7/30/2019 93660264-makalah-1
1/22
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga berhasil menyelesaikan makalah tentang
Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Perilaku Kekerasan ini dengan baik.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah DISASTER NURSING Semester
Genap 2012 di Universitas Andalas. Penulisan makalah ini dimungkinkan oleh adanya bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih, atas
bantuan dan bimbingan kepada dosen pembimbing dan teman teman sekalian.
Penulis menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari
kemungkinan adanya kekurangan atau kesalahan yang tidak disengaja. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca akan penulis terima dengan rasa syukur.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Padang, 9 Mei 2012
Penulis
1
7/30/2019 93660264-makalah-1
2/22
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................1
Daftar isi......................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang........................................................................................................................3
b. Tujuan.....................................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN KONSEP
a. Kebijakan Pemerintah dalam penanggulangan
bencana di Indonesia...........................................................................................................4
b. Pola pembentukan sistem penanggulangan bencana
tingkat pusat dan daerah....................................................................................................13
BAB III PENUTUP
a.Kesimpulan.............................................................................................................................19
b.Saran.......................................................................................................................................19
Daftar Pustaka...........................................................................................................................20
2
7/30/2019 93660264-makalah-1
3/22
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat
tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana. Kondisi alam terseut serta adanya
keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko
terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks, meskipun disisi
lain juga kaya akan sumberdaya alam. Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana
akibat faktor geologi (gempabumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat
hydrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor
biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan
teknologi (kecelakan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan
kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan
sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan
kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah konflik.
Kompleksitas dari permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penataan atau
perencanaan yang matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat dilaksanakan secara
3
7/30/2019 93660264-makalah-1
4/22
terarah dan terpadu. Penanggulangan yang dilakukan selama ini belum didasarkan pada
langkah-langkah yang sistematis dan terencana, sehingga seringkali terjadi tumpang tindih
dan bahkan terdapat langkah upaya yang penting tidak tertangani.
b. Tujuan
Untuk mengetahui :
- Kebijakan pemerintah Indonesia berkaitan dengan penanggulangan bencana
- Pola pembentukan sistem penanggulangan bencana tingkat pusat dan daerah
BAB II
TINJAUAN KONSEP
A.Kebijakan Pemerintah dalam penanggulangan bencana di Indonesia
1. Visi dan Misi
Visi penanggulangan Bencana Indonesia adalah:
Ketangguhan Bangsa dalam menghadapi bencana
4
7/30/2019 93660264-makalah-1
5/22
Misi Penanggulangan Bencana Indonesia adalah:
1. Melindungi bangsa dari ancaman bencana melalui pengurangan risiko
2. Membangun sistem penanggulangan bencana yang handal
3. Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi
dan menyeluruh
2. Penataan Kelembagaan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, lembaga utama yang khusus menangani penanggulangan bencana di tingkat
nasional adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB merupakan
Lembaga Pemerintah non-Kementerian yang dipimpin oleh pejabat setingkat menteri.
Lembaga ini bertugas untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan
bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien,
serta melakukan pengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu dan menyeluruh.
Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana BNPB tidak bekerja sendiri tetapi
bekerja sendiri tetapi bekerja sama dengan Kementerian, Lembaga dan instansi terkait.
Untuk perencarian dan penyelamatan korban bencana, BNPB bekerja sama dengan
Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, Basarnas dan PMI. Untuk
penanganan pengungsi, BNPB bekerja sama dengan Kementerian Sosial. Untuk pemetaan
daerah-daerah rawan, BNPB bekerja sama dengan Bakosurtanal dan
Kementerian/Lembaga yang secara khusus menangani ancaman tertentu. Untuk
pengembangan sistem peringatan dini, BNPB bekerja sama dengan Kementerian Energidan Sumber Daya Mineral dan BMKG untuk bencana-bencana geologis, dengan
Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian pertanian, Kementerian Kehutanan, LAPAN,
dan BMKG untuk bencana-bencana hidrometeorologis, dan didukung oleh instansi yang
terkait dengan penelitian seperti Kementerian Riset dan Teknologi, BPPT, LIPI serta
didukung juga oleh perguruan tinggi.
Untuk bencana-bencana yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan hidup BNPB
bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kelautan dan
Perikanan dan BMKG. Sedangkan untuk bencana-bencana terkait aspek biologis seperti
5
7/30/2019 93660264-makalah-1
6/22
wabah, epidemi dan kejadian luar biasa, BNPB bekerja sama dengan Kementerian
Kesehatan dan kementerian Pertanian. Untuk pendidikan kebencanaan BNPB bekerja
sama dengan kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, media massa dan
pihak-pihak terkait lainnya. Untuk penelitian-penelitian kebencanaan dalam berbagai
bidang, selain bekerja sama dengan kementerian dan Lembaga teknis, BNPB terutama
dibantu oleh Kementerian Riset dan teknologi, BPPT, LIPI dan perguruan-perguruan
tinggi di seluruh Indonesia.
Di daerah lembaga khusus yang menangani penanggulangan bencana adalah Badan
penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). BPBD dibentuk baik di tingkat provinsi
maupun kabupaten/kota. Seperti juga BNPB di tingkat pusat, di daerah BPBD bertugas
untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan PB dan penanganan pengungsi serta
melakukan pengoordinasikan pelaksanaan kegiatan PB. Pembentukan BPBD mengacu
pada Peraturan kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 tahun 2008
tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan bencana Daerah (Perka BNPB
No.3/2008) dan Peraturan Menteri Dalam negeri No. 46 tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Permendagri
No.46/2008).
Berdasarkan Pasal 2 Permendagri No.46/2008, BPBD dibentuk di setiap provinsi
dan dapat dibentuk di kabupaten/kota. Pembentukan BPBD di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota ditetapkan dengan Perda atau peraturan kepala daerah. Bagi daerah-daerah
yang belum membentuk BPBD, fungsi-fungsi penanggulangan bencana dilaksanakan oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menangani urusan kebencanaan. Sampai dengan
akhir bulan Oktober 2009, dari 33 provinsi yang ada sudah 16 provinsi membentuk BPBD.
Sementara itu, untuk tingkat kabupaten dan kota, dari hampir 500 kabupaten/kota yang ada
di Indonesia baru 21 kabupaten/kota yang memiliki BPBD.
Selain badan penanggulangan bencana pemerintah, di tingkat pusat dibentuk
Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana (Planas PRB), yakni sebuah forum
independen untuk mendorong serta memfasilitasi kerjasama antar pihak dalam upaya
pengurangan resiko bencana di Indonesia. Planas PRB yang dideklarasikan di Jakarta pada
tanggal 20 Novenber 2008 berupaya mewadahi semua kepentingan terkait kebencanaan
serta membantu menyelaraskan berbagai kebijakan, program dan kegiatan PRB di tingkat
pusat, agar dapat mendukung tercapainya tujuan-tujuan PRB Indonesia dan terwujudnya
6
7/30/2019 93660264-makalah-1
7/22
ketahanan dan ketangguhan bangsa terhadap bencana, selaras dengan tujuan-tujuan
Kerangka Aksi Hyogo.
Selain Planas PRB di tingkat pusat, ada pula platform-platform atau forim PRB
sektoral yang dibentuk oleh para pihak berkepentingan menurut sektor atau isu-isu
tertentu. Di tingkat pusat telah dibentuk Forum perguruan Tinggi untuk PRB, Konsorsium
Pendidikan Bencana, Forum Mitigasi Bencana Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, dan lain-
lain. Di tingkat daerah juga sudah terbentuk forum-forum serupa Forum Merapi, sebuah
forum yang didirikan untuk memfasilitasi kerjasama dalam pengelolaan Gunung Merapi
secara menyeluruh pada aspek ancaman, daya dukung lingkungan dan sosial-budaya
masyarakatnya. Forum ini antara lain melibatkan pemerintah daerah beserta PMI di
kabupaten Klaten, Boyolali, Magelang dan Sleman, pagayuban masyarakat Pasag Merapi,
Balai Penelitian dan Pengembangan teknik Kegunungapian (BPPTK), sebuah perguruan
tinggi dari Yogyakarta dan beberapa lembaga donor. Adanya forum-forum PRB semacam
ini diharapkan akan meningkatkan kualitas penanggulangan bencana di tingkat pusat dan
daerah di seluruh Indonesia.
Secara garis besar, peran dan fungsi Kementerian dan Lembaga Pemerintah di
tingkat pusta adalah sebagai berikut:
1. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mengkoordinasi program-
program dan kegiatan penanggulangan bencana lintas kementerian dan lembaga
2. Kementerian Dalam Negeri mengendalikan kegiatan pembinaan pembangunan daerah
yang berkaitan dengan penanggulangan bencana
3. Kementerian Luar Negeri mendukung program-program dan kegiatan
penanggulangan bencana yang berkaitan dengan mitra internasional
4. Kementerian Pertahanan mendukung pengamanan daerah-daerah yang terkena
bencana, baik pada saat tanggap darurat maupun pasca bencana.
5. Kementerian Hukum dan HAM mendorong peningkatan dan penyelarasan perangkat-
perangkat hukum terkait kebencanaan
6. Kementerian Keuangan penyiapan anggaran biaya kegiatan penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada masa pra, saat dan pasca bencana
7
7/30/2019 93660264-makalah-1
8/22
7. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral merencanakan dan mengendalikan
upaya mitigasi di bidang bencana geologi dan bencana akibat ulah manusia yang
terkait dengan bencana geologi
8. Kementerian Pertanian merencanakan dan mengendalikan upaya mitigasi di bidang
bencana kekeringan dan bencana lain terkait bidang pertanian
9. Kementerian Kehutanan merencanakan dan mengendalikan upaya mitigasi khususnya
kebakaran hutan/lahan
10. Kementerian Perhubungan merencanakan dan melaksanakan dukungan kebutuhan
transportasi
11. Kementerian Kelautan dan Perikanan merencanakan dan mengendalikan upaya
mitigasi di bidang bencana tsunami dan abrasi pantai
12. Kementerian Pekerjaan Umum merencanakan tata ruang daerah yang peka terhadap
risiko bencana, penyiapan lokasi dan jalur evakuasi dan kebutuhan pemulihan sarana
dan prasarana publik
13. Kementeriaan Kesehatan merencanakan pelayanan kesehatan dan medik termasuk
obat-obatan dan tenaga medis/paramedis
14. Kementeriaan Pendidikan Nasional merencanakan dan mengendalikan
penyelenggaraan pendidikan darurat untuk daerah-daerah terkena bencana dan
pemulih sarana-prasarana pendidikan, serta mengkoordinasikan pendidikan sadar
bencana
15. Kementerian Sosial merencanakan kebutuhan pangan, sandang dan kebutuhan dasar
lainnya untuk para pengungsi
16. Kementerian komunikasi dan Informatika merencanakan dan mengendalikan
pengadaan fasilitas dan sarana komunikasi darurat untuk mendukung tanggap darurat
bencana dan pemulihan pasca bencana
17. Kementerian tenaga Kerja dan transmigrasi merencanakan pengarahan dan
pemindahan korban bencana ke daerah yang aman bencana
8
7/30/2019 93660264-makalah-1
9/22
18. Kementerian Riset dan tekonologi melakukan kajian dan penelitian sebagai bahan
untuk merencanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada situasi tidak
terjadi bencana, tahap tanggap darurat dan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi
19. Kementerian Koperasi dan UKM menyelenggarakan program-program usaha kecil
dan kegiatan ekonomi produktif bagi warga masyarakat miskin di daerah-daerah pasca
bencana untuk mempercepat pemulihan
20. Kementerian Lingkungan Hidup merencanakan dan mengendalikan upaya yang
bersifat preventif, advokasi dan deteksi dini dalam pencegahan bencana terkait
lingkungan hidup
21. Kementerian Pembangunan Daerah tertinggal merencanakan dan mengendalikan
program-program pembangunan di daerah tertinggal yang berdasarkan kajian risiko
bencana
22. Kementeriaan Perencanaan Pembangunan nasional mendukung perencanaan program-
program pembangunan yang peka risiko bencana
23. Kementeriaan Perumahan rakyat mengkoordinasikan pengadaan perumahan untuk
warga-warga yang menjadi korban bencana
24. Tentara Nasional Indonesia membantu dalam kegiatan pencarian dan penyelamatan
(SAR) dan mendukung pengkoordinasiaan upaya tanggap darurat bencana
25. Kepolisian Republik Indonesia membantu dalam kegiatan SAR dan pengamanan saat
darurat termasuk mengamankan lokasi yang ditinggalkan karena penghuninya
mengungsi
26. Basarnas mendukung BNPB dalam mengkoordinasikan dan menyelenggarakan
kegiatan pencariaan dan penyelamatan (SAR)
27. Bakosurtanal merencanakan dan mengendalikan pemetaan risiko bencana bekerja
sama dengan kementeriaan/lembaga teknis
28. BMKG membantu dalam bidang pemantauan potensi bencana yang terkait dengan
meteorologi, klimatologi dan geofisika
29. BPPT membantu dalam bidang pengkajian dan penerapan teknologi khususnya
teknologi yang berkaitan dengan penanggulangan bencana
9
7/30/2019 93660264-makalah-1
10/22
30. BPS membantu dalam bidang penyiapan data-data statistik
31. BPN membantu dalam bidang penyediaan data-data pertahanan
32. LIPI membantu dalam bidang pengkajian ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
penanggulangan bencana
33. LAPAN membantu dalam bidang penyediaan informasi dan data spasial khususnya
dari satelit
34. BSN membantu dalam bidang standarisasi pedoman-pedoman maupun panduan
penanggulangan bencana
35. Bapeten membantu dalam bidang pemantauan, pemanfaatan dan pengendalian bahaya
nuklir
36. BATAN membantu dalam bidang pemantauan, pemanfaatan dan pengendalian bahaya
akibat tenaga atom
3. Kebijakan Dan Strategi
Kebijakan penanggulangan di indonesia bencana di indonesia di atur terutama
melalui undangundang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, peraturan
pemerintah no 21 tahun 2008 tentang penyelenggaraaan penanggulanan benana dan
peraturan peraturan pemerintah serta peraturan presiden turunan dari undang undang
nomor 24 tahun 2007.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia sesuai amanat pasal 2
undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana adalahberlandaskan pancasila dan undang undang dasar negara republik indonesia tahun 1945.
Dalam pasal selanjutnya pasal 3 disebabkan bahwa asas-asas pokok dalam
penanggulangan bencana meliputi asas kemanusian, keadilan, kesamaaan kedudukan
dalam hukum dan pemerintahan, keseimbangan, kebersamaan, kelestarian lingkungan,
hidup dan ilmu pengetahuan dan teknologi, sementara prinsip-prinsip penanggulanagan
bencana mencakaup prinsip cepat dan tepat;prioriras;koordinasi dan keterpaduan, berdaya
guna dan berhasil guna, transparansi dan akuntabilitas, kemitraan, pemberdayaan, non-
diskriminatif, dan non-proletisi.
10
7/30/2019 93660264-makalah-1
11/22
Pasal 5 undang-undang no 24 tahun 2007 tentang penangggulangan bencana
menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah mmenjadi penanggung jawab
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.tanggung jawab ini,sesuai ketentuan
pasal 6,meliputi pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan resiko bencana
dengan program pembangunan;perlindungan masyarakat dari dampak bencana;penjaminan
pemenuhhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena benana secara adil dan sesuai
dengan standar pelayanan minimum;pemulihan kondisi dari dampak
bencana;pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan
dan belanja dalam bentuk dana siap pakai;dan pemeliharaaan arsip/dokumen otentik dan
kredibel dari anaman dan dampak bencana pusat dilaksanakan oleh kementrian /lembaga
sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangan masing-masing.kegiatan mitigasi
struktural sperti membangun tanggul penahan banjir dan jalurr-jalur evakuasi,misalnyasaja,menjadi tanggung jawab kementrian pekerjaan umum.perrsiapan logistik untuk
mencukupi kebutuhan penduduk yang mengungsi dalam situasi darurat menjadi tugas dan
tanggung jawab kementrian sosial.
Dalam situasi normal, BNPB dan BPBD di tingkat daerah lebih menjalankan fungsi
koordinasi dan oelaksanaan kegiatan pencegahan,mitigasi dan kesiapsiagaan. Beberapa
kegiatan pengurangan resiko bencana tertentu akan memerlukan kerjasama antara berbagai
instansi, seperti pengadaan sistem peringatan dini letusan gunung merapi dan pelatihan
penggunaan nya akan melibatkan dinas pendidikan, perguruan tinggi dan LSM dengan
BNPB/BPBD sebagai koordinasi pelaksananya.
Dalam situasi darurat BNPB dan BPBD menjalankan fungsi komando, koordinasi
dan sekaligus pelaksana kegiatan tanggap darurat. Dalam situasi ini BNPB dan BPBD
menjalankan fungsi komando, koordinasi sekaligus pelaksana kegiatan tanggap
daruraat.dalam situasi ini BNPB dan BPBD dapat mengatur instansi-instansi sektoral
dalam operasi tanggap darurat. Dalam situasi pasca bencana BNPB dan BPBD kembali
menjalankan fungsinya dalam hal koordinasi dan pelaksana kegiatan-kegiatan
pemulihan,sementara fungsi-fungsi yang menjadi penangggung jawab instansi-instansi
sektoral tetap dilaksanakan oleh masing-masing sektor. Pelaksanaan penanggulangan di
pusat maupun di daerah akan memerlukan koordinasi dengan semua sektor ddan
masyarakat.pembagian peran di antara para pemangku kepentingan pengurangan risiko
bencana juga akan menjadi hal ang diatur melalui renas PB Iini.
Strategi yang ditempuh untuk mewujudkan visi dan misi penanggulangan bencana
indonesia adalah sebagai berikut :
1. Penanggulangan kerangka regulasi penanggulangan bencana
11
7/30/2019 93660264-makalah-1
12/22
Penguatan kerangka regulasi penangggulangan bencana dilaksanakan melaui
penyusunan peraturan, prosedur-prosedur tetap(protap) dan rencana-rencana
penanggulangan bencana dari tingkat pusat sampai daerah melaui langkah-langkah ini di
harapkan upaya penanggulangan bencana akan mendapat arah yang jelas dan penanganan
yang efektif dan efisien. Selain itu upaya khusus juga akan di laksanakan untuk penigkata
badan-badan penanggulangan bencana di instansi terkait di pusat dan daerah dalam
menghadapi situasi pra bencana, saat tanggap daruran dan saat pemulihan bencana.
Koordinasi juga akan ditingkatkan antara pemerintahan dan instansi serta segala yang
berkepentingan dalam peingkatan tanggap bencana.
2. Pemanduan Program pengurangan resiko Kedalam rencana pembangunan
Program-program penanggulangan resiko bencana sedapat mungkin dipadukandengan rencana pembangunan ditingkat pusat dan daerah, baik didalam RPJM,RPK, restra
dan Renja kementrian/lembaga dan renja perankat daerah. Dengan demikian program
penanggulangan bencana tidak akan berdiri sendir namun terpadu kepada pembangnan
regular.
3. Pemberdayaan perguruan tinggi
Strategi ini bertujuan agar perguuan tinggimampu memfasilitasi peningkatan kapasitas
penanggulangan bencana dan teknologi penanggulangan bencana di tingkat pusat ataupun
daerah. dalam era desentralisasi pada saat ini tidak mungkin pemerintah pusat dalam hal
ini BNPB menyelenggarakan semua kegiatan. BNPB akan membangun kemitraan dengan
perguruan tinggi pada tinkat pusat dan daerah dalam penanggulangan bencana.
4. Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
Selain memanfaatkan perguruan tinggi daerah, strategi lain yang akan digunakan
adalah pembangunan kapasitas masyarakat di daerah rawan yang menghadapi resiko
bencana tinggi. Mengingat Indonesia yang begitu luas dan memiliki penduduk terbesar di
ribuan pulau, akan lebih efektif bila tingkat penanggulangan bencananya dibangun di
tingkat komunitas. Bagaimana pun komunitas adalah pihak utama yang berhadapan
dengan resiko bencana. Mengingat kapasitas tanggap darurat pemerintahyang terbatas,
maka lebih efektif membangun kapasiras masyarakat. Oleh karena itu kerelawanan akan di
dorong kepada semua lapisan masyarakat.
5. Pembentukan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (RSC-PB)
12
7/30/2019 93660264-makalah-1
13/22
Dalam menghadapi bencana yang berdampak besar, strategi yang dilakukan adalah
membentuk satuan formasi cepat (stand-by force) untuk penanggulangan becana, terutama
untuk menghadapi tanggap darurat. Anggota ini dipilih dari berbagai tanggap ilmu dan
pengetahuan. Di tingkat nasional ada dua RSC-PB yang telah dibentuk, yang pertama
berada di Lanud halim Perdana Kusuma, dan satu lagi di Malang yang berbasis di lanu
Agus Rahman Shaleh. Satuan yang berada di Jakarta akan melayani Indonesia bagian
barat, dan yang berada di Malang akan melayani Indonesia bagian timur. Satuan tanggap
bencana ini akan meninggkatkan kapasitas tanggap becana Indonesia secara signifikan.
6. Program Pengurangan resiko Untuk Kelompok Dengan Kebutuhan Khusus
Pendekatan khusus juga akan diterapkan untuk mendukung kesetaraan gender da
program-program kebencanaan dalam mengurangi resiko, melalui program-programspesifik yang diperuntukan untuk ibu dan anak. Selain itu perhatian akan diberikan juga
pada kaum miniritas, masyarakan miskin dan mereka yang terpinggirkan serta penyandang
cacat, maupun kelompok dngan kebutuhan khusus lainnya, aar program-program resiko
bencana tidak meninggkatkan kerentanan mereka, namun meningkatkan ketangguhan
mereka.
7. Peningkatkan Peran LSM dan Organisasi Mitra Pemerintah.
Dalam banyak kejadian bencana belakangan ini, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) , baik LSM local, nasional maupun internasional, kian berperan besar dalam
tanggap darurat bencana. Peran lembaga-lembaga ini akan lebih ditigkatkan lagi, terutama
untuk peningkatan resiko dan kesiap siagaan di dalam masyarakat. Pemerintah akan
bekerja sama dengan LSM untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat. Selain itu
pemerintah juga akan bekerja sama lbih dekat dengan LSM untuk menggalang relawan
dan mendorong relawan dalam penanggulangan bencana.
8. Peningkatan Peran Dunia Usaha
Kalangan dunia usaha diharapkan lebih berkontribusi dalam penanggulangan bencana,
termasuk dalam pelaksanaan pelatihan-pelatihan dan peningkatan kapasitas relawan.
Kalangan dunia usaha juga dapat berkontribusi dalam penanggulangan resiko bercana
dalam keterlibatan aktif dalam forum penanggulangan bencana. Terkait dengan
penguranganresiko, sector swasta terutama yang bergerak dalam bidang financial, dapat
berkontribusi dalam mekanisme transfer resiko seperti asuransi bencana dan perangkat-
perangkat lain.
13
7/30/2019 93660264-makalah-1
14/22
B. Pola pembentukan sistem penanggulangan bencana tingkat pusat dan daerah
I. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
14
7/30/2019 93660264-makalah-1
15/22
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pemerintah dan pemerintah daerah
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Sebagaimana
didefinisikan dalam UU 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
darurat, dan rehabilitasi.
Pada dasarnya penyelenggaraan adalah tiga tahapan yakni :
1. Pra bencana yang meliputi:
- situasi tidak terjadi bencana
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang berdasarkan
analisis kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak menghadapi ancaman
bencana yang nyata.Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana
meliputi :
a. perencanaan penanggulangan bencana;
b. pengurangan risiko bencana;
c. pencegahan;
d. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
e. persyaratan analisis risiko bencana;
f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
g. pendidikan dan pelatihan; dan
h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
- situasi terdapat potensi bencana
Pada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan kesiap siagaan, peringatan dini
dan mitigasi bencana dalam penanggulangan bencana.
a. Kesiapsiagaan
b. Peringatan Dini
c. Mitigasi Bencana
Kegiatan-kegiatan pra-bencana ini dilakukan secara lintas sector dan multi
stakeholder, oleh karena itu fungsi BNPB/BPBD adalah fungsi koordinasi.
2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
15
7/30/2019 93660264-makalah-1
16/22
1. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya;
2. penentuan status keadaan darurat bencana;
3. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
4. pemenuhan kebutuhan dasar;
5. perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
6. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
3. Pasca bencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana meliputi:
1. Rehabilitasi
Tahap ini bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan
infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat,seperti rehabilitasi bangunan ibadah, bangunan sekolah, infrastruktur sosial dasar, serta
prasarana dan sarana perekonomian yang sangat diperlukan. Sasaran utama dari tahap
rehabilitasi ini adalah untuk memperbaiki pelayanan publik hingga pada tingkat yang
memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini, juga diupayakan penyelesaian berbagai
permasalahan yang terkait dengan aspek psikologis melalui penanganan trauma korban
bencana.
2. Rekonstruksi.
Tahap rekonstruksi merupakan tahap lanjutan dari tahapan rehabilitasi yang
bertujuan untuk memperbaiki kembali dan membangun pelayanan publik pada tahap
yang memadai dan membangun masyarakat serta wilayahnya dalam tatanan kehidupan
sosial, ekonomi, budaya dan politik yang sesuai dengan aspirasi dan tuntutan
masyarakat, sehingga minimal dapat berfungsi seperti semula dan bahkan menjadi lebih
baik lagi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Mekanisme Penanggulangan Bencana
Mekanisme penanggulangan bencana yang akan dianut dalam hal ini adalah mengacu
pada UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah No
21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Dari peraturan
perundangundangan tersebut di atas, dinyatakan bahwa mekanismetersebut dibagi ke dalam
tiga tahapan yaitu :
1. Pada pra bencana maka fungsi BPBD bersifat koordinasi dan pelaksana,
2. Pada saat Darurat bersifat koordinasi, komando dan pelaksana
3. Pada pasca bencana bersifat koordinasi dan pelaksana.
16
7/30/2019 93660264-makalah-1
17/22
II. Perencanaan dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Secara umum perencanaan dalam penanggulangan bencana dilakukan pada setiap
tahapan dalam penyelenggaran penanggulangan bencana. Dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana, agar setiap kegiatan dalam setiap tahapan dapat berjalan dengan
terarah, maka disusun suatu rencana yang spesifik pada setiap tahapan penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
1. Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana, dilakukan penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Management Plan), yang merupakan
rencana umum dan menyeluruh yang meliputi seluruh tahapan / bidang kerja
kebencanaan. Secara khusus untuk upaya pencegahan dan mitigasi bencana tertentu
terdapat rencana yang disebut rencana mitigasi misalnya Rencana Mitigasi BencanaBanjir DKI Jakarta.
2. Pada tahap Prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana dilakukan penyusunan
Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan atas
skenario menghadapi bencana tertentu (single hazard) maka disusun satu rencana yang
disebut Rencana Kontinjensi (Contingency Plan).
3. Pada Saat Tangap Darurat dilakukan Rencana Operasi (Operational Plan) yang
merupakan operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau Rencana
Kontinjensi yang telah disusun sebelumnya.
4. Pada Tahap Pemulihan dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan (Recovery Plan)
yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada pasca bencana.
Sedangkan jika bencana belum terjadi, maka untuk mengantisipasi kejadian bencana
dimasa mendatang dilakukan penyusunan petunjuk /pedoman mekanisme
penanggulangan pasca bencana.
III. Perencanaan Penanggulangan Bencana
Perencanaan penanggulangan bencana disusun berdasarkan hasil analisis risiko
bencana dan upaya penanggulangannya yang dijabarkan dalam program kegiatan
penanggulangan bencana dan rincian anggarannya. Perencanaan penanggulangan
bencana merupakan bagian dari perencanaan pembangunan. Setiap rencana yang
dihasilkan dalam perencanaan ini merupakan program/kegiatan yang terkait dengan
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang dimasukkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP), Jangka Menengah (RPJM) maupun Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) tahunan. Rencana penanggulangan bencanaditetapkan oleh Pemerintah dan
17
7/30/2019 93660264-makalah-1
18/22
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh:
1. BNPB untuk tingkat nasional;
2. BPBD provinsi untuk tingkat provinsi; dan
3. BPBD kabupaten/kota untuk tingkat kabupaten/kota.
Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala setiap 2 (dua) tahun atau
sewaktu-waktu apabila terjadi bencana.
IV.Proses Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
Secara garis besar proses penyusunan/penulisan rencana penanggulangan bencana
adalah sebagai berikut :
V.Uraian Proses Perencanaan Penanggulangan Bencana
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa langkah pertama adalah pengenalan bahaya /
anaman bencana yang mengancam wilayah tersebut. Kemudian bahaya / ancaman tersebut
di buat daftar dan di disusun langkah-langkah / kegiatan untuk penangulangannya. Sebagai
prinsip dasar dalam melakukan Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana ini adalah
menerapkan paradigma pengelolaan risiko bencana secara holistik. Pada hakekatnya
bencana adalah sesuatu yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan. Pandangan ini
memberikan arahan bahwa bencana harus dikelola secara menyeluruh sejak sebelum, pada
saat dan setelah kejadian bencana
VI. Pilihan Tindakan Penanggulangan Bencana
18
Pengenalan dan pengkajian bahaya
Pengenalan Kerentanan
Pilihan Tindakan Penanggulangan Bencana
Analisis Kemungkinan Dampak Bencana
Mekanisme Penanggulangan Dampak Bencana
Alokasi Tugas dan Peran Instansi
7/30/2019 93660264-makalah-1
19/22
Pilihan tindakan yang dimaksud di sini adalah berbagai upaya penanggulangan yang
akan dilakukan berdasarkan perkiraan ancaman bahaya yang akan terjadi dan
kemungkinan dampak yang ditimbulkan. Secara lebih rinci pilihan tindakan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Pencegahan dan Mitigasi
Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi yang dilakukan,
bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta mengurangi risiko yang
ditimbulkan oleh bencana. Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan
menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif.
Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif antara lain adalah:
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster
5. Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
6. Pengkajian / analisis risiko bencana
7. Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
8. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
9. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
10. Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara lain:
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki
daerah rawan bencana dsb.
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan ruang, ijin
mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan dengan pencegahan
bencana.
3. Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
4. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang lebih aman.
5. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat.
6. Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi
bencana.
7. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan dan
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti: tanggul, dam, penahan
erosi pantai, bangunan tahan gempa dan sejenisnya. Adakalanya kegiatan mitigasi
19
7/30/2019 93660264-makalah-1
20/22
ini digolongkan menjadi mitigasi yang bersifat non-struktural (berupa peraturan,
penyuluhan, pendidikan) dan yang bersifat struktural (berupa bangunan dan
prasarana).
VII. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana
guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata
kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai
teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
1. Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
2. Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor Penanggulangan bencana
(SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).3. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
4. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
5. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna mendukung
tugas kebencanaan.
6. Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early warning)
7. Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
8. Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan)
20
7/30/2019 93660264-makalah-1
21/22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN
21
7/30/2019 93660264-makalah-1
22/22
DAFTAR PUSTAKA
22