Page 1
11 Universitas Kristen Petra
4. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
4.1 Proses Produksi
Pipa Jenis O diproduksi pada gudang 5 dan gudang 2. Berikut adalah
proses produksi dari pipa O dan dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.1.1 Proses Pemotongan Sheet in coil
Ketika ada pesanan Slitting dari departemen PPIC, maka tahap yang
dilakukan adalah pemotongan sheet in coil menjadi strip-strip. PPIC akan
membuat surat permintaan slitting yang kemudian akan diberikan kepada
departemen produksi bagian Slitter. Bagian proses Slitter akan menerima surat
perintah produksi slitting. Operator proses Slitter akan mengecek bahan coil yang
akan diproses dengan menggunakan peralatan seperti dial caliper micrometer, roll
meter, varnier caliper. Setelah bahan coil lolos inspeksi, maka coil berupa
lembaran besi dalam ukuran yang besar akan dipotong menjadi lembaran besi
yang kecil-kecil. Tahap awal yang dilalui adalah sheet in coil diletakkan ke mesin
uncoiler dengan menggunakan alat bantu crane dengan satu operator yang
mengoperasikan.
Sheet in coil ini yang sudah presisi, akan melalui tahap roll press dimana
sheet tersebut akan diposisikan dengan tepat kemudian operator akan
mengoperasikan setting mesin untuk melakukan proses loop case secara otomatis.
Kemudian sheet in coil tersebut akan dipotong secara otomatis dengan mesin
kemudian akan di loop case dan reveler or none. Sheet in coil telah terpotong
menjadi beberapa bagaian sesuai dengan permintaan kemudian akan digulung
untuk menjadi strip-strip dan siap disimpan gudang sementara atau diproduksi
menjadi pipa. Dari proses slitting ini akan diperoleh bahan finish good dan scrap
dari coil.
4.1.2 Proses Produksi Pipa O
Proses pembentukan pipa O melalui serangkaian proses produksi. Proses
produksi akan dilakukan jika ada surat perintah produksi dari PPIC. Bahan baku
Page 2
12 Universitas Kristen Petra
ini adalah lembaran plate yang biasa disebut dengan strip-strip. Strip ini akan
dimasukkan ke dalam uncoiler dengan posisi seimbang. Peletakan strip ke
uncoiler dilakukan oleh satu operator produksi dengan menggunakan crane.
Setelah itu, strip tersebut akan melewati proses sambung strip dengan cara
pengelasan. Sambung strip ini bertujuan untuk menyambung strip baru dengan
strip yang sudah melalui proses. Sambung strip ini dilakukan oleh satu operator
produksi yang bertugas mengelas dengan alat bantu holder las. Jika proses
produksi yang dilakukan merupakan proses baru, maka proses sambung strip
tersebut tidak perlu dilalui. Strip tersebut akan dimasukkan ke dalam accumulator
kemudian akan dilakukan inspeksi kesesuaian mesin. Pada proses setup awal
dilakukan oleh dua operator.
Ketika mesin sudah berproduksi, operator yang memantau hanya satu
operator. Strip akan melalui proses forming, yaitu pembentukkan strip menjadi
pipa. Pada bagian mesin forming terdiri dari roll-roll vertikal dan horizontal.
Ujung strip masuk ke main drive forming section yaitu roll vertikal yang pertama
selanjutnya operator akan menurunkan roll bagian atas dari dua sisi dengan
memutar adjuster, tekanan kedua sisi roll harus sama. Demikian pula dengan
section roll vertikal. Kecepatan pada mesin ini diatur dengan menekan tombol ON
pada motor penggerak dengan posisi potensiometer pengatur kecepatan sekecil
mungkin. Setelah itu pipa tersebut akan melalui proses welding yaitu pengelasan
pipa untuk menggabungkan pipa menjadi bentuk tabung dengan system gas arc
welding dan bekerja secara otomatis. Hasilnya yaitu berupa pipa yang telah jadi
maka selanjutnya permukaan las pada pipa dibersihkan dengan menggunakan flap
wheel. Tahap selanjutnya yaitu proses pendinginan pipa pada cooling section.
Pipa tersebut kemudian akan melalui mesin cutting untuk memotong pipa-pipa
sesuai dengan pesanan. Alat yang digunakan untuk memotong pipa berupa cutting
wheel. Pipa yang terpotong akan dikikir untuk dihaluskan bagian tepi pipa dan
diinspeksi secara visual oleh operator produksi kemudian ditransferkan ke tempat
sementara sebelum melalui proses selanjutnya yaitu proses buffing.
Mesin Buffing yang ada sebanyak 4 mesin buffing dimana masing-masing
mesin Buffing terdiri dari 6 mesin yaitu mesin flapwheell grade 240, 320, 400,
Page 3
13 Universitas Kristen Petra
600, cotton white dan cotton blue. Pada proses ini bertujuan untuk membuat pipa
lebih mengkilap dan bersih. Setelah 1 x proses Buffing, operator akan memeriksa
pipa untuk dinyatakan lolos atau masih akan melalui proses Buffing lagi. Jika pipa
telah lolos QC, maka pipa tersebut akan diberi stiker tanda lolos dan QC Passed
dan kemudian akan dibungkus dengan plastik. Proses ini dilakukan oleh mesin
dan dua operator. Setelah proses ini selesai, pipa tersebut akan disimpan di
gudang dengan menggunakan crane yang dioperasikan oleh operator sebelum
dikirim ke konsumen.
4.2 Karakteristik Kualitas
4.2.1 Proses Penerimaan Bahan Baku
Pada proses penerimaan Sheet in coil, perusahaan menetapkan
karakterisktik penerimaan bahan baku. Jika bahan baku tidak sesuai dengan
karakteristik maka perusahaan akan melakukan complain ke supplier. Berikut
adalah karakteristik kualitas bahan baku penerimaan:
1. Kesesuaian diameter dalam sheet in coil,
2. Kesesuaian diameter luar sheet in coil
3. Kesesuaian tebal sheet in coil
4. Kesesuaian lebar sheet in coil.
5. Kesesuaian visual material.
6. Certificate material.
Kesesuaian yang dimaksud adalah sesuai dengan permintaan perusahaan
yang tertera pada surat incoming material. Proses pengujian ini dilakukan dengan
alat berupa dial caliper dan roll meter untuk mengecek tebal dan meteran untuk
mengecek diameter pipa. Proses Inspeksi dilakukan metode 100% inspeksi supaya
menghindari bahan baku yang tidak berkualitas.
4.2.2 Proses Pemotongan Sheet in coil
Pada proses pemotongan sheet in coil, perusahaan menetapkan
karakteristik kualitas sebagai berikut :
1. Kesesuaian tebal strip
Page 4
14 Universitas Kristen Petra
2. Kesesuaian lebar strip.
3. Kesesuaian material strip.
4.2.3 Proses Produksi Pipa O
Pada proses produksi pipa O perusahaan menggunakan Spec JIS G-3447-
2004 untuk hasil proses produksi pipa O dilakukan inspeksi pipa dengan
karakteristik kualitas sebagai berikut:
Tabel 4.1. Karakteristik Kualitas Pipa O
Kriteria Kondisi Pengujian
Hasil Las/pahat Kuat/halus Visual check
Kelurusan pipa ≤0,1% per meter (panjang pipa) Meteran
Panjang pipa ±25 mm Meteran
Test Flattening Tidak Pecah ( 2/3 D ) Visual check
Test Flarring Tidak pecah ( 4/3 D ) Visual check
Diameter -+ 0,2 mm (diameter) Vernier caliper
Permukaan Pipa Tidak cacat roll (roll mark )
Tidak cacat las (defect welding)
Tidak spiral
Tidak beret (scracth)
Tidak bengkok (dent)
Serat tidak kasar (no hairline )
Permukaan tidak buram
Pipa tidak pesok/tepos (dent)
Visual check
Pada hasil proses Buffing pipa O dilakukan inspeksi pipa dengan karakteristik
kualitas sebagai berikut:
Tabel 4.2. Karakteristik Kualitas Pipa O Hasil Proses Buffing
Kriteria Kondisi Pengujian
Diameter Standar Vernier caliper
Permukaan Pipa Tidak cacat roll (roll mark )
Tidak cacat las (defect welding)
Tidak spiral
Tidak beret (scracth)
Tidak bengkok (dent)
Serat tidak kasar (no hairline )
Permukaan tidak buram
Pipa tidak pesok/tepos (dent)
Visual check
Proses Inspeksi dilakukan 100% pada setiap produk pipa oleh inspector QC dan
dilakukan setelah akhir proses pemotongan dan Buffing.
Page 5
15 Universitas Kristen Petra
4.3 Hasil Produksi
Pada jenis pipa O yang dihasilkan memiliki beberapa kriteria hasil yaitu
Grade A, B, C dan reject. Pipa dikatakan Grade A bila kualitas dari pipa tersebut
benar-benar berkualitas dan lolos semua kriteria QC. Pipa dikatakan grade B dan
grade C apabila :
Tabel 4.3. Karakteristik Kualitas Pipa O Grade B Dan Grade C
Kriteria Kondisi Grade B Kondisi Grade C Pengujian
Hasil Las/pahat Kuat/halus Kuat/halus Visual Check
Kelurusan pipa ≤0,3% per meter (panjang pipa) ≤0,1% per meter (panjang pipa) Meteran
Panjang pipa >25 mm >25 mm Meteran
Test Flattening Tidak Pecah ( 2/3 D ) Tidak Pecah ( 2/3 D ) Visual Check
Test Flarring Tidak pecah ( 4/3 D ) Tidak pecah ( 4/3 D ) Visual Check
Diameter -+ 0,2 mm (diameter) -+ 0,2 mm (diameter) Vernier caliper
Permukaan Pipa Cacat roll (roll mark )
Cacat las (defect welding)
Tidak spiral
Tidak beret (scracth)
Tidak bengkok (dent)
Serat Tidak kasar (no hairline )
Permukaan tidak buram
Pipa pesok/tepos (dent)
Cacat roll (roll mark )
Cacat las (defect welding)
Spiral
Beret
Bengkok
Serat kasar
Permukaan buram
Pipa pesok/tepos
Visual Check
4.4 Penggolongan Biaya Kualitas
4.4.1 Biaya pencegahan
Biaya pencegahan yang dilakukan PT X dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Perencanaan Kualitas (Quality Planning) meliputi biaya-biaya yang
berkaitan dengan aktivitas perencanaan kualitas keseluruhan yaitu gaji Kepala
manager Unit 2, kepala departemen QC, departemen Produksi, kepala seksi QC,
departemen PPIC, departemen PBS, departemen Engineering, departemen
Maintenance, departemen Engineering, departemen GA, termasuk prosedur yang
diperlukan untuk mengkomunikasikan rencana kualitas ke seluruh perusahaan.
2. Aktivitas Perencanaan sasaran Mutu perusahaan dan tiap departemen.
Aktivitas ini termasuk kegiatan perencanaan kualitas karena berhubungan dengan
target kualitas produk yang ingin dicapai perusahan. Kegiatan ini dilakukan
setahun sekali dalam rapat kerja selama 2 jam. Peserta yang mengikuti rapat
Page 6
16 Universitas Kristen Petra
adalah Kepala manager Unit 2, kepala departemen QC, departemen Produksi,
departemen PPIC, departemen PBS, departemen Engineering, departemen
Maintenance, departemen GA, departemen Engineering. Biaya yang dibebankan
adalah biaya gaji peserta rapat.
3. Pelatihan Kualitas meliputi biaya program pelatihan tentang kualitas
yang tidak selalu dilakukan secara rutin, tetapi sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Selama bulan Januari hingga Juni, perusahaan mengadakan pelatihan
kualitas pada bulan April dan Mei. Pelatihan tersebut membahas topik yang
berbeda-beda. Dari topik tersebut, dapat diketahui katagori kualitas dari pelatihan
tersebut. Biaya yang terjadi diambil dari biaya gaji pekerja selama mengikuti
pelatihan tersebut.
4. Aktivitas pencegahan kualitas yang dilakukan oleh pekerja yang ada di
perusahaan X yaitu meliputi Kepala manager Unit 2, Kasi PPIC, SPV Raw
Material, Kasi Engineering, Karu PBS, kepala departemen QC, Kasi QA, Kasi
QC, Karu QC, dan Karu Produksi.
5. Aktivitas settingan mesin Slitter dilakukan sebelum proses produksi strip.
Aktivitas ini termasuk aktivitas pencegahan kualitas karena aktivitas ini yang
menentukan kualitas dari strip yang dihasilkan sesuai dengan rencana produksi
atau tidak. Aktivitas ini membutuhkan biaya gaji dua staff produksi pada setiap
mesin, listrik dari penggunaan mesin slitter. Aktivitas setting ini merupakan
bagian dari aktivitas setup mesin. Data setup mesin slitter diperoleh dari data
harian produksi Slitter perusahaan. Dari data tersebut, dipilih setup Slitter khusus
untuk pipa O yang dapat dilihat dari kode material sheet in coil pipa O.
6. Aktivitas setting mesin SS menentukan hasil pipa berkualitas atau tidak.
Jika setting awal mesin tidak tepat, maka pipa yang dihasilkan akan pipa cacat.
Aktivitas ini membutuhkan biaya gaji dua staff produksi yang bertugas melakukan
setting dan listrik yang digunakan untuk setting awal. Biaya yang dihitung adalah
gaji operator dan listrik karena operator yang berperan dalam menentukkan hasil
setting baik atau tidak. Sedangkan listrik yang dapat menjalankan mesin sehingga
pipa yang terbentuk pipa berkualitas. Aktivitas setting ini merupakan bagian dari
aktivitas setup mesin. Data setup mesin SS diperoleh dari data harian produksi
Page 7
17 Universitas Kristen Petra
SS,QC dan laporan downtime perusahaan. Dari data tersebut, dipilih setup SS
khusus untuk pipa O yang dapat dilihat dari kode order produksi pipa O.
7. Aktivitas setting mesin Buffing dikatakan kegiatan pencegahan kualitas
karena setting awal yang menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Jika setting
awal mesin Buffing tidak tepat maka pipa yang dihasilkan juga tidak berkualitas.
Biaya yang terjadi ketika dilakukan setting awal meliputi gaji operator produksi,
penggunaan listrik dari mesin Buffing.
8. Aktivitas Maintenance mesin dilakukan setiap 3 bulan sekali. Aktivitas
ini dilakukan untuk mengecek kondisi mesin serta membersihkan sparepart mesin
yang kotor. Aktivitas ini membutuhkan biaya gaji staff maintenance, kepala regu
Maintenance dan depresiasi peralatan yang digunakan.
9. Aktivitas Kalibrasi peralatan yang digunakan untuk menginspeksi produk.
Aktivitas kalibrasi alat ini dilakukan 1 tahun sekali setiap ada pembelian peralatan
inpseksi. Biaya yang terjadi yaitu biaya kalibrasi yang meliputi ongkos kirim,
biaya jasa kalibrasi dan ppn 10%.
10. Bahan pembantu proses produksi yang berfungsi untuk mencegah
kecacatan pipa yaitu nitrogren, argon, flapwheel dan solid abrosive compon
azzura g/s. Nitrogren dan argon digunakan untuk membuat permukaan pipa hasil
las menjadi halus dan putih. Jika tidak ada kedua zat tersebut, permukaan pipa
akan tampak hitam/gosong. Solid abrosive compon azzura digunakan pada saat
proses Buffing yang membuat permukaan pipa menjadi lebih halus dan
mengkilap. Demikian juga dengan Flapwheel (kain). Selain itu ada pula air yang
digunakan sebagai pendingin supaya pipa tidak cacat ketika bergesekan dengan
roll sizing dan sebagai pendingin dalam pengelasan. Air yang digunakan
merupakan air sisa dari proses pendingin sebelumnya sehingga perusahaan dapat
melakukan penghematan biaya air. Pergantian air dilakukan 1 bulan sekali.
11. Biaya depresiasi peralatan yang digunakan untuk membantu proses
setting mesin Slitter, SS dan Buffing. Dalam melakukan setting, operator tidak
dapat bekerja sendiri melainkan membutuhkan peralatan untuk memposisikan
strip dan mesin dalam kondisi yang tepat sehingga pipa tersebut berkualitas.
Page 8
18 Universitas Kristen Petra
12. Aktivitas kikir pipa merupakan aktivitas pencegahan kualitas karena
proses kikir dilakukan untuk meningkatkan kualitas semua pipa yang telah
melalui mesin SS yang telah di cutting otomatis. Biaya yang terbeban adalah gaji
operator yang melakukan kikir serta alat kikir. Besar gaji operator diperoleh dari
waktu baku untuk kikir dikalikan gaji per jam sedangkan biaya peralatan kikir
diperoleh dari laporan departemen PBS untuk pembelian kikir setiap bulan.
4.4.2 Biaya penilaian
Biaya penilaian yang dilakukan oleh perusahaan meliputi kegiatan :
1. Aktivitas pemeriksaaan sheet in coil merupakan sebagai bahan baku
utama untuk pembuatan pipa. Pemeriksaan ini meliputi gaji pekerja yang
melakukan inspeksi.
2. Aktivitas pemeriksaan strip hasil proses Slitter. Aktivitas ini termasuk
aktivitas penilaian kualitas karena pekerja bertugas untuk menilai hasil proses
Slitter. Aktivitas ini membutuhkan biaya gaji pekerja produksi yang
menginspeksi.
3. Aktivitas pemeriksaan pipa hasil proses mesin SS meliputi biaya gaji
inspektor yang bertugas untuk menilai apakah pipa tersebut lolos QC atau tidak.
4. Aktivitas pemeriksaan hasil proses Buffing meliputi biaya pekerja yang
melakukan inspeksi. Pekerja tidak menggunakan alat bantu untuk memeriksa hasil
pipa karena pemeriksaan dilakukan visual tetapi pada bagian meja pelempar pipa
terdapat lampu sorot 250 W dengan jumlah 3 lampu yang digunakan. Lampu ini
berbeda dengan lampu penerangan pabrik karena lampu sorot hanya dinyalakan
ketika inspektor memeriksa pipa hasil Buffing.
5. Aktivitas evaluasi quality management yang dilakukan setiap 6 bulan
sekali untuk menilai apakah kualitas produk telah tercapai dan melakukan
perbaikan. Aktivitas ini dilakukan dalam bentuk rapat yang dihadiri oleh seluruh
kepala departemen yang ada seperti Kepala manager Unit 2, kepala departemen
QC, departemen Produksi, kepala seksi QC, departemen PPIC, departemen PBS,
departemen Engineering, departemen Maintenance, departemen Purchasing,
departemen GA.
Page 9
19 Universitas Kristen Petra
6. Aktivitas pelatihan/training penilaian kualitas. Selama bulan April dan
Mei perusahaan mengadakan pelatihan seperti yang telah dijelaskan pada biaya
pelatihan pencegahan.
7. Aktivitas evaluasi sasaran mutu departemen berbeda dengan evaluasi
kualitas. Sasaran mutu departemen ini merupakan kegiatan audit internal kualitas
yang dilakukan perusahaan terhadap semua departemen yang ada. Aktivitas
evaluasi sasaran mutu diadakan setiap 6 bulan sekali selama 2 jam kerja. Biaya
yang terbeban adalah biaya jam kerja dari setiap kepala departemen serta
dokumentasi yang diperlukan.
8. Aktivitas Penilaian Kualitas Pekerja dilakukan oleh pekerja yang ada di
perusahaan X yaitu meliputi Kepala manager Unit 2, Kasi PPIC, SPV Raw
Material, Kasi Engineering, Karu PBS, kepala departemen QC, Kasi QA, Kasi
QC, Karu QC, dan Karu Produksi.
9. Biaya depresiasi peralatan inpeksi seperti dial caliper, roll meter,
varnier caliper yang digunakan oleh operator maupun inspektor untuk menilai
kualitas dari strip ataupun pipa.
4.4.3 Biaya Kegagalan
Biaya kegagalan yang terjadi pada perusahaan X selama bulan Januari-
Juni 2010 untuk produksi pipa O yaitu biaya kegagalan internal sedangkan biaya
kegagalan eksternal, perusahaan tidak ada complain untuk produk pipa O selama
bulan tersebut. Biaya kegagalan internal yang terjadi di perusahaan meliputi
kegiatan :
1. Aktivitas rework Buffing dilakukan ketika pipa hasil proses satu kali
Buffing tidak lolos QC dan masih perlu dilakukan Buffing. Proses pengulangan
Buffing ini meliputi biaya pekerja dan penggunaan listrik dari mesin.
2. Aktivitas reject terjadi pada proses sambung strip dan setup awal mesin
SS serta hasil mesin Buffing yang tidak lolos QC. Pada saat setup awal mesin,
pipa yang terbentuk akan mengalami kecacatan pipa bengkok, pipa cacat roll.
Proses sambung strip merupakan penggabungan strip lama dengan strip yang
baru. Pada produk yang dihasilkan akan tampak bekas sambungan kedua pipa
Page 10
20 Universitas Kristen Petra
tersebut sehingga pasti akan di reject oleh operator. Harga pipa reject yaitu Rp
2.500/kg Besar kegagalan internal yang ditanggung oleh perusahaan sebesar Rp
22.500 dari harga jual per kg pipa.
3. Downgrade yaitu selisih antara harga jual normal (Grade A) dengan
harga jual pipa Downgrade (Grade B). Harga jual pipa normal (Grade A) adalah
Rp 25.000/kg sedangkan Downgrade yang ditentukan oleh perusahaan adalah
20% dari harga normal yaitu sebesar Rp 5.000,00. Downgrade terjadi karena
kualitas produk kurang sesuai dengan persyaratan sehingga tetap dijual dengan
harga yang lebih rendah.
4. Scrap yaitu sisa dari lembaran pipa yang tidak dapat dipakai untuk
produksi. Scrap dihasilkan dari proses pemotongan sheet in coil karena ada
lembaran sisa pada bagian tepi serta lembaran bagian pipa yang berkarat. Scrap
dapat dijual oleh perusahaan seharga Rp 2.000/kg. Scrap ini mengurangi
kegagalan internal yang dialami perusahaan karena dengan adanya penjualan
scrap perusahaan mendapatkan pemasukkan tambahan.
5. Biaya kerugian akibat tidak produksi selama 2 jam maintanance mesin
untuk perawatan kondisi mesin. Biaya kerugian yang terjadi sebesar jumlah pipa
yang tidak diproduksi selama 2 jam maintanance.
6. Kerugian produksi akibat adanya downtime mesin slitter, SS dan buffing.
Mesin dikatakan downtime ketika kondisi mesin mati dan tidak dapat
memproduksi. Sedangkan pada setting, mesin dalam kondisi menyala sehingga
tidak dikatakan downtime. Besar downtime pada tiap-tiap mesin diperoleh dari
laporan harian Downtime yang dimiliki perusahaan kemudian disesuaikan dengan
laporan produksi produk O sehingga besar downtime yang dicari hanya ketika
mesin sedang memproduksi produk O saja.
4.5 Penghitungan Biaya Kualitas
4.5.1 Biaya pencegahan
Biaya pencegahan yang dilakukan PT X dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Perencanaan Kualitas (Quality Planning) dilakukan oleh perusahaan
setiap awal bulan untuk membuat perencanaan kualitas pipa O serta mengingatkan
Page 11
21 Universitas Kristen Petra
semua departemen tentang sasaran mutu tiap departemen supaya kualitas produk
perusahaan tetap terjaga. Dalam hal ini, perusahaan mengadakan rapat kerja
selama 2 jam. Berikut adalah agenda rutin rapat perencanaan kualitas. Pertama
persiapan rapat dan rapat dipimpin oleh plant manager. Kemudian dilanjutkan
dengan pemaparan sasaran mutu yang sudah ada dari tiap departemen supaya
semua diingatkan kembali tentang tujuan utama perusahaan. Jika ada
perubahan/improvement yang akan dilakukan oleh suatu departemen, kepala
departemen akan menjelaskan usulan tersebut. Departemen produksi memaparkan
permasalah yang sering terjadi di lantai produksi. Departemen lain memberikan
solusi atas permasalahan tersebut kemudian akan didiskusikan bersama solusi
tersebut. Dari lama aktivitas tersebut, tidak ada biaya yang dikeluarkan
perusahaan. Oleh karena itu biaya yang terjadi secara tidak langsung adalah biaya
gaji dari peserta rapat. Oleh karena itu besar gaji yang dibebankan adalah beban
gaji selama 2 jam kerja. Detail gaji dapat dilihat pada Lampiran 2. Berikut adalah
tabel gaji perencanaan kualitas.
Tabel 4.4. Biaya Perencanaan Kualitas
Jabatan Jumlah
(Orang)
Gaji per jam
(Rp)
Waktu
(Jam)
Total (Rp)
Kepala manager Unit 2 1 43.321,02 2 86.642,05
Kepala departemen QC 1 18.835,23 2 37.670,45
Kepala seksi QC 1 11.079,55 2 22.159,09
Kepala departemen Produksi 1 18.835,23 2 37.670,45
Kepala departemen PPIC 1 18.835,23 2 37.670,45
Kepala departemen PBS 1 18.835,23 2 37.670,45
Kepala departemen Engineering 1 18.835,23 2 37.670,45
Kepala departemen Maintenance 1 18.835,23 2 37.670,45
Kepala departemen Purchasing 1 18.835,23 2 37.670,45
Kepala departemen PGA 1 18.835,23 2 37.670,45
Total 410.164,77
2. Biaya aktivitas perencanaan sasaran mutu perusahaan dan tiap
departemen diperoleh dari beban gaji pekerja perusahaan yang mengikuti rapat
selama 2 jam yaitu Kepala manager Unit 2 Rp 86.642,05, kepala departemen QC,
departemen Produksi, departemen PPIC, departemen PBS, departemen
Engineering, departemen Maintenance, departemen GA, departemen Engineering
Page 12
22 Universitas Kristen Petra
masing-masing Rp 37.670,45 sehingga total biaya Rp 408.005,68 selama satu
tahun sehingga per bulan diperoleh sebesar Rp 34.000,47
3. Pelatihan Kualitas pada bulan Januari sampai Juni 2010 hanya dilakukan 2
kali pada bulan Maret dengan biaya sebesar Rp 24.500 dan bulan April Rp
3.000.000 dimana biaya yang dikeluarkan tersebut digunakan untuk membeli
konsumsi. Pelatihan kualitas untuk pekerja yang mengurusi pipa O, diadakan
oleh perusahaan pada bulan April sebanyak 6 kali yang membahas materi
tentang :
1. Teknik pengisian kartu stok dan history card diadakan sebanyak 2 kali
pertemuan. Pelatihan ini termasuk katagori penilaian kualitas karena
karyawan yang menginputkan data secara langsung juga melakukan
evaluasi terhadap data tersebut. Peserta yang mengikuti pelatihan tersebut
adalah 2 operator dan 2 karu warehouse.
2. Penghitungan overhead crane. Pelatihan ini tidak termasuk katagori
aktivitas kualitas karena pelatihan ini berhubungan dengan proses
akuntansi biaya.
3. Motivasi karyawan. Pelatihan ini termasuk katagori aktivitas pencegahan
kualitas karena operator yang berperan aktif dalam menghasilkan produk.
Jika operator tidak memiliki semangat dan motivasi kerja maka kinerja
operator tidak maksimal dan hasil produksi tidak berkualitas. Peserta yang
ikut dalam pelatihan ini adalah 2 staff, 3 karu dan 3 kasie.
4. Pemeriksaaan dan perawatan mesin produksi. Pelatihan ini temasuk
katagori pencegahan kualitas karena memberi pengetahuan bagi operator
tatacara memeriksa dan merawat mesin dengan benar sehingga hasil
produk berkualitas. Peserta yang mengikuti pelatihan ini adalah 6 karu
bagian produksi serta 1 operator bagian teknik.
5. Komunikasi efektif. Pelatihan ini tidak termasuk upaya pencegahan
kualitas karena komunikasi efektif merupakan hal yang wajib dimiliki oleh
setiap orang supaya dapat menyampaikan informasi dengan baik dan
efektif.
Pelatihan yang diadakan pada bulan Mei sebanyak 7 kali dengan topik :
Page 13
23 Universitas Kristen Petra
1. Teknik Presentasi. Pelatihan ini tidak termasuk aktivitas kualitas karena
materi yang diberikan tidak mendukung kegiatan kualitas baik dalam hal
pencegahan maupun penilaian kualitas.
2. Pemeriksaaan Harian Mesin. Pelatihan ini termasuk aktivitas pencegahan
kualitas karena materi yang dibahas membantu operator mengerti kondisi
mesin sehingga mencegah terjadinya kerusakan mesin. Peserta pelatihan
ini adalah 3 operator produksi dan 2 karu produksi.
3. Penggunaan Perkakas Tangan. Pelatihan ini termasuk katagori aktivitas
pencegahan kualitas karena pelatihan ini memberikan pengetahuan
penggunaan peralatan dengan benar sehingga mencegah tejadinya
kesalahan pemakaian. Peserta dari pelatihan ini adalah 2 karu produksi dan
1 operator.
4. Penggunaan Kawat Las. Pelatihan ini termasuk aktivitas pencegahan
kualitas karena karyawan mendapatkan pengetahuan menggunakan kawat
las dalam bekerja sehingga mencegah terjadinya kegagalan dan kerusakan
dalam mengelas. Peserta yang mengikuti adalah 1 operator, 1 karu, 1
admin, 2 kasi produksi.
5. Alat Ukur dan Pengukuran. Pelatihan ini termasuk aktivitas penilaian
kualitas karena karyawan diberi pengetahuan penggunaan alat ukur
sehingga dapat penilai suatu produk berkualitas atau tidak. Peserta yang
mengikuti adalah 3 operator dan 1 inspektor QC.
6. Perhitungan Dasar. Pelatihan ini tidak termasuk aktivitas kualitas karena
materi yang diajarkan tentang produksi.
7. K3 tempat Kerja. Pelatihan ini tidak termasuk aktivitas kualitas karena
materi yang diajarkan tentang keselamatan dan keamanan kerja.
Biaya Kualitas dapat dilihat secara detail pada Lampiran 3. Berikut adalah biaya
pelatihan kualitas katagori pencegahan kualitas.
Page 14
24 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5. Biaya Pelatihan Kualitas Katagori Pencegahan Kualitas
Topik Biaya(Rp) Total(Rp)
Memotivasi Karyawan 108.664,77
451.278,41
Pemeriksaan dan Perawatan Mesin 86.931,82
Pemeriksaan Harian Mesin 75.000,00
Pengunaan Perkakas Tangan 47.727,27
Kawat Las 132.954,55
4. Aktivitas pencegahan kualitas meliputi biaya jam kerja pekerja yang
diperoleh dari hasil wawancara. Rekapan wawancara dapat dilihat pada
Lampiran 4 dan rekapan pencegahan kualitas pada Lampiran 5.
5. Aktivitas setting mesin Slitter membutuhkan biaya gaji dua staff produksi
dan listrik dari penggunaan mesin Slitter. Dari pengamatan waktu setting mesin
Slitter diperoleh rata-rata sebesar 74 menit setiap kali setting mesin (Lampiran 6).
Berikut adalah data jumlah banyaknya setting dari 2 mesin Slitter untuk pipa O .
Tabel 4.6. Jumlah Setting Mesin Slitter Produk O
Januari Februari Maret April Mei Juni
Jumlah setup Mesin 8 8 7 5 1 6
Operator yang bekerja melakukan setting mesin adalah operator produksi
bagian Slitter yang berjumlah orang dua orang dengan gaji per jam sebesar Rp
6.818,18. Pemakaian listrik untuk mesin Slitter memerlukan data perhitungan
daya listrik untuk mesin Slitter yang terdiri dari beberapa motor yaitu
Tabel 4.7. Daya Motor Mesin Slitter
Mesin Daya (Hp)
Motor scrap winder 5
Motor charging 50
Motor slittting 50
Motor recoiler 75
Total 145
( 1 Hp = 0,75 kW)
Jadi total daya listrik untuk mesin Slitter adalah 108,75 kW. Pada saat
setup mesin, dibutuhkan daya listrik sebesar = 74/60 x 108,75kW = 134,13 kWH
Page 15
25 Universitas Kristen Petra
dengan harga listrik Rp605 /kWH. Total biaya yang dikeluarkan untuk setting
mesin Slitter :
=(daya listrik setting x harga listrik + gaji per jam x lama setting x jmlh operator )
x total setting per bulan
= (134,13kWH x Rp 605/kWH + Rp 6.818.18/jam x 74/60 jam x 2)
=Rp 97.936
Tabel 4.8. Total Biaya Setting Slitter
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni
Biaya setup
Slitter (Rp) 783.710,42 783.710,42 685.746,62 489.819,01 97.963,80 587.782,81
6. Aktivitas setting mesin SS membutuhkan biaya gaji dua staff produksi
yang bertugas melakukan setting dan listrik yang digunakan saat setting awal.
Dari pengamatan waktu setting adalah 62 menit (Lampiran 6).Berikut adalah data
jumlah banyaknya setting 5 mesin SS yang diperoleh dari merekap data laporan
QC, produksi dan downtime harian.
Tabel 4.9. Jumlah setting Mesin SS Pipa O
Bulan SS1 SS2 SS3 SS4 SS5
Januari - - 2 1 2
Februari 1 - 2 2 1
Maret 1 - 2 2 1
April 1 - 3 2 2
Mei - - 1 - -
Juni - - 2 3 2
Daya listrik untuk mesin SS terdiri dari beberapa motor yaitu
Tabel 4.10. Daya Motor Mesin SS
Mesin SS Daya (kW)
DC mesin forming 26
Blow Motor 0,37
Tacho DC Motor 0,01
Motor Polish 7,5
Motor Cutting 1,5
DC Motor Sizing 7,5
Page 16
26 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.11. Daya Motor Mesin
SS (sambungan)
Blow Motor 0,37
Tacho DC Motor 0,01
Total 43,26
Jadi total daya listrik untuk mesin SS adalah 43,26 kW. Pada setiap kali
setup mesin, dibutuhkan daya listrik sebesar = 62/60x43,26 kW =44,7kWH
dengan harga listrik Rp605 /kWH.
Total biaya yang dikeluarkan untuk satu kali setup satu mesin SS
= (daya listrik setting x harga listrik + gaji per jam x lama setting x jmlh operator )
= (44,7kWH x Rp 605/kWH + Rp 6.818.18/jam x 62/60 jam x 2 )
= Rp 41.135,62
Berikut adalah total biaya yang setting setiap mesin dari bulan Januari hingga Juni
2010.
Tabel 4.12. Total Biaya Setting Mesin SS
Biaya (Rp) SS1 SS2 SS3 SS4 SS5 Total (Rp)
Januari - - 82.271,23 41.135,62 82.271,23 205.678,08
Februari 41.135,62 - 82.271,23 82.271,23 41.135,62 246.813,69
Maret 41.135,62 - 82.271,23 82.271,23 41.135,62 246.813,69
April 41.135,62 - 123.406,85 82.271,23 82.271,23 329.084,92
Mei - - 41.135,62 - - 41.135,62
Juni - - 82.271,23 123.406,85 82.271,23 287.949,31
7. Aktivitas setting mesin Buffing membutuhkan biaya gaji dua staff
produksi yang bertugas melakukan setting, listrik yang digunakan untuk setting
awal. Dari pengamatan diperoleh rata-rata waktu sebesar 54,2 menit (Lampiran 6).
Berikut adalah data jumlah banyaknya setting 4 mesin Buffing
Tabel 4.13. Jumlah Setting Buffing
Setting Buffing 6 Buffing 7 Buffing 8 Buffing 9
Januari - 4 5 3
Februari 3 4 3 4
Page 17
27 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.14. Jumlah Setting Buffing (sambungan)
Maret 4 5 3 2
April 4 2 5 5
Mei 1 1 1 1
Juni 5 6 7 5
Berikut adalah daya dari mesin Buffing.
Tabel 4.15. Daya Motor Mesin Buffing
Mesin Daya (kW)
Motor conveyor 1,5
Motor Flapwhell 7,5
Motor Roll Karet 0,37
Motor Dust Colector 3,7
Total 13,07
Jadi total daya listrik untuk mesin Buffing adalah 13,07 kW. Pada setiap
kali setting mesin, dibutuhkan daya listrik sebesar = 54,2/60*13,07 kW = 11,81
kWH dengan harga listrik Rp605 /kWH
Total biaya yang dikeluarkan untuk satu kali setting satu mesin Buffing =
= (daya listrik setting x harga listrik + gaji per jam x lama setting x jmlh operator )
= (11,81 kWH x Rp 605/kWH + Rp 6.818,18/jam x54,2/60 jam x 2 )
=Rp 19.461,15
Berikut adalah total biaya yang setting setiap mesin dari bulan Januari hingga Juni
2010.
Tabel 4.16. Biaya Setting Buffing
Bulan Buffing 6 Buffing 7 Buffing 8 Buffing 9 Total (Rp)
Januari - 77.844,61 97.305,76 58.383,45 233.533,82
Februari 58.383,45 77.844,61 58.383,45 77.844,61 272.456,12
Maret 77.844,61 97.305,76 58.383,45 38.922,30 272.456,12
April 77.844,61 38.922,30 97.305,76 97.305,76 311.378,42
Mei 19.461,15 19.461,15 19.461,15 19.461,15 77.844,61
Juni 97.305,76 116.766,91 136.228,06 97.305,76 447.606,48
Page 18
28 Universitas Kristen Petra
8. Aktivitas maintenance membutuhan dua orang staff maintenance setiap
pengecekan kondisi mesin produksi yang ada baik mesin Slitter, SS dan Buffing.
Biaya gaji untuk melakukan sekali Maintenance yaitu Rp 6.818,18/jam x 2 orang
x 2 jam = Rp 27.272,72. Berikut adalah total biaya maintenance mesin yang
digunakan untuk memproduksi pipa O dengan cara jumlah mesin dikali biaya per
maintenance.
Tabel 4.17. Biaya Maintenance
Mesin Jumlah
mesin Biaya (Rp) Total(Rp) Total Biaya (Rp)
Slitter 2 27.272,72 54.545,44
299.999,92 SS 5 27.272,72 136.363,60
Buffing 4 27.272,72 109.090,88
Besar biaya Maintenance setiap bulan Rp 299.999,92 / 3 = Rp 99.999,97.
Pada saat melakukan Maintenance, operator menggunakan peralatan seperti Tap
dan snei tangan set 1 set, mesin vet,dll yang dapat dilihat pada Lampiran 7. Setiap
bulan, besar depresiasi peralatan maintanance sebesar Rp 297.613,89. Sehingga
besar biaya Maintenance yang terjadi setiap bulan yaitu Rp 397.613,86.
9. Aktivitas Kalibrasi peralatan membutuhkan biaya untuk pengiriman alat.
Berikut adalah total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk kalibrasi alat QC.
Tabel 4.18. Biaya Kalibarasi Tahun 2009
Nama Alat Jumlah Harga Tanggal Lama
kalibrasi(bulan)
Beban
Kalibarasi
Per bulan
Dial Caliper 1 275.000,00 5 Juni 36 7.638,89
Vernier Caliper 4 800.000,00 27 Agustus 36 22.222,22
Roll Meter 2 605.000,00 1 Juni 12 50.416,67
Roll Meter 2 660.000,00 2 Juni 12 55.000,00
Digital Micrometer 1 475.000,00 27 Agustus 36 13.194,44
Ampere Meter AC 1 350.000,00 28 Agustus 36 9.722,22
Ampere Meter DC 2 700.000,00 29 Agustus 36 19.444,44
Themometer 1 500.000,00 30 Agustus 36 13.888,89
Timbangan digital 1 3.300.000,00 31 Agustus 60 55.000,00
Page 19
29 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.19. Biaya Kalibarasi Tahun 2009 (sambungan)
Timbangan Strip 1 1.500.000,00 7 Oktober 60 25.000,00
Timbangan Coil 1 4.000.000,00 8 Oktober 60 66.666,67
Digital Tachometer 2 975.000,00 1 Juni 36 27.083,33
Digital Tachometer 1 660.000,00 2Juni 36 18.333,33
Digital Tachometer 1 550.000,00 16 Juni 36 15.277,78
Avometer 1 550.000,00 22 Juni 36 15.277,78
TOTAL 414.166,67
10. Jumlah kompisisi bahan pembantu proses produksi dapat dilihat di
Lampiran 8. Berikut adalah total biaya dari bahan flapwheel mesin Buffing, Solid
abrosive compon azzura g/s, proporsi bahan pembantu di mesin SS yang
digunakan untuk membantu mencegah terjadinya kecacatan pipa O.
Tabel 4.20. Total Biaya Bahan Pembantu
Bulan Total Biaya Bahan Pembantu (Rp)
Januari 6.754.915,16
Februari 24.719.237,02
Maret 8.004.360,53
April 11.191.311,18
Mei 885.194,00
Juni 7.313.719,08
11. Biaya depresiasi peralatan pencegahan yang digunakan untuk membantu
proses setting mesin Slitter, SS dan Buffing. Jenis-jenis peralatan yang digunakan
dapat dilihat pada Lampiran 9. Setiap bulan besar depresiasi peralatan Rp
419.027,87
12. Aktivitas kikir pipa dibedakan menjadi 2 yaitu pipa yang ukuran
diameternya kurang dari 2 inchi dan pipa yang lebih dari 2 inchi. Data waktu
proses kikir dapat dilihat pada Lampiran 10 kemudian data-data tersebut akan
diuji kenormalan (Lampiran 11), keseragaman (Lampiran 12) dan kecukupan data.
Performance dan Allowance operator dapat dilihat pada Lampiran 13.Waktu baku
kikir pipa besar dan pipa kecil dapat dilihat pada Lampiran 14. Besar biaya yang
diperlukan untuk melakukan kikir pipa diameter lebih dari 2 inchi adalah Rp
Page 20
30 Universitas Kristen Petra
6.818,17 /3600 x 68.15= Rp 129,07 sedangkan biaya untuk mengikir pipa
diameter kurang dari 2 inchi adalah Rp Rp 6.818,17 /3600 x 31,87= Rp 60,37.
Detail biaya untuk aktivitas kikir dapat dilihat pada Lampiran 15.
Tabel 4.21. Biaya Aktivitas Kikir
Bulan Total
Januari 171.665,65
Februari 719.773,38
Maret 389.487,31
April 418.793,33
Mei 25.405,30
Juni 380.241,55
4.5.2 Biaya penilaian
Biaya penilaian yang dilakukan oleh perusahaan meliputi kegiatan :
1. Aktivitas pemeriksaaan sheet in coil membutuhkan gaji dari staff
warehouse yang melakukan inspeksi karena staf warehouse yang bertugas
menerima barang datang. Penghitungan gaji dihitung dari lama kerja melakukan
inspeksi. Penulis melakukan pengamatan waktu inspeksi yang data telah terlampir.
Dari data waktu yang ada, akan dilakukan uji kecukupan, kenormalan dan
keseragaman kemudian akan diperoleh besar waktu baku. Waktu baku untuk
perhitungan inspeksi sheet in coil dapat dilihat di Lampiran 14. Gaji inspeksi per
unit pipa yaitu Rp 6.818,18 x 201,23/3600 = Rp 381,12
Tabel 4.22. Total Biaya Inspeksi Sheet In Coil Pipa O
Bulan Jumlah unit sheet in
coil pipa O
Total Biaya
Inspeksi (Rp)
Januari 34 12.963,86
Februari 17 6.481,93
Maret 2 762,58
April 21 8.007,09
Mei 8 3.050,32
Juni 7 2.669,03
Page 21
31 Universitas Kristen Petra
2. Aktivitas Pemeriksaan Strip .
Penghitungan gaji dihitung dari lama kerja melakukan inspeksi. Penulis
melakukan pengamatan waktu inspeksi yang data telah terlampir. Dari data waktu
yang ada, akan dilakukan uji kecukupan, kenormalan dan keseragaman kemudian
akan diperoleh besar waktu baku. Waktu baku untuk perhitungan inspeksi pipa
yaitu 221,54 detik dengan biaya inspeksi Rp 419,57 per sheet in coil.
Tabel 4. 23. Total Biaya Inspeksi Strip Pipa O
Bulan Jumlah unit
strip pipa O
Total
Biaya(Rp)
Januari 13 5.454,41
Februari 11 4.615,27
Maret 9 3.776,13
April 9 3.776,13
Mei 2 839,14
Juni 7 2.936,99
3. Aktivitas pemeriksaan hasil proses pipa mesin SS membutuhkan gaji dari
satu operator yang melakukan inspeksi. Penghitungan gaji dihitung dari lama
kerja melakukan inspeksi. Penulis melakukan pengamatan waktu inspeksi yang
data telah terlampir. Dari data waktu yang ada, akan dilakukan uji kecukupan,
kenormalan dan keseragaman kemudian akan diperoleh besar waktu baku. Waktu
baku untuk perhitungan inspeksi pipa yaitu 41,5 detik dengan biaya Rp 78,6 tiap
inspeksi. Berikut adalah jumlah unit pipa O yang diproduksi selama bulan
Januari-Juni 2010 pada tiap-tiap mesin.
Tabel 4.24. Jumlah Produksi Pipa O (Batang)
Keterangan Mesin 1 Mesin 2 Mesin 3 Mesin 4 Mesin 5 Total
Januari - - 1.440 143 596 2.179
Februari 245 - 3.183 3.572 1.421 8.421
Maret 278 - 1.578 2.030 566 4.451
April 36 - 1.414 1.726 2.440 5.616
Mei - - 179 - - 179
Juni - - 2.647 2.051 553 5.251
Page 22
32 Universitas Kristen Petra
Dari jumlah unit pipa O yang diproduksi dapat dihitung biaya untuk
inspeksi dengan mengalikan jumlah unit pipa dengan biaya inspeksi per unit.
Tabel dibawah ini adalah total biaya inspeksi pipa O pada tiap mesinnya.
Tabel 4.25. Biaya Inspeksi Pipa O
Keterangan Mesin 1 Mesin 2 Mesin 3 Mesin 4 Mesin 5 Total (Rp)
Januari - - 113.183,42 11.239,74 46.845,36 171.268,52
Februari 19.278,67 - 250.182,52 280.757,76 111.690,03 661.908,97
Maret 21.814,01 - 124.030,16 159.557,18 44.454,62 349.855,98
April 2.829,59 - 111.139,83 135.662,90 191.783,02 441.415,34
Mei - - 14.069,33 - - 14.069,33
Juni - - 208.053,13 161.207,77 43.465,58 412.726,48
4. Aktivitas pemeriksaan hasil proses Buffing meliputi biaya inspektor yang
melakukan inspeksi. Penghitungan gaji dihitung dari lama kerja melakukan
inspeksi. Penulis melakukan pengamatan waktu inspeksi yang data telah terlampir.
Dari data waktu yang ada, akan dilakukan uji kecukupan, kenormalan dan
keseragaman kemudian akan diperoleh besar waktu baku. Waktu baku dapat
dilihat di Lampiran 14. Biaya inspeksi per unit pipa yaitu Rp 6.818,18 x
60,92/3600 = Rp 115,38. Berikut adalah total biaya inspeksi pada mesin buffing
dan detail perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 15.
Tabel 4.26. Total Biaya Inspeksi Pipa O dari Mesin Buffing
Bulan Total Biaya Inspeksi
Buffing (Rp)
Januari 323.740,46
Februari 1.251.173,96
Maret 661.315,54
April 834.385,69
Mei 26.594,56
Juni 780.156,56
Page 23
33 Universitas Kristen Petra
5. Aktivitas evaluasi quality management dilakukan setiap 6 bulan sekali
dalam bentuk rapat selama 2 jam. Berikut adalah biaya evaluasi quality
management.
Tabel 4.27. Biaya Evaluasi Quality Management
Jabatan Jumlah
(Orang)
Gaji per jam
(Rp)
Waktu
(Jam)
Total (Rp)
Kepala manager Unit 2 1 43.321,02 2 86.642,05
Kepala departemen QC 1 18.835,23 2 37.670,45
Kepala departemen Produksi 1 18.835,23 2 37.670,45
Kepala departemen PPIC 1 18.835,23 2 37.670,45
Kepala departemen PBS 1 18.835,23 2 37.670,45
Kepala departemen Engineering 1 18.835,23 2 37.670,45
Kepala departemen Maintenance 1 18.835,23 2 37.670,45
Kepala departemen Purchasing 1 18.835,23 2 37.670,45
Kepala departemen PGA 1 18.835,23 2 37.670,45
Total per 6 bulan 388.005,68
Per Bulan 64.667,61
6. Aktivitas Pelatihan Penilaian Kualitas meliputi biaya pekerja yang
mengikuti training dimana data dapat dilihat pada Lampiran 3. Biaya pelatihan
tentang penilaian kualitas terjadi pada bulan April dengan biaya Rp 46.022,73 dan
bulan Mei Rp 54.545,45
7. Aktivitas Evaluasi Sasaran Mutu Departemen Biaya yang terbeban
adalah biaya jam kerja dari setiap kepala departemen serta dokumentasi yang
diperlukan.
Tabel 4.28. Biaya Evaluasi Sasaran Mutu
Jabatan Biaya(Rp)
Kepala manager Unit 2 86.642,05
Kepala Departemen Produksi 37.670,45
Kepala Departemen PPIC 37.670,45
Kepala Departemen Engineering 37.670,45
Kepala Departemen PBS 37.670,45
Kepala Departemen Purchasing 37.670,45
Kepala Departemen Maintenance 37.670,45
Kepala Departemen GA 37.670,45
Kepala Departemen QC 37.670,45
Page 24
34 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.29. Biaya Evaluasi Sasaran Mutu(sambungan)
Kasi QA 22.159,09
Staff QA 27.272,73
Admin QA 27.272,73
Peralatan dan Dokumentasi QA Juni 2010
Paper 200.000,00
Bolpoin 20.000,00
Total Peralatan dan Dokumentasi QA Juni 2010 220.000,00
Total 684.710,23
Per bulan 114.118,37
8. Aktivitas Penilaian Kualitas Pekerja dilakukan oleh pekerja yang ada di
perusahaan X yaitu meliputi Kepala manager Unit 2, Kasi PPIC, SPV Raw
Material, Kasi Engineering, Karu PBS, kepala departemen QC, Kasi QA, Kasi
QC, Karu QC, dan Karu Produksi yang diperoleh dari hasil wawancara yang dapat
dilihat di Lampiran 16. Setiap bulan besar biaya yang terjadi yaitu Rp
11.333.215,91
9. Biaya depreasiasi peralatan inspeksi yang terlampir pada Lampiran 9
dimana setiap bulan besar biayanya Rp 331.085,56.
4.5.3 Biaya Kegagalan
Biaya kegagalan internal yang terjadi di perusahaaan meliputi kegiatan :
1. Aktivitas rework Buffing dilakukan ketika pipa hasil proses satu kali
Buffing tidak lolos QC dan masih perlu dilakukan Buffing. Proses pengulangan
Buffing ini meliputi biaya inspeksi ulang pekerja sebesar Rp 115,38 per unit pipa.
Selain biaya inspeksi dari operator, biaya lain yang terjadi yaitu biaya listrik untuk
setiap kali proses ulang Buffing. Waktu proses ulang Buffing memerlukan 16
menit 51 detik (16,85) Atau dengan kecepatan 1400 rpm untuk melakukan sekali
proses Buffing untuk satu unit pipa.
Pada setiap kali proses ulang Buffing, dibutuhkan daya listrik sebesar =
16,85/60*13,07 kW = 3,67kWH dengan harga listrik Rp605 /kWH. Jadi setiap
proses ulang Buffing dibutuhkan biaya sebesar 3,67 kWHx Rp 605/ kWH = Rp
Page 25
35 Universitas Kristen Petra
2.220,35/ unit pipa. Pipa O dapat diperbaiki lebih dari satu kali proses buffing.
Pipa grade A 2x artinya pipa O grade A hasil proses buffing sebanyak 2 x dimana
1 kali adalah proses awal buffing dan 1 kali proses rework. Data perhitungan dapat
dilihat lengkap pada Lampiran 17. Berikut adalah total biaya rework.
Tabel 4.30. Total Biaya Rework
Bulan Total Rework Buffing (Rp)
Januari 6.448.950,53
Februari 15.754.498,85
Maret 13.017.023,29
April 3.043.456,19
Mei 376.052,53
Juni 8.142.354,78
2. Besar kerugian akibat pipa reject yaitu Rp 22.500/kg. Berikut adalah
total pipa yang reject dalam satuan kg dikalikan dengan kerugian/kg sehingga
didapat besar kerugian yang dialami oleh perusahaan.
Tabel 4.31. Biaya Reject
Bulan Reject Pipa O(kg) Biaya Reject Pipa O (Rp)
Mesin Buffing Mesin SS Mesin Buffing Mesin SS
Januari 231,04 509,69 5.198.478,49 11.467.975,49
Februari 83,97 1.437,18 1.889.265,94 32.336.541,75
Maret 93,39 382,12 2.101.209,57 8.597.668,26
April 208,92 703,87 4.700.658,99 15.837.045,73
Mei 318,37 12,55 3.375.000,00 282.277,63
Juni 159,94 424,81 3.598.552,16 9.558.320,06
3. Downgrade yaitu selisih antara harga jual normal dengan harga yang
dikurangi karena alasan kualitas. Downgrade terjadi karena kualitas produk
kurang sesuai dengan persyaratan sehingga tetap dijual dengan harga yang lebih
rendah. Besar downgrade yang ditetapkan oleh perusahaan adalah Rp 5.000,00/kg.
Berikut adalah tabel biaya downgrade pipa O yang terjadi selama bulan Januari-
Juni 2010.
Page 26
36 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.32. Biaya Downgrade
Bulan Grade B(kg) Biaya Downgrade (Rp)
Januari 4.097,38 20.486.917,31
Februari 2.406,09 12.030.443,09
Maret 2.654,87 13.274.362,70
April 533,05 2.665.260,40
Mei 101,89 509.431,08
Juni 743,59 3.717.955,47
4. Berikut adalah tabel jumlah scrap pipa dari mesin Slitter dalam satuan
kilogram dan Scrap dijual dengan harga Rp 2.000/kg. Berikut adalah tabel total
biaya scrap.
Tabel 4.33. Scrap Pipa O
Bulan Plat SS O (kg) Biaya (Rp)
Januari 382,56 765.120,00
Februari 580,73 1.161.460,00
Maret 521,06 1.042.120,00
April 1.529,04 3.058.080,00
Mei 492 984.360,00
Juni 176,34 352.680,00
5. Setiap mesin Slitter SS dan Buffing memiliki kapasitas produksi yang
berbeda. Kapasitas produksi dihitung dari rata-rata kecepatan mesin yang
digunakan dikalikan 1 jam sehingga dapat diketahui rata-rata panjang pipa/strip
yang dihasilkan. Dari rata-rata panjang pipa tersebut dikalikan dengan rata-rata
berat pipa O kemudian dikalikan dengan keuntungan per kg Rp 2.500,00. Berikut
adalah macam pipa O yang diproduksi
Page 27
37 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.34. Macam Pipa O
Material Diameter Diameter Tebal Panjang Berat
(Inchi) (mm) (mm) (m) Kg
P40B-100-AIA-0090A 1/2" 12,70 0,90 6 1,59
P40B-100-AKA-0090A 5/8" 15,90 0,90 6 2,02
P40B-100-AMA-0090A 3/4" 19,10 0,90 6 2,45
P40B-000-ANO-0150A 13/16" 22,00 1,50 6 4,60
P40B-100-BAA-0090A 1 25,40 0,90 6 3,30
P40B-100-BEA-0090A 1 1/4" 31,80 0,90 6 4,16
P40B-100-BGL-0150A 1 3/8" 36,00 1,50 6 9,15
P40B-100-BHP-0150A 1 7/16" 38,00 1,50 6 9,82
P40B-100-BIA-0090A 1-1/2 38,10 0,90 6 5,00
P40B-000-BMA-0120A 1 3/4" 44,50 1,20 6 5,97
P40B-100-CAA-0090A 2" 50,80 0,90 6 6,71
P40B-100-CAA-0095A 2" 50,80 0,95 6 7,08
P40B-100-CAA-0150A 2" 50,80 1,50 6 11,05
Berat Rata-Rata per pipa
5,61
Kecepatan yang digunakan pada mesin SS untuk memproduksi pipa O yaitu
0,5 meter/ menit hingga 1,5 meter menit sehingga rata-rata yang digunakan
untuk mencari kapasitas produksi mesin SS adalah 1meter/menit. Selama 1 jam
mesin SS dapat menghasilkan 60 meter pipa dimana tiap pipa memiliki
panjang 6 meter dengan panjang mesin 12 meter sehingga pipa yang dapat
dihasilkan selama 1 jam = (60 menit x 1 meter/menit – 12 meter )/6meter = 8
pipa dengan total berat = 8 x 5,61 kg = 44,88kg. Kerugian yang dialami
perusahaan ketika mesin berhenti 1 jam Rp 2.500,00 x 44,88 = 112.200,00
Kecepatan yang digunakan pada mesin Slitter untuk memproduksi pipa O yaitu
5 meter/ menit hingga 15 meter menit sehingga rata-rata yang digunakan untuk
mencari kapasitas produksi mesin Slitter adalah 10 meter/menit. Selama 1 jam
mesin Slitter dapat menghasilkan 600 meter-20 meter panjang mesin=580meter
strip dimana per meter strip memiliki berat 5,61/6meter =0,935kg. Kerugian
yang dialami perusahaan ketika mesin berhenti 1 jam Rp 500,00 x 0,935 kg/m
x 580 m= 271.150,00
Page 28
38 Universitas Kristen Petra
Pada mesin Buffing yang panjangnya 6 meter, waktu untuk memproses 1 pipa
membutuhkan waktu 16,85 menit sedangkan pipa ke dua mulai diproses pada
menit ke 8,42 menit. Sehingga 1 jam mesin Buffing dapat menghasilkan = 60
menit/ (16,85-8,4)= 7 pipa dengan total berat pipa 39,83 kg. Kerugian yang
dialami saat mesin berhenti 1 jam Rp 99,586.00
Pada saat maintenance, tiap mesin berhenti selama 2 jam untuk dicek kondisi
mesin, sparepart, serta pembersihan kondisi mesin.
Tabel 4.35. Kerugian Produksi
Mesin Kerugian 2 Jam
Maintenance(Rp)
Jumlah
mesin Total kerugian (Rp)
Slitter 542.300 2 1.084.600
SS 224.400 5 1.122.000
Buffing 199.172 4 796.686
Tiap 3 bulan 3.003.286
Per bulan 1.001.095
6. Besar kerugian produksi akibat adanya downtime dapat dilihat pada
Lampiran 18.
4.6 Penggolongan Biaya Kualitas Berdasarkan Level Biaya
Berdasarkan biaya kualitas yang telah diperoleh, maka biaya – biaya
kualitas tersebut akan digolongkan sesuai dengan level biaya yang ada dalam
sistem penghitungan ABC untuk mengetahui penggolongan biaya kualitas yang
termasuk fixed cost dan variable cost. Ada 4 level biaya yaitu unit-level costs,
batch-level costs, product-sustaining costs dan facility sustaining costs.
Penggunaan teknik ABC membuat lebih mudah untuk menemukan dan
menetapkan biaya-biaya yang ada. Berikut adalah penggolongan biaya kualitas
berdasarkan level biaya :
1. Facility sustaining costs yaitu biaya aktitivitas yang berhubungan dengan
kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan secara
keseluruhan. Facility cost dalam hal ini adalah biaya-biaya yang wajib
Page 29
39 Universitas Kristen Petra
dikeluarkan oleh perusahaan supaya perusahaan dapat memproduksi pipa O saja.
Biaya kualitas yang termasuk level ini adalah
a. Biaya Perencanaan Kualitas (Quality Planning)
b. Biaya Aktivitas Perencanaan sasaran Mutu perusahaan
c. Biaya Pelatihan Pencegahan Kualitas
d. Biaya Aktivitas Pencegahan Kualitas Oleh Pekerja Perusahaan
e. Biaya Aktivitas Kalibrasi Alat
f. Biaya Maintanance dan pemeliharan
g. Biaya Pelatihan Materi Penilaian Kualitas
h. Biaya evaluasi quality management
i. Sasaran mutu departemen 6 bulan sekali/Audit Internal kualitas
j. Biaya aktivitas Penilaian Kualitas
k. Biaya depresiasi peralatan setting awal mesin.
l. Biaya depresiasi peralatan inspeksi
m. Biaya Inspeksi Coil Datang
n. Biaya kegagalan produk akibat maintenance.
Biaya-biaya tersebut termasuk facility dimana biaya tersebut tidak
tergantung unit produk yang diproduksi. Biaya tersebut merupakan facility yang
wajib ada supaya perusahaan dapat memproduksi pipa O karena jika tidak ada
biaya-biaya tersebut, pipa O tidak dapat diproduksi. Pada facility level, dapat
dibedakan menjadi 2 hal yaitu fixed cost dan variable cost. Komponen fixed cost
yaitu biaya yang tiap bulan selalu tetap dan tidak berubah. Komponen fixed cost
meliputi:
a. Biaya Biaya Perencanaan Kualitas (Quality Planning)
b. Biaya Aktivitas Perencanaan sasaran Mutu perusahaan
c. Biaya Aktivitas Pencegahan Kualitas Oleh Pekerja Perusahaan
d. Biaya Aktivitas Kalibrasi Alat
e. Biaya Maintanance dan pemeliharan
f. Biaya evaluasi quality management
g. Sasaran mutu departemen 6 bulan sekali/Audit Internal kualitas
h. Biaya aktivitas Penilaian Kualitas
Page 30
40 Universitas Kristen Petra
i. Biaya depresiasi peralatan setting awal mesin.
j. Biaya depresiasi peralatan inspeksi
k. Biaya kegagalan produk akibat maintenance
Komponen variable cost merupakan biaya yang nilainya berubah-ubah, meliputi
biaya :
a. Biaya Pelatihan Pencegahan Kualitas
b. Biaya Pelatihan Materi Penilaian Kualitas
c. Biaya Inspeksi Coil Datang
2. Batch-level costs yaitu biaya aktivitas yang berhubungan dengan jumlah
batch produk yang diproduksi. Biaya yang terjadi merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan setiap ada permintaan/order dari konsumen. Biaya
kualitas yang termasuk dalam level ini adalah :
a. Biaya Setting Slitter
b. Biaya Setting Mesin SS
c. Biaya Setting Mesin Buffing
d. Biaya Inspeksi Strip
e. Aktivitas Reject Pipa akibat setting awal
f. Biaya kegagalan produk akibat downtime
g. Scrap
Biaya-biaya tersebut akan terjadi setiap ada order oleh konsumen.
Aktivitas reject pipa akibat setting awal pada mesin SS dibebankan dalam batch
level karena pipa reject tersebut hanya terjadi saat setting awal mesin.
3. Unit-level costs yaitu biaya aktivitas yang berhubungan dengan jumlah
unit produk yang diproduksi. Biaya kualitas yang termasuk level ini adalah
a. Biaya Bahan Pembantu Kualitas
b. Biaya Kikir
c. Biaya Inspeksi Pipa Mesin SS
d. Biaya Inspeksi Buffing
e. Aktivitas Rework Buffing
f. Aktivitas Reject Pipa akibat Proses
g. Downgrading
Page 31
41 Universitas Kristen Petra
Biaya tersebut besarnya tergantung dari jumlah unit/kg pipa yang
diproduksi sehingga semakin besar unit/kg pipa maka biaya unit level juga
semakin tinggi. Berikut adalah kumulatif dari tiap level cost.
Tabel 4.36. Tabel Kumulatif Dari Tiap Level Cost
Bulan Biaya Facility Level
(Rp)
Biaya Batch Level
(Rp) Biaya Unit Level (Rp)
Januari 26.724.846,98 12.410.714,72 48.163.826,85
Februari 26.718.365,05 12.317.146,43 86.295.935,62
Maret 26.712.645,70 11.332.732,11 44.983.211,52
April 29.961.509,53 8.903.925,14 36.921.843,67
Mei 27.049.660,72 2.726.070,37 2.603.419,82
Juni 26.714.552,15 12.442.375,67 33.776.243,06
Gambar 4.1. Grafik Level Biaya Kualitas
Pada grafik diatas dapat diamati bahwa level biaya facility level relatif
stabil setiap bulannya. Nilai dari biaya facility level ini dapat dikatakan tinggi
karena sebagian besar biaya berasal dari gaji aktivitas pekerja yang mendukung
kegiatan kualitas. Rata-rata persentase nilai biaya facility level 34,4% dari
keseluruhan total biaya. Pada facility level, kemungkinan untuk melakukan
perbaikan yang diimplementasi sangat kecil, mengingat kegiatan yang dilakukan
merupakan kegiatan wajib perusahaan seperti quality planning tiap bulan.
Kemungkinan yang dapat dilakukan adalah memberikan usulan atau saran demi
kemajuan perusahaan.
-
10.000.000
20.000.000
30.000.000
40.000.000
50.000.000
60.000.000
70.000.000
80.000.000
90.000.000
100.000.000
Jum
lah
Level Biaya Kualitas
Biaya Unit Level
Biaya Batch Level
Biaya Facility Level
Page 32
42 Universitas Kristen Petra
Grafik biaya batch level cukup fluktuatif tiap bulannya. Pada biaya batch
level, biaya terbesar akibat adanya downtime karena setup mesin. Grafik biaya
unit level sangat fluktuatif dan menunjukkan penurunan kenaikan yang signifikan.
Pada bulan Februari terjadi peningkatan sedangkan pada bulan Mei terjadi
penurunan drastis. Pada bulan Februari dikarenakan biaya penggunaan bahan
pembantu cukup besar, pipa reject yang tinggi. Besar nilai biaya unit level
cenderung berbanding lurus dengan jumlah kg pipa yang diproduksi (seperti
gambar dibawah ini).
Gambar 4.2. Jumlah Produksi Pipa O
Pada bulan April, grafik unit level berbeda dengan jumlah produksi pipa
O dimana grafik unit level mengalamami penurunan sedangkan jumlah produksi
mengalami kenaikan. Hal ini terjadi dikarenakan pada bulan April jumlah pipa
downgrade sekitar 1% dari total produksi sehingga nilai unit level turun
dibandingkan jumlah produksi.
Sebagian besar nilai yang ada pada biaya unit level yaitu biaya kegagalan
internal perusahaan. Ketika tingkat produksi pipa O tinggi dan nilai biaya unit
level juga tinggi berarti biaya kegagalan internal yang dialami perusahaan tinggi.
Adapun tujuan penggolongan biaya kualitas menjadi 3 level tersebut
adalah untuk mencari biaya kualitas produk O pada tiap level baik fixed cost
maupun varible cost. Total biaya facilility level selama 6 bulan dibagi dengan
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
Jum
lah
Jumlah Produksi Pipa O (KG)
Total
Page 33
43 Universitas Kristen Petra
total pipa yang diproduksi sehingga dapat diketahui beban biaya facility untuk tiap
pipa. Berikut adalah hasilnya.
Tabel 4.37. Biaya Facility Level Fixed Cost
Biaya Facility Level Total biaya (Rp) Biaya Facility
per unit
Biaya Facility
per kg
Biaya Perencanaan Kualitas Pipa 2.460.988,63 94,30 16,74
Aktivitas Perencanaan Sasaran Mutu
Setahun Sekali 204.002,84 7,82 1,39
Biaya Aktivitas Pencegahan Kualitas
Oleh Pekerja Perusahaan 73.447.363,64 2.814,36 499,69
Biaya Aktivitas Kalibrasi Alat 2.485.000,00 95,22 16,91
Biaya Maintanance Dan Pemeliharan 2.385.683,17 91,41 16,23
Biaya Depresiasi Peralatan Setup 2.514.167,22 96,34 17,10
Menganalisa Sasaran Mutu
Departemen 6 Bulan Sekali/Audit
Internal
684.710,23 26,24 4,66
Biaya Aktivitas Penilaian Kualitas
Pekerja 67.999.295,45 2.605,60 462.62
Biaya Depresiasi Peralatan Inspksi 1.986.513,36 76,12 13,51
Biaya Kerugian Produksi Akibat
Maintenance 6.006.572,78 230,16 40,86
Total 6.137,57*a 1.089,72*
b
*a faktor pembagi = 26.097 batang
*b faktor pembagi = 146.987 kg
Tabel 4. 38. Biaya Facility Level Variable Cost
Biaya Facility Level Total biaya (Rp) Biaya Facility
per unit
Biaya Facility
per kg
Biaya Pelatihan Pencegahan Kualitas 3.475.778,41 133,18 23,65
Biaya Training Materi Penilaian
Kualitas 100.568,18 3,85 0,68
Biaya Inspeksi Coil Datang 33.934,81 1,30 0,23
Total 138,33*a 24,56*
b
*a faktor pembagi = 26.097 batang
*b faktor pembagi = 146.987 kg
Pada facility level dapat diperoleh biaya kualitas per kg yaitu = fixed cost +
variable cost = Rp 1.089,72 + Rp 24,56 = Rp 1.114,28 sedangkan melalui batch
level, akan dicari besar biaya yang dikeluarkan setiap ada order/pesanan dari
konsumen. Pada bulan Januari ada 9 order, Februari 11 order, Maret 10 order,
April 9 order, Mei 2 order, Juni 13 order. Biaya batch level yang ada, akan dibagi
Page 34
44 Universitas Kristen Petra
dengan jumlah total order pada bulan tersebut sehingga dapat diketahui biaya
yang dikeluarkan setiap kali order. Berikut adalah biaya sekali order yang
dibedakan dengan memperhatikan komponen scrap atau tidak.
Page 35
45 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.39. Biaya Batch Level
Batch-level costs Januari Februari Maret April Mei Juni Rata-Rata
Biaya Setup slitter 87.078,94 71.246,40 68.574,66 54.424,33 48.981,90 58.778,28 64.847,42
Biaya Setup Mesin
SS 22.853,12 22.437,61 24.681,37 36.564,99 20.567,81 28.794,93 25.983,30
Biaya Setup Mesin
Buffing 25.948,20 24.768,74 27.245,61 34.597,60 38.922,30 44.760,65 32.707,18
Biaya Inspeksi
Strip 606,05 419,57 377,61 419,57 419,57 293,70 422,68
Biaya Reject Pipa
Akibat Setting 318.328,50 280.906,87 142.416,73 247.078,44 118.002,41 175.930,30 213.777,21
Downtime 1.009.166,83 825.548,67 974.189,22 956.026,74 1.367.216,20 970.947,71 994.586,73
Scrap (85.013,33) (105.587,27) (104.212,00) (339.786,67) (95.500,00) (35.268,00) (127.561,21)
Biaya Sekali Order
dikurangi nilai jual
scrap
1.378.968,30 1.119.740,58 1.133.273,21 989.325,02 1.498.610,19 1.244.237,57 1.204.763,31
Biaya Sekali Order
tanpa nilai jual
scrap
1.463.981,64 1.225.327,86 1.237.485,21 1.329.111,68 1.458.535,19 1.279.505,57 1.332.324,52
45
Un
ivers
itas K
riste
n P
etra
Page 36
46 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.3. Biaya Sekali Order
Dari tabel dan grafik tersebut, dapat diamati bahwa biaya order yang
dikurangi nilai jual scrap berada diantara 900.000 hingga 1.500.000 Biaya pesan
terendah terjadi pada bulan April disebabkan karena scrap yang dihasilkan tinggi
sehinggi nilai jual scrap mengurangi biaya order. Sedangkan pada bulan Mei,
biaya order menjadi sangat tinggi. Hal ini dikarenakan pada bulan Mei
permintaan sedikit sedangkan loss production akibat downtime tinggi sehingga
menyebabkan biaya sekali order tinggi. Downtime bulan mei disebabkan karena
setup mesin dan pergantian sparepart pada kondisi mesin mati. Biaya order tanpa
dikurangi nilai jual scrap cukup relatif stabil yaitu diantara 1.200.00 – 1.500.000.
Selama ini perusahaan tidak pernah menghitung biaya order karena perusahaan
telah membebankan biaya tersebut dalam harga jual.
Biaya unit level akan dibebankan per kg pipa yang diproduksi bulan
tersebut. Berikut adalah tabel unit level.
Tabel 4.40. Biaya Unit Level
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Rata-
rata
Biaya Bahan Pembantu
Kualitas 382,96 431,05 460,28 309,94 1.136,57 504,01 537,47
Biaya Kikir 10,01 12,95 23,09 11,96 33,13 22,11 18,88
Biaya Inspeksi Mesin SS 9,71 11,54 20,12 12,22 18,06 23,29 15,82
Biaya Inspeksi Buffing 18,35 21,82 38,03 23,11 34,15 44,01 29,91
Aktivitas Rework
Buffing 365,62 274,72 748,53 84,29 482,84 459,37 402,56
Aktivitas Reject Selain
Setting 782,46 542,94 533,34 507,20 983,87 643,02 665,47
Downgrading 1.161,48 209,78 763,33 73,81 654,10 209,76 512,04
Biaya Unit level/kg 2.730,60 1.504,81 2.586,73 1.022,54 3.342,72 1.905,57 2.182,16
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
Januari Februari Maret April Mei Juni
Biaya sekali order tanpa dikurangi scrap Biaya sekali order dikurangi scrap
Page 37
47 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.4. Biaya Unit Level per Kilogram Pipa
Pada biaya unit level per kilogram pipa, nilainya berada pada range
seribu hingga tiga ribu rupiah per kilogram. Grafik diatas menunjukkan besar
biaya per kilogram pipa cukup fluktuatif terutama pada bulan April sangat rendah
sedangkan bulan Mei menjadi naik. Biaya unit level per kilogram pipa pada bulan
April merupakan nilai yang terendah dikarenakan pada bulan April jumlah pipa
downgrade hanya 533,05 kg sekitar 1% dari total produksi sehingga nilainya
sangat kecil jika dibandingkan dengan bulan Januari yang besar downgrade 4.097
kg pipa dari 17.639 kg total produksi pipa yaitu sekitar 23%. Pada bulan mei, unit
level cukup tinggi yaitu 3.342,72 per kg karena komponen biaya pembantu
kualitas hampir dua kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya. Penyebab biaya
pembantu kualitas tinggi yaitu pada mesin buffing terdapat kebutuhan flapwheel 7
buah dan compon azzura 4 buah. Bahan-bahan tersebut dicatat oleh departemen
PBS sebagai bahan pembantu yang digunakan pada bulan Mei tetapi di lantai
produksi komponen tersebut tidak habis dipakai pada bulan tersebut(sumber
wawancara), masih ada sisa tetapi dicatat sebagai penggunaan bulan Mei. Selain
karena hal tersebut, produksi pipa di bulan Mei rendah sehingga pembebanan
biaya bahan kualitas pada bulan Mei cukup tinggi.
Jadi biaya kualitas per kg pipa diperoleh dari penjumlahan biaya facility dan unit
level yaitu
= fixed cost facility + variable cost facility + variable cost unit level
= Rp 1.089,72 + Rp 24,56 + Rp 2.182,16
=Rp 3.296,44
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
Januari Maret Mei
Biaya Unit Level
Biaya Unit Level
Page 38
48 Universitas Kristen Petra
4.7 Grafik PAF Biaya Kualitas
Pada Lampiran 19 dan 20 terdapat tabel biaya kualitas. Dari biaya
kualitas tersebut, dibuat grafik sehingga dapat diketahui trend biaya kualitas yang
terjadi di PT X.
Gambar 4.5. Grafik PAF Biaya Kualitas
Dari grafik biaya kualitas diatas, dapat diketahui bahwa biaya
pencegahan yang dilakukan perusahaan setiap bulannya mengalami kenaikan dan
penurunan. Kenaikan dan penurunan biaya pencegahan kualitas dipengaruhi oleh
jumlah pipa yang diproduksi serta jumlah macam diameter pipa yang nantinya
berpengaruh pada banyaknya setup mesin. Pada bulan Februari, biaya pencegahan
paling tinggi dibandingkan bulan-bulan yang lain. Biaya pencegahan terbesar
bulan Februari akibat dari konsumsi penggunaan bahan pembantu kualitas yaitu
zat nitrogen dan argon. Konsumsi kedua zat tersebut tidak dapat diketahui
proporsi untuk setiap produknya, tetapi perusahaan dapat mengetahui tingkat
konsumsi kedua zat tersebut dari data pembelian setiap bulan. Kedua zat tersebut
membantu supaya pipa yang dihasilkan tidak cacat las/pipa berwarna hitam akibat
pengelasan. Bahan pembantu kualitas lainnya yaitu Solid abrosive compon azzura
yang berguna untuk membuat pipa menjadi lebih mengkilap dan halus. Tingkat
konsumsi zat nitrogen,argon dan solid abrosive compon azzura yang tinggi dapat
menghasilkan pipa yang berkualitas. Pengaturan jumlah zat nitrogen dan argon
-
10.000.000
20.000.000
30.000.000
40.000.000
50.000.000
60.000.000
70.000.000
80.000.000
Jum
lah
PAF Biaya Kualitas
Total Biaya Pencegahan
Total Biaya Penilaian
Total Biaya Kegagalan Internal
Page 39
49 Universitas Kristen Petra
yang dipakai hanya melalui selang yang memiliki tombol untuk mengatur tekanan
dan mengalirkan aliran zat tersebut.
Pada bulan Maret, biaya pencegahan kualitas mengalami penurunan
dibandingkan bulan februari, karena jumlah produksi pipa mengalami penurunan
sebesar 69% sehingga konsumsi biaya zat nitrogren dan argon menurun 54% serta
aktivitas setting mesin Slitter dan SS juga menurun. Demikian juga pada bulan
Mei,biaya pencegahan kualitas mengalami penurunan dikarenakan permintaan
produksi pipa O rendah. Pada biaya pencegahan terdapat biaya aktivitas
pencegahan kualitas yang tidak hanya dilakukan oleh bagian produksi,melakukan
pemeliharaan mesin sederhana setiap hari dan mengecek kondisi awal mesin,
tetapi juga oleh semua bagian yang mungkin terlibat seperti SPV Raw Material
yang menjaga kualitas bahan baku di area penyimpanan supaya tidak cacat, Kasi
PBS betugas memilih supplier barang dan sparepart yang berkualitas.
Grafik biaya penilaian yang dilakukan perusahaan setiap bulannya dapat
dikatakan hampir stabil. Kestabilan biaya penilaian disebabkan oleh biaya
penilaian kualitas yang dilakukan oleh pekerja, selalu sama. Meski biaya penilaian
terlihat stabil, tetapi masih ada selisih dimana besar selisih biaya penilaian setiap
bulan dari bulan Januari hingga Juni dengan rata-rata selisih setiap bulannya yaitu
Rp 993.280,54. Selisih biaya penilaian setiap bulannya disebabkan jumlah
produksi pipa sesuai permintaan. Pada umumnya besar biaya inspeksi berbanding
lurus dengan jumlah unit pipa yang diproduksi. Pada biaya penilaian, sebagian
besar biayanya diperoleh dari gaji karyawan sehingga kemungkinan untuk
dilakukan perbaikan pada biaya penilaian sangat tidak mungkin karena gaji
pekerja tidak mungkin untuk dikurangi.
Biaya kegagalan internal yang dialami perusahaan masih cukup tinggi
rata-rata sekitar 51,15% (dapat dilihat pada Lampiran 20) dari total biaya kualitas.
Pada bulan Februari biaya kegagalan internal yang dialami perusahaan merupakan
biaya kegagalan internal yang tertinggi. Hal ini terjadi karena biaya aktivitas
rework buffing dan pipa reject meningkat daripada bulan-bulan yang lain.
Pada bulan Maret biaya kegagalan internal juga masih cukup tinggi
disebabkan yaitu rework buffing, downtime, dan reject. Pada bulan April dan Mei,
Page 40
50 Universitas Kristen Petra
biaya kegagalan internal menurun drastis karena pada bulan Mei permintaan
produksi pipa O berkurang. Besar kegagalan internal bulan Mei yaitu 15%
(Lampiran 20) dari total kualitas bulan Mei. Tetapi pada bulan Juni, terjadi
kenaikan biaya kegagalan internal walaupun tidak sebesar bulan Januari atau
Februari.
Analisa biaya kualitas yang akan dibuat pareto chart adalah komponen
biaya kegagalan internal karena pada kompenen tersebut merupakan komponen
dengan persentase terbesar dan akan difokuskan untuk melakukan usulan. Ketika
dilakukan perbaikan pada biaya kegagalan internal secara tidak langsung
komponen biaya pencegahan dan biaya penilaian akan mengikuti sesuai dengan
kebutuhan.
4.8 Analisa Pareto Kegagalan Internal
Pada biaya kegagalan internal secara keseluruhan, penyebab terbesarnya
adalah reject pipa. Berikut adalah pareto chart dari kegagalan internal.
Gambar 4.6. Pareto Kegagalan internal
Pada pareto tersebut, dapat diketahui bahwa 80% masalah disebabkan
20% jenis penyebab. Pada pareto tersebut, penyebab kegagalan internal
perusahaan terbesar adalah aktivitas reject pipa. Penyebab yang lain yaitu
downgrading, downtime dan rework. Downgrading sangat erat hubungannya
dengan rework karena pipa hasil rework akan menentukan kualitas pipa tersebut.
Dari pareto tersebut, akan dicari akar masalah pada masing-masing penyebab.
Co
un
t
Pe
rce
nt
Kegagalan internal
Count
19,5 18,7 2,4
Cum % 38,4 59,4 78,9 97,6 100,0
96287994 52684370 48953579 46782336 6006573
Percent 38,4 21,0
Other
Aktivita
s Re
work Bu
ffing
Dow
ntim
e
Dow
ngrading
Aktivita
s Rej
ect
250000000
200000000
150000000
100000000
50000000
0
100
80
60
40
20
0
Pareto Chart of Kegagalan internal
Page 41
51 Universitas Kristen Petra
4.9 Diagram Sebab Akibat
Untuk mencari tahu usulan-usulan perbaikan yang dapat dilakukan yaitu
dengan membuat diagram sebab akibat pada masing-masing penyebab yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan operator,teknisi dan produksi.
4.9.1 Diagram Sebab Akibat Pipa Reject
Berikut adalah diagram sebab akibat terjadinya pipa reject.
Reject
Machine
Man
Method
operator tidak memposisikan
sparepart dengan tepat
Operator tidak teliti
Sambung strip
Setting awal mesinKondisi mesin tidak tepat
Sisa Strip terbuang
Reject proses
Setting mesin tidak tepat
Penyesuaian ukuran pipa
Bekas pengelasanPengelasan tidak
sempurna
Material
Permukaan strip tidak rata
Permukaan pipa
tidak rata/bari
Tekanan di mesin slitter kurang besar
Kondisi sparepart tidak tepat
Ukuran As tension kecil
Gambar 4. 7. Diagram Sebab Akibat Pipa Reject
Meskipun persentase reject pipa kecil yaitu 3,25 % dari batang atau
2,91% (Lampiran 21) dari berat pipa keseluruhan selama 6 bulan, akan tetapi
kerugian biaya yang dialami perusahaan cukup besar yaitu 22.500 per kg pipa.
Penyebab pipa reject yang sering terjadi di lantai produksi adalah pada saat setting
awal mesin SS, sisa strip akhir, sambung strip dan pada saat proses terjadi
kecacatan. Pada saat setting awal, pipa yang terbentuk adalah reject karena pipa
tersebut masih disesuaikan dengan bentuk diameter yang diinginkan. Umumnya
pipa tersebut tidak berbentuk silinder akibat penyesuaian roll forming dan sizing
yang masih belum sempurna. Kecacatan pipa akibat sambung strip dikarenakan
pipa yang terbentuk merupakan hasil sambungan sehingga pada pipa tersebut ada
bekas pengelasan. Reject pipa akibat sisa strip akhir yang tidak mencapai 6 meter
atau ukuran pipa yang diinginkan. Pipa sisa yang terbentuk akan dijual dalam
bentuk pipa sisa dengan harga Rp 2.500 seperti pipa reject. Sisa strip ini tidak
bisa dihindari karena dalam 1 gulungan coil, panjang coil tersebut tidak selalu
dapat menghasilkan pipa dengan pas, tanpa ada sisa.
Page 42
52 Universitas Kristen Petra
Pada saat proses mesin SS, reject terjadi akibat operator tidak
memposisikan peralatan dengan tepat seperti posisi roll tidak center menyebabkan
cacat roll, ujung tungsen tumpul sehingga pengelasan tidak sempurna, dan
permukaan strip tidak rata akibat proses di mesin sebelumnya yaitu mesin slitter.
Permukaan strip tidak rata akibat pemotongan di mesin Slitter menyebabkan
timbulnya bari sehingga ketika dilakukan pengelasan, permukaan pipa yang akan
digabung saling menumpuk sehingga las yang terbentuk cacat bahkan berlubang.
Berdasarkan informasi wawancara, timbulnya permukaan bari ini disebabkan pada
proses pemotongan di mesin Slitter, strip tersebut tidak tertekan kuat oleh salah
satu bagian mesin sehingga masih ada permukaan tepi hasil potongan strip yang
bergelombang. Kondisi permukaan strip tidak rata/adanya bari yang terjadi di
lantai produksi sekitar 5% dari kejadian pipa reject pada saat proses.
4.9.2 Diagram Sebab Akibat Downtime
Downtime
Machine
Man
Operator melakukan setup lama 3-4 jam
Pergantian sparepart
pada saat proses
Sparepart aus
Mesin rusak
Material
Permasangan flapwheel baru
Mesin sudah tua
Flapwheel habisOperator yang melakukan
setup 2 orang
Pengelasan tidak sempurna
Posisi tungsen miring
Gambar 4.8. Diagram Sebab Akibat Downtime
Kegagalan internal berikutnya yaitu downtime mesin. Ketika mesin mati,
kerugian yang dialami oleh perusahaan cukup besar. Penyebab mesin mati/tidak
menyala yaitu karena adanya setup awal yang dilakukan operator untuk
pergantian tipe pipa yang diproduksi, pergantian sparepart yang rusak, perbaikan
mesin. Dari ketiganya yang sering terjadi adalah setup awal mesin yang
Page 43
53 Universitas Kristen Petra
membutuhkan waktu yang cukup lama (Lampiran 18) untuk membongkar
sparepart lama dan memasang sparepart yang baru.
4.9.3 Diagram Sebab Akibat Downgrade dan Rework
Rework dan Downgrade
Machine
Man
operator tidak memposisikan
peralatan dengan tepat
Setting awal tidak tepat
Tergores dari mesin SS
Roll keringPengelasan tidak sempurna
Material
Flapwheel tidak memoles tepat
Permukaan pipa tidak rata/bari
Posisi flapwheel bergeser
Compon tidak
memoles dengan tepat
Posisi compon berubah
Ujung tungsen tumpul
Cekam menekan
pipa sangat kuat
Gambar 4. 9. Diagram Sebab Akibat Downgrade dan Rework
Penyebab kegagalan internal yang lain adalah downgrade dan rework
pipa. Pipa dikatakan status grade A atau B setelah melalui proses Buffing, dimana
pipa tersebut diinpeksi oleh inspekstor yang menyatakan kondisi pipa tersebut.
Downgrade ini terjadi karena kondisi pipa tersebut dibawah standar kualitas yang
ditentukan. Pipa grade C masih bisa diperbaiki sehingga menjadi grade A atau B
sedangkan pipa grade B sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Pengaruh terbesar
downgrade adalah mesin Buffing yang berkaitan erat dengan rework .
Rework dilakukan untuk memperbaiki pipa yang cacat akibat
pembentukan di mesin SS atau pun di mesin buffing. Pipa cacat seperti adanya
spiral, serat, cacat roll, cacat las, beret, buram (Lampiran 22) dapat diperbaiki
supaya kecacatan tersebut diminimalkan dengan cara pengulangan proses buffing.
Pada mesin buffing, penyebab terjadi kecacatan pipa yaitu posisi solid abrosive
compon azzura tidak memoles pipa dengan sempurna, posisi flapwheel yang tidak
tepat, bagian flapwheel ada yang tidak rata sehingga ketika berputar memoles pipa
akan terjadi beret. Sedangkan pipa cacat dari mesin SS disebabkan oleh proses
pengelasan yang tidak sempurna seperti pada permukaan pipa tersebut masih
bergerigi/gelombang pada permukaan gabungan las, bagian cekam pada proses
Page 44
54 Universitas Kristen Petra
cutting menekan pipa sehingga timbul spiral/serat ataupun permukaan roll kotor
sehingga pada pipa terbentuk bintik-bintik.
4.10 Klasifikasi Permasalahan Kualitas
Pada gambar 4.6 pareto kegagalan internal yang telah dianalisa, dapat
ketahui penyebab terjadinya masalah kualitas. Masalah yang terjadi dapat
diklasifikasikan ke dalam permasalahan utama yaitu :
1. Reject pipa disebabkan setting awal, sambung strip, kecacatan akibat
proses dan sisa strip. Ketika seting awal mesin SS, secara tidak langsung, pipa
yang terbentuk adalah pipa reject karena pada saat setting berlangsung, pipa juga
sedang dibentuk. Kondisi ini tidak dapat dihindari oleh perusahaan, akan tetapi
setelah setting dilakukan dengan tepat dan benar, mesin akan bekerja membentuk
pipa yang berkualitas. Selama ini operator bekerja melakukan setting awal mesin
SS dengan berdasarkan kebiasaan. Usulan yang akan dilakukan adalah merancang
metode penyambungan sisa strip akhir guna untuk pengurangan pipa reject
akibat setting awal mesin SS serta merancang SOP baru aktivitas penyambungan
tersebut pada mesin SS.
2. Adanya downtime yang cukup besar sehingga menyebabkan perusahaan
mengalami kerugian produksi. Penyebab downtime terbesar yaitu waktu setup
mesin yang cukup lama sehingga mesin tidak dapat memproduksi pipa. Aktivitas
setup yang dilakukan oleh operator pertama-tama yaitu membongkar sparepart
mesin yang lama kemudian memasang sparepart mesin yang baru. Selama ini
Setup mesin dilakukan oleh 2 orang operator. Oleh karena itu, perbaikan yang
akan dilakukan yaitu dengan mengalokasikan operator yang idle untuk membantu
proses setup yang sedang berlangsung sehingga mengurangi waktu setup.
3. Rework Pipa di mesin Buffing cukup tinggi 38%. Salah satu penyebabnya
adalah posisi solid abrosive compon azzura pada mesin Buffing tidak memoles
pipa secara sempurna. Ketika setting awal mesin Buffing, operator meletakkan
solid abrosive compon azzura dengan posisi berdiri dan pipa akan berputar
memakan zat tersebut sehingga pipa tersebut halus. Akan tetapi ketika proses
terus berlangsung, operator tidak selalu mengecek dan memantau kondisi mesin
Page 45
55 Universitas Kristen Petra
sehingga ketika ada posisi solid abrosive compon azzura yang miring dan tidak
memoles pipa secara sempurna, pipa akan mengalami kecacatan baik itu pipa
menjadi berserat,spiral atau beret. Usulan yang akan dilakukan yaitu eksperimen
pencampuran solid abrosive compon azzura dengan flapwheel tipe CW dan CB
untuk penentuan metode baru pada proses buffing sehingga jumlah downgrade
dan rework pipa pada mesin buffing dapat berkurang
4. Kecacatan pipa (Lampiran 23) yang terjadi seperti proses pengelasan
yang tidak sempurna disebabkan karena permukaan strip yang tidak rata/ada
bari/bergelombang. Kondisi strip yang tidak rata ini disebabkan karena pada saat
proses Slitter awal, strip tidak tertekan rata oleh As Penekan Tension mesin Slitter
IV. Kondisi strip yang bari tidak dapat mengalami proses pengelasan secara
sempura dan timbul lubang. Usulan yang akan diberikan adalah pergantian As
Penekan Tension pada mesin slitter 4 guna untuk mengurangi bari/permukaan
pipa yang tidak rata sehingga proses pengelasan dapat berjalan sempurna dan
mengurangi pipa reject.
Permasalahan yang terjadi di perusahaan X dan usulan perbaikan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Tabel 4.41. Permasalahan dan Usulan Perbaikan
No Permasalahan Usulan Perbaikan
1 Reject pipa disebabkan setting awal,
sambung strip, kecacatan akibat proses
dan sisa strip
Merancang metode penyambungan sisa strip
akhir guna untuk pengurangan pipa reject
akibat setting awal mesin SS serta merancang
SOP baru aktivitas penyambungan tersebut pada
mesin SS.
2 Downtime terbesar yaitu waktu setup
mesin yang cukup lama sehingga mesin
tidak dapat memproduksi pipa
Pengalokasikan operator yang idle untuk
membantu proses setup yang sedang
berlangsung sehingga mengurangi waktu setup
3 Posisi solid abrosive compon azzura
pada mesin Buffing tidak memoles pipa
secara sempurna
Pencampuran solid abrosive compon azzura
dengan flapwheel tipe CW dan CB untuk
penentuan metode baru pada proses buffing
Page 46
56 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.42. Permasalahan dan Usulan Perbaikan(sambungan)
4 Permukaan strip yang tidak rata/ada
bari/bergelombang.
Pergantian As Penekan Tension pada mesin
slitter 4 guna untuk mengurangi bari/permukaan
pipa yang tidak rata
Selain usulan diatas, juga akan diberikan usulan perventif action untuk
setiap akar permasalahan yang terjadi. Usulan preventif ini dapat memberi
masukan bagi pihak perusahaan sehingga dapat meminimalkan kegagalan internal
yang terjadi. Usulan yang keempat dan usulan preventif ini tidak akan
diimplementasikan tetapi sebagai masukan bagi perusahaan.
Page 47
57 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.43. Preventif Action
Karakteristik Kualitas
yang dilanggar
Titik potensial Jenis Kecacatan Penyebab Preventif
Permukaan Pipa Tidak cacat
roll (roll mark )
Roll Stand roll dan
Roll Sizing
Permukaan pipa cacat roll
seperti ada bintik-bintik Roll kotor
Ketinggian roll tidak sama
Aliran air kecil.
Membersihkan roll stand roll dan
Sizing sebelum dipakai.
Membubut roll
Memperbesar kran air
Permukaan Pipa Tidak cacat
las (defect welding)
Ujung Tungsen,
Tekanan Gas
Nitrogen,Argon
Permukaan pipa
bergelombang,
menumpuk (highlow),
kasar dan berwarna
hitam,lubang.
Ujung tungsen tumpul
Aliran nitrogen dan argon berubah-ubah
Posisi roll tidak center
Strip tidak rata.
Pergantian atau peruncingan ujung
tungsen sebelum dipakai.
Pengecekan tekanan nitrogen dan
argon saat proses produksi berlangsung
Proses setting roll dilakukan dengan
tepat
Pemberian kain perca pada bagian
leveler untuk menekan strip
Permukaan Pipa Tidak
spiral
Proses pembersihan
dengan flapwheel
dan compon
Permukaan pipa tampak
ada garis spiral Posisi flapwheel dan compon tidak
tepat
Settingf posisi flapwheel dengan tepat
Pengecekan posisi compon saat proses
produksi berlangsung
Permukaan Pipa Tidak beret
(scracth)
Flapwheel dan
conveyor buffing
Permukaan pipa beret
berupa garis putus-putus Ada bagian flapwheel yang tidak rata.
Terkena landasan conveyor mesin
buffing
Pengecekan kondisi flapwheel sebelum
dipasang pada mesin
Pemasangan kain perca pada conveyor
buffing
Permukaan Pipa Serat Tidak
kasar (no hairline )
Roll Sizing, Roll
Stand roll
Flapwheel mesin
buffing
Pada permukaan pipa
tampak serat-serat dalam
jumlah banyak
Roll kotor
Posisi flapwheel di mesin bufing tidak
tepat.
Membersihkan roll stand roll dan
Sizing sebelum dipakai
Penyettingan posisi flapwheel dengan
tepat dan pengecekan saat proses
berlangsung
Permukaan Pipa tidak
buram
Proses pembersihan
dengan flapwheel
dan compon
Permukaan pipa buram Flapwheel dan compon tidak memoles
sempurna.
Operator menyetting posisi flapwheel
dengan tepat
Pengecekan posisi compon saat proses
produksi berlangsung
57
Un
ivers
itas K
riste
n P
etra
Page 48
58 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.38. Preventif Action (Sambungan)
Karakteristik Kualitas
yang dilanggar
Titik potensial Jenis Kecacatan Penyebab Preventif
Pipa tidak pesok/tepos
(dent)
Cutting pipa Pipa tepos pada salah satu
bagian atau keseluruhan Mesin penyekam terlalu kuat menekan
pipa.
Jatuh dari mesin pelempar/material
handling
Penumpukan pipa
Mengatur tekanan mesin penyekam
Membatasi jumlah maksimal pipa yang
diangkut dan ditumpuk terutama pada
pipa yang ketebalan kurang dari 2mm.
58
Un
ivers
itas K
riste
n P
etra