Top Banner
Riptek Vol. I2, No. 2, Tahun 2018 Hal. 55-68 *) Staf pengajar Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro Semarang KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN DI KOTA SEMARANG Wiwandari Handayani, Prihadi Nugroho, Dini Oktaviani Hapsari*) Abstract High urban population growth that are followed by prominent urbanization phenomena is a global issue. It raises challenges and problems in various aspects, such as a decrease in environmental quality due to reduced green space, and the need for adequate and quality food availability for the growing urban population. Accordingly, as has been implementing in most advanced urban areas worldwide, urban farming activities appears as a promising solution to supply a sustaingood quality agricultural products. The Semarang City Government has designated urban farming program to promote food resilience as one of the priority development issues stated in the RPJMD 2016-2021. Following the commitment, this study aims to elaborate potentials and co-benefits to further develop the urban farming activities within the city. Descriptive and spatial analyses supported by secondary and primary data were applied to assess the findings. There are two types of urban farming activities, those are (a) located in the outskirt of the city mostly using conventional approach, and (b) urban farming mostly in the city center applying hydroponic or other approaches those are suitable for limited space.The potentials are various including many kinds of vegetables, cassava, sugar cane, durian, and mushrooms. The co-benefits include different aspects (i.e. environmental, economic, social, health, education and tourism). Proper top-down and bottom- up policy instruments are very critical to ensure that the urban farming activity brings optimize benefit to the people as well as to the city. Keywords :urban farming, co-benefits, Semarang City Abstrak Pertumbuhan penduduk perkotaaan yang disertai oleh fenomena urbanisasi adalah isu global. Hal tersebut menimbulkan tantangan dan permasalahan dalam berbagai aspek, antara lain penurunan kualitas lingkungan karena berkurangnya ruang hijau serta kebutuhan akan ketersediaan pangan yang memadai. Seperti yang telah diterapkan di berbagai kota di dunia, kegiatan pertanian perkotaan kemudian dikembangkan sebagai solusi yang menjanjikan untuk memasok produk pertanian berkualitas yang berkelanjutan. Pemerintah Kota Semarang telah menetapkan program pertanian perkotaan untuk mendukung ketahanan pangan sebagai salah satu isu pembangunan prioritas dalam RPJMD 2016-2021. Menindaklanjuti komitmen tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi potensi dan manfaat tambahan (co-benefits) untuk mengembangkan lebih lanjut kegiatan pertanian perkotaan di Kota Semarang. Analisis yang dilakukan meliputi analisis deskriptif dan spasial yang didukung oleh data sekunder dan primer. Terdapat dua jenis kegiatan pertanian perkotaan di Kota Semarang yaitu (a) pertanian konvensional yang terletak di pinggiran kota dengan lahan yang luas, dan (b) pertanian di lahan terbatas yang memanfaatkan teknologi sederhana seperti hidroponik dan aquapomik. Potensi pertanian perkotaan di kota Semarang sangat beragam meliputi berbagai jenis sayuran, singkong, tebu, durian, dan jamur. Selain itu, berbagai manfaat lain dari pertanian perkotaan yaitu manfaat pada aspek lingkungan, ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan dan wisata merupakan nilai tambah yang sangat penting untuk mendorong pengembangan aktifitas ini dengan lebih masif dan terstruktur. Instrumen kebijakan melalui pendekatan top-down dan bottom-up yang tepat sangat penting
14

4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Oct 23, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Riptek Vol. I2, No. 2, Tahun 2018 Hal. 55-68

*) Staf pengajar Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro Semarang

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN

PERKOTAAN DI KOTA SEMARANG

Wiwandari Handayani, Prihadi Nugroho, Dini Oktaviani Hapsari*)

Abstract

High urban population growth that are followed by prominent urbanization phenomena is a global issue. It raises challenges and problems in various aspects, such as a decrease in environmental quality due to reduced green space, and the need for adequate and quality food availability for the growing urban population. Accordingly, as has been implementing in most advanced urban areas worldwide, urban farming activities appears as a promising solution to supply a sustaingood quality agricultural products. The Semarang City Government has designated urban farming program to promote food resilience as one of the priority development issues stated in the RPJMD 2016-2021. Following the commitment, this study aims to elaborate potentials and co-benefits to further develop the urban farming activities within the city. Descriptive and spatial analyses supported by secondary and primary data were applied to assess the findings. There are two types of urban farming activities, those are (a) located in the outskirt of the city mostly using conventional approach, and (b) urban farming mostly in the city center applying hydroponic or other approaches those are suitable for limited space.The potentials are various including many kinds of vegetables, cassava, sugar cane, durian, and mushrooms. The co-benefits include different aspects (i.e. environmental, economic, social, health, education and tourism). Proper top-down and bottom-up policy instruments are very critical to ensure that the urban farming activity brings optimize benefit to the people as well as to the city.

Keywords :urban farming, co-benefits, Semarang City

Abstrak

Pertumbuhan penduduk perkotaaan yang disertai oleh fenomena urbanisasi adalah isu global. Hal tersebut menimbulkan tantangan dan permasalahan dalam berbagai aspek, antara lain penurunan kualitas lingkungan karena berkurangnya ruang hijau serta kebutuhan akan ketersediaan pangan yang memadai. Seperti yang telah diterapkan di berbagai kota di dunia, kegiatan pertanian perkotaan kemudian dikembangkan sebagai solusi yang menjanjikan untuk memasok produk pertanian berkualitas yang berkelanjutan. Pemerintah Kota Semarang telah menetapkan program pertanian perkotaan untuk mendukung ketahanan pangan sebagai salah satu isu pembangunan prioritas dalam RPJMD 2016-2021. Menindaklanjuti komitmen tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi potensi dan manfaat tambahan (co-benefits) untuk mengembangkan lebih lanjut kegiatan pertanian perkotaan di Kota Semarang. Analisis yang dilakukan meliputi analisis deskriptif dan spasial yang didukung oleh data sekunder dan primer. Terdapat dua jenis kegiatan pertanian perkotaan di Kota Semarang yaitu (a) pertanian konvensional yang terletak di pinggiran kota dengan lahan yang luas, dan (b) pertanian di lahan terbatas yang memanfaatkan teknologi sederhana seperti hidroponik dan aquapomik. Potensi pertanian perkotaan di kota Semarang sangat beragam meliputi berbagai jenis sayuran, singkong, tebu, durian, dan jamur. Selain itu, berbagai manfaat lain dari pertanian perkotaan yaitu manfaat pada aspek lingkungan, ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan dan wisata merupakan nilai tambah yang sangat penting untuk mendorong pengembangan aktifitas ini dengan lebih masif dan terstruktur. Instrumen kebijakan melalui pendekatan top-down dan bottom-up yang tepat sangat penting

Page 2: 4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Kajian Potensi Pengembangan Pertanian Perkotaan Di Kota Semarang (WiwandariHandayani, dkk)

56

untuk memastikan bahwa kegiatan pertanian perkotaan dapat berkelanjutan dan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat diseluruh kota.

Kata Kunci : pertanian perkotaan, co-benefits, Kota Semarang Pendahuluan

Wilayah perkotaan di seluruh belahan dunia dunia tumbuh dan berkembang semakin pesat. World Bank (2018) menyatakan bahwa jumlah penduduk dunia yang tinggal di perkotaan pada tahun 2017 telah mencapai 54,73%, dan angka tersebut akan terus meningkat hingga 70% pada tahun 2050. Jika diperkirakan penduduk dunia akan mencapai 10 miliar jiwa pada 2050, maka kurang lebih dalam kurun waktu 30 tahun, akan terdapat tujuh miliar penduduk dunia yang tinggal di perkotaan (United Nations –UN, 2014).

Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk kota yang ditandai dengan terjadinya urbanisasi telah menjadi isu global yang memerlukan perhatian dan pengelolaan secara komprehensif karena dampaknya akan terkait dengan berbagai aspek pembangunan. Beberapa tantangan dan permasalahan yang kerap muncul diantaranya adalah tidak seimbangnya jumlah, distribusi dan komposisi penduduk, penurunan kualitas lingkungan akibat berkurangnya lahan terbuka/ruang hijau, dan ketersedian pangan yang memadai dan berkualitas bagi penduduk kota yang terus bertambah. Salah satu solusi yang perlu dikembangkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah aktifitas pertanian perkotaan atau urban farming. Aktifitas pertanian perkotaan diharapkan dapat secara bertahap membantu mencapai ketahanan pangan di perkotaan. Selain itu, pertanian perkotaan juga memiliki beberapa manfaat lain (co-benefit) seperti manfaat terkait aspek lingkungan, ekonomi, sosial, kesehatan, edukasi dan pariwisata (Fauzi, Ichniarsyah, & Agustin, 2016).

Ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan merupakan salah satu isu penting dan prioritas dalam

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan komitmen global yang tercantum dalam Sustainable Development Goals (SDGs) untuk mendorong pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Salah satu dari 17 strategi dalam SDGs adalah mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi, dan mencanangkan pertanian berkelanjutan (FAO, 2015). Pertanian perkotaan telah menjadi solusi bagi penyediaan bahan pangan di negara-negara maju. Hasil yang organik dan segar menambah kualitas dari produk pertanian perkotaan. Namun demikian, melihat kondisi lahan di perkotaan yang sangat terbatas, terdapat banyak tantangan dalam mengaplikasikan konsep pertanian perkotaan. Karena meskipun dapat dilakukan intensifikasi pertanian, jumlah produksi pertanian di perkotaan masih tidak dapat memenuhi secara mandiri kebutuhan pangan kota. Selain itu, pengaplikasian pertanian perkotaan di Indonesia masih memiliki tantangan tersendiri seperti kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang konsep pertanian perkotaan dan ketahanan pangan. Keberadaan lahan-lahan pertanian konvensional yang masih cukup banyak di Indonesia juga dapat menjadi salah satu alasan mengapa pertanian perkotaan di Indonesia, khususnya di Kota Semarang belum dapat mencapai tujuan utamanya yaitu untuk meningkatkan ketahanan pangan.

Pemerintah Kota Semarang telah menempatkan ketahanan pangan dan pertanian perkotaan sebagai salah satu isu prioritas pembangunan. Hal tersebut tercantum sebagai salah satu strategi pembangunan yaitu Peningkatan Ketahanan Pangan dalam RPJMD tahun 2016-2021. Peningkatan ketahanan

Page 3: 4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Riptek Vol. I2, No. 2, Tahun 2018 Hal. 55-68

57

pangan dilakukan melalui peningkatan ketersediaan pangan, peningkatan akses pangan dan perilaku pangan masyarakat yang beragam, bergizi seimbang dan aman. Selain itu, tercantum dalam RTRW Kota Semarang tahun 2011-2031, bahwa salah satu sasaran dalam menghadapi isu ketahanan pangan di Kota Semarang adalah pengembangan pertanian perkotaan dengan indikator kinerja meningkatnya jumlah kawasan pertanian perkotaan (tingkat kelurahan) serta sentra produk unggulan (tingkat kawasan).

Program pertanian perkotaan merupakan program yang sangat strategis untuk menghadapi tingginya pertumbuhan penduduk kota Semarang. Sebagai kota metropolitan dan ibukota provinsi Jawa Tengah, jumlah penduduk Kota Semarang cenderung meningkat. Pada tahun 2016, jumlah penduduk Kota Semarang sebesar 1.729.428 jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,66% (BPS Kota Semarang, 2017).

Bertambahnya jumlah penduduk perkotaan menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan akan tempat tinggal serta fasilitas pendukung lainnya. Sebagai akibatnya, karena jumlah lahan perkotaan relatif tetap, pelaksanaan pembangunan cenderung diiringi dengan terjadinya konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun untuk mengakomodir berbagai aktifitas perkotaan tersebut. Berdasarkan dokumen RPJMD Perubahan Kota Semarang Tahun 2016-2021, diketahui penambahan lahan terbangun di kota Semarang mencapai 742,5 Ha/tahun, bahkan persentase penggunaan lahan terbangun di beberapa kecamatan mencapai >90%. Fenomena ini secara signifikan berpengaruh kepada ketersediaan, akses, dan keterjangkauan masyarakat untuk dapat tinggal di suatu lingkungan dengan kualiats yang memadai (Chatterjee, Tran, & Shaw, 2016).

Ketersediaan lahan pertanian yang tidak sebanding dengan kebutuhan pangan di suatu kota menyebabkan kota tersebut bergantung terhadap daerah lain disekitarnya. Sebuah kota bersifat ‘nutrient sink’ ketika kota tersebut lebih banyak mengambil sumberdaya daripada memberi, hal ini dikarenakan kota-kota banyak mengkonsumsi banyak sumber daya seperti tanah, pangan dan energi dari berbagai tempat namun tidak mampu mengembalikannya (Mougeot, 2006). Namun, suatu kota akan menjadi lebih stabil jika lingkungan perkotaan mampu menyediakan sumber daya bagi kebutuhan kota tersebut dengan melakukan kegiatan pertanian perkotaan.

Pengembangan pertanian perkotaan di Kota Semarang diharapkan dapat menjadi solusi bagi upaya untuk memastikan ketersediaan pangan bagi penduduknya. Pertanian perkotaan merupakan proses menumbuhkan, mengembangan dan distribusi berbagai produk pertanian dengan penggunaan sumber daya manusia, lahan dan air, produk dan jasa yang ditemukan disekitar wilayah perkotaan tersebut (Food and Agriculture Organization of the United Nations, n.d.). Selain itu, pengembangan aktifitas pertanian perkotaan juga memiliki banyak manfaat lain (co-benefits), dalam arti tidak terfokus pada ketersediaan pangan saja. Namun, pengembangan aktifitas pertanian perkotaan di kota besar seperti Kota Semarang perlu diarahkan pada pemanfaatan di aspek-aspek lain agar kemanfaatannya menjadi lebih optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi potensi pertanian perkotaan di Kota Semarang serta mengidentifikasi sektor-sektor pembangunan yang dapat menerima/memberi manfaat (co-benefits) dari perkembangan pertanian perkotaan tersebut.

Page 4: 4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Kajian Potensi Pengembangan Pertanian Perkotaan Di Kota Semarang (WiwandariHandayani, dkk)

58

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan analisis deskriptif dan pemetaan. Pendekatan ini dilakukan dengan menyajikan data berupa angka-angka dan kemudian menginterpretasikannya (Prasetyo & Jannah, 2005). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan produksi, distribusi dan konsumsi pertanian perkotaan berdasarkan data statistik yang tersedia. Hasil analisis deskriptif dimanfaatkan sebagai input dalam proses pemetaan sehingga dapat memudahkan dalam melakukan analisis mengenai potensi pengembangan pertanian perkotaan secara keruangan (spasial). Selain itu, analisis deskriptif juga dilakukan untuk mengelaborasi potensi pertanian perkotaan, program pertanian perkotaan di Kota Semarang dan co-benefits serta arahan kebijakan pertanian perkotaan di Kota Semarang.

Gambaran Umum Perkembangan Lahan Terbangun

Seiring dengan terjadinya urbanisasi, lahan terbangun di Kota Semarang tumbuh dengan pesat. Lahan terbangun ini terdiri dari guna lahan permukiman, industri, perdagangan jasa dan perkantoran. Lahan tidak terbangun yang terdiri dari guna lahan pertanian, perkebunan, area perairan, dan lain-lain berkurang karena terjadinya konversi lahan. Persebaran persentase lahan terbangun Kota Semarang pada tahun 2015 ditampilkan pada Gambar 1.

Pada Gambar I, dapat dilihat bahwa pada bagian utara dan timur Kota Semarang, lahan terbangun yang ada cenderung lebih padat. Kepadatan bangunan tersebut dapat dilihat dari tingginya persentase lahan terbangun yang berkisar mulai angka 46,19% hingga 100%. Hal tersebut dapat terjadi karena pada daerah tersebut merupakan daerah yang relatif datar. Sedangkan untuk bagian barat Kota Semarang memiliki persentase lahan terbangun yang tergolong rendah yaitu tidak lebih

dari 20%. Hal tersebut dapat terjadi karena daerah tersebut merupakan daerah dengan peruntukan guna lahan sebagai ruang hijau seperti hutan produksi tetap, perkebunan, pertanian, dan tegalan. Adanya kepadatan bangunan yang berbeda di setiap daerah menyebabkan pertanian di Kota Semarang dibagi menjadi pertanian konvensional di pinggiran kota dan pertanian lahan terbatas yang berlokasi di permukiman padat padat penduduk.

Sumber: Sejati, A.W., Buchori, I., Rudiarto, I., 2018

Gambar 1. Peta Persentase Lahan Terbangun Kota Semarang Tahun

2015

Komoditas Pertanian Perkotaan Pertanian perkotaan di Kota

Semarang memiliki beberapa komoditas dengan luas lahan pertanian dan produksi yang beragam disetiap komoditasnya. Terdapattiga jenis kelompok pertanian yaitu kelompok tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura (buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka). Tabel 1 menjelaskan Kelompok dan Komoditas Pertanian Perkotaan.

Setiap komoditas memiliki kecenderungan pertumbuhan jumlah produksi yang berbeda dari tahun ke tahun. Kontribusi tertinggi pada kelompok tanaman pangan adalah padi, sedangkan untuk kelompok perkebunan adalah kelapa, dan pada kelompok sayuran memiliki kontribusi tertinggi adalah kacang panjang. Pada ketiga kelompok pertanian tersebut

Page 5: 4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Riptek Vol. I2, No. 2, Tahun 2018 Hal. 55-68

59

pertumbuhannya cenderung menurun dari tahun 2012-2017. Namun hal tersebut berbeda dengan kelompok hortikultura yang memiliki produksi tertinggi yaitu pisang dan memiliki tingkat pertumbuhan produksi yang cukup fluktuatif.

Tabel 1. Kelompok dan Komoditas Pertanian Perkotaan

Kelompok Pertanian Perkotaan Komoditas

Tanaman Pangan

Padi, padi gogo, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau dan kedelai

Perkebunan

Kelapa, kopi robusta, cengkeh, mete, kapuk, siwalan, dan tebu

Hortikultura

Buah-buahan

Alpukat, belimbing, duku/langsep, durian, jambu biji, jambu air, jeruk siam, jeruk besar, mangga, manggis, nangka, nanas, papaya, petai, pisang, rambutan, salak, sawo, sirsak, sukun, dan mlinjo.

Sayuran

Kacang panjang, bayam, jamur, kangkung, terong, cabe besar, cabe rawit

Tanaman Hias

Anggrek, Palem Anthurium Daun, Aglaonema, Adenium, Ixora (Soka), Sansivera, Euphorbia, Dracena, Philodendron

Tanaman Biofarmaka

Jahe, Temulawak, Kunyit, Kencur, Laos, Temuireng, Kapulaga, Temukunci, Lempuyang, Lidah buaya, Mahkota Dewa, Mengkudu/pace, Sambuloto

Peternakan

Sapi Perah, Sapi Potonh, Kerbau, Kambing, Domba, Ayam Ras Petelur, Ayam Ras Pedaging,

Kelompok Pertanian Perkotaan Komoditas

Ayam Buras, Kuda, Itik, Angsa, Entog, Burung Puyuh

Perikanan

Perikanan Darat (Tambak)

Bandeng, Belanak, Rumput Laut, Udang

Perikanan Darat (Kolam)

Karper, Lele, Nila, Tawes, Gurami, Mujahir

Sumber: Dinas Pertanian dan Dinas Perikanan Kota Semarang, 2017

Sebagian besar komoditas pangan/pertanian yang ada di Kota Semarang berasal dari luar Kota Semarang. Beberapa komoditas yang berasal dari dalam Kota Semarang, antara lainubi dan singkong yang berasal dari Mijen dan Gunungpati. Hasil dan Pembahasan

Potensi Pertanian Perkotaan Sektor pertanian mempunyai

peran yang strategis dalam pembangunan nasional. Menurut data Badan Pusat Statistik Tahun 2010 sektor ini menyerap 40.491.257 (38,35%) tenaga kerja nasional dan sebanyak 14.081.620 (34,78%) orang merupakan Generasi Muda Pertanian atau tenaga kerja kelompok umur 15-34 tahun. Sektor pertanian juga berfungsi sebagai penyangga ketahanan nasional baik dalam bidang ekonomi, politik, maupun keamanan. Namun, penyerapan tenaga kerja sektor pertanian tidak sebanding dengan produk domestik bruto (PDB) yang disumbangkan sebesar 14,04 %. Kondisi ini berbeda dengan sektor lain dengan tingkat penyerapan tenaga kerja yang lebih rendah namun menyumbang PDB yang lebih besar. Kondisi demikian mencerminkan produktivitas tenaga kerja di bidang pertanian tergolong rendah. Produktivitas yang rendah ini dipengaruhi banyak faktor antara lain tingkat pendidikan, penguasaan teknologi, ketersediaan sarana dan prasarana, akses pasar dan permodalan. Kebutuhan pangan merupakan salah

Page 6: 4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Kajian Potensi Pengembangan Pertanian Perkotaan Di Kota Semarang (WiwandariHandayani, dkk)

60

satu kebutuhan pokok selain sandang dan papan. Ketersediaan kebutuhan pangan di suatu tempat dipengaruhi oleh produktivitas lahan pangan tersebut.

Pertanian konvensional di Kota Semarang digolongkan menjadi empat yaitu pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura dan sayuran. Beberapa indikator yang dapat menunjukkan kondisi pertanian konvensional diantaranya data produksi, luas lahan panen, dan produktivitas. Produksi pertanian di Kota Semarang tidak sebanyak produksi wilayah lain di Jawa Tengah.

Pengembangan sektor pertanian yang meliputi perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan darat diatur dalam RTRW Kota Semarang. Pengembangan sektor tersebut berada di wilayah pengembangan kota IV Bagian Wilayah Kota VIII Kecamatan Gunungpati dan Bagian Wilayah Kota IX Kecamatan Mijen. Pertanian perkotaan di Kota Semarang memiliki berbagai macam komoditas. Tabel 2 menunjukkan potensi pertanian di Kota Semarang. Program Pertanian Perkotaan

Pertanian lahan terbatas di perkotaan telah dilakukan dengan melibatkan Pemerintah Kota Semarang. Beberapa kegiatan telah dilakukan oleh instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kota Semarang dan Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang. Dinas Pertanian Kota Semarang memiliki program kegiatan yaitu optimalisasi pekarangan, sedangkan Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang memiliki program kegiatan yaitu Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Pertanian lahan terbatas di Perkotaan Kota Semarang dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan institusi yang menginisiasi. Pembagian pertanian lahan terbatas di Kota Semarang adalah sebagai berikut:

Dinas Pertanian Kota Semarang

Pertanian lahan terbatas di perkotaan didominasi oleh tanaman sayur-sayuran. Hal ini karena jenis tanaman sayuran cenderung lebih mudah untuk dirawat dan membutuhkan lahan yang lebih sedikit daripada jenis tanaman lain seperti tanaman pangan, tanaman holtikultura dan tanaman perkebunan.

Lokasi pertanian perkotaan di Kota Semarang telah terdistribusi dengan cukup baik. Meskipun sebagian besar kelurahan yang menjadi lokasi pertanian perkotaan berada di pusat-pusat kota seperti Kecamatan Semarang Tengah, Semarang Selatan, Semarang Barat dan Semarang Timur. Setidaknya satu kelurahan di setiap kecamatan telah menjadi lokasi pertanian perkotaan.

Tabel 2. Potensi Pertanian di Kota Semarang

Jenis Tanaman Produksi Luas Panen Produktivitas

Tanaman Pangan

• Padi: 35.845 ton

• Jagung: 3892 ton

• Ubi Kayu: 3267 ton

• Padi: 5886 Ha

• Jagung: 556 Ha

• Ubi Kayu: 198 Ha

• Padi: 60,90 Kw/Ha

• Jagung: 70 Kw/Ha

• Ubi Kayu: 165 Kw/Ha

Tanaman Perkebunan

• Kelapa: 245,48 ton

• Tebu: 803,6 ton

• Kapuk: 24,78 ton

• Kelapa: 201,02 Ha

• Tebu: 164 Ha

• Kapuk: 10,88 Ha

• Kelapa: 12,21 Kw/Ha

• Tebu: 49 Kw/Ha

• Kapuk: 22,78 Kw/Ha

Hortikultura • Rambutan: 23.243 kw

• Durian: 8325 kw

• Nangka: 5084 kw

• Rambutan: 169.839 pohon

• Durian: 13.825 pohon

• Nangka: 10.914 pohon

• Rambutan: 13,69 kg/pohon

• Durian: 60,22 kg/pohon

• Nangka: 46,58 kg/pohon

Tanaman Sayuran

• Kangkung: 206 kw

• Cabe Besar: 163 kw

• Jamur: 169564 kg

• Kangkung: 7 Ha

• Cabe Besar: 5 Ha

• Jamur: 2755 m2

• Kangkung: 29,43 Kw/Ha

• Cabe Besar: 32,60 Kw/Ha

• Jamur: 61,55 Kg/m2

Sumber: Pertanian dalam Angka Kota Semarang Tahun 2012-2016

Page 7: 4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Riptek Vol. I2, No. 2, Tahun 2018 Hal. 55-68

61

Program unggulan dari Dinas Pertanian Kota Semarang terkait pengembangan pertanian lahan terbatas adalah program optimalisasi pekarangan. Adanya kecenderungan penurunan luas dan produktivitas pertanian di Kota Semarang, maka diperlukan penanganan dan inovasi yang dilakukan oleh setiap instansi yang bersangkutan. Dinas Pertanian Kota Semarang memiliki Program Kegiatan Optimalisasi Pekarangan yang telah dimulai dari tahun 2015 hingga sekarang dan dilakukan di beberapa kelurahan di Kota Semarang. Gambar 2 menjelaskan lokasi Program Optimalisasi Pekarangan di Kota Semarang.

Berdasarkan peta persebaran lokasi optimalisasi pekarangan untuk pertanian perkotaan di Kota Semarang, terdapat peningkatan jumlah lokasi sejak tahun 2015. Sebagian besar lokasi optimalisasi pekarangan berada di Kecamatan Semarang Selatan, Semarang Utara dan Semarang Tengah. Sedangkan dapat dilihat di peta, Kecamatan Tugu dan Kecamatan Ngaliyan yang berada di sebelah Barat Kota Semarang belum mendapat program optimalisasi tersebut.

Gambar 3 merupakan salah satu contoh pelaksanaan pertanian perkotaan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kota Semarang di Kelompok Wanita Tani Kelurahan Purwosari.

Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang

Kegiatan Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari merupakan salah satu kegiatan unggulan Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang. Kawasan Rumah Pangan Lestari adalah suatu konsep rumah pangan yang dibangun dalam suatu kawasan (RT, RW, Kelurahan, Kecamatan dst.) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, sekaligus dapat

menjadi cara untuk meningkatkan pendapatan (Farasonalia, 2018).

Untuk mencapai tujuan program KRPL, terdapat dana yang dialokasikan yang berasal baik dari APBN, APBD Provinsi maupun APBD Kota Semarang. Penerima manfaat kegiatan KRPL berdasarkan sumber anggaran dan tahun anggaran dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5 Sebanyak 69 dari total 177 kelurahan di Kota Semarang telah mendapatkan bantuan dana untuk program kegiatan kawasan rumah pangan lestari. Jumlah tersebut baru mencakup 38,9% dari total kelurahan di Kota Semarang.

Sumber: BAPPEDA Kota Semarang dan Dinas Pertanian Kota Semarang, 2017

Gambar 2. Peta Persebaran Lokasi Program Optimalisasi Pekarangan

Sumber: Dokumentasi Penyusun, 2018

Gambar 3. Kelompok Wanita Tani Kelurahan Purwosari

Page 8: 4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Kajian Potensi Pengembangan Pertanian Perkotaan Di Kota Semarang (WiwandariHandayani, dkk)

62

Namun demikian, dilihat dari peta persebarannya, tiap kecamatan sudah terwakili oleh beberapa kelurahan yang memperoleh bantuan dana untuk program KRPL. Beberapa kelurahan bahkan sudah menerima lebih dari satu sumber dana dan lebih dari satu tahun.

Sumber: BAPPEDA Kota Semarang & Dinas Pertanian Kota Semarang, 2017

Gambar 4. Peta Persebaran Lokasi Program KRPL berdasarkan Sumber

Dana

Gambar 6 merupakan salah satu contoh pelaksanaan pertanian perkotaan yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang di Kelompok Tani Ternak Kelurahan Tandang.

Inisiatif Masyarakat

Kegiatan pertanian lahan terbatas di Kota Semarang juga diinisiasi oleh masyarakat secara mandiri. Kegiatan pertanian lahan terbatas yang dilakukan oleh individu diantaranya adalah kegiatan akuaponik dan hidroponik. Akuaponik merupakan salah satu metode dalam pertanian perkotaan yang menggabungkan antara metode hidroponik dan akuakultur dalam suatu lingkungan (Zuliana, 2017). Dalam praktiknya, metode akuaponik yang dilakukan oleh pelaku pertanian perkotaan di Kota Semarang berupa penanaman tanaman berjenis sayuran dengan media sederhana yang diletakkan diatas kolam ikan. Hal ini

merupakan inovasi dan dapat menjadi cara yang efektif karena dapat menghasilkan dua produk sekaligus yaitu panen dari tanaman dan panen ikan. Sedangkan hidroponik merupakan metode pertanian perkotaan yang sudah lebih dahulu populer dibandingkan dengan metode akuaponik. Metode penanaman Hidroponik bisa di lakukan di lahan terbatas perkotaan. Nurtrisi pada Hidroponik diperoleh dengan mencampurkan formula cair A dan B, biasa disebut dengan pupuk AB Mix. Hidroponik pertama kali dikenalkan oleh W.F Gericke pada tahun 1936. Hal tersebut terus berkembang hingga saat ini. Proses Hidroponik dimulai dari pembuatan media tanam hidroponik sistem NFT menggunakan gelas plastik atau media lain yang diisi arang sekam kemudian diletakkan pada talang PVC yang diisi bioball, dan kapas filter akuarium diletakkan di lubang masuk dan keluar air pada talang. Gambar 7 menunjukkan lokasi pelaksanaan pertanian perkotaan akuaponik dan hidroponik yang dilakukan oleh individu.

Gambar 8 merupakan salah satu contoh pelaksanaan pertanian perkotaan yang dilakukan atas inisiasi masyarakat di Kelurahan Kandri.

Berdasarkan ketiga program pertanian lahan terbatas di perkotaan Kota Semarang, maka akan menghasilkan persebaran kelurahan yang terdapat program tersebut yaitu, program dari Dinas Pertanian Kota Semarang, Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang dan inisiatif masyarakat. Gambar 9 menjelaskan persebaran lokasi program pertanian lahan terbatas di perkotaan.

Page 9: 4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Riptek Vol. I2, No. 2, Tahun 2018 Hal. 55-68

63

Sumber: BAPPEDA Kota Semarang & Dinas Pertanian Kota Semarang, 2017

Gambar 5. Peta Persebaran Lokasi Program KRPL berdasarkan Tahun

Perolehan

Sumber: Dokumentasi Penyusun, 2018

Gambar 6. Kelompok Tani Ternak Kelurahan Tandang

Sumber: Zuliana, 2017

Gambar 7. Lokasi Kegiatan Pertanian Perkotaan Akuaponik dan Hidroponik

Manfaat Lain (Co-Benefit) Pertanian Perkotaan

Keberadaan pertanian di wilayah perkotaan memberikan nilai positif dalam pemenuhan kebutuhan pangan serta nilai-nilai praktis yang dapat berdampak bagi keberlanjutan ekologi ataupun ekonomi wilayah perkotaan. Pada praktek pelaksanaan pertanian perkotaan dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan, ekonomi, ekologi, sosial, estetika, edukasi dan wisata (Fauzi et al., 2016).

Sumber: Dokumentasi Penyusun, 2018

Gambar 8. Inisiasi Masyarakat di Kelurahan Kandri

Page 10: 4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Kajian Potensi Pengembangan Pertanian Perkotaan Di Kota Semarang (WiwandariHandayani, dkk)

64

Sumber: Analisis Penyusun, 2018

Gambar 9. Peta Overlay Persebaran Lokasi Program Pertanian Perkotaan

di Kota Semarang

Tabel 3. Manfaat Lain (Co-Benefit) Pertanian Perkotaan di Kota

Semarang

Aspek Keterangan Sumber Aspek Lingkungan

Pertanian perkotaan memberikan peranan yang dapat dilihat dari aspek ekologi yaitu:

1. Menciptakan iklim mikro yang sehat

2. Konservasi sumber daya tanah dan air

3. Memperbaiki kualitas udara

4. Memberikan keindahan karena pertanian perkotaan memperhatikan nilai estetika

5. Upaya mitigasi terhadap perubahan iklim

Setiawan & Rahmi (2004)

Aspek Ekonomi Adanya stimulus penguatan ekonomi lokal dengan adanya pembukaan lapangan kerja baru dalam bentuk peningkatan penghasilan masyarakat serta pengurangan kemiskinan.

Setiawan & Rahmi (2004)

Aspek Sosial Pertanian perkotaan juga memberikan keuntungan jika dilihat dari aspek sosial yaitu:

Setiawan & Rahmi (2004)

Aspek Keterangan Sumber 1. Meningkatkan

persediaan pangan 2. Meningkatkan

nutrisi masyarakat miskin kota

3. Meningkatkan kesehatan masyarakat

4. Mengurangi pengangguran

5. Mengurangi konflik sosial.

Aspek Kesehatan

Wilayah perkotaan yang memiliki kepadatan bangunan yang tinggi membuat jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH) semakin terbatas. Keberadaan pertanian perkotaan meningkatkan jumlah ruang hijau di wilayah perkotaan, sehingga wilayah perkotaan dapat menyerap CO2 lebih banyak dan meningkatkan kualitas udara di wilayah perkotaaan.

Fauzi, Ichniarsyah, dan Agustin (2016)

Aspek Edukasi dan Wisata

Pengembangan pertanian perkotaan secara terpadu dapat memberikan edukasi bagi masyarakat bahwa keberadaan RTH tidak hanya digunakan sebagai tempat bersosialisasi dan berkumpul serta berekreasi. Terbatasnya RTH dan tidak adanya praktik pertanian menjadikan contoh-contoh nyata pertanian perkotaan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berkunjung dan berwisata sekaligus menjadi sarana edukatif bagi anak-anak dan remaja.

Fauzi, Ichniarsyah, dan Agustin (2016)

Sumber: Analisis Penyusun, 2018

Tabel 3 menjelaskan manfaat pertanian perkotaan jika dilihat dari aspek lingkungan, ekonomi, sosial, kesehatan, edukasi dan wisata. Manfaat lain yang dirasakan setiap pelaku pertanian perkotaan di Kota Semarang dapat berbeda sesuai dengan karakteristik wilayah pada lokasi pertanian perkotaan tersebut. Masing-masing pelaku pertanian tersebut memiliki potensi pengembangan pertanian yang berbeda-beda dilihat dari aspek co-benefit. Namun secara garis besar, manfaat yang diperoleh dalam melakukan pertanian perkotaan adalah menghemat pengeluaran terhadap sayuran. Gambar 10. menampilkan peta mengenai persebaran pelaku pertanian

Page 11: 4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Riptek Vol. I2, No. 2, Tahun 2018 Hal. 55-68

65

perkotaan yang menjadi narasumber pada penelitian ini.

Sumber: Analisis Penyusun, 2018

Gambar 10. Peta Persebaran Pelaku Pertanian Perkotaan di Kota

Semarang

Tabel 4. Kondisi Manfaat Lain (Co-Benefit) Pertanian Perkotaan di Kota

Semarang

Narasumber Lingkung

an Ekono

mi Sosial

Kesehatan

Edukasi dan Wisat

a S D S D S D S D S D

KWT Kelurahan Pandean Lamper

● ● ●● √ ●

Pak Wisnu Ketua Kelompok Tani ELGIRO Kelurahan Barusari

● ●● √

KWT Kelurahan Purwosari

● ● ●● √

Penerima KRPL Kelurahan Purwosari

● ● √

Pengelola Griya KetelaQ dan KWT Kelurahan Plalangan

●● ●● √

Bu Sutiyah Penerima KRPL, Kelompok Tani Ternak Kelurahan Tandang

● ● ●● ●● √

Bu Tari Crispy Farm

●● √ ● ●● √

Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Ba’alawy

● ● √ ●

English VillageGunungpati

● √ ● ●● √

Keterangan Tidak ada

● Penting ●● Lebih Penting √ Potensi yang dapat dikembangkan S Kondisi Sekarang D Kondisi yang Akan Datang

Sumber: Analisis Penyusun, 2018

Pada setiap kelompok pertanian yang ada di Kota Semarang memiliki co-benefit yang menonjol disetiap aspeknya sehingga menjadi potensi yang dapat dikembangkan. Pada Tabel 4, terdapat kondisi co-benefit pada saat ini dan kondisi yang dapat menjadi potensi di masa yang akan datang.

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada KWT Kelurahan Pandean Lamper, Kelompok Tani Kelurahan Barusari, KWT Kelurahan Purwosari, dan Kelompok Tani Ternak Kelurahan Tandang, manfaat sosial dirasa menjadi manfaat yang paling penting, karena adanya aktivitas pertanian perkotaan dapat mengajak masyarakat disekitar untuk ikut melakukan aktivitas pertanian perkotaan tersebut, sehingga dapat menumbuhkan minat masyarakat dalam pertanian perkotaan. Kemudian jika dilihat pada Griya KetelaQ dan KWT Kelurahan Plalangan serta Crispy Farm, manfaat yang diperoleh dapat dilihat dari manfaat ekonomi. Hal tersebut karena pada Griya KetelaQ dan KWT Kelurahan Plalangan serta Crispy Farm lebih mengembangkan pertanian perkotaan yang berorientasi bisnis dan sudah melakukan penjualan hingga luar Kota Semarang. Sedangkan manfaat edukasi dan wisata yang dirasa lebih penting berada pada Griya KetelaQ, KWT Kelurahan Plalangan, Kelompok Tani Ternak Kelurahan Tandang dan Crispy Farm, karena pada pelaku pertanian tersebut sudah menjadi suatu objek kunjungan bagi institusi pendidikan mulai dari TK hingga perguruan tinggi. Berdasarkan tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa pada manfaat yang dirasa lebih penting seperti manfaat ekonomi, sosial dan edukasi serta wisata dapat menjadi

Page 12: 4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Kajian Potensi Pengembangan Pertanian Perkotaan Di Kota Semarang (WiwandariHandayani, dkk)

66

manfaat yang paling potensial dikembangkan untuk kedepannya.

Kesimpulan

Aktifitas pertanian perkotaan tidak hanya dikembangkan semata-mata untuk penyediaan pangan, tetapi diperlukan karena terdapat manfaat lain yang dapat diperoleh. Berdasarkan analisis manfaat lain (co-benefit), diketahui bahwa manfaat yang diterima dan atau diberikan pada masing-masing kelompok berbeda sesuai dengan karakteristik kelompoknya. Namun secara garis besar manfaat lain yang dapat diperoleh terutama manfaat yang berhubungan dengan kualitas lingkungan (lebih asri dan lebih teduh) dan manfaat sosial (media bersosialisasi dengan tetangga sekitar). Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dirumuskan beberapa rekomendasi untuk mendorong aktifiats pertanian perkotaan di Kota Semarang di masa yang akan datang. Secara garis besar, dengan mempertimbangkan kondisi yang berkembang dan terjadi saat ini, upaya untuk mendorong aktifitas pertanian perkotaan ini dapat dilakukan dengan tiga koridor kebijakan:

Kebijakan pengembangan yang berorientasi populis

Dengan mempertimbangkan bahwa program-program pertanian perkotaan yang sudah dilaksanakan cenderung melibatkan kelompok-kelompok masyarakat secara aktif dan berkontribusi penting maka pelibatan masyarakat dalam mendorong aktifitas pertanian perkotaan menjadi sangat strategis. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mendorong kebijakan populis ini adalah:

Melaksanakan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan dengan melibatkan kelompok masyarakat, melakukan sosialisasi mengenai

pertanian perkotaan secara terus menerus, melakukan pendampingan yang berkelanjutan dan dilakukan secara terstruktur oleh dinas terkait. Namun, perlu dipahami bahwa kebijakan ini bersifat populis dalam arti nilai manfaat yang diperoleh akan lebih cenderung pada aspek sosial dan lingkungan. Aspek ekonomi tidak menjadi pertimbangan utama dalam koridor kebijakan ini.

Kebijakan pengembangan yang berorientasi bisnis

Berbeda dengan kebijakan yang bersifat populis, alternatif lain adalah dengan menjadikan pertanian perkotaan sebagai peluang bisnis yang baru. Untuk itu, diperlukan enterpreuner-enterpreuner potensial yang mampu melakukan aktivitas pertanian yang lebih modern (Hidroponik/Aquaponik). Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mendorong kebijakan yang lebih berorientasi bisnis ini adalah:

Memberikan insentif ataupun bantuan bagi para pelaku bisnis di bidang pertanian perkotaan, melakukan kerjasama dengan pihak universitas/lemlit dan membangun jejaring untuk pemanfaatan teknologi tepat guna, bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menyelenggarakan paket-paket pelatihan.

Kebijakan Co-Benefit

Mendorong kegiatan-kegiatan yang dapat mengoptimalkan berbagai manfaat aktifitas pertanian perkotaan, meliputi:

Mendorong pertanian perkotaan untuk dijadikan sebagai wisata edukasi (sebagai contoh: di Plalangan dan Crispy Farm di Gedawang) dan sosialisasi pentingnya pola hidup sehat melalui penerapan pertanian perkotaan.

Kedua rekomendasi tersebut memerlukan integrasi dan koordinasi yang lebih intensif diantara Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.

Page 13: 4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Riptek Vol. I2, No. 2, Tahun 2018 Hal. 55-68

67

DAFTAR PUSTAKA Chatterjee, R., Tran, T., & Shaw, R.

(2016). Chapter 11 - Urban Food Security in Asia: A Growing Threat. Urban Disasters and Resilience in Asia. Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-802169-9.00011-2

FAO. (2015). Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development, 16301(October), 1–35.

Fauzi, A. R., Ichniarsyah, A. N., & Agustin, H. (2016). Pertanian Perkotaan: Urgensi, Peranan, dan Praktik Terbaik. Jurnal Agroteknologi, 10(1), 49–62.

Food and Agriculture Organization of the United Nations. (n.d.). FAO’s role in Urban Agriculture.

Mougeot, L. J. A. (2006). Growing Better Cities_ Urban Agriculture for Sustainable Development. Canada: IDRC.

Prasetyo, B., & Jannah, L. M. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Setiawan, B., & Rahmi, D. . (2004). Ketahanan Pangan, Lapangan Kerja, dan Keberlanjutan Kota : Studi Pertanian Kota di Enam Kota di Indonesia. Warta Penelitian Universitas Gajah Mada (Edisi Khusus).

Page 14: 4. Kajian Potensi Pengembangan Pertanian ... - Jurnal Riptek

Kajian Potensi Pengembangan Pertanian Perkotaan Di Kota Semarang (WiwandariHandayani, dkk)

68