7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nanopartikel Nanopartikel adalah partikel dalam ukuran nanometer yaitu sekitar 1-100 nm (Hosokawa et al. 2007). Nanopartikel merupakan ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam skala nanometer.Ditinjau dari jumlah dimensi yang terletak dalam rentang nanometer, material nano diklasifikasikan menjadi beberapa kategori(Gambar 2.1.), yaitu: material nano berdimensi nol (nanoparticle) seperti oksida logam, semikonduktor ,dan fullerenes; material nano berdimensi satu (nanowire, nanotubes, nanorods); material nano berdimensi dua (thin films); dan material nano berdimensi tiga seperti Nanokomposit, nanograined, mikroporous, mesoporous, interkalasi, organik-anorganik hybrids. (Pokropivny,V. et al, 2007). Gambar 2.1. Skematik Klasifikasi nano material : (a) struktur tiga dimensi (3-D); (b) struktur dua dimensi (2-D); (c) struktur satu dimensi; dan (d) struktur zerodimensi (0-D),(Pokropivny,V. et al, 2007).
36
Embed
repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nanopartikelfarmasi dan kedokteran, transportasi,industri air, elektronika dan kecantikan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nanopartikel
Nanopartikel adalah partikel dalam ukuran nanometer yaitu sekitar 1-100
nm (Hosokawa et al. 2007). Nanopartikel merupakan ilmu dan rekayasa dalam
menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam skala
nanometer.Ditinjau dari jumlah dimensi yang terletak dalam rentang nanometer,
material nano diklasifikasikan menjadi beberapa kategori(Gambar 2.1.), yaitu:
material nano berdimensi nol (nanoparticle) seperti oksida logam, semikonduktor
,dan fullerenes; material nano berdimensi satu (nanowire, nanotubes, nanorods);
material nano berdimensi dua (thin films); dan material nano berdimensi tiga
seperti Nanokomposit, nanograined, mikroporous, mesoporous, interkalasi,
organik-anorganik hybrids. (Pokropivny,V. et al, 2007).
Gambar 2.1. Skematik Klasifikasi nano material : (a) struktur tiga dimensi
(3-D); (b) struktur dua dimensi (2-D); (c) struktur satu dimensi; dan (d) struktur
zerodimensi (0-D),(Pokropivny,V. et al, 2007).
8
Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena material yang
berada dalam ukuran nano biasanya memiliki partikel dengan sifat kimia atau
fisika yang lebih unggul dari material yang berukuran besar (bulk).(C. R. Vestal et
al. 2004; Cao, Guozhong, 2004). Dua hal utama yang membuat nanopartikel
berbeda dengan material sejenis dalam ukuran besar (bulk) yaitu:
1. Karena ukurannya yang kecil, nanopartikel memiliki nilai perbandingan
antara luas permukaan dan volume yang lebih besar jika dibandingkan
dengan partikel sejenis dalam ukuran besar. Ini membuat nanopartikel
bersifat lebih reaktif. Reaktivitas material ditentukan oleh atom-atom di
permukaan, karena hanya atom-atom tersebut yang bersentuhan langsung
dengan material lain;
2. Ketika ukuran partikel menuju orde nanometer, maka hukum fisika yang
berlaku lebih didominasi oleh hukum- hukum fisika kuantum.(Abdullah
M., et al, 2008)
Sifat-sifat yang berubah pada nanopartikel biasanya berkaitan dengan
fenomena-fenomena berikut ini. Pertama adalah fenomena kuantum sebagai
akibat keterbatasan ruang gerak elektron dan pembawa muatan lainnya dalam
partikel. Fenomena ini berimbas pada beberapa sifat material seperti perubahan
warna yang dipancarkan, transparansi, kekuatan mekanik, konduktivitas listrik,
dan magnetisasi. Kedua adalah perubahan rasio jumlah atom yang menempati
permukaan terhadap jumlah total atom. Fenomena ini berimbas pada perubahan
titik didih, titik beku, dan reaktivitas kimia. Perubahan-perubahan tersebut
diharapkan dapat menjadi keunggulan nanopartikel dibandingkan dengan partikel
9
sejenis dalam keadaan bulk. Para peneliti juga percaya bahwa kita dapat
mengontrol perubahan-perubahan tersebut ke arah yang diinginkan. (Abdullah
M.,et al, 2008)
Selain nanopartikel juga dikembangkan material nanostruktur, yaitu
material yang tersusun oleh beberapa material nanopartikel. Untuk menghasilkan
material nanostruktur maka partikel-partikel penyusunnya harus diproteksi
sehingga apabila partikel-partikel tersebut digabung menjadi material yang
berukuran besar maka sifat individualnya dipertahankan. Sifat material
nanostruktur sangat bergantung pada (a) ukuran maupun distribusi ukuran, (b)
komponen kimiawi unsur-unsur penyusun material tersebut, (c) keberadaan
interface (grain boundary), dan (d) interaksi antar grain penyusun material
nanostruktur.
Quantum dot adalah material berukuran kurang dari 100 nanometer yang
mengurung elektron secara 3-dimensi, baik arah x, y dan z. Hal ini dimungkinkan
karena diameter dari quantum dot tersebut sebanding dengan panjang gelombang
dari elektron. Bahkan, disebut bahwa quantum dot ini merupakan atom buatan
(artificial atom). Nanowire adalah material berukuran nanometer yang dapat
mengurung elektron secara 2-dimensi dan bebas bergerak di dimensi yang ketiga,
yaitu ke depan atau ke belakang. (Astuti, 2007)
2.1.1. Keunggulan Sifat Material Berorde Nano
Material berukuran nanometer memiliki sejumlah sifat kimia dan fisika
yang lebih unggul dari material berukuran besar (bulk). Disamping itu material
10
berukuran nanometer memiliki sifat yang kaya karena menghasilkan sifat yang
tidak dimiliki oleh material ukuran besar. Sejumlah sifat tersebut dapat diubah-
ubah dengan melalui pengontrolan ukuran material, pengaturan komposisi
kimiawi, modifikasi permukaan dan pengontrolan interaksi antar partikel.
Material nanopartikel adalah material-material buatan manusia yang berskala
nano, yaitu lebih kecil dari 100nm, termasuk didalamnya nanodot, quantum dot,
nanowire dan carbon nanotube (Abdullah M., et al, 2008). Berikut merupakan
beberapa keunggulan sifat material berorde nano secara umum :
1. Sifat elektrik
Pengaruh size reduction pada sifat elektrik nanopartikel dapat
meningkatkan konduktivitas nanometals, membangkitkan konduktivitas
nanodielektrik, dan meningkatkan induktansi dielektrik untuk ferroelectrics.
Nanomaterial dapat mempunyai energi lebih besar dari pada material
ukuran biasa karena memiliki surface area yang besar. Energy band secara
bertahap berubah terhadap orbital molekul.Umumnya Resistivitas elektrik
mengalami kenaikan dengan berkurangnya ukuran partikel.Contoh aplikasi :
energi densitas yang tinggi dari baterai, nanokristalin merupakan material yang
bagus untuk lapisan pemisah pada baterai karena dia dapat menyimpan energi
yang lebih banyak. Baterai logam nikel-hidrida terbuat dari nanokristalin nikel
dan logam hidrida yang membutuhkan sedikit recharging dan memiliki masa
hidup yang lama.(Pokropivny,V. et al. 2007)
11
2. Sifat optik
Sistem nanokristalin memiliki sifat optikal yang menarik, yang mana
berbeda dengan sifat kristal konvensional. Pengaruh size reduction pada sifat
optik nanopartikel dapat meningkatkan penyerapan (absorbansi) dalam range
ultraviolet (blue shift), Osilasi penyerapan optik, dan meningkatkan nilai band
gap. Kunci peyumbang faktor masuknya quantum tertutup dari pembawa
elektrikal pada nanopartikel, energi yang efisien dan memungkinkan terjadinya
pertukaran karena jaraknya dalam skala nano serta memiliki sistem dengan
interface yang tinggi. Dengan perkembangan teknologi dari material mendukung
perkembangan sifat nanofotonik. Dengan sifat optik linear dan non linear material
nano dapat dibuat dengan mengontrol dimensi kristal dan surface kimia, teknologi
pembuatan menjadi faktor kunci untuk mengaplikasikan.Contoh aplikasi : pada
optoelektronik., electrochromik untuk liquid crystal display
(LCD).(Pokropivny,V. et al. 2007)
3. Sifat magnetik
Kekuatan magnetik adalah ukuran tingkat kemagnetan. Pengaruh
penurunan ukuran butiran patikel (Size reduction) dan kenaikan spesifik surface
area per satuan volume partikel pada sifat magnetik ini dapat meningkatkan atau
menurunkan koersivitas magnet, menurunkan temperatur Curie, memiliki sifat
paramagnetik atau feromagnetik, membangkitkan temperatur maksimal
magnetoresistance, dan meningkatkan permeability magnetik pada sifat
memiliki sifat magnet yang luar biasa dengan luas permukaan yang besar.
12
Aplikasinya pada mesin kapal, instrumen ultra sensitiv dan magnetic resonance
imaging (MRI) pada alat diagnostik.(Pokropivny,V. et al. 2007)
4. Sifat mekanik
Pengaruh penurunan ukuran butiran patikel (Size reduction) dari partikel
pada sifat mekanik dapatmeningkatkan kekerasan (hardness), kekuatan (strength),
daktilitas (fracture ductility), dan ketahanan aus (wear resistance). Nanomaterial
memiliki kekerasan dan tahan gores yang lebih besar bila dibandingkan dengan
material dengan ukuran biasa.Contoh aplikasi : automobil dengan efisiensi greater
fuel. Nanomaterial diterapkan pada automobil sejak diketahui sifat kuat, keras dan
sangat tahan terhadap erosi, diharapkan dapat diterapkan pada
busi.(Pokropivny,V. et al. 2007)
2.1.2. Perkembangan Nanopartikel
Di Indonesia, perkembangan nano teknologimasih dalam tahap rintisan
karena keterbatasan dana dan fasilitaseksperimen. Dengan kendala yang demikian
membuat kita harusbekerja keras memanfaatkan potensi yang ada di tanah air.
Dalam periode tahun 2010 sampai 2020 akan tejadi percepatan luar biasa dalam
penerapan nanoteknologi di dunia industri dan menandakan bahwa sekarang ini
dunia sedang mengarah pada revolusi nanoteknologi. Negara-negara seperti
Amerika Serikat, Jepang, Australia, Kanada dan negara-negara Eropa, serta
beberapa negara Asia, seperti Singapura, Cina, dan Korea tengah giat-giatnya
mengembangkan suatu cabang baru teknologi yang populer disebut
nanoteknologi.
13
Nanoteknologi akan mempengaruhi industri baja, pelapisan dekorasi,
industri polimer, industri kemasan, peralatan olahraga, tekstil, keramik, industri
farmasi dan kedokteran, transportasi, industri air, elektronika dan kecantikan.
Penguasaan nanoteknologi akan memungkinkan berbagai penemuan baru yang
bukan sekadar memberikan nilai tambah terhadap suatu produk, bahkan
menciptakan nilai bagi suatu produk. Salah satu nanomaterial yang sangat
menarik untuk dikembangkan saat ini adalah nanopartikel magnetik.
Nanopartikel saat ini banyak digunakan pada beragam produk komersial
mulai dari katalis, media cat dan cairan magnetik, hingga kosmetik dan tabir
surya. Suatu review terbaru dari peneliti di Swedia dan Spanyol mendeskripsikan
hasil kerja terkini untuk optimasi sintesis, dispersi, dan fungsionalisasi permukaan
titania (titanium dioksida), seng oksida, dan seria (serium oksida) — tiga
nanopartikel utama yang digunakan pada fotokatalis, penghalau sinar UV
(ultraviolet), dan tabir surya. Review mereka dipublikasikan pada 26 April 2013 di
jurnal Science and Technology of Advanced Materials. (Gifhari, A.S. 2013).
Penemuan baru dalam bidang nanoteknologi muncul hampir dalam tiap
minggu untuk aplikasi-aplikasi baru dalam berbagai bidang, seperti bidang
elektronik (pengembangan piranti (device) ukuran nanometer), energi (pembuatan
sel surya yang lebih efisien), kimia(pengembangan katalis yang lebih efisien,
baterai yang kualitasnya lebih baik), kedokteran (pengembangan peralatan baru
pendeksi sel-sel kanker berdasarkan pada interaksi antarsel kanker dengan
partikel berukuran nanometer), kesehatan (pengembangan obat-obat dengan
ukuran bulir (grain) beberapa nanometer sehingga dapat melarut dalam cepat
14
dalam tubuh dan bereaksi lebih cepat, serta pengembangan obat pintar (smart)
yang bisa mencari sel-sel tumor dalam tubuh dan langsung mematikan sel tersebut
tanpa mengganggu sel-sel normal), lingkungan (penggunaan partikel skala
nanometer untuk menghancurkan polutan organik di air dan udara), dan
sebagainya.(Nanoworldindonesia, 2013)
2.2. Metode Sintesis Nanopartikel
Nanopartikel dapat terjadi secara alamiah ataupun melalui proses sintesis
oleh manusia. Sintesis nanopartikel bermakna pembuatan nanopartikel dengan
ukuran yang kurang dari 100 nm dan sekaligus mengubah sifat atau
fungsinya.Dalam sintesis nanopartikel terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhinya yaitu konsentrasi reaktan, molekul pelapis (capping agent),
temperatur dan pengadukan.
Sintesis nanopartikel dapat dilakukan dalam fasa padat, cair, maupun gas.
Proses sintesis pun dapat berlangsung secara fisika atau kimia. Proses sintesis
secara fisika tidak melibatkan reaksi kimia. Yang terjadi hanya pemecahan
material besar menjadi material berukuran nanometer, atau penggabungan
material berukuran sangat kecil, seperti kluster, menjadi partikel berukuran
nanometer tanpa mengubah sifat bahan. Proses sintesis secara kimia melibatkan
reaksi kimia dari sejumlah material awal sehingga dihasilkan material lain yang
berukuran nanometer (Abdullahet al. 2008).
Secara umum, sintesis nanopartikel akan masuk dalam dua kelompok
besar. Cara pertama adalah memecah partikel berukuran besar menjadi partikel
15
berukuran nanometer. Pendekatan ini kadang disebut pendekatan top-down.
Pendekatan kedua adalah memulai dari atom-atom atau molekul-molekul yang
membentuk partikel berukuran nanometer yang dikehendaki. Pendekatan ini
disebut bottom-up. (Abdullah, M. 2008). Kedua kelompok besar dalam mensintesis
nanopartikel telihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Sintesis nanopartikel top-down dan bottom-up
Pembentukan nanopartikel dengan keteraturan yang tinggi dapat
menghasilkan pola yang lebih seragam dan ukuran yang yang seragam
pula.Kebanyakan penelitian telah mampu menghasilkan nanopartikel yang lebih
bagus dengan menggunakan metoda-metoda yang umum digunakan, seperti:
kopresipitasi, sol-gel, mikroemulsi, hidrotermal/solvoterma, menggunakan
Nanopartikel
Buttom up
(digabung)
Top down
(dipecah)
16
cetakan (templated synthesis), sintesis biomimetik, metoda cairan superkritis, dan
sintesis cairan ionik.
2.3. Metode Kopresipitasi
Kopresipitasi merupakan proses kimia dalam mensintesis senyawa
anorganik yang didasarkan pada pengendapan lebih dari satu substansi secara
bersama–sama ketika melewati titik jenuh.Proses diawali denganadanya zat
terlarut yang mengendap sehingga menghasilkan endapanyang diinginkan.
Pengendapan terjadi sebagai akibat pembentukan kristal campuran. Selain itu
endapan ini dapat pula terbentuk karena adanya absorbsi (penyerapan) ion-ion
selama proses pengendapan (Nugroho, 2010; Pokropivny,V. et al. 2007).
Adsorbsi permukaan merupakan suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida,
cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (adsorben) dan
akhirnya membentuk suatu adsorbat pada permukaannya, umumnya akan paling
besar pada endapan yang mirip gelatin dan paling sedikit pada endapan dengan
sifat makro-kristalin yang menonjol. Pada saat endapan terbentuk, langkah
selanjutnya dalam proses ini adalah meningkatkan kemurnian dari endapan
dengan cara menyaringendapan, melarutkannya lagi dan mengendapkan lagi
secara berulang-ulang.Hal ini dilakukan agar terjadi dekomposisi ion-ion yang
terikat oleh larutan pengikat (larutan basa) sedangkan ion-ion yang tidak terikat
oleh larutan pengikat akan bereaksi membentuk produk/hasil reaksi. Kopresipitasi
memiliki reaksi fisik dan kimia yang dapat dilihat pada tabel 2.5(Sholihah, 2010
dan Fernandez, 2011).
17
. Tabel 2.1.Reaksi fisik dan kimia dari metode kopresipitasi
Sifat Fisik Sifat Kimia
Suhu reaksi yang diperlukan , 100o C Proses Kopresipitasi akan
meninggakatkan pH
Pada Kopresipitasi dilakukan
pengadukan secara terus menerus agar
larutan homogen
Kopresipitasi dilakukan pada larutan
encer agar memudahkan proses
penyaringan
Memiliki ukuran partikel hasil sintetis
lebih kecil daripada metode sol state
dan lebih besar daripada metode sol gel
Meningkatkan homogenitas dengan
penambahan larutan pengendap.
Produk dari metode ini diharapkan memiliki ukuran partikel yang lebih
kecil dan lebih homogen daripada metoda solid state dan ukuran partikel yang
lebih besar dari pada metoda sol-gel. Bila suatu endapan memisah dari dalam
suatu larutan, endapan itu tidak selalu sempurna murninya, kemungkinan
mengandung berbagai jumlah zat pengotor, bergantung pada sifat endapan dan
kondisi pengendapan. Kontaminasi endapan oleh zat-zat yang secara normal larut
dalam cairan induk dinamakan kopresipitasi. Kita harus membedakan dua jenis
kopresipitasi yang penting. Yang pertama adalah yang berkaitan dengan adsorpsi
pada permukaan partikel yang terkena larutan, dan yang kedua adalah yang
sehubungan dengan oklusi zat asing sewaktu proses pertumbuhan kristal dari
partikel-partikel primer.
18
2.3.1. Kemurnian endapan
Setelah proses pengendapan masalah berikut adalah bagaimana cara mendapatkan
endapan semurni mungkin untuk mendapatkan hasil analisis seteliti mungkin. Ikut
sertanya pengotor pada endapan dapat dibedakan menjadi:
1.Pengendapan bersama (ko-presipitasi)
Pada proses pengotoran ini, zat pengotor mengendap bersama-sama endapan
yang diinginkan.Bentuk atau macam pengendapan bersama ini dapat
dibedakan:
a. Adsorpsi permukaan; zat pengotor teradsorpsi atau terserap pada permukaan
endapan, peristiwa ini dapatterjadi pada endapan berbentuk jel, karena
mempunyai luas permukaan cukup besar. Contoh ikut mengendapnya NaCl
pada endapan AgCl.
b. Inklusi isomorf; zat pengotor masuk kedalam kisi hablur endapan, dan
membentuk hablur campuran
c. Inklusi tak isomorf; zat pengotor larut dalam endapan dan membentuk
lapisan endapan. Contoh :pengotoran barium sulfat oleh barium nitrat.
d. Oklusi; zat pengotor terkurung dalam hablur endapan
2.Pengendapan susulan (post presipitasi)
Proses ini berupa pengendapan zat pengotor setelah selesainya
pengendapan zat yang diinginkan atau terjadinya endapan kedua pada permukaan
endapan pertama. Berbeda dengan pengendapan bersama , dimana endapan dan
19
pengotor mengendap bersama-sama. Pada proses ini senyawa yang diinginkan
mengendap dulu, baru zat pengotor menyusul mengendap. Makin lama endapan
dibiarkan dalam induk larutannya, makin meningkat jumlah zat pengotor
menyusul mengendap.
2.4. Bahan Nanopartikel
2.4.1. Tembaga (Cu)
Tembagamerupakan suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cu dan nomor atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa Latin
Cuprum.Bahan ini merupakan konduktor panas dan listrik yang baik.Disamping
itu tembaga merupakan salah satu logam non-ferrous yang paling penting dan
banyak dipakai mulai dari industri sederhana sampai industri berteknologi tinggi.
Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga(I) diturunkan
dari senyawa tembaga(I) oksida (Cu2O), mengandung ion tembaga(I), Cu2+.
Senyawa tembaga(I) mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga(II
), yang dapat diturunkan dari tembaga(II) oksida, CuO.
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun
hanya tembaga(II) yang stabil dan mendominasi dalam larutan air. Dalam larutan
air, hampir semua garam tembaga(II) berwarna biru, yang karakteristik dari warna
ion kompleks koordinasi 6, [𝐶𝐶𝐶𝐶(𝐻𝐻2𝑂𝑂)6]2+. Kekecualian yang terkenal yaitu
tembaga(II) klorida yang berwarna kehijauan oleh karena ion kompleks
[𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶4]2−yang mempunyai bangun geometri dasar tetrahedral atau bujursangkar
bergantung pada kation pasangannya.
20
Garam-garam tembaga(II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk
hidrat, padat, maupun dalam larutan air. Warna ini benar-benar khas hanya untuk
ion tetraakuokuprat(II) saja. Garam-garam tembaga(II) anhidrat, seperti
tembaga(II) sulfat anhidrat Cu2SO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam
larutan air selalu terdapat ion kompleks tetrakuo (Vogel, 1990).
Gambar 2.3.Tembaga
2.4.2. Sifat Kimia Tembaga
Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan
terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatau
lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa,
Cu(OH)2CO3.
Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Berekasi
dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan untuk
reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida , khusus klor yang
menghasilkan tembaga(II) klorida.
Pada umumnya lapisan tembaga adalah lapisan dasar yang harus dilapisi
lagi dengan nikel atau khrom. Pada prinsipnya merupakan proses pengendapan
logam secara elektrokimia, digunakan listrik arus searah (DC). Jenis elektrolit
yang digunakan adalah tipe alkali dan tipe asam.
21
Tabel 2.2.Data Sifat Kimia Tembaga
Data sifat kimia Keterangan Nama, lambang, nomor atom Tembaga, Cu, 29 Deret kimia Logam transisi Golongan, periode, blok 1B, 4, d Massa atom (g/mol) 63,546 Konfigurasi elektron [𝐴𝐴𝐴𝐴]3𝑑𝑑104𝑠𝑠1 Jumlah elektron tiap kulit 2, 8, 18, 1 Bilangan oksida(oksida amfoter) 2, 1 Elektronegatifitas (skala pauling) 1,90 ionisasi (kJ/mol) pertama: 745,5
kedua : 1957,9 ketiga : 3555
Jari-jari atom (pm) 135 Jari-jari kovalen (pm) 138 Struktul kristal Face centered cubic
Tabel 2.3 Beberapa senyawaan yang dibentuk oleh tembaga
Tembaga(II) Nama
CuO
Cu(OH)2
CuCl2
CuF2
CuS
CuSO4.5H2O
Cu(NO3)2.3H2O
tembaga(II) oksida
tembaga(II) hidroksida
tembaga(II) klorida
tembaga(II) fluorida
tembaga(II) sulfida
tembaga(II) sulfat pentahidrat atau vitriol biru
tembaga(II) nitrat trihidrat
2.4.3. Sifat Fisika Tembaga
Tembaga merupakan logam yang berwarna kuning kemerahan seperti
emas kuning dank eras bila tidak murni. Mudah ditempa(liat) dan bersifat mulur
22
sehingga mudah dibentuk menjadi pipa, lembaran tipis dan kawat. Konduktor