-
Penggabungan Usaha
Definisi
Penggabungan Usaha adalah salah satu strategy dari aktivitas
perluasan usaha yang
banyak dilakukan. Berdasarkan PSAK No. 22, penggabungan usaha
(business combination)
adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi
satu entitas ekonomi karena
satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh
kendali atas aset dan
operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha dibagi menjadi dua,
yaitu Merger dan Akuisisi.
Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
penggabungan usaha merupakan
usaha pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara
menyatukan perusahaan dengan
satu atau lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan
ekonomi.
Bentuk Penggabungan Usaha
Berdasarkan PSAK No. 22, terdapat dua jenis penggabungan usaha
yaitu:
1. Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana
salah satu
perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendalai
atas aktiva netto dan
operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan
aktiva tertentu,
mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.
2. Penyatuan Kepemilikan (uniting of interest/pooling of
interest) adalah suatu
penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang
bergabung
bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara
efektif seluruh aktiva neto
dan operasi kendali perusahaan yang bergabung tersebut dan
selanjutnya memikul
bersama segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas
gabungan, sehingga
tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan
pengakuisisi (acquirer).
-
Penyebab Melakukan Penggabungan Usaha
Tentu banyak kemungkinan penyebab mengapa melakukan penggabungan
usaha,
diantara banyaknya kemungkinan yang ada, berikut adalah
kemungkinan penyebab
yang paling umum:
1. Investment Profitability. Melakukan investasi pada perusahaan
yang sehat dan
memiliki tingkat profitability yang tinggi adalah salah satu
alasan mengapa
penggabungan usaha adalah pilihan perluasan usaha. Dengan
berinvestasi pada
perusahaan yang profitable, maka perusahaan akan berkesempatan
untuk ikut
menikmati keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan
investee.
2. Business Diversification. Diversifikasi usaha (business
diversification) adalah strategy
lainnnya yang banyak ditempuh. Dengan menguasai berbagai bidang
usaha yang
berbeda-beda akan membuka kesempatan untuk memperoleh laba yang
lebih banyak
lagi dalam business.
3. Business Scale. Peningkatan skala perusahaan (business scale)
adalah alasan lain
mengapa dilakukan penggabungan usaha. Setelah penggabungan
terjadi, tentu asset
perusahaan akan bertambah, kapasitas bertambah, jangkauan pasar
akan lebih luas dan
yang tentunya akan diikuti oleh peningkatan omset, integrasi
dari peningkatan itulah
yang akan menyebabkan skala perusahaan menjadi bertambah
besar.
4. Risk Reduction. Tidak mungkin menghilangkan resiko dari
sebuah bisnis, yang
mungkin adalah berusaha me-manage resiko yang ada, tentunya
dengan berbagai
strategi yang diterapkan. Menjalankan satu usaha saja, disamping
kesempatan untuk
memperoleh gain yang lebih besar menjadi lebih terbatas
(dibandingkan jika
melakukan diversifikasi), juga sama artinya dengan menaruh
bisnis pada potensi
resiko tanpa jalan keluar. Dengan ekspansi usaha diharapkan
resiko akan lebih
tersebar sehingga akan menjadi lebih ringan, atau resiko
kerugian pada perusahaan
yang satu, mungkin akan bisa ditutup oleh perusahaan lain yang
dimiliki.
5. Controlling Power Gain. Ini adalah satu alasan khas mengapa
suatu perusahaan
melakukan penggabungan usaha. Bisa dikatakan alasan inilah yang
paling
-
mendominasi. Ada berbagai kemungkinan alasan mengapa suatu
perusahaan ingin
mendapatkan kendali atas perusahaan lain, diantaranya:
a. Market Penetration. Hal ini biasanya dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan
besar yang mengalami kesulitan untuk memasuki suatu area pasar
tertentu.
b. Supplies Sustainability. Ini biasanya dilakukan oleh
perusahaan besar yang
mengalami kesulitan supply akibat raw material dikuasai oleh
perusahaan lain.
Untuk memastikan sustainability supplies, perusahaan tidak
memiliki pilihan
lain selain membeli perusahaan tersebut.
c. Technology Advancement. Banyak perusahaan yang invest karena
perusahaan
investee memiliki technology yang dianggap unggul dan mampu
menopang
kelangsungan businessnya.
d. Reducing Competition. Menguasai perusahaan kompetitor adalah
salah satu
strategi untuk memenangkan persaingan.
Merger
Merger merupakan suatu strategi bisnis yang diterapkan
denganmenggabungkan antara
dua atau lebih perusahaan yang setuju menyatukankegiatan
operasionalnya dengan basis yang
relatif seimbang, karena merekamemiliki sumber daya dan
kapabilitas yang secara bersama-
sama dapatmenciptakan keunggulan kompetitif yang lebih kuat
(Hitt, et.al., 2001). Sedangkan
menurut Brian Coyle (2000) merger dapat diartikan secara luas
maupun sempit. Dalam
pengertian yang luas, merger juga menunjukpada setiap bentuk
pengambilalihan suatu
perusahaan oleh perusahaanlainnya, pada saat kegiatan usaha dari
kedua perusahaan
tersebutdisatukan. Pengertian yang lebih sempit merujuk pada dua
perusahaandengan ekuitas
hampir sama, menggabungkan sumber-sumber daya yangada pada kedua
perusahaan menjadi
satu bentuk usaha. Pemegang sahamatau pemilik dari kedua
perusahaan sebelum merger
menjadi pemilik darisaham perusahaan hasil merger, dan top
manajemen dari kedua
perusahaantetap menduduki posisi senior dalam perusahaan setelah
merger.
Merger berdasarkan aktivitas ekonomik dapat diklasifikasikan
dalam lima tipe, yaitu:
-
1. Merger Horisontal. Merger horisontal adalah merger antara dua
atau lebih
perusahaanyang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum
terjadi
mergerperusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain
dalampasar/industri yang
sama. Salah satu tujuan utama merger danakuisisi horisontal
adalah untuk mengurangi
persaingan atau untukmeningkatkan efisiensi melalui penggabungan
aktivitas
produksi,pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan
fasilitasadministrasi.
Efek dari merger horisontal ini adalah semakinterkonsentrasinya
struktur pasar pada
industri tersebut. Apabilahanya terdapat sedikit pelaku usaha,
maka struktur pasar bisa
mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah
padamonopoli.
2. Merger Vertikal. Merger vertikal adalah integrasi yang
melibatkan perusahaan-
perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses
produksiatau operasi. Merger
dan akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaanyang berada pada
industri hulu
memasuki industri hilir atausebaliknya. Merger dan akuisisi
vertikal dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan
usahanyaterhadap
pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangkastabilisasi pasokan
dan pengguna.
Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkapmulai
dari penyediaan
input sampai pemasaran. Untuk menjaminbahwa pasokan input
berjalan dengan lancar
maka perusahaantersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan
pemasok. Mergerdan
akuisisi vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi
kebelakang atau ke bawah
dan integrasi ke depan atau ke atas
3. Merger Konglemerat. Merger konglomerat adalah merger dua atau
lebih perusahaan
yangmasing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait.
Mergerdan akuisisi
konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaanberusaha
mendiversifikasi bidang
bisnisnya dengan memasukibidang bisnis yang berbeda sama sekali
dengan bisnis
semula.Apabila merger dan akuisisi konglomerat ini dilakukan
secara terusmenerus
oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuahkonglomerasi. Sebuah
konglomerasi
memiliki bidang bisnis yangsangat beragam dalam industri yang
berbeda.
4. Merger Ekstensi Pasar. Merger ekstensi pasar adalah merger
yang dilakukan oleh dua
ataulebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas
areapasar. Tujuan
merger dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan
pemasaran bagi produk
masing-masing perusahaan.Merger dan akusisi ekstensi pasar
sering dilakukan oleh
perusahan-perusahan lintas Negara dalam rangka ekspansi dan
penetrasipasar. Strategi
-
ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat
tanpa harus
membangun fasilitas produksi dari awaldi negara yang akan
dimasuki. Merger dan
akuisisi ekstensi pasardilakukan untuk mengatasi keterbatasan
ekspor karena
kurangmemberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap
konsumenluar negeri.
5. Merger Ekstensi Produk. Merger ekstensi produk adalah merger
yang dilakukan oleh
duaatau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk
masing-masing perusahaan.
Setelah merger perusahaan akan menawarkanlebih banyak jenis dan
lini produk
sehingga akan menjangkaukonsumen yang lebih luas. Merger dan
akuisisi ini
dilakukan denganmemanfaatkan kekuatan departemen riset dan
pengembanganmasing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui
efektivitas
risetsehingga lebih produktif dalam inovasi.
Pola adalah sistem bisnis yang diimplementasikan oleh sebuah
perusahaandan dalam hal ini
pola merger adalah sistem bisnis yang akan diadopsi atauyang
akan dijadikan acuan oleh
perusahaan hasil merger. Klasifikasiberdasarkan pola merger
terbagi dalam dua kategori yaitu :
1. Mothership Merger. Mothership merger adalah pengadopsian satu
pola atau
sistemuntuk dijadikan pola atau sistem pada perusahaan hasil
merger.Biasanya
perusahaan yang dipertahankan hidup adalah perusahaanyang
dominan dan sistem
pola bisnis perusahaan yang dominaninilah yang diadopsi.
2. Platform Merger. Jika dalam mothership merger hanya satu
sistem yang diadopsi,
maka dalam platform merger hardware dan software yang menjadi
kekuatan masing-
masing perusahaan tetap dipertahankan dan dioptimalkan. Artinya
adalah semua
system atau pola bisnis,sepanjang itu baik, akan diadopsi oleh
perusahaan hasil
merger.
Akuisisi
Akuisisi dalam terminologi bisnis diartikan sebagai
pengambilalihan kepemilikan atau
pengendalian atas saham atau asset suatu perusahaan oleh
perusahaan lain, dan dalam peristiwa
inibaik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap
eksis sebagaibadan hukum yang
terpisah. (Abdul Moin, 2004). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 27 Tahun 1998
tentangPenggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan
Terbatasmendefinisikan
-
akuisisi sebagai perbuatan hukum yang dilakukan olehbadan hukum
atau orang perseorangan
untuk mengambil alih baik seluruhatau sebagian besar saham
perseroan yang dapat
mengakibatkanberalihnya pengendalian terhadap perseroan
tersebut.
Berdasarkan hubungan usaha serta ada atau tidaknya kesamaan
sifatdari dua entitas
usaha yang melakukan akuisisi. Menurut Reksohadiprojodalam
Wiharti(1999) akuisisi dapat
dibedakan dalam tiga kelompok besar,yaitu:
1. Akuisisi Horizontal. Akuisisi yang dilakukan oleh badan usaha
yang lain, tetapi masih
dalam bisnis yang sama.
2. Akuisisi Vertikal. Akuisisi pemasok atau pelanggan bada usaha
yang dibeli.
3. Akuisisi Konglomerat. Akuisisi bada usaha yang tidak ada
hubungannya sama sekali
dengan bada usaha pembeli.
Klasifikasi berdasarkan obyek yang diakuisisi dibedakan atas
akuisisi sahamdan akuisisi asset,
yaitu :
1. Akuisisi Saham. Istilah akuisisi digunakan untuk
menggambarkan suatu transaksi jual
beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkanberalihnya
kepemilikan
perusahaan dari penjual kepada pembeli.Karena perusahaan
didirikan atas saham-
saham, maka akuisisiterjadi ketika pemilik saham menjual
saham-saham mereka
kepadapembeli/pengakuisisi.Akuisisi saham merupakan salah satu
bentuk akuisisi
yang palingumum ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi.
Akuisisitersebut
dapat dilakukan dengan cara membeli seluruh atausebagian
saham-saham yang telah
dikeluarkan oleh perseroan maupun dengan atau tanpa melakukan
penyetoran atas
sebagianmaupun seluruh saham yang belum dan akan
dikeluarkanperseroan yang
mengakibatkan penguasaan mayoritas atas sahamperseroan oleh
perusahaan yang
melakukan akuisisi tersebut, yangakan membawa ke arah penguasaan
manajemen dan
jalannyaperseroan.
2. Akuisisi Aset. Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki
perusahaan lainmaka
ia dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau
asetperusahaan lain tersebut. Jika
pembelian tersebut hanya sebagiandari aktiva perusahaan maka hal
ini dinamakan
akusisi parsial.Akuisisi asset secara sederhana dapat dikatakan
merupakan:
-
a. Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi
aset(sebagai pihak
pembeli) dengan pihak yang diakuisisi asetnya (sebagai pihak
penjual),
jika akuisisi dilakukan dengan pembayaran uang tunai. Dalam hal
ini
segala formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu jual beli
harus
diberlakukan, termasuk jual beli atas hak atas tanah yang
harus
dilakukan dihadapan Pejabat Pembuatan Akta Tanah.
b. Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi
dengansuatu
kebendaan lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika
akuisisi
tidak dilakukan dengan cara tunai. Dan jikakebendaan yang
dipertukarkan dengan aset merupakan saham-saham, maka
akuisisi
tersebut dikenal dengan nama assets for share exchange dengan
akibat
hukum bahwa perseroan yang diakuisisi tersebut menjadi
pemegang
saham dan perseroanyang diakuisisi.
Untuk melakukan akuisisi, Morris (2000) mengemukakan adanya
beberapa hal yang
perlu diketahui terlebih dahulu:
1. Characteristics and size of industry and company
2. Size of market and expected market growth
3. Share of market held by thr candidate (to be acquired)
4. Barriers to entry by the new competition
5. State of the acquisition candidates technology and easy with
wich it could be
duplicated by the acquirer of by a competitor
6. Competitive advantage of the acquisition candidates product
or service
7. Amount of the investment required by the acquirer and the
projected return rates
8. Existence of in place management, technical personnel and
other key personnel
9. Ability of the acquirer to acquire and retain the acquisition
candidates business, Size
and price rage
Sedangkan pada PSAK No. 22 (2010) penerapan metode akuisisi
mensyaratkan:
-
a) Pengidentikasian pihak pengakuisisi;
b) Penentuan tanggal akuisisi;
c) Pengakuan dan pengukuran aset teridentikasi yang diperoleh,
liabilitas yang diambil-
alih, dan kepentingan nonpengendali pihak yang diakuisisi;
dan
d) Pengakuan dan pengukuran goodwill atau keuntungan dari
pembelian dengan diskon.
Akuisisi dapat terjadi dalam keseluruhan ataupun secara
sebagian. Akuisisi keseluruhan
terjadi jika yang diambil alih seluruh saham dariperusahaan yang
diambil alih tersebut,
sedangkan akuisisi disebut akuisisi sebagian jika akuisisi
dilakukan dengan mengambil alih
lebih dari 50% kepemilikan saham tetapi kurang dari 100%, Coyle
(2000). Selain itu, akuisisi
dapat dilakukan dengan cara :
1. Pembayaran tunai
2. Pembayaran dengan penerbitan surat-surat berharga dalam
bentuk saham,
obligasi, dan surat-surat berharga lainnya.
3. Campuran dalam bentuk pembayaran tunai dan surat
berharga.
4. Opsi baik pihak yang sahamnya diambil alih, untuk menerima
pembayaran
dalam bentuk tunai atau surat berharga.
Akuisisi, Coyle (2000) dalam prakteknya juga dapat mengambil
bentuk :
1. Aggressive
2. Defensive
3. Negotiated
Akuisisi dikatakan bersifat aggressive, jika akuisisi dilakukan
denganpaksa, yang pada
umumnya memperoleh tentangan yang sangat darimanajemen
perusahaan yang akan diambil
alih, sehingga seringkali disebut juga dengan hostile take over.
Bentuk akuisisi yang
berlawanan dari aggressive acquisition ini adalah negotiated
take over. Sedangkan suatuakuisisi
disebut dengan defensif, jika terjadi keadaan tawar menawar
antara manajemen perusahaan
yang diambil alih mengenai pihak mana yang disetujui untuk
melakukan pengambil alihan.
Defensive acquisition ini padaumumnya terjadi sebagai reaksi
dari aggressive take over.
-
Pengungkapan
Pihak pengakuisisi mengungkapkan informasi yang memungkinkan
pengguna laporan
keuangan dapat mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari
kombinasi bisnis yang terjadi:
a) Selama periode pelaporan berjalan; atau
b) Setelah akhir periode pelaporan tetapi sebelum tanggal
penyelesaian laporan
keuangan.
Pihak pengakuisisi mengungkapkan informasi yang memungkinkan
pengguna laporan
keuangan dapat mengevaluasi dampak keuangan dari penyesuaian
yang diakui pada periode
pelaporan berjalan yang berhubungan dengan kombinasi bisnis yang
terjadi pada periode
tersebut atau periode pelaporan sebelumnya.
Metode Pencatatan Merger dan Akuisisi
Ada dua metode pencatatan, yaitu:
1. Purchased Methode (Metode Pembelian). Metode ini mengakui
adanya goodwill
sebesar selisih dari harga beli dan harga wajar aktiva dan
kewajiban yang diakuisisi.
Goodwill dianggap sebagai factor yang menyebabkan perusahaan
dapat memperoleh
laba di atas rata-rata. Seperti aktiva lainnya goodwill dinilai
berdasarkan biaya
perolehan awalnya dari pembeli jika dapat secara objective
ditentukan, untuk
selanjutnya di amortisasi.
2. Pooling of Interest Method (Metode Penggabungan Kepemilikan).
Metode ini tidak
mengakui adanya goodwill karena tidak ada harga beli, hanya
nilai buku yang terbawa
(diakui). FASB No 141 Busines Combination tahun 2001 menyatakan
penghapusan
Pool of Interest Method. Jadi sejak statement#141 dikeluarkan,
diharapkan semua
merger dan akuisisi menggunakan metode pembelian. ED PSAK 22
(revisi 2010)
tidak menggunakan konsep pooling of interest untuk semua jenis
kombinasi bisnis,
-
dimana ED PSAK 22 (revisi 2010) tidak berlaku untuk kombinasi
bisnis yang
melibatkan entitas sepengendali. Namun pada prakteknya masih
banyak merger dan
akuisisi menggunakan Pooling of Interest Method, hal ini
dikarenakan :
a. Terhindar dari peningkatan biaya depresiasi atas aktiva yang
direvaluasi.
b. Terhindar dari beban amortisasi goodwill.
c. Peningkatan fleksibilitas manajemen terkait dengan
dividen.
d. Manajemen memiliki kesempatan menciptakan laba yang
sebelumnya
belum dilaporkan.
e. Menyembunyikan nilai kepentingan yang diberikan dalam merger
dan
akuisisi.
f. Melindungi manajemen dari kritik pemegang saham (harga beli
aktiva
yang lebih tinggi dari nilai wajar aktiva)
Mendeterminasi Nilai Beli dalam Purchased Methode Merger dan
Akuisisi
Dalam mendeterminasi Nilai Beli dalam Purchased Methode pembeli
memperhitungkan
seluruh biaya perolehan sehubungan dengan akuisisi aktiva bersih
atau saham perusahaan lain
sebagai bagian dari harga beli.
Ada beberapa expenditure yang mungkin timbul dari merger dan
akuisisi:
1. Direct Expenditure: imbal jasa bagi penemu (finders fee),
Accountan fee, Lawyer Fee
dan Appraisal fee
2. Expenditure pengeluaran efek: biaya pendaftaran efek, audit,
dan hukum sehubungan
pendaftaran saham dan komisi pialang.
-
3. Indirect & General Expenditure: biaya gaji accountant
yang merupakan pegawai
perusahaan pengakuisisi dalam merger dan akuisisi.
Contoh Kasus:
Pada tanggal 1 Januari 2008, Royal Bali Inc. (RBC) membeli semua
aktiva dan kewajiban PT.
Baik Baik Saja (BBS) dalam satu merger dengan mengeluarkan
10,000 lembar saham PT. Baik
Baik Saja dengan nilai nominal $ 10. Saham yang dikeluaran
tersebut mempunyai nilai pasar $
600,000.
Royal Bali Inc mengeluarkan Legal expense dan Appraisal expense
sebesar $40,000
sehubungan dengan M&As dan biaya pengeluaran saham sebesar
$25,000.
Total harga beli saham, sama dengan nilai saham yang dikeluarkan
Royal Bali Inc ditambah
biaya tambahan yang terjadi sehubungan dengan akuisisi
aktiva.
Total Harga Beli dapat dihitung:
Nilai Wajar Saham yang dikeluarkan = $ 600,000
Other Acquisition Cost = $40,000
--------------------------------------------------------
Total Harga Beli = $640,000
Saham yang dikeluarkan oleh Royal Bali Inc untuk melakukan
M&As dinilai pada nilai wajar
dikurangi dengan biaya pengeluaran saham.
Nilai tercatat sahamnya dihitung dengan:
Nilai Wajar Saham yang dikeluarkan = $600,000
Biaya Pengeluaran Saham = ($25,000)
--------------------------------------------------------
Nilai tercatat saham = $575,000
Perbandingan Nilai Buku dengan Nilai Wajar M&As melalui
pembelian aktiva bersih PT.
Baik Baik Saja menjadi sebagai berikut:
-
Maka, pencatatan jurnal merger dan akuisisi sebagain
berikut:
[Debit]. Kas dan Piutang = $ 45,000
[Debit]. Persediaan = $ 75,000
[Debit]. Tanah = $ 70,000
[Debit]. Bangunan & Peralatan = $ 350,000
[Debit]. Paten = $ 80,000
[Debit]. Goodwill = $ 130,000
[Credit]. Kewajiban lancar = $ 110,000
[Credit]. Saham biasa = $ 100,000
[Credit]. Tambahan modal disetor = $ 475,000
[Credit]. Biaya merger tangguhan = $ 40.000
[Credit]. Biaya pengeluaran Saham tangguhan = $ 25.000
Goodwill sebesar $ 130,000 berasal dari total harga beli aktiva
bersih dikurangi dengan
nilai wajar dari aktiva bersih; $640,000 $510,000 = $130,000
Nilai Saham Biasa = $10 x $ 10,000 = $ 100,000
Tambahan Modal disetor = Nilai tercatat sahamSaham biasa=
575,000-100,000 =
$475,000
Merger dan Akuisisi Melalui Pembelian Saham (Share
Acquisition)
-
Merger dan Akuisisi yang dilakukan melalui pembelian saham dari
perusahaan lain bukan
melalui akuisisi aktiva bersih disebut dengan Share
Acquisition.
Contoh Kasus:
Royal Bali Inc menukarkan 10,000 lembar sahamnya dengan total
nilai pasar $ 600,000 untuk
semua saham PT. Baik Baik Saja dalam transaksi pembelian, timbul
biaya merger sebesar
$40,000 dan biaya pengeluaran saham $ 25,000 yang sebelumnya
dicatat dalam Account
tangguhan.
Untuk mencatat pembelian saham PT Baik Baik Saja, maka di
jurnal:
[Debit]. Investasi pada saham PT. Baik Baik Saja = $640,000
[Credit]. Saham biasa = $100,000
[Credit]. Tambahan Modal disetor = $475,000
[Credit]. Biaya merger tangguhan = $40,000
[Credit]. Biaya pengeluaran saham tangguhan = $25,000
Untuk investasi pada saham biasa, pelaporan kepemilikan
antar-perusahaan dapat
menggunakan 3 (tiga) method, yaitu:
1. Laporan Keuangan Konsolidasi
2. Expense Method
3. Equity Method
Penerapan metode tergantung pada Control Level Factor yang
dimiliki investor pada investee.
Berikut indikator level kontrol:
1. Expense Method: untuk tingkat kepemilikan 0% - 20 % memiliki
Control Level yang
tidak signifikan.
Dicatat oleh investor berdasarkan biaya historisnya.
Pendapatan diakui oleh investor jika deviden diumumkan oleh
invstee
Expense Method digunakan ketika investor tidak memiliki
kemampuan untuk
mengendalikan atau tidak mempunyai pengaruh yang signifikan atas
investee,
yang disebabkaan besarnya investasi investor ke investee (kurang
dari 20%)
-
Contoh Kasus:
PT. Royal Bali Cemerlang (RBC) membeli 20% Saham biasa PT. Baik
Baik Saja
(BBS) senilai $100,000 pada awal tahun tetapi tidak memiliki
pengaruh sigifikan
kepada BBS. Selama tahun berjalan BBS memiliki laba bersih
$50,000 dan membayar
dividen $20,000.
PT. Royal Bali Cemerlang mencatatnya dengan jurnal:
Untuk mencatat pembelian pada saham biaya PT. Baik Baik
Saja:
[Debit]. Investasi pada saham biasa BBS = $100,000
[Credit]. Kas = $100,000
Untuk mencatat pendapatan dividen dari PT. Baik Baik
Saja=$20.000 x 20%:
[Debit]. Kas = $4,000
[Credit]. Pendapatan Dividen = $ 4,000
2. Equity Method: untuk tingkat kepemilikan > 20% - 50 %
memiliki Control Level yang
signifikan.
Ditujukan untuk mencerminkan perubahan Equity atau kepemilikan
investor
dalam investee.
Investasi dicatat sebesar biaya atau harga perolehan awal dan
disesuaikan tiap
periode untuk bagian investor atas laba atau rugi investee dan
dividen yang
diumumkan oleh investee
Equity Method diharuskan penggunaannya untuk pelaporan investasi
dalam saham
perusahaan jenis berikut ini:
Corporate Joint Venture: Perusahaan dimiliki dan dioperasikan
oleh kelompok
usaha kecil, dimana tidak satu pun yang memiliki kepemilikan
mayoritas
dalam saham biasa joint venture tsb.
Perusahaan dengan kepemilikan investor atas saham, memberikan
investor
kemampuan untuk mempunyai pengaruh signifikan atas kebijakan
operasi dan
keuangan perusahaan.
-
Laba bersih yang dicantumkan oleh perusahaan investee akan
dicatat sebagai
pendapatan dari investasi serta penginkatan akun investasi. Jika
Rugi Bersih
diumumkan oleh perusahaan investee maka akan dicatat berlawanan
dari Laba Bersih.
Pembagian deviden yang diumumkan oleh perusahaan investee akan
dicatat sebagai
Kas/Piutang serta mencatat penurunan akun investasi.
Contoh Kasus:
PT. Royal Bali Cemerlang (RBC) mengakuisisi pengaruh signifikan
atas BBS dengan
membeli 20% Saham biasa PT. Baik Baik Saja pada awal tahun. BBS
melaporkan
laba sebesar $60,000 untuk tahun berjalan.
RBC mencatat bagiannya atas laba BBS sebesar $ 12,000 dengan
jurnal:
Pendapatan dari investasi pada PT. Baik Baik Saja $60,000 x 20%
= $12,000
[Debit]. Investasi pada saham BBS = $12,000
[Credit]. Pendapatan dari Investee = $12,000
Jurnal ini disebut sebagai Accrual Equity yang biasanya dibuat
sebagai
Adjustment jurnal pada akhir periode. Apabila investee
melaporkan kerugian
untuk periode tersebut, investor mengakui bagiannya atas rugi
tersebut dan
mengurangi nilai tercatat investasi sebesar jumlah porsi
kerugian.
3. Laporan Keuangan Konsolidasi: Tingkat kepemilikan > 50 %
memiliki Control Level
yang dominant.
Laporan Keuangan Konsolidasi
1. Definisi
Berdasarkan PSAK No.4(Revisi 2009), laporan keuangan konsolidasi
adalah laporan
keuangan suatu kelompok usaha yang disajikan sebagai suatu
entitas ekonomi tunggal. Dengan
kata lain menyatakan bahwa semua perusahaan induk (kecuali ada
pengaturan khusus) harus
mengkonsolidasikan semua anak perusahaannya baik yang ada di
dalam negeri maupun di luar
negeri:
-
1. Pemilikan baik langsung maupun tidak langsung melalui anak
perusahaan > 50%
saham berhak suara pada perusahaan lain.
2. Pemilikan 50% atau kurang saham berhak suara pada perusahaan
lain yang dapat
dibuktikan bahwa pengendalian tetap ada.
Berdasarkan PSAK No. 4, alasan perusahaan anak tidak dilakukan
konsolidasi adalah:
1. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham
perusahaan anak dibeli
dengan tujuan untuk dijual atau dialihkan dalam jangka
pendek.
2. Perusahaan anak di batas oleh suatu retriksi jangka panjang,
sehinggamempengaruhi
secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer danakepada
perusahaan induk.
Perusahaan anak yang tidak dikonsolidasikantersebut harus
dipertanggungjawabkan
oleh perusahaan induk sebagaimana perusahaan anak lainnya.
Berikut beberapa pernyataan mengenai konsolidasian menurut
Accounting Principle
Board (APB) opinion No.16:
1. Kepemilikan saham minoritas (kecil), persentase kepemilikan
saham dibawah 20%,
pencatatan metode akuntansi dengan Cost Method.
2. Kepemilikan saham dengan jumlah cukup besar (dapat
mempengaruhi secaraberarti),
persentase kepemilikan saham antara 20% sampai dengan 50%,
pencatatan metode
akuntansi dengan Equity Method.
3. Kepemilikan saham mayoritas (dapat mengendalikan perusahaan
anak), persentase
kepemilikan saham diatas 50%, pencatatan metode akuntansi dengan
Cost Method dan
Equity Method, namun dianjurkan Equity Method. Perusahaan induk
diharuskan
menyusun Laporan Konsolidasi.
-
XXX XXXXXX XXXXXX XXX XXX XXXXXX XXX XXX XXXXXX XXX XXX XXXXXX
XXX XXX XXX
Perbedaan Equity Method dan Cost Method
Kas
Kas Pdpt. Dividen
Kas
No Entry
No Entry
3
4
5
Inv Shm pd SCRugi SC
Inv shm pd SCKas
KasDividen dibayar tunai Piutang dividen pd SC Piutang dividen
pd SC
SC membagikan dividen secara tunai
Transaksi saat pembelian investasi SC
oleh PC
Investasi Shm pd SC Investasi Shm pd SC Invs. Shm pd SC
Kas
SC melaporkan pembagian dividen
Investasi Shm pd SC Laba SC
Piutang dividen pd SC Piutang dividen pd SC
Pendapatan Dividen
NO
Subsidiary Comp. melaporkan laba
SC melaporkan rugi
1
2
JURNAL YANG DIBUAT PARENT COMPANY (PC)EQUITY METHOD COST
METHOD
URAIAN
Jika seluruh saham 100% dibeli, maka laporan konsolidasi sangat
mudah untuk dibuat
hanya dengan menggabungkan kedua atau lebih laporan hasil
operasi perusahaan untuk
menghasilkan satu laporan keuangan saja. Namun, permasalahan
akan timbul ketika acquirer
membeli perusahaan investee kurang dari 100% yang berarti masih
menyisakan hak bagi
perusahaan investee walaupun mungkin sangat kecil. Permasalahan
seperti ini membuat
munculnya berbagai teori dalam penyusunan laporan keuangan
konsolidasi. Beberikut teori-
teori tersebut:
1. Proprietary Theory (Teori Perusahaan Induk). Teori ini adalah
yang paling pertama
digunakan dalam sejarah teori penyusunan laporan keuangan
konsolidasi. Teeori ini
didasari oleh satu asumsi, bahwa: Laporan keuangan Konsolidasi
adalah perluasan
dari laporan keuangan perusahaan induk, oleh karenanya harus
dibuat dari sudut
pandang pemegang saham perusahaan induk. Artinya: laporan
keuangan konsolidasi
dibuat semata-mata hanya untuk kepentingan stockholder
perusahaan induk, dan laba
bersih pada laporan keuangan konsolidasi merupakan ukuran laba
bagi perusahaan
induk saja.
Theory ini menjadi tidak applicable ketika kepemilikan
perusahaan induk pada
perusahaan investee tidak mencapai 100%. Timbul
ketidak-konsisten-an atas
perlakuan akuntansinya. Misalnya:
Kepemilikan minoritas merupakan kewajiban dari sudut pandang
stockholder
perusahaan induk (kemepilikan minoritas dimasukkan ke dalam
kelompok
-
kewajiban), kenyataannya kewajiban yang dimaksudkan disini
bukan
kewajiban yang berdasarkan pada konsep kewajiban yang pada
umumnya.
Laba kepemilikan minoritas dianggap sebagai beban dari sudut
pandang
stockholder perusahaan induk, beban yang dimaksudkan tidak
memenuhi
criteria beban yang umumnya.
2. Entity Theory (Teori Entitas). Teori ini mencoba memberikan
solusi atas persoalan-
persoalan yang timbul pada proprietary theory:
Entity theory merefleksikan sudut pandang keseluruhan entitas
usaha.
Laba kepemilikan minoritas merupakan distribusi total laba
konsilidasi.
Kepemilikan minoritas merupakan bagian dari equitas pemegang
saham
konsolidasi.
Laba dan ekuitas subsididiary (perusahaan anak) ditentukan
terhadap seluruh pemegang saham, sehingga total laba dapat di
distribusikan secara consisten kepada seluruh stockholder mayoritas
dan minoritas.
Seluruh aktiva bersih preusan anak dikonsolidasikan pada nilai
wajarnya,
berdasarkan harga yang dibayarkan oleh preusan induk untuk
kepemilikannya. Hal
ini untuk menjamin konsistensi penilaian atas aktiva bersih
kepemilikan both
mayoritas dan minoritas.
3. Contemporary Theory (Teori Kontemporer). Contemporary berada
diantara kedua
teori yang sudah ada sebelumnya (entity dan proprietary), hal
itu tercermin dari
pendekatan yang dipakai dalam penyusunan laporan keuangan
konsolidasi:
Pada dasarnya bagi teori ini, laporan keuangan konsolidasi
menyajikan posisi
keuangan sebagai hasil operasi usaha perusahaan tunggal, tetapi
dibuat
terutama untuk kepentingan stockholder dan creditor perusahaan
induk.
Laba bersih konsolidasi adalah laba bersih untuk pemegang saham
perusahaan
induk.
-
Laba kepemilikan minoritas adalah pengurang dalam menentukan
laba bersih
konsolidasi (tetapi bukan beban seperti pada proprietary
theory). Ini dianggap
sebagai alokasi atas realisasi laba entitas keseluruhan kepada
seluruh
mayoritas dan minoritas.
Ekuitas kepemilikan minoritas dianggap bagian dari ekuitas
konsolidasi,
dilaporkan dalam jumlah tunggal karena kepemilikan minoritas
tidak akan
mengambil manfaat dari disclosure (pengungkapan/pelaporan)
konsolidasi.
Aktiva bersih perusahaan anak dikonsolidasikan pada nilai buku
ditambah
kelebihan biaya investasi perusahaan induk atas nilai
bukunya.
2. Prosedur Akuntansi Konsolidasi
Melakukan eliminasi atas transaksi dan saldo resiprokal
(Reciprocal Account) antara
induk perusahaan dan anak perusahaan, serta mengeliminasi
keuntungan dan kerugian
yang belum direalisasi yang timbul antara anak perusahaan dan
Induk perusahaan.
Tanggal pelaporan keuangan antara anak perusahaan dan induk
perusahaan pada
dasarnya harus sama.
Hak minoritas disajikan tersendiri dalam Neraca Konsolidasi
antara perkiraan
Kewajiban dan Modal.
Hak minoritas dalam Laba disajikan tersendiri dalam Laporan laba
Rugi Konsolidasi.
Prosedur konsolidasi menurut PSAK No. 4:
1) Mengeliminasi transaksi dan saldo resiprokal (Reciprocal
Account) antara
Induk Perusahaan dan Anak perusahaan.
2) Mengeliminasi keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi
(Unrealized
Profit & Loss) yang timbul dari transaksi antara Induk
perusahaan dan
AnakPerusahaan.
-
3) Tanggal pelaporan keuangan Anak Perusahaan sama dengan
tanggalpelaporan
Perusahaan Induk, jika tanggal pelaporan keuangan Anakperusahaan
berbeda,
dapat digunakan:
Perbedaan tanggal pelaporan tidak lebih dari 3 bulan.
Peristiwa/transaksi material yang terjadi diantara tanggal
pelaporan
tersebut diungkapkan (Didisclosure) dalam catatan atas
lapora
keuangan konsolidasi.
4) Menggunakan kebijakan akuntansi yang sama transaksi,
peristiwa dan keadaan
yang sama. Jika tidak maka harus diungkapkan:
Penggunaan kebijakan akuntansi yang berbeda.
Proporsi unsur yang terkait dengan kebijakan akuntansi
tersebut
terhadap unsur sejenis dalam laporan keuangan konsolidasi.
5) Menyajikan sendiri hak minoritas:
Pada neraca konsolidasi antara kewajiban dan Modal.
Pada laporan laba Rugi Konsolidasi: Hak minoritas dalam
laba.
6) Investasi pada Anak perusahaan harus dipertanggungjawabkan.
Sesuai PSAK
No.13 (Akuntansi Untuk Investasi) terhitung sejak investasi
tersebut tidak
memenuhi persyaratan sebagai Anak perusahaan danbukan
perusahaan
asosiasi berdasarkan PSAK No.15 (Akuntansi untukInvestasi pada
Perusahaan
Asosiasi).
Induk Perusahaan yang memenuhi kriteria konsolidasi tidak boleh
menyajikan
tersendiri laporan keuangan (tanpa konsolidasi) sebagai laporan
keuangan
untuk tujuan laporan keuangan (General PurposeFinancial
Statement), hanya
dapat disajikan sebagai informasi tambahan dalam laporan
keuangan
konsolidasi.
-
3. Laporan Keuangan Konsolidasi Saat Akuisisi
Contoh: Pengambilan alih aktiva bersih
(P) mengambil alih net asset (aktiva bersih) (S) dengan cash
$500,000. Asumsi: Nilai Buku
sama dengan nilai wajarnya/Harga pasarnya (Fair/Market Value).
Neraca kedua perusahan
sebelum proses akuisi nampak seperti dibawah ini:
Atas akuisi ini, pada buku PT. P (Parent Company) di masukkan
jurnal:
[Debit]. Account Receivable = $200.000
[Debit]. Inventory = $100.000
[Debit]. Equipment = $300.000
[Credit]. Current Liabilities = $100.000
[Credit]. Cash = $500.000
Karena fair value (nilai wajar) sama dengan nilai bukunya, maka
tidak diperlukan re-valuation,
dan tidak ada goodwill yang perlu diakui.
Sehingga, Neraca setelah konsolidasi PT.(P) dan Subsidiary akan
seperti di bawah ini:
-
4. Konsolidasi atas Akuisisi Saham (Consolidating Stock
Acquisition)
Dalam akuisi saham, perusahaan pengakuisisi hanya akan berurusan
dengan pemegang
saham (shareholder) dan sama sekali tidak akan berurusan dengan
perusahaan investee.
Contoh: Akuisisi Saham
Sama dengan contoh yang diatas, namun yang dibeli hanya sahamnya
saja dan $500.000
dibayarkan kepada pemegang sahamnya.
Atas Akuisisi saham tersebut, PT. P akan mencatat dengan jurnal
sebagai berikut:
[Debit]. Investment In Subsidiary S = $ 500,000
[Credit]. Cash = $ 500,000
Jika kita perhatikan, di sini sama sekali tidak mencatat adanya
penambahan asset (aktiva)
maupun liabilities, melainkan dicatat sebagai investasi saja.
Hal ini dikarenakan yang diakuisisi
hanya sahamnya saja, dimana nilai saham sebesar $500.000 adalah
cerminan dari nilai net
assetnya juga. Dalam hal ini hak kendali diperoleh dengan
membeli saham PT. S.
Untuk membuat Neraca Konsolidasinya, maka kita perlu buatkan
kertas kerja seperti dibawah
ini:
-
Dengan memperhatikan kertas kerja konsolidasi tersebut, maka
muncul pertanyaan mengapa
ada eliminasi?
Telah diketahui bahwa, PT.S telah menjadi subsidiary PT.P Dan
neraca konsolidasi ini dibuat
oleh PT.P (Bukunya PT.P) adalah untuk menyatukan laporan
keuangan dua entitas yang
tadinya terpisah-pisah, mungkinkah PT.P berinvestasi pada
perusahaannya sendiri? Tentu
tidak, oleh karena itu perlu dilakukan jurnal eliminasi.
Begitu juga dengan ekuitas pemegang saham perusahaan subsidiary,
perlu di eliminasi karena
aktiva maupun liabilities nya adalah milik perusahaan PT.P itu
sendiri selaku parent company
(bukan ekuitas pihak luar, seperti pada pengambil alihan aktiva
bersih).
Maka jurnal eliminasinya akan seperti ini:
[Debit]. Common stock Company S = $ 200,000
[Debit]. Retained Earning Company S = $ 300,000
[Credit]. Investment in Company S = $ 500,000
Dalam kasus akuisisi aktiva bersih, tentunya perusahaan investee
akan memberikan
laporan keuangan dengan nilai asset yang sesuai dengan nilai
buku-nya, tanpa
memperhitungkan apakah nilai bukunya sesuai dengan harga pasar
atau belum. Akan tetapi
pihak investor pastinya tidak akan percaya begitu. Disinilah
perlunya menggunakan jasa
appraisal independent untuk melakukan penilaian (revaluation),
guna memperoleh nilai yang
wajar (Fair Value). Nilai wajar yang dimaksudkan disini adalah
sesuai dengan harga pasarnya.
Itulah sebabnya mengapa nilai wajar kadang juga disebut dengan
Nilai Pasar (Market Value).
-
Walaupun revaluation telah dilakukan oleh appraisal independent,
tetap saja nilai wajar yang
dihasilkan masih berupa estimasi.
Jadi, apakah hasil revaluation sudah mencerminkan nilai wajar
atau belum, akhirnya
yang menjadi penentu jadi atau tidaknya transaksi kembali kepada
calon investor yang akan
melakukan pengambilan keputusan. Namun, dari begitu banyaknya
kasus akuisi yang telah
terjadi, tidak sedikit acquirer (investor) yang bersedia
membayar lebih dari fair value.
Dalam kasus akuisisi aktiva bersih, jika nilai wajar aktiva
bersih perusahaan investee
(terakuisisi) tidak sama dengan nilai bukunya, maka aktiva dan
kewajiban perusahaan investee
yang dapat diidentifikasi di catat sebesar fair value-nya.
Selisih antara fair value aktiva bersih
dengan harga beli (yang dibayarkan) di akui sebagai
Goodwill.
Eliminasi Jurnal
a. Investasi
Akun investasi dieliminasi dengan ekuitas entitas anak
Jika kepemilikan pada entitas anak tidak 100% akan muncul
kepentingan non
pengendali.
Perbedaan nilai wajar dan nilai buku harus diperhitungkan dalam
konsolidasi
(nilai wajar yang dikonsolidasi)
Goodwiil muncul jika nilai perolehan tidak sama dengan nilai
wajar
b. Akun. Utang Piutang yang muncul antara anak dan induk harus
dihapuskan.
c. Transaksi. Transaksi yang boleh diakui adalah transaksi
kepada pihak ketiga, transaksi
anak dan induk harus dieliminasi.
a) Persediaan.
Penjualan dan harga pokok penjualan.
Jika barang terjual maka laba yang belum direalisasi harus
dikurangkan dari
nilai inventori dan mempengaruhi laba yang telah diakui.
b) Aset Tetap
Pada tahun terjadi transaksi tidak boleh diakui
keuntungan/kerugian dari
transaksi tersebut
-
Laba yang ada dalam aset tersebut harus dieliminasi
Nilai penyusutan akan disesuaikan
c) Obligasi
Obligasi hanya boleh diakui sebesar obligasi pada pihak
eksternal.
Pendapatan / beban bunga harus dieliminasi
XXX XXXXXX XXXXXX XXXXXX XXX XXX XXXXXX XXX
XXX XXX XXX XXX
XXX XXX
XXX XXX XXX XXX
1
2
3
4
5
Jurnal elominasi Equity Method dan Cost Method
Mengeliminasi goodwil untuk periode ybs
Armotisasi Goodwill
GoodwillArmotisasi Goodwill
Goodwill
Dividen
mengeliminasi goodwill yang
sudah diarmotisasi s.d. periode sebelumnya
No Entry
R/E Goodwill
Mengeliminasi laba/rugi SC yang menjadi hak PC untuk periode
ybs
Laba/Rugi SC Invs. Shm pd SC
No Entry
Mengeliminasi dividen SC yang menjadi hak PC untuk periode
ybs
Invs. Shm pd SC Dividen
Pdpt. Dividen
R/E SCGoodwill Invs. Shm pd SC
Jurnal di PC awal periode: Jurnal di PC saat pembelian:Modal Shm
SCAgio Modal ShmR/E SCGoodwill Invs. Shm pd SC
JURNAL ELIMINASI YANG DIBUAT OLEH PARENT COMPANYEQUITY METHOD
COST METHOD
NO URAIAN
Mengeliminasi modal SC yang menjadi hak PC
Modal Shm SCAgio Modal Shm
-
Contoh:
Masih memakai kasus yang saya pakai di Konsolidasi 1, untuk itu
saya hadirkan kembali
Balance Sheet kedua perusahaan sebelum proses akuisisi terjadi,
seperti dibawah ini:
Hanya saja, akan tambahkan :
Nilai Wajar Inventory adalah $120,000
Nilai Wajar Equipment (net) adalah $400,000
Jika saya masukkan ke dalam spreadsheet, perkiraan nilai
wajarnya seperti dibawah ini:
-
Dari spreadsheet di atas bisa kita lihat bahwa nilai wajar
aktiva bersih PT. S adalah $620,000
(diperoleh dengan cara: Total Asset Fair ValueLibilities Fair
Value = $720,000100,000 =
$620,000). Maka langkah selanjutnya adalah melakukan jurnal
eliminasi dan jurnal
penyesuaiaan seperti dibawah ini:
[Debit]. Common Stock PT.S = $200.000
[Debit]. Retained Earnings PT. S = $300.000
[Credit]. Invesment in PT. S = $500.000
[Debit]. Inventory = $20.000
[Debit]. Equipment = $100.000
[Debit]. Goodwill = $80.000
[Credit]. Investment in PT. S = $200.000
Jurnal di atas terdiri dari:
Jurnal Eliminasi: Investasi pada PT. S dieliminasi dengan cara
meng-offset-kannya
equity perusahaan subsidiary (PT.S), nilainya tetap seperti
sebelumnya, yaitu
$500,000
Jurnal Penyesuaian: yang disesuaikan adalah : Selisih nilai
wajar dengan book value
dan Goodwill ($20,000+$100,000+$80,000) di-offset-kan dengan
Investasi Pada PT.S
($200,000).
Jika jurnal eliminasi dan jurnal penyesuaian di atas dimasukkan
ke dalam kertas kerja
konsolidasi, maka hasilnya akan seperti ini:
-
5. Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan Konsolidasi
Pengungkapan berikut dibuat dalam laporan keuangan
konsolidasian:
a) Sifat hubungan antara entitas induk dan suatu entitas anak
jika entitas induk tidak
memiliki (secara langsung maupun tidak langsung melalui entitas
anak) lebih dari
setengah kekuasaan suara;
b) Alasan mengapa kepemilikan (secara langsung maupun tidak
langsung melalui entitas
anak) lebih dari setengah kekuasaan suara atau kekuasaan suara
potensial atas investee
tidak diikuti dengan pengendalian;
c) Akhir periode pelaporan dari laporan keuangan entitas anak
jika laporan keuangan
tersebut digunakan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasian
dan tanggal atau
periode berbeda dari tanggal laporan keuangan entitas induk, dan
alasan menggunakan
tanggal atau periode yang berbeda;
d) Sifat dan luas setiap restriksi signifikan (misalnya akibat
dari perjanjian pinjaman
yang diterima atau persyaratan regulator) dalam kemampuan
entitas anak untuk
mentransfer dana ke entitas induk dalam bentuk deviden tunai,
atau pembayaran
kembali pinjaman atau uang muka;
e) Suatu rincian yang menunjukan dampak setiap perubahan bagian
kepemilikan entitas
induk pada entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya
pengendalian atas
ekuitas yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk;
dan
f) Jika pengendalian atas entitas anak hilang, maka entitas
induk mengungkapkan
keuntungan atau kerugian (jika ada) yang diakui sesuai dengan
paragraf 31, dan:
porsi dari keuntungan atau kerugian yang dapat didistribusikan
pada
pengakuan sisa investasi pada entitas anak terdahulu dengan
nilai wajar pada
tanggal hilangnya pengendalian, dan
pos keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laha
rugi
komprehensif jika tidak disajikan secara terpisah dalam laporan
laha rugi
komprehensif.
Ketika entitas induk menyusun laporan keuangan tersendiri, maka
laporan keuangan tersendiri
tersebut mengungkapkan:
a) laporan keuangan tersebut adalah laporan keuangan tersendiri
yang merupakan
informasi tamhahan dalam laporan keuangan konsolidasian;
-
b) daftar investasi yang signiftkan dalam entitas anak,
pengendalian bersama entitas, dan
entitas asosiasi, termasuk nama, negara atau tempat kedudukan,
proporsi kepemilikan,
dan proporsi hak suara yang dimiliki jika berbeda; dan
c) penjelasan tentang metode yang digunakan untuk mencatat
investasi yang terdaftar di
(b)
Special Purpose Entity
Pengertian
Berdasarkan ISAK 7 Suatu entitas dapat didirikan untuk mencapai
suatu tujuan khusus
yang terbatas (misalnya untuk melakukan sewa, kegiatan riset dan
pengembangan atau
sekuritisasi aset keuangan). Suatu entitas bertujuan khusus
(EBK) atau special purpose entities
(SPE) dapat berbentuk perusahaan, perserikatan, firma atau
entitas yang tidak berbentuk badan
hukum. EBK umumnya dibentuk dengan ketentuan kontraktual yang
mengatur secara ketat
atau memberikan batasan tetap atas kewenangan pimpinan, wali
amanat, atau manajemen untuk
membuat keputusan mengenai pengoperasian EBK. Ketentuan ini
sering kali menjelaskan
bahwa kebijakan dalam mengoperasikan EBK tidak dapat dimodifi
kasi atau diubah (beroperasi
dengan autopilot), kecuali mungkin oleh pendiri atau
sponsornya.
Hak (beneficial interest) dalam suatu EBK, misalnya, dapat
berupa instrumen utang,
instrumen ekuitas, hak partisipasi, hak residual, atau sewa.
Beberapa hak, mungkin
memberikan tingkat pengembalian yang tetap atau pasti kepada
pemegangnya, sementara yang
lain memberikan akses terhadap keuntungan ekonomi di masa depan
dari kegiatan EBK. Dalam
banyak hal, pendiri atau sponsor (atau entitas yang menjadi
alasan pembentukan EBK atau
yang diwakili) memperoleh manfaat utama dari kegiatan EBK,
walaupun ia hanya memiliki
sebagian kecil ekuitas EBK atau bahkan tidak memiliki sama
sekali.
Permasalahan
-
PSAK 4 mensyaratkan konsolidasi atas entitas yang dikendalikan
oleh entitas pelapor.
Akan tetapi, PSAK 4 tidak memberikan aturan yang eksplisit
mengenai konsolidasi EBK.
Permasalahannya adalah dalam kondisi bagaimana suatu entitas
mengonsolidasi suatu EBK.
Ruang Lingkup
Pengalihan aset dari suatu entitas ke suatu EBK mungkin dapat
dikategorikan sebagai
penjualan oleh entitas tersebut. Meskipun pengalihan tersebut
memang benar merupakan
penjualan, ketentuan dalam PSAK 4 dan Interpretasi ini
mensyaratkan entitas untuk
mengonsolidasikan EBK tersebut. Interpretasi ini tidak membahas
hal-hal yang terkait dengan
pengakuan penjualan atau eliminasi atas konsekuensi penjualan
tersebut dalam konsolidasi.
Interpretasi
Suatu EBK dikonsolidasikan jika substansi hubunganantara suatu
entitas dan EBK
mengindikasikan adanya pengendalian EBK oleh entitas tersebut.
Dalam konteks EBK, kendali
dapat timbul melalui perumusan terlebih dulu atas kegiatan EBK
tersebut (beroperasi dengan
autopilot) atau dengan cara lainnya. PSAK 4 paragraf 10
menjelaskan beberapa situasi di mana
kendali dapat diperoleh, bahkan pada kasus di mana entitas
memiliki hak suara 50% atau
kurang pada entitas lain. Sejalan dengan
itu, suatu entitas mungkin memperoleh kendali atas suatu EBK
meskipun entitas tersebut hanya
memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki modal
EBK. Penerapan konsep
pengendalian membutuhkan adanya pertimbangan atas semua faktor
yang relevan untuk tiap-
tiap kasus.
Sebagai tambahan untuk kondisi yang dijelaskan dalam PSAK 4
paragraf 10, kondisi-
kondisi berikut ini, misalnya, mungkin mengindikasikan hubungan
di mana entitas
mengendalikan EBK dan konsekuensinya mengonsolidasi EBK tersebut
(panduan rinci ada
dalam Lampiran atas Intepretasi ini):
a) secara substansi, kegiatan dari EBK dijalankan untuk mewakili
suatu entitas sesuai
dengan kebutuhan khususnya, sehingga entitas tersebut memperoleh
manfaat dari
operasi EBK;
(b) secara substansi, entitas mempunyai kekuasaan dalam
pengambilan keputusan untuk
memperoleh sebagian besar manfaat dari kegiatan EBK, atau dengan
cara membuat
-
mekanisme autopilot, entitas telah mendelegasikan kekuasaan
dalam pengambilan
keputusan ini;
(c) secara substansi, entitas mempunyai hak untuk memperoleh
sebagian besar manfaat
dari EBK dan oleh karena itu, juga menanggung risiko dari
aktivitas EBK; atau
(d) secara substansi, entitas memperoleh mayoritas hak residual
dan menanggung risiko
kepemilikan yang terkait dengan EBK atau asetnya untuk
memperoleh manfaat dari
aktivitas EBK yang bersangkutan.
Indikasi adanya Pengendalian Terhadap EBK
Kegiatan EBK, secara subtansi, dilakukan atas nama entitas
pelapor, yang secara
langsung dan tidak langsung membentuk EBK sesuai dengan
kebutuhan khusus bisnisnya.
Misalnya:
EBK pada dasarnya terkait dengan penyediaan sumber modal jangka
panjang kepada
entitas atau pendanaan untuk mendukung jalannya operasi utama
entitas atau operasi
sentral entitas; atau
EBK memberikan pasokan barang atau jasa yang konsisten dengan
operasi utama
entitas atau operasi sentral entitas yang, jika tanpa adanya
EBK, harus dipenuhi sendiri
oleh entitas. Ketergantungan ekonomi dari suatu entitas pada
entitas pelapor (seperti
hubungan pemasok dengan pelanggan utama) tidak dengan
sendirinya, mengarah pada
pengendalian.
Ketergantungan ekonomi dari suatu entitas pada entitas pelapor
(seperti hubungan
pemasok dengan pelanggan utama) tidak dengan sendirinya,
mengarah pada
pengendalian.
Pengambilan keputusan
Entitas pelapor, secara substansi, memiliki kemampuan dalam
pengambilan keputusan
untuk mengendalikan atau untuk memperoleh pengendalian atas EBK
atau asetnya, termasuk
-
kemampuan dalam pengambilan keputusan setelah pembentukan EBK.
Kemampuan dalam
pengambilan keputusan tersebut mungkin telah didelegasikan
dengan pembentukan mekanisme
autopilot.
Misalnya:
kekuasaan untuk membubarkan EBK secara sepihak;
- kekuasaan untuk mengubah ketentuan/aturan dalam EBK; atau
- kemampuan untuk memveto usulan perubahan ketentuan atau aturan
dalam EBK.
Manfaat
Entitas pelapor, secara substansi, mempunyai hak untuk
memperoleh manfaat yang
besar dari kegiatan EBK melalui undangundang, kontrak,
perjanjian, aturan tertentu, atau
skema lain, dalam bentuk perencanaan atau perangkat aturan. Hak
untuk memperoleh manfaat
dalam EBK menunjukan adanya pengendalian ketika hal ini
dikhususkan untuk entitas yang
melakukan transaksi dengan EBK dan entitas tersebut memperoleh
manfaat tersebut dari
kinerja keuangan EBK.
Misalnya:
o hak atas sebagian besar manfaat ekonomis yang didistribusikan
oleh entitas dalam bentuk arus kas neto di masa depan, laba, aset
neto dan manfaat ekonomi lain;atau
o hak atas sebagian besar kepentingan residual dalam distribusi
residual terjadual atau dalam likuidasi EBK.
Risiko
Indikasi adanya pengendalian dapat diperoleh dengan mengevaluasi
risiko dari masing-masing
pihak yang bertransaksi dengan EBK. Sering kali, entitas pelapor
menjamin tingkat
pengembalian atauperlindungan kredit baik secara langsung atau
tidak langsung melalui EBK
ke investor luar yang memberikan modal secara substansial ke
EBK. Sebagai hasil dari
penjaminan, entitas menanggung risiko residual atau risiko
kepemilikan dan investor
substansinya hanya sebagai peminjam karena kerentanan mereka
atas keuntungan dan kerugian
terbatas.
Misalnya:
-
penyedia modal tidak memiliki kepentingan yang signifi kan atas
aset EBK;
penyedia modal tidak memiliki hak atas manfaat ekonomi EBK di
masa depan;
penyedia modal tidak secara substantif rentan pada risiko yang
melekat atas aset neto
atau operasional EBK; atau
substansinya, penyedia modal menerima pembayaran yang setara
dengan tingkat
pengembalian para kreditur atau bunga atas modal.
INVESTASI PADA ENTITAS ASOSIASI
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 12 (revisi 2009):7
Investasi pada Entitas Asosiasi
terdiri dari paragraph 1-37. Seluruh paragraf dalam PSAK ini
memiliki kekuatan mengatur
yang sama. Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring
mengatur prinsip-prinsip
utama. PSAK 15 (revisi 2009) harus dibaca dalam konteks tujuan
pengaturan dan Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Pernyataan ini
tidak wajib diterapkan
untuk unsur-unsur yang tidak material. PSAK 25 (revisi 2009):
Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan memberikan dasar
untuk memilih dan
menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan yang
eksplisit. Pernyataan ini
tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak
material.
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup
01. Pernyataan ini diterapkan untuk akuntansi investasi dalam
entitas asosiasi.
Namun, Pernyataan ini tidak diterapkan untuk investasi dalam
entitas asosiasi yang dimiliki
oleh:
(a) organisasi modal ventura; atau
-
(b) reksa dana, unit perwalian, dan entitas sejenis termasuk
dana asuransi terhubung-
investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan pada nilai
wajar melaluilaporan
laba rugi atau diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
diperdagangkan dan dicatat
sesuai dengan PSAK
55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
Investasi tersebut
itu diukur pada nilai wajar sesuai dengan PSAK 55, perubahan
nilai wajar diakui pada
laporan laba rugi dalam periode terjadinya perubahan. Entitas
yang memiliki investasi
tersebut membuat pengungkapan yang disyaratkan oleh paragraf
32(f).
Definisi
02. Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam
Pernyataan ini:
Entitas anak adalah suatu entitas, termasuk entitas non
korporasi seperti persekutuan, yang
dikendalikan oleh entitas lain (yang dikenal sebagai entitas
induk).
Entitas asosiasi adalah suatu entitas, termasuk entitas
nonkorporasi seperti persekutuan,
dimana investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan
merupakan entitas anak ataupun
bagian partisipasi dalam ventura bersama.
Laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan suatu
kelompok usaha yang
disajikan sebagai suatu entitas ekonomi tunggal.
Laporan keuangan tersendiri adalah laporan keuangan yang
disajikan oleh entitas induk, yang
mencatat investasi pada entitas anak, entitas asosiasi, dan
pengendalian bersama entitas
-
berdasarkan kepemilikan ekuitas langsung bukan berdasarkan
pelaporan hasil dan aset neto
investee.
Metode ekuitas adalah metode akuntansi dimana investasi pada
awalnya diakui sebesar biaya
perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk perubahan pasca
perolehan dalam bagian
investor atas aset neto investee. Laba atau rugi investor
meliputi bagian investor atas laba
atau rugi investee.
Pengaruh signifikan adalah kekuasaan untuk berpartisipasi dalam
keputusan kebijakan
keuangan dan operasional investee, tetapi tidak mengendalikan
atau mengendalikan bersama
atas kebijakan tersebut.
Pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan
dan operasional suatu
entitas untuk memperoleh man/aat dari aktivitas entitas
tersebut.
Pengendalian bersama adalah persetujuan kontraktual untuk
berbagi pengendalian atas suatu
aktivitas ekonomi, dan ada hanya ketika keputusan keuangan dan
operasional strategis terkait
dengan aktivitas tersebut mensyaratkan konsensus dari seluruh
pihak-pihak yang berbagi
pengendalian (venturer).
Pengaruh Signifikan
03. Jika investor memiliki, secara langsung maupun tidak
langsung (misalnya melalui
entitas anak), 20% atau lebih hak suara investee, maka investor
dianggap memiliki pengaruh
signifikan, kecuali dapat dibuktikan denganjelas bahwa entitas
tidak memiliki pengaruh
signifikan. Sebaliknya, jika investor memiliki, secara langsung
maupun tidak langsung
(misalnya melalui entitas anak), kurang dari 20% hak suara
investee, maka investor dianggap
tidak memiliki pengaruh signifikan, kecuali pengaruh signifikan
tersebut dapat dibuktikan
-
dengan jelas. Kepemilikan substansial atau mayoritas oleh
investor lain tidak menghalangi
investor untuk memiliki pengaruh signifikan.
04. Keberadaan pengaruh signifikan oleh investor umumnya
dibuktikan dengan satu
atau lebih cara berikut ini:
(a) keterwakilan dalam dewan direksi dan dewan komisarisatau
organ setara di investee;
(b) partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan, termasuk
partisipasi dalam pengambilan
keputusan tentang dividen atau distribusi lainnya;
(c) adanya transaksi material an tara investor dengan
investee;
(d) pertukaran personel manajerial; atau
(e) penyediaan informasi teknis pokok.
05. Entitas mungkin memiliki waran, opsi beli saham, instrument
utang atau instrument
ekuitas yang dapat dikorvesi menjadi saham biasa, atau
instrument sejenis lain yang
mempunyai potensi (jika dieksekusi atau dikorvesi) untuk
menambah hak suara entitas atau
mengurangi hak suara pihak lain atas kebijakan keuangan dan
operasional entitas lainnya (yaitu
hak suara). Keberadaan dan dampak dari hak suara potensial yang
saat ini dapat dieksekusi atau
dikonversi, termasuk hak suara potensial yang dimiliki oleh
entitas lain, dipertimbangkan
ketika menilai apakah suatu entitas memiliki pengarug
signifikan. Hak suara potensial saat ini
tidak dapat dieksekusi atau dikonversi ketika, misalnya, hak
suara tersebut tidak dapat
dieksekusi atau dikonversi sampai dengan suatu tanggal di masa
depan atau sampai terjadinya
suatu peristiwa di masa depan.
06. Dalam menilai apakah hak suara potensial berkontribusi
terhadap pengaruh
signifikan, maka entitas menguji semua fakta dan keadaan
(termasuk syrarat eksekusi hak suara
potensial dan perjanjian kontraktual lain apakah dipertimbangkan
secara individual atau dalam
kombinasi) yang mempengaruhi hak potensial, kecuali maksud
manajemen dan kemampuan
keuangan untuk mengeksekusi atau mengkonversi.
-
07. Entitas kehilangan pengaruh signifikan atas investee ketika
entitas kehilangan
kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan
keuangan dan operasional investee.
Hilangnya pengaruh signifikan dapat terjadi dengan atau tanpa
perubahan dalam tingkat
kepemilikan secara absolute relative. Hal ini dapat terjadi,
misalnya, ketika entitas asosiasi
menjadi subyek pengendalian pemerintah, pengadilan,
administrator, atau regulator. Hal ini
dapat juga terjadi sebagai hasil dari suatu perjanjian
kontraktual.
Metode Ekuitas
08. Dalam metode ekuitas, investasi pada entitas asosiasi pada
awalnya diakui sebesar
biaya perolehan dan Jumlah tercatat tersebut ditambah atau
dikurang untuk mengakui bagian
investor atas laba atau rugi investee setelah tanggal perolehan
bagian investor atas laba atau
rugi investee diakui dalam laporan laba rugi investor.
Penerimaan distribusi dan investee
mengurangi nilai tercatat investasi. Penyesuaian terhadap jumlah
tercatat tersebut juga
diperlukan jika terdapat perubahan dalam proporsi bagian
investor atas investee yang timbul
dari pendapatan komprehensif lain investee. Perubahan tersebut
termasuk perubahan yang
timbul dari revalusi aset tetap dan selisih mata uang asing.
Bagian investor atas perubahan
tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain investor
(lihat PSAK 1 (revisi 2009):
Penyajian Laporan Keuangan).
09. Ketika terdapat hak suara potensial, maka bagian investor
atas laba atau rugi
investee dan perubahan dalam ekuitas investee ditentukan
berdasarkan bagian kepemilikan saat
ini dan tidak mencerminkan kemungkinan eksekusi atau konversi
hak suara potensial.
PENERAPAN METODE EKUITAS
10. Investasi pada entitas asosiasi dicatat dengan menggunakan
metode ekuitas, kecuali
ketika investasi diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual
sesuai dengan PSAK 58 (revisi
2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan.
-
11. Investasi yang dijelaskan di paragraf 10 dicatat sesuai
dengan PSAK 58 (revisi
2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan.
12. Ketika investasi pada entitas asosiasi yang sebelumnya
diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual tidak lagi memenuhi kriteria untuk
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual, maka investasi tersebut dicatat dengan menggunakan
metode ekuitas sejak tanggal
klasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual. Laporan Keuangan
untuk periode sejak klasifikasi
sebagai dimiliki untuk dijual disesuaikan.
13. Pengakuan penghasilan yang didasarkan pada distribusi yang
diterima tidak dapat
menjadi ukuran yang cukup atas penghasilan yang diperoleh oleh
investor atas investasi dalam
entitas asosiasi, karena distribusi yang diterima mempunyai
hubungan yang sedikit dengan
kinerja entitas asosiasi. Karena investor memiliki pengaruh
signifikan atas entitas asosiasi,
maka investor mempunyai andil dalam kinerja entitas asosiasi
dan, sebagai hasilnya,
memperoleh imbal hasil atas investasinya. Investor mencatat
bagiannya dengan memperluas
lingkup laporan keuangannya dengan mencakup bagiannya atas laba
atau rugi entitas asosiasi.
Sebagai hasilnya, penerapan metode ekuitas memberikan pelaporan
yang lebih informatif atas
aset neto dan laba atau rugi investor.
14. Investor menghentikan penggunaan metode ekuitas sejak tang
gal investor tidak
lagi memiliki pengaruh signifikan atas entitas asosiasi dan
mencatat investasinya sesuai
dengan PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran, yang mana
hilangnya pengaruh signifikan tersebut tidak mengakibatkan
entitas asosiasi menjadi entitas
anak atau ventura bersama sebagaimana didejinisikan dalam PSAK
12 (revisi 2009): Bagian
Partisipasi dalam Ventura Bersama. Ketika kehilangan pengaruh
signijikan, maka investor
mengukur setiap investasi yang tersisa pada entitas asosiasi
pada nilai wajar. Investor
mengakui dalam laporan laba rugi setiap selisih antara:
(a) nilai wajar investasi yang tersisa dan hasil pelepasan
sebagian kepemilikan pada
entitas asosiasi, dengan
(b) jumlah tercatat investasi dalam tanggal ketika hilangnya
pengaruh signifikan.
-
15. Ketika investasi dihentikan sebagai investasi pada entitas
asosiasi dan dicatat
sesuai dengan PSAK 55 (revisi2006): Instromen Keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran, maka
nilai wajar investasi ketika dihentikan sebagai investasi pada
entitas asosiasi dianggap
sebagai nilai wajar pada saat pengakuan awal sebagai aset
keuangan sesuai dengan PSAK
55 (revisi 2006).
16. Jika investor kehilangan pengaruh signifikan atas entitas
asosiasi, maka investor
mencatat seluruh jumlah yang diakui dalam pendapatan
komprehensiflain yang terkait dengan
entitas asosiasi tersebut menggunakan dasar yang sama dengan
yang diperlukan jika entitas
asosiasi telah melepaskan secara langsung aset dan liabilitas
yang terkait. Oleh karena itu, jika
keuntungan atau kerugian yang sebelumnya telah diakui dalam
pendapatan komprehensif lain
oleh entitas asosiasi akan direklasifikasi ke laporan laba rugi
atas pelepasan aset atau liabilitas
yang terkait, maka investor mereklasifikasi keuntungan atau
kerugian dari ekuitas ke laporan
laba rugi (sebagai penyesuaian reklasifikasi) sejak investor
kehilangan pengaruh signifikan atas
entitas asosiasi. Misalnya,jika entitas asosiasi memiliki aset
keuangan tersedia untuk dijual dan
investor kehilangan pengaruh signifikan atas entitas asosiasi
terse but, maka investor
mereklasifikasi keuntungan atau kerugian yang telah diakui
sebelumnya dalam pendapatan
komprehensif lain yang terkait dengan aset tersebut ke laporan
laba rugi. Jika bagian
kepemilikan investor pada entitas asosiasi berkurang, namun
investasi terse but tetap sebagai
investasi pada entitas asosiasi, maka investor mereklasifikasi
ke laporan laba rugi hanya suatu
jumlah proporsional dari keuntungan atau kerugian yang
sebelumnya diakui dalam pendapatan
komprehensif lain.
17. Banyak prosedur yang sesuai untuk penerapan metode ekuitas
yang serupa dengan
prosedur konsolidasi sebagaimana dijelaskan dalam PSAK 4 (revisi
2009): Laporan Keuangan
Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri. Selanjutnya,
konsep yang mendasari
prosedur yang digunakan dalam akuntansi untuk perolehan entitas
anak digunakan dalam
akuntansi untuk perolehan investasi pada entitas asosiasi.
-
18. Bagian kelompok usaha pada entitas asosiasi merupakan
agregasi kepemilikan
entitas induk dan entitas anaknya pada entitas asosiasi
tersebut. Kepemilikan entitas asosiasi
lain atau ventura bersama dalam kelompok usaha diabaikan untuk
tujuan ini. Jika entitas
asosiasi mempunyai entitas anak, entitas asosiasi, atau ventura
bersama, maka laba atau rugi
dan aset neto yang dicatat dengan menerapkan metode ekuitas
merupakanjumlah yang diakui
dalam laporan keuangan entitas asosiasi (termasuk bagian entitas
asosiasi atas laba atau rugi
dan aset neto dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang
dimilikinya), setelah penyesuaian
yang diperlukan terhadap dampak penyeragaman kebijakan akuntansi
(lihat paragraf 23 dan
24).
19. Laba atau rugi yang dihasilkan dari transaksi "hilir" dan
"hulu" antara investor
(termasuk entitas anak yang dikonsolidasikan) dan entitas
asosiasi diakui dalam laporan
keuangan investor tersebut hanya sebesar bagian investor lain
dalam entitas asosiasi. Transaksi
"hilir" misalnya, penjualan aset entitas asosiasi kepada
investor. Transaksi "hulu", misalnya,
penjualan aset dari investor kepada entitas asosiasi. Bagian
investor atas laba atau rugi entitas
asosiasi yang dihasilkan dari transaksi-transaksi ini
dieliminasi.
20. Investasi pada entitas asosiasi dicatat dengan menggunakan
metode ekuitas sejak
tanggal investasi tersebut memenuhi definisi entitas asosiasi.
Pada saat perolehan investasi,
setiap selisih antara biaya perolehan investasi dengan bagian
investor atas nilai wajar neto aset
dan liabilitas teridentifikasi dari entitas asosiasi dicatat
dengan cara sebagai berikut:
(a) goodwill yang terkait dengan entitas asosiasi termasuk dalam
jumlah tercatat investasi.
Amortisasi goodwill tersebut tidak diperkenankan.
(b) setiap selisih lebih bagian investor atas nilai wajar neto
aset dan liabilitas teridentifikasi
dari entitas asosiasi terhadap biaya perolehan investasi
dimasukkan sebagai penghasilan
dalam menentukan bagian investor atas laba atau rugi entitas
asosiasi pada periode
investasi diperoleh.
Penyesuaian terhadap bagian investor atas laba atau rugi entitas
asosiasi setelah perolehan juga
dilakukan untuk mencatat, misalnya, penyusutan aset yang
tersusutkan berdasarkan nilai
-
wajarnya pada tanggal perolehan. Serupa dengan hal tersebut,
penyesuaian terhadap bagian
investor atas laba atau rugi entitas asosiasi setelah perolehan
dilakukan untuk rugi penurunan
nilai yang diakui oleh entitas asosiasi, misalnya goodwill atau
aset tetap.
21. Laporan keuangan terkini entitas asosiasi yang tersedia
digunakan oleh investor
dalam menerapkan metode ekuitas. Jika akhir periode pelaporan
investor berbeda dengan
entitas asosiasi, maka entitas asosiasi menyajikan (untuk
digunakan oleh investor) laporan
keuangan dengan tanggal yang sama dengan laporan keuangan
investor, kecuali hal tersebut
tidak praktis.
22. Jika (sesuai dengan paragraj 21) laporan keuangan entitas
asosiasiyang digunakan
dalam menerapkan metode ekuitas disusun berbeda tanggal dengan
investor, maka
penyesuaian dilakukan terhadap dampak dari setiap transaksi atau
peristiwa signifikan yang
terjadi di antara tanggal laporan keuangan entitas asosiasi
dengan tanggal laporan keuangan
investor. Dalam setiap kasus, perbedaan antara akhir periode
pelaporan entitas asosiasi
dengan akhir periode pelaporan investor tidak boleh lebih dari
tiga bulan. Panjangnya
periode pelaporan dan setiap perbedaan antar akhir periode
pelaporan adalah sama dari
periode ke periode.
23. Laporan keuangan investor disusun dengan menggunakan
kebijakan akuntansi
yang sama untuk transaksi dan peristiwa dalam keadaan
serupa.
24. Jika entitas asosiasi menggunakan kebijakan akuntansi yang
berbeda dengan
investor untuk transaksi dan peristiwa dalam keadaan serupa,
maka penyesuaian dilakukan
untuk menyamakan kebijakan akuntansi entitas asosiasi dengan
kebijakan akuntansi investor
ketika laporan keuangan entitas asosiasi tersebut digunakan oleh
investor dalam menerapkan
metode ekuitas.
-
25. Jika entitas asosiasi menerbitkan saham preferen kumulatif
yang dimiliki oleh pihak
selain investor dan diklasifikasikan sebagai ekuitas, maka
investor menghitung bagiannya atas
laba atau rugi setelah penyesuaian dividen atas saham terse but,
terlepas apakah dividen
tersebut telah atau belum diumumkan.
26. Jika bagian investor atas rugi entitas asosiasi sama dengan
atau melebihi
kepentingannya pada entitas asosiasi, maka investor menghentikan
pengakuan bagiannya atas
rugi lebih lanjut. Kepentingan pada entitas asosiasi adalah
jumlah tercatat investasi pada entitas
asosiasi dengan metode ekuitas ditambah dengan setiap
kepentingan jangka panjang yang
secara substansi membentuk bagian investasi neto investor pada
entitas asosiasi. Misalnya,
suatu pos yang diselesaikan, baik tidak direncanakan ataupun
mungkin terjadi di masa datang
yang dapat diperkirakan (joreseable future), secara substansi
merupakan suatu perpanjangan
investasi pada entitas asosiasi. Pos-pos tersebut dapat termasuk
saham preferen dan piutang
atau pinjaman jangka panjang yang diberikan tetapi tidak
termasuk piutang dagang, utang
dagang, atau setiap piutang jangka panjang dengan agunan yang
memadai, seperti pinjaman
yang diberikan dengan penjaminan. Kerugian yang diakui, dalam
metode ekuitas, atas selisih
lebih investasi investor pada saham biasa diterapkan untuk
komponen lain dari bagian investor
pada entitas asosiasi dalam urutan yang terbalik dengan
senioritasnya (misalnya prioritas dalam
likuidasi).
27. Setelah kepentingan investor dikurangkan menjadi nol,
tambahan kerugian
dicadangkan, dan liabilitas diakui, hanya sepanjang investor
memiliki kewajiban konstruktif
atau hukum atau melakukan pembayaran atas nama entitas asosiasi.
Jika entitas asosiasi
kemudian melaporkan laba, maka investor mulai mengakui bagiannya
atas laba tersebut hanya
setelah bagiannya atas laba tersebut sarna dengan bagian atas
rugi yang belum diakui.
28. Setelah menerapkan metode ekuitas, termasuk pengakuan
kerugian entitas asosiasi
sesuai dengan paragraf26, maka investor menerapkan persyaratan
dalam PSAK 55 (revisi
2006):
-
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran untuk menentukan
apakah diperlukan untuk
mengakui tambahan rugi penurunan nilai dengan memperhatikan
investasi neto investor
pad a entitas asosiasi.
29. Investor juga menerapkan persyaratan dalam PSAK 55 (revisi
2006): Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran untuk menentukan apakah
setiap tambahan rugi
penurunan nilai diakui dengan memperhatikan bagian investor pada
entitas asosiasi yang bukan
merupakan bagian dari investasi neto dan jumlah rugi penurunan
nilai.
30. Karena goodwill yang membentuk nilai tercatat investasi
dalam entitas asosiasi
tidak diakui secara terpisah, maka tidak dilakukan pengujian
penurunan nilai secara terpisah
dengan menerapkan persyaratan pengujian penurunan nilai goodwill
dalam PSAK 48 (revisi
2009): Penurunan NilaiAset. Sebagai gantinya, seluruh nilai
tercatat investasi diuji penurunan
nilai berdasarkan PSAK 48 (revisi 2009) sebagai suatu aset
tunggal, dengan membandingkan
antara jumlah terpulihkan (mana yang lebih tinggi antara nilai
pakai dan nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual) dengan jumlah tercatatnya, kapan pun
penerapan persyaratan dalam
PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengukuran dan
Pengukuran mengindikasikan
bahwa investasi mungkin telah mengalami penurunan niiai. Rugi
penurunan nilai yang diakui
pada keadaan tersebut tidak dialokasikan pada setiap aset,
termasuk goodwill, yang membentuk
bagian dari nilai tercatat investasi pada entitas asosiasi.
Dengan demikian, pembalikan dari
penurunan nilai diakui sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009)
sepanjang jumlah terpulihkan dari
investasi tersebut kemudian meningkat. Dalam menentukan nilai
pakai investasi, entitas
mengestimasi:
(a) bagiannya atas nilai kini arus kas masa depan yang
diharapkan akan dihasilkan oleh
entitas asosiasi, termasuk arus kas dari operasional entitas
asosiasi dan hasil pelepasan
investasi; atau
(b) nilai kini estimasi arus kas masa depan yang diharapkan
timbul dari dividen yang akan
diperoleh dari investasi dan pelepasan investasi.
Dengan asumsi-asumsi yang tepat, kedua metode tersebut akan
memberikan hasil yang sama.
-
31. Jumlah terpulihkan dari investasi pada entitas asosiasi
dinilai untuk setiap entitas
asosiasi, kecuali entitas asosiasi tersebut tidak menghasilkan
arus kas masuk dari pemakaian
berkelanjutan yang sebagian besar independen dari aset lain.
PENGUNGKAPAN
32. Pengungkapan berikut ini dibuat:
(a) nilai wajar investasipada entitas asosiasiyang tersedia
kuotasi harga publikasian;
(b) ringkasan informasi keuangan entitas asosiasi, termasuk
jumlah agregataset,
liabilitas,pendapatan, dan laba atau rugi;
(c) alasan mengapa anggapaninvestoryang tidak memiliki pengaruh
signijikanjika investor
memiliki kurang dari 20% hak suara atau hak suara potensial
investee secara
langsung atau tidak langsung melalui entitas anak, namun
disimpulkan bahwa investor
tersebutmemiliki pengaruh signifikan;
(d) alasan mengapa anggapan investor yang memiliki pengaruh
signijikan jika investor
memiliki lebih dari 20% hak suara atau hak suara potensial
investee secara langsung
atau tidak langsung melalui entitas anak, namun disimpulkan
bahwa investor tersebut
tidak memiliki pengaruh signifikan;
(e) akhir periode pelaporan dari laporan keuangan
entitasasosiasi, ketika laporan
keuangan tersebut digunakan dalam menerapkan metode ekuitas dan
tanggal atau
periode yang berbeda dengan investor, dan alasan menggunakan
tanggal atau periode
yang berbeda;
(f) sifat dan tingkatan setiap pembatasan signifikan (misalnya
hasil dari perjanjian
pinjaman yang diterima atau persyaratan regulator) atas
kemampuan entitas asosiasi
untuk mentransfer dana kepada investor dalam bentuk dividen
tunai, atau pembayaran
kembali pinjaman yang diberikan atau uang muka;
(g) bagian rugi entitas asosiasi yang tidak diakui, baik untuk
periode terjadinya kerugian
tersebut maupun secara kumulatif, jika investor menghentikan
pengakuan bagiannya
atas rugi entitas asosiasi; dan
-
(h) ringkasan informasi keuangan entitas asosiasi, secara
individual atau dalam kelompok,
yang tidak dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, termasuk
jumlah total aset,
total liabilitas, pendapatan, dan laba atau rugi.
33. Investasi pada entitas asosiasiyang dicatatdengan
menggunakan metode ekuitas
diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Bagian investor atas
laba atau rugi entitas asosiasi,
dan jumlah tercatat investasi, diungkapkan secara terpisah.
Bagian investor dari setiap
operasi yang dihentikan dari entitas asosiasi juga diungkapkan
secara terpisah.
34. Bagian investor atas perubahan yang diakui dalam pendapatan
komprehensif lain
entitas asosiasi diakui oleh investor dalam pendapatan
komprehensif lain.
35. Sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas
Kontinjensi dan Aset
Kontinjensi investor mengungkapkan:
(a) bagiannya atas liabilitas kontinjensi entitas asosiasi yang
terjadi bersama-sama
dengan investor lain, dan
(b) liabilitas kontinjensi yang timbul karena investor
berkewajiban bersama-sama untuk
semua atau sebagian liabilitas entitas asosiasi.
-
Soal Kasus
Kasus 1.
Parent Company membeli Subsidiary Company.
PT. A membeli saham PT. B, kondisi modal PT. B pada saat itu
adalah:
Modal Saham, @Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000.000Agio Saham Rp
100.000.000Retained Earning Rp 150.000.000
Jumlah Modal Rp. 1.250.000.000
PT. B akan mengadakan emisi saham baru sebanyak 500 lembar
dengan harga nominal Rp. 1
juta. PT. A member 500 lembar saham yang beredar milik PT. B
melalui pasar modal dengan
harga per lembar Rp. 1.2 juta. Selain itu PT. A akan membeli
pula 325 lembar saham baru
langsung dari PT. B dengan harga per lembar Rp. 1.1 juta.
Jurnal yang dibuat PT. A:
Jurnal untuk mencatat pembelian 500 lembar saham di Pasar
Modal:
Investasi Saham PT. BRp. 600.000.000
-
Kas Rp. 600.000.000
(1.200.000 x 500)
Jurnal untuk mencatat pembelian 325 lembar saham baru:
Investasi Saham PT. BRp. 357.500.000
Kas Rp. 357.500.000
(1.100.000 x 325)
Jurnal yang dibuat PT. B:
Kas Rp. 357.500.000
Modal Saham Rp. 325.000.000
Agio Saham Rp. 32.500.000
(@1.000.000 x 325 = 325.000.000)
URAIAN SEBELUM PEMBELIAN SETELAH PEMBELIANModal Saham @Rp. 1juta
1,000,000,000 1,500,000,000 Agio Saham 100,000,000 132,500,000
Retained Earning 150,000,000 150,000,000 Total Modal 1,250,000,000
1,782,500,000
Komposisi modal PT. B sebelum dan sesudah dibeli PT. A
Jurnal Pembelian Saham PT. B oleh PT. A:
Pembelian dari Pasar Modal = 500 lembar
Pembelian langsung dari PT. B = 325 lembar
Jumlah = 825 lembar
-
Makan, persentase kepemilikan saham PT. B oleh PT. A adalah:
[(500+325) / (1000+500)] x 100% = 55%
PT. A selaku Parent Company memiliki 55% saham PT. B (Subsidary
Company).
Besarnya hak PC terhadap SC adalah: (Controlling Interest)
55% x Rp. 1.782.500.000 = Rp. 980.375.000
Besarnya perkiraan investasi saham pada PT. B:
Rp. 600.000.000 + Rp. 357.500.000 = Rp. 957.500.000 (Nilai
Investasi at Cost)
Controlling Interest (Book Value) = Rp. 980.375.000
Excess of Book Value over Cost = Rp 22.875.000
Jika dibuat Worksheet Neraca Konsolidasi PC dan SC setelah
pembelian, diasumsikan account
lain milik kedua perusahaan tersebut diabaikan:
D C D CInv. Shm PT. B 957,500,000 Eliminasi 55% MS 825,000,000
Eliminasi 55% AS 72,875,000 Eliminasi 55% RE 82,500,000 EBVC
22,875,000 Modal Shm PT. B 1,500,000,000 Eliminasi 55% 825,000,000
Hak Minoritas 675,000,000 Agio Saham PT. B 132,500,000 Eliminasi
55% 72,500,000 Hak Minoritas 60,000,000 R/E PT. B 150,000,000
Eliminasi 55% 82,500,000 Hak Minoritas 67,500,000
Eliminasi Neraca KonsolidasiAccount PT. A PT. B
-
Jurnal Eliminasi yang dibuat PT. A:
Modal Saham PT. B Rp. 825.000.000Agio Saham PT. B Rp.
72.500.000Retained Earning Rp. 82.500.000
EBVC Rp. 22.500.000Investasi Saham PT. BRp. 957.500.000
Kasus 2.
Laporan Laba Rugi PT. DEF tahun 2007 yang membeli 100% modal
saham PT. GHI.
URAIAN PT. DEF PT. GHI TOTALPenjualan 500,000,000 300,000,000
800,000,000 HPP:Persediaan Awal 150,000,000 100,000,000 250,000,000
Pembelian 450,000,000 250,000,000 700,000,000 Barang Tersedia
Dijual 600,000,000 350,000,000 950,000,000 Persediaan Akhir
200,000,000 130,000,000 330,000,000 Harga Pokok Penjualan:
400,000,000 220,000,000 620,000,000 Laba Kotor 100,000,000
80,000,000 180,000,000 Biaya Usaha 60,000,000 50,000,000
110,000,000 Laba Bersih Usaha 40,000,000 30,000,000 70,000,000
Informasi tambahan:
Pada periode tersebut terdapat jual beli barang dagangan antara
perusahaan afiliasi
sebesar Rp 100 juta dengan harga pokok Rp 80 juta.
Pada akhir periode, 40% dari barang dangan tersebut belum
terjual.
Diminta:
a) Buat jurnal eliminasi yang dibuat oleh PT. DEF
b) Buat kertas kerja Laporan Laba Rugi Konsolidasi periode tahun
2007 yang dibuat oleh
PT. DEF
-
c) Buat Laporan Laba Rugi Konsolidasi periode tahun 2007 yang
dibuat oleh PT. DEF
Jawaban:
a) Jurnal Eliminasi:
Penjualan Rp 100.000.000
Pembelian Rp 100.000.000
(Eliminasi penjualan dan pembelian sebesar 100 juta)
Persediaa (Laba Rugi) Rp 8.000.000
Persediaan (Neraca) Rp 8.000.000
(40%x(100.000.000-80.000.000))
(Eliminasi persediaan akhir yang terlalu besar)
b)
D CPenjualan 500,000,000 300,000,000 100,000,000 700,000,000
HPP:Persediaan Awal 150,000,000 100,000,000 250,000,000 Pembelian
450,000,000 250,000,000 100,000,000 600,000,000 Barang Tersedia
Dijual 600,000,000 350,000,000 850,000,000 Persediaan Akhir
200,000,000 130,000,000 8,000,000 322,000,000 Harga Pokok
Penjualan: 400,000,000 220,000,000 528,000,000 Laba Kotor
100,000,000 80,000,000 172,000,000 Biaya Usaha 60,000,000
50,000,000 110,000,000 Laba Bersih Usaha 40,000,000 30,000,000
62,000,000
PT. DEF & PT. GHIWORKSHEET LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI
PERIODE TAHUN 2007
URAIAN PT. DEF PT. GHIELIMINASI
TOTAL
-
c)
Penjualan 700,000,000 Harga Pokok Penjualan (HPP):Persediaan
Awal 250,000,000 Pembelian 600,000,000 Barang Tersedia Dijual
850,000,000 Persediaan Akhir 322,000,000 Harga Pokok Penjualan
528,000,000 Laba Kotor 172,000,000 Biaya Usaha 110,000,000 Laba
Bersih Usaha 62,000,000
PT. ABC & PT. XYZLAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI PERIODE TAHUN
2007
Kasus 3.
Dari kasus no. 1 diatas:
Informasi lain:
Pada periode tersebut terdapat jual beli barang dagangan antara
perusahaan afiliasi
sebesar Rp. 100 juta dengan harga pokok Rp. 80 juta.
Pada awal periode tersebut, perusahaan masih mempunyai barang
dagangan yang
berasal dari perusahaan afiliasi, labar koto yang melekat pada
persediaan awal Rp. 10
juta.
Pada akhir periode perusahaan masih mempunyai barang dagangan
yang berasal dari