A C B 8 cm 5 cm ? ∟ 9 ALTERNATIF PEMBUKTIAN TEOREMA PYTHAGORAS Oleh: Johan Irawan NIM. 137785098 Kelas D (KEMENAG) Teorema Pythagoras termasuk teorema yang cukup penting dan cukup dikenal dalam matematika karena sering digunakan dalam bahasan matematika, terutama yang berkaitan dengan geometri seperti dalam menentukan jarak dua titik, jarak antara suatu titik terhadap suatu garis, menentukan tinggi kerucut, menentukan tinggi limas, atau dalam menentukan perbandingan trigonometri suatu sudut juga sering memanfaatkan teorema pythagoras. Tanpa teorema pythogras pasti akan sangat kesulitan untuk memecahkan persoalan seperti tersebut di atas. Namun sangat disayangkan bahwa menurut pengalaman penulis banyak dijumpai siswa tingkat SMA yang masih kurang memahami teorema Pythagoras dengan baik, sebagai contoh penulis pernah menjumpai seorang siswa kelas 2 SMA yang menjawab persoalan seperti berikut: Pada ∆ ABC seperti disamping ditanyakan panjang AB. Jawaban siswa AB 2 = AC 2 + BC 2 AB 2 = 89 AB 2 = 8 2 + 5 2 AB = √ 89
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A
CB
8 cm
5 cm
?
∟
9 ALTERNATIF PEMBUKTIAN TEOREMA PYTHAGORAS
Oleh:
Johan Irawan
NIM. 137785098 Kelas D (KEMENAG)
Teorema Pythagoras termasuk teorema yang cukup
penting dan cukup dikenal dalam matematika karena
sering digunakan dalam bahasan matematika, terutama
yang berkaitan dengan geometri seperti dalam menentukan
jarak dua titik, jarak antara suatu titik terhadap
suatu garis, menentukan tinggi kerucut, menentukan
tinggi limas, atau dalam menentukan perbandingan
trigonometri suatu sudut juga sering memanfaatkan
teorema pythagoras. Tanpa teorema pythogras pasti akan
sangat kesulitan untuk memecahkan persoalan seperti
tersebut di atas. Namun sangat disayangkan bahwa
menurut pengalaman penulis banyak dijumpai siswa
tingkat SMA yang masih kurang memahami teorema
Pythagoras dengan baik, sebagai contoh penulis pernah
menjumpai seorang siswa kelas 2 SMA yang menjawab
persoalan seperti berikut:
Pada ∆ ABC seperti disamping ditanyakan
panjang AB.
Jawaban siswa
AB2 = AC2 + BC2 AB2 = 89
AB2 = 82 + 52 AB = √89
AB2 = 64 + 25 AB = 9,4
Jawaban tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang
memahami teorema pythagoras dengan baik, siswa tersebut
tidak bisa menbedakan antara sisi miring dan sisi
selain sisi miring. Bahkan penulis juga menjumpai siswa
SMK yang tidak paham sama sekali dengan teorema
pythagoras, siswa tersebut sudah lupa dengan torema
pythagoras dan sekaligus tidak bisa menjawab sama
sekali persoalan seperti di atas. Begitu juga ketika
siswa ditanya tentang pengertian sisi miring
(hipotenusa) hampir seluruh siswa menjawab dengan
enteng bahwa sisi miring adalah sisi yang letaknya
miring, namun siswa menjadi bingung ketika penulis
menggambarkan sebuah segitiga siku-siku dengan sisi
miring pada posisi mendatar.
Hal diatas menunjukkan bahwa ada suatu masalah
dalam pengajaran teorema pythagoras. Penulis menduga
bahwa pengajaran teorema pythagoras pada umumnya hanya
sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa dan
tanpa kegiatan yang melibatkan siswa untuk
mengkonstruksi teorema tersebut, sehingga pengajaran
teorema pythagoras menjadi kurang bermakna dan kurang
berkesan bagi siswa yang mengakibatkan teorema
pythagoras menjadi mudah dilupakan oleh siswa. Dalam
pandangan konstruktivisme suatu pengetahuan dapat
bertahan lama dalam memori siswa jika pengetahuan
tersebut bermakna bagi siswa dan siswa terlibat secara
C
A
B∟ C
A
B┘
Sisi Miring
C
A
B
C
AB
Sisi Miring C
A B
Sisi Miring
aktif dengan berbagai cara untuk membangun sendiri
pengetahuan tersebut dan mencari sendiri makna dari
sesuatu yang dipelajari.
Oleh karena itu, penulis menawarkan solusi untuk
mengatasi masalah di atas dengan mendesain pembelajaran
teorema pythagoras yang dapat melibatkan siswa secara
aktif untuk mengkonstruksi teorema pythagoras tersebut.
Pembelajaran ini dikhususkan bagi siswa kelas VIII
tingkat SMP karena teorema pythagoras memang merupakan
salah satu kompetensi dasar yang diajarkan pada siswa
kelas VIII tingkat Sekolah Menengah Pertama. Desain
pembelajaran yang dimaksudkan adalah siswa membuat alat
peraga dari kertas berupa bangun-bangun geometri sesuai
prosedur untuk mengkonstruksi teorema pythagoras. Namun
pada tahap pertama, guru harus menekankan pengertian
sisi miring segitiga siku-siku sebagai sisi yang selalu
berada di depan sudut siku-siku dengan jalan
mengambarkan berbagai posisi segitiga siku-siku
misalnya seperti berikut:
Selanjutnya, siswa diarahkan untuk mengkonstruksi
teorema pythagoras dengan jalan membuat bangun-bangun
datar seperti 9 alternatif yang akan penulis sajikan
berikutnya, dan pada bagian akhir siswa diminta untuk
menyimpulkan teorema pythagoras baik dengan kalimat
maupun dengan persamaan matematis yaitu: pada segitiga
siku-siku dengan panjang sisi a cm, b cm, dan c cm (c
sebagai sisi miring) berlaku
c2 = a2 + b2 untuk persamaan matematis,
atau dengan kalimat
“Kuadrat sisi miring (hipotenusa) suatu segitiga
siku-siku sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi
yang lainnya”.
Berikut 9 alternatif untuk mengkonstruksi sekaligus
membuktikan teorema pythagoras dengan menggunakan
bentuk-bentuk bangun datar, yaitu:
1. Alternatif 1
Siswa diminta membuat 4 buah segitiga siku-siku
yang identik seperti
berikut:
Kemudian setiap sisi segitiga siku-siku tersebut
dimisalkan memiliki panjang c cm untuk sisi miring, b
cm untuk sisi yang panjang pembentuk sudut siku-
sikunya, dan a cm untuk sisi yang pendek pembentuk
sudut siku-sikunya. Setelah itu
siswa diminta membentuk
sebuah persegi dari keempat
segitiga yang telah dibuat seperti
gambar berikut:
Dari gambar terlihat bahwa persegi yang terbentuk
memiliki panjang sisi (a+b) cm dan memiliki lubang
berbentuk persegi dengan panjang sisi c cm.
Dengan demikian siswa dapat memperlihatkan bahwa:
Luas persegi = Luas 4 segitiga siku-siku identik + Luas
persegi lubang
(a+b)2 = 4 (12 ab) + c2
a2 + 2ab + b2 = 2ab + c2 jika kedua ruas dikurangi 2ab
diperoleh:
a2 + b2 = c2
Jadi dapat disimpulkan bahwa “pada segitiga siku-siku
berlaku sisi miring kuadrat sama dengan jumlah kuadrat
dari sisi-sisi yang lainnya”.
2. Alternatif 2
Siswa diminta membuat 4 buah segitiga siku-siku
identik seperti pada alternatif 1 dan setiap sisi
segitiga siku-siku tersebut dimisalkan memiliki panjang
c cm untuk sisi miring, b cm untuk sisi yang panjang
pembentuk sudut siku-sikunya, dan a cm untuk sisi yang
pendek pembentuk sudut siku-sikunya.
Selanjutnya, siswa diminta untuk menyusun 4 buah
sigitiga siku-siku identik yang
telah dibuat menjadi sebuah
persegi seperti gambar
disamping.
Berdasarkan pesergi
tersebut siswa dapat
memperlihatkan bahwa persegi
yang dibuat memiliki panjang sisi c cm dan memiliki
c
c
a
a
b
b
lubang berbentuk persegi pula dengan panjang sisi (b–a)
cm. Dengan menghitung luas persegi yang terbentuk siswa
dapat memperoleh:
Luas persegi = Luas 4 segitiga siku-siku identik + Luas
persegi lubang
c2 = 4 (12 ab) + (b–a)2
c2 = 2ab + b2 – 2ab + a2
c2 = b2 + a2
jadi dapat disimpulkan bahwa “pada segitiga siku-siku
berlaku sisi miring kuadrat sama dengan jumlah kuadrat
dari sisi-sisi yang lainnya”.
3. Alternatif 3
Siswa diminta membuat 2 buah segitiga siku-siku
yang identik dengan panjang sisi a cm, b cm, dan c cm
(c sebagai sisi miring), dan membuat sebuah segitiga
siku-siku sama kaki dengan panjang sisi-sisi siku-siku
c cm. Kemudian ketiga segitiga disusun seperti gambar
berikut:
+ →
Dari gambar tampak bahwa susunan ketiga segitiga
membentuk bangun trapesium dengan jumlah sisi sejajar
(a+b) cm dan tinggi juga (a+b) cm, sehingga siswa dapat
memperoleh luas trapesium yang terbentuk sebagai:
12
(a+b ). (a+b)=12a2+12.2ab+
12b2=12a2+ab+
12b2
Sedangkan jumlah luas ketiga segitiga penyusunnya
adalah:
12c2+2.1
2.ab=1
2c2+ab
Dengan demikian siswa dapat memperoleh persamaan:
12a2+ab+
12b2=12c2+ab jika kedua ruas dikurangi ab
diperoleh
12a
2+12 b
2=12 c
2 jika kedua ruas dikalikan 2
diperoleh
a2+b2=c2
Jadi dapat disimpulkan bahwa “pada segitiga siku-siku
berlaku sisi miring kuadrat sama dengan jumlah kuadrat
dari sisi-sisi yang lainnya”.
4. Alternatif 4
bc
c
c
c
bb
aa
a
Siswa diminta membuat 4 buah segitiga siku-siku
yang identik dengan panjang sisi a cm, b cm, dan c cm
(c sebagai sisi miring), dan membuat 2 buah segitiga
siku-siku sama kaki dengan panjang sisi-sisi siku-siku
c cm. Kemudian semua segitiga disusun seperti gambar
berikut:
Dari gambar tampak bahwa susunan segitiga membentuk
bangun trapesium dengan jumlah sisi sejajar (2a+2b) cm
dan tingi (a+b) cm, sehingga siswa dapat memperoleh luas
trapesium yang terbentuk sebagai:
12
(2a+2b ). (a+b )=12.2(a+b ). (a+b)=(a+b)2=a
2+2ab+b
2
Sedangkan jumlah luas semua segitiga penyusunnya
adalah:
2. 12c2+4. 1
2.ab=c
2+2ab
→
D
E C
BA
c cm
c cm
b cm
(b –a) cm
a cm
c cm
a cm
b cm
b cm
ED C
BA
Dengan demikian siswa dapat memperoleh persamaan:
a2+2ab+b2=c2+2ab jika kedua ruas dikurangi
2ab diperoleh
a2+b2=c2
Jadi dapat disimpulkan bahwa “pada segitiga siku-siku
berlaku sisi miring kuadrat sama dengan jumlah kuadrat
dari sisi-sisi yang lainnya”.
5. Alternatif 5
Siswa diminta membuat sebuah persegi dengan panjang
sisi tertentu dan dimisalkan panjangnya adalah b cm,
sehingga memiliki luas b2 cm2. Kemudian dari persegi
menurut sisi AB pada persegi maka akan didapat bangun
seperti gambar diatas. Setelah itu, siswa diminta
b cm
memotong kembali bangun yang didapat menjadi 2 segitiga
siku-siku yaitu ∆ DAE dan ∆ DCE.
∆ DAE siku-siku di A dan memiliki luas =
12.DA .AE=
12.c.c=
12c2
Sedangkan ∆ DCE siku-siku di C dan memiliki luas =
12.EC.DC
= 12. (b−a).(b+a)
= 12b2−
12a2
Jumlah luas dari ∆ DAE dan ∆ DCE = 12c2+
12b2−1
2a2
Karena luas persegi awal dengan jumlah luas dari ∆ DAE
dan ∆ DCE adalah sama, maka siswa dapat memperoleh
persamaan:
b2=12c2+
12b2−1
2a2
b2−12b2=
12c2−
12a2
12b2=
12c2−
12a2
jika kedua ruas dikalikan 2
diperoleh
b2=c2−a2 kedua ruas ditambah dengan a2
diperoleh
b2+a2=c2
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “pada segitiga
siku-siku berlaku sisi miring kuadrat sama dengan
jumlah kuadrat dari sisi-sisi yang lainnya”.
6. Alternatif 6
Siswa diminta membuat 2 buah persegi yang berbeda
ukurannya dan dimisalkan persegi besar memiliki
panjang b cm dan persegi kecil memiliki panjang a cm,
sehingga luas daerah kedua
persegi adalah a2+b2 cm2,
kemudian kedua persegi disusun
berdampingan seperti
gambar berikut:
Selanjutnya siswa diminta memotong 2 buah segitiga
siku-siku yang identik dengan panjang sisi siku-siku b
cm dan a cm serta panjang sisi miring disebut c cm dari
persegi yang telah disusun sebelumnya seperti berikut:
Setelah itu siswa diminta mengabungkan potongan 2
segitiga yang didapat pada bagian atas susunan persegi
asal sehingga didapat sebuah persegi baru dengan
panjang sisi c cm dan luas c2 cm2 seperti berikut:
Karena tidak ada bagian persegi
yang hilang, maka berarti luas
persegi baru sama dengan luas
gabungan dua persegi asal. Dengan
demikian didapatkan persamaan:
a2 + b2 = c2
sehingga dapat disimpulkan bahwa
“pada segitiga siku-siku berlaku sisi miring kuadrat
sama dengan jumlah kuadrat dari sisi-sisi yang
lainnya”.
7. Alternatif 7
Siswa diminta membuat 2 buah segitiga siku-siku
identik dan setiap sisi segitiga siku-siku tersebut
dimisalkan memiliki panjang c cm untuk sisi miring, b
cm untuk sisi yang panjang pembentuk sudut siku-
sikunya, dan a cm untuk sisi yang pendek pembentuk
sudut siku-sikunya. Kemudian, kedua segitiga
ditempelkan pada selembar kertas dengan posisi seperti
dibawah ini.
DA
CB
E
a cm
b cmb cm
a cm
Jika setiap ujung dari segitiga yang tidak saling
menempel dihubungkan dengan garis dan kemudian
dipotong, maka akan didapatkan sebuah bangun segi
empat yang mirip dengan layang-layang dengan panjang
diagonal masing-masing c cm, sehingga siswa dapat
menemukan luas bangun adalah 12c2.
Selanjutnya jika bangun yang terbentuk dipandang
sebagai gabungan 2 buah segitiga yang dinamakan ∆ ABD
dan ∆ BCD seperti gambar dibawah ini, maka luas bangun
dapat ditentukan dengan cara yang berbeda.
Siswa dapat menentukan luas ∆
ABD sebagai:
12.AB.DE=1
2.b.b=
12b2
Sedangkan luas ∆ BCD dapat ditentukan
sebagai: 12.BC.BE=
12.a.a=
12a2
(Karena tinggi ∆ BCD terhadap alas BC =
panjang BE)
Sehingga luas bangun secara keseluruhan adalah12a2+
12b2
Dengan demikian siswa memperoleh persamaan bahwa
12a2+1
2b2=1
2c2
jika kedua ruas dikalikan 2 maka diperoleh a2 + b2 = c2
Jadi dapat disimpulkan bahwa “pada segitiga siku-siku
berlaku sisi miring kuadrat sama dengan jumlah kuadrat
dari sisi-sisi yang lainnya”.
8. Alternatif 8
Siswa diminta membuat 2 buah segitiga siku-siku
identik dan setiap sisi segitiga siku-siku tersebut
dimisalkan memiliki panjang c cm untuk sisi miring, b
cm untuk sisi yang panjang pembentuk sudut siku-
sikunya, dan a cm untuk sisi yang pendek pembentuk
sudut siku-sikunya seperti pada alternatif 7. Kemudian
kedua segitiga ditempelkan pada selembar kertas dengan
posisi seperti dibawah ini.
Jika kedua ujung yang tidak saling menempel dari
segitiga dihubungkan dengan sebuah garis maka akan
tampak sebuah bangun trapesium dengan tinggi b cm dan
jumlah panjang sisi sejajar (a+b) cm. Sehingga luas
trapesium bisa ditentukan sebagai: 12(a+b ).b=
12ab+
12b2
Selanjutnya tinggi trapesium dipandang sebagai
hasil penjumlahan dari a cm dan (b–a) cm dan siswa
diminta memotong bagian segitiga siku-siku yang
memiliki panjang sisi siku-siku a cm dan (b–a) cm pada
bagian bawah
sehingga didapatkan 2 bentuk bangun geometri baru,
yaitu segi empat mirip layang-layang dan segitiga
siku-siku seperti berikut:
Kemudian siswa diminta menjumlahkan luas kedua
bangun geometri ini, sehingga diperoleh:12c2+
12a. (b−a)=1
2c2+
12ab−1
2a2
Karena luas kedua bangun geometri ini sama dengan luas
trapesium, maka siswa dapat menuliskan: 12ab+
12b2=1
2c2+1
2ab−
12a2 jika kedua ruas dikalikan 2
maka didapatkan
ab + b2 = c2 + ab – a2 jika kedua ruas
dikurangi ab didapatkan
b2 = c2 – a2 dan jika kedua ruas
ditambah a2 diperoleh
a2 + b2 = c2
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “pada
segitiga siku-siku berlaku sisi miring kuadrat sama
dengan jumlah kuadrat dari sisi-sisi yang lainnya”.
9. Alternatif 9
Siswa diminta mengambar sebuah ∆ ABC siku-siku di
titik C dan menambahkan garis tinggi melalui titik C
memotong garis AB di titik
D. misalkan panjang AB= c
cm, BC= a cm, dan AC= b cm,
Selanjutnya siswa diminta menunjukkkan
kesebangunan antara ∆ ADC dan ∆ ACB yaitu karena
∠ DAC=∠ BAC (sudut yang sama), ∠ ADC=∠ ACB (sudut
siku-siku), dan ∠ ACD=∠ ABC (sudut ke-3 suatu
segitiga), sehingga diperoleh perbandingan: ADAC
=ACAB atau AC2=AB x AD ……… (1)
Setelah itu, siswa diminta menunjukkan
kesebangunan antara ∆ BDC dan ∆ BCA yaitu karena
∠ CBD=∠ ABC (sudut yang sama), ∠ BDC=∠ BCA (sudut
siku-siku), dan ∠ BCD=∠ BAC (sudut ke-3 suatu
segitiga), sehingga diperoleh perbandingan:BDBC
=BCAB atau BC2=AB x BD ……… (2)
Dari persamaan 1 dan 2 diperoleh:
AC2 + BC2 = AB x AD + AB x BD
AC2 + BC2 = AB (AD + BD)
Karena AD + DB = AB, maka
AC2 + BC2 = AB. AB
AC2 + BC2 = AB2
b2 + a2 = c2
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “pada segitiga
siku-siku berlaku sisi miring kuadrat sama dengan
jumlah kuadrat dari sisi-sisi yang lainnya”.
Daftar Pustaka
Bogomolny, A. 2013. Pythagorean Theorem and its many proofs :fromInteractive Mathematics Miscellany and Puzzles.ht t p: / /ww w . c u t - the - knot.org/ p y thag o r a s/ i nd e x.sh t m l ,diakses 10 Desember2013
Head, Angel. 2013. Pythagorean Theorem.ht t p: / / j wi l son. c o e .ug a . e d u/EMT668/ e m t 6 68.stud e nt.folde r s/H ea d Ang e la/ e s s a y 1/ P y thago r ea n.ht m l diakses 10Desember 2013
Tarsudin. Macam-macam Pembuktian Teorema Pythagoras.http://www.slideshare.net/joeirawanok/savedfiles?s_title=15-macam-pembuktian-teorema-pythagoras-27405761&user_login=TARSUDINN diakses 22 Desember 2013
Nusantara, Toto. 2005. Lembar Kerja Mandiri Matakuliah Matematika Praktis Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan.