BAB IV STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Geologi Struktur geologi daerah Sulawesi memperlihatkan keadaan yang sangat komplek, ditinjau dari tektonik regional mengalami beberapa fase tektonik akibat dari pengaruh pergerakan (3) tiga lempeng antara lain lempeng Pasifik yang bergerak ke arah Barat , lempeng Australia yang bergerak ke Utara dan Eurasia yang bergerak ke arah Selatan. Pergerakan tersebut mengakibatkan terbentuknya struktur perlipatan dan pensesaran antara lain sesar mendatar mengiri Palu-Koro yang memisahkan Laut Sulawesi dan Selat Makassar dan diperkirakan masih aktif sampai sekarang dan telah bergeser sejauh 750 kilometer ( Tjia dan Zakaria,1973 dalam Sukamto,1975 ). Daerah penelitian terpetakan dalam Lembar Majene dan bagian barat Palopo yang termasuk dalam Mandala
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
53
BAB IV
STRUKTUR GEOLOGI
4.1 Struktur Geologi
Struktur geologi daerah Sulawesi memperlihatkan keadaan yang sangat
komplek, ditinjau dari tektonik regional mengalami beberapa fase tektonik akibat
dari pengaruh pergerakan (3) tiga lempeng antara lain lempeng Pasifik yang
bergerak ke arah Barat , lempeng Australia yang bergerak ke Utara dan Eurasia
yang bergerak ke arah Selatan. Pergerakan tersebut mengakibatkan terbentuknya
struktur perlipatan dan pensesaran antara lain sesar mendatar mengiri Palu-Koro
yang memisahkan Laut Sulawesi dan Selat Makassar dan diperkirakan masih aktif
sampai sekarang dan telah bergeser sejauh 750 kilometer ( Tjia dan
Zakaria,1973 dalam Sukamto,1975 ).
Daerah penelitian terpetakan dalam Lembar Majene dan bagian barat
Palopo yang termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat ( Sukamto, 1975).
Mandala ini dicirikan oleh batuan sedimen laut dalam berumur Kapur – Paleogen
yang kemudian berkembang menjadi batuan gunungapi bawah laut dan akhirnya
gunungapi darat di akhir Tersier. Batuan terobosan granitan berumur Miosen –
Pliosen juga mencirikan mandala ini. Sejarah tektoniknya dapat diuraikan mulai
dari jaman kapur, yaitu saat Mandala Geologi Sulawesi Timur bergerak ke Barat
mengikuti gerakan tunjaman landai ke barat di bagian timur Mandala Sulawesi
Barat. Penunjaman ini berlangsung hingga hingga Miosen Tengah , saat kedua
53
T E L U K G O R O N T A L O
TELUK TOLOKEP. SULA
BANGGAI
SULAWESI
LAUT FLORES
118º 120º 122º 124º
0º
2º
4º
6º
8º 0 100 km
SELAT MAKASSAR
TELUK BO
NE
54
mandala tersebut bersatu pada akhir Miosen Tengah sampai Pliosen terjadi
pengendapan sedimen molase secara tak selaras di atas seluruh mandala geologi
di Sulawesi, serta terjadi terobosan batuan granitan di Mandala Geologi Sulawesi
Barat . Pada Plio-Pliosen seluruh daerah Sulawesi tercenanga. Di daerah
pemetaan diduga telah mengakibatkan terbentuknya lipatan dengan sumbu
berarah Baratlaut – Tenggara, serta sesar naik dengan bidang sesar miring ke
timur. Setelah itu seluruh daerah Sulawesi terangkat dan membentuk bentang
alam seperti sekarang ini ( Sukamto dan Simandjuntak,1983 ).
Gambar 4.1. Struktur Geologi regional pulau Sulawesi ( Sukamto dan Simandjuntak, 1983 )
Lokasi Penelitian
55
Rangkaian struktur geologi pada daerah penelitian secara regional adalah
sesar geser yang berarah Barat Laut – Tenggara. Sesar geser tersebut melewati
Batuan Gunung api Lava ( Tolv ), Formasi Salowajo ( Tms ) ( Djuri, dkk ,1998 ).
4.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian
Pembahasan mengenai struktur geologi daerah penelitian meliputi
pembahasan tentang indikasi pola struktur geologi yang dijumpai di lapangan,
jenis struktur yang dijumpai, umur dari struktur tersebut yang berhubungan
dengan kronologi urutan pembentukan struktur dan hubungannya dengan
stratigrafi daerah penelitian serta pada kondisi fisik, bagaimana struktur tersebut
terbentuk (mekanisme struktur geologi). Penentuan struktur geologi pada daerah
penelitian berdasarkan data-data struktur geologi baik primer maupun sekunder
yang dijumpai dilapangan dipadukan dengan data hasil interpretasi peta topografi.
Data primer berupa cermin sesar dan breksi sesar yang dipadukan dengan
pengukuran data kekar pada jalur sesar, sedangkan data sekunder berupa mata air.
Pembahasan elemen struktur geologi dilakukan secara deskriptif, meliputi
identifikasi, pengukuran orientasi, analisis data yang diperoleh serta rekonstruksi
yang digunakan sebagai penunjang interpretasi pola struktur geologi yang
berkembang.
Metode dan cara yang dilakukan dalam mengenali dan menganalisa struktur
pada daerah penelitian dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
Mengamati dan mengenali jenis struktur yang dijumpai di lapangan.
56
Mengamati bentuk dan mengukur parameter terukur struktur yang dijumpai
dalam keadaan sebenarnya di lapangan seperti spasi dan bukaan kekar serta
dimensi cermin sesar yang dijumpai.
Melakukan pengukuran kedudukan dari unsur struktur yang dapat diukur,
misalnya kedudukan perlapisan batuan, kedudukan bidang yang diindikasikan
sebagai cermin sesar, arah pelamparan breksi sesar serta pengukuran secara
random data kekar.
Membuat sketsa atau foto dari struktur yang dijumpai di lapangan.
Menganalisa parameter struktur yang terukur dari data kuantitatif dalam bentuk
statistik dan dibuat dalam bentuk diagram-diagram pola, untuk diketahui
gambaran umum pola strukturnya. Contohnya yaitu pengolahan data kekar
dengan menggunakan proyeksi stereografis, rock ware dan diagram roset.
Membuat rekontruksi struktur daerah penelitian dengan menggunakan
penampang.
Menganalisa dan mendiskusikan mekanisme struktur daerah penelitian dari
hasil pengolahan semua data yang ada.
Berdasarkan pada hal tersebut diatas maka jenis struktur geologi yang
berkembang pada daerah penelitian terdiri dari :
1. Struktrur Kekar
2. Struktur Sesar
57
4.2.1 Struktur Kekar
Kekar atau joint merupakan rekahan pada batuan dimana tidak ada atau
sedikit sekali mengalami pergeseran (Asikin, 1979). Sedangkan menurut Ragan
(1973), kekar merupakan suatu fracture (retakan pada batuan) yang relatif tidak
mengalami pergeseran pada bidang rekahnya.
Hal – hal yang diamati dalam pengambilan data kekar di lapangan meliputi
pengukuran kedudukan kekar, lebar bukaan, spasi antar kekar, isian kekar dan
pemgambilan foto kekar.
Adapun penetuan jenis kekar yang terdapat pada daerah penelitian yaitu
berdasarkan bentuknya. Klasifikasi kekar berdasarkan bentuknya ( Hodgson
dalam Sukendar Asikin, 1979), terdiri atas :
a. Kekar Sistematik yaitu kekar yang umumnya selalu dijumpai dalam bentuk
pasangan. Tiap pasangannya ditandai oleh arahnya yang serba sejajar atau
hampir sejajar jika dilihat dari kenampakan di atas permukaan.
b. Kekar Tidak Sistematik yaitu kekar yang tidak teratur susunannya, dan biasanya
tidak memotong kekar yang lainnya dan permukaannya selalu lengkung dan
berakhir pada bidang perlapisan.
Berdasarkan bentuknya, kekar yang dijumpai pada daerah penelitian
adalah kekar sistematik. Kekar sistematik ditandai dengan kekar yang
berpasangan, saling berpotongan dan membentuk pola tertentu. Kekar jenis ini
dijumpai pada litologi basal porfiri (foto 4.1)
58
Foto 4.1 Kenampakan kekar sistematik pada litologi basal porfiri yang dijumpai pada stasiun 72 . Difoto N 270oE.
Penentuan jenis kekar pada daerah penelitian berdasarkan genetiknya
ditentukan berdasarkan jenis gaya pembentuknya berupa gaya tarikan, maka
struktur kekar yang dijumpai pada daerah penelitian diklasifikasikan sebagai
kekar tarik (release joint) (foto 4.2).
59
Foto 4.2 Kenampakan kekar tarik “release joint” pada litologi basalt porfiri yang dijumpai pada stasiun 67 .
Hasil pengukuran kekar pada litologi basalt porfiri di stasiun 72 sebanyak
100 kali memperlihatkan spasi kekar antara 4 – 18 cm, bukaan kekar 1 – 5 mm.
Hasil pengukuran kekar tersebut dapat pada tabel 4.1. Hasil pengukuran kekar
tersebut menunjukkan kekar yang sistematis dengan arah umum kekar Utara