Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan siklus hidupnya, tumbuhan tahunan (perennial plants) adalah tumbuhan yang dapat meneruskan kehidupannya setelah bereproduksi atau menyelesaikan siklus hidupnya dalam jangka waktu lebih daripada dua tahun. Banyak di antaranya berupa pohon, meskipun terdapat pula terna ataupun semak. Untuk mengatasi tantangan lingkungan, tumbuhan tahunan mengembangkan berbagai strategi untuk bertahan hidup, seperti menggugurkan daun, mengubah morfologi, atau menghasilkan senyawa tertentu yang membuat sel-selnya mampu bertahan pada perubahan lingkungan yang ekstrem. Tanaman penghasil minyak adalah tanaman yang organ targetnya dapat diproduksi menjadi minyak. Berbagai macam minyak dapat dihasilkan seperti contoh minyak atsiri, minyak biodesel, minyak nabati dan masih banyak lagi. Dari keseluruhan tanaman pengahasil minyak yang ada, masing-masing tanaman tersebut memilki sifat-sifat yang berbeda, berbeda pola tumbuhnya, berbeda budidayanya, dan juga berbeda syarat tumbuhnya. Dengan melakukan teknik budidaya yang sesuai, maka produksi pangan dapat ditingkatkan. 1.2 Tujuan Tujuan yang ingin diperoleh dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penggolongan tanaman berdasarkan pola tumbuh, organ target, teknik budidaya, dan syarat tumbuh pada komoditas tanaman pangan (biji-bijian). Dalam hal ini komoditas tanaman pangannya adalah tanaman padi, jagung, dan kedelai.
24

93450707-Kayu-Putih.pdf

Nov 21, 2015

Download

Documents

Vaselly Zeitcev
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Berdasarkan siklus hidupnya, tumbuhan tahunan (perennial plants) adalah

    tumbuhan yang dapat meneruskan kehidupannya setelah bereproduksi atau

    menyelesaikan siklus hidupnya dalam jangka waktu lebih daripada dua tahun.

    Banyak di antaranya berupa pohon, meskipun terdapat pula terna ataupun semak.

    Untuk mengatasi tantangan lingkungan, tumbuhan tahunan mengembangkan

    berbagai strategi untuk bertahan hidup, seperti menggugurkan daun, mengubah

    morfologi, atau menghasilkan senyawa tertentu yang membuat sel-selnya mampu

    bertahan pada perubahan lingkungan yang ekstrem.

    Tanaman penghasil minyak adalah tanaman yang organ targetnya dapat

    diproduksi menjadi minyak. Berbagai macam minyak dapat dihasilkan seperti

    contoh minyak atsiri, minyak biodesel, minyak nabati dan masih banyak lagi.

    Dari keseluruhan tanaman pengahasil minyak yang ada, masing-masing

    tanaman tersebut memilki sifat-sifat yang berbeda, berbeda pola tumbuhnya,

    berbeda budidayanya, dan juga berbeda syarat tumbuhnya. Dengan melakukan

    teknik budidaya yang sesuai, maka produksi pangan dapat ditingkatkan.

    1.2 Tujuan

    Tujuan yang ingin diperoleh dari penulisan makalah ini adalah untuk

    mengetahui penggolongan tanaman berdasarkan pola tumbuh, organ target, teknik

    budidaya, dan syarat tumbuh pada komoditas tanaman pangan (biji-bijian). Dalam

    hal ini komoditas tanaman pangannya adalah tanaman padi, jagung, dan kedelai.

  • 2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Tanaman Kelapa Sawit

    Kelapa sawit (Elaeis sp.) adalah tumbuhan industri penting penghasil

    minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya

    menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama

    dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak

    kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai

    timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

    2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi

    Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

    dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    Ordo : Palmales

    Famili : Palmae

    Sub Famili : Cocoidae

    Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq (Kelapa sawit Afrika)

    2. Elaeis melanococca atau Corozo oleifera (kelapasawit

    Amerika Latin)

    Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar

    serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga

    terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk

    mendapatkan tambahan aerasi.

    Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun

    berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak

    mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan

    tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah

    umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan

    menjadi mirip dengan kelapa.

    Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon

    (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat

    jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan

    panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.

  • 3

    2.1.2. Organ Target

    Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah.

    Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah

    menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan

    minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan

    memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan

    baku margarin.

    Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah

    tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul

    dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah

    sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak

    bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan

    sendirinya.

    Buah terdiri dari tiga lapisan:

    Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.

    Mesoskarp, serabut buah

    Endoskarp, cangkang pelindung inti

    Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji) merupakan endosperma dan

    embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.

    Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada

    kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan

    bakal akar (radikula).

    2.1.3. Pengelompokan Tanaman Berdasarkan Pola Tumbuh

    Kelapa Sawit merupakan kelompok tanaman indeterminate. Karena kelapa

    sawit dapat melakukan fase vegetatif dan generatif mencapai 100 tahun tetapi

    umur ekonomisnya adalah 25 tahun

    2.1.4. Syarat Tumbuh

    Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari.

    Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur

    optimal 24-28oC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl

    (di atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit

  • 4

    sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses

    penyerbukan.Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik,Latosol,

    Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai

    dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-

    5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur,datar, berdrainase

    (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solumcukup dalam (80 cm) tanpa lapisan

    padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari

    15o.Teknologi Budidaya

    Teknologi perbanyakan tanaman yang dapat dilakukan pada tanaman kelapa sawit

    adalah dengan kultur jaringan dan pembibitan untuk perbanyakan secara

    konvensional.

    2.1.5 Teknik Budidaya

    Pembiakan Secara Kultur Jaringan

    Pada pembiakan secara kultur jaringan, bahan tanaman kelapa sawit dapat

    diperoleh dalam bentuk bibit atu klon hasil pembiakan secara kultur jaringan

    (tissue culture). Pengembangan kelapa sawit sistem kultur jaringan dimaksudkan

    untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada bahan tanaman kelapa sawit yang

    berasal dari biji yang umumnya memiliki keragaman dalam produksi, kualitas

    minyak, pertumbuhan vegatatif, dan ketahanan terhadap hama penyakit. Bibit

    kelapa sawit yang diperoleh dengan sistem kultur jaringan ini disebut dengan klon

    kelapa sawit.

    Pembuatan bibit klon dengan sistem kultur jaringan menggunakan bahan

    pembiakan yang berasal dari tanaman hasil persilangan antara Deli Dura dan

    Pisifera yang memiliki sifat sifat unggul, yakni produksinya tinggi,

    pertumbuhan vegetatif seragam, kualitas minyak baik, dan toleran terhadap hama

    dan penyakit.

    Kriteria pemilihan pohon induk yang akan digunakan sebagai sel-sel pembiakan

    atau ortet adalah sebagai berikut :

    1). Persilangan terpilih harus berproduksi 7 -9 ton minyak sawit/hektar/tahun dan

    pohon yang dipilih memiliki potensi produksi 9 11 ton minyak/hektar/tahun.

    2). Kandungan asam lemak tidak jenuh di atas 54%

    3). Bebas penyakit tajuk (crown disease).

  • 5

    4). Peninggian pohon berkisar antara 40 55 cm per tahun.

    Metode pembiakan kultur jaringan yang dilaksanakan oleh PPKS Medan adalah

    metode CIRAD CP yang dilaksanakan melalui lima tahap kegiatan sebagai

    berikut.

    1. Induksi Kalus

    Bahan biakan adalah daun kelapa sawit yang manis muda (daun ke 4, ke 5,

    ke 6 atau ke 7) dan masih aktif. Daun Kelapa sawit tersebut diiris

    melintang berukuran 1 cm. Dari satu pohon induk dapat diperoleh sebanyak

    1.200 bahan biakan atau eksplan.

    2. Pembentukan Embrio

    Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan embrio dari kalus berbeda - beda,

    tergantung pada klon yang digunakan.

    3. Pembiakan Embrio

    Embrio muda dipindahkan ke media baru untuk pematangan sekaligus

    perbanyakannnya. Embrio tersebut dipelihara di dalam ruang pembiakan

    dengan intensitas cahaya 1.000 gross lux suhu 270C dan kelembaban udara

    50% - 60%. Pematangan embrio membutuhkan waktu 2 4 bulan.

    Kemampuan pembiakan embrio dari setiap klon berbeda, tetapi tidak ada

    hubungannya dengan jenis persilangan. Pada embrio yang sudah matang

    (mature) dapat ditumbuhi pupus, embrio juga didapat sebagai stock atau

    koleksi dalam tabung penyimpanan dengan teknik krioperservasi.

    4. Penumbuhan Pupus

    Embrio yang terpilih untuk penumbuhan pupus dipindahkan ke dalam media

    baru, dikulturkan di dalam ruang pembiakan dengan intensitas cahaya 1.000

    gross lux, suhu 300C, dan kelembaban 50 - 60%. Penumbuhan pupus

    membutuhkan waktu 2 - 4 bulan.

    5. Penumbuhan Akar

    Pupus yang tumbuh dalam satu kelompok diseleksi untuk penumbuhan akar.

    Pupus yang mempunyai ukuran lebih dari 6 cm disapih dari kelompoknya dan

    dimasukkan ke dalam media induksi akar. Pupus yang masih berukuran kecil

    dipelihara kembali dalam media penumbuhan pupus

  • 6

    Pembiakan Secara Pembibitan

    Pembibitan klon meliputi pembibitan awal (pre nursery) selama 3 bulan

    dan pembibitan utama (main nursery) selama 9 bulan. Sebelum pembibitan awal

    dilakukan, planlet (tanaman baru) perlu melewati fase aklimatisasi, yaitu proses

    adaptasi planlet dari kondisi laboratorium menjadi kondisi lingkungan alami di

    luar.

    Pembibitan

    Benih kelapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan dan

    dikecambahkan oleh lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah. Proses

    pengecambahan umumnya dilakukan sebagai berikut.

    a. Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.

    b. Tandan buah diperam selama 3 hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan

    buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.

    c. Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari

    biji. Cuci biji dengan air, lalu rendam dalam air selama 6-7 hari. Ganti air

    rendaman setiap hari. Selanjutnya rendam biji tadi dalam Dithane M-45

    konsentrasi 0,2 % selama 2 menit, lalu keringanginkan.

    d. Masukkan biji kelapa sawit tersebut ke dalam kaleng pengecambahan dan

    simpan di dalam ruangan bertemperatur 39oC dengan kelembaban 60-70%

    selama 60 hari. Setiap 7 hari, benih dikeringanginkan selama 3 menit.

    e. Setelah 60 hari, rendam benih dalam air sampai kadar air 20-30% dan

    dikeringanginkan lagi. Masukkan benih ke dalam larutan Dithane M-45

    0,2% selama 1-2 menit. Simpan benih di ruangan bertemperatur 270

    C.

    Setelah 10 hari, benih berkecambah pada hari ke-30 tidak digunakan lagi.

    Persiapan Lahan

    Tanaman Kelapa sawit sering ditanam pada berbagai kondisi areal

    sesuai dengan ketersediaan lahan yang akan dibuka menjadi lahan kelapa

    sawit. Cara membuka untuk tanaman kelapa sawit disesuaikan dengan kondisi

    lahan yang tersedia.

    1. Bukaan baru (new planting) pada hutan primer, hutan sekunder, semak

    belukar atau areal yang ditumbuhi lalang.

  • 7

    2. Konversi, yaitu penanaman pada areal yang sebelumnya ditanami

    dengan tanaman perkebunan seperti karet, kelapa atau komoditas

    tanaman perkebunan lainnya.

    3. Bukaan ulangan (replanting), yaitu areal yang sebelumnya juga

    ditanami kelapa sawit.

    Persiapan lahan merupakan kegiatan yang sangat penting dan harus

    dilaksanakan berdasarkan jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan. Mengingat

    areal kebun kelapa sawit yang cukup luas, pembukaan lahan dapat dilakukan

    sekaligus atau secara bertahap. Namun, yang terpenting adalah keadaan kebun

    sudah siap dipanen dan dapat memasok buah yang akan diolah ketika pabrik

    sudah siap berproduksi.

    Penanaman dan Penyulaman

    Jenis jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah : (a) Pembuatan

    larikan tanaman atau penempatan pancang, atau ajir tanam, (b). Penanaman

    tanaman penutup tanah kacangan, dan (c). Penanaman Kelapa sawit.

    1. Pengajiran

    Pada tahap pertama dibuat rancangan larikan (barisan) tanaman serta

    pancang sebagai titik tanam, dimana bibit kelapa sawit akan ditanam.

    Pengajiran atau memancang adalah menentukan tempat tempat yang akan

    ditanam bibit kelapa sawit. Letak ajir (pancang) harus tepat, sehingga

    terbentuk barisan ajir yang lurus dilihat dari segala arah, dan kelak setiap

    individu tanaman pun akan lurus teratur serta memperoleh tempat tumbuh

    yang sama luasnya. Dalam keadaan yang demikian, tanaman mempunyai

    peluang utnuk tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang tidak berbeda.

    2. Pembuatan Lubang Tanam

    Lubang tanam kelapa sawit biasanya dibuat dengan ukuran 60 cm x 60

    cm x 60 cm, tetapi ada juga yang hanya berukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm.

    Pada saat menggali, tanah atas ditaruh di sebelah dan tanah bawah di sebelah

    selatan lubang. Ajir ditancapkan di samping lubang dan bila lubang telah

    selesai dibuat, ajir ditancapkan kembali di tengah tengah lubang. Apabila

    tanaman akan ditanam menurut garis tinggi (kontur) atau dibuat teras

    melingkari bukit, letak lubang tanaman harus berada paling dekat 1,5 m dari

  • 8

    sisi lereng. Untuk penanaman kelapa sawit yang melingkari bukit, biasanya

    dibuat teras teras terlebih dahulu, baik teras individual maupun teras

    kolektif.

    3. Menanam

    Kegiatan menanam terdiri dari kegiatan mempersiapkan bibit di

    Pembibitan utama, Pengangkutan bibit ke lapangan, Menaruh bibit di setiap

    lubang, persiapan lubang, menanam bibit pada lubang, dan pemeriksaan areal

    yang sudah ditanami.

    4. Tanaman Penutup Tanah

    Penanaman tanaman penutup tanah biasa dilaksanakan pada perkebunan

    kelapa sawit. Tanaman penutup tanah adalah tanaman kacangan (Legume

    cover crops, LCC) yang ditanam untuk menutup tanah yang terbuka di

    antara kelapa sawit karena belum terbentuk tajuk yang dapat menutup

    permukaan tanah. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah bertujuan

    untuk memperbaiki sifat sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah

    terjadinya erosi, mempertahankan kelembaban tanah, dan menekan

    tumbuhan pengganggu (gulma). Penanaman kacangan penutup tanah

    sebaiknya dilaksanakan segera setelah pembukaan lahan selesai

    dilaksanakan.

    Jenis jenis tanaman kacangan penutup tanah yang umum ditanam di

    perkebunan kelapa sawit adalah Calopogonium caeruleum, Calopogonium

    mucunoides, Pueraria javanica, Pueraria phaseoloides, Centrocema

    pubescens, Psophocarphus palustries, dan Mucuna cochinchinensis.

    Penyiangan (pengendalian gulma)

    Upaya pengendalian gulma telah dilaksanakan dengan menanami tanah

    di antara tanaman kelapa sawit (gawangan) dengan tanaman kacang penutup

    tanah dan membuat piringan di sekeliling tiap individu tanaman. Bila

    pertumbuhan gulma tidak dikendalikan dengan baik, maka berbagai macam

    gulma dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu (menyaingi)

    pertumbuhan tanaman pokok, menyebabkan keadaan kebun menjadi kotor

    dan lembab. Pengendalian gulma pada tanaman menghasilkan dimaksudkan

  • 9

    untuk mengurangi terjadinya saingan terhadap tanaman pokok,

    memudahkan pelaksanaan pemeliharaan, dan mencegah berkembangnya

    hama dan penyakit tertentu.

    Pemupukan

    Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur unsur hara

    yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh

    hasil yang optimal. Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya

    dilaksanakan analisis tanah dan daun terlebih dahulu. Dengan analisis tanah

    dan daun, maka ketersediaan unsur unsur hara di dalam tanah pada saat itu

    dapat diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman dapat

    diketahui juga. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan kebutuhan tanaman

    terhadap jenis jenis unsur hara secara lebih tepat, sehingga dapat ditetapkan

    dosis pemupukan yang harus diaplikasikan. Pemberian pupuk pada kelapa

    sawit diatur dua kali dalam setahun. Pemberian pupuk yang pertama dilakukan

    pada akhir musim hujan yaitu bulan Maret April dan pemberian pupuk

    kedua dilakukan pada awal musim hujan yaitu bulan September Oktober.

    Pemangkasan

    Pemangkasan atau disebut juga penunasan adalah pembuangan daun

    daun tua atau yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit, pada tanaman

    muda sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan, kecuali dengan maksud

    mengurangi penguapan oleh daun pada saat tanaman akan dipindahkan dari

    pembibitan ke areal perkebunan. Adapu tujuan pemangkasan adalah sebagai

    berikut :

    Memperbaiki sirkulasi udara di sekitar tanaman sehingga dapat membantu

    proses penyerbukan secara alami

    Mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan

    buah terjepit pada pelepah daun.

    Membantu dan memudahkan pada waktu panen

    Mengurangi perkembangan epifir

  • 10

    Agar proses metabolisme tanaman berjalan lancar, terutama proses

    fotosintesis dan respirasi.

    Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur/tingkat pertumbuhan

    tanaman. Macam-macam pemangkasan:

    1. Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman

    yang berumur 16-20 bulan dengan maksud untuk membuang daun-daun

    kering dan buah- buah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis

    linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.

    2. Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang dilakukan pada umur 20-

    28 bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai persiapan

    pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah songgo dua (yaitu daun

    yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain), juga buah-buah yang

    busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir.

    3. Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan setelah

    tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun songgo dua

    sehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah 28-54 helai.

    Sisa daun pada pemangkasan ini harus sependek mungkin, agar tidak

    mengganggu kegiatan panen.

    Pengendalian Hama dan Penyakit

    Tanaman kelapa sawit dapat diserang oleh berbagai hama dan penyakit

    tanaman sejak di pembibitan hingga di kebun pertanaman. Hama dan penyakit

    dapat merusak bibit, tanaman muda yang belum menghasilkan (TBM) maupun

    tanaman yang sudah menghasilkan (TM).

    Beberapa jenis hama dan penyakit dapat menimbulkan kerugian yang

    besar pada bibit, tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman

    menghasilkan (TM). Oleh karena itu, pengendalian terhadap hama dan

    penyakit perlu dilaksanakan secara baik dan benar.

  • 11

    Buah sawit Kecambah

    Bibit di PN (tanpa naungan) Bibit di PN (naungan)

    Bibit di MN Bibit di lapangan

    Tahapan Fase Pertumbuhan Bibit Sawit hingga Siap Ditanam di Lapangan

  • 12

    2.2 Tanaman Kayu Putih

    Tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendra (L). L) merupakan pohon

    anggota suku jambu-jambuan (Myrtaceae) yang dimanfaatkan sebagai sumber

    minyak kayu putih (cajuput oil). Namanya diambil dari warna batangnya yang

    memang putih.merupakan salah satu tumbuhan penghasil minyak atsiri yang mana

    daun tumbuhan ini mengandung minyak atsiri sekitar 0,5 - 1,5% tergantung

    efektivitas penyulingan dan kadar minyak yang terkandung terhadap bahan yang

    disuling. (Lutony, 1994).

    2.2.1 Klasifikasi Dan Morfologi

    Sistematika tumbuhan ini adalah sebagai berikut:

    Kingdom : Plantae

    Divisio : Spermatophyta

    Kelas : Dicotiledonae

    Ordo : Myrtales

    Family : Myrtaceae

    Genus : Melaleuca

    Spesies : Melaleuca Leucadendra, (L.) L

    Morfologi

    Tumbuhan dari famili Myrtaceae merupakan salah satu sumber minyak

    atsiri yang memiliki nilai komersial yang cukup tinggi. Beberapa jenis dari famili

    ini yang terkenal sebagai penghasil minyak atsiri adalah tumbuhan dari marga

    Eucalyptus dan Melaleuca. Tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendra (L). L)

    merupakan tumbuhan perdu yang mempunyai batang pohon kecil dengan banyak

    anak cabang yang menggantung ke bawah. Daunnya berbentuk lancip dengan

    tulang daun yang sejajar. Bunga kayu putih berwarna merah, sedangkan kulit

    batang kayunya berlapis-lapis dengan permukaan terkelupas. Keistimewaan

    tanaman ini adalah mampu bertahan hidup di tempat yang kering, di tanah yang

    berair, atau di daerah yang banyak memperoleh guncangan angin atau sentuhan

    air laut. Tanaman ini tumbuh liar di daerah berhawa panas. Tanaman kayu putih

    tidak memerlukan syarat tumbuh yang spesifik. Pohon kayu putih dapat mencapai

    ketinggian 45 kaki. Dari ketinggian antara 5 - 450 m di atas permukaan laut,

  • 13

    terbukti bahwa tanaman yang satu ini memiliki toleransi yang cukup baik untuk

    berkembang. (Lutony, 1994).

    Gambar morfologi Kayu Putih

    2.2.2. Organ Target

    Bagian yang paling berharga dari tanaman kayu putih untuk keperluan

    produksi minyak atsiri adalah daunnya. Daun kayu putih terdiri atas dua bagian,

    yaitu tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina).

    Pengelompokan Tanaman Berdasarkan Pola Tumbuh

    2.2.3. Pengelompokan Tanaman Berdasarkan Pola Tumbuh

    Tanaman kayu putih termasuk kedalam kelompok tanaman Indeterminate.

    Daun kayu putih yang akan disuling minyaknya mulai bisa dipangkas atau

    dipungut setelah berumur lima tahun. Seterusnya dapat dilakukan setiap enam

    bulan sekali sampai tanaman berusia 30 tahun. Di beberapa daerah yang subur,

    tanaman kayu putih telah bisa dipungut daunnya pada usia dua tahun. Setiap

    pohon kayu putih yang telah berumur lima tahun atau lebih dapat menghasilkan

    sekitar 50-100 kg daun berikut ranting.

    2.2.4. Syarat Tumbuh

    Tanaman kayu putih tidak mempunyai syarat tumbuh yang spesifik. Dari

    ketinggian antara 5 450 m diatas permukaan laut, terbukti bahwa tanaman yang

    satu ini memiliki toleransi yang cukup baik untuk berkembang.

  • 14

    2.2.5.Teknik Budidaya

    Pembuatan Bibit

    A. Secara Generatif

    Tahapan yang harus diperhatikan dalam pembuatan bibit secara generatif

    adalah pengumpulan benih dan kegiatan di persemaian.

    Pengumpulan Benih

    Beberapa hal yang pertu diperhatikan untuk mendapatkan benih kayu

    putih yang baik adalah :

    Pohon induk terseleksi yang dipilih harus memiliki fenotip dan

    genotipe unggul seperti sehat, pertajukan rindang, berbuah lebat serta

    mempunyai kandungan rendemen minyak dan kandungan sineol yang

    tinggi. Pohon induk dipilih dari sumber benih yang baik, yaitu dari Kebun

    Benih, atau dari Areal Produksi Benih (APB) ataupun dari pohon yang

    terseleksi (pohon plus). Memetik buah yang masak dari tangkai buah dan

    tidak perlu memotong dahan, agar pohon induk tidak terganggu proses

    reproduksinya.

    Pemisahan benih (ekstraksi benih) dari buah yang masak sangat

    mudah, cukup dijemur di bawah sinar matahari dan benih akan lepas

    dengan sendirinya. Ukuran benih kayu putih sangat halus, sehingga pada

    waktu pengumpulan benih agar menghindari dari tiupan angin.

    Persemaian

    Benih sebelum ditabur sebaiknya dicampur pasir halus yang steril,

    agar benih tidak menggumpal (menggerombol) mengingat ukuran benih

    sangat halus. Benih ditabur merata di atas bak tabur, kemudian ditutup

    dengan sedikit lapisan pasir halus agar benih tidak mudah terbang. Untuk

    menjaga kelembaban dan tiupan angin, sebaiknya bak tabur ditutup plastik

    transparan (sungkup).

    Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprayer halus pada pagi

    dan sore hari agar media tabur selalu basah (lembab). Setelah pekerjaan

    penyiraman selesai, plastik ditutup kembali, karena benih akan

    berkecambah apabila cahaya, oksigen dan air cukup tersedia. Setelah 5

  • 15

    hari dibedeng tabur benih mulai berkecambah, dan + 2 minggu siap untuk

    dipindah ke bedeng sapih.

    Penyapihan

    Karakteristik semai kayu putih sangat khas dibandingkan jenis

    tanaman hutan lainnya sehingga memerlukan perlakuan khusus. Setelah

    bibit berada selama 2 minggu di bedeng tabur, atau tumbuh daun 2 helai

    atau lebih dan tinggi lebih dari 1cm, maka bibit segera dipindahkan ke

    bedeng sapih. Penyapihan sebaiknya menggunakan alat pinset, karena

    kondisi semai sangat kecil dan peka terhadap gesekan. Dibuat lubang

    tanam pada media sapih di polybag sedalam panjang akarnya (3-5cm) agar

    perakaran tidak melipat/patah. Lebih baik dipasang sungkup plastik agar

    kelembaban lingkungan bibit dapat terjaga dan bibit terlindungi dari

    gangguan hama pengganggu (burung, belalang, katak, tikus dan

    sebagainya). Sungkup dapat dibuka setelah semai berumur 8 minggu.

    Pemeliharaan

    Penyiraman sampai umur 2 bulan dengan sprayer halus, dilakukan

    pada pagi dan sore hari. Pada fase in kecambah kayu putih

    pertumbuhannya lambat, bahkan tampak seperti berhenti (dorman)

    berkisar antara 7-8 minggu. Tinggi semai rata-rata masih 1-2cm, sehingga

    penyiraman perlu dilakukan dengan hati-hati karena sistem perakaran dan

    batang masih sangat rentan dan mudah patah. Penyiraman dilakukan 2

    kali sehari secara rutin pada pagi dan sore.

    Penyiangan (weeding), yaitu pekeraan pembersihan dari tanaman

    pengganggu yang ada pada polybag (biasanya dari jenis rumput) dilakukan

    setiap hari. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati karena akan

    mengganggu akar kayu putih. Apabila gulmanya lebih besar dari kayu

    putih, lebih baik batang gulma dipotong/ digunting.

    Pendangiran, berupa pekerjaan penggemburan permukaan media agar

    aerasi menjadi baik dan perakaran menjadi sempurna. Dilakukan

    bersamaan dengan pekerjaan pembersihan gulma.

    Untuk memacu pertumbuhan bibit dapat dilakukan pemupukan

    dengan pupuk NPK (I5:15:15), yang dilarutkan dan disemprotkan setiap 2

  • 16

    minggu sekali. Atau pemberian pupuk butiran NPK sebanyak 2-3 butir per

    polybag setiap 2 minggu sekali.

    Pemotongan cabang/bakal cabang dan akar yang keluar menembus

    polybag pada bibit tua yang belum dipindah ke lapangan, dimaksudkan

    agar percabangan tidak terlalu banyak dan akar bibit tidak rusak pada saat

    dipindahkan kelapangan

    B. Secara vegetatif

    Pembiakan secara vegetatif pada tanaman kayu putih telah dilakukan

    dengan berbagai macam teknik dengan tujuan untuk mempertahankan sifat

    induknya.

    Berikut beberapa teknik pembiakan vegetatif kayu putih yang telah

    dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan

    Tanaman Hutan (P3BPTH) Yogyakarta.

    Pembuatan stek pucuk dengan teknik rejuvinasi stek cabang

    Beberapa hal penting dalam teknik pembuatan stek pucuk dengan

    teknik rejuvenasi stek cabang yaitu sebagai berikut:

    Pengambilan cabang dari pohon induk hasil seleksi di hutan tanaman

    kayu putih dengan cara cabang dipotong dari bagian terbawah sepanjang

    40cm dan diameter 2 - 4 cm. Ujung cabang ditutup lilin untuk menghambat

    kekeringan, selanjutnya cabang direndam dalam air pada bak plastik dengan

    kedalaman 5cm dan air selalu diganti setiap hari.

    Penanaman cabang dalam bak berisi pasir ditutup dengan sungkup

    plastik pada kedalaman 10cm. Perlu diperhatikan bahwa bagian bawah bak

    di beri lubang, sehingga bak tidak tergenang air. Setelah berumur 1,5 bulan,

    stek akan menghasilkan trubusan dan dapat diambit stek pucuknya . Materi

    stek pucuk diambil dari trubusan tersebut dengan cara memotong daunnya

    dan ditinggalkan sepertiga bagian untuk mengurangi tingkat penguapan.

    Penanaman stek pucuk pada pot plastik berisi media pasir yang disusun

    dalam bak stek yang diberi sungkup. Teknik ini disamping biayanya relatif

    murah dapat menghasilkan presentase tumbuh yang baik yaitu sebesar 57%,.

  • 17

    Stek pucuk dari kebun pangkas

    Langkah yang perlu dilakukan dalam teknik pembuatan stek pucuk

    dari kebun pangkas adalah:

    Pemilihan tunas yang tumbuh autotrop (ke atas) pada tanaman kayu

    putih yang telah dipangkas. Tunas yang baik adalah yang tidak terlalu tua

    atau terlalu muda, dengan panjang sekitar 30cm. Panjang stek kurang lebih

    3-4 ruas ( 10cm) dan dari satu tunas dapat diambil sampai 3 stek.

    Penanaman stek pucuk dilakukan pada bedeng stek dengan media pasir dan

    sebelumnya bagian pangkal stek diolesi Rootone F. Bedeng segera ditutup

    sungkup plastik untuk memelihara kelembaban diatas 80%.

    Pemeliharaan stek dilakukan dengan penyiraman sesering mungkin

    dengan sprayer tangan. Setelah 2 bulan, stek siap dipindahkan ke kantong

    bibit/polybag yang berisi media tanah + pupuk kandang (1:1) untuk memacu

    pertumbuhan yang lebih baik. Setelah 2-3 bulan di persemaian, bibit telah

    siap ditanam di lapangan.

    Stek akar

    Dipilih bahan tanaman untuk stek dari pohon induk yang baik (sehat).

    Pemotongan bahan stek sepanjang 15-20cm. Perendaman bahan stek dalam

    larutan hormon yang telah disiapkan atau mengoleskan bagian pangkal stek

    dengan hormon dalam bentuk pasta. Penanaman stek pada media yang telah

    disiapkan dengan jarak tanam yang tidak terlalu lebar (rapat). Stek juga

    dapat langsung ditanam pada media tanah dalam polybag. Penutupan ruang

    bedeng stek dengan sungkup plastik trasparan di bawah naungan/paranet

    untuk menghindari intensitas cahaya yang terlalu tinggi. Penyiraman media

    stek yang tidak terlalu basah untuk memberikan kelembaban yang optimal

    secara teratur sesuai dengan kebutuhan

    Cangkok

    Membuat bidang cangkok dcngan menyayat atau mengupas kulit

    cabang sepanjang 5-10cm sehingga kambium terkelupas dan diusahakan

    agar kayu terlihat kering. Penyayatan dilakukan dengan pisau atau cutter

    yang tajam dan steril. Membungkus bidang cangkok dengan media yang

    telah disediakan yang terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang

  • 18

    kemudian dibungkus dengan plastik hitam dan masing-masing ujung

    pembungkus diikat secara kuat dengan tali plastik.

    Setelah terbentuk akar pada umur 3-4 bulan (dapat dilihat dengan cara

    membuka pembungkus cangkok), kemudian bagian yang telah dicangkok

    dipotong pada bagian bawah bidang cangkok dan dipisahkan dari pohon

    induknya.

    Hasil cangkok ditempatkan pada tempat yang teduh yang telah

    disiapkan sebelum ditanam di lapangan. Penanaman tanaman hasil cangkok

    pada lubang yang telah disiapkan diusahakan cukup dalam dengan jarak

    tanam rapat (1 x 1 m).

    Penanaman

    Pada umumnya kayu putih relatif mudah ditanam, terutama pada jenis

    tanah grumosol, latosol, maupun regosol. Jarak tanam ideal pada hutan tanaman

    biasanya menggunakan 2 x 1 m, atau 3 x 1 m, untuk pola tanam tumpangsari.

    Pengolahan lahan dapat dilakukan dengan dicangkul atau untuk lahan yang

    topografinya datar dapat diolah dengan traktor. Cara lain yang dapat dilakukan

    adalah dengan sistem cemplongan yaitu tanah yang diolah hanya seluas 1 M2 dari

    titik tanam. Lubang tanam dapat dibuat dengan berbagai macam ukuran, tetapi

    yang dianjurkan adalah 30 cm x 30 cm x 30 cm. Lubang tanam dipupuk dengan

    kompos sebanyak 1-2 kg per lubang untuk memacu pertumbuhan awal tanaman.

    Pemasangan ajir dengan ukuran 50-80cm agar ajir mudah dilibat dan penanaman

    menjadi lebih mudah.

    Pemeliharaan

    Tanaman kayu putih adalah jenis tanaman Yang tidak memerlukan

    pemeliharaan Yang intensif. Namun umur 1-2 tahun harus lebih diperhatikan dan

    dipelihara. setelah berumur 2 tahun tanaman tetap dirawat, tetapi dengan

    intensitas Yang lebih rendah. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman,

    penyiangan (weeding), pendangiran, pemupukan dan pemangkasan batang.

    Penyulaman Tanaman

    kayu putih yang mati di areal penanaman segera disulam agar

    diperoleh umur tegakan Yang sama dan dalam satuan jumlah pohon Yang

    seragam. Tanaman Yang memiliki pertumbuban lambat atau tidak sehat

  • 19

    segera diganti dengan bibit sulaman Yang baru agar pertumbuhan

    penanaman seragam dan optimum pertumbuhannya. Selain itu tujuannya

    adalah untuk efisiensi penggunaan lahan agar lebih optimal.

    Penyiangan

    Penyiangan dilakukan untuk membersihkan tanaman dari pengganggu

    (gulma) agar tidak tejadi kompetisi hara dengan tanaman pokok.

    Pendangiran

    Pendangiran merupakan pekerjaan menggemburkan tanah pada sekitar

    batang pokok. Tujuannya adalah untuk memberikan aerasi tanah yang lebih

    baik dan sistem perakaran menjadi sehat.

    Pemupukan

    Pemberian pupuk lanjutan di lapangan cukup menggunakan pupuk

    kandang secukupnya atau pupuk organik (NPK atau Urea) dengan dosis

    100gr/pohon untuk memacu pertumbuhan perakaran batang maupun daun.

    Agar lebih efektif dan efesien, pekerjaan ini dilakukan bersamaan dengan

    pekerjaan pendangiran dan pada saat musim hujan.

    Pemangkasan batang

    Kegiatan pemangkasan ini bertujuan untuk permudaan cabang dan

    memudahkan dalam pemungutan daun. Untuk tegakan yang telah berumur

    lebih dari 5 tahun sebaiknya dilakukan pemangkasan setinggi 1 m, dan

    sebaiknya pekerjaan ini dilakukan pada akhir musim kemarau atau

    menjelang musim hujan.

  • 20

    2.3 Tanaman Jarak Pagar

    Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tumbuhan semak berkayu

    yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan

    kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal

    sebagai bahan pengobatan dan racun, saat ini ia makin mendapat perhatian

    sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyak

    bijinya. Peran yang agak serupa sudah lama dimainkan oleh kerabatnya, jarak

    pohon (Ricinus communis), yang bijinya menghasilkan minyak campuran untuk

    pelumas.

    Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama di Indonesia: jarak kosta,

    jarak budeg (Sunda); jarak gundul, jarak pager (Jawa); kalekhe paghar (Madura);

    jarak pager (Bali); lulu mau, paku kase, jarak pageh (Nusa Tenggara); kuman

    nema (Alor); jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene

    (Sulawesi); ai huwa kamala, balacai, kadoto (Maluku).

    2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi

    Kerajaan : Plantae

    Divisi : Embryophyta

    Kelas : Spermatopsida

    Ordo : Malpighiales

    Famili : Euphorbiaceae

    Genus : Jatropha

    Spesies : J. curcas

    Morfologi

    Berupa perdu besar yang cabang-cabangnya tidak teratur, tingginyadapat

    mencapai 3 m. Batangnya bergetah yang agak kental. Daunnya lebar-

    lebar,berbentuk jantung, tepinya rata atau agak berlekuk dan tangkainya panjang.

    Bunganyaberwarna hijau kekuningan, berkelamin tunggal, berumah satu. Baik

    bunga jantan maupunbunga betina masing-masing tersusun dalam rangkaian

    berupa cawan. Buah berbentukbulat telur, terbagi dalam tiga ruang, tidak

    merekah. Pada masing-masing ruang terdapat 1biji yang bentuknya bulat loncong,

    warnanya hitam.

  • 21

    2.3.2 Organ Target

    Organ target dari tanaman jarak pagar yaitu buah. Pemanenan dilakukan

    jika buah telah masak, dicirikan kulit buah berwarna kuning dan kemudian mulai

    mengering. Cara pemanenan dengan memetik buah yang telah masak dengan

    tangan atau gunting. Produktivitas per pohon jarak pagar berkisar antara 3.5 4.5

    kg biji per tahun.

    2.3.3. Pengelompokan Tanaman Berdasarkan Pola Tumbuh

    Tanaman jarak pagar termasuk kedalam kelompok tanaman Indeterminate.

    Tanaman ini merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup sampai umur 50

    tahun. Bunga terbentuk setelah umur 3 4 bulan, sedangkan pembentukan buah

    mulai pada umur 4 5 bulan.Biasanya buah masak setelah berumur 5 6 bulan.

    Produksi maksimum baru tercapai pada usia tanam enam tahun, dan akan terus

    menghasilkan secara ekonomis sampai 20 tahun.

  • 22

    2.3.4 Syarat Tumbuh

    Meskipun termasuk tanaman pionir yang dapat tumbuh disegala tempat,

    untuk mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas yang optimal Jarak Pagar

    menghendaki persyaratan tumbuh sebagai berikut :

    Lahan yang dikehendaki adalah Lahan Kering Dataran Rendah Beriklim

    Kering (LKDRIK)

    Ketinggian tanah 0 - 500 m diatas permukaan laut

    Suhu < 20

    Curah hujan 300 - 1000 mm / tahun

    pH tanah 5,5 - 6,5

    Kondisi iklim yang tidak mendukung mengakibatkan produktivitas

    menjadi tidak optimal hal ini terlihat dari tingginya variasi produktivitas antara

    lakosai satu dengan lokasi lainnya.

    2.3.5 Teknologi Budidaya

    Perbenihan

    Bibit yang beredar sekarang ini (thn 2006) masih berupa bibit sebar dari

    populasi terpilih, karena secara resmi pemerintah belum melepas varietas unggul,

    kemungkinan baru pada tahun 2007 bibit varietas unggul akan tersedia. Tanaman

    jarak pagar dapat diperbanyak secara generatif (biji) maupun secara vegetatif (stek

    batang, stek pucuk maupun kultur jaringan) yang masing-masing mempunyai

    kelebihan dan kekurangan.

    Bibit asal biji

    Diambil dari buah yang sudah masak yang berwarna kuning dari

    pohon induk terpilih, kemudian dikering anginkan sampai buah merekah.

    Buat media pendederan untuk menyemai biji, biasanya akan berkecambah

    pada umur 7 - 10 hari. Kecambah dipindah kedalam polibeg, dan dipelihara

    dibawah naungan selama 2 bulan. Memasuki bulan ketiga naungan dibuang

    agar bibit mendapat sinar matahari secara penuh. Bibit siap dipindah

    kelapangan setelah umur 3 bulan

    Bibit asal stek

    Stek yang baik berdiameter 2-3 cm, panjang 20-30 cm, berbentuk

    lurus dan diambil dari tanaman yang telah berumur 4 tahun. Pemeliharan

  • 23

    stek dalam polibeg selama 3 bulan, dimana satu bulan terakhir sebelum

    tanam naungan dibuang agar bibit mendapat sinar matahari secara penuh.

    Persiapan Tanaman

    Lokasi penanaman yang baik adalah daerah terbuka yang langsung

    menerima matahari secara penuh. Hal hal yang diperhatikan adalah pengolahan

    tanah dapat dilakukan secara mekanis ataupun secara kimiawi. Jarak tanam yang

    dianjurkan 2 x 2 m. Pembuatan lubang ukuran 30 x 30 x 30 cm sebulan sebelum

    tanam. Saat penanaman dianjurkan diberikan pupuk UREA 20 gr, SP36 50 gr dan

    KCl 10 gr/tanaman

    Pemeliharaan

    Pengendalian gulma dilakukan secara intensif terutama pada 4 bulan

    pertama setelah tanam. Drainase dan aerasi harus baik, karena tanaman jarak

    pagar peka terhadap drainase yang buruk. Pemangkasan bentuk dilaksanakan

    setelah tanaman mencapai tinggi 1 m, tujuan pemangkasan adalah untuk

    mendapatkan percabangan baru. Pemupukan secara umum yang

    direkomendasikan untuk 1 Ha/tahun adalah UREA 50 kg, SP36 150 kg dan KCl

    30 kg. Lebih diajurkan lagi ditambah dengan pupuk kandang sebanyak 1 -2 kg

    /tanaman.

    Panen

    Pemanenan hanya kepada buah masak yang sudah berwarna kuning,

    dilakukan dengan menggunakan galah yang ujungnya diberi kantung, sehingga

    buah terpetik akan jatuh/masuk kedalam kantung. Perlu diingat buah jarak pagar

    masaknya tidak serempak sehingga pengawasan panen harus ketat untuk

    mendapatkan biji yang berkualitas.

    Keterangan :

    Produksi Benih

    A = Buah berwarna kuning, umur 90 hari

    Produksi Minyak

    B = Buah kering berwarna coklat kehitaman

  • 24

    DAFTAR PUSTAKA

    Amrullah. Minyak Atsiri Kayu Putih. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin

    Makassar. Diakses dari http://amrullha.wordpress.com pada 18 Maret 2012

    Anonim. BUDIDAYA KAYU PUTIH. Diakses dari http://www.dephut.go.id

    pada 19 Maret 2012.

    Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertania. 2008. Teknologi

    Budidaya Kelapa Sawit. ISBN: 978-979-1415-32-3. diunduh dari

    lampung.litbang.deptan.go.id pada 17 Maret 2012

    Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan. Budidaya Jarak Pagar. diakses di

    http://disbun.kalselprov.go.id pada 17 Maret 2012

    I r w a n t o, 2006 Pengambangan Tanaman Jarak (Jatropha curcas L.) Sebagai

    Sumber Bahan Bakar Alternatif. Diakses dari http://www.kapetseram.com

    pada 17 Maret 2012.

    Seputar pertanian. 2011. Cara Budidaya Tanaman Kayu Putih. diunduh di

    http://tipspetani.blogspot.com pada 17 Maret 2012