Page 1
4 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
4.1 Administrasi dan Luas Wilayah
Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi
terletak diantara 7°43' - 8°46' Lintang Selatan dan 113°53' - 114°38' Bujur Timur.
Secara administratif sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo,
sebelah timur dengan Selat Bali, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia serta
sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso.
Administrasi Kabupaten Banyuwangi terbagi atas 24 Kecamatan, Namun
kecamatan yang berada di wilayah pesisir selat bali terdiri dari 7 kecamatan yaitu
Kecamatan Kalipuro, Kecamatan Banyuwangi, Kecamatan Kabat, Kecamatan
Rogojampi, Kecamatan Muncar, Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan
Purwoharjo.
Letak geografis Kabupaten Jembrana berada pada koordinat 8°9'30" -
8°28'2" Lintang Selatan dan 114°25'53" - 114°56'38" Bujur Timur. Batas wilayah
Kabupeten Jembrana sebelah utara Kabupaten Buleleng, sebelah timur dengan
Kabupaten Tabanan, sebelah selatan dengan Samudra Hindia, dan sebelah barat
dengan Selat Bali. Wilayah administrasi Kabupaten Jembrana terdiri dari 5
kecamatan yaitu Kecamatan Melaya, Kecamatan Negara, Kecamatan Jembrana,
Kecamatan Mendoyo dan Kecamatan Pekutatan. Secara umum wilayah-wilayah
kecamatan di Kabupaten Jembrana memiliki wilayah pantai dan berbatasan
langsung dengan wilayah selat bali.
Jika dilihat berdasarnya luas wilayah secara keseluruhan maka Kabupaten
Banyuwangi merupakan wilayah sekitar selat bali yang paling luas yaitu mencapai
5.782,5 km2. Luas wilayah di Kabupaten Jembrana sebesar 841,8 km2. Demikian
pula apabila ditinjau dari luas yang berada disekitar pesisir Selat Bali, wilayah
Kabupaten Banyuwangi masih tetap menjadi wilayah yang terluas yaitu sekitar
2.237 km2 yang terdiri dari 7 kecamatan. Luas wilayah pesisir di Kabupaten
Jembrana meliputi seluruh wilayah kecamatannya yakni ada 5 kecamatan dengan
luas sebesar 841,8 km2.
Page 2
56
Dengan demikian secara keseluruhan wilayah di sepanjang pesisir Perairan
Selat Bali yang mencakup 2 wilayah Kabupaten (Banyuwangi dan Jembrana)
terdiri dari 12 wilayah Kecamatan. Luas wilayah masing-masing kecamatan
tersebut lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Luas wilayah kecamatan di sekitar Selat Bali
(Sumber: BPS tahun 2010, diolah)
4.2 Kependudukan
4.2.1 Jumlah penduduk
Penduduk merupakan sumberdaya yang potensial dalam proses
pembangunan suatu bangsa. Hal ini bila jumlah penduduk yang besar dapat
dikembangkan sebagai tenaga kerja yang produktif sehingga berfungsi sebagai
pengelola sumber daya alam. Namun penduduk yang besar juga dapat
menimbulkan permasalahan sosial dalam proses pembangunan itu sendiri seperti
pengangguran, kemiskinan dan sebagainya, bila potensi itu sendiri tidak mendapat
perhatian dan penanganan yang serius
Jumlah Penduduk di Kabupaten pada tahun 2010 secara keseluruhan
berjumlah 1.554.997 jiwa. Sementara itu, penduduk yang terdapat di tujuh
wilayah kecamatan yang berada di pesisir selat bali berjumlah sebanyak 590.582
jiwa atau sekitar 38% dari keseluruhan populasi di Kabupaten Banyuwangi.
Populasi penduduk terbanyak dari 7 wilayah kecamatan pesisir di Kabupaten
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Pekutatan
Mendoyo
Jembrana
Negara
Melaya
Purwoharjo
Tegaldlimo
Muncar
Rogojampi
Kabat
Banyuwangi
Kalipuro
129,65
294,49
93,97
126,5
197,19
200,3
1341,12
146,07
102,33
107,48
30,13
310,03
Luas wilayah (km2)
Ke
cam
atan
Page 3
57
Banyuwangi terdapat di Kecamatan Muncar dengan jumlah penduduk sebanyak
122.238 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di
Kecamatan Tegaldlimo dengan jumlah 59.472 jiwa.
Kabupaten Jembrana memiliki jumlah penduduk sebanyak 261.168 jiwa
pada tahun 2010. Secara keseluruhan wilayah di Kabupaten Jembrana berada di
wilayah pesisir perairan Selat Bali. Wilayah kecamatan di Kabupaten Jembrana
yang memiliki jumlah penduduk paling banyak terdapat di kecamatan Negara
yaitu sebanyak 77.735 jiwa. Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk yang
paling sedikit terdapat di Kecamatan Mendoyo sebanyak 25.603 jiwa.
Secara keseluruhan total populai penduduk di 12 kecamatan sepanjang
pesisir perairan selat bali tercatat sebanyak 852.200 jiwa. Dari 12 kecamatan yang
berada di sekitar perairan selat bali yang memiliki jumlah populasi penduduk
paling banyak terdapat di Kecamatan Muncar sekitar 14% dari total penduduk di
12 Kecamatan pesisir Selat Bali. Sedangkan populasi penduduk paling sedikit
berada di Kecamatan Pekutatan yaitu sekitar 2%. Untuk lebih jelasnya mengenai
gambaran populasi penduduk yang berada di wilayah kecamatan pesisir sekitar
perairan Selat Bali dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Populasi penduduk menurut kecamatan di sekitar Selat Bali
tahun 2010 (Sumber: BPS tahun 2010, diolah)
0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000
Pekutatan
Mendoyo
Jembrana
Negara
Melaya
Purwoharjo
Tegaldlimo
Muncar
Rogojampi
Kabat
Banyuwangi
Kalipuro
25.603
56.255
51.655
77.735
50.370
90.316
59.472
122.238
88.791
63.501
101.813
64.451
Jumlah penduduk (jiwa)
Ke
cam
atan
Page 4
58
4.2.2 Sex ratio
Sex ratio atau rasio jenis kelamin (RJK) adalah perbandingan jumlah
penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk
perempuan. Data mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan
perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan
dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil.
Misalnya, karena adat dan kebiasaan jaman dulu yang lebih mengutamakan
pendidikan laki-laki dibanding perempuan, maka pengembangan pendidikan
berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin dengan
mengetahui berapa banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama.
Berdasarkan data dari BPS dapat diketahui bahwa dari total populasi
penduduk sebanyak 1.158.775 jiwa di 15 kecamatan sepanjang pesisir perairan
selat bali masih didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 585.587
jiwa. Dengan demikian, nilai sex ratio secara keseluruhan di wilayah pesisir
perairan selat bali rata-rata sebesar 102 persen, artinya artinya untuk setiap 100
orang perempuan terdapat laki-laki sebanyak 102 orang. Persentase jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin di 12 kecamatan sepanjang pesisir perairan
selat bali dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin
(Sumber: BPS tahun 2010, diolah)
Untuk lebih jelasnya mengenai komposisi penduduk di sekitar wilayah
pesisir Perairan Selat Bali dapat ditinjau dari nilai sex ratio dari masing-masing
wilayah. Berikut ini disajikan tabel mengenai komposisi jumlah penduduk dan
nilai sex ratio di wilayah pesisir Selat Bali.
Laki-laki (51%) Perempuan
(49%)
Page 5
59
Tabel 7. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan nilai sex ratio berdasarkan
kecamatan di pesisir Selat Bali, tahun 2010
No Kecamatan Penduduk 2010
sex ratio Laki-Laki Perempuan Total
1 Kalipuro 32.210 32.241 64.451 100
2 Banyuwangi 50.429 51.384 101.813 98
3 Kabat 33.819 29.682 63.501 114
4 Rogojampi 43.480 45.311 88.791 96
5 Muncar 61.362 60.876 122.238 101
6 Tegaldlimo 30.164 29.308 59.472 103
7 Purwoharjo 45.922 44.394 90.316 103
8 Melaya 25.242 25.128 50.370 100
9 Negara 39.162 38.573 77.735 102
10 Jembrana 25.410 26.245 51.655 97
11 Mendoyo 27.597 28.658 56.255 96
12 Pekutatan 12.638 12.965 25.603 97
Total 427.435 424.765 852.200 101
Sumber : BPS tahun 2010 (diolah)
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai sex ratio di wilayah
pesisir perairan selat bali bervariasi dengan nilai tertinggi sebesar 114 dan
terendah sebesar 96. Berdasarkan nilai sex ratio tersebut dapat diketahui wilayah-
wilayah dengan komposisi penduduk laki-laki lebih banyak terdapat di Kecamatan
Kabat, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo, Negara, Kuta Utara, Kuta dan Kuta
Selatan. Wilayah yang jumlah komposisi penduduk laki-laki dan perempuan sama
besarnya berada di Kecamatan Kalipuro dan Melaya. Sedangkan 5 wilayah
kecamatan lainnya memiliki jumlah penduduk perempuan yang lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.
4.2.3 Kepadatan penduduk
Secara keseluruhan tingkat kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan
pesisir Selat Bali rata-rata sebesar 277 jiwa per km2, artinya dalam wilayah seluas
1 km2 terdapat penduduk rata-rata sebanyak 277 jiwa. Tingkat kepadatan
penduduk yang paling tinggi terdapat di Kecamatan Banyuwangi dengan tingkat
kepadatan sebanyak 3.379 jiwa/km2. Wilayah kecamatan terpadat selanjutnya
berada di Kecamatan Rogojampi sebesar 868 jiwa/km2 dan Kecamatan Muncar
sebesar 837 jiwa/km2. Sementara itu, wilayah kecamatan dengan tingkat
Page 6
60
kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Tegaldlimo dengan tingkat kepadatan
sebesar 44 jiwa/km2.
Secara keseluruhan jumlah rumah tangga yang terdapat di 12 kecamatan
pesisir sekitar perairan selat bali tercatat sebanyak 247.709 KK. Adapun rata-rata
jumlah anggota keluarga di wilayah pesisir Selat Bali berkisar 3 - 4 orang per
keluarga. Untuk lebih jelasnya tingkat kepadatan penduduk dan anggota rumah
tangga per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Tingkat kepadatan penduduk, jumlah rumah tangga dan rata-rata
penduduk per rumah tangga menurut kecamatan di wilayah pesisir
Selat Bali, tahun 2010
No Kecamatan Luas
(km2)
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/km2)
Jumlah
Rumah
Tangga
(KK)
Rata-rata
Pendduk per
Rumah
Tangga
1 Kalipuro 310,03 64451 208 22854 3
2 Banyuwangi 30,13 101813 3379 27090 4
3 Kabat 107,48 63501 591 22484 3
4 Rogojampi 102,33 88791 868 31503 3
5 Muncar 146,07 122238 837 32511 4
6 Tegaldlimo 1341,12 59472 44 15814 4
7 Purwoharjo 200,3 90316 451 22548 4
8 Melaya 197,19 50370 255 13746 4
9 Negara 126,5 77735 615 21620 4
10 Jembrana 93,97 51655 550 14832 3
11 Mendoyo 294,49 56255 191 15866 4
12 Pekutatan 129,65 25603 197 6841 4
Total 3079,26 852200 277 247709 3
Sumber : BPS tahun 2010 (diolah)
4.2.4 Laju pertumbuhan penduduk
Tingkat laju pertumbuhan penduduk di wilayah kecamatan pesisir sekitar
perairan selat bali rata-rata sebesar 0,67 persen per tahun. Secara umum laju
pertumbuhan di wilayah Kabupaten Banyuwangi relatif lebih rendah
dibandingkan dengan Kabupaten Jembrana. Untuk lebih jelasnya mengenai
gambaran laju pertumbuhan di wilayah kecamatan pesisir Selat Bali dapat dilihat
pada Gambar 12.
Page 7
61
Gambar 12. Laju pertumbuhan penduduk di wilayah sekitar Selat Bali menurut
kecamatan (sumber: BPS tahun 2010, diolah)
4.2.5 Dependency ratio
Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting.
Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya
beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase
dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban
yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi.
Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai
penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada
orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia
diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa
pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap
sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah
penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu
akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis
penduduk dari sisi demografi.
Rasio Ketergantungan (dependency Ratio) adalah perbandingan antara
jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65
0 0.5 1 1.5 2
Mendoyo
Jembrana
Negara
Melaya
Purwoharjo
Tegaldlimo
Muncar
Rogojampi
Kabat
Banyuwangi
Kalipuro
0,73
1,22
1,61
1,19
0,25
0,09
0,49
0,31
0,55
0,07
Growth (%)
Ke
cam
atan
Page 8
62
tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio
ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan
Rasio Ketergantungan Tua.
a) Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-
14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 - 64 tahun.
b) Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65
tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun
c) Rasio Ketergantungan Total adalah perbandingan jumlah penduduk usia muda
(0-14 tahun) ditambah jumlah penduduk usia tua (>65 tahun) dibandingkan
dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).
Hasil perhitungan nilai dependency ratio di wilayah pesisir Selat Bali
menurut kecamatan secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai dependency ratio menurut kecamatan di wilayah pesisir Selat
Bali, tahun 2010
No Dependency Ratio
Rasio
Ketergantungan
Usia Muda (%)
Rasio
Ketergantuangan
Usia Tua (%)
Rasio
Ketergantungan
Total (%)
1 Kalipuro 34 7 42
2 Banyuwangi 34 10 44
3 Kabat 35 11 46
4 Rogojampi 34 8 42
5 Muncar 37 8 45
6 Tegaldlimo 35 11 46
7 Purwoharjo 34 10 44
8 Melaya 44 19 63
9 Negara 43 17 61
10 Jembrana 39 19 58
11 Mendoyo 40 24 64
12 Pekutatan 46 25 71
Total 37 13 50
Sumber : BPS tahun 2010 (diolah)
Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa rasio ketergantungan
usia muda memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan rasio
ketergantungan usia tua. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum jumlah orang
usia muda lebih banyak dibandingkan dengan jumlah orang usia tua. Secara
keseluruhan nilai rasio ketergantungan total di 12 kecamatan wilayah pesisir selat
bali adalah sebesar 50%, terdiri dari nilai rasio ketergantungan usia muda sebesar
37% dan rasio ketergantungan usia tua sebesar 13%.
Page 9
63
4.3 Pendidikan
Pendidikan sangat berperan dalam meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia, maka pembangunan di bidang pendidikan meliputi pendidikan formal
maupun informal. Pembangunan di bidang pendidikan memerlukan peran serta
yang aktif tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat.
Berdasarkan tingkat pendidikannya, sebagian besar penduduk di 3 wilayah
Kabupaten sekitar perairan selat bali rata-rata sudah berpendidikan diatas
SLTP/sederajat. Banyaknya jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan SD di 2
wilayah kabupaten sekitar perairan Selat Bali rata-rata sekitar 20,89%. Untuk
lebih jelasnya mengenai gambaran tingkat pendidikan penduduk di 2 wilayah
Kabupaten sekitar perairan selat bali dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Tingkat pendidikan penduduk di wilayah Kabupaten Banyuwangi
dan Kabupaten Jembrana menurut tingkat pendidikan yang di
tamatkan, tahun 2009 (Sumber: BPS tahun 2010, diolah)
Banyaknya jumlah penduduk di 2 Wilayah Kabupaten Sekitar Perairan
Selat Bali dengan tingkat pendidikan hingga SLTA lebih yaitu sebanyak 71,92
persen. Data selengkapnya mengenai persentase jumlah penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan di 3 Wilayah Kabupaten Sekitar Selat Bali disajikan pada
Tabel 10.
0.00 5.00
10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Kab. Banyuwangi
Kab. Jembrana
Page 10
64
Tabel 10. Persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan
tertingi di 2 wilayah kabupaten sekitar Selat Bali Tahun 2009
No Uraian Kab. Banyuwangi Kab. Jembrana
1 Tamat SD 3.20 37.94
2 Tamat SLTP/sederajat 26.57 16.49
3 Tamat SLTA/sederajat 34.12 25.52
Tamat Perguruan Tinggi
4 Diploma 12.58 2.96
5 Sarjana 23.53 2.93
Sumber : Data BPS tahun 2010 (diolah)
Tersedianya sarana pendidikan yang baik merupakan hal yang penting
dalam rangka meningkatkan tingkat pendidikan penduduk. Berdasarkan data
statistik tercatat bahwa jumlah sarana pendidikan yang tersedia di Kabupaten
Jembrana yaitu SD/sederajat sebanyak 193 unit, SLTP/sederajat sebanyak 32 unit
dan SLTA/sederajat sebanyak 24 unit.
Sementara itu jumlah sarana pendidikan di 7 kecamatan pesisir Selat Bali
di Kabupaten Banyuwangi meliputi Taman Kanak-kanak sebanyak 243 unit,
SD/sederajat sebanyak 370 unit, SLTP/sederajat sebanyak 119 unit dan
SLTA/sederajat sebanyak 32 unit. Data selengkapnya mengenai jumlah sarana
pendidikan di wilayah pesisir Selat Bali menurut kecamatan pada tahun 2009
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah sarana pendidikan berdasarkan tingkat pendidikan dan
kecamatan di wilayah pesisir Selat Bali tahun 2009 (satuan unit)
No Kabupaten Fasilitas pendidikan (unit)
TK SD SLTP SLTA
A. Kabupaten Banyuwangi – Provinsi Jawa Timur
1. Kecamatan Kalipuro 33 41 22 1
2. Kecamatan Banyuwangi 39 53 8 10
3. Kecamatan Kabat 27 57 24 2
4. Kecamatan Rogojampi 34 55 11 5
5. Kecamatan Muncar 44 66 22 6
6. Kecamatan Tegaldlimo 38 51 17 6
7. Kecamatan Purwoharjo 28 47 15 2
B Kabupaten Jembrana – Provinsi Bali
193 32 24
Total 243 563 151 56
Sumber : Data BPS tahun 2010 (diolah)
Page 11
65
4.4 Perekonomian
Faktor utama yang mendorong penduduk untuk menetap di suatu wilayah
adalah daya tarik aktivitas perekonomiannya. Dengan adanya aktivitas ekonomi
maka penduduk dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidang
keahliannya. Dengan demikian terdapat keterkaitan yang erat antara penduduk di
suatu wilayah dengan akitivitas perekonomian di wilayah tersebut.
Salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu daerah/ wilayah adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan nilai barang dan
jasa yang dihasilkan oleh suatu masyarakat/negara dalam satu tahun, yang diukur
berdasarkan harga pasar yang berlaku (current price) pada waktu itu. Jika
berdasarkan harga pasar, disebut dengan PDRB atas dasar harga Pasar. Sedangkan
jika berdasarkan harga pada tahun tertentu yang dipilih sebagai harga dasar
disebut dengan PDRB atas dasar harga konstan. Gambaran menyeluruh tentang
kondisi perekonomian di 2 Wilayah Kabupaten Sekitar Perairan Selat Bali dapat
dilihat melalui neraca ekonomi yang tergambarkan dalam Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB).
Melalui penghitungan PDRB di 2 Wilayah Kabupaten Sekitar Perairan
Selat Bali Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dapat menggambarkan nilai
nominal seluruh barang dan jasa yang dihasilkan daerah ini. Di Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2009, nilai PDRB ADHB adalah sebesar Rp
20.490.127,43 juta, sementara di Kabupaten Jembrana mencapai Rp 2.927.790,58
juta.
Berdasarkan jumlah yang dihasilkan oleh masing-masing sektor, maka
sektor pertanian di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jembrana memberikan
kontribusi yang terbesar dibandingkan sektor lainnya yaitu masing-masing 47,63
persen dan 26,02 persen. Data selengkapnya mengenai PDRB berdasarkan harga
berlaku di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jembrana dapat dillihat pada
Tabel 12.
Page 12
66
Tabel 12. PDRB di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jembrana menurut
lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2009 (juta rupiah) No. Lapangan Usaha Kab. Banyuwangi Kab. Jembrana
1 Pertanian 9.759.800,80 761.737,38
2 Pertambangan & Penggalian 816.872,65 14.430,95
3 Industri Pengolahan 1.159.951,41 214.981,03
4 Listrik dan Air Bersih 103.298,19 47.264,89
5 Bangunan 53.396,87 181.407,25
6 Perdagangan, Hotel dan
Restoran 5.454.827,45 712.759,30
7 Pengangkutan dan Komunikasi 676.384,26 483.028,91
8 Keuangan, Persewaaan dan Jasa
Perusahaan 1.169.127,49 137.945,10
9 Jasa-jasa 1.296.468,31 374.235,77
Total 20.490.127,43 2.927.790,58
Sumber : Data BPS tahun 2009 (diolah)
Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dengan tahun dasar
2000 di 3 Wilayah Kabupaten Sekitar Perairan Selat Bali secara total mencapai
Rp 17.379.587,41 juta, meliputi Kabupaten Banyuwangi sebesar 60% dan
Kabupaten Jembrana sebesar 10%. Sektor pertanian masih memberikan kontribusi
yang terbesar terhadap perekonomian di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten
Jembrana. Data selengkapnya mengenai PDRB harga konstan di Kabupaten
Banyuwangi dan Kabupaten Jembrana dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. PDRB di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jembrana tahun
2009 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000
(juta rupiah) No. Lapangan Usaha Kab. Banyuwangi Kab. Jembrana
1 Pertanian 5.134.326,25 411.426,71
2 Pertambangan & Penggalian 426.031,59 155.629,54
3 Industri Pengolahan 588.452,18 124.760,60
4 Listrik dan Air Bersih 65.685,97 13.153,35
5 Bangunan 33.470,68 83.155,88
6 Perdagangan. Hotel dan Restoran 2.511.102,44 405.462,61
7 Pengangkutan dan Komunikasi 451.014,23 233.087,72
8 Keuangan. Persewaaan dan Jasa
Perusahaan 671.011,14 76.731,16
9 Jasa-jasa 558.234,84 240.725,18
Total 10.439.329,32 1.744.132,75
Sumber : Data BPS tahun 2009 (diolah)
Page 13
67
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat
kinerja (performance) perekonomian suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi dapat
diartikan sebagai kemampuan suatu daerah dalam jangka panjang untuk
menghasilkan output (barang-barang dan jasa-jasa) kepada penduduknya. Salah
satu faktor yang menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah
investasi. Oleh karena itu jika ingin meningkat pertumbuhan ekonomi maka iklim
investasi daerah perlu terus dibenahi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi riil (harga
konstan) 2 Wilayah Kabupaten Sekitar Perairan Selat Bali yaitu di Kabupaten
Jembrana sebesar 6,23 persen dan di Kabupaten Banyuwangi sebesar 7,25 persen.
Dilihat dari pertumbuhan ekonomi sektoral, ternyata sektor bangunan memiliki
laju pertumbuhan yang tertinggi di Kabupaten Banyuwangi yakni 10,23%.
Sementara laju pertumbuhan tertinggi di Kabupaten Jembrana disumbang dari
sektor pertambangan dan penggalian sebesar 6,35%. Data selengkapnya mengenai
laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jembrana
disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten
Jembrana tahun 2009 atas harga konstan tahun 2000 (dalam %) No. Lapangan Usaha Kab. Banyuwangi Kab. Jembrana
1 Pertanian 8,03 1,88
2 Pertambangan & Penggalian 8,54 6,35
3 Industri Pengolahan 9,52 5,49
4 Listrik dan Air Bersih 4,18 4,83
5 Bangunan 10,23 4,71
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,6 4,74
7 Pengangkutan dan Komunikasi 5,78 4,51
8 Keuangan, Persewaaan dan Jasa
Perusahaan 6,24 3,72
9 Jasa-jasa 6,38 3,85
Total 7,25 6,23
Sumber : Data BPS tahun 2009 (diolah)
4.5 Aktivitas Perikanan
Wilayah Perairan Selat Bali memiliki sumberdaya ikan lemuru yang
potensial. Hasil tangkapan ikan lemuru di Perairan Selat Bali memberikan
kontibusi sebesar 40% dari total ikan lemuru yang ada di Indonesia. Berdasarkan
Page 14
68
potensi sumberdaya tersebut sehingga aktivitas perikanan yang dominan di
wilayah perairan Selat Bali yaitu kegiatan penangkapan ikan dengan alat tangkap
purse seine. Hal ini karena alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang
sangat efektif untuk menangkap gerombolan ikan lemuru.
Sumberdaya perikanan pelagis terutama ikan lemuru telah menjadi tulang
punggung kegiatan usaha perikanan di perairan tersebut. Perikanan lemuru di
Perairan Selat Bali mempunyai peranan penting pada ekonomi lokal di Provinsi
Bali dan Jawa Timur sebagai basis penangkapan dan pendaratan ikan. Kecamatan
Muncar merupakan basis utama kegiatan penangkapan ikan di Selat Bali yang
berada di Wilayah Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Banyuwangi diketahui bahwa produksi perikanan laut di Kecamatan
Muncar pada tahun 2009 mencapai sekitar 95% dari semua produksi perikanan
laut di Kabupaten Banyuwangi. Sementara itu, sebagian besar kegiatan
penangkapan ikan lemuru di wilayah Provinsi Bali berada di Kabupaten Jembrana
atau tepatnya di PPN Pengambengan. Sedangkan di Kabupaten Badung sebagian
besar wilayah pantainya merupakan wilayah wisata. Sehingga hanya ada sebagian
kecil yang dijadikan sebagai wilayah pendaratan ikan.
4.5.1 Nelayan
Jumlah nelayan yang terdapat di 7 wilayah kecamatan pesisir Selat Bali di
Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009 tercatat sebanyak 21.631 orang, terdiri
dari 4.589 juragan dan 17.042 merupakan pendega. Konsentrasi jumlah nelayan di
Kabupaten Banyuwangi banyak terdapat di Kecamatan Muncar. Jumlah nelayan
di Kecamatan Muncar pada tahun 2009 tercatat sebanyak 12.865 orang atau
sebesar 59,5% dari total nelayan di 7 wilayah kecamatan pesisir pada tahun yang
sama. Data selengkapnya mengenai jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi
dapat dilihat pada Tabel 15.
Page 15
69
Tabel 15. Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi menurut kecamatan tahun
2009 (satuan orang)
No. Kecamatan Juragan Pendega Jumlah
1 Kalipuro 424 862 1.286
2 Banyuwangi 210 715 925
3 Kecamatan Kabat 80 205 285
4 Rogojampi 510 1.440 1.950
5 Muncar 2.250 10.615 12.865
6 Tegaldlimo 225 365 590
7 Purwoharjo 890 2.840 3.730
Jumlah 4.589 17.042 21.631
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, 2010
Adapun jumlah nelayan yang terdapat di Kabupaten Jembrana secara
keseluruhan tercatat sebanyak 10.155 orang pada tahun 2009. Nelayan di
Kabupaten Jembarana terdiri dari 74% sebagai nelayan penuh dan sebesar 26%
merupakan nelayan sambilan. Konsentrasi nelayan di Kabupaten Jembarana
terdapat di Kecamatan Negara sebesar 68% dan di Kecamatan Jembrana
sebanyak 22%. Data selengkapnya mengenai jumlah nelayan di Kabupaten
Jembrana menurut Kecamatan pada tahun 2009 disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah nelayan di Kabupaten Jembrana menurut kecamatan tahun
2009 (satuan orang)
No Kecamatan Nelayan
Jumlah Utama Sambilan
1 Melaya 224 423 647
2 Negara 5.348 1.587 6.935
3 Jembrana 1.757 453 2.210
4 Mendoyo 116 56 172
5 Pekutatan 93 98 191
Jumlah 7.538 2.617 10.155
Sumber: Dinas Pertanian Kehutanan Dan Kelautan Kabupaten Jembrana, 2010
4.5.2 Armada penangkapan
Jika dilihat dari jenis armadanya dapat diketahui sebagian besar armada
penangkapan ikan yang beroperasi di wilayah perairan selat bali di dominasi oleh
armada dengan mesin tempel. Di wilayah Kabupaten Banyuwangi tercatat jumlah
armada dengan mesin tempel sebanyak 6.324 unit atau sekitar 84% dari total
armada penangkapan ikan. data selengkapnya mengenai jumlah armada
Page 16
70
penangkapan ikan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009 di sajikan pada
Tabel 17.
Tabel 17. Jumlah armada kapal penangkapan ikan di Kabupaten Banyuwangi
tahun 2009 (satuan unit)
No. Kecamatan Perahu Tanpa
Motor
Perahu Motor
Tempel Kapal Motor
1 Kalipuro 52 403
2 Banyuwangi 15 210
3 Kecamatan Kabat 25 52
4 Rogojampi 34 512
5 Muncar 4.454 624
6 Tegaldlimo 22 225
7 Purwoharjo 472 440
Total 148 6.328 1.064
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, 2010
Hal yang sama juga ditunjukkan dari jumlah armada penangkapan ikan
yang terdapat di Kabupaten Jembrana yang masih didominasi oleh armada dengan
mesin tempel. Pada tahun 2009, jumlah armada penangkapan ikan dengan mesin
tempel tercatat sebanyak 1.557 unit atau sekitar 83% dari total armada
penangkapan ikan yang beroperasi di Kabupaten Jembrana. Data selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Jumlah armada kapal penangkapan ikan di Kabupaten Jembrana tahun
2009 (satuan unit)
No. Kecamatan Perahu Tanpa
Motor
Perahu Motor
Tempel Kapal Motor
1 Melaya 22 217 0
2 Negara 142 380 0
3 Jembrana 106 681 8
4 Mendoyo 17 106 0
5 Pekutatan 31 173 0
Total 318 1.557 8
Sumber: Dinas Pertanian Kehutanan Dan Kelautan Kabupaten Jembrana, 2010
Untuk lebih jelasnya, gambaran mengenai jenis armada penangkapan ikan
yang beroperasi di wilayah Selat Bali dapat dilihat pada Gambar 14.
Page 17
71
Armada kapal untuk alat tangkap purse seine
Armada kapal untuk alat tangkap purse seine
Armada kapal untuk alat tangkap Payang
Gambar 14. Armada penangkapan ikan di Selat Bali
4.5.3 Alat tangkap
Aktivitas utama kegiatan penangkapan ikan di Perairan Selat Bali yaitu
penangkapan ikan lemuru dengan menggunakan alat tangkap purse seine atau
pukat cincin. Kegiatan penangkapan ikan dengan alat tangkap purse seine
dilakukan dengan menggunakan 2 kapal (two boat), 1 kapal disebut sebagai
armada pemburu dan 1 kapal digunakan untuk jaring. Jumlah mesin tempel yang
digunakan per unit kapal purse seine masing-masing sebanyak 4-5 unit.
Jumlah penggunaan alat tangkap purse seine di perairan selat bali tercatat
di Kabupaten Banyuwangi sebanyak 216 unit pada tahun 2009. Sementara itu,
jumlah alat tangkap purse seine di kabupaten Jembarana tercatat sebanyak 108
unit.
Page 18
72
Secara keseluruhan jenis alat tangkap yang berada di wilayah Kabupaten
Banyuwangi tercatat sebanyak 3865 unit. Alat tangkap pancing merupakan alat
tangkap yang paling banyak yaitu sekitar 49%, kemudian diikuti alat tangkap
gillnet sekitar 21%. Data selengkapnya mengenai jumlah alat tangkap ikan di
Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Jumlah alat tangkap ikan di Kabupaten Banyuwagi tahun 2009
(satuan unit)
No Jenis Alat
Tangkap
Kecamatan
Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Muncar Tegaldlimo Purwoharjo Jumlah
1 Payang 30 11 - - 42 - 20 103
2 Purse seine
- - - - 203 - 13 216
3 Gill net 80 - 6 185 489 - 51 811
5 Bagan - - - - 136 - - 136
6 Pancing 810 235 40 417 1.442 120 285 1.908
7 Lainnya - - - - 451 - 240 691
Jumlah 920 246 46 602 1.322 120 609 3.865
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, 2010
Gambaran mengenai proporsi jumlah alat tangkap yang digunakan oleh
nelayan di wilayah Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Proporsi jumlah alat tangkap menurut jenisnya di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2009
Jumlah alat tangkap ikan yang beroperasi di Perairan Selat Bali di Provinsi
Bali yang meliputi Kabupaten Jembarana pada tahun 2009 tercatat sebanyak
13.596 unit. Pada tabel dibawah ini terlihat bahwa jumlah alat tangkap ikan yang
paling banyak beroperasi di Kabupaten Jembrana yaitu alat tangkap Gillnet,
3% 6%
21%
3% 49%
18% Payang
Purse seine
Gill net
Bagan
Pancing
Lainnya
Page 19
73
Tabel 20. Jumlah alat tangkap ikan di Kabupaten Jembrana tahun 2009
(satuan unit)
No Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit)
1 Pukat Pantai 341
2 Purse seine 108
3 Gill net 6.467
4 Jaring klitik 1.490
5 Lainnya 2.290
Jumlah 10.996
Sumber: Dinas Pertanian Kehutanan Dan Kelautan Kabupaten Jembrana, 2010
Gambaran mengenai proporsi jumlah alat tangkap yang berada di
Kabupaten Jembrana pada tahun 2009 disajikan pada Gambar 16.
Gambar 16. Proporsi jumlah alat tangkap menurut jenisnya di Kabupaten
Jembarana Tahun 2009
4.5.4 Produksi ikan
Produksi perikanan laut di perairan Selat Bali dapat ditinjau dari data
pendaratan ikan yang berada di PPP Muncar di Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur
dan di PPN Pengambengan di Jembrana Provinsi Bali. kedua daerah tersebut
merupakan tempat pendaratan ikan utama di masing-masing wilayah. pada tahun
2009 tercatat jumlah ikan yang didaratkan di PPP Muncar tercatat sebanyak
32.783 ton dengan nilai sekitar Rp 82 milyar. Rata-rata produksi perikanan
tangkap di PPP Muncar sekitar 137 ton per hari dengan harga jual rata-rata sekitar
Rp 2.504 per kg. data selengkapnya mengenai produksi perikanan tangkap di PPP
Muncar dapat disajikan pada Tabel 21.
3% 1%
61%
14%
21%
Pukat Pantai
Purse seine
Gill net
Jaring klitik
Lainnya
Page 20
74
Tabel 21. Produksi dan nilai produksi per bulan di PPP Muncar tahun 2009
Bulan Volume
(ton)
Nilai
(Rp 1000)
Harga Rata-rata
(Rp/kg)
Produksi Rata-rata
Per hari (ton)
Jan 2.368 6.567.899 2.774 118
Feb 3.121 8.056.451 2.581 156
Mar 1.948 5.322.573 2.733 97
Apr 2.138 5.927.014 2.772 107
May 3.653 8.901.242 2.437 183
Jun 2.557 6.335.226 2.478 128
Jul 991 3.193.051 3.223 50
Aug 706 2.234.360 3.163 35
Sep 922 2.787.082 3.024 46
Oct 5.460 12.372.902 2.266 273
Nov 5.213 11.803.225 2.264 261
Dec 3.707 8.589.926 2.317 185
Total 32.783 82.090.947 2.504 137
Sumber : PPP Muncar tahun 2010 (diolah)
Jumlah ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Pengambengan lebih
rendah dibandingkan di PPP Muncar yaitu tercatat sebanyak 31.579 ton pada
tahun 2009 atau sekitar 132 ton per hari. Hal ini dikarenakan jumlah unit
penangkapan ikan di PPN pengambengan lebih sedikit dibandingkan dengan
armada penangkapan ikan di PPP Muncar. Nilai produksi di PPN Pengambengan
mencapai Rp 70,34 milyar. Harga rata-rata ikan lemuru sebesar Rp 2.227 per kg.
Data selengkapnya volume dan nilai produksi ikan hasil tangkapan yang
didaratkan di PPN Pengambengan pada tahun 2009 disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22. Produksi dan nilai produksi ikan hasil tangkapan per bulan di PPN
Pengambengan tahun 2009
Bulan Volume
(ton)
Nilai
(Rp 1000)
Harga Rata-rata
(Rp/kg)
Produksi Rata-rata
Per hari (ton)
Jan 962 1.794.518 1.865 48
Feb 1.384 2.743.229 1.982 69
Mar 1.332 3.204.570 2.406 67
Apr 2.174 5.413.508 2.490 109
May 3.040 7.174.997 2.360 152
Jun 2.644 5.908.322 2.235 132
Jul 1.577 3.695.055 2.343 79
Aug 1.809 5.816.343 3.215 90
Sep 3.539 7.621.367 2.154 177
Oct 4.796 9.045.130 1.886 240
Nov 4.178 8.371.255 2.004 209
Dec 4.144 9.552.721 2.305 207
Total 31.579 70.341.014 2.227 132
Sumber : PPN Pengambengan tahun 2010 (diolah)