Top Banner
77

7. Juli 2012.pdf

Jan 17, 2017

Download

Documents

leliem
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 7. Juli 2012.pdf
Page 2: 7. Juli 2012.pdf

DITERBITKAN OLEH : DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DITJEN KPI / LB / 62 / VII / 2012

Page 3: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 1

DAFTAR ISI DAFTAR ISI....………………………………………...………………………………………............................. 1 KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF...……………………….......…………………………………….......................... 5 DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... 9 BAB I KINERJA…………....……...................................................................................... 11 A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral............................ 11 1. Sidang Reguler Negotiating Group on Trade Facilitation.................... 11 2. Reguler Meeting Sidang Komite Sanitary and Phitosanitary.............. 15 B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN ….………………….………….. 17 1. ASEAN-Latin Business Forum 2012..................................................... 17 2. The Third ASEAN Senior Economic Officials Meeting for the Forty-

Third ASEAN Economic Ministers (SEOM-3/43) and Related Meetings............................................................................................. 18

3. Pertemuan the 22nd Meeting Of The High Level Task Force on ASEAN Economic Integration to the 44th ASEAN Economic Ministers’ Meeting............................................................................. 29

4. Pertemuan ASEAN Coordinating Committee on Investment ke-57.... 31 5. Pertemuan the 1st ASEAN Preparatory Meeting for the Regional

Comprehensive Economic Partnership Working Group on Investment.......................................................................................... 34

6. Pertemuan The 2nd Chief Ministers and Governors’ Forum Retreat... 35 C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi

Internasional Lainnya.................................................................................... 39 1. High Level Meeting "Towards Country-Led Knowledge Hubs”…....... 39 2. Sidang International Tripartite Rubber Council Committee

Meetings............................................................................................. 41 3. Pertemuan APEC Committee on Trade and Investment

Extraordinary Session......................................................................... 43 D. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral.................................... 44 1. Pertemuan ke-5 Working Group on Trade and Investment

Indonesia - Uni Eropa........................................................................ 44 2. Perundingan Putaran ke-5 Indonesia - EFTA Comprehensive

Economic Partnership Agreement.................................................. 46 3. Pertemuan Bilateral RI-Meksiko......................................................... 47 4. Pertemuan Bilateral Rl - Peru dan Penandatanganan Memorandum

of Understanding on Trade Promotion Activities............................... 49 5. Pertemuan Working Group on Trade and Investment ke-1

Indonesia – Brazil............................................................................... 50

Page 4: 7. Juli 2012.pdf

2 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

6. Perundingan Pertama Indonesia - Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement...................................................................... 52

7. The Fourth Expert Working Group for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation Meeting Indonesia – RRT.............. 53

8. Pertemuan Trade and Investment XII RI-AS Tingkat Senior Official... 55 E. Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Jasa.................................................. 57 1. Perundingan ke-5 Working Group on Trade in Service IE-CEPA......... 57 2. Pertemuan the 70th Meeting of the ASEAN Coordinating Committee

on Services.......................................................................................... 57 3. Pertemuan the First ASEAN Preparatory Meeting of Regional

Comprehensive Economic Partnership Working Group on Services... 66 F. Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan

Internasional............................................................................................ 69 Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan

Internasional di Provinsi Sulawesi Tenggara................................................ 69 BAB II PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT......……………....................................... 71 A. Kendala dan Permasalahan….……………………………………………....................... 71 B. Tindak Lanjut Penyelesaian…..……………………………………………………………….. 72 BAB III PENUTUP…..………………………………………………………………………………………………. 75

Page 5: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 3

KATA PENGANTAR

Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

merupakan uraian pelaksanaan kegiatan dari tugas dan fungsi Direktorat-direktorat dan

Sekretariat di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, yang

terdiri dari rangkuman pertemuan, sidang dan kerja sama di fora Multilateral, ASEAN,

APEC dan Organisasi Internasional Lainnya, Bilateral, serta Perundingan Perdagangan Jasa

setiap bulan baik di dalam maupun di luar negeri.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan bulanan ini adalah untuk

memberikan masukan dan informasi kepada unit-unit terkait Kementerian Perdagangan,

dan sebagai wahana koordinasi dalam melaksanakan tugas lebih lanjut. Selain itu, kami

harapkan Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional ini,

dapat memberikan gambaran yang jelas dan lebih rinci mengenai kinerja operasional

Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional.

Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu sejak penyusunan hingga penerbitan laporan bulanan ini.

Terima kasih.

Jakarta, Juli 2012

DIREKTORAT JENDERAL KPI

Page 6: 7. Juli 2012.pdf

4 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Page 7: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

5

RINGKASAN EKSEKUTIF

Beberapa kegiatan penting yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional pada bulan Juli 2012, antara lain:

Sidang Reguler Negotiating Group on Trade Facilitation

Sidang kali ini bertujuan untuk mencatat kemajuan-kemajuan yang dihasilkan dalam pertemuan-pertemuan informal NGTF yang dilaksanakan pada tanggal 4-27 Juni 2012 dengan pembahasan terkait beberapa article yang termuat dalam Draft Consolidated Text hasil revisi ke-12 (TN/TF/W/165/Rev.12).

Reguler Meeting Sidang Komite Sanitary and Phitosanitary

Amerika Serikat, Selandia Baru dan Australia menyatakan apresiasi dan terima kasih kepada Pemerintah Rl atas pemberlakuan Permentan No. 42/2012 dan No. 43/2012 dan pengakuan yang telah diberikan kepada negara tersebut terkait dengan sistem keamanan pangan segar asal tumbuhan.

ASEAN-Latin Business Forum 2012

ALBF bertujuan antara lain meningkatkan hubungan kerja sama perdagangan dan investasi serta merumuskan action plans kerja sama kedua kawasan.

The Third ASEAN Senior Economic Officials Meeting for the Forty-Third ASEAN Economic Ministers (SEOM-3/43) and Related Meetings

Isu-isu yang dibahas dalam Pertemuan SEOM-3/43 dikelompokkan ke dalam tiga topik utama yaitu: (i) ASEAN Internal Agenda; (ii) ASEAN Relation With FTA Partners; dan (iii) ASEAN Relations with Other Strategic Partners.

Pertemuan the 22nd Meeting Of The High Level Task Force on ASEAN Economic Integration to the 44th ASEAN Economic Ministers’ Meeting

The High Level Task Force membahas strategi untuk menggandakan upaya untuk mewujudkan ASEAN Economic Community tahun 2015 termasuk melalui prioritas kegiatan dan langkah-langkah kunci yang konkret.

Pertemuan ASEAN Coordinating Committee on Investment ke-57

Pada pertemuan kali ini, CCI memfokuskan pembahasannya pada persiapan materi pertemuan the 15th AIA Council pada tanggal 27 Agustus 2012, antara lain: SEOM chairman report to the AIA Council, ASEAN Surveillance Investment Report (AISR), kajian mengenai Study on Investment Trend and Prospects in ASEAN, dan rencana penyelenggaraan ASEAN Investment Forum (AIF) yang ke-2 sebelum Pertemuan ASEAN Business and Investment Summit (ABIS) pada tanggal 16 November 2012.

Page 8: 7. Juli 2012.pdf

6 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Pertemuan the 1st ASEAN Preparatory Meeting for the Regional Comprehensive Economic Partnership Working Group on Investment

Pertemuan Preparatory RCEP-WGI ke-1 ini bertujuan untuk menyamakan persepsi di antara negara anggota ASEAN untuk menetapkan prinsip-prinsip spesifik dan template di bidang investasi yang nantinya akan menjadi pedoman dan acuan ketika ASEAN mengadakan perjanjian investasi dalam rangka RCEP. Pertemuan ini membahas template for RCEP-WGI, term of reference (TOR) of the RCEP-WGI, dan work plan of the RCEP-WGI 2012-2013.

High Level Meeting "Towards Country-Led Knowledge Hubs”

Konferensi Internasional di Bali ini, bertujuan untuk menjadi wadah bagi negara-negara untuk saling sharing pengetahuan, solusi, dan pandangan-pandangan dalam mendiskusikan praktik-praktik terbaik pembangunan yang efektif dan berwawasan nusantara, serta bagaimana mengoordinasikan dan mendefinisikan tanggung jawab di antara aktor-aktor yang terlibat.

Sidang International Tripartite Rubber Council Committee Meetings

Pertemuan membahas beberapa hal antara lain: (i) The 5th Meeting of the Expert Group on The Establisment of a Regional Rubber Market (EGERRM); (ii) The 15th Meeting of the ITRC Statistical Committee on Review Managed Expansion Program (SMS) for Thailand, Indonesia and Malaysia (TIM); (iii) The ITRC Special Meeting to Finalise ITRC Price Schedule; dan (iv) The 2nd Meeting to Consider Future Roles of ITRC/IRCo in the Next Ten Years (2012-2021).

Pertemuan APEC Committee on Trade and Investment Extraordinary Session

Sebagai tindak lanjut dari permasalahan EGS List, para ekonomi sepakat akan melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai APEC EGs List yang akan dilaporkan pada APEC Ministerial Meeting dan APEC Economic Leaders' Meeting 1 (satu) hari sebelum Concluding Senior Official Meeting (CSOM) di Vladivostok, Rusia.

Pertemuan ke-5 Working Group on Trade and Investment Indonesia - Uni Eropa

Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan serta memperkuat hubungan ekonomi bilateral antara kedua negara dengan mengangkat isu-isu spesifik terkait akses pasar ke dua negara.

Perundingan Putaran ke-5 Indonesia - EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement

Delegasi Indonesia telah melakukan perundingan dengan pihak EFTA yang berasal dari empat negara (Swiss, Norwegia, Islandia dan Lichenten) melalui sembilan working group (WG) telah berlangsung dalam suasana yang sangat bersahabat dan konstruktif.

Page 9: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

7

Pertemuan Bilateral Indonesia - Meksiko

Indonesia akan mengkaji kembali usulan FTA yang dikaitkan dengan Trans Pasific Partnership. Ditjen KPI akan segera menindaklanjuti amandemen Trade Agreement Indonesia-Meksiko.

Pertemuan Bilateral Rl - Peru dan Penandatanganan Memorandum of Understanding on Trade Promotion Activities

Menteri Perdagangan RI menandatangani Nota Kesepahaman dengan Kementerian Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru. Nota Kesepahaman ini memuat tentang kerja sama antara kedua negara di bidang promosi perdagangan dan diharapkan dapat menjadi salah satu wahana dalam upaya untuk meningkatkan perdagangan bilateral kedua negara.

Pertemuan Working Group on Trade and Investment ke-1 Indonesia - Brazil

Working Group on Trade and Investment merupakan pertemuan penting bagi Indonesia dan Brazil dalam meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi.

Perundingan Pertama Indonesia - Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement

Pertemuan telah membahas dan bertukar pendapat mengenai beberapa bagian dari Term of References (TOR) Perundingan IK-CEPA yang meliputi Introduction, Principles, dan Scope and Coverage. Pertemuan sepakat untuk melanjutkan beberapa bagian TOR lainnya secara intersession.

The Fourth Expert Working Group for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation Meeting Indonesia - RRT

Pada pertemuan ke-4 ini kedua pihak membahas secara mendalam mengenai kesepakatan untuk membentuk Joint Task Force (JTF) yang sudah diajukan oleh pihak Indonesia pada pertemuan EWG ke-3 di Beijing.

Pertemuan Trade and Investment XII RI-AS Tingkat Senior Official

Kedua negara sepakat untuk mengaktifkan kembali Working Group on Intellectual Property Rights (IPR) dalam meningkatkan komunikasi terkait IPR kedua negara. Kedua negara juga sepakat untuk melakukan amandemen MOU Combating Illegal Logging.

Perundingan ke-5 Working Group on Trade in Service IE-CEPA

Secara umum pembahasan chapter trade in services telah banyak mengalami kemajuan dengan dibukanya beberapa bracket yang diusulkan oleh masing-masing pihak. Selanjutnya untuk beberapa isu yang masih belum dapat disepakati pada pertemuan ini, kedua belah pihak sepakat untuk meninjau kembali secara dalam draft text chapter trade in services sebelum perundingan berikutnya.

Page 10: 7. Juli 2012.pdf

8 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Pertemuan the 70th Meeting of the ASEAN Coordinating Committee on Services

ASEAN MNP Agreement merupakan isu utama yang dibahas, dan CCS telah berhasil menyelesaikan draft text ASEAN MNP Agreement sebelum pertemuan ASEAN Economic Ministers (AEM) ke-44 pada bulan Agustus 2012.

Pertemuan the First ASEAN Preparatory Meeting of Regional Comprehensive Economic Partnership Working Group on Services

Pertemuan preparatory ini merupakan forum untuk saling bertukar pandangan dan menyamakan persepsi di antara ASEAN Member States (AMS) untuk menetapkan posisi ASEAN di bidang Jasa sebelum bertemu dengan ASEAN FTA Partners.

Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Provinsi Sulawesi Tenggara

Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional mengambil empat topik, yaitu: (i) Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia; (ii) Perkembangan Kerja Sama ASEAN dan ASEAN dengan Mitra Dialog; (iii) Perkembangan Perundingan Perdagangan Internasional Bidang Jasa; serta (iv) Perdagangan Internasional Ditinjau dari Perspektif Perekonomian Indonesia.

Page 11: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

9

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Pembukaan ASEAN-Latin Business Forum 2012.............................................. 17 Gambar 2 Pertemuan ke-5 WGTI Indonesia - Uni Eropa................................................. 45 Gambar 3 Pertemuan Bilateral Indonesia -Meksiko......................................................... 47 Gambar 4 Pertemuan Bilateral Indonesia – Peru............................................................. 49 Gambar 5 WGTI ke-1 Indonesia - Brazil............................................................................ 51 Gambar 6 Pertemuan Pertama Indonesia – Korea CEPA................................................. 52 Gambar 7 Pertemuan ke-12 Trade and Investment Council............................................ 56 Gambar 8 Pembicara dalam Sosialisasi di Provinsi Sulawesi Tenggara............................ 69

Page 12: 7. Juli 2012.pdf

10 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Page 13: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

11

BAB I KINERJA

A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral

1. Sidang Reguler Negotiating Group on Trade Facilitation

Pada tanggal 9 - 13 Juli 2012 telah dilaksanakan Sidang Reguler Negotiating Group on Trade Facilitation (NGTF) di Jenewa, Swiss. Sidang kali ini bertujuan untuk mencatat kemajuan-kemajuan yang dihasilkan dalam pertemuan-pertemuan informal NGTF yang dilaksanakan pada tanggal 4-27 Juni 2012 dengan pembahasan terkait beberapa article yang termuat dalam Draft Consolidated Text hasil revisi ke-12 (TN/TF/W/165/Rev.12).

Rangkaian Sidang Reguler tersebut terdiri dari Sidang Plenary NGTF, penyelenggaraan Simposium dengan tema "Practical Experience of Implementing Trade facilitation Reforms, Including Their Costs and Benefits", dan Informal Open-ended Meeting NGTF dengan pembahasan Draft Consolidated Negotiating Text Rev. 12 (TN/TF/W/165/Rev.12).

Sidang Plenary (9 Juli 2012)

Sidang Plenary diawali dengan laporan para fasilitator terkait hasil pembahasan article 10.6 - Preshipment Inspection (PSI), Article 10.7- Use of Customs Brokers, Article 11 - Freedom of Transit, dan Section II- Special and Differential Treatment (S&D) dalam rangkaian pertemuan informal bulan Juni 2012.

JOB/TF/96 - Article 10.6- Pre-Shipment Inspection (PSI)

1) Masih terdapat perbedaan pandangan antara negara anggota WTO mengenai penghapusan kewajiban melakukan PSI. Mesir, India, Kuba, dan negara least-developed countries (LDCs) lainnya yang berpandangan bahwa mereka memahami tujuan dari Article 10.6 adalah untuk menghapus kewajiban melaksanakan PSI dalam hal klasifikasi tarif dan penghitungan tarif, namun PSI untuk tujuan selain untuk klasifikasi tarif dan penghitungan tarif tetap diperbolehkan sepajang diatur dalam peraturan dalam negeri masing-masing negara.

JOB/TF/97 Addendum- Article 10.7 - Use of Customs Brokers

2) Norwegia sebagai fasilitator mengusulkan paket teks baru, yaitu Alt 7.1 dan 7.2. yang pada intinya tidak menginginkan keharusan penggunaan customs broker. Negara LDCs dan negara berkembang diharapkan secara bertahap dapat menghilangkan praktik tersebut selama periode tertentu. Di samping itu keseluruhan Article 7 diusulkan diberi [bracket].

Page 14: 7. Juli 2012.pdf

12 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

JOB/TF/98/Add 1 - Article 11 - Freedom of Transit

3) Meksiko sebagai fasilitator mengusulkan pemisahan hal mengenai charges dengan regulations and formalities dalam transit sehingga para 3 dan para 7 dapat digabungkan.

Negara Anggota dapat menyepakati usulan Fasilitator bahwa badan kepabeanan dengan sendirinya berwenang melakukan tindakan yang sesuai apabila terjadi pelanggaran dalam transit.

Turki mengajukan usulan baru mengenai voluntary restraints yang tercantum pada dokumen JOB/TF/100. Umumnya negara-negara Anggota menginginkan klarifikasi lebih lanjut mengenai definisi voluntary restraints.

Kanada mengajukan usulan teks baru dengan mengutip GATT Article V. Namun India tidak setuju dimasukkan teks tersebut baik dalam teks maupun sebagai footnote, karena menurutnya teks dalam TF Agreement tidak terlepas dari keterkaitannya dengan GATT 1994.

JOB/TF/99 Addendum - Section II Special and Differential Treatment

4) Pembahasan topik Special and Differential Treatment yang difasilitasi oleh Malaysia tersebut belum dapat memperoleh konsensus dan masih terdapat perbedaan pemahaman di antara negara anggota.

Kegiatan Simposium "Practical Experience of Implementing Trade Facilitation Reforms, Including Their Costs and Benefits" (10-11 Juli 2012)

Di sela-sela sidang diselenggarakan Simposium Fasilitasi Perdagangan yang berlangsung pada tanggal 10 - 11 Juli 2012 dan membahas pengalaman beberapa negara anggota WTO dalam implementasi pengaturan fasilitasi perdagangan.

Pengalaman Sektor Swasta

Presentasi sektor swasta disampaikan oleh wakil-wakil dari eBay, Imperial Logistic Africa, dan Common Market of Eastern and Southern African (COMESA) Business Council. Dari diskusi yang berlangsung dapat disimpulkan terdapat tiga hal yang berkontribusi dalam memfasilitasi perdagangan yaitu: infrastruktur yang terintegrasi, perkembangan teknologi, dan penurunan biaya logistik.

Pengalaman Negara Anggota WTO

Presentasi pengalaman dari berbagai negara Anggota WTO dalam mengimplementasikan pengaturan teknis yang sedang dibahas dalam Sidang, yaitu :

1) Implementasi Pengaturan Pre-Arrival Processing (Section I - Article 7.1)

Page 15: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

13

Jepang, Peru, dan Nigeria mempresentasikan pengalamannya dalam menerapkan aturan Pre Arrival Processing. Peru menyampaikan perbedaan operasional customs di berbagai negara menjadi tantangan yang paling utama dalam legislasi dan proses pembaharuan sistem.

2) Implementasi Pengaturan Authorized Operators (Section I - Article 7.6)

Republik Dominika, Kenya, dan Swedia mempresentasikan pengalamannya dalam menerapkan aturan Authorized Operator Ketiga negara tersebut menyampaikan bahwa penerapan aturan Authorized Operators memberikan manfaat bagi sektor swasta, kepabeanan, dan juga pemerintahan.

3) Implementasi Pengaturan Post Clearance Audit (Section I – Article 7.4) dan Risk Management (Section I -Article 7.3)

a) Taiwan, Senegal, Cameroon, dan New Zealand mempresentasikan pengalamannya dalam melaksanakan Post Clearance Audit dan Risk Management. Berdasarkan pengalaman yang ada para pembicara menjelaskan alasan perlunya melaksanakan Post Clearance Audit dan Risk Management dikarenakan semakin meningkatnya volume ekspor dan impor untuk menunjang proses kepabeanan dan khususnya kelancaran arus barang ekspor dan impor.

b) Tantangan terbesar yang mungkin akan dihadapi dalam pelaksanaan Post Clearance Audit adalah dana yang cukup besar untuk mendanai pembentukan sistem infrastruktur yang terintegrasi dengan jaringan internet serta pembentukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan Post Clearance Audit dan Risk Management.

4) Implementasi Pengaturan Customs Cooperation (Section I - Article 12)

a) World Customs Organisation (WCO) memberikan menyampaikan pengalamannya dalam mengharmonisasikan hal-hal yang berkaitan dengan kepabeanan anggota WCO. Disampaikan juga pengalaman negara anggota WTO (Kanada, Brazil, dan Jamaika) dalam melaksanakan kerja sama kepabeanan.

Page 16: 7. Juli 2012.pdf

14 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

b) Hambatan utama yang sering ada dalam melakukan kerja sama kepabeanan adalah perbedaan treatment terhadap dokumen rahasia level confidential yang sering berbeda.

Dari sisi bantuan teknis, dihadirkan pembicara dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang menguraikan capacity building yang dilakukan melalui Air for Trade Facilitation, serta program kegiatan yang dilakukan oleh Trade Mark Southern Africa dalam mendukung fasilitasi perdagangan di Selatan Afrika.

Pertemuan Informal Open-ended Meeting NGTF (12 Juli 2012)

Beberapa fokus isu pembahasan pada pertemuan informal yang dikoordinasi oleh Fasilitator selama berlangsungnya Sidang Reguler antara lain adalah isu Use of Customs Brokers dan beberapa Article pada isu Special and Differential Treatment. Adapun hasil pembahasan tersebut sebagai berikut:

Indonesia menyampaikan bahwa penambahan bracket pada kata "the implementation" adalah untuk memperjelas pilihan penggunaan kata antara "the implementation" atau "'the aquisition of implementation capacity", karena kedua kata tersebut tidak dapat berdiri bersamaan dalam para ini. Oleh karena itu, Indonesia mendukung usulan Fasilitator, karena pada Draft Text Rev 12 bracket pada kata "the implementation''' telah dibuka namun kata "the acquisition of implementation capacity" belum dihapus. Namun dengan tidak tercapainya konsensus maka pada Draft Text Rev 13. Artikel tersebut ini akan tetap sama seperti yang tertulis pada Draft Text Rev 12.

Closing Plenary Terdapat tiga fokus pembahasan pada saat closing plenary, yaitu: laporan para Fasilitator terkait hasil pertemuan Informal Open-ended; penyampaian proposal baru oleh Amerika Serikat; dan pembahasan proposal Need Assessment oleh negara-negara LDCs. Adapun hasil dari pembahasan ketiga isu tersebut sebagai berikut:

1) Masing-masing Fasilitator memberikan laporannya terkait hasil pembahasan pada pertemuan informal open-ended, tanggal 12 Juli 2012, di mana hasil pembahasan yang berhasil mencapai konsensus direncanakan untuk dimasukkan pada perubahan draft text rev 13 mendatang pada bulan Oktober 2012.

Page 17: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

15

2) Dalam closing plenary, Amerika Serikat menyampaikan proposal terkait isu Expedited Shipment (Article 7.7) yang telah disirkulasikan kepada Negara Anggota pada tanggal 11 Juli 2012 dengan nomor dokumen TN/TF/W/182. Namun terkait proposal yang disampaikan Amerika Serikat tersebut mendapatkan tanggapan bahwa perlu dilakukan diskusi lebih lanjut dengan pemerintah pusat dan antara Negara Anggota untuk dapat memasukkan isu tersebut pada pertemuan Oktober 2012.

3) Isu terakhir yang dibahas adalah penyampaian proposal para Negara LDCs terkait Needs Assessment. Proposal tersebut mendapatkan tanggapan yang cukup baik dari Negara Anggota lainnya dan dianggap cukup penting untuk dilaksanakan guna mempersiapkan implementasi dari aturan-aturan Fasilitasi Perdagangan dalam mengetahui kesiapan para Anggota khususnya untuk Negara LDCs dan Negara Berkembang. Fasilitator fasilitasi perdagangan terhadap Needs Assessment bahwa hal ini perlu pengkajian lebih lanjut dan belum dapat diterapkan dalam waktu dekat.

2. Reguler Meeting Sidang Komite Sanitary and Phitosanitary

Reguler Meeting Sidang Komite Sanitary and Phitosanitary (SPS) berlangsung pada tanggal 9-11 Juli 2012 di Jenewa, Swiss.

Pertemuan Informal Komite SPS

Pertemuan Informal Mengenai isu-isu dalam Implementasi Perjanjian SPS, telah membahas: (i) Ad-hoc Consultation; (ii) SPS Related Private Standards; dan (iii) Observer dalam komite SPS.

Pertemuan Formal Komite SPS

Pembahasan Specific Trade Concern Negara mitra dagang terhadap market access produk hortikultura tertentu di Indonesia:

1) Delegasi New Zealand menyampaikan bahwa permasalahan market access produk hortikultura tertentu telah diselesaikan melalui pertemuan bilateral di Jakarta. Delegasi New Zealand menyampaikan apresiasi atas penundaan pemberlakuan Permentan No. 3/2012 dan Permendag No. 30/2012 sampai dengan tanggal 28 September 2012. untuk memberikan kesempatan semua pihak terkait untuk memahami dan mempersiapkan implementasinya.

Page 18: 7. Juli 2012.pdf

16 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

2) Delegasi Australia menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas pemberlakuan Permentan No. 42/2012 dan No. 43/2012.

3) Delegasi Amerika Serikat menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Indonesia atas pemberlakuan Permentan No. 42/2012 dan No. 43/2012.

4) Afrika Selatan mempertanyakan notifikasi Permentan No. 42/2012 dan No 43/2012, dan menginginkan pertemuan bilateral.

5) Uni Eropa menanyakan bahwa keterbatasan kapasitas dan infrastruktur tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan pembatasan tempat pemasukan, karena akan menimbulkan biaya tinggi dan menurunkan kualitas produk buah dan sayuran buah segar

6) Jepang menyatakan keinginan untuk kerja sama yang lebih erat dalam market access.

7) Korea Selatan juga menyampaikan keinginannya untuk meningkatkan kerja sama dalam market access.

Tanggapan Indonesia Menanggapi komentar dan pertanyaan Negara-negara sebagaimana tersebut di atas, Indonesia menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

1) Indonesia telah menotifikasikan Permentan No. 42/2012 dan No. 43/2012 ke Sekretariat SPS, WTO pada tanggal 2 Juli 2012.

2) Indonesia menegaskan bahwa melalui pertemuan konsultasi bilateral dengan beberapa Negara pengekspor telah dicapai kesepakatan penyelesaikan market access.

3) Indonesia menegaskan bahwa Kebijakan Permentan No. 42/2012 dan No. 43/2012 tidak dimaksudkan untuk menutup impor produk hortikultura dan Negara mitra dagang Indonesia.

4) Indonesia tetap memberikan kesempatan untuk mengadakan diskusi lebih lanjut secara bilateral ke Negara-negara mitra dagang.

Penyampaian Informasi Penyampaian Informasi:

1) Terjadinya outbreak penyakit flu burung di Meksiko,

dan saat ini sedang dilakukan tindakan pengendalian dan tindakan pencegahan penyebarannya.

2) Sedang terjadi outbreak penyakit mulut di Botswana, pemerintah sedang berusaha untuk mengendalikan dan mencegah penyebarannya.

3) African Horse disease telah dinyatakan masuk secara resmi ke dalam daftar penyakit OIE.

4) Beberapa standar IPPC yang terbaru telah diterapkan mulai tahun ini dan beberapa standar akan

Page 19: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

17

diselesaikan sampai tanggal 1 Desember 2012. IPPC juga mengembangkan web page e-phyto.

B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN

1. ASEAN-Latin Business Forum 2012

ASEAN-Latin Business Forum (ALBF) tahun 2012 diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 9-10 Juli 2012. ALFB dihadiri kurang lebih 400 peserta dari kalangan pengusaha, akademisi dan pemerintah, organisasi regional dari Negara ASEAN dan Negara Amerika Latin Karibia. ALBF bertujuan antara lain meningkatkan hubungan kerja sama perdagangan dan investasi serta merumuskan action plans kerja sama kedua kawasan.

Gambar 1. Pembukaan ASEAN-Latin Business Forum 2012

Sejumlah orang terkemuka, seperti Duta Besar, Menteri, dan CEO, dari negara-negara ASEAN dan Amerika Selatan juga turut hadir, antara lain: Menteri Perdagangan Brasil, Menteri Ekonomi Meksiko, Menteri Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia, dan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura.

Forum yang diselenggarakan dalam dua hari ini menampilkan sesi pleno dan paralel seperti: 20-Year Outlook for Southeast Asia & Latin, the future of investing in emerging economies, tariffs in trades, dan lain-lain. Dalam sesi penutup, peserta dari ASEAN-Latin Business Forum 2012 telah sepakat bahwa forum telah melakukan prestasi yang luar biasa yang menjembatani dua kawasan yaitu dengan meningkatkan pertumbuhan jaringan yang ada dan hubungan perdagangan serta merintis jalan baru untuk masa depan yang

Page 20: 7. Juli 2012.pdf

18 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

berkelanjutan untuk dua kawasan melalui bidang (green economy, peningkatan kapasitas usaha kecil dan menengah, serta tindak lanjut untuk keamanan pangan, infrastruktur, dan keamanan energi).

2. The Third ASEAN Senior Economic Officials Meeting for the Forty-Third ASEAN Economic Ministers (SEOM-3/43) and Related Meetings

Pertemuan the 3rd Senior Economic Official Meetings (SEOM 3/43) and Related Meetings berlangsung pada tanggal 16-20 Juli 2012 di Chiang Rai, Thailand.

ASEAN INTERNAL AGENDA

Phnom Penh Agenda for ASEAN Community Building

SEOM membahas langkah-langkah doubling efforts dalam upaya ASEAN merealisasikan ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 sebagaimana ditetapkan dalam Phnom Penh Agenda sebagai fokus ASEAN di masa chairmanship Kamboja pada tahun 2012. SEOM lebih lanjut menyepakati 2 (dua) hal penting yang perlu segera ditetapkan yakni: (i) key measures (prioritizing activities) yang akan diimplementasikan hingga 2015; dan (ii) key deliverables yang akan dicapai pada tahun 2015, dan menugaskan Sekretariat ASEAN menyiapkan drafnya dengan mengacu pada berbagai referensi antara lain: (a) laporan akhir Mid-Term Review of the AEC Blueprint oleh ERIA; (b) AEC Implementation Scorecard; (c) rekomendasi HLTF- EI terkait dengan high-impact indicators, (d) masukan dan rekomendasi pertemuan Committee of the Whole (COW) ke-3 yang berlangsung pada tanggal 18 Juli 2012, di sela-sela pertemuan SEOM; serta (e) rekomendasi lebih lanjut dari sectoral bodies yang diharapkan dapat disampaikan pada 1 Agustus 2012. SEOM juga sepakat untuk memfinalisasi draft key measures dan key deliverables tersebut pada pertemuan Special SEOM pada tanggal 11-12 Juli 2012 di Bogor, Indonesia.

Equitable Economic Development (EED)

Pertemuan mencatat perkembangan stock-take matrix yang dikompilasi dari program kerja dan capacity building di sectoral bodies, termasuk update dari ASEAN SME Working Group sebagai bahan pertimbangan SEOM dalam merumuskan Work Plan of ASEAN Framework for AFEED. SEOM sepakat untuk merumuskannya setelah mendapatkan hasil studi ADBI "Strengthening ASEAN Transitional Economies”.

Pertemuan mencatat laporan Indonesia tentang outcomes penyelanggaraan Financial Inclusion Conference tanggal 27-

Page 21: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

19

28 Juni 2012 di Jakarta dan usulan pembentukan ASEAN Forum on Financial Inclusion (AFFI), dan sepakat bahwa isu-isu terkait financial inclusion sepatutnya berada di bawah purview ASEAN Finance Ministry.

Public-Private Sector Engagement (PPE)

Sekretariat ASEAN menginformasikan hasil konsultasi dengan ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) dalam upaya meningkatkan efektivitas PPE. SEOM juga mencatat rekomendasi Sekretariat ASEAN dari konsultasi tersebut agar SME-Advisory Board dapat bergabung ke dalam ABAC. Sekretariat ASEAN juga melaporkan rencana penyelenggaraan the 5th Business Dialogue between Secretary-General of ASEAN with Federation of Japanese Chamber of Commerce and Industry in ASEAN (FJCCIA) tanggal 21 Juli 2012 di Bangkok, Thailand.

Indonesia melaporkan pelaksanaan ASEAN-Latin Business Forum (ALBF) di Jakarta pada tanggal 9-10 Juli 2012. ALFB dihadiri kurang lebih 400 peserta dari kalangan pengusaha, akademisi dan pemerintah, organisasi regional dari Negara ASEAN dan Negara Amerika Latin Karibia. ALBF bertujuan antara lain meningkatkan hubungan kerja sama perdagangan dan investasi serta merumuskan action plans kerja sama kedua kawasan. Menteri Perdagangan Mexico menginformasikan bahwa Mexico dan Pacific Alliance (Peru, Chili, Kolombia, dan Meksiko) ingin melakukan dialog dengan ASEAN untuk meindaklanjuti forum ALBF tersebut. SEOM sepakat untuk menunggu permintaan secara resmi dari mereka sebelum membahas isu ini lebih lanjut.

Perwakilan dari ASEAN Furniture Industries Council (AFIC) memaparkan perkembangan, industri furniture ASEAN, strategi menghadapi AEC dan proyek-proyek yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan daya saing produk furniture di pasar global, untuk mendapatkan masukan dan saran dari SEOM dalam rangka persiapan AEM-AFIC Dialogue pada bulan Agustus 2012. SEOM mengusulkan agar isu-isu dan hambatan yang dihadapi oleh AFIC dapat dijabarkan secara lebih spesifik kepada AEM.

Priority Integration Sector (PIS)

SEOM mencatat laporan kemajuan/implementasi kegiatan yang cukup konsisten pada area otomotif, perikanan, Healthcare, Rubber-Based Products, dan Textiles and Apparels. Indonesia (country coordinator otomotif) menyampaikan rencana pelaksanaan the 7th Indonesia International Automotive Conference, pada bulan September 2012 dan mengharapkan partisipasi aktif seluruh negara anggota ASEAN.

Page 22: 7. Juli 2012.pdf

20 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Tariff Reduction Schedule

SEOM sepakat untuk merekomendasikan pengesahan Indonesia’s transposed tariff reduction schedule in AHTN 2012 kepada AFTA Council.

Non Tariff Measures (NTMs)

Pertemuan lebih lanjut membahas isu NTMs yang telah lama disinyalir sebagai penyebab stagnannya perdagangan intra ASEAN. SEOM mencatat tantangan dan hambatan utama ASEAN dalam menangani isu ini antara lain: (i) tidak ada transparansi dan lemahnya mekanisme notifikasi NTMs; dan (ii) kurangnya instrumen yang efektif dalam melakukan evaluasi NTMs. Dalam hubungan ini, pertemuan menugaskan Sekretariat ASEAN untuk melakukan pendataan pengaduan NTMs dari AMSs dan mempelajari mekanisme penanganan notifikasi NTMs di WTO. Thailand mengusulkan agar ASEAN dapat membentuk sistem monitoring-notifikasi seperti WTO serta membentuk ASEAN Roadmap on Elimination of NTBs. Indonesia juga menyampaikan bahwa ASEAN harus memiliki guidelines/pendekatan sistematik untuk mengkategorikan NTMs sebagai NTBs. Lebih lanjut SEOM juga menyetujui rekomendasi CCA untuk meng-upload resolved cases dari matrix of actual cases on NTMs ke website Sekretariat ASEAN, dan meminta CCA untuk menyempurnakan konten dan format informasi dari materi yang akan di-upload tersebut sebelumnya.

Self-Certification (SC) Indonesia, Filipina, dan Laos menyampaikan kesiapannya dalam menandatangani Self-Certification Pilot Project-2 (SCPP-2). Pada kesempatan ini, Indonesia dan negara anggota peserta SCPP lainnya mendorong 3 negara AMS yang belum terlibat dalam pilot project manapun untuk bergabung ke salah satu pilot project. Thailand juga menyampaikan keinginannya untuk ikut serta dalam SCPP 2. Merespons terhadap masukan Indonesia, pertemuan sepakat bahwa meskipun komitmen SC bukan merupakan inisiatif AEC Blueprint, namun karena telah disepakati oleh AFTA Council ke-23, pertemuan menyetujui agar ASEAN-wide SC dapat dilaksanakan pada tahun 2015 dan mengharapkan negosiasi konvergensi antara SCPP-1 dan SCPP-2 dapat dimulai pada tahun 2014. SEOM juga meminta Sekretariat ASEAN menyiapkan laporan ke AFTA Council yang berisi alasan ASEAN tidak dapat memenuhi deadline tahun 2012 dan rencana langkah selanjutnya setelah 2015 terkait SC.

Abolishment of FOB value

SEOM menyetujui usulan CCA untuk menghapus FOB value di CO form D, dengan melakukan amandemen terhadap ATIGA OCP dan menugaskan SC-AROO untuk melanjutkan diskusinya mengenai RVC case. Pertemuan lebih lanjut

Page 23: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

21

membahas concern Indonesia tentang legal instrument yang diperlukannya untuk melakukan internal procedures sebelum amandemen tersebut dapat diberlakukan di Indonesia meskipun Article 94 of the ATIGA tidak mensyaratkan ratifikasi untuk pemberlakuannya (cukup dengan endorsed by the AFTA Council). SEOM meminta MLE (Meeting of Legal Expert) untuk mencari solusinya dan melaporkannya pada Prep-SEOM bulan Agustus 2012. Indonesia juga berjanji akan melakukan konsultasi domestik untuk melihat kemungkinan penyelesaiannya.

Tobacco SEOM menerima informasi dari Malaysia tentang hasil Pertemuan ASEAN Health Ministers Meeting (AHMM) ke-11 pada 2-6 July 2012 di Phuket, Thailand dan pertemuan ke-4 ASEAN-China Health Ministers Meeting (ACHMM) yang akan meminta tobacco dikeluarkan dari AFTA list sehubungan dengan implikasi negatif dari FTA terhadap produk tembakau ini. SEOM memutuskan tidak akan membahas isu ini lebih lanjut jika belum ada permintaan resmi dari AHMM.

ASEAN MRA on Type Approval of Automotive Products

SEOM mencatat 2 tahapan pemberlakuan MRA otomotif yang diusulkan oleh APWG yaitu: (i) MRA-Otomotif tersebut berlaku hanya bagi produk otomotif yang diproduksi dan dijual di ASEAN kecuali secara bilateral negara anggota ASEAN menyepakati hal serupa dengan negara non-ASEAN; serta (ii) pemberlakuan MRA terhadap produk otomotif yang berasal dari negara di luar ASEAN dengan melakukan negosiasi antara ASEAN dengan Negara non-ASEAN yang bersangkutan. Thailand sudah menyatakan setuju dengan keputusan SEOM, sedangkan Indonesia, Vietnam, Malaysia, Filipina masih memerlukan konsultasi internal dan akan memberikan jawabannya sebelum Prep SEOM bulan Agustus 2012.

Trade in Services SEOM membahas 4 (empat) isu pokok hasil dari pertemuan CCS ke-70 yang akan disahkan oleh AEM ke-44 pada bulan Agustus 2012, sebagai berikut: (1) AFAS Paket 8. Filipina menyampaikan konfirmasi penyelesaian final offer AFAS Paket 8-nya sesegera mungkin agar AFAS Paket 8 dapat disahkan oleh AEM pada bulan Agustus 2012; (2) ASEAN MNP Agreement. SEOM mencatat finalisasi dan legal scrubbing ASEAN MNP Agreement dan meminta AMS untuk dapat mulai melakukan prosedur internalnya, termasuk penyiapan SoC MNP Agreement dalam rangka mempersiapkan penandatanganan MNP Agreement pada ASEAN Summit bulan November 2012; (3) Achievement of AFAS 2015 Targets. Pertemuan mengesahkan work plan penyelesaian

Page 24: 7. Juli 2012.pdf

22 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

AFAS paket 9 dan paket 10 dan meminta AMS menyampaikan initial offer AFAS Paket 9 pada bulan Agustus 2012; dan (4) Enhancement of AFAS. SEOM mengesahkan paper yang telah disusun oleh Sekretariat ASEAN tentang objective dan general principles serta elemen-elemen yang memungkinkan untuk dimasukkan dalam “enhancement the AFAS”. Namun demikian, SEOM meminta CCS lebih mengutamakan penyelesaian AFAS sesuai target AEC 2015.

Small and Medium Enterprises (SME)

SEOM mencatat 2 (dua) isu utama yang akan diangkat oleh SME Advisory Body (SMEAB) pada saat pertemuan konsultasi dengan AEM pada bulan Agustus 2012 yakni: (i) SMEs’ Access to Finance, dan (ii) SMEs’ Access to Market and the Internationalisation of SMEs. Saat ini policy paper tentang kedua isu tersebut sedang disusun dan akan disampaikan ke SEOM sebelum Prep-SEOM bulan Agustus 2012. SEOM sepakat bahwa hasil konsultasi SMEAB dan AEM akan dilaporkan oleh AEM kepada AEC Council. SEOM juga membahas usulan tentang rencana pembentukan ASEAN SME Regional Development Fund yang telah disampaikan kepada AFMD. Untuk dapat memberikan arahan lebih lanjut, SEOM sepakat untuk menunggu Conceptual Framework on ASEAN SME Regional Development Fund yang saat ini sudah dalam tahap finalisasi oleh SMEWG dan akan disampaikan ke SEOM pada akhir Juli 2012. Pertemuan juga mencatat pandangan bahwa hendaknya pendanaan dapat diperoleh dari pihak ketiga dari pada mengandalkan dari Negara-negara anggota ASEAN sendiri.

Competition Policy SEOM mencatat kesepakatan pertemuan the 2nd High Level Meeting on Competition (HLMC) yang mengusulkan reporting line ASEAN Expert Group on Competition (AEGC) tetap kepada SEOM sementara HLMC memberikan cross-sectoral inputs and policy advice on strategic competition-related issues kepada AEC Council. HLMC juga mengusulkan perlu adanya suatu forum reguler dialog antara HLMC dan AEC Council paling tidak setahun sekali untuk membahas isu-isu strategis yang berkembang dalam competition policy yang membutuhkan collective actions dari Negara anggota. Namun mengingat belum terdapat mekanisme dialog atau konsultasi langsung antara sectoral bodies dengan AEC Council, merekomendasikan HLMC melakukan konsultasi dengan AEM apabila terdapat isu-isu yang memang perlu mendapat perhatian para Menteri.

Intellectual Property Rights

SEOM mencatat bahwa konsultasi AEM dan Director-General of World Intellectual Property Organization (WIPO) pada

Page 25: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

23

bulan Agustus 2012 akan difokuskan pada penguatan kerja sama WIPO-ASEAN berdasarkan kerangka kerja ASEAN IPR Action Plan for 2011-2015. Information Paper akan disiapkan oleh AWGIPC untuk kemudian disampaikan kepada AEM melalui SEOM pada bulan Agustus 2012.

Streamlining of ASEAN Meetings, Country Coordinators, and Strengthening ASEAN Secretariat

SEOM membahas upaya mengefisienkan (mengurangi) pertemuan ASEAN mulai dari tingkat WGs hingga tingkat Menteri yang saat ini berjumlah 523 pertemuan. Pertemuan sepakat hal tersebut dapat dilakukan dan meminta semua sectoral bodies melakukan upaya streamlining dengan mempertimbangkan key measures dan key deliverables yang akan dicapai pada tahun 2015 dan melaporkannya ke Sekretariat ASEAN. Upaya streamlining dapat dilakukan termasuk dengan menggabungkan (back-to-back) pertemuan dari beberapa sectoral bodies terkait.

SEOM membahas kembali pembagian tugas country coordinator untuk masing-masing sectoral body di bawah purview SEOM. Pertemuan meminta kesediaan Indonesia menjadi country coordinator EAS di samping juga sebagai country coordinator RCEP. Pertemuan juga meminta Indonesia menjadi country coordinator WG on Economic Cooperation dalam rangka RCEP, namun Indonesia akan menyampaikan konfirmasinya setelah mengkonsultasikannya dengan instansi terkait.

Pertemuan membahas laporan Sekjen tentang upaya penguatan kapasitas Sekretariat ASEAN dalam mengawal proses perundingan dan implementasi AEC Blueprint menuju AEC 2015. Pertemuan sepakat bahwa hal ini perlu dibicarakan lebih lanjut dengan CPR maupun dengan Sekjen ASEAN untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap tentang langkah-langkah yang diusulkan Sekjen tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, SEOM meminta Sekretariat ASEAN melihat kemungkinan adanya pertemuan SEOM dengan CPR untuk membahas hal tersebut.

Deliverables under the AEC

Pertemuan juga membahas daftar deliverables pilar ekonomi yang dapat disahkan pada pertemuan AEM ke-44 di bulan Agustus 2012 dan pada ASEAN Summit ke-21 di bulan November 2012. Pertemuan meminta AMS mempercepat penyelesaian hal-hal terkait internal procedures dan approval dari parliament atau cabinet.

Persiapan Pertemuan AFTA Council, AIA Council, AEM, dan AEC Council

SEOM membahas dan memfinalisasi program dan agenda pertemuan AFTA Council, AIA Council, AEM, dan AEC Council yang akan berlangsung back-to-back di Siem Reap, Kamboja pada tanggal 25 Agustus – 1 September 2012. Pertemuan

Page 26: 7. Juli 2012.pdf

24 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

juga membahas deliverables pilar ekonomi yang akan disahkan maupun ditandatangani oleh Menteri.

ASEAN Relation With FTA Partners

ASEAN – China Pertemuan menyepakati 2 (dua) deliverables utama yang akan ditandatangani oleh para Menteri pada pertemuan the 11th AEM-MOFCOM Consultations yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 di Kamboja, yaitu (i) the 3rd Protocol to Amend the ACFTA Framework Agreement; dan (ii) Protocol to Incorporate Sanitary and Phytosanitary (SPS) and Technical Barrier to Trade (TBT) TIG-ACFTA yang keduanya ditargetkan pemberlakuannya pada 1 Januari 2013. Sedangkan usulan ASEAN untuk memasukkan alokasi dana khusus untuk berbagai proyek dalam WG on Economic Cooperation (WGEC) - ACFTA sebagai deliverable tambahan, belum dapat disetujui oleh pihak China karena masih dalam proses konsultasi internal China. Pertemuan mencatat usulan China untuk memasukkan: (i) China-ASEAN Committee on Connectivity Cooperations; dan (ii) The Development of Pan Beibu Gulf Economic Cooperation kedalam agenda pertemuan AEM-MOFCOM ke-11 bulan Agustus 2012. Terkait dengan usulan AEM Road Show to China, Indonesia mengingatkan agar dilihat kembali rencana Road Show yang belum dilaksanakan seperti AEM Road Show to US yang sudah tertunda 2 (dua) kali. Pertemuan sepakat agar usulan AEM Road Show to China dan Road Show lainnya dibahas dalam pertemuan AEM bulan Agustus 2012.

Aksesi Hong Kong ke ACFTA

SEOM meminta AMS mempelajari hasil (sementara) studi tentang implikasi masuknya Hong Kong ke ACFTA yang dilakukan oleh konsultan independen yang ditunjuk oleh Sekretariat ASEAN. Berdasarkan studi tersebut, Negara yang lebih banyak mendapatkan gain di bidang perdagangan adalah Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Singapura, sedangkan gain yang diperkirakan cukup signifikan bagi Indonesia adalah aliran FDI. Lebih lanjut, dalam pertemuan konsultasi SEOM-MOFCOM, SEOM meminta agar China dapat menyampaikan hasil studi yang telah dilakukan oleh Chamber of Commerce of Hong Kong terkait hal yang sama kepada ASEAN.

ASEAN – Jepang Pertemuan mencatat 5 (lima) target deliverables untuk the 18th AEM-METI Consultation yaitu: (i) transposisi dari HS 2002 ke HS 2007; (ii) transposisi PSR dari HS 2002 ke HS 2007; (iii) finalisasi ASEAN-Japan 10-Year Strategic Economic Cooperation Roadmap; (iv) update implementasi AJCEP; dan (v) tindak lanjut konsultasi AEM-FJCCIA. Untuk keperluan

Page 27: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

25

finalisasi Roadmap, seluruh pihak diharapkan dapat menyampaikan tanggapannya paling lambat pada akhir bulan Juli 2012 kepada Sekretariat ASEAN. Sedangkan untuk transposisi PSR dari HS 2002 ke HS 2007, kedua belah pihak memperkirakan kemungkinan tidak dapat diselesaikan mengingat pertukaran nota diplomatik sebagai Legal Instrument atas implementasi transposisi PSR tersebut hingga saat ini belum dilakukan.

ASEAN – Korea Pertemuan sepakat atas beberapa key deliverables yang akan dicapai pada the 9th AEM-ROK Consultations yaitu: (i) amendment of the OCP of the AKFTA; (ii) transposition of the tariff reduction schedules; (iii) laporan joint study on the impact of services liberalisation under AKFTA; (iv) future Work Program to review the Sensitive Track. Pertemuan juga meminta negara yang belum mengimplementasikan Second Protocol to Amend TIG, dapat mempercepat proses penyelesaian prosedur internalnya. Rencana peluncuran website resmi ASEAN-Korea FTA disepakati menjadi salah satu agenda the 9th AEM-ROK Consultations. Pertemuan juga mencatat posisi Indonesia yang akan menerbitkan (final process) Legal Enactment (PMK) bagi penurunan tarif produk ST yang pemberlakuannya pada saat diundangkan (tidak retroaktif). Merespons posisi Indonesia, pihak Korea menyampaikan posisinya yang akan menempuh langkah reciprocal.

ASEAN – CER Berkenaan dengan usulan Australia dan New Zealand untuk menjadikan proses transposisi Tariff Reduction Scheddule (TRS) dan Products Specific Rules (PSRs) dari HS 2007 ke HS 2012 sebagai prioritas utama, pertemuan meminta Sekretariat ASEAN menyiapkan matriks tentang status update proses transposisi dari masing-masing Negara sebelum pertemuan AEM bulan Agustus mendatang. Pertemuan juga sepakat untuk memberikan perhatian dan arahan khusus terkait kesulitan yang dihadapi dalam mengoordinasikan perundingan Jasa dan Investasi. Lebih lanjut, pihak Australia dan New Zealand juga menginformasikan tentang beberapa proyek bantuan kedua Negara tersebut kepada ASEAN (beberapa telah selesai dan masih berjalan) serta menegaskan kembali keseriusannya dalam mendorong kerja sama ekonomi AANZ di masa-masa yang akan datang.

ASEAN – India Pertemuan SEOM-India Consultations mencatat adanya kemajuan perundingan di bidang investasi, namun tidak di bidang jasa. Indonesia dan Filipina merupakan 2 (dua) Negara

Page 28: 7. Juli 2012.pdf

26 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

ASEAN yang masih dimintakan peningkatan komitmen jasanya oleh India. Meski pembahasan berlangsung cukup intens, namun pertemuan tidak berhasil mencapai kata sepakat. Indonesia dan Filipina menyampaikan posisinya yang tidak dapat memenuhi permintaan India untuk memberikan offers melebihi posisi yang telah ditawarkan sebelumnya. India kembali menyampaikan posisinya yang ingin menerima offers yang melebihi perundingan GATS dalam WTO, namun Indonesia menilai offers yang diberikan tersebut sudah cukup sebanding dengan offers yang diberikan India dan Negara anggota ASEAN lainnya dan telah disetujui India.

Isu lain yang juga masih pending dalam penyelesaian perjanjian bidang jasa adalah masalah financial services (usulan ASEAN untuk masuk jadi annex) dan independent professional workers (usulan India untuk masuk menjadi coverage). Untuk mendorong kemajuan perundingan jasa, ASEAN menyampaikan kesediaannya untuk men-drop penambahan Annex on Financial Services jika India tidak lagi memasukkan klausul mengenai independent professional workers pada Movement of Natural Persons (MNP) di perjanjian bidang Jasa. India akan menyampaikan posisi tersebut kepada pemerintahnya untuk memperoleh arahan lebih lanjut.

ASEAN Plus Three (APT) Consultations

SEOM mencatat laporan yang disampaikan oleh EABC mencakup isu antara lain: (i) Update on EABC activities periode Juli 2011-Mei 2012; (ii) Issues proposed to be reported to ASEAN+3 Ministers; serta (iii) new issues and recommendations. Beberapa rekomendasi yang disampaikan oleh EABC antara lain adalah mengurangi hambatan non-tariff bagi perdagangan, meningkatkan engagement dengan public sector dan kesempatan untuk berkonsultasi dengan dengan Leaders pada pertemuan ASEAN+3 Summit bulan November 2012. SEOM menyambut baik rekomendasi tersebut dan menyarankan agar EABC cukup berkonsultasi dengan AEM dan selanjutnya AEM akan melaporkan concern EABC apabila dinilai penting kepada AEC Council dan Leaders. SEOM juga mencatat usulan China untuk menyelenggarakan suatu workshop (tema, waktu dan tempat penyelenggaraan akan disampaikan segera) untuk dijadikan sebagai salah satu AEM+3 deliverable tahun 2012.

SEOM-EAS Consultation Konsultasi ini merupakan pertemuan pertama yang melibatkan Amerika Serikat dan Rusia sejak kedua Negara tersebut resmi menjadi anggota EAS pada pertemuan EAS

Page 29: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

27

Summit di Bali tahun 2011. Pertemuan mencatat paparan ERIA mengenai updates on ERIA Activities tahun 2012. Indonesia sebagai country coordinator EAS menyarankan agar peran ERIA dapat dioptimalkan dalam mengembangkan program kerja EAS. Di samping itu, Indonesia juga memandang perlunya segera dibentuk mekanisme kerja EAS dan menyusun work program atau priority areas of cooperation. Pertemuan sepakat untuk menyampaikan draft work program tersebut kepada Menteri pada pertemuan AEM-EAS bulan Agustus 2012. Australia dan New Zealand menyambut baik prakarsa yang dilakukan oleh Negara ASEAN untuk memberikan kontribusi pembiayaan kepada ERIA. Sehubungan dengan hal tersebut, Australia akan melakukan konsultasi domestik tentang jumlah kontribusi Australia ke ERIA. Terkait agenda Regional and Global Development yang akan dibahas dalam AEM-EAS Consultations yang akan datang, Pertemuan lebih lanjut sepakat meminta Rusia memimpin diskusi tentang isu APEC, Amerika Serikat untuk isu WTO, sedangkan isu Enchancement of Connectivity in the Region dan Sustainable Development (law carbon growth, energy and environmental related issues) oleh Jepang.

ASEAN Framework for Regional Comprehensive Economic Partnership (AFRCEP)

Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang, SEOM sepakat bahwa template of RCEP akan menjadi outcome document yang akan disahkan oleh ASEAN FTA Partners bulan Agustus 2012 sebagai guiding principle dalam melakukan negosiasi RCEP. Guiding principles tersebut diharapkan tidak terlalu detail namun cukup luas mencakup semua elemen penting dalam perdagangan barang, jasa dan investasi. Pertemuan juga sepakat untuk tidak mencantumkan angka level of ambition dalam guiding principles sebelum AMS selesai memetakan komitmen tarif dengan masing-masing Negara mitra FTA agar dapat diindikasikan threshold penurunan tarif yang bisa diterima dan lebih rasional. AMS diminta menyampaikan hasil pemetaan tersebut ke Sekretariat ASEAN selambat-lambatnya pada tanggal 31 Juli 2012.

Pada pertemuan konsultasi dengan Negara mitra FTA, Indonesia sebagai country coordinator menyampaikan konsep Guiding Principles (GP) for the RCEP Negotiations yang merupakan living document yang masih perlu dibahas lebih lanjut oleh SEOM dan masukan dari AEM. Konsep GP mendapat tanggapan yang kritis dari Negara Mitra FTA, mengklarifikasi maksud, tujuan dan esensi berbagai point yang tertuang dalam GP serta perlunya time line yang jelas dalam proses penyelesaian/persiapan RCEP sampai dengan

Page 30: 7. Juli 2012.pdf

28 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

saat negosiasi. Lebih lanjut Negara Mitra FTAs mengharapkan agar GP yang akan dikembangkan ini dapat memberikan gambaran yang konkret dari tingkat ambisi RCEP baik di bidang Trade in Good, Trade in Services, dan Investasi. Negara Mitra FTA akan melakukan konsultasi domestik untuk meyakinkan masing-masing stakeholders tentang konsep RCEP. Oleh karenanya, kosep GP perlu dibahas lebih intensif di antara SEOM sebelum disampaikan pada pertemuan AEM mendatang. Korea secara khusus menyampaikan bahwa Korea perlu final outcome document RCEP untuk dapat melakukan konsultasi domestik dan mendapatkan persetujuan dari parlemen sebelum bergabung dengan RCEP.

Pertemuan sepakat mengadakan Special SEOM + FTA Partners Consultations pada tanggal 11 - 12 Agustus 2012, di Bogor, Indonesia, untuk membahas dan mematangkan konsep GP, menyusun Roadmap serta Work Plan RCEP. Pada pertemuan Special SEOM tersebut kedua Working Group Trade in Service (WGTIS) dan Investasi (WGI) diharapkan dapat menyampaikan hasil pertemuannya yang pertama kepada SEOM (WGIS di Bangkok; dan WGI di Myanmar untuk mendapat arahan dari SEOM sebelum mengundang Negara Mitra FTA pada pertemuan WGTIS dan WGI berikutnya.

ASEAN Relations with other Strategic Partners

SEOM-AUSTR Consultations

Pertemuan internal SEOM 3/43 sepakat bahwa posisi Country Coordinator untuk ASEAN-US yang saat ini dipegang oleh Indonesia akan dilanjutkan oleh Brunei Darussalam (2013) dan Thailand (2014-seterusnya). Pertemuan mencatat perkembangan implementasi dan tindak lanjut ASEAN-US TIFA 2012 Work Plan antara lain: (i) AEM Road Show to US ke-2 tentatif akan dilaksanakan pada kuartal ke-2 tahun 2012; (ii) ASEAN-US Business Summit akan dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2012 di Siem Reap, Kamboja, dengan fokus digital dialogue. Untuk itu, US akan mengirimkan proposal “Non-binding Principle on ICT” kepada ASEAN; (iii) Draft ASEAN-US TIFA 2013 Work Plan akan dikembangkan dan SEOM akan membahas secara intersession dengan merujuk pada 2012 Work Plan dan area prioritas integrasi ASEAN seperti SMEs dan Connectivity. Indonesia akan memimpin diskusi mengenai APEC dalam pertemuan AEM-USTR Consultation pada tanggal 30 Agustus 2012.

ASEAN – EU Setelah mendukung rencana pelaksanaan Sectoral dialogue on Green Technologies secara back-to-back dengan pertemuan ASEAN Senior Officials Meeting on Energy (SOME) pada bulan Desember 2012 di Kamboja, pertemuan secara

Page 31: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

29

singkat membahas konsep baru ASEAN-EU Trade and Investment Work Programme yang akan dikembangkan oleh Vietnam (Country Coordinator) di mana pihak EU menegaskan komitmennya untuk menjaga keberlangsungan kerja sama sectoral dialogue (dalam area: green technologies, trade facilitation, standard, custom, dan investment), pelaksanaan AEBS 2013, serta kembali menghimbau ASEAN untuk lebih pro-aktif dalam mengembangkan inisiatif kerja sama.

SEOM-ADB Consultations

Pertemuan mencatat paparan ADB terkait dengan kerja sama dan bantuan pendanaan ADB untuk Negara ASEAN, serta peran ADB dalam meningkatkan kerja sama subregional di ASEAN seperti IMTGT dan BIMP EAGA. Pertemuan juga mencatat permintaan ADB untuk melakukan pertemuan SEOM-ADB Consultations secara reguler.

3. Pertemuan the 22nd Meeting Of The High Level Task Force on ASEAN Economic Integration to the 44th ASEAN Economic Ministers’ Meeting

Pertemuan the 22nd Meeting of The High Level Task Force on ASEAN Economic Integration to the 44th ASEAN Economic Ministers’ Meeting dilaksanakan pada tanggal 23-24 Juli 2012, di Manila, Filipina.

ASEAN Economic Community by 2015

Pertemuan the High Level Task Force ke-22 mencatat bahwa pengakuan dari pihak para pemimpin ASEAN di mana diperlukan banyak upaya untuk mendorong pertumbuhan lebih lanjut dan meningkatkan distribusi pada hasil pembangunan, baik di tingkat nasional maupun regional antara negara anggota ASEAN. Dalam Pertemuan juga mencatat bahwa para pemimpin ASEAN menggarisbawahi tantangan regional dan global, yang mana batasan nasional akan membutuhkan pendekatan yang lebih kooperatif dan komprehensif, khususnya melalui kerja sama regional.

Dalam hal ini, the High Level Task Force dibahas pada strategi untuk menggandakan upaya untuk mewujudkan MEA tahun 2015 termasuk melalui prioritas kegiatan dan langkah-langkah kunci yang konkret.

Dalam pertemuan the High Level Task Force merekomendasikan bahwa badan/komite sektoral ASEAN yang relevan dapat:

1) Memperjelaskan apa yang merupakan aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran bebas modal tahun 2015.

Page 32: 7. Juli 2012.pdf

30 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

2) Menilai relevansi tindakan yang diatur dalam cetak biru MEA dengan mempertimbangkan perkembangan yang telah terjadi secara regional maupun global.

3) Mengatasi penghapusan hambatan non-tarif dengan cara yang lebih pragmatis termasuk: (i) memanfaatkan mekanisme yang ada seperti Konsultasi ASEAN untuk memecahkan isu-isu perdagangan dan investasi (ACT) sehingga memungkinkan para stakeholder untuk melaporkan tindakan perdagangan terbatas; (ii) merancang mekanisme untuk membedakan tindakan non-tarif dan hambatan non tarif; (iii) mengembangkan program kerja untuk menghilangkan hambatan non tarif yang teridentifikasi; dan (iv) menilai sejauh mana peraturan dalam negeri berkontribusi terhadap NTBs.

4) Menyusun ASEAN Trade Repository (ATR), yang merupakan sebuah sistem online untuk mengakses prosedur dan hukum perdagangan untuk semua negara anggota ASEAN, dalam hal ini juga akan berfungsi sebagai salah satu titik acuan untuk semua tarif dan langkah-langkah non-tarif yang akan diterapkan untuk barang yang masuk dan keluar serta transit di suatu Negara Anggota, termasuk semua persyaratan pemerintah mengenai komoditas tertentu; dan

5) Menjaga para Menteri Ekonomi ASEAN agar dapat mengikuti perkembangan dari kemajuan yang dibuat untuk menghilangkan hambatan non-tarif, baik itu di bawah ATIGA, maupun ASEAN+1 FTAs, atau kemitraan ekonomi masa depan yang komprehensif

Daerah Kemitraan Ekonomi Menyeluruh

The High level Task Force, bertukar pandangan tentang bagaimana negosiasi untuk perjanjian RECP dapat efektif diluncurkan pada akhir tahun dengan tetap mempertahankan sentralitas ASEAN. The High level Task Force merekomendasikan agar:

1) ASEAN harus mencapai posisi umum sebelum bernegosiasi dengan mitra FTA;

2) ASEAN harus menentukan inti dari non-negotiables dan keharusan. ASEAN setuju pada batas tertentu untuk mencapai secara substansial semua perdagangan dalam perdagangan barang yang berada di kisaran 90% sampai 95%, dengan tetap menjaga target aspirasi selama negosiasi FTA dengan mitra; dan

3) ASEAN harus memastikan tidak boleh ada pengecualian

Page 33: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

31

yang prioritas untuk sektor perdagangan jasa dan investasi dalam menutupi empat pilar (promosi, perlindungan, fasilitasi dan liberalisasi) selama negosiasi FTA dengan mitra.

4. Pertemuan ASEAN Coordinating Committee on Investment ke-57

Pertemuan ASEAN Coordinating Committee on Investment (CCI) ke-57 berlangsung pada tanggal 23-26 Juli 2012 di Nay Pyi Taw, Myanmar. Pertemuan CCI dipimpin oleh Assistant Director, Ministry of Foreign Affairs and Trade, Brunei Darussalam, dan dihadiri oleh wakil dari seluruh negara anggota ASEAN serta Sekretariat ASEAN.

Investment Liberalisation - Modification of Commitments

Pertemuan membahas paper yang telah dipersiapkan oleh Sekretariat ASEAN mengenai Mechanism for Amendment of the Agreement and Modification of Reservations/Commitments under the ASEAN Comprehensive Investment Agreement. Paper ini berisi mekanisme untuk Amandment atas Reservation List ACIA yang mungkin timbul sebagai akibat dari tindakan yang diambil oleh negara anggota ASEAN, seperti: (i) pengurangan atau penghapusan reservasi; (ii) penyesuian reservasi untuk new and emerging sectors, sub-sectors, industries, products or activities ataupun existing sectors, sub-sectors, industries, products or activities; dan (iii) penarikan reservasi.

Indonesia melakukan update terkait terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2012, tanggal 21 Februari 2012 tentang Perubahan Atas PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara yang merevisi ketentuan divestasi ke pihak Indonesia di mana saham Indonesia yang semula sebesar 20% dalam 5 tahun sejak produksi komersial menjadi sebesar 51% dalam 10 tahun. Selain itu pada PP No.24 Tahun 2012 juga merevisi istilah “modal asing pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus)” menjadi “pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus)” dalam rangka PMA.

Selain Indonesia, negara anggota ASEAN yang melakukan perubahan reservation list yaitu Brunei Darussalam yang sifatnya ke arah lebih liberal mengenai aspek lahan/pertanahan. Perubahan reservation list ini akan disampaikan ke AIA Council ke-15 pada bulan November 2012 untuk endorsement.

Page 34: 7. Juli 2012.pdf

32 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Implementasi dari Modality for the Elimination/Improvement of Investment Restriction and Impediments in AMS. Dalam melaksanakan ketentuan di article 9 (Reservations) ACIA khususnya terkait reduction or elimination of reservation in the schedule, ASEAN telah mengadopsi modality for the elimination/improvement of investment restriction and impediments melalui peer review mechanism. Peer review ini membahas perbaikan rezim investasi atau perubahan hukum, peraturan, atau administrative guidelines investasi di masing-masing negara.

Sebagai bagian dari proses peer review, Negara anggota ASEAN yang sudah menyampaikan individual country report-nya adalah Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Brunei Darussalam. Sementara negara anggota ASEAN lainnya sedang dalam proses penyelesaian dan akan menyampaikannya secara inter-sessional kepada Sekretariat ASEAN paling lambat tanggal 4 Agustus 2012. Individual country report dari masing-masing negara anggota ASEAN menyoroti perkembangan ekonomi global dan inisiatif/tindakan-tindakan yang dilakukan oleh negara-negara anggota ASEAN untuk mereformasi dan meningkatkan iklim usaha dan perbaikan iklim investasi melalui kegiatan-kegiatan promosi dan fasilitasi investasi. Laporan ini akan menggambarkan implementasi dari pilar ACIA yaitu fasilitasi, promosi, dan liberalisasi.

Temporary Exclusion List (TEL)

Terkait TEL under the ASEAN Investment Area (AIA) tahun 1998, Pertemuan mencatat Laos telah menyampaikan surat pemberitahuan ke Sekretariat ASEAN bahwa mereka telah menyelesaikan seluruh proses domestiknya untuk menghapus (phase-out) restriksi di sektor industrinya di dalam TEL. Pertemuan juga mencatat TEL Thailand untuk bidang usaha logging masih dalam proses konsultasi di dalam negerinya.

ASEAN Investment Forum (AIF)

Kegiatan ACIA Promotion and Socialization Forum akan mengusung tema ASEAN as a Single Investment Destination, yang bertujuan untuk mempromosikan ACIA kepada investor dan dunia usaha. Kegiatan ini akan menjadi salah satu agenda di dalam ASEAN Business Investment Summit (ABIS), yang akan diselenggarakan pada tanggal 17-18 November 2012, sebagai side event dari pertemuan ASEAN Summit ke-21. Menteri Perdagangan RI akan diminta menjadi salah satu panelist pada kegiatan ini. Pertemuan AIF untuk the ASEAN Head of Investment Agencies (AHIA) yang ke-2, akan diselenggarakan pada tanggal 16 November 2012, sebelum

Page 35: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

33

pelaksanaan ABIS di Kamboja, juga sebagai side event dari pertemuan ASEAN Summmit ke-21. Tema pertemuan ke-2 AIF adalah How to Promote and Package ASEAN as A Product Through the “Utilization and Implementation of ACIA”.

Outbound Investment Mission from ASEAN 6 to CLMV Countries

Outbound Investment Mission from ASEAN 6 to CLMV selanjutnya akan diselenggarakan di Vietnam pada awal Desember 2012. Vietnam menginformasikan kepada sidang bahwa sektor yang ditargetkan dalam misi ini adalah “supporting industries” dan electronic. Selain itu, untuk menarik partisipasi investor yang potensial dalam kegiatan ini, selain pendekatan melalui lembaga penanaman modal dari ASEAN-6, juga dapat melalui chambers of commerce.

ASEAN Investment Report (AIR) 2012

Tema dan outline (tentative) untuk AIR 2012 adalah “Foreign Direct Investment in ASEAN in 2011-2012-A Closer Look at the Priority Integration Sectors”. AIR 2012 ditargetkan akan di-release pada saat ASEAN Summit ke-21 pada bulan November 2012. Outline dari AIR 2012 antara lain mencakup beberapa isu, yaitu: Global Investment Developments, Investment Flows in ASEAN in 2010-2011, Enterprise Regionalisation, Policy Development in ASEAN, dan FDI Prospects in ASEAN.

Preparations for the AEM - 15th AIA Council

Pertemuan membahas dan menyempurnakan beberapa dokumen bagi pertemuan AEM-15th AIA Council. Pertemuan menyepakati bahwa sesi presentasi “Study of Investment Trends and Prospects” akan dihapus dari agenda pertemuan AEM-15th AIA Council karena adanya keterbatasan waktu pertemuan. Sidang meminta Sekretariat ASEAN untuk menginformasikan penghapusan ini kepada konsultan CIE dan menyarankan agar presentasi tersebut dipindahkan ke dalam suatu sesi dalam pertemuan ASEAN Investment Forum pada tanggal 16 November 2012 di Phnom Penh, Kamboja.

ASEAN Investment Surveillance Report (AISR) 2012. AIMO mempresentasikan draft outline ASEAN Investment Surveillance Review (AISR) 2012 yang akan disampaikan oleh Sekretaris Jenderal ASEAN pada saat pertemuan AEM-AIA Council bulan Agustus 2012. Tema dan outline untuk AISR 2012 adalah “Managing FDI Flows and Deepening Economic Integration”. Isi AISR 2012 terdiri atas beberapa bagian yaitu Trends in Global FDI Flows, Developments in ASEAN Foreign Direct Investment, FDI Issues and Policy Challenges in ASEAN, dan untuk conclusion: Outlook for ASEAN FDI and Way Forward.

Page 36: 7. Juli 2012.pdf

34 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

5. Pertemuan the 1st ASEAN Preparatory Meeting for the Regional Comprehensive Economic Partnership Working Group on Investment

Pertemuan Preparatory RCEP -WGI ke-1 ini bertujuan untuk menyamakan persepsi di antara negara anggota ASEAN untuk menetapkan prinsip-prinsip spesifik dan template di bidang investasi yang nantinya akan menjadi pedoman dan acuan ketika ASEAN mengadakan perjanjian investasi dalam rangka RCEP. Pertemuan ini membahas template for RCEP-WGI, term of reference (TOR) of the RCEP-WGI, dan work plan of the RCEP-WGI 2012-2013.

Pertemuan mencatat beberapa hal yang menjadi referensi RCEP-WGI antara lain yaitu: (i) Keputusan ASEAN Leaders untuk melibatkan ASEAN FTA Partners dan partner mitra lainnya untuk membentuk RCEP berdasarkan General Principles for RCEP yang merupakan dokumen ASEAN Framework-RCEP (AF-RCEP) yang telah di-endorse oleh ASEAN Leaders pada pertemuan KTT ASEAN ke-19 di bulan November 2011; (ii) RCEP Work Plan 2011-2013 yang telah di-adopt oleh AEC Council pada bulan Oktober 2011. Pertemuan juga mencatat hasil pertemuan SEOM + FTA Consultations on RCEP, yang meliputi: (a) Template sebagai “outcome document” untuk guiding principles dalam melakukan negosiasi RCEP, dan (b) Preparatory meeting RCEP-WGS dan RCEP-WGI adalah untuk menyusun rekomendasi benchmark dan approach dalam template investment and services.

Template for RCEP-WGI Masih terdapat beberapa pending issues terkait template for RCEP-WGI, di mana negara anggota ASEAN membahas bahwa template tersebut harus bersifat general dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Pertemuan membahas dan mempertimbangkan beberapa pertanyaan yang disampaikan FTA Partners pada pertemuan pertama RCEP-WGTIG dan menyepakati hal-hal sebagai berikut:

1) Template untuk investasi akan dijadikan pedoman untuk melakukan negosiasi, namun template tersebut tidak legally binding, karena akan ada perkembangan dalam diskusi dan negosiasi yang harus dipertimbangkan di masa mendatang.

2) Partisipasi dari ASEAN FTA Partners berdasarkan kepada kesepakatannya atas template yang akan didiskusikan bersama antara negara-negara anggota ASEAN dengan negara-negara mitra pada saat melakukan scoping exercise.

Page 37: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

35

3) India dan Jepang akan diberikan waktu selama 1 (satu) tahun untuk dapat melengkapi dan menyelesaikan pending isu yang terdapat pada investment chapter (perjanjian FTA/CEP dengan ASEAN) sebelum akhirnya dapat bergabung dan scoping exercise pada RCEP WGTIG.

Terhadap Proposed Template for RCEP-WGI tersebut masih terdapat beberapa hal yang menjadi pending issues dan diperlukan pembahasan lebih lanjut di antara negara anggota ASEAN, yaitu:

Open accession clause

1) Pertemuan mencatat bahwa elemen ini merupakan cross-cutting issue dan memerlukan konsultasi dengan higher ASEAN bodies. Pertemuan berpendapat bahwa konsep open accession clause akan mengacu pada general principles for RCEP.

Scope 2) Singapura menginginkan agar investasi pada tahap pre-establishment dapat dilindungi. Lebih lanjut, negara-negara anggota ASEAN belum dapat menyetujui ruang lingkup sektor untuk liberalisasi investasi dalam kerangka RCEP.

Most-Favoured-Nation (MFN) Treatment

3) Pertemuan mencatat terdapat perbedaan pendapat dari negara-negara anggota ASEAN, yaitu akan menggunakan auto-MFN atau negotiated-MFN. Posisi Indonesia untuk isu ini yaitu Indonesia sangat concern menjadikan AF-RCEP ini sebagai bargaining position ASEAN sebagai suatu centrality, Indonesia lebih condong untuk menggunakan negotiated-MFN dan meng-exclude ISDS dari application of MFN. Isu MFN ini akan disampaikan kepada SEOM untuk mendapatkan pertimbangan lebih lanjut.

4) Investment disputes between a party and an investor of another party.

Work Plan of the RCEP-WGI 2012-2013

Pertemuan mendiskusikan dan memperbaharui Work Plan of the RCEP-WGI 2012-2013. Progress report, draft investment template, draft TOR, dan work programme akan dilaporkan pada pertemuan Special SEOM yang akan diselenggarakan pada tanggal 11-12 Agustus 2012 di Bogor dan akan diteruskan kepada FTA-partners untuk mendapatkan masukan dan persetujuan.

6. Pertemuan The 2nd Chief Ministers and Governors’ Forum Retreat

The 2nd Chief Ministers and Governors’ Forum (CMGF) Retreat, berlangsung pada tanggal 3 - 4 Juli 2012 di Hat Yai, Songkhla, Thailand.

Page 38: 7. Juli 2012.pdf

36 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Matter Arising from the 1st CMGF Retreat

Ketua Delegasi Malaysia sebagai Chair The 1st Chief Ministers and Governors’ Forum (CMGF) di Melaka menyampaikan perkembangan terakhir CMGF, yaitu:

1) Inter State/Provincials Regional Cooperation Projects:

a) Melaka/Riau Province: Ro-Ro Ferry Services (Tanjung Bruas - Dumai Port);

b) Melaka: New International/Domestic Flight Route;

c) Melaka: CIQ Complex at Melaka Riverbank;

d) Melaka: IMT-GT Plaza di Ayer Keroh;

e) Perlis: Upgrading Fish Landing Jetty Into an International Fisheries Port in Kuala Perlis;

f) Penang: Cross-Border Attachment Programme in the Manufacturing Sector.

2) Joint Business Council (JBC)

a) New Initiative Peningkatan peranan pemerintah daerah dalam penanganan mobilitas tenaga pekerja dalam wilayah kerja sama IMT-GT melalui pilot project berkaitan dengan adanya shortage tenaga kerja di wilayah IMT-GT Thailand. Mengenai hal ini Working Group Human Resources IMT-GT diharapkan dapat melakukan pembahasan lebih lanjut. Selain masalah tenaga kerja, JBC juga menyampaikan usulan pengembangan rute penerbangan (Melaka, Malaysia – Hat Yai, Thailand) dan (Ipoh, Malaysia – Hat Yai, Thailand).

b) The Traversed Route by “Luang Phu Tuad” between Thailand (Songkhla, Pattani, and Nakhon Si Thammarat) and Malaysia (Perak and Kedah) Penyediaan fasilitas seperti rest area, information centre, dan rambu lalu lintas yang memadai di sepanjang jalur darat antara Luang Phu Tuad (Songkhla, Pattani, dan Nakhon Si Thammarat), Thailand dengan Perak dan Kedah, Malaysia.

3) Chief Ministers and Governors’ Forum (CMGF) Format

a) Penyelenggaran CMGF Retreat sebanyak 3 (tiga) kali dan Indonesia dijadwalkan menjadi tempat penyelenggara 3rd CMGF Retreat pada bulan Desember 2012.

b) Penyiapan Term of Reference (ToR) dan pembentukan sekretariat CMGF di masing-masing negara anggota

Page 39: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

37

IMT-GT (Medan untuk Indonesia; Melaka, untuk Malaysia; dan Songkhla untuk Thailand) dalam upaya meningkatkan peran dan partisipasi pemerintah daerah dan pelaku usaha daerah dalam kegiatan IMT-GT.

Berkaitan dengan agenda ini, Indonesia menyampaikan bahwa penyelenggaraan IMT-GT CMGF Retreat yang sangat intensif di tahun 2012 ini perlu diberikan apreasi mengingat selama ini kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah. Hal ini sejalan dengan harapan para Kepala Negara IMT-GT yang disampaikan dalam beberapa kali IMT-GT Summit agar keterlibatan pemerintah daerah dalam kerja sama IMT-GT ditingkatkan. Selain mengedepankan peranan dan inisiatif para pelaku usaha daerah, pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan instansi teknis pemerintah daerah dalam pembahasan di keenam Working Groups (WGs) dan Task Force (TF) IMT-GT. Demikian dengan inisiatif proyek dan aktivitas yang akan dilaksanakan para pemerintah daerah hendaknya dikoordinasikan dengan WGs dan TF IMT-GT agar terintegrasi dengan baik. Implementation Blueprint IMT-GT 2012 – 2016 hendaknya dijadikan acuan dalam pelaksanaan dan pengembangan kegiatan IMT-GT oleh pemerintah daerah. Lebih lanjut, Indonesia juga menyampaikan perlunya para pemerintah daerah memikirkan kemudahan atau insentif apa yang dapat diberikan kepada pelaku usaha yang mau mengembangkan usahanya di wilayah kerja sama IMT-GT. Bila perlakuan yang diberikan sama dengan perlakuan secara nasional, maka besar kemungkinan minat para pelaku usaha untuk terlibat dalam kerja sama IMT-GT akan sangat rendah.

Report and Update on the Fifth IMTGT Post Summit Planning Meeting by CIMT

CIMT menjelaskan bahwa generik ToR WGs dan TF telah disepakati para Senior Official IMT-GT pada pertemuan Post IMT-GT Summit Meeting yang dilaksanakan di Bandung tanggal 25 – 26 Mei 2012. Masing-masing WG dan TF dimintakan untuk menyusun dan menyesuaikan dengan scope dan objectives masing-masing WG dan TF. Sistem perputaran dan jangka waktu keketuaan juga akan dimasukkan kedalam TOR masing-masing WGs dan TF. National Sekretariat dimintakan untuk mengoordinasikan penyelesaian ToR WGs dan TF.

Terkait dengan Implementation Blueprint (IB) 2012 - 2016 dan Rolling Pipeline (RP) 2012 - 2013, proyek-proyek tersebut diharapkan memiliki Operational Plan dan Result Framework sesuai dengan yang telah disepakati pada SOM ke-18 di Medan. ADB akan memberikan asistensi bagi WGs dan TF

Page 40: 7. Juli 2012.pdf

38 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

yang akan melakukan implementasi RP tersebut. ASEAN Sekretariat diharapkan ikut berpartisipasi dalam pertemuan IMT-GT dan memberikan informasi terkait dengan proyek yang terdapat di ASEAN.

Pertemuan IMT-GT SOM ke-19 dan Ministerial Meeting ke-18 akan dilaksanakan di Negeri Sembilan, Malaysia pada tanggal 24 - 27 September 2012.

Presentation on IMT-GT Strategic Planning at CMGF Level and Supporting Roles of ADB

Dalam presentasinya, ADB menyampaikan beberapa hal yang perlu diketahui oleh private sector dan Local Governments terkait dengan: (i) Bagaimana proses dan pelaksanaan Implementasi Blueprint 2012 - 2016; (ii) Pengertian, proses dan cara meng-update Rolling Pipeline 2012-2013; (iii) Peran serta dan dukungan dari Chief Ministers dan Governors’ Forum terkait dengan proyek yang akan masuk dalam RP 2012 - 2013; (iv) Hal-hal penting yang dapat dilakukan oleh ADB untuk mendukung proses hingga terlaksananya proyek IB IMT-GT 2012 - 2016 ataupun RP 2012 – 2013 (sharing knowledge, guidance); (v) Project Financing, penjelasan beberapa hal terkait dengan pembiayaan proyek-proyek di masa yang akan datang; (vi) Produk-produk Financial dari ADB terkait dengan syarat pinjaman dan pembiayaan proyek; (vii) ASEAN Infrastructure Fund (AIF), yang bertujuan untuk mendukung pengembangan infrastruktur di wilayah perbatasan.

State/Provincials Cross Border Development Plan

Sehubungan dengan Cross Border Development Plan, Thailand mempresentasikan beberapa hal terkait dengan: Infrastructure Road, Miracle Old Town, Infrastructure Custom, Narathiwat Border Economic Zone, Initiatives on Zebra Dove, dan Cargo Distribution Centre. Adapun Malaysia mempresentasikan proposal Green Economy Initiative yang dalam Retreat di Melaka, Malaysia pada bulan Maret 2012 proposal Malaysia adalah mengenai Melaka, Songkhla and Medan as Model Green City for IMT-GT, The Proposed Coastal Road Construction from Tok Bali to Pengkalan Kubur Project, dan The Proposed Upgrading of Sultan Ismail Airport, Kelantan to an International Airport Project.

Report and Update of the IMT-GT Joint Business Council

Perwakilan JBC melaporkan perkembangan aktivitas dan proyek yang sedang berjalan serta usulan proyek. Beberapa usulan proyek yang diharapkan mendapat dukungan CMGF adalah:

1) Infrastructure Projects:

a) Melaka – Dumai Ro-Ro Service; b) Kuala Tanjung Port Sumatera; c) Kuala Langsa Port (Aceh);

Page 41: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

39

d) Banda Aceh – Kuala Simpang Toll Road; e) Medan – Binjai Toll Road; f) Hat Yai – Sadai Toll Road.

2) Trade and Service Investment Projects: a) Fasilitasi pembangunan CoF di masing-masing

provinsi/state IMT-GT; b) Pengorganisasian pameran perdagangan bagi negara

yang tergabung dalam IMT-GT.

3) Tourism Projects

a) Fasilitasi dan dukungan promosi dari State Selangor sehubungan dengan usulan Coffee Shop yang akan dibuka di Shah Alam;

b) Mempromosikan Sabang Island sebagai tujuan pariwisata yang baru;

c) Usulan menjadikan Hat Yai International Airport untuk dapat menjadi bandara penghubung Malaysia dan Indonesia ke bandara IMT-GT Thailand lainnya.

C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya

1. High Level Meeting "Towards Country-Led Knowledge Hubs”

High Level Meeting (HLM) "Towards Country-Led Knowledge Hubs dilaksanakan pada tanggal 10-12 Juli 2012 di Bali, merupakan kerja sama pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia, JICA, dan UNDP. Konferensi Internasional di Bali ini, bertujuan untuk menjadi wadah bagi negara-negara untuk saling sharing pengetahuan, solusi, dan pandangan-pandangan dalam mendiskusikan praktik-praktik terbaik pembangunan yang efektif dan berwawasan nusantara, serta bagaimana mengoordinasikan dan mendefinisikan tanggung jawab di antara aktor-aktor yang terlibat.

Pada hari pertama, 10 Juli 2012, acara diawali dengan sambutan-sambutan oleh: Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Wakil Presiden Rl, World Bank, JICA dan UN Assistant Secretary General.

Sesi Diskusi Developing an Agenda for South South Knowledge Exchange (SSKE) -The Importance of Political Leadership, Sound Policy and Coordination

Sesi pertama diskusi mengambil tema: Knowledge Hubs Opportunities for Effective Development. Diskusi membicarakan mengenai tantangan utama dan peluang hub pengetahuan negara dan peran mereka sebagai jangkar pelaksanaan agenda South South Knowledge Exchange (SSKE) dalam menawarkan perspektif politik tingkat tinggi tentang pentingnya SSKE dan perlunya kerangka implementasi suara, serta memberikan contoh-contoh dari berbagai sudut pandang.

Page 42: 7. Juli 2012.pdf

40 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Sesi Diskusi South-South Knowledge Exchange as an Instrument for Development-Ensuring Effective Learning

Diskusi memberikan wawasan mengenai bagaimana SSKE dapat memainkan peran penting untuk melengkapi inistrumen pembangunan yang ada. Sesi ini membahas bagaimana kemitraan yang efektif antara negara-negara dapat memastikan bahwa pimpinan dapat mempelajari hasil-hasil terukur dari pembangunan. Pada sesi terakhir dieksplorasi cara bagaimana negara-negara baik pada permintaan dan sisi penawaran pembelajaran dapat mempersiapkan pertukaran pengetahuan Selatan Selatan.

Sesi Country Presentation (Developing Institutional and Operational Capacities for Knowledge Exchange - Models for Knowledge Hubs)

Sesi Country Presentation (Developing Institutional and Operational Capacities for Knowledge Exchange - Models for Knowledge Hubs) membahas tentang blok bangunan untuk pelaksanaan hub pengetahuan. Dalam Sesi ini, peserta diajak untuk memperhatikan pengalaman negara tertentu dan model potensial untuk hub pengetahuan, dengan fokus pada pertanyaan yang terkait dengan koordinasi nasional, kemitraan, pendanaan, serta hasil, dan akuntabilitas.

Ringkasan hari pertama menghasilkan suatu Bali Communique by the Co-organizers High Level Meeting "Towards Country Led Knowledge Hubs" yang dibacakan oleh Wakil Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Selanjutnya pada malam hari diadakan program budaya dan makan malam.

Pada hari ke-2, 11 Juli 2012, dilanjutkan sesi diskusi panel, sesi parallel round table, dan lessons learned and report in plenary.

Dalam diskusi panel tersebut dibahas mengenai the components of knowledge hubs-challenges and practical solutions. Dalam Sesi hari ke-2 ini, ditinjau kembali pelajaran hari pertama dan menjelaskan dinamika dan tujuan diskusi. Selanjutnya diperkenalkan 10 topik untuk diskusi praktis tentang berbagai kamponen pembangunan dan pengetahuan yang harus dipertimbangkan ketika menerapkan pembinaan hub pengetahuan kelembagaan.

Sesi Parallel Round Table

Sepuluh isu pada roundtable di hari ke-2 adalah sebagai berikut: 1) Knowledge exchange as an effective development

instrument - when and why to use it? 2) Setting up a knowledge hub -- implications at the

institutional, operational and humans resource levels 3) National coordination, engaging with in country partners 4) Developing the supply - identifying and packaging quality

knowledge to be shared

Page 43: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

41

5) The demand for knowledge - brokering, identifying and connecting to interested partners.

6) The art of knowledge exchange-desingning and implementing exchange that lead to results

7) Sustainable engagements-making knowledge exchanges last

8) Monitoring and evaluation of knowledge exchange-how to measure results and learning outcomes

9) Multilateral support-working vith development partners 10) Options for funding-securing and sustaining adequate

financing

Pada 10 isu round table tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembaga-lembaga yang aktif menjadi peserta diberikan kesempatan untuk menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam mengimplementasikan infrastruktur pusat pengetahuan. Mereka juga memiliki kesempatan untuk saling bertukar pengalaman dan memberikan rekomendasi terhadap praktik-praktik baik dalam isu pembangunan. Tujuan dari kelima roundtable tersebut adalah untuk mengakumulasi alur-alur tantangan dari pengimplementasian pengetahuan. Selanjutnya setiap panelis round table menyampaikan hasil diskusinya dalam setiap round table.

2. Sidang International Tripartite Rubber Council Committee Meetings

Sidang International Tripartite Rubber Council Committee Meetings tanggal dilaksanakan pada tanggal 17-20 Juli 2012 di Penang, Malaysia.

The 5th Meeting of the Expert Group on Establishment of a Regional Rubber Market

Sidang dilaksanakan pada hari pertama tanggal 17 juli 2012 dan membahas tentang pembentukan Regional Rubber Market. Sidang menyepakati untuk membentuk Technical Working Group dengan melibatkan perwakilan dari: Rubber Research Institute of Thailand (RRIT), Bursa Malaysia Derivatives Bhd (BMDB), dan dari Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX).

Sidang juga membahas tentang konsep Regional Rubber Market sebagai berikut:

1) Meningkatkan peranan tiga negara Thailand, Indonesia dan Malaysia dalam menstabilkan harga karet alam dan meningkatkan pendapatan petani karet.

2) Mempromosikan jaringan bisnis, penyampaian fisik, aktivitas arbitrase dan perdagangan karet alam.

Page 44: 7. Juli 2012.pdf

42 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

3) Melakukan identifikasi dalam rangka merealisasikan pembentukan Regional Rubber market.

The 15th Meeting of the ITRC Statistical Committee on Review Managed Expansion Program for Thailand, Indonesia, and malaysia

Sidang dilaksanakan pada hari kedua pada tanggal 18 Juli 2012 dan menyepakati untuk merevisi Compounded Annual Growth Rate (CAGR) dari semula 3,7 % menjadi 3,5 % sampai dengan tahun 2020. Indonesia mendapatkan tambahan alokasi ekspansi lahan sebesar 81 ribu Ha sampai dengan tahun 2014 dengan keberhasilan merubah proyeksi produktivitas lahan dari semula 1,3 ton/hektar per tahun menjadi 1,1 ton/hektar per tahun. Angka 1,1 ton/hektar per tahun dipandang lebih realistis karena selama 10 tahun terakhir rata-rata produktivitas lahan per hektar tidak sampai 1 ton per hektar.

Sedangkan terkait dengan Report on the Progress of the Implementation of the Supply Management Scheme (SMS) by the Three Countries, posisi Indonesia tidak mengalami perubahan yang signifikan dari hasil pertemuan sebelumnya pada tanggal 12 Desember 2011 di Bali, yaitu penanaman kembali (replanting) karet alam seluas 50.000 Ha dan estimasi penanaman (planting) karet alam oleh petani karet di wilayah Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan dan Jambi sebesar 18.700 Ha.

Sidang juga menyepakati bahwa masing-masing negara (Thailand, Indonesia dan Malaysia) akan melaporkan perkembangan statistik karet alam pada setiap pertemuan Statistical Committee serta untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja SMS dalam 5 (lima) tahun terakhir semenjak SMS diimplementasikan oleh komite statistik dan IRCo.

The Special Meeting to Finalise ITRC Price Schedule

Sidang yang dilaksanakan pada hari ketiga tanggal 19 Juli 2012 menyepakati untuk mengambil langkah-langkah sementara dengan memperhatikan kondisi ekonomi global yang masih belum membaik sebagaimana direkomendasikan oleh IRCo's BOD dan CSMO, yaitu sebagai berikut:

1) Menyesuaikan tingkat harga ITRC:

- Alert Price pada 300 US cents/Kg

- Trigger Price pada 280 US cents/Kg

2) Menyampaikan pengumuman tentang persiapan pemberlakuan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS).

3) AETS akan diimplementasikan apabila dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelah pengumuman persiapan pemberlakuan AETS harga menyentuh 280 US Cents/Kg.

Page 45: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

43

4) Setelah 2 (dua) bulan sejak pengumuman, apabila harga masih berada di antara Alert Price danTrigger Price, maka Committee on Strategic Market Operation (COSMO) akan me-review pasar dan memberikan rekomendasi yang diperlukan.

The 2nd Meeting to Consider Future Roles of ITRC/IRCo in The Next Ten Years (2012-2021)

Pertemuan membahas tentang proposal Demand Management Scheme (DMS), Tapping Holidays dan pembiayaan operasional IRCo, dan menyepakati beberapa hal antara lain:

1) Merubah istilah "Demand Management Scheme (DMS)" menjadi "Demand Promotion Scheme (DPS)", karena permintaan terhadap karet alam dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pertumbuhan ekonomi dunia dan iklim di Negara produsen utama karet.

2) Demand Promotion Scheme (DPS) akan dimasukkan dalam Non Paper of the Future Roles of ITRC and IRCo in the Next Ten Years (2012 - 2021). Adapun skema DPS diharapkan dapat meningkatkan konsumsi karet di dalam negeri melalui upaya promosi untuk diversifikasi industri hilir karet.

3) Thailand, Indonesia, dan Malaysia menyepakati untuk segera memenuhi pembiayaan operasional IRCo sebesar USD 7,5 juta secara proporsional. Indonesia menyampaikan bahwa proposal terkait dengan pembiayaan tersebut telah disetujui oleh Menteri Keuangan dan akan diajukan ke DPR untuk mendapatkan persetujuan, serta diharapkan akan dilakukan pembayaran di tahun 2013. Adapun sisa tambahan modal agar IRCo dapat membiayai seluruh kegiatannya akan ditentukan pada Pertemuan Tingkat Menteri pada bulan Desember 2012.

3. Pertemuan APEC Committee on Trade and Investment Extraordinary Session

Pertemuan APEC Committee on Trade and Investment (CTI) Extraordinary Session pada tanggal 25-26 Juli di Mexico City, Meksiko.

Environmental Goods and Services List

Meskipun telah dilakukan beberapa rapat terkait Environmental Goods and Services (EGs) List termasuk persiapan posisi Delri untuk mempersiapkan Indonesia dalam pertemuan kali ini secara relatif dibandingkan ekonomi APEC lainnya sangat kurang. China dan Filipina yang selama ini menjadi salah satu oponen dari penyusunan list, pada

Page 46: 7. Juli 2012.pdf

44 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

pertemuan kali ini memperlihatkan kemajuan dengan memperlihatkan kejelasan mengenai produk-produk yang dapat didukung maupun ditolak.

Indonesia belum dapat menyampaikan masukan spesifik atas 83 produk inclusion maupun usulan produk untuk disampaikan dalam EGs List karena sampai saat ini Kementerian/lnstansi terkait belum memberikan masukan atau persetujuan apapun mengenai produk yang dapat dimasukkan maupun tidak dapat dimasukkan beserta justifikasinya meskipun Ditjen KPI sudah melayangkan permintaan secara formal, hal ini menyebabkan Indonesia tidak dapat memberikan tanggapan atas List yang dipersiapkan oleh FoTC Lead, namun demikian Ditjen KPI telah berupaya memberikan general comment berdasarkan masukan Kementerian terkait sebelum pertemuan dan men-submit Indonesia comments atas 83 inclusion product pada saat pertemuan meskipun dengan banyak keterbatasan. Sebagai tindak lanjut dari permasalahan EGS List, para ekonomi sepakat akan melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai APEC EGs List yang akan dilaporkan pada APEC Ministerial Meeting dan APEC Economic Leaders' Meeting 1 (satu) hari sebelum Concluding Senior Official Meeting (CSOM) di Vladivostok, Rusia.

Next Generation Trade and Investment

Terkait dengan Next Generation Trade and Investment, Indonesia menyampaikan intervensi atas konsep paper transparansi yang merupakan masukan dari beberapa ekonomi yang telah menyampaikan kuesioner, dalam hal ini Indonesia akan menyampaikan masukan atas konsep paper tersebut sesuai dengan batasan deadline yang disepakati.

D. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral 1. Pertemuan ke-5 Working Group on Trade and Investment Indonesia - Uni Eropa

Pertemuan ke-5 Working Group on Trade and Investment (WGTI) Indonesia - Uni Eropa yang berlangsung pada tanggal 12 Juli 2012 di Jakarta. Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan serta memperkuat hubungan ekonomi bilateral antara kedua negara dengan mengangkat isu-isu spesifik terkait akses pasar ke dua negara.

Sectoral Working Group (SWG) on Industry and Environment

Peserta rapat menerima laporan hasil pertemuan Sectoral Working Group (SWG) on Industry and Environment yang disampaikan oleh wakil dari Kementerian Perindustrian. Hasil pertemuan tersebut antara lain persetujuan kalangan industri UE untuk mendukung pemerintah Indonesia untuk membangun teknologi kendaraan ramah lingkungan dan

Page 47: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

45

rendah emisi. Mengenai isu standardisasi, kedua pihak mendiskusikan tentang peluang kerja sama pengembangan kapasitas di bidang laboratory testing dan REACH. Sedangkan untuk isu aksesi UN/ECE, Kementerian Perindustrian menjelaskan bahwa proses adopsi akan memakan waktu mengingat adanya proses konsultasi yang harus dilakukan sebelumnya.

Selain Kemenperin, BPOM juga melaporkan tentang rencana SWG Food and Beverages yang tertunda namun telah ada pembicaraan dengan pihak UE tentang beberapa isu di antaranya food registration. Kedua pihak telah menyepakati untuk melakasanakan segera SWG Food and Beverage yang tertunda.

Isu-isu yang diangkat Indonesia dalam pertemuan ini adalah isu: (i) obligatory test untuk produk pala; (ii) RASFF on histamine di produk tuna beku; (iii) Maximum Residue Level (MRL) cadmium di produk kakao dan bubuk coklat; (iv) penangkapan ikan secara ilegal (illegal unreported and unregulated fishing); (v) FLEGT-VPA; dan (vi) isu palm oil/RED.

Sedangkan UE mengangkat isu-isu terkait: (i) iklim investasi; (ii) farmasi; (iii) food and beverages; (iv) prosedur impor; dan (v) pembatasan ekspor kakao. Kedua pihak saling menjelaskan isu-isu yang diangkat mitra dagangnya dan sepakat untuk menindaklanjuti guna menyelesaikan isu dimaksud.

Gambar 2. Pertemuan ke-5 WGTI Indonesia - Uni Eropa

Mengenai mata agenda Trade Related Technical Assistance, pihak UE menyampaikan presentasi tentang beberapa program bantuan teknis di bidang perdagangan yang sedang

Page 48: 7. Juli 2012.pdf

46 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

berjalan di Indonesia dalam bentuk TSP II, TCP, ACTIVE, and SWITCH. Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan Indonesia di bidang perdagangan. Kedua Ketua Delegasi menyepakati bahwa Indonesia akan menginformasikan kepada UE tentang sektor-sektor yang menjadi prioritas untuk program bantuan ini, dan UE akan membantu penyediaan tenaga ahli di bidang investasi bagi Indonesia.

2. Perundingan Putaran ke-5 Indonesia - EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement

Perundingan putaran kelima Indonesia - EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) berlangsung pada tanggal 3-6 Juli 2012 di Engelberg, Swiss.

Delegasi Indonesia telah melakukan perundingan dengan pihak EFTA yang berasal dari empat negara (Swiss, Norwegia, Islandia dan Lichenten) melalui sembilan working group (WG) telah berlangsung dalam suasana yang sangat bersahabat dan konstruktif. Adapun kesembilan WG yang telah dibentuk adalah: (i) WG on Trade in Goods yang dipimpin oleh Bapak Muchtar; (ii) WG on Trade in Services yang dipimpin oleh Bapak Widharma Raya Dipodiputro; (iii) WG on Investment yang dipimpin oleh Guyub S. Wiroso; (iv) WG on Rules of Origin and Custom Procedures yang dipimpin oleh Riyanto Yosokumoro; (v) WG on Intellectual Property Rights yang dipimpin oleh Yuslisar Ningsih, (vi) WG on Government Procurement yang dipimpin oleh Agus Rahardjo; (vii) WG on Cooperation and Capacity Building yang dipimpin oleh Siti Nugraha Mauludiah; (viii) WG on General Provisions dipimpin oleh Bebeb A.K.N. Djundjunan; dan (ix) WG on Trade and Sustainable Development dipimpin oleh Ade Petranto.

Dalam perundingan putaran kelima ini juga digelar konsultasi dengan 3 (tiga) topik bahasan yaitu: (i) Sanitary and Phytosanitary (SPS) and Technical Barrier to Trade (TBT); (ii) consultations on Trade Facilitation; serta (iii) dan consultation on competition. Konsultasi tersebut dipimpin oleh Bapak Muchtar. Untuk consultation on competition di mana perwakilan dari Komisi Pengawasan Persaingan Usaha tidak dapat hadir sehingga untuk konsultasi tersebut tetap dilaksanakan yang dipimpin oleh Bapak Muchtar.

Page 49: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

47

3. Pertemuan Bilateral Indonesia - Meksiko

Pertemuan bilateral antara RI-Meksiko dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2012 dalam rangkaian ASEAN-Latin Business Forum di Jakarta. Delegasi Meksiko dipimpin H.E. Bruno Ferrari Garcia de Alba, Secretary of Economy, sedangkan Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Perdagangan R.l.

Gambar 3. Pertemuan Bilateral Indonesia

Observasi dalam Paradigma Lama dan Baru

Paradigma Lama adalah memanfaatkan hal-hal yang selama ini telah dilakukan, yakni melalui pertemuan bilateral untuk meningkatkan perdagangan dan investasi. Sedangkan paradigma baru adalah memperbaiki value chain hubungan ASEAN dengan Amerika Latin. Saat ini terdapat kesenjangan yang perlu diperbaiki, sehingga angka perdagangan kedua negara dapat meningkat. Di samping itu, terkait Trans Pacific Partnership, Mendag menekankan bahwa Indonesia mendukung semangat Free Trade Agreement. Namun secara politis, Indonesia belum dapat bergerak cepat karena banyak hal yang harus dikoordinasikan serta diantisipasi di dalam negeri.

Trade Agreement Indonesia-Meksiko

Menteri Perdagangan Rl menekankan perlunya renewing Trade Agreement antara Indonesia-Meksiko untuk meningkatkan promosi perdagangan, walaupun disadari bahwa situasi di dalam negeri Meksiko belum memungkinkan untuk dilakukan penandatanganan sampai bulan Desember 2012.

Memanfaatkan pertemuan APEC untuk kepala Negara pada September 2012 di Vladivostok, Rusia, pihak Meksiko menyampaikan akan berupaya agar Trade Agreement tersebut dapat ditandatangani kedua Menteri Perdagangan.

Page 50: 7. Juli 2012.pdf

48 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Disampaikan pula bahwa isu double taxation sudah diselesaikan, namun terkait isu BIT (bilateral investment treaties) masih pending.

Adapun dalam mempromosikan perdagangan, Menteri Perdagangan Meksiko mengusulkan beberapa hal penting yang perlu dikembangkan, selain Penandatanganan Trade Agreement di Vladivostok, Rusia, yaitu:

1) Keterlibatan Indonesia dalam Alianza del Pacifico sebagai observer

2) Kerja sama antara Alianza del Pacifico dengan ASEAN

Menanggapi usulan Meksiko dimaksud, ditekankan Menteri Perdagangan RI akan berkonsultasi dan berkoordinasi lebih dahulu dengan Kementerian Luar Negeri. Tanggapan atas usulan tersebut akan disampaikan dalam sidang APEC di Vladivostok pada September 2012.

World Export Development Forum 2012 dan Trade Expo Indonesia 2012

Sebagai langkah riil Delegasi Meksiko akan kembali ke Indonesia pada Oktober 2012 untuk mengeksplorasi peluang bisnis di Indonesia. Untuk itu kunjungan Delegasi Meksiko disarankan dapat dilaksanakan pada Oktober 2012 sejalan dengan World Export Development Forum 2012 dan Trade Expo Indonesia 2012.

Kerja sama Bidang Drainase

Menteri Perdagangan Meksiko menambahkan bahwa bidang potensial lain yang perlu dieksplorasi adalah kerja sama bidang drainase. Meksiko memiliki pengalaman yang baik dalam bidang drainase terutama di Meksiko City. Untuk itu, Meksiko mengundang investor Indonesia untuk bekerja sama di bidang drainase.

Kerja Sama Membuka Jalur Penerbangan Indonesia-Meksiko

Connectivity penerbangan Indonesia-Meksiko saat ini masih menjadi hambatan jarak tempuh yang cukup jauh antara kedua negara sehingga menimbulkan inefisiensi dan faktor-faktor penghambat lainnya. Belum adanya direct flight dari Indonesia-Meksiko juga menjadi hal penting yang dapat dikerjasamakan.

Menanggapi hal tersebut Dubes Meksiko di Indonesia menyampaikan saat ini sedang disusun Air Service Agreement antara maskapai penerbangan nasional Meksiko dengan Garuda Indonesia. Dalam perjanjian tersebut, kedua maskapai akan menjalin kerja sama rute penerbangan yaitu Meksiko dapat menggunakan Garuda Indonesia sebagai connecting flight bagi penumpang Mexicana Airlines yang ingin ke Asia Tenggara dan/atau Australia.

Page 51: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

49

Kemungkinan CEPA atau FTA Indonesia -Meksiko dan Kerja Sama Joint Venture Garam

Sebagai tindak lanjut dari pertemuan ASEAN Business Latin Forum, Meksiko menyampaikan kedua negara dapat melakukan salah satu dari kemungkinan FTA atau CEPA yakni ASEAN-Allianza, ASEAN-Meksiko, Indonesia-Meskiko atau Indonesia-Allianza dalam pertemuan dengan KADIN.

Menanggapi hal tersebut, KADIN akan mengusulkan kepada Mendag Rl untuk melakukan kemungkinan CEPA atau FTA dengan Indonesia-Allianza karena Meksiko merupakan negara pintu masuk produk Indonesia di pasar Amerika Latin dan Utara. Selain itu, KADIN juga mengusulkan kemungkinan kerja sama joint venture di bidang produksi garam karena Meksiko merupakan negara produsen garam terbesar dunia.

4. Pertemuan Bilateral Rl - Peru dan Penandatanganan Memorandum of Understanding on Trade Promotion Activities

Pertemuan bilateral antara Rl-Peru dan penandatanganan Memorandum of Understanding on Trade Promotion Activities dilaksanakan pada 10 Juli 2012 di Jakarta. Delegasi Peru dipimpin oleh Jose Luis Silva Martinot, Minister of Foreign Trade and Tourism. Sedangkan delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Perdagangan Rl.

Gambar 4. Pertemuan Bilateral Indonesia - Peru

Observer dalam Alianza del Pacifico

Peru, Meksiko, Chile, dan Kolombia yang tergabung dalam Alianza del Pacifico merupakan negara-negara yang terbuka di Amerika Latin. Untuk itu, Peru mengundang Indonesia untuk menjadi observer dalam Alianza tersebut. Menyikapi undangan tersebut, Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri akan menindaklanjuti, baik Indonesia sebagai negara individual maupun anggota ASEAN.

Page 52: 7. Juli 2012.pdf

50 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Kekurangan Gula Rafinasi untuk Perusahaan Big Cola

Perusahaan investasi minuman soft drink dari Peru, Big Cola yang berkembang kurang dari 1 tahun di Jakarta dan memiliki 600 tenaga kerja, akan membuka dua fasilitas produksi lainnya di kota lain di Indonesia. Namun dalam perkembangannya, diperlukan gula rafinasi yang cukup untuk proses produksi.

Menanggapi kekurangan gula rafinasi tersebut, Kementerian Perdagangan akan segera menindaklanjuti bekerjasama dengan perusahaan Big Cola di Jakarta.

Kerja Sama Sektor Perikanan

Peru mengajak Indonesia untuk mengembangkan investasi di sektor perikanan di Peru untuk Fish Meat, Fish industry, dan alih teknologi. Terkait tawaran kerja sama investasi tersebut, Indonesia akan segera mengomunikasikan dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta perusahaan perikanan

Impor Produk Beras Peru juga menawarkan Beras kepada Indonesia yang memiliki kualitas yang baik dan harga yang kompetitif. Indonesia memang sangat memerlukan Beras sebagai kebutuhan pokok masyarakat. Untuk itu, Dirjen PEN akan segera melakukan kunjungan ke Peru untuk melihat secara langsung potensi dan kualitas Beras Peru.

Selain pertemuan bilateral, dilakukan pula penandatangan Memorandum of Understanding between Ministry of Trade (MoT) of the Republic of Indonesia and Ministry of Foreign Trade and Tourism (Mincetur) of the Republic of Peru on Trade Promotion Activities oleh Menteri Perdagangan Rl dan Minister of Foreign Trade and Tourism, Peru. Tujuannya adalah meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara di bidang promosi perdagangan.

5. Pertemuan Working Group on Trade and Investment ke-1 Indonesia - Brazil

Working Group on Trade and Investment (WGTI) ke-1 Indonesia-Brazil di Jakarta berlangsung pada tanggal 9-10 Juli 2012 di Jakarta.

Global Overview Dalam sesi ini kedua pimpinan Delegasi menyampaikan informasi situasi ekonomi regional dan global serta perkembangan terkini di bidang perdagangan dan investasi di Brazil dan Indonesia, termasuk promosi perdagangan dan investasi.

Pertanian dan Agribisnis

Dalam bidang pertanian dan agribisnis hal penting yang ditanyakan pihak Indonesia adalah rencana MoU antara Kementerian Pertanian dan EMBRAPA. Hal lain yang menjadi

Page 53: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

51

interest Indonesia adalah pangsa pasar bagi produk hortikultura, kelapa sawit dan minat Indonesia untuk membeli kacang kedelai dan susu kedelai. Sedangkan hal prioritas yang disampaikan Brazil adalah dibukanya akses pasar Indonesia untuk Produk Sapi dan Peternakan Unggas Brazil. Untuk kasus produk poultry, Brazil mengundang Kementerian Pertanian Rl dating dan melihat langsung fasilitas peternakan unggas di sana diproduksi.

Transportasi Dalam transportasi udara, EMBRAER berminat menjual pesawat jet, sementara Indonesia berkeinginan menjalin kerja sama bidang maintenance air frame, cargo handling, ground handling, dan assembling. Untuk transportasi darat, perusahaan Marcopolo Brazil berminat dalam pengadaan bus umum green energy.

Pertambangan

Vale merupakan perusahaan pertambangan sudah lama beroperasi di Indonesia. Vale mengharapkan dukungan Pemerintah RI dalam mengembangkan bisnisnya.

Energi Pihak Brazil menawarkan kerja sama bio fuel, bio ethanol, bio mass, bio diesel. Sementara Indonesia berminat juga bekerja sama di bidang yang sama.

Isu Perdagangan Bilateral

Pending isu Indonesia terhadap Brazil adalah Subsidy Allegation on Viscose Fibre Yarn Product, Non Automatic Import Licencing Policy, Under Value Practice, Country of Origin (CoO) Policy, Draft Resolution RDC No. 14/2012 on Prohibition of Kretek Cigarette's Market, High Import Duty for Steel Casting (non tariff barrier). Sedangkan isu Brazil yang paling utama adalah kapan pasar Indonesia dibuka untuk produk Sapi dan Daging Sapi serta produk peternakan unggas (Bebek dan Kalkun). Pending isu ini tidak dibahas secara teknis dalam WGTI ke-1. Semua informasi terkait dengan kasus disampaikan kepada masing-masing Delegasi melalui kertas posisi.

Gambar 5. WGTI ke-1 Indonesia - Brazil

Page 54: 7. Juli 2012.pdf

52 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Dalam sesi Pertukaran Data Perdagangan dan Investasi Bilateral pihak Indonesia menyampaikan bahan presentasi Indonesia Nasional Single Window (INSW) dan e-CoO kepada pihak Brazil.

6. Perundingan Pertama Indonesia - Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement

Perundingan Putaran Pertama Indonesia - Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2012 di Jakarta.

Pertemuan telah membahas dan bertukar pendapat mengenai beberapa bagian dari Term of References (TOR) Perundingan IK-CEPA yang meliputi Introduction, Principles dan Scope and Coverage. Pertemuan sepakat untuk melanjutkan beberapa bagian TOR lainnya secara intersession.

Scope and Coverage IK-CEPA yang telah disepakati antara lain: Trade in Goods, Rules of Origin, Customs (including such as Customs Procedures) and Trade Facilitation, Trade in Services, Investment, Intellectual Property Rights, Sustainable Development, dan Competition. Sementara, scope and coverage yang masih pending untuk dibahas kembali adalah Trade Remedies dan Cooperation (including/and capacity Building).

Gambar 6. Pertemuan Pertama Indonesia – Korea CEPA

Pertemuan telah sepakat bahwa Perundingan IK-CEPA terbagi menjadi 7 (tujuh) Working Group (WG) yaitu :

1) WG on Trade in Goods, membahas mengenai Trade in Goods (including Market Access negotiations for Goods), Trade Remedies, dan Non-Tariff Measures (including

Page 55: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

53

Sanitary and Phytosanitary and Technical Barriers to Trade, etc.).

2) WG on Rules of Origin, Customs Procedures and Trade Facilitation, membahas mengenai Rules of Origin, Custom Procedures, dan Trade Facilitation.

3) WG on Services, membahas mengenai Trade in Services, Telecommunications, Financial Services, dan Movement of Natural Persons.

4) WG on Investment, membahas mengenai investasi.

5) WG on Rules, membahas mengenai Electronic Commerce, Government Procurement, Intellectual Property of Rights, Sustainable Development (including Labour and Environment) dan Competition.

6) WG on Cooperation (including/and/Capacity Building), membahas Cooperation (including/and/capacity Building).

7) WG on Legal and Institutional Issues, membahas Preamble, General Provisions, Dispute Settlement, Transparency, Institutional Arrangements, dan General and Final Provisions.

7. The Fourth Expert Working Group for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation Meeting Indonesia - RRT

Pertemuan ke-4 Expert Working Group for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation (EWG) Indonesia - RRT dilaksanakan pada tanggal 12-13 Juli 2012 di Yogyakarta, Indonesia.

Pembentukan Joint Task Force

Pada pertemuan ke-4 ini kedua pihak membahas secara mendalam mengenai kesepakatan untuk membentuk Joint Task Force (JTF) yang sudah diajukan oleh pihak Indonesia pada pertemuan EWG ke-3 lalu di Beijing. Kedua pihak sepakat untuk dapat melakukan pertemuan JTF tersebut sebelum pertemuan EWG berikutnya dan menunjuk koordinator atau focal point di masing-masing pihak untuk membahas kerja sama industri. Adapun koordinator ataupun focal point Indonesia adalah Direktur Kerja Sama Industri Internasional II dan Regional, Kementerian Perindustrian.

Pembatasan Ekspor Mineral

RRT menyatakan keprihatinan terhadap beberapa pembatasan ekspor mineral dan persyaratan 51% atau lebih terhadap pergeseran ekuitas yang baru-baru ini telah diterapkan oleh Indonesia. RRT lebih lanjut menunjukkan bahwa tindakan tersebut menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan RRT dan menyarankan bahwa setiap tindakan baru mengenai perdagangan dan investasi harus diprediksi,

Page 56: 7. Juli 2012.pdf

54 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

transparan, stabil dan konsisten dengan aturan WTO dan ACFTA.

Indonesia menjelaskan pesan utama dari peraturan ini adalah untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan dan untuk memastikan ketersediaan bahan baku untuk pengolahan dan pemurnian mineral di negara ini. Indonesia menunjukkan bahwa tindakan tersebut konsisten dengan ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan menekankan bahwa pembatasan ekspor pada dasarnya diperbolehkan oleh WTO dalam kondisi tertentu. Indonesia juga mendesak investor asing di negara itu untuk memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan, ramah lingkungan, dan memenuhi prosedur pemerintah.

Data Mirroring Analysis Terkait usaha untuk mengurangi discrepancy, kedua pihak melakukan data mirroring analysis pada pertemuan ke-4 ini sebagai tindak lanjut penandatanganan MoU on Exchange of External Merchandise Trade Statistical Data antara Indonesia dan RRT pada bulan Maret 2012 di Beijing. Kedua pihak juga membahas masalah-masalah yang terkait implementasi dan tindakan-tindakan ke depannya terhadap MoU tersebut.

Kedua belah pihak berbagi pandangan mengenai data mirroring analysis Indonesia-RRT dengan tujuan untuk menyamakan data, mengetahui penyebab perbedaan data perdagangan, dan mempersempit perbedaan.

Pertukaran Data dan Verifikasi Form E

Indonesia menyatakan keinginannya untuk mengadakan pertukaran data dan verifikasi Form E (Form ACFTA) secara elektronik (real time) untuk memfasilitasi pemecahan masalah terkait dengan pemanfaatan Form E serta memvalidasi Form E secara mudah dan cepat. Mekanisme ini dapat membantu kedua negara untuk mencegah, melarang setiap upaya ilegal, atau penipuan asal usul barang yang dapat mengganggu perjanjian perdagangan bebas dan untuk mempercepat pemanfaatan Form E.

Pada pertemuan EWG ke-3, pihak RRT sempat menolak keinginan Indonesia tersebut, namun pada pertemuan ke-4, RRT telah sepakat untuk mengadakan pertukaran dan verifikasi Form E secara online/elektronik. Kedua belah pihak akan membentuk contact point untuk klarifikasi Form E. Sementara itu, Focal Point dari Indonesia adalah Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kementerian Perdagangan Indonesia; dan Focal Point dari RRT adalah Rules of Origin Office, Administration of Quality Supervision, Inspection and Quarantine (AQSIQ) office and the General Administration of Customs of China.

Page 57: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

55

Kedua belah pihak sepakat untuk membangun saluran atau mekanisme pertukaran informasi elektronik. Indonesia akan mempersiapkan draft pertukaran elektronik Form E untuk dibahas dalam pertemuan berikutnya.

RRT menyatakan keprihatinan terhadap beberapa pembatasan terkait fasilitasi perdagangan termasuk Peraturan Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan mengenai impor produk hortikultura, pembatasan pada port entry untuk produk hortikultura di Indonesia, dan ketentuan untuk Angka Pengenai Impor. Mengenai pembatasan pelabuhan impor untuk produk hortikultura, Indonesia menjelaskan kebijakan tersebut bertujuan untuk melindungi konsumen dan memiliki pemeriksaan mutu yang tepat.

Joint Outreach Program Indonesia mengungkapkan keinginannya untuk bekerja sama dengan RRT mengenai joint outreach program yang dimandatkan dalam Agreed Minutes untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada publik mengenai keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) secara komprehensif dan objektif. Kedua pihak mendiskusikan draft Term of Reference untuk joint outreach program yang telah disampaikan Indonesia kepada RRT dan kedua pihak setuju untuk melakukan beberapa kegiatan yang mungkin dapat dilakukan dalam tahun ini.

RRT menyatakan keprihatinan terhadap keterlambatan pelaksanaan pengurangan tarif dalam kerangka ACFTA di Indonesia dan mendesak agar harus segera mengambil tindakan. Indonesia menjelaskan bahwa masih perlu menunggu prosedur administrasi dari Kementerian Keuangan dan berkomitmen untuk menerapkan penurunan tarif sesegera mungkin.

8. Pertemuan Trade and Investment XII RI-AS Tingkat Senior Official

Pertemuan ke-12 Trade and Investment Council dilaksanakan pada tanggal pada 16-17 Juli 2012 di Bali. Pertemuan ini membahas isu-isu yang menjadi kepentingan kedua negara antara lain isu: Oil Country Tubular Goods, Intellectual Property Rights, Notice of Data Availability untuk Palm Oil, Penahanan shipment madu Indonesia, Interagency Trade Enforcement Center, Food Safety Modernization Act, Unfair Competition Act, dan MoU on Combating Illegal Logging and Associated Trade yang merupakan concern Indonesia. Sedangkan beberapa concern AS adalah Penutupan Pelabuhan Tanjung Priok untuk Hortikultura, Larangan Impor

Page 58: 7. Juli 2012.pdf

56 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Daging Sapi, Permendag No. 27/2012, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Minerba, sebagaimana tertuang dalam agenda dan hasil pembahasan.

Gambar 7. Pertemuan ke-12 Trade and Investment Council

Concern Pihak Indonesia

Indonesia menyampaikan kekecewaannya atas dikeluarkannya beberapa produk ekspor Indonesia dalam Daftar Generalized System of Preferences (GSP) AS untuk tahun 2012. Perwakilan Ditjen KPI menyampaikan rasa kecewa atas status intellectual property rights (IPR) Indonesia yang termasuk dalam Priority Watch List dan Country Practice Review. Selain itu, Indonesia juga menyampaikan kurang puas dengan implementasi MoU Combating Illegal Logging yang lebih mengutamakan pemberantasan illegal logging dan tidak memperhatikan aspek perdagangan yang legal. Setelah melalui diskusi, Indonesia sepakat untuk mengaktifkan kembali Working Group on IPR antara RI-AS. Indonesia juga setuju untuk melakukan amandemen atas MoU on Combating Illegal Logging dengan mempertimbangkan aspek perdagangan.

Concern Pihak Amerika Serikat

Pihak AS mempertanyakan arah sejumlah kebijakan Indonesia yang menimbulkan kekhawatiran di tengah meningkatnya peranan Indonesia dalam G-20, ASEAN, APEC, WTO, dan forum internasional lainnya. Masalah ini bagi AS dinilai sangat serius karena implementasinya menimbulkan "burdensome", diskriminasi, dan menciptakan iklim berbisnis di Indonesia terasa semakin sulit. Beberapa kebijakan Rl yang dipertanyakan tersebut adalah Permendag No. 27/2012, Permendag No. 2/2010, dan No. 57/2010 (Tekstil dan Produk Tekstil), Permendag No. 24/2012 dan Permentan No. 50/2011 (Sapi dan Daging), Pelarangan Impor Daging Sapi AS terkait Kasus Sapi Gila, Permendag No. 30/2012, Rancangan Undang-Undang (RUU) Perdagangan, dan TKDN untuk pertambangan.

Page 59: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

57

AS juga meminta agar Rl mengkaji kembali kebijakan tersebut dan menyederhanakan beberapa perizinan impor. Disampaikan pihak AS pula bahwa Permendag No. 30/2012, TKDN Minerba, dan RUU Perdagangan sangat memungkinkan untuk digugat di WTO.

E. Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Jasa

1. Perundingan ke-5 Working Group on Trade in Service IE-CEPA

Perundingan ke-5, Working Group on Trade in Service Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA), dilaksanakan pada tanggal 3-6 Juli 2012 di Engelberg, Swiss.

Perundingan dititikberatkan pada pending issues terutama yang berkaitan dengan core dan important issues yang terdapat dalam Draft Text Chapter Trade in Services serta annex (Annex on Financial Services, Tourism and Travel Related Services, Movement of Natural Person (MNP), dan Maritime Transport and Related Services). Pertemuan, memperlihatkan kemajuan yang cukup berani walaupun masih terdapat cukup banyak pending issue yang masih perlu dirundingkan pada perundingan mendatang.

Secara umum pembahasan chapter trade in services telah banyak mengalami kemajuan dengan dibukanya beberapa bracket yang diusulkan oleh masing-masing pihak. Selanjutnya untuk beberapa isu yang masih belum dapat disepakati pada pertemuan ini, kedua belah pihak sepakat untuk meninjau kembali secara dalam draft text chapter trade in services sebelum perundingan berikutnya.

2. Pertemuan the 70th Meeting of the ASEAN Coordinating Committee on Services

Pertemuan the 70th Meeting of the ASEAN Coordinating Committee on Services (CCS) berlangsung pada tanggal 4-7 Juli 2012 di Bangkok, Thailand, dipimpin oleh Deputy Director, Department of Multilateral Trade, Ministry of Commerce, Cambodia selaku CCS Chair.

ASEAN AGREEMENT ON MOVEMENT OF NATURAL PERSONS (MNP)

Pertemuan telah menghasilkan beberapa kemajuan atas beberapa artikel/provisi yang belum dapat disepakati pada pertemuan CCS sebelumnya antara lain seperti Scope, Schedule of Commitments, Institutional Mechanism, Further Liberalisation, Relation with other agreements, Recognition,

Page 60: 7. Juli 2012.pdf

58 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

dan Final Provisions. Pada pertemuan ini juga telah diselenggarakan legal scrubbing draft text ASEAN MNP Agreement pada tanggal 5-6 Juli 2012.

Article Scope CCS sepakat untuk memilih Opsi 2 rev. Pertimbangan yang diambil oleh Indonesia adalah Opsi 2 rev memberikan fleksibilitas yang sama dengan Opsi 3, dengan penggunaan kata “may”, sehingga ASEAN Member States (AMS) memiliki keleluasaan untuk memberikan komitmen kategori natural persons pada masing-masing Schedule of Commitments (SoC) Mode 4. Pertimbangan lainnya adalah pada opsi ini investor serta kategori independent professional pada ASEAN MNP Agreement belum diatur sebagai salah satu kategori natural persons, yang juga menjadi posisi Indonesia selama pembahasan draft MNP Agreement.

Article Definitions CCS dapat menerima usulan Indonesia terkait dengan definisi Contractual Services Suppliers (CSS), untuk ditambahkan dengan kalimat “which has no commercial presence in the territory of the other Member State”. Kemudian terkait dengan usulan penghapusan para [(iii) has been an employee of the juridical person for a period of no less one year immediately preceding the date of the application for temporary entry or temporary stay; and], Indonesia menyatakan keberatannya sebab hal itu sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, kemudian Pertemuan sepakat dengan penggantian usulan Indonesia sebagai berikut: “for a period as may be specified in the Schedule of Commitments”.

Article Schedule of Commitments

Pada pertemuan ini Vietnam menarik kembali usulan para 2 dari article ini yang mengatur masalah inkonsistensi antara ketentuan dalam text Agreement ini dan SoC. Selanjutnya, Pertemuan sepakat bahwa sebagai intial offer AMS dapat menggunakan format sebagaimana komitmen di AANZFTA Agreement mengingat adanya perbedaan format SoC Mode 4 yang digunakan di antara AMS, namun demikian CCS sepakat untuk membahas lebih lanjut mengenai digunakannya single format SoC MNP Agreement pada perundingan berikutnya sebagai bagian dari isu further liberalization. Namun demikian, Indonesia keberatan dengan usulan penggunaan the AANZ format karena terlalu dini penyampaian format tertentu pada saat ini. Pertemuan sepakat dengan usulan Indonesia.

Terkait dengan usulan pengikutsertaan komitmen Mode 4 di Air Transport dan Financial Services, Indonesia menyampaikan bahwa mengingat komitmen Mode 4 Air

Page 61: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

59

Transport dan Financial Services di bawah kewenangan Air Transport Working Group (ATWG) dan Working Committee on Financial Services Liberalisation (WCFSL), maka perlu dilakukan konsultasi internal dahulu bagi masing-masing AMS dengan perwakilan masing-masing AMS di kedua working group tersebut mengenai isu ini, selain penyampaian informasi oleh ASEAN Secretariat kepada ATWG dan WCFSL.

Article Further Liberalisation

CCS sepakat bahwa terkait dengan initial discussion untuk melakukan review specific commitments Mode 4 dapat dilakukan dalam periode 1 tahun setelah berlakunya (entry into force) MNP Agreement.

Article Relation with ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA)

Coordinating Committee on Investement (CCI) telah menyampaikan usulan provisions kepada CCS untuk article ini. Terkait dengan usulan ini, Indonesia menyampaikan pandangan agar ada kejelasan pembatasan kegiatan investors yang dimaksud pada provisi usulan ACIA melalui usulan penambahan klausa pada para (2) yaitu “pursuant to Article (a). Pertimbangan Indonesia adalah agar AMS memiliki pemahaman yang sama bahwa apa yang diatur di dalam MNP Agreement ini hanya berlaku terbatas kepada kegiatan kategori natural persons sebagaimana yang berlaku pada Article Definitions,yaitu pada Busines Visitor yang hanya mencakup kegiatan pre establishment of an investment. Pertemuan memahami concern Indonesia dan menyatakan pemahaman yang sama bahwa usulan ACIA sudah dibatasi oleh Article Scope dan Definitions dan pemahaman tersebut ditegaskan dalam Report of the Seventieth Meeting of the Coordinating Committee on Services (CCS). Kemudian, terkait dengan isu inconsistency di article ini yang juga menjadi concern Indonesia, CCS sepakat untuk menghapus para (4) yaitu “in the event of any inconsistency, between this Agreement and any other ASEAN Agreement, that Agreement shall prevail”, dengan pertimbangan bahwa saat ini belum dapat diidentifikasi inconsistency apa yang akan dihadapi dan apakah inconsistency itu sendiri akan ada.

Article Recognition Walaupun ada pandangan lain dari Singapura, mayoritas AMS dapat menerima proposal Filipina untuk memasukan article ini ke dalam MNP Agreement. Brunei Darussalam mengusulkan untuk menghapus kalimat “with a view to the achievement of early outcomes” pada para 4, dengan pertimbangan bahwa kalimat tersebut tidak memiliki pengertian yang jelas atas apa yang dimaksud dengan achievement dan Indonesia menyatakan bahwa lebih penting untuk adanya suatu Mutual Recognition Arrangement (MRA)

Page 62: 7. Juli 2012.pdf

60 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

yang reliable dan mencerminkan kebutuhan dan kepentingan seluruh pihak daripada mengupayakan untuk early outcomes. Atas Article ini, Indonesia mempertegas bahwa ketentuan dalam Article ini jangan sampai ditafsirkan mewajibkan AMS untuk membuat MRA. Pertemuan sepakat dengan pandangan tersebut, dan menyampaikan bahwa frase “may recognise”pada para 1 memastikan fleksibilitas masing-masing AMS untuk membuat MRA terkait dengan komitmen Mode 4 yang diberikan di bawah MNP Agreement.

Article Institutional Mechanism

CCS sepakat untuk menggunakan Opsi 3, yang menjelaskan bahwa koordinasi implementasi dari MNP Agreement berada di bawah ASEAN Economic Ministers (AEM), dan CCS ditugaskan untuk memberikan asistensi kepada AEM melalui Senior Economic Officials Meeting (SEOM). Dalam melaksanakan tanggung jawabnya tersebut, AEM dapat membentuk suatu subsidiary bodies.

Article Final Provisions CCS sepakat untuk mengganti article ini dengan article Entry into Force. CCS sepakat untuk mencantumkan batas waktu entry into force dari MNP Agreement. Indonesia berpandangan bahwa dengan dicantumkannya batas waktu tersebut terkait dengan kredibilitas negara, apabila kewajiban tersebut tidak dapat dilakukan AMS terkait dengan perbedaan prosedur masing-masing AMS.

Article Depository CCS sepakat untuk menambahkan article ini ke dalam MNP Agreement dengan pertimbangan bahwa berdasarkan Vienna Convention on the Law of Treaties diatur perlunya depositary/depositaries untuk perjanjian internasional yg di buat lebih dari 2 negara untuk men-deposit text asli Agreement ini, dalam hal ini pada ASEAN, diamanatkan kepada Sekretaris Jenderal ASEAN untuk pendepositan.

ASEAN MNP Agreeement Timeline

Pertemuan membahas timeline penyelesaian ASEAN MNP Agreement. Indonesia dan beberapa AMS memandang timeline yang diberikan untuk penyampaian komitmen MNP tidaklah cukup yaitu 15 Juli 2012.

CCS mencatat hasil Joint Recommendations dari pertemuan the Forum on Increased Mobility of Skilled Labour in ASEAN yang telah berlangsung di Bangkok tanggal 28-29 Juni 2012 di bawah koordinasi Senior Labour Officials Meeting (SLOM). CCS mendukung kegiatan dari ASEAN-Australia-New Zealand Economic Cooperation Work Programme mengenai pembentukan ASEAN task force and capacity building on National Qualification Frameworks (NQFs).

Page 63: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

61

8th Package of Commitments Under AFAS

Pada pertemuan ini, Filipina menyampaikan bahwa saat ini masih menemukan kesulitan dalam penyelesaian AFAS Paket 8, dikarenakan masih memerlukan persetujuan sektor domestiknya, dan berupaya untuk menyampaikan peningkatan offer AFAS Paket 8 sebelum pertemuan AEM ke-44 di bulan Agustus 2012.

Beberapa AMS yang telah menyelesaikan AFAS Paket 8, menyampaikan konfirmasinya atas final version AFAS Paket 8 masing-masing yang akan di upload pada Website Sekretariat ASEAN.

Achievement of the AFAS Target 2015

Pertemuan membahas paper yang disusun oleh Sekretariat ASEAN mengenai Work Programme to Achieving Free Flow of Services in Service. Singapura mengusulkan adanya revisi atas work programme tersebut terutama untuk beberapa timeline, seperti enhancement of the ASEAN Services Agreement, dengan alasan bahwa saat ini target utama pencapaian free flow of services 2015 adalah penyelesaian AFAS Paket 9 dan AFAS Paket 10, sehingga mengusulkan agar timeline enhancement of the ASEAN Services Agreement direncanakan pada tahun 2015, setelah AMS menyelesaikan kedua paket AFAS dimaksud. CCS sepakat untuk menyampaikan revisi work programme dimaksud kepada Senior Economic Official Meeting (SEOM).

Selanjutnya, mengenai kombinasi pemenuhan thresholds untuk AFAS Paket 9 dan 10, sebagaimana telah dibahas pada pertemuan CCS 68 dan 69, AMS sepakat untuk menggunakan kombinasi thresholds dimaksud untuk kedua paket AFAS berikutnya. AMS diminta untuk dapat segera menyusun AFAS Paket 9 yang direncanakan diselesaikan pada pertemuan AEM 2013.

Enhancement of the AFAS

Pertemuan membahas paper Sekretariat ASEAN mengenai possible elements to enhancing the ASEAN Framework Agreement on Services yang telah disampaikan kepada CCS pada pertemuan ke-69 di bulan Mei 2012.

Terkait possible elements of the agreements yang menjelaskan secara detail mengenai bagian-bagian dari isu core obligations, general and specific obligations, schedule of commitments, general provisions and exceptions, relation with other/related agreements, others, Thailand menyampaikan bahwa sebaiknya elemen-elemen tersebut tidak dijelaskan secara detail untuk saat ini, mengingat masih perlu pembahasan lebih lanjut. CCS sepakat dengan usulan Thailand tersebut.

Page 64: 7. Juli 2012.pdf

62 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Terkait dengan adanya possible elements yang menyebutkan bahwa kemungkinan adanya pendekatan lain dalam modalitas terkait dengan scheduling of commitments menggunakan negative list approach, Indonesia menyampaikan agar dapat dihapus dari possible elements dimaksud, hal ini didukung oleh Thailand.

Facilitation and Cooperation

Pertemuan mencatat bahwa SEOM pada bulan Mei 2012 mengakui pentingnya regulatory reform dalam pelaksanaan Phnom Penh Agenda. Selanjutnya, diinformasikan juga bahwa ASEAN Symposium on Regulatory yang diselenggarakan back-to-back dengan pertemuan the 22nd High Level task Force on ASEAN Economic Integration (HLTF-EI) mengusulkan pelaksanaan proyek dalam pengembangan suatu kerangka untuk regulatory reform.

Technical Assistance

Pertemuan mencatat perkembangan beberapa kegiatan technical assistance dengan dukungan dana ASEAN-Australia Development Cooperation Program (AADCP) Phase II, terkait dengan peningkatan kapasitas AMS dalam menghadapi liberalisasi jasa ASEAN.

Improving of Schedule of Commitment, proyek yang didanai oleh AADCP Phase II ini akan digunakan untuk melakukan review komitmen pada AFAS. AMS sepakat untuk menggunakan AFAS 8 kecuali Filipina yang menggunakan AFAS 7 untuk proyek ini. Proyek ini bertujuan untuk menilai SoC tidak secara substansi melainkan hanya untuk me-review kalimat yang digunakan, dan sebagai guideline dalam melakukan improving schedule AFAS yang selanjutnya.

Sekretariat ASEAN menyampaikan bahwa kegiatan technical assistance di bawah AADCP Phase II akan dipublikasikan melalui website Sekretariat ASEAN, sebagaimana kegiatan sebelumnya di bawah AADCP Phase I.

Pertemuan Sectoral Working Group

Logistics and Transport Services Sectoral Working Group (LTSSWG)

Sekretariat ASEAN telah melakukan analisis mengenai komitmen AMS untuk logistics services sectors di AFAS paket 8, untuk mengetahui sejauh mana LTSSWG dapat berkontribusi dalam membantu CCS untuk memenuhi target pada paket AFAS berikutnya.

Vietnam menyampaikan paper mengenai usulan membahas kesulitan yang dihadapi oleh AMS dalam mengakomodasi permintaan dari investor asing serta cara menyelesaikannya. Disepakati untuk membahasnya pada pertemuan berikutnya dengan isu “transportation of empty container”.

Page 65: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

63

Berdasarkan permintaan dari LTSSWG ke ASEAN Secretariat untuk berkoordinasi dengan Transport Facilitation Working Group (TFWG) tentang kegiatan yang telah dilaksanakan yang terkait dengan sektor logistik, wakil dari ASEAN Secretariat dan Chaiman LTSSWG telah melakukan pertemuan dan sepakat bahwa dimungkinkan akan adanya kolaborasi antara TFWG dan LTSSWG.

Business Services Sectoral Working Group (BSSWG)

Pertemuan membahas perlunya AMS bekerja sama dalam sektor jasa profesional untuk mengantisipasi datangnya para profesional dari negara non-ASEAN. Indonesia menyampaikan agar AMS dapat mengubah paradigma dari melihat kehadiran profesional non-ASEAN bukan sebagai “ancaman” tetapi sebagai ”tantangan” untuk dapat meningkatkan kualitas agar dapat bersaing dengan para profesional dari negara non-ASEAN

Dalam pertemuan ini dilaporkan juga hasil dari pertemuan masing-masing working group terutama terkait MRA pada profesi akuntan. AMS sepakat untuk dalam penyusunannya tidak lagi mengarah kepada pergerakan lintas batas akuntan untuk berpraktik independen tetapi kepada hanya dalam kapasitasnya sebagai pekerja, dosen, atau konsultan. Indonesia menanggapi bahwa perizinan praktek bukanlah masalah terbesar yang menyebabkan tersendatnya MRA akuntansi tapi perlunya penilaian atas konsekuensi berlakunya MRA terhadap semua elemen profesi akuntan bukan hanya akuntan berpraktik. Indonesia juga meminta forum membahas masalah penerapan MRA bagi permanent resident (PR) dengan merujuk kepada fakta bahwa beberapa negara tidak mengenal status permanent residency.

MRA on Engineering

Sekretariat ACPE menginformasikan bahwa sertifikat ACPE untuk 47 Engineer yang disetujui pada ACPECC ke-16 akan diserahkan kepada Vietnam pada pertemuan berikutnya (ACPECC ke-18). Sehingga jumlah total ACPEs pada ACPER adalah 511, terdiri dari 99 dari Indonesia, 155 dari Malaysia, 187 dari Singapura, dan 70 dari Vietnam.

Pertemuan meminta Indonesia sebagai permanen sekretariat untuk menyertakan alamat email Sekretariat ACPECC sebagai focal point ke dalam website ACPECC untuk kemudahan komunikasi.

Untuk meningkatkan transparansi dan memberikan informasi yang berguna untuk umum, maka pertemuan sepakat untuk meminta Sekretariat ACPECC untuk melakukan uploading aturan dan regulasi AMS ke dalam website ACPECC.

Page 66: 7. Juli 2012.pdf

64 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

MRA on Architectural Services

Terkait dengan pembahasan notifikasi keikutsertaan dalam MRA on Architectural Services, tidak terdapat submisi baru selain dari 8 (delapan) negara yang sudah berpartisipasi yaitu: Kamboja, Indonesia, LaoS, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Hanya Brunei Darussalam yang menginformasikan bahwa notifikasi keikutsertaan mereka sedang menunggu proses persetujuan dari otoritas yang lebih tinggi.

Pertemuan juga membahas tentang pengusulan untuk kesekretariatan AAC berikutnya. Indonesia setuju untuk menjadi host namun akan melakukan konsultasi internal dahulu dan akan menginformasikan hasilnya pada pertemuan berikutnya.

MRA on Accountancy

Pertemuan membahas draft MRA tentang ASEAN-wide qualifications yang diserahkan Malaysia serta menjelaskan usulannya. Malaysia menyampaikan bahwa pihaknya menarik secara resmi draft tersebut dan tidak akan dibahas lebih lanjut. Malaysia menjelaskan bahwa penarikan tersebut dilakukan setelah berkonsultasi dengan pemerintah Malaysia sebagai otoritas pemberi izin jasa akuntan berpraktik.

Menindaklanjuti keputusan Malaysia, Indonesia menyampaikan agar:

1) AMS membahas dilakukannya MRA secara bilateral seperti diizinkan dalam MRA Framework maupun dalam roadmap pelaksanaan MRA yang disepakati pertemuan sebelumnya di Singapura;

2) AMS tidak membahas MRA yang sifatnya multilateral, tetapi hal-hal umum sebagai panduan pelaksanaan MRA bilateral seperti misalnya prosedur/mekanisme negosiasi MRA.

Pertemuan sepakat untuk menyusun MRA multilateral ASEAN yang tidak mencakup pengakuan kesetaraan untuk akuntan yang berpraktik secara independen. Sebagai permulaan, Singapura menyerahkan draf awal MRA yang merupakan modifikasi MRA Engineering untuk dibahas pada pertemuan berikut. Tiap negara anggota diminta melakukan konsultasi domestik dan memberikan input serta komentar sebelum pertemuan berikutnya.

MRA on Land Surveying

Perwakilan ASEAN Federation of Land Surveying and Geomatics (AFLAG) menyampaikan kepada pertemuan draft Roadmap for Implementation untuk Mutual Recognition of Surveying Qualification. Rapat meminta seluruh AMS untuk

Page 67: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

65

me-review draft tersebut dan memberikan komentar ke Sekretariat ASEAN sebelum pertemuan berikutnya.

Pertemuan mengingat kembali tiga langkah pendekatan yang disepakati pada pertemuan terakhir untuk rencana pengembangan dan implementasi.

Mengingat kemajuan proses, dengan usulan Singapura, Thailand, dan Vietnam sebagai Coordinator of Country Grouping, agar AMS dapat bekerja secara intersessionally untuk mempersiapkan tiga pararel grup diskusi pada pertemuan berikutnya.

Services Elements in ASEAN Free Trade Area Negotiations

ASEAN India

Pertemuan ASEAN India Trade Negotiations Committee Meeting Working Group on Services (AITNC-WGS) telah berlangsung pada tanggal 23-24 Mei 2012 di Kuala Lumpur, Malaysia, back to back dengan pertemuan AITNC ke-30.

Terkait dengan offers, India menyampaikan agar AMS dapat memberikan offers dengan tingkat yang sama di AANZFTA Agreement, termasuk untuk Mode 4.

ASEAN dan India belum sepakat mengenai Artikel Recognitions dan Artikel Safeguards, kemudian mengenai common definition on Natural Persons dan Annex on Financial Services.

ASEAN Australia New Zealand FTA (AANZ-FTA)

Pertemuan AANZFTA Committee on Services (COS) telah berlangsung pada tanggal 9-10 Mei 2012 di Brunei Darussalam, back to back dengan pertemuan AANZFTA Joint Committee ke-4.

COS membahas isu-isu penting antara lain MFN treatment, emergency safeguard measures, serta rounds of negotiations. Mengenai isu review of the commitments, COS sepakat untuk menyusun studi kasus dampak positif dari adanya further liberalizationcommitments.

Financial Services

Pertemuan 33rd Working Committee on ASEAN Financial Services Liberalisation (WCFSL), telah berlangsung pada tanggal 20-21 Juni 2012 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Delapan AMS telah menyelesaikan ratifikasi Protocol to Implement the 5th AFAS Package Financial Services, dan hanya Vietnam dan Myanmar yang telah menyampaikan surat asli dari ratifikasi dimaksud. Selanjutnya saat ini AMS sedang melakukan persiapan dalam rangka perundingan Paket ke-6 Financial Services.

Page 68: 7. Juli 2012.pdf

66 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Air Transport Services

Pertemuan 1st Meeting of the 7th Round of ASEAN Air Transport Sectoral Negotiations (ATSN) akan berlangsung pada tanggal 27-30 Agustus 2012 bersamaan dengan pertemuan 26th Air Transport Working Group (ATWG) Meeting .

3. Pertemuan the First ASEAN Preparatory Meeting of Regional Comprehensive Economic Partnership Working Group on Services

Pertemuan The First ASEAN Preparatory Meeting of the Regional Comprehensive Economic Partnership Working Group on Services (RWGS) berlangsung pada tanggal 20-21 Juli 2012 di Bangkok, Thailand. Pertemuan dipimpin oleh Senior Director, Ministry of International Trade and Industry Malaysia selaku Chair dari RWGS, yang dihadiri oleh perwakilan dari seluruh anggota ASEAN serta wakil dari Sekretariat ASEAN.

Pertemuan diawali dengan presentasi Sekretariat ASEAN mengenai RCEP secara umum dengan menegaskan kembali bahwa RCEP merupakan spirit ASEAN dalam membangun Regional Economic Integration di kawasan Asia.

Pertemuan juga membahas draft guiding principle of the RCEP negotiations yang merupakan hasil diskusi SEOM 3/43 dan telah disampaikan pada ASEAN FTA Partners (AFPs).

Pertemuan preparatory ini merupakan forum untuk saling bertukar pandangan dan menyamakan persepsi di antara ASEAN Member States (AMS) untuk menetapkan posisi ASEAN di bidang Jasa sebelum bertemu dengan AFPs. Selanjutnya kesepakatan yang dicapai akan digunakan dalam perundingan dengan AFPs. Agenda utama dalam pertemuan ini antara lain: (i) Terms of Reference (TOR) of the RWGS; (ii) Workplan of the RWGS; dan (iii) RCEP Services Template.

Terkait dengan persiapan RCEP Services Negotiations, pertemuan mencatat beberapa hal: (i) keputusan ASEAN Leaders untuk melibatkan AFPs dan mitra eksternal lainnya untuk membentuk RCEP berdasarkan General Principles for RCEP yang direfleksikan pada dokumen AF-RCEP yang di-endorsed oleh ASEAN Leaders pada KTT ASEAN ke-19 di bulan November 2012; (ii) RCEP Workplan 2011-2013 yang diadopsi oleh AEC Council pada bulan Oktober 2011; (iii) khusus pembahasan services template, pertemuan sepakat untuk merujuk pada preliminary discussion pada ASEAN Services Weekyang dilaksanakan pada bulan Januari 2012 dan paper ASEAN Sekretariat mengenai enhancement of the AFAS yang

Page 69: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

67

dibahas dan disepakati pada Pertemuan CCS ke-70, terutama mengenai objective, general principle dan possible elements for enhanced the AFAS.

Pertemuan mencatat kesepakatan SEOM 3/43 terkait perlunya outcome document sebagai Guiding Principles dan objektif RCEP Negotiatiations on services. Selanjutnya, dokumen tersebut akan di-table pada pertemuan the 2nd

SEOM+FTA Partners Consultations sebagai posisi ASEAN untuk mendapatkan masukan/pertimbangan dari AFPs.

Pada kesempatan tersebut, Indonesia menyampaikan pandangannya terkait dengan proses pencapaian target komitmen RCEP yang melebihi komitmen pada ASEAN+1 FTAs yang sudah ada, terutama terkait dengan concern belum terselesaikannya negosiasi bidang Jasa AJCEP dan AIFTA. Pertemuan sepakat untuk meminta arahan SEOM dan tetap meneruskan proses pembahasan RCEP-WGS sesuai workplan yang telah disepakati.

Pertemuan juga mencatat kesepakatan SEOM 3/43 yang mengharapkan adanya rekomendasi acceptable benchmark and approach untuk services template yang dihasilkan oleh Preparatory meeting for RCEP-WGS ini.

Pertemuan membahas TOR yang telah disiapkan oleh ASEAN Sekretariat dan menyepakati TORRCEP-WGS tersebut setelah dilakukannya penyederhanaan.

Pertemuan membahas dan sepakat atas Work Program of the RCEP-WGS. Berdasarkan work plan yang disepakati dijadwalkan progress working group on Services akan dilaporkan pada pertemuan The Special SEOM FTA Partners Consultations tanggal 11-12 Agustus 2012 di Bogor. Selanjutnya pada 44th AEM tanggal 25-31 Agustus 2012, akan di-endorse services template, TOR for the ASEAN plus RCEP WGS, dan work program for the RCEP-WGS.

Pertemuan sepakat untuk mengidentifikasi berbagai isu yang dihadapi oleh AMS terkait mandat untuk melakukan negosiasi RCEP Jasa pada bulan April 2013 untuk menjadi pertimbangan SEOM yaitu: (i) stock-take of the ASEAN and AFPs services agreement yang akan dilakukan oleh Sekretariat ASEAN yang terdiri dari ruang lingkup komitmen AFAS dan perbandingan perjanjian jasa yang dilakukan oleh AMS dan AFPs; (ii) On going developments on services negotiations; (iii) Modality for services negotiations; (iv) Services agreement text; dan (v) timeline.

Page 70: 7. Juli 2012.pdf

68 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Dengan merujuk pada hasil services week dan pertemuan CCS ke -70 mengenai possible elements dalam enhancement of the AFAS, pertemuan membahas dan menyepakati draft services template.

Terkait Objective, pertemuan sepakat untuk menambahkan kalimat “consistent with Guiding Principles and objectives for negotiating The RCEP as decided at SEOM 3/43 Meeting, which includes having significant improvement over existing ASEAN+1 FTA commitments”. Hal ini ditujukan untuk lebih menegaskan adanya konsistensi pengimplementasian AF-RCEP dengan guiding principles dan objectives yang disepakati pada SEOM 3/43.

Possible Elements of Agreement

Terkait possible elements pada RCEP services agreement, Pertemuan sepakat untuk memasukan possible elements of agreement pada paper enhancement of the AFAS, sebagaimana sebelumnya telah dibahas pada Pertemuan CCS ke-70 dengan beberapa concern yang disampaikan oleh Indonesia yaitu:

1) Article Scope: pertemuan sepakat untuk menerima usulan Indonesia untuk menambahkan kata “Definition” pada article ini.

2) Article Local Presence: Indonesia menyampaikan kesulitannya terkait dengan penghapusan semua limitasi di mode 1, disampaikan pula bahwa saat ini Indonesia telah memiliki komitmen penuh terutama pada mode 1 dan 2 di ASEAN, namun memang masih ada peraturan domestik yang mensyaratkan adanya “local presence/local requirements”. Pertemuan sepakat menerima usulan Indonesia untuk mem-bracket “Local Presence”.

3) Article Progressive Liberalisation: Pertemuan sepakat atas usulan Indonesia untuk mengganti kata Progressive Liberalisation dengan Further Liberalisation.

4) Article Sectoral Annexes: Pertemuan sepakat untuk menerima usulan Indonesia untuk mengganti “Sectoral Annexes” menjadi “Annexes Chapter” dengan pertimbangan bahwa Annex yang akan diatur kemudian bisa saja tidak bersifat sectoral namun bisa bersifat cross cutting sectoral seperti Annex on MNP.

Terkait dengan commitment yang akan digunakan sebagai basis negosiasi, pertemuan sepakat untuk tidak mencantumkan secara rinci agar memberikan fleksibilitas dalam negosiasi. Pada kesempatan ini Indonesia

Page 71: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

69

menyampaikan agar komitmen yang diberikan kepada AFPs adalah lebih rendah dari AFAS 8 mengingat Indonesia saat ini sedang melakukan perubahan peraturan dalam negeri untuk mengakomodasi preferensi yang hanya diberikan kepada ASEAN. Indonesia juga menegaskan kembali posisi pendekatan negosiasi adalah menggunakan positive list approach.

Pertemuan juga sepakat untuk men-takeout language AANZFTA sebagai basis negosiasi dalam services template tersebut.

Selanjutnya, Pertemuan meminta ASEAN Sekretariat untuk lebih jauh melakukan stock-taking assesment tersebut, sebagaimana terdapat pada issues on the RCEP negotiations.

F. Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional

Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Provinsi Sulawesi Tenggara

Kegiatan Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional diselenggarakan oleh Ditjen KPI bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Universitas Haluoleo, pada tanggal 4 Juli 2011 di Kendari.

Acara Sosialisasi dihadiri oleh sekitar 100 orang peserta yang terdiri dari instansi terkait, pelaku usaha, asosiasi, dan akademisi yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Gambar 8. Pembicara dalam Sosialisasi di Provinsi Sulawesi Tenggara

Page 72: 7. Juli 2012.pdf

70 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional mengambil empat topik, yaitu: (i) Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia; (ii) Perkembangan Kerja Sama ASEAN dan ASEAN dengan Mitra Dialog; (iii) Perkembangan Perundingan Perdagangan Internasional Bidang Jasa; serta (iv) Perdagangan Internasional Ditinjau Dari Perspektif Perekonomian Indonesia.

Page 73: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

71

BAB II PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT

A. Kendala dan Permasalahan

Sidang Reguler Negotiating Group on Trade Facilitation

Terkait Special and Differential Treatment, Indonesia diharapkan dapat mengidentifikasi tingkat kesiapan para instansi serta pelaku usaha domestik yang mempergunakan instrumen fasilitasi perdagangan, serta jika diperlukan grace period, jenis, dan mekanisme technical assistance dan/atau capacity building. Perlu diadakan konsolidasi dengan para Negara ASEAN terkait hal ini untuk dapat memperkuat posisi runding.

The 3rd Senior Economic Official Meetings (SEOM 3/43)

SEOM meminta ASEAN Member States mempelajari hasil (sementara) studi tentang implikasi masuknya Hong Kong ke ASEAN-China FTA (ACFTA) yang dilakukan oleh konsultan independen yang ditunjuk oleh Sekretariat ASEAN.

SEOM mencatat tantangan dan hambatan utama ASEAN dalam menangani isu ini antara lain: (i) tidak ada transparansi dan lemahnya mekanisme notifikasi Non Tariff Measures (NTMs), dan (ii) kurangnya instrumen yang efektif dalam melakukan evaluasi NTMs.

Pertemuan Bilateral RI-Meksiko

Perlunya renewing Trade Agreement antara Indonesia-Meksiko untuk meningkatkan promosi perdagangan, walaupun disadari bahwa situasi di dalam negeri Meksiko belum memungkinkan untuk dilakukan penandatanganan sampai bulan Desember 2012.

Pertemuan ke-4 Expert Working Group for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation (EWG) Indonesia - RRT

Indonesia mengungkapkan keinginannya untuk bekerja sama dengan RRT mengenai joint outreach program yang dimandatkan dalam Agreed Minutes untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada publik mengenai keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) secara komprehensif dan objektif. Kedua pihak mendiskusikan draft Term of Reference untuk joint outreach program yang telah disampaikan Indonesia kepada RRT dan kedua pihak setuju untuk melakukan beberapa kegiatan yang mungkin dapat dilakukan dalam tahun ini.

Page 74: 7. Juli 2012.pdf

72 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

The 70th Meeting of the ASEAN Coordinating Committee on Services

ASEAN MNP Agreement merupakan isu utama yang dibahas, dan CCS telah berhasil menyelesaikan draft textASEAN MNP Agreement sebelum pertemuan ASEAN Economic Ministers (AEM) ke-44 pada bulan Agustus 2012.

B. Tindak Lanjut Penyelesaian

Sidang Reguler Negotiating Group on Trade Facilitation

Perlu disampaikan kepada lembaga/instansi Pemerintah Republik Indonesia yang akan melaksanakan ketentuan yang diatur dalam fasilitasi perdagangan mengenai adanya usulan untuk melaksanakan Needs Assessment dalam rangka menentukan komitmen kategori dalam Section II: Special and Differential Treatment for Developing Country and Least Developed Country.

Melihat dari perkembangan perundingan yang ada, maka Indonesia disarankan dapat mengikuti dan memantau perkembangan perundingan dengan lebih intensif lagi dan dapat mengirimkan delegasi dari Pusat, baik untuk informal meeting maupun pertemuan reguler Negotiating Group on Trade Facilitation.

The 3rd Senior Economic Official Meetings (SEOM 3/43)

Kementerian Perdagangan bersama dengan seluruh sektor terkait perlu membahas isu Non Tariff Measures (NTMs) dan merumuskan definisi Non Tariff Measures dan Non-Tariff Barriers dengan mempertimbangkan aturan WTO dan karakteristik NTMs Indonesia.

Kementerian Perdagangan bersama dengan sektor terkait perlu mengkaji lebih lanjut hasil studi dan rekomendasi dari Konsultan Independen terkait dengan manfaat dan implikasi aksesi Hongkong ke ACFTA, khususnya tentang manfaatnya bagi Indonesia.

Pertemuan Bilateral RI-Meksiko

Kemendag, akan segera menindaklanjuti amandemen Trade Agreement Indonesia-Meksiko bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri, pada kesempatan pertama agar Agreement tersebut dapat ditandatangani pada Sidang APEC 2012 di Rusia bulan September 2012.

Pertemuan ke-4 EWG Indonesia - RRT

Ditjen KPI diharapkan dapat membuat program kegiatan yang dapat dikerjasamakan dengan pihak RRT terkait joint outreach program dan mendiskusikannya dengan pihak RRT.

Page 75: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

73

The 70th Meeting of the ASEAN Coordinating Committee on Services

AMS diminta untuk melakukan persiapan persetujuan domestik, dalam rangka penandatanganan MNP Agreement yang direncanakan di sela-sela pertemuan ASEAN Summit pada bulan November 2012. Kementerian Perdagangan akan berkoordinasi dengan kementerian/instansi terkait untuk mempersiapkan hal ini.

Terkait dengan batas waktu penyampaian initial offers Schedule of Commitments (SoC) MNP Agreement pada bulan September 2012, Ditjen KPI akan melakukan koordinasi dengan kementerian/instansi terkait.

Page 76: 7. Juli 2012.pdf

74 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Page 77: 7. Juli 2012.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

75

BAB III PENUTUP

Kesimpulan umum Selama bulan Juli 2012, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional telah berpartisipasi dalam berbagai perundingan baik di forum multilateral, regional, dan bilateral. Dari perundingan tersebut diperoleh beberapa hasil kesepakatan, yaitu: Memorandum of Understanding, Summary of Decisions, Agreed Conclusion, Joint Conclusion, Record of Discussion, dan Report of Meeting,. Sementara itu sebagian perundingan lainnya sedang dalam proses pembahasan.

Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional menyadari adanya kendala-kendala dalam mencapai kesepakatan kerja sama perdagangan internasional dalam berbagai perundingan internasional baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal-hal yang belum optimal dilaksanakan pada bulan ini menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan. Sedangkan hal-hal yang harus ditindaklanjuti menjadi catatan untuk pelaksanaan kinerja pada bulan berikutnya oleh unit terkait.