lemak
dan protein. Menurut hasil penelitian (Khuril’in, 2015 dalam Sulistiarini, 2018:17)
status sosial ekonomi berpengaruh terhadap konsumsi ikan, sayur, dan buah
dikarenakan pendapatan dan pekerjaan memang berpengaruh besar
Page 131
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 12
terhadapkonsumsi pangan masyarakat. Semakin tinggi status sosial masyarakat,
semakin tinggi pula konsumsi pangan masyarakat tersebut. Penelitian ini mempunyai
tujuan mengetahui hubungan antara perilaku hidup sehat dengan status kesehatan
masyarakat. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan pendekatan Cross
Sectional. Teknik dalam penentuan sampel adalah Simple Random Sampling, sampel
sebanyak 136 responden. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
primer dan data sekunder. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari perilaku
merokok, aktivitas fisik, perilaku mengonsumsi buah, dan perilaku mengonsumsi sayur.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status sehat. Data yang terkumpul
dianalisis menggunakan analisis Chi-square dengan tujuan mengetahui kuat hubungan
subjek penelitian. Hasil dari penelitian yaitu terdapat hubungan antara konsumsi sayur,
konsumsi buah dan perilaku merokok dengan status kesehatan yaitu dengan hasil p
value sebesar 0,009, 0,006 dan 0,001. Serta tidak terdapat hubungan antara olahraga
dengan status kesehatan dengan hasil p value sebesar 0,243.
Kesehatan merupakan hal penting dalam kaitannya dengan produktivitas
seseorang. Pada hakikatnya, setiap manusia membutuhkan kehidupan yang sehat untuk
menunjang keberlangsungan hidupnya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 tahun 2009 kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial maupun ekonomi. Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan dan merupakan hak asasi bagi setiap manusia.Hal ini sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara RI Tahun 1945.Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kesehatan itu bersifat holistik. Bukan hanya fisik melainkan jiwa
dan sosial ekonomi.Status kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor penting
Page 132
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 13
yang dapat berpengaruh terhadap kuwalitas sumber daya manusia dalam mendukung
pembangunan di suatu Negara. Negara akan berjalan secara optimal apabila penduduk
memiliki status kesehatan masyarakat yang baik. Adanya peningkatan status kesehatan
masyarakat tentu bukan hanya tugas dari institusi kesehatan, tetapi juga integrasi dari
berbagai pihak dan tidak lepas dari dukungan masyarakat sendiri.Jadi, seorang manusia
mempunyai tanggung jawab untuk menjaga status kesehatan pada dirinya. Karena
sumbangsih individu akan mempengaruhi tinggi rendahnya status kesehatan masyarakat
sebagai pondasi kesejahteraan. Status kesehatan individu atau masyarakat merupakan
hasil interaksi beberapa faktor dari dalam individu tersebut (internal) dan faktor luar
(eksternal). Faktor internal meliputi faktor psikis dan fisik.Sedangkan faktor eksternal
meliputi faktor budaya, ekonomi, politik, lingkungan fi sik dan lain sebagainya.Salah
satu teori yang menjelaskan tentang status kesehatan adalah teori dari HL. Blum.
dikutip Notoadmodjo (2012) dalam konsepnya menjelaskan bahwa terdapat empat
faktor utama yang mempengaruhi status kesehatan seseorang atau suatu komunitas
masyarakat. Beberapa faktor ini meliputi genetik dari keluarga, lingkungan sekitar
seperti sosial masyarakat, ekonomi yang berkembang, politik dan budaya
setempat, perilaku termasuk gaya hidup individu, dan fasilitas pelayanan kesehatan
(jenis cakupan dan kuwalitas). Status kesehatan akan tercapai bila keempat faktor
tersebut berada dalam kondisi yang optimal. Sedangkan, determinan yang paling besar
mempengaruhi tinggi rendahnya status kesehatan adalah faktor lingkungan dan
perilaku.Oleh karenanya, perlu diupayakan lingkungan yang sehat dan perilaku hidup
sehat.HL. Belum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan status atau
derajat kesehatan yaitu :
(1) Lamanya usia harapan untuk hidup masyarakat.
(2) Keadaan sakit atau cacat secara anatomis dan fisiologis.
Page 133
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 14
(3) Keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan fisik, sosial dan juga kejiwaan pada
dirinya.
(4) Ketidakmampuan seseorang untuk bersosialisasi dan melakukan pekerjaan
dikarenakan sakit.
(5) Kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi menjaga dirinya agar
selalu dalam keadaan sehat.
(6) Perilaku individu secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan.
(7) Perilaku masyarakat terhadap lingkungan, dan ekosistem.
(8) Perilaku individu atau masyarakat terhadap sesamanya, keluarga dan komunitasnya.
(9) Kualitas komunikasi antar anggota masyarakat.
(10)Daya tahan individu atau masyarakat terhadap penyakit.
(11)Kepuasan masyarakat terhadap lingkungan sosialnya yang terdiri dari rumah,
pekerjaan, sekolah, rekreasi, transportasi dan lain-lain.
(12)Kepuasan individu atau masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya
sendiri.
Perilaku hidup sehat adalah salah satu peran penting dan berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan masyarakat. Perilaku hidup sehat merupakan
perilaku yang berkaitan dengan upaya atau usaha seseorang agar dapat
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatannya, Notoadmodjo (2007).
Menurut Becker (1979) dalam Notoadmodjo (2007), mengklasifikasikan gaya hidup
sehat yaitu olah raga teratur, tidak merokok, makan dengan menu seimbang, tidak
mengonsumsi narkoba dan minuman keras, mengendalikan stres, istirahat cukup, dan
berperilaku hidup positif bagi kesehatan. Menurut Depkes (2002) indikator gaya atau
perilaku hidup sehat adalah perilaku tidak merokok, aktivitas fisik secara teratur dan
pola makan seimbang. Human Population Laboratory di California Departemen of
Page 134
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 15
Health menerbitkan daftar kebiasaan atau perilaku yang berkaitan dengan kesehatan
yaitu olahraga atau aktivitas fisik secara teratur, tidur yang cukup, makan secara teratur,
sarapan yang baik, mengendalikan berat badan, serta tidak mengonsumsi rokok, alkohol
dan obat-obatan terlarang (Sharkey, 2003 dalam Sulistiarini, 2018:13). Menurut
kemendiknas dalam Suharjana (2012) pola hidup sehat terdiri dari mengonsumsi
makanan dengan gizi seimbang, mengonsumsi makanan berserat tinggi, mengonsumsi
buah dan sayur segar setiap hari, menghindari makanan yang mengandung tinggi
lemak, gula dan garam, mengonsumsi susu atau produk lainnya dari susu setiap hari,
selalu berfikir positif, menjaga berat badan dalam batas normal, olah raga teratur,
cukup istirahat, minum air putih 1,5 liter - 2 liter perhari dan tidak merokok.
Daerah pesisir merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki masalah
khususnya di bidang kesehatan masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk menggali
tentang masalah-masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di lingkungan pesisir di
Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang dilakukan melalui
observasi lapangan dan penelusuran kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masalah kesehatan di daerah pesisir yaitu masalah lingkungan, perilaku dan
sosial.Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah yang sangat kompleks.Hal ini
sering berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan.Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya
sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah
"sehat-sakit". Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat. Hendrik L. Blum seorang pakar di bidang
kedokteran pencegahan mengatakan bahwa status kesehatan masyarakat dipengaruhi
oleh 4 hal yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik (keturunan)
(Notoatmodjo, 2011 dalam Sumampouw, 2015:2 ).
Page 135
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 16
Faktor-faktor ini, berpengaruh langsung pada kesehatan dan saling berpengaruh
satu sama lainnya. Status kesehatan dapat tercapai secara optimal jika keempat faktor
ini secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal. Salah satu faktor saja
berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal) maka status kesehatan dapat
tergeser ke arah di bawah keadaan optimal (Sarudji, 2006 dalam Sumampouw, 2015 :
2). Teori dari Hendrik Blum dan Marc Lalonde menunjukkan bahwa status kesehatan
masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu lingkungan, perilaku kesehatan, pelayanan
kesehatan dan genetik. Hendrik L. Blum dalam Planning for Health, Development and
Application of Social Change Theory secara jelas menyatakan bahwa determinan
status kesehatan masyarakat merupakan hasil interaksi domain lingkungan, perilaku dan
genetika serta bukan hasil pelayanan medis semata-mata. Berdasarkan teori ini, terlihat
bahwa konsep status kesehatan seseorang bahkan suatu masyarakat, dipengaruhi oleh
empat faktor terdiri lingkungan 45%, perilaku 30% disusul jasa layanan kesehatan 20%,
serta faktor genetik atau keturunan hanya berpengaruh 5% (Sarudji, 2006 dalam
Sumampouw, 2015:5). Ada banyak hal yang diduga menjadi penyebab tingginya
masalah kesehatan di lingkungan pesisir.Penulis mengelompokkannya dalam 3
kelompok yaitu lingkungan, perilaku dan sosial yang disebut sebagai determinan
kesehatan.
(1) Determinan lingkungan Masalah kesehatan lingkungan yang paling utama di
daerah pesisir yaitu bahwa adanya pembuangan air limbah rumah tangga ke
sungai-sungai. Hal ini menyebabkan tercemarnya air sungai dan air laut di
daerah pesisir, sehingga diduga menyebabkan gangguan lingkungan seperti
mengganggu jaring makanan pada ekosistem sungai dan pesisir. Tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini menyebabkan daya dukung lingkungan
terhadap kehidupan masyarakat menjadi berkurang, seperti ketersediaan air
Page 136
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 17
bersih, udara berkualitas, dan lainnya. Padatnya penduduk juga menyebabkan
penularan penyakit berbasis lingkungan lebih cepat dan luas. Tercemarnya
lingkungan pesisir dengan limbah rumah tangga. Hal ini bisa terjadi karena
berdasarkan hasil observasi awal, terlihat banyaknya limbah rumah tangga
seperti sisa air cucian, kotoran hewan, kotoran manusia dan lainnya di air
sungai, tanah, perairan pesisir dan daerah perumahan. Beberapa bakteri yang
bisa menjadi indikator pencemaran yaitu kelompok bakteri Koliform.
(2) Determinan perilaku Rendahnya perilaku masyarakat khususnya yang
berhubungan dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) berdasarkan
pada indikator output yaitu:
a. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi
dasar (jamban).
b. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan
yang aman di rumah tangga.
c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas
(seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia
fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang
mencuci tangan dengan benar.
d. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya yang menyatakan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara perilaku hidup bersih dan sehat dan kuwalitas
sumber air dengan kejadian diare (Efriani 2008 dalam Sumampouw, 2015:9).
Subagijo (2006) memperoleh hasil bahwa perilaku masyarakat yang tidak baik 3,5
kali lebih besar risiko terkena diare daripada mereka yang berperilaku hidup bersih
Page 137
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 18
dan sehat yang baik. Sinthamurniwaty (2006) menunjukkan bahwa perilaku mencuci
tangan dengan sabun setelah buang air besar merupakan faktor protektif diare.
(3) Determinan sosial Salah satu indikator dalam determinan sosial yaitu
tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan menentukan pada tinggi rendahnya tingkat
kemiskinan. Tingginya jumlah keluarga miskin. Kemiskinan juga menjadi salah satu
masalah di daerah pesisir. Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa penilaian status
kesehatan masyarakat salah satunya dinilai dari tingkat pendapatan. Hal ini
disebabkan karena dengan tingginya tingkat pendapatan maka akses terhadap layanan
kesehatan yang prima akan mudah diperoleh. Selain itu, tingginya pendapatan dapat
membuat masyarakat memodifikasi lingkungan rumah dan sekitarnya
(termasuk jamban dan sumur) sehingga sesuai dengan syarat yang ditentukan.
Determinan sosial-ekonomi kesehatan merupakan kondisi-kondisi sosial dan ekonomi
yang melatari kehidupan seorang, yang mempengaruhi kesehatan. Cabang
epidemiologi yang mempelajari hal ini yaitu epidemiologi sosial. Epidemiologi sosial
mempelajari karakteristik spesifik dari kondisi-kondisi sosial dan mekanisme dari
kondisi-kondisi sosial itu dalam mempengaruhi kesehatan. Epidemiologi sosial
mempelajari peran variabel di tingkat individu, misalnya, gender, umur, pendidikan,
pekerjaan, kelas sosial, status sosial, posisi dalam hirarki sosial. Selain itu,
epidemiologi sosial juga mempelajari peran variabel-variabel sosial, seperti kondisi
kerja, pendapatan absolut wilayah, distribusi pendapatan, kesenjangan pendapatan,
perumahan, ketersediaan pangan, modal sosial, eksklusi sosial, isolasi sosial,
kebijakan kesehatan tentang penyediaan pelayanan kesehatan (misalnya, akses
universal terhadap pelayanan kesehatan), dan pembiayaan pelayanan kesehatan
(misalnya, ketersediaan jaring pengaman sosial) (Murti, 2010 dalam Sumampouw,
2015:11).
Page 138
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 19
2.2. Lingkungan Pesisir
Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil bahwa wilayah pesisir merupakan daerah
peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang kental dipengaruhi oleh
adanya perubahan iklim di darat maupun di laut. Selanjutnya Bingen menyatakan
bahwa wilayah pesisir merupakan daerah Masyarakat pesisir merupakan masyarakat
atau komunitas yang hidup dan tumbuh di pesisir dan terikat dengan kearifan lokal
setempat. Indonesia yang merupakan negara kepalauan, luas lautnya mencapai
70 persen dari total wilayah kepulauan. Kondisi laut yang demikian luas dengan
sumber daya laut yang berlimpah seharusnya mampu membawa masyarakat pesisir
hidup makmur dan sejahtera, namun sebaliknya masyarakat pesisir kurang
berkembang dan terus dalam posisi marjinal (Satria,2015:1 dalam Ari atu dewi,
2018:173). Namun sejalan dengan perkembangan jaman, perkembangan wilayah
pesisir mulai diperhatikan. Mulai dari pembentukan regulasi yang berpihak pada
program pengembangan wilayah pesisir pertemuan antara darat dan laut. Dengan
demikian pesisir merupakan bagian daratan yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat
laut termasuk masih digunakan untuk kegiatan manusia (Harahap, 2015: 1 dalam Ari
atu dewi, 2018:173). Wilayah pesisir merupakan tempat yang sering digunakan untuk
melakukan kegiatan oleh masyarakat terutama masyarakat pesisir,baik itu kegiatan
yang berhubungan dengan religius, sosial kemasyarakatan maupun kegiatan untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat. Kompleksnya pemanfaatan wilayah pesisir
terutama kegiatan yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir,
seharusnya masyarakat pesisir tidak mengalami kekurangan atau maraknya
Page 139
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 20
kemiskinan pada masyarakat pesisir. Berdasarkan penelusuran data pada masyarakat
pesisir, bahwa angka jumlah penduduk miskin di wilayah pesisir cukup besar, yakni
mencapai 32,14 persen dari jumlah total penduduk miskin Indonesia. Penduduk
miskin pesisir hampir 2 kali lipat penduduk miskin dari total penduduk indonesia.
Perbedaaan laju pertumbuhan ekonomi di daerah pesisir dengan di daerah lainnya
disebabkan berbagai permasalahan dan persoalan yang melingkupinya. Permasalahan-
permasalahan sosial di daerah pesisir sangat kompleks. Permasalahan-permasalahan
kompleks tersebut timbul secara langsung maupun tidak langsung.Berkaitan dengan
kemiskinan pada masyarakat pesisir disebabkan oleh penerapan kebijakan yang
kurang tepat, rendahnya penegakan hukum (law enforcement), serta rendahnya
kemampuan sumber daya manusia (SDM). Permasalahan pada wilayah pesisir di atas,
tidak lepas dari kondisi riil dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan menjadi
permanen di wilayah pesisir. (Dahurirokhmin, 1997:4 dalam Ari atu dewi, 2018:173)
menegaskan ada lima faktor yang mempengaruhi permasalahan pokok yang terdapat
pada masyarakat pesisir yaitu pertama tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan
kemiskinan, kedua konsumsi berlebihan dan penyebaran sumber daya yang tidak
merata, ketiga kelembagaan, keempat, kurangnya pemahaman tentang ekosistem
alam, dan kelima kegagalan sistem ekonomi dan kebijakan dalam menilai ekosistem
alam. Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil studi terkait dengan daerah pesisir
menunjukkan bahwa perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pengelolaan
sumber daya di daerah pesisir yang selama ini dijalankan masih bersifat sektoral dan
terpilah-pilah. Tidak terintegrasi dalam pembangunan di daerah pesisir disebabkan
ada kebijakan hukum yang tidak tepat atau kebijakan yang kurang melibatkan peran
serta masyarakat dalam perencanaan maupun dalam pengelolaan wilayah pesisir,
padahal karakteristik ekosistem pesisir saling terkait. Dengan demikian pengelolaan
Page 140
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 21
sumber daya wilayah pesisir secara optimal dan berkelanjutan hanya dapat
diwujudkan melalui pendekatan terpadu dan holistik. Pengelolaan wilayah pesisir
terpadu dinyatakan sebagai proses pemanfaatan sumber daya pesisir serta ruang yang
memperhatikan aspek konservasi dan keberlanjutannya. Adapun konteks keterpaduan
meliputi dimensi sektor, ekologis, pemerintahan, antar bangsa dan negara, masyarakat
pesisir dan disiplin ilmu. Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir (masyarakat
pesisir) menjadi bagian yang terpenting dalam ekosistem pesisir. Masyarakat pesisir
merupakan komponen yang memiliki peran penting dalam membangun wilayah
pesisir yang berkelanjutan.
2.3 Peran Pemerintah Terhadap Lingkungan Masyarakat Pesisir
Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama di dalam pembangunan
pemerintah. Di dalam setiap implementasi kebijakan selalu menjadikan kesejahteraan
masyarakat sebagai tujuan yang ingin di capai. Salah satu kebijakan pusat yang
diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat adalah dengan adanya
otonomi daerah. Dengan adanya kebijakan ini pemerintah daerah diberikan
keleluasaan untuk membangun dan memprakarsai pembangunan daerahnya sendiri
dan lebih mendekatkan kesejahteraan kepada masyarakat.Wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil merupakan bagian dari sumber daya alam yang dianugerahkan oleh Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, yang perlu
dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat, baik bagi generasi
sekarang maupun generasi yang akan datang. Karena hal tersebut perlulah perauran
tentang pengelolaan pesisir dan pulau kecil. Hal yang diatur dalam pengelolaannya
yang dapat mensejahterakan rakyat yaitu :
Page 141
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 22
(1) Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014, mengenai perubahan atas undang-
undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil juga berisi isi yang sama yaitu “Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil adalah suatu pengoordinasian perencanaan, pemanfaatan,
pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang
dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antarsektor, antara ekosistem
darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
(2) Dalam Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005, mengenai pengelolaan pulau-
pulau kecil terluar. Bab II pasal 4 ayat 2, Pengelolaan sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) meliputi bidang-bidang: a. sumberdaya alam dan
lingkungan hidup; b. infrastruktur dan perhubungan; c. pembinaan wilayah; d.
pertahanan dan keamanan; e. ekonomi, sosial, dan budaya.
(3) Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2016 Tahun
2016, mengenai perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Pasal 37.
a. Peraturan Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1)
berisi ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya yang disusun untuk setiap zona peruntukan.
b. Peraturan Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
dengan memperhatikan:
ruang penghidupan dan akses kepada nelayan kecil, nelayan tradisional,
pembudidaya ikan kecil, dan petambak garam kecil; dan
Page 142
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 23
Wilayah Masyarakat Hukum Adat dan kearifan lokal di Perairan Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil.
2.4 Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan
Pada dasarnya Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan ini maengacu pada
hukum pengembalian (Low of return) yang berarti suatu system berusaha untuk
mengembalikan semua jenis bahan yang ramah lingkungan kedalam tanah, baik dalam
bentuk limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi
makanan pada tanaman. Sehingga Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan ini
merupakan satu-satunya solusi terbaik di dalam meningkatkan produksi pertanian,
karena teknologi ini sangatlah akrab dengan lingkungan dan ketersediaan bahannya
juga banyak di alam. Cara kerja teknologi ini mengarah pada pelestarian mikro
organisme yang menguntungkan
yang dapat menyediakan makanan untuk tanaman dan sebagai pengurai tanah sehingga
dapat menjaga kesuburan serta tekstur tanah.
Berbagai Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan yang di terapkan mudah-
mudahan dapat diikuti oleh petani sehingga dengan ke efisiensianya petani dapat
melakukan dan mengembangkan teknologi ini. Teknologi-teknologi tersebut
diantaranya sebagai berikut :
a) Pembuatan dan Pengembangan Moretan (Mikroorganisme rekan petani)
b) Pembuatan dan Penggunaan Pupuk Ramah Lingkungan
c) Penggunaan dan Pengembangan Racun Nabati
d) Pelestarian dan Pemeliharaan Musuh Alami ( MA )
e) Pengenalan dan Pengembangan Bakteri Antagonis
Beberapa bahan yang biasa di gunakan dalam pembuatan pupuk organik.
Page 143
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 24
2.5 Teknis Budidaya Tanaman Bawang Merah
Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat serta memiliki nilai ekonomi tinggi
karena dimanfaatkan sehari-hari sebagai bumbu dapur atau bahan masakan dan berbagai
kebutuhan rumah tangga yang lain. Bawang merah dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
alternatif bisnis yang menjanjikan dan juga prospektif. Tanaman ini diperkirakan berasal
dari Asia Tengah dan Asia Tenggara.
Berdasarkan Morfologinya tanaman bawang merah merupakan tanaman yang
memiliki akar berbentuk serabut, daunnya seperti pipa, berlubang, bagian ujung daunnya
meruncing, dan berwarna hijau muda dan hijau tua bunganya tergolong bunga majemuk.
Sedangkan secara sistematis Klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut :
Page 144
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 25
Kingdom : Plantae,
Divisio :Spermatophyta,
Subdivisio :Angiospermae,
Class :Monocotyledonae, ordo : Liliaceae,
Family :Liliales,
Genus :Allium,
Species : Allium ascalonicum L.
Badan Litbang Pertanian sejak tahun yang 2010 telah menghasilkan aneka jenis
Varietas Unggul Baru (VUB) bawang merah, diantaranya Maja (potensi 10,9 ton/ha,
cocok untuk dataran rendah), Kuning (potensi 21,39 ton/ha, cocok untuk dataran rendah),
Bima Brebes (potensi 9,9 ton/ha, cocok untuk dataran rendah), Katumi (potensi 24,1
ton/ha, cocok untuk dataran medium), Sembrani (potensi 24 ton/ha, cocok untuk dataran
rendah sampai medium), Mentes (potensi 27,58 ton/ha).
Budidaya bawang merah memerlukan penyinaran matahari lebih dari 12 jam
sehari. Tanaman ini cocok dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian 0 - 900
meter dari permukaan laut.Suhu optimum untuk perkembangan tanaman bawang merah
berkisar 25-32 derajat Celcius. Sedangkan keasaman tanah yang dikehendaki sekitar pH
5,6-7. Keberhasilan yang diperoleh dari budidaya bawang merah ini, tentu saja
dihadapkan pada berbagai masalah (resiko) di lapangan diantaranya cara budidaya,
serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dan lain-lain yang menyebabkan
produksinya menurun. Kuantitas produksi bawang merah berkaitan erat dengan ukuran
dan banyaknya umbi yang dihasilkan.Kualitas bawang merah ditentukan oleh aroma
yang tajam serta warna kulit umbinya.Untuk memperoleh kuantitas produksi yang
optimal dan berkualitas maka perlu diperhatikan langkah-langkah budidaya bawang
merah yaitu sebagai berikut.
Page 145
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 26
Pemilihan bibit : Bibit bawang merah yang digunakan adalah bibit yang sehat,
warnanya mengkilap, tidak keropos, serta kulitnya tidak luka. Bawang merah bisa
diperbanyak dengan dua cara, yakni dengan menggunakan bahan tanam berupa biji dan
umbi.
(1) Bawang merah yang dipilih adalah varietas yang adaptif dengan ukuran kecil atau
sedang.
(2) Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3 - 4 gram/umbi.
(3) Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2 - 3 bulan dan umbi masih dalam ikatan
(umbi masih ada daunnya)
(4) Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos),
kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)
(5) Benih direndam dengan larutan Hormon Organik sehari sebelum tanam selama 10
menit.
(6) Setelah bibit ditiriskan, lalu ditaburi merata dengan satu bungkus (100 g) agensia
hayati berbahan aktif Gliocladium + Trichoderma (Hendrata dan Murwati, 2008).
(7) Sebelum dilakukan penanaman, ujung umbi bawang merah dipotong 1/3 bagian atau
sesuai kebutuhan.
Pengolahan Tanah : Pengolahan dilakukan untuk menciptakan kondisi struktur
tanah dan aerasi yang lebih baik langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
(1) Lahan diolah dengan kedalaman ± 30 cm lalu diberi campuran kotoran sapi matang
(2,5 ton/ha) + agensia hayati berbahan aktif Gliocladium + Trichoderma setelah itu
dibiarkan selama seminggu.
Page 146
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 27
(2) Selanjutnya tanah diratakan terlebih dahulu lalu dibuat bedengan dengan ukuran
tinggi 25-35 cm lebar 70-80 cm dan panjang bedengan menyesuaikan dengan ukuran
dan posisi jalan.
(3) Pemasangan mulsa plastik dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah dan
menekan pertumbuhan gulma.
(4) Untuk mempermudah penyiraman jarak antar bedengan di buat dengan dengan lebar
± 50 cm.
Penanaman : Jarak tanam yang baik digunakan adalah (15 x15) cm, (15 x 20)cm
Atau (20 x 20) cm tehnik penanaman bawang merah yang benar adalah sebagai berikut,
(1) Sebelumnya tanah dibasahi dulu lalu dibuat lubang yang sudah diatur jarak
tanamnya.
(2) Bibit ditanam dalam keadaan berdiri dengan jumlah bibit sebanyak 1- 2 biji bibit per
lubang.
(3) Penanaman sebaiknya jangan terlalu dalam, cukup ditutup tipis dengan tanah/pasi
Pemeliharaan : Pemeliharaan pada bawang merah dilakukan dengan cara penyiraman,
penyulaman, penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit dalam
budidaya bawang merah kegiatan pemeliharaan antara lain meliputi:
Penyiraman : penyiraman dapat dilakukan dengan gembor atau selang besar,
dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) atau sesuai kondisi tanah/tanaman terutama
sehabis hujan atau turun embun untuk menghindari penyebaran penyakit Alternaria
porii (trotol). Kunci dari penyiraman adalah memberikan air secara baik pada tanaman
sehingga tanaman tidak layu atau sebelum tanaman mengalami stress.
Page 147
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 28
Penyulaman : dilakukan dengan cara mengganti tanaman bawang merah yang tumbuh
abnormal atau mati dengan tanaman yang baru.
Pengendalian hama dan penyakit : pada dasarnya untuk mengatasi serangan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ; menggunakan konsep Pengendalian Hama
Terpadu (PHT), pestisida kimia dapat digunakan sebagai alternatif terakhir. Hama dan
penyakit yang sering melanda tanaman bawang merah antara lain:
(a) Bercak ungu (Alternaria porii (ELL) Cif, mengakibatkan daun bawang kering dan
mati, umbi berbentuk tidak sempurna (kecil - kecil) dengan gejala serangan bercak
kecil, cekung, warna putih hingga kelabu pada daun, jika membesar bercak seperti
membentuk cincin. Pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan air bersih
pada tanaman sehabis turun hujan, aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga
hidroksida dan Iprodion (kimia), aplikasi agensia hayati berupa Gliocladium dan
Trichoderma.
(b) Bercak daun (Cercospora duddiae), mengakibatkan klorosis pada daun, gejala
serangannya terdapat bercak pada daun berbentuk bulat, berwarna kuning terdapat
pada ujung daun. Cara pengendaliannya dengan aplikasi fungisida berbahan aktif
tembaga hidroksida dan iprodiom.
(c) Busuk daun (Peronospora destructor) akibat serangan daun menjadi kering dan
mati dengan gejala serangan saat tanaman mulai membentuk umbi pada cuaca yang
cukup lembab muncul bercak hijau pucat dan selanjutnya berubah menjadi kapang.
Pengendaliannya semprot dengan air bersih sehabis hujan atau pada pagi hari
sebelum matahari terbit.Aplikasi fungisida berbahan aktif metalaksil
dan tebukonazold, aplikasi agensia hayati berupa Gliocladium dan Trichoderma.
Page 148
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 29
(d) Rebah bibit (Phytium debaryanum Hesse), akibat serangan tanaman yang baru
tumbuh akan busuk dan mati, gejala serangannya yaitu bibit di persemaian busuk,
rebah dan selanjutnya akan mati dengan menjaga kelembaban disekitar persemaian
agar tidak terlalu tinggi, aplikasi bakterisida, aplikasi agensia hayati berupa
Gliocladium dan Trichoderma.
(e) Ulat (Spodophtera exigua) akibat serangan daun tanaman menjadi putus-putus atau
robek dan rusak. Gejala serangannya terdapat telur ulat di sekitar tanaman, daun
bila diteropong tampak bekas dimakan ulat.Pengendaliannya dengan memotong
daun yang terserang dan dibuang di lokasi yang berjauhan, aplikasi insektisida
yang berbahan aktif Klorpirifos, Tebufenosida, aplikasi agensia hayati yang
berbahan aktif SE-NPV (Spodophtera Exigua-Nuclear Polyhedrosis Virus).
Pemupukan : Tanaman bawang merah sebaiknya dipupuk dengan Urea 150 kg/ha,
ZA 200 kg/ha, SP36 150 kg/ha, KCl 150 kg/ha. Pemupukan diberikan 2 kali yaitu
umur 7 hst 1/3 bagian dan 2/3 bagian diberikan pada umur 30 hst.Tanaman
sebaiknya ditambah dengan Pupuk Organik Padat (POP) dosis 1 sdm untuk 1
gembor kapasitas 10 liter, dosis pupuk kimia dikurangi sepertiganya. Penambahan
pupuk organik berupa pupuk kandang, kompos sebelum tanam atau saat
pengolahan tanah dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan agregasi,
meningkatkan daya memegang air serta memperkaya tanah dengan berbagai
macam unsur hara hasil peruraian dari bahan organik yang dimasukkan ke dalam
tanah. Umur 7 hst tanaman dapat disemprot dengan Pupuk Organik Cair (POC),
dosis 4 - 5 tutup per tangki, selanjutnya tiap 7 – 10 hari sekali hingga 50 hst.
(Widyaningsih)
Page 149
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 30
Panen dan pasca panen : Panen dilakukan saat tanaman berumur 70-80 hari
setelah tanam.Bawang merah yang siap panen ditandai dengan daun sudah mulai
rebah dan umbi tersembul ke permukaan tanah. Cara memanen adalah dengan
mencabut tanaman,bersihkan dari kotoran dan tanah, bawang merah diikat
selanjutnya dijemur dibawah terik matahari langsung atau diletakkan diatas para-
para. Umbi bawang merah dapat bertahan 1-2 tahun apabila penanganan pasca
panen dan penyimpanannya dilakukan dengan baik. Salah satu cara penyimpanan
yang baik adalah dengan menggantung di tempat yang kering atau meletakkan
diatas para-para.
Page 150
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 31
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Demostration Plot (demplot) budidaya bawang
merah diwilayah lingkungan pesisir, sebagai percontohan pengembangan model usaha,
dari salah satu kajian Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada daerah pesisir dengan
teknologi ramah lingkungan.dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan Dusun Parangjelling wilayah pesisir pantai Kelurahan
Dannuang, Kecamatan Ujung Loe. Penelitian ini berlangsung selama 120 hari kerja,
mulai dari bulan maret s.d Juli 2019.
3.3 Populasi penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah penduduk nelayan yang bermukim di pesisir
pantai Dusun Parangjalling Kelurahan Dannuang 121 orang, Kelurahan ini dipilih
sebagai obyek penelitian berdasarkan jumlah penduduk terbesar dari Kelurahan dan
Desa lainnya di Kecamatan Ujung Loe.
3.4 Sampel penelitian
Sampel pada penelitian ini dipilih kelompok masyarakat pesisir dari populasi yang
kecukupan pangan sehat dalam taraf miskin sebanyak 15 orang membentuk kelompok
beraktivitas sebagai pembudidaya bawang merah.
3.5 Tehnik Pengumpulan Data
Teknik dalam penentuan sampel adalah Simple Random Sampling :
(1) Data primer dari data penduduk wilayah pesisir kelurhan Dannuang(Dengan
melakukan Observasi, Kusioner, dan wawancara masyarakat nelayan)
Page 151
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 32
(2) Data sekunder adalah dokumen laporan Monografi Kecamatan Ujung Loe
3.6 Definisi Operasional
Ketersediaan pangan sehat adalah ada tidaknya pangan yang disiapkan oleh
keluarga yang dikonsumsi oleh anggota keluarga sehari hari, dengan kriteria :
Tersedia : bila ketersediaan pangan terpenuhi dari sumber karbohidrat, sumber protein
hewani, sumber protein hewani, sayuran dan buah-buahan
Tidak tersedia/tidak lengkap : Bila ada salah satu sumber yang tidak di sediakan
3.7 Metode Analisis Data
a. Analisa Hubungan : Dengan menemukan hubungan Ketersediaan Pangan Sehat
masyarakat pesisir dengan budidaya bawang merah menggunakan SPSS Chi-Square
b. Analisa Biaya : digunakan mengetahui seluruh biaya yang akan dikeluarkan petani
pada usaha yang merupakan jumlah antara biaya tetap dengan variable yaitu :
𝑻𝑪 = 𝑻𝑭𝑪 + 𝑻𝑽𝑪
Di mana :
TC = total biya;
TFC =total biaya tetap;
TVC = total biaya variable
c. Analisa Pendapatan
Analisa ini digunakan untuk mengetahui pendapatan yang diterima petani pada
usaha tani yang merupakan selisih antara hasil/ nilai penjualandengan biaya total
𝜫 = 𝑻𝑹 − 𝑻𝑪
Page 152
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 33
Dimana :
Π = profit pendapatan bersih
TR= penerimaan total (PxQ)
TC = biaya total (TFC - TVC)
d. Analisa Rasio R/C Ratio
Analisa ini digunakan mengetahui tingkat efisiensi dalam usaha tani bawang
merah. Menurut Soerkartawi (1987), R/C ratio adalah singkatan dari Return Cost rtio
atau dikenal sebagai perbandinganantara penerimaan dan biaya. Hal ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
R/C ratio = 𝑻
𝑻 dan B/C ratio
Dimana :
R/C > 1 berarti usaha tani bawang merah efisien atau menguntungkan
R/C = 1 berarti usaha tani bawang merah impas (BEP = break event point)
R/C < 1 berarti usaha tani bawang merah tidak efisien atau rugi
B = Keuntungan
C = Total Biaya
e. Analisa Efisiensi pemasaran
(a) Analisa Marjin Pemasaran;
analisa ini digunakan untuk mengetahui marjin pemasaran, biaya sortasi,
transportasi, penanggungan resiko, dan biaya lainnya serta keuntungan lembaga
Page 153
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 34
pemasaran dari berbagai saluran marjin pemasaran terdiri dari biaya pemasaran
dan keuntungan lembaga yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
MP = BP + K atau MP = Pr ± Pf
Dimana :
MP = marjin pemasaran
BP = biaya pemasaran
K = keuntungan
Pr = harga di tingkat konsumen
Pf = harga di tingkat produsen
(b) Analisa Farmer’s Share
Salah satu indikator berguna dalam melihat efisiensi kegaiatan usaha tani
bawang merah adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani
bawang merah (Farmer’s share) terhadap harga yang dibayar konsumenakhir.
Bagian yang diterima lembaga petani sering dinyatakan dalam bentuk
prosentase (Limbong&Sitorus 1987). Farmer’s share berhubungan negative
dengan marjin pemasaran, artinya semakin tinggi marjin pemasaran, maka
bagian yang di peroleh petani (farmer’s share) semakin rendah. Rumus
menghitung farmer’s share :
Fs = 𝑷
𝑷𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Dimana :
FS = farmer’s share
Pf = harga ditingkat petani
Pr = harga di tingkat konsumen akhir
Page 154
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 35
a. Jadwal Penelitian
No
Nama Kegiatan
Bulan/Minggu
I II III IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan dan Koordinasi
2 Desk Study
3 Penyusunan Laporan Pendahuluan
4 Survey Data Primer dan Sekunder
5 Penyusunan Laporan
6 Tabulasi, Analisis Data
7 Penyusunan Laporan Akhir
8 Seminar Akhir
9 Penyerahan Pekerjaan
Page 155
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 36
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis dan Tipografi
Dannuang merupakan satu satunya Kelurahan yang ada di Kecematan Ujung Loe,
Letak Geografinya terletak disebelah timur ibu kota Kabupaten Bulukumba dengan jarak
tempu antara 5-15 Km dari pusat Ibu Kota Kabupaten Bulukumba Kelurahan Dannuang
terletak dijantung Kota Kecematan Ujung Loe dan sekaligus sebagai Ibu Kota Kecematan.
Luas wilayah Kelurahan Dannuang 7,45 Km dengan keadaan tipografi tidak berbukit
tetapi dia rata. Secara administrasi Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe terbagi
atas 4 lingkungan yaitu :
- Lingkungan Babana : 2,02 Km2
- Lingkungan batulohe : 1,201 Km2
- Lingkungan Apparangge : 1,02 Km2
- Lingkungan Parangjaling : 2,10 Km2
Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe secara administratif memiliki batas wilayah
sebagai berikut :
-. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Manjaling
- Sebelah selatan berbatasan dengan laut flores dan Kecamatan Bontobahari
- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Padaloang
- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Salemba.
Page 156
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 37
4.2. Tanah dan Kondisi Geografi
Jenis tanah di Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe yaitu jenis alvi coklat
kehitaman dengan PH tanah antara 6,2- 6,8, suhu udara antara 32-36 Derajat Celcius,
Kelembapan udara antara 30- 40 %, keadaan Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe
berada pada 0-5 m dari permukaan laut daerah ini sangat cocok dengan syarat tumbuh
bawang merah sehingga kedepan nantinya Kelurahan Dannuang bisa dijadikan pusat
kawasan sentra pengembangan bawang merah di Kecamatan Ujung Loe.
Adapun rata-rata curah hujan bulanan tertinggi di Kelurahan Dannuang Kecamatan
Ujung Loe selama 5 tahun terakhir terjadi pada bulan Mei (sumber data monografi
Kecamatan Ujung Loe tahun 2018 setelah diolah tahun 2019).sedangkan curah hujan rata-
rata harian kurang dari 60 Mm3 di Kelurahan Dannuang bulan basa (BB) = 6 dan bulan
kering (BK) = 6 ini berarti Kelurahan Dannuang memiliki tipe iklim C (sumber data)
monografi Kecamatan Ujung Loe tahun 2018 setelah diolah tahun 2019.
4.3. Jumlah Penduduk
Kelurahan Dannuang dengan jumlah penduduk sebanyak 4488 Jiwa yang terdiri dari :
wanita sebanyak 2338 jiwa dan pria sebanyak 2150 jiwa, jumlah penduduk yang tersebar
di 4 (empat) lingkungan yang ada di Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe.
4.4. Rasio Penduduk
Rasio merupakan hasil perbandingan antara dua angka. Rasio adalah ukuran relatif,
sehingga tidak merupakan indikatator besarnya angka-angka yang diperbandingkan.
Angka rasio dinyatan sebagai jumlah unit angka pertama per100 atau per 1000.
Rasio suatu penduduk dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Seks rasio
2. Beban tanggun rasio
Page 157
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 38
Seks rasio adalah perandingan antara jumlah penduduk pria dengan jumlah penduduk
wanita sedangkan beban tanggungan rasio adalah perbandingan antara jumlah penduduk
yang non produktif dengan jumlah penduduk yang produktif (Said Rusli pengantar ilmu
kependudukan. LP3S jakarta, 1985 Halaman 9 dan 37). Seks rasio di Kelurahan Dannuang
Kecamtan Ujung Loe dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Seks rasio:
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑘 𝑝𝑟𝑖𝑎
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑘 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎𝑥 100
2150
2338𝑥 100
= 91 jiwa angka ini menunjukkan mengandung arti bahwa setiap 100 orang jumlah
penduduk Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe yang produktif akan menanggung
sebanyak 51 jiwa yang non produktif.
Beban rasio :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 0 − 14 𝑡ℎ 𝑑𝑎𝑛 65𝑡ℎ
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 15 − 64 𝑡ℎ𝑥100
2644
2788𝑥 100
= 94 Jiwa angka ini mengadung arti bahwa di Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung
Loe setiap 100 orang akan menanggung sebanyak 94 jiwa.
4.5. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk suatu daerah dapat diukur dengan melalui dua cara yaitu :
kepadatan geografi dan kepadatan pertanian, kepadatan geografi adalah perbandingan
antara jumlah penduduk dengan luas wilayah, sedangkan ke padatan pertanian adalah
Page 158
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 39
perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas pertanian. Kepadatan geografi dan
kepadatan pertanian dapat di hitung dengan menggunaka rumus sebagai berikut :
1. Kepadatan geografi : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝑗𝑖𝑤𝑎)
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎 (𝑘𝑚2)
= 4488 745 = 602 Jiwa km2 angka ini mengadung arti bahwa setiap 1 km2
terdapat jumlah penduduk Kelurahan Dannuang sebanyak 602 orang.
Adapun kepadatan geografi Kelurahan Danuang Kecamatan Ujung Loe dapat di
hitung sebagi berikut :
2. Kepadatan pertanian : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝑗𝑖𝑤𝑎)
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑖𝑎𝑛 (𝐻𝑎)
= 4488
2257
= 1,984
angka ini mengandung arti bahwa setiap orang di Kelurahan Dannuang Kecamatan
Ujung Loe dapat mengarap lahan seluas 1,984 Ha.
4.6. Mata Pencarian
Mata pencarian di Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe merupakan faktor
penentu dalam kehidupan suatu daerah. Terlepas dari itu, maka Kelurahan Danuang
masyarakatnya memeliki mata pencarian yaitu : petani pangan = 1.381 jiwa, petani
kebun = 581 jiwa, petani ternak = 361 jiwa, nelayan = 121 jiwa, pengusaha = 180 jiwa,
pegawai = 83 jiwa, dan pensiunan = 125 jiwa.
Page 159
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 40
4.7 Tingkat Penggunaan Lahan
Adapun tingkat penggunaan lahan di Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe
meliputi :
- Sawah irigasi = 86,34 Ha (0,087%).
- Tegalan = 143 Ha (1,4%)
- Pekarangan = 144 Ha (1,4%)
- Perkebunan = 150 Ha (1,59%)
- Empang = 125 Ha (0,152,%)
- Lain-lain = 345, 84 Ha (3,479%)
Sumber data monografi Kecamatan Ujung Loe tahun 2018 setelah diolah tahun 2019
4.8. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan di Kecamatan Ujung Loe salah satu indikatornya dalam
menilai perkembangan suatu wilayah/daerah sangat tergantung pada tingkat
pendidikan masyarakat di wilayah itu. Makin tinggi pendidikan masyarakat makin
mudah mengarahkan inovasi dan teknologi, maka tingkat pendidikan semakin maju
daerah itu. Adapaun tingkat pendidikan di Kelurahan Dannuang dapat dijelaskan
sebagai berikut : tidak sekolah 580 jiwa (12,92%), SD = 682 Jiwa (15,19%), SLTP =
612 (13,64%), SLTA = 1.059 jiwa (23,59%), Akademik = 40 jiwa (0,89%), Perguruan
Tinggi / Sarjana (S1) = 25 jiwa (0,55%).
Dengan melihat tingkat pendidikan diatas maka tingkat pendidikan di Kelurahn
Dannuang masih didomilasi oleh SLTA (23,59%).
(Sumber data monografi Kecamatan Ujung Loe setelah diolah tahun 2019)
Page 160
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 41
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Ketersediaan pangan sehat Keluarga Masyarakat Pesisir
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena
berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari segi
kuantitas dan kualitasnya. Mengingat kadar kepentingan yang demikian tinggi, pada
dasarnya pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sepenuhnya
menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia. Tersedianya pangan yang cukup, aman,
bermutu dan bergizi merupakan prasyarat utama yang harus terpenuhi dalam upaya
mewujudkan insan yang berharkat dan bermartabat serta sumber daya manusia yang
berkualitas.Sumber daya manusia merupakan unsur terpenting dan sekaligus tujuan
utama pembangunan nasional karena sumber daya manusia yang berkualitas merupakan
faktor penentu keberhasilan pembangunan yang pada akhirnya mampu meningkatkan
kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat serta dapat mengurangi atau menghapuskan
kemiskinan. Kualitas sumber daya manusia dimaksud antara lain sangat ditentukan oleh
kualitas pangan yang dikonsumsinya, sehingga segala daya dan upaya perlu dikerahkan
secara optimal agar pangan yang aman, bermutu dan bergizi tersedia secara memadai
serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Agar pangan yang aman tersedia secara
memadai, perlu diupayakan terwujudnya suatu sistem pangan yang mampu
memberikan perlindungan kepada masyarakat yang mengonsumsi pangan sehingga
pangan yang diedarkan dan/atau diperdagangkan tidak merugikan serta aman bagi
kesehatan jiwa manusia. Dengan perkataan lain, pangan tersebut harus memenuhi
persyaratan keamanan pangan.
Page 161
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 42
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 15 orang dari kelompok budidaya
bawang merah, pada dasarnya mereka menyediakan pangan yang sehat dari unsur
karbohidrat seperti nasi, unsur protein seperti tahu, tempe dan ikan, serta sayuran hijau,
seperti yang disampaikan oleh beberapa kepala keluarga yang masuk dalam kelompok
budi daya bawang merah
“…….Disiapkanji makanan seperti nasi, ikan dan tahu tapi sedikitji kasian, karena
tidak cukup uang untuk membeli bahannya…….”
(Tn.K, 45 thn)
“…….yang paling sering disiapkan itu tahuji, tempe, sama ikan, kalau ayam berbulan
bulanpi, apalagi daging……”
(Tn. S, 40 thn)
“……..makan jeki ikan tapi itupi kalau turunki ke laut, jadi kalau tidak ada ikan hanya
makan tahu/tempe/telur…….”
(Tn. B, 37 tahun)
“……Disiapkanji bu, tapi memang tidak lengkap, yang bisaji disiapkan kami siapkan,
kalopun misalnya ada ikan, tahu tempe, tidak cukupki untuk memenuhi kebutuhan
makan untuk seluruh anggota keluarga……”
Dari beberapa hasil wawancara dengan kelompok budidaya bawang merah
terhadap ketersediaan pangan sehat sehari hari, pada dasarnya mereka menyiapkan
bahan tersebut dan memenuhi unsur karbohidrat, protein baik hewani maupun nabati,
tapi dalam penyediaannya masih sangat terbatas, khusus untuk ikan mereka biasanya
rutin makan ikan saat kepala keluarga turun melaut.
5.2 Gizi Seimbang
Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi
Page 162
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 43
pertumbuhan dan kesehatan manusia.
Dalam memenuhi Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi Bangsa
Indonesia adalah rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktifitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal. Untuk rata-rata kecukupan energy dan protein bagi penduduk Indonesia
masing masing sebesar 2150 kilo kalori dan 57 gram perorang perhari pada tingkat
konsumsi.
Tabel 5.2.1
Kelompok umum berdasarkan kebutuhan protein, lemak, karbohidrat dan air
Nilai median berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) Dusun Parangjalling Kelurahan Dannuang
Kecamatan Ujung Loe dengan status gisi normal berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskedes) 2007
dan 2010. Angka ini dicantumkan agar (AKG) dapat disesuaikan dengan kondisi berat dan tinggi
badan kelompok yang bersangkutan.
Page 163
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 44
Tabel 5.2.2
Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan orang diDusun Parangjalling Kelurahan
Dannuang Kecamatan Ujung Loe (perorang perhari)
Tabel 5.2.3
Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan orang diDusun Parangjalling Kelurahan
Dannuang Kecamatan Ujung Loe (perorang perhari)
Page 164
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 45
Tabel 5.2.4
Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan untuk orang di Dusun Parangjalling Kelurahan
Dannuang Kecamatan Ujung Loe (perorang perhari)
5.3 Pelaksanaan Demplot Bawang Merah
Demplot (demostrasi plot) adalah merupakan suatu metode penyuluhan
pertanian kepada patani, dengan cara membuat lahan percontohan, agar petani bisa
melihat dan membuktikan objek yang di demostrasikan.
Demplot bawang merah dilakukan mulai dari bulan Februari 2019 diawali dengan
survey lokasi yang dilakukan oleh Ir. HASANUDDIN SAMMA bersama dengan ANI,
SP, M. AP. setelah itu dilakukan penyiapan lahan, persiapan lahan dengan pembuatan
bedengan, penyiapan pupuk organik dan MPK ponska serta penyiapan bibit bawang
merah sebanyak 100 kg.
Page 165
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 46
Penanaman dilakukan setelah pertemtan teknis budidaya bawang merah ditanam
setelah pertemuan kedua pertemuan teknis menanam bawang merah tepatnya pada
tanggal 16 April 2019, penanam dilakukan selama 1 hari.
5.3.1 Tingkat Produksi Usaha Tani Bawang Merah
Tingkat produksi ditentukan oleh jenis tanah, jenis teknologi yang digunakan,
tingkat produksi diukur dengan satuan luas perhektar. Kemudian jenis tanaman yang
ditanam. Jumlah produksi dapat diukur dengan cara pengambilan ubinan. Cara mengambil
ubinan untuk bawang merah seluas 1 m x 1 m dan atau 2,5 mx 2,5 m dan hasilnya
dikonfersi kehektar.
Adapun hasil ubinan bawang merah adalah sebagai berikut :
I = 1,22 kg/m2
II = 1,42 kg/m2
III = 1,32 kg/m2
Jumlah 3960/3 kg/m2 .................................... > 1.320 kg/m2
Hasil rata-rata ubinan bawang merah di Dusun Parangjalling Kelurahan Dannuang
Kecamatan Ujung Loe 1,320 dikonversi ke Ha menjadi 1.320 kg/m2 x 10.000 = 13.200
kg /Ha (13.200 ton /Ha) dalam hitungan ton (13.200/1000 ton/Ha = 13,20 ton/Ha)
kemudian hasil bersih setelah dikurangi 30% dari jarak antara bedengan 30 cm x 30 cm
yaitu 13.200 x 30 % = 3.960 jadi hasil bersih = 13.200 kg – 3.960 kg = 9.240 kg /Ha
(9,24 ton /Ha). (sumber perhitungan statistik pertanian)
Page 166
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 47
Tingkat produksi yang dicapai berdasarkan hasil angka ubinan setelah dikonversi
kehektar dapat dilihat sebagai berikut :
Rata-rata hasil 9.240
TR = P X Q
Harga pasar = Rp. 10.000/kg x 9240 kg
= Rp. 92.400.000 /Ha
Pendapatan kotor = Rp. 92.400.000 – Rp. 36.590.000
= Rp. 55.810.000
Pendapatan bersih = TR – TC
= Rp. 92.400.000 – 41.289.821
= Rp. 51.110.178,50
Jadi pendapatan bersih bawang merah pertahun = Rp. 51.110.178,50 sedangkan
pendapatan rumput laut = Rp. 20.000.000 pertahun atau = pendapatan perbulan
rumput laut = Rp. 20.000.000 / 12 = Rp. 1.666.666.666,67 perbulan pendapatan
bawang merah perbulan = Rp. 51.110.178,50 / 12 = Rp. 429.181.452 perbulan
Untuk memproduksi bawang merah 1 kg maka diperlukan biaya pokok sebesar
yaitu = Rp. 41.289.821,50 / Rp. 92420 = Rp. 4.468,595 / kg, jadi biaya pokok
yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kg = Rp. 4.468,595.
Page 167
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 48
5.3.2 Tingkat Penerimaa Usaha Tani Bawang Merah
Penerimaan suatu kegiatan usaha tani dapat diukur dengan menggunakan rumus:
Penerimaan (p) = jumlah produktifitas x harga pasar.
Berdasarkan hasil ubinan diatas rata-rata produksi yang capai dari 3 ubinan setelah
dikurangi 30% bedengan = 9240xRp. 10.000/kg=Rp.92.400.000.
Adapun jumlah penerimaan usaha tani bawang merah di Dusun Parangjalling
Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe adalah sebesar Rp. 92.400.000
a. Analisis biaya dan pendapatan usaha tani bawang merah
Usaha tani adalah ilmu yang mempelajari persatuan organisasi alam, tenaga
kerja modal dan pengelolaan untuk mendapatkan produksi lapangan pertanian,
untuk keuntungan daripadanya.
Biaya usaha tani adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.
Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu menentukan
besarnya harga pokok dari prodak yang akan dihasilkan. Secara umum, hal-hal
yang mempengaruhi besarnya biaya produksi dari suatu kegiatan usaha tani adalah
sruktur tanah, tokoh grafik, jenis tanaman dan tingkat teknologi yang digunakan
suharjo dahlan patong (halaman 1.04-1.05).
Biaya yang dikeluarkan dalam tulisan ini meliputi : biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikelurkan petani yang tidak langsung
mempengaruhi produksi sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan
petani yang langsung mempengaruhi petani.
Page 168
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 49
Besarnya biaya variabel biaya tetap adalah sebagai berikut :
NO Uraian pengeluarah Volume Harga Satuan (Rp)
Jumlah biaya variabel (Rp)
A Total biaya variabel (Rp)
36.590.000
1. Bibit 1000 kg 20.000 20.000.000 2. Pupuk - sOrganik 10 ton 750.000 7.500.000 - NPK Ponsa 5 Zak 125.000 62.5000 3. Dthane M45 2 kg 25.000 500.000 4. Penanaman 50 jkp 20.000 1.000.000 5. Penyiraman 100 jkp 20.000 2.000.000 6. Pembuatan bedengan 25 hkp 100.000 2.500.000 7. Pemupukan 15 hkp 100.000 1.500.000 8. Penyiangan 10 jkp 20.000 200.000 9. Biaya lain-lain - 1.000.000 B Total Biaya tetap 4.699.821,50 1. Pajak lahan 1 hektar 250.000 250.000 1. Pajak penghasilan 2.447.312,50 2 Hands preyer 5.000.000-
100.00 400.000/10 40.000
3.
Selang 1.250.000-500.000
750.000/2 375.000
Baiya variabel + biaya tetap
41.289.821,50
Sumber data : data primer setelah dioleh tahun 2019.
Adapun pendapatan usaha tani bawang merah dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
pendapatan kotor dan pendapatan bersih. pendapatan kotor (gross margin) adalah
selisih antara jumlah penerimaan dengan besarnya jumlah variabel sedangkan
pendapatan bersih adalah selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan total
biaya (biaya variabel + biaya tetap).
Berdasarkan hasil ubinan bawang merah diperoleh hasil :
Page 169
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 50
I = 1,22
II = 1,42
III = 1,32
Jumlah 3960 /3 = 1,32
Jadi hasil bersih yang diperoleh setelah dikurangi 30 % dari bedengan
13,20x30%=3960
3,200-3960 = 9240 jadi hasil bersih yang diperoleh/Ha = 9240 Ton/Ha atau = 9.240
kg/Ha jadi besar penerimaan = 9.240 kgx Rp.10.000 kg
= Rp. 92.400.000
π = TR-TC
= Rp. 92.400.000 - Rp.41.289.821,50
Jadi pendapatan bersih = Rp. 51.110.178,50
Pendapatan bersih yang diterima petani usaha tani bawang merah sebesar Rp.
51.110.178,50.
Besarnya biaya pokok yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg bawang merah
maka diperoleh hasil sebagai berikut = Rp.41.289.821,50 9240
= Rp. 468,595/kg
Jadi besarnya biaya pokok untuk menghasilkan 1 kg bawang merah = Rp.468,595/kg
b. Analisis uji keuntungan usaha tani bawang merah.
Page 170
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 51
5.3.3 Analisis R/C – Rasio
Analisis R/c – rasio digunakan untuk mengetahui besarnya penerimaan petani
dari setiap biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, maka digunakan R/c –
rasio, dengan usaha tani bawang merah di Dusun Parangjalling. Adapun hasil R/c-
Rasio yang didapt dari usaha tani bawang merah adalah sebagai berikut : R/C – Rasio
= 2,2378 > 1 artinya setiap korbanan 1 rupiah maka keuntungan penerimaan petani
sebesar Rp. 2,2378.R/C > 1 berarti usaha tani bawang merah efisien dari segi
penerimaan atau menguntungkan dari segi penerimaan.
5.3.4 Analisis B/C – Rasio
Analisis B/c – rasio bertujuan untuk menghitung besarnya keuntungan ekonomis
terhadap suatu teknologi baru yang digunakan bagi petani dalam hal ini pengujian terhadap
usaha tani bawang merah yang diusahakan petani dapat dihitung sebagai berikut :
B/C rasio = Rp. 51.110.178,50 Rp. 41.829.821,50
= 1,2378 >1 artinya setiap biaya yang dikeluarkan 1 rupiah maka diperoleh
keuntungan ekonomis petani bawang merah sebesar Rp. 1,2378.
BC Rasio >1 berarti usaha tani bawang merah efisien dari segi keuntungan ekonomis
atau menguntungkan secara ekonomis.
5.3.5 Analisa Efisiensi pemasaran
a). Analisa Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran adalah selisih harga yang dibayar konsumen akhir dan
harga yang diterima oleh petani/produsen. Analisa ini digunakan untuk
Page 171
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 52
mengetahui marjin pemasaran, biaya sortasi, transportasi, penanggungan resiko,
dan biaya lainnya serta keuntungan lembaga pemasaran dari berbagai saluran
marjin pemasaran terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan lembaga yang
dapat dirumuskan sebagai berikut :
MP = BP + K atau MP = Pr ± Pf
Dimana :
MP = marjin pemasaran
BP = biaya pemasaran
KP = keuntungan Pemasaran
Pr = harga di tingkat konsumen
Pf = harga di tingkat produsen
Diketahui : Pr = Rp. 30.000/kg
Pf = Rp. 10.000/kg
MP = Pf-Pr
MP = Rp. 30.000/Kg - Rp.10.000/kg
= Rp. 20.000
Jadi margin pemasaran = Rp. 20.000 atau MP=BP+KP jadi keuntungan
pemasaran.
Page 172
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 53
KP = MP-BP
= RP. 20.000-Rp.5000
= Rp. 15.000/ Kg
Jadi keuntungan pemasarannya = Rp.15.000/kg
MP = BP+KP
MP = Rp. 5000 + Rp. 15.000
= Rp. 20.000/ kg
2). Analisa Farmer’s Share
Salah satu indikator berguna dalam melihat efisiensi kegaiatan usaha tani
bawang merah adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani
bawang merah (Farmer’s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir.
Bagian yang diterima lembaga petani sering dinyatakan dalam bentuk
prosentase (Limbong & Sitorus 1987). Farmer’s share berhubungan negative
dengan marjin pemasaran, artinya semakin tinggi marjin pemasaran, maka
bagian yang di peroleh petani (farmer’s share) semakin rendah. Rumus
menghitung farmer’s share :
Fs = 𝑷𝒓
𝑷𝒇𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Dimana :
FS = farmer’s share
Pf = harga ditingkat petani
Page 173
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 54
Pr = harga di tingkat konsumen akhir
FS = Rp. 10.000/Rp.30.000x 100%
= 0,33 %
Jadi FS = 0,33%
Artinya angka ini mengandung makna bahwa setiap bagian yang diterima
petani sebesar 0,33% dinyatakan layak dan efesien dari segi efesien margin
pemasaran.
Keterangan :
0 – 0,33 = layak atau sangat layak atau dapat dilanjutkan
0,33 – 0,34 = Inpass
0,34-0,34 = tidak layaks
0,35 – 0,36 = sangat tidak layak
Dalam pelaksanaan demplot bawang merah di Dusun Parangjalling
Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe, kendala yang dihadapi salah satunya
pada saat musim hujan apabila curah hujan cukup tinggi, maka ada satu bedengan
yang rusak dan tidak dapat dipanen khususnya yang ada dibawah pohon kelapa
Page 174
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 55
BAB VI
ANALISIS DAMPAK EKONOMI, DAMPAK SOSIAL
USAHA TANI BAWANG MERAH
6.1 Analisis Dampak Ekonomi Usaha Tani Bawang Merah
Berdasarkan hasil analisis biaya dan pendapatan usaha tani bawang merah dan
analisis uji keuntungan teknologi ramah lingkungan maka dapat dipastikan bahwa usaha
tani bawang merah mempunyai dampak ekonomi terhadap masyarakat daerah pesisir,
sehingga usaha tani ini terus dikembangkan untuk memperbaiki ekonomi masyarakat
pesisir karena bawang merah sangat cocok untuk dikembangkan didaerah pesisir
khususnya di Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.
Berdasarkan data agroklimat yang dimiliki Kelurahan Dannuang Kabupaten Bulukumba
sangat sesuai dengan syarat tumbuh bawang merah yaitu : Ph tanah antar 6,2-6,8. Suhu
udara antara 32-36 ℃, kelembaban udara antara 40-60 %, ketinggian tempat dari
permukaan laut antara 0-s5 meter. Ini berarti bahwa Kelurahan Dannuang Kecamatan
Ujung Loe khususnya Dusun Parangjalling disamping usaha rumput laut juga dapat
dikembangkan usaha tani bawang merah, merupakan alternatif untuk dikembangkan dalam
rangka perbaikan ekonomi masyarakat pesisir dan dampaknya sangat nyata didaerah
pesisir. Dengan peningkatan pendapatan masyarakat pesisir maka akan meningkatkan daya
beli pangan sehat keluarga.
Page 175
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 56
Dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Dusun Parangjalling Kelurahan
Dannuang Kecamtan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba dengan usaha tani bawang merah
bahwa pendapatan masyarakat sebelum demplot bawang merah hanya Rp.20.000.000. dan
setelah demplot bawang merah mengalami peningkatan sebesar Rp.51.110.178,50,-
pertahun sedangkan pendapatan perbulan = Rp. 4.259.181,542 Perbulan. Sedangkan
rumput laut pendapatan perbulan Rp. 1.666.666,67 perbulan.
6.2 Analisis Dampak Sosial Usaha Tani Bawang Merah
Berdasarkan analisis potensi lahan yang dimiliki Dusun Parangjalling Kelurahan
Dannuang Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba masih ada lahan seluas 3,45 Ha
yang selama ini belum pernah dimanfaatkan karena ketidaktahuan masyarakat pesisir,
setelah dilakukan demplot bawang merah sangat cocok untuk dikembangkan di Kelurahan
Dannuang Kecamatan Ujung Loe. Apabila lahan seluas 3,45 Ha dimanfaatkan oleh
masyarakat diolah untuk ditanami usaha tani bawang merah 1 Ha/ orang maka akan dapat
terbuka lapangan usaha baru di Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe sebanyak 354
orang untuk mendapatkan mata pencarian yang baru melalui usaha tani bawang merah dan
usaha tani bisa berlanjut apabila dikembangkan lebih luas bisa dibentuk kawasan
pengolahan bawang merah di Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe yaitu :
1. Bawang goreng
2. Pasta bawang
3. Tepung bawang dan,
4. Acar bawang.
Page 176
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 57
Dan industri ini membutuhkan tenaga kerja. Apabila industri membutuhkan
tenaga kerja 5 orang maka dapat dipastikan jumlah tenaga kerja yang bisa diserap dari 345
ha apabila digarap 5 orang /ha maka jumlah tenaga kerja yang bisa diserap sebanyak 1.725
orang artinya dampak sosial yang ditimbulkan usaha tani bawang merah akan berdampak
kepada tenaga kerja yang bisa diserap sebanyak 1725 orahng. Ini berarti bahwa di
Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba melalui usaha tani
bawang merah dan industri rumah tangga pengolahan bawang merah maka di Kelurahan
Dannuang Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba tidak ada lagi pengangguran
semua terserap melalui usaha tani bawang merah dan industri pengolahan bawang merah
dan akan disinergikan dengan pariwisata.
6.3 Analisis Dampak Kepada Pemerintah Daerah Usaha Tani Bawang Merah
Berdasarkan hasil analisis produksi bawang merah maka apabila petani disubsidi
usaha taninya dengan menyiapkan sarana pengairan, bisa dipajak oleh Pemerintah Daerah
sebesar 2,5 % pertahun. Apabila petani menanam 3 kali setahun maka dikenakan pajak 2
kali panen setahun dan panen ketiga tidak perlu dipungut pajak maka apabila per/ ha
dikenakan pajak 2,5 % maka pendapatan bersih per/ ha yang diterima sebesar Rp.
51.110.178,50 x 2,5 % = Rp. 1.277.754.4625 x 345,84 ha = Rp. 441.898.603,311 pertahun,
kalau 2 kali panen setahun maka PAD yang diterima Pemerintah Daerah sebesar
Rp.883.797.206,622 pertahun. maka dampak usaha tani bawang merah kepada Pemerintah
Daerah bisa menaikkan PAD sebesar Rp. 883.797.206,622. Pertahun.
Page 177
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 58
6.4 Dampak Bawang Merah Pada Kesehatan Manusia
Adapun dampak yang ditemukan terhadap kesehatan manusia antara lain :
Mencegah kanker dalam tubuh manusia
Menurunkan tekanan darah tinggi
Membantu menormalkan kadar gula darah dalam tubuh
Menurunkan kolesterol dalam tubuh
Memperkuat kekebalan tubuh
Bahan makanan untuk diet
Mengadung vitamin c yang dibutuhkan tubuh
Mengadung protein mendukung kesehatan tubuh
Merupakan darikal bebas dalam tubuh yang mencegah kanker
Bisa dijadikan obat sebelum tidur digosok keleher
Kelompok bumbu dapur utama didunia
Merupakan bahan dagangan untuk ekonomi
Bawang merah menpunyai 10 manfaat yang menyejukan dalam tubuh yaitu :
Mencegah kanker
Meningktakan ketahanan jantung
Menuruhkan kadar gula darah
Menlancarkan pencernaan
Menjaga kesehatan tulang
Mencegah peredangan
Page 178
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 59
Memperkuat sistem imum
Melancarkan sistem pernapasan
Meningkatkan kualitas tidur
Baik untuk kesehatan mata
Dengan melihat kondisi tersebut diatas maka bawang merah punya keterkaitan
dengan kesehatan masyarakat terutama masyarakat pesisir oleh karena itu melalui
demplot bawang merah di Dusun Parangjalling Kelurahan Dannuang Kecamatan
Ujung Loe Kabupaten Bulukumba, diharapkan dikembangkan terus karena ini ada
kaitannya dengan kesehatan keluarga dimasyarakat pesisir.
Page 179
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 60
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7. 1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan simpulan hasil kajian ketersediaan pangan sehat keluarga daerah
pesisir dengan teknologi ramah lingkungan pada budidaya bawang merah antara lain :
1. Tingkat ketersediaan pangan sehat rumah tangga di lingkungan pesisir, masih sangat
minim dari kadar standar pangan sehat, dikarenakan daya beli rendah untuk memenuhi
ketersediaan pangan rumah tangga, sehingga dibutuhkan pemberdayaan masyarakat
pesisir dalam meningkatkan taraf hidup yang layak.
2. Pengelolaan lahan daerah pesisir dengan konsep ramah lingkungan terhadap lingkungan
masyarakat pesisir, dibutuhkan sentuhan tata kelola lahan yang berpasir dapat
menyimpan air dengan media lain, pupuk organik yang sesuai tingkat produksi bawang
merah di Dusun Parangjalling Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe petani
bawang merah adalah sebesar 9,24 ton/ha dengan menggunakan varietas berebes dengan
tingkat penerimaan sebesar Rp. 92.400.000.
3. Teknis budidaya bawang merah dengan konsep ramah lingkungan di lingkungan pesisir,
untuk pemanfaatan lahan keritis yang selama ini tidak produktif pendapatan bersih
diterima petani bawang merah sebesar Rp. 51.110.178,50. Dan dilanjutkan dengan uji
teknologi ramah lingkungan dimana B/C Rasio = 1,2378 angka ini mengandung
pengertian bahwa bawang merah sangat layak dikembangkan bagi pelaku usaha dan atau
Page 180
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 61
sangat menguntungkam secara ekonomis bagi pelaku usaha. Kemudian R/C Rasio =
2,2378 artinya bahwa bawang merah sangat menguntungkan dari segi penerimaan.
7.2 Saran
Dibutuhkan program terpadu antar lembaga yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pesisir.
Dibutuhkan pembinaan masyarakat dalam memenuhi pangan sehat sesuai standar .
Membuka jaringan akses informasi atas hasil produksi masyarakat pesisir untuk
meningkatkan daya beli dalam memenuhi pangan sehat keluarga.
7.3 Rekomendasi
Direkomendasikan kepada pemerintah Kabupaten Bulukumba melalui Dinas terkait
untuk segera menyusun program secara terpadu dalam tata kelola daerah pesisir untuk
menjadikan Dusun Parangjalling sebagai pusat kawasan sentra pengembangan bawang
merah di Dusun Parangjalling Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe Kabupaten
Bulukumba dan sekaligus dijadikan pusat kawasan pengolahan hasil bawang goreng.
Page 181
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 62
DAFTAR PUSTAKA
Pinto, Z. (2016). Kajian Perilaku Masyarakat Pesisir yang Mengakibatkan Kerusakan
Lingkungan (Studi Kasus di Pantai Kuwaru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan,
Kabupaten Bantul, Provinsi DIY). Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 3(3), 163.
doi:10.14710/jwl.3.3.163-174.
Sulistiarini, S.-.(2018). Hubungan Perilaku Hidup Sehat Dengan Status Kesehatan Pada
Masyarakat Kelurahan Ujung Jurnal PROMKES, 6(1), 12. doi:10.20473/jpk.v6.i1.2018.12-
22.
Veridiana, N. N., Chadijah, S., & Ningsi, N. (2015). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Masyarakat Terhadap Filariasis di Kabupaten Mmuju Utara, Sulawesi Barat. Buletin
Penelitian Kesehatan, 43(1). doi:10.22435/bpk.v43i1mar.3968.
Ari Atu Dewi, A. A. I. (2018). Model Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat:
Community Based Development. Jurnal Penelitian Hukum De Jure, 18(2), 163.
doi:10.30641/dejure.2018.v18.163-182.
Oj, Sumampouw. (2015). Eksplorasi Masalah Kesehatan Masyarakat Di Daerah Pesisir Kota
Manado.pdf Nadia, Resti., & Azli,Witi. (2018). Peran Pemerintah Dalam Mensejahterakan
Masyarakat Dari Potensi Maritim.
Dahlan Patong, (1986). Sandi-sandi pokok Ilmu Usaha Tani Lembaga Penerbit Universitas
Hasanuddin Makassar.
Said Rusli, (1985). Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3S Jakarta.
Page 182
Ketersediaan Pangan Sehat Keluarga pada Daerah Pesisir Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Budidaya Bawang Merah
Balitbangda 2019
LAPORAN AKHIR 63