BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melaluiu tercitpanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seuruh wilayah Republik Indonesia. Berdasarkan tujuan pembangunan kesehatan nasional tersebut maka pemerataan dan pelayanan kesehatan perlu terus-menerus diupayakan dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat melalui pemcegahan dan pengurangan morbilitas, mortalitas dan kecacatan daam masyarakat terutama bayi, anak balita dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas (Depkes RI, Indonesia sehat 2010).
33
Embed
(4.382) Pengaruh Teknik Relaksasi Bernafas Terhadap Respon Adaptasi Nyeri Pada Pasien Inartu Kala (1)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 bertujuan meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal melaluiu tercitpanya masyarakat, bangsa dan Negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seuruh
wilayah Republik Indonesia.
Berdasarkan tujuan pembangunan kesehatan nasional tersebut maka pemerataan
dan pelayanan kesehatan perlu terus-menerus diupayakan dalam rangka mempertahankan
status kesehatan masyarakat melalui pemcegahan dan pengurangan morbilitas, mortalitas
dan kecacatan daam masyarakat terutama bayi, anak balita dan wanita hamil, melahirkan
dan masa nifas (Depkes RI, Indonesia sehat 2010).
Setiap tahun lebih dari 200 juta wanita hamil. Sebagian besar kehamilan berakhir
dengan kelahiran bayi hidup pada ibu yang sehat walaupun demikian, pada beberapa
kasus kelahiran bukanlah peristiwa membahagiakan tetapi menjadi suatu masa yang
penuh dengan rasa nyeri, rasa takut, penderitaan dan bahkan kematian (WHO, 2003).
Rasa nyeri pada persalinan dalam halini adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat
mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, peruabahan tekanan darah,
denyut jantung, pernafasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera diatas I maka
akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress (Bobak, 2004).Nyeri
persalinan dapat mempengaruhi kontraksi uterus melalui sekresi kadar katekolamia dan
kartisol yang menaikkan dan akibatnya mempengaruhi durasi persalinan. Nyeri juga
dapat menyebabkan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi yang akan mengakibatkan
persalinan lama. Adapun nyeri persalinan yang berat dan lama dapat mempengharuhi
sverifikasi sirkulasi maupun metabolisme yang harus segera diatasi karma dapat
menyebabkan kematian gania (Rosemary Mander, 2003).
Intervensi untuk mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri selama persalinan yaitu
intervensi farmakologis nyeri non farmakologis perawat berperan besar dalam
penanggulangan nyeri non farmakologis, yang salah satunya dengan menggunakan teknik
relaksasi bernafas sesuai dengan teori Dick-Read dan Lamage bahwa nyeri persalinan
yang disebabkan oleh rasa nyeri, takut dan tegang dapat dikurangi / diredakan dengan
berbagai metode yaitu menaikkan pengetahuan ibu tentang hal-hal yang akan terjadi pada
suatu persalinan, menaikkan kepercayaan diri dan relaksasi pernafasan (Bobak, 2004).
Teknik relaksasi bernafas merupakan teknik pereda nyeri yang banyak memberikan
masukkan terbesar karena teknik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah kesalahan
yang berlebihan pasca persalinan. Adapaun relaksasi bernafas selama proses persalinan
dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis (SSO) dalam keadaan
homeostasis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan dan
ketakutan agar ibu dapat beradaptasi demgam nyeri selama proses persalinan (Rosemary
M, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh teknik relaksasi bernafas dan masase
terhadap adaptasi nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif di RS…? Didapatkan
bahwa teknik relaksasi bernafas mampu menaikkan adaptasi terhadap nyeri persalinan
pada ibu inpartu kala I fase aktif yang berdasarkan pada hasil uji paired Ttist (Dwi
Purnama, 2005).
Menurut data dari RS…? Menunjukkan jumlah persalinan sebanyak…? Orang
semakin meningkat jumlah persalinan maka tanggung jawab tenaga ksesehatan di tempat-
tempat pelayanan kesehatan semakin berat, khususnya bagaimana melaksanakan metode
yang dapat membantu merasakan nyeri yang berarti. Namun fakta yang terjadi saat ini
tempat-tempat pelayanan kesehatan dalam hal ini Puskesmas dan Rumah Sakit belum
secara efektif melaksanakan intervensi Keperawatanmaternitas teknik relaksasi bernafas
dalam penanganan nyeri persalinan, sehingga tidak diketahui secara pasti apakah
memang benar ada pengaruh teknik relaksasi terhadap nyeri pada pasien inpartu kala I
sesuai dengan referensi / teori yang ada.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“pengeruh teknik relaksasi bernafas terhadap respon adaptasi nyeri pada pasien inpartu
kala I”.
B. Rumusan Makalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
beikut :
“Apakah ada pengaruh teknik relaksasi bernafas terhadap respon adaptasi nyeri
pada pasien inpartu kala I ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diperoleh gambaran tentang pengaruh teknik relaksasi bernafas terhadap respon
adaptasi nyeri pada pasien inartu kala I.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi respon adaptasi nyeri fisiologis, psikologis dan sosial sebelum
melakukan teknik relaksasi bernafas.
b. Teridentifikasi respon adaptasi nyeri fisiologis, psikologis dan sosial setelah
melakukan teknik relaksasi bernafas.
c. Diketahui pengaruh teknik relaksasi bernafas terhadap respon adaptasi nyeri
pasien inpartu kala I.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan bagi tempat pelayanan (Rumah sakit dan Puskesmas)
khusus bagi perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
tertentu.
2. Dapat dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan kualitas asuhan
Keperawatanmaternitas di Rumah sakit.
3. Memberikan masukan kepada profesi Keperawatantentang pentingya
Keperawatanmaternitas pada pasien inpartu untuk menanggulangi nyeri
persalinan.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan informasi
bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Inpartu
Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan (wiknjorastro,
2005). Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :
1. Kala I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai manjadi pembukaan lengkap 10
cm.
2. Kala II : Kala pengeluaran janin. Waktu uterus dengan kekuatan halus ditambah
kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.
3. Kala III : Waktu untuk melepaskan dan pengeluaran Uri.
4. Kala IV : Mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam. Tinjauan pustaka dalam
penelitian ini hanya membahas yang berhubungan dengan kala I persalinan.
1) Kala I Persalinan
Kala I persalinan merupakan stadium di latasi serviks, kala I berlangsung muai dari
onset persalinan hingga di latasi serviks yang lengkap (Hellen Farrer, 1999). Secara klinis
ditandai dengan keluarnya lender bercampur darah (Bloody show), karma serviks mulai
membuka (di latasi) dan mendatar (Affacement).
Darah berasal dari pecahnya pembulu darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena
pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka.
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :
a. Fase Laten : Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3
cm berlangsung dam 7 sampai 8 jam.
b. Fase Aktif : Berlangsung 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase yaitu :
Fase Akseksasi : Berlangsung 2 jam. Pembukaan menjadi 4 cm.
Periode di latasi maksimal (steady) : Berlangsung 2 jam, pembukaan cepat
menjadi 9 cm.
Periode deselarasi : Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi
10 cm atau lengkap.
Kala pembukaan pada primapasa dan multipasa terdapat perbedaan fase. Pada
primigravida serviks mendatar (effacement) dulu baru di latasi dan berlangsung 13-14
jam pada multigravida serviks mendatar dan membuka biasa bersamaan berlangsung 6
sampai 7 jam.
Adapun perubahan-perubahan yang fisiologis yang terjadi pada kala pembukaan
adalah :
Adanya kontraksi dari uterus pada otot-otot uterus.
Kontraksi uterus terjadi karena uterus terdiri dari otot-otot polos yang gerakannya
dibawah pengawasan urat sraf terutama apabila ada rangsangan. Di waktu persalinan,
rangsangan bukan hanya karena membesarnya atau meregangnya uterus saja tetapi juga
karena pengaruh hormon piton yang dikeluarkan oleh hipofise posterior. Kontraksi otot-
otot uterus yang berlangsung lama, akan banyak menekan pembuluh-pembuluh darah
dalam dinding uterus yang akan mengganggu peredaran zat-zat asam yang sangat
dibutuhkan untuk fetus. Tiap kontraksi dimulai dari bagian fundus uteri, kemudian
dibawa menjadi lebih kuat dan terjadi lebih lama pada bagian fundus uteri sendiri.
Kontraksi uterus bagian bawah lebih lembek karena bertujuan untuk membuka serviks
agar terjadi pembukaan jalan keluar.
Adanya Pembentukan segmen atas dan segmen bawah rahim
Pada akhir kehamilan uterus atau rahim menjadi 2 bagian yaitu segmen atas rahim
dan segmen bawah. Segmen atas uterus ialah uterus dengan otot-otot yang lebih tebal dan
sifatnya kontakrif karena terdapat banyak otot-otot serong dan memanjang. Segmen atas
ini mulai daerah fundus uteri dari vawah sampai istimust uteri, yaitu batas korpus dan
serviks uteri dalam keadaan tidak hamil.
Bagian bawah ialah dari istimust uteri sampai ke serviks, di sini otot-ototnya lebih
tipis dan bersifat elastis. Pada waktu permulaan persalinan otot-otot memanjang di uterus
segmen atas berkontraksi menarik otot-otot dari segmen bawah rahim, sehingga otot-otot
berelastis, dalam keadaan demikian ditambah dengan adanya kekuatan desakan anak
yang disebabkan kontraksi uterus segmen atas pula, maka uterus segmen bawah ini
memungkinkan anak dapat melewatinya kemudian dikeluarkan melaluiu jalan lahir.
Adanya Perkembangan Retaksi Ring
Retaksi ring atau Bandl’s Ring adalah batas pinggiran antara uterus segmen bawah
yang otot-ototnya tebal dan uterus segmen bawah yang otot-ototnya tipis. Pinggiran atau
batas ini akan terjadi pada tiap-tiap persalinan, tetapi tidak akan tampak dari luar bila
persalinan berlangsung biasa. Apabila ronjolan retraksi ring tampak dari luar itu
disebabkan karena anak tidak dapat turun ke dasar panggul, karena uterus segmen bawah
harus meregang agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan anak dari uterus segmen
bawah terus-menerus meregang. Bahawa yang timbul akibat uterus segmen bawah yang
meregang terus-menerus adalah terjadinya uterus rupture.
Adannya Penarikan Serviks
Dimulainya persalinan maka jaringan-jaringan otot yang mengelilingi segmen atas,
karenanya serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari uterus segmen bawah.
Apabila telah terjadi penarikan serviks ke atas oleh uterus segmen atas, berarti proses
persalinan sedang berlangsung dan berusaha membuka jalan serta mengeluarkan anak
dari dalam uterus.
Adanya Pembukaan Ortium Uteri Internum dan Externum
Pembukaan pada kala ini disebabkan oleh membesarnya ostium uteri externum
karena otot-otot yang melingkar di sekitar ostium meregang yang memungkinkan saluran
menjadi lebih besar dan cukup dilalui oleh kepala janin. Mekanisme pembukaan ostium
diperkirakan karena tarikan ke atas otot-otot uterus segmen atas yang menarik tepi bagian
yang lunak, yaitu ostium menjadi lebih besar dan juga disebabkan oleh tekanan isi uterus
kepala ostium, terutama oleh kappa anak dan kantong ketuban.
Adanya Show au Pengeluaran dari vulva
Show adalah pengeluaran dari vulva yang menjadi tanda bahwa persalinan telah
mulai. Pengeluaran dari vulva ini merupakan lender yang bercampur darah, biasanya
dikeluarkan beberapa jam setelah persalinan dimulai. Lendir yang dikeuarkan itu berasal
dari serviks, yaitu lender yang dibentuk dalam masa hamil untuik mengisi serviks karena
adanya tarikan serviks ke atas maka lender tersebut dikeluarkan sedangkan darah berasal
dari deciduas vera karena pelepasan selaput khorium, dan disebabkoan oleh pemecahan
pembuluh-pembuluh darah dan adanya tarikan serviks ke atas karena pembukaan.
Adanya Tonjolan Kantong Ketuban
Apabila uterus segmen bawah meregang maka selaput khorium yang menempel di
daerah itu akan terlepas dan karena bertambahnya tekanan dalam uterus maka khorium
yang terlepas dari ini akan membentuk kantong yang berisi cairan dan menonjol ke
ostium uteri internum yang telah terbuka. Kantong ketuban tersebut akan masuk ke dalam
ostium uteri yang telah terbuka walaupun pembukaan masih kecil.
2) Nyeri Persalinan
a. Pengertian Nyeri Persalinan
Nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun potensial (Brunner & Suddart,
2001).
Nyeri persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang disebabkan oleh dilatasi dan
penipisan serviks serta iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen local
mengalami deficit) akibat kontraksi arteri mometrium (Bobaus, 2004).
b. Patofisiologi Nyeri Persalinan
Dalam nyeri persalinan, sistem saraf otonom dan terutama komponen sismpatis
yang berperan dalam sensori. Sistem saraf otonom mengontrol aktivitas otot polos
dan visera misalnya uterus dan dapat dikenal sebagai sistem saraf involunter karena
organ ini berfungsi tanpa kontrol kesadaran. Terdapat dua komponen yang berbeda,
yaitu sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem ini bekerja secara sinergis ketika
mensyarati organ yang sama. Tetapi juga bekerja sendiri-sendiri, misalnya saraf
simpatis menyuplai uterus dan membentuk bagian yang sangat penting dan
neuroanatomi nyeri persalinan.
Sistem saraf otonom menunjukkan bahwa baik komponen simpatis dan
parasimpatis menyuplai sebagian besar organ abdomen dan pelris, termasuk uterus.
Secara anatomi, oto polos uterus disuplai sebagian besar oleh serat-c yang tidak
bermielin dan sebagian oleh serat A-delta kecil yang bermielin.
Serat nosiseptis dalam uterus dan serviks melewati pleksus uterine dan
servikalis dan kemudian (secara berurutan) melewati pleksus pelvikus, nervus
hipogastriseus medius, nervus hipogastriseus superior dan kemudian menuju rantai
simoatis lumbalis. Dari sini, serat nosiseptif melewati rantai torasikurt bagian bawah
dan meninggalkannya dengan berjalan melalui rami komunikates albus yang
berkaitan dengan nervus spenalis T10, T11, T12 dan L1. Akhirnya serat nonseptif
berjalan melalui saraf-saraf spinalis dan berkaitan dengan neuron kornudorsalis.
Serat nosiseptif dari pesinemum melalui nervus pudendus dan masuk ke dalam
modulla spinalis melalui raidus posterior S2, S3, S4. Selain itu, segmen lumbalis
bagian bawah dan sakralis bagian atas menyuplai saraf menuju struktur relvis yang
terlibat dalam nyeri persalinan.
Selama kala I persalinan, intensitas nyeri selama kala ini disebabkan oleh
kekuatan kontraksi dan tekanan yang diakibatkan. Tekanan yang dimaksud adalah
tekanan cairan amnion lebih dari 15 mmhg. Di atas tonus yang dibutuhkan untuk
meregangkan segmen bawah uterus dan serviks sehingga timbul nyeri. Dengan
demikian, makin tinggi tekanan cairan amnion, makin besar distensi sehingga
menyebabkan nyeri yang lebih kuat (Caldeyro-Barcia dan Paseiro, 1960).
Nyeri dirasakan sebagain nyeri tumpul yang lama pada awal kala I dan terbatas
pada dermaton torasikuf ke 11 (T11) dan ke 12 (T12). Kemudian pada kala I persalinan
nyeri pada dermaton T11 dan T12 modi lebih berat, tajam dan kram serta menyebar ke
dermaton T10 dan L1. Penurunan kepala janin memasuki relvis pada akhir kala I
menyebabkan distensi pervis dan tekanan pada radius pleksus lumborakralis yang
menyebabkan nyeri alih pada perjalanan segmen L2 ke bawah. Akibatnya nyeri
dirasakan pada region L2, bagian bawah punggung dan juga pada paha dan tungkai.
B. Tinjauan Tentang Intervensi Pengendalian Nyeri Non Farmakologis
Terdapat beberapa intervensi non-farmakologis yang dapat digunakan sebagai
pereda nyeri dalam persalinan antara lain :
1. Hidroterapi Get
Hidroterapi Get (mandi Whire Pool) ialah metode non-farmakologis yang dipakai
untuk memberikan rasa nyaman dan rasa rileks selama persalinan walaupun metode
ini tidak diterima atau diterapkan secara universal. Beberapa manfaat dapat diperoleh
dari teknik ini. Bebas dari rasa tidak nyaman dan relaksasi tubuh, secara umum
membuat kecemasan ibu berkurang. Berkurangnya rasa cemas akan menurunkan
produksi adrenalin sehingga kadar oksitosin(untuk merangsang persalinan) dan
endorphin meningkat (untuk mengurangi persepsi nyeri). Selin itu, gelombang dan
pukulan ringan air merangsang putting susu (karena hiperstimulasi kontraksi rahim
belum terjadi (Aderhold, perry, 1911) ).
2. Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan
perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang
dialami. Cara distraksi dapat mengurangi nyeri dapat dijelaskan dengan teori “(Gate
Control)”. Pada spina cord, sel-sel reseptor yang menerima stimuli nyeri peripheral
dihambat oleh stimuli dari serabut-serabut saraf yang lain. Karena pesan-pesan nyeri
menjadi lebih lambat daripada pesan-pesan diversional maka pintu spinal cord yang
mengontrol jumlah input ke otak menutup dan pasien merasa nyerinya berkurang
(Cummings, 1981). Beberapa teknik distraksi antara lain bernafas secara pelan-pelan,
masage sambil bernafas pelan-pelan, atau membayangkan hal-hal yang indah sambil
memejamkan mata.
3. Masase
Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon
atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk
meredakan nyeri, merahasiakan relaksasi, dan atau memperbaiki sirkulasi. Masase
adalah terapi nyeri paling primitive (lele, dkk,199o:1777) dan menggunakan refleks
lembut untuk menahan, dan menggosok atau meremas bagian tubuh yang nyeri.
Simkin (1989) mengamati bahwa efek yang menguntungkan hanya berlangsung
selama masase diteruskan ketika dihentikan nyeri bertambah. Kerugian ini
diakibatkan oleh proses adaptasi, yaitu sistem saraf menjadi terbiasa dengan
rangsangan dan organ perasa berhenti berespon. Dengan demikian, Simkin
menganjurkan masase selama persalinan harus dilakukan secara intermitten, seperti
penghusukkan punggung yang khususnya hanya dilakukan selama kontraksi, atau
bervariasi dalam jenis sentuhan dan lokasi.
4. Stimulasi Saraf Elektronik Per Trankutan
Stimulasi saraf elektronik per transkutansi (Tranicutaneous electrical nerve
stimulation (TENS)) efektif akibat adanya efek plasebu. Implementasi TENS dapat
menstimulasi izekposan apiate endogen (enkephalin) pada tubuh wanita sehingga rasa
tidak nyaman yang dirasakan wanita tersebut mereda (Scott, dkk, 1990).
Penggunaan TENS tidak beresiko, baik bagi ibu maupun bagi janin. TENS digunakan
untuk menurunkan atau menghilangkan penggunaan analgesin dan menaikkan
perseposi wanita tentang kemampuan mengontrol rasa nyeri.
C. Tinjauan Relaksasi Bernafas
1. Teknik Relaksasi Bernafas
Teknik relaksasi bernafas merupakan tindakan pengendalian nyeri non
farmakologis yang dapat membantu ibu mengendurkan seluruh tubuhnya kektika rahim
berkontraksi. Beberapa jenis pernafasan bias membantu ibu dalam menghadapu
persalinan tahap 1 (Sebelum diperbolehkan mengedan) :
a. Menarik nafas dalam (untuk membantu ibu rileks) dilakukan pada awal akhir
kontraksi.
b. Menarik nafas dangkal dan cepat di dada bagian atas, dilakukan pada saat
kontraksi mencapai puncaknya.
c. Menarik nafas pendek dan cepat diikuti dengan menghembuskan nafas melalui
mulut dan dilakukan untuk menahan keinginan untuk mengedan (sebelum
terjadi pembukaan lengkap).
Pada tahap ini, teknik pernafasan dapat memperbaiki relaksasi otot-otot abdomen
dan dengan demikian meningkatkan ukuran rongga abdomen. Keadaaan ini mengurangi
friksi (gesekan) dan rasa tidak nyaman antara rahiim dan dinding abdomen karena otot-
otot di daerah genitalia juga menjadi lebih rileks, otot-otot tersebut tidak mengganggu
penurunan janin. Pada tahap II, ibu mulai boleh mengedan dan diselingi dengan manrik
nafas cepat dan pendek. Pada tahap ini, pernafasan dipakai untuk menaikkan tekanan
abdomen dan dengan demikian membantu mengeluarkan janin. Keadaan ini juga dipakai
untuk merelaksasikan otot-otot fundamental untuk mencegah pengeluaran dini kepala
janin.
Ada beberapa metode yang mendasari relaksasi bernafas yaitu :
1. Metode Dick-Read
Bersamaan dengan pendidikan dan latihan pernafasan, relaksasi telah menjadi
landasan persalinan yang disiapkan sejak Dick-Read pertama kali mempertahankannya
(1933) (Rosemary Mander, 2003).
Grantiny Dick-Read dalam dua bukunya, Natural Childbirth (1933) dan Childbirth
Without Fear (1944), menuliskan bahwa rasa nyeri melahirkan merupakan akibat
pengaruh sosial dan sindrom takut tegang-nyeri, untuk mengganti rasa takut maupun
nyeri program Dick-Read meliputi pemberian informasi tentang persalinan dan
melahirkan disamping nutrisi, hygienis dan latihan fisik yang diantaranya latihan
relaksasi secara sadar dan latihan pola nafas. Relaksasi secara sadar meliputi relaksasi
progresif kelompok otot seluruh tubuh. Dengan berlatih banyak, wanita mampu
berelaksasi sesuai perintah, baik selama kontraksi maupun diantara kontraksi. Pola nafas
meliputi nafas dalam pada abdomen hamper sepanjang masa bersalin, nafas pendek
menjelang akhir tahap pertama, dan sampai pada waktu terakhir ini, menahan nafas pada
tahap persalinan (Bobak, 2004).
2. Metode Lamaze
Metode Lamaze berasal dari karya Povlov tentang Classical Conditioning. Metode
menurut Lamaze, rasa nyeri merupakan respon bersyarat. Wanita juga dapat dikondisikan
supaya tidak mengalami rasa nyeri pada saat melahirkan. Metode Lamaze membuat
wanita berespon terhadap kontraksi rahim buatan dengan mengendalikan relaksasi otot
dan pernafasan sebagai ganti berteriak dan kehilangan kendali (Lamaze, 1972).
Wanita ini diajar untuk merelaksasikan otot-otot yang tidak terlihat saat ia
mengkontraksikan otot tertentu. Ia akan menerapkan latihan ini pada saat melahirkan,
yakni dengan merelaksasikan semua otot bahwa pernafasan dada mengangkat diafragman
dari rahim yang berkontraksi. Pola pernafasan dada bervariasi, sesuai intensitas kontraksi
dan kemajuan persalinan (Bovak, 2004).
2. Keuntungan Teknik Relaksasi Bernafas
a. Keuntungan Emosional
Memberikan pengalaman positif tentang melahirkan pada ibu
Mengurangi ketegangan dan ketakukan ibu pada saat persalinan
Berpartisipasi nyata dalam melahirkan anaknya
Membantuk Tumbuhnya hubungan antara orang tua dan anak
Membantu tumbuhnya hubungan antara ibu dan bapak
b. Keuntungan Fisiologis
Dapat mengurangi rasa sakit tanpa menggunakan obat-obatan dan dapat
mengurangi resiko terhadap bayi
Mencegah terjadinya komplikasi seperti nyeri sampai dengan menurunnya oksigen.
Ibu dapat bekerja sama pada saat pemeriksaan
Ibu tidak merasa lelah pada saat dan sesudah melahirkan
D. Tinjauan Tentang Respon Adaptasi Nyeri Persalinan
1. Pengertian adaptasi
Adaptasi adalah suatu proses yang konstan dan berkelanjutan yang membutuhkan
perubahan dalam hal struktur, fungsi dan perilaku sehingga seseorang lebih sesuai dengan
suatu lingkungan tertentu. Adaptasi merupakan suatu proses individual imana masing-
masing individu mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah atau berespon dengan
tingkat yang berbeda-beda (Brunner Sutdar, 2001).
Model adaptasi Roy menjelaskan bahwa individu adalah makhluk biopsikososial
sebagai satu kesatuan utuh, individu selalu berada pada rentang sehat-sakit yang
berhubungan dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan
beradaptasi.
2. Komponen-komponen Dari Adaptasi
Komponen adaptasi terdiri dari :
a. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi secara fisiologis adalah menyesuaikan diri secara fisik untuk merespon
stimulus dari lingkungan. Respon fisiologis terhadap nyeri persalinan ditujukan dengan