BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm , variasi temperatur sintering 700, 800, 900 ͦ C Sampel Fasa 2FWHM B(radian) D(nm) (10 -3 ) 700 C Anatase 47,7233 0,3346 0,00601423 246,363597 0,00320 800 C Anatase 25.286 0.223 0,004151433 334,5139924 4,626 900 C anatase 25.313 0.185 0,003537852 392,5505833 3,938 Variasi temperatur 700 ͦ C = struktur kristal tetragonal , fase nya anatase, no PDF 01-086-1156, rumus kimia Ti 0.78 O 2 Variasi temperatur 800 = rumus kimia TiO2, fase antase, struktur kristal tetragonal, no PDF PDF 03-065-5714 Variasi temperatur 900 = rumus kimia TiO2 , fase anatase, struktur kristal tetragonal, no PDF 01-071-1167
15
Embed
BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN ... bentuk struktur kristal (menjadi glass atau kristalin). Gel (gelation) adalah jaringan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN
Variasi kecepatan stiring 800 rpm , variasi temperatur sintering 700, 800, 900 ͦ C
Metode sol-gel pada material keramik TiO2 yang dilarutkan dengan asam sulfat pekat ( H2SO4 98 %) menghasilkan struktur mikro TiO2 berbentuk kapsul seperti butiran beras.
Mekanisme sol-gel menghasilkan unstabil fase TiOSO4 orthohombik.
Variasi kecepatan stiring mampu mereduksi ukuran serbuk hinga 120 nanometer pada variasi kecepatan stiring 700 rpm, temperature operasi 200 ͦ C selama 2,5 jam.
Proses sintering mampu merubah unstabil fase menjadi anatase pada variasi temperatur 700 ͦ C, 800 ͦ C dan 900 ͦ C
Metode sol-gel dengan variasi kecepatan stiring 700 rpm & 800 rpm kemudian dilanjutkan sintering dengan variasi temperature 700 ͦ C dapat mereduksi kation titanium ( vacancy kation).
THANK YOU
DATA PENDUKUNG
Titanium dioksida
Titanium dioksida (TiO2) adalah material yang dikenal luas sebagai fotokatalis didasarkan pada semikonduktornya .Selain itu,diantara oksida logam yang lain,titanium oksida dikenal tidak toksik(non toxic), memiliki stabilitas termal cukup tinggi, dan kemampuannya dipergunakan berulang kali tanpa kehilangan aktivitas katalitiknya. Sebagaiman oksida logam yang lain, peningkatan sifat mekanik, sifat elektronik dan sifat katalitik TiO2 dapat diupayakan melalui pembentukkannya dalam skala molecular atau dikenal sebagai nanopartikel. (Fatimah et al., 2006)
PROSES SOL-GEL
Proses sol gel dapat didefinisikan sebagai proses pembentukan senyawa anorganik melalui reaksi kimia dalam larutan pada suhu rendah, dimana dalam proses tersebut terjadi perubahan fasa dari suspensi koloid (sol) membentuk fasa cair kontinyu (gel)
Keunggulan metode sol gel :
dalam segala kondisi (versatile)
menghasilkan produk dengan kemurnian dan kehomogenan yang
tinggi jika parameternya divariasikan.
bisa dilakukan kontrol terhadap ukuran dan distribusi pori dengan
mengubah rasiomolar air/prekursor, tipe katalis atau prekursor,
suhu gelasi, pengeringan, dan proses stabilisasi.
biayanya relatif murah dan
produk berupa xerogel silika yang dihasilkan tidak beracun
(Zawrah et al, 2009).
Sol adalah suspensi koloid yang fasa terdispersinya berbentuk solid (padat) dan fasa
pendispersinya berbentuk liquid (cairan). Suspensi dari partikel padat atau molekul-
molekul koloid dalam larutan, dibuat dengan metal alkoksi dan dihidrolisis dengan
air, menghasilkan partikel padatan metal hidroksida dalam larutan. Reaksinya
adalah reaksi hidrolisis.
Prekursor (senyawa awal) dalam proses sol-gel tersusun atas unsur logam atau
metaloid yang dikelilingi oleh ligan. Pada umumnya prekursor yang digunakan yaitu
logam alkoksida atau garam anorganik. Dari larutan prekursor tersebut akan
terbentuk sol. Perubahan bentuk sol menjadi bentuk gel terjadi melalui reaksi
hidrolisis dan reaksi kondensasi. Pada reaksi hidrolisis terjadi penempelan ion
hidroksil pada atom logam dengan pemutusan pada salah satu ikatan logam
alkoksida atau garam anorganik. Kemudian molekul yang telah terhidrolisis dapat
bergabung membentuk hasil reaksi kondensasi, dimana dua logam digabungkan
melalui rantai oksigen. Polimer-polimer besar terbentuk saat reaksi hidrolisis dan
kondensasi berlanjut, yang akhirnya menghubungkan polimer-polimer tersebut ke
dalam bentuk gel.
Untuk mendapatkan produk oksida, ada satu tahap lanjutan pada proses sol-gel
yaitu perubahan bentuk gel menjadi produk oksida melalui drying dan firing. Gel
biasanya tersusun atas material amorf yang terdapat pori-pori berisi cairan. Cairan
ini harus dihilangkan sehingga gel menjadi xerogel atau dry gel melalui proses
drying. Selama firing, xerogel atau dry gel mengalami densifikasi dan perubahan
bentuk struktur kristal (menjadi glass atau kristalin).
Gel (gelation) adalah jaringan partikel atau molekul, baik padatan dan cairan,
dimana polimer yang terjadi di dalam larutan digunakan sebagai tempat
pertumbuhan zat anorganik. Pertumbuhan anorganik terjadi di gel point, dimana
energi ikat lebih rendah. Reaksinya adalah reaksi kondensasi, baik alkohol atau air,
yang menghasilkan oxygen bridge untuk mendapatkan metal oksida.