88 EFEK ANALGESIK FRAKSI ETANOL DARI EKSTRAK ETANOL DAUN MINDI (Melia azedarach L.) PADA MENCIT JANTAN Indah Purwantini, Purwantiningsih, dan Oktavia Eka Puspita Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada E-mail: [email protected]ABSTRACT Indonesia has a lot of traditional medicines, which people used long time ago, one of these is mindi (Melia azedarach L.). It have been known that ethanolic extract of mindi leaves has analgesic effect greater than paracetamol at dose 6.44 mg/kgBW and 12.89 mg/kgBW. This research conducted to find out the effectiveness ethanolic fraction of ethanolic extract as an analgesic. The research was carried out in completely random one way design, used 35 mice which have been fasted for 24 hours. The mice were divided into 7 groups i.e. negative control, positive control and 5 testing groups (in different doses). Fifteen minutes after injected with the fractions of mindi, the mice were given acetic acid 0.5% intraperitoneally injection. The cumulative writhe reflects were calculated in every 5 minutes for one hour and were counted the protection percentage. Results showed that the ethanol fractions doses 12,88-103,04 mg/kgBW of mindi leaves have the analgesic effect in mice and gave protection percentage 30.93-71.61%. The chromatograms of TLC indicated that the fraction contain flavonoids and phenolic compounds. Keywords: ethanol fraction of mindi, analgesic effect, TLC profile PENDAHULUAN Salah satu obat tradisional yang telah digunakan secara luas adalah daun mindi. Hampir semua bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai obat. Mindi kerap kali ditanam di sisi jalan sebagai pohon pelindung, kadang tumbuh liar di daerah-daerah dekat pantai. Pohon yang tumbuhnya cepat dan berasal dari Cina ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.100 m dpl (Dalimartha, 2001). Kulit akar dan kulit kayu mindi kecil rasanya pahit, sedikit beracun (toksik) dan berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik), pencahar (laksatif), perangsang muntah, dan peluruh cacing usus (anthelmintik). Buah mindi kecil rasanya pahit, sedikit toksik, serta berkhasiat sebagai peluruh cacing usus (anthelmintik), mengaktifkan energi vital guna meredakan nyeri, dan sebagai obat luar berkhasiat anti jamur. Daun berkhasiat peluruh kencing (diuretik) dan peluruh cacing. Seluruh tanaman berkhasiat pembunuh serangga (Dalimartha, 2001). Masyarakat secara empiris menggunakan tanaman mindi untuk obat nyeri
16
Embed
94284617 Penelitian Analgesik Ekstrak Etanol Daun Mindi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
88
EFEK ANALGESIK FRAKSI ETANOL DARI EKSTRAK ETANOLDAUN MINDI (Melia azedarach L.) PADA MENCIT JANTAN
Indah Purwantini, Purwantiningsih, dan Oktavia Eka Puspita
Indonesia has a lot of traditional medicines, which people used long time ago,one of these is mindi (Melia azedarach L.). It have been known that ethanolic extract ofmindi leaves has analgesic effect greater than paracetamol at dose 6.44 mg/kgBW and12.89 mg/kgBW. This research conducted to find out the effectiveness ethanolic fractionof ethanolic extract as an analgesic.
The research was carried out in completely random one way design, used 35mice which have been fasted for 24 hours. The mice were divided into 7 groups i.e.negative control, positive control and 5 testing groups (in different doses). Fifteen minutesafter injected with the fractions of mindi, the mice were given acetic acid 0.5%intraperitoneally injection. The cumulative writhe reflects were calculated in every 5minutes for one hour and were counted the protection percentage.
Results showed that the ethanol fractions doses 12,88-103,04 mg/kgBW of mindileaves have the analgesic effect in mice and gave protection percentage 30.93-71.61%.The chromatograms of TLC indicated that the fraction contain flavonoids and phenoliccompounds.
Keywords: ethanol fraction of mindi, analgesic effect, TLC profile
PENDAHULUAN
Salah satu obat tradisional yang telah digunakan secara luas adalah daun
mindi. Hampir semua bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Mindi kerap kali ditanam di sisi jalan sebagai pohon pelindung, kadang tumbuh
liar di daerah-daerah dekat pantai. Pohon yang tumbuhnya cepat dan berasal
dari Cina ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan
ketinggian 1.100 m dpl (Dalimartha, 2001).
Kulit akar dan kulit kayu mindi kecil rasanya pahit, sedikit beracun (toksik)
dan berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik), pencahar (laksatif),
perangsang muntah, dan peluruh cacing usus (anthelmintik). Buah mindi kecil
rasanya pahit, sedikit toksik, serta berkhasiat sebagai peluruh cacing usus
(anthelmintik), mengaktifkan energi vital guna meredakan nyeri, dan sebagai obat
luar berkhasiat anti jamur. Daun berkhasiat peluruh kencing (diuretik) dan
peluruh cacing. Seluruh tanaman berkhasiat pembunuh serangga (Dalimartha,
2001). Masyarakat secara empiris menggunakan tanaman mindi untuk obat nyeri
89
perut, obat kencing manis, dan menambah nafsu makan (Syamsuhidayat dan
Hutapea, 1991). Khasiat lain adalah untuk obat diuretik, peluruh cacing, serta
daun segarnya bisa menghilangkan sakit kepala (Dalimartha, 2001; Anonim,
2007a).
Senyawa kimia yang terdapat dalam tanaman mindi adalah limonoid
(triterpen), azadirahtin (senyawa mirip hormon ekdison), deasetilazadirahtinol,
melantriol, salanin, 3-deasetilsalanin, salanol (Sridharan, 2007). Buah dan kayu
mindi mengandung senyawa yang berpotensi sebagai obat, yaitu limonoid dan
triterpenoid (Lee et al., 1999; Alche´ et al., 2003). Batang mindi mengandung
melianin B, sendanolakton, ohchinin acetat, dan surianol (Suhag, 2000; Anonim,
2007b). Daun mindi mengandung 1-cinnamoyl-3,11-dihydroxymeliacarpin (C-
seco limonoid) yang terbukti memiliki aktivitas anti-virus (Alche´ et al., 2003).
Selain itu daun juga mengandung alkaloid paraisin, flavonoid rutin dan kaemferol,
zat pahit, tanin, triterpenoid/steroid, kumarin, dan lignan (Anonim, 2007a; Khalil et
al., 1979; Russo, 2008). Tanaman mindi juga mengandung azadirahtin,
deasetilazadirahtinol, salanin, salanol, dan meliantriol (Sridharan, 2007; Anonim,
2007c). Kulit akar kurang toksik dibanding kulit kayu. Biji mengandung resin yang
sangat berracun, 60% minyak lemak terdiri dari asam stearat, palmitat, oleat,
linoleat, laurat, valerianat, butirat, dan sejumlah kecil minyak esensial sulfur.
Buah mengandung sterol, katekol, asam vanilat, dan asam bakayanat. Daun
mengandung alkaloid paraisina, flavonoid rutin, zat pahit, saponin, tanin,
steroida, dan kaemferol (Anonim, 2007b).
Penelitian mengenai aktivitas mindi sudah banyak dilakukan, salah
satunya yang telah dilakukan oleh Hayuningtyas (2006). Dari penelitian tersebut
disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun mindi mempunyai khasiat sebagai
analgetik terhadap mencit jantan. Ekstrak tersebut terbukti mempunyai efek
analgesik yang lebih kuat dibanding parasetamol pada dosis 6,44 mg/kgBB dan
l2,89 mg/kgBB. Dengan melihat potensi tersebut, maka daun mindi perlu
dikembangkan sebagai salah satu alternatif obat analgetik. Tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas analgetik dan persentase
proteksi fraksi etanol daun mindi serta mengetahui secara kualitatif kandungan
kimia yang terdapat di dalamnya.
90
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun mindi yang
diperoleh dari Desa Purwomartani, Sleman. Bahan-bahan kimia yang digunakan
adalah etanol teknis 70 % (Brataco Chemika), parasetamol 1 % (teknis), asam
asetat 0,5 % (p.a), akuades steril (Brataco Chemika), dan CMC Na 1 % (E.
Merck). Hewan uji yang digunakan yaitu mencit jantan galur Swiss dengan berat
badan antara 20-30 gram, sehat, dan berumur 2-3 bulan. Alat yang digunakan,
antara lain alat Soxhlet, jarum suntik peroral, jarum intraperitoneal (Terumo
Syringe), stopwatch, timbangan mencit (Precisia), batang pengaduk, flakon, dan
alat-alat gelas (Pyrex).
Cara kerja penelitian dimulai dengan pembuatan fraksi etanol dari ekstrak
etanol. Pembuatan ekstrak etanol dilakukan dengan cara Soxhletasi. Ekstrak
kental yang diperoleh difraksinasi menggunakan etilasetat dan etanol sehingga
diperoleh fraksi etilasetat dan fraksi etanol. Pembuatan suspensi sediaan uji
dilakukan dengan menimbang fraksi etanol sejumlah tertentu (disesuaikan
dengan konsentrasi dan dosis yang diinginkan), kemudian disuspensikan dalam
larutan CMC Na 1 %.Pada uji aktivitas menggunakan stimulasi kimia, sebanyak
35 mencit yang telah dipuasakan selama 24 jam dikelompokkan secara acak
menjadi 7 kelompok (tiap kelompok 5 ekor) yaitu kelompok I (kontrol negatif),
kelompok II (kontrol positif parasetamol), dan 5 (lima) peringkat dosis perlakuan
dengan sediaan uji. Setelah hewan uji diberi perlakuan sesuai dengan
kelompoknya, 15 menit kemudian hewan uji diberi larutan asam asetat 0,5 %
secara intraperitonial. Dihitung jumlah geliat kumulatif mencit tiap 5 menit
selama 1 jam. Data yang diperoleh kemudian dihitung persen proteksinya.
Pada uji kualitatif kandungan kimia, sejumlah ekstrak dilarutkan dalam
pelarut yang dapat melarutkan ekstrak secara sempurna, kemudian dilakukan
KLT menggunakan fase gerak yang sesuai. Identifikasi senyawa digunakan sinar
UV maupun pereaksi semprot seperti pereaksi dragendorff, pereaksi mayer,
pereaksi besi(III) klorida, pereaksi aluminium klorida, dan anisaldehid-asam
sulfat. Jumlah geliat kumulatif mencit yang diperoleh selanjutnya dihitung
persentase proteksinya dengan rumus (Turner, 1965):
% Proteksi = {100 –( P/K x 100)}%
P = Jumlah geliat kumulatif kelompok percobaan tiap individu
K = Jumlah geliat kumulatif kelompok kontrol rata-rata
91
Data persentase proteksi yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik parametrik
ANAVA satu jalan untuk mengetahui perbedaan tiap kelompok-kelompok
perlakuan, dilanjutkan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95 %. Pada
identifikasi kandungan kimia, hasil yang diperoleh berupa hRf dan warna bercak
dibandingkan dengan literatur yang ada untuk menentukan jenis senyawa yang
terdapat dalam ekstrak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini digunakan fraksi etanol yang diperoleh dari ekstrak
etanol daun mindi. Berdasarkan penelitian Hayuningtyas (2006) ekstrak etanol
daun mindi terbukti memiliki efek analgetik pada mencit jantan. Etanol
merupakan pelarut semipolar yang bisa melarutkan baik senyawa polar maupun
non polar. Oleh karena itu dilakukan fraksinasi dengan etil asetat dan etanol
untuk memisahkan senyawa yang relatif non polar dan polar serta untuk diuji
efek masing masing fraksi. Dalam penelitian ini digunakan fraksi etanol.
Sesuai dengan penelitian sebelumnya, ekstrak yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ekstrak etanol 70 %, yang diekstraksi menggunakan alat
Soxhlet. Dari tiga kali ekstraksi diperoleh rendemen ekstrak rata-rata 29,62 %.
Fraksinasi dilakukan menggunakan etilasetat dan dilanjutkan dengan etanol
untuk memisahkan senyawa-senyawa yang berbeda polaritasnya. Hasil
fraksinasi tertera pada Tabel I, dari tiga kali fraksinasi yang dilakukan terlihat
bahwa fraksi etanol mempunyai rata-rata rendemen yang lebih besar sehingga
dapat diketahui bahwa senyawa-senyawa yang relatif polar dalam ekstrak daun
mindi lebih banyak daripada senyawa-senyawa non polar.
Profil kromatogram identifikasi golongan senyawa flavonoid terdapat pada
Gambar 5. Pada kromatogram tampak bahwa flavonoid ditunjukkan oleh adanya
bercak berwarna kuning setelah disemprot dengan pereaksi semprot AlCl3 yaitu
pada bercak dengan hRf 68 dan 45.
0
20
30
40
50
60
70
80
90
100
10
0
20
30
40
50
60
70
80
90
100
10
1
2
34
5
1
2634
5
98
Identifikasi GolonganFlavonoid
setelah disemprot AlCl3 VisibelhRf
Gambar 5. Kromatogram identifikasi flavonoid fraksi etanol daun mindidideteksi dengan pereaksi semprot AlCl3 (Keterangan: OH = Fraksi etanol,
R = rutin (pembanding). Sistem KLT = fase diam: silika gel 60 F254, fase gerak: n-butanol-asam asetat-air (4 : 1 : 5) lapisan atas, dan pengembangan ascendens 8
cm)
Tabel V. Perbandingan hRf kromatogram fraksi etanol daun mindiidentifikasi golongan flavonoid
No.bercak hRf
Sebelum disemprot Setelahdisemprot AlCl3
UV 254 UV 366 Tampak123456
836854451556
peredamanperedamanperedamanperedamanperedaman
-
jingga (lemah)-
bercak gelapbercak gelapbercak gelappendar biru
-kuning lemah
-kuning
coklat kekuningan-
Flavonoid termasuk ke dalam golongan senyawa fenol yang memiliki
beragam gugus fenolik dan tersebar luas pada jaringan tanaman dalam buah-
buahan, sayuran, biji-bijian, kulit kayu, akar, daun, dan bunga. Flavonoid telah
lama dikenal memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan. Efek yang
paling penting dari flavonoid adalah sebagai antioksidan. Selain itu flavonoid
menunjukkan efek antiinflamasi, antialergi, antivirus, dan antikarsinogenik.
0
20
30
40
50
60
70
80
90
100
10
OH R
R
4
2
5
99
Terkait dengan efek antiinflamasi, flavonoid dapat berinteraksi dengan sistem
enzim. Interaksi flavonoid tersebut sifatnya adalah inhibisi sistem enzim terkait
sehingga flavonoid dapat menghambat metabolisme asam arakhidonat.
Pelepasan asam arakhidonat merupakan titik permulaan pada terjadinya respon
inflamasi secara umum. Hal ini mengindikasikan bahwa flavonoid bersifat
antiinflamasi (Nijveldt et al., 2001). Dengan demikian jika pelepasan asam
arakhidonat dihambat maka pembentukan prostaglandin (sebagai mediator nyeri)
tidak terjadi sehingga perangsangan reseptor nyeri oleh prostaglandin dapat
dihambat. Selain itu flavonoid sebagai antioksidan merupakan agen antiinflamasi
yang bekerja melalui penangkapan radikal oksigen yang dilepaskan oleh
peroksida. Radikal oksigen ini memegang peranan dalam timbulnya nyeri (Tjay
dan Rahardja, 2003). Mekanisme radikal oksigen dalam menyebabkan nyeri
adalah dengan cara menyebabkan kerusakan membran sel. Dengan demikian
radikal oksigen membantu reaksi peradangan (Mutschler, 1991).
Selain identifikasi adanya senyawa dari golongan flavonoid juga dilakukan
identifikasi adanya senyawa fenolik. Senyawa fenolik meliputi aneka ragam
senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cincin
aromatik yang mengandung satu atau lebih substitusi hidroksil. Senyawa fenol
meliputi golongan senyawa kimia seperti fenilpropanoid, flavonoid, antosianin,
flavonol dan flavon, dan tanin (Harborne, 1987). Identifikasi adanya senyawa
fenol ditunjukkan dengan menggunakan pereaksi semprot FeCl3.
Hasil pengamatan kromatogram pada cahaya tampak setelah disemprot
menggunakan FeCl3 menunjukkan adanya bercak berwarna hitam dan biru
kehitaman pada hRf 68, 54, 45, dan 15. Hal ini menandakan adanya senyawa
fenolik. Pada saat identifikasi bercak keberadaan senyawa flavonoid
menggunakan pereaksi semprot AlCl3 bercak pada hRf 68 dan 45 tersebut
berwarna kuning. FeCl3 dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa
flavonoid yang ditunjukkan dengan adanya pewarnaan jingga hingga merah,
terutama untuk keberadaan gugus 5-hidroksi pada kromon (chromone) atau
kroman (chromanone) (Geissman, 1962).
Senyawa fenolik merupakan penangkap radikal yang poten. Senyawa ini
dapat menyumbang hidrogen kepada radikal bebas dan dapat menghambat
tahap inisiasi awal pada reaksi oksidasi lipid (Gulcin et al., 2004). Senyawa
golongan fenolik merupakan antioksidan (Rice-Evans, 1997). Antioksidan
100
merupakan agen antiinflamasi yang bekerja melalui penangkapan radikal bebas
oksigen yang dilepaskan oleh peroksida. Radikal oksigen memegang peranan
dalam timbulnya nyeri (Tjay dan Rahardja, 2003). Senyawa fenolik sebagai
antioksidan atau penangkap radikal bebas, kemungkinan mekanismenya pada
penghambatan terbentuknya nyeri yaitu dengan cara menangkap senyawa
antara yang terbentuk saat perombakan asam arakhidonat menjadi
prostaglandin. Senyawa antara tersebut yaitu prostaglandin endoperoksida PGG2
dan PGH2. Kedua sikoloendoperoksida tersebut merupakan senyawa yang
bersifat reaktif tinggi (Mutschler, 1991). Dengan demikian jika kedua senyawa
reaktif tersebut berinteraksi dengan senyawa fenolik maka tidak akan terbentuk
prostaglandin. Oleh karena itu sebagai antioksidan senyawa fenolik berperan
dalam penghambatan perangsangan reseptor nyeri dengan cara menghambat
pembentukan mediator nyeri.
Identifikasi Gologan SenyawaFenolik
setelah disemprot FeCl3hRf
Gambar 6. Kromatogram identifikasi senyawa fenolik fraksi etanol daunmindi dideteksi dengan pereaksi semprot FeCl3 (Sistem KLT = fase diam :
silika gel 60 F254, fase gerak : butanol-asam asetat-air (4 : 1 : 5), danpengembangan : ascendens 8 cm)
0
20
30
40
50
60
70
80
90
100
10
2
3
4
5
101
Tabel VI. Perbandingan hRf kromatogram fraksi etanol daun mindiidentifikasi golongan fenolik sebelum dan setelah diberi pereaksi semprot
FeCl3 pada fase diam silika gel 60 F254, fase gerak etil n-butanol-asamasetat-air (4 : 1 : 5) lapisan atas