Top Banner
PERCOBAAN 6 PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIFUNGI I. Tujuan - Menjelaskan perbedaaan waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan fungi di laboratorium dengan bakteri - Memahami metode difusi agar dengan proforator dalam pengujian aktivitas antifungi dari ekstrak daun sirih dan antibiotic flukanazol dengan mengukur diameter zona hambat yang terbentuk - Merancang dan dapat melakukan eksperimen mengenai pengujian aktivitas antifungi dari ekstrak tanaman daun sirih II. Teori Dasar Daun sirih menghasilkan bau dan aroma yang kuat dan banyak dipakai untuk penyegar mulut. Daun sirih juga dikenal untuk menyembuhkan luka, stimulasi digestidan mempunyai aktivitas antimikroba. (Ramji et al., 2002) Ekstrak kasar daun sirih dilaporkan dapat berfungsi sebagai anti bakteri terhadap streptococcus
28

6 Anti Fungi

Jul 09, 2016

Download

Documents

yoho
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 6 Anti Fungi

PERCOBAAN 6

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIFUNGI

I. Tujuan

- Menjelaskan perbedaaan waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan fungi

di laboratorium dengan bakteri

- Memahami metode difusi agar dengan proforator dalam pengujian

aktivitas antifungi dari ekstrak daun sirih dan antibiotic flukanazol dengan

mengukur diameter zona hambat yang terbentuk

- Merancang dan dapat melakukan eksperimen mengenai pengujian aktivitas

antifungi dari ekstrak tanaman daun sirih

II. Teori Dasar

Daun sirih menghasilkan bau dan aroma yang kuat dan banyak dipakai

untuk penyegar mulut. Daun sirih juga dikenal untuk menyembuhkan luka,

stimulasi digestidan mempunyai aktivitas antimikroba.

(Ramji et al., 2002)

Ekstrak kasar daun sirih dilaporkan dapat berfungsi sebagai anti bakteri

terhadap streptococcus mutans dengan mempengaruhi pertumbuhan dan

pembentukan glukan.

(Nalina dan rahim. 2006)

Komponen kimia daun sirih adalah minyak atsiri, seskuiterpen, triterpen,

terpenoid sitosterol neolignan dan krotepoksid. Aktivitas antifungi diduga berasal

dari minyak atsiri daun sirih yaitu isoeugenol, limonene, β-pinen dan kariofilena.

minyak atsiri dan ekstrak etanol daun sirih dilaporkan mempunyai aktifitas

antifungiterhadap candida albicans.

(Nurhayati.1993; Hertiana dan Purwanti. 2002)

Candida albicans mempunyai membran yang terdiri dari lipid danprotein.

Lipid pada membran membentuk suatu sawar yang dapatmencegah pergerakan

Page 2: 6 Anti Fungi

bebas air dan bahan yang larut air dari suatu ruangsel ke ruang yang lain.

Membran lipid ganda impermeabel terhadap bahan-bahanyang umumnya larut

dalam air seperti ion, glukosa, dan urea.Ergosterol merupakan lapisan sterol

penting pada jamur yang berfungsimembantu menentukan permeabilitas lapisan

ganda serta mengatursebagian besar sifat cair dan membran. Ergosterol ini tidak

dimiliki oleh

bakteri, virus, maupun riketsia..

(Guyton & Hall, 2002)

Candida albicans adalah spesies jamur patogen dari golongan

deuteromycota. Spesies fungi ini merupakan penyebab infeksi oportunistik yang

disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Beberapa

karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau

sferisdengan diameter 3-5 μm dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies

Candidaalbicans memiliki dua jenis morfologi, yaitu bentuk seperti khamir dan

bentukhifa. Selain itu, fenotipe atau penampakan mikroorganisme ini juga dapat

berubahdari berwarna putih dan rata menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk

bintang,lingkaran, bentuk seperti topi, dan tidak tembus cahaya. Jamur ini

memilikikemampuan untuk menempel pada sel inang dan melakukan kolonisasi.

Candidaalbicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk

tumbuh dalamdua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan

berkembang menjadiblastospora dan menghasilkan kecambah yang akan

membentuk hifa semu.

Candida albicans dapat ditemukan dalam rongga mulut yang sehat

padakonsentrasi rendah (20 sel / cc saliva). Pada konsentrasi ini, organisme tidak

bisaterdeteksi di bawah mikroskop, tetapi hanya dapat dideteksi melalui kultur

dalammedia tertentu seperti pada Doxtroxe Sabouroud Agar dalam bentuk koloni.

Makanan dan proteinmerupakan molekul-molekul Candida albicans yang

mempunyai aktifitasadhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding

sel Candida albicansjuga berperan dalam aktifitas adhesif. Setelah terjadi proses

penempelan, Candidaalbicans berpenetrasi ke dalam sel epitel mukosa. Enzim

Page 3: 6 Anti Fungi

yang berperan adalahaminopeptidase dan asam fosfatase, yang terjadi setelah

proses penetrasitergantung dari keadaan imun dari host.

Kedudukan dalam nomenklatur menurut Romas (1978) adalah :

Divisi : Eurycophyta

Kelas : Deuteromycetes

Ordo : Cryptococcaceae

Famili : Candidoidea

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

Spesies Candida tumbuh dengan cepat pada medium agar sederhana

yangmengandung peptone, dextrose, maltose atau sukrose. Candida albicans

dalammedia mengandung karbohidrat yang dapat difermentasikan dan sedikit

suasanaaerob, dengan penambahan nitrogen yang berlebih dalam media,

pseudohifa,blastospora, dan chlamidospora pada kondisi tertentu dapat tumbuh

dengan baik.

Jamur dapat ditanam pada medium padat atau cair dalam tabung ataupetri.

Pertumbuhan jamur pada umumnya lambat dibanding pertumbuhan

bakteri,sehingga jika dalam penanaman terdapat bakteri dan jamur maka bakteri

akan menutupi permukaan media sebelum jamur sempat tumbuh. Pada dasarnya

jamur mempunyai keasaman yang lebih besar dibanding dengan bakteri.

Candida albicans mempunyai tiga bentuk morfologi yaitu :

1. Yeast Like cells, terlihat sebagai kumpulan sel berbentuk bulat

atauovaldengan variasi ukuran lebar 2-8 μm dan panjang 3-4 μm, diameter

1,5-5 μm.Sel-sel tersebut dapat membentuk blastospora.

2. Pseudohypha, karena blastospora tidak lepas dan terus membentuk tunas

baru.

3. Chlamydospora, dinding sel bulat dengan diameter 8-12

μm .Chlamydosporaterbentuk jika Candida albicans di kultur pada

medium kurang nutrien sepertiCorn meal agar.

Page 4: 6 Anti Fungi

Gambar 2. Candida albicans. A. Blastospora dan pseudohifa dalam

eksudat, B.Blastospora, pseudohifa, dan C. klamidospora (konidium)

dalam biakan padaSabouraud’s agar 20°C.

Biakan muda membentuk tabung-tabung benih biladiletakkan dalam

serum selama 3 jam pada 37°C.Struktur fisik Candida albicans terdiri dari

dinding sel, membran sel,sitoplasma dan nukleus. Membran sel Candida albicans

terdiri dari fosfolipidganda (lipid bilayer), lapisan terluar kaya akan phosphatidyl,

choline, ergosteroldan sphingolipids. Sphingolipids mengandung komponen

negatif paling besarpada membran plasma dan memegang peranan penting

sebagai target antimikotik.

PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan

kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu

sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam

jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga

baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk

pertumbuhan bakteri.

Serbuk PDA berwarna kuning karena merupakan ekstrak kentang yang

pada dasarnya berwarna kuning.

(Schegel, 1993)

Untuk tujuan isolasi identifikasi dan pembiakan mikroba di laboratorium,

maka media yang digunakan harus memenuhi persyaratan dalam hal komposisi

nutrisi, tidak mengandung senyawa antimikroba, memilki pH, kadar air, dan

tekanan osmose yang sesuai, selain itu media juga harus steril.

(Handayani, 2012)

Sabouraud Dextrose Agar (SDA) merupakan modifikasi dari Dextrose

Agar dengan Sabouraud. SDA digunakan untuk budidaya jamur patogen &

Page 5: 6 Anti Fungi

komensal dan ragi. Konsentrasi dekstrosayang tinggi dan pH asam

memungkinkan selektivitas fungi. Sabouraud Dextrose Agar digunakan

untukmenentukan kandungan mikroba dalam kosmetik, juga digunakan

dalam evaluasi mikologimakanan, dan secara klinis membantu dalam diagnosis

ragi dan jamur penyebab infeksi.

Sabouraud Dextrose Agar (SDA) adalah media selektif terutama

digunakan untuk isolasi dermatophyta, jamur lain dan ragi, tetapi juga dapat

tumbuh bakteri berserabut seperti Nocardia. pH asam dari media ini (pH sekitar

5,0) menghambat pertumbuhan bakteri tetapi memungkinkan pertumbuhan ragi

dan kebanyakan jamur berfilamen. agen antibakteri juga dapat ditambahkan untuk

meningkatkan efek antibakteri.

Pepton (enzimatik intisari dari kasein dan enzimatik digest dari jaringan

hewan) memberikan nitrogen dan sumber vitamin yang diperlukan untuk

pertumbuhan organisme dalam SDA. Dextrose ditambahkan sebagai sumber

energi dan karbon, agar adalah agen pemadat.

Antifungi/antimikroba adalah suatu bahan yang dapat mengganggu

pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme. Pemakaian bahan antimikroba

merupakan suatu usaha untuk mengendalikan bakteri maupun jamur, yaitu segala

kegiatan yang dapat menghambat, membasmi, atau menyingkirkan

mikroorganisme. Tujuan utama pengendalian mikroorganisme untuk mencegah

penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang

terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan perusakan oleh mikroorganisme. Ada

beberapa hal yang harus dipenuhi oleh suatu bahan antimikroba, seperti mampu

mematikan mikroorganisme, mudah larut dan bersifat stabil, tidak bersifat racun

bagi manusia dan hewan, tidak bergabung dengan bahan organik, efektif pada

suhu kamar dan suhu tubuh, tidak menimbulkan karat dan warna, berkemampuan

menghilangkan bau yang kurang sedap, murah dan mudah didapat.

(Pelczar & Chan 1988)

Antimikroba menghambat pertumbuhan mikroba dengan cara

bakteriostatik atau bakterisida. Hambatan ini terjadi sebagai akibat gangguan

reaksi yang esensial untuk pertumbuhan. Reaksi tersebut merupakan satu-satunya

Page 6: 6 Anti Fungi

jalan untuk mensintesis makromolekul seperti protein atau asam nukleat, sintesis

struktur sel seperti dinding sel atau membran sel dan sebagainya. Antibiotik

tertentu dapat menghambat beberapa reaksi, reaksi tersebut ada yang esensial

untuk pertumbuhan dan ada yang kurang esensial.

Mekanisme antijamur dapat dikelompokkan sebagai gangguan pada

membran sel, gangguan ini terjadi karena adanya ergosterol dalam sel jamur, ini

adalah komponen sterol yang sangat penting sangat mudah diserang oleh

antibiotik turunan polien. Kompleks polien-ergosterol yang terjadi dapat

membentuk suatu pori dan melalui pori tersebut konstituen essensial sel jamur

seperti ion K, fosfat anorganik, asam karboksilat, asam amino dan ester fosfat

bocor keluar hingga menyebabkan kematian sel jamur. Penghambatan biosintesis

ergosterol dalam sel jamur, mekanisme ini merupakan mekanisme yang

disebabkan oleh senyawa turunan imidazol karena mampu menimbulkan

ketidakteraturan membran sitoplasma jamur dengan cara mengubah permeabilitas

membran dan mengubah fungsi membran dalam proses pengangkutan senyawa –

senyawa essensial yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan metabolik

sehingga menghambat pertumbuhan atau menimbulkan kematian sel jamur.

Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein jamur, merupakan

mekanisme yang disebabkan oleh senyawa turunan pirimidin. Efek antijamur

terjadi karena senyawa turunan pirimidin mampu mengalami metabolisme dalam

sel jamur menjadi suatu antimetabolit. Metabolik antagonis tersebut kemudian

bergabung dengan asam ribonukleat dan kemudian menghambat sintesis asam

nukleat dan protein jamur. Penghambatan mitosis jamur, efek antijamur ini terjadi

karena adanya senyawa antibiotik griseofulvin yang mampu mengikat protein

mikrotubuli dalam sel, kemudian merusak struktur spindle mitotic dan

menghentikan metafasa pembelahan sel jamur.

Infeksi Jamur

Terdapat 3 kelompok utama yang menyebabkan penyakit pada manusia :

1. Mould (jamur filamentosa) tumbuh sebagai filamen panjang yang berjalin-

jalin membentuk miselium. Contohnya adalah dermatofia, disebut

demikian karena kemampuannya untuk mencerna keratin, yang

Page 7: 6 Anti Fungi

menyebabkan infeksi kulit, kuku, dan rambut dan Aspergillus fumigatus,

yang bisa menyebabkan aspergilosisi paru atau aspergilosis diseminata.

2. Ragi sejati adalah jamur bulat atau oval uniseluler, misalnya Cryptococcus

nepformans, yang bisa meningitis kriptokokus atau infeksi paru, biasanya

hanya pada pasien immunocompromised.

3. Jamur menyerupai ragi serupa dengan ragi, tetapi juga bisa membentuk

filamen panjang tidak bercabang. Contoh penting adalah Canddida

albicans, yang merupakan organisme komersial umum dalam usus, mulut

dan vagina. Jamur ini menyebabkan spektrum penyakit yang luas, seperti

sariawan mulut, vaginitis, endokarditis, dan septikemia (sering fatal).

Obat Anti jamur

1. POLIEN

Amfoterisisn : Obat antijamur spektrum luas yang digunakan untuk

mengobati infeksi sistemik yang berpotensi fatal yang disebabkan

oleh aspergilus, kandida, atau kriptokokus.

Nistatin : Terutama digunakan untuk infeksi Candida

albicans pada kulit (krim atau salep) dan membran mukosa (tablet

yang dihisap dalam mulut, pesarium vagina).

2. IMIDAZOL : Merupakan obat antijamur spektrum luas dan resistensinya

arang timbul.

Mikonazol : Banyak digunakan secara topikal pada terapi infeksi

dermatofita dan Candida albicans

Ketokenazol

Klotrimazol

3. TRIAZOL

Flukonazol : Telah digunakan pada mikosis superfisisal dan

sistemik (bukan Aspergillus) spektrum luas

Itrakonazol : Diabsorbsi secara oral, aktif melawan Aspergillus

Vorikonazol : Obat baru spektrum luas yang digunakan untuk

infeksi yang mengancam jiwa

Page 8: 6 Anti Fungi

4. FLUSITOSIN : Hanya aktif melawan ragi dan digunakan terutama untuk

mengobati kandidiasis sistemik atau infeksi kriptokokus. Obat-obat ini

bekerja secara sinergis dan kombinasinya efektif pada meningitis

kriptokokus.

griseofulvin

Terbinavin

5. EKINOKANDIN

Kasporfugin

(M.J. Neal.2006. hal : 86-87)

Page 9: 6 Anti Fungi

III. Alat dan Bahan

Alat :

- Autoklaf

- Bunsen

- Benang

- Cawan petri

Page 10: 6 Anti Fungi

- Gelas kimia

- Incubator

- Jarum ose

- Kain kasa

- Kertas

- Kapas berlemak

- Labu Erlenmeyer

- Pipet tabung

- Perforator

- Pipet eppendorf

- Pipet volume

- Pinset

- Rak tabung

- Tabung reaksi

Bahan :

- Jamur Candida albicans

- Daun sirih

- SDA dan PDA

- Nacl fisiolgis

- Aquades

- Antibiotik Flukanazol

IV. Prosedur Percobaan

Persiapan satu hari sebelum praktikum :

Alat yang digunakan seperti pipet volume, tabung reaksi, cawan petri, dan

labu erlenmeyer yang di cuci dengan bersih. Kemudian di keringkan, lalu kepala

tabung reaksi, pipet volume dan erlenmeyer disumbat dengan kapas berlemak dan

di bungkus dengan alumunium foil, dan untuk alat seperti cawan petri dan pipet

volum di bungkus dengan kertas Hvs kemudian dimasuan ke dalam autoklaf

dengan suhu 121oC.

Page 11: 6 Anti Fungi

Potato Dextose Agar (PDA) dibuat dengan melarutkan 6,5 gram serbuk pda

dalam air suling steril 100 ml, Kemudian dipanaskan sampai larut dalam labu

erlenmeyer, Lalu disumbatkan dengan kapas berlemak, Dan ditutup dengan

alumunium foil dan di sterilkan dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15

menit.Laludiinkubasipadasuhu37oC selama 24 jam.

Prosedur pembuatan Infusa :

20 gram daun sirih dirajang dimasukkan kedalam 200 ml air, dipanaskan dengan suhu 100̊ selama 15 menit.

Pada hari partikum

PDA dicairkan dan dibiarkan mencapai suhu ±45-53oC, Kemudian

dituangkan masing-masing sebanyak 15 mL kedalam 3cawan petri steril yang

sudah berisi suspensi Candida albicans sebanyak 0,5 mL.Diputar cawan petri

sampai homogen dan dibiarkan sampai padat. Kemudian lubangi dengan

perforator, masing-masing cawan sebanyak tiga lubang dan buang media agar

pada lubang.Lalu masukkan infusa daun sirih dengan berbeda-beda konsentrasi

50%, 40%,30%,20%.10%,nacl,aquadest, fluconazol masing-masing kedalam

lubang sebanyak 40μl.Selanjutnya sebelum dimasukkan kedalam incubator untuk

diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu kamar (25 0C) terlebih dahulu prainkubasi

selama 30 menit.Setelah di inkubasi diamati diameter zona hambat dari

ketokenazol, infusa daun sirih, dan control (Aquadest, NaCl).

Prosedur pembuatan suspensi bakteri :

2 kali tarikan jarum ose dalam media bakteri dimasukkan kedalam tabung reaksi

berisi 5 mL aquades , dikocok hingga homogeny

Bahan(media : SA)

Diameter hambat pada waktu24 jam 48 jam

Kelompok 1DAquades (1) - -Aquades (2) - -

NaCl fisiologis - -

Page 12: 6 Anti Fungi

Infusa daun sirih 10% - -Infusa daun sirih 20% - -Infusa daun sirih 30% - -Infusa daun sirih 40% - -Infusa daun sirih 50% - -

Flukanazol - -Kelompok 2D

Aquades (1) - -Aquades (2) - -

NaCl fisiologis - -Infusa daun sirih 10% - -Infusa daun sirih 20% - -Infusa daun sirih 30% - -Infusa daun sirih 40% 0,27 mm -Infusa daun sirih 50% 0,36 mm -

Flukanazol - -Kelompok 3D

Aquades (1) - -Aquades (2) - -

NaCl fisiologis - -Infusa daun sirih 10% - -Infusa daun sirih 20% - -Infusa daun sirih 30% - -Infusa daun sirih 40% 0,10 mm -Infusa daun sirih 50% 0,20 0,14

Flukanazol - -V. Data pengamatan dan perhitungan

Bahan(media PDA)

Diameter hambat pada waktu24 jam 48 jam

Kelompok 4DAquades (1) - -

Page 13: 6 Anti Fungi

Aquades (2) - -NaCl fisiologis - -

Infusa daun sirih 10% - -Infusa daun sirih 20% - -Infusa daun sirih 30% - -Infusa daun sirih 40% 0,83 mm 0,42 mmInfusa daun sirih 50% 1,87 mm 0,85 mm

flukanazol 2,01 mm 0,82 mmKelompok 5D

Aquades (1) - -Aquades (2) - -

NaCl fisiologis - -Infusa daun sirih 10% 0,07 mm -Infusa daun sirih 20% 0,273 mm -Infusa daun sirih 30% 0,31 mm -Infusa daun sirih 40% 0,44 mm -Infusa daun sirih 50% 0,46 mm -

flukanazol 3,72 mm -Kelompok 6D

Aquades (1) 1,043 mm -Aquades (2) - -

NaCl fisiologis - -Infusa daun sirih 10% 0,916 mm -Infusa daun sirih 20% - -Infusa daun sirih 30% 1,21 mm -Infusa daun sirih 40% - -Infusa daun sirih 50% 0,943 -

flukanazol 1,47 mm -

Perhitungan :

Untuk media PDA

Rata rata pengerjaan triplo :

Page 14: 6 Anti Fungi

Infusa daun sirih 10% = 0,07 mm+0,916 mm+0 mm

3=0,375 mm

Infusa daun sirih 20% = 0,273 mm+0 mm+0 mm

3=0,091 mm

Infusa daun sirih 30% = 0,31 mm+1,21mm+0 mm

3=0,506 mm

Infusa daun sirih 40% = 0,83 mm+0,44 mm+0mm

3=0,423 mm

Infusa daun sirih 50% = 1,87 mm+0,46mm+0,943mm

3=1,091mm

Flukanazol = 2,01mm+3,72mm+1,47 mm

3=2,400 mm

Pengenceran :

Konsentrasi 10% : c 1× v 1=c 2× v 2

50 %× v 1=10 %× 40mL

v1=8mL

Konsentrasi 20% : c 1× v 1=c 2× v 2

50 %× v 1=30 %× 40mL

v1=24 mL

Konsentrasi 30% : c 1× v 1=c 2× v 2

50 %× v 1=30 %× 40mL

v1=16 mL

Page 15: 6 Anti Fungi

Konsentrasi 40% : c 1× v 1=c 2× v 2

50%× v 1=40% ×40mL

v1=32 mL

Konsentrasi 50% : c 1× v 1=c 2× v 2

50 %× v 1=50 %× 40mL

v1=40 mL

VI. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan pengujian aktivitas antifungi dari infusa

daun sirih dengan berbagai konsentrasi dan flukonazol. Pengujian ini bertujuan

untuk mengetahui afiktivitas antifungi dari daun sirih dan efektivitas flukonazol

serta membandingkan efektivitas keduanya.Antifungi/antimikroba adalah suatu

bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme.

Pemakaian bahan antimikroba merupakan suatu usaha untuk mengendalikan

bakteri maupun jamur, yaitu segala kegiatan yang dapat menghambat, membasmi,

atau menyingkirkan mikroorganisme. Tujuan utama pengendalian

mikroorganisme untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi

mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan

perusakan oleh mikroorganisme. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh suatu

bahan antimikroba, seperti mampu mematikan mikroorganisme, mudah larut dan

bersifat stabil, tidak bersifat racun bagi manusia dan hewan, tidak bergabung

dengan bahan organik, efektif pada suhu kamar dan suhu tubuh, tidak

menimbulkan karat dan warna, berkemampuan menghilangkan bau yang kurang

sedap, murah dan mudah didapat.

Pengujian dilakukan terhadap bakteri Candida albicans menggunakan

media PDA. Obat antifungi yang digunakan adalah flukonazol.PDA

mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20%

Page 16: 6 Anti Fungi

ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan

khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri.Organisme yang dapat

ditumbuhkan melalui media iniadalah Candida albicans, Saccharomyces

cerevisiae dan Aspergillus niger. Media spesifik untuk jamur biasanya bersifat

asam sehingga bersifat spesifik terhadap jamur dan menghindari pertumbuhan

bakteri, karena umumnya bakteri tumbuh dalam pH netral dan mati pada pH

asam.Media ini dipanaskan agar mencair, kemudian sedikit didinginkan

sehingga suhunya kira-kira 40-50°C, pendinginan ini dilakukan untuk

mendapatkan suhu yang ideal sehingga agar tidak mengeras namun tidak terlalu

panas yang mengakibatkan kematian koloni yang akan dibiakkan. Kegunaan dari

PDA adalah untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang.

Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel

atau produk makanan.

Dalam pengujian aktivitas antifungi dengan menggunakan metode difusi

agar menggunakan perforator bertujuan untuk melihat adanya efektivitas

antifungi pada sediaan uji yaitu infusa daun sirih pada berbagai konsentrasi dan

membandingkan aktivitasnya dengan obat antifungi yaitu flukonazol. Metode ini

lebih umum digunakan pada pengujian daya antifungi karena lebih efektif dalam

menghambat pertumbuhan jamur.Parameter yang digunakan pada metode difusi

yaitu terbentuk atau tidaknya zona hambat dari antifungi. Pada pengukuran

standar, konsentrasi antifungi berkolerasi dengan diameter zona hambat

sehingga bisa digunakan untuk menentukan tingkat kepekaan.

Pada pengujian aktivitas antifungi menggunakan metode difusi agar

dengan berbagai konsentrasi terhadap jamurCandida albicansdengan

menggunakan 3 cawan petri yang mengandung media agar PDA, cawan pertama

dimasukkan infusa sirih 50%;10%;Aquadest, cawan kedua dimasukkan infusa

sirih 40%;20%;Aquadest,dan cawan ketiga dimasukkan infusa daunsirih

30%;flukonazol; NaCl.Kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC dan diinkubasi

selama 24-48 jam.Menurut literatur (Nadeem et al, 2013) suhu optimum Candida

albicans adalah 34º, 37º dan 40ºC, sedangkan pH optimumnya adalah 5.4, 6.4,

dan 7.4, periode inkubasi Candida albicans biasanya 2-5 hari. Berdasarkan

Page 17: 6 Anti Fungi

pengamatan, terbentuk zona bening disekitar daerah sumur pada infusa daun sirih

konsentrasi 10-50% serta flukonazol. Terbentuknya zona bening mengindikasikan

adanya aktivitas antifungi yang dihasilkan oleh sediaan uji tersebut.

Diameterzona hambat yang terbentuk padaCandida albicans yaitu pada

konsentrasi : 10; 20; 30; 40; 50% berturut-turut adalah 0.375; 0.091; 0.506; 0.423;

1.091 mm, sedangkan diameter zona hambat pada flukonazol adalah 2.4 mm.

Penggunaan kontrol NaCl dan aquadest bertujuan untuk memastikan bahwa

aktivitas penghambatan fungi dikarenakan adanya infusa daun sirih dan

flukonazol.Secara teoritis, semakin besar konsentrasi infusa daun sirih maka

semakin besar pula efek antifunginya. Hal ini dapat dilihat dari zona hambat yang

semakin besar seiring dengan adanya peningkatan konsentrasi infusa.Berdasarkan

pengamatan, diperoleh diameter hambat yang tidak konsisten seiring dengan

meningkatnya konsentrasi infusa daun sirih.Hal ini dapat diakibatkan karena

pengerjaan yang tidak aseptis sehingga terjadi penghambatan pertumbuhan

jamur.Terjadi penurunan diameter zona hambat pada waktu inkubasi 48 jam, hal

ini dapat diakibatkan oleh penurunan aktivitas antifungi sehingga tidak dapat lagi

menghambat pertumbuhan fungi. Efektifitas flukonazol sebagai antifungi lebih

besar dibandingkan infusa daun sirih, hal ini dapat dilihat dari diameter zona

hambat yang terbentuk.Dimana zona hambat flukonazol lebih besar dari zona

hambat infuse daun sirih konsentrasi 10-50%.

Berdasarkan hasil pengamatan pada ketiga cawan petri tersebut, zat yang

memilikidayahambat yang besarterhadapCandida albicansadalahcawan yang

mengandung flukonazol. Sedangkan infusa daun sirih yang mempunyai

efektivitas antifungi yang paling besar terhadap Candida albicans adalah infusa

daun sirih konsentrasi 50%.

Flukonazol adalah antifungi golongan triazol yang digunakan untuk

mengatasi berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, di

samping mengobati infeksi jamur, obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah

infeksi jamur, terutama untuk orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Misalnya orang yang menjalani kemoterapi, pasien transplantasi sumsum tulang,

dan pengidap HIV.Mekanisme flukonazol adalah menghambat enzim sitokrom

Page 18: 6 Anti Fungi

P450 sehingga menghambat sintesis ergosterol.Flukonazol merupakan inhibitor

sitokrom P450 sterol C-14 alpha demetilasi (biosintesis ergosterol) jamur yang

sangat selektif.Pengurangan ergosterol, yang merupakan sterol utama yang

terdapat di dalam membrane sel-sel jamur dan akumulasi sterol-sterol yang

mengalami metilasi menyebabkan terjadinya perubahan sejumlah fungsi sel yang

berhubungan dengan membran.Secara in vitro flukonazol memperlihatkan

aktivitas fungi static terhadap Cryptococcus neoformans danCandida sp.

Ekstrak kasar daun sirih dapat digunakan sebagai antibakteri karena

mengandung 4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol yang

merupakan isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol methil euganol,

Caryophyllen (siskuiterpen), kavikol, kavibekol, estragol dan terpinen. Aktivitas

antifungi diduga berasal dari minyak atsiri daun sirih yaitui soeugenol, limonene,

β-pinem dan kariofilena.Minyak atsiri dan ekstrak etanol daun sirih dilaporkan

mempunyai aktivitas antifungi terhadap Candida albicans.

Daftar pustaka

Guyton & Hall. 2002. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. pp. 14-7.

Handayani, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Jakarta : Universitas

Negeri Jakarta.

J. Neal. M. 2006. At Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. hal : 86-87

Page 19: 6 Anti Fungi

Nalina, T. and Z.H.A. Rahim. 2006. Effect of Piper betle L. leaf extract on the

virulence activity of Streptococcus mutans-an in vitro study. Pak. J. Biol. Sci.

9: 1470 – 1475.

Nurhayati Y.1993. Uji kepekaan mikroorganisme asala rongga mulut terhadap

antimikroba dan sediaan daun sirih (piper betle L).Bandung : Universitas

Pajajaran.hlm. 3.

Nadeem S, et al. 2013. Effect of Growth Media, pH and Temperature on Yeast to

Hyphal Transition in Candida albicans. Open Journal of Medical

Microbiology, Vol 3, No.8.

Pelczar, Michael. 2005.  Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta. : Universitas

Indonesia.

Ramji, N., N. Ramji, R. Iyer and S.Chandrasekaran. 2002. Phenolic antibacterials

from Piper betle in the prevention of halitosis. J. of Ethnophar. 83 (1– 2): 149

– 52.

Schlegel, H.G. 1993. General Microbiology. Australia : Cambridge University

Press.

https://www.google.co.id/search?

site=webhp&source=hp&q=Cut_Mirna_22010110130177_BAB2KTI&oq=Cut_

Mirna_22010110130177_BAB2KTI&gs_l=hp.3...1431.1431.0.2421.1.1.0.0.0.0.8

72.872.61.1.0....0...1c.1.64.hp..0.0.0.zNScXOSNT_g Diakses pada : Minggu, 10

April 2016, pukul 11.00 WIB

http://www.microbiologyinfo.com/sabouraud-dextrose-agar-sda-composition-

principle-uses-preparation-and-colony-morphology/Diakses pada : Minggu, 10

April 2016, pukul 11.00 WIB