BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu dilaksanakan melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan disertai dengan upaya penunjang yang diperlukan. Ketersediaan sumber daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG1
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di
indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya
perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang
optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya
pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan masyarakat selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut.
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam
sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan
beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan,
tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat.
Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan
terpadu dilaksanakan melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan
pemulihan disertai dengan upaya penunjang yang diperlukan. Ketersediaan sumber
daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sangat mempengaruhi pelayanan
kesehatan.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari survey puskesmas ini yaitu untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah-masalah yang ada pada Puskesmas Perawatan
Poasia pada tahun 2013.
C. METODE
Adapun metode pengambilan data dalam survey puskesmas ini yaitu dengan
metode observasi dan wawancara.
BAB II
KEADAAN DAN MASALAH
A. KEADAAN
1. Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Perawatan Poasia2
Puskesmas perawatan Poasia merupakan puskesmas yang terbaik di seluruh
puskesmas Kota Kendari, dimana target dan cakupan standar pelayanan minimal yang
berlaku secara Nasional dari semua indikator telah mencapai target bahkan sebagian
indikator melebihi dari target. Hal ini membuktikan bahwa petugas kesehatan
puskesmas Poasia telah bekerja dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab
disamping dari kesadaran penduduknya yang cukup tinggi akan pentingnya masalah
kesehatan baik kesehatan pribadi, keluarga, lingkungan dan masyarakat. Berikut akan
dipaparkan mencapaian target dari masing-masing standar pelayanan minimal yang
berlaku secara nasional tersebut.
Tabel 1. Target dan cakupan standar pelayanan minimal puskesmas perawatan Poasia
No Indikator SPM
Definisi Operasional
Cara pengukuran Target
Cakupan
1 Cakupan kunjungan Ibu hamil K4
Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai standar _______________X 100%Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun
95% 115,6 %,
2 Cakupan komplikasi kebidanan
Ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada
Jumlah komplikasi kebidanan yang
2
yang ditangani
kurun waktu tertentu yang mendapat penanganan definitive sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin, RSB, RSU, RSU PONEK).
mendapatkan penanganan definitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu ______________ X 100%Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pd kurun waktu yg sama
80% 100%
3 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenagakesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
Jumlah persalinan yang
ditolong oleh tenaga
kesehatan kompeten
_______________
_X100%
Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
90% 113%
4 Cakupan pelayanan nifas
Cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
Jumlah ibu nifas yang telah
memperoleh 3 kali
pelayanan nifas sesuai
standar oleh tenaga
kesehatan disuatu wilayah
90% 120%
3
bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
kerja pada kurun waktu
tertentu
_______________X 100%
Jumlah sasaran ibu nifas
di suatu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang
sama
5 Cakupan neonatus dengan komplikasi yangDitangani
Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah neonatus dengan komplikasi yg tertangani_______________X 100%Jumlah seluruh neonatus dgn komplikasi yang ada
80%100%
6 Cakupan kunjungan bayi
Cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan
Jumlah bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu_______________X 100%Jumlah seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah kerja
90%100%
4
dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Desa kelurahan di mana ≥ 80% dari jumlah bayi yg ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu 1 tahun
Jumlah desa / kelurahan UCI______________ X 100%Seluruh desa/ kelurahan
100% 100%
8 Cakupan pelayanan anak balita
Cakupan anak balita (12–59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2x setahun, pemberian vitamin A 2x setahun
Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu________________X100%Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam waktu yang sama
90% 78%
5
9 Cakupan pemberian makanan pendamping ASIpada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari
Jumlah anak usia 6-24 bulan keluarga miskin yg mendapat MP-ASI_______________ X 100%Jumlah seluruh anak usia 6-24 bulan keluarga miskin
100%66,3%
10 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
Bayi gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah balita gizi buruk mendapat perawatan di sarana pelayanan kesehatan disatu wilayah kerja pd kurun waktu tertentu_______________x 100 %Jumlah seluruh balita gizi buruk yg ditemukan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yg sama
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat yg diperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS dokter kecil) melalui penjaringan kesehatan di satu wilayah
Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat yg diperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan bersama tenaga terlatih disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu_______________x 100%Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat disatu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama
100% 71,46 %
6
kerja pada kurun waktu tertentu
12 Cakupan peserta KB aktif
Cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah PUS yang menggunakan kontrasepsi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu_______________x 100 %Seluruh Pasangan Usia Subur di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama
70% 102,12 %
13 Cakupan penemuan dan penanganan penderitaPenyakita. Acute
Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
b. Penemuan Penderita
a. Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk < 15 tahun pertahun di satu wilayah kerja tertentu
b. Persentase balita dengan Pneumonia yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar di
a. Jumlah kasus AFP non Polio yang dilaporkan ____________X 100.000Jumlah Penduduk < 15 tahunb.
b. Jumlah penderita pneumonia balita yang ditangani di 1 wilayah kerja pd kurun waktu 1 tahun ______________X100 %Jumlah perkiraan penderita Pneumonia balita di satu Wilayah
100%a. tiap
tahun: ≥ 2/100.000 penduduk dibawah 15 tahun
b. 100%
100%
7
Pneumonia Balita
c. Penemuan pasien baru TB BTA Positif
d. Penderita DBD yang ditangani
Sarana Kesehatan di satu wilayah dalam waktu satu tahun
c. Angka penemuan pasien baru TB BTA positif atau Case Detection Rate (CDR) adalah persentase jumlah penderita baru TB BTA positif yang ditemukan dibandingkan dengan jumlah perkiraan kasus baru TB BTA positif dalam wilayah tertentu dalam waktu satu tahun
d. Persentase penderita DBD yang ditangani sesuai standar di satu wilayah dalam waktu 1 (satu) tahun
kerja pada kurun waktu yg sama.
c. Jumlah pasien baru TB BTA (+) yang ditemukan dan diobati dalam 1 wilayah selama 1 tahun ______________X 100%Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA positif dalam satu wilayah dalam waktu satu tahun
d. Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai SOP di satu wilayah dalam waktu 1 tahun
______________X 100%Jumlah penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah dalam waktu satu tahun yang sama
c. 100%
d. 100%
101%
90,38%
100%
8
e. Penemuan penderita diare
dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam kurun waktu satu tahun yang sama
e. Penemuan penderita diare adalah jumlah penderita yang datang dan dilayani di Sarana Kesehatan dan Kader di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun
e. Jumlah penderita diare yang datang dan dilayani di sarana Kesehatan dan Kaderdi suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun______________X 100%Jumlah perkiraan penderita diare pd satu wilayah tertentu dalam waktu yg sama (10% dari angka kesakitan diare x jumlah penduduk)
e. 100%
151%
14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakatMiskin
Jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata pertama di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu
Jumlah kunjungan pasien miskin di Sarkes strata 1 ______________ x 100 %Jumlah seluruh miskin di kab/kota 100% 36,7
%
Sumber: Data Sekunder puskesmas Poasia Tahun 2013
2. Analisis Penyebab Masalah Kunjungan Ibu hamil K4
9
Analisis masalah dilakukan untuk menentukan kemungkinan penyebab masalah dengan metode pendekatan sistem (input, proses, lingkungan, dan output). Pendekatan input meliputi 5M (Man, Money, Methode, Material, Machine) yang akan dibahas sebagai berikut
a. Analisis Input
Tabel 2. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)
dan koordinator program yang kompeten untuk pelayanan kunjungan ibu hamil di puskesmas
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program kunjungan ibu hamil K4
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program K4
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program kunjungan ibu hamil K4, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemeriksaan K4
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemeriksaan kunjungan ibu hamil di puskesmas
- Pemberian tablet Fe pada semua ibu hamil
- Imunisasi TT ibu hamil
Tidak ada masalah
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada ibu hamil (Tensi, alat pengukur tinggi badan dan berat badan, lenec, meteran dll )
- Masih minimnya alat pemeriksaan penunjang untuk ibu hamil (misalnya USG)
10
- Tersedianya peralatan untuk persalinan (partus set dll)
- kepatuhan ibi hamil dalam melakukan ANC
b. Analisis Proses Tabel 3. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program kunjungan ibu hamil K4 bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)
Tidak ada masalah
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan khusus untuk ibu hamil misalnya, pengukuranTD, BB,TB, LiLa, Lingkar perut, lingkar pinggul, DJJ dll .
- Penggalian tentang riwayat kehamilan ibu cukup memadai
- Pemberian imunisasi TT ibu hamil
- Pemberian tablet SF
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga ibu hamil
- Masih adanya ibu hamil yang beresiko tinggi (usia bumil < 20 tahun dan > 35 tahun serta jarak kelahiran )
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program Kunjungan ibu hamil K4 dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan kunjungan ibu hamil K4 rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang
Tidak ada masalah
11
pentingnya pemeriksaan ibu hamil (ANC)
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan kunjungan ibu hamil K4 Puskesmas perawatan Poasia selama
periode 2013 adalah sebesar 115,6 %, sudah melebihi dari target pencapaian yang
ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 95%.
Dari pencapaian skor ini bukan menjadi menjadi masalah karena telah mencapai
target bahkan melebihi target dinas kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan kunjungan ibu hamil K4 Puskesmas perawatan Poasia selama
periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana
didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kematian ibu
selama dalam kurun waktu satu tahun adalah 0. Sedangkan angka kematian bayi
yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup)
dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan karena telah
mencapai target MDGs.
3. Analisis Penyebab Masalah Program Komplikasi Kebidanan yang Ditangania. Analisis Input
Tabel 4. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)
dan koordinator program yang kompeten untuk pelayanan komplikasi kebidanan
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program penanganan komplikasi kebidanan
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program penanganan komplikasi kebidanan, misalnya ada dana untuk petugas
12
tiap kali melalkukan penanganan komplikasi kebidanan
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penanganan komplikasi kebidanan di puskesmas
- Penyuluhan individu dilakukan tiap pelaksanaan posyandu
- Penjaringan bumil Resti- Pemberian tablet Fe pada setiap
ibu hamil- Imunisasi TT ibu hamil
- Penyuluhan dilakukan jika terdapat tanda-tanda komplikasi kebidanan
- Masih adanya pertolongan persalinan oleh tenaga nonmedis
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada ibu hamil dengan komplikasi kebidanan (tensi meter, termometer, dll)
- Masih minimnya alat pemeriksaan penunjang untuk pemantauan tumbuh kembang janin (misalnya USG)
b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 5. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan komplikasi kebidanan yang ditangani bekerja sama lintas program (Promkes,KIA, Gizi, atau pengobatan)
Tidak ada masalah
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan khusus untuk ibu dengan komplikasi kebidanan.
- Penjaringan bumil resti
- Masih adanya ibu hamil yang beresiko tinggi (usia bumil < 20 tahun dan > 35 tahun serta jarak kelahiran )
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
- Laporan program komplikasi kebidanan yang ditangani dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten
Tidak ada masalah
13
) tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan ibu hamil (ANC)
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan bumil risti / komplikasi kebidanan yang ditangani di wilayah kerja
Puskesmas perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 100 % (tertangani
130 bumil risti / komplikasi kebidanan dari 130 kasus), dimana target pencapaian
yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar
80%. Dari pencapaian skor ini membuktikan bahwa keberhasilan tenaga kesehatan
dalam hal promosi, preventif dan pengobatan di masyarakat.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada yaitu tidak ditemukannya kasus ibu dengan
komplikasi kebidanan hal ini berarti bahwa tenaga kesehatan berhasil dalam
pelayanan kesehatan masyarakat baik dari segi promosi kesehatan maupun
pengobatan. Dalam hal ini memilki outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi
dimana didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka
kematian ibu selama dalam kurun waktu satu tahun adalah 0. Sedangkan angka
kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620
kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000
14
kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan
karena telah mencapai target MDGs.
4. Analisis Penyebab Masalah Program Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanana. Analisis Input
Tabel 6. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)
dan koordinator program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan prtolongan persalinan
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di puskesmas
- Penyuluhan individu dilakukan tiap pelaksanaan posyandu
- Masih adanya pertolongan persalinan oleh tenaga nonmedis
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, dukun terlatih
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang dampak persalinan yang tidak steril (misal: poster, pamflet dll)
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada ibu hamil dengan komplikasi kebidanan (tensi meter, termometer, dll)
- Tersedianya alat untuk persalinan (missal partus set dll)
- Masih minimnya alat pemeriksaan penunjang untuk pemantauan tumbuh kembang janin (misalnya USG)
b. Analisis Proses
15
Tabel 7. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bekerja sama lintas program (Promkes,KIA, Gizi, atau pengobatan)
Tidak ada masalah
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan ibu hamil untuk pertolongan persalinan
- Bidan melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standar pada APN
- Masih adanya ibu hamil yang memilih ke dukun untuk bersalin
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Tidak ada masalah
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan di wilayah kerja Puskesmas perawatan Poasia selama periode
16
2013 adalah sebesar 113 % dimana target pencapaian yang ditetapkan Dinas
Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 90%. Dari pencapaian
skor ini bukan menjadi masalah karena telah mencapai target bahkan melebihi target
dinas kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan Puskesmas perawatan Poasia selama periode 2013 memilki
outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan selama dalam
kurun waktu satu tahun didapatkan angka kematian ibu selama dalam kurun waktu
satu tahun adalah 0. Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup
(2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target MDgs angka
kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu 102 per
100.000 kelahiran pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah
kesehatan karena telah mencapai target MDGs.
5. Analisis Penyebab Masalah Program Pelayanan Nifasa. Analisis Input
Tabel 8. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)
dan koordinator program pelayanan nifas
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program pelayanan nifas
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pelayanan nifas, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pelayanan nifas
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan di puskesmas
- Masih adanya ibu nifas yang tidak ikut serat dalam pelayanan nifas
17
- Penyuluhan individu dilakukan tiap ada ibu nifas
- Penyuluhan pemberian ASI eksklusif
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, dukun terlatih
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang pelayanan nifas (misal: poster, pamflet dll)
- Penyuluhan dilakukan hanya pada ibu nifas yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan) sehingga ibu nifas yang tidak diolong bidan tidak mengetahui pentingnya pelayanan nifas
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik untuk ibu nifas (tensi meter, termometer, dll)
b. Analisis Proses Tabel 9. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
- Rencana program pelayanan nifas bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)
Tidak ada masalah
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan dan pelayanan ibu nifas
- Bidan melakukan penyuluhan idndividu tentang pentingnya pelyanan nifas dan pemberian ASI eksklusif
- Masih adanya ibu hamil yang tidak ikut serta dalam pelayanan nifas
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program pelyanan nifas dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan
Tidak ada masalah
18
pelyanan nifas yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pelyanan nifas
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan program pelyanan nifas di wilayah kerja Puskesmas perawatan
Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 120% dimana target pencapaian yang
ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 90%.
Dari pencapaian skor ini bukan menjadi masalah karena telah mencapai target bahkan
melebihi target dinas kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan program pelyanan nifas Puskesmas perawatan Poasia selama periode
2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan
selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kematian ibu selama dalam
kurun waktu satu tahun adalah 0. Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000
kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target
MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian
ibu 102 per 100.000 kelahiran pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu
masalah kesehatan karena telah mencapai target MDGs
6. Analisis Penyebab Masalah Program Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangania. Analisis Input
Tabel 10. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)
dan koordinator program - SDM puskesmas sudah cukup
besar, kecuali dokter umum yang
19
cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali penanganan komplikasi neonatus
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani oleh tenaga kesehatan di puskesmas
- Penyuluhan individu dilakukan jika ditemukan kasus komplikasi neonatus
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang komplikasi neonatus (misal: poster, pamflet dll)
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada neonatus (stetoskop, termometer, dll)
- belum semua kasus dengan komplikasi neonatus langsung ke pusat pelayanan kesehatan
b. Analisis Proses Tabel 11. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
- Rencana program cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)
Tidak ada masalah
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (bidan) melakukan penanganan awal pada komplikasi neonatus
- Melakukan rujukan kasus yang tidak dapat ditanagani di puskesmas
- Penyuuhan dilakukan jika ditemukan kasus
P3 - Laporan program cakupan Tidak ada masalah
20
(Pengawasan dan
Pengendalian)
neonatus dengan komplikasi yang ditangani dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya komplikasi neonatus
c. Analisis Output Penyebab MasalahBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja neonatus dengan komplikasi yang ditangani di wilayah kerja Puskesmas
perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 100% dimana target
pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu
sebesar 80%. Dari pencapaian skor ini bukan menjadi masalah karena telah
mencapai target bahkan melebihi target dinas kesehatan nasional
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan program neonatus dengan komplikasi yang ditangan di Puskesmas
perawatan Poasia selama periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan
bayi dimana didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka
kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620
kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2015.
7. Analisis Penyebab Masalah Program Cakupan Kunjungan Bayi
21
a. Analisis Input Tabel 12. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)
dan koordinator program kunjungan bayi
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program kunjungan bayi
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program kunjungan bayi, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali pelayanan kunjungan bayi
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya kunjungan bayi di puskesmas
- Penyuluhan dilakukan setiap posyandu
- Karena penyuluhan hanya dilakukan di posyandu maka Ibu yang tidak datang posyandu tidak mengetahui pentingnya kunjungan bayi di pusat kesehatan masyarakat
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang manfaat kunjungan bayi (misal: poster, pamflet dll)
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada bayi (stetoskop, termometer, timbangan, meteran dll)
- Belum semua bayi ke pusat pelayanan kesehatan
b. Analisis Proses Tabel 13. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
- Rencana program kunjungan bayi bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)
Tidak ada masalah
P2 - Petugas (dokter, bidan, - Tidak semua bayi datang ke
22
(Pelaksanaan)
perawat dan kader posyandu) melakukan pemeriksaan pada bayi tiap ada kunjungan bayi baik di puskesmas, posyandu, pustu dll
- Penyuluhan individu dilakukan setiap kunjungan
posyandu- Masih banyaknya bayi yang
tidak mendapatkan ASI eksklusif
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program cakupan kunjungan bayi dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan kunjungan bayi yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan pentingnya kunjungan bayi
Tidak ada masalah
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja program cakupan kunjungan bayi di wilayah kerja Puskesmas perawatan
Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 100% dimana target pencapaian yang
ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 90%.
Dari pencapaian skor ini bukan menjadi masalah karena telah mencapai target
bahkan melebihi target dinas kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja program cakupan kunjungan bayi Puskesmas perawatan Poasia selama
23
periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan bayi dimana didapatkan
selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kematian bayi yaitu 3 per
1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana
target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2015.
8. Analisis Penyebab Masalah Program Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)a. Analisis Input
Tabel 14. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan
(dokter, bidan, perawat) dan koordinator program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI), misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan imunisasi
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya Universal Child Immunization (UCI)
- Penyuluhan dilakukan setiap posyandu
- Tidak semua ibu-ibu ingin anaknya diberikan imunisasi dengan alasan kepercayaan keagamaan
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang manfaat desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) (misal: poster, pamflet dll)
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada bayi dan balita (stetoskop, termometer, timbangan, meteran dll)
- Belum semua bayi dan balita ke pusat pelayanan kesehatan untuk medapatkan imunisasi
24
- Tersedianya KMS
b. Analisis Proses Tabel 15. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
- Rencana program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)
- Hanya menunggu anak datang ke pusat pelayanan kesehatan untuk melakukan imunisasi pada waktu tertentu
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (dokter, bidan, perawat) melakukan pemeriksaan fisis pada tiap bayi yang ingin diimunisasi
- Penyuluhan individu dilakukan setiap kunjungan
- Pencatatan semua hasil pemeriksaan fisis dan imunisasi yang telah didapatkan anak
- Tidak semua bayi datang ke posyandu untuk imunisasi
- Masih adanya KLB varicella di sekolah dasar
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan pentingnya Universal Child Immunization (UCI)
Tidak ada masalah
25
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja program cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) di
wilayah kerja Puskesmas perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar
100% kecuali imunisasi HB0 cakupannya hanya 63,7% dimana target pencapaian
yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar
100%. Pencapaian skor ini merupakan suatu masalah karena tidak mencapai target
dinas kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Puskesmas
perawatan Poasia selama periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan
bayi dimana didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka
kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620
kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2015.
9. Analisis Penyebab Masalah Program pelayanan anak balitaa. Analisis Input
Tabel 16. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan
dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program pelayanan anak balita di puskesmas
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program pelayanan anak balita
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah - Tidak adanya dana khusus
26
untuk program pelayanan anak balita
(reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pelayanan anak balita, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan pertumbuhan anak balita dan pemberian vitamin
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemberian pelayanan anak balita di puskesmas
- Pemberian pelayanan anak balita pada setiap bayi dan balita
- Pemantauan pertumbuhan bayi dan balita
- Pemberian vitamin A pada anak balita
Tidak ada masalah
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada anak balita (Tensi, alat pengukur tinggi badan dan berat badan,pengukur lengan, meteran dll )
- Tersedianya peralatan untuk persalinan (partus set dll)
- kepatuhan ibi hamil dalam melakukan ANC
- Masih minimnya alat pemeriksaan penunjang untuk pelayanan anak balita
b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 17. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program pelayanan anak balita bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau
-
27
pengobatan)
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan khusus anak balita misalnya, pengukuran BB,TB, LiLa, Lingkar perut, dll .
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Pemberian vitamin A
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan bayi dengan pertumbuhan dibawah normal dan juga melebihi
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program pelayanan anak balita dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan pelayanan anak balita rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemantauan pertumbuhan anak balita
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan pelayanan anak balita yang memperoleh pemantauan pertumbuhan
minimal 8 kali disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Puskesmas perawatan
Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 78 %, belum mencapai target pencapaian
yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar
90%. Dari pencapaian skor ini menjadi masalah karena tidak mencapai target dinas
kesehatan nasional.
28
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan pelayanan anak balita Poasia selama periode 2013 memilki output
yang tidak mencapai target tapi secara keseluruhan memiliki outcome yang baik bagi
kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun
didapatkan angka kematian ibu selama dalam kurun waktu satu tahun adalah 0 karena
dilihat bahwa derajat kesehatan itu dilihat dari berbagai faktor. Sedangkan angka
kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620
kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan
karena telah mencapai target MDGs.
10. Analisis Penyebab Masalah pada Program pemberian makanan
pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
a. Analisis Input pelayanan anak balita
Tabel 18. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan
dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin di puskesmas
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan
29
pemantauan dan penyuluhan tentang pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin di puskesmas
- pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin pada setiap bayi
- Pemantauan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine - Tersedianya alat untuk memperkenalkan tentang pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
- kepatuhan ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
- Masih minimnya alat dalam memperkenalkan pentingnya pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 19. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)
tidak ada masalah
30
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (bidan) melakukan perkenalan dan penjelasan tentang pentingnya pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
-
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan bayi dengan pertumbuhan dibawah normal dan juga melebihi
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
tidak ada masalah
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan
keluarga miskin Puskesmas perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar
66,3 %, belum mencapai target pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan
31
Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini
menjadi masalah karena tidak mencapai target dinas kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan pemberian makanan pendamping ASI Poasia selama periode 2013
memilki outcome yang kurang baik bagi kesehatan bayi dimana didapatkan selama
dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kejadian ISPA dan diare masih
cukup tinggi dan menjadi sepuluh penyakit terbesar di wilayah puskesmas.
Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang
meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu
24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu
masalah kesehatan karena telah mencapai target MDGs.
11. Analisis Penyebab Masalah pada Program balita gizi buruk mendapat
perawatan
a.Analisis Input balita gizi buruk mendapat perawatan
Tabel 20. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan
(perawat dan dokter) dan koordinator program yang kompeten untuk program balita gizi buruk mendapat perawatan di puskesmas
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program balita gizi buruk mendapat perawatan
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program balita gizi buruk mendapat perawatan
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program balita gizi buruk mendapat perawatan, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan penyuluhan tentang bagaimana apabila terdapat nalita gizi buruk
32
dan perawatan yang dilakukanMethode - Terdapat SOP untuk
melaksanakan upaya balita gizi buruk mendapat perawatan di puskesmas
- balita gizi buruk mendapat perawatan pada setiap balita
- Pemantauan balita gizi buruk mendapat perawatan
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program balita gizi buruk mendapat perawatan
- kepatuhan ibu dan petugas dalam perawatan balita gizi buruk mendapat perawatan
- Masih minimnya obat-obatan dan alat dalam perawatan balita gizi buruk mendapat perawatan
b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 21. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program balita gizi buruk mendapat perawatan bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)
-
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (dokter dan bidan) melakukan perawatan terhadap balita gizi buruk mendapat perawatan
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalm keluarga
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan bayi dengan gizi buruk
33
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program balita gizi buruk mendapat perawatan dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemantauan gizi dan tumbuh kembang anak balita
Tidak ada masalah
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan Puskesmas perawatan Poasia
selama periode 2013 adalah sebesar 66,3 %, belum mencapai target pencapaian yang
ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%.
Dari pencapaian skor ini menjadi masalah karena tidak mencapai target dinas
kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas Poasia
selama periode 2013 memilki outcome yang kurang baik bagi kesehatan bayi dimana
didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kejadian gizi
kurang dan gizi buruk yang masih cukkup tinggi. Sedangkan prevalensi gizi kurang
tela menurun secara signifikan,dari 31,0% pada tahun 1989 menjadi 17,9% pada
34
tahun 2010. Pada tahun ini prevalensi gizi buruk turun dari 12,8% pada tahun 1995
menjadi 4,9% pada tahun 2010.
12. Analisis Penyebab Masalah pada Program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
a. Analisis Input Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
Tabel 22. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan
(perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat di puskesmas
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat pada setiap siswa SD dan sederajat
- Pemantauan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- kepatuhan petugas dan ibu di rumah terhadap Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- Masih minimnya obat-obatan dan alat dalam Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 23. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)
-
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (perawat) melakukan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan kesehatan yang kurang pada siswa SD dan sederajat
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan
36
praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan terhadap anak SD dan sederajat
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat Puskesmas perawatan
Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 71,46 %, belum mencapai target
pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu
sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini menjadi masalah karena tidak mencapai
target dinas kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat Poasia selama periode
2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan anak dimana didapatkan selama
dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka penderita pada anak SD dan
setingkat masih kurang.
13. Analisis Penyebab Masalah pada Program Peserta KB aktifa. Analisis Input Peserta KB aktif
Tabel 24. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)
dan koordinator program yang kompeten untuk program Peserta KB aktif di puskesmas
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program Peserta KB aktif
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program Peserta KB aktif
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program Peserta
37
KB aktif, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap Peserta KB aktif
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya Peserta KB aktif
- Pendataan Peserta KB aktif pada setiap ibu usia produktif
- Pemantauan Penjaringan Peserta KB aktif
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- kepatuhan petugas dan ibu di rumah terhadap Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- Masih minimnya obat-obatan dan alat dalam Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 25. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program KB aktif bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)
-
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (perawat) melakukan Penjaringan KB aktif
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan ibu usia produktif tidak sebagai peserta KB aktif
38
dalam keluargaP3
(Pengawasan dan
Pengendalian)
- Laporan program Penjaringan KB aktif dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan Penjaringan pengguna KB aktif rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan KB aktif
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan pengguna KB aktif Puskesmas perawatan Poasia selama periode
2013 adalah sebesar 102,12 %, telah mencapai target pencapaian yang ditetapkan
Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 70%. Dari
pencapaian skor ini tidak menjadi masalah karena mencapai target dinas kesehatan
nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan pengguna KB aktif Poasia selama periode 2013 memilki outcome
yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan selama dalam kurun waktu
satu tahun didapatkan angka kematian ibu selama dalam kurun waktu satu tahun
adalah 0. Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi
yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi
yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu
masalah kesehatan karena telah mencapai target MDGs.
39
14. Analisis Penyebab Masalah pada Program penemuan dan penanganan penderita Penyakit
a. Penemuan pasien baru TB BTA Positif1) Analisis Input pasien TB BTA positif
Tabel 26. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan
(dokter dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program Penemuan pasien baru TB BTA Positif di puskesmas
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program Penemuan pasien baru TB BTA Positif
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program Penemuan pasien baru TB BTA Positif
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program Penemuan pasien baru TB BTA Positif, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap Penemuan pasien baru TB BTA Positif
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya Penemuan pasien baru TB BTA Positif
- Pendataan Penemuan pasien baru TB BTA Positif pada setiap penduduk wilayah kerja puskesmas
- Pemantauan Penjaringan Penemuan pasien baru TB BTA Positif
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
40
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program Penemuan pasien baru TB BTA Positif
- kepatuhan petugas dan ibu di rumah terhadap Penemuan pasien baru TB BTA Positif
- Masih minimnya obat-obatan dan alat pemeriksaan penunjang dalam Penemuan pasien baru TB BTA Positif
2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 27. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program Penemuan pasien baru TB BTA Positif bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)
-
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (perawat) melakukan Penemuan pasien baru TB BTA Positif
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan kasus pasien baru TB BTA Positif
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program Penemuan pasien baru TB BTA Positif dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan Penjaringan Penemuan pasien baru TB BTA Positif masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan dan menghindari
41
penyakit TB 3) Analisis Output
Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja Penemuan pasien baru TB BTA Positif Puskesmas perawatan Poasia
selama periode 2013 adalah sebesar 90,38 %, tidak mencapai target pencapaian
yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar
100%. Dari pencapaian skor ini menjadi masalah karena tidak mencapai target
dinas kesehatan nasional.
4) Analisis Outcome
Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan Penemuan pasien baru TB BTA Positif Poasia selama periode
2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan
selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka Penemuan pasien baru
TB BTA Positif mencapai sasaran. Sedangkan angka penemuan kasus TB (CDR)
dan angka keberhasilan TB (SR) tahun 2009 sudah melampaui target MDGs tahun
2015.
b. Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15
tahun
1) Analisis Input Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk <
15 tahun
Tabel 28. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (dokter
dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun di puskesmas- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
42
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
- Pendataan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun pada setiap penduduk wilayah kerja puskesmas
- Pemantauan Penjaringan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
- kepatuhan petugas dan keluarga di rumah terhadap Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
- Masih minimnya obat-obatan dan alat pemeriksaan penunjang dalam Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
43
2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 29. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)
-
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (perawat) melakukan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan kasus Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan Penjaringan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan
44
penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan menngindari kasus Acute Flacid Paralysis (AFP)
3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk
< 15 tahun Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 100 %, telah mencapai target
pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu
sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini tidak menjadi masalah karena telah
mencapai target dinas kesehatan nasional.
4) Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk
< 15 tahun di Poasia selama periode 2013 memilki outcome yang baik bagi
masyarakat.
c. Penemuan Penderita Pneumonia Balita
1) Analisis Input Penderita Pneumonia Balita
Tabel 30. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (dokter
dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program penemuan Penderita Pneumonia Balita di puskesmas- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program penemuan Penderita Pneumonia Balita
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program penemuan Penderita Pneumonia Balita
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program
45
penemuan Penderita Pneumonia Balita, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap penemuan Penderita Pneumonia Balita
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penemuan Penderita Pneumonia Balita Pendataan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun pada setiap penduduk wilayah kerja puskesmas
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program penemuan Penderita Pneumonia Balita
- kepatuhan petugas dan keluarga di rumah terhadap penemuan Penderita Pneumonia Balita
- Masih minimnya obat-obatan dan alat pemeriksaan penunjang dalam penemuan Penderita Pneumonia Balita
2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 31. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program penemuan Penderita Pneumonia Balita bekerja sama lintas program (KIA,kesling,Promkes, Gizi)
-
P2 - Petugas (perawat) - Kurangnya penggalian tentang
46
(Pelaksanaan)
melakukan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga
riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan kasus penemuan Penderita Pneumonia Balita
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program penemuan Penderita Pneumonia Balita dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan Penjaringan penemuan Penderita Pneumonia Balita masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan menghindari kasus Penderita Pneumonia Balita
3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penemuan Penderita Pneumonia Balita Poasia selama periode 2013
adalah sebesar 101 %, telah mencapai target pencapaian yang ditetapkan Dinas
Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian
skor ini tidak menjadi masalah karena telah mencapai target dinas kesehatan
nasional.
4) Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan pelayanan anak balita Poasia selama periode 2013 memilki outcome
47
yang baik bagi kesehatan bayi Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000
kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target
MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal
ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan karena telah mencapai target MDGs.
d. Penemuan Penderita DBD yang ditangani
1) Analisis Input Penderita DBD yang ditangani
Tabel 32. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (dokter
dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program penderita DBD yang ditangani di puskesmas- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program penemuan penderita DBD yang ditangani
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program penemuan Penderita penderita DBD yang ditangani
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program penderita DBD yang ditangani, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap penderita DBD yang ditangani
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penderita DBD yang ditangani setiap penduduk wilayah kerja puskesmas
- Pemantauan penderita diare yang ditangani
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program penderita DBD yang ditangani
- kepatuhan petugas dan keluarga di rumah terhadap penderita DBD yang ditangani
- Masih minimnya obat-obatan dan alat pemeriksaan penunjang dalam penderita DBD yang ditangani
2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 33. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program penemuan penderita DBD yang ditangani bekerja sama lintas program (KIA,kesling,Promkes, Gizi)
-
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (perawat) melakukan Penemuan penderita DBD yang ditangani Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan kasus penemuan penderita DBD yang ditangani
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program penemuan penderita DBD yang ditangani kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan Penjaringan penemuan penderita DBD yang ditangani masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan
49
tentang pentingnya menjaga kesehatan menghindari kasus penderita DBD yang ditangani
3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penemuan kasus penderita DBD yang ditangani Poasia selama periode
2013 adalah sebesar 100 %, telah mencapai target pencapaian yang ditetapkan Dinas
Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian
skor ini tidak menjadi masalah karena telah mencapai target dinas kesehatan
nasional.
4) Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penemmuan kasus penderita DBD yang ditangani Poasia selama
periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan masyarakat. Dengan untuk
target MDGs mengalami peningkatan untuk penyakit menular untuk perawatan
penyakit menular.
e. Penemuan Penderita diare
1) Analisis input
Tabel 34. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (dokter
dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program penderita diare di puskesmas- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program penemuan penderita diare
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program penemuan penderita diare
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program
50
penderita penderita diare, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap penderita penderita diare
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penemuan penderita diare pada setiap penduduk wilayah kerja puskesmas
- Pemantauan Penjaringan penemuan penderita diare
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program penderita diare
- kepatuhan petugas dan keluarga di rumah terhadap penderita diare
2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 35. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program penemuan penderita diare bekerja sama lintas program (KIA,P2M,kesling,Promkes, Gizi)
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (perawat) melakukan Penemuan penderita diare Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan kasus penemuan penderita diare pada masyarakat
51
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program penemuan penderita diare kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan Penjaringan penemuan penderita diare masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan menghindari kasus penderita diare
3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penemuan kasus penderita diare Poasia selama periode 2013 adalah
sebesar 151 %, telah mencapai target pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan
Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini tidak
menjadi masalah karena telah mencapai target dinas kesehatan nasional.
4) Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penemuan kasus penderita diare Poasia selama periode 2013 memilki
outcome yang baik bagi kesehatan balita dimana didapatkan angka kematian bayi
yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup)
dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan karena telah mencapai
target MDGs.
15. Analisis Penyebab Masalah pada Program pelayanan kesehatan dasar
masyarakat miskin
52
a. Analisis Input program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
Tabel 36. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan dan
petugas puskesmas dan koordinator program yang kompeten untuk program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
- Pemantauan Penjaringan dalam pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
- kepatuhan petugas dan ibu di
- Masih minimnya obat-obatan dan alat dalam Penjaringan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
53
rumah terhadap Penjaringan dalam pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 37. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin bekerja sama lintas program (KIA,P2M,Promkes, Gizi, Kesling,dll)
-
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (perawat) melakukan Pendataan dalam pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga
- Kurangnya perhatian terhadap meratanya pelaksanaan program di dalam masyarakat
- Masih adanya ditemukan mamsyarakat yang tidak memperoleh pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan
- Masyarakat yang kurang perhatian dalam mengurus keikutsertaan dalam program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
54
kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Puskesmas
perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 36,78 %, telah mencapai
target pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015
yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini tidak menjadi masalah karena
mencapai target dinas kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Puskesmas
Perawatan Poasia selama periode 2013 memilki outcome yang kurang baik.
Kemiskinan extreme adalah proporsi penduduk yang hidup dengan pendapatan
perkapita kkurang dari USD 1/ hari, telah menurun dari 20,6% pada tahun 1990
menjadi 5,9% pada tahun 2008.
B. KEGIATAN LUAR GEDUNG
1. Posyandu3,4
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
55
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu, bayi, dan balita.
Pelaksanaan kegiatan Posyandu di tingkat Nasional dilaksanakan setiap satu
bulan satu kali yang ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim Penggerak PKK
Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB. Pada hari buka Posyandu
dilakukan pelayanan masyarakat yaitu :Pendaftaran, Penimbangan, Pengisian KMS,
Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS. Penyuluhan tersebut meliputi:
1) Informasi kesehatan tentang anak balita berdasarkan hasil penimbangan berat
badan, diikuti pemberian makanan tambahan, oralit dan vitamin A;
2) Memberikan informasi kepada ibu hamil yang termasuk risiko tinggi tentang
kesehatannya diikuti dengan pemberian tablet tambah darah;
3) Memberikan informasi kepada PUS (Pasangan Usia Subur) agar menjadi
anggota KB lestari diikuti dengan pemberian dan pelayanan alat kontrasepsi.
Pelayanan KB pada posyandu meliputi: Pembagian pil atau kondom,
Pengobatan ringan, Kosultasi KB-Kes.
Posyandu yang ada di Puskesmas Poasia ada 20 Posyandu yang tediri dari 16
posyandu dan 4 posyandu lansia, yang tersebar dalam 4 kelurahan yaitu di Kelurahan
Anduonohu, Rahandouna, Anggoeya, Matabubu. Tempat pelaksanaan Posyandu
tersebut diantaranya di Rumah Kader, Madrasah dan Rumah RW karena belum
mempunyai tempat yang memadai khusus untuk pelaksanaan Posyandu. Pelaksanaan
Posyandu masing-masing dilaksanakan setiap satu bulan satu kali.
Sumber Daya Posyandu di Puskesmas Poasia terdiri dari petugas kesehatan dan
Kader posyandu yang telah terlatih dengan jumlah kader aktif masing-masing
posyandu 5 orang kader. Namun pada kenyataannya di lapangan kader-kader tersebut
kadang tidak datang dikarenakan berbagai alasan.
Dalam kegiatan Posyandu belum menggunakan komputerisasi dalam hal ini
semuanya dilakukan secara manual, sehingga untuk melakukan pendaftaran ataupun
pelayanan masih dalam bentuk kertas sesuai dengan format yang telah ditentukan.
Untuk pendaftarannya dilakukan oleh kader.
56
Kegiatan pokok Posyandu di Puskesmas Poasia yaitu :
1) Pendaftaran
2) Penimbangan
3) Pencatatan KMS/ buku KIA
4) Penyuluhan
5) Pelayanan Kesehatan, ANC dan KB
Dari tiga posyandu yang kami kunjungi salah satunya hanya memiliki
timbangan bayi sehingga tidak semua balita dapat ditimbang. Pada program
penyuluhan tidak berjalan efektif karena ibu balita datang satu per satu pulang satu
per satu pula sehingga penyuluhan yang diberikan oleh petugas promosi kesehatan
tidak semua didengar oleh ibu-ibu, serta perhatian mereka terhadap petugas promosi
kesehatan kurang karena mereka terfokus kepada petugas kesehatan lainnya yang
akan melakukan tindakan kesehatan kepadanya dan kepada anaknya.
Gambar 1. Pendaftaran Gambar 2. Penimbangan Gambar 3. Pencatatan
57
Gambar 4. Penyuluhan Kelompok ASI Eksklusif Gambar 5. Penyuluhan Individu Diare
Gambar 6. Pembagian Pamflet Gambar 7. Pelayanan ANC
Gambar 8. Pelayanan Imunisasi Gambar 9. Penjaringan PTM
a. Analisis Penyebab Masalah pada pelaksanaan Posyandu
58
1) Analisis Input Tabel 38 . Analisis Input Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan,
perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk pelaksanaan posyandu
- Kader posyandunya kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program posyandu
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program posyandu