BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan dapat diperoleh secara alami maupun terencana yaitu melalui proses pendidikan. 12,13 Pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu : 12 1. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau terhadap suatu rangsangan tertentu. Oleh karena itu, ‘tahu’ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang ‘tahu’ tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih berkaitan satu dengan lainnya. Kemampuan analisis ditandai dengan penggunaan kata kerja diantaranya dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis yaitu kemampuan menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada, misalnya dapat menyusun, Universitas Sumatera Utara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu, baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overt behavior). Pengetahuan dapat diperoleh secara alami maupun terencana yaitu melalui
proses pendidikan.12,13
Pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu :12
1. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau terhadap suatu rangsangan
tertentu. Oleh karena itu, ‘tahu’ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa seseorang ‘tahu’ tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini diartikan sebagai penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih
berkaitan satu dengan lainnya. Kemampuan analisis ditandai dengan penggunaan kata kerja
diantaranya dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis yaitu kemampuan menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada, misalnya dapat menyusun,
Universitas Sumatera Utara
merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori yang telah
ada.
6. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria yang telah ada, misalnya dapat membandingkan, menanggapi,
menafsirkan, dan sebagainya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan memalui wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur, dapat disesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan di atas.12,13,14
2.2 Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi merupakan suatu prosedur bedah yang dapat dilakukan dengan tang
pencabutan, atau secara transalveolar. Pencabutan ataupun dengan secara pembedahan
melibatkan jaringan keras dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh
bibir dan pipi, serta hubungan gerakan lidah dan rahang. Definisi pencabutan gigi yang ideal
adalah pencabutan tanpa rasa sakit dengan gigi utuh dan trauma minimal terhadap jaringan
pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak
terdapat masalah prostetik di masa mendatang.1,5
Pada tindakan pencabutan gigi perlu dilaksanakan prinsip-prinsip keadaan steril dan
prinsip-prinsip pembedahan. Untuk pencabutan lebih dari satu gigi secara bersamaan
tergantung pada keadaan umum penderita serta keadaan infeksi yang ada ataupun yang
mungkin akan terjadi.8
Pencabutan gigi dengan pembedahan harus dilakukan apabila pencabutan dengan biasa
tidak mungkin dilakukan, atau apabila gigi tersebut impaksi (terpendam). Prinsip-prinsip
pembedahan biasanya relatif sama, diawali dengan pembuatan flep, di teruskan pengambilan
tulang kemudian pengambilan gigi. Gigi dapat diambil secara utuh atau separasi. Pada akhir
prosedur ini jaringan lunak dikembalikan ke tempatnya dan dilakukan jahitan. 1,10,11
Pembedahan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar terhindar dari efek
samping/komplikasi yang tidak diinginkan seperti perdarahan, edema, trismus, dry socket dan
masih banyak lagi. Dokter gigi harus mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang ia
lakukan merupakan suatu tindakan yang ideal, dan untuk mencapai tujuan itu dokter gigi
Universitas Sumatera Utara
harus menyesuaikan tekniknya agar dapat menghadapi kesulitan-kesulitan dan komplikasi
yang mungkin timbul akibat pencabutan dari tiap gigi.1-3,8
2.2.1 Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi
2.2.1.1 Indikasi
Ada beberapa indikasi dilakukannya tindakan pencabutan gigi. Indikasi dilakukan
pencabutan gigi adalah pada gigi supernumerary, gigi impaksi, gigi yang diduga sebagai
fokal infeksi, gigi yang mengalami nekrosis, infeksi periapikal yang tidak dapat dilakukan
terapi endodontik, gigi yang terlibat kista dan tumor, dan gigi sulung yang persistensi.5,18
Selain itu tindakan pencabutan gigi juga dapat dilakukan pada gigi yang sehat dengan tujuan
memperbaiki maloklusi untuk kepentingan perawatan orthodontik dan prostodonsia.5
Sedangkan menurut Starhak (1980) dan Kruger (1974), indikasi dilakukan
pencabutan gigi adalah sebagai berikut :5,18
1. Gigi dengan patologis pulpa, baik akut ataupun kronik, yang tidak mungkin dilakukan
terapi endodontik harus dicabut.
2. Gigi dengan karies yang besar, baik dengan atau tanpa penyakit pulpa atau
periodontal.
3. Penyakit periodontal yang terlalu parah untuk dilakukan perawatan merupakan
indikasi. Pertimbangan ini juga meliputi keinginan pasien untuk kooperatif dalam rencana
perawatan total dan untuk meningkatkan oral hygiene sehingga menghasilkan perawatan
yang bermanfaat.
4. Gigi malposisi.
5. Gigi yang mengalami trauma harus dicabut untuk mencegah kehilangan tulang yang
lebih besar lagi.
6. Beberapa gigi yang terdapat pada garis fraktur rahang harus dicabut untuk
mengurangi kemungkinan infeksi, penyembuhan yang tertunda atau tidak menyatunya
rahang.
7. Keperluan ortodontik (misalnya gigi premolar) dan keperluan prostetik.
2.2.1.2 Kontraindikasi
Ada beberapa kontraindikasi untuk dapat dilakukannya tindakan pencabutan gigi:18
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor lokal
Perikoronitis akut pada molar 3 dengan fasial selulitis, gingivitis, stomatitis, sinusitis
akut maksila pada molar dan premolar atas.
2. Faktor sistemik
a. Diabetes melitus tidak terkontrol.
b. Kelainan darah ( hemofili, leukemia, anemia).
c. Kehamilan pada trimester ke-1 dan trimester ke-3.
d. Kelainan kardiovaskular ( hipertensi).
e. Pasien dengan kelainan hati (hepatitis).
2.3 Perawatan Pasca Pencabutan
Berdasarkan prosedur setelah dilakukan pencabutan gigi, ada beberapa hal yang harus di
instruksikan kepada pasien, sebagai berikut :1,5
1. Pasien dianjurkan beristirahat setelah pencabutan gigi.
2. Untuk mengontrol perdarahan, gigit tampon, kasa atau kapas 30 menit – 1 jam setelah
pencabutan.
3. Untuk menghilangkan rasa sakit resepkan analgesik.
4. Resepkan antibiotik bila di butuhkan.
5. Anjurkan makan makanan yang lunak, tidak panas, dan tidak pedas.
6. Jangan sering meludah di jam-jam pertama pasca pencabutan.
7. Jangan menghisap daerah bekas pencabutan.
8. Jangan sikat gigi di sekitar bekas pencabutan.
9. Jika terjadi pembengkakan, lakukan kompres dingin.
10. Jika dilakukan penjahitan instruksikan pasien untuk kembali lagi setelah satu minggu
untuk membuka jahitan.
2.4 Proses Penyembuhan Soket
Proses perbaikan jaringan setelah terjadi luka secara fisiologi terdiri dari tiga fase yaitu:
1. Fase inflamasi/fase reaktif
Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke-lima, dan terdiri atas
fase vaskuler dan seluler. Pada fase vaskuler, pembuluh darah yang ruptur pada luka akan
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan perdarahan dan tubuh akan mencoba menghentikannya melalui vasokonstriksi,
pengerutan ujung pembuluh darah yang putus, dan reaksi homeostasis. Pada fase ini terjadi
aktivitas seluler yaitu dengan pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah
(diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik
yang membantu mencerna bakteri dan debris pada luka. Beberapa jam setelah luka, terjadi
invasi sel inflamasi pada jaringan luka. Sel polimorfonuklear (PMN) bermigrasi menuju
daerah luka dan setelah 24-48 jam terjadi transisi sel PMN menjadi sel mononuklear atau
makrofag yang merupakan sel paling dominan pada fase ini selama lima hari dengan jumlah
paling tinggi pada hari ke-dua sampai hari ke-tiga. Pada fase ini, luka hanya dibentuk oleh
jalinan fibrin yang sangat lemah. Setelah proses inflamasi selesai, maka akan dimulai fase
proliferasi pada proses penyembuhan luka.1,23
2. Fase proliferasi
Fase ini disebut juga fase fibroplasia, karena yang menonjol adalah proses proliferasi
fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga
yang ditandai dengan deposisi matriks ekstraselular, angiogenesis, dan epitelisasi. Fibroblas
memproduksi matriks ekstraselular, kolagen primer, dan fibronektin untuk migrasi dan
proliferasi sel. Fibroblas berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan
mukopolisakarida, asam amino-glisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar serat kolagen
yang akan mempertautkan tepi luka. Proses angiogenesis juga terjadi pada fase ini yang
ditandai dengan terbentuknya formasi pembuluh darah baru dan dimulainya pertumbuhan
saraf pada ujung luka. Pada saat ini, keratinosit berproliferasi dan bermigrasi dari tepi luka
untuk melakukan epitelisasi menutup permukaan luka, menyediakan barier pertahanan alami
terhadap kontaminan dan infeksi dari luar. Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal, terlepas
dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel
baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses ini baru terhenti ketika sel epitel saling
menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka dan
dengan pembentukan jaringan granulasi, maka proses fibroplasia akan berhenti dan
dimulailah proses pematangan dalam fase remodeling.1,23
3. Fase remodeling/fase pematangan
Fase ini merupakan fase terakhir dari proses penyembuhan luka pada jaringan lunak dan
kadang-kadang disebut fase pematangan luka. Pada fase ini terjadi perubahan bentuk,
kepadatan, dan kekuatan luka. Selama proses ini, dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis,
lemas, dan mudah digerakkan dari dasarnya. Terlihat pengerutan maksimal dari luka, terjadi
Universitas Sumatera Utara
peningkatan kekuatan luka, dan berkurangnya jumlah makrofag dan fibroblas yang berakibat
terhadap penurunan jumlah kolagen. Secara mikroskopis terjadi perubahan dalam susunan
serat kolagen menjadi lebih terorganisasi. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan
dinyatakan berakhir apabila semua tanda radang sudah hilang. Tubuh berusaha menormalkan
kembali semua yang abnormal karena adanya proses penyembuhan.1,23
Penyembuhan pada soket pencabutan hampir sama dengan penyembuhan secara umum,
hanya saja ada sedikit karakteristik khusus karena melibatkan tulang dan jaringan lunak.
Tahap penyembuhan dari soket setelah pencabutan adalah :17,19
1. Sesaat setelah dilakukan pencabutan akan terjadi pembentukan bekuan darah pada soket
alveolar. Selama 24-48 jam setelah pencabutan terjadi dilatasi pembuluh darah, migrasi
leukemik, dan pembentukan lapisan fibrin.
2. Minggu pertama setelah pencabutan bekuan darah akan membentuk tahanan sementara,
dimana pada saat yang sama sel-sel inflamasi melakukan migrasi. Epitel dipinggir luka mulai
tumbuh, osteoklas menumpuk pada puncak tulang alveolar yang akan menyebabkan resopsi
tulang serta terjadi angiogenesis pada sisa ligamen periodontal.
3. Pada minggu kedua setelah pencabutan, pembuluh darah yang baru mulai masuk
kedalam bekuan darah, trabekula osteoid meluas dari alveolar ke bekuan darah, serta resorbsi
margin kortikal soket alveolar terlihat lebih jelas.
4. Minggu ketiga setelah pencabutan, soket telah terisi jaringan granulasi, epitel permukaan
telah terbentuk sempurna, dan remodeling tulang terus berlanjut sampai beberapa minggu
berikutnya. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan penyembuhan tulang
secara total akan selesai 4-6 bulan setelah pencabutan.
Dan apabila pada proses penyembuhan tersebut, tidak terbentuknya bekuan darah akan
menyebabkan terjadinya dry socket dan memperlambat penyembuhan soket.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Penyembuhan soket pasca pencabutan24
2.5 Komplikasi Pasca Pencabutan
Komplikasi pasca pencabutan adalah suatu respon pasien tertentu yang dianggap sebagai
kelanjutan abnormal dari pembedahan, yaitu perdarahan, rasa sakit, edema dan dry socket.
Tetapi apabila berlebihan maka perlu ditinjau apakah termasuk morbiditas yang biasa terjadi
atau termasuk komplikasi.1-8,17,21
Komplikasi-komplikasi lain yang mungkin terjadi yaitu kegagalan dalam anastesi dan
mencabut gigi baik dengan tang atau dengan bein, fraktur dari gigi maupun mahkota yang