BAB IV
55PAGE 65
BAB IVSTRUKTUR GEOLOGI4.1 Struktur Geologi Regional
Menurut Sukamto (1982), secara regional daerah pegunungan
Lompobattang dan sekitarnya berupa struktur lipatan dan struktur
sesar, dimana struktur lipatannya mempunyai jurus dan kemiringan
tertentu. Perlipatannya dicirikan oleh kemiringan batuan, baik
batuan Tersier maupun Kuarter (Plistosen), oleh sebab itu umur
perlipatan ini ditafsirkan setelah Plistosen.Struktur sesar
mempunyai arah kemiringan sesar yang bervariasi, seperti pada
daerah gunungapi Lompobattang ditemukan sesar dengan arah Utara
Selatan, Timur Barat, Baratdaya Timurlaut, dan Baratlaut Tenggara,
dimana jenis sesar ini sangat sulit ditentukan. Terjadinya
perlipatan dan pensesaran berhubungan dengan proses tektonik di
daerah setempat, dimana akhir dari kegiatan gunungapi Miosen
diikuti oleh aktivitas tektonik yang menyebabkan terban Walanae.
Peristiwa ini mengakibatkan terbentuknya sesar yang kemungkinan
berlangsung sejak awal Miosen Tengah sampai kala Pliosen yang
disertai dengan proses sedimentasi. Hal ini juga diikuti oleh
kegiatan gunungapi pada daerah bagian barat. Peristiwa ini
berlangsung selama Miosen Tengah sampai Pliosen.
Pada kala Miosen Tengah sampai Pliosen tersebut dimungkinkan
juga terjadinya perlipatan gunungapi kontinen yang disertai dengan
kegiatan magma yang masih berlangsung hingga kala Plistosen.
Berhentinya kegiatan magma pada kala Plistosen Atas oleh kegiatan
tektonik menyebabkan terjadinya sesar di daerah ini.4.2 Struktur
Geologi Daerah Penelitian
Pembahasan mengenai struktur geologi daerah penelitian dapat
memberikan gambaran tentang keberadaan pola struktur geologi, dan
mekanisme gaya yang menyebabkan terjadinya struktur pada suatu
daerah. Penentuan struktur geologi tersebut didasarkan pada
data-data yang diperoleh, baik yang bersifat primer maupun
sekunder, dan interpretasi pada peta topografi daerah
penelitian.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa data yang diperoleh
selama tahapan penelitian di lapangan, dijumpai adanya ciri-ciri
struktur geologi seperti breksi sesar, kekar pada batuan, gawir
sesar, air terjun, dan mata air. Berdasarkan hal tersebut maka
struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian berupa: 1.
Struktur kekar, dan 2. Struktur sesar
4.2.1 Struktur KekarKekar atau joint merupakan struktur rekahan
yang terbentuk pada batuan dengan tidak atau sedikit sekali
mengalami pergeseran (Billing, 1968). Pencataan data kekar tersebut
meliputi pengukuran kedudukan kekar yang dilakukan secara acak dan
pengamatan kekar secara umum serta pengambilan data visual dalam
bentuk foto. Kemudian data tersebut dianalisis dengan metode
statistik yaitu diagram kipas untuk mengetahui arah umum gaya
tegasan utama dan untuk menentukan jenis kekar yang terdapat pada
daerah penelitian.
Klasifikasi kekar berdasarkan bentuknya terdiri atas kekar
sistematik dan kekar non sistematik (McClay, 1987). Kekar
sistematik yaitu kekar yang umumnya dijumpai dalam bentuk
berpasangan. Tiap pasangannya ditandai oleh arah sejajar atau
hampir sejajar jika dilihat dari kenampakan di atas permukaan.
Sedangkan kekar non sistematik yaitu kekar yang tidak teratur
susunannya, biasanya tidak memotong kekar yang lainnya dan
permukaannya tidak rata.
Kekar yang dijumpai pada daerah penelitian terdapat pada batuan
beku basal. Dilihat dari bentuknya, kekar pada daerah penelitian
termasuk dalam kekar tidak sistematik, dengan bukaan kekar 0,1 0,8
mm. Spasi atau jarak antara kekar berkisar antara 3 10 cm (Gambar
4.1). Berdasarkan genetiknya, kekar dibagi menjadi tension fracture
(kekar tarik) dan shear fracture (kekar gerus) (Billing, 1968).
Kekar tarik mempunyai ciri-ciri, bidang kekar tidak rata, bidang
rekahnya relatif lebih besar dan karena terbuka, maka dapat terisi
mineral yang kemudian disebut vein. Sedangkan kekar gerus mempunyai
ciri bukaan kekar lebih kecil dan bidang kekar licin. Berdasarkan
ciri-ciri tersebut dan kenampakan kekar di lapangan, maka kekar
yang dijumpai dilapangan termasuk kekar tarik (tension fracture)
dimana bidang kekar tidak rata, bidang rekahnya relatif lebih
besar.
Dalam penentuan arah tegasan yang bekerja dan mengontrol
pembentukan struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian
digunakan analisa kekar dengan menggunakan metode statistik yaitu
diagram kipas.Dalam menggunakan metode ini, dilakukan pengukuran
kekar pada batuan beku basal (stasiun 43). Dari hasil pengukuran
tersebut dilakukan sebanyak 50 kali kemudian dilakukan analisa
dengan menggunakan diagram kipas untuk menentukan arah yang
bekerja.
Berdasarkan diagram kipas hasil pengukuran kekar pada stasiun 43
diperoleh arah umum kekar relatif Baratlaut Tenggara yang dibentuk
oleh tegasan utama maksimum (1) pada arah N 65o W atau N 295o E
tegasan utama minimum (3) pada arah N 250 E.
No.(NoE/o)No.(NoE/o)No.(NoE/o)
1155/6521140/804150/68
2130/7022165/6342115/73
3115/6023150/6543145/74
4150/7524115/7044143/69
5255/7325125/6145117/70
6180/7726175/754675/73
7120/7827190/734755/63
8205/7228165/8548210/66
9135/7129200/6249110/65
10115/803095/6650105/71
11205/7031205/70
1265/6032160/79
13135/6433145/67
14200/653455/66
15120/7135130/67
16205/7936145/71
17190/663795/66
18345/6538225/67
19195/6739195/66
20150/7040280/69
Tabel 4.2 Tabel akumulasi frekuensi kekar pada batuan beku basal
(Stasiun 43).
Interval
NoEFrekuensiInterval
NoWFrekuensi
TurusJumlahTurusJumlah
00 - 10II200 10II2
11 20III311 20III3
21 30IIIII521 30II2
31 40I131 40IIIIIII7
41 50II241 50III3
51 60II251 60III3
61 70I161 70IIIIIII7
71 80II271 80II2
81 - 90--81 - 90III3
Dari hasil analisa tersebut, dapat diketahui arah tegasan utama
maksimum yang bekerja relatif Baratlaut Tenggara (Gambar 4.2).
4.2.2 Struktur Sesar
Struktur sesar atau patahan (fault) merupakan suatu rekahan
disepanjang batuan yang telah mengalami pergeseran sehingga terjadi
perpindahan antara bagian yang berhadapan dengan arah yang sejajar
dengan bidang patahan (Billing, 1968). Billings, 1968 juga
mengklasifikasikan sesar tersebut berdasarkan pergerakan relatif
(relative movement) dan jenis gaya yang menyebabkannya. Berdasarkan
hal tersebut, struktur sesar terbagi atas 3 (tiga), yaitu:
1. Sesar naik (Reverse fault), adalah sesar yang hanging
wall-nya relatif bergerak naik, diakibatkan oleh gaya tekan
(kompresi).
2. Sesar geser (Wrench fault), adalah sesar dimana kedua blok
yang patah tersebut saling bergeser secara mendatar. Sesar ini
diakibatkan oleh gaya kopel atau kompresi. Sesar ini dibagi dua
yaitu sesar geser menganan (dekstral) dan sesar geser mengiri
(sinistral).3. Sesar normal (Normal fault), adalah sesar yang
hanging wall-nya relatif bergerak turun, diakibatkan oleh gaya
tarikan (tention).
Sesar tidak dapat diamati secara langsung di lapangan, keberdaan
sesar ini diketahui berdasarkan pengamatan beberapa jejak/trace di
lapangan yang mendukung keberadaan sesar tersebut.Mengidentifikasi
struktur pada daerah penelitian yaitu dengan mengenali ciri-ciri
primer yang dijumpai di lapangan ataupun ciri sekunder yang akan
mendukung keberadaan sesar tersebut. Selain itu identifikasi
struktur juga harus tetap mengacu terhadap setting tektonik
regional yang mempengaruhi daerah penelitian.
Berdasarkan hasil analisa terhadap data lapangan berupa data
primer ataupun data sekunder serta korelasi terhadap tektonik
regional maka sesar yang bekerja pada daerah penelitian berupa
sesar turun. Untuk mempermudah pembahasan maka sesar ini diberi
nama belakang berdasarkan nama geografis daerah yang dilalui sesar
tersebut.4.2.2.1 Sesar Geser BontotangngaSesar Geser Bontotangnga
pada daerah penelitian berarah Baratlaut Tenggara, melewati daerah
Bate-bate. Adapun ciri-ciri yang dijumpai di lapangan yang
mengidentifikasikan keberadaan struktur sesar normal ini adalah :
Adanya breksi sesar yang merupakan penciri primer adanya sesar pada
suatu daerah pada stasiun 42 (Gambar 4.3)
Mataair yang merupakan penciri sekunder struktur geologi yang
dijumpai pada stasiun 28 (Gambar 4.4)
Data kekar yang memberikan informasi arah tegasan utama maksimum
yang bekerja pada daerah penelitian relatif berarah Baratlaut
Tenggara dan relatif searah dengan arah zona sesar
geser.Pembentukan struktur geologi berupa sesar geser Bontotangnga
terjadi akibat adanya gaya tekanan/kompresi pada batuan di daerah
penelitian dengan arah tegasan utama (1) yang relatif berarah
Baratlaut Tenggara.Penentuan umur dari pembentukan Sesar geser
Bontotangnga pada daerah penelitian ini yaitu berdasarkan umur
batuan termuda yang dilewati yaitu basal yang berumur Plistosen
sehingga dapat ditafsirkan sesar ini berumur post Plistosen.
4.2.4 Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi
Berdasarkan data dan pola struktur geologi di daerah penelitian,
menunjukkan bahwa mekanisme pembentukan struktur geologi daerah
penelitian yang terjadi tidak terlepas dari pola pembentukan
struktur oleh Reidel dalam Mc Clay, 1987 (Gambar 4.2).Penentuan
arah tegasan utama pada daerah penelitian yaitu didasarkan analisa
data kekar dengan menggunakan diagram kipas, diperoleh bahwa arah
tegasan utama maksimum (1) yang menyebabkan kompresi pada daerah
penelitian berarah relatif Baratlaut Tenggara.
Berdasarkan analisa terhadap struktur, kekar dan analisa
terhadap sesar pada daerah penelitian, maka gaya kompresi yang
bekerja pada tubuh batuan menghasilkan arah tegasan utama (1) yang
berarah relatif Baratlaut Tenggara. Mekanisme struktur daerah
penelitian berdasarkan pola Strain Elipsoide, menurut Reidel dalam
McClay, 1987, adalah:
Akibat adanya gaya tektonik yang menghasilkan gaya kompresi
dengan arah tegasan utama berarah Baratlaut Tenggara, mengakibatkan
batuan tersebut mengalami fase deformasi plastis yaitu dengan
terbentuknya kekar non sistematic. Gaya kompresi terus berlanjut
sehingga menghasilkan gaya tarik (gaya tension) yang relatif tegak
lurus arah tegasan maksimum (1) dan membentuk kekar tarik
(extention joints). Apabila tekanan pada batuan terus ditingkatkan
maka rekahan batuan yang terbentuk akan mengalami
pergeseran/patah.
Berdasarkan Teori Reidel dalam McClay, 1987, dimana sumbu
tegasan utama relatif berarah Baratlaut Tenggara dan bidang sesar
yang relatif berarah utara, sehingga terbentuk Sesar Geser
Bontotangnga pada daerah penelitian. Sesar Geser Bontotangnga ini
diperkirakan terbentuk setelah pembentukan umur satuan basal pada
daerah penelitian yaitu post Plistosen.
55
Gambar 4.1 Kenampakan kekar non sistematik pada basal. Difoto ke
arah N 210oE pada Stasiun 43.
Tabel 4.1 Hasil pengukuran kekar pada batuan beku basal (Stasiun
43).
Gambar 4.2 Diagram roset hasil pengukuran kekar pada stasiun
43
yang menunjukan arah tegasan maksimum (1) adalah
N 50o W dan arah tegasan minimum (3) adalah N 40o E
Gambar 4.3 Breksi sesar yang dijumpai pada daerah Lebong. Difoto
ke arah N210o E pada stasiun 42.
Gambar 4.5 Air terjun yang dijumpai di daerah Takapala. Difoto
ke arah N 350oE pada stasiun 5.
Gambar 4.4 Mataair yang dijumpai di sebelah Barat daerah
Bontotangnga. Difoto ke arah N 280oE pada stasiun 28.
Gambar 4.5 Mekanisme struktur geologi, berdasarkan model teori
Strain Elipsoide menurut Reidel dalam McClay,1987.
Gambar 4.6 Mekanisme pembentukan Sesar Geser Bontotangnga dengan
bidang sesar ke arah timur.
_1116763116.unknown
_1117021879.unknown
_1116763077.unknown