ISSN : 2442-3939 VOL. 12 NO. 4 EDISI NOVEMBER 2017 JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH BULUKUMBA Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik Melalui Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Pengintegrasian Tik dengan Media Comic Digital pada Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani Analisa Usaha Tani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang Rachmat Seno Adji 1 , Mustafa 2 Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013 In English Subject Of SMP Negeri Bulukumba Ray Suryadi Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, Dan Garam Darmaeni 1 , Muhammad Danial 2 , Nurdin Arsyad 3 Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan MenggunakanAlat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN Jurnal Pinisi Research Vol. 12 No. 4 Hal. 217 – 292 Bulukumba, November 2017 ISSN 2442-3939
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ISSN : 2442-3939 VOL. 12 NO. 4 EDISI NOVEMBER 2017
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH BULUKUMBA
Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik Melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai
Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Pengintegrasian Tik dengan Media Comic
Digital pada Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani
Analisa Usaha Tani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang
Rachmat Seno Adji1, Mustafa
2
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif
Metode Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D.
The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013 In English Subject Of
SMP Negeri Bulukumba Ray Suryadi
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk
Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada
Materi Asam, Basa, Dan Garam Darmaeni
1, Muhammad Danial
2, Nurdin Arsyad
3
Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model
Pembelajaran Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan
dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan MenggunakanAlat Peraga
Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati
230 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
hari. Hal ini dapat tercapai jika gaya mengajar
guru yang masih menganut paradigma lama
yaitu proses penyampaian ilmu hanya
berdasarkan pada konten materi saja dapat
diperbarui. Sudah saatnya guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk terlibat lebih
aktif dalam pembelajaran dengan
mengintegrasikan TIK.
Penggunaan media akan menjembatani
kebutuhan pembelajaran dari guru kesiswa atau
sebaliknya. Media pembelajaran yang akan
digunakan pada tulisan ini adalah Pemanfaatan
media audio visual untuk membuat comic
digital yang selanjutnya akan di publikasi
dengan tipe video. Media video merupakan
salah satu media yang dapat digunakan untuk
menarik perhatian siswa baik sebelum maupun
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Penggunaan media pembelajaran berbasis
video diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
SMPN 40 Bulukumba memiliki visi,
misi, dan tujuan sekolah yang untuk
menyiapkan generasi abad 21, salah satu tujuan
sekolahnya adalah “Melaksanakan
Pembelajaran Berbasis ICT.” Untuk dapat
menjadi guru abad 21 maka guru pada SMPN
40 Bulukumba harus mampu mendidik dan
mengajar mereka dengan memanfaatkan
kemampuan dasar yang telah mereka ketahui
dan kuasai. Marc Prensky mengatakan,
“teknologi membantu siswa abad 21 dalam
proses belajar sebab mereka dapat membuat
teknologi melakukan apa yang mereka
butuhkan.”
Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara dengan beberapa orang guru baik
guru mata pelajaran Matematika dan IPA
maupun mata pelajaran lainnya pada SMPN 40
Bulukumba, diperoleh informasi bahwa pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung, masih
ada siswa yang diam-diam memainkan hand
phone (HP) mereka, walaupun aturan sekolah
telah melarang siswa untuk membawa dan
menggunakan hand phone (HP) baik di kelas
maupun di luar kelas selama dalam jam belajar.
Hal ini disebabkan karena ketergantungan
mereka terhadap alat yang satu ini, bisa
dikatakan siswa sudah ketagihan bermain hand
phone (HP).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti
akan mengamati hasil belajar siswa jika
dilakukan Pengintegrasian TIK Pada
Pembelajaran Matematika dengan
memanfaatkan Comic Digital. Dalam
penelitian ini guru melibatkan siswa secara
langsung dalam pembuatan media
pembelajaran dengan memanfaatkan TIK
dengan hasil akhir berupa Video pembelajaran
Comic Digital yang dibagikan ke youtube dan
selanjutnya link video dikirim ke guru dengan
memanfaatkan surat elektronic atau email.
Rumusan masalah adalah “Apakah
Pembelajaran Matematika Melalui
Pengintegrasian TIK Dengan Media Comic
Digital Dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Pada siswa Kelas VIII H SMPN 40
Bulukumba.” Untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut maka diadakan
perbaikan melalui penelitian tindakan kelas
dengan menerapkan Pengintegrasian TIK pada
kegiatan pembelajaran Dengan Media Comic
Digital.
Tujuan dari penelitian adalah “Untuk
mengetahui apakah pembelajaran dengan
Pengintegrasian TIK pada kegiatan
pembelajaran Dengan Media Comic Digital
dapat meningkatkan hasil belajar matematika
pada siswa kelas VIII H SMPN 40
Bulukumba.” Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran yang jelas pada guru
tentang cara Pengintegrasian TIK pada
kegiatan pembelajaran Dengan Media Comic
Digital pada siswa kelas VIII H SMPN 40
Bulukumba.
Pengintegrasian TIK pada kegiatan
pembelajaran Dengan Media Comic Digital
dikatakan efektif jika memenuhi syarat : Hasil
Belajar Siswa memperoleh nilai rata-rata lebih
dari atau sama dengan Ketuntasan Belajar
Minimal (KBM ≥ 70), Sikap spiritual dan
sosial siswa dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran minimal bernilai baik, tugas
Proyek yaitu tugas yang dikumpul oleh siswa
dalam bentuk video pembelajaran comic digital
yang telah dibagikan ke youtube dan dikirim ke
email guru.
Ketuntasan hasil belajar siswa
berdasarkan pada patokan yang telah
ditetapkan pada KBM (Ketuntasan Belajar
Minimal), Pengintegrasian TIK dalam
pembelajaran adalah menggunakan TIK dalam
kegiatan pembelajaran dengan melibatkatkan
siswa dalam proses pemanfaatan media
pembelajaran berbasis IT, Comic Digital.
Komik adalah bacaan yang sangat popular dan
merupakan salah satu bacaan yang paling di
gemari di kalangan anak-anak.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 40
Bulukumba Kabupaten Bulukumba Sulawesi
Selatan pada kelas VIII H semester genap
tahun pelajaran 2016-2017. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Februari 2017 hingga
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital
pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 231
April 2017. Jumlah siswa yang menjadi subjek
penelitian adalah 31 orang yang terdiri dari 19
orang siswa perempuan dan 12 orang siswa
laki-laki.
Penelitian ini digolongkan kedalam
penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Penelitian dilaksanakan dalam dua
siklus, setiap siklus tediri dari 4 kali
pertemuan. Setiap akhir siklus diberikan tes
akhir siklus. Data pada penelitian ini
bersumber dari hasil observasi, tes, angket,
catatan lapangan, dan foto dokumentasi.
Seluruh proses kegiatan pembelajaran
menerapkan cara Pengintegrasian TIK Dengan
Media Comic Digital.
Menurut Arikunto, S. (2010) bahwa
prosedur PTK untuk masing-masing siklus
adalah melalui tahapan-tahapan : perencanaan
(planning), pelaksanaan tindakan (actioning),
observasi (observation), dan refleksi
(reflection).
Pelaksanaan tindakan terdiri dari
kegiatan pembelajaran yang meliputi tiga
kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah : Lembar Lembar Observasi sikap
spritual dan sikap sosial siswa, Penilaian
proyek, dan Tes Hasil Belajar.
Data tes hasil belajar matematika siswa
dan penilaian proyek dianalisis secara
kuantitatif. Hasil analisis digunakan untuk
membuktikan hipotesis bahwa “Jika diterapkan
pembelajaran melalui Pengintegrasian TIK
Dengan Media Comic Digital dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VIII H SMPN 40 Bulukumba.” Data
yang diperoleh dari lembar observasi sikap
spiritual dan sosial siswa dianalisis secara
kualitatif.
Untuk mengetahui kriteria dari aktivitas
belajar matematika siswa dan respon siswa
dideskripsikan dengan berpedoman pada aturan
yang berlaku (Berdasarkan Permendikbud
Nomor 23 tahun 2016 Tentang Penilaian),
sebagai berikut :
Indikator keberhasilan pada penelitian
ini adalah jika Sikap spiritual dan sosial rata-
rata kelas mengalami peningkatan dari siklus I
ke siklus II dan bernilai minimal baik, hasil
belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II, nilai KBM adalah 70.
Jumlah siswa yang mengalami ketuntasan
belajar (lebih dari atau sama dengan KBM)
sebesar 75%.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Siklus 1 a. Perencanaan (Planing)
Mempelajari silabus matematika kelas
VIII semester genap, mengkaji materi
pembelajaran yang akan disampaikan pada
siklus 1, membuat RPP Terintegrasi TIK
dengan media Comic Digital, menyiapkan
lembar kerja siswa, alat penilaian berupa
soal uraian, menyiapkan instrumen
observasi untuk mengamati sikap spiritual
dan sikap sosial siswa, dan menyiapkan
lembar penilaian proyek untuk mengetahui
keterampilan siswa dalam mebuat comic
digital statistic/peluang.
Kompetensi dasar yang diajarkan pada
siklus I adalah “Memahami teknik
penyajian data dua variabel menggunakan
tabel, grafik batang, diagram lingkaran, dan
grafik garis dengan komputer, serta
menganalisis hubungan antar variabel” dan
“Mengumpulkan, mengolah,
menginterpretasi, dan menyajikan data hasil
pengamatan dalam bentuk tabel, diagram,
dan grafik dari dua variabel serta
mengidentifikasi hubungan antar variabel.”
b. Pelaksanaan (Action)
Pelaksanaan pembelajaran Terintegrasi
TIK dengan media Comic Digital mengikuti
tahapan atau fase-fase pembelajaran
berdasarkan model pembelajaran Saintific,
kegiatan diawali dengan literasi yaitu
pembiasaan membaca 15 menit sebelum
jam pertama dimulai.
Kegiatan Pendahuluan
Fase I: Mengamati
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari, dengan
menampilkan video pembelajaran,
menjelaskan tujuan pembelajaran dan
penggunaan perlengkapan pembelajaran,
memotivasi dan mengapersepsi siswa untuk
terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Sikap Skor Kategori
92 – 100
82 – 91
72 – 81
< 72
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
232 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Kegiatan Inti
Fase 2: Menanya
Siswa dibagi kedalam kelompok belajar
yang beranggotakan 4 – 5 orang. Pembagian
anggota kelompok berdasarkan tingkat
pemahaman, sosial, ekonomi, kondisi fisik,
dan lain-lain. Guru membagikan LKS dan
Rancangan cerita. Guru menjelaskan cara
membuat Comic Digital, dan hal-hal yang
akan dilakukan oleh siswa.
Fase 3: Mengumpulkan informasi.
Mengumpulkan informasi dengan cara
memotret setiap kejadian. Tiap kelompok
ditugaskan untuk melakukan percobaan.
Fase 4: Mengasosiasi / mengolah
informasi
Siswa bekerja secara berkelompok dan
mengolah data yang telah terkumpul lalu
membuatkan storyboard dengan
menggunakan balon kata, setiap kelompok
memasukkan data hasil pemotretan pada
soryboard ke komputer, lalu membuat
comic digital dalam bentuk video
pembelajaran.
Fase 5:Mengkomunikasikan
Membagikan video pembelajaran ke
youtube selanjutnya menyimak video teman
dari kelompok lain untuk selanjutnya
dikomentari, mengirimkan video
pembelajaran ke email guru.
Kegiatan Penutup
Guru memberikan penghargaan kelompok
maupun individu yang berhasil membuat
storyboard dan video comic digital, pada
akhir pertemuan guru memberikan tugas
kepada siswa sebagai PR.
c. Observasi (Pengamatan) dan Evaluasi
1) Observasi Sikap Spiritual dan sikap
Sosial
Sikap spiritual adalah sikap siswa pada
saat kegiatan pembelajaran yaitu : 1)
Berdoa sebelum dan sesudah melakukan
sesuatu, hampir seluruh siswa berdoa
87,09, 2) Mengucapkan rasa syukur atas
karunia Tuhan sebesar 16,13 %, 3)
memberi salam sebelum dan sesudah
menyampaikan pendapat/presentasi
sudah sebesar 100%, dan 4)
Mengungkapakan kekaguman secara
lisan maupun tulisan terhadap Tuhan
saat melihat kebesaran Tuhan 9,67 %.
Perhatikan tabel berikut ini.
2) Sikap Sosial
Dari data hasil observasi sikap sosial
terhadap penilaian diri dan penilaian
antar teman dengan indikator yang sama
terdapat perbedaan hasil data namun
perbedaannya tidak terlalu jauh, seperti
pada tabel berikut ini.
Dari tabel 4.5 di atas dapat disimpulkan
sikap sosial siswa pada siklus 1 adalah
57,69 berada pada kelompok skor kurang
dari 70 dengan kategori Kurang (D).
3) Jurnal
Guru selaku peneliti menulis seluruh
kejadian menonjol yang muncul pada
saat kegiatan pembelajaran. Kejadian
menonjol yang dimaksud adalah
kejadian-kejadian yang dialami peserta
didik (kekuatan dan kelemahan),
Tabel 4.2
Hasil Observasi Sikap Spiritual
No Aspek Pengamatan
Jumlah Yang diamati
% Seharusnya Terlaksana
1 Berdoa sebelum dan
sesudah melakukan
sesuatu
31 27 87,09
2 Mengucapkan rasa
syukur atas karunia
Tuhan
31 5 16,13
3 Memberi salam
sebelum dan sesudah
menyampaikan
pendapat/presentasi
10 10 100
4 Mengungkapakan
kekaguman secara lisan
maupun tulisan
terhadap Tuhan saat
melihat kebesaran
Tuhan
31 3 9,67
Jumlah Skor 53,22
Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Sosial
No Deskriptor yang
diamati
Penilaian Penilaian
Sikap Sosial Diri Diri
1 Saya selalu bekerja
sama dalam
menyelesaikan tugas
58,0
6
38,7
1
48,39
2 Saya berpendirian
teguh menyelesaikan
tugas
80,6
5
67,7
4
72,69
3 Saya tidak ceroboh
dalam
menyelesaikan tugas
83,8
7
61,2
9
72,58
4 Saya memeriksa
hasil pekerjaan
35,4
8
38,7
0
37,09
Jumlah
64,5
2
51,6
1
57,69
Kategori
Kura
ng
Kur
ang
Kurang
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital
pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 233
kejadian-kejadian yang muncul pada
umumnya siswa senang belajar sambil
menggunakan komputer, Siswa baru
dibiasakan untuk mengungkapkan rasa
syukur dengan lisan, Ada beberapa orang
siswa yang selalu mau memanfaatkan
komputer untuk bermain game dan
menggunakan Hand Phonenya untuk
melakukan kegiatan yang diluar kegiatan
pembelajaran.
4) Pelaksanaan Evaluasi
Kompetensi pengetahuan terdiri dari tes
hasil belajar akhir siklus 1. Hasil tes
akhir siklus 1 dan tes awal tabel berikut.
Nilai rata-rata tes akhir siklus 1 adalah
64,4 ada peningkatan jika dibandingkan
dengan hasil tes awal yang memperoleh
nilai rata-rata 51. Jumlah siswa yang
tuntas mengalami peningkatan dari 6
orang tada tes awal menjadi 21 orang
pada tes akhir siklus 1.
Kompetensi keterampilan adalah
berupa hasil dari tugas proyek berupa
storyboard dan video comic digital yang
telah dishare ke youtube/ video yang
dikirim kelompok pada email guru.
Nama tugas Projek adalah Membuat
Video Pembelajaran Statistik dalam
bentuk Comic Digital, alokasi waktu
adalah 2 pekan, dengan batas akhir
pengumpulan/share ke youtube adalah 9
April 2017 atau bersamaan tes akhir
siklus 1. Teknik penilaian adalah
penilaian kelompok terhadap 6
kelompok. Hasil penilaian dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Berdasarkan tabel di atas maka dapat
disimpulkan Hasil video comic digital , 5
kelompok telah membuat video, dan 1
kelompok belum selesai. Terdapat Video
Comic digital di Youtube, telah dikirim
ke youtube oleh 4 kelompok, dan 1
kelompok belum berhasil dikirim dengan
alasan jaringan tetapi sudah ada video
comic digital dan 1 kelompok belum
selesai videonya. Sejumlah 4 kelompok
telah berhasil kirim ke email, dan 1
kelompok telah berusaha hanya belum
berhasil membuka emailnya karena
alasan lupa pasword, sementara 1
kelompoknya lagi baru mau membuat
email.
Refleksi
Sikap spritual siswa masih perlu pembinaan
terutama pada indikator “Mengucapkan rasa
syukur atas karunia Tuhan dan
Mengungkapakan kekaguman secara lisan
maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat
kebesaran Tuhan.” Sementara pada sikap
sosial masih perlu perbaikan terutama pada
indikator “Saya selalu bekerja sama dalam
Tabel 4.6
Deskripsi Hasil Belajar Siklus 1
Statistik Tes Awal
Tes
Siklus 1
Nilai Nilai
Nilai Ideal/Skor
Ideal
100/14 100/10
Nilai Rata-rata 51 64,4
Nilai Tertinggi 86 100
Nilai Terendah 7 20
Jumlah Peserta
Tes Akhir
Siklus 1
23 Orang 31 Orang
Jumlah Siswa
Yang Tuntas
6 Orang 21 Orang
Jumlah Siswa
Yang Tidak
Tuntas
17 Orang 10 Orang
Jumlah Siswa
Di atas Rata-
rata
10 Orang 21 Orang
Jumlah Siswa
Di bawah Rata-
rata
13 Orang 10 Orang
Tabel 4.7
Deskripsi Penilaian Proyek Siklus 1
No Aspek Yang Dinilai SKOR
1 2 3 4
1. Perencanaan:
a. Persiapan Storyboard
Apakah Kegiatan sudah
direncanakan secara matang?
b. Rumusan Judul
Apakah judul sudah
memunculkan ciri khas dari
sesuatu yang hendak
diinformasikan?
1
3
2
6
2. Pelaksanaan
a. Sistematika Alur Cerita
Apakah kegiatan sudah
direncanakan secara runtut?
b. Keakuratan Informasi
Apakah sudah ada sasaran
sumber informasi, instrumen
mencari data
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan
perolehan data
1
1
2
1
3
6
4
3. Laporan Proyek
a. Hasil video comic digital
b. Terdapat Video Comic digital
di Youtube
c. Pemanfaatan email untuk
mengirim link Video Comic
digital dari youtube
1
1
1
1
1
5
4
4
Total Skor 2 6 6 36
234 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
menyelesaikan tugas” dan pada indikator
“Saya memeriksa hasil pekerjaan.“
Hasil Belajar Siklus 1, jumlah siswa
yang tuntas hanya 67,74% (21 orang dari 31
orang), ini berarti belum tuntas secara
klasikal (syarat ketuntasan klasikal 75%).
Penilaian Proyek Siklus 1, secara umum
hasil karya siswa sudah bagus hanya masih
perlu perbaikan pada beberapa bagian
perencanaan comic dan masih ada siswa
yang memiliki email. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
dengan menerapkan pengintegrasian TIK
dengan media comic digital masih perlu
mendapat perhatian. Tetapi dari beberapa
pertemuan memberikan gambaran
gambaran adanya perubahan yang positif.
Siklus 2
a. Perencanaan (Planing)
Perencanaan pada siklus 2 sama dengan
perencanaan pada siklus 1. Materi yang
akan dipelajari adalah kompetensi dasar
3.13 Menemukan peluang empirik dan
teoritik dari data luaran (output) yang
mungkin diperoleh berdasarkan
sekelompok data, kompetensi dasar 4.8
Melakukan Percobaan untuk
menemukan peluang empirik dari
masalah nyata serta membandingkannya
dengan peluang teoritik.
b. Pelaksanaan (Action)
Fase 1 : Mengamati
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari, dengan
menampilkan video pembelajaran,
memotivasi dan mengapersepsi siswa.
Siswa mendiskusikan hasil tayangan video
pembelajaran. Guru menjelaskan cara
membuat perancangan cerita dan
menuangkannya
dalam bentuk comic
digital, cara
memasukkan data
dari kamera ke
komputer, cara
membuat comic
digital, cara
membuat video
dengan
menggunakan
screencast O Matic,
cara mengirim video
ke youtube, dan cara
mengambil linknya
yang selanjutnya
dikirim ke email guru/peneliti. Fase 2 : Menanya Guru membagi kelompok belajar yang beranggotakan 4 – 5 orang. Guru membagikan LKS dan lembar Perancangan Storyboard, siswa mengamati lalu mendiskusikan materi yang terdapat pada LKS. Fase 3 : Mengumpulkan informasi Siswa mengumpulkan informasi dengan cara mencatat dan memotret setiap kejadian. Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan percobaan dan siswa lainnya dalam kelompok tersebut memotretnya. Fase 4 : Mengasosiasi / mengolah informasi Siswa mengolah data lalu membuatkan comic dengan menggunakan story maker, selanjutnya membuat comic digital dengan memanfaatkan Screencast O Matic dalam bentuk video pembelajaran. Fase 5 : Mengkomunikasikan Video yang dihasilkan setiap kelompok dikirim ke youtube lalu dibagikan ke publik. Siswa dari kelompok lain mendownload comic digital temannya dan di beri komentar, hasil komentar tersebut disampaikan di kelas pada pertemuan terakhir. Video pembelajaran dalam bentuk comic digital yang telah dikirim ke youtube selanjutnya di kirim ke guru dengan menggunakan email dari salah seorang anggota kelompok.
Kegiatan Penutup Guru memberikan penghargaan kelompok maupun individu yang berhasil membuat storyboard dan comic, pada akhir pertemuan guru memberikan tugas kepada siswa sebagai PR.
c. Observasi Dan Evaluasi 1) Observasi Sikap Spiritual dan sikap
Sosial Data yang diperoleh pada siklus 2
dengan peserta 31 orang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.8
Hasil Observasi Sikap Spiritual
No Aspek Pengamatan
Jumlah Yang diamati
Seharusnya
%
Terlaksana
% Siklus
1
Siklus
2
Siklus
1
Siklus
2
1 Berdoa sebelum dan sesudah
melakukan sesuatu
31 31 87,09 27 31 100
2 Mengucapkan rasa syukur atas
karunia Tuhan
31 31 16,13 5 28 90,32
3 Memberi salam sebelum dan
sesudah menyampaikan
pendapat/presentasi
10 15 100 10 15 100
4 Mengungkapakan kekaguman
secara lisan maupun tulisan
terhadap Tuhan saat melihat
kebesaran Tuhan
31 31 9,67 3 27 87,09
Jumlah Skor 53,22 94,35
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital
pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 235
Berdasarkan data di atas maka
hasil penilaian dikategorikan
pada kelompok Amat baik atau
memperoleh nilai A secara
klasikal.
Penilaian diri adalah
penilaian yang dilakukan
sendiri oleh siswa tentang
dirinya sendiri. Data tentang
penilaian diri dapat dilihat pada
tabel observasi penilaian diri
berikut.
Penilaian antar teman adalah penilaian
yang dilakukan oleh teman sekolompok,
data lengkap dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Dari data hasil observasi sikap
sosial terhadap penilaian diri dan penilaian
antar teman dengan indikator yang sama
terdapat perbedaan hasil data namun
perbedaannya tidak terlalu jauh, seperti
pada tabel berikut ini.
Dari tabel 4.5 di atas dapat
disimpulkan sikap sosial siswa
pada siklus 1 adalah 57,69
berada pada kelompok skor
kurang dari 70 dengan kategori
Kurang (D) menjadi 97,99
kategori amat baik pada siklus 2.
2) Jurnal
Guru selaku peneliti
menulis seluruh kejadian
menonjol yang muncul pada
saat kegiatan pembelajaran
Berdasarkan catatan jurnal,
kejadian-kejadian yang
muncul adalah : pada
umumnya siswa senang
belajar sambil
menggunakan komputer,
Siswa sudah terbiasa mengungkapkan rasa
syukur dengan lisan, Masih ada beberapa
orang siswa yang mau memanfaatkan
komputer untuk bermain game dan
menggunakan Hand Phonenya untuk
melakukan kegiatan
yang diluar kegiatan
pembelajaran, akan
tetapi selalu diawasi
oleh guru/peneliti
Pelaksanaan Evaluasi
Hasil evaluasi terdiri
dari dua kompetensi
inti yaitu kompetensi
pengetahuan dan
kompetensi
keterampilan.
Kompetensi
pengetahuan terdiri
dari tes hasil belajar yang dilaksanakan pada
akhir siklus 2. Hasil tes akhir siklus 1 dan
tes akhir siklus 2 dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.9
Hasil Observasi Penilaian Diri Siklus 2
No Aspek
Pengamatan
Jumlah Yang diamati
Seharusnya
%
Terlaksana
% Siklus
1
Siklus
2
Siklus
1
Siklus
2
1 Saya selalu
bekerja sama
dalam
menyelesaikan
tugas
31 31 58,06 18 31 100
2 Saya
menyelesaikan
tugas
31 31 80,65 25 25 90,32
3 Saya tidak
ceroboh dalam
menyelesaikan
tugas
31 31 83,87 26 31 100
4 Saya
memeriksa
hasil pekerjaan
31 31 35,48 11 29 93,55
Jumlah Skor 64,52 95,97
Tabel 4.10
Hasil Observasi Sikap Sosial (Penilaian Antar Teman)
No Aspek Pengamatan
Jumlah Yang diamati
Seharusnya
%
Terlaksana
% Siklus
1
Siklus
2
Siklus
1
Siklus
2
1 Saya selalu bekerja sama
dalam menyelesaikan
tugas
31 31 38,71 12 31 100
2 Saya menyelesaikan tugas 31 31 67,74 21 31 100
3 Saya tidak ceroboh dalam
menyelesaikan tugas
31 31 61,29 19 31 100
4 Saya memeriksa hasil
pekerjaan
31 31 38,70 12 31 100
Jumlah Skor 64,52 100
Tabel 4.11
Hasil Observasi Sikap Sosial
N
o Deskriptor yang diamati
Penilaian Penilaian
Sikap
Sosial Diri Antar
Teman
1 Saya selalu bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas
100 100 100
2 Saya berpendirian teguh
menyelesaikan tugas
90,32 100 95,16
3 Saya tidak ceroboh dalam
menyelesaikan tugas
100 100 100
4 Saya memeriksa hasil pekerjaan 93,55 100 96,77
Jumlah 95,97 100 97,99
Kategori
Amat
Baik
Amat
Baik
Amat
Baik
236 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Nilai rata-rata tes akhir siklus 2 adalah
78,70 ada peningkatan jika dibandingkan
d. Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan selama siklus 1 dan siklus 2,
maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran dengan menerapkan
pengintegrasian TIK dengan media comic
digital mengalami peningkatan. Hasil
observasi tentang sikap spiritual siswa
mengalami peningkatan dari 53,22 pada
siklus 1 menjadi 94,35 pada siklus 2,
demikian pula penilaian sosial meningkat
dengan hasil tes akhir siklus 1 yang
memperoleh nilai rata-rata 64,4. Jumlah siswa
yang tuntas mengalami peningkatan dari 21
orang pada tes akhir siklus 1 menjadi 28 orang
pada tes akhir siklus 2.
Kompetensi keterampilan adalah hasil
dari tugas proyek berupa storyboard dan video
comic digital yang telah dishare ke youtube/
video yang dikirim kelompok pada email guru,
batas akhir pengumpulan/share ke youtube
adalah 30 April 2017 atau bersamaan tes akhir
siklus 2.
Teknik penilaian adalah penilaian
kelompok terhadap 6 kelompok. Hasil
penilaian dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Berdasarkan data tentang penilaian projek pada
tabel di bawah ini maka dapat disimpulkan
seluruh kelompok telah menyelesaikan
tugasnya dengan sangat baik.
dari siklus 1 sebesar 57,69 % menjadi 100%
pada siklus 2, penilaian hasil belajar siswa
meningkat dengan nilai rata-rata tes akhir
siklus 1 sebesar 64,4 menjadi 78,70 pada siklus
2. Jumlah siswa yang tuntas mengalami
peningkatan dari 21 orang pada tes akhir siklus
1 menjadi 28 orang pada tes akhir siklus 2.
Penilaian proyek meningkat dari siklus 1 ke
siklus 2, demikian pula berdasarkan catatan
guru/peneliti pada jurnal mengindikasikan hasil
yang memuaskan.
Tabel 4.12
Deskripsi Hasil Belajar Siklus 2
Statistik
Tes
Siklus 1
Tes
Siklus 2
Nilai Nilai
Nilai Ideal/Skor Ideal 100/10 100/10
Nilai Rata-rata 64,4 78,70
Nilai Tertinggi 100 100
Nilai Terendah 20 40
Jumlah Peserta Tes Akhir
Siklus 1
31 Orang 31 Orang
Jumlah Siswa Yang
Tuntas
21 Orang 28 Orang
Jumlah Siswa Yang Tidak
Tuntas
10 Orang 3 Orang
Jumlah Siswa Di atas
Rata-rata
21 Orang 28 Orang
Jumlah Siswa Di bawah
Rata-rata
10 Orang 3 Orang
Tabel 4.13
Deskripsi Penilaian Proyek Siklus 2
No
Aspek Yang Dinilai
SKOR
1 2 3 4
1. Perencanaan:
c. Persiapan Storyboard
Apakah Kegiatan sudah direncanakan secara matang?
d. Rumusan Judul
Apakah judul sudah memunculkan ciri khas dari sesuatu yang
hendak diinformasikan?
6
6
2. Pelaksanaan
d. Sistematika Alur Cerita
Apakah kegiatan sudah direncanakan secara runtut?
e. Keakuratan Informasi
Apakah sudah ada sasaran sumber informasi, instrumen mencari
data
f. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan perolehan data
6
6
6
3. Laporan Proyek
d. Hasil video comic digital
e. Terdapat Video Comic digital di Youtube
f. Pemanfaatan email untuk mengirim link Video Comic digital dari
youtube
6
6
6
Total Skor 48
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital
pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 237
248 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Salah satu komponen penting dalam
pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum
disusun untuk mendorong anak berkembang ke
arah tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini
dicoba diwujudkan dalam kurikulum tiap
tingkat dan jenis pendidikan, diuraikan dalam
bidang studi dan akhirnya dalam tiap pelajaran
yang diberikan oleh guru di dalam kelas.
Dalam mencapai tujuan pendidikan ini,
pemerintah menggagas diberlakukannya
kurikulum baru yaitu kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). KTSP merupakan
kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan atau sekolah. KTSP tersebut
memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk
merancang, mengembangkan, dan
mengimplementasikan kurikulum sekolah
sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi
keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh
sekolah.
Upaya pemerintah dalam bentuk KTSP
ini merupakan pengembangan kurikulum dari
kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum
berbasis kompetensi (KBK). Dengan
menggunakan KTSP diharapkan peserta didik
bisa mencapai kompetensi-kompetensi tertentu
yang sudah ditentukan sebagai kriteria
keberhasilan.
Masih rendahnya hasil belajar IPS
disebabkan oleh masih dominannya skill
menghafal daripada skill memproses sendiri
pemahaman suatu materi. Selama ini, minat
belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong
sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap
siswa selama mengikuti proses pembelajaran
tidak fokus dan ramai sendiri. Bahkan ada
sebagian siswa yang menganggap mata
pelajaran IPS tidak begitu penting dikarenakan
tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan
pada Ujian Nasional (UN). Faktor minat itu
juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar
yang digunakan guru dalam menyampaikan
materi. Metode yang konvensional seperti
menjelaskan materi secara abstrak, hafalan
materi dan ceramah dengan komunikasi satu
arah, yang aktif masih didominasi oleh
pengajar, sedangkan siswa biasanya hanya
memfokuskan penglihatan dan pendengaran.
Kondisi pembelajaran seperti inilah yang
mengakibatkan siswa kurang aktif dan
pembelajaran yang dilakukan kurang efektif.
Disini guru dituntut untuk pandai menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan
bagi siswa sehingga siswa kembali berminat
mengikuti kegiatan belajar.
Selain itu penggunaan metode
pembelajaran yang mengajarkan siswa dalam
pemecahan masalah, terutama pemecahan
masalah dalam kehidupan sehari- hari masih
kurang. Pengembangan metode pembelajaran
tersebut sangat perlu dilakukan untuk
menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan
permasalahan yang harus dimiliki oleh siswa.
Metode pembelajaran problem solving atau
pemecahan masalah kegunaannya adalah untuk
merangsang berfikir dalam situasi masalah
yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab
permasalahan yang menganggap sekolah
kurang bisa bermakna dalam kehidupan nyata
di masyarakat.
Penggunaan metode dalam pembelajaran
sangat diutamakan guna menimbulkan gairah
belajar, motivasi belajar, merangsang siswa
berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Melalui metode problem solving diharapkan
dapat lebih mempermudah pemahaman materi
pelajaran yang diberikan dan nantinya dapat
mempertinggi kualitas proses pembelajaran
yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
SMP Negeri 1 Bulukumba adalah salah
satu sekolah negeri yang terletak di jalan melati
kabupaten Bulukumba, propinsi Sulawesi
selatan. Kegiatan pembelajaran di SMP Negeri
1 ini masih termasuk tradisional karena
kebanyakan guru hanya menggunakan metode
ceramah dalam penyampaian materi, sehingga
siswa merasa bosan dalam megikuti proses
pembelajaran. Hal itu diketahui dari
pengalaman pengajar yang telah dilakukan.
Dari pengalaman tersebut bahwa pembelajaran
IPS kurang diminati oleh siswa. Dalam proses
pembelajaran terlihat masih rendah perhatian
siswa, siswa kurang berpartisipasi, sedangkan
guru hanya menggunakan metode ceramah
dalam penyampaian materi.
Diharapkan dengan menggunakan model
koperatif metode problem solving dalam proses
pembelajaran IPS akan menarik minat siswa
mengikuti kegiatan belajar sehingga akan
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil belajar IPS
Sudjana Menurut Nana Sudjana (2005:
3) hakikat hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku individu yang mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut
Nana Sudjana (1989: 38-40) hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu
dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode
Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 249
faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri
siswa terutama kemampuan yang dimilikinya.
Faktor kemampuan siswa besar sekali
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang
dicapai. Disamping faktor kemampuan yang
dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap
dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial
ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Hasil belajar merupakan segala upaya
yang menyangkut aktivitas otak (proses
berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam
jenjang, mulai dari yang terendah sampai
dengan jenjang tertinggi (Suharsimi Arikunto,
2003: 114-115). Keenam jenjang tersebut
adalah: (1) Pengetahuan (knowledge) yaitu
kemampuan seseorang untuk mengingat
kembali tentang nama, istilah, ide, gejala,
rumus- rumus dan lain sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk
menggunakannya. (2) Pemahaman
(comprehension) yakni kemampuan seseorang
untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat melalui penjelasan dari
kata- katanya sendiri. (3) Penerapan
(application) yaitu kesanggupan seseorang
untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara
atau metode- metode, prinsip- prinsip, rumus-
rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam
situasi yang baru dan kongkret. (4) Analisis
(analysis) yakni kemampuan seseorang untuk
menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-
bagian tersebut. (5) Sintesis (synthesis) adalah
kemampuan berfikir memadukan bagian-
bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga
menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur.
(6) Evaluasi (evaluation) yang merupakan
jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah
kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian
disini adalah kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu situasi,
nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian
menentukan pilihan nilai atau ide yang tepat
sesuai kriteria yang ada (Anas Sudijono, 2005:
50- 52).
Aktivitas belajar
Konsep Proses belajar merupakan
aktivitas psikis yang berkenaan dengan bahan
belajar. Aktivitas adalah mempelajari bahan
belajar tersebut dengan memakan waktu. Lama
waktu mempelajari tergantung pada jenis dan
sifat bahan, juga tergantung pada kemampuan
siswa. Proses belajar akan memakan waktu
lama jika bahan belajarnya sukar, dan siswa
kurang mampu untuk menyerapnya, akan tetapi
sebaliknya, jika bahan belajar mudah, dan
siswa berkemampuan tinggi, maka proses
belajar memakan waktu singkat. Aktivitas
belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses,
yaitu proses belajar sesuatu. Aktivitas belajar
juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan
siswa terhadap bahan belajar (Dimyati, 2006).
Aktivitas banyak macamnya, maka para
ahli mengadakan klasifikasi atas macam-
macam aktivitas tersebut. Dierich adalah salah
satu ahli yang membagi kegiatan belajar dalam
tujuh kelompok yaitu kegiatan visual (melihat),
kegiatan oral (lisan), kegiatan mendengarkan,
kegiatan menulis, kegiatan menggambar,
kegiatan metrik, kegiatan mental dan kegiatan
emosional (Hamalik, 2004).
Segala pengetahuan dalam hal kegiatan
belajar harus diperoleh dengan pengamatan
sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan
sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas
yang diciptakan sendiri, baik secara rohani
maupun teknis. Proses belajar tidak mungkin
terjadi tanpa ada aktivitas (Rousseau dalam
Sardiman, 2010).
Siswa yang melakukan banyak aktivitas
positif dalam proses belajar akan memperoleh
hasil belajar yang optimal. Sejalan dengan
penelitian Megawati (2010) yang menyatakan
bahwa dalam belajar perlu ada aktivitas, sebab
pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk
mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa
sangat penting agar hasil belajar yang diperoleh
siswa optimal, karena aktivitas siswa sangat
menentukan hasil belajar siswa. Siswa akan
lebih mudah menguasai materi pelajaran
dengan beraktivitas langsung dalam proses
pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa
sangat dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa.
Model Pembelajaran Kooperatif
Miftah Toha Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar yang menempatkan
siswa pada kelompok-kelompok siswa yang
heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif
setiap anggota kelompok akan bekerjasama
dalam memahami suatu bahan pelajaran dan
belajar belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompoknya belum menguasai bahan
pelajaran tersebut.
Coperative mengandung pengertian
bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama.
Pada dasarnya cooperative learning
mengandung pengertian sebagai suatu sikap
atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu diantara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang
250 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
terdiri dari dua atau lebih dimana keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
setiap anggota kelompok itu sendiri.
Cooperative learning juga dapat diartikan
sebagai suatu struktur tugas bersama dalam
suasana kebersamaan diantara sesama anggota
kelompok (Raharjo, Solihatin, 2007).
Menurut Slavin (1995)), pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan sistem pengelompokan/
tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempuanyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau
suku yang berbeda (heterogen). Sistem
penilaian dilakukan terhadap kelompok.
Menurut Trianto (2009), tujuan dibentuknya
kelompok tersebut adalah untuk memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk dapat
terlihat aktif dalam proses berpikir dan
kegiatan belajar. Selama bekerja dalam
kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan materi yang disajikan
oleh guru dan saling membantu teman
sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan
belajar. Dengan demikian, setiap anggota
kelompok akan mempunyai ketergantungan
positif. Ketergantungan semacam itulah yang
selanjutnya akan memunculkan tanggung
jawab individu terhadap kelompok dan
keterampilan interpersonal dari setiap anggota
kelompok. Setiap individu akan saling
membantu, mereka akan mempunyai motivasi
untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap
individu akan memiliki kesempatan yang sama
untuk memberikan kontribusi demi
keberhasilan kelompok.
Melalui pembelajaran kooperatif, siswa
diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan berargumentasi untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai
saat itu dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing. Apabila diatur
dengan baik, siswa-siswa dalam kelompk
kooperatif akan belajar satu sama lain untuk
memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok
telah menguasai konsep-konsep yang telah
dipikirkan (Slavin, 1995).
Metode Problem Solving
Metode problem solving atau sering juga
disebut dengan nama Metode Pemecahan
Masalah merupakan suatu cara mengajar yang
merangsang seseorang untuk menganalisa dan
melakukan sintesa dalam kesatuan struktur atau
situasi di mana masalah itu berada, atas inisiatif
sendiri. Metode ini menuntut kemampuan
untuk dapat melihat sebab akibat atau relasi-
relasi diantara berbagai data, sehingga pada
akhirnya dapat menemukan kunci pembuka
masalahnya. Kegiatan semacam ini merupakan
ciri yang khas daripada suatu kegiatan
intelegensi. Metode ini mengembangkan
kemampuan berfikir yang dipupuk dengan
adanya kesempatan untuk mengobservasi
problema, mengumpulkan data, menganalisa
data, menyusun suatu hipotesa, mencari
hubungan (data) yang hilang dari data yang
telah terkumpul untuk kemudian menarik
kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan
masalah tersebut. Cara berfikir semacam itu
lazim disebut cara berfikir ilmiah. Cara berfikir
yang menghasilkan suatu kesimpulan atau
keputusan yang diyakini kebenarannya karena
seluruh proses pemecahan masalah itu telah
diikuti dan dikontrol dari data yang pertama
yang berhasil dikumpulkan dan dianalisa
sampai kepada kesimpulan yang ditarik atau
ditetapkan. Cara berfikir semacam itu benar-
benar dapat dikembangkan dengan
menggunakan Metode Pemecahan Masalah
(Jusuf Djajadisastra, 1982: 19- 20).
Penyelesaian masalah dalam metode
problem solving ini dilakukan melalui
kelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan
pokok bahasan dalam pelajaran diberikan
kepada siswa untuk diselesaikan secara
kelompok. Masalah yang dipilih hendaknya
mempunyai sifat conflict issue atau
kontroversial, masalahnya dianggap penting
(important), urgen dan dapat diselesaikan
(solutionable) oleh siswa (Gulo, 2002: 116).
Tujuan utama dari penggunaan metode
Pemecahan Masalah adalah: (a)
Mengembangkan kemampuan berfikir,
terutama didalam mencari sebab-akibat dan
tujuan suatu masalah. Metode ini melatih
murid dalam cara-cara mendekati dan cara-cara
mengambil langkah-langkah apabila akan
memecahkan suatu masalah. (b) Memberikan
kepada murid pengetahuan dan kecakapan
praktis yang bernilai/bermanfaat bagi
keperluan hidup sehari-hari. Metode ini
memberikan dasar-dasar pengalaman yang
praktis mengenai bagaimana cara-cara
memecahkan masalah dan kecakapan ini dapat
diterapkan bagi keperluan menghadapi
masalah-masalah lainnya didalam masyarakat.
Problem solving melatih siswa terlatih
mencari informasi dan mengecek silang
validitas informasi itu dengan sumber lainnya,
juga problem solving melatih siswa berfikir
kritis dan metode ini melatih siswa
memecahkan dilema (Omi Kartawidjaya, 1988:
42). Sehingga dengan menerapkan metode
problem solving ini siswa menjadi lebih dapat
mengerti bagaimana cara memecahkan masalah
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode
Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 251
yang akan dihadapi pada kehidupan nyata/ di
luar lingkungan sekolah.
Untuk mendukung strategi belajar
mengajar dengan menggunakan metode
problem solving ini, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan. Materi
pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks
di sekolah, tetapi juga di ambil dari sumber-
sumber lingkungan seperti peristiwa-peristiwa
kemasyarakatan atau peristiwa dalam
lingkungan sekolah (Gulo, 2002: 114).
Tujuannya agar memudahkan siswa dalam
menghadapi dan memecahkan masalah yang
terjadi di lingkungan sebenarnya dan siswa
memperoleh pengalaman tentang penyelesaian
masalah sehingga dapat diterapkan di
kehidupan nyata.
METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah Desain penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Penelitian
tindakan kelas dibagi dalam tiga siklus,
masing-masing siklus terdiri dari
perencanaan (planning), tindakan (action),
observasi (observe), serta refleksi (reflect).
2. Jenis dan Objek Tindakan
Jenis tindakan dalam penelitian ini adalah
penerapan metode problem solving. Metode
problem solving ( metode pemecahan
masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan
suatu metode berfikir, sebab
dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode
lainnya dimulai dengan mencari
data sampai kepada menarik
kesimpulan.
Objek penelitian ini adalah
peningkatan hasil belajar IPS
siswa. Hasil belajar yang
dimaksud adalah peningkatan kemampuan
kognitif siswa pada mata pelajaran IPS
setelah penerapan pembelajaran Problem
Solving. Wujud kemampuan peningkatan
kognitif meliputi: pengetahuan
(knowledge),pemahaman (comprehention),
aplikasi (application), analisis (analysis),
sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).
3. Populasi dan sampel
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas
VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba sebanyak
30 orang siswa. Karena pelajaran IPS
dipegang oleh peneliti sendiri sebagai guru
sehingga dapat memudahkan pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini. Siswa kelas
VIII diambil sebagai subjek dengan alasan
sudah mencapai target kurikulum 50% dan
belum mempersiapkan diri untuk
menghadapi ujian nasional.
4. Instrumen Penelitian dan Teknik analisis
data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah lembar observasi/pengamatan dan
tes akhir siklus. Data dalam penelitian ini
dikumpulkan dengan teknik observasi atau
pengamatan secara langsung untuk
mengamati tindakan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif metode
problem solving. Selanjutnya pada tiap
siklus dilaksanakan tes untuk mengetahui
hasil belajar siswa.
Teknik analisis data yang digunakan
adalah análisis deskriptif dengan melihat
penilaian aktivitas yang teramati dan
dianalisis dengan menggunakan kriteria
penilaian sesuai dengan ítem aktivitas pada
lembar observasi siswa. Sedangkan data
hasil belajar siswa dianalisis untuk
menentukan nilai hasil belajar yang
diperoleh
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
a. Siklus 1
Dari tabel di atas ditunjukkan bahwa
jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan
pada pertemuan 1 sebesar 13,33 % sedangkan
pada pertemuan 2 sebesar 20 %, hal ini
menunjukkan adanya peningkatan yang
disebabkan oleh guru memberi dorongan dan
motivasi agar siswa berani mengajukan
pertanyaan. Pada item menanggapi respon
siswa lain menunjukkan adanya peningkatan
yaitu pada pertemuan 1 sebesar 20 %
sedangkan pada pertemuan 2 sebesar 23,33 %.
Hal ini disebabkan oleh guru memberi
dorongan dan motivasi agar siswa berani
Tabel 5.
Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I
Aspek yang diamati
Pertemuan Rata-rata
(%) 1
( %)
2
(%)
1. Mengajukan pertanyaan 13,33 20 16,67
2. Menanggapi respon siswa lain 20 23,33 21,67
3. Menjawab pertanyaan guru 20 13,33 16,67
4. Memperhatikan penjelasan guru 70 73,33 71,67
5. Diskusi kelompok 46,67 86,67 66,67
6. Diskusi kelas 63,33 100 81,67
252 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
menanggapi respon siswa lain. Item menjawab
pertanyaan guru mengalami penurunan yaitu
pertemuan 1 sebesar 20 % sedangkan pada
pertemuan 2 sebesar
13,33 %. Hal ini mungkin
disebabkan karena pertanyaan
yang diajukan oleh guru terlalu
sulit bagi siswa sehingga
banyak dari mereka yang tidak
bisa menjawab pertanyaan.
Jumlah siswa yang
memperhatikan penjelasan guru
mengalami peningkatan
walaupun sedikit yaitu pertemuan 1 sebesar
70 % sedangkan
pada pertemuan 2 sebesar 73,33 %. Item
diskusi kelompok mengalami peningkatan
karena guru mampu memotivasi siswa agar
saling bekerja sama dengan anggota
kelompoknya yaitu pada pertemuan 1 sebesar
46,67 % sedangkan pada pertemuan 2 sebesar
86,67 %. Item diskusi kelas juga mengalami
peningkatan yaitu pada pertemuan 1 sebesar
63,33 % sedangkan pada pertemuan 2 sebesar
100 %. Pada akhir pertemuan siklus I
(pertemuan ke tiga) diadakan tes untuk mengetahui sejauh mana peranan metode problem solving terhadap hasil belajar siswa, dari hasil tes tersebut akan dibandingkan dengan nilai semester ganjil yang lalu. Di bawah ini terdapat hasil tes siswa pada siklus I.
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa
pada siklus I ini, jumlah siswa yang memperoleh nilai 8 berjumlah 4 siswa (13,33%), siswa yang memperoleh nilai 7 berjumlah 12 siswa (40%). Jumlah siswa yang memperoleh nilai 6 sebanyak 11 siswa (36,67%), siswa yang memperoleh nilai 5 sebayak 3 siswa (10%). Kemudian perolehan nilai rata-rata siswa kelas VIII pada siklus I ini adalah 6,57.
Dari perolehan tes pada siklus I di atas, kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata semester 2 pada waktu kelas VII. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa terjadi penurunan nilai rata-rata dari 6,93 menjadi 6,57. Nilai rata-rata IPS semester ganjil = 6,93 Nilai rata-rata siklus I = 6,57
b. Siklus II
Pada siklus kedua ini terdapat perubahan
dari hampir semua item. Dari tabel di atas
ditunjukkan bahwa jumlah siswa yang
mengajukan pertanyaan naik yaitu pada
pertemuan 4 sebesar 20% dan pertemuan 5
sebesar 30%. Hal ini disebabkan karena guru
telah berhasil mendorong dan memotivasi
siswa agar mau mengajukan pertanyaan. Pada
item menanggapi respon siswa lain mengalami
peningkatan yaitu pada pertemuan 4 sebesar
10% sedangkan pada pertemuan 5 sebesar
26,67%. Hal ini disebabkan karena siswa sudah
berani menanggapi respon temannya dengan
dorongan dari guru. Item menjawab pertanyaan
guru mengalami penurunan yaitu pada
pertemuan 4 sebesar 83,33% sedangkan pada
pertemuan 5 sebesar 73,33% karena
disebabkan oleh pertanyaan yang diajukan
terlalu sulit, sehingga banyak dari mereka tidak
bisa menjawab. Jumlah siswa yang
memperhatikan penjelasan guru mengalami
peningkatan yaitu pertemuan 4 sebesar
86,67%. Dan pertemuan 5 yaitu sebesar
93,33% karena guru sudah bisa menegur siswa
yang tidak memperhatikan sehingga siswa
tidak ramai lagi. Jumlah siswa yang mengikuti
diskusi kelompok meningkat yaitu pada
pertemuan 4 sebesar 93,33% dan pertemuan 5
yaitu sebesar 100%. Item diskusi kelas tetap
yaitu pada pertemuan 4 dan 5 sebesar 100%.
Berdasarkan tabel 4 diatas, hasil tes siswa
pada siklus II yang dibandingkan hasil tes
siswa pada siklus I.
Tabel 6.
Skor tes kelas VIII.2 pada siklus I
Skor F % fx
8 4 13,33 32
7 12 40 84
6 11 36,67 66
5 3 10 15
Jumlah 30 100 197
Tabel 3.
Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II
Aspek yang diamati
Pertemuan Rata-rata
(%) 1
( %)
2
(%)
1. Mengajukan pertanyaan 20 30 25
2. Menanggapi respon siswa lain 10 26,67 18,33
3. Menjawab pertanyaan guru 83,33 73,33 78,33
4. Memperhatikan penjelasan guru 86,67 93,33 90
5. Diskusi kelompok 93,33 100 96,66
6. Diskusi kelas 100 100 100
Tabel 4.
Skor tes kelas VIII.2 pada siklus II.
Skor f % fx
10 5 16,67 50
9 10 33,33 90
8 7 23,33 56
7 7 23,33 49
6 - - -
5 1 3,34 5
Jumlah 30 100 250
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode
Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 253
Nilai rata-rata siklus I = 6,57
Nilai rata-rata siklus II = 8,33
Pembahasan
Penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS telah dilaksanakan adalah 2 siklus dalam 6 kali pertemuan, dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan 1 kali evaluasi setiap akhir siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret Tahun Ajaran 2014/2015. Adapun hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Sumber: lampiran
Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir semua nomor item telah mengalami peningkatan. Aktivitas siswa mengajukan pertanyaan pada siklus II mengalami peningkatan dari 13,33% pada siklus I turun menjadi 6,67% pada pertemuan keempat siklus II. Hal ini disebabkan oleh siswa yang masih tidak berani bertanya karena takut dikomentari yang jelek oleh siswa lain sehingga siswa lebih baik diam daripada membuat siswa lain mengejeknya, disamping itu guru kurang mendorong dan memberi motivasi siswa agar mau bertanya. Oleh karena itu pada siklus II pertemuan kelima, guru meningkatkan motivasi pada siswa agar lebih berani mengajukan pertanyaan dan itu membuahkan hasil dengan meningkatnya aktivitas siswa sebesar 10% pada akhir siklus.
Item menanggapi respon siswa lain pada siklus I pertemuan 1 sebesar 20% dan pertemuan 2 sebesar 23,33% menunjukkan terjadinya peningkatan walaupun tidak terlalu besar, dan persentase ini mengalami penurunan pada pertemuan 4 pada siklus II, yaitu sebesar 13,33%. Hal ini disebabkan selain karena siswa yang masih takut dan tidak berani berbicara di depan umum juga disebabkan karena sebelumnya guru kurang memberikan memotivasi siswa untuk berbicara di depan umum. Untuk itu pada siklus II pertemuan 5 guru berusaha untuk mendorong siswa agar
bisa dan mau menanggapi respon siswa lain dengan cara memberikan nilai plus bagi siapa saja yang berani berbicara menanggapi respon siswa lainnya dan cara ini membuahkan hasil yaitu persentase siswa pada siklus II pertemuan 5 sebesar 26,67%.
Item menjawab pertanyaan guru pada setiap siklus umumnya mengalami penurunan yang disebabkan oleh siswa yang masih kurang berani dan takut jika jawaban mereka salah dan ditertawakan oleh siswa lain. Pada pertemuan 4 sudah mengalami peningkatan dibanding pertemuan 1 dan 2. Item memperhatikan penjelasan guru pada siklus I pertemuan 1 sebesar 70% dan pertemuan 2 sebesar 73,33%, kemudian pada siklus II mengalami peningkatan yaitu pada pertemuan 4 dan 5 sebesar 86,67% dan 93,33%.. Item diskusi kelompok juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I pertemuan 1 sebesar 46,67% dan pertemuan 2 sebesar 86,67%. Siklus II pertemuan 4 dan 5 dengan persentase sebesar 93,33% dan 100%. Siswa tidak lagi bekerja sendiri-sendiri dan sudah bisa saling bekerja sama dengan menjalankan tanggung jawabnya masing-masing. Item diskusi kelas juga mengalami peningkatan. Siklus I pertemuan 1 sebesar 63,33% dan pertemuan 2 sebesar 100% dan bertahan hingga pertemuan 5 pada siklus II. Dari hasil persentase aktivitas siswa di atas diketahui hampir semua item pada siklus II mengalami peningkatan.
Pada akhir pertemuan setiap siklus dilakukan tes untuk mengetahui sejauh mana metode problem solving dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Yang kemudian dicari nilai rata-rata tes per siklus. Adapun nilai rata-rata tes siklus I dan II adalah sebagai berikut:
Tabel 14.
Perbandingan nilai rata-rata tes siklus I dan II
Siklus I Siklus II
6,57 8,33
Sumber: hasil observasi. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
skor nilai rata-rata nilai IPS Geografi mengalami peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 6,57, siklus II sebesar 8,33.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran juga dipengaruhi oleh aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga selain melakukan pengamatan terhadap siswa, observer juga melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru di kelas.
Guru telah berusaha menciptakan suasana pelajaran yang kondusif. Hal ini terlihat adanya peningkatan peran guru pada setiap pertemuan, bahkan pada pertemuan 4 dan 5 peran guru dalam kelas dapat dikatakan maksimal. Hanya saja pada pertemuan 1
Tabel 13.
Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I, II.
Aspek yang diamati Siklus
I (%)
Siklus II
(%)
1. Mengajukan
pertanyaan 16,67 25
2. Menanggapi
respon siswa lain 21,67 18,34
3. Menjawab
pertanyaan guru 16,67 78,33
4. Memperhatikan
penjelasan guru 71,67 90
5. Diskusi kelompok 66,67 96,67
6. Diskusi kelas 81,67 100
254 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
sampai 3 ada aktivitas guru yang belum muncul (belum dilakukan) yaitu mengajukan pertanyaan siswa. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan metode koperatif problem solving baru pertama kali sehingga masih ada yang lupa. Selain itu aktivitas guru memberi kesimpulan tidak mencukupi karena waktu yang terbatas.
Dapat diketahui bahwa setiap aktivitas guru pada siklus akhir mengalami peningkatan, walaupun ada yang pada siklus I ada beberapa tindakan yang tidak dilakukan oleh peneliti berdasarkan pengamatan observer namun pada akhirnya peneliti mampu mencapai semua indikator penilaian guru.
Siswa mempelajari sendiri materi pelajaran dengan metode pemecahan masalah dalam kelompok masing-masing. Tujuannya agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar sendiri tanpa diberikan terlebih dahulu oleh peneliti sendiri sebagai guru, disini guru hanya mengarahkan dan membimbing saja. Sedangkan pada siklus II metode yang digunakan adalah problem solving dan dipadukan dengan ceramah dan tanya jawab, sehingga hasilnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya.
Hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode problem solving untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII.2 telah berhasil. Hal ini dapat dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata pada setiap siklus, yaitu siklus I sebesar 6,57, dan siklus II sebesar 8,33. SIMPULAN a. Penerapan model pembelajaran koperatif
metode problem solving dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba hampir semua aspek indikator, antara lain sebagai berikut : 1) Mengajukan pertanyaan sebesar 8,33 % 2) Menjawab pertanyaan guru sebesar 6,66
% 3) Memperhatikan penjelasan guru sebesar
18,33 % 4) Diskusi kelompok sebesar 30 % 5) Diskusi kelas sebesar 18,33 Sedangkan indikator menanggapi respon siswa lain mengalami penurunan sbesar 3,33%.
b. Penerapan model pembelajaran kooperatif problem solving dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba sebesar 1,76 % yaitu dari rata-rata 6,57 pada siklus I menjadi rata-rata 8,33 pada siklus II
SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian
dan pembahasan, maka saran yang ingin
dikemukakan peneliti sebagai berikut :
1) Diharapkan kepada guru agar dapat
memaksimalkan penggunaan sarana
prasarana yang tersedia untuk meningatkan
ketuntasan belajar sisiwa di sekolah.
2) Diharapkan kepada sekolah agar
menyediakan sarana prasarana untuk
mendukung kelancaran pembelajaran
disekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono. 2005. Pengantar Evaluasi
Pendidikan Edisi 1 Cetakan 5. Jakarta
: Raja Grafindo
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Depdikbud dan PT.
Rineka Cipta. Jakarta
Gulo W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT.
Grasindo
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar
Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Jusuf Djajadiharja. 1982. Metode-metode
Mengajar. Bandung : Angkasa
Megawati. 2010. Peningkatan Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas VIIIC Kartika
Wirabuana I Makassar melalui
Penerapan Scaffolding pada
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA
UNM. Makassar.
Nana sudjana. 2005. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
Baru
Nana sudjana. 1989. Penilaian Hasil Belajar
Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Omi Kartawidjaya. 1988. Metode Mengajar
Geografi. Jakarta : Depdikbud
Sardiman. 2010. Ínteraksi & Motivasi Belajar
Mengajar. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning.
Nusa Media. Bandung.
Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penilaian,
Suatu Praktek. Jakarta : Bina Ilmu
Trianto. 2009. Mendesain Model pembelajaran
Inovatif Berorientasi-Progresif.
Kencana. Jakarta.
The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013
In English Subject Of SMPN Bulukumba Ray Suryadi 255
THE IMPLEMENTATION OF ASSESSMENT IN CURRICULUM 2013 IN ENGLISH
SUBJECT OF SMPN BULUKUMBA
Ray Suryadi *)
Universitas 19 November Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara Dosen di Universitas 19 November Kolaka
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui uraian pelaksanaan Penilaian Kurikulum 2013 dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMPN Bulukumba. (2) mengidentifikasi masalah yang dihadapi guru saat melaksanakan penilaian Kurikulum 2013. (3) untuk mengetahui solusinya. Penelitian ini dilakukan di beberapa sekolah percontohan di SMP Negeri Bulukumba. Semuanya adalah sekolah yang ditunjuk pemerintah untuk menerapkan kurikulum 2013. Selain itu, ada juga satu sekolah yang bukan merupakan sekolah percontohan untuk terus melaksanakan Kurikulum tahun 2013. Peserta penelitian ini adalah guru bahasa Inggris kelas 1. Untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan tape recorder dan melakukan wawancara dengan guru dan kepala sekolah sebagai data tambahan. Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan metode kualitatif. Menurut Patton (1987) bahwa metode kualitatif memungkinkan peneliti untuk mewawancarai dan menafsirkan hasilnya sesuai dengan situasi kehidupan nyata di situs. Hal ini memungkinkan penggunaan bahasa ekspres dan kehadiran suara para peserta dalam teks. Hal ini penting karena suara membawa aspek lain seperti suasana hati dan nada yang dapat berkontribusi terhadap kualitas data.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) responden telah melakukan penilaian terhadap kurikulum tahun 2013 dengan baik sesuai dengan pedoman pelaksanaan penilaian, walaupun di sisi lain, mereka belum memahaminya secara keseluruhan, kekurangan materi dalam buku teks. , dan masih butuh latihan lagi. (2) Ada lima masalah yang ditemukan dari persepsi guru mengenai penilaian dalam kurikulum 2013, seperti: (a) Guru menghadapi masalah dalam menangani perubahan kurikulum terutama dalam proses penilaian, (b) Guru menghadapi masalah dalam berurusan dengan kurangnya materi dalam buku teks, (c) Guru menghadapi masalah dalam berurusan dengan integrasi penilaian mendengarkan berbicara dan membaca sampai menulis, (d) Guru menghadapi masalah dalam menangani penilaian sikap siswa, (e) Guru menghadapi masalah dalam berurusan dengan waktu alokasi. (3) Solusi masalah disarankan oleh guru dan kepala sekolah. Poin sarannya adalah guru harus bisa beradaptasi dengan kurikulum tahun 2013, sehingga mudah menerapkannya dengan baik.
Kata Kunci: implementasi dan penilaian
Abstract *)
The objectives of this research are (1) to find out the description of the implementation of the Assessment in Curriculum 2013 in English Subject of SMPN Bulukumba. (2) to identify the problems that the teachers face when implementing the assessment of Curriculum 2013. (3) to find out the solution of the problems.
This research is done in several piloting schools in SMP Negeri Bulukumba. They are schools that are pointed by the government to implement the curriculum 2013. In addition, there was also one school which is not a piloting school to continue to implement the Curriculum of 2013. The participant of this research is the English teachers of the first grade. To collect the data the researcher used tape recorder and conducted interview with the teachers and headmaster as additional data. In analysing the data, the researcher used qualitative method. According to Patton (1987) that qualitative method enables the researcher to interview and to interprete the result according to the real-life situation on the site. It allows the use of expressing language and the presence of the participants’ voices in text. This is important because voices brings in other aspects such as moods and tones that may contribute to the quality of data.
The findings of this research showed that (1) The respondents had conducted the assessment of curriculum 2013 well in accordance with the assessment implementation guides, eventhough in another side, they haven’t understood it as a whole, lack of material in the text book, and still need more training. (2) There were five numbers of problem were found from the teachers’ perception on the assessment in curriculum 2013, such as: (a) Teachers face problems dealing with the curriculum changing particularly in assessment process, (b) Teachers face problems dealing with the lack of material in the text book, (c) Teachers face problems dealing with the assessment integration of listening to speaking and reading to writing, (d) Teachers face problems dealing with student’s attitude assessment, (e) Teachers face problems dealing with time allocation. (3) The problems solution were suggested by the teachers and headmaster. The points in the suggestion was the teacher should be able to adapt with the curriculum 2013, so would have been easy to implement it well..
264 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
PENDAHULUAN
Konsep pembelajaran IPA yang
dijelaskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang gejala-gejala alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Oleh karena itu
Pendidikan IPA juga diarahkan untuk proses
inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar
(Trianto, 2013 : 153).
Seperti yang telah dijelaskan di atas
bahwa mata pelajaran IPA merupakan mata
pelajaran yang berkaitan erat dengan cara
mencari tahu tentang gejala-gejala alam secara
sistematis, ini berarti mata pelajaran IPA erat
kaitannya dengan kemampuan menggunakan
ketermpilan berpikirnya. Keterlibatan kita
dalam berbagai proses berpikir berarti kita
harus mengusai keterampilan berpikir dari
tingkat rendah (Lower Odrder Thinking Skill -
LOTS) sampai keterampilan berpikir tingkat
tinggi (Higher Order Thinking Skill - HOTS).
LOTS adalah keterampilan berpikir yang hanya
menuntut seseorang untuk mengingat,
memahami dan mengaplikasikan sesuatu rumus
atau hukum, Sedangkan HOTS adalah
keterampilan yang lebih dari sekedar
mengingat, memahami dan mengaplikasikan
(A. Thomas & G. Thorne dalam Al’Azzy).
Menurut Resnick dan Thomson (2008)
dalam Fatmawati (2013) bahwa berpikir
tingkat dasar (Lower Order Thinking) hanya
menggunakan kemampuan terbatas pada hal-
hal rutin dan bersifat mekanis, sedangkan
berpikir tingkat tinggi ( Higher Order
Thinking) membuat peserta didik untuk
menginterpretasikan, menganalisa atau bahkan
mampu memanipulasi informasi sebelumnya
sehingga tidak monoton.
Berpikir kritis merupakan salah satu
aspek dari kegiatan berpikir tingkat tinggi
(Higher Order Thinking Skill – HOTS).
Dalam suatu proses pembelajaran IPA, jika
seorang peserta didik menggunakan
keterampilan berpikir tingkat tingginya maka
pembelajaran tersebut akan menjadi
pembelajaran yang bermakna. Karena anak
tidak hanya harus mengingat dan menghafal
konsep yang ditemui pada pelajaran, tetapi
peserta didik juga harus mampu memecahkan
suatu masalah dan membuat keputusan-
keputusan yang rasional mengenai sesuatu
yang dapat ia yakini kebenarannya. Dengan
begitu anak juga tidak akan mudah lupa
terhadap konsep IPA.
Berdasarkan pengalaman penulis sebagai
guru IPA SMP Negeri 1 Bulukumba tentang
kegiatan pembelajaran IPA di sekolah tersebut
adalah materi pelajaran dominan disajikan
melalui model pembelajaran langsung dengan
metode ceramah. Begitupula materi
pembelajaran tidak dikemas menyesuaikan
kondisi peserta didik sebab berpatokan pada
buku paket yang ada sehingga terkesan
monoton dan memaksa anak untuk berbuat
sesuai apa yang diperintahkan oleh guru,
Walupun peneliti pernah mencoba menerapkan
model pembelajaran Inkuiri dalam bentuk
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tetapi belum
menghasilakn perangkat pembelajaran yang
tepat, dimana perangkat yang dibuat belum
optimal dapat menunjang proses pembelajaran.
Keterbatasan dalam hal pembuatan RPP yang
belum menjelaskan kegiatan pembelajaran
secara menyeluruh dan kesesuaian penyajian
materi dengan waktu yang tersedia, sumber
belajar berupa buku yang digunakan oleh
peserta didik masih menggunakan buku paket
yang telah disediakan di sekolah (buku paket
pinjaman dari perpustakaan). Sedikit peserta
didik yang memiliki koleksi buku
pribadi/sendiri untuk dapat dipelajari sendiri di
rumah., begitu pula penggunaan LKPD yang
hanya memberi instruksi langsung kepada
peserta didik,sehingga melakukan kegiatan
sesuai dengan instruksi yang terdapat dalam
LKPD tanpa memikirkan alasan pengerjaan
tahap demi tahap hal ini berakibat kurangnya
pengalaman pada peserta didik untuk bekerja
secara ilmiah.
Rendahnya kemampuan berpikir kritis
peserta didik juga terjadi di SMP Negeri 1
Bulukumba. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan guru IPA di SMP Negeri 1
Bulukumba, diketahui bahwa guru masih
kurang menggali kemampuan berpikir kritis
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
terlihat dari kegiatan guru dan peserta didik
pada saat kegiatan pembelajaran antara lain:
metode pembelajaran yang biasanya digunakan
adalah ceramah, diskusi, yaitu guru
memberikan penjelasan, kemudian tanya
jawab, dan ditutup dengan pemberian tugas
atau latihan. Adapun Kelemahan diskusi yang
digunakan oleh guru selama ini adalah tidak
semua peserta didik dapat berperan aktif dalam
proses pembelajaran. Keterlibatan peserta didik
kurang optimal disebabkan oleh banyaknya
peserta didik yang pasif mengikuti pelajaran
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial
2, Nurdin A.
3 265
karena kegiatan pembelajaran berpusat pada
guru, serta guru tidak mengajak peserta didik
berlatih untuk menganalisis suatu informasi
data atau argument, dengan kata lain tidak
melatih untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritisnya.
Menurut Puskur (2007) dalam
Apriliyana U (2012) bahwa proses
pembelajaran sains hendaknya dilaksanakan
secara inkuiri ilmiah (Scientic inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik (student centered), misalnya
inkuiri tepat digunakan untuk mengembangkan
kemandirian peserta didik dan mampu
memberdayakan kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis peserta didik
sangat penting dikembangkan demi
keberhasilannya dalam pendidikan secara
khusus dan dalam kehidupan bermasyarakat
secara umum. Salah satu alternatif model
pembelajaran IPA yang dapat diterapkan untuk
melatih peserta didik bekerja secara ilmiah dan
mengembangkan kemampuan berpikir dalam
hal menumbuhkan keterampilan berpikir kritis
dan hasil belajar peserta didik hingga dapat
memberikan penguatan terhadap kualitas
pembelajaran IPA di sekolah sebagai sarana
penelitian adalah model pembelajaran berbasis
inkuiri.
Dari uraian tersebut di atas, menandakan
bahwa proses pembelajaran IPA di SMP
Negeri 1 Bulukumba masih rendah ditinjau dari
segi kualitasnya. Kualitas proses pembelajaran
IPA yang rendah berakibat dari hasil belajar
peserta didik yang rendah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana
mengembangkan perangkat pembelajaran IPA
berbasis Inkuiri terbimbing pada materi
Asam, Basa, dan Garam? (2) Bagaimana
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan
perangkat pembelajaran IPA berbasis Inkuiri
yang dikembangkan?
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1)
Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
IPA berbasis Inkuiri Terbimbing pada materi
Asam, Basa, dan Garam. (2) Untuk
mendeskripsikan kevalidan, keefektifan, dan
kepraktisan perangkat pembelajaran IPA
berbasis inkuiri terbimbing.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
pengembangan (Research and Development)
yang bertujuan untuk mengembangkan dan
mendesain perangkat pembelajaran IPA
berbasis Inkuiri untuk menumbuhkan
keterampilan berpikir kritis peserta didik pada
materi Asam, Basa, dan Garam yang meliputi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Buku Peserta Didik (BPD), dan Lembar
Kegiatan Peserta Didik (LKPD).
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Negeri 1 Bulukumba dan subyek ujicoba
penelitian adalah peserta didik kelas VII-2
semester genap tahun pelajaran 2015/2016
dengan jumlah peserta didik 34 orang.
Pengembangan perangkat pembelajaran
menggunakan model Thiagarajan yang dikenal
dengan 4D, yaitu define (pendefinisian), design
(perancangan), develop (pengembangan) dan
disseminate (penyebaran).
Instrumen penelitian digunakan untuk
memperoleh informasi tentang pembelajaran
IPA berbasis inkuiri pada materi Asam, Basa,
dan Garam. Instrumen pada penelitian ini
terdiri dari Komponen-komponen yaitu
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.
Berikut ini dikemukakan tentang data yang
akan diperoleh dengan menggunakan
instrumen-instrumen tersebut: (1) lembar
validasi perangkat pembelajaran, (2) lembar
observasi keterlaksanaan perangkat
pembelajaran, (3) lembar observasi aktivitas
peserta didik, (4) lembar angket respon peserta
diidk, (5) lembar angket respon guru, (6)
lembar penilaian hasil belajar.
Analisis data pada pengembangan
perangkat pembelajaran ini, digunakan teknik
analisis statistik deskriptif.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Hasil Tahap Pengembangan
(develop)
Hasil dari setiap kegiatan pada tahap
pengembangan ini diuraikan sebagai berikut.
Analisis Hasil Penilaian Ahli
Analisis hasil validasi perangkat
pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Hasil analisis validasi RPP untuk setiap
aspek sebagaimana pada lampiran C yang
dirangkum sebagaimana tertera pada Tabel
4.2:
266 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Berdasarkan Tabel 4.2 , hasil analisis
validasi RPP menunjukkan bahwa: (1)
keseluruhan aspek RPP dinilai sangat valid dan
(2) RPP tersebut tergolong reliabel karena nilai
reliabilitasnya sama dengan 100 %, ini sesuai
dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam
Nurdin). Dengan demikian, perangkat RPP
telah memenuhi kriteria kevalidan. Validator
juga menyimpulkan bahwa RPP dapat
digunakan dengan revisi kecil.
Walaupun secara keseluruhan aspek,
maupun masing-masing aspek sudah
memenuhi kriteria kevalidan dan reliabilitas,
namun masih ada saran dari validator yang
perlu diperhatikan. Saran tersebut adalah
sebagai berikut: (1) Alokasi Waktu disesuaikan
dengan penambahan aktivitas (V2) (2) Materi
pembelajaran diuraikan lengkap pada
BPD.(V2).
Berdasarkan saran dan komentar
validator maka dilakukan revisi dan
penyempurnaan terhadap perangkat RPP.
Adapun revisi RPP tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.3 :
b) Buku Ajar Peserta Didik (BAPD)
Aspek-aspek yang diperhatikan dalam
memvalidasi buku ajar peserta didik adalah:
penjabaran konsep, konstruksi, karakteristik
sub konsep, manfaat/kegunaan buku. Hasil
analisis validasi buku ajar peserta didik
untuk setiap aspek sebagaimana pada
lampiran yang dirangkum pada Tabel 4.4.
Berdasarkan Tabel 4.4, hasil analisis validasi buku ajar peserta didik menunjukkan bahwa: (1) Keseluruhan aspek buku teks pelajaran dinilai sangat valid dan (2) Buku ajar tersebut tergolong reliabel karena nilai reliabilitasnya 100 %, ini sesuai dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam Nurdin). Validator juga menyimpulkan bahwa buku ajar peserta didik dapat digunakan dengan revisi kecil.
Walaupun secara keseluruhan aspek, maupun masing-masing aspek sudah memenuhi kriteria kevalidan dan reliabilitas, namun masih ada saran dari validator yang perlu diperhatikan. Saran tersebut adalah : “Gambar diperjelas dengan memberi keterangan”.
Berdasarkan saran dan komentar validator maka dilakukan revisi dan penyempurnaan terhadap perangkat buku ajar peserta didik. Adapun hasil revisi buku ajar peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.5.
c) Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD)
Aspek-aspek yang
diperhatikan dalam
memvalidasi Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD)
adalah aspek aktivitas,
materi yang disajikan,
bahasa, dan waktu.. Hasil
analisis validasi LKPD
sebagaimana pada lampiran dapat dirangkum
pada Tabel 4.6. :
Tabel 4.2.
Rangkuman Hasil Analisis Validasi RPP No Aspek penilaian x
Ket
1
2
3
4
5
6
Kesesuaian Tujuan
Materi yang disajikan
Bahasa
Sarana dan alat bantu
pembelajaran
Metode dan kegiatan
pembelajaran
Waktu
3,38
3,50
3,75
3,50
3,42
4,00
Sangat Valid
Sangat Valid
Sangat Valid
Sangat Valid
Valid
Sangat Valid
Jumlah 21,55
Rata-rata 3,59 Sangat
Valid
Persentase of Agreement
(Kategori) 100,00 Reliabel
Tabel 4.3.
Hasil Revisi RPP Yang direvisi Sebelum revisi Setelah revisi
Alokasi waktu disesuaikan
dengan aktivitas
Fase penguatan dan
membuat rangkuman di
kegiatan penutup (waktu
kegiatan penutup 7
menit)
Fase penguatan dan
merangkum di kegiatan
penutup (waktu kegiatan
penutup bertambah 3
menit sehingga menjadi
10 menit.
Uraian materi
Pembelajaran
Uraian materi terlalu
padat
Uraian materi dipersempit
karena uraian lengkap
terdapat pada Buku
Peserta Didik (BPD)
Tabel 4.4.
Rangkuman Hasil Analisis Validasi
Buku Ajar Peserta Didik
No Aspek penilaian x
Ket
1
2
3
4
Penjabaran konsep
Konstruksi
Karakteristik sub konsep
Manfaat/kegunaan buku
3,75
3,44
3,50
3,75
Sangat Valid
Valid
Sangat Valid
Sangat Valid
Jumlah 14,44
Rata-rata 3,61 Sangat Valid
Persentase of Agreement
(Kategori)
100,0
0
Reliabel
Tabel 4.5.
Hasil Revisi Buku Ajar Peserta Didik Hal Yang
direvisi
Sebelum revisi Setelah revisi
Validator 1 Gambar
gambar yang
diberikan tidak
dilengkapi dengan
keterangan.
Gambar sudah
dilengkapi dengan
keterangan
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial
2, Nurdin A.
3 267
Berdasarkan Tabel 4.6, hasil analisis
validasi LKPD menunjukkan bahwa: (1)
keseluruhan aspek LKPD dinilai valid dan (2)
LKPD tersebut tergolong reliabel karena
persentase 0f agreement(R) adalah 100 %, ini
sesuai dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam
Nurdin). Validator juga menyimpulkan bahwa
LKPD dapat digunakan dengan revisi kecil.
Walaupun hasil akhir dari validasi untuk
lembar kerja peserta didik menunjukkan bahwa
para validator umumnya menyimpulkan bahwa
lembar kerja yang dikembangkan valid dan
dapat digunakan dengan melakukan revisi
kecil, tapi masih ada saran dari validator demi
untuk kesempurnaan lembar kerja sebelum
dilakukan uji coba. Hasil revisi berdasarkan
masukan, koreksi, dan saran-saran dari
validator sebagaimana pada Tabel 4.7. berikut
ini :
Analisis hasil validasi instrument
penelitian dideskripsikan sebagai berikut:
1) Lembar Observasi Keterlaksanaan
Pembelajaran
Aspek-aspek yang diperhatikan
dalam memvalidasi lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran adalah aspek
tujuan, aspek cakupan unsure-unsur
pembelajaran, dan bahasa. Hasil analisis
validasi lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran sebagaimana pada lampiran
dapat dirangkum pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8.
Rangkuman Hasil Analisis Validasi Lembar
Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
No Aspek Rata-
rata Keterangan
1 Tujuan 3,50 Sangat Valid
2
Cakupan unsur-
unsur
pembelajaran 3.50 Sangat Valid
3 Bahasa 3,67 Sangat Valid
Jumlah 10,67
Rata-rata total 3,56 Sangat Valid
Persentase of
agreement
(Kategori) 100,00 Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.8, hasil analisis
validasi lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran menunjukkan bahwa: (1)
keseluruhan aspek dinilai “ sangat valid”, (2)
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
tersebut tergolong reliabel karena semua aspek
nilai reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai
dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam
Nurdin).
2) Lembar penilaian hasil belajar
Aspek-aspek yang diperhatikan
dalam memvalidasi lembar penilaian hasil
belajar (LPHB) adalah aspek Materi soal,
konstruksi, dan bahasa. Hasil analisis
validasi penilaian hasil belajar
sebagaimana pada lampiran dapat
dirangkum pada Tabel 4.9. di bawah ini:
Tabel 4.9.
Rangkuman hasil analisis validasi LPHB
No Aspek Rata-
rata Keterangan
1 Materi soal 3,30 Valid
2 Konstruksi 3.38 Valid
3 Bahasa 3,50 Sangat Valid
Jumlah 10,16
Rata-rata
total 3,39 Valid
Persentase of
agreement
(Kategori) 100,00 Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.9, hasil analisis
validasi LPHB menunjukkan bahwa (1)
keseluruhan aspek dinilai “ valid”, (2) LPHB
tersebut tergolong reliabel karena semua aspek
nilai reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai
dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam
Tabel 4.6.
Rangkuman Hasil Analisis Validasi LKPD No Aspek penilaian Rata-rata Ket
1
2
3
4
Aktivitas
Materi yang
disajikan
Bahasa
Waktu
3,60
3,36
3,43
3,50
Sangat Valid
Valid
Valid
Sangat Valid
Jumlah 14,39
Rata-rata total 3,47 Valid
Persentase of
Agreement
(Kategori)
100,00 Reliabel
Tabel 4.7.
Hasil Revisi Lembar Kerja Peserta Didik Hal yang
Direvisi
Sebelum
Revisi
Setelah
Revisi
Validator
2
Alokasi
waktu
Pada fase
kegiatan
pengamatan
tidak
dicantumkan
alokasi waktu
Sudah
dicantumkan
alokasi
waktunya
268 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Nurdin). Walaupun hasil akhir dari validasi
untuk penilaian hasil belajar menunjukkan
bahwa para validator umumnya menyimpulkan
bahwa penilaian hasil belajar yang
dikembangkan valid dan dapat digunakan
dengan sedikit revisi revisi, tapi masih ada
saran dari validator demi untuk kesempurnaan
penilaian hasil belajar sebelum dilakukan uji
coba. Hasil revisi berdasarkan masukan,
koreksi, dan saran-saran dari validator
sebagaimana pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10.
Hasil Revisi Lembar Penilaian Hasil Belajar
3) Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik
Aspek-aspek yang diperhatikan
dalam memvalidasi lembar observasi
aktivitas peserta didik adalah aspek
petunjuk, aspek cakupan aktivitas, dan
bahasa.. Hasil analisis validasi lembar
observasi aktivitas peserta didik
sebagaimana pada lampiran dapat
dirangkum pada Tabel 4.11.
Tabel 4. 11.
Rangkuman Hasil Analisis Validasi Lembar
Observasi Aktivitas Peserta Didik
No Aspek Rata-
rata Keterangan
1 Petunjuk 3,50 Sangat Valid
2
Cakupan
aktivitas 3.50 Sangat Valid
3 Bahasa 3,50 Sangat Valid
Jumlah 10,50
Rata-rata total 3,50 Sangat Valid
Persentase of
agreement
(Kategori) 100,00 Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.11, hasil analisis
validasi lembar aktivitas peserta didik
menunjukkan bahwa (1) keseluruhan aspek
dinilai “ sangat valid”, (2) lembar observasi
aktivitas peserta didik tersebut tergolong
reliabel karena semua aspek nilai
reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai dengan
syarat reliabilitas (Grinnel dalam Nurdin).
4) Respon peserta didik dan guru
Aspek-aspek yang diperhatikan
dalam memvalidasi lembar observasi
respon peserta didik adalah aspek materi,
aspek konstruksi, dan bahasa.. Hasil
analisis validasi lembar observasi respon
peserta didik sebagaimana pada lampiran
dapat dirangkum pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12.
Rangkuman Hasil Analisis Validasi Lembar
Observasi Respon Peserta Didik dan Guru
No Aspek Rata-rata Respon Keterangan
Peserta
didik
Guru
1 Materi 3,50 3,50 Sangat Valid
2 Konstruksi 3.50 3,50 Sangat Valid
3 Bahasa 3,50 3,50 Sangat Valid
Jumlah 10,50 10,50
Rata-rata
total 3,50 3,50 Sangat Valid
Persentase
of
agreement
(Kategori)
100,00 100,00
Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.12, hasil analisis
validasi lembar respon peserta didik dan guru
menunjukkan bahwa (1) keseluruhan aspek
dinilai “ sangat valid”, (2) lembar observasi
respon peserta didik dan guru tersebut
tergolong reliabel karena semua aspek nilai
reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai dengan
syarat reliabilitas (Grinnel dalam Nurdin).
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa secara umum rata-rata
penilaian atau hasil validasi dari dua orang
validator pada perangkat pembelajaran berupa
RPP dan BPD yang digunakan berada pada
kategori “sangat valid”, dan Lembar kerja
Peserta Didik (LKPD) berada pada kategori ”
Valid”. Demikian pulan hasil validasi pada
instrumen penelitian berupa lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi
aktivitas peserta didik, dan lembar angket
respon peserta didik dan guru berada pada
kategori “Sangat Valid” dan lembar penilaian
hasil belajar berada pada kategori “Valid”. Hal
ini berarti perangkat pembelajaran maupun
instrumen pembelajaran tersebut telah layak
untuk diujicobakan.
Akhirnya setelah dilakukan beberapa
revisi berdasarkan masukan dari validator
dihasilkan perangkat pembelajaran (Prototipe
II), yang digunakan pada kegiatan uji coba.
Analisis Hasil Ujicoba Lapangan
Perangkat Pembelajaran yang telah
direvisi berdasarkan masukan dari para
Hal yang
Direvisi
Sebelum
Revisi
Setelah
Revisi
Validator 2
Jumlah butir
soal disesuaikan
dengan alokasi
waktunya
Terdiri dari 10
butir soal
Terdiri
dari 8 butir
soal
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial
2, Nurdin A.
3 269
validator selanjutnya diujicobakan di kelas VII2
SMP Negeri 1 Bulukumba dengan jumah
peserta didik 34 orang. Pada kegiatan ini
peneliti terlibat langsung pada proses
pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang di
ujicobakan meliputi RPP, Buku peserta didik,
dan LKPD. Uji coba perangkat pembelajaran
bertujuan untuk penyempurnaan perangkat
pembelajaran. Adapun rincian pelaksanan uji
coba dirangkum dalam tabel 4.13.
Tabel 4.13.
Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Perangkat
Pembelajaran
Pertemuan Hari/Tanggal Uji coba Perangkat
Pembelajaran Buku siswa
I
II
III
Rabu, 13-4-
2016
Kamis, 14-4-
2016
Rabu, 20-4-
2016
RPP
01
RPP
02
RPP
03
LKS
01
LKS
02
LKS
03
Pembelajaran
01
Pembelajaran
01
Pembelajaran
03
IV Kamis, 21-
04-2016
Tes Hasil Belajar
V Rabu, 04-05-
2016
Pengisisan angket respon
Peserta didik
Peserta didik yang menjadi subjek uji
coba perangkat ini adalah peserta didik Kelas
VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba, semester
genap tahun pelajaran 2015/2016. Dengan
jumlah peserta didik sebanyak 34 orang dengan
kemampuan akademik yang beragam, ada
peserta didik yang berkemampuan tinggi,
sedang, dan rendah. Dalam proses
pembelajaran, peserta didik dikelompokkan 4
atau 5 orang dalam satu kelompok, yang terdiri
dari 1 atau 2 orang peserta didik kelompok
atas, 1 atau 2 orang peserta didik kelompok
tengah, dan 1 orang peserta didik kelompok
bawah. Pembagian kelompok didasarkan dari
rata-rata nilai ulangan harian, serta keaktifan
peserta didik dalam pembelajaran IPA selama
di kelas VII. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kemampuan rata-rata tiap
kelompok relatif sama. Guru dalam penelitian
ini adalah peneliti sendiri.
Deskripsi hasil ujicoba perangkat
pembelajaran dilakukan sebanyak 4 kali
pertemuan mulai tanggal 13 April 2016 sampai
4 Mei 2016, yaitu 3 kali pertemuan untuk
KBM, 1 kali tes hasil belajar dan 1 kali
pengisian angket respon terhadap perangkat
pembelajaran. Pengisian angket respon peserta
didik dilaksanakan setelah uji coba perangkat
dilakukan. Rancangan awal perangkat
pembelajaran (Prorotipe I) divalidasi oleh ahli.
Hasil validasi ahli dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk merevisi perangkat
pembelajaran yang menghasilkan Prototipe II,
kemudian diujicobakan di kelas VII2 SMP
Negeri 1 Bulukumba.
Data yang diperoleh saat uji coba
dianalisis, kemudian hasilnya digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi
Prototipe II menjadi perangkat final
yang selanjutnya akan disosialisasikan pada
proses penyebaran..Berikut adalah gambaran
data yang diperoleh dari hasil uji coba berupa
data keterlaksanaan perangkat pembelajaran,
data aktivitas peserta didik, data tes hasil
belajar, data respons peserta didik, dan data
respon guru.
Uji kepraktisan (keterlaksanaan) perangkat
pembelajaran
a) Deskripsi hasil analisis keterlaksanaan
perangkat pembelajaran
Tujuan utama analisis data
keterlaksanaan perangkat pembelajaran
adalah untuk melihat sejauh mana tingkat
kepraktisan penggunaan perangkat dalam
proses pembelajaran. Dalam mengobservasi
keterlaksanaan perangkat, peneliti
menggunakan dua orang guru mitra sebagai
pengamat pada setiap pertemuan,
selanjutnya untuk memberikan penekanan
bahwa lembar keterlaksanaan pembelajaran
memenuhi reliabilita s maka, dihitung
reliabilitas lembar pengamatan
keterlaksanaan perangkat tersebut dengan
menggunakan hasil modifikasi rumus
percentage of agreements Grinnel (Nurdin,
2007 : 145) sebagai berikut:
dengan:
A = Jumlah frekuensi kecocokan antara,
dua pengamat
D = Jumlah frekuensi ketidakcocokan
antara dua pengamat
R = Reliabilitas instrumen
Agar lebih mudah menarik
kesimpulan, maka data pengamatan
keterlaksanaan perangkat pembelajaran
dianalisis per aspek. Adapun hasil analisis
untuk masing-masing aspek dijelaskan
sebagai berikut:
1) Komponen sintaks pembelajaran inkuiri
terbimbing. Hasil pengamatan terhadap
keterlaksanaan komponen sintaks
%100(A) (D)
(A)
agreementntsDisagreeme
Agreements
RagreementofPercentage
270 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
pembelajaran inkuiiri terbimbing selama
uji coba dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14.
Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Komponen
Sintaks Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
No Aspek
Pengamatan
Hasil Pengamatan
A B A B A B
1 Fase
penyampaian
tujuan
pembelajaran
dan memotivasi
peserta didik;
1 2 2 2 2 2
2 Fase Orientasi; 2 2 2 2 2 2
3 Fase
membimbing
peserta didik
dalam
merumuskan
masalah;
2 2 2 2 2 2
4 Fase
membimbing
peserta didik
dalam
merumuskan
hipotesis;
2 2 2 2 2 2
5 Fase
membimbing
peserta didik
dalam
mengumpulkan
data melalui
eksperimen
2 2 2 2 2 2
6. Fase
membimbing
peserta didik
dalam
menganalisis
data untuk
menguji
hipotesis
2 2 2 2 2 2
7. Fase
merumuskan
kesimpulan
2 2 2 2 2 2
Agreement 7 7 7
Disagreement 0 0 0
Rata-rata pengamatan 1,93 2,00 2,00
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa jumlah
agreement dua pengamat adalah 21 dan
disagreement adalah 0, berarti dua pengamat
sepakat bahwa Komponen Sintaks
pembelajaran IPA berbasis Inkuiri Terbimbing
terlaksana dengan percentage of agreement
(PA) = 100%. Jika dikonfirmasi dengan kriteria
keterlaksanaan pada bab III, maka disimpulkan
Komponen sintaks pembelajaran berbasis
Inkuiri Terbimbing terlaksana seluruhnya (1,5
≤ x ≤ 2,0).
2). Interaksi sosial. Hasil pengamatan terhadap
keterlaksanaan komponen interaksi sosial
selama uji coba dapat dilihat pada Tabel
4.15.berikut:
Tabel 4.15.
Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Komponen
Interaksi Sosial
No Aspek Pengamatan
Hasil
Pengamatan
Pert.
1
Pert.
2
Pert.
3
A B A B A B
1. Interaksi antara guru
dan peserta didik,
serta peserta didik dan
peserta didik.
2 1 2 2 2 2
2. Keaktifan peserta
didik dalam
melakukan aktivitas
untuk menemukan
konsep pembelajaran
yang sesuai dengan
petunjuk pada buku
peserta didik dan
LKPD
2 2 1 2 2 2
3 Keaktifan peserta
didik dalam
menyelesaikan
masalah yang terdapat
pada LKPD.
1 2 2 2 2 2
4 Keaktifan peserta
didik dalam belajar
khususnya pada saat
peserta didik
mengkonstruksi
pengetahuan dan
menyelesaikan LKPD.
1 2 2 1 2 1
Agreement 4 4 4
Disagreement 0 0 0
Rata-rata 1.63 1.75 1,88
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa
jumlah agreement dua pengamat adalah 12
dan disagreement adalah 0, rata-rata
pengamatan 1,75 berarti dua pengamat
sepakat bahwa Komponen interaksi sosial
terlaksana dengan percentage of
agreement (PA) = 100%. Jika
dikonfirmasi dengan kriteria
keterlaksanaan pada bab III, maka
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial
2, Nurdin A.
3 271
disimpulkan Komponen interaksi sosial
terlaksana seluruhnya (1,5 ≤ x ≤ 2,0).
3). Prinsip reaksi. Hasil pengamatan terhadap
keterlaksanaan komponen prinsip reaksi
selama uji coba dapat dilihat pada Tabel
4.16 berikut:
Tabel 4.16.
Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Komponen
Prinsip Reaksi
No Aspek Pengamatan
Hasil Pengamatan
Pert. 1
Pert. 2
Pert. 3
A B A B A B
1 guru
membangkitkan
motivasi peserta
didik dan
menciptakan
suasana yang
nyaman untuk
pembelajaran.
2 2 2 2 2 2
2 Guru menyedikan
dan mengelola
sumber-sumber
belajar yang sesuai
dengan KD yang
akan dicapai.
2 2 2 2 2 2
3 guru
memperhitungkan
rasionalitas alokasi
waktu dan
memecahkan
masalah pada buku
peserta didik dan
LKPD.
1 1 1 2 2 2
4 guru membimbing
peserta didik
dalam
menyelesaikan
masalah pada buku
peserta didik dan
LKPD
2 2 2 2 2 2
5 guru memberikan
penguatan kepada
peserta didik.
2 2 1 2 2 2
Agreement 5 5 5
Disagreement 0 0 0
Rata-rata pengamatan 1.80 1.80 2,00
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa jumlah
agreement dua pengamat adalah 20 dan
disagreement adalah 0 dan rata-rata
pengamatan 1,87 , berarti dua pengamat
sepakat bahwa Komponen prinsip reaksi
terlaksana dengan percentage of agreement
(PA) = 100%. Jika dikonfirmasi dengan kriteria
keterlaksanaan maka disimpulkan Komponen
prinsip reaksi terlaksana seluruhnya (1,5 ≤ x
≤ 2,0).
Uji keefektifan perangkat pembelajaran
Pada bagian sebelumnya, telah
dikemukakan hasil uji kevalidan beserta
perangkat-perangkat dan instrumen yang lain.
Selanjutnya akan dideskripsikan hasil uji
keefektifan. Pada batasan istilah telah
dinyatakan bahwa perangkat pembelajaran
dikatakan efektif apabila memenuhi 3 dari 4
kriteria keefektifan tetapi kriteria pertama harus
dipenuhi.. Kriteria tersebut yaitu : (1)
Ketercapaian ketuntasan belajar yaitu minimal
80% peserta didik mencapai penguasaan
perangkat pembelajaran yaitu mencapai nilai
minimal 75 (berdasarkan KKM untuk kelas
VII SMP Negeri 1 Bulukumba) untuk rentang
skor 0 – 100, (2) aktivitas peserta didik selama
kegiatan belajar memenuhi kriteria toleransi
waktu yang telah ditetapkan, (3) untuk respon
peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran,
sekurang-kurangnya 80% dari peserta didik
yang member respon positif:
a) Deskripsi penilaian hasil belajar.
Hasil analisis deskriptif skor tes hasil
belajar peserta didik setelah pembelajaran
dengan menggunakan perangkat
pembelajaran IPA berbasis Inkuiri
Terbimbing untuk menumbuhkan
keterampilan berpikir kritis peserta didik
dilihat pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19.
Statistik Skor Hasil Belajar Peserta Didik pada
Materi Asam, Basa, dan Garam Kelas VII2
SMP Negeri 1 Bulukumba
Variabel Nilai Statistik
Subjek Penelitian 34
Skor Ideal 100
Rata-rata 88,11
Standar Deviasi 10,00
Rentang Skor 37
Skor Maksimum 100
Skor Minimum 63,00
Tabel 4.19. menunjukkan bahwa nilai
rata-rata hasil belajar peserta didik Kelas
VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba pada materi
Asam, Basa, dan Garam adalah rata – rata
hasil belajar peserta didik yang diperoleh
adalah 88,11 dengan standar deviasi 10,00.
272 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
nilai tertinggi yakni 100 dan nilai terendah
63 dengan rentang nilai 37. Jika nilai hasil
belajar yang ada dikelompokkan ke dalam 5
kategori, maka diperoleh distribusi
frekuensi seperti pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor
Prestasi Hasil Belajar IPA KelasVII2 SMP
Negeri 1 Bulukumba pada Tes Hasil Belajar
Tabel 4.20, menunjukkan bahwa dari 34
peserta didik yang mengikuti tes hasil belajar,
terdapat 0% peserta didik yang berada pada
kategori sangat rendah, 0% berada pada
kategori rendah, 2,94% berada pada kategori
sedang, 29,41% peserta didik yang berada
pada kategori tinggi, dan 67,65% peserta didik
berada pada kategori sangat tinggi. Nilai rata-
rata hasil belajar IPA peserta didik Kelas VII2
SMP Negeri 1 Bulukumba adalah 88,11 dari
nilai ideal 100 berada pada interval 85 - 100.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
rata-rata nilai hasil belajar IPA peserta didik
Kelas VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba berada
pada kategori “Sangat Tinggi”.
Apabila hasil belajar peserta didik
dianalisis maka persentase ketuntasan hasil
belajar peserta didik setelah diterapkan
perangkat pembelajaran IPA berbasis Inkuiri
Terbimbing untuk menumbuhkan keterampilan
berpikir kritis peserta didik dapat dilihat pada
Tabel 4.21.
Tabel 4.21.
Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Nilai Kategori Frek. Persentase
0 – 74
75 – 100
Tidak Tuntas
Tuntas
4
30
11,77%
88,24%
Tabel 4.21. diatas menunjukkan bahwa
dari 34 peserta didik terdapat 88,24% peserta
didik yang telah tuntas belajar. Dengan
demikian, menurut kriteria pada BAB III,
penguasaan tes hasil belajar peserta didik sudah
memenuhi standar ketuntasan klasikal.
Selain hasil analisis deskriptif skor
tes hasil belajar peserta didik juga dilakukan
analisis Pencapaian Keterampilan berpikir
Kritis Peserta Didik. Hasil analisis pencapaian
keterampilan berpikir kritis dapat dilihat pada
tabel 4.22. berikut:
Tabel 4.22.
Hasil Analisis Pencapaian Keterampilan
Berpikir Kritis
Berdasarkan hasil analisis
keterampilan berpikir kritis peserta didik
dengan menggunakan penilaian skala lima
dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan
keterampilan berpikir kritis peserta didik
berbeda-beda, terdapat 11,76% kategori
sangat rendah, 20,59% kategori rendah,
17,65% kategori sedang, 50% kategori
baik.dan tidak terdapat pencapaian
keterampilan berpikir kritis dalam kategori
sangat tinggi. Hasil pencapaian tersebut
tentunya tidak lepas dari tingkat penguasaan
indikator berpikir kritis tiap peserta didik.
Dalam hal ini ada peserta didik yang tingkat
pemahamannya tinggi, ada yang sedang dan
ada yang rendah secara individu. Hal ini
karena tes yang mengacu pada indikator-
indikator dari berpikir kritis masih terdapat
sebagian peserta didik yang belum
memahami/menguasai dengan baik,
sehingga secara keseluruhan nilai pada
kategori sangat tinggi belum didapatkan.
b) Deskripsi hasil pengamatan aktivitas peserta
didik.
Instrumen lembar pengamatan
aktivitas peserta didik digunakan untuk
mengamati semua aktivitas peserta didik
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Pengamatan dilakukan oleh 2 orang
observer/pengamat terhadap 1 kelompok
peserta didik yang dipilih oleh pengamat
dari 7 kelompok yang terbentuk.
Pembagian kelompok didasarkan dari rata-
rata nilai ulangan harian, serta keaktifan
Skor
Jumlah
peserta
didik
Prs Nilai
huruf Interpretasi
48 ke atas
43 – 47
39 – 42
34 – 38
33ke bawah
0
17
6
7
4
0
50
17,65
20,59
11,76
a
b
c
d
e
sangat
tinggi
tinggi
sedang
rendah
sangat
rendah
Skor Kategori Frekuensi Persentase
0 – 34 Sangat
Rendah - 0%
35 – 54 Rendah - 0 %
55 – 64 Sedang 1 2,94%
65 – 84 Tinggi 10 29,41%
85 -100 Sangat
Tinggi 23 67,65%
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial
2, Nurdin A.
3 273
peserta didik dalam pembelajaran IPA
selama di kelas VII.
Prosedur pengamatan yang dilakukan
adalah setiap 4 menit pengamat melakukan
pengamatan terhadap aktivitas peserta didik
yang dominan muncul dan 1 menit
berikutnya pengamat menuliskan hasil
pengamatannya pada lembar yang
disediakan. Frekuensi aktivitas peserta didik
terangkum pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23.
Rekapitulasi Aktivitas Peserta Didik
Aspek Pengamatan
Aktivitas Peserta didik
Rata-rata
Persentase
aktivitas
peserta
didik
Interval
Toleransi
PWI (%)
Aktif memperhatikan
penjelasan guru
17,50 13-23
Aktif berdiskusi
dengan teman
kelompoknya untuk
merumuskan masalah
11,67
7-17
Aktif melakukan
kegiatan bersama
teman kelompoknya
18,13 13-23
Aktif berdiskusi
dengan teman
kelompoknya dalam
menyusun konsep
terkait materi yang
dipelajari.
15,21 13-23
Meminta bimbingan
pada guru jika
mengalami kesulitan
dalam kelompok
11,25 1-11
Menyajikan dan
menanggapi hasil kerja
kelompok.
13,96 7-17
Membuat
rangkuman/kesimpulan
11,04 7-17
Melakukan kegiatan di
luar tugas belajar,
misalnya mengantuk,
ngobrol, tidur,
melamun, bermain,
dan sebagainya
1.25 0 – 5
Berdasarkan Tabel 4.23, terlihat
bahwa selama kegiatan pembelajaran IPA
berbasis Inkuiri Terbimbing berlangsung,
peserta didik telah terlibat secara aktif
sehingga dominasi guru dalam
pembelajaran dapat berkurang.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uji coba
perangkat pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri
Terbimbing pada materi Asam, Basa, dan
Garam pada kelas VII2 SMP Negeri 1
Bulukumba diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengembangan perangkat pembelajaran
pada penelitian ini menggunakan model 4-
D yang terdiri dari 4 tahap yaitu
pendefinisian (define), perancangan
(design), dan pengembangan (develop),
dan tahap penyebaran (dessiminate).
Adapun langkah-langkah kegiatan
pengembangan yang dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
a. Tahap pendefinisian (define); meliputi
kegiatan analisi awal-akhir, analisi
peserta didik, analisi materi, analisi
tugas dan analisis spesifikasi tujuan
pembelajaran.
b. Tahap perancangan (design); meliputi
kegiatan pemilihan media , pemilihan
format dan rancangan awal perangkat
pembelajaran (Prototipe I)
c. Tahap pengembangan(develop);
meliputi kegiatan validasi ahli, revisi I
(Prototipe II), uji coba perangkat
pembelajaran (Prototipe III) sehingga
diperoleh hasil pengembangan.
d. Tahap penyebaran (disseminate);
meliputi sosialisasi secara terbatas pada
guru IPA SMPN 1 Bulukumba.
2. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan
pada penelitian ini adalah perangkat
pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri
Terbimbing pada materi Asam, Basa, dan
Garam untuk peserta didik kelas VII SMP
yang terdiri dari:
a. Rencana Pelaksanaan pembelajaran
(RPP): RPP yang dihasilkan pada
penelitian ini adalah 3 buah RPP untuk
3 pertemuan berisi garis besar tentang
hal-hal yang akan dilakukan oleh guru
dan peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung dengan
pembelajaran berbasis Inkuiri
Terbimbing
b. Buku Ajar Peserta Didik; Buku ajar
peserta didik yang merupakan buku
panduan bagi peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran yang memuat
materi pelajaran dan soal latihan
c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD);
Merupakan salah satu jenis alat bantu
pembelajaran, yang terdiri dari 3 buah
LKPD untuk 3 pertemuan yang
274 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Apakah hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat peraga manik-manik?”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan alat peraga manik-manik. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “dengan menggunakan alat peraga manik-manik, hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat meningkat”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara tahun ajaran 2007/208 yaitu sebanyak 7 orang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan mulai bulan januari sampai april 2007. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 (dua) siklus. Evaluasi awal diadakan terlebih dahulu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa. Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Observasi dan Evaluasi, dan 4) Refleksi. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa. Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Dari hasil analisis data, diperoleh bahwa dengan menggunakan alat peraga manik-manik, hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya indikator kinerja baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah disusun, pada siklus I mencapai 64,99%, pada siklus II mencapai 77,08%. Sedangkan dari segi hasil yang berkaitan dengan hasil belajar matematika dengan nilai 85,7% dengan nilai rata-rata 66,57 pada siklus I, pada siklus II meningkat menjadi 100% dengan nilai rata-rata 85,57.
Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Alat Peraga Manik-Manik.
Abstract *)
Problems in this research are: "Is the result of learning mathematics of fourth graders of SD Negeri 164 Ara on subject of sum and reduction of integer can be improved by using props beads?". This study aims to improve the results of mathematics learning of fourth graders of SD Negeri 164 Ara on the subject of addition and reduction of integers by using beads props. The hypothesis of action in this research is: "by using beads props, the result of learning mathematics of fourth graders of SD Negeri 164 Ara on subject of addition and reduction of whole number can increase". The population in this study is all students of class IV SD Negeri 164 Ara academic year 2007/208 that is 7 people. The type of this research is Classroom Action Research (CAR) conducted from January to April 2007. The implementation of this class action research consists of 2 (two) cycles. A preliminary evaluation was held in advance to determine the improvement of students' mathematics learning outcomes. The procedure in this research are: 1) Planning, 2) Action Implementation, 3) Observation and Evaluation, and 4) Reflection. Sources of data in this study are teachers and students. Types of data obtained are qualitative data and quantitative data. From the results of data analysis, it is obtained that by using props Beads, the results of learning mathematics on the fourth grade students of SD Negeri 164 Ara on the subject of addition and reduction of integers can be increased. This can be seen from the achievement of performance indicators both in terms of process and in terms of results. The results showed that in terms of implementation of learning scenarios that have been prepared, in the first cycle reached 64.99%, in the second cycle reached 77.08%. While in terms of results relating to the results of learning mathematics with a value of 85.7% with an average value of 66.57 on the first cycle, the second cycle increased to 100% with an average value of 85.57.
Keywords: Mathematics Learning Outcomes, Beads Aids
Produksi Ternak, tahun 1986. Sedang gelar Magister
Managemen (MM) diperoleh dari Universitas Muslim
Indonesia Makassar, program study Pemasaran tahun
2005. telah menulis artikel pada terbitan jurnal dengan
judul artikel ”Analisis Pendapatan Usaha Tani dan
Pemasaran Telur Itik Kelompok Tani Parde’de Desa
Gentungan Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten
Gowa”.
Mustafa, MSi Lahir tanggal 31 Desember
1962. Tempat Polejiwa
Kabupaten Bone Profisi
Sulawesi Selatan Pendisikan
S1 dilakukan di Universitas
Muhamadyah Makassar lulus
tahun 2002 dengan jurusan
Sosial Politik, sedang S2
dilaksanakan di Universitas
Samratulangi Menado dengan Program Study
Manajemen Agribisnis lulus pada tahun 2007. Bekerja
pada Balai Besar Pelatihan Pertanian Baatngkaluku
dengan spesialisasi Sosial Ekonomi.
Rosma D, S.Pd Lahir tanggal 31 Desember
1963 di Desa Sampeang
Kecamatan Bulukumpa
Kabupaten Bulukumba, dan
merupakan anak kedua dari
sembilan bersaudara dari
pasangan H. Daraming dan
Hj. Mariana. Pendidikan
Sekolah Dasar ditempuh di SD Pangi-pangi I dari tahun 1969 dan tamat pada tahun 1974. Pendidikan berikutnya ditempuh di Madrasah Tsanawiyah Sampeang pada tahun 1975 dan tamat pada tahun 1977. Kemudian pada tahun 1978 melajutkan pendidikan di SMEA Negeri Bulukumba dan tamat pada tahun 1981. Pada tahun 1982 melanjutkan studi di Perguruan Tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan IPS Jurusan IPS Terpadu Fakultas FKIS Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP Ujung Pandang) , jenjang studi Diploma dua (D2) dan selesai pada tahun 1983. Pada tahun 1984 terangkat menjadi PNS di SMP Negeri Barebbo Kabupaten Bone. Pada tahun 1988 pindah ke SMP Negeri Bialo Kabupaten Bulukumba. Selanjutnya pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan diploma tiga (D3) di IKIP Ujung pandang dan tahun 1999 menempuh pendidikan S1 di Universitas Veteran RI Makassar jurusan PPKN dan selesai tahun 2001. Tahun 2002, pindah tugas ke SMP Negeri 1 Bulukumb. Pada tahun 2006 kembali mengenyam pendidikan di Universitas Negeri Makassar pada jurusan Pendidikan Sejarah sebagai penyetaraan jenjang studi S1 dan selesai tahun 2007.