PENDAHULUAN Latar Belakang Karakteristik atau sifat ransum sangat berpengaruh dalam menunjang keberhasilan suatu usaha peternakan. Kebanyakan peternak lebih memilih menggunakan ransum buatan pabrik ketimbang memformulasi sendiri, hal ini menyebabkan biaya produksi lebih besar. Padahal ketersediaan bahan baku lokal cukup banyak dan mudah didapatkan. Akan tetapi kebanyakan bahan pakan ternak mempunyai perbedaan karakteristik atau sifat. Selama ini ada tiga bentuk ransum yang dikenal para peternak, yaitu : 1). tepung (mash), bentuk ini yang lama digunakan di Indonesia. 2). butiran lengkap (pellet), bentuk ini telah mendapat perlakuan teknis dari bentuk mash dan sangat digemari oleh ternak. 3). butiran lengkap terpecah (crumble), ransum ini bentuk butiran tetapi kecil-kecil, sama halnya dengan pellet, pakan ini juga digemari oleh ternak. Ransum bentuk mash kurang digemari 1
120
Embed
repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2162... · Web view repository.unhas.ac.idMenurut Yongki (2010) diantara beberapa komponen bioaktif yang terdapat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karakteristik atau sifat ransum sangat berpengaruh dalam menunjang
keberhasilan suatu usaha peternakan. Kebanyakan peternak lebih memilih
menggunakan ransum buatan pabrik ketimbang memformulasi sendiri, hal ini
menyebabkan biaya produksi lebih besar. Padahal ketersediaan bahan baku lokal
cukup banyak dan mudah didapatkan. Akan tetapi kebanyakan bahan pakan ternak
mempunyai perbedaan karakteristik atau sifat.
Selama ini ada tiga bentuk ransum yang dikenal para peternak, yaitu : 1).
tepung (mash), bentuk ini yang lama digunakan di Indonesia. 2). butiran lengkap
(pellet), bentuk ini telah mendapat perlakuan teknis dari bentuk mash dan sangat
digemari oleh ternak. 3). butiran lengkap terpecah (crumble), ransum ini bentuk
butiran tetapi kecil-kecil, sama halnya dengan pellet, pakan ini juga digemari oleh
ternak. Ransum bentuk mash kurang digemari oleh ternak bila dibandingkan dengan
ransum bentuk pellet dan crumble, akan tetapi ransum mash lebih mudah diserap usus
ayam yang menyebabkan efesiensi lebih baik dan dapat digunakan untuk semua
umur.
Selain bentuk ransum, penyimpanan juga turut andil dalam mendukung
keberhasilan bisnis beternak, karena salah satu fungsi penyimpanan adalah menjaga
stabilitas ketersedian pakan yang cukup dan aman untuk dikonsumsi ternak. Pakan
yang sudah jadi (siap konsumsi) pada umumnya telah mengalami perubahan baik
1
secara kualitatif maupun kuantitatif. Kadar air sebagai salah satu contoh perubahan
kuantitatif. Pakan yang stabil dengan kadar air tertentu dapat berubah stabilitasnya
apabila lingkungan tempat dan lama (waktu) penyimpanan yang tidak mendukung.
Penyimpanan yang terlalu lama merupakan penyebab utama pakan menjadi keras dan
menggumpal serta memungkinkan untuk bertumbuh kembangnya jamur, kapang dan
mikroorganisme lain, sehingga bisa menurunkan kualitas pakan, seperti contoh kasus
yang terjadi pada pakan pabrik (komersial). Biasanya pakan buatan pabrik telah
mengalami penyimpanan, mulai dari gudang, pengangkutan (transportasi) sampai
berakhir ditangan peternak(konsumen).
Salah satu uji yang digunakan untuk mengukur kualitas ransum ini adalah uji
sifat fisik, yaitu : berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpuan, dan
sudut tumpukan. Sekurang-kurangnya keempat uji ini sangat penting diketahui oleh
para peternak, karena disamping bisa dijadikan indikator penurunan kualitas ransum,
turut juga mempengaruhi volume ruang penyimpanan baik curah atau berwadah,
penimbangan dan pengangkutan.
Rumusan Masalah
Usaha yang dilakukan dalam mempertahankan kualitas pakan dengan lama
penyimpanan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti kelembaban, suhu dan
cahaya serta kadar air. Namun yang menjadi permasalahan dalam hal ini adalah
apakah dengan penggunaan kunyit (Curcuma domestica) dan bawang putih (Allium
sativum L) selama penyimpanan berpengaruh terhadap karakteristik fisik pakan.
2
Hipotesa
Diduga dengan penggunaan kunyit (Curcuma domestica) dan bawang putih
(Allium sativum L) dalam pakan selama penyimpanan dapat mempengaruhi
perubahan karakteristik fisik pakan.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan karakteristik fisik pakan
dengan penggunaan kunyit (Curcuma domestica) dan bawang putih (Allium sativum
L) dalam pakan selama penyimpanan yang berbeda.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi mengenai
perubahan karakteristik fisik pakan dengan penggunaan kunyit (Curcuma domestica)
dan bawang putih (Allium sativum L) dalam pakan selama penyimpanan yang
berbeda.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Kunyit
Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial)
yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar
disekitar hutan/bekas kebun. Batang semu, tegak, silindris, dan berwarna hijau
kekuningan. Batang atau rimpang kunyit seperti umbi, terdapat dalam tanah,
bercabang banyak, tebal dan berdaging seperti gasing, dan bagian dalamnya berwarna
kuning jingga. Akar serabut berwarna coklat muda. Berbau khas aromatik, rasa agak
getir (agak pedas, agak pahit). Menurut klasifikasinya kunyit termasuk dalam
kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Liliopsida, subkelas Zingiberidae, ordo
Zingiberales, familia Zingiberaceae dan genus Curcuma (Anonim, 2010a).
Kunyit dapat tumbuh di berbagai tempat, tumbuh liar di ladang, dihutan
(misalnya hutan jati), ataupun ditanam di pekarangan rumah, di dataran rendah
hingga dataran tinggi. Selain itu, kunyit dapat tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya, curah hujannya cukup banyak (2000 mm–4000 mm), atau
ditempat dengan sedikit kenaungan. Namun, untuk mendapatkan rimpang kunyit
yang besar, sebaiknya ditanam ditanah lempung berpasir (Anonim, 2011d).
Kunyit (Curcuma domestica) merupakan salah satu tanaman obat potensial
penghasil kurkumin. Selain sebagai bahan baku obat dapat juga dipakai sebagai
bumbu dapur dan zat pewarna alami. Rimpangnya sangat bermanfaat sebagai
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berbeda sangat nyata (P<0.05)
Kerapatan tumpukan (KT) merupakan perbandingan massa bahan dengan
volume yang ditempati. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan lama
penyimpanan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap kerapatan tumpukan. Dari
Tabel rata-rata terlihat bahwa perlakuan 0 minggu (0,50 kg/m3) memiliki kerapatan
30
tumpukan yang kecil dan perlakuan 6 minggu (0.48 kg/m3) memiliki nilai kerapatan
tumpukan terbesar, hal ini disebabkan oleh ukuran partikel dan juga mungkin
disebabkan oleh kadar air ransum. Hal ini tidak sesuai pendapat Khalil (1999a) bahwa
ukuran partikel berpengaruh terhadap kerapatan tumpukan, yaitu pengecilan ukuran
partikel secara nyata akan menyebabkan penurunan nilai kerapatan tumpukan pada
bahan pakan terutama pada bahan pakan jagung. Lebih lanjut Khalil (1999a)
mengatakan bahwa selain pengecilan ukuran partikel, kandungan air juga
berpengaruh nyata terhadap kerapatan tumpukan sebagian besar sumber protein
hewani dan nabati, pakan hijauan dan bahan pakan sumber energi.
3. Pengaruh Penyimpanan Terhadap Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Rata-rata kerapatan pemadatan tumpukan dalam pakan selama penyimpanan
berbeda dengan penambahan bawang putih dan kunyit dapat di lihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-Rata Kerapatan Pemadatan Tumpukan Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang Putih (gram/ml)
PerlakuanWaktu
Rata-rataW0 W1 W2 W3
R0 0.57 0.58 0.56 0.52 0.56a
R1 0.56 0.59 0.56 0.51 0.56a
R2 0.58 0.58 0.54 0.54 0.56a
R3 0.59 0.60 0.60 0.55 0.59b
R4 0.58 0.60 0.57 0.55 0.58ab
Rata-Rata 0.58b 0.59c 0.57b 0.54a
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berbeda sangat nyata (P<0.05).
Berdasarkan sidik ragam menunjukan bahwa pengawet berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap kerapatan pemadatan tumpukan (KPT) selama penyimpanan. Pada
31
perlakuan R3 ada kecenderungan terjadi peningakatan nilai kerapatan pemadatan
tumpukan dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Tingginya nilai kerapatan
pemadatan tumpukan pada penambahan bawang putih disebabkan adanya komponen
aktif yang terkandung dalamnya yaitu allicin dan minyak atsiri pada bawang putih,
ukuran partikel dan kadar air yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Khalil
(1999) bahwa ukuran partikel berpengaruh nyata terhadap kerapatan pemadatan
tumpukan, yaitu akan meningkatkan nilai kerapatan pemadatan tumpukan. Nilai
kerapatan pemadatan tumpukan ini selain dipengaruhi oleh kadar air dan ukuran
partikel, juga dipengaruhi oleh ketidaktepatan pengukuran. Sebaiknya pengukuran
kerapatan pemadatan tumpukan dilakukan dengan menggunakan mesin penggoyang
yang diketahui kekuatannya dan dijamin kekonsistenannya.
Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang terlihat pada rata-rata perlakuan
bahwa, perlakuan R3 berpengaruh nyata terhadap R0, R1 dan R2 tetapi tidak berbeda
nyata terhadap R4. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bawang putih, kunyit
dan kalsium propionat mengakibatkan nilai kerapatan pemadatan tumpukan
meningkat. Hal ini sesuai denga pendapat Gauthama (1998) menyatakan bahwa nilai
kerapatan pemadatan tumpukan dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel bahan
pakan, pakan bentuk normal akan memiliki kerapatan pemadatan paling tinggi
daripada pakan yang berbentuk tepung. Kerapatan pemadatan tumpukan juga
dipengaruhi oleh ukuran partikel, pengecilan ukuran partikel akan meningkatkan nilai
kerapatan pemadatan tumpukan. Pemadatan pakan berukuran partikel kecil akan
32
mengurangi ruang antar partikel dan menyebabkan bobot bahan tiap satuan volume
meningkat.
Sidik ragam memperlihatkan bahwa waktu penyimpanan berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap nilai kerapatan pemadatan tumpukan karena dengan bertambahnya
waktu penyimpanan, maka kecenderungan nilai kerapatan pemadatan tumpukan pada
pakan menurun yang kemungkinan disebabkan oleh kadar lemak yang tinggi,
peningkatan kadar air, suhu dan kelembaban udara. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suparjo (2008), yang menyatakan bahwa penyimpanan bahan pakan berkadar lemak
tinggi (tepung ikan, bekatul dan bungkil kelapa) sering mengalami oksidasi yang
menyebabkan ketengikan sehingga kadar air meningkat yang menyebabkan nilai
kerapatan pemadatan tumpukan menurun.
4. Pengaruh Penyimpanan Terhadap Sudut Tumpukan
Rata-rata sudut tumpukan dalam pakan selama penyimpanan berbeda dengan
penambahan bawang putih dan kunyit dapat di lihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-Rata Sudut Tumpukan Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang Putih (gram/ml)
PerlakuanWaktu
Rata-rataW0 W1 W2 W3
R0 52.19 52.37 51.99 48.33 51.22a
R1 51.57 52.67 53.28 48.30 51.46ab
R2 51.51 53.11 52.98 48.38 51.50ab
R3 52.63 54.07 52.82 48.86 52.09b
R4 51.13 54.05 53.30 49.25 51.94b
Rata-Rata 51.81b 53.26c 52.88c 48.63a
33
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berbeda sangat nyata (P<0.05)
Hasil sidik ragam dari sudut tumpukan (ST) menunjukkan bahwa pengawet
berpengaruh nyata (P0<0,05). Pada Tabel 8. menunjukkan bahwa rata-rata sudut
tumpukan yang diberi perlakuan bahan alami kunyit dan bawang putih lebih tinggi
dibanding tanpa penagawet (kontrol) dan tambahan kalsium propionat. Nilai rata-rata
tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan R3 dan sudut tumpukan terendah ditunjukkan
oleh R0. Tingginya nilai sudut tumpukan disebabkan oleh ukuran partikel dan kadar
air dalan ransum. Hal ini sesuai dengan pendapat Khalil (1999b) yang menyatakan
bahwa ukuran partikel yang semakin kecil akan membentuk sudut tumpukan tinggi,
lebih mudah dan lebih akurat ditakar baik secara volumetrik dan gravimetris.
Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan bahwa perlakuan R0
berpengaruh nyata dengan R3 dan R4 tetapi tidak berbeda nyata dengan R1 dan R2.
Ini disebabkan oleh lama penyimpanan yang menyebabkan terjadinya peningkatan
kadar air dari waktu ke waktu, selama masa penyimpanan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Khalil (1999b), bahwa selain ukuran partikel (bentuk) pakan, kadar air turut
berpengaruh nyata terhadap nilai rataan sudut tumpukan pakan, yaitu semakin tinggi
kadar air maka semakin tinggi sudut tumpukan.
Sidik ragam menunjukkan bahwa waktu penyimpanan berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap nilai sudut tumpukan pakan karena semakin lama penyimpanan
nilai sudut tumpukan menurun, terjadinya penurunan nilai sudut tumpukun
dipengaruhi bentuk, berat jenis, kerapatan tumpukan dan kadar air bahan. Namun,
34
nilai sudut tumpukan ini masih dibawah 500 yang berarti pakan tersebut meskipun
sudah mengalami penyimpanan yang lama masih tergolong yang baik karena
dianggap mudah mengalir. Hal ini sesuai dengan pendapat Mujnisa (2008) yang
menyatakan bahwa pergerakan partikel bahan yang ideal ditunjukkan oleh pakan
yang berbentuk cair, dengan sudut tumpukan sama dengan nol. Pakan bentuk padat
mempunyai sudut tumpukan berkisar antara 20o dan 50o. Besarnya sudut tumpukan
sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel bahan, bentuk, berat jenis, kerapatan
tumpukan dan kadar air bahan. Kecepatan dan keefisienan pada proses pengosongan
silo vertikal untuk memindahkan bahan menuju unit penimbangan atau pencampuran
pakan sangat ditentukan oleh sifat bahan yaitu kemampuan bahan mengalir
(flowability), dan flowability ini sangat ditentukan oleh pembentukan sudut
tumpukan dari bahan tersebut.
35
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan penambahan pengawet kunyit dan bawang putih dalam pakan selama
penyimpanan enam minggu berpengaruh nyata terhadap nilai sifat karakteristik fisik
pakan (berat jenis, kerapatan pemadatan tumpukan, dan sudut tumpukan) yaitu
meningkatkan kapasitas ruang penyimpanan dan memudahkan pengangkutan.
Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka disarankan lama penyimpana pakan
sebaiknya menggunakan bahan alami kunyit dan bawang putih daripada bahan kimia,
tetapi lama penyimpanannya harus diperhatikan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010a. All About Curcuma Domestica. hhtp;// toiusd.multiply.com/journal/ item/222/all_about_curcuma_domestica_068114016. (12 September 2011).
______.2010b. Kandungan dan Khasiat Bawang Putih. http://www. Kamusilmiah.com/tag/kandungan-dan-khasiatbawang-putih/(13 September 2011).
______.2011c. Bawang Putih Berkhasiat Anti Kanker. Indonesia Nutrition Network (INN). http;//www.gizinet/cgi_bln/berita/fullnews, Jakarta. (16 September 2011).
______.2010d. Tanaman Obat, Bawang Putih dan Khasiatnya. http://www.warnadunia.com/tag/Tanaman-obat-khasiatbawang-putih/ (13 September 2011).
Damayanthi, E dan E. D. Mudjajanto. 1995. Teknologi Makanan. Depertamen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Kejuruan Proyek Peningkatan Pendidikan Dan Kejuruan Non teknik II, jakarta.
Desroiser, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Terjamahan Muchji Muljohardjo. Universitas Indonesia Perss. Jakarta.
Guathama, P. 1998. Sifat Fisik Pakan Lokal Sumber Energi, Sumber Mineral, serta Sumber Hijauan Pada Kadar Air dan Ukuran Partikel yang Berbeda. Skripsi Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Hall, D. W. 1970. Handling and Strorage of food Grain in Tropical and Subtropical Areas. FAO, Roma.
Hanafiah, K.A. 2005. Rancangan Percobaan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Heat, H.B. 1981. Source Book of Flavour. The Avi Publishing Company. Inc Westport, Connecticut.
Ishak, E. dan S. Amrullah. 1985. Ilmu dan Teknologi Pangan. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia bagian Timur, Ujung Pandang.
37
Khalil. 1999a. Pengaruh Kandungan Air dan Ukuran Partikel terhadap Sifat Fisik
Pakan Lokal: Kerapatan Pemadatan tumpukan dan Berat Jenis: Media Peternakan. 22 (1) :1 -11
Khalil. 1999b. Pengaruh Kandungan Air dan Ukuran Partikel terhadap Sifat Fisik
Pakan Lokal: Sudut Tumpukan dan Faktor Higroskopis. Media Peternakan, 22 (1) : 33-42.
Liang, O.B., Y. Apsartom, Y. Widjaya, dan Y. Puspa. 1985. Beberapa Aspek isolasi identifikasi dan penggunaan komponen komponen Curcuma xanthoriza Roxb dan Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal 131 Curcuma domestica Val. Proseding Simposium Nasional Temulawak. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran, Bandung.
Mujnisa. 2008. Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Mahasiswa Dalam Matakuliah Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Muniruddin. 1981. Pengaruh gram Propionat dan Lama Penyimpanan terhadap Jumlah Jamur, Energi Kadar bahan Organik dan Kadar Bahan Kering pada Dedak Halus. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Palopadang, S. 1999. Pengaruh Pemberian Kalsium Propionat dan Lama Penyimpanan terhadap Jumlah Kapang Dedak Padi. Skripsi. Fakultas peternakan Unhas, Makassar.
Purwanti, S., R. Mutia, S.D. Widhyari, dan W. Winarsih. 2008. Kajian Efektifitas Kunyit, Bawang Putih dan Mineral, Zink Terhadap Performa, Kolestrol Karkas dan Status Kesehatan Broiler. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Inovasi Teknologi Mendukung Pengembangan Agribisnis Peternakan Ramah Lingkungan Bogor. Tanggal 11-12 November 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Hal: 690-695.
Rahardjo, M. dan O. Rostiana, 2004. Standar prosedur Operasional Budidaya Kunyit dalam Standar Prosedur Operasional Jahe, Kencur, Kunyit dan Temulawak. Badan Litbang Pertanian. Balittro-Bogor. 46 hal.
Rismunandar. 1989. Membudidaykan Lima Jenis bawang. Sinar Baru, Bandung.
38
Safithri. 2004. Aktifitas Antibakteri Bawang Putih (Alium stivum) terhadap Bakteri Mastitis Subklinis secara Invitro dan Invivo pada ambing Tikus Putih (Rattus novergicus) (Tesis). Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Said. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. PT Sinar Widya Lestari, Jakarta.
Soesarsono. 1988. Teknologi Penyimpanan Komoditas Pertanian. IPB, Bogor.
Syarief, R. dan Halid. 1992. Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan, Jakarta.
Syamsu, J. A. 2002. Pengaruh Waktu Penyimpanan dan Jenis Kemasan terhadap Kualitas Dedak Padi. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak Vol 1(2) : 75-83.
Wasilah, F., A. Syulasmi, dan Y. Hamdiyati. 2007. Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap Pertumbuhan Jamur Fusarium oxysporum Schlect Secara In Vitro. http;/makalah_semnas_BIOUPI_Fitri_Ammi_Yanti_H.pdf. (15 September 2011).
Yongki. 2010. Cabai Merah Bawang Putih, Kunyit, lengkuas dan Jahe. hhtp;//Yongkikastanyaluthana.wordpress.com/2010/10/6/cabai-merah-bawang-putih-kunyit-lengkuas-dan-jahe/ (12 Oktober 2010).
39
Tabel Lampiran 1. Rata-Rata Berat Jenis dalam Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang Putih (gram/ml)
Tabel Lampiran 6. Perhitungan Regresi Kubik Hubungan Interaksi Waktu Lama Penyimpanan dengan Penambahan Kunyit dan Bawang putih terhadap Berat Jenis dalam pakan.