Top Banner
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Definisi Seni Khat Seni merupakan sebuah ide, gagasan, perasaan, suara hati, gejolak jiwa, yang diwujudkan atau diekspresikan, melalui unsur-unsur tertentu, yang bersifat indah untuk memenuhi kebutuhan manusia, meskipun banyak juga karya seni yang digunakan untuk binatang. 1 Sedangkan Kata Kaligrafi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua suku kata yaitu kalios (calios) yang artinya indah dan graf (graph) yang artinya gambar atau tulisan. Adapun dalam bahasa Inggris dikenal istilah Calligraphy yang bermakna tulisan indah dan seni menulis indah. Kaligrafi dalam bahasa arab disebut Khat yang berarti garis, tulisan indah. 2 Sedangkan khat berasal dari bahasa Arab, yang berarti garis, tulisan indah, dan jamaknya (bentuk plural) adalah khuttuth. Adapun ahli khat Arab disebut khattat. 3 Seni khat biasa kita kenal dengan istilah kaligrafi arab. Sedangkan kata kaligrafi sendiri berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua suku kata yaitu kalios (calios) yang artinya indah dan graf (graph) yang artinya gambar atau tulisan. Adapun dalam bahasa Inggris dikenal istilah Calligraphy yang bermakna tulisan indah dan seni menulis indah. 4 Secara terminologi, terdapat beberapa pengertian yang berbeda dari para pakar kaligrafi, hal 1 “Seni”, 12 Desember, 2012, https://id.m.wikipedia.org/wiki/seni. 2 Rispul, “Kaligrafi Arab Sebagai Karya Seni,” Jurnal Kajian Seni Budaya Islam 1, no. 1, (2012): 12, diakses pada 19 November, 2019, https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=http://eprints.uad.ac.id/1486 . 3 Nurul Huda, Melukis Ayat Tuhan (Yogyakarta: Gema Media, 2005), 2. 4 Rispul, “Kaligrafi Arab Sebagai Karya Seni,” Jurnal Kajian Seni Budaya Islam 1, no. 1, (2012): 12, diakses pada 19 November, 2019, https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=http://eprints.uad.ac.id/1486 .
27

A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

Aug 14, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Seni Khat

a. Definisi Seni Khat

Seni merupakan sebuah ide, gagasan,

perasaan, suara hati, gejolak jiwa, yang diwujudkan

atau diekspresikan, melalui unsur-unsur tertentu, yang

bersifat indah untuk memenuhi kebutuhan manusia,

meskipun banyak juga karya seni yang digunakan

untuk binatang.1 Sedangkan Kata Kaligrafi berasal dari

bahasa latin yang terdiri dari dua suku kata yaitu kalios

(calios) yang artinya indah dan graf (graph) yang

artinya gambar atau tulisan. Adapun dalam bahasa

Inggris dikenal istilah Calligraphy yang bermakna

tulisan indah dan seni menulis indah. Kaligrafi dalam

bahasa arab disebut Khat yang berarti garis, tulisan

indah.2 Sedangkan khat berasal dari bahasa Arab, yang

berarti garis, tulisan indah, dan jamaknya (bentuk

plural) adalah khuttuth. Adapun ahli khat Arab disebut

khattat.3 Seni khat biasa kita kenal dengan istilah

kaligrafi arab. Sedangkan kata kaligrafi sendiri berasal

dari bahasa latin yang terdiri dari dua suku kata yaitu

kalios (calios) yang artinya indah dan graf (graph)

yang artinya gambar atau tulisan. Adapun dalam

bahasa Inggris dikenal istilah Calligraphy yang

bermakna tulisan indah dan seni menulis indah.4

Secara terminologi, terdapat beberapa

pengertian yang berbeda dari para pakar kaligrafi, hal

1“Seni”, 12 Desember, 2012, https://id.m.wikipedia.org/wiki/seni. 2Rispul, “Kaligrafi Arab Sebagai Karya Seni,” Jurnal Kajian Seni Budaya

Islam 1, no. 1, (2012): 12, diakses pada 19 November, 2019,

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=http://eprints.uad.ac.id/1486. 3 Nurul Huda, Melukis Ayat Tuhan (Yogyakarta: Gema Media, 2005), 2. 4 Rispul, “Kaligrafi Arab Sebagai Karya Seni,” Jurnal Kajian Seni Budaya

Islam 1, no. 1, (2012): 12, diakses pada 19 November, 2019,

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=http://eprints.uad.ac.id/1486.

Page 2: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

12

tersebut bergantung sudut pandang mereka,

diantaranya adalah:5

1) Yaqut al-Musta’shimi, salah seorang kaligrafer

masyhur dari Turki Usmani memandang kaligrafi

dari sisi keindahan rasa yang dikandungnya,

sehingga ia mendefinisikannya sebagai:

الخطّ هندسة روحانيّة ظهرت بالة جسمانيّةArtinya : “seni arsitektur rohani, yang lahir

melalui perabot kebendaan”.

2) Ubaidillah Ibn Abbas mengistilahkan kaligrafi

dengan “lisan al-yadd” yang berarti lidahnya

tangan. Karena dengan tulisan itulah tangan

berbicara. Dalam berbagai seloka, seni kaligrafi

dan khat dilukiskan sebagai kecantikan rasa, duta

akal, penasihat pikiran, senjata pengetahuan,

penjinak saudara dalam pertikaian, pembicaraan

jarak jauh, penyimpan rahasia, khazanah rupa-rupa

masalah kehidupan. Ringkasnya, “khat itu ibarat

ruh di dalam tubuh,” seperti dikatakan sebagian

Ulama.

3) Syamsuddin al-Akfani memberikan pengertian

khat/kaligrafi yang lebih lengkap. Menurutnya

khat/kaligrafi adalah suatu ilmu yang

memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal,

letak-letaknya dan cara-cara merangkainya

menjadi sebuah tulisan yang tersusun. Atau apa-

apa yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara

menulisnya dan menentukan mana yang tidak

perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu digubah

dan menentukan cara bagaimana untuk

mengubahnya.

Ada juga yang mengatakan bahwa kaligrafi

merupakan apa saja yang ditulis para ahli dengan

sentuhan kesenian. Kaligrafi melahirkan suatu ilmu

tersendiri tentang tatacara menulis, yang meneliti

5Syaharuddin, Teknik Pengolahan Kaligrafi Dekorasi (Jakarta: Kalimah,

2000), 2.

Page 3: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

13

tentang tanda-tanda bahasa yang bisa

dikomunikasikan, yang ditorehkan secara proporsional

dan harmonis, yang dapat dilihat secara kasat mata dan

diakui sebagai susunan yang dihasilkan melalui kerja

kesenian.6

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa seni khat atau kaligrafi Islam merupakan suatu

ilmu tentang tata cara menulis arab dengan

memperkenalkan kaidah-kaidah yang baku, baik dari

segi bentuk huruf, tebal-tipis huruf, ukuran huruf, tata

letak huruf, komposisi huruf, hingga kehalusan huruf

sehingga tercipta suatu keindahan.

b. Sejarah Perkembangan Kaligrafi

Pada awal abad ketujuh Masehi, tidak banyak

perubahan dalam penulisan di kalangan penduduk

semenanjung Arab. Tulisan-tulisan kasar bisa

ditemukan di Semenanjung dalam temuan-temuan

arkeologi (tulisan pada batu, pilar, dan sebagainya).

Selain itu sisa-sisa paleografik tertentu (tulisan-tulisan

pada bahan-bahan yang mudah rusak misalnya

lembaran kulit atau papirus) membuktikan bahwa

bangsa Arab waktu itu sudah mengerti seni menulis.

Namun ketrampilan itu belum dipraktikkan dengan

meluas sampai lahirnya Muhammad.7

Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab

menggunakan khat kuno Nabati yang berkembang

pada zaman Nabi Muhammad saw menjadi kaligrafi

lembut (mudawwar/muqawwar) dan kaku

(mabsut/mustaqim) dengan nama-nama Hejazi, Makki,

atau Madani sesuai nama-nama tempat kaligrafi

berada. Setelah Irak ditaklukan, orang-orang Kufah

memodifikasi tulisan kaku menjadi khat Kufi.

Pada zaman kekhalifahan tepatnya setelah

wafatnya Nabi Muhammad SAW Kaligrafi Arab

menjadi sebuah kesenian menulis indah dalam budaya

Islam yang semakin berkembang. Pertama kali

6Ilham Khoiri, Al-Qur’an dan Kaligrafi, 50. 7Ismail Raji al-Faruqi, Seni Tauhid, 94.

Page 4: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

14

Kaligrafi Arab dituliskan ketika wahyu Al-Qur’an

selesai diturunkan dan belum ada yang membukukan

Al-Qur’an. Hal tersebut terjadi dikarenakan wahyu

yang diturunkan pada mulanya hanya tersimpan dalam

hafalan Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Namun

dengan banyaknya penghafal Al-Qur’an yang

meninggal dalam peperangan, melalui nasehat Umar

bin Khattab pada waktu kekhalifahan Abu Bakar Ash-

Shiddiq, dibentuklah panitia penulisan Al-Qur’an pada

masa khalifah Utsman bin Affan. Seiring berjalannya

waktu, Kaligrafi Arab mengalami perkembangan

dalam penulisannya hingga tercipta bentuk-bentuk

yang baku.8

Kemudian pada zaman Umayyah dan

Abbasiyah perkembangan Kaligrafi Arab mengalami

perkembangan yang pesat dengan ditemukannya Al-

Aqlam al-Sittah atau tulisan enam yang lembut,

diantaranya yaitu Sulus, Naskhi, Muhaqqaq, Rayhani,

Riqa’ dan Tawqi’. Tulisan lembut selain jenis yang

enam adalah Tumar, Jalil, Nisf, Sulusan, Gubar,

Ta’liq, Nasta’liq, Diwani dan masih banyak lagi. Ibnu

Muqlah menemukan rumus-rumus tulisan yang disebut

al-khat al-mansub (kaligrafi berstandar) yang

disempurnakan oleh Ibnu Bawab dari Yaqut al-

Musta’simi. Sejak itu kaligrafi berkembang menjadi

lebih dari 400 aliran yang kemudian mengerucut

menjadi beberapa gaya seperti yang kita kenal

sekarang.

Kerajaan-kerajaan Islam Persia

mengembangkan jenis-jenis tulisan yang khas, yaitu

Farisi Ta’liq dan Nasta’liq. Digambarkan dalam kitab

Qissah al Kitabah al ‘Arabiyah, bagaimana

ambisiusnya para seniman Muslim Persia untuk

mengembangkan tulisan mereka. Para shah Persia

(abad 13-17 M), Moghul (1526-1605) dan sultan-

sultan Ottoman (abad 14-20), dengan meneruskan

8 Aghni Ghofarun Auliya dan Nunuk Nur Shokiyah, “Estetika Seni Lukis

Kaligrafi Karya Syaiful Adnan,” Jurnal Brikolase 5, no. 2 (2013): 57, diakses pada

28 Oktober, 2019, https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/brikolase/article/view/417.

Page 5: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

15

tauladan para Khalifah Bani Abbas, menempatkan diri

mereka sebagai ‘Bapak Pelindung’ kaligrafi,

menghargai setinggi langit dan merasakan kesucian

luarbiasa kaligrafi Arab, serta tidak segan-segan

menghamburkan isi pundi-pundi untuk membayar

mahal sebuah mushaf tulisan kaligrafer. Hal ini

terpantul dalam produksi melimpah mushaf-mushaf

kecil, dengan tulisan Ghubar (debu halus) sampai yang

berukuran raksasa dengan Tsuluts dan Rayhani

berukuran lebih dari satu meter.9

Di zaman Fatimiyah usaha-usaha

memperindah kaligrafi dilanjutkan pada zaman Turki

Usmani yang merupakan zaman keemasan kaligrafi

Arab. Tahun 1326 H Departemen Pendidikan Turki

Usmani membuka sekolah untuk mengajarkan

kaligrafi, seni pahat dan seni mengolah warna emas

untuk seluruh pelajar, sehingga seseorang tidak

diterima bekerja kecuali setelah lulus ujian dan

memperoleh Ijazah kaligrafi. Akhirnya muncul

sekolah-sekolah dan perguruan kaligrafi di negara-

negara Islam yang menambah kesemarakan dan gairah

untuk mempelajari kaligrafi.

c. Perkembangan Kaligrafi Arab di Indonesia

Perkembangan kaligrafi Arab di Indonesia

tidak melahirkan corak, gaya atau aliran kaligrafi yang

khas, seperti yang terjadi pada arus perkembangannya

di Dunia Islam pada umumnya. Pertumbuhan yang ada

hanyalah pertumbuhan penggunaan kaligrafi untuk

memenuhi kebutuhan primer yang bersifat fungsional

seperti untuk menyalin Al-Qur’an atau teks-teks

keagamaan yang berkembang ke aneka lukisan di

berbagai media.10

9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan

Seni Kaligrafi Islam di Indonesia, 7. 10Sirojuddin A.R., “Peta Perkembangan Kaligrafi Islam di Indonesia,”

Jurnal Al-Turas 20, No.1 (2014): 221, diakses pada 23 Oktober, 2019,

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-turats/article/viewFile/3757/2751.

Page 6: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

16

Perkembangan ini telah menyusuri periode

panjang melalui Angkatan Perintis, Angkatan Orang

Pesantren, Angkatan Kader MTQ. Namun,

perkembangannya yang menonjol muncul dari

kegiatan lomba yang diselenggarakan diberbagai

event, salah satu yang populer diantaranya adalah

event Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang mulai

dari tingkat Desa hingga tingkat Nasional.11

1) Angkatan Perintis (abad 13-19 M)

Seni menulis halus Arab yang populer

dengan khat atau kaligrafi sudah dikenal

semenjak kedatangan Islam di Indonesia. Bukti

kaligrafi paling tua terdapat pada nisan-nisan

kuno yang sebagiannya dibawa dari luar

Indonesia. Sedangkan bukti yang lebih mutakhir

diperoleh dari sumber-sumber media seperti kitab,

mushaf Al-Qur’an tua atau naskah perjanjian

(qoulul haq).

Pada abad ke-18 hingga abad ke-20,

kaligrafi tidak lagi bersumber pada makam, akan

tetapi beralihpada kegiatan kreasi seniman

Indonesia yang diwujudkan dalam berbagai media

seperti kertas, kayu, logam dan media lainnya.

Banyak Al-Qur’an tua yang ditulis pada waktu

ini, seiring hadirnya kertas impor pada abad ke-

17. Sejak abad ke-17 dan setelahnya, terdapat

kecendrungan seniman muslim untuk

menggambar makhluk bernyawa dengan ayat-ayat

Al-Qur’an, kaum Ulama atau simbol

kepahlawanan Ali bin Abi Thalib (kaligrafi

Macan Ali) dan Fatimah.

2) Angkatan Orang-Orang Pesantren (1900-2000an

M)

Kaligrafi mengalami pertumbuhan seiring

pertumbuhan pesantren yang dirintis oleh para

wali. Pesantren perintis yang dikenal antara lain

Giri Kedaton, Pesantren Ampel Denta di Gresik

dan Pesantren Syekh Quro di Karawang.

11Sirojuddin A.R., “Peta Perkembangan Kaligrafi Islam di Indonesia,” 222.

Page 7: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

17

Pelajaran kaligrafi diberikan mengiringi pelajaran

Al-Qur’an, fikih, tauhid, tasawuf, dan lain-lain.

Tulisan yang diajarakan awalnya sangat

sederhana dan belum bernilai estetis, namun

masih mempertimbangkan gaya-gaya Kufi,

Naskhi dan Farisi.12

Sejak tahun 1970-2000-an, pesantren juga

memunculkan para khattat yang sering

mengkhususkan diri pada penulisan mushaf, buku

agama, serta dekorasi masjid dengan

mengkombinasi gaya-gaya Tsuluts, Naskhi,

Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Riq’ah.

Penggagaspada masa ini diantaranyayakni H.

Azhari Noor (dekorator pertama Masjid Agung

Al-Azhar Jakarta) dari Padang, H. Amir Hamzah

Zaman dari Madura, serta H. Basyiroen Hasan

dari Jakarta.

Tradisi menghias kaligrafi pada bangunan

masjid ini termasuk dalam masa modern, karena

dari data sejarah perkembangan masjid kuno di

Indonesia, jarang atau tidak ada karya kaligrafi

Islam di masjid kuno hingga abad ke-16 yang asli

dibuat pada zamannya, kecuali hanya penggunaan

huruf Jawi seperti di Masjid Mantingan, Jepara

dan Masjid Sendangduwur Paciran, Jawa Timur.13

3) Angkatan Pelukis dan Pendobrak (1970-1980an

M)

Pada masa ini masyarakat semakin sadar

akan arti pentingnya seni kaligrafi, muncullah

suatu gerakan untuk “lebih menyadarkan” para

khattat/kaligrafer dan seniman, khususnya

kalangan muda, untuk lebih meningkatkan

apresiasi dan teknik mengolah kaligrafi

diberbagai media yang tak terbatas. Gerakan ini

muncul pada tahun 1970-an seiring kemunculan

para pelukis yang mempopulerkan apa yang

kemudian disebut “lukisan kaligrafi” atau

12Sirojuddin A.R., “Peta Perkembangan Kaligrafi Islam di Indonesia,” 223. 13Sirojuddin A.R., “Peta Perkembangan Kaligrafi Islam di Indonesia,” 225.

Page 8: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

18

“kaligrafi lukis”, untuk membedakannya dari

“kaligrafi murni” atau “kaligrafi tradisional” yang

telah dikenal selama ini.14

Pembawa gerakan ini adalah para

seniman kampus seni rupa yang dipelopori oleh

Prof. Drs. H. Ahmad Sadali (ITB Bandung asal

Garut), diiringi kemudian oleh Prof. Drs. A.D.

Pirous (ITB Bnadung asal Aceh), Prof Dr. H.

Amri Yahya (ASRI Yogyakarta asal Palembang),

dan Amang Rahman (AKSERA Surabaya asal

Madura).

Popularitas angkatan dan “mazhab

kaligrafi lukis” ini mulai muncul dalam Pameran

Lukisan Kaligrafi Islam Nasional ketika MTQ

Nasional ke-11 di Semarang (1979) dan pameran

pada Muktamar Pertama Media Massa Islam se-

Dunia di Balai Sidang Jakarta (1980) yang

kemudian diikuti oleh pameran-pameran lainnya.

Cara mengerjakan “lukisan” kaligrafi

yang mementingkan latar belakang pewarnaan

yang diperoleh dari kepekaan rasa, bersifat

spontan serta bebas sehingga sering mengabaikan

grammar kaligrafi tradisional ini segera saja

diikuti secara luas oleh kaula muda di Tanah Air.

Pelukis kaligrafi generasi kedua yang muncul

kemudian diantaranya adalah Syaiful Adnan,

Hatta hambali, dan Abay D. Subarna, kemudian

disusul oleh Firdaus Alamhudi, Hendra Buana,

Yetmon Amier, Said Akram, Agoes Noegroho,

Abdul Aziz Ahmad, dan lain-lain.

Teknik baru ini cukup menarik dan diikuti

oleh para khattatbahkan kalangan yang “sekedar

senang” terhadap kaligrafi karena memungkinkan

dikerjakan dalam teknik yang bermacam-macam

seperti teknik batik dan tekstil, teknik grafis,

teknik bulu, teknik kulit, teknik ukir kayu, dan

bermacam-macam teknik pengerjaan logam,

selain tampilan aneka bentuk ekspresi tiga

14Sirojuddin A.R., “Peta Perkembangan Kaligrafi Islam di Indonesia,” 225

Page 9: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

19

dimensional yang menawarkan citra kaligrafi

dalam seni rupa Islam modern.15

4) Angkatan Kader MTQ

Perkembangan kaligrafi semakin

bergemuruh sejak dijadikan salah satu cabang

yang diperlombakan dalam Musabaqoh Tilawatil

Quran (MTQ) dari tingkat daerah hingga tingkat

nasional. Cabang yang diberi nama Musabaqoh

KhatAl-Qur’an (MKQ) ini selain menarik

peminat, juga menghasilkan bibit-bibit kader

penulis dan pelukis kaligrafi dari sekolah,

pesantren, dan perguruan tinggi. Dari sejumlah

peserta MKQ yang menyebar diberbagai daerah,

muncul para ahli bidang penulisan Naskah,

Hiasan Mushaf, Dekorasi dan Kaligrfi

Kontemporer yang dikompetisikan.

MKQ berpengaruh luas dan menjadi

proyek percontohan lomba-lomba kaligrafi di

berbagai instansi dan pada peringatan hari-hari

besar Islam. Kemunculan lomba-lomba kaligrafi

pada MTQ Nasional, MTQ Mahasiswa, MTQ

PTPN, MTQ KORPRI, MTQ PGRI, MTQ

TelkomGroup, POSPENAS (Pekan Olahraga dan

Seni Pondok Pesantren Nasional), PIONIR

(Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni, dan Riset),

AKSIOMA (Ajang Keterampilan Seni dan

Olahraga Madrasah), PIONIR (Pekan Ilmiah,

Olah Raga, Seni, dan Riset) untuk kalangan

mahasiswa yang menambah kesemarakan lomba

kaligrafi di setiap waktu dan tempat di Indonesia,

dan PENTAS (Pekan Keterampilan Siswa) yang

memicu minat di berbagai kalangan dan

mendorong produksi karya di galeri-galeri dan

pasar-pasar seni.16

15Sirojuddin A.R., “Peta Perkembangan Kaligrafi Islam di Indonesia,” 225-

226. 16Sirojuddin A.R., “Peta Perkembangan Kaligrafi Islam di Indonesia,” 227.

Page 10: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

20

d. Macam-macam Gaya Kaligrafi Arab

Dalam sejarah perkembangan kaligrafi telah

terdapat lebih dari 400 gaya, jenis, atau aliran kaligrafi

arab yang memiliki ciri serta karakter tersendiri. Akan

tetapi, yang mampu bertahan dengan

penyempurnaannya hanya sekitar belasan aliran.

Adapun yang sering digunakan dalam tulisan sebagai

komunikasi umum hanya 8 jenis khat, yakni Naskhi,

Tsulus, Riq’ah, Ijazah, Diwani, Diwani Jali, Farisi dan

Kufi.17

1) Khat Naskhi

Dinamakan khat Naskhi karena sering

digunakan untuk penyalinan mushaf dan

penulisan naskah-naskah kitab berbahasa Arab,

majalah atau koran. Di samping keluwesan dalam

menulisnya dan mudah dibaca, gaya Naskhi

merupakan khat dasar untuk memasuki jenis lain

yang di dalamnya terdapat banyak penggabungan

huruf yang merupakan kesatuan pembentukan dan

kesatuan latihan pelenturan tangan. Keindahan

aliran ini disebabkan adanya iringan harakat atau

syakal meskipun pembentukannya sederhana.

Selain itu, aliran ini juga dapat digunakan dalam

seni dekorasi ataupun lukisan arab meskipun

kurang cocok karena kesederhanaannya.

2) Khat Tsulust

Tsulust yang bermakna sepertiga, yakni

sepertiga kertas yang sering dipakai di kedutaan

Mesir. Ada yang menyatakan sepertiga tulisan

Umar yang besar atau sepertiga tulisan Thumar

kuno, gaya Tsulust tampak lebih tegas daripada

Naskhi meskipun huruf-hurufnya agak mirip

dengan gaya Naskhi dalam pembentukannya yang

berumpun sejenis. Bentuk dan lekukan huruf-

hurufnya jelas dan gagah. Keindahannya terletak

pada penataan hurufnya yang serasi dan sejajar

dengan disertai harakat dan hiasan-hiasan huruf

sehingga tidak mustahil jika jenis ini memperoleh

17Nurul Huda, Melukis Ayat Tuhan, 7.

Page 11: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

21

nilai tertinggi daripada jenis-jenis yang lainnya.

Keluwesannya tidak terikat dengan garis yang

digunakan pada judul-judul naskah, papan nama,

dekorasi, lukisan, desain, dan lain sebagainya.

3) Khat Riq’ah

Dinamakan Riq’ah karena sesuai dengan

gaya penulisannya yang kecil-kecil serta terdapat

sudut siku-siku yang unik dan indah. Khat ini

terkadang disebut juga khat Ruq’ah (sesobek,

secuil) yang merupakan nama lama dari jenis ini.

Khat Riq’ah merupakan salah satu khat yang

kurang cocok jika diberi syakal dan hiasan sebab

lebih digunakan pada penulisan steno atau cepat.

Misalnya untuk catatan sekolah atau wartawan.

Khat jenis ini tidak cocok untuk tulisan kegiatan

resmi maupun hiasan dekorasi. Khat ini juga

kurang luwes jika digunakan dalam lukisan

karena lebih banyak terikat dengan kaidah

penulisannya yang di atas garis meskipun ada

beberapa huruf yang sebagian di bawah garis.

4) Khat Ijazah

Sesuai dengan namanya, khat ini lebih

banyak digunakan untuk Ijazah-Ijazah. Menilik

jenisnya, gaya ini merupakan gabungan dari

Naskhi dan Tsulust. Bentuknya kecil seperti

Naskhi, tetapi huruf-hurufnya luwes seperti

Tsulust, baik dalam syakal maupunn hiasan-

hiasannya. Khat ini tidak banyak digunakan

dalam penulisan untuk bacaan umum.

5) Khat Diwani

Jenis ini sering dipakai untuk tulisan

kantor-kantor, lencana, surat-surat resmi, dan

sebagainya. Namanya yang diambil dari kata

diwan yang berarti kantor sesuai denagn huruf-

hurufnya yang terbentuk lembut gemulai penuh

gaya melingkar, serta tersusun di atas garis seperti

khat Riq’ah. Khat ini lebih sulit daripada jenis-

jenis yang lain, sehingga membutuhkan kelihaian

tangan tersendiri dalam pembentukan dan

penyusunannya.

Page 12: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

22

6) Khat Diwani Jali

Jenis ini lebih jelas dari pada dewani

biasa. Perbedaannya, yaitu pemberian syakal,

hiasan, dan titik-titik rata pada lekukan-lekukan

hurufnya, lebih memperindah penyusunan khat

ini. Namun gaya ini jarang digunakan kecuali

dalam dekorasi.

7) Khat Kufi

Kata Kufi dinisbatkan pada asalnya yaitu

Kufah. Kufi merupakan gaya yang sempat berjaya

sekitar abad (8-11H). Dengan pembentukan yang

geometris dan balok bergaris lurus. Kufi lebih

mudah disusun sesuai keinginan dengan

menyatukan pembentukan yang sejajar, kemudian

diolah untuk motif dekoratif sehingga keindahan

Kufi akan terlihat, apalagi jika dibubuhi ornamen-

ornamen. Khat ini cocok dipakai untuk judul

buku, dekorasi, atau lukisan.

8) Khat Farisi

Khat ini sama juga dengan jenis Ta’liq

yang berarti menggantung sesuai dengan gaya-

gayanya yang menggantung. Farisi sendiri terkait

dengan nama daerah asalnya, yaitu Persia (Iran).

Gaya Farisi memiliki kecenderungan kemiringan

huruf ke kanan (yang tidak terjadi pada Khat jenis

lain) dan ditulis tanpa harakat ataupun hiasan.

Keindahannya terletak pada tebal tipisnya lekukan

huruf-hurufnya. Khat ini sampai sekarang masih

tetap dipakai oleh orang-orang Iran, Pakistan,

baik formal maupun non formal. Khat ini juga

cocok dalam berbagai bidang.18

e. Tujuan Seni Khat

1) Tujuan Pengajaran

a) Tulisan adalah alat penyempurna bacaan

b) Pelajar dapat membiasakan diri menulis secara

jelas dan mudah dibaca

18Nurul Huda, Melukis Ayat Tuhan,7-10.

Page 13: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

23

c) Kecepatan menulis dengan tetap menjaga

keindahan

2) Tujuan Pendidikan

a) Membentuk kemahiran tangan

b) Melatih kebersihan

c) Membiasakan berkompetisi secara cenar dan

telaten

d) Kehati-hatian dalam menulis akan

membiasakan pelajar bersabar, tabah, hati-hati

dan waspada

e) Mendidik kemahiran meniru

f) Menanamkan kreativitas pelajar untuk

bergerak, bekerja dan menggunakan

tangannya secara aktif dan dinamis

3) Tujuan Estetis

a) Berbeda dengan tulisan lainnya, tulisan Arab

memiliki aneka unsur hias dan iluminasi yang

datang dari dirinya.

b) Plastisitas huruf dan kekayaan ragam aksesoris

dan iliminasinya menumbuhkan rasa estetika

yang dalam

c) Rasa estetika ini memantul pada kepribadian

dan kehidupan sehingga menciptakan harmoni

dan ketelatenan

4) Tujuan Praktis

a) Setiap orang menginginkan tulisannya jelas

dan bagus agar orang lain mudah membacanya

b) Kejelasan dan keindahan tulisan memudahkan

guru dan pengamat seni untuk memberikan

penilaian dan akurasi

c) Tulisan pelajar kerap dianggap cermin

kemajuan dan kesuksesan

5) Tujuan Ekonomis

Tulisan indah atau kaligrafi dalam fungsi

individual berperan sebagai sarana komunikasi,

wahana ekspresi yang penuh nilai estetis

dansumber usaha. Sedangkan kaligrafi dalam

fungsi sosial dapat digunakan untuk menulis buku-

buku pelajaran, mushaf Al-Qur’an, majalah, koran,

dan sarana-sarana informasi tekstual dan visual.

Page 14: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

24

Adapun tujuan ekonomis seni kaligrafi antara lain:

19

a) Sebagian seniman muslim menjadikan tulisan

indah atau kaligrafi sebagai sumber usaha

setelah berjuang untuk menguasainya. Seorang

penyair mengatakan:

تعلّم قوام الخطّ ياذا التّأدّب # فما الخطّ إلّا زينة المتأدّبفإن كنت ذا مال فخطّك زينة # وإن كنت محتاجا فأفضل

مكسبArtinya : “Pelajarilah trik-trik kaligrafi,

wahai orang yang berpendidikan,

karena kaligrafi itu tiada lain

daripada hiasan bagi kaum terpelajar.

Sekiranya engkau punya harta, maka

kaligrafimu adalah aksesoris.

Namun, jika engkau butuh, maka

kaligrafi adalah sebaik-baik sumber

usaha.”20

Ibnu Al-Muqaffa mengatakan:

الخط للأميرجمال، وللغنى كمال وللفقيرمال

Artinya : “Kaligrafi bagi sang pangeran adalah

keindahan, bagi hartawan adalah

kesempurnaan, dan bagi si fakir

adalah uang.”21

Ali bin Abi Thalib ra juga menegaskan:

الرّزق مفاتيحعليك بحسن الخطّ فإنهّ من

19Didin Sirojuddin AR, Kisah-Kisah Kaligrafi: Ajang Menulis dan Melukis

untuk Membangun Kreativitas (Jakarta: IIQ Pres, 2020), 335. 20 Didin Sirojuddin, Nashoihul Khottotin, (Sukabumi: Lemka, 2009), 12 21 Didin Sirojuddin, Nashoihul Khottotin, 12

Page 15: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

25

Artinya : “Hendaknya engkau memperelok

tulisan, karena dia termasuk kunci-

kunci rezeki.” 22

Usaha tersebut harus dimulai dari

pelajaran yang paling dasar mulai dari

mempelajari kaidah huruf, menyusun menjadi

komposisi dan lukisan yang indah serta trik-

trik lain termasuk manajemen pemasarannya

sehingga kaligrafi benar-benar menjadi

sumber usaha yang menguntungkan secara

ekonomis.

b) Kalangan pengusaha menjadikan tulisan indah

atau kaligrafi sebagai ladang usaha melalui

produksi yang menghasilkan nilai ekonomis.

Disini kegiatan ekonomi kaligrafi mencakup

tiga kegiatan pokok, yaitu produksi, distribusi

dan konsumsi. i. Kegiatan produksi yaitu setiap tindakan

yang menambah faedah atau kegunaan suatu benda agar lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan produksi bertujuan untuk menciptakan barang dan jasa sebagai pemenuhan kebutuhan konsumen seperti lukisan kaligrafi, souvenir, dekorasi masjid, penulisan kitab, dan penulisan mushaf raksasa atau prabot yang berhubungan dengan kaligrafi seperti kertas, kanvas, kuas, pena, dan cat. Faktor-faktor produksi yang mendukung proses produksi antara lain: modal produksi berupa peralatan, tenaga kerja (para kaligrafer), dan keahlian (skill).

ii. Kegiatan distribusi yakni pekerjaan atau kegiatan menyalurkan barang dari produsen kepada konsumen (untuk dijadikan pemuas kebutuhan mereka) apabila karya tulis atau lukis kaligrafi

22 Aliy As’ad, Terjemah Ta’lim Muta’alim, (Kudus: Menara Kudus, 2007), 139

Page 16: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

26

telah diproduksi. Kegiatan distribusi dapat dikerjakan secara langsung atau tidak langsung, akan tetapi memerlukan kerjasama dengan jasa ekspedisi pengiriman barang.

iii. Kegiatan konsumsi yaitu pemakaian

barang hasil produksi atau barang-barang

yang langsung memenuhi kebutuhan

hidup kita. Dalam kegiatan sehari-hari,

konsumsi sering dikaitkan dengan makan

dan minuman. Sedangkan dalam

pengertian ekonomi, konsumsi adalah

suatu kegiatan yang bertujuan

mengurangi atau menghabiskan guna atau

manfaat suatu barang. Karya kaligrafi

tentu tidak ternilai dengan benda-benda

yang dimaksud, namun dapat dikaitkan

dengan kegiatan ekonomi sebab diterima

oleh konsumen yang dapat menggunakan

atau mengkonsumsinya sebagai pemuas

kebutuhan apresiasi mereka.

Mengapresiasi adalah cara pemuas

dahaga batiniah yang sama dengan makan

dan minum sebagai cara pemuas dari

dahaga lahirian, yaitu rasa lapar dan

haus.23

2. Ekonomi Kreatif

a. Definisi Ekonomi Kreatif

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu,

perusahaan, dan masyarakat selalu dihadapi dengan

persoalan yang bersifat ekonomi, yaitu membuat

keputusan tentang cara yang terbaik untuk melakukan

kegiatan perekonomian. Dimana kegiatan

perekonomian dapat dimaknai sebagai kegiatan

seseorang, perusahaan atau masyarakat untuk

memproduksi dan menggunakan barang atau jasa

tersebut. Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang

23Didin Sirojuddin AR, Kisah-Kisah Kaligrafi: Ajang Menulis dan Melukis

untuk Membangun Kreativitas, 336-338.

Page 17: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

27

mempelajari perilaku manusia dalam memenuhi

kebutuhannya yang relatif tidak terbatas dengan

menggunakan sumber daya yang terbatas dan masing-

masing sumber daya mempunyai alternatif

penggunaan (opportunity cost).24

Adapun ekonomi kreatif yaitu penciptaan nilai

tambah yang berbasis ide yang lahir dari kreatifitas

sumber daya manusia (pekerja kreatif) serta berbasis

ilmu pengetahuan, termasuk berupa warisan budaya

dan teknologi. Pada hakikatnya ekonomi kreatif

merupakan suatu ekonomi yang mengutamakan

kreativitas berpikir dalam menciptakan suatu hal yang

baru dan berbeda yang mempunyai nilai dan bersifat

komersil.25

b. Perlunya Mengembangkan Ekonomi Kreatif

Menjadi pekerja kreatif tidak cukup hanya memiliki

bakat, pandai menggambar, menari, menyanyi dan

menulis cerita, tetapi juga harus memiliki kemampuan

mengorgansasikan ide-ide multi disipliner dan

kemampuan dalam memecahkan masalah dengan cara-

cara diluar kebiasaan. Menurut Kemendag, industri

kreatif perlu dikembangkan karena sektor ini memiliki

kontribusi ekonomi yang signifikan bagi

perekonomian Indonesia, dapat menciptakan iklim

bisnis yang positif, meperkuat citra dan identitas

bangsa Indonesia, mendukung pemanfaatan sumber

daya yang terbarukan, pusat penciptaan inovasi dan

pembentukan kreativitas serta memiliki dampak sosial

yang positif.26

24Karebet Gunawan, Ekonomi Mikro, (Kudus: Nora Media Enterprise,

2010), 2-3. 25Ririn Noviyanti, “Peran Ekonomi Kreatif Terhadap Pengembangan Jiwa

Entrepreneurship Di Lingkungan Pesantren,” Jurnal Penelitian Ilmiah Intaj 1, no.

77-79 (2017): 80, diakses pada 10 Juni, 2020, http://ejournal.alqolam.ac.id/index.php/intaj/article.

26Rosmawaty Sidauruk, “Peningkatan Peran Pemerintah Daerah Dalam

Rangka Pengembangan Ekonomi Kreatif di Provinsi Jawa Barat,” Jurnal Bina

Praja 5, no. 3 (2013): 145, diakses pada 10 Juni, 2020,

https://jurnal.kemendagri.go.id/index.php/jbp/article/view/106.

Page 18: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

28

c. SubSektor Ekonomi Kreatif

Terdapat 14 subsektor ekonomi kreatif

dikembangkan di Indonesia yang sangat erat kaitannya

dengan produk/jasa sebagai kontribusi dari industri

kreatif, antara lain yaitu:27

1) Industri Periklanan, yakni kegiatan kreatif yang

berkaitan dengan jasa periklanan.

2) Industri Arsitektur, yakni jasa konsultasi arsitek

yang mencakup usaha seperti desain bangunan,

pengawasan konstruksi perencanaan kota.

3) Industri Barang Seni, yakni kegiatan yang

berkaitan dengan perdagangan barang seni asli

(orisinil), unik, langka dan berasal dari masa

lampau yang dilegalkan oleh undang-undang serta

memiliki estetika seni yang tinggi.

4) Industri Kerajinan, yakni Industri yang

menghasilkan produk-produk, baik secara

keseluruhan dengan tangan atau menggunakan

peralatan biasa, peralatan mekanis seperti

pembatik.

5) Industri Desain, yakni berkaitan dengan ekonomi

kreatif yang meliputi desain industri, desain grafis

atau desain komunikasi visual dan desain interior.

6) Industri Fashion, yakni kegiatan ekonomi kreatif

yang berkaitan dengan kreasi desain pakaian dan

desain aksisoris.

7) Industri Film, Video dan Fotografi yakni kegiatan

kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi

video, film dan jasa fotografi serta distribusi

rekaman video.

8) Industri Permainan Interaktif, yakni kegiatan

kreatif yang terkait dengan kreasi, produksi dan

distribusi permainan komputer dan video.

9) Industri Musik, yakni kegiatan kreatif yang

berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan

musik, reproduksi dandistribusi dari rekaman

suara.

27Rosmawaty Sidauruk, “Peningkatan Peran Pemerintah Daerah Dalam

Rangka Pengembangan Ekonomi Kreatif di Provinsi Jawa Barat,” 145.

Page 19: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

29

10) Industri Seni Pertunjukan, yakni kegiatan yang

berhubungan dengan senidrama, teater dan

karawitan serta tari.

11) Industri Penerbitan dan Percetakan, yakni

kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan

konten dan penerbitanbuku, jurnal, Koran,

majalah, tabloid.

12) IndustriLayanan Komputer dan Piranti Lunak,

yaknikegiatan kreatif yang terkait dengan

pengembanganteknologi informasi.

13) Industri Televisi dan Radio, yakni berkaitan

dengan usaha kreasi, produksi danpengemasan,

penyiaran dan transmisi televisi danradio.

14) Industri Riset dan Pengembangan, yakni industri

kreatif pada riset dan pengembanganmeliputi

kegiatan kreatif yang terkait dengan usahainovatif

yang menawarkan penemuan ilmu danteknologi

dan penerapan ilmu dan pengetahuanuntuk

perbaikan produk dan kreasi produk baru,proses

baru, material baru, alat baru, metode barudan

teknologi baru yang dapat memenuhi

kebutuhanpasar.

3. Kemandirian Ekonomi

a. Definisi Kemandirian Ekonomi

Kemandirian menurut Bathi yaitu perilaku

yang aktivitasnya diarahkan kepada diri sendiri, tidak

banyak mengharapkan bantuan dari orang lain, dan

bahkan mencoba memecahkan masalahnya sendiri.

Sedangkan Lindzey dan Aronson menyatakan bahwa

orang-orang yang mandiri menunjukkan inisiatif,

berusaha untuk mengejar prestasi, menunjukkan rasa

percaya diri yang besar, secara relatif jarang mencari

perlindungan dari orang lain serta mempunyai rasa

ingin menonjol. Mandiri merupakan siapa yang

mampu mengurus kehidupannya sendiri dan tidak

menjadi beban orang lain. Sikap mandiri bukan berarti

sikap egois atau hidup sendiri, melainkan sikap

Page 20: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

30

bersedia dan mampu membangun kehidupan sendiri

dalam rangka kebersamaan.28

Kemandirian merupakan kemampuan yang

perlu dilatih sejak dini dalam hidup seseorang.

Seseorang dikatakan mandiri apabila dalam menjalani

kehidupan tidak bergantung dengan orang lain,

khususnya dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Kemandirian juga dapat ditunjukkan dengan adanya

kemampuan mengambil keputusan serta mengatasi

masalah.29

Mappiare dalam tulisan Muh. Chotim

menyebutkan kemandirian dengan istilah kebebasan

dan menyatakannya sebagai salah satu tugas

perkembangan yang penting bagi remaja awal, mereka

diharapkan melepaskan diri dari ketergantungan pada

orang tua atau dewasa lainnya dalam banyak hal secara

berangsur-angsur. Sedangkan Maslow dan Murray

dalam tulisan Muh. Chotim menyatakan kemandirian

sebagai salah satu cara untuk memperoleh harga diri,

kemandirian akan menjadikan seseorang menghargai

dirinya sendiri. Maslow juga mencantumkan

kemandirian sebagai salah satu kebutuhan meta yaitu

kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri yang ditandai

dengan karakter otonom, menentukan diri sendiri dan

tidak tergantung. Hal tersebut juga senada dengan

Enung Fatimah yang menyatakan kemandirian atau

disebut juga berdiri di atas kaki sendiri merupakan

kemampuan seseorang untuk tidak bergantung pada

orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang

dilakukannya.30

Kemandirian merupakan identitas diri seorang

Muslim yang berlandaskan tauhid yang kokoh,

sehingga mampu untuk tampil sebagai khalifah fi al-

28 Rika Sa’diyah, “Pentingnya Melatih Kemandirian Anak”, 34 29 Rika Sa’diyah, “Pentingnya Melatih Kemandirian Anak”, 35 30 Muh. Chotim, dkk, “Upaya Peningkatan Kemandirirna Sosial Ekonomi

Individu Eks Psikotik Melalui Pelatihan Kecakapan Vokasional di UPT Rehabilitasi Sosial Eks Psikotik Provinsi Jawa Timur,” Jurnal LPPM 3, no. 1

(2015): 61, diakses pada 10 Desember, 2019, e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-

LPPM/article/view/389

Page 21: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

31

ard (divine vicegereny), bahkan harus tampil menjadi

shuhada’ ‘ala an;nas, menjadi pilar-pilar kebenaran

yang kokoh. Maka keyakinannya akan nilai tauhid

menyebabkan setiap pribadi Muslim akan memiliki

semangat jihad sebagai etos kerjanya. Semangat jihad

ini melahirkan keinginan untuk memperoleh hasil dan

usaha atas karya dan karsa yang dibuahkan dari dirinya

sendiri. Kemandirian bagi seorang Muslim adalah

lambang perjuangan semangat jihad (fighting spirit)

yang sangat mahal harganya31

Pengertian kemandirian ekonomi menurut

Burnadi yaitu sebagai suatu keadaan ketika seseorang

memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan

dirinya, mampu mengambil keputusan dan inisiatif

untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki

kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya,

dan bertanggung jawab terhadap apa yang

dilakukannya.

Rasulullah sendiri dikenal luas sebagai seorang

pekerja keras dan mandiri. Namanya sudah dikenal

sebagai seorang saudagar sejak usia muda. Dari

berbagai perjalanan perdagangan yang telah dilakukan,

Nabi Muhammad berhasil membina dirinya sebagai

pedagang profesional, yang memiliki reputasi dan

integritas luar biasa. Beliau berhasil mengukir

namanya dikalangan kaum Quraisy pada umumnya

dan masyarakat bisnis pada khususnya, jauh sebelum

ia dipekerjakan oleh saudagar terpandang pada waktu

itu.32

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

kemandirian ekonomi merupakan suatu keadaan

dimana seseorang memiliki inisiatif untuk tidak

bergantung kepada orang lain secara ekonomi dengan

membangun suatu rasa percaya diri dan berkomitmen

31Mohammad Anas, “Kiprah Kiai Dalam Membentuk Kemandirian

Ekonomi Pesantren” (Tesis, UIN Sunan Ampel, 2019), 46 32Rizal Muttaqin, “Kemandirian dan Pemberdayaan Ekonomi Berbasis

Pesantren,” 69.

Page 22: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

32

dalam jangka waktu yang panjang serta siap

menanggung segala resikonya.

b. Ciri-Ciri Kemandirian Ekonomi

Adapun Lindzery dan Aroson mengatakan

bahwa ciri-ciri kemandirian seseorang antara lain:

1) Relatif jarang meminta perlindungan orang lain

2) Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk

mengejar prestasi

3) Menunjukkan rasa percaya diri

4) Bersikap selalu ingin menonjol33

Menurut Mohammad Anas, sebagaimana yang

dikutip oleh Djazimah, menyatakan secara konseptual

kemandirian ekonomi memiliki parameter atau ukuran-

ukuran tetentu diantaranya:

1) Kemandirian ekonomi seseorang ditandai oleh

adanya usaha atau pekerjaan yang dikelola secara

ekonomis. Artinya bahwa usaha atau pekerjaan itu

berorientasi pada keuntungan.

2) Kemandirian juga bermula dari rasa percaya diri

seseorangdalam melakukan aktivitas ekonomi,

seperti berdagang,wirausaha home industri,

pengelolaanperusahaan dan lain sebagainya.

3) Kemandirian ekonomi ditandai oleh kegiatan

ekonomis yang ditekuni dalam jangka waktu lama

sehingga memungkinkan seseorang mempunyai

kekuatan secara ekonomis untuk maju dan

berkembang.

4) Kemandirian ekonomi juga ditandai oleh sikap

berani dari seseorang atau kelompok orang untuk

mengambil resiko dalam aktivitas ekonomis,

misalnya bermimpi besar dan berusaha keras

untuk mewujudkan mimpi-mimpi tersebut, berani

meminjam uang sebagai modal usaha dengan

perhitungan rasional dan realistis, berani

mengambil keputusan yang bersifatbisnis untuk

memprediksi peluang-peluang yang ada.

33Rizal Muttaqin, “Kemandirian dan Pemberdayaan Ekonomi Berbasis

Pesantren,” 69.

Page 23: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

33

5) Kemandirian ekonomi dapat dilihat dari sikap

seseorang yangtidak terikat kebijakan secara

ekonomis oleh orang lain.34

c. Faktor-Faktor Kemandirian Ekonomi

Adapun faktor yang mempengaruhi kemandirian itu

antara lain:35

1) Faktor Internal, yaitu sesuatu yang muncul dari

dalam diri seseorang seperti motivasi dan

kebutuhan seseorang. Sebab pada dasarnya

manusia menginginkan otonomi (bisa mengatur

diri sendiri). Melepaskan diri dari kendala, ingin

meloloskan diri dari kungkungan dan

ketergantungan kepada orang lain.

2) Faktor Eksternal, faktor ini meliputi dua hal,

yakni:

a) Faktor kebudayaan. Kebudayaan masyarakat

yang kompleks dan maju akan membentuk

kemandirian yang lebih tinggi.

b) Faktor pola asuh. Pola asuh yang bersifat

demokratis, otoriter dan bebas akan

mempengaruhi pada perkembangan

kemandirian seseorang.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan suatu penguat dalam

penelitian, dari sini nantinya akan dijadikan penulis sebagai

sandaran teori serta sebagai pembanding dalam mengupas

permasalahan penelitian ini, sehingga peneliti dapat

memperoleh hasil penemuan baru yang benar-benar otentik.

Diantaranya penulis paparkan sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Estianawati (2018) dari

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang yang

berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Pesantren Seni

Rupa dan Kaligrafi Al-Qur’an (PSKQ) Modern bagi

34Mohammad Anas, “Kiprah Kiai Dalam Membentuk Kemandirian

Ekonomi Pesantren”, 47 35Rizal Muttaqin, “Kemandirian dan Pemberdayaan Ekonomi Berbasis

Pesantren,” 69.

Page 24: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

34

Masyarakat Desa Undaan Lor Kecamatan Undaan

Kabupaten Kudus”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan

program pemberdayaan ekonomi berbasis pesantern PSKQ

Modern terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.

Wujud pemberdayaan yang diberikan antara lain:

memberikan pelatihan kepada masyarakat sebelum terjun

langsung dalam usaha pengembangan seni khat,

diantaranya: cara menulis kaligrafi, mencari peluang usaha

melalui seni kaligrafi, menciptakan lapangan pekerjaan

melalui seni kaligrafi, memberi kebebasan kepada

masyarakat sehingga tidak hanya terpaku pada satu

pekerjaan saja, melainkan dapat melakukan aktifitas

pekerjaan yang lain dalam kehidupan sehari-hari,

memberikan jaringan dan modal usaha kepada masyarakat

untuk memudahkan masyarakat dalam menambah

penghasilannya. Dari hasil pemberdayaan ekonomi yang

dilakukan PSKQ Modern tersebut diketahui perekonomian

masyarakat mengalami perubahan yang cukup baik.36

Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian

penulis adalah sama-sama menggunakan metode

penelitian kualitatif. Perbedaannya, dalam penelitian ini

peneliti meneliti pemberdayaan yang dilakukan oleh

Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al-Qur’an kepada

masyarakat di desa Undaan Lor, Kudus. Pemberdayaan

tersebut dilakukan dengan memberi pelatihan kepada

masyarakat tentang kaligrafi sehingga masyarakat yang

mengikuti pelatihan tersebut mampu meningkatkan roda

perekonomiannya. Sedangkan penulis meneliti tentang

kemandirian ekonomi seorang yang telah menggeluti seni

kaligrafi, menjadikannya hobi sejak mereka mengenalnya,

hingga dengan keperyaan diri mereka memutuskan untuk

menjadikan keahlian yang dimiliki sebagai mata

pencahariannya.

36

Estianawati, “Pemberdayaan Ekonomi Pesantren Seni Rupa dan

Kaligrafi Al-Qur’an (PSKQ) Modern bagi Masyarakat Desa Undaan Lor

Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus”, (Skripsi, UIN Walisongo, 2018), 118

Page 25: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

35

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dede Imam Mughni (2018)

dari Institut Agama Islam Negeri Purwokerto yang

berjudul “Strategi Pengembangan Kemandirian

Ekonomi Santri”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pemyelenggaraan program pengembangan yang dilakukan

oleh Pondok Pesantren El-Bayan dalam meningkatkan

kemandirian Ekonomi santri melalui tiga Kurikulum

pendidikan yaitu pendidikan formal, non formal

(keagamaan) dan pendidikan ketrampilan serta

kewirausahaan. Pendidikan formal dan non formal untuk

pemberian teori dan pendidikan ketrampilan dan

kewirausahaan sebagai penerapan atau praktiknya.

Pesantren tersebut telah memiliki beberapa unit usaha serta

ketrampilan sebagai wadah pembelajaran bagi para santri

serta menyediakan lahan dan berbagai fasilitas untuk

mengasah dan melatih ketrampilan santri.37

Persamaan penelitian ini dengan penelitian

penulis adalah sama-sama menggunakan metode

penelitian kualitatif. Perbedaannya, dalam penelitian ini

peneliti meneliti pengembangan kemandirian ekonomi

yang dilakukan oleh pesantren al-Bayan kepada para

santri dengan memberikan berbagai ketrampilan dalam

mendirikan usaha, sedangkan penulis meneliti tentang

kemandirian ekonomi melalui ketrampilan seni kaligrafi.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Anas (2019)

dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel yang berjudul

“Kiprah Kiai dalam Membangun Kemandirian

Ekonomi Pesantren” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

peran dan kiprah KH. Masbuhin Faqih dalam

mengupayakan terwujudnya kemandirian ekonomi pada

Pondok Pesantren Mambaus Sholihin. Kiprah beliau

dimulai dari menggagas ide, berinvestasi, mengawasi,

37 Dede Imam Mughni, “Strategi Pengembangan Kemandirian Ekonomi

Santri”, (Skripsi, IAIN Purwokerto,2018), 75

Page 26: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

36

memotivasi, dan juga berperan sebagai pemberi keputusan

di berbagai regulasi yang ada dalam unit usaha pesantren.38

Persamaan penelitian ini dengan penelitian

penulis adalah sama-sama menggunakan metode

penelitian kualitatif. Perbedaannya, dalam penelitian ini

peneliti meneliti peran kiai dalam membangun

kemandirian ekonomi pesantren sedangkan penulis

meneliti peran seni khat dalam membangun kemandirian

ekonomi kaligrafer.

C. Kerangka Berpikir

Garis besar penelitian ini membahas mengenai

perkembangan bisnis produksi kaligrafi di Kudus. Seni khat

atau kaligrafi merupakan seni menulis indah yang sangat kaya

akan ilmu pengetahuan, estetika, serta khazanah

kebudayaannya. Seorang yang menekuni seni khat atau bisa

disebut dengan kaligrafer telah menjadikan kaligrafi sebagai

jalan hidup mereka dalam memenuhi kebutuhan lahiriah

maupun batiniah mereka. Seseorang yang telah menjadikan

kaligrafi sebagai profesi mereka berarti mereka telah mampu

memberdayakan kelebihan yang mereka miliki. Dengan

kaligrafi mereka mampu menciptakan kepercayaan diri.

Kepercayaan diri merupakan salah satu peluang untuk

membangun usaha. Mereka tidak hanya menjadikan kaligrafi

semata-mata sebagai hobi namun lebih dari itu dapat

menumbuhkan kemandirian ekonomi, sehingga hal tersebut

dapat memutar roda perekonomian mereka, serta mencukupi

kebutuhan mereka. Namun dalam menjadi kaligrafer

profesional tidak semudah membalikkan telapak tangan,

mereka harus tekun dalam belajar, berlatih, sabar, lebih teliti,

serta inovatif. Dengan mencoba mengaplikasikan kaligrafi di

berbagai media dan bahan ternyata telah membuka peluang

usaha yang cukup potensial di masyarakat. Hal tersebut tentu

secara tidak langsung telah menumbuhkan kemandirian

ekonomi sehingga lambat-laun dapat mengembangkan

perekonomian mereka. Para kaligrafer di Kudus tentu tidak

serta merta langsung terjun dalam dunia bisnis. Akan tetapi

38 Mohammad Anas, “Kiprah Kiai dalam Membangun Kemandirian

Ekonomi Pesantren”, 96

Page 27: A. Kajian Teori 1. Seni Khat a. Khatrepository.iainkudus.ac.id/4107/5/5. BAB II.pdf9 Sirojuddin, Gores Kalam Butir-Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia,

37

ada beberapa langkah yang telah mereka lalui sebagai bekal

pengalaman sehingga dapat menumbuhkan kemandirian

ekonominya. Hal tersebut di mulai dari pengasahan minat dan

bakat, kemudian mengikuti berbagai perlombaan, mencoba

memberdayakan kemampuannya dalam menulis khot di

berbagai media sehingga mendapat kepercayaan untuk

membuat pesanan kaligrafi hingga akhirnya mereka

kembangkan secara terus menerus dan mendapat penghasilan

dari seni kaligrafi ungtuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan

melalui sebuah paradigma penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir