35 Universitas Kristen Petra 4. PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi 4.1.1 Proses Produksi pada Departemen Rotogravure Produk A diproduksi pada departemen rotogravure. Proses produksinya adalah sebagai berikut: 1. Printing atau cetak Mesin printing yang digunakan adalah satu buah mesin yang terdiri dari berbagai macam unit di dalamnya. Kertas sebagai raw material yang digunakan berupa gulungan kertas. Hasil keluarannya berupa kepingan finished good. Proses produksinya jauh lebih cepat apabila dibandingkan dengan proses produksi pada departemen offset. Mesin yang digunakan pada departemen rotogravure ini akan menggabungkan beberapa mesin pada departemen offset. Mesin ini dioperasikan oleh general control panel yang berfungsi sebagai pemantau dan pengontrol semua unit secara umum. Bagian-bagian dari mesin printing ini antara lain: a. Unwinder unit Unwinder unit merupakan bagian yang berfungsi untuk menyuplai kertas (yang berupa gulungan atau roll) untuk proses printing terus menerus tanpa henti Pada unit ini terdapat feeston unit yang berfungsi untuk menyuplai kertas ke proses cetak saat proses splicing berlangsung, sehingga tidak terjadi berhentinya proses produksi. Pada unwinder unit terdapat dua bagian utama yaitu: core shaft dan pengangkut rol kertas. Core shaft berfungsi sebagai tempat meletakkan rol kertas yang akan digunakan untuk produksi. Pengangkut rol kertas digunakan untuk memindahkan dan menempatkan rol kertas yang sudah dipasang core shaft pada unwinder unit. b. Infeed unit Infeed unit merupakan bagian yang berfungsi untuk mengatur kelurusan (alignment) dan tegangan (tension) kertas sebelum masuk ke printing unit. Alat untuk mengatur kelurusan dan tension disebut web guide. Bagian dalamnya
107
Embed
4. PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi 4.1.1 Proses ......awal dan tidak bergeser atau bahkan tercecer apabila dilakukan proses pengangkutan, pemindahan, dan lain-lain. 4.1.2 Proses Produksi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
35 Universitas Kristen Petra
4. PEMBAHASAN
4.1 Proses Produksi
4.1.1 Proses Produksi pada Departemen Rotogravure
Produk A diproduksi pada departemen rotogravure. Proses produksinya
adalah sebagai berikut:
1. Printing atau cetak
Mesin printing yang digunakan adalah satu buah mesin yang terdiri dari
berbagai macam unit di dalamnya. Kertas sebagai raw material yang digunakan
berupa gulungan kertas. Hasil keluarannya berupa kepingan finished good. Proses
produksinya jauh lebih cepat apabila dibandingkan dengan proses produksi pada
departemen offset. Mesin yang digunakan pada departemen rotogravure ini akan
menggabungkan beberapa mesin pada departemen offset. Mesin ini dioperasikan
oleh general control panel yang berfungsi sebagai pemantau dan pengontrol
semua unit secara umum.
Bagian-bagian dari mesin printing ini antara lain:
a. Unwinder unit
Unwinder unit merupakan bagian yang berfungsi untuk menyuplai kertas
(yang berupa gulungan atau roll) untuk proses printing terus menerus tanpa henti
Pada unit ini terdapat feeston unit yang berfungsi untuk menyuplai kertas ke
proses cetak saat proses splicing berlangsung, sehingga tidak terjadi berhentinya
proses produksi.
Pada unwinder unit terdapat dua bagian utama yaitu: core shaft dan
pengangkut rol kertas. Core shaft berfungsi sebagai tempat meletakkan rol kertas
yang akan digunakan untuk produksi. Pengangkut rol kertas digunakan untuk
memindahkan dan menempatkan rol kertas yang sudah dipasang core shaft pada
unwinder unit.
b. Infeed unit
Infeed unit merupakan bagian yang berfungsi untuk mengatur kelurusan
(alignment) dan tegangan (tension) kertas sebelum masuk ke printing unit. Alat
untuk mengatur kelurusan dan tension disebut web guide. Bagian dalamnya
Performance rating Keterangan Kode Nilai Skill Average C2 0,03
Effort Average C2 0 Condition Average D 0
Consistency Average D 0 Total 0,03
Performance rating (p) = 1 + 0,03 = 1,03
• Perhitungan waktu normal
44 Universitas Kristen Petra
Wn = Ws × p
= 15,03 × 1,03
= 15,48 detik
• Penentuan allowance
Tabel 4.3. Tabel Allowance Operator Catching
Allowance Keterangan Nilai (%)
Tenaga yang dikeluarkan Dapat diabaikan 0 Sikap kerja Duduk 0 Gerakan kerja Normal 0 Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 1 Keadaan temperatur Normal 2 Keadaan atmosfer Cukup 2 Keadaan lingkungan Cukup Bising 3 Personal need 0,5 Unavoidable delay 0,5
Allowance 9
• Perhitungan waktu baku
Wb = Wn × ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
− allowance%100%100
= 15,48 × ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
− %9%100%100
= 17,01 detik
Data waktu semua proses produksi telah mengalami semua tahap
perhitungan seperti contoh di atas. Hasil perhitungan keseluruhan waktu baku
dapat dilihat pada lampiran.
4.2.2 Pengolahan Cycle Time
Perhitungan cycle time untuk proses yang dijalankan oleh mesin
menggunakan design speed. Berikut merupakan waktu pemrosesan dan cycle time
untuk proses pemrosesan dengan mesin.
45 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4. Tabel Waktu Proses dan Cycle Time Pemrosesan dengan Mesin
Tabel 4.7. Tabel Rekapitulasi Inventory Level untuk Departemen Offset
(sambungan)
Jenis Inventory Average Stock Level
Average Consumption
Average Inventory
Level
Inventory mesin potong 10.000 lembar 34175,77 lembar/shift 0,293 shift
WIP sortir 5.499.770 keping
2.125.350 keping/hari 2,588 hari
Inventory sortir 60.000 keping 2.125.350 keping/hari 0,028 hari
WIP QC sampling 1 pallet 93,71 pallet/detik 93,71 detik Inventory di staging area 2,43 pallet 2,71 pallet/shift 0,895 shift Inventory finished good di warehouse primary
110.595.724 keping
119.942.000 keping/bulan 47,76 hari
49 Universitas Kristen Petra
4.3 Peta Proses Operasi (OPC)
4.3.1 OPC Produk A pada Departemen Rotogravure
O – 1I - 1
O – 2I - 2
O - 3
Printing
Catching
Bundling
Potong pingul
Palletizing
O - 4
O - 7
O - 5
O - 6 Packing
Wrapping
QC sampling finished good
Tinta, solvent, kertas, medium
Kertas untuk pem-bundle
Pallet kayu, karton, kertas, plastik
Karton box, stripping band
Plastik wrap
PETA PROSES OPERASI
Nama Proyek : Proses produksi produk A pada departemen RotogravureNomor peta : OPC/001/2009Dipetakan oleh : Ellen Yulianita LimmanTanggal dipetakan : 10 Oktober 2009
Nama Proyek : Proses produksi produk B pada departemen OffsetNomor peta : OPC/002/2009Dipetakan oleh : Ellen Yulianita LimmanTanggal dipetakan : 10 Oktober 2009
Storage
Aktivitas Jumlah Waktu
Operasi
Inspeksi
7
6
I - 3
60 menit 29,39 detik
2 jam 36 menit20,57 detik
1 jam 48 menit30,89 detik
2 jam 43 menit 50 detik
2 jam 28 menit23,97 menit
15 menit
3 menit 7,42 detik
1 menit28,16 detik
10 jam 42 menit10,4 detik
10 jam 52 menit34,82 detik
Gambar 4.5. OPC produk B
51 Universitas Kristen Petra
4.4 Current State Value Stream Mapping
4.4.1 Value Stream Mapping Produk A pada Departemen Rotogravure Demand Planning
PT Y
PPC PT X
Production
DIM Planning PT X
Supplier for paper
I
Warehouse Raw Material(Primary/X2)
1 operator+2 helper
Printing
2 + ½ operator
Catching
2 + ½ + ½ operator
Bundling
1 operator
Potong Pingul
2 operator
Packing
1 operator
Wrapping
P/T = 32 sec
Design speed= 150 m / min
C/T = 0.0115 sec/pc
Uptime = 83.51 %
C/O = 5 hours
P/T = 17.01 sec /1000
pcs
C/T = 8.505 sec/1000
pcs
P/T = 15.78 sec /
1000 pcs
C/T = 7.89 sec/1000
pcs
P/T = 21.16 sec / 6 x
1000 pieces
C/T = 3.53 sec/ 1000
pcs
P/T = 3 min 7.42 sec/
pallet
P/T =
1 min 26.46 sec/pallet
Customer(small plant)
I
Warehouse Finished Good
(primary)
Schedule produksi3 monthly forecastMonthly fix order
order
BMKBBPDPB BPBJ
Sales order
Delivery schedule
I
Productionarea
WO +DKB Schedule Produksi
Monthly & Weekly
AAAA A A
monitoring
A
I
Staging Area
1 orang
QC sampling –Finish product
32 sec 17.01 sec 15.78 sec 21.16 sec 3 min 7.42 sec 1 min 28.16 sec
I
WIPPotongpingul
Stock level raw material
I
WarehouseY1
1 orang
QC sampling - in process printing
1 hour 32 min 68 min 2.4 sec 63 min 7.2 sec 28 min 12.8 sec 3 min 7.42 sec 1 min 28.16 sec9 min
31.32 sec +11 min
- Crease MD & CDfreq all up no / day
- Visual evaluations of colors freq all up no / 2 hours
- Total faultfreq all up / 2 hours
Variables:GrammageThicknessFlatnessStatic & kinetic coeff of frictionGloss 60%Crease MD & CD recovery 90'Evaluation of colors
Attributes:Abrasion resistanceFiber directionHeat sealing resistanceResidual solventsEAN code readabilityExecution according to GTPDimension acc to film
1 day
30 min + 8.25 sec
61.4 days 93.71 sec15.20 sec
For Plant : 47.76 days
For TPO : 45.76 days
1 shift2 hours15.20 sec
HandlingMove material
from X1 to production area1 min 1.92 sec/
2 rollTotal time for 18
roll = 9 min 17.28 sec
Inventory paper @ production areaASL = 11.27 rollAIL = 1.6 shift
Set paper at unwinder unit =7
min 25.37 sec
HandlingMove material from Primary to loading
dock Primary2 min 35.79 sec/ 3
roll
9 min17.28 sec
7 min 25.37 sec
Inventory Finished good ASL= 190,950,000 pcs
AIL = 1.592 month(reff : stock level per month)
Inventory 43.83 days(reff : sampling data shipment
and production time)
HandlingFrom staging area to outside area
= stacker = 28.88 sec / palletFrom outside staging area to
Inappropriate processing atau overprocessing mencakup proses-proses
tambahan, aktivitas kerja yang tidak perlu atau tidak efisien, penggunaan
peralatan yang salah, dan cara pengolahan yang salah. Overprocessing yang ada
pada PT X terjadi pada proses produksi, antara lain:
86 Universitas Kristen Petra
1. Overprocessing pada proses catching dan bundling
Operator cathing bertugas menangkap material yang berasal dari mesin
cetak kemudian operator menata 1000 keping hasil cetak. Operator cathing akan
memberikan hasil cetak tadi ke operator bundling. Operator bundling akan menata
hasil cetak yang diberikan oleh operator catching, kemudian diberi kertas bundle.
Hal ini berarti ada dua proses yang sama dikerjakan secara berulang, yaitu proses
menata hasil cetak.
2. Sortir ulang hasil cetak
Kecacatan pada hasil cetak bisa diketahui pada saat hasil cetak keluar
dari mesin cetak, yaitu saat operator catching menemukan adanya kecacatan pada
produk atau pada saat inspeksi yang dilakukan oleh operator setiap 15 menit.
Kecacatan juga bisa ditemukan setelah pallet finished good diperiksa oleh QA
technician, sehingga status dari pallet tersebut adalah hold dan pallet tersebut
membutuhkan sortir ulang. Kecacatan pada produk juga bisa ditemukan setelah
produk sudah diterima oleh konsumen. Biasanya apabila kecacatan ditemukan
oleh konsumen, produk tersebut akan dikembalikan kepada PT X, dan tentu saja
seluruh isi pallet tersebut akan disortir ulang.
Sortir ulang ini merupakan overprocessing waste. Seharusnya jika
inspeksi yang dilakukan oleh operator dan pemeriksaan oleh operator catching ini
dilakukan dengan benar, maka kecacatan pada produk akan ditemukan pada saat
itu. Mesin untuk memproduksi produk A juga memiliki alat pemeriksa kecacatan
visual, sehingga tingkat kecacatan dari produk seharusnya sangat sedikit. Berikut
merupakan data sortir ulang mulai bulan September sampai November.
Tabel 4.17.Tabel Data Sortir Ulang Produk A pada Departemen Rotogravure
Tanggal Jumlah yang disortir ulang
(keping) Penyebab sortir ulang
30-Sep-09 480.000 QA menemukan ada bintik hitam pada produk
5-Oct-09 140.000 Pada saat inspeksi oleh operator mesin cetak,
ditemukan beberapa creasing yang kurang pas
87 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.17.Tabel Data Sortir Ulang Produk A pada Departemen Rotogravure
(sambungan)
Tanggal Jumlah yang disortir ulang
(keping) Penyebab sortir ulang
15-Oct-09 200.000 Warna merah pada produk lebih terang dibandingkan dengan standard color range
10-Nov-09 180.000 Tulisan pada produk sedikit membayang
12-Nov-09 480.000 QA menemukan tulisan dan gambar yang berbayang-bayang
13-Nov-09 480.000 Pengembalian dari pihak warehouse karena
ada komplain dari konsumen bahwa ada creasing yang kurang pas
17-Nov-09 240.000 QA menemukan warna hitam pada produk berbintik-bintik putih
Data di atas menunjukkan bahwa sortir ulang jarang terjadi, dan sebagian
sortir ulang ditemukan oleh QA, hal ini berarti tindakan inspeksi oleh operator
mesin cetak dan operator catching kurang teliti.
4.5.1.5 Inventory Waste
Inventory meliputi inventory raw material, WIP, maupun inventory
finished good. Value stream mapping telah menunjukkan masing-masing letak
inventory yang ada.
1. Inventory raw material pada warehouse raw material
Data stock didapatkan dari kartu stok gudang. Dari rumus di AIL yang
telah dibahas pada pembahasan perhitungan inventory, didapatkan average
inventory level sebagai berikut.
• Average stock level (ASL) = 666,3 roll
• Average consumption = 10.84 roll/hari
• Average inventory level (AIL) = 61,4 hari
Inventory level yang dimiliki oleh raw material kertas produk A memang
cukup tinggi yaitu kurang lebih selama dua bulan. Hal ini disebabkan antara lain
karena supplier untuk kertas hanya satu dan lokasinya berada di luar negri. Hal
88 Universitas Kristen Petra
tersebut merupakan kebijakan dari pihak supply chain dan telah ditetapkan dalam
organization policy.
Kendala yang dihadapi untuk supplier raw material kertas produk A ini
juga adanya persyaratan yang harus dipenuhi, pihak supplier meminta adanya
Letter of Credit (LC) pada bank yang diminta. Total waktu yang dibutuhkan untuk
membuat LC adalah dua minggu. Waktu pengiriman barang adalah enam minggu,
sehingga total lead time adalah delapan minggu.
Ada perubahan kebijakan antara pihak supplier dan perusahaan, sekarang
tidak perlu lagi menggunakan LC, sehingga lead time pemesanan barang sampai
pengiriman barang ini adalah tujuh minggu. Hal ini merupakan kebijakan dari
pihak supplier. Pengurangan lead time tidak mungkin dilakukan mengingat sistem
produksi yang dimiliki oleh pabrik kertas dan jarak pengiriman yang sangat jauh.
Total waktu inventory raw material pada warehouse raw material ini
menyumbang 55,64% dari total waktu yang terdapat pada value stream mapping.
2. Inventory raw material dan inventory WIP pada proses produksi
Berikut merupakan data inventory dan WIP yang terdapat pada proses
produksi.
Tabel 4.18. Tabel Inventory pada Proses Produksi Produk A
Lokasi inventory dan WIP
Perhitungan secara processing
time
Perhitungan secara rumus AIL
Production area 24 jam 12 jam 48 menit Belakang mesin 2 jam 1 jam WIP catcher 29,17 detik 34,02 detik WIP potong pingul 30 menit 9 menit 31,32 detik WIP palletizing 1 jam 5 menit 16,29 detik WIP QC sampling 2 jam 93,71 detik
Total waktu inventory pada proses produksi ini menyumbang 0,57% dari
total waktu keseluruhan pada value stream mapping. Inventory raw material pada
production area ini disebabkan karena pihak warehouse mengirimkan raw
material untuk kebutuhan kurang lebih untuk satu hari setiap harinya. Pihak
89 Universitas Kristen Petra
warehouse membawa material dari warehouse X1 menuju ke area produksi setiap
pagi. Pada perhitungan secara processing time, diambil data waktu terlama
material tersebut disimpan pada production area, yaitu selama satu hari. Hal ini
disebabkan apabila raw material tersebut dikirim pada pagi hari ini, maka
material tersebut akan mulai diproses pada pagi hari keesokan harinya. Pada
perhitungan secara AIL, diambil data stock setiap awal shift dan dicatat berapa
jumlah pemakaian untuk produksi.
Operator mesin cetak akan mendekatkan material dari area produksi
menuju ke belakang mesin. Pada area belakang mesin terdapat 2 roll kertas yang
telah siap dipasang pada unwinder unit. WIP yang terjadi pada poses catching
adalah pada saat hasil cetak telah keluar dari mesin, tetapi operator catching
belum memprosesnya karena menunggu sejumlah 1000 keping. WIP potong
pingul disebabkan karena proses potong pingul lebih cepat dari proses
sebelumnya. Hal ini menyebabkan operator akan melakukan proses potong setelah
sejumlah material telah tertumpuk pada meja bundling. WIP palletizing ini terjadi
akibat menunggu hasil cetak dari proses sebelumnya. Setelah dipotong pingul,
helper akan meletakkan finished good pada pallet, demikian seterusnya hingga
pallet tersebut penuh. Setelah pallet tersebut penuh, pallet tidak akan diproses
packing sebelum mendapatkan status accept dari QA.
3. Inventory finished good pada warehouse finished good
Inventory finished good ini ada dua macam yaitu inventory finished good
yang dikirim dari pihak produksi dan diletakkan di staging area milik warehouse
dan inventory pada warehouse. Lama penyimpanan finished good pada warehouse
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.19. Tabel Inventory Finished Good Produk A
Lokasi
Perhitungan secara
processing time (detik)
Perhitungan secara rumus AIL (detik)
Staging area 28.800 29.952
Warehouse primary 3.786.912 4.126.464
90 Universitas Kristen Petra
Total waktu inventory pada warehouse finished good ini menyumbang
43,59% dari total waktu keseluruhan pada value stream mapping. Untuk
perhitungan secara AIL didapatkan lama penyimpanan adalah 1,04 shift. Hal ini
disebabkan karena proses pemindahan finished good ke warehouse primary
adalah saat staging area sudah penuh.
Lama inventory finished good untuk perhitungan secara AIL didapatkan
sebesar 47,76 hari. Ada beberapa pertimbangan yang menyebabkan inventory
yang cukup besar pada warehouse, antara lain mesin untuk memproduksi produk
A hanya satu. Jika mesin tersebut rusak, membutuhkan waktu lama untuk
memperbaikinya karena seluruh sparepart mesin harus diimpor dari Perancis.
Produk A merupakan produk yang memiliki permintaan terbanyak dibanding
produk lain, sehingga produksi akan terus dilakukan. PPC PT X juga memiliki
kebijakan untuk stock policy finished good adalah sebesar enam minggu.
Sebenarnya stock policy yang sedemikian besar diakibatkan adanya ketakutan
oleh pihak perusahaan apabila demand melonjak sementara produksi tidak bisa
memenuhi permintaan tersebut. Safety stock tersebut bertujuan hanya untuk
berjaga-jaga saja.
4.5.1.6 Unnecessary / Excess Motion
Excess motion merupakan setiap pergerakan dari orang atau mesin yang
tidak memberikan nilai tambah bagi barang tetapi akan menambah biaya dan
waktu produksi. Pemborosan dalam segi motion mengarah pada gerakan-gerakan
yang tidak efektif. Excess motion yang terdapat pada proses produksi produk A,
antara lain:
1. Gerakan menata dan memindahkan hasil cetak dari meja bundling ke meja
potong pingul.
Operator bundling akan menumpuk hasil cetak menjadi tiga susun ke
atas. Helper dari operator potong blangko akan memindahkan hasil cetak
sebanyak enam bundle atau 6000 keping dari meja bundling ke meja potong
pingul. Setelah enam bundle material dibawa ke meja potong, helper akan
menyusun material berjajar ke samping agar operator potong pingul mudah dalam
melakukan penyusunan material pada mesin potong. Kegiatan memindahkan dan
91 Universitas Kristen Petra
menata kertas ini dilakukan berulang kali dan memperlama waktu pemotongan,
karena operator potong pingul harus menunggu pemindahan material dan
penataan material ini. Kedua kegiatan memindahkan dan menata ini merupakan
motion waste. Lama pemindahan dan penataan material ini untuk satu pallet
finished good adalah 11 menit.
2. Gerakan penataan material sebelum dilakukan palletizing dan pada saat
penataan dalam pallet
Material yang telah selesai dipotong pingul berjajar sebanyak enam
bundle ke samping. Helper akan menata material tersebut menjadi tiga susun ke
atas, kemudian helper akan meletakkan material tersebut ke dalam pallet. Setelah
diletakkan pada pallet, helper akan menata kembali posisi material-material
tersebut. Proses menata kembali material menjadi tiga susun ke atas dan menata
pada saat melakukan palletizing ini merupakan motion waste. Proses ini dilakukan
secara berulang kali. Proses penataan menjadi tiga susun ke atas ini membutuhkan
waktu 7 menit 11,2 detik untuk satu pallet finished good.
3. Gerakan mencari sparepart dan peralatan pada saat penggantian sparepart
mesin
Penggantian sparepart dari mesin dilakukan apabila terdapat bagian-
bagian dari mesin yang mengalami kerusakan. Operator mesin cetak beserta dua
helper yang akan melakukan penggantian sparepart apabila operator masih bisa
menangani kerusakan tersebut. Apabila operator tidak bisa lagi melakukan
perbaikan dan penggantian sparepart, maka pihak produksi akan mengeluarkan
work order yang akan diberikan pada departemen maintenance.
Selama ini sparepart dan peralatan seperti mur, baut, obeng, karet, dan
sparepart kecil lainnya diletakkan dalam satu kaleng kecil dan bercampur menjadi
satu. Pada saat proses penggantian sparepart, operator harus mengeluarkan
seluruh isi kaleng tersebut untuk mencari peralatan dan sparepart yang
dibutuhkan. Proses mencari ini merupakan motion waste karena merupakan
kegiatan yang seharusnya tidak dibutuhkan apabila peletakkan peralatan dan
sparepart ini cukup baik dan tidak diletakkan pada satu kaleng yang sama.
92 Universitas Kristen Petra
4.5.1.7 Defective Products
Defective products merupakan waste yang paling mudah diketahui dan
dideteksi. Produk cacat bisa ditemukan pada raw material dan juga saat produk
mengalami proses produksi. Berikut merupakan data kecacatan pada material
yang ditemukan sebelum dipasang pada unwinder unit dan dikembalikan ke
warehouse.
Tabel 4.20. Tabel Data Kecacatan pada Raw Material Produk A
Tanggal Jenis kecacatan Jumlah 21-Mar-09 scratch 1 3-Apr-09 scratch 1 27-Apr-09 scratch 1 27-May-09 surface flow 1 4-Jun-09 ukuran tidak cocok 1 8-Jun-09 ukuran tidak cocok 1 11-Jun-09 scratch 2 16-Jun-09 surface flow 1 23-Jun-09 ukuran tidak cocok 2 25-Jun-09 scratch 2 30-Jun-09 ukuran tidak cocok 3 3-Jul-09 scratch 5 4-Jul-09 scratch 1 13-Jul-09 scratch 4 17-Jul-09 scratch 4 25-Jul-09 scratch 2 31-Jul-09 scratch 1 7-Aug-09 scratch 1 10-Aug-09 scratch 2 22-Aug-09 scratch 4 29-Aug-09 surface flow 2 7-Sep-09 surface flow 2 6-Oct-09 scratch 2 13-Oct-09 scratch 1 21-Oct-09 scratch 2 27-Oct-09 lubang pinggir 1 5-Nov-09 scratch 2 6-Nov-09 scratch 1 11-Nov-09 scratch 4 12-Nov-09 scratch 3
93 Universitas Kristen Petra
Data di atas menunjukkan bahwa jenis kecacatan terbesar diakibatkan
adanya goresan pada kertas. Produk cacat ini tidak bisa dikembalikan kepada
pihak supplier karena kondisi supplier yang sangat jauh sehingga pengembalian
produk ini akan memakan biaya yang sangat besar jika dibanding dengan harga
material itu sendiri. Umumnya produk cacat ini digunakan untuk kertas bundle,
alas pada pallet, dan keperluan internal lainnya.
Selain pada raw material, produk defect bisa ditemukan pada saat proses
produksi dan inspeksi akhir. Produk cacat akan dirajang dan dibuang. Berikut
merupakan data persentase product defect untuk keseluruhan job.
Tabel 4.21. Tabel Persentase Product Defect per Job Tahun 2009 untuk Produk A
Tabel 4.22. Tabel Perincian Jenis Product Defect Produk A
Waste Persentase Make ready 0,14%
Restart 0,98% Print 0,98%
Die cut 0,28% Splicing 0,71% Paper 0,07% Other 0,08% Total 3,24%
4.5.1.8 Rekapitulasi Waste dan Penyebab Waste untuk Produk A pada
Departemen Rotogravure
Sub bab sebelumnya telah membahas ketujuh waste yang terdapat pada
keseluruhan proses produksi produk A yang terdapat pada departemen
rotogravure. Berikut merupakan tabel rekapitulasi waste dan penyebabnya.
94 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.23. Tabel Rekapitulasi Waste dan Penyebab Waste Produk A
No. Jenis Waste Identifikasi Waste Penyebab
1 Overproduction
Jumlah produksi
aktual tidak sesuai dengan
WPP
1. Penjadwalan produksi tidak berdasarkan WPP yang diberikan kepada PT X
2. Penjadwalan berdasarkan stock policy sebesar enam minggu
3. Penjadwalan mengusahakan supaya uptime mesin cetak tinggi
4. Tidak ada yang mempermasalahkan adanya overproduction
2 Waiting waste
Pembongkaran material tidak
dapat langsung
dilakukan saat truk datang
1. Pada proses kedatangan raw material
- Proses administrasi - Kedatangan raw material pada saat yang bersamaan - Jumlah operator dan forklift terbatas - Tidak ada informasi pengiriman material dari supplier - Faktor cuaca
Adanya waktu menunggu,
baik menunggu operator maupun material
2. Pada proses produksi
- Operator mesin menunggui mesin - Cycle time operator catching dan bundling lebih kecil dari cycle time proses cetak - Operator mesin potong menunggu material yang akan dipotong dan adanya jumlah operator yang berlebih - Menunggu QC sampling
Finished good tidak dapat langsung dikirim
3. Pada proses pengiriman finished good
- Perbedaan proses administrasi warehouse - Pihak penyedia truk tidak pernah memberikan jadwal kedatangan truk
3 Transportation
Perpindahan material 1. Pemindahan material dari warehouse
primary ke warehouse X1 Perpindahan
material 2. Pemindahan material dari satu proses ke proses sesudahnya
Perpindahan material
3. Pada proses pengiriman finished good
- Adanya double handling untuk pengiriman ke plant kecil
4 Overprocessing Pemrosesan yang berulang
1. Overprocessing pada proses catching dan bundling
2. Sortir ulang hasil cetak
95 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.23. Tabel Rekapitulasi Waste dan Penyebab Waste Produk A
(sambungan)
No. Jenis Waste Identifikasi Waste Penyebab
5 Inventory
Inventory yang besar
pada warehouse
raw material
1. Pada warehouse raw material
- Supplier kertas hanya satu dan lokasinya ada di luar negri - Pihak supplier meminta Letter of Credit - Lead times pemesanan hingga pengiriman material yang panjang
Adanya WIP pada proses
produksi
2. Pada proses produksi
- Pengiriman raw material ke area produksi dilakukan setiap pagi - Proses setelah cetak dilakukan setelah sejumlah material diproduksi mesin cetak
Adanya WIP pada proses
produksi
2. Pada proses produksi
- Pengiriman raw material ke area produksi dilakukan setiap pagi - Proses setelah cetak dilakukan setelah sejumlah material diproduksi mesin cetak
Inventory yang besar
pada warehouse
finished good
3. Pada warehouse finished good
- Ketakutan pihak perusahaan akibat permintaan produk A paling besar dan berfluktuasi - Mesin produksi produk A hanya ada satu, apabila rusak, sparepart harus diimpor dari Perancis - Stock policy sebesar enam minggu
6 Excess Motion
Adanya gerakan-
gerakan yang tidak perlu pada proses
produksi
1.Gerakan menata dan memindahkan hasil cetak dari meja bundling ke meja potong pingul
2.Gerakan penataan material sebelum dilakukan palletizing dan pada saat penataan dalam pallet
3. Gerakan mencari sparepart dan peralatan saat penggantian sparepart mesin
7 Defective Products
Kecacatan pada raw material
1. Adanya produk cacat yang lolos QC dari pihak supplier
Kecacatan pada produk
akhir 2. Setting mesin yang kurang tepat dan
inspeksi yang kurang teliti
96 Universitas Kristen Petra
4.5.2 Identifikasi Waste untuk Produk B pada Departemen Offset
4.5.2.1 Overproduction Waste
Tabel 4.24. Tabel Perbandingan Jumlah Produksi Aktual dengan WPP untuk
Mengangkut material dari depan staging area ke warehouse primary
84,8 2 pallet (684000 keping) /angkut 84,8 42,4
Mengangkut finished good ke truk pada warehouse primary
83,77 2 pallet, total 28 pallet/truk 1172,92 41,89
Perjalanan dari warehouse primary ke warehouse Y1 428,76 - 428,76 428,76
Membongkar material pada warehouse Y1 55,02 2 pallet, total 28
pallet/truk 770,28 27,51
Mengangkut material dari dalam warehouse Y1 menuju ke loading dock warehouse
33,79 1 pallet/angkut, total 15 pallet 506,85 33,79
Mengangkut material ke truk 43,58 1 pallet/angkut, total 15 pallet 653,7 43,58
Total time 3646,19 646,81
4.5.2.4 Inappropriate/Excess Processing
Excess processing yang terjadi pada proses produksi pada departemen
offset ini adalah adanya kegiatan sortir dan sortir ulang. Mesin yang terdapat pada
departemen offset tidak memiliki alat pemeriksa kecacatan visual yang otomatis
akan membuang produk yang terdeteksi tidak sesuai dengan standar yang telah
ditentukan. Hal ini menyebabkan semua produk yang diproduksi oleh departemen
offset harus mengalami proses sortir untuk keseluruhan produk. Selain itu,
kelemahan pada offset adalah warna pada hasil cetak sering kurang stabil.
107 Universitas Kristen Petra
Proses sortir ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan diperlukan
ketelitian yang cukup tinggi, sedangkan kelelahan mata manusia juga bisa saja
menyebabkan adanya produk cacat menjadi terlewatkan dan tidak terdeteksi. Hal-
hal tersebut menyebabkan adanya sortir ulang. Sortir ulang ini biasanya
ditemukan oleh pihak QC dan pernah terjadi penarikan kembali dari gudang ke
produksi karena beberapa pallet finished good didapati adanya warna yang lebih
gelap dibandingkan standard color range. Berikut merupakan data sortir ulang
mulai tanggal 17 November sampai 2 Desember 2009 untuk produk B pada
departemen offset.
Tabel 4.28. Tabel Data Sortir Ulang Produk B
Tanggal Jumlah yang disortir ulang
(keping) Penyebab sortir ulang
17-Nov-09 150.000 Ada bayang-bayang putih
21-Nov-09 684.000 Warna lebih terang daripada standar color range
23-Nov-09 284.000 Potong keping yang kurang pas
25-Nov-09 475.000 Warna hitam pada tulisan berbayang-bayang
28-Nov-09 240.000 Ada goresan (scratch) pada kertas
30-Nov-09 500.000 QA menemukan tulisan dan gambar yang berbayang-bayang
1-Dec-09 684.000 Penarikan dari warehouse karena warna hijau lebih gelap daripada
standar color range 2-Dec-09 758.000 Hasil potong keping miring
Excess processing pada proses produksi juga terletak pada adanya
jogging pada material atau proses pemberian angin. Proses jogging ini dilakukan
pada saat material akan dimasukkan ke dalam mesin cetak dan mesin rit. Operator
harus memindahkan material dari satu pallet ke pallet yang lain agar material
tidak saling lengket satu sama lainnya.
108 Universitas Kristen Petra
4.5.2.5 Inventory Waste
Inventory waste ada tiga macam, yaitu inventory pada warehouse raw
material, inventory dan WIP pada proses produksi, dan inventory pada warehouse
finished good. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing inventory
tersebut.
1. Inventory pada warehouse raw material
Inventory raw material pada warehouse untuk produk B dapat dilihat
pada value stream mapping. Perhitungan inventory menggunakan rumus AIL,
didapatkan inventory sebesar 70,29 hari. Inventory yang besar ini sebenarnya
hanya untuk safety stock saja. Lead time pemesanan barang sampai dengan
pengiriman barang sebenarnya hanya lima minggu. Rata-rata stock pada gudang
adalah 12280 rim. Inventory pada warehouse raw material ini menyumbang waste
terbesar pada keseluruhan value stream mapping, yaitu sebesar 53,07%
2. Inventory dan WIP pada proses produksi
Tabel 4.29. Tabel Inventory dan WIP pada Proses Produksi Produk B
Inventory Lama inventory (detik) Inventory pada production area 96.480 WIP cetak 19.008 WIP rit 59.040 inventory mesin rit 13.536 WIP potong keping 52.790,4 inventory mesin potong keping 8.438,4 WIP sortir 223.603,2 inventory sortir 2.419,2 WIP QC sampling 93,71 475.408,91
Inventory yang paling besar adalah terletak pada WIP sortir. Hal ini
dikarenakan jumlah operator sortir yang terbatas. Inventory terbesar kedua adalah
WIP potong keping. Operator potong keping akan melakukan potong keping
setelah kepala meja sortir meminta material supaya dipersiapkan. Oleh karenanya,
jumlah WIP potong keping cukup besar. Inventory terbesar ketiga pada proses
produksi terletak pada area produksi, hal ini disebabkan karena pengiriman barang
109 Universitas Kristen Petra
dari warehouse adalah untuk keperluan satu job, sehingga inventory ini tidak
memungkinkan untuk dikurangi.
Total waktu inventory pada proses produksi adalah 5 hari 12 jam 3 menit
28,91 detik. Inventory pada proses produksi ini menyumbang waktu sebesar
4,15% dalam value stream mapping.
3. Inventory pada warehouse finished good
Inventory pada warehouse finished good adalah sebesar 55,82 hari.
Jumlah ini juga merupakan jumlah yang cukup besar dengan rata-rata stock
sebesar 110.595.724 keping atau sebanyak 161,69 pallet finished good. Inventory
pada warehouse finished good ini menyumbang 42,14% pada value stream
mapping.
4.5.2.6 Unnecessary / Excess Motion
Excess motion yang terdapat pada proses produksi produk B ini adalah
pada proses potong blangko dan potong keping. Proses potong blangko dan
potong keping ini masih semi manual, yang artinya dalam melakukan proses
potong ini sebagian masih dilakukan secara manual. Operator harus mengambil
material kemudian melakukan penataan material kemudian proses potong
dilakukan.
Pada proses pengambilan material, baik untuk proses potong blangko dan
potong keping, mengharuskan operator membungkuk untuk mengambil material.
Hal tersebut dilakukan secara berulang dengan jumlah material yang diambil
cukup berat, yaitu kurang lebih 25 kilogram untuk sekali pengangkatan. Setelah
dipotong blangko ataupun dipotong keping, material harus dikembalikan lagi ke
pallet. Proses pengambilan dan peletakan material ini cukup memakan waktu yang
lama.
Penjabaran dari proses potong blangko ini adalah mengambil material di
pallet dan menata material yang membutuhkan waktu 1 menit 15 detik. Proses
potong membutuhkan waktu 1 menit 45 detik, dan proses penataan di pallet
membutuhkan waktu 1 menit. Ketiga proses tersebut harus dilakukan sebanyak
tujuh kali untuk menghabiskan satu pallet raw material sebanyak 10500 lembar.
110 Universitas Kristen Petra
Penjabaran untuk proses potong keping adalah mengambil material di
pallet dan menata material membutuhkan waktu 1 menit 15 detik, proses potong
membutuhkan waktu 14 menit, dan proses penataan di pallet membutuhkan waktu
2 menit 45 detik. Ketiga proses tersebut harus dilakukan sebanyak sepuluh kali
untuk menghabiskan satu pallet material sebanyak 10000 lembar.
4.5.2.7 Defective Products
Produk cacat yang terdapat pada departemen offset tidak bisa terdeteksi
oleh mesin, oleh karenanya membutuhkan bantuan dari operator sortir untuk
melakukan kegiatan sortir. Produk cacat bisa ditemukan pada raw material dan
saat produk mengalami proses produksi. Kecacatan pada raw material disebabkan
antara lain karena QC pada produk yang dikirimkan oleh supplier kurang baik,
sehingga produk cacat juga bisa sampai terkirim ke konsumen dan kesalahan pada
proses transportasi atau penyimpanan oleh pihak gudang. Berikut ini merupakan
data pengembalikan raw material oleh pihak produksi ke pihak warehouse karena
ditemukan adanya kecacatan pada material. Data ini merupakan data pada tahun
4.5.2.8 Rekapitulasi Waste dan Penyebab Waste untuk Produk B pada
Departemen Offset
Berikut merupakan tabel rekapitulasi waste dan penyebab waste untuk
produk B pada departemen offset.
Tabel 4.34. Tabel Rekapitulasi Waste dan Penyebab Waste untuk Produk B
No. Jenis Waste Identifikasi Waste Penyebab
1 Overproduction
Jumlah produksi
aktual tidak sesuai dengan
WPP
1.Penjadwalan produksi tidak berdasarkan WPP yang diberikan kepada PT X
2. Penjadwalan berdasarkan stock policy sebesar enam minggu
3. Mengejar supaya uptime mesin cetak tinggi
4.Tidak ada yang mempermasalahkan adanya overproduction
5. Penjadwalan produksi hanya untuk mesin cetak saja
2 Waiting waste
Pembongkaran material tidak
dapat langsung
dilakukan saat truk datang
1. Pada proses kedatangan raw material
- Proses administrasi - Kedatangan raw material pada saat yang bersamaan - Jumlah operator dan forklift terbatas - Tidak ada informasi pengiriman material dari supplier - Faktor cuaca
Adanya waktu menunggu,
baik operator maupun material
2. Pada proses produksi
- Operator mesin menunggui mesin
- Menunggu QC sampling
Finished good tidak dapat langsung dikirim
3. Pada proses pengiriman finished good
- Perbedaan proses administrasi warehouse - Pihak penyedia truk tidak pernah memberikan jadwal kedatangan truk
113 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.34. Tabel Rekapitulasi Waste dan Penyebab Waste untuk Produk B
(sambungan)
No. Jenis Waste Identifikasi Waste Penyebab
3 Transportation
Perpindahan material 1.
Pemindahan material dari warehouse primary ke area produksi
Perpindahan material 2.
Ada banyaknya lokasi WIP dan transportasi dari satu proses ke proses sesudahnya
Perpindahan material
3. Pada proses pengiriman finished good
- Adanya double handling untuk pengiriman finished good
4 Overprocessing Sortir ulang 1.Sortir ulang akibat ketidaktelitian dalam proses sortir dan inspeksi operator
5 Inventory
Inventory yang besar
pada warehouse
raw material
1. Pada warehouse raw material
- Lead times pemesanan hingga pengiriman material cukup lama
Adanya WIP pada proses
produksi
2. Pada proses produksi
- Pengiriman raw material ke area produksi adalah untuk kebutuhan satu job - Proses produksi yang terjadi berbeda dengan rotogravure, proses yang ada terpisah-pisah dan membutuhkan waktu aging - Penjadwalan mesin yang kurang baik, sehingga jumlah WIP pada proses produksi jumlahnya tidak terkontrol
Inventory yang besar
pada warehouse
finished good
3. Pada warehouse finished good
- Mengoptimalkan kapasitas mesin - Stock policy sebesar enam minggu
6 Excess Motion
Adanya gerakan-
gerakan yang tidak perlu pada proses
produksi
1.Proses pengambilan dan penataan material pada proses potong blangko dan potong keping
114 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.34. Tabel Rekapitulasi Waste dan Penyebab Waste untuk Produk B
(sambungan)
No. Jenis Waste Identifikasi Waste Penyebab
7 Defective Products
Kecacatan pada raw material
1. Adanya produk cacat yang lolos QC dari pihak supplier
Kecacatan pada produk
akhir 2. Setting mesin yang kurang tepat dan
inspeksi yang kurang teliti
4.6 Uji Verifikasi dan Validasi
Uji verifikasi merupakan pemeriksaan atau pencocokan mengenai
kebenaran data, laporan, perhitungan, dan metode yang digunakan apakah telah
sesuai dengan kenyataan dan permasalahan yang ada di perusahaan. Uji verifikasi
dilakukan dengan mempresentasikan hasil dari value stream mapping,
identifikasi, dan analisis terhadap seven waste kepada pihak perusahaan. Uji
validasi merupakan suatu tindakan pembenaran atau pemberian pernyataan bahwa
pengolahan data dan hasil yang didapatkan adalah benar. Validasi juga merupakan
suatu tindakan konfirmasi atas suatu hasil dan tindakan pembuktian bahwa hasil
tersebut telah mencapai hasil yang diinginkan. Perusahaan telah memvalidasi
bahwa segala hasil perhitungan, rancangan value stream mapping, dan analisis
waste tersebut telah benar dan sesuai dengan kondisi perusahaan.
4.7 Usulan Improvement
Jenis waste terbesar yang terdapat pada kedua macam proses produksi
adalah inventory, transportasi, waiting, dan motion.
4.7.1 Usulan Perbaikan untuk Produk A pada Departemen Rotogravure
4.7.1.1 Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Waiting Waste
Waiting waste yang telah dibahas pada sub bab 4.5.1.2. meliputi waiting
waste pada proses kedatangan raw material, proses produksi, dan proses
115 Universitas Kristen Petra
pengiriman finished good. Berikut merupakan usulan perbaikan untuk masing-
masing proses.
1. Waiting waste pada proses kedatangan raw material
Pengurangan waiting waste yang terdapat pada proses kedatangan raw
material ini dilihat dari akar masalah untuk masing-masing penyebab. Akar
masalah yang pertama adalah adanya kedatangan truk secara bersamaan atau tiba-
tiba yang disebabkan tidak adanya konfirmasi dari pihak supplier mengenai
pengiriman barang. Pengurangan waiting waste pada proses kedatangan raw
material bisa dilakukan dengan melakukan kerja sama antara DIM Planning PT X
dengan pihak supplier agar pihak supplier bisa memberitahukan atau
menginformasikan DIM Planning ataupun pihak warehouse apabila supplier telah
mengirim material. Apabila pihak supplier telah mengkonfirmasi, pihak
warehouse bisa melakukan persiapan, antara lain mengatur lokasi pembongkaran
barang, maupun menyiapkan tempat yang digunakan untuk tempat penyimpanan.
Akar masalah lain yang disebabkan karena adanya material yang roboh
karena pallet yang tidak kuat, yang menyebabkan pihak gudang harus menata
ulang material tersebut. Pihak DIM Planning sebaiknya meminta pihak supplier
agar mempertimbangkan penggunakan pallet yang cukup kuat. Adanya pallet
yang roboh ini juga dapat menyebabkan kecacatan pada material.
Jumlah operator yang dimiliki oleh pihak warehouse memang terbatas,
tetapi pengalokasian tenaga kerja ini seharusnya cukup apabila tidak ada truk yang
datang secara bersamaan. Seluruh pihak warehouse bisa menyetir forklift, tetapi
jumlah forklift yang ada juga terbatas. Masing-masing warehouse raw material
dan warehouse finished good bisa saling meminjam forklift.
Truk yang datang secara bersamaan ini menyebabkan ada truk yang
harus mengantri dan menunggu pembongkaran truk sebelumnya. Apabila ada
informasi mengenai pengiriman material oleh supplier, pihak warehouse bisa
memikirkan pengalokasian tenaga kerja yang harus digunakan, dan pihak
warehouse raw material bisa meminjam sumber daya yang dimiliki oleh
warehouse finished good.
Masalah lain yang disebabkan karena adanya proses administrasi dan
cuaca memang tidak dapat dihindari. Keadaaan cuaca saat ini tidak menentu,
116 Universitas Kristen Petra
apalagi jika musim hujan telah tiba. Pihak supplier sebaiknya bisa melindungi
material yang diletakkan di dalam truk dengan menggunakan terpal atau bahan
lain yang bisa melindungi material dari air hujan. Sebaliknya pihak warehouse
bisa melakukan pembongkaran material pada area gudang yang memiliki kanopi.
2. Waiting waste pada proses produksi
Waiting waste yang terdapat pada proses produksi departemen
rotogravure ini sering kali disebabkan adanya operator yang menganggur karena
tidak ada barang yang diproses. Waktu menganggur paling banyak didapati pada
operator dan helper mesin potong pingul. Oleh karenanya sebaiknya mesin potong
pingul hanya ditangani oleh satu orang saja. Operator mesin potong pingul juga
melakukan palletizing, sehingga waiting time operator potong pingul menjadi
berkurang. Tugas dari operator potong pingul ini menjadi bertambah, antara lain
membawa hasil cetak dari meja bundling ke meja potong pingul, melakukan
potong pingul, dan melakukan palletizing.
Apabila tugas helper dan operator potong ini dibebankan pada operator
potong saja, maka total waktu yang dihabiskan untuk melakukan pekerjaanya
untuk satu pallet finished good adalah 68 menit 11,78 detik. Persentase waktu
menganggur yang dimiliki oleh operator potong pingul adalah sebesar 25,87%.
Waiting waste yang berkurang dari adanya pengurangan jumlah operator ini
adalah sebesar 31,5%.
Waiting waste yang ada pada proses produksi juga terdapat pada regu
catching dan bundling. Total satu regu berjumlah lima orang. Untuk mengurangi
adanya waiting waste ini sebaiknya jumlah satu operator dalam satu regu bisa
dikurangi menjadi empat orang. Satu orang tersebut bisa diperbantukan untuk
melakukan sortir pada departemen offset. Apabila diperlukan sortir ulang, maka
operator mesin cetak ataupun operator mesin potong bisa dialokasikan untuk
melakukan sortir.
Waiting waste yang dialami oleh material adalah ketika satu pallet
finished good tidak bisa diproses packing karena harus menunggu status accept
dari QA. QA technician sendiri melakukan pengambilan sample setiap dua jam
sekali. Pengurangan waiting waste pada pallet finished good adalah dengan
117 Universitas Kristen Petra
operator potong pingul ataupun operator mesin cetak bisa mengambil sample pada
pallet dan operator tersebut yang akan mengantarkan sample kepada QA
technician. Operator yang bertugas melakukan pengambilan sample harus
diberitahukan pengambilan sample dilakukan pada bagian mana saja dan dengan
jumlah yang telah ditetapkan oleh QA technician. Hal ini tentu saja akan
mengurangi lama waiting waste yang terjadi pada pallet finished good.
3. Waiting waste pada proses pengiriman finished good
Akar masalah utama dari adanya waiting waste pada proses pengiriman
finished good ini adalah jam kedatangan dari truk yang tidak terprediksi. Hal ini
dikarenakan pihak penyedia truk tidak memberitahukan kapan truk akan datang
untuk mengangkut finished good yang telah siap dikirim ke konsumen. Untuk
mengatasi hal ini, sebaiknya pihak warehouse memberitahukan pihak penyedia
truk agar pihak penyedia truk bisa memastikan jam kedatangan truk. Apabila jam
kedatangan truk bisa dipastikan, pihak warehouse bisa menyiapkan finished good
agar proses pemuatan barang tidak berlangsung lama.
Pihak penyedia truk juga sebaiknya mengatur jam kedatangan truk, agar
kedatangan truk tidak bersama-sama. Kedatangan truk yang bersama-sama
menyebabkan adanya antrian truk pada warehouse. Jumlah operator dan forklift
yang terdapat pada warehouse finished good juga terbatas, apabila ada truk yang
datang secara bersamaan, pihak warehouse menjadi kekurangan tenaga kerja.
Apabila kedatangan truk bisa dipastikan dan tidak ada kedatangan yang saling
bersamaan, seharusnya pengalokasian tenaga kerja ini sudah cukup. Adanya
kedatangan truk yang menumpuk ini menyebabkan pada jam-jam tertentu seluruh
operator menjadi sibuk dan pada jam lainnya, seluruh operator ini menganggur.
Pihak warehouse finished good juga bisa meminjam tenaga kerja dan
forklift yang dimiliki oleh warehouse raw material. Hal ini dilakukan apabila
kedatangan truk secara bersamaan yang menyebabkan antrian panjang di depan
warehouse.
Adanya perbedaan proses administrasi juga menyebabkan truk harus
menunggu setelah pemuatan barang selesai dilakukan. Proses pembuatan surat
jalan oleh pihak warehouse finished good PT X dan pihak warehouse raw
118 Universitas Kristen Petra
material PT Y berbeda. Sebaiknya pihak warehouse raw material PT Y telah
membuat surat jalan terlebih dahulu, pada saat hari pengiriman, kepala warehouse
tersebut hanya mencocokkan ulang barang apa saja yang dikirim dan surat jalan
dapat langsung dicetak.
4.7.1.2 Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Transportation Waste
1. Transportasi pada warehouse raw material
Proses yang terdapat pada warehouse raw material antara lain proses
pembongkaran material dan proses pengiriman material apabila produksi meminta
raw material berdasarkan bon produksi. Pada proses pengiriman raw material ini
terdapat double handling, yaitu dari dalam warehouse primary menuju ke loading
dock warehouse primary, dari loading dock warehouse primary menuju ke
loading dock warehouse X1, kemudian dari loading dock warehouse X1 menuju
ke dalam warehouse X1, dan dikirim ke area produksi.
Usulan untuk mengurangi adanya double handling ini adalah dengan
melakukan transfer material ke warehouse X1, dari loading dock warehouse
primary, pihak warehouse menggunakan forklift baterai dan tidak melewati
loading dock warehouse X1, tetapi melewati pintu samping dekat area produksi
departemen offset, seperti pengiriman raw material offset. Dengan melewati pintu
samping ini, pihak warehouse bisa mengurangi penggunaan forklift dan operator.
Berikut merupakan layout awal dan usulan improvement yang disarankan.
119 Universitas Kristen Petra
Up
Up
Gambar 4.17. Pelaksanaan transfer material awal dan usulan
Panah yang berwarna biru pada gambar di atas menunjukkan perjalanan
yang dilalui oleh forklift pada kondisi sekarang, yang menunjukkan adanya double
handling, yaitu material diangkut menuju loading dock warehouse X1
(ditunjukkan oleh nomor 1 dengan panah biru) kemudian dari loading dock
tersebut material diangkut menuju ke warehouse raw material X1 yang
ditunjukkan oleh warna hijau. Usulan diberikan untuk mengurangi penggunaan
forklift, yaitu menggunakan pintu masuk yang diberi nomor 2 dengan tanda panah
merah, sehingga double handling tidak perlu terjadi.
120 Universitas Kristen Petra
2. Transportasi pada warehouse finished good pada pengiriman barang
Adanya double handling pada saat pengiriman finished good yang
ditujukan untuk plant kecil, yaitu truk akan mengangkut finished good dari
warehouse primary kemudian dibawa ke warehouse Y1. Finished good akan
disimpan pada warehouse Y1 selama dua hari, kemudian pengiriman akan
dilakukan dari warehouse Y1.
Usulan perbaikan adalah dengan melakukan semua pengiriman yang
berasal dari warehouse primary untuk mengurangi adanya double handling dan
juga memperkecil resiko kerusakan pada material akibat adanya transportasi.
Material yang disimpan pada warehouse Y1 dipindah ke warehouse primary. Hal
ini juga didukung dengan usulan pengurangan stock yang ada pada warehouse
dimana usulan akan dibahas pada sub bab berikutnya, sehingga jumlah finished
good yang ada pada warehouse juga semakin berkurang dan material pada
warehouse Y1 bisa dipindah ke warehouse primary.
Dengan usulan ini, selain mengurangi double handling, perusahaan juga
bisa mengurangi biaya sewa gudang untuk warehouse Y1 yang disewa pada PT
Y. Operator dan forklift di warehouse Y1 bisa dialokasikan di warehouse finished
good atau warehouse raw material.
4.7.1.3 Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Overprocessing Waste
Overprocessing waste yang terjadi pada proses produksi produk A adalah
adanya penataan material yang dilakukan oleh operator catching dan bundling,
juga sortir ulang. Untuk mengurangi penataan material secara berulang, proses
catching dan bundling bisa digabungkan. Setelah operator melakukan catching,
operator langsung melakukan bundling pada meja delivery unit. Waktu
pemrosesan tentu saja akan berkurang. Pada usulan perbaikan untuk mengurangi
waiting waste, diusulkan agar jumlah satu regu dikurangi menjadi empat operator.
Pada usulan untuk penggabungan proses catching dan bundling ini dua
orang operator dibutuhkan untuk melakukan proses catching dan bundling, satu
orang operator akan membantu kedua operator tersebut, dan satu orang operator
akan bertugas sebagai operator cadangan yang akan membantu ketiga operator
lain, melakukan pengisian form proses cetak, dan melakukan sortir ulang apabila
121 Universitas Kristen Petra
diperlukan. Dengan demikian, waiting waste untuk masing-masing operator juga
akan berkurang.
4.7.1.4 Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Motion Waste
1. Gerakan menata dan memindahkan hasil cetak dari meja bundling ke meja
potong pingul.
Motion waste ini bisa dikurangi dengan cara penggunaan meja yang
menggunakan roda di bagian bawah. Operator tidak lagi harus memindahkan
material dari meja bundling ke meja potong, melainkan meja bundling itu sendiri
yang akan digeser ke dekat meja potong. Meja bundling dibuat menjadi dua meja,
satu meja memiliki roda, dan satu meja merupakan meja biasa, sehingga ketika
operator akan melakukan proses potong, satu meja didekatkan ke mesin potong
pingul. Tinggi meja bundling ini sebaiknya sama dengan tinggi meja potong
pingul agar operator hanya perlu menggeser material dari meja tersebut.
2. Gerakan penataan material sebelum dilakukan palletizing dan pada saat
penataan dalam pallet
Proses penataan ini dapat dikurangi dengan penggunaan meja yang dapat
berfungsi sebagai lifter sebagai pengganti handpallet. Posisi lifter akan disamakan
dengan tinggi meja, sehingga operator hanya perlu melakukan penggeseran
material untuk menatanya dalam pallet dan tidak diperlukan proses penumpukan
material menjadi tiga susun ke atas dan menata kembali ketika berada di dalam
pallet.
Gambar 4.18. Contoh Meja yang Berfungsi sebagai lifter