Top Banner

of 54

9 Sistem Dispersi

Oct 13, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    1/54

    1

    Penggolongan Sistem Dispersi Menurut Ukuran Partikel

    GolonganRentangUkuranPartikel

    Karakteristik Sistem Contoh

    Dispersimolekular

    DispersiKoloidal

    DispersiKasar

    < 1,0 nm(m)

    0,5 m -1,0 nm

    > 0,5 m

    Partikelpartikel tidak tampak dalammikroskop elektron; lolos melewatiultrafilter dan membran semipermeabel;difusi berlangsung cepat.

    Partikel tidak teramati dalam mikroskopbiasa namun teramati dalam mikroskopelektron; lolos melewati kertas saring tapitidak lolos membran semipermiabel;

    berdifusi sangat lambat.

    Partikel tampak dibawah mikroskop; tidaklolos melewati kertas saring normal atauterdialisis melalui membransemipermeabel; partikel tidak dapatberdifusi

    Molekul oksigen,ion-ion biasa,glukosa.

    Sol perak koloidal,polimer alam dansintetik

    Butiran pasir,kebanyakan emulsidan suspensifarmasetis, seldarah merah.

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    2/54

    2

    Contoh Sistem dispersi

    Faseterdis-

    persi

    Medium

    dispersi

    Contoh

    Koloidal Kasar

    Cair

    Padat

    Gas

    Cair

    Padat

    Gas

    Cair

    Padat

    Gas

    Gas

    Cair

    Cair

    Cair

    Padat

    Padat

    Padat

    Kabut

    Asap

    Busa

    Tetes minyak

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    3/54

    3

    Partikel koloid dapat dipisahkan dari partikel molekular.

    Teknik pemisahan: dialisis, ultrafiltrasi, elektrodialisis

    DISPERSI KOLOIDALUkuran dan Bentuk Partikel Koloidal

    Partikel-: mempunyai luas permukaan yang sangat besar sekali.sol emas, warna merah: jika ukuran partikel > warna biruWarna antimon & Arsen trisulfida merah : dlm ukuran koloid :kuning

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    4/54

    4

    JENIS SISTEM KOLOIDAL

    Koloid Liofilik:

    Afinitas thd solven mudah, hidrokoloid

    Koloid Liofobik:

    Partikel anorganik dalam air: emas, perak, arsen sulfida, belerang,perak iodida.

    Cara membuat:

    Dispersi : alat colloid mills

    Kondensasi: dari subkoloidal agregat koloidal

    Reaksi kimia: reduksi: (lar. Garam logam mulia + formaldehid),

    oksidasi: (H2S),

    hidrolisis: (FeCl3),

    penguraian ganda: (H2S + Asam arsen).

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    5/54

    5

    Koloid Asosiasi (Amfifil): Surfaktan.

    Perubahan sifat surfaktan padacmc (critical micelle

    concentration)

    (a) Misel bola dalam air; (b) misel dalammedia nonair; (c) misel laminar, terbentuk

    pada konsentrasi tinggi, dalam air

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    6/54

    6

    2

    2

    1

    11

    cmc

    x

    cmc

    x

    cmccmc campuran surfaktan:

    Hitunglah CMC dari campuran n-dodesil oktaoksietilenglikol

    monoeter (C12E8) dan n-dodesil D-maltosida (DM). CMC

    C12E8 adalah CMC1= 8,1 10-5M (mol/liter) dan fraksi molnya,

    x1= 0,75; CMC DM=CMC2= 15 10-5M (mol/liter)

    x2= 1-0,75 = 0,25

    55 1015

    25,0

    101,8

    75,01

    CMC CMC = 9,3 10

    -5M

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    7/54

    7

    Efek Faraday-Tyndall

    Seberkas sinar kuat akan memperlihatkan suatu kerucut,.Alat : melihat titik-titik cahaya yang membentuk kerucut Tyndall adalah

    ultramikroskop.UkuranBentuk

    Bangun (Struktur) Mikroskop Elektron Partikel koloidal

    Penghamburan Sinar (Light Scattering)Bobot molekul koloid; dan informasi bentuk dan ukuran partikel.Kekeruhan (turbiditas), T, yaitu penurunan fraksional intensitas yang

    disebabkan oleh penghamburan bila sinar melalui larutan sepanjang 1 cm.

    Hc/= 1/M + 2Bc turbiditas, c konsentrasi solut dalam g/cm3 larutan, M berat rata-rata bobot

    molekul, dan B suatu tetapan interaksi, H adalah tetapan sistem tertentu dansetara dengan:

    H =321 3

    n dn dc

    N

    2 2

    4

    3

    ( / )

    SIFAT OPTIS KOLOID

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    8/54

    8

    SIFAT KINETIK KOLOID

    Gerakan Brown

    DifusiHukum pertama Fick : jumlah zat dq yang berdifusi dalam waktu dt

    melewati bidang seluas S adalah berbanding lurus dengan perubahan

    konsentrasi dc terhadap jarak yang dilalui dx.

    D : koefisien difusi yaitu jumlah zat yang berdifusi per satuan waktu melewatisatu satuan luas jika dx/dt ( disebut konsentrasi gradien) sama dengan satu. Dmempunyai dimensi luas per satuan waktu.Partikel koloidal berbentuk sferis, maka persamaan Sutherland-Einstein atauStokes-Einstein:

    M bobot molekul dan v volume spesifik

    partial (kira-kira setara dengan volume

    dalam cm3dari 1 g solut yang diperoleh

    dari pengukuran kerapatan).

    dtdx

    dcDSdq

    3

    4

    6

    6

    63

    Mv

    N

    N

    RTD

    rN

    RT

    r

    kTD

    k: tetapan Boltzmann

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    9/54

    9

    Tekanan Osmotik

    van't Hoff: = cRT

    c

    M RT

    g

    c

    RT

    Mg

    c RT

    M Bc

    g

    g ( )1

    Kurva I : ideal

    Kurva II dan III: real

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    10/54

    10

    Sedimentasi

    Hukum Stokes:

    vr g

    2

    9

    2

    0

    0

    ( )

    Dalam sentrifuge percepatan gravitrasi digantikan oleh 2x, dalamhal ini adalah kecepatan sudut, x adalah jarak partikel dari pusatpemutaran (rotasi).

    v

    dx

    dt

    r x

    2

    9

    2

    0

    2

    0

    ( )

    Laju sentrifuge : rpm

    = rpm x 2

    Kecepatan sesaat, v = dx/dt partikel dalam satuan bidang sentrifugal

    disebut koefisien sedimentasi Svendberg, s.:

    s dx dt x

    /2

    s x x

    t t

    ln( / )( )

    2 1

    2

    2 1

    Bobot molekul polimer dapat

    ditentukan oleh persamaan:

    MRTs

    D v

    ( )1 0

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    11/54

    11

    Viskositas

    Persamaan Einstein: 01 2 5( , )

    nrel

    0

    1 2 5, nsp

    0

    0

    0

    1 2 5,

    sp 2 5,

    sp

    c k

    sp

    c k k c k c

    1 2 3

    2

    persamaan Mark-Houwink:

    [ ] KM

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    12/54

    12

    SIFAT LISTRIK KOLOID

    Lar.

    AgN03 Lar. KI

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    13/54

    13

    Elektroforesis:

    v

    E

    49 10

    4( )

    : potensial zeta dalam volt; v adalah keceatan bergerak

    (migrasi) sol dalam cm/sek di dalam tabung elektroforesis

    yang panjangnya tertentu dalam cm; visakositas medium ()

    dalam poise (dyne sek/cm2 ); tetapan dielektrik medium ;

    gradien potensial E dalam volt/cm. Suku v/E disebut sebagai

    mobilitas.

    141v

    EPada 200C :

    Pada 250C, koefisien 141 menjadi 128

    Berkaitan dengan pergerakan partikel bermuatanmelewati cairan dibawah pengaruh perbedaan potensial.

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    14/54

    14

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    15/54

    15

    Kesetimbangan Membran Donnan

    luar (o) dalam (i)

    R-

    Na+ Na+

    Cl- Cl-

    Setelah kesetimbangan tercapai,:

    di sebelah luar membran :

    [ ] [ ]Na Clo o

    dan di sebelah dalam: [ ] [ ] [ ]Na R Cli i i

    oo ClNa

    [ ] ([ ] [ ] )[ ]

    [ ][ ]

    [ ]

    Cl Cl R Cl

    Cl R

    Cl

    o i i i

    ii

    i

    2

    2 1 =

    [ ]

    [ ]

    [ ]

    [ ]

    Cl

    Cl

    R

    Clo

    i

    i

    i

    1

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    16/54

    16

    Kemampuan dari misel untuk meningkatkan kelarutan zat yang secaranormal tidak larut, atau hanya sedikit larut, dalam medium dispersi

    yang digunakan.

    Misel bola nonionik surfaktan,polioksietilen monostearat

    dalam air.

    Benzenadan toluena,molekul nonpolar, ada didalam misel.

    Asam salisilat, lebih polar.

    Asam p- hiroksibenzoat,molekul polar, terletakdiantara rantai hidrofilsurfaktan.

    SOLUBILISASI

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    17/54

    17

    Faktor Yang Mempengaruhi Solubilisasi

    Kimiawi Surfaktan:

    Rantai alkil lipofilik lebih panjang akan lebih mensolubilisasi obathidrofobik.

    Surfaktan ionik: peningkatan jari-jari inti hidrokarbon,meningkatkan solubilisasi.

    pH:

    Merubah kesetimbangan antara solubilisat terion dan takterion.

    Titik Krafft:

    Suhu yang menunjukkan terjadinya kelarutan surfaktan = kmk (cmc)

    Titik keruh (cloud point):

    Suhu yang menunjukkan terjadinya kekeruhan (pengkabutan) yangtiba-tiba. Jika suhu dinaikkan terjadi surfaktan memisah sebagaipresipitat atau kalau konsentrasi tinggi sebagai suatu gel.

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    18/54

    18

    SUSPENSI

    Partikel padat tidak terlarut dalam medium cair.

    Diameter partikel > 0,1 m

    Konsentrasi padat: 0,5 30%

    Stabilitas fisik: Kondisi partikel tidak teragregasi dan

    tetap terdistribusi rata dalam sistemnya.Partikel yang mengendap harus mudah terdispersi

    kembali dengan sedikit pengocokan.

    Akseptabilitas: Tidak memisah cepat

    Redispersi mudah

    Mudah dituang

    Mudah menyebar pada kulit

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    19/54

    19

    Pada kondisi tertentu partikel-partikel membentuk sesuatuendapan yang disebut agregat> cake.

    G ASL . SL adalah tegangan antarmuka. Kesetimbangan

    tercapai jika G = 0. A : kenaikan luaspermukaan.

    SIFAT ANTARMUKA PARTIKEL TERSUSPENSI

    Penghalusan Luas permukaan besar termoinamistak stabil

    membentuk kelompok (flokulat)

    Kenaikan usaha (kerja, work, W) atau energi bebas

    permukaan G:

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    20/54

    20

    Hitunglah perubahan energi bebas permukaan dari zatpadat dalam suspensi jika luas permukaan total naik dari103 cm2menjadi 107cm2. Tegangan antarmuka antara zatpadat dengan medium cair SL=100 dyne/cm

    Energi bebas awal = G1= 100 103= 105erg/cm2

    Saat luas permukaan meningkat : G2

    = 100 107

    = 109

    erg/cm2

    Perubahan energi bebas,G21=10

    9105 109erg/cm2.

    G ASL .

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    21/54

    21

    Partikel terflokulasi:

    Ikatan lemah Memisah dengan cepat

    Tak terbentuk cake

    Mudah diresuspensi

    Partikel terdeflokulasi:

    Ikatan lebih kuat

    Memisah perlahan-lahan Terjadi agregasi > cake

    Sukar diresuspensiKurva potensial energi untukantaraksi partikel dalamsuspensi

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    22/54

    22

    PEMISAHAN DALAM SUSPENSI

    v d gs o

    o

    2

    18

    ( )

    Teori Sedimentasi

    Hukum Sokes:

    Suspensi encer: < 2% ; (0,5%)

    Modifikasi Hk. Stokes: v v n'

    v adalah laju turun dari antarmuka dalam cm/sek

    dan v adalah laju sedimentasi menurut hukum

    Stokes. Suku : porositas awal sistem, bervariasi

    dari nol sampai 1. Pangkat n : ukuran gangguan

    sistem.

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    23/54

    23

    Diameter rata-rata partikel CaCO3dalam suspensi adalah

    54 m. Kerapatan CaCO3 = 2,7, kerapatan air = 0,997

    g/cm3

    . Viskositas air=0,009 poise. Hitunglah laju turun vsampel CaCO3pada dua porositas berbeda, 1= 0,95 2=

    0,5. Harga n =19,73

    cm/sek30,0

    009,018

    981997,07,2105424

    v

    Untuk 1 = 0,95 >ln v = 1,204 +[19,73( 0,051)] =

    2,210> v= 0,11 cm/sek

    Untuk 2 = 0,5, maka diperoleh v = 3,510-7 cm/sek >

    dengan porositas rendah (konsentrasi tinggi) maka sedimentasi

    dihalangi.

    Bentuk log pers: ln v= ln v + n ln v

    d gs o

    o

    2

    18

    ( )

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    24/54

    24

    SEDIMENTASI PARTIKEL

    Suspensi terflokulasiSuspensi terdeflokulasi

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    25/54

    25

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    26/54

    26

    PARAMETER SEDIMENTASI

    F = Vu/ V

    o

    Volume (Tinggi) Sedimentasi

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    27/54

    27

    Derajat flokulasi, .

    volume sedimen akhir suspensi terflokulasi

    volume sedimen akhir suspensi terdeflokulasi

    F= V/Vo

    Fadalah volume sedimentasi suspensi terdeflokulasi

    (terpeptisasi).

    Derajat flokulasi adalah rasio F terhadap F

    =F /F

    V

    V

    VV

    VVuu

    0

    0

    /

    /

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    28/54

    28

    Berapa volume sedimentasi dari 5% b/v suspensi MgCO3

    dalam air. Volume awal = 100 ml, volume akhir sedimen =

    30 ml.

    Jika derajat flokulasi = 1,3. Berapa volume sedimentasi

    terdeflokulasi.

    3,0100

    30

    0

    V

    VF u

    23,03,1

    3,0

    FF

    F = Vu/ V

    o

    =F /F

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    29/54

    2929

    Suspensi terdeflokulasi: F= 0,15;

    Suspensi terflokulasi : F= 0,75 = 0,75/0,15 = 5

    F

    F

    Pada gambar samping:hitunglah

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    30/54

    30

    FORMULASI SUSPENSI

    Pendekatan membuat suspensi yang stabil : menggunakan pembawa terstruktur>menjaga partikel terdeflokulasi di

    dalam suspensi, menggunakan prinsip flokulasi. yang mudah diresuspensi dengan sedikit

    pengocokan.

    Pembasahan Partikel

    Pendispersian awal serbuk yang tak larut.: dengan cara ditaburkan padapermukaan cairan.Serbuk hidrofob: belerang, arang, dan magnesium stearat.Serbuk hidrofilik: seng oksida, talk, dan magnesium karbonat..

    Surfaktan berguna meningkatkan terjadinya pembasahan dan deflokulasi..

    Gliserin dan zat higoskopik yang serupa: untuk menggerus basah (levigasi)bahan tak larut.Gliserin mengalir ke dalam ruang hampa di antara partikel untuk mengusirudara dan selama pencampuran akan melapisi dan memisahkan partikelsedemikian rupa sehingga air dapat meresap dan membasahi masing-masing

    partikel.

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    31/54

    31

    Zat-zat yang digunakan : elektrolit, surfaktan,

    dan polimer.

    Elektrolitbekerja sebagai zat pemflokulasi :

    menurunkan penghalang (barrier) listrik di antara

    partikel,

    pembentukan jembatan antar partikel sehingga

    terjadi keterikatan satu sama lain membentuk

    struktur yang longgar.

    Flokulasi Terkontrol

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    32/54

    32

    Diagram caking, memperlihatkan flokulasi suspensi bismutsubnitrat oleh KH

    2

    PO4

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    33/54

    33

    Flokulasi dalam Pembawa Terstuktur

    Jika F (volume sedimentasi) tidak mendekati satu > Ditambahkanzat pensuspensi untuk menghalangi pengendapan flok:Karboksimetilselulosa (CMC), Karbopol 934, Veegum, tragakan, ataubentonit baik tunggal atau dalam kombinasinya.

    Rangkaian langkah yang berkaitan dengan pembentukan suspensiyang stabil

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    34/54

    34

    Reogram berbagai zat pensuspensi

    Reogram yangmenunjukkan tiksotropi.

    Pertimbangan Reologik

    Viskositas; Perubahan sifat aliran; kualitas penyebaran.

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    35/54

    35

    Pembuatan Suspensi

    Skala kecil

    Skala besar

    Stabilitas Fisik Suspensi

    Kenaikan suhu sering menimbulkan flokulasi suspensi yang distabilkan oleh

    surfaktan anionik. Energi tolak (repulsi) menjadi turun karena adanya

    dehidrasi gugus polioksietilen dari surfaktan. Energi tarik (atraktif) menjadi

    naik > partikel menflokulat.

    Pertumbuhan partikel : proses destabilisasi. Simonelli dkk menelitipenghambatan pertumbuhan kristal sulfatiazol oleh polivinilpirolidon (PVP).

    Terjadi interaksi dengan zat tambahan yang dilarutkan dalam medium

    dispersi.

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    36/54

    36

    EMULSI

    Emulsiadalah sistem : fase terdispersi (fase dalam, fase diskontinu) fase luar (kontinu), zat pengemulsi (emulgator, emulsifying agent).

    Garis tengah (diameter) partikel fase terdispersi: 0,1 sampai 10 m

    Jenis (tipe) Emulsi emulsi minyak dalam air (m-a).: oral, eksternal emulsi air dalam minyak (a-m) : eksternal

    Beberapa metode untuk menentukan tipe suatu emulsi. : Pewarnaan

    Pengenceran dengan air Pengukuran arus listrik

    Penerapan Farmasetis fase terdispersi mempunyai rasa yang tidak enak. akan diserap lebih baik (sempurna) dalam bentuk emulsi.

    untuk pemakaian eksternal dalam produk farmasetis dan kosmetika.

    http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_2/Gbr%20Emulsi.ppthttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_2/Gbr%20Emulsi.ppt
  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    37/54

    37

    TEORI EMULSIFIKASI

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    38/54

    38

    TEORI EMULSIFIKASI

    Dua cairan yang tak bercampur dan dikocok : cairan yang satu terdispersi dalamcairan lainnya membentuk tetes halus dalam waktu yang cepat kedua cairantersebut akan memisah kembali membentuk dua lapisan.

    Pemisahan yang terjadi : gaya kohesif lebih besar daripada gaya adhesif.Gaya kohesif dari masing-masing fase ditunjukkan sebagai energi antarmukaatau tegangan pada batas antara cairan-cairan tersebut.

    Jika 1 cm3minyak mineral didispersikan menjadi globul yang mempunyai garistengah volume-surface dvs 0,01 m (10

    -6cm) dalam 1 cm3air sehinggamembentuk emulsi yang halus, maka luas permukaan tetes minyak menjadi600 meter persegi. Energi bebas permukaan yang berkaitan dengan luastersebut adalah 34107erg, atau 8 kalori. Volume total sistem tetap 2 cm3.

    joule4,184=kalori1karena8341034)cm106(erg/cm57

    )(erg/cmdyne/cm57adalahairdenganmineralminyakantaraantarmukategangansedangkan

    :permukaanbebasenergikenaikanatauUsaha

    m600cm10610

    6

    6

    7262

    2

    226

    6

    kalorijouleergW

    AW

    SdS

    ow

    v

    vs

    v

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    39/54

    39

    Kenaikan energi akibat luas permukaan yang membesar menjadikan sistemsecara termodinamis tidak stabil, > kecenderungan tetes-tetes untukbersatu kembali (koalesensi).Untuk mencegah koalesensi (memperkecil lajunya): emulgator.

    Zat pengemulsi dapat dibagi atas 3 kelompok:

    Zat aktif permukaan (surfaktan),

    Koloid hidrofil,

    Partikel padat halus,

    Nama Golongan Tipe emulsi

    Trietanolamin oleat

    N-asetil N-etil morfolinum etosulfat (Atlas G-236)

    Sorbitan mono-oleat (Atlas Span 80)

    Polioksietilen sorbitan mono-oleat (Atlas Tween

    80)

    Akasia (garam dari asam d-glukoronat)

    Gelatin (polipeptida dan asam amino)

    Bentonit (alumunium silikat hidrat)

    Veegum ( magnesium alumunium silikat)

    Arang

    Surfaktan (anionik)

    Surfaktan (kationik)

    Surfaktan (nonionik

    Surfaktan (nonionik)

    Koloid hidrofilik

    Koloid hidrofilik

    Partikel padat

    Partikel padat

    Partikel padat

    m-a (HLB=12)

    m-a (HLB=25)

    a-m (HLB=4,3)

    m-a (HLB=15)

    m-a

    m-a

    m-a & a-m

    m-a

    a-m

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    40/54

    40

    Penjerapan Monomolekular

    Natrium setil sulfat dan kholesterol : emulsi yang sangat baik.Natrium setil sulfat dengan oleil alkohol : emulsi yang tidak baik.kombinasi setil alkohol dan natrium oleat menghasilkan film yang rapat namun

    kompleksitasnya terabaikan sehingga hasilnya emulsi yang tidak baik.

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    41/54

    41

    PenjerapanMultimolekular dan Pembentukan Film

    Koloid liofilik hidrat dianggap sebagai zat aktif permukaan karena terlihat

    pada antarmuka minyak-air.Dibedakan dengan surfaktan :

    (1) tidak menurunkan tegangan antarmuka, dan

    (2) membentuk film multimolekular pada antarmuka

    Daya kerja berdasarkan efek ke (2) karena film yang terbentuk sifatnya kuat dan

    menahan terjadinya koalesensi.Efek tambahan adalah kenaikan viskositas medium dispersi.

    Penjerapan Partikel Padat

    Partikel padat halus yang dibasahkan oleh minyak dan air dapat bekerja

    sebagai emulgator.

    Partikel tersebut terkonsentrasi pada antarmuka dan membentuk film

    partikulat yang mengeliling tetesan sehingga mencegah koalesensi.

    Serbuk yang mudah dibasahkan air akan membentuk emulsi m-a, sedangkan

    yang mudah dibasahkan oleh minyak membentuk emulsi a-m.

    http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_2/Gbr%20adsorpsi%20permuk%20emulsi.ppthttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_2/Gbr%20adsorpsi%20permuk%20emulsi.ppt
  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    42/54

    42

    STABILITAS FISIK EMULSI

    Stabilitas emulsi :

    bebas koalesensi fase dalam,

    bebas kriming, tetap baik dari segi penampilan, bau, warna, dan sifat fisis lain-nya.

    Ketidakstabilan emulsi dapat digolongkan atas:

    flokulasi dan kriming

    koalesensi dan pecah

    perubahan fisis dan kimia inversi fase

    Kriming dan Hukum Stokes v r g

    2

    9

    20

    0

    ( )

    Jika fase terdispersi kurang berat dari fase kontinu, umumnya pada kasusemulsi m-a, maka laju sedimentasi menjadi negatif, yaitu terjadi kriming naik.

    Lebih besar perbedaan berat dari kedua fase, lebih besar tetes minyak dan

    fase luar kurang kental maka laju kriming bertambah.

    Viskositas fase luar dapat dinaikkan: + zat pengental (thickening agent) seperti

    metilselulose, tragakan, atau natrium alginat.

    Koalesensi dan Pecah

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    43/54

    43

    Koalesensi dan Pecah

    Pecah (breaking) : bersifat irreversibel

    Kriming: bolak-balik (reversibel).

    King : dispersi partikel berukuran seragam yang sedikit kasar akan mempunyaikestabilan yang paling baik.

    Pengaruh lain rasio volume-fase:

    Ostwald : jika lebih dari 74% minyak ditambahkan dalam emulsi m-a, maka

    globul minyak sering berkoalesensi dan emulsi menjadi pecah.

    Nilai tersebut: titik kritis.

    Secara umum rasio volume-fase 50:50 : emulsi yang paling stabil.

    Emulsi dapat distabilkan oleh gaya tolak elektrostatik antara tetesan,

    yaitu dengan menaikan potensial zeta. Penambahan zat (spesies)

    bermuatan positif seperti ion natrium dan kalsium atau asam amino

    kationik mengurangi potensial zeta dan dapat menyebabkan flokulasi.

    Faktor yang paling penting dalam stabilitas emulsi : sifat fisik film

    emulgator pada antarmuka.

    l i bili

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    44/54

    44

    Evaluasi Stabilitas

    Analisis frekuensi-ukuran emulsi dari waktu kewaktu sesuai umur produk. Untuk emulsi yang pecah dengan cepat: pengamatan makroskopik

    Metode Garti-Magdasi: perubahan konduktivitas listrik selama siklus

    pemanasanpendinginanpemanasan.Kurva konduktivitas diplotkan selama siklus suhu.Indeks stabilitas didefinisikan sebagai /h, : hperubahan yang terjadi dalam

    konduktivitas antara suhu 350dan 450C, sedangkan adalah intervalkonduktivitas di dalam dua kurva pemanasan pada 350C.Lebih kecil konduktivitas maka lebih besar kestabilan emulsi.

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    45/54

    45

    Emulsi m-a dengan natrium stearat menjadi tipe a-m : + kalsium klorida.

    Mengubah perbandingan volume-fase > emulgator m-a dicampur

    minyak lalu ditambah air sedikit sampai korpus emulsi. Ketika ditambahkan air

    sedikit demi sedikit maka berangsur tercapai titik inversi; selanjutnya air dan

    emulgator akan membungkus minyak sebagai globul halus sehingga akhirnya

    terbentuk emulsi m-a.

    Pemisahan fase, perubahan warna, pembentukan gas dan bau, serta

    perubahan sifat reologik suatu emulsi dapat terjadi karena pertumbuhan

    mikroba.

    Bakteria mendegradasikan emulgator nonionik dan anionik, gliserin, dan gom

    alam sehingga emulsi dapat menjadi rusak.

    Pembalikan (Inversi)Fase

    Pengawetan Emulsi

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    46/54

    46

    Kebanyakan emulsi : aliran non-Newton.Konsentrasi volume fase terdispersinya rendah(kurang dari 0,05): Newton.Konsentrasi volumenya dinaikkan: aliranpseudoplastik.

    Pada konsentrasi yang tinggi : aliran plastik.Bila konsentrasi volume mencapai 0,74 akan terjadiinversi dengan tanda adanya perubahan viskositas.Pengecilan ukuran partikel rata-rata meningkatkan

    viskositas.Makin besar konsentrasi emulgator maka viskositasproduk akan semakin tinggi.

    SIFAT REOLOGIK EMULSI

    MIKROEMULSI

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    47/54

    47

    MIKROEMULSI

    Mikroemulsi: larutan jernih transparan, tetapi berbeda dengan sistemsolubilisasi yang secara termodinamis stabil maka mikroemulsi tidak stabil.

    Mikroemulsi terdiri dari tetes minyak dalam fase air (m-a) atau tetes air dalamfase minyak (a-m) dengan garis tengah kurang lebih 10 sampai 200 nm, danfraksi volume fase terdispersi antara 0,2 - 0,8.

    Dalam mikroemulsi: ditambahkan pembantu emulsi atau kosurfaktan. Surfaktan anionik seperti natrium lauril sulfat atau kalium oleat didispersikan

    dalam cairan organik misalnya benzena, lalu sejumlah kecil air ditambahkan,

    maka mikroemulsi akan terbentuk dengan penambahan sedikit demi sedikitpentanol (kosurfaktan lipofilik) membentuk larutan jernih pada 300C.

    Mikroemulsi:

    Zona F (fluid) dan G (gel)

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    48/54

    48

    GEL

    Suatu gel adalah sistem padat atau semisolida mengandung

    paling sedikit dua konstituen, terdiri dari massa pekat yang

    dirembesi cairan.

    SEMISOLIDA

    Jelly: Jika matriks yang saling berlengketan tersebut

    banyak mengandung cairan.

    xerogel Bila cairannya dihilangkan sehingga tinggal

    kerangka. Contohnya antara lain lembaran gelatin, butiran

    akasia.

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    49/54

    49

    Gel sistem dua fase: Massa gel dapat terdiri dari flokul

    partikel halus bukan molekul besar, seperti pada gel

    alumunium hidroksida, magma bentonit, dan magma

    magnesia. Struktur gel pada sistem dua fase tersebut

    (Gambar 22a,b) tidak selalu stabil, dan gel tersebut dapat

    bersifat tiksotropik.

    Gel sistem fasa tunggal : terdiri dari makromolekul

    yang berada dalam bentuk seperti helaian serat (Gambar

    22c). Unit-unit saling terikat oleh gaya kuat jenis van der

    Waals sehingga membentuk daerah kristal dan amorf di dalam

    keseluruhan sistem (Gambar 22d). Contoh tragakan dan

    karboksimetilselulose

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    50/54

    50

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    51/54

    51

    sinerisis: Bila gel didiamkan untuk beberapa lama, secara

    alami gel tersebut mengkerut dan kandungan cairannya

    tertekan keluar. Hal ini terjadi sebagai akibat pengisatan

    berlanjut dari matriks atau struktur serat gel tersebut.

    Sinerisis teramati pada jeli atau penganan gelatin.

    bleeding : terjadinya pembebasan minyak atau air dari

    dasar salep yang biasanya timbul dari suatu kekurangan

    struktur gel bukan terjadi karena penciutan (kontraksi) sepertipada sinerisis.

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    52/54

    52

    pengembangan (swelling). Berlawanan dengan

    sinerisis adalah pengambilan cairan oleh gel dengan

    bertambahnya volume.

    imbibisi menarik sejumlah tertentu cairan tanpamenambah volume.

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    53/54

    53

    Gambar Isoterm pengembangan dari gelatin pada dua suhu: () pada

    250C; () pada 200C. Pengembangan diukur berdasarkan bertambahnya

    berat gelatin dalam larutan dapar pada variasi waktu.

  • 5/23/2018 9 Sistem Dispersi

    54/54

    54

    PR FARMASI FISIKA :

    SOAL DARI : PHYSICAL PHARMACY, ED IV, MARTIN

    DIFUSI/DISOLUSI:

    13-1; 13-4;

    ANTARMUKA::

    14-8; 14-13

    REOLOGI:

    17-4; 17-13

    DISPERSI:

    18-3; 18-10KINETIKA:

    12-3a); 12-9