Top Banner
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia 2.1.1 Definisi Bronkopneumonia bisa disebut juga pneumonia lobularis merupakan suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh macam- macam tanda gejala seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus yang terjadi pada bronkopneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering terjadi infeksi sekunder terhadap beberapa keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh, terkadang bisa sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa (Bradley et.al., 2011). Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang terkadang melibatkan bronkus atau bronkiolus berupa distribusi berbentuk bercak (patchy distribution). Bronkopneumonia merupakan jenis penyakit peradangan akut pada paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan juga sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non- infeksi yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011).
37

7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

May 09, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Bronkopneumonia

2.1.1 Definisi

Bronkopneumonia bisa disebut juga pneumonia lobularis

merupakan suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang

biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya,

yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh macam-

macam tanda gejala seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

Kebanyakan kasus yang terjadi pada bronkopneumonia disebabkan oleh

mikroorganisme, ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu

dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering terjadi infeksi sekunder

terhadap beberapa keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh, terkadang

bisa sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan

orang dewasa (Bradley et.al., 2011).

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang

terkadang melibatkan bronkus atau bronkiolus berupa distribusi berbentuk

bercak (patchy distribution). Bronkopneumonia merupakan jenis penyakit

peradangan akut pada paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi

mikroorganisme dan juga sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-

infeksi yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan

pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011).

Page 2: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

8

2.1.2 Etiologi dan predisposisi

Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia

diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap

virulensi organisme patogen.Orang yang normal dan sehat mempunyai

mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas :

reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan siliayang

menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat

(Nurarif & Kusuma, 2015).

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri,

jamur, protozoa,mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain:

1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

2. Virus : Legionella pneumonia

3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam

paru-paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama

(Nurarif & Kusuma, 2015)

2.1.3 Klasifikas

Pembagian bronkopneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang

memuaskan, pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi.

Ada beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian

bronkopneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan

memberikan terapi yang lebih relevan.

Page 3: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

9

a. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris, Pneumonia

interstitiali, Bronkopneumonia

b. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari

masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia

yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)

c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab pneumonia bakteri, pneumonia

virus, pneumonia mikoplasma, pneumonia jamur.

d. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal,

pneumoniaatipikal.

e. Berdasarkan lama penyakit yaitu pneumonia akut dan

pneumoniapersisten.

(Bradley et.al, 2011)

2.1.4 Patofisiologi

Bakteri atau virus masuk ke dalam tubuh, akan menyebabkan

gangguan atau peradangan pada terminal jalan nafas dan alveoli. Proses

tersebut akan menyebabkan infiltrate yang biasanya mengenai pada

multiple lous, terjadi desktruksi sel dengan menanggalkan fungsi alveolar

dan jalan nafas. Pada kondisi akut maupun kronik seperti AIDS, cystic

fibrosis, aspirasi benda asing dan kongenital yang dapat meningkatkan

resiko bronkopneumonia (Ngastiyah, 2014).

Kuman penyebab bronkopneumonia masuk kedalam jaringan paru-

paru melalui saluran pernafasan atas ke bronchioles, kemudian kuman

masuk kedalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga

terjadi peradangan pada dinding bronchus atau bronkhiolus dan alveolus

Page 4: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

10

sekitarnya. Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paruyang

menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus (Nabiel, 2014).

Page 5: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

11

2.1.5 Pathway

Jamur, virus, babakteri, protozoa

Masukan kedalam saluran pernafasan

Kuman terbawa didalam saluran cerna

Kuman brlebihan didalam bronkus

Proses peradangan

Infeksi saluran pernafasan bawah

Edema antara kapiler dan alveoli

Infeksi saluran pencernaan

Peningkatan flora normal pada usus

Peningkatan peristaltik usus

Iritan PMN

Eritrosit pecah

Akumulasi mukus di bronkus

Mukus bronkus meningkat

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

malabsorbsi

Diare

Pergeseran dinding paru

Penurunan kompliance paru

Bau mulut tidak sedap

Resiko ketidakseimbang

an elektrolit Anoreksia

Suplai O2 menurun

Intake kurang

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Hiperventilasi Hipoksia

Dispnea Metabolisme anaerob

meningkat

Retraksi dinding dada/pernafasan

cuping

Akumulasi asam

Ketidakefektifan pola nafas

Fatiqu

Intoleransi aktifitas

Gambar 2.1 Pathway (Nurarif & Kusuma, 2015)

Page 6: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

12

2.1.6 Manifestasi klinis

Broncopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran

pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita

bronchopneumonia mengalami tanda dan geraja yang khas seperti

menggigil, demam, nyeri dada, pleuritis, batuk produktif, hidung

kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesoris dan bisa timbul

sianosis.Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar

ketika terjadi konsolidasi/pengisian rongga udara oleh eksudat (Nurarif

&Kusuma. 2015).

Pemeriksaan kardio faskuler akan didapatkan takikardi, sedangkan

pada pemeriksaan neurologis anak mengeluh nyeri kepala, kesulitan tidur,

gelisah, terdapat iritabilitas dan kemungkinan disertai kejang. Gejala lain

yang sering timbul yaitu terdapat penurunan nafsu makan yang nyeri

lambung, kelelahan, dan sianosis. Sedangkan tanda yang sering muncul

yaitu adanya peningkatan suhu tubuh yang mendadak (Ngastiyah, 2014).

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi adalah empyema, otitis media akut.

Mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti atelectalis, emfisema,

atau komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak akan terjadi jika

diberikan antibiotic secara tepat (Ngastiyah, 2014).

Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

a. Atelectalis, adalah pengembangan paru yang tidak sempurna

atau kolaps paru akibat kurangnya mobilisasi refleks batuk

hilang apabila penumpukan secret akibat berkurangnya daya

Page 7: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

13

kembang pau-paru terus terjadi dan penumpukan secret ini

menyebabkan obstruksi bronkus instrinsic.

b. Empisema, adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah

dalam rongga pleura terdapat di suatu tempat atau seluruh

rongga pleura.

c. Abses paru, adalah penumpukan pus (nanah) dalam paru yang

meradang.

d. Infeksi sitemik.

e. Endocarditis, adalah peradangan pada katup endokardial.

f. Meningitis, adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak

(Wijayaningsih, 2013)

2.1.8 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak penderita

bronkopneumonia adalah :

1. Menjaga kelancaran pernafasan.

2. Kebutuhan istirahat pasien.

Pasien sering hiperpireksia maka pasienperlu cukup istirahat,

semua kebutuhan pasien harus ditempat tidur.

3. Kebutuhan nutrisi dan cairan.

Pasien dengan penyakit bronkopneumonia hampir selalu

mengalami kekurangan makanan atau nutrisi. Suhu tubuh yang

tinggi selama beberapa hari dan kekurangan cairan dapat

menyebabkan dehidrasi, untuk mencegah dehidrasi dan

Page 8: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

14

kekurangan kalori di pasang infuse dengan cairan glikosa 5% dan

NaCl 0,9%.

4. Mengontrol suhu tubuh.

5. Pengobatan.

Pengobatan diberikan berdasatkan etiologi dan uji resisten. Tetapi

kareana hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya

maka biasanya diberikan penisilin ditambahkan dengan

cloramfenikol dan antibiotic yang mempunyai spectrum luas

seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai demam sembuh 4-

5 hari. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis

metabolic akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan

koreksi dengan hasil sesuai analisis gas darah arteri (Nurarif,

2016).

b. Pentalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan pengobatan :

1. Oksigen 2 lpm.

2. IVFD (Intra Vena Fluid Drip)

a. Jenis cairan adalah 2A-K CL (1-2 mek/kgBB/24 jam atau KCL

6 mek/500 ml). Kebutuhan cairan adalah :

Tabel 2.1 kebutuhan cairan

KgBB Kebutuhan (ml/kgBB/hari)

3-10

11-14

Lebih dari 15

105

85

65

Page 9: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

15

Apabila ada kenaikan suhu tubuh, maka setiap kenaikan

suhu 1 °C kebutuhan cairan di tambah 12%, tetesan dibagi rata

dalam 12 jam.

b. Pengobatan

1. Antibiotika

Prokain 50.000 U/kgBB/hari IM, dan Kloramfhenikol

75mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, IM/IV, atau Ampicilin 100

mg//kgBB/hari dibagi 4 dosis IV dan Gentamicin

mg/kgBB/hari, IM dalam 2 dosis per hari.

2. Kartikosteroid

Pemberian kortison asetat 15 mg/kgBB/hari secara IM,

diberika bila ekspirasi memanjang atau lender banyak

sekali. Di berikan dalam 3 kali pemberian (Nabiel., 2014).

2.1.9 Pemeriksaan penunjang

Sebagai penegak diagnosa keperawatan dapat digunakan cara pemeriksaan

yaitu : (NANDA, 2015)

1. Pemeriksaan laboratoriun

a. Pemeriksaan dara

b. Pemeriksaan seputum

c. Analisa gas darah

d. Kultur darah

e. Sempel darah, seputum, dan urine

2. Pemeriksaan radiologi

a. Rontgenogram thoraks

Page 10: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

16

b. Laringoskopi bronkoskop

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

2.2.1 Definisi ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan suatu keaadaan

dimana individu mengalami ancaman yang nyata atau potensial

berhubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif

(Carpenito & Moyet, 2013).Pengertian lain juga menyebutkan bahwa

bersihan jalan napas tidak efektif merupakan ketidakmampuan

membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan

jalan napas tetap paten (PPNI, 2016). Ketidakefektifan Pembersihan Jalan

Napas adalah obstruksi jalan napas secara anatomis atau psikologis pada

jalan napas mengganggu ventilasi normal (Taylor, Cynthia M. Ralph,

2010).

2.2.2 Penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), penyebab dari

bersihan jalan napas tidak efektif antara lain :

1. Spasme jalan napas

2. Hipersekresi jalan napas

3. Disfungsi neuromuscular

4. Benda asing dalam jalan napas

5. Adanya jalan napas buatan

6. Sekresi yang tertahan

7. Hyperplasia dinding jalan napas

8. Proses infeksi dan respon alergi

Page 11: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

17

Orang dengan keadaan yang normal atau sehat mempunyai

mekanisme pertahanan tubuh seperti refleks glotis dan batuk,adanya

lapisan mukus, silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ dan

sekresi humoral setempat. Peradangan tersebut dijabarkan (Padila, 2013)

sebagai berikut:

a. Bakteri

Bakteri gram positif seperti steptococcus pneumonia, S.

Aerous, dan steptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif

seperti klebsiella pneumonia, haemophilus influenza, dan P.

Aeruginosa.

b. Virus

Virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.

Dalam hal ini cytomegalovirus dikenal sebagai penyebab

utama pneumonia oleh virus (Wijayaningsih, 2013) juga

menambahkan jenis virus lain seperti: Respiratory Syntical

Virus, Virus Influenza, dan Virus Sitomegalik.

c. Jamur

Infeksi oleh jamur disebabkan oleh histoplasmosis yang

menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora

dan biasanya terdapat pada kotoran burung, tanah dan kompos

(Wijayaningsih, 2013) menyebutkan contohnya yaitu:

Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices

Dermatides, Aspergilus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma

Pneumonia, dan benda asing.

Page 12: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

18

d. Protozoa

Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumonia

(CPC). Biasanya menjangkit pasien dengan imunosupresi,

(Wijayaningsih, 2013) menyebutkan contohnya yaitu:

Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices

Dermatides, Aspergilus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma

Pneumonia, dan benda asing.

2.2.3 Manifestasi klinis ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), gejala dan tanda pada

masalah bersihan jalan napas tidak efektif antara lain :

a. Batuk tidak efektif

b. Tidak mampu batuk

c. Sputum berlebih

d. Mengi atau wheezing, dan/ ronki kering

e. Mekonium dijalan napas (neonates)

2.2.4 Komplikasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Menurut Bararah & Jauhar (2013), ada beberapa komplikasi yang dapat

terjadi pada bersihan jalan napas tidak efektif jika tidak ditangani

diantaranya yaitu :

a. Hipoksemia

Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen

dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi oksigen arteri (SaO2) di bawah

normal (normal PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%). Pada neonatus,

PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 < 88%. Pada dewasa, anak, dan bayi,

Page 13: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

19

PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini disebabkan oleh

gangguan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada pada

tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan

melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan,

meningkatkanstroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan

peningkatan nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di antaranya sesak

napas, frekuensi napas dapat mencapai 35 kali per menit, nadi cepat

dan dangkal serta sianosis.

b. Hipoksia

Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak

adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi

oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada

tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi

berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia yaitu.

1. Menurunnya hemoglobin

2. Berkurangnya konsentrasi oksigen

3. Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen

4. Menurunnya difusi oksigen dari alveoli kedalam darah seperti pada

pneumonia

5. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok

6. Kerusakan atau gangguan ventilasi

Tanda-tanda hipoksia di antaranya kelelahan, kecemasan,

menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan

Page 14: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

20

cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, serta jari tabuh (clubbing

finger).

c. Gagal napas

Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi

kebutuhan karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara

adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbondioksida dan

oksigen. Gagal napas ditandai oleh adanya peningkatan karbondioksida

dan penurunan oksigen dalam darah secara signifikan. Gagal napas

disebabkan oleh gangguan system saraf pusat yangmengontrol

pernapasan, kelemahan neuromuskular, keracunan obat, gangguan

metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.

d. Perubahan pola nafas

Frekuensi pernapasan normal pada anak berbeda pada masing - masing

usia. Frekuensi pernapasan normal pada anak dapat dilihat pada tabel

Tabel 2.2

Frekuensi Pernapasan Rata - Rata

Normal Anak Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi

Bayi baru lahir

Bayi (6 bulan)

Todler (2 tahun)

Anak – anak

35-40 x/menit

30-50 x/menit

25-32 x/menit

20-30 x/menit

(Sumber : Bararah & Jauhar, 2013)

Pada keadaan normal frekuensi pernapasan anak sesuai dengan

tabel diatas, dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari

Page 15: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

21

ekspirasi yang disebut eupneu. Perubahan pola napas adalah suatu

keadaan dimana frekuensi pernapasan tidak berada pada rentang

normal. Perubahan pola napas dapat berupa hal - hal sebagai berikut :

1. Dispneu, yaitu kesulitan bernapas

2. Apneu, yaitu tidak bernapas atau berhenti bernapas

3. Takipneu, pernapasan yang lebih cepat dari normal

4. Bradipneu, pernapasan lebih lambat dari normal

5. Kussmaul, pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi

sama, sehinggapernapasan menjadi lambat dan dalam.

6. Cheyney-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam

kemudian berangsur - angsur dangkal dan diikuti periode apneu

yang berulang secara teratur.

7. Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apneu

dengan periode yang tidak teratur.

2.2.5 Proses terjadinya

Obstuksi pada saluran nafas adalah suatu keadaan dimana terdapat

pernafasan yang tidak normal dikarenkan tidak mampunya untuk

melakukan batuk yang efektif, biasanya sering diakibatkan oleh mucus

yang mengental dan berlebihan disebabkan karena terjadinya infeksi,

imobilisasi serta statis sekresi yang kurang efektif. Jika terjadi secara terus

menerus bia menyebabkan sumbatan yang dapat menyebabkan udara akan

terperangkap pada bagian distal pada saluran pernafasan. Sehingga

timbullah suara abnormal pada fase ekspirasi yang panjang.

Page 16: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

22

2.2.6 Batasan karakteristik ketidakefektifan bersihan jalan nafas

a. Dispnea (nafas terengah-engah, pernafasan yang sukar/ berat)

b. Suara napas tambahan (crackle: terpatah-patah, ronki: suara ngorok,

dan mengi: bersiul)

c. Perubahan irama dan frekuensi pernapasan (bradipnea, takipnea,

hiperpnea, pernafasan cheyne stokes, dyspnea; frekuensi pernafasan

dalam batas normal yaitu 30-40 x/menit)

d. Sianosis (kebiruan pada kulit karena gangguan pernafasan disebabkan

jumlah hemoglobin deoksigenisasi yang berlebihan didalam pembuluh

darah kulit)

e. Kesulitan untuk berbicara

f. Penurunan suara napas (suara nafas melemah/ menghilang)

g. Sputum berlebihan (batuk dan meludah tidak efektif, batuk tertahan,

suara nafas tambahan)

h. Batuk tidak efektif atau tidak ada

i. Ortopnea (gangguan pernafasan yang membuat pasien harus

mengambil posisi tegak atau duduk agar pernafasannya normal

kembali)

j. Gelisah

k. Mata terbelalak (mata terbuka lebar sehingga mata terlihat besar)

(Widyatamma, 2010).

Page 17: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

23

2.2.7 Pemeriksaan diagnostik

1. Latihan nafas

Untuk mengetahui ketidakmampuan penderita untuk melakukan batuk

yang efektif sertajuga untuk tujuan membersihan trakea, laring, serta

pada bronkus dari secret atau kotoran yang terletak pada saluran

pernafasan.

2. Bronkografi

Untuk mengetahui keadaan fisual bronkus sampai pada cabang

bronkus.

3. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada bertujuan untuk membantu mengeluarkan secret pada

penderita dengan gangguan pada pernafasan dengan teknik postural

dreinase, clapping dan vibrasi.

4. Pemberian oksigen

Bertujuan agar kebutuhan oksigen tercukupi pada paru yang melalui

jalan nafas dengan cara menggunakan alat bantu oksigen (Ikawati,

2013).

I. Faktor yang berhubungan ketidakefektifan bersihan jalan nafas

a. Lingkungan: Merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.

b. Obstuksi Jalan Napas: Spasme jalan napas, retensi secret, mucus

berlebih,adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing di jalan

napas, secret dibronki, dan eksudat di alveoli.

Page 18: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

24

c. Fisiologis: Disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding bronchial,

PPOK(Penyakit Paru Obstuktif Kronis), infeksi, asma, jalan napas

alergik (trauma)

(Wilkinson, 2016).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar

dapat mengidentifikasi, mengenali masalah–masalah, kebutuhan kesehatan

dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan

(Dermawan, 2012).

1. Data umum

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, nomor

register, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pekerjaan, asuransi,

golongan darah, pendidikan, tanggal MRS, diagnosa medis (Wahid,

2013).

2. Keluhan utama

Klien dengan bronkopneumonia akan merasakan batuk produktif

disertai demam yang tinggi, anak biasanya sangat gelisah, dispnea,

pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung

(Ngastiyah, 2014).

Sedangkan keluhan utama yang harus ada menurut Tim Pokja

SDKI DPP PPNI (2016) untuk menentukan anak yang mengalami

masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif antara lain

Page 19: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

25

yaitu : Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi

atau wheezing, dan/ ronki kering, mekonium dijalan napas (neonates).

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang

Klien dengan bronkopneumonia akan diawali dengan keluahan

demam, batuk, adanya peningkatan frekuensi pernafasan, tidak

mau makan, muntah, atau diare, adanya menggigil, dispnea (Kyle,

2012).

b. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit bronkopneumonia apakah anak lahir

prematur (prematuritis), malnutrisi, pajanan pasif pada asap rokok,

status sosial ekonomi rendah, apakah bayi pernah menderita

penyakit jantung paru (Brady, 2012).

c. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada anggota yang lain yang pernah sakit atau sedang sakit

(batuk-batuk) yang sama seperti pasien?

4. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakakukan secara head to toe pada setiap anggota

keluarga baik yang sakit ataupun sehat :

a. Keadaan umum

Meliputi keadaan umum pasien, kesadaran, dan pemeriksaan

tanda-tanda vital yang menunjukkan adanya peningkatan tekanan

darah.

Page 20: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

26

b. Kepala, mata, mulut

1. Perhatikan bentuk dan kesimetrisan kepala

2. Palpasi tengkorak adanya nodus atau pembengkakan yang lain

3. Periksa kebersihan kulit kepala, ada tidaknya lesi, perubahan

warna, kehilangan rambut.

4. Bibir mengalami sianosis

5. Frekuensi pernafasan

Takipnea, dyspneaprogresif, pernafasan dangkal, penggunaan

otot bantu pernafasan, pelebaran nafas.

c. Kulit

1. Suhu kulit pada hipertermia kulit pada terbakar panas akan

tetapi setelah hipertermia teratasi kulit anak akan teraba dingin.

2. Turgor kulit menurun

3. Thorax dan paru

Ispeksi : Pernafasan dangkal

Palpasi : Adanya nyeri tekan, peningkatal vokal fremitus

pada daerah tertekan.

Perkusi : Pekak terjadi apabila terisi cairan pada paru,

normal timpani (terisi udara) resonansi

Auskultasi : Suara nafas yang meningkat intensitasnya, suara

bronchial pada daerah yang terkena, ada suara tambahan ronchi

inspiratoir pada sepertiga akhir inspirasi. (Riyadi dan

Sukarmin, 2009)

Page 21: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

27

2.3.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan fase kedua pada proses

keperawatan. Pada fase diagnose, dilakukan penginterpretasi data

pengkajian dan mengidentifikasi masalah kesehatan, risiko, dan kekuatan

pasien serta merumuskan pernyataan diagnosa (Kozier et al., 2010).

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan dengan mucus

yang berlebihan (Wilkinson, 2016). Secara teori diagnosa keperawatan

yang dapat diangkat pada anak dengan bronkopneumonia : (NANDA,

2015)

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus

yang berlebihan.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot

pernafasan.

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurang asupan makanan.

4. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan fatigue

2.3.3 Rencana asuhan keperawatan

Rencana keperawatan merupakan fase dari proses keperawatan yang

penuh pertimbangan dan sistematis serta mencakup pembuatan keputusan

untuk menyelesaikan masalah (Kozier et al., 2010).

2.3.4 Itervensi keperawatan

Intervensi adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau

stimulus fokal, kontektual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan

Page 22: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

28

kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas, supaya

stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien (Nursalam, 2015).

Tabel 2.3Intervensi keperawatan

NO Diagnosa keperawatan

(SDKI)

Tujuan / kriteri hasil

(SLKI)

Intervensi (SIKI)

1. D.0001 Bersihan jalan

nafas tidak efektif

Definisi:

Keadaan dimana

seseorangtidak dapat

membersihkan sputum

atau sumbatan pada

saluran pernafasan

untuk mempertahankan

bersihan jalan nafas

yang paten.

Penyebab:

Fisiologis:

1. Benda asing dalam

jalan pernafasan.

2. Spasme jalan nafas.

3. Tidak berfungsinya

neuromuskuler.

4. Hipersekresi jalan

nafas.

5. Adanya jalan nafas

buatan.

6. Proses infeksi.

7. Sekresi yang

tertahan.

8. Hyperplasia dinding

jalan nafas.

9. Respon alergi.

10. Efek agen

farmakologis (mis.

anastesi).

Situasional:

1. Merokok pasif.

2. Merokok aktif.

3. Terpajan polutan

Kriteria hasil untuk

mengukur

penyelesaian dari

diagnosis setelah

dilauakan asuhan

keperawatan selama

3x24 jam, dihadapan

status pernafasan :

Bersihan jalan nafas

dapat ditingkatkan

dengan kriteris hasil :

1. Batuk efektif

(skala 5;

meningkat)

2. Produksi sputium

(skala 5;

menurun)

3. Mengi (skala 5;

menurun)

4. Wheezing (skala

5; menurun)

5. Dyspnea (skala 5;

menurun)

6. Ortopnea (skala 5;

menurun)

7. Sulit bicara (skala

5; menurun)

8. Sianosis (skala 5

menurun)

9. Gelisah (skala 5;

menurun)

10. Frekuensi nafas

(skala 5;

membaik)

11. Pola nafas (skala

5; embaik)

Fisoterapi dada

Observasi :

1. Identifikasi indikasi

dilakukan fisioterapi

dada (mis:

hipersekresi, sputum,

sputum kental dan

tertahan, tirah baring

lama)

2. Identifikasi kontra

indikasi fisioterapi

dada (mis: ekserbasi

PPOK akut,

pneumonia tanpa

produksi sputum

berlebih, ca paru-

paru)

3. Monitor status

pernapasan

(kecepatan, irama,

suara, kedalaman)

4. Periksa sekmen paru

yang mengandung

sekresi berlebih

5. Monitor jumlah dan

karakter sputum

6. Monitor toleransi

selama dan setelah

prosedur

Terapeutik :

1. Posisikan apasien

sesuai dengan area

paru yang mengalami

penumpukan sputum

2. Gunakan bantal

untuk mengatur

posisi

3. Lakukan perkusi

dengan posisi telapak

tangan di

Page 23: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

29

Gejala dan tanda

mayor:

Subjektif: tidak

tersedia

Objekti:

1. Tidak mampu

batuk.

2. Batuk tidak efektif.

3. Sputum berlebih.

4. Meconium di jalan

nafas pada

neonatum.

5. Mengi, wheezing

dan/ ronkhi kering.

Gejala dan tanda

minor:

Subjektif:

1. Sulit bicara.

2. Dyspnea.

3. Ortopnea.

Objektif:

1. Bunyi nafas

menurun.

2. Gelisah.

3. Frekuensi nafas

berubah.

4. Sianosis.

5. Pola mafas berubah.

tnangkupkan 3-5

menit

4. Lakukan fibrasi

dengan posisi telapak

tangan rata

bersamaan ekspirasi

melalui mulut

5. Lakukan fisioterapi

dada setidaknya 2

jam setelah makan

6. Hindari perkusi pada

tulang belakang,

ginjal, payudara

wanita, insisi, dan

tulang rusuk patah

7. Lakukan penghisapan

lendir untuk

mengeluarkan sekret

jika perlu

Edukasi :

1. Jelaskan tujuan dan

prosedur fisioterapi

dada

2. Anjurkan batuk

segera setelah

prosedur selesai

3. Ajarkan inspirasi

perlahan dan dalam

melalui hidung

selama proses

fisioterapi dada

Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2018), Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018)

dan Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018).

2.3.5 Kajian intervensi dalam al-qur’an

Sesuai dengan sunah Nabi umat islam diajarkan untuk senantiasa

mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT. Bahwa bisa

dikatakan kesehatan adalah nikmat Allah SWT yang paling besar yang

harus diterima manusia dengan rasa syukur. Bentuk syukur karena nikmat

Allah karena telah diberi nikmat kesehtan yaitu dengan menjaga

kesehatan. Firman Allah dalam Al-Qur’an, Surah Ibrahim [14]:7. Yang

Page 24: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

30

artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;

“sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat)

kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya

azab-Ku sangat pedih”.

Hadis nabi yang diriwayatkan oleh jabir dari nabi SAW bersabda:

setiap penyakit pasti ada obatnya, apabila obat itu digunakan untuk

mengobatinya, maka dapat memperoleh kesembuhan atas izin Allah SWT

(HR. Muslim). Bahkan allah swt tidak akan menurunkan penyakit kecuali

juga menurunkan obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan ole abu

hurairah ra dari nabi saw bersabda: allah swt tidak menurunkan sakit,

kecuali juga menuurunkan obatnya ( HR. Bukhari).

Berdasaekan Al-Qur’an dan hadis Nabi SAW maka pemberian

fisioterapi pada klien adalah suatu kebutuhan yang mutlak untuk

meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya. Modalitas fisioterapi

dapat mengurangi da mengatasi gangguan terutama yang berkaitan dengan

gerak dan fungsi seperti mengurangi nyeri pada dada dengan

menggunakan terapi latihan yang akan mengurangi spasme otot

pernafasan, membersihkan jalan nafas, membuat nyaman, dan melegakan

saluran pernafasan (Helmi, 2010).

Dan menurut kalangan medis, penyakit radang selaput dada ini bisa

menimbulkan terkumpulnya banyak cairan di antara dua lapisan selaput

paru-paru dan tuberkolosis. Menurut Ibnu Qayyim, penyaki ini memiliki

beberapa gejala, misalnya : demam, batuk, sesak nafas, dan cepatnya

gerakan denyut nadi. Dan untuk menyembuhkan penyakit ini, Rasullalah

Page 25: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

31

SAW telah mengajari umatnnya melalui sabda beliau : “Berobatlah kalian

dari penyakit radang selaput dada dengan kayu bahar (qusthul bahri) dan

minyak zaitun”. (HR. Ibnu Majah, Ahmad, dan Al-Hakim).

Pengobatan pada pasien dengan gangguan pernafasan seperti batuk

dan sesak nafas sudah terdapat dalam hadist yang diriwayatkan oleh

Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah Ibrahim bin Usman yang

berasal dari kalangan Tabi’ul Atba’ da ditemukan dlam kitab Shahih

Bukhari No. 5255, Shahih Muslim No. 4105, Sunan at-Tirmidzi No. 1964,

Sunan Ibnu Majah No. 3440, dan Musnad Ahmad No. 6989. Sabda Nabi

SAW ini menjelaskan bahwa gejala penyakit dapat diobati dengan

habbatus sauda’, kecuali kematian.

2.3.6 Implementasi

Implementasi atau pelaksanaan keperawatan adalah realisasi rencana

tindakan untuk mencapai yang telah perawat tetapkan. Kegiatan dalam

pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,

mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan,

serta menilai data baru (Budiono dan Pertami, 2015).

Memberikan penjelasan mengenai fisioterapi dada yang dilakukan dengan

postural drainage, postural drainage yaitu satu teknik pengaturan posisi

tubuh untuk membantu pengeluaran sputum sehingga sputum akan

berpindah dari segmen kecil ke segmen besar dengan bantuan gravitasi.

Kemudian clapping/perkusiadalah penepukan dengan tangan di bentuk

seperti mangkuk secara perlahan pada bagian dada dan punggung pasien

secara perlahan dari bawah keatas. Trakhir yaitu vibrasi, vibrasi adalah

Page 26: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

32

getaran perlahan menggunakan tangan. Setelah dilakukan ketiga tahap

tersebut maka yang dilakukan untuk memaksimalkan tindakan fisioterapi

dada yaitu dilakukan batuk efektif, caranya yaitu mencondongkan pasien

ke depan dari posisi setengah duduk dan batukkan dengan kuat dari dada.

2.3.7 Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan,

rencana keperawatan dan implementasinya. Meskipun tahap evaluasi

diletakkan pada akhir dari proses keperawatan, tetapi tahap evaluasi

diletakkan pada setiap tahap proses keperawatan. Evaluasi juga diperlukan

pada tahap intervrnsi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut

dapat dicapai secara efektif (Budiono & Pertami, 2016).

Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP yaitu :

S : Data subyektif

Data subyektif merupakan keadaan yang didasarkan pada apa yang

dirasakan, dikeluhkan dan dikemukakan oleh pasien.

O : Data obyektif

Data obyektif merupakan perkembangan yang bisa diamati dan diukur

oleh perawat atau tim kesehatan lain.

A : Analisis

Analisis merupakan penelitian dari kedua jenis data (baik subyektif

maupun obyektif) apakah berkembang kearah perbaikan atau

kemunduran.

Page 27: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

33

P : Perencanaan

Perencanaan merupakan rencana penanganan pasien yang didasarkan

pada hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan

sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi.

Keberhasilanevaluasi (Craven & Hirnle, 2017) :

1. Masalah teratasi atau tujuan tercapai

Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan.

2. Masalah teratasi sebagian atau tujuan teratasi sebagian

Jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standart dan

kriterian yang telah ditetapkan.

3. Masalah belum teratasi atau tujuan tidak tercapai

Jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama

sekali dan bahkan timbul masalah baru.

2.3.8 Hasil analisis jurnal

Dari beberapa intervensi yang telah disebutkan pada tabel intervensi

keperawatan maka, peneliti mengambil salah satu intervensi non

farmakologi yaitu pemberian terapi berupa fisioterapi dada. Yang

dimaksud fisiterapi dada adalah tindakan yang tergolong non farmakologi

yang dapat digunakan untuk seseorang yang menderita penyakit kronik

maupun akut, teknik yang digunakan untuk fisioterapi dada yaitu teknik

perkusi, postural drainase dan vibrasi. Fisioterapi dada sangat efektif

digunakan untuk mengeluarkan sekret yang menghambat dalam jalannya

Page 28: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

34

pernafasan dan bertujuan untuk memperlancar ventilasi pada penderita

dengan fungsi paru yang abnormal (Ariasti dkk, 2017).

JURNAL 1

Judul jurnal Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan

Jalan Nafas Pada Anak Usia 1-5 Tahun Yang

Mengalami Gangguan Bersihan Jalan Nafas Di

Puskesmas MOCH .Ramdhan Bandung.

Penulis Maidartanti

Asal jurnal https://ejournal.bsi.ac.id

Vol/No/Page/Tahun II/1/47-56/2014

Tujuan mengetahui pengaruh fisioterapi dada terhadap

bersihan jalan nafas pada anak usia 1-5 tahun

yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas

di Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung.

Metode Penelitian ini menggunakan metodeQuasi

Eksperiment dengan jenis One Group Pretest-

Posttes design, pemilihan responden pada

penelitian ini adalah Purposive Sampling

dengan sampel sebanyak 17 orang.

Hasil Data yang diperoleh dianalisa dengan

menggunakan univariat dan bivariat, hasil uji

statistik menunjukan terdapat perbedaan

bermakna rerata frekwensi bersihan jalan nafas

sebelum dan sesudah fisioterapi yaitu nilai P-

Page 29: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

35

value 0000. Sedangkan untuk uji beda bersihan

nafas sebelum dan sesudah fisioterapi

didapatkan hasil P-value 0.225. fisioterapi

dada dapat diusulkan sebagai tindakan rutin di

Puskesmas dalam terapi supportif bagi anak

yang mengalami gangguan bersihan jalan

nafas.

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

maka dapat diambil kesimpulan bahwa

terdapat perbedaan frekwensi nafas sebelum

dan sesudah dilakukan fisioterapi dada pada

anak yang mengalami bersihan jalan nafas.

JURNAL 2

Judul Penerapan Fisioterapi Dada Untuk

Mengeluarkan Dahak Pada Anak Yang

Mengalami Jalan Napas Tidak Efektif.

Penulis Putri Cahya Mutiara Mas Hanafi, Andi

Arniyanti.

Asal jurnal https://ojs.yapenas21maros.ac.id ›

Vol/No/Page/Tahun 1/1/44-50/2020

Tujuan Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan

fisioterapi dada untuk mengeluarkan dahak

pada anak yang mengalami jalan napas tidak

Page 30: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

36

efektif. Untuk mengetahui ketidakefektifan

jalan napas pada pasien yang mengalami ISPA

sebelum dan sesudah diberikan terapi clapping

dan vibration yang dilakukan dua kali dalam

seminggu di ruang rawat inap RSUD Labuang

Baji Makassar, dengan jumlah responden yang

digunakan sebanyak 16 pasien

Metode Melalui pencarian hasil publikasi ilmiah pada

rentang tahun 2014-2020, menggunakan

database pubmed, dan google scholar dengan

melakukan review terhadap 4 artikel yang

memiliki full text dari abstrak, tujuan, metode

dan hasil penelitian paling susuai dengan tujuan

literatur.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh

fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum

pada anak dengan penyakit gangguan

pernapasan (p = 0,000), ada perbedaan

pengeluaran sputum sebelum dan sesudah

intervensi dengan perbedaan rata-rata 0,73,

dengan nilai lower -1,04107, dan upper yaitu -

0,41347, artinya pengeluaran sputum sebelum

fisioterapi dada lebih kecil dibandingkan

sesudah fisioterapi dada.

Page 31: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

37

Kesimpulan Berdasarkan artikel yang di review pada

penelitian sebelumnya fisioterapi dada terbukti

efektif karena setelah dilakukan tindakan

fisioterapi dada, pasien mampu mengeluarkan

dahak dan frekuensi napas dalam rentang

normal.

JURNAL 3 :

Judul Penerapan Teknik Fisioterapi Pada Terhadap

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada

Anak Dengan Penyakit Sistem Pernafasan.

Penulis Nova Ari Pangesti, Riski Setyaningrum.

Asal Jurnal http://ojs.stikesmukla.ac.id/index.php/motor/

article/download/63/133/

Vol/No/Page/Tahun 15/2/55-60/2020

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui

pengaruh fisioterapi dada terhadap

ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada

anak dengan penyakit di sistem pernafasan.

Metode Desain penelitian yang dipakai pada

penelitian ini adalah literatur review, yaitu

mengumpulkan dan menganalisis artikel-

artikel penelitian mengenai tindakan

fisioterapi dada.

Page 32: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

38

Hasil Penelitian menunjukan Setelah dilakukan

tindakan fisioterapi dada, bersihan jalan

nafas anak efektif dengan kriteria frekuensi

pernafasan dalam batas normal, mampu

mengeluarkan sputum, tidak ada suara nafas

tambahan, dan batuk berkurang.Fisioterapi

dada pada anak pneumonia akan efektif jika

dilakukan selama 2x dalam sehari secara

berkala. Teknik fisioterapi dada secara

signifikan dapat digunakan untuk mengatasi

masalah ketidakefektifan bersihan jalan

nafas.

Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas dari 5 jurnal yang

telah dilakukan review menunjukkan teknik

fisioterapi dada dapat digunakan sebagai

terapi non farmakologi untuk mengatasi

masalah keperawatan bersihan jalan nafas

pada pasien anak dengan penyakit sistem

pernafasan.

JURNAL 4 :

Judul Penerapan Fisioterapi Dada Terhadap

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien

Bronkitis Usia Pra Sekolah.

Page 33: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

39

Penulis Hidayah Widias Ningrum, Yuli Widyastuti, Anik

Enikmawati.

Asal jurnal http://repository.itspku.ac.id/id/eprint/75

Tahun 2019

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menyusun resume

asuhan keperawatan dan mengidentifikasi manfaat

fisioterapi dada untuk meningkatkan efektifitas

bersihan jalan nafas pada asuhan keperawatan anak

dengan bronkitis.

Metode Jenis metode penelitian yang digunakan adalah

metode penelitian deskriptif dengan pendekatan

case study research.

Hasil Setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada

sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari bersihan jalan

nafas pada kedua pasien efektif dengan kriteria

hasil frekuensi pernafasan dalam batas normal,

irama pernafasan dalam batas normal, mampu

mengeluarkan sputum, tidak ada suara nafas

tambahan, batuk berkurang.

Kesimpulan Fisioterapi dada efektif bermanfaat meningkatkan

bersihan jalan nafas pada asuhan keperawatan anak

dengan kasus bronkitis.

Page 34: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

40

JURNAL 5 :

Judul Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada Dan Pursed

Lips Breathing (Tiupan Lidah) Terhadap Bersihan

Jalan Nafas Pada Anak Balita Dengan Pneumonia.

Peneliti Titin Hidayatin

Asal jurnal https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt

=0%2C5&q=pengarub+pemberian+fisioterapi+

dada+dan+lips+breathing&oq=pengarub+pemb

erian+fisioterapi+dada+dan+lips+b#d=gs_qabs

&u=%23p%3DVNPgKqVo-3IJ

Vol/No/Page/Tahun 11/01/15/2019

Tujuan Diketahuinya pengaruh pemberian fisioterapi dada

dan pursed lips breathing terhadap bersihan jalan

napas pada anak balita dengan pneumonia di RSUD

Kabupaten Indramayu.

Metode Penelitian ini menggunakan menggunakan quasy

experimental dengan rancangan non randomized

without control group pretestposttest dengan

jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 30

responden yang dibagi dalam 3 kelompok

intervensi. Teknik pengambilan data adalah

concecutive sampling.Analisa data yang digunakan

adalah Cochran Post Hoc Mc Name.

Page 35: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

41

Hasil Hasil penelitian menunjukkan untuk kelompok

fisioterapi dada dan pursed lips breathing

menunjukkan ada pengaruh yang signifikan

terhadap bersihan jalan napas dengan nilai P value

0,000, sedangkan untuk kelompok pursed lips

breathing tidak ada pengaruh terhadap bersihan

jalan napas dengan nilai P value 0, 112. Hasil

penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam

memberikan asuhan keperawatan mandiri pada

anak balita yang mengalami pneumonia dengan

bersihan jalan nafas.

Kesimpulan Ada perbedaan antara bersihan jalan napas sebelum

dan sesudah dilakukan intervensi fisioterapi dada

pada anak balita dengan pneumonia dengan p Value

0,000. Dan ada perbedaan antara bersihan jalan

napas sebelum dan sesudah dilakukan intervensi

fisioterapi dada dan pursed lips breathing(tiupan

lidah) pada anak balita dengan pneumonia dengan p

Value ,000.

Page 36: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

42

2.4 Hubungan antar konsep

Keterangan :

: Diteliti : Berhubungan

.................... : Tidak diteliti : Berpengaruh

Gambar 2.2 : Kerangka teori pada Pemberian fisioterapi dada dalam mengatasi

ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien bronkopneumonia anak

Etiologi penyakit

bronkopneumonia

disebabkan oleh

beberapafaktor diantaranya

adalah :

1. Bakteri :

Streptococcus,

Staphylococcus, H.

Influenzae,

Klebsiella.

2. Virus : Legionella

pneumonia

3. Jamur : Aspergillus

spesies, Candida

albicans

4. Aspirasi makanan,

sekresi orofaringeal

atau isi lambung ke

dalam paru-paru

5. Terjadi karena

kongesti paru yang

lama

Asuhan keperawatan :

1. Pengkajian

2. Diagnosa

keperawatan

3. Rencana

tindakan

4. Implementasi

5. Evaluasi

Penderita

bronkopneumoni

a

Pada pasien anak bronkopneumonia

dengan masalah

ketidakefektifan

bersihan jalan

nafas

Tanda dan gejala pada

bronkopneumonia sering ditandai

dengan :

1. Batuk

2. akumulasi sekret atau

penumpukan sekret

3. kesulitan bernapas seperti

napas cepat

4. tarikan dinding dada

Page 37: 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bronkopneumonia ...

43