-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan siklus hidupnya, tumbuhan tahunan (perennial plants)
adalah
tumbuhan yang dapat meneruskan kehidupannya setelah bereproduksi
atau
menyelesaikan siklus hidupnya dalam jangka waktu lebih daripada
dua tahun.
Banyak di antaranya berupa pohon, meskipun terdapat pula terna
ataupun semak.
Untuk mengatasi tantangan lingkungan, tumbuhan tahunan
mengembangkan
berbagai strategi untuk bertahan hidup, seperti menggugurkan
daun, mengubah
morfologi, atau menghasilkan senyawa tertentu yang membuat
sel-selnya mampu
bertahan pada perubahan lingkungan yang ekstrem.
Tanaman penghasil minyak adalah tanaman yang organ targetnya
dapat
diproduksi menjadi minyak. Berbagai macam minyak dapat
dihasilkan seperti
contoh minyak atsiri, minyak biodesel, minyak nabati dan masih
banyak lagi.
Dari keseluruhan tanaman pengahasil minyak yang ada,
masing-masing
tanaman tersebut memilki sifat-sifat yang berbeda, berbeda pola
tumbuhnya,
berbeda budidayanya, dan juga berbeda syarat tumbuhnya. Dengan
melakukan
teknik budidaya yang sesuai, maka produksi pangan dapat
ditingkatkan.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin diperoleh dari penulisan makalah ini adalah
untuk
mengetahui penggolongan tanaman berdasarkan pola tumbuh, organ
target, teknik
budidaya, dan syarat tumbuh pada komoditas tanaman pangan
(biji-bijian). Dalam
hal ini komoditas tanaman pangannya adalah tanaman padi, jagung,
dan kedelai.
-
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis sp.) adalah tumbuhan industri penting
penghasil
minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).
Perkebunannya
menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan
perkebunan lama
dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah
penghasil minyak
kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di
daerah Aceh, pantai
timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.
2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi
Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi)
tumbuhan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Sub Famili : Cocoidae
Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq (Kelapa sawit Afrika)
2. Elaeis melanococca atau Corozo oleifera (kelapasawit
Amerika Latin)
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter.
Akar
serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping.
Selain itu juga
terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping
atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip.
Daun
berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda.
Penampilannya agak
mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak
terlalu keras dan
tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12
tahun. Setelah
umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga
penampilan
menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu
pohon
(monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat
jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan
panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan
mekar.
-
3
2.1.2. Organ Target
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah
buah.
Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang
diolah
menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya.
Kelebihan
minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah
kolesterol, dan
memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah
menjadi bahan
baku margarin.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga
merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan
yang muncul
dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak
bertambah
sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan
asam lemak
bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok
dengan
sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
Mesoskarp, serabut buah
Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji) merupakan
endosperma dan
embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit
matang pada
kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas
(plumula) dan
bakal akar (radikula).
2.1.3. Pengelompokan Tanaman Berdasarkan Pola Tumbuh
Kelapa Sawit merupakan kelompok tanaman indeterminate. Karena
kelapa
sawit dapat melakukan fase vegetatif dan generatif mencapai 100
tahun tetapi
umur ekonomisnya adalah 25 tahun
2.1.4. Syarat Tumbuh
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7
jam/hari.
Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm,
temperatur
optimal 24-28oC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara
1-500 m dpl
(di atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk
tanaman sawit
-
4
sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu
proses
penyerbukan.Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah
Podzolik,Latosol,
Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik,
dataran pantai
dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit
adalah 5,0-
5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur,datar,
berdrainase
(beririgasi) baik dan memiliki lapisan solumcukup dalam (80 cm)
tanpa lapisan
padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak
lebih dari
15o.Teknologi Budidaya
Teknologi perbanyakan tanaman yang dapat dilakukan pada tanaman
kelapa sawit
adalah dengan kultur jaringan dan pembibitan untuk perbanyakan
secara
konvensional.
2.1.5 Teknik Budidaya
Pembiakan Secara Kultur Jaringan
Pada pembiakan secara kultur jaringan, bahan tanaman kelapa
sawit dapat
diperoleh dalam bentuk bibit atu klon hasil pembiakan secara
kultur jaringan
(tissue culture). Pengembangan kelapa sawit sistem kultur
jaringan dimaksudkan
untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada bahan tanaman
kelapa sawit yang
berasal dari biji yang umumnya memiliki keragaman dalam
produksi, kualitas
minyak, pertumbuhan vegatatif, dan ketahanan terhadap hama
penyakit. Bibit
kelapa sawit yang diperoleh dengan sistem kultur jaringan ini
disebut dengan klon
kelapa sawit.
Pembuatan bibit klon dengan sistem kultur jaringan menggunakan
bahan
pembiakan yang berasal dari tanaman hasil persilangan antara
Deli Dura dan
Pisifera yang memiliki sifat sifat unggul, yakni produksinya
tinggi,
pertumbuhan vegetatif seragam, kualitas minyak baik, dan toleran
terhadap hama
dan penyakit.
Kriteria pemilihan pohon induk yang akan digunakan sebagai
sel-sel pembiakan
atau ortet adalah sebagai berikut :
1). Persilangan terpilih harus berproduksi 7 -9 ton minyak
sawit/hektar/tahun dan
pohon yang dipilih memiliki potensi produksi 9 11 ton
minyak/hektar/tahun.
2). Kandungan asam lemak tidak jenuh di atas 54%
3). Bebas penyakit tajuk (crown disease).
-
5
4). Peninggian pohon berkisar antara 40 55 cm per tahun.
Metode pembiakan kultur jaringan yang dilaksanakan oleh PPKS
Medan adalah
metode CIRAD CP yang dilaksanakan melalui lima tahap kegiatan
sebagai
berikut.
1. Induksi Kalus
Bahan biakan adalah daun kelapa sawit yang manis muda (daun ke
4, ke 5,
ke 6 atau ke 7) dan masih aktif. Daun Kelapa sawit tersebut
diiris
melintang berukuran 1 cm. Dari satu pohon induk dapat diperoleh
sebanyak
1.200 bahan biakan atau eksplan.
2. Pembentukan Embrio
Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan embrio dari kalus
berbeda - beda,
tergantung pada klon yang digunakan.
3. Pembiakan Embrio
Embrio muda dipindahkan ke media baru untuk pematangan
sekaligus
perbanyakannnya. Embrio tersebut dipelihara di dalam ruang
pembiakan
dengan intensitas cahaya 1.000 gross lux suhu 270C dan
kelembaban udara
50% - 60%. Pematangan embrio membutuhkan waktu 2 4 bulan.
Kemampuan pembiakan embrio dari setiap klon berbeda, tetapi
tidak ada
hubungannya dengan jenis persilangan. Pada embrio yang sudah
matang
(mature) dapat ditumbuhi pupus, embrio juga didapat sebagai
stock atau
koleksi dalam tabung penyimpanan dengan teknik
krioperservasi.
4. Penumbuhan Pupus
Embrio yang terpilih untuk penumbuhan pupus dipindahkan ke dalam
media
baru, dikulturkan di dalam ruang pembiakan dengan intensitas
cahaya 1.000
gross lux, suhu 300C, dan kelembaban 50 - 60%. Penumbuhan
pupus
membutuhkan waktu 2 - 4 bulan.
5. Penumbuhan Akar
Pupus yang tumbuh dalam satu kelompok diseleksi untuk penumbuhan
akar.
Pupus yang mempunyai ukuran lebih dari 6 cm disapih dari
kelompoknya dan
dimasukkan ke dalam media induksi akar. Pupus yang masih
berukuran kecil
dipelihara kembali dalam media penumbuhan pupus
-
6
Pembiakan Secara Pembibitan
Pembibitan klon meliputi pembibitan awal (pre nursery) selama 3
bulan
dan pembibitan utama (main nursery) selama 9 bulan. Sebelum
pembibitan awal
dilakukan, planlet (tanaman baru) perlu melewati fase
aklimatisasi, yaitu proses
adaptasi planlet dari kondisi laboratorium menjadi kondisi
lingkungan alami di
luar.
Pembibitan
Benih kelapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan dan
dikecambahkan oleh lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah.
Proses
pengecambahan umumnya dilakukan sebagai berikut.
a. Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
b. Tandan buah diperam selama 3 hari dan sekali-kali disiram
air. Pisahkan
buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
c. Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah
dari
biji. Cuci biji dengan air, lalu rendam dalam air selama 6-7
hari. Ganti air
rendaman setiap hari. Selanjutnya rendam biji tadi dalam Dithane
M-45
konsentrasi 0,2 % selama 2 menit, lalu keringanginkan.
d. Masukkan biji kelapa sawit tersebut ke dalam kaleng
pengecambahan dan
simpan di dalam ruangan bertemperatur 39oC dengan kelembaban
60-70%
selama 60 hari. Setiap 7 hari, benih dikeringanginkan selama 3
menit.
e. Setelah 60 hari, rendam benih dalam air sampai kadar air
20-30% dan
dikeringanginkan lagi. Masukkan benih ke dalam larutan Dithane
M-45
0,2% selama 1-2 menit. Simpan benih di ruangan bertemperatur
270
C.
Setelah 10 hari, benih berkecambah pada hari ke-30 tidak
digunakan lagi.
Persiapan Lahan
Tanaman Kelapa sawit sering ditanam pada berbagai kondisi
areal
sesuai dengan ketersediaan lahan yang akan dibuka menjadi lahan
kelapa
sawit. Cara membuka untuk tanaman kelapa sawit disesuaikan
dengan kondisi
lahan yang tersedia.
1. Bukaan baru (new planting) pada hutan primer, hutan sekunder,
semak
belukar atau areal yang ditumbuhi lalang.
-
7
2. Konversi, yaitu penanaman pada areal yang sebelumnya
ditanami
dengan tanaman perkebunan seperti karet, kelapa atau
komoditas
tanaman perkebunan lainnya.
3. Bukaan ulangan (replanting), yaitu areal yang sebelumnya
juga
ditanami kelapa sawit.
Persiapan lahan merupakan kegiatan yang sangat penting dan
harus
dilaksanakan berdasarkan jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan.
Mengingat
areal kebun kelapa sawit yang cukup luas, pembukaan lahan dapat
dilakukan
sekaligus atau secara bertahap. Namun, yang terpenting adalah
keadaan kebun
sudah siap dipanen dan dapat memasok buah yang akan diolah
ketika pabrik
sudah siap berproduksi.
Penanaman dan Penyulaman
Jenis jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah : (a)
Pembuatan
larikan tanaman atau penempatan pancang, atau ajir tanam, (b).
Penanaman
tanaman penutup tanah kacangan, dan (c). Penanaman Kelapa
sawit.
1. Pengajiran
Pada tahap pertama dibuat rancangan larikan (barisan) tanaman
serta
pancang sebagai titik tanam, dimana bibit kelapa sawit akan
ditanam.
Pengajiran atau memancang adalah menentukan tempat tempat yang
akan
ditanam bibit kelapa sawit. Letak ajir (pancang) harus tepat,
sehingga
terbentuk barisan ajir yang lurus dilihat dari segala arah, dan
kelak setiap
individu tanaman pun akan lurus teratur serta memperoleh tempat
tumbuh
yang sama luasnya. Dalam keadaan yang demikian, tanaman
mempunyai
peluang utnuk tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang tidak
berbeda.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam kelapa sawit biasanya dibuat dengan ukuran 60 cm x
60
cm x 60 cm, tetapi ada juga yang hanya berukuran 50 cm x 40 cm x
40 cm.
Pada saat menggali, tanah atas ditaruh di sebelah dan tanah
bawah di sebelah
selatan lubang. Ajir ditancapkan di samping lubang dan bila
lubang telah
selesai dibuat, ajir ditancapkan kembali di tengah tengah
lubang. Apabila
tanaman akan ditanam menurut garis tinggi (kontur) atau dibuat
teras
melingkari bukit, letak lubang tanaman harus berada paling dekat
1,5 m dari
-
8
sisi lereng. Untuk penanaman kelapa sawit yang melingkari bukit,
biasanya
dibuat teras teras terlebih dahulu, baik teras individual maupun
teras
kolektif.
3. Menanam
Kegiatan menanam terdiri dari kegiatan mempersiapkan bibit
di
Pembibitan utama, Pengangkutan bibit ke lapangan, Menaruh bibit
di setiap
lubang, persiapan lubang, menanam bibit pada lubang, dan
pemeriksaan areal
yang sudah ditanami.
4. Tanaman Penutup Tanah
Penanaman tanaman penutup tanah biasa dilaksanakan pada
perkebunan
kelapa sawit. Tanaman penutup tanah adalah tanaman kacangan
(Legume
cover crops, LCC) yang ditanam untuk menutup tanah yang terbuka
di
antara kelapa sawit karena belum terbentuk tajuk yang dapat
menutup
permukaan tanah. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah
bertujuan
untuk memperbaiki sifat sifat fisika, kimia dan biologi tanah,
mencegah
terjadinya erosi, mempertahankan kelembaban tanah, dan
menekan
tumbuhan pengganggu (gulma). Penanaman kacangan penutup
tanah
sebaiknya dilaksanakan segera setelah pembukaan lahan
selesai
dilaksanakan.
Jenis jenis tanaman kacangan penutup tanah yang umum ditanam
di
perkebunan kelapa sawit adalah Calopogonium caeruleum,
Calopogonium
mucunoides, Pueraria javanica, Pueraria phaseoloides,
Centrocema
pubescens, Psophocarphus palustries, dan Mucuna
cochinchinensis.
Penyiangan (pengendalian gulma)
Upaya pengendalian gulma telah dilaksanakan dengan menanami
tanah
di antara tanaman kelapa sawit (gawangan) dengan tanaman kacang
penutup
tanah dan membuat piringan di sekeliling tiap individu tanaman.
Bila
pertumbuhan gulma tidak dikendalikan dengan baik, maka berbagai
macam
gulma dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu (menyaingi)
pertumbuhan tanaman pokok, menyebabkan keadaan kebun menjadi
kotor
dan lembab. Pengendalian gulma pada tanaman menghasilkan
dimaksudkan
-
9
untuk mengurangi terjadinya saingan terhadap tanaman pokok,
memudahkan pelaksanaan pemeliharaan, dan mencegah
berkembangnya
hama dan penyakit tertentu.
Pemupukan
Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur unsur
hara
yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga
diperoleh
hasil yang optimal. Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat,
sebaiknya
dilaksanakan analisis tanah dan daun terlebih dahulu. Dengan
analisis tanah
dan daun, maka ketersediaan unsur unsur hara di dalam tanah pada
saat itu
dapat diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman
dapat
diketahui juga. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan
kebutuhan tanaman
terhadap jenis jenis unsur hara secara lebih tepat, sehingga
dapat ditetapkan
dosis pemupukan yang harus diaplikasikan. Pemberian pupuk pada
kelapa
sawit diatur dua kali dalam setahun. Pemberian pupuk yang
pertama dilakukan
pada akhir musim hujan yaitu bulan Maret April dan pemberian
pupuk
kedua dilakukan pada awal musim hujan yaitu bulan September
Oktober.
Pemangkasan
Pemangkasan atau disebut juga penunasan adalah pembuangan
daun
daun tua atau yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit,
pada tanaman
muda sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan, kecuali dengan
maksud
mengurangi penguapan oleh daun pada saat tanaman akan
dipindahkan dari
pembibitan ke areal perkebunan. Adapu tujuan pemangkasan adalah
sebagai
berikut :
Memperbaiki sirkulasi udara di sekitar tanaman sehingga dapat
membantu
proses penyerbukan secara alami
Mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan
brondolan
buah terjepit pada pelepah daun.
Membantu dan memudahkan pada waktu panen
Mengurangi perkembangan epifir
-
10
Agar proses metabolisme tanaman berjalan lancar, terutama
proses
fotosintesis dan respirasi.
Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur/tingkat
pertumbuhan
tanaman. Macam-macam pemangkasan:
1. Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap
tanaman
yang berumur 16-20 bulan dengan maksud untuk membuang
daun-daun
kering dan buah- buah pertama yang busuk. Alat yang digunakan
adalah jenis
linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.
2. Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang dilakukan pada
umur 20-
28 bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai
persiapan
pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah songgo dua (yaitu
daun
yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain), juga buah-buah
yang
busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan
pasir.
3. Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan
setelah
tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun songgo
dua
sehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah
28-54 helai.
Sisa daun pada pemangkasan ini harus sependek mungkin, agar
tidak
mengganggu kegiatan panen.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman kelapa sawit dapat diserang oleh berbagai hama dan
penyakit
tanaman sejak di pembibitan hingga di kebun pertanaman. Hama dan
penyakit
dapat merusak bibit, tanaman muda yang belum menghasilkan (TBM)
maupun
tanaman yang sudah menghasilkan (TM).
Beberapa jenis hama dan penyakit dapat menimbulkan kerugian
yang
besar pada bibit, tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
tanaman
menghasilkan (TM). Oleh karena itu, pengendalian terhadap hama
dan
penyakit perlu dilaksanakan secara baik dan benar.
-
11
Buah sawit Kecambah
Bibit di PN (tanpa naungan) Bibit di PN (naungan)
Bibit di MN Bibit di lapangan
Tahapan Fase Pertumbuhan Bibit Sawit hingga Siap Ditanam di
Lapangan
-
12
2.2 Tanaman Kayu Putih
Tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendra (L). L) merupakan
pohon
anggota suku jambu-jambuan (Myrtaceae) yang dimanfaatkan sebagai
sumber
minyak kayu putih (cajuput oil). Namanya diambil dari warna
batangnya yang
memang putih.merupakan salah satu tumbuhan penghasil minyak
atsiri yang mana
daun tumbuhan ini mengandung minyak atsiri sekitar 0,5 - 1,5%
tergantung
efektivitas penyulingan dan kadar minyak yang terkandung
terhadap bahan yang
disuling. (Lutony, 1994).
2.2.1 Klasifikasi Dan Morfologi
Sistematika tumbuhan ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Melaleuca
Spesies : Melaleuca Leucadendra, (L.) L
Morfologi
Tumbuhan dari famili Myrtaceae merupakan salah satu sumber
minyak
atsiri yang memiliki nilai komersial yang cukup tinggi. Beberapa
jenis dari famili
ini yang terkenal sebagai penghasil minyak atsiri adalah
tumbuhan dari marga
Eucalyptus dan Melaleuca. Tumbuhan kayu putih (Melaleuca
leucadendra (L). L)
merupakan tumbuhan perdu yang mempunyai batang pohon kecil
dengan banyak
anak cabang yang menggantung ke bawah. Daunnya berbentuk lancip
dengan
tulang daun yang sejajar. Bunga kayu putih berwarna merah,
sedangkan kulit
batang kayunya berlapis-lapis dengan permukaan terkelupas.
Keistimewaan
tanaman ini adalah mampu bertahan hidup di tempat yang kering,
di tanah yang
berair, atau di daerah yang banyak memperoleh guncangan angin
atau sentuhan
air laut. Tanaman ini tumbuh liar di daerah berhawa panas.
Tanaman kayu putih
tidak memerlukan syarat tumbuh yang spesifik. Pohon kayu putih
dapat mencapai
ketinggian 45 kaki. Dari ketinggian antara 5 - 450 m di atas
permukaan laut,
-
13
terbukti bahwa tanaman yang satu ini memiliki toleransi yang
cukup baik untuk
berkembang. (Lutony, 1994).
Gambar morfologi Kayu Putih
2.2.2. Organ Target
Bagian yang paling berharga dari tanaman kayu putih untuk
keperluan
produksi minyak atsiri adalah daunnya. Daun kayu putih terdiri
atas dua bagian,
yaitu tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina).
Pengelompokan Tanaman Berdasarkan Pola Tumbuh
2.2.3. Pengelompokan Tanaman Berdasarkan Pola Tumbuh
Tanaman kayu putih termasuk kedalam kelompok tanaman
Indeterminate.
Daun kayu putih yang akan disuling minyaknya mulai bisa
dipangkas atau
dipungut setelah berumur lima tahun. Seterusnya dapat dilakukan
setiap enam
bulan sekali sampai tanaman berusia 30 tahun. Di beberapa daerah
yang subur,
tanaman kayu putih telah bisa dipungut daunnya pada usia dua
tahun. Setiap
pohon kayu putih yang telah berumur lima tahun atau lebih dapat
menghasilkan
sekitar 50-100 kg daun berikut ranting.
2.2.4. Syarat Tumbuh
Tanaman kayu putih tidak mempunyai syarat tumbuh yang spesifik.
Dari
ketinggian antara 5 450 m diatas permukaan laut, terbukti bahwa
tanaman yang
satu ini memiliki toleransi yang cukup baik untuk
berkembang.
-
14
2.2.5.Teknik Budidaya
Pembuatan Bibit
A. Secara Generatif
Tahapan yang harus diperhatikan dalam pembuatan bibit secara
generatif
adalah pengumpulan benih dan kegiatan di persemaian.
Pengumpulan Benih
Beberapa hal yang pertu diperhatikan untuk mendapatkan benih
kayu
putih yang baik adalah :
Pohon induk terseleksi yang dipilih harus memiliki fenotip
dan
genotipe unggul seperti sehat, pertajukan rindang, berbuah lebat
serta
mempunyai kandungan rendemen minyak dan kandungan sineol
yang
tinggi. Pohon induk dipilih dari sumber benih yang baik, yaitu
dari Kebun
Benih, atau dari Areal Produksi Benih (APB) ataupun dari pohon
yang
terseleksi (pohon plus). Memetik buah yang masak dari tangkai
buah dan
tidak perlu memotong dahan, agar pohon induk tidak terganggu
proses
reproduksinya.
Pemisahan benih (ekstraksi benih) dari buah yang masak
sangat
mudah, cukup dijemur di bawah sinar matahari dan benih akan
lepas
dengan sendirinya. Ukuran benih kayu putih sangat halus,
sehingga pada
waktu pengumpulan benih agar menghindari dari tiupan angin.
Persemaian
Benih sebelum ditabur sebaiknya dicampur pasir halus yang
steril,
agar benih tidak menggumpal (menggerombol) mengingat ukuran
benih
sangat halus. Benih ditabur merata di atas bak tabur, kemudian
ditutup
dengan sedikit lapisan pasir halus agar benih tidak mudah
terbang. Untuk
menjaga kelembaban dan tiupan angin, sebaiknya bak tabur ditutup
plastik
transparan (sungkup).
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprayer halus pada
pagi
dan sore hari agar media tabur selalu basah (lembab). Setelah
pekerjaan
penyiraman selesai, plastik ditutup kembali, karena benih
akan
berkecambah apabila cahaya, oksigen dan air cukup tersedia.
Setelah 5
-
15
hari dibedeng tabur benih mulai berkecambah, dan + 2 minggu siap
untuk
dipindah ke bedeng sapih.
Penyapihan
Karakteristik semai kayu putih sangat khas dibandingkan
jenis
tanaman hutan lainnya sehingga memerlukan perlakuan khusus.
Setelah
bibit berada selama 2 minggu di bedeng tabur, atau tumbuh daun 2
helai
atau lebih dan tinggi lebih dari 1cm, maka bibit segera
dipindahkan ke
bedeng sapih. Penyapihan sebaiknya menggunakan alat pinset,
karena
kondisi semai sangat kecil dan peka terhadap gesekan. Dibuat
lubang
tanam pada media sapih di polybag sedalam panjang akarnya
(3-5cm) agar
perakaran tidak melipat/patah. Lebih baik dipasang sungkup
plastik agar
kelembaban lingkungan bibit dapat terjaga dan bibit terlindungi
dari
gangguan hama pengganggu (burung, belalang, katak, tikus dan
sebagainya). Sungkup dapat dibuka setelah semai berumur 8
minggu.
Pemeliharaan
Penyiraman sampai umur 2 bulan dengan sprayer halus,
dilakukan
pada pagi dan sore hari. Pada fase in kecambah kayu putih
pertumbuhannya lambat, bahkan tampak seperti berhenti
(dorman)
berkisar antara 7-8 minggu. Tinggi semai rata-rata masih 1-2cm,
sehingga
penyiraman perlu dilakukan dengan hati-hati karena sistem
perakaran dan
batang masih sangat rentan dan mudah patah. Penyiraman dilakukan
2
kali sehari secara rutin pada pagi dan sore.
Penyiangan (weeding), yaitu pekeraan pembersihan dari
tanaman
pengganggu yang ada pada polybag (biasanya dari jenis rumput)
dilakukan
setiap hari. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati karena
akan
mengganggu akar kayu putih. Apabila gulmanya lebih besar dari
kayu
putih, lebih baik batang gulma dipotong/ digunting.
Pendangiran, berupa pekerjaan penggemburan permukaan media
agar
aerasi menjadi baik dan perakaran menjadi sempurna.
Dilakukan
bersamaan dengan pekerjaan pembersihan gulma.
Untuk memacu pertumbuhan bibit dapat dilakukan pemupukan
dengan pupuk NPK (I5:15:15), yang dilarutkan dan disemprotkan
setiap 2
-
16
minggu sekali. Atau pemberian pupuk butiran NPK sebanyak 2-3
butir per
polybag setiap 2 minggu sekali.
Pemotongan cabang/bakal cabang dan akar yang keluar menembus
polybag pada bibit tua yang belum dipindah ke lapangan,
dimaksudkan
agar percabangan tidak terlalu banyak dan akar bibit tidak rusak
pada saat
dipindahkan kelapangan
B. Secara vegetatif
Pembiakan secara vegetatif pada tanaman kayu putih telah
dilakukan
dengan berbagai macam teknik dengan tujuan untuk mempertahankan
sifat
induknya.
Berikut beberapa teknik pembiakan vegetatif kayu putih yang
telah
dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
dan Pemuliaan
Tanaman Hutan (P3BPTH) Yogyakarta.
Pembuatan stek pucuk dengan teknik rejuvinasi stek cabang
Beberapa hal penting dalam teknik pembuatan stek pucuk
dengan
teknik rejuvenasi stek cabang yaitu sebagai berikut:
Pengambilan cabang dari pohon induk hasil seleksi di hutan
tanaman
kayu putih dengan cara cabang dipotong dari bagian terbawah
sepanjang
40cm dan diameter 2 - 4 cm. Ujung cabang ditutup lilin untuk
menghambat
kekeringan, selanjutnya cabang direndam dalam air pada bak
plastik dengan
kedalaman 5cm dan air selalu diganti setiap hari.
Penanaman cabang dalam bak berisi pasir ditutup dengan
sungkup
plastik pada kedalaman 10cm. Perlu diperhatikan bahwa bagian
bawah bak
di beri lubang, sehingga bak tidak tergenang air. Setelah
berumur 1,5 bulan,
stek akan menghasilkan trubusan dan dapat diambit stek pucuknya
. Materi
stek pucuk diambil dari trubusan tersebut dengan cara memotong
daunnya
dan ditinggalkan sepertiga bagian untuk mengurangi tingkat
penguapan.
Penanaman stek pucuk pada pot plastik berisi media pasir yang
disusun
dalam bak stek yang diberi sungkup. Teknik ini disamping
biayanya relatif
murah dapat menghasilkan presentase tumbuh yang baik yaitu
sebesar 57%,.
-
17
Stek pucuk dari kebun pangkas
Langkah yang perlu dilakukan dalam teknik pembuatan stek
pucuk
dari kebun pangkas adalah:
Pemilihan tunas yang tumbuh autotrop (ke atas) pada tanaman
kayu
putih yang telah dipangkas. Tunas yang baik adalah yang tidak
terlalu tua
atau terlalu muda, dengan panjang sekitar 30cm. Panjang stek
kurang lebih
3-4 ruas ( 10cm) dan dari satu tunas dapat diambil sampai 3
stek.
Penanaman stek pucuk dilakukan pada bedeng stek dengan media
pasir dan
sebelumnya bagian pangkal stek diolesi Rootone F. Bedeng segera
ditutup
sungkup plastik untuk memelihara kelembaban diatas 80%.
Pemeliharaan stek dilakukan dengan penyiraman sesering
mungkin
dengan sprayer tangan. Setelah 2 bulan, stek siap dipindahkan ke
kantong
bibit/polybag yang berisi media tanah + pupuk kandang (1:1)
untuk memacu
pertumbuhan yang lebih baik. Setelah 2-3 bulan di persemaian,
bibit telah
siap ditanam di lapangan.
Stek akar
Dipilih bahan tanaman untuk stek dari pohon induk yang baik
(sehat).
Pemotongan bahan stek sepanjang 15-20cm. Perendaman bahan stek
dalam
larutan hormon yang telah disiapkan atau mengoleskan bagian
pangkal stek
dengan hormon dalam bentuk pasta. Penanaman stek pada media yang
telah
disiapkan dengan jarak tanam yang tidak terlalu lebar (rapat).
Stek juga
dapat langsung ditanam pada media tanah dalam polybag. Penutupan
ruang
bedeng stek dengan sungkup plastik trasparan di bawah
naungan/paranet
untuk menghindari intensitas cahaya yang terlalu tinggi.
Penyiraman media
stek yang tidak terlalu basah untuk memberikan kelembaban yang
optimal
secara teratur sesuai dengan kebutuhan
Cangkok
Membuat bidang cangkok dcngan menyayat atau mengupas kulit
cabang sepanjang 5-10cm sehingga kambium terkelupas dan
diusahakan
agar kayu terlihat kering. Penyayatan dilakukan dengan pisau
atau cutter
yang tajam dan steril. Membungkus bidang cangkok dengan media
yang
telah disediakan yang terdiri dari campuran tanah dan pupuk
kandang
-
18
kemudian dibungkus dengan plastik hitam dan masing-masing
ujung
pembungkus diikat secara kuat dengan tali plastik.
Setelah terbentuk akar pada umur 3-4 bulan (dapat dilihat dengan
cara
membuka pembungkus cangkok), kemudian bagian yang telah
dicangkok
dipotong pada bagian bawah bidang cangkok dan dipisahkan dari
pohon
induknya.
Hasil cangkok ditempatkan pada tempat yang teduh yang telah
disiapkan sebelum ditanam di lapangan. Penanaman tanaman hasil
cangkok
pada lubang yang telah disiapkan diusahakan cukup dalam dengan
jarak
tanam rapat (1 x 1 m).
Penanaman
Pada umumnya kayu putih relatif mudah ditanam, terutama pada
jenis
tanah grumosol, latosol, maupun regosol. Jarak tanam ideal pada
hutan tanaman
biasanya menggunakan 2 x 1 m, atau 3 x 1 m, untuk pola tanam
tumpangsari.
Pengolahan lahan dapat dilakukan dengan dicangkul atau untuk
lahan yang
topografinya datar dapat diolah dengan traktor. Cara lain yang
dapat dilakukan
adalah dengan sistem cemplongan yaitu tanah yang diolah hanya
seluas 1 M2 dari
titik tanam. Lubang tanam dapat dibuat dengan berbagai macam
ukuran, tetapi
yang dianjurkan adalah 30 cm x 30 cm x 30 cm. Lubang tanam
dipupuk dengan
kompos sebanyak 1-2 kg per lubang untuk memacu pertumbuhan awal
tanaman.
Pemasangan ajir dengan ukuran 50-80cm agar ajir mudah dilibat
dan penanaman
menjadi lebih mudah.
Pemeliharaan
Tanaman kayu putih adalah jenis tanaman Yang tidak
memerlukan
pemeliharaan Yang intensif. Namun umur 1-2 tahun harus lebih
diperhatikan dan
dipelihara. setelah berumur 2 tahun tanaman tetap dirawat,
tetapi dengan
intensitas Yang lebih rendah. Kegiatan pemeliharaan meliputi
penyulaman,
penyiangan (weeding), pendangiran, pemupukan dan pemangkasan
batang.
Penyulaman Tanaman
kayu putih yang mati di areal penanaman segera disulam agar
diperoleh umur tegakan Yang sama dan dalam satuan jumlah pohon
Yang
seragam. Tanaman Yang memiliki pertumbuban lambat atau tidak
sehat
-
19
segera diganti dengan bibit sulaman Yang baru agar
pertumbuhan
penanaman seragam dan optimum pertumbuhannya. Selain itu
tujuannya
adalah untuk efisiensi penggunaan lahan agar lebih optimal.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan tanaman dari
pengganggu
(gulma) agar tidak tejadi kompetisi hara dengan tanaman
pokok.
Pendangiran
Pendangiran merupakan pekerjaan menggemburkan tanah pada
sekitar
batang pokok. Tujuannya adalah untuk memberikan aerasi tanah
yang lebih
baik dan sistem perakaran menjadi sehat.
Pemupukan
Pemberian pupuk lanjutan di lapangan cukup menggunakan pupuk
kandang secukupnya atau pupuk organik (NPK atau Urea) dengan
dosis
100gr/pohon untuk memacu pertumbuhan perakaran batang maupun
daun.
Agar lebih efektif dan efesien, pekerjaan ini dilakukan
bersamaan dengan
pekerjaan pendangiran dan pada saat musim hujan.
Pemangkasan batang
Kegiatan pemangkasan ini bertujuan untuk permudaan cabang
dan
memudahkan dalam pemungutan daun. Untuk tegakan yang telah
berumur
lebih dari 5 tahun sebaiknya dilakukan pemangkasan setinggi 1 m,
dan
sebaiknya pekerjaan ini dilakukan pada akhir musim kemarau
atau
menjelang musim hujan.
-
20
2.3 Tanaman Jarak Pagar
Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tumbuhan semak
berkayu
yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal
sangat tahan
kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah
lama dikenal
sebagai bahan pengobatan dan racun, saat ini ia makin mendapat
perhatian
sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena
kandungan minyak
bijinya. Peran yang agak serupa sudah lama dimainkan oleh
kerabatnya, jarak
pohon (Ricinus communis), yang bijinya menghasilkan minyak
campuran untuk
pelumas.
Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama di Indonesia: jarak
kosta,
jarak budeg (Sunda); jarak gundul, jarak pager (Jawa); kalekhe
paghar (Madura);
jarak pager (Bali); lulu mau, paku kase, jarak pageh (Nusa
Tenggara); kuman
nema (Alor); jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo
utomene
(Sulawesi); ai huwa kamala, balacai, kadoto (Maluku).
2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Embryophyta
Kelas : Spermatopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : J. curcas
Morfologi
Berupa perdu besar yang cabang-cabangnya tidak teratur,
tingginyadapat
mencapai 3 m. Batangnya bergetah yang agak kental. Daunnya
lebar-
lebar,berbentuk jantung, tepinya rata atau agak berlekuk dan
tangkainya panjang.
Bunganyaberwarna hijau kekuningan, berkelamin tunggal, berumah
satu. Baik
bunga jantan maupunbunga betina masing-masing tersusun dalam
rangkaian
berupa cawan. Buah berbentukbulat telur, terbagi dalam tiga
ruang, tidak
merekah. Pada masing-masing ruang terdapat 1biji yang bentuknya
bulat loncong,
warnanya hitam.
-
21
2.3.2 Organ Target
Organ target dari tanaman jarak pagar yaitu buah. Pemanenan
dilakukan
jika buah telah masak, dicirikan kulit buah berwarna kuning dan
kemudian mulai
mengering. Cara pemanenan dengan memetik buah yang telah masak
dengan
tangan atau gunting. Produktivitas per pohon jarak pagar
berkisar antara 3.5 4.5
kg biji per tahun.
2.3.3. Pengelompokan Tanaman Berdasarkan Pola Tumbuh
Tanaman jarak pagar termasuk kedalam kelompok tanaman
Indeterminate.
Tanaman ini merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup sampai
umur 50
tahun. Bunga terbentuk setelah umur 3 4 bulan, sedangkan
pembentukan buah
mulai pada umur 4 5 bulan.Biasanya buah masak setelah berumur 5
6 bulan.
Produksi maksimum baru tercapai pada usia tanam enam tahun, dan
akan terus
menghasilkan secara ekonomis sampai 20 tahun.
-
22
2.3.4 Syarat Tumbuh
Meskipun termasuk tanaman pionir yang dapat tumbuh disegala
tempat,
untuk mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas yang optimal
Jarak Pagar
menghendaki persyaratan tumbuh sebagai berikut :
Lahan yang dikehendaki adalah Lahan Kering Dataran Rendah
Beriklim
Kering (LKDRIK)
Ketinggian tanah 0 - 500 m diatas permukaan laut
Suhu < 20
Curah hujan 300 - 1000 mm / tahun
pH tanah 5,5 - 6,5
Kondisi iklim yang tidak mendukung mengakibatkan
produktivitas
menjadi tidak optimal hal ini terlihat dari tingginya variasi
produktivitas antara
lakosai satu dengan lokasi lainnya.
2.3.5 Teknologi Budidaya
Perbenihan
Bibit yang beredar sekarang ini (thn 2006) masih berupa bibit
sebar dari
populasi terpilih, karena secara resmi pemerintah belum melepas
varietas unggul,
kemungkinan baru pada tahun 2007 bibit varietas unggul akan
tersedia. Tanaman
jarak pagar dapat diperbanyak secara generatif (biji) maupun
secara vegetatif (stek
batang, stek pucuk maupun kultur jaringan) yang masing-masing
mempunyai
kelebihan dan kekurangan.
Bibit asal biji
Diambil dari buah yang sudah masak yang berwarna kuning dari
pohon induk terpilih, kemudian dikering anginkan sampai buah
merekah.
Buat media pendederan untuk menyemai biji, biasanya akan
berkecambah
pada umur 7 - 10 hari. Kecambah dipindah kedalam polibeg, dan
dipelihara
dibawah naungan selama 2 bulan. Memasuki bulan ketiga naungan
dibuang
agar bibit mendapat sinar matahari secara penuh. Bibit siap
dipindah
kelapangan setelah umur 3 bulan
Bibit asal stek
Stek yang baik berdiameter 2-3 cm, panjang 20-30 cm,
berbentuk
lurus dan diambil dari tanaman yang telah berumur 4 tahun.
Pemeliharan
-
23
stek dalam polibeg selama 3 bulan, dimana satu bulan terakhir
sebelum
tanam naungan dibuang agar bibit mendapat sinar matahari secara
penuh.
Persiapan Tanaman
Lokasi penanaman yang baik adalah daerah terbuka yang
langsung
menerima matahari secara penuh. Hal hal yang diperhatikan adalah
pengolahan
tanah dapat dilakukan secara mekanis ataupun secara kimiawi.
Jarak tanam yang
dianjurkan 2 x 2 m. Pembuatan lubang ukuran 30 x 30 x 30 cm
sebulan sebelum
tanam. Saat penanaman dianjurkan diberikan pupuk UREA 20 gr,
SP36 50 gr dan
KCl 10 gr/tanaman
Pemeliharaan
Pengendalian gulma dilakukan secara intensif terutama pada 4
bulan
pertama setelah tanam. Drainase dan aerasi harus baik, karena
tanaman jarak
pagar peka terhadap drainase yang buruk. Pemangkasan bentuk
dilaksanakan
setelah tanaman mencapai tinggi 1 m, tujuan pemangkasan adalah
untuk
mendapatkan percabangan baru. Pemupukan secara umum yang
direkomendasikan untuk 1 Ha/tahun adalah UREA 50 kg, SP36 150 kg
dan KCl
30 kg. Lebih diajurkan lagi ditambah dengan pupuk kandang
sebanyak 1 -2 kg
/tanaman.
Panen
Pemanenan hanya kepada buah masak yang sudah berwarna
kuning,
dilakukan dengan menggunakan galah yang ujungnya diberi kantung,
sehingga
buah terpetik akan jatuh/masuk kedalam kantung. Perlu diingat
buah jarak pagar
masaknya tidak serempak sehingga pengawasan panen harus ketat
untuk
mendapatkan biji yang berkualitas.
Keterangan :
Produksi Benih
A = Buah berwarna kuning, umur 90 hari
Produksi Minyak
B = Buah kering berwarna coklat kehitaman
-
24
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah. Minyak Atsiri Kayu Putih. Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin
Makassar. Diakses dari http://amrullha.wordpress.com pada 18
Maret 2012
Anonim. BUDIDAYA KAYU PUTIH. Diakses dari
http://www.dephut.go.id
pada 19 Maret 2012.
Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertania. 2008.
Teknologi
Budidaya Kelapa Sawit. ISBN: 978-979-1415-32-3. diunduh dari
lampung.litbang.deptan.go.id pada 17 Maret 2012
Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan. Budidaya Jarak Pagar.
diakses di
http://disbun.kalselprov.go.id pada 17 Maret 2012
I r w a n t o, 2006 Pengambangan Tanaman Jarak (Jatropha curcas
L.) Sebagai
Sumber Bahan Bakar Alternatif. Diakses dari
http://www.kapetseram.com
pada 17 Maret 2012.
Seputar pertanian. 2011. Cara Budidaya Tanaman Kayu Putih.
diunduh di
http://tipspetani.blogspot.com pada 17 Maret 2012