8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Tanah 2.1.1. Definisi Tanah Menurut Hary Christiady Hardiyatmo dalam bukunya, Mekanika Tanah I Edisi Kelima, dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock). Sedangkan menurut Terzaghi yaitu ““tanah terdiri atas butiran-butiran hasil pelapukan massa batuan massive, dimana ukuran tiap butirnya dapat sebesar kerikil-pasir-lanau- lempung dan kontak antar butir tidak tersementasi termasuk bahan organik. Ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik atau oksida-oksida yang mengendap di antara partikel-partikel. Ruang di antara partikel-partikel dapat berisi air, udara ataupun keduanya. Proses pelapukan batuan atau geologi lainnya yang terjadi di dekat permukaan bumi membentuk tanah. Pembentukan tanah dari batuan induknya, dapat berupa proses fisik maupun kimia. Proses pembentukan tanah secara fisik yang mengubah batuan menjadi partikel- partikel yang lebih kecil, terjadi akibat pengaruh erosi, angin, air, es, manusia atau hancurnya partikel tanah akibat perubahan suhu atau cuaca. Umumnya, pelapukan akibat proses kimia dapat terjadi oleh pengaruh oksigen, karbondioksida, air (terutama yang mengandung asam atau alkali) dan proses-proses kimia lainnya.
55
Embed
repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 8773 › BAB II.pdf?sequence=2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Repository Homemagnesium. Karena adanya gaya ikatan van der
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Tanah
2.1.1. Definisi Tanah
Menurut Hary Christiady Hardiyatmo dalam bukunya, Mekanika
Tanah I Edisi Kelima, dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan
mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose),
yang terletak di atas batuan dasar (bedrock). Sedangkan menurut Terzaghi
yaitu ““tanah terdiri atas butiran-butiran hasil pelapukan massa batuan
massive, dimana ukuran tiap butirnya dapat sebesar kerikil-pasir-lanau-
lempung dan kontak antar butir tidak tersementasi termasuk bahan organik.
Ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh
karbonat, zat organik atau oksida-oksida yang mengendap di antara
partikel-partikel. Ruang di antara partikel-partikel dapat berisi air, udara
ataupun keduanya. Proses pelapukan batuan atau geologi lainnya yang
terjadi di dekat permukaan bumi membentuk tanah. Pembentukan tanah
dari batuan induknya, dapat berupa proses fisik maupun kimia. Proses
pembentukan tanah secara fisik yang mengubah batuan menjadi partikel-
partikel yang lebih kecil, terjadi akibat pengaruh erosi, angin, air, es,
manusia atau hancurnya partikel tanah akibat perubahan suhu atau cuaca.
Umumnya, pelapukan akibat proses kimia dapat terjadi oleh pengaruh
oksigen, karbondioksida, air (terutama yang mengandung asam atau alkali)
dan proses-proses kimia lainnya.
9
Didalam bukunya “Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika
Tanah)” , Joseph E. Bowles mengartikan melalui pemeriksaaan visual akan
terlihat bahwa blok tanah itu akan terdiri atas pori-pori atau rongga (voids)
dan butiran tanah. Pori-pori tanah adalah ruang terbuka di antara butiran-
butiran tanah, dengan berbagai ukuran. Salah satu unsur yang terdapat
pada pori-pori tanah adalah kelembaban tanah yang dimana dapat
menyebabkan tanah terlihat basah, lembab ataupun kering. Air di dalam pori
atau rongga disebut air pori, mungkin ada dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi seluruh rongga (tanah jenuh) atau mungkin hanya ada di
sekeliling butiran tanah saja. Sedangkan butiran tanah adalah partikel padat
yang bersifat makroskopis atau mikroskopis dalam ukurannya. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tanah terdiri dari tiga komponen penyusun utama
yaitu udara, air dan butiran padat (Gambar 2.1)
Gambar 2.1 Diagram Fase Tanah
2.1.2. Komposisi dan Istilah Tanah
Tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri atas salah satu
atau seluruh jenis berikut (Joseph E.Bowles) :
10
a. Berangkal (boulders), potongan batuan yang besar, biasanya
lebih besar dari 250 sampai 300 mm. Untuk kisaran ukuran 150
sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles)
atau pebbles.
b. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150
mm.
c. Pasir (sand), partikel batuan berukuran 0,074 mm sampai 5 mm
berkisar dari kasar (3 sampai 5 mm) sampai halus (<1 mm).
d. Lanau (silt), partikel batuan yang berukuran dari 0,002 sampai
0,074 mm. Lanau (dan lempung) dalam jumlah yang besar
ditemukan dalam deposit yang disedimentasikan ke dalam danau
atau di dekat garis pantai pada muara sungai (sepanjang Pantai
Gulf dan Lautan Atlantik dan Lautan Teduh). Deposit loess terjadi
bila angin mengangkut partikel-partikel sedemikian rupa
sehingga deposit yang dihasilkan mempunyai ukuran butir yang
hampir sama.
e. Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari
0,002 mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari
kohesi pada tanah yang “kohesif”.
f. Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam”, berukuran lebih
kecil dari 0,001 mm.
11
Istilah pasir, lempung, lanau atau lumpur digunakan untuk
menggambarkan ukuran partikel pada batas ukuran butiran tanah yang
telah ditentukan. Akan tetapi, istilah yang sama juga digunakan untuk
menggambarkan sifat tanah yang khusus. Sebagai contoh, lempung adalah
jenis tanah yang bersifat kohesif dan plasits, sedangkan pasir digambarkan
sebagai tanah yang tidak kohesif dan tidak plastis.
`
Gambar 2.2 Klasifikasi butiran menurut sistem USDA, ASTM, MIT
International Nomenclature dan British Standard BS 6930 (Kovacs, 1981)
Tanah yang rentang, partikelnya terdiri atas rentang ukuran kerikil
dan pasir disebut tanah berbutir kasar (coarse grained) dan bila partikelnya
kebanyakan berukuran partikel lanau dan lempung disebut tanah berbutir
12
halus (fine grained). Jika mineral lempung terdapat pada suatu tanah,
biasanya akan sangat mempengaruhi sifat tanah tersebut, meskipun
persentasenya tidak terlalu besar. Secara umum tanah disebut kohesif bila
partikel-partikelnya saling melekat setelah dibasahi kemudian dikeringkan
dan diperlukan gaya yang cukup besar untuk meremas tanah tersebut, dan
ini tidak termasuk tanah yang partikel-partikelnya saling melekat ketika
dibasahi akibat tegangan permukaan.
Tanah termasuk tipe pasir atau kerikil (disebut juga tanah berbutir
kasar) jika setelah kerakal atau berangkalnya disingkirkan, lebih dari 50%
material tersebut tertahan pada ayakan No. 200 (0,075 mm). Tanah
termasuk tipe lanau atau lempung (disebut juga tanah berbutir halus) jika
setelah kerakalnya atau berangkalnya disingkirkan, lebih dari 50% material
tersebut lolos ayakan No. 200. Pasir dan kerikil dapat dibagi lagi menjadi
fraksi-fraksi kasar, medium, dan halus. Pasir dan kerikil juga dapat
dideskripsikan sebagai bergradasi baik, bergradasi buruk, bergradasi
seragam, atau bergradasi timpang (gap-graded).
2.2. Deskripsi Tanah Lempung
2.2.1 Karakteristik Tanah Lempung
Tanah lempung merupakan tanah yang bersifat multi component
yang terdiri dari Tanah lempung merupakan tanah yang bersifat multi
component yang terdiri dari tiga fase yaitu padat, cair dan udara. Bagian
yang padat merupakan polyamorphous terdiri dari mineral inorganis dan
13
organis. Mineral-mineral lempung merupakan substansi-substansi kristal
yang sangat tipis yang pembentukan utamanya berasal dari perubahan
kimia pada pembentukan mineral-mineral batuan dasar. Semua mineral
lempung sangat tipis kelompok-kelompok kristalnya berukuran koliod
(<0,002 mm) dan hanya dapat dilihat dengan miksroskop electron.
Mitchell (1976) memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan
ukuran butir lempung adalah partikel tanah yang berukuran lebih kecil dari
0,002 mm, sedangkan mineral lempung adalah kelompok kelompok partikel
kristal berukuran koloid (< 0,002 mm) yang terjadi akibat proses pelapukan
dan batuan ditambah dengan sifatnya yang dijelaskan lebih lanjut.
Sedangkan menurut Craig (1987), tanah lempung adalah mineral tanah
sebagai kelompok-kelompok pertikel kristal koloid berukuran kurang dari
0,002 mm, yang terjadi akibat proses pelapukan kimia pada batuan yang
salah satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam ataupun alkali,
dan karbondioksida.
Mineral lempung merupakan pelapukan akibat reaksi kimia yang
menghasilkan susunan kelompok partikel berukuran koloid dengan
diameter butiran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel lempung dapat
berbentuk seperti lembaran yang mempunyai permukaan khusus. Karena
itu, tanah lempung mempunyai sifat sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya
permukaan. Secara umum kira-kira 15 macam mineral diklasifikasikan
sebagai mineral lempung. Di antaranya terdiri dari kelompok-kelompok
14
yaitu montmorillonite, illite, kaolinite, dan polygorskite. Kelompok yang lain,
yang perlu diketahui adalah chlorite, vermiculite, dan hallosite.
Susunan pada kebanyakan tanah lempung terdiri dari silika
tetrahedra dan alumunium okthedra (Gambar 2.3). Silika dan aluminium
secara parsial dapat digantikan oleh elemen yang lain dalam kesatuannya,
keadaan ini dikenal sebagai substansi isomorf. Kombinasi dari susunan
kesatuan dalam bentuk susunan lempeng terbentuk oleh kombinasi
tumpukan dari susunan lempeng dasarnya dengan bentuk yang berbeda-
beda.
Gambar 2.3 Mineral-Mineral Lempung (Mitchell, 1976)
Kaolinite merupakan mineral dari kelompok kaolin, terdiri dari
susunan satu lembaran silika tetrahedra dengan lembaran aluminium
oktahedra, dengan satuan susunan setebal 7,2 Å (1 angstrom = 10-10 m)
(Gambar 2.4a). Kedua lembaran terikat bersama-sama, sedemikian rupa
sehingga ujung dari lembaran silika dan satu dari lepisan lembaran
15
oktahedra membentuk sebuah lapisan tunggal. Dalam kombinasi lembaran
silika dan aluminium, keduanya terikat oleh ikatan hydrogen (Gambar 2.4b).
Pada keadaan tertentu, partikel kaolinite mungkin lebih dari seratus
tumpukan yang sukar dipisahkan. Karena itu, mineral ini stabil dan air tidak
dapat masuk di antara lempengannya untuk menghasilkan pengembangan
atau penyusutan pada sel satuannya.
Gambar 2.4 (a) Diagram Skematik Struktur Kaolinite dan (b) Struktur Atom
Kaolinite (Mitchell, 1976)
Halloysite hampir sama dengan kaolinite, tetapi kesatuan yang
berturutan lebih acak ikatannya dan dapat dipisahkan oleh lapisan tunggal
molekul air. Jika lapisan tunggal air menghilang oleh karena proses
penguapan, mineral ini akan berkelakuan lain. Maka, sifat tanah berbutir
halus yang mengandung halloysite akan berubah secara tajam jika tanah
dipanasi sampai menghilangkan lapisan tunggal molekul airnya. Sifat
khusus lainnya adalah bahwa bentuk partikelnya menyerupai silinder
silinder memanjang, tidak seperti kaolinite yang berbentuk pelat-pelat.
16
Montmorillonite, disebut juga dengan smectit, adalah mineral yang
dibentuk oleh dua buah lembaran silika dan satu lembaran aluminium
(gibbsite) (Gambar 2.5a). lembaran oktahedra terletak di antara dua
lembaran silika dengan ujung tetrahedral tercampur dengan hidroksil dari
lembaran oktahedra untuk membentuk satu lapisan tunggal (Gambar 2.5b).
Dalam lembaran oktahedra terdapat substitusi parsial aluminium oleh
magnesium. Karena adanya gaya ikatan van der Waals yang lemah di
antara ujung lembaran silika dan terdapat kekurangan muatan negative
dalam lembaran oktahedra, air dan ion-ion yang berpindah-pindah dapat
masuk dan memisahkan lapisannya. Jadi, kristal montmorillonite sangat
kecil, tapi pada waktu tertentu mempunyai gaya Tarik yang kuat terhadap
air. Tanah-tanah yang mengandung montmorillonite sangat mudah
mengembang oleh tambahan kadar air, yang selanjutnya tekanan
pengembangannya dapat merusak struktur ringan dan perkerasan jalan
raya. Di samping itu tanah yang mengandung montmorillonite juga
mempunyai daya susut yang tinggi pada waktu musim kemarau. Faktor
kembang susut ini yang mengakibatkan struktur perkerasan jalan maupun
struktur ringan lainnya mengalami kerusakan.
17
Gambar 2.5 (a). Diagram Skematik Struktur Monmorillonite dan (b).
Struktur Atom Monmorillonite (Mitchell, 1976)
Illite adalah bentuk mineral lempung yang terdiri dari mineral mineral
kelompok illite. Bentuk susunan dasarnya terdiri dari sebuah lembaran
aluminium oktahedra yang terikat di antara dua lembaran silica tetrahedra.
Dalam lembaran oktahedra, terdapat substitusi parsial aluminium oleh
magnesium dan besi, dan dalam lembaran tetrahedral terdapat pula
substitusi silikon oleh aluminium (Gambar 2.6). Lembaran lembaran terikat
besama-sama oleh ikatan lemah ion-ion kalium yang terdapat di antara
lembaranlembarannya. Ikatan-ikatan dengan ion kalium (K+) lebih lemah
daripada ikatan hidrogen yang mengikat satuan Kristal kaolinite, tapi sangat
lebih kuat daripada ikatan ionik yang membentuk kristal montmorillonite.
18
Susunan Illite tidak mengembang oleh gerakan air di antara lembaran-
lembarannya.
Gambar 2.6 Diagram Skematik Struktur Illite (Mitchell, 1976)
Air biasanya tidak banyak mempengaruhi kelakuan tanah
nonkohesif. Sebagai contoh, kuat geser tanah pasir mendekati sama pada
kondisi kering maupun jenuh air. Tetapi, jika air berada pada lapisan pasir
yang tidak padat, beban dinamis seperti gempa bumi dan getaran lainnya
sangat mempengaruhi kuat gesernya. Sebaliknya, tanah butiran halus
khususnya tanah lempung akan banyak dipengaruhi oleh air. Karena pada
tanah berbutir halus, luas permukaan spesifik menjadi lebih besar, variasi
kadar air akan mempengaruhi plastisitas tanahnya. Distribusi ukuran
butiran jarang-jarang sebagai faktor yang mempengaruhi kelakuan tanah
butiran halus. Batas-batas Atterberg digunakan untuk keperluan identifikasi
tanah ini.
19
2.2.2 Karakteristik Tanah Lempung Lunak
Tanah lempung lunak merupakan tanah kohesif yang terdiri dari
tanah yang sebagian terbesar terdiri dari butir-butir yang sangat kecil seperti
lempung atau lanau. Sifat lapisan tanah lempung lunak adalah gaya
gesernya yang kecil, kemampatan yang besar, koefisien permeabilitas yang
kecil dan mempunyai daya dukung rendah dibandingkan tanah lempung
lainnya. Tanah-tanah lempung lunak secara umum mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Kuat geser tanah yang rendah.
2. Berkurang kuat geser apabila kadar air bertambah.
3. Berkurang kuat geser apabila struktur tanahnya terganggu.
4. Bila basah, bersifat plastis dan mudah mampat.
5. Menyusut bila kering dan mengembang bila basah
6. Komprebilitasnya besar.
7. Berubah volumenya dengan bertambahnya waktu akibat rangkak
pada beban yang konstan.
8. Merupakan material kedap air.
Daerah dengan lempung lunak banyak dijumpai didaerah dataran
rendah dan disekitar pantai terutama dimuara sungai-sungai besar sebagai
tanah endapan alluvial atau delta. Misalnya dijumpai seperti dilokasi:
1. Pantai Sumatera sebelah timur, disekitar muara sungai Sigli,
muara sungai Kuala Tanjung, muara sungai Belawan. Dibagian
tengah Sumatera, disekitar Dumai, sungai Pakning, sungai
20
Kampaar, sungai Batanghari kodya Pekanbaru. Sumatera
selatan di daerah sungai Musi, wilayah sekitar Palembang.
Sebagian barat Sumatera, misalnya disekitar kota Meulaboh,
kota Tapak Tuan, kota Sibolga, Air Bangis.
2. Dihampir seluruh pantai utara pulau Jawa misalnya, sekitar
daerah Jakarta Utara atau Tanjung Priok, daerah Muara Angke,
Muara Karang, daerah Sunter, daerah kodya Cirebon, kodya
Semarang dan Sluke.
3. Kalimatan misalnya disekitar daerah kodya Pontianak, Ketapang,
Sebamban, Pulo Laut, Tarakan.
4. Sulawesi misalnya daerah Maros, Watampone, Malili, Poso,
Kolonadale, Luwuk.
5. Irian jaya misalnya Sorong, Biak, daerah Serui, Kaimana, Nabire,
Ewer.
Gambar 2.7 Daerah Penyebaran Tanah Lunak di Indonesia (Geosistem)
21
Menurut Terzaghi (1967) tanah lempung kohesif diklasifikasikan
sebagai tanah lempung lunak apabila mempunyai daya dukung ultimit lebih
kecil dari 0,5 kg/cm2 dan nilai standard penetrasi tes lebih kecil dari 4 (N-
value < 4). Berdasarkan uji lapangan, lempung lunak secara fisik dapat
diremas dengan mudah oleh jari-jari tangan. Toha (1989) menguraikan sifat
umum lempung lunak seperti dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Sifat-Sifat Umum Lempung Lunak (Toha, 1989)
Menurut Bowles (1989), mineral-mineral pada tanah lempung
umumnya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Hidrasi
Partikel-partikel lempung dikelilingi oleh lapisan-lapisan molekul
air yang disebut sebagai air terabsorbsi. Lapisan ini pada
umumnya mempunyai tebal dua molekul karena itu disebut
sebagai lapisan difusi ganda atau lapisan ganda.
2. Aktivitas
Tepi – tepi mineral lempung mempunyai muatan negatif netto. Ini
mengakibatkan terjadinya usaha untuk menyeimbangkan muatan
ini dengan tarikan kation. Tarikan ini akan sebanding dengan
22
kekurangan muatan netto dan dapat juga dihubungkan dengan
aktivitas lempung tersebut. Aktivitas ini didefinisikan sebagai :
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑃𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐿𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔… … … … … … . . (2.1)
dimana persentasi lempung diambil dari fraksi tanah yang < 2 μm.
Aktivitas juga berhubungan dengan kadar air potensial relatif.
Nilai-nilai khas dari aktivitas dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Nilai-nilai khas dari aktivitas (Bowles, 1984)
3. Flukolasi dan Dispersi
Flokulasi adalah peristiwa penggumpalan partikel lempung di
dalam larutan air akibat mineral lempung umumnya mempunyai
pH > 7 dan bersifat alkali tertarik oleh ion- ion H+ dari air, gaya
Van Der Waal. Untuk menghindari flokulasi larutan air dapat
ditambahkan zat asam. Tiang pancang yang dipancang ke dalam
lempung lunak yang jenuh akan membentuk kembali struktur
tanah di dalam suatu zona di sekitar tiang tersebut. Kapasitas
beban awal biasanya sangat rendah, tetapi sesudah 30 hari atau
lebih, beban desain dapat terbentuk akibat adanya adhesi antara
lempung dan tiang.
23
4. Pengaruh Air
Fasa air di dalam tanah lempung tidaklah berupa air yang murni
secara kimiawi. Air ini menentukan sifat plastisitas lempung.
Fenomena utama dari lempung adalah massanya yang telah
mengering dari suatu kadar air awal mempunyai kekuatan yang
cukup besar. Apabila air ditambahkan, bahan tersebut akan
menjadi plastis dengan kekuatan yang lebih kecil dibandingkan
bongkahan sebelumnya. Terlihat bahwa kerapatan yang lebih
tinggi akibat pemampatan dan jarak yang berdekatan
menimbulkan pengaruh maksimum dari tarikan gaya
antarpartikel. Kita dapat langsung mengamati bahwa kekuatan
lempung akan bervariasi dari nilai yang sangat rendah (S=100%)
sampai nilai yang sangat tinggi.
Lapisan lunak umumnya terdiri dari tanah yang sebagian besar terdiri
dari butiran-butiran yang sangat kecil seperti lempung atau lanau. Pada
lapisan lunak, semakin muda umur akumulasinya, semakin tinggi letak
muka airnya. Lapisan muda ini juga kurang mengalami pembebanan
sehingga sifat mekanisnya buruk dan tidak mampu memikul beban.
Sifat lapisan tanah lunak adalah gaya gesernya yang kecil,
kemampatan yang besar, dan koefisien permeabilitas yang kecil. Jadi,
bilamana pembebanan konstruksi melampaui daya dukung kritisnya maka
dalam jangka waktu yang lama besarnya penurunan akan meningkat yang
akhirnya akan mengakibatkan berbagai kesulitan.
24
2.3. Penurunan Tanah Pada Lapisan Tanah Lunak.
Menurut Bowles (1984), semua tanah yang mengalami tegangan
akan mengalami regangan di dalam kerangka tanah tersebut. Regangan ini
disebabkan oleh penggulingan, penggeseran atau penggelinciran dan
terkadang juga kehancuran partikel-partikel tanah pada titik-titik kontaknya.
Akumulasi statistic dari deformasi dalam arah yang ditinjau ini merupakan
regangan. Integrasi regangan (deformasi per satuan panjang) sepanjang
kedalaman pengaruh disebut penurunan. Regangan pada tanah berbutir
kasar dan tanah berbutir halus yang kering atau jenuh sebagai akan terjadi
dengan segera sesudah bekerjanya tegangan. Bekerjanya tegangan
terhadap tanah berbutir halus yang jenuh (dan hampir jenuh) akan
menghasilkan regangan yang tergantung pada waktu. Penurunan yang
dihasilkan akan tergantung juga pada waktu dan disebut penurunan
konsolidasi. Waktu yang terpakai untuk itu didasarkan pada laju konsolidasi.
Jangka waktu terjadinya penurunan konsolidasi tergantung pada
bagaimana cepatnya tekanan pori yang berlebih akibat beban yang bekerja
dapat dihilangkan. Karena itu, koefisien permeabilitas merupakan factor
penting, disamping penentuan berapa jauh jarak air pori yang harus
dikeluarkan dari pori-pori yang ukurannya bertambah kecil untuk dapat
meniadakan tekanan yang berlebih.
Teori umum yang mencakup konsep tekanan pori dan tegangan
efektif adalah salah satu hal yang dikembangkan oleh Terzaghi selama
25
tahun 1920-1974. Teori konsolidasi Terzaghi membuat asumsi-asumsi
sebagai berikut :
1. Tanah adalah, dan tetap akan, jenuh (S = 100%). Penurunan
konsolidasi dapat diperoleh untuk tanah yang tidak jenuh, tetapi
peramalam waktu terjadinya penurunan sangat tidak dapat
dipercaya.
2. Air dan butiran-butiran tanah tidak dapat ditekan.
3. Terdapat hubungan linier antar tekanan yang bekerja dan perubahan
volume.
4. Koefisien permeabilitas (k) merupakan suatu konstanta,
5. Hukum Darcy berlaku (v = ki).
6. Terdapat temperatur yang konstan.
7. Konsolidasi merupakan konsolidasi satu-dimensi (vertikal), sehingga
tidak terdapat aliran air atau pergerakan tanah lateral.
8. Contoh yang digunakan merupakan contoh tidak terganggu